#brewokan
Explore tagged Tumblr posts
tempat-bercerita · 2 months ago
Text
Kayaknya kalau Allah ngasih suami yang brewokan bersih rapi gitu, bakal bersyukurnya banget banget banget.
Ada ajaa hal random yang kepikiran sebelum tidur. Semoga aamiin!!!
3 notes · View notes
faizkurn · 4 months ago
Text
Cerpen: Sama Tololnya Eh, Enggak Deng, Ternyata Lebih Tolol Aku
Biar pun tempat ini ga ada romantis-romantisnya, otak kecilku tetap memaksa memutarkan lagu Maliq & D'essentials yang judulnya Begini Begitu. Di antara ratusan manusia berwajah letih menunggu kereta datang, lembutnya suara Mas Angga asyik sekali mengalun di kepala
Duhai rembulan, tahan dulu matahari datang
Malamnya indah ku tak ingin cepat berakhir sudah
Momen romantis ini muncul bukan tanpa sebab. Melainkan disponsori takdir Tuhan yang begitu lucu mempertemukanku denganmu di antara lepeknya keringat dan desakan para pekerja ibukota. Sialnya, wajahmu yang selalu manis seperti dulu malah ketambah bumbu sexy dengan rambut yang acak-acakan itu. Dan matamu. Haih. Sejak sepuluh tahun lalu, masih tetap jadi sorot mata terbaik bagiku. Asli. Udah bertahun-tahun lamanya, meskipun kadang lupa, tapi ternyata aku tetap mencintaimu
"Hahaha, kamu sendiri gimana? Masih suka nonton kartun?" tanyanya
"Masih atuh"
Satu, dua, tiga
"Biiig chiiilll" ucap kami berbarengan sembari tertawa kegelian menirukan gaya bicara salah satu karakter alien di kartun Ben10 favoritku
"Najis banget punya temen udah brewokan tapi masih nonton kartun" ucapnya dengan nada bercanda
"Najis-najis gini, tapi kamu tembak sepuluh tahun lalu"
"Haha iya lagi, udahlah jadi satu-satunya cowok yang gue tembak seumur hidup, ga dijawab pula sampe sekarang udah sepuluh tahun ga ketemu. Tolol banget gue dulu"
Sebenernya kita sama tololnya tau. Kamu dengan tololnya nembak aku yang loh kok gini amat bentuk manusia. Sementara aku dengan tololnya punya rasa yang sama, tapi ga berani ngutarain perasaan, bahkan sampai sekarang
Eh, sebentar. Apa jangan-jangan, Tuhan emang sengaja random banget mempertemukan kita di sini supaya aku bisa ngutarain perasaan yang udah terpendam lama banget itu ya?
"Emangnya kamu masih nungguin jawabannya?" tanyaku harap-harap manja
Plis jawab iya.
Plis. Kasian ini Mas Angga udah capek-capek nyanyi ngiringin momen romantis ini di kepala. Plis jangan jawab enggak dan bikin lagu-lagu Maliq jadi bikin sedih waktu didenger karena bakal ngingetin sama momen ini
"Ya enggak lah," Ia mengeluarkan tangan yang sedari tadi terselip di kantongnya
"nih, aku insya Allah nikah akhir tahun nanti, kamu dateng dong" jawabnya sambil menunjukkan cincin di jari manisnya
Ah.
Sial.
Walaupun mungkin sama-sama tolol. Ternyata fix, aku jauh lebih tolol daripada kamu
2 notes · View notes
ideideidea · 11 months ago
Text
Tuntas
sekian purnama bingung mau nulis apa di tumblr, akhirnya kepikiran juga sesuatu yang bisa jadi penting juga buat temen-temen ewkwkwk.
ada sebuah mitos yang isinya begini: "kalo ngerjain sesuatu ngga boleh setengah-setengah, nanti suaminya bewokan lho"
nothing wrong dengan punya suami brewokan. thus mitosnya tentu g jelas juga semacam 'pamali' yg bisa jadi pesannya penting tapi 'ancamannya' mah g logis.
tapi pesannya penting: kalo ngerjain sesuatu harus tuntas.
karna ternyata ketika kita sudah mulai mengerjakan sesuatu beberapa waktu, ada sulur-sulur imajiner pikiran yang tersambung satu sama lain yang membuat kita mengingat konteks pekerjaan kita saat itu, di mana sulur-sulur itu tidak akan tersambung/tidak sama tersambungnya di waktu yang lain.
ada alternatifnya sebetulnya, yakni dengan mencatat. tapi tentu tidak semuanya terarsip dengan baik dari catatan. karna itu lebih baik dituntaskan. saat itu juga.
6 notes · View notes
extenler · 3 months ago
Note
Iyaaaaahhhh siii akuu paling risih waktu mayat ngambang😭 pokoknya pas scene di istana balgi, semuaaa serem dannn kayakk IH KOTOR BGTTTTT, keliatan ga mandi
HAHAHAHAHAH sebenernya gegara brewokan gak sih keliatan gak mandinya tuh 😭😭😭😭
0 notes
arndx · 4 months ago
Text
Tiba2 gue kepikiran deh. Berawal dari obrolan terkait laut, gue jadi mikir, kok gue dari kecil gak takutan ya? Gak takutan dalam hal mencoba hal2 yang (sebagian orang menganggap) extrem. Misal berenang di laut, naik flying fox tinggi, jalan di jembatan kaca, dan sebagainya. Tapi giliran sama orang/lingkungan baru, gue akan sangat was-was.
Nyokap pernah cerita, dulu pas kecil gue pernah diajak naik taksi, eh gue peluk nyokap gue terus karena takut liat abang taksinya. Pernah juga takut sama guru seni pas TK karena bapaknya gondrong dan brewokan. Freak banget :(
Kayaknya emang jiwa sosial gue kureng, tapi jiwa survival gue tinggi deh? Kecuali kalo dikejar zombie, mohon maaf cuma itu aja yang gue takutkan HAHA.
0 notes
arufikalam · 2 years ago
Text
MENCARI MAKNA
Tumblr media
BAB 3. KEPUTUSAN SEPIHAK
Riani kembali bekerja setelah jatah cutinya lenyap tak bersisa. Menghabiskannya dengan kesendirian sebagaimana inginnya. Kini, ia harus kembali menekuni pekerjaan yang membuat hidupnya bertahan lebih lama.
"Riani, akhirnya dateng juga. Kubikel ini rasanya sepi pas tau kamu ambil cuti. Jadi, kemana aja dua hari kemarin?,"kata Risma panjang lebar dan berakhir dengan pertanyaan.
"Hanya memperbanyak tidur,"tukas Riani.
Risma melongo, tidak percaya dengan jawaban yang diberikan Riani. Bagaimana mungkin dia mengurangi jatah cuti hanya untuk tidur? Tidak masuk akal.
"Bercanda mulu deh kamu Rin, bagi cerita dong.. kali aja ceritamu bisa jadi referensi kita pas musim liburan nanti,"timpal Satya yang kebetulan ikut mendengarkan percakapan dua orang itu.
Riani menghentikan pekerjaan sejenak. Menatap kedua sahabatnya secara bergantian. "Apakah kelihatan aku sedang bercanda kawan-kawan?,"Riani melemparkan pertanyaan dengan raut wajah serius. Risma dan Satya terdiam dan hanya saling pandang. Riani menghela nafas, kemudian mengalihkan perhatiannya lagi ke layar laptop.
"Riani ada masalah ya? Belakangan ini terlihat tidak baik-baik saja,"terka Risma pada akhirnya. Tapi Riani memilih diam tak menggubrisnya. Jika harus bercerita, ia sendiri tidak tahu harus memulainya dari mana. Merasa diabaikan, Risma dan Satya pun ikut terdiam. Tidak berani untuk bertanya lebih jauh lagi. Mereka pun disibukkan dengan laporan yang harus diselesaikan.
***
Nanti ba´da isya, kawan ibu mau silaturrahmi ke rumah. Ibu titip cemilan ya nak. Pesan dari ibunya itu ia baca tepat setelah ia keluar gedung perkantoran. Iya bu, balasnya singkat.
Sebelum pulang, Riani sempatkan untuk mampir ke toko roti dan jajanan tradisional sesuai permintaan ibunya. Membeli beberapa kue lapis, risol dan aneka kue lainnya, lengkap dengan sebotol sirup cocopandan untuk membuat minuman.
Aneka kue yang Riani beli, sudah berpindah tempat ke piring-piring dan tersaji di meja tamu. Tak lama berselang, orang yang ditunggu tunggu datang. Layaknya kawan lama yang sudah lama tak berjumpa, mereka bertemu pun sama hebohnya. Saling berjabat, berpeluk, bertanya kabar dan lain sebagainya. Riani dan kedua adiknya menyaksikan adegan itu dengan meringis. Membayangkan, jangan-jangan ketika dia tua nanti akan berlaku semacam itu juga. Aneh, pikirnya.
Dibelakang dua orang tua yang Riani tau adalah Pak Subi dan Bu Suriyani, turut pula seorang laki-laki yang mungkin seusianya. Berperawakan tinggi besar, berkulit coklat gelap, dan brewokan. Itulah yang tergambar dari penglihatan Riani soal laki-laki itu. Keduanya lalu bersalaman.
"Mari masuk Pak Subi dan Bu Sur, maaf ya gubuk kami ya begini adanya, maklum rumah sederhana,"kata Ayah Riani mempersilakan tamunya masuk ke dalam rumah.
Semua anggota keluarganya berkumpul di ruang tamu, kecuali Resha, adik bungsu Riani yang ditugasi Bu Aisha untuk membuat minuman.
Riani tak menyimak dengan baik percakapan orang tua yang ada disana. Lebih tepatnya, dia tidak tertarik. Sampai pada akhirnya sebuah pertanyaan terlontar padanya.
"Nak Riani ini sudah menikah?,"tanya Bu Suriyani. Riani menggeleng pelan sambil tersenyum.
"Wah, si Danu ini juga belum menikah. Siapa tau berjodoh ya Pak Budi, gimana menurutmu Dan?,"lanjut Bu Sur yang Riani tahu itu hanya gurauan semata.
"Danu tidak keberatan, mi, itupun kalau Riani setuju."
Whaats?? Apakah Riani tidak salah dengar? Jawaban macam apa itu? Mengapa lelaki ini seolah-olah menafsirkan perbincangan barusan adalah sesuatu yang serius? Sungguh, Riani tak habis pikir.
"Kalau saya sih, tergantung anak-anak bu, kalau mereka saling cocok, ya sebagai orang tua kan hanya mendukung saja,"timpal Ayah Riani.
"Kalau Nak Riani bagaimana?." Glekk.., Riani menelan ludahnya sendiri, begitu mendengar pertanyaan lanjutan dari Pak Subi.
"Saya belum terpikir untuk menikah pak, masih berencana untuk S2 dulu, sambil menata karir,"jawab Riani selugas mungkin.
Wajah kedua orang tua Riani tampak merah padam. Entah malu atau jengkel dengan pernyataan yang Riani sampaikan barusan.
"Wah, Nak Riani ini benar-benar hebat, masih terpikir untuk mendalami ilmu dan memikirkan karir, Pak Budi dan Bu Aisha pasti beruntung sekali ya,"puji Bu Suriyani. Riani tidak tahu pasti, itu benar-benar pujian untuk dirinya atau sarkasme yang secara tidak langsung mengatakan bahwa masih saja memikirkan sekolah dan karir, kalau semua terkejar apakah masih ada laki-laki yang mendekat?
“Permisi Pak, Bu, Rama mohon ijin dulu ya, karena masih ada PR yang harus dikerjakan,”mohon Rama.
“Saya juga, ada beberapa hal yang harus saya kerjakan,”sambung Riani.
Riani ikut masuk kedalam bersama Rama yang undur diri. Terputuslah obralan soal pernikahan itu. Riani akan berterima kasih kepada adik lelakinya, berkat inisiatif Rama, dia terselamatkan dari perbincangan yang tidak menyenangkan.
***
"Rin, Ayah mau tanya tentang maksud kamu kemarin yang bilang mau S2 dulu, itu gimana?,"tanya Ayah Riani kala keluarga itu sarapan bersama pagi ini.
"Ya, seperti yang ayah dengar kemarin, Riani benar-benar masih ingin...,"tak sempat Riani melanjutkan, Ayahnya sudah terlebih dulu memotong pembicaraan,"kan sudah Ayah bilang, Ayah tidak setuju. Ayah kira kamu sudah mengerti. Yang ayah inginkan sekarang kamu menikah. Makin lama kamu makin tua nak, mau sampai kapan mengejar sekolah, karir atau apalah itu,"tegas Ayahnya.
"Tapi Yah, Riani belum siap. Kalau Ayah meminta Riani untuk memikirkan pernikahan, jujur saja belum terpikir sama sekali dibenak Riani,"ungkap Riani tak kalah tegas.
"Terima saja tawaran Bu Sur dan Pak Subi yang akan menjodohkanmu dengan anaknya. Ayah pikir, Danu itu anak yang baik, dan tidak neko-neko, keluarganya juga keluarga baik-baik, tidak ada salahnya dipertimbangkan."
"Tapi Yah.."
"Coba kenal lebih dekat dengan Danu,"pinta ibunya kali ini.
Riani membisu. Tidak terlontar kalimat pembelaan lagi dari mulutnya. Satu sisi, ia jengah dengan permintaan kedua orang tua yang memintanya segera menikah. Sisi lainnya, dia masih mencoba berdamai jika dia benar-benar harus merelakan mimpinya. Tidak adakah sedikit kesempatan untuknya supaya bisa memutuskan hal terbaik yang memang dia inginkan? Pikirnya mulai meracau, membayangkan hal-hal yang kian sulit dijangkau.
0 notes
atfkhrns · 2 years ago
Text
Bukan kamu.
Hari ini aku tidak sengaja beradu pandang dengan seorang laki-laki di pintu masuk toilet stasiun kota. Entah kenapa yang muncul di pikiranku adalah berharap bahwa orang itu adalah kamu. Padahal dari tampilannya sudah jelas itu bukan kamu. Dia memakai kacamata, warna kulitnya lebih gelap dan rambutnya lurus.
Di sepanjang perjalanan menyusuri jalanan kota, aku berharap kita berpapasan, tapi itu sudah pasti sangat tidak mungkin karena tempat seperti itu bukan tempat yang kamu suka untuk mengunjunginya. Aku mendengar beberapa lagu dari pengamen ibu kota, sekarang mereka sudah tidak berjalan keliling lagi. Mereka sudah jauh lebih keren dengan membuat satu titik kumpul, lalu orang-orang yang akan datang menontonnya.
Pukul 09.45 malam di stasiun Pondok Cina. Setelah turun dari kereta aku berjalan menyusuri lorong sambil mengamati sekeliling, tidak seperti biasanya aku hanya berjalan sambil memandang lurus ke depan. Tiba-tiba ada satu pemandangan yang mencuri perhatianku. Seorang laki-laki di peron 2 yang sedang memainkan handphone. Warna kulit, ikal rambutnya, dan gaya berpakaiannya persis seperti kamu. Kuamati sambil terus berjalan dengan dada yang sedikit berdebar. Ada pikiran tidak mungkin karena dari posturnya dia terlihat tidak terlalu tinggi, jadi kupikir tidak mungkin itu kamu.
Setelah menyeberang rel kereta menuju pintu keluar stasiun, aku kembali ragu dan langkahku terhenti. Jangan-jangan itu beneran kamu. Ada keinginan untuk memastikan kembali apakah itu kamu atau bukan. Setelah diam beberapa saat sambil berpikir, akhirnya kuputuskan untuk memastikan kembali supaya nanti gak kepikiran sampai di rumah. Untungnya belum ada kereta yang lewat arah ke Kota.
Aku berjalan menyusuri lorong peron 2 ke arah laki-laki itu. Berjarak lima langkah terlihat dia sedang menegakkan kepala sambil melihat ke sekitarnya. Meski wajahnya belum terlihat dengan jelas karena tertutup masker, dadaku tiba-tiba berdesir hingga terasa ngilu. Aku sembunyi di balik tiang sambil mengatur nafas supaya tetap tenang, lalu mengintip pelan-pelan. Aku ingin memastikan apakah ada tanda lahir di pundaknya, tapi tidak bisa kutemukan karna tertutup kerah bajunya. Kuamati wajahnya yang sebagian tertutup masker, terlihat agak sedikit brewokan. Ternyata, memang bukan kamu.
Desember 27, 2022
0 notes
pooooo19 · 2 years ago
Text
BANDUNG MOMENT PART II - 12 Agustus 2022
Okay, lanjut neh dari thread sebelumnya...
Having sex sudah, main di bathub walaupun gagal karena badan kita terlalu gede ahahhha.
Akhirnya prepare ke Shelter Club, first time nyobain club ke bandung, dan merupakan ketiga kalinya ke club.
First impression ke clubnya hemm lumayan sih ada LCD nya gituu... terus lebih luas lah ya dari Camden, gue yang ga tau tentang minumam gue biarin si po yang order.
Alright, sebelum minum karena gue laper gue beli nasi goreng dulu tuh.... Lumayan lah nasigorengnya...
Di depan kita ada 1 cowo dengan 2 cwe nakal biasalah di grepeh2 manja gitu si cowonya sma si cwe, hmmm
Meanwhile, disamping kanan kita ada para BOTBOT wkwkwk but ada 1 pria yang kita sama sama suka, tp no one of us berani untuk nyamperin jadi cuma ngagumi aja weh dari samping, and as always kita aktifin kitab kuning buat cek ombak iseng2 ajaa.. duh bener2 nikmat banget pacaran sama dia, po if you read this i want to tell you,, YOU ARE THE BEST!!!!!
Sudah mulai malem, minuman juga keluar and and gue cobain anjirrrr ga enak banget sumpahh bener bener alkoholnya berasa bangett gue cuma minum dikit then ga minum lagi nyium baunya aja gue ga kuat... sayang bangett duitnya but its okay lah dia jg kayanya suka suka aja, beda lah ya yg udh biasa mnum sma newbie kek gue...
Haha anyway first time gue liat si po mabok bangett,,, joget2 swagie dan ke floor juga joget sma yang lain wlwpun di anggurin ga ad yg ngajak joget wkwkkw syang nya gue ga mabok jadi ga enjoy bgt kalau mabok..
and gue sempet ke toilet ada seorang BOTTY AKUT liatin gue mungkin gue lakik banget kali ya brewokan trus kaos item gitu ,, dia lagi ngantri toilet sambil bermain mata ke gue dan ketika gue selesai kencing dia nyolek2 perut gue minta diewe kali dia ya,, sorry punya si po lebih enak drpda lu botty akut wkwkwk....
Trus sempet ada 2 orang juga sih nyamperin meja kitaa gatau deh kek kita jg atau ga but i didnt enjoy the moment.
ANyway, shelter club untuk music dan place 7/10 lah.. heheh but minuman sih kurang mgkin salah pilih aja ya...
Mau tau gimana kelanjutannya setelah minum ? Next Part III ya....
0 notes
stryprks · 2 years ago
Photo
Tumblr media
Di suatu sore karena laper akhirnya mampir beli nasi goreng gerobak pinggir jalan deket kantor. Selagi menunggu mas-mas nya menyiapkan nasgor, aku pun mengeluarkan sketch book dan meneruskan gambar yang belum selesai. Lagi asik gambar, tiba-tiba muncul om-om brewokan yang mengomentari motorku dengan suara beratnya, "Motor kamu dek? Tahun berapa ini?". "Motor papaku om. Tahun '82." Jawabku sambil menyembunyikan kekagetan. "Wah udah 40 tahun dong?! Seumuran sama adeknya om yang bungsu ini. Dulu papa om juga punya ini tapi sekarang udah ga ada lagi. Om suka dianter sekolah pake motor gini dulu." Jawabnya lalu melihat ke sketch book-ku. "Oh kamu suka gambar juga? Coba gambarin om sama motor kamu ini. Mau om kasih lihat adeknya om.", pintanya sambil duduk di atas motor. "Ehhh... Bo-boleh om." Dan kemudian aku pun mulai menggambar si om brewokan dan motorku. Setelah gambar selesai aku kasih lihat ke om brewokan dan kemudian dia memfoto gambarku tadi dan mengirimkannya ke seseorang. "Wah! Makasih ya, dek. Yaudah om pamit dulu, nasgor om udah jadi ini." ucapnya lalu menyalakan Harley Davidson Softail berwarna hitam yang parkir di sebelah motorku. "Kapan-kapan kita riding bareng ya!" teriak si om yang kemudian tertutup raungan knalpot motornya dan dia pun tancap gas meninggalkan aku yang masih memproses kejadian yang baru saja terjadi dan mas-mas nasgor yang berusaha mengejar si om brewokan yang ternyata belum bayar. 🤷‍♂️😵🤓 #CeritaFiktif #Sketch https://www.instagram.com/p/CmYtoz5S0ZB/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
zeorigir · 2 years ago
Text
My ver of Post game Waylon bc yes (inspired by @soopkreem post Waylon I hope you don’t mind)
Tumblr media
Idk it just clicked waylon being like that- uh so that’s my two cents
103 notes · View notes
menungguminggu · 4 years ago
Text
Tentang Usia Dua Puluhan dan Seribu Pertanyaan Yang Muncul Setelah Kelulusan
Tepat setelah saya lulus S2, di tengah kenyataan bahwa saya belum punya pekerjaan dan istri baru saja melahirkan, iseng-iseng saya membuat sebuah project personal berbentuk tulisan. Tidak tahu diri, saya tahu, tapi sebenarnya project ini sangat simpel sebenarnya. Saya melakukan interview kepada beberapa teman (yang mayoritas pada saat itu baru mengejar karir alias kinyis-kinyis baru lulus) tentang kehidupan mereka dan keputusan yang mereka ambil hingga berada di detik mereka berada saat ini. Pertanyaannya yang saya ajukan sebenarnya sangat mudah.
Are you really happy now? Is this the life that you want? 
Sedikit saya tahu bahwa jawaban yang muncul dari pertanyaan itu malah menjadi satu perjalanan yang rumit dan membuka mata. Tentang perjuangan mereka yang berupaya membangun kehidupan di usia dua puluhan beserta seluruh kekecewaan yang menumpang riang bersamanya.  
Halo Realita
Tuhan sejatinya memiliki selera humor yang luar biasa. Dan target favoritNya adalah mereka yang merencanakan dengan detail fase-fase kehidupan yang akan dilewati di masa depan. Semua orang punya rencana hidup yang mapan : kuliah, santai-santai dulu sambil jalan-jalan, lulus, cari kerja, mapan, nikah. Everything seems so perfect in our mind. Toh bagi yang bisa kuliah di universitas top (UGM atau Unair misalnya), masa kecil hingga SMA umumnya berjalan mulus minim hambatan. Ranking satu sampai tiga. Dipuji-puji di acara nikahan atau pertemuan keluarga pas Idul Fitri. Semuanya sempurna sampai tiba di masa kita harus berhadapan dengan punchline lelucon dari Tuhan yang bernama realita usia. Usia dua puluhan adalah masa remuk redam karena pada satu titik kita menyadari bahwa rencana yang sudah dibuat jauh-jauh hari itu ternyata tak lebih dari sebatas quote-quote inspiratif di akun syahdu instagram. Enak dibaca sulit dilakoni. Mudah dishare tapi melempem di kehidupan pribadi. Kehidupan selalu punya rencana lain yang harus kita ikuti. Atau parahnya, mereka yang akhirnya sampai di puncak tiba-tiba menyadari bahwa they don’t feel happy at all.  
Pada saat kami kuliah dulu, hampir semua senior atau dosen atau pembicara yang datang ke kampus selalu bicara berapi-api tentang pentingnya passion. Tentang sebuah semangat untuk mengejar mimpi atau melakukan hal yang disukai secara sungguh-sungguh. Tiap orang ditakdirkan untuk menjadi luar biasa karena passion-nya. Intinya, passion itu adalah bentuk KW dari American Dream. Jawaban dari pertanyaan hidup generasi muda yang pengen hidup kaya tapi tetep asik dan nggak boring. Dan generasi saya menelan mentah-mentah semangat itu. Setidaknya sampai saat kami tiba di usia 20an, atau lebih tepatnya saat kami berhadapan langsung dengan realita sebenarnya. Bahwa ternyata pekerjaan ‘asik di kantor yang anak muda banget’ itu berarti harus siap tidak pulang beberapa hari karena deadline project (yang membuat banyak teman merasa burnout dan berkata ‘what kind of life is this??’), atau kenyataan bahwa pekerjaan ‘passion’ yang kita pilih ternyata bernilai kecil di mata calon mertua, dan beragam problem lain.
Insekuritas
Di sebuah kelas yang kebetulan saya isi, iseng-iseng saya membuat penugasan esai pada mahasiswa. Reaksinya klasik. Wajah-wajah mengantuk itu pada mengeluh ‘yaah.. jangan dong Mas..” atau semacamnya. Standar saja. Tapi kemudian reaksi satu kelas berubah drastis saat saya mengatakan bahwa tema yang saya minta adalah tentang insekuritas. Ada antusiasme dan semangat yang muncul. Seakan ada banyak hal yang ingin disampaikan atau dikeluarkan lewat tulisan itu.
Ini adalah problem.
Sama seperti teman-teman yang saya wawancara, perasaan insecure adalah hantu yang (sialnya) akan jadi momok bagi mereka yang berusia dua puluhan. Semua orang menyadari tapi tdak pernah ada yang benar-benar membicarakannya. Insekuritas adalah lauk pauk sehari-hari. Umum saja. Hanya sebatas dirayakan di lagu-lagu Kunto Aji atau Hindia. Sejatinya semua orang mengalami skenario yang sama. Anda bangun pagi, melihat jendela dan menyadari dunia nampak sempurna. Hari yang bagus. Mood Anda bagus. Semua berjalan baik-baik saja. Sialnya Anda membuka Instagram dan menyadari ada sebuah story dimana teman baik Anda ternyata diterima beasiswa LPDP di luar negeri atau ujian CPNS di Jakarta. Nice. Ucapkan selamat datang pada insekuritas dan tendangan mautnya di selangkangan. Pada setiap ucapan selamat di kolom komentar post IG itu terdapat sosok yang merasa dirinya worthless. Pada titik itu Anda akan berpikir bahwa Anda tidak melakukan progress apa-apa. Walaupun langit di luar sana tak berawan, tapi dinding hati Anda sudah basah oleh rasa kecewa.
Dia sudah segitu, aku baru segini.
Usia dua puluhan adalah menyadari bahwa kehidupan menjadi semacam medan tempur dimana Anda diharapkan untuk selalu jadi pemenang. Neraka adalah bagi mereka yang tertinggal. Yang lulus terlambat, yang terlambat diterima pekerjaan, yang tidak juga mendapat jodoh, yang tidak juga dikaruniai anak, dan ribuan orang lain yang tertinggal di lintasan balapan imajiner kehidupan. Dan kita memperparahnya dengan menikmati balapan itu dengan hadir di media sosial, dimana orang berupaya meyakinkan diri sendiri dan orang lain bahwa mereka punya kehidupan yang lebih exciting dan sophisticated. Maka tidak aneh jika nilai momen-momen penting dalam hidup, seperti kelulusan atau pernikahan, menjadi sedangkal pencarian atensi likes di media sosial.    
Menjadi Dewasa dan Berbahagia
Saya rasa menjadi dewasa sejatinya adalah penipuan terbesar yang dialami manusia. Maksud saya, kalau saya tahu menjadi dewasa berarti serumit dan sesulit ini saya mungkin menolak menjadi dewasa. Lebih enak jadi anak-anak. Simpel. Semua terjamin. Saya mungkin memilih jadi seperti Peter Pan saja (yang overweight dan brewokan tentu saja). Tapi sialnya menjadi dewasa adalah keniscayaan. Semua orang pasti melewati entah mau atau tidak, siap atau tidak. Dan titik kedewasaan yang paling riil adalah mereka yang akan melompat dari bangku kuliah ke hamparan dingin realita hidup.
Lalu sebenarnya apa itu artinya menjadi dewasa?
Saya pikir, sebatas dari pengalaman hidup yang cuma bisa mengisi ruang upil di sisi hidung, menjadi dewasa itu bukan soal lilin angka di kue tart ulang tahun. Dewasa adalah saat kita mampu menerima apapun dalam kehidupan ini secara apa adanya. As it is. Tanpa ada penyangkalan atau menyalahkan orang lain. Menerima ada hal-hal yang bisa kita rubah, dan hal-hal yang berada di luar kemampuan kita. Dan dengan rendah hati berdamai dengan hal-hal yang tidak bisa kita rubah. Sampai di titik ini, setidaknya menururt saya, jauh lebih penting dari pertanyaan penting mengenai peluang karir atau jodoh atau masa depan secara umum.
Tepat pada saat anak saya lahir, semua orang menyampaikan doa dan harapan yang kurang lebih sama. Semoga menjadi anak yang baik, pintar, sholeh, dan beragam doa baik yang lain. Sebuah hal yang saya syukuri. Namun saya ingat ada seorang teman kuliah S2 yang dengan sungguh-sungguh mengatakan pada saya “ ... aku harap anakmu menjadi anak yang berbahagia...”. Teman saya ini tidak menyadarinya saat itu, tapi bagi saya ucapannya sangat berkesan.
Above all other things, beyond all those dream and ambition, you should be happy.
Mungkin sudah saatnya untuk berhenti terlalu mengejar dan berlari. Mungkin sudah saatnya untuk berhenti menilai kehidupan orang lain dan membandingkan dengan capaian diri sendiri. Mungkin sudah saatnya untuk memahami bahwa lepas dari apa yang nampak di media sosial, setiap orang punya problemnya masing-masing. Mungkin sudah saatnya untuk berupaya dan berkarya namun tidak untuk menjadi pemenang, tapi simply to be happy. For yourself. To dance wothout audience. Mungkin sudah saatnya untuk mensyukuri apapun yang Anda capai sekarang. Karena hanya Anda saja yang paham perjuangan dan perjalanan yang Anda hadapi. Anda tidak perlu menjelaskan atau membuktikan apapun pada orang lain untuk membuat perjuangan Anda valid. Asalkan Anda tahu Anda sudah berupaya sekuat tenaga dan semampunya, then it’s enough. You are enough.
Apapun pilihan Anda setelah lulus, pastikan bahwa Anda bahagia.  
155 notes · View notes
cheniaik · 4 years ago
Text
Saya dan mitos
Tumblr media
Buku ini adalah buku nonfiksi pertama yang saya baca tahun ini. Karena tahun kemarin jumlah buku yang saya baca cuma 13 biji padahal ada waktu di mana saya bisa membaca 30 lebih buku dalam setahun, saya merasa payah dan bertekad setidak-tidaknya saya harus menghabiskan minimal 2 buku dalam sebulan di tahun ini. Dari awal 2021, dengan Parade Hantu Siang Bolong, saya sudah menamatkan 8 buah buku dan setelah menghabiskan si Parade Hantu ini, pikiran saya terusik untuk menuliskannya.
Kebanyakan buku yang saya baca itu fiksi--apapun genrenya—untuk buku fiksi saya gak pernah pilah-pilih asalkan bukan teenlit yang ceritanya bikin mual. Tapi kalau nonfiksi, saya masih suka pilah-pilih mengingat beberapa buku ada yang gak saya selesaikan karena isinya sama sekali gak menarik minat saya. Alhasil malah buang-buang duit. Buku nonfiksi yang menjadi kesukaan saya sejauh ini cuma 2; summerhill school karya a.s neill dan filsafat keberminuman (kalau gak salah, soalnya bukunya lupa ada di mana dan saya hanya mengingat isi bukunya sampai sekarang) karya entah siapa yang saya juga lupa namanya. Buku nonfiksi lain macam sapiens, genom, kosmos, atau buku sosial politik filsafat lain memang saya suka dan saya selesaikan tapi isinya gak begitu saya ingat seperti kedua buku kesukaan saya tersebut.
Kini sepertinya buku nonfiksi kesukaan saya bertambah lagi; Parade Hantu Siang Bolong. Saya melihat buku ini di salah satu laman Instagram toko buku independen dan saya pikir menarik sekali membaca beberapa reportase mengenai mitos dan lokalitas Indonesia. Saya memang tertarik sekali pada mitos dan hal-hal yang gak bisa saya lihat pakai mata. Saya takut banget sama hantu dan ada beberapa waktu di mana saya percaya kalau perempuan ketika menyapu gak bersih bakal punya suami brewokan. Saya kayanya gak akan pernah berani pakai baju hijau ke pantai selatan dan pernah meletakkan bawang putih di pojokan kamar supaya kamarnya gak dimasuki makhluk halus.
Saya lahir dan tumbuh di kota urban. Orang tua saya keturunan Betawi dan Jawa tapi bahkan saya sama sekali gak bisa bahasa jawa dan gak pernah datang ke upacara adat pernikahan Betawi yang isinya penuh dengan balas-balasan pantun. Walau saya kurang akrab dengan budaya yang membentuk diri saya, tapi saya besar dengan mitos-mitos aneh yang tentu gak bisa dicerna dengan akal. Atau mungkin, kita semua?
Parade Hantu Siang Bolong menyajikan mitos-mitos lokal itu dengan apik seakan saya lagi baca cerita fiksi tapi benar-benar nyata. Saya pernah baca cerita fiksi mengenai  mitos berjudul Kuil di Dasar Laut dan sejak itu saya lebih terbuka dalam menerima hal-hal di luar ketidaktahuan saya. Parade Hantu Siang Bolong ini bercerita tentang kesurupan masal beserta Indang, Kampung Pitu, Turangga Setra, Tarot Lokal, Penghayat, dan cerita-cerita lain yang kadang bikin saya bergidik ngeri sekaligus berdecak kagum. Jujur saya gak pernah review buku dan gak tahu bagaimana menulis ulasan buku yang baik tapi saya hanya mencoba menuliskan perasaan dan pikiran yang mengendap setelah saya menyelesaikan buku ini.
Titah, si penulis Parade Hantu Siang Bolong ini terus menerus menyajikan potongan-potongan mengenai sesuatu yang dipercaya pengikutnya (bahkan pada kejadian-kejadian misterius nan asing) dan ia gak mencoba memberikan jawaban kepada pembacanya. Malah sebaliknya, setelah membaca buku ini saya jadi banyak bertanya-tanya dan akhirnya mau gak mau menerima aja karena saya tahu ada hal-hal di luar batas akal sehat saya yang mungkin gak akan pernah bisa saya mengerti. Hal-hal itu gak ada, tapi ada.
Buku ini sangat saya rekomendasikan buat orang-orang yang sering merasa paling benar, kerap mengkofar-kafirkan orang lain, serta merasa perbedaan pandangan dan keyakinan adalah suatu hal yang tabu. Ada satu bagian di buku ini yang bikin saya mengernyit lalu tersenyum kecut sesudahnya; yaitu ketika Titah menulis mengenai konferensi SETI yang membahas eksistensi ufo, alien, dan kehidupan di luar bumi. Sehabis membaca bagian tersebut saya langsung membayangkan orang-orang kota yang mengaku diri modern merendahkan orang-orang pinggiran yang tinggal di desa karena masih mempercayai mitos padahal orang-orang kota nan modern itu juga percaya pada ufo, pada alien, pada kehidupan lain di luar bumi yang belum pernah kita ketahui. Jadi, apa bedanya?
Titah bilang, kalau Indonesia adalah buku, genrenya sudah pasti realisme magis. Saya pikir, Titah benar juga.
11 notes · View notes
catatankecilchai · 4 years ago
Text
First of all, forgive me Tumblr, for this shitty post.
Jadi, barusan saya kebangun. Dari mimpi yang agak aneh. Kalau tidak saya tuliskan, beberapa saat lagi saya pasti akan lupa. Dalam mimpi saya, saya tuh lagi ada di sebuah upacara bendera khas Hari Senin, di sekolah dasar tempat saya dulu bersekolah. Saya somehow berdiri di belakang kepala sekolah, memegang teks Pancasila, sebuah posisi yang memang sering saya tempati tiap kali kelas kami kebagian tugas untuk jadi personil upacara. Yang aneh adalah bahwa saya berseragam SD, tapi dengan postur tubuh yang sekarang, tubuh lebih tinggi dari kepala sekolah, perut hampir buncit dan agak brewokan. Juga berkacamata. Absurd banget kan?!
Berlangsunglah, upacara bendera. Setelah pengibaran bendera merah putih, saya iseng bertanya pada kepala sekolah, "Pak, kenapa sih kalau kalau bagian Pancasila harus baca teks? Bapak ndak hapal teks Pancasila ya? Aih, kalah dong sama anak-anak SD, mereka semua udah pada hapal dari kelas satu..."
Saya merasa menanyakan itu sambil berbisik. Tapi somehow di mimpi saya, suara saya ngobrol itu terdengar jelas ke semua orang di lapangan upacara. Dan semua orang memelototi saya. Menatap saya dengan pandangan geram. Marah. Mulai dari kepala sekolah, guru-guru, bahkan semua siswa SD yang mengikuti upacara. Saya bergidik, mendadak merasa takut yang aneh. Saya sampai menggigil. Saya seumur-umur tidak pernah pingsan. Di mimpi itu, saya merasa akan pingsan dan rubuh, jatuh ke belakang. Persis di moment ketika tubuh saya akan menghantam tanah, saya terbangun....
Astagfirullah.
11 notes · View notes
hampala234 · 4 years ago
Text
Seorang Jenderal keluar dari toilet, tetapi dia lupa mengancingkan celananya....
Ajudannya dengan sikap hormat sempat mengingatkan..., Maaf Jenderal, pintu gardu penjagaan belum ditutup....
Sang jenderal tak sadar maksudnya, dengan nada marah membentak..., Saya sudah lihat tadi...!!
Tapi tak lama kemudian Sang Jenderal sadar kalau retsletingnya terbuka..., dia lalu berbalik menemui Ajudannya tadi dan bertanya..., Waktu gardunya terbuka..., apakah kamu melihat seorang Perwira tegap berdiri...!?
Si Ajudan dengan sikap hormat, menjawab dengan tegas..., Siap Jenderal, maaf saya hanya melihat seorang Veteran tua kedinginan, lunglai dan brewokan...!!!
plak... plak... plakk.. sembarangan....!
push up 25 kali 🤣🤣🤣
Hhhhhahahha🙏🙏🙏
2 notes · View notes
sudahpulih · 5 years ago
Text
Allah menciptakan kecewa agar kita bisa kembali kepada-Nya, Allah menciptakan kesedihan agar kita bisa kembali kepada-Nya, Allah menciptakan keraguan agar kita bisa kembali kepada-Nya, Allah menciptakan itu semua karena Dia cemburu. Cinta kita kepada makhluk-Nya, melebihi cinta kita kepada-Nya.
"Woi bengong aja, bro. Apakabar?" Kaget Fajar kepada Matahari
"Allahuakbar. Kamu, Jar. Hish. Ngangetin aja. Alhamdulillah sehat. Kamu? Lama ya gak ketemu kita. Udah.... 4 tahun bosq."
"Alhamdulillah baik. Iya euy. Lama amat. Gilak. Btw kamu... Yang sabar yak. Pasti diganti yang lebih baik."
"Iya santai. Alhamdulillah udah ikhlas juga bro. Ngeliat Pelangi seneng aku juga ikut seneng. Gatau kenapa."
"Ya namanya cinta hiya hiya hiya."
Fajar adalah salah satu kawan baik Matahari di SMA. Sangat modis. Keren. Rambut klimis. Brewokan. Tinggi. Pemain basket. Ketua OSIS. Ketua event acara olahraga nasional dan yang paling penting adalah salah satu pendengar yang baik. Dia yang paham dengan keadaan Matahari di SMA. Intrik dan dinamika saat SMA. Semuanya tentangnya. Pokoknya best friend banget lah. Tapi, selain itu dia juga punya sahabat namanya....
"Masih kontak dengan Bulan?" Tanya Fajar mengagetkan.
"Hm? Rembulan? Oh. Enggak. Udah lama banget. Cuman tau kabar dia udah lulus dan sekarang jadi dokter. Kenapa bro?"
Fajar memperbaiki posisinya.
"Mau aku ceritain sesuatu tentangnya? Pas SMA. Dia best friend ku pas SMA. Dan selalu curhat ke aku. Entah apapun itu. Dari agama, keseharian, hobi, pr, dan... termasuk kamu Har."
"Aku? Kenapa Jar?
"Kamu inget dulu pas dia berjuang denganmu pas event Ramadhan itu? Mulai dari situ."
"Iya inget. Terus?" Tanya Matahari penasaran.
"Mulai dari situ dia ada perasaan denganmu. Dia suka Har sama kamu. Kagum dengan semua pemikiranmu. Apa yang kamu lakukan, apa yang kamu katakan, dan semua tentangmu. Mungkin kamu cinta pertamanya, Har. Belum pernah dia mengalami itu. Belum pernah seseneng itu. Dan dia selalu membahas tentang mu kalo ketemu denganku. Sampek bosen aku dengernya.
"Seriusan kamu, Jar?"
"Dua rius. Aku sahabatnya bro. Kalo dia cerita apapun ke aku."
"Kenapa kamu gak bilang dari dulu? Aku benar-benar gatau kalo dia seperti itu."
"Bro, dia yang minta. Kalo aku gak boleh bocorin ceritanya ke siapapun termasuk kamu. Dan pas kamu sama Pelangi. Dia bener-bener shock. Gatau mau ngapain, matanya sembab, murung. Dan dari situ dia mulai batesin pergaulannya dengan cowok. Dia gak bisa lagi suka sama cowok gitu aja. Takut kecewa lagi, katanya."
Matahari merenung sejenak. Dia mulai memutar pikirannya saat dia berjuang dengan Rembulan. Mulai bersama, bertukar pikiran, bercanda, cari dana, bertemu pembina, dan semua yang pernah dilakukan bersama. Menunduk. Matahari menyia-nyiakan seseorang yang benar-benar tulus dengannya. Mengecewakan begitu saja orang yang dulu ikut memperjuangkan eventnya dan... juga dirinya.
"Bener apa yang kamu bilang barusan, Jar?"
"Iya, Har. Kurang lebih itu semua yang dia bilang ke aku. Beberapa tahun dulu."
Angin berhembus disela-sela wajah Matahari, nekat menembus masuk ke dalam mata. Berharap tak terjadi apa-apa, tetapi angin itu berdesakan keluar dengan membawa air mata. Pedih rasanya. Lalu, tetes itu berangsur mengikuti wajah Matahari yang memerah karena merasa bersalah. Turun begitu saja. Melewati mandibula dan akhirnya menetes ke dalam lantai. Kemudian dia mengusap lembut jejak air matanya. Sangat pilu. Tapi, sudah terjadi. Mau bagaimana lagi?
"Maafkan aku, Bulan. Sudah membuatmu kecewa. Aku terlalu bodoh. Sampai tidak melihatmu mempunyai perasaan itu. Kamu dimana sekarang? Apakah perasaan mu masih sama? Tentu saja tidak, kan?" Ucap hati Matahari.
******************
Deras hujan yang turun mengingatkan ku pada dirimu
Aku masih disini untuku setia ...
Selang waktu berganti aku tak tau engkau dimana
Tapi, aku mencoba untuk setia ...
Sesaat malam datang menjemput kesendirianku
Dan bila pagi datang, kutauuu kau tak disampingku
Aku masih disini untuk setia ...
Lagu klasik yang menurutku masih bagus hingga sekarang. Jikustik-setia. Ah.. mungkin abangnya buat lagu buat kekasihnya kalik ya. Udah beberapa tahun gak ketemu, tapi dia masih setia dengan kekasihnya. Dan akhirnya mereka bertemu. Aku juga ingin. Tapi.. aku gak punya kekasih. Yasudah lah. Tak kusadari mobil yang kukemudikan menuju pernikahan Pelangi akhirnya sampai.
Seperti biasa, aku memakai kebaya serba biru. Tepatnya biru donker. Alis yang tidak terlalu tebal, gincu merah muda, rona merah pipi yang tipis. Hijab yang menutup dada, arloji daniel wellington yang sudah 3 tahun masih awet bertengger di lenganku, dan kacamata minus bulat trend anak jaman sekarang. Pelangi menyelenggarakan pernikahan di gedung Wanitatama Jogja, yang menurutku wow itu mewah.
Dan di sudut ruangan aku melihat sosok dari masa lalu. Gaya rambutnya yang khas dengan belahan kiri, matanya yang tajam, menyunggingkan bibirnya yang tak asing, dan warna kesukaannya yang sama denganku. Biru donker. Itu Matahari. Sedang berbincang dengan Fajar, sahabatku SMA. Yang kebetulan juga sahabat dari Matahari. Tapi, dia terlihat murung menundukkan kepalanya. Mungkin sedih karena Pelangi sudah mendahuluinya dan tidak jadi bersanding dengannya.
Akhirnya mata kita bertemu. Dunia melambat. Aku pernah merasakan seperti ini dulu. Saat masa berjuangku dengannya. Bahkan suara penyanyi yang merdu tiba-tiba tidak terdengar begitu saja. Jantung yang biasanya baik-baik saja, tiba-tiba merangsang epinephrin untuk bekerja lebih cepat. Hippocampusku yang mengingat momen dahulu ikut membuat semuanya jelas. Aku masih ada perasaan dengan Matahari. Cinta pertama, walau tak berbalas.
"Matahari, lama ya tidak bertemu." Ucapku dalam hati.
Segera ku mengalihkan langkahku menuju kamar kecil untuk tidak mengeluarkan air mata. Dan membasuhnya. Mengapa momen ini terjadi lagi. Dan disaat aku tidak siap untuk menghadapinya. Akhirnya aku memberanikan keluar kamar kecil untuk mengambil ice cream agar tidak terlalu panik dan mendinginkan pikiranku. Lalu ...
"Assalamualaikum Rembulan. Apa kabar?" Tiba-tiba Matahari menghampiriku.
"Eh, Waalaikumussalam. Alhamdulillah. Kamu?" Jawabku kaget.
"Baik Alhamdulillah."
Tak bisa ku menahan gugup ku. Yang biasanya aku percaya diri, baru kali ini aku tidak seperti itu.
"Sendiri kesini?"
"Aku? Eh, iya sendiri." Kupalingkan mukaku.
Ternyata aku terlalu gugup untuk bertemu dengannya. Rona merah pipi berubah menjadi merah tua. Kuhembuskan nafas dalam lalu mencoba tenang.
"Udah ketemu temen-temen? Tadi aku ketemu Fajar, Shidiq, Karen, Mia, Zahra, Fatimah, dan masih banyak lagi."
"Udah kok. Iya tadi aku udah sempet nyapa mereka."
Tiba-tiba hening beberapa saat.
"Rembulan, maafin aku ya."
"Maksudnya?" Tanyaku kaget.
"Beberapa tahun kebelakang. Pas SMA. Ternyata pernah membuatmu kecewa dan aku tidak tau itu."
"Em... Udah gakpapa. Santai. Lagian..."
Tiba-tiba pembicaraan ku terhenti karena Matahari menyahut
"Kamu ada waktu habis ini? Sebentar saja. Aku ingin mengobrol denganmu."
"Emm.. punya sih. Dimana?"
"Cafe seberang jalan aja."
"Oke baik."
Tidak tau apa yang ingin Matahari bicarakan. Apa ingin membuatku kecewa lagi? Pasti mau ngasih undangan nikah. Yasudahlah tak apa. Aku tidak ingin berharap lagi dengannya.
Jalan raya semakin terik. Membakar para pengendara motor dan tukang becak disekitar gedung itu. Jogja terasa sesak saat jam-jam seperti ini. Bagaimana lagi? Tak punya pilihan. Sudah banyak orang bermobil. Jalan tidak bertambah lebar. Tak apa. Tetapi, Jogja selalu punya kejutan.
30 menit kemudian kita sudah duduk berhadapan di cafe siang itu. Dia bercerita tentang kehidupan sehari-hari nya selepas lulus SMA. Dan aku sama. Menceritakan kehidupan ku menjadi mahasiswa kedokteran dan sesudah menyandang gelar dokter. Tiba-tiba Matahari mengalihkan topiknya.
"Aku sudah denger semua dari Fajar, Bulan."
"Denger apa?" Tanyaku kaget.
"Tentang dirimu saat SMA. Pas kita ...."
"Yasudah tak usah dibahas. Lagian udah masa lalu. Tidak penting."
"Tapi bagiku penting. Seumur aku tidak pernah mengecewakan seseorang. Terutama yang pernah berjuang untukku."
"Lalu?"
"Apa kamu masih punya perasaan yang sama?"
Aku tidak menjawab. Hening. Aku menunduk? Perasaan yang sama? Aku tidak bisa berbohong. Tapi, itu benar. Aku tidak bisa mengelak. Aku tidak pernah lagi mengagumi seseorang selepas mengagumi Matahari. Perasaan ku terlalu tulus. Dan terlalu innocent. Kepalaku mendadak pening. Pertanyaan itu seperti menghujani kepalaku dengan batu. Dan merusak Area Broca lalu mengunci mulutku. Tidak bisa berkata apapun.
"Kalau iya. Izinkan aku untuk meminta restu orang tua mu. Aku ingin serius. Sudah waktunya."
Batu yang menghujani tiba-tiba seperti membuat perdarahan di otak. Semua tubuh ku tidak bisa bergerak. Diam. Aku tidak tau akan merespon apa. Ini terlalu mengagetkanku. Ruangan yang dingin pun, seketika panas. Epinephrin ku dilepas lagi oleh tubuh. Takikardia tidak terkendali. Menelan ludah pun terasa sulit bagiku. Hormon tiroid ku bekerja dengan maksimal. Tubuhku sulit dikendalikan. Benar. Jogja selalu punya kejutan. Tapi, ini terlalu mendadak.
"Lagi-lagi Allah mengejutkan ku." Ucapku dalam hati.
"Baik, Rembulan. Berikan aku kesempatan untuk tidak mengecewakan mu kedua kalinya."
Entah kenapa aku hanya merespon dengan senyum. Tapi, ini benar-benar senyum yang tulus seperti perasaan itu yang sudah bertahun-tahun tidak hilang. Hinggap pada ingatan terlama dan keluar diam-diam untuk mengenang semua tanpa permisi. Ternyata Allah hanya mengganti waktunya saja. Disaat semua sudah siap. Menurut-Nya.
Apakah kamu pikir Matahari dan Rembulan hanya bergantian menggantikan tugas satu sama lain saja? Apakah tidak ada kesempatan untuk Matahari dan Rembulan untuk bersatu? Ada. Allah menciptakan Gerhana untuk mempertemukan mereka berdua. Entah siang atau malam. Bintang, satelit, komet, planet, dan bumi menjadi saksi mereka berdua untuk bertemu. Matahari dan Rembulan butuh beberapa waktu untuk menjadikan Gerhana. Mereka tidak pernah mengeluh. Pada dasarnya masing-masing sedang mempersiapkan diri dan berjuang. Lalu ketika masing-masing sudah siap, maka Allah terbitkan Gerhana untuk mereka bertemu. Se simple itu Allah mengatur semuanya. Dan kita hanya perlu menunggunya.
Dan selang 3 bulan dari pertemuan siang itu. Aku dan Matahari melepas tugas masing-masing. Yang awalnya sahabat menjadi teman. Teman makan, teman menonton, teman bercengkrama, teman bercanda, teman meminum teh, teman melihat senja, teman berkendara, teman sholat, dan teman hidup.
6 Juli pernikahan mereka diselenggarakan.
2 notes · View notes
kun-muhammad · 5 years ago
Text
Dia Yang Senyumnya Manis dengan Pipi Merah Delima..
Mengenal lebih dekat dengannya 2 tahun terakhir, menyadari diri ini masih banyak kekurangan. Meskipun kadang dia mengatakan dirinya juga kurang sholeh. Ah, itu cuma penilaianmu bung! Kami disini bangga padamu.
2 tahun itu sebetulnya waktu yang lama, tapi terasa singkat dimana kami bercengkrama, berdebat, bertengkar, makan berdua, sampai membicarakan hal-hal yang kurang pantas dibicarakan juga. Membuat 2 tahun terlewati begitu saja.
Tumblr media
Perawakan kurus, bisa dibilang cungkring, hehe. Brewokan, kalo udah dicukur tuh, looks more young then the age.
Aneh.
Ga ada yang bisa baca pola fikirnya, he is a freakin man. Tetiba nongol depan kamar, tetiba nelpon, tetiba ngechat, dan tetiba tetiba lainnya.
Dibalik pipi merah delimanya itu dia menyimpan senyum manis, senyum yang bisa membuat hati bergetar, mata menatap, mulut berucap. Pokoknya manish!
Meskipun doyan males-malesan, hafalannya lumayan, ibadahnya jalan, amanahnya? Jadi andalan.
Paling hanya satu-dua orang saja yang betul betul bisa mengerti dia. Itupun mungkin hanya sebatas kulitnya saja. Karena memang dia cuma terdiri dari tulang dan kulit. Hehe.
Tumblr media
Kini dia sudah masuk tahap kesekian dalam hidupnya. Menjadi seorang suami. Agak sedikit tak terbayang, bagaimana dia sengan sikapnya bisa menyanding seorang wanita! Hahaha.
Momen-momen lucu selalu teringat kalau membayangkan dia kan duduk di pelaminan. Manja, sedikit cuek (meski sangat peduli), hatinya tak bisa dibaca. Semoga kau bahagia Akhi!
Mulai dari prosesi khitbah nya saja membuat pikiran berantakan. (Hampir) pakai batik kusam lengan pendek, gatau mau naik apa, haahh menyebalkan.
Satu lagi yang membuatku sebal! Kau bersanding dengan seorang wanita, kemudian meninggalkanku sendiri dengan amanah yang tak terkira!
InsyaAllah kucoba ikhlaskan akhi 😉
Tumblr media
Untuk kau wanita sholihah yang sekarang bersanding dengannya. Selamat! Kau mendapatkan pria sholih, yang mampu mentransformasikan ke-sholih-an nya dengan caranya sendiri. Selamat! Kau mendapatkan imam yang handal, mampu memimpin perjalanan panjang berbekal keberanian dan takwa. Selamat! Kau mendapatkan teman yang bisa membimbingmu meniti jalan Tuhan sampai ke jannahNya.
Doaku kusertakan untuk kebahagiaan keluarga kalian.
Dan Akhi, pastikan kau tetap membimbingku, menuntunku, mengingatkanku untuk selalu istiqomah, ikhlash, dan khusyu' dalam setiap perjalanan hidupku.
"Barakallahu Lakuma Wa Baraka 'Alaykuma Wa Jama'a Baynakuma Fii Khair"
Tembalang, 2 Juli 2019
Yang selalu menanti kepulanganmu.
18 notes · View notes