#blogjumal
Explore tagged Tumblr posts
Text
Superintellegence Software, Inti Cinta dalam Diri Manusia
Manusia memiliki medan magnet, medan magnet artinya daerah sekitar yang masih dipengaruhi oleh magnet.
Seseorang akan memancarkan medan magnet kepada sekitarnya, sehingga orang disekitarnya akan merasakan gelombang elektro magnet dari orang tersebut.
Sebagai contoh, Orang yang bahagia akan memancarkan gelombang kebahagiaan kepada orang yang disekitarnya, sebaliknya orang yang sedih akan memancarkan gelombang kesedihan kepada orang disekitarnya pula.
Dalam Medan magnet manusia terdapat inti cinta yang disebut Superintellegence Software (SIS), inti inilah yang menjadikan seorang ibu mencintai anaknya, lelaki perempuan menyayangi pasangannya.
Ada energi kuantum yang harus diberikan kepada setiap sel dalam tubuh. Setiap pertemuan protein laki – laki dan protein wanita akan dimasuki Superintellegence software.
Jika manusia meninggal dan perangkat keras seorang manusia berhenti berfungsi, tidak ada reaksi neuron dan proton, akibatnya tidak ada lagi Medan Magnet dan Superintellegence Software (SIS) pun hilang.
Lalu kemanakah Super Intelligent Software itu?
Prof. BJ. Habibie berkeyakinan bahwa Super Intelligent Software itu mencari Medan Magnet yang compatible dengan Super Intelligent Software kita dan Medan Magnet yang compatibel ada dua yaitu:
Magnet ibunya
Medan Magnet disebabkan Cinta Ilahi, cinta yang manuggal sepanjang masa.
Mungkin karena itulah kenapa jika ibu atau pasangan yang kita cintai hilang dari kehidupan, kita akan tetap merasakan kehadirannya. Bahkan terkadang seseorang bisa ‘kemasukan’ sifat dari pasangannya.
Pak Habibie, beliau pernah bercerita kalau dia orangnya urakan, tidak suka tepat waktu dan tidak disiplin. Setelah istrinya meninggal, seakan akan ada perubahan, beliau menjadi lebih disiplin dan tepat waktu, seakan akan jiwa Ainun masuk dalam dirinya.
…
Terbit di Medium.
3 notes
·
View notes
Text
Ulama Hadis yang Dipukul Ramai-Ramai
Seorang ulama hadis terkemuka bernama ‘Amir al-Sya’bi sedang melakukan perjalana ke daerah Syam dan singgah untuk melaksanakan ibadah salat di sebuah masjid.
Di dalam masjid tersebut, terdapat seorang syaikj berjanggut lebat yang sedang mengajar.
Al-Sya’bi menunaikan ibadah salat.
Ketika al-Sya’bi sedang salat, dia mendengar syaikh tadi membacakan hadis palsu.
Selesai salat, al-Sya’bi segera menegur syaikh itu dan menjelaskan bahwa hadis yang dibacakan tadi adalah palsu. Dia juga menerangkan redaksi hadis yang benar.
Syeikh itu marah dan geram. Dia menuduh al-Sya’bi sebagai orang jahat dan menyatakan bahwa dia hanya menyampaikan hadis yang dia dengar.
Syaikh tersebut lalu mencabut sandalnya dan memukul al-Sya’bi. Para pelajar syaikh itu juga ikut serta memukul al-Sya’bi.
Mereka tidak menyadari bahwa orang yang mereka pukul itu adalah ‘Amir al-Sya’bi, seorang tokoh ilmuan hadis daripada kalangan tabi’in.
Karena terlalu ta’asub dengan syaikh mereka sendiri, mereka memukul seorang ulama hadis yang sesungguhnya.
Sumber
Dr. Kamilin Kamilin, Ulama Hadis: Makhluk Asing Dari Bumi
1 note
·
View note
Photo
Nilai Ijazah tidak cukup sebagai modal hidup. Hidup ini membutuhkan lebih dari itu. Nikmati saja prosesnya, karena ada yang lebih penting dari sekedar angka angka itu. #blogjumal (at Kampung Betawi, Setu Babakan) https://www.instagram.com/p/Bi_pVsQhTOG/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=6iq8wvlp9wou
1 note
·
View note
Photo
DAHSYATNYA BERBAIK SANGKA Thalhah bin Abdurahman bin Auf adalah orang yang paling pemurah di zamannya. Suatu ketika isteri beliau berkata: "Aku tidak pernah melihat orang yang lebih buruk daripada sahabat-sahabatmu. Jika engkau kaya, mereka selalu datang bertandang. Jika engkau miskin, mereka terus meninggalkan dirimu. Talhah menjawab: "Demi Allah, sebaliknya itu tanda kebaikan mereka kepada kita. Mereka bertandang di saat kita mampu memuliakan mereka. Mereka menjauh di saat kita tidak mampu memuliakan mereka." Imam al-Mawardi berkata: "Lihatlah bagaimana beliau memaknai perbuatan buruk dengan tafsiran yang baik kerana kebersihan hatinya. Kebersihan hati akan memberikan kerehatan di dalam hati." Baik sangka, hati manusia akan terasa tenang dan tentram melihat berbagai peristiwa yang menimpa dirinya. Buruk Sangka, hati manusia akan gelisah dan tidak terkontrol akibat masukan-masukan buruk yang berkeliaran di hati dan pikiran. Kejadian buruk apabila dihadapi dengan buruk sangka, akan bertambah buruk pula hasil yang akan diperoleh. Bahkan memperburuk keadaan. Kejadian baik apabila dihadapi dengan baik sangka, sedikit demi sedikit akan terselesaikan dan mereda, membuat hati dan pikiran lebih tenang. Gelisah atau tenang yang diharapkan? Jikalau, gelisah yang diharap maka hadapi peristiwa buruk dengan prasangka buruk. Tapi, jika mengharap tenang maka hadapi semua peristiwa buruk dengan prasangka baik yang akan berbuah ketenangan dan ketentraman hati bagi yang melaksanakannya. #islamic_character_development #BlogJumal #kajianakhlak https://www.instagram.com/p/BsmGEPhHae6/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=wmplovxdtjbn
1 note
·
View note
Text
instagram
Siapakah yang mengendalikan diri kita dalam berperilaku?
Dalam jiwa manusia ada jiwa taqwa dan jiwa fujur. Jiwa Fujur itu Sifatnya menyerang sedangkan jiwa taqwa sifatnya menahan.
Tanpa kita berbuat apapun/dalam keadaan diam, jiwa fujur akan reactive, yang akan mendorong jiwa taqwa. misal : berfikiran tidak baik / berprasangka buruk, percikan-percikan ria, sombong, takabur, dll.
Apalagi didalam berperilaku sehari-hari, jiwa fujur akan sangat reactive dalam mengendalikan diri kita misal : membesarkan dirinya – selalu melihat orang lain lebih rendah dari dirinya – merasa pintar, fixed mindset. ini dikarenakan kebodohan dan kurangnya ilmu.
Penilaian menusia tidak lepas dari :
1. Orang akan merasa biasa saja bagi yang belum kenal
2. Orang akan respect bagi yang sudah kenal
3. Orang akan senang / cinta dengan kita karena dia tau kita mempunyai kelebihan
4. Orang yang jika melihat kita tidak suka, bagi yang membenci kita
5. Orang yang jika melihat kita bukan hanya benci, tapi ingin mencelakakan kita.
Bagi yang ingin merdeka dari penilaian manusia, lepaskan 5 point tersebut di atas. karena hal yang mustahil jika semua orang senang pada kita.
Tidak penting untuk disenangi atau tidak disenangi orang lain, merdekakan diri kita dari penilaian manusia dan ikatlah diri kita dengan penilaian Allah.
Fokuslah pada Tujuan hidup, yaitu “mengharap Ridha Allah, bukan Ridha manusia”
Orang yang merdeka adalah yang memiliki keyakinan dan ketergantungan yang tinggi kepada Allah SWT yang Mahakuasa. Tidak mengharap penghormatan dan imbalan dari manusia, tidak terpengaruh oleh pujian dan hinaan.
Jumal Ahmad | Islamic Character Development
0 notes
Text
Abdullah bin Mubarak dan ِAli bin Muwafaq tentang Haji Mabrur
Suatu saat ketika Abdullah bin Mubarak sedang naik haji dan dirinya tertidur di Masjidil Haram kala menuaikan ibadah haji. Ia pun bermimpi. Dalam mimpinya beliau bertemu dengan dua orang malaikat yang saling bercakap-cakap.
Seorang malaikat bertanya pada malaikat yang lain, “Berapa jumlah orang yang menunaikan ibadah haji pada tahun ini?” kata salah satu diantara keduanya. “Enam ratus ribu,” jawab malaikat satunya. Lalu malaikat yang tadi bertanya lagi, “Berapa yang diterima hajinya?” Malaikat yang satunyapun menjawab,” Tidak ada yang diterima.”
Mendengar percakapan itu, Abdullah bin Mubarak menjadi terguncang dan hatinya merasa pedih. Kemudian iapun menangis. “Semua orang yang ada di sini telah datang dari berbagai penjuru bumi. Dengan dengan kesulitan yang besar dan keletihan semuanya menjadi sia-sia?” pikir Ibnu Mubarak dalam mimpinya.
Tiba-tiba salah satu malaikat berkata lagi. “Kecuali hanya seorang tukang sepatu di Damaskus yang dipanggil Ali bin Muwaffaq. Dia tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni. Bahkan berkat dialah ibadah seluruh jamaah haji ini diterima oleh Allah.”
Ketika Abdullah Ibnu Mubarak mendengar percakapannya itu, beliau terbangun dari mimpinya dan membuatnya tercenung. Setelah selesai menunaikan ibadah haji, berangkatlah Abdullah bin Mubarak ke Damaskus. Mulai menelusuri jejak Ali bin Muaffaq di lorong-lorong kota. Sampai akhirnya tempat tinggal Muwaffaq ditemukan.
Sesampainya dirumah yang dicarinya, Syeikh Abdullah bin Mubarak kemudian mengetuk pintu.“Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh!” sapanya sambil mengetuk pintu. Setelah itu si empunya rumah membuka pintunya.
Ibnu Mubarak menanyakan tentang namanya, orang itu menjawab, “Namaku Ali bin Al-Muwaffaq.” “Apa pekerjaanmu?,” sergah Ibnu Mubarak. “Aku ini tukang sol sepatu, pekerjaanku adalah memperbaiki sepatu,” jawab pria itu.
Ibnu Mubarok langsung ceria karena ia sudah bertemu orang yang membuatnya penasaran. “Aku ingin berbincang denganmu, di sana ada masjid, mari berbincang di sana. Aku akan menceritakan apa yang kulihat di mimpiku. Aku adalah Abdullah bin Mubarak.” Mendengar cerita tersebut, Muwaffaq lalu menangis dan jatuh pingsan.
Ketika tersadar Abdullah Mubarak memohon agar Muwaffaq berkenan untuk menceritakan semua yang dialaminya terkait dengan hajinya. Kemudian Muaffaq pun beriksah perihal rencananya untuk menunaikan ibadah haji. Ia mengatakan bahwa selama 40 tahun punya keinginan besar untuk melaksanakan ibadah haji. Untuk itu dirinya telah berhasil mengumpulkan uang sebanyak 350 dirham dari berdagang sepatu. Dia berkata pada dirinya sendiri, ‘Sabarlah, barangkali tahun ini aku bisa mendapatkan 50 dirham, hingga genaplah 400 dirham agar bisa menunaikan haji’”.
Suatu ketika, istrinya yang sedang hamil mencium aroma sedap makanan yang dimasak tetangganya. Kemudian sang istri memohon kepada Muaffaq agar dapat mencicipi masakan tetangganya itu walau sedikit. Lalu Muwaffaq pergi menuju tetangga yang kebetulah di sebelah rumahnya. Sesampai di rumah tetangganya itu Muwaffaq mengutarakan maksud kedatangannya. Pemilik rumah itu adalah seorang tetangga perempuan yang menjanda.
Tetangga tersebut berkata, ‘makanan ini haram bagimu tetapi halal bagiku’, lelaki itupun bertanya, ‘kenapa makanan ini haram bagiku tetapi halal bagimu?”. Sambil menangis, tetangga tersebut berkata “Saudaraku, aku mempunyai anak-anak yatim yang masih kecil. Mereka seminggu ini belum makan. Hari ini aku melihat keledai mati tergeletak dan memotongnya kemudian memasaknya untuk mereka. Ini bukan makanan yang halal bagimu,” ungkapnya sambil sesunggukan dan berderai airmatanya.
Seketika itu hati Muwaffaq menjadi terenyuh. Ia kemudian pulang ke rumah dan mengambil tabungan yang terkumpul untuk berhaji dan diberikan kepada tetangganya yang membutuhkan itu. “Belanjakan uang ini untuk anakmu,” kata Muwaffaq. Saat itu ia berkata dalam hati,“Hajiku cukup di depan rumahku, semoga Allah mencukupkan derma ini untuk menunaikan haji bagiku.”
Ibnu Mubarak yang mendengar itu kemudian berkata, “Engkau benar, benarlah malaikat dalam mimpiku. Allah Maha Adil dalam hukum dan keputusan. Allah Maha Mengetahui tentang hakikat segala sesuatu.”
Jumal Ahmad
Islamic Character Development
1 note
·
View note
Text
Kisah Abdullah bin Mubarak dan Ali bin Muwafaq tentang Haji Mabrur
Suatu saat ketika Abdullah bin Mubarak sedang naik haji dan dirinya tertidur di Masjidil Haram kala menuaikan ibadah haji. Ia pun bermimpi. Dalam mimpinya beliau bertemu dengan dua orang malaikat yang saling bercakap-cakap.
Seorang malaikat bertanya pada malaikat yang lain, “Berapa jumlah orang yang menunaikan ibadah haji pada tahun ini?” kata salah satu diantara keduanya. “Enam ratus ribu,” jawab malaikat satunya. Lalu malaikat yang tadi bertanya lagi, “Berapa yang diterima hajinya?” Malaikat yang satunyapun menjawab,” Tidak ada yang diterima.”
Mendengar percakapan itu, Abdullah bin Mubarak menjadi terguncang dan hatinya merasa pedih. Kemudian iapun menangis. “Semua orang yang ada di sini telah datang dari berbagai penjuru bumi. Dengan dengan kesulitan yang besar dan keletihan semuanya menjadi sia-sia?” pikir Ibnu Mubarak dalam mimpinya.
Tiba-tiba salah satu malaikat berkata lagi. “Kecuali hanya seorang tukang sepatu di Damaskus yang dipanggil Ali bin Muwaffaq. Dia tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni. Bahkan berkat dialah ibadah seluruh jamaah haji ini diterima oleh Allah.”
Ketika Abdullah Ibnu Mubarak mendengar percakapannya itu, beliau terbangun dari mimpinya dan membuatnya tercenung. Setelah selesai menunaikan ibadah haji, berangkatlah Abdullah bin Mubarak ke Damaskus. Mulai menelusuri jejak Ali bin Muaffaq di lorong-lorong kota. Sampai akhirnya tempat tinggal Muwaffaq ditemukan.
Sesampainya dirumah yang dicarinya, Syeikh Abdullah bin Mubarak kemudian mengetuk pintu.“Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh!” sapanya sambil mengetuk pintu. Setelah itu si empunya rumah membuka pintunya.
Ibnu Mubarak menanyakan tentang namanya, orang itu menjawab, “Namaku Ali bin Al-Muwaffaq.” “Apa pekerjaanmu?,” sergah Ibnu Mubarak. “Aku ini tukang sol sepatu, pekerjaanku adalah memperbaiki sepatu,” jawab pria itu.
Ibnu Mubarok langsung ceria karena ia sudah bertemu orang yang membuatnya penasaran. “Aku ingin berbincang denganmu, di sana ada masjid, mari berbincang di sana. Aku akan menceritakan apa yang kulihat di mimpiku. Aku adalah Abdullah bin Mubarak.” Mendengar cerita tersebut, Muwaffaq lalu menangis dan jatuh pingsan.
Ketika tersadar Abdullah Mubarak memohon agar Muwaffaq berkenan untuk menceritakan semua yang dialaminya terkait dengan hajinya. Kemudian Muaffaq pun beriksah perihal rencananya untuk menunaikan ibadah haji. Ia mengatakan bahwa selama 40 tahun punya keinginan besar untuk melaksanakan ibadah haji. Untuk itu dirinya telah berhasil mengumpulkan uang sebanyak 350 dirham dari berdagang sepatu. Dia berkata pada dirinya sendiri, ‘Sabarlah, barangkali tahun ini aku bisa mendapatkan 50 dirham, hingga genaplah 400 dirham agar bisa menunaikan haji’”.
Suatu ketika, istrinya yang sedang hamil mencium aroma sedap makanan yang dimasak tetangganya. Kemudian sang istri memohon kepada Muaffaq agar dapat mencicipi masakan tetangganya itu walau sedikit. Lalu Muwaffaq pergi menuju tetangga yang kebetulah di sebelah rumahnya. Sesampai di rumah tetangganya itu Muwaffaq mengutarakan maksud kedatangannya. Pemilik rumah itu adalah seorang tetangga perempuan yang menjanda.
Tetangga tersebut berkata, ‘makanan ini haram bagimu tetapi halal bagiku’, lelaki itupun bertanya, ‘kenapa makanan ini haram bagiku tetapi halal bagimu?”. Sambil menangis, tetangga tersebut berkata “Saudaraku, aku mempunyai anak-anak yatim yang masih kecil. Mereka seminggu ini belum makan. Hari ini aku melihat keledai mati tergeletak dan memotongnya kemudian memasaknya untuk mereka. Ini bukan makanan yang halal bagimu,” ungkapnya sambil sesunggukan dan berderai airmatanya.
Seketika itu hati Muwaffaq menjadi terenyuh. Ia kemudian pulang ke rumah dan mengambil tabungan yang terkumpul untuk berhaji dan diberikan kepada tetangganya yang membutuhkan itu. “Belanjakan uang ini untuk anakmu,” kata Muwaffaq. Saat itu ia berkata dalam hati,“Hajiku cukup di depan rumahku, semoga Allah mencukupkan derma ini untuk menunaikan haji bagiku.”
Ibnu Mubarak yang mendengar itu kemudian berkata, “Engkau benar, benarlah malaikat dalam mimpiku. Allah Maha Adil dalam hukum dan keputusan. Allah Maha Mengetahui tentang hakikat segala sesuatu.”
Link: Kisah Abdullah bin Mubarak dan Ali bin Muwafaq tentang Haji Mabrur - JUMAL AHMAD
0 notes
Text
0 notes
Photo
Pemikiran Dinamis (Growth Mindset) meyakini proses sama pentingnya dengan hasil dan kesalahan sebagai kesempatan bertumbuh dan belajar #growthmindset #pemikirandinamis #blogjumal
2 notes
·
View notes
Photo
Siapakah kita? #growthmindset ~ pola pikir dinamis #fixmindset ~ pola pikir statis #blogjumal
1 note
·
View note
Photo
Dunia : "Italia memiliki pesawat-pesawat tempur, sementara anda tidak." Umar Mukhtar : "Apakah pesawat-pesawat tempur itu terbang di atas langit, ataukah di bawahnya?" Dunia : "Di bawah langit." Umar Mukhtar : "Selama Dzat yang di atas langit bersama kami, maka tidak ada suatu apapun di bawah langit yang mampu menakut-nakuti kami." #blogjumal #omarmochtar
2 notes
·
View notes