Tumgik
#berilmu
auliasalsabilamp · 6 months
Text
Mari meromantisasikan single era dengan tumbuh menjadi perempuan berdaya, berilmu, dan berambisi dunia akhirat.
Kamis, 17 Ramadhan 1445 H.
494 notes · View notes
jejaringbiru · 10 months
Text
Tumblr media
Seringkali kita belajar pada hal-hal yang sebenarnya kita sudah mengetahuinya. Tanpa belajar dari seorang gurupun ilmu itu tersebar dimana-dimana. Bahkan terkadang kita meremehkan. Mengapa saya harus memperhatikan saat pembelajaran dikelas sedangkan di internet pengetahuan tersebut dapat dengan mudah ditemukan.
Sebenarnya bukan itu esensi dari belajar. Jika belajar hanya untuk menumbuhkan pengetahuan saja, tak perlu ada sentuhan seorang guru. Belajar saja kita di dunia maya karna pengetahuan ada dimana-mana. Esensi dari ilmu adalah adab. Menghargai mereka yang menyampaikan meskipun mungkin saja membosankan. Tulus mencurahkan waktu untuk belajar, mengalahkan ego sendiri bahwa diri lebih baik dari yang lain. Juga upaya mencintai orang yang berilmu.
Guru adalah pelita. Seburuk apapun mereka pasti ada cahaya yang dibawa. Darinya kita belajar ketulusan meskipun seringkali kita acuhkan. Kadang kita hanya menyerap pengetahuan bukan kebaikan. Seringkali pula kita hanya fokus mengasah isi kepala bukan merawat hati agar tetap tumbuh baiknya. Bagaimana mungkin ilmu itu menyerap ke hati seorang pembelajar sedangkan pada gurunya saja "kurang ajar".
Ketahuilah bahwa ilmu itu melahirkan adab yang baik, bukan kata yang menghardik. Ketahuilah pula keridhoan seorang guru ialah menghasilkan keberkahan ilmu. Tandanya apa? Ia berguna bagi orang disekelilingnya, tutur katanya terjaga dan ia menghargai sesama dengan tindakan bukan sekedar perkataan. Bahkan seringkali tanda keberkahan ilmu adalah ketenangan hati dan jiwa bukan pada riuhnya isi kepala. Keberkahan ilmu itu bukan pada besaran nilai IPK, bukan pula pada luasnya pengetahuan, atau prestasi yang membanggakan. Jikapun itu ada pada diri kita, anggap saja itu bonus. Jangan jumawa apalagi sampai melupakan jasa-jasa mereka. Barangkali sukses yang kita nikmati hari ini adalah bagian dari doa-doa panjang mereka.
✍🏻 : @yurikoprastiyo 🎨 : @padangboelan
214 notes · View notes
kaktus-tajam · 4 months
Text
Mulailah dari Gelisah
“Ada satu pesan terakhir?”
Ketika pada podcast LPDP aku ditanya satu pesan akhir, aku teringat nasihat mendalam dari KH Budi Ashari: “mulailah dari rasa gelisah.”
Eh gimana gimana? Rasa gelisah memangnya positif ya?
Ternyata yang dimaksud di sini adalah rasa keprihatinan pada suatu isu. Pada suatu masalah. Pada suatu problematika.
Rasa gelisah itu bisa amat berbeda di tiap orang. Ia hadir sebagai titipan pada hati tiap individu, yang beragam latar, cara pandang, pengalaman hidup, dan lingkungannya.
Kata kakak saya yang seorang dokter anak… banyaak sekalii bayi prematur di Indonesia yang tidak tertolong karena mahal dan terbatasnya inkubator. Kenapa harus impor inkubator sementara alat ini mudah dan murah dibuat? Kenapa harus mengikuti spek ukuran di jurnal ternama? Padahal realitanya di masyarakat, kamar mereka sempit dan bersebelahan dengan kandang kambing. Mana mungkin cukup? Kenapa alatnya terlalu berat sehingga sulit ditransportasi, sementara pasien kita hidup di pegunungan dengan akses jalan kaki terjal?
Ujar seorang Professor teknik mesin penggagas gerakan inkubator gratis untuk bayi prematur di Indonesia.
Aku sakit kanker kelenjar tiroid di usia muda, usia dimana seharusnya aku bersenang dan bermimpi. Tidak hanya fisikku yang sakit, mentalku jatuh. Padahal aku sendiri kuliah psikologi. Bagaimana dengan remaja dan pemuda lain di luar sana yang sendiri menghadapi sakit kronis? Yang dikucilkan? Yang tiap hari harus konsumsi obat? Yang tiap bulan tamasya-nya ke Rumah Sakit?
Ujar seorang penggerak komunitas pasien penyakit kronis.
Rasa gelisah itu tidak bisa direkayasa.
Rasa itu muncul dari belanja masalah pada realita. Muncul dari ilmu tentang kondisi ideal yang kemilau dari hasil literasi, diskusi, dan keyakinan atas ayat-ayat suci. Semakin berilmu, semakin gelisah.
Semakin tinggi ilmunya, semakin sadar akan standar ideal yang menjadi acuan, dan betapa tidak idealnya kondisi saat ini.
Sesederhana acuan penanganan “door-to-needle-time” pasien stroke 15 menit yang sulit diterapkan. Yang kemudian mendorong tim dokter saraf merevolusioner sistem pre-hospital penerimaan pasien stroke dengan mengintegrasikan alat CT scan di ambulans.
Atau sekompleks kenapa suasana kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan umat terjadi di tengah masyarakat.. sementara pada kitab suci dan tuntunan Nabi telah dipercontohkan sebagai panduan. Yang kemudian membangkitkan seseorang berjuang mendirikan madrasah. Kemudian memberi akses pendidikan yang kini menjadi aliran amal… dari ribuan sekolah di Indonesia dari bangku TK hingga perguruan tinggi. Iya, KH Darwis, pendiri Muhammadiyah.
Rasa gelisah itu bukan kebetulan.
Dipertemukan tokoh ini dan itu, orang ini dan itu. Dipertemukan bacaan-bacaan buku. Dipertemukan guru-guru. Dipertemukan ujian ini, kondisi itu.
Jadi mulailah dari rasa gelisah. Jika belum menemukan rasa itu, mungkin itu tanda baik dari Allah untuk kita lebih semangat mencari ilmu, semangat belanja masalah, semangat membaca buku. Lalu temukan celah-celah itu. Celah besar antara realita dan kondisi ideal.
Berdirilah di celah itu, rasakan kegelisahannya. persempitlah celah itu, mulailah dari situ.
Tumblr media
Nanti akan Allah bukakan jalan untuk menjawab kegelisahannya.
InsyaaAllah.
Nabi Muhammad SAW adalah orang yang amat peduli. Amat khawatir dan gelisah tentang kondisi umat dalam kondisi kebodohan dan kerusakan serta kebiadaban saat itu. Ber-tahannuts di gua Hira, bukan karena menghindari masyarakat, justru karena beliau SAW adalah sosok yang selalu hadir di tengah masyarakat.. Rasulullah SAW merasakan kegundahan, kegelisahan, keprihatinan mendalam.
Wallahua’lam.
-h.a.
Kalau kamu, rasa gelisahnya terhadap apa?
54 notes · View notes
mnwlife · 3 months
Text
MANUSIA ASALNYA SANGAT DZOLIM DAN JAHIL
Tumblr media
Di antara tabi'at manusia, sejak lahir dia dalam keadaan sangat dzolim dan jahil. Maka seorang hamba harus tahu tabi'atnya tersebut agar dia bisa mengatur dirinya.
- Manusia itu jahil
Tidak ada seorangpun yang lahir kecuali dalam keadaan jahil. Maka selayaknya kita mengangkat kebodohan diri kita dengan menuntut ilmu agama.
Sebagaimana berkata seorang penyair dalam Syairnya
تَعَلَّمْ فَلَيْسَ الْمَرْءُ يُولَدُ عَالِمًا
"Belajarlah, karena tidak ada seorangpun manusia yang lahir dalam keadaan berilmu."
- Manusia itu dzolim
Umunya manusia mengira ketika diberikan musibah ia merasa selamanya akan demikian, lalu menambah dugaan bahwa Allah menghinakannya. Maka mereka suudzon kepada Allah, padahal para Nabi adalah orang yang paling banyak ditimpakan ujian.
Ketika diberikan kenikmatan ia mengira selamanya akan demikian, lalu menambah dugaan bahwa ia telah diberikan kemuliaan oleh Allah, padahal kenikmatan tersebut adalah sebuah ujian baginya. Maka dugaannya membuat mereka sombong, dan tidak menyandarkan kenikmatan tersebut kepada Allah, tapi menyandarkan kepada dirinya; kemampuan dan usahanya.
Faedah Kajian Ustadz Abdurrahman Thoyyib hafidzahullah - Tafsir Juz 'Amma Karya Syaikh Abdurrahman As Sa'di rahimahullah (60)
31 notes · View notes
kayyishwr · 7 months
Text
Semakin tau, pada akhirnya memang membuat beban semakin banyak
Karena untuk apa tau, kalau tidak diamalkan
Untuk apa tau, kalau tidak disampaikan
Untuk apa tau, kalau tidak membawa kebermanfaatan
"Makanya mas, enak jadi orang yang gak banyak tau"
Akhirnya munculah generasi tanpa buku, tanpa ilmu, akhirnya tanpa harapan dan pandangan masa depan
Padahal jika kita memang kita percaya dengan janjiNya, sudah sangat jelas disampaikan "Dia akan mengangkat derajat orang yang percaya (dan yakin) serta juga yang berilmu"
Atau jangan-jangan kita memang sudah tidak percaya? Jadi generasi yang mudah putus asa, tidak percaya janjiNya tapi percaya Hitler dikubur di Garut?
76 notes · View notes
penaimaji · 1 year
Text
Disakiti?
Barangkali ia sedang terkena Mental Illness
Kalau kita selama ini sudah berbuat baik pada orang lain, tapi ternyata dia malah jahatin kita, percayalah tidak apa-apa. Sebab, orientasi kita berbuat baik itu Allah, bukan manusia, mungkin kita sedang diingatkan saat itu. Jangan sampai membalasnya, even though kita tau aib-aibnya.
Kalau kita memahami value diri, kita tidak perlu repot-repot mencari validasi, menjelaskan diri kita pada orang lain yang termakan hasutannya, apalagi membalas perbuatannya. Tidak perlu. Cukup diam dan fokus pada hal-hal penting yang kita kerjakan saat ini. Orang yang mengenal dirinya sendiri, dia tidak akan goyah ketika orang lain berkata buruk padanya.
Satu, dua, tiga kali, dst okelah. Tapi kalau sudah keterlaluan dan berkali-kali mengganggu kita, that's enough. Manusia punya batas; manusia punya hak untuk memberi batasan pada orang lain. Sampai akhirnya Allah ciptakan batas itu sendiri, subhaanallah walhamdulillaah
Ya. Salah satu nikmat yang patut disyukuri ialah ketika Allah menjauhkan kita dari orang yang jahat, bermuka dua dan manipulatif. Tidak perlu takut memutus tali pertemanan, terlebih lagi bila ia berbuat zalim dan menusuk dari belakang.
Sok baik di depan, busuk di belakang. Inilah kenapa akhlak selalu menjadi yang pertama sebelum ilmu. Betapa banyak orang berilmu, tapi lupa cara berakhlak pada sesama manusia. Dia menutupi kekurangannya, dengan cara menjatuhkan orang lain. Na'udzubillahi min dzaalik..
Kadang nggak habis pikir sih, dan tidak pernah menyangka, punya teman yang setega ini. Seumur-umur tidak pernah punya teman yang suka menjelekkan temannya sendiri, supaya dia terlihat paling baik. Seumur-umur tidak pernah punya teman yang merasa kita ialah saingannya. Seumur-umur tidak pernah punya teman yang suka berpikir negatif dan menyakiti. Subhaanallah. Semoga menjadi pengalaman yang pertama dan terakhir.
"Orang kayak gitu sakit nggak sih?" Iya. Sakit. Psikisnya terserang, namun ia mungkin tidak menyadarinya. Sebenarnya rasa sakit yang dulunya pernah ia terima, di kemudian hari berpotensi menyakiti orang lain kalau tidak serius diobati.
Namun kita sebagai manusia, berbaiksangkalah, bahwa apapun yang terjadi tentu atas izin Allah. Barangkali memang karena dosa-dosa kita sendiri, Allah hadirkan orang yang demikian. Allah tegur kita karena ingin kita lebih dekat, dan lebih mengingat-Nya.
Semoga ini menjadi pelajaran hidup untuk diri kita sendiri, berkaca dari apa yang orang lain perbuat terhadap kita. Bahwasannya, saat kita disakiti oleh orang lain, berdamailah dengan diri. Jikalau tidak, suatu saat kita akan berpotensi menyakiti orang lain, dengan cara yang sama, seperti yang orang itu lakukan terhadap kita.
Pandai-pandailah menata hati, dan memperbaikinya; demi kebaikan diri kita sendiri. Jangan remehkan penyakit mental, ia butuh dua sisi untuk disembuhkan; jasmani dan rohani.
Pena Imaji
153 notes · View notes
andromedanisa · 1 year
Text
Kebaikan orang yang berilmu...
Kebaikan itu bisa dimanapun kita temukan, tidak selalu jauh, yang dekatpun ada banyak yang bisa ditemukan. Namun pernahkah kalian merasakan kebaikan yang kalian terima itu dari orang yang berilmu? Rasanya terasa beda, entah ini hanya terjadi kepadaku atau memang demikian.
Kebaikan orang berilmu terasa begitu tulus dan sangat manis. Tidak hanya hangat namun juga bisa sampai kedalam hati kita. Itulah mengapa orang-orang yang berilmu itu menjadi amal jariyah sampai akhir nanti. Tidak pernah terputus. Sebab orang yang mendapatkan kebaikannya akan terus mendoakan sampai kapanpun jua, dimanapun mereka berada. Kebaikan itu akan mengikutinya selalu dimanapun berada.
Maka hal terbaik dari membalas kebaikan orang yang berilmu adalah dengan mendoakan banyak kebaikan, agar kebaikan itu Allaah lipat gandakan menjadi kebaikan yang lebih banyak lagi dan lebih meluas. Agar banyak orang yang mendapat kebaikan itu, dan agar banyak orang tersentuh dengan kebaikan tersebut. Tentu ini semua atas izin Allaah. Sebab Allaah sendiri yang menjaga kebaikan itu akan terus hidup.
Jika kita menemukan kebaikan dimanapun berada, maka banyak doakan kebaikan. Dan jika kita menemukan kebaikan itu pada orang berilmu, maka jangan lepas untuk mendoakan banyak kebaikan untuk mereka. Agar kebaikan itu tidak redup, agar kebaikan itu tidak hanya kita saja yang merasakan, dan agar kebaikan itu bisa terus hidup dan meluas dimanapun berada.
aku ingin sekali demikian, menjadi Salah satu yang demikian. Semoga Allaah jadikan kita orang yang mudah melakukan kebaikan dan tetap terus menjaga kebaikan itu sampai kapanpun juga. Semoga Allaah tolong kita. Bolehkah aku mengaamiinkan? :"))
147 notes · View notes
miroplasi · 4 months
Text
Langkah 17
Luangkan waktu untuk berkunjung, meminta nasihat, bertanya, berdiskusi kepada orang tua, orang berilmu, orang berpengalaman, orang yang mungkin selama ini tidak mau kamu dengarkan..
Mulai dengar nasihat-nasihat mereka, niatkan untuk mendapatkan pencerahan, jalan keluar dan bahan untuk evaluasi diri
Rendahkan hati untuk meminta & mendengarkan nasihat terutama ke orang terdekat, yang mereka kenal kamu luar dalam & tentunya menginginkan kebaikan untuk kamu. -moma
Rasanya banyak sekali keangkuhan diri dalam mendengar nasehat. Banyak part menolak nasehat yang berbeda dari pandangan secara tak sadar. Yang barangkali inilah yang menjadikan diri terhalang dari jalan keluar dan perbaikan.
Astagfirullah lagi
Astagfirullah terus
Kata Moma, "Sepahit dan semenyakitkan apapun sebuah nasehat. Terima dan dengarkan dengan baik. Selanjutnya jadikan untuk evaluasi diri dan pertimbangan. Obat itu pait tapi menyembuhkan"
Setelah ini yuk, kita perbaiki lagi.
27 notes · View notes
kafabillahisyahida · 1 month
Text
Sesungguhnya orang yang paling berilmu adalah orang yang paling Tawadhu.
Ilmu ibarat curahan air hujan dan tempat menampungnya adalah hati ibarat cekungan di permukaan bumi. Dan sebagaimana kaidah air selalu mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Maka Ilmu (air) akan mengisi ceruk (hati). Semakin dalam(tawadhu) ceruknya (hati) semakin banyak ilmu mengalir (terisi).
Dan diantara permukaan bumi itu ada tanah yang dapat menampung dan menyerap air(terbuka hatinya untuk menerima kebenaran) sehingga dengannya ada sumber kehidupan serta tumbuh bermacam2 tumbuhan yang bermanfaat. Ada pula tanah yang tidak dapat menampung/ menyerapnya ( menolak kebenaran) sehingga tidak ada manfaat bahkan mendatangkan mudharat.
(Tafsir dari Hadist Bukhari Muslim: Ilmu adalah air hujan )
#ilmu
16 notes · View notes
mamadkhalik · 1 year
Text
Bang Amar Risalah dalam buku "Karena Menikah Tak Sebecanda Itu" menjelaskan betapa pentingnya seorang guru dalam kehidupan. Mulai dari Guru Tahsin, Guru sanad Quran-Hadis, Murrabi, Ustadz, atau sebutan guru lainya.
Mereka ini adalah orang ikhlas yang mengajarimu satu ilmu, menunjukan satu tapak hidup yang akan berguna saat menikah kelak. Memang sudah menjadi tabiat manusia untuk selalu diingatkan, terkhusus dari orang yang lebih tua dan juga berilmu.
Mumpung masih ada waktu, carilah ilmu sebanyak-banyak, bijak-bijaklah menggunakan ilmu itu, dan yang pasti selalu bermanfaat bagi orang banyak.
Long Life Learner, Tarbiyah Madal Hayyah.
71 notes · View notes
putrhanna · 10 months
Text
Berbicara dengan orang berilmu adalah salah satu cara mengukur seberapa kerdil pengetahuan kita. Banyak berinteraksi dengan orang sholih menjadikan kita semakin beradab. Bukan malah sebaliknya.
Begitupun ilmu. Dia akan mudah didapat apabila kita ikhlas menerimanya dari siapa saja tanpa harus angkuh dan menyombongkan diri.
Kunjungilah orang Sholih ditempatmu berada, berdiskusilah krna dengan demikian kita akan bnyak mendapatkan hikmah dan pelajaran.
58 notes · View notes
amelianurhabibah · 1 year
Text
Beberapa hari ini, rasanya aku seperti diperlihatkan oleh Allah banyaakkk sekali orang-orang yang bermanfaat di lingkungan sekitarnya. Mereka berdaya, berani berkata benar, jago public speaking, bisa berargumen, daaaan punya kelebihan-kelebihan lainnya. Namun yang terpenting adalah, mereka semua berperan sesuai dengan bidangnya. Mereka berkontribusi sesuai dengan ilmu yang dimiliki.
"Maklumlah meell, mereka itu influencer, lah kita?"
Mmmmm enggak juga kok :")
Jujurly, aku sendiri lebih banyak menemukan orang yang biasa-biasa saja yang juga banyak berperan dan berkontribusi dilingkungan sekitarnya. Dan bagikuuu, orang yang seperti mereka itulah yang lebih menenangkan.
Kenapa ya bisa begitu?
Kata Imam al-Ghazali,
"Semua manusia itu merugi, kecuali mereka yang berilmu, dan semua orang yang berilmu merugi kecuali mereka yang beramal, dan semua orang yang beramal itu merugi, kecuali mereka yang ikhlas”.
Ternyata, kuncinya itu adalah ikhlas.
Jadi, mau dia seorang yang terkenal kah, mau dia yang biasa-biasa saja kah, semua kembali lagi ke niatnya. Biarkan semua yang kita lakukan itu tercukupkan untuk dua kata yaitu, "Karena ALLAH".
Ada satu kalimat yang aku ingat selalu dan akan aku bawa kemana pun aku pergi, yang pernah disampaikan oleh dr. Gamal Albinsaid, beliau pernah bilang : "Barangsiapa yang menjadikan Allah sebagai keterpesonaannya, maka ia akan mempesona bagi semua mata. Dan barang siapa Allah yang dia tuju, maka dunia akan datang kepadanya dalam keadaan tunduk".
Mungkin ini juga alasan mengapa aku memandang orang yang biasa-biasa saja tapi rela berperan untuk orang banyak itu lebih menenangkan. Karena yang jadi tujuan mereka adalah Allah, maka pantas saja mereka mempesona dimataku. Hehe
Jadi ingat kata bapak,
Sebenarnya dalam bermasyarakat, orang itu gak peduli seberapa pintarnya kita, gak peduli seberapa kayanya kita, gak peduli seberapa tinggi jabatan kita, yang mereka pedulikan adalah apakah kehadiran kita membawa manfaat buat mereka atau tidak.
Maka dari itu, yuk sama sama belajar mengenal diri sendiri. Kira-kira apa peran dan kontribusi yang bisa kita berikan. Memang betul, kita mungkin tidak bisa memborong semuanya tapi semoga dari satu yang paling istiqamah itulah yang menjadi sesuatu buat kita agar bisa jadi orang yang bermanfaat untuk orang lain.
106 notes · View notes
auliasalsabilamp · 6 months
Text
Kita dianjurkan untuk bersahabat dengan penjual minyak wangi.
Siapa penjual minyak wangi itu?
Ahli Ilmu & orang-orang yang Agamanya baik.
Tapi banyak yang nge klaim berilmu. Gimana cara bedainnya?
Kriteria mereka:
1. yang kalau dia bicara, membuat Ilmu kita nambah.
2. yang kalau dia bersikap, membuat kita semakin baik dalam ber-Adab.
3. bersama mereka/dengan sudut pandang mereka membuat kita lebih takut kepada Allah.
(Imam Al-Qurtubi menyampaikan)
26 notes · View notes
kaktus-tajam · 6 months
Text
Tentang Perpustakaan
Ketika aku studi di Cina aku kaget karena perpustakaan harus tutup di malam hari
Loh kenapa?
Karena kalau buka 24 jam, dijamin orang-orang tidur semua di perpus untuk belajar
Ujar temanku yang kuliah kedokteran di Cina.
Ia melanjutkan,
Bahkan di akhir pekan, antrian masuk ke perpustakaan itu sampai ke jalanan
Aku kagum akan budaya semangat belajarnya. Dulu ketika aku di bangku SD (yang menggunakan kurikulum Singapur) pun demikian, perpustakaan harus ditutup di jam istirahat makan siang. Kenapa?
Bukan karena petugasnya istirahat, tapi.. agar murid-muridnya bersosialisasi di kantin dan main di playground!
Sebelumnya ketika perpustakaan tetap buka, ternyata banyak murid yang “ansos” karena memilih membaca di perpustakaan. Hal itu mengkhawatirkan para guru, akhirnya ditutuplah library sepetak kami itu.. saat jam recess dan lunch.
Perpustakaan kami pun membuat peraturan hanya boleh meminjam 1 buku dalam 1 kali kesempatan, karena jika tidak dibatasi semua murid berebut meminjam 3-4 buku.
SD kami juga punya library week (pekan perpustakaan) dimana para murid bertukar buku, sekolah mengadakan pameran buku-buku impor, menyelenggarakan lomba-lomba literasi, bahkan memberikan awards untuk mereka yang mengisi reading log terbanyak.
Oh ya, tiap term sekolah kami juga diwajibkan membaca dan mengulas satu buku yang sama untuk satu kelas. Lalu biasanya diadakan project terkait buku tersebut entah itu poster, drama, karya tulis. Aku ingat sekali, pertama kali pindah ke SD tersebut di kelas 4, buku pertama yang ditugaskan adalah James and The Giant Peach - Roald Dahl.
Tugas itu membuat aku menangis. Haha, iya karena itu kali pertama harus membaca buku bahasa Inggris di rumah, sendiri. Menangis karena tidak paham isi bukunya! Maklum, dipindahkan dari SD negeri (tanpa modal bahasa Inggris) ke SD swasta itu.
Di term-term berikutnya kami membaca ragam buku: Freckle Juice, A Wrinkle in Time, Narnia, dan lain-lain.
Mengingat masa-masa tersebut selalu membawa kenangan hangat dan penuh syukur karena ditakdirkan guru-guru yang ikhlas dan percaya: Dipercaya (dengan kemampuan alakadarku saat itu) untuk masuk ke kelas EL1 dan bukan ESL, diberikan cap “impressive” di esai pertamaku hingga akhirnya bisa memberikan speech kelulusan SD juga dalam bahasa Inggris.
Dari wasilah perpustakaan kami yang berkarpet biru itu, Allah mengantarkan kami berkeling dunia dalam imajinasi, membuka cakrawala ke pemikiran-pemikiran besar. Allah juga titipkan kecintaan membaca dan kecintaan pada buku.
Walau masih jauuuuh dari obsesi membaca para ulama, yang tidak pernah kenyang menelaah kitab…Tapi semoga Allah hadirkan hikmah dari taman-taman baca, perpustakaan, dan ruang buku itu. Semoga kelak dapat menghadirkan ruang literasi, mewariskan semangat berilmu, dan meneladankan adab terbaik pada buku.
Saat membahas tentang membaca buku, di dalam Shaid Al-Khâti, Ibnul Jauzi berkata menceritakan dirinya,
“Aku tidak pernah kenyang membaca buku. Jika menemukan buku yang belum pernah akulihat, maka seolah-olah aku mendapatkan harta karun.
Aku pernah melihat katalog buku-buku wakaf di madrasah An-Nidhamiyyah yang terdiri dari 6.000 jilid buku. Aku juga melihat katalog buku Abu Hanifah, Al-Humaidi, Abdul Wahhab bin Nashir dan yang terakhir Abu Muhammad bin Khasysyab. Aku pernah membaca semua buku tersebut serta buku lainnya.
Aku pernah membaca 200.000 jilid buku lebih. Sampai sekarang aku masih terus mencari ilmu."
Atau sebagaimana bapak bangsa kita, Buya Hamka dengan kebiasaannya membaca.
Sejak kecil, Hamka sudah keranjingan membaca. Ketika Hamka kecil tahu bahwa gurunya Zaenuddin Labay El Yunusy membuka Bibliotek, yaitu tempat penyewaan buku, maka Hamka selalu menyewanya setiap hari. Setelah membaca Hamka selalu menyalinnya kembali dengan tulisan sendiri. Ketika uangnya habis, Hamka selalu membantu pekerjaan di percetakan, dan imbalan yang dipintanya yaitu diperbolehkan membaca buku.
Termasuk ketika Hamka naik haji dan menetap di Makkah, untuk menyambung hidupnya karena perbekalan sangat terbatas, Hamka bekerja di percetakan kitab. Disana pula Hamka tenggelam dalam lautan ilmu. Ratusan kitab dibacanya. Di tempat itu Hamka antara bekerja dan menuntut ilmu.
Rabbi zidnii ‘ilman..
-h.a.
Ditulis karena baru saja hari ini mengunjungi perpustakaan (lagi) hehe senang alhamdulillah
44 notes · View notes
kayyishwr · 5 months
Text
Waqi' (Realitas)
Istilah ini aku dengar, lagi, —mungkin setelah lama tidak berinteraksi dengan bahasa arab—di postingan Jejak Imani yang disampaikan oleh Kyai Salim, beliau mengatakan kurang lebih begini
"Saya dulu termasuk yg mengikuti pendapat Al Alamah Prof Yusuf Qardhowi untuk menunda mengunjungi al Aqsha, karena penggunaan visanya tentu akan semakin menguntungkan zionis israel. Tapi kemudian, waqi', realitas berubah, ternyata hal itu malah membuat masjid al Aqsha semakin sepi, maka Syaikh Ahmad Al Raysuni pengganti beliau, menganjurkan untuk mengunjungi Al Aqsha, dalam rangka membuatnya tetap ramai digunakan untuk beribadah dan tetap eksis"
Waqi', realita, adalah satu hal yang mesti kita baca selalu. Karena hidup tidak melulu masa lalu, apalagi sekadar impian harapan masa depan, tapi juga terdapat rangkaian peristiwa di hari ini, yang perlu kita jalani, hadapi, nikmati, dan satu hal penting; maknai
Karena diminta sharing kehidupan pasca jadi anak asrama 2 tahun di RK, aku pun menitipkan satu hal ini; membaca realita. Karena nyatanya tidak semua sepertinya mampu.
Beberapa orang bisa jadi masih terngiang-ngiang peristiwa masa lalu, romantisme yang berlebihan, sehingga tidak siap untuk beranjak bangun dan menghadapi kenyataan hari ini.
Sebagian lagi mungkin lebih senang mendiskusikan hal-hal di masa depan, tapi hanya sebatas angan-angan sehingga tidak mau untuk berkontribusi untuk melakukan apa yang ia bisa di hari ini.
Dalam konteks sebagai anak RK, aku menitipkan hal ini, karena kita terbentuk di asrama yang terlihat 'bersih' 'teratur' dan 'terukur' sehingga pembacaan realita perlu dilakukan, agar tidak ada gap yang menganga terlalu besar antara idealisme dan kenyataan.
Dan, para ulama kita, termasuk Syaikh Ahmad Al Raysuni, yang tadi kita bincangkan di atas, memang mampu membaca realita itu. Itulah kemampuan orang berilmu dalam nan luas, dipadukan kepeduliannya terhadap kondisi umat, sekaligus keimanan yang kuat terhadap taqdir Allah.
Mereka tidak mudah berputus asa. Mereka hadir dengan solusi. Tapi mereka juga tidak lupa untuk memotivasi.
Iya, waqi', realita kita hari ini. Perubahan adalah satu hal yang musti kita jalani. Meski awalnya berat, namun dengan ilmu insyaAllah semua akan lebih ringan dan indah. Masa lalu untuk diingat, masa ini untuk dirawat, dan masa depan untuk dilihat
IGD RSPA Boyolali (pukul 05.00 05/05/2024) — ditulis saat pergantian shift jaga
36 notes · View notes
Text
YaAllah, jadikanlah kami wanita sarjana yang tetap teduh dalam hal tatap hingga keberadaannya. Jadikanlah kami wanita berilmu yang mengamalkan ilmu. YaAllah jauhkanlah kesombongan dalam diri-diri kami sebagai seorang wanita. Tetapkanlah kami pada fitrah yang membutuhkan arahan juga penjagaan. Tetapkanlah kami pada sifat perhatian juga kelemah-lembutan.
146 notes · View notes