#berilmu
Explore tagged Tumblr posts
auliasalsabilamp · 8 months ago
Text
Mari meromantisasikan single era dengan tumbuh menjadi perempuan berdaya, berilmu, dan berambisi dunia akhirat.
Kamis, 17 Ramadhan 1445 H.
497 notes · View notes
lacikata · 1 month ago
Text
Tumblr media
Diambil dari kisah Imam Ahmad rahimahullah, beliau ketika keluar, menutupi wajahnya dengan sorban yang dikenakannya, sebab tidak ingin diketahui, lalu ketika melewati kerumunan orang, terdengar olehnya semua orang membicarakan dan memuji-muji dirinya.
Kenapa? Sebab amal beliau telah mencerminkan ilmunya. Maa syaa Allah. Lalu bagaimana beliau menyikapinya? Apakah beliau bangga setelah mendengar hal itu?
Tidak. Beliau justru sedih dan mengatakan, "Aduh celaka aku. Jangan-jangan ini istidraj."
Istidraj adalah tipu daya dari Allah ﷻ untuk makhluk-Nya yang bersifat keuntungan. Dia merasa itu sebagai pemuliaan Allah ﷻ terhadap dirinya, padahal keuntungan itu justru akan menjerumuskannya pada azab.
Inilah contoh nyata seorang hamba yang Allah ﷻ sifati di QS. Fathir: 28, "Sesungguhnya yang takut kepada Allah ﷻ di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama."
Mereka yang berilmu (ulama) tahu bahwa hal itu bisa menjadi fitnah baginya. Pujian bisa menjadi fitnah yang mendatangkan ujub, riya atau takabur sehingga mereka tidak bangga dengan hal itu, melainkan waspada dan sangat berhati-hati.
Sebagaimana Imam Ahmad rahimahullah, yang justru menganggap pujian yang beliau dapatkan sebagai istidraj.
Inilah bentuk kehati-hatian beliau yang perlu dicontoh yaitu jauhi pujian, jikalau qadarullah dipuji, jangan lantas senang atau bangga.
Berhati-hatilah, selain boleh jadi itu istidraj, hal itu juga bisa menimbulkan ujub, riya atau takabur yang merupakan kesyirikan. Dan dikagumi juga bisa menimbulkan penyakit 'ain, maka hiasilah dirimu dengan tawadhu'.
55 notes · View notes
kayyishwr · 1 day ago
Text
"Mas mengapa kita harus punya ilmu? Bukankah bebannya akan lebih berat? Karena akan dihisab?" Tanyamu suatu saat.
"Begini dik" saat itu kita sedang berada di pinggir pantai, menikmati angin sepoi-sepoi sekaligus deburan ombak
"Memang orang berilmu membawa beban yang lebih berat, karena dia sudah tahu, dan utamanya orang yang sudah tahu, mengamalkannya"
"Tapi justru dia juga akan lebih ringan dalam beramal, karena dia sudah tahu keutamaan sebuah amalan itu; atau minimal dia punya niat untuk beramal atas dasar keilmuannya itu"
"Lalu gimana, kalau orang yang berilmu tergelincir?" Pertanyaanmu yang menghujam diikuti deburan ombak yang menghantam batu-batu besar yang Allah ciptakan di sekitar pantai, sehingga ombak itu pecah dan tidak begitu besar ketika mencapai tepi pantai
"Semua manusia, pastilah memiliki potensi untuk tergelincir. Maka dari itu kita diminta berdoa agar supaya selalu dalam penjagaan hidayah Allah"
"Kalaupun tergelincir, semoga ilmunya menjadi pengingat bagi dirinya untuk kembali berbenah; jika pun tidak, cukuplah dia menjadi contoh orang berilmu saja bisa tergelincir, apalagi yang tidak berilmu"
Kamu menggangguk. Aku tersenyum. Semoga kita sama-sama diberi pemahaman yang baik terhadap ilmu, didekatkan juga dengan ilmu-ilmu yang benar serta bermanfaat.
Langit semakin terik, tidak baik berlama-lama di pinggir pantai. Kamu sudah memberik kode mengajak untuk segera bergegas. Namun, sebelum pergi ku pandang lagi, laut yang luas itu, sehingga teringatlah sebuah ayat yang begitu indah, mengenai perumpaan laut dan ilmuNya Allah
"Katakanlah (wahai Muhammad), “Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku, sungguh habislah lautan itu sebelum kalimat-kalimat Rabbku habis (ditulis), meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). [al-Kahfi/18:109]"
40 notes · View notes
jejaringbiru · 1 year ago
Text
Tumblr media
Seringkali kita belajar pada hal-hal yang sebenarnya kita sudah mengetahuinya. Tanpa belajar dari seorang gurupun ilmu itu tersebar dimana-dimana. Bahkan terkadang kita meremehkan. Mengapa saya harus memperhatikan saat pembelajaran dikelas sedangkan di internet pengetahuan tersebut dapat dengan mudah ditemukan.
Sebenarnya bukan itu esensi dari belajar. Jika belajar hanya untuk menumbuhkan pengetahuan saja, tak perlu ada sentuhan seorang guru. Belajar saja kita di dunia maya karna pengetahuan ada dimana-mana. Esensi dari ilmu adalah adab. Menghargai mereka yang menyampaikan meskipun mungkin saja membosankan. Tulus mencurahkan waktu untuk belajar, mengalahkan ego sendiri bahwa diri lebih baik dari yang lain. Juga upaya mencintai orang yang berilmu.
Guru adalah pelita. Seburuk apapun mereka pasti ada cahaya yang dibawa. Darinya kita belajar ketulusan meskipun seringkali kita acuhkan. Kadang kita hanya menyerap pengetahuan bukan kebaikan. Seringkali pula kita hanya fokus mengasah isi kepala bukan merawat hati agar tetap tumbuh baiknya. Bagaimana mungkin ilmu itu menyerap ke hati seorang pembelajar sedangkan pada gurunya saja "kurang ajar".
Ketahuilah bahwa ilmu itu melahirkan adab yang baik, bukan kata yang menghardik. Ketahuilah pula keridhoan seorang guru ialah menghasilkan keberkahan ilmu. Tandanya apa? Ia berguna bagi orang disekelilingnya, tutur katanya terjaga dan ia menghargai sesama dengan tindakan bukan sekedar perkataan. Bahkan seringkali tanda keberkahan ilmu adalah ketenangan hati dan jiwa bukan pada riuhnya isi kepala. Keberkahan ilmu itu bukan pada besaran nilai IPK, bukan pula pada luasnya pengetahuan, atau prestasi yang membanggakan. Jikapun itu ada pada diri kita, anggap saja itu bonus. Jangan jumawa apalagi sampai melupakan jasa-jasa mereka. Barangkali sukses yang kita nikmati hari ini adalah bagian dari doa-doa panjang mereka.
✍🏻 : @yurikoprastiyo 🎨 : @padangboelan
218 notes · View notes
gadiskaktus · 19 days ago
Text
Stress jodoh gapapa lah, asal ada uang yang siap menemani untuk healing.
@dinisuciyanti
Bener banget sih kak, gajian-jajan-jalan-jalan. Alhamdulillah nya, Ibu dan kakak nggak suruh cepet-cepet nikah, walau ketika ketemu tetep ditanyain kapan haha.... Alhamdulillah nya lagi temen secircle 8 orang belum ada yang nikah juga. Masih aman lah ya.
Menikah kalau sudah siap dan diizinkan oleh Allah ntar juga datang waktunya, dari pada yang datang bikin geleng-geleng kepala. Di akhir zaman ini entahlah aku belum menemukan sosok laki-laki sholeh, berilmu, jujur, dewasa, berkomitmen, dan bisa dipegang omongannya. (harus memperluas lagi mungkin pertemanan)
Jangan karena umur kita asal menerima yang datang;
Kalau yang datang cuman penasaran ngapain diterima, kalau yang datang cuman menilai dari fisik bukan value kita ngapain diperjuangkan, kalau yang datang cuman basa basi yang sangat basi ngapain ditunggu.
Kalau yang datang hanya mempermainakan dan buang buang waktu, mending ditinggal jajan-jalan- jalan.
Umur sudah segini, dari pada stress jodoh mending mikir besok kalau meninggal gimana.
pagi-pagi mood booster ku cuman La haula wala quwwata illa billah.
__________________
Kalau ada yang bilang nulis nya kok selalu kegelisahan tentang jodoh? ga ada yang lain?
Aku,"Mau tukeran peran, mau ga?"
35 notes · View notes
kaktus-tajam · 6 months ago
Text
Mulailah dari Gelisah
“Ada satu pesan terakhir?”
Ketika pada podcast LPDP aku ditanya satu pesan akhir, aku teringat nasihat mendalam dari KH Budi Ashari: “mulailah dari rasa gelisah.”
Eh gimana gimana? Rasa gelisah memangnya positif ya?
Ternyata yang dimaksud di sini adalah rasa keprihatinan pada suatu isu. Pada suatu masalah. Pada suatu problematika.
Rasa gelisah itu bisa amat berbeda di tiap orang. Ia hadir sebagai titipan pada hati tiap individu, yang beragam latar, cara pandang, pengalaman hidup, dan lingkungannya.
Kata kakak saya yang seorang dokter anak… banyaak sekalii bayi prematur di Indonesia yang tidak tertolong karena mahal dan terbatasnya inkubator. Kenapa harus impor inkubator sementara alat ini mudah dan murah dibuat? Kenapa harus mengikuti spek ukuran di jurnal ternama? Padahal realitanya di masyarakat, kamar mereka sempit dan bersebelahan dengan kandang kambing. Mana mungkin cukup? Kenapa alatnya terlalu berat sehingga sulit ditransportasi, sementara pasien kita hidup di pegunungan dengan akses jalan kaki terjal?
Ujar seorang Professor teknik mesin penggagas gerakan inkubator gratis untuk bayi prematur di Indonesia.
Aku sakit kanker kelenjar tiroid di usia muda, usia dimana seharusnya aku bersenang dan bermimpi. Tidak hanya fisikku yang sakit, mentalku jatuh. Padahal aku sendiri kuliah psikologi. Bagaimana dengan remaja dan pemuda lain di luar sana yang sendiri menghadapi sakit kronis? Yang dikucilkan? Yang tiap hari harus konsumsi obat? Yang tiap bulan tamasya-nya ke Rumah Sakit?
Ujar seorang penggerak komunitas pasien penyakit kronis.
Rasa gelisah itu tidak bisa direkayasa.
Rasa itu muncul dari belanja masalah pada realita. Muncul dari ilmu tentang kondisi ideal yang kemilau dari hasil literasi, diskusi, dan keyakinan atas ayat-ayat suci. Semakin berilmu, semakin gelisah.
Semakin tinggi ilmunya, semakin sadar akan standar ideal yang menjadi acuan, dan betapa tidak idealnya kondisi saat ini.
Sesederhana acuan penanganan “door-to-needle-time” pasien stroke 15 menit yang sulit diterapkan. Yang kemudian mendorong tim dokter saraf merevolusioner sistem pre-hospital penerimaan pasien stroke dengan mengintegrasikan alat CT scan di ambulans.
Atau sekompleks kenapa suasana kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan umat terjadi di tengah masyarakat.. sementara pada kitab suci dan tuntunan Nabi telah dipercontohkan sebagai panduan. Yang kemudian membangkitkan seseorang berjuang mendirikan madrasah. Kemudian memberi akses pendidikan yang kini menjadi aliran amal… dari ribuan sekolah di Indonesia dari bangku TK hingga perguruan tinggi. Iya, KH Darwis, pendiri Muhammadiyah.
Rasa gelisah itu bukan kebetulan.
Dipertemukan tokoh ini dan itu, orang ini dan itu. Dipertemukan bacaan-bacaan buku. Dipertemukan guru-guru. Dipertemukan ujian ini, kondisi itu.
Jadi mulailah dari rasa gelisah. Jika belum menemukan rasa itu, mungkin itu tanda baik dari Allah untuk kita lebih semangat mencari ilmu, semangat belanja masalah, semangat membaca buku. Lalu temukan celah-celah itu. Celah besar antara realita dan kondisi ideal.
Berdirilah di celah itu, rasakan kegelisahannya. persempitlah celah itu, mulailah dari situ.
Tumblr media
Nanti akan Allah bukakan jalan untuk menjawab kegelisahannya.
InsyaaAllah.
Nabi Muhammad SAW adalah orang yang amat peduli. Amat khawatir dan gelisah tentang kondisi umat dalam kondisi kebodohan dan kerusakan serta kebiadaban saat itu. Ber-tahannuts di gua Hira, bukan karena menghindari masyarakat, justru karena beliau SAW adalah sosok yang selalu hadir di tengah masyarakat.. Rasulullah SAW merasakan kegundahan, kegelisahan, keprihatinan mendalam.
Wallahua’lam.
-h.a.
Kalau kamu, rasa gelisahnya terhadap apa?
55 notes · View notes
mnwlife · 4 months ago
Text
MANUSIA ASALNYA SANGAT DZOLIM DAN JAHIL
Tumblr media
Di antara tabi'at manusia, sejak lahir dia dalam keadaan sangat dzolim dan jahil. Maka seorang hamba harus tahu tabi'atnya tersebut agar dia bisa mengatur dirinya.
- Manusia itu jahil
Tidak ada seorangpun yang lahir kecuali dalam keadaan jahil. Maka selayaknya kita mengangkat kebodohan diri kita dengan menuntut ilmu agama.
Sebagaimana berkata seorang penyair dalam Syairnya
تَعَلَّمْ فَلَيْسَ الْمَرْءُ يُولَدُ عَالِمًا
"Belajarlah, karena tidak ada seorangpun manusia yang lahir dalam keadaan berilmu."
- Manusia itu dzolim
Umunya manusia mengira ketika diberikan musibah ia merasa selamanya akan demikian, lalu menambah dugaan bahwa Allah menghinakannya. Maka mereka suudzon kepada Allah, padahal para Nabi adalah orang yang paling banyak ditimpakan ujian.
Ketika diberikan kenikmatan ia mengira selamanya akan demikian, lalu menambah dugaan bahwa ia telah diberikan kemuliaan oleh Allah, padahal kenikmatan tersebut adalah sebuah ujian baginya. Maka dugaannya membuat mereka sombong, dan tidak menyandarkan kenikmatan tersebut kepada Allah, tapi menyandarkan kepada dirinya; kemampuan dan usahanya.
Faedah Kajian Ustadz Abdurrahman Thoyyib hafidzahullah - Tafsir Juz 'Amma Karya Syaikh Abdurrahman As Sa'di rahimahullah (60)
31 notes · View notes
andromedanisa · 1 year ago
Text
Kebaikan orang yang berilmu...
Kebaikan itu bisa dimanapun kita temukan, tidak selalu jauh, yang dekatpun ada banyak yang bisa ditemukan. Namun pernahkah kalian merasakan kebaikan yang kalian terima itu dari orang yang berilmu? Rasanya terasa beda, entah ini hanya terjadi kepadaku atau memang demikian.
Kebaikan orang berilmu terasa begitu tulus dan sangat manis. Tidak hanya hangat namun juga bisa sampai kedalam hati kita. Itulah mengapa orang-orang yang berilmu itu menjadi amal jariyah sampai akhir nanti. Tidak pernah terputus. Sebab orang yang mendapatkan kebaikannya akan terus mendoakan sampai kapanpun jua, dimanapun mereka berada. Kebaikan itu akan mengikutinya selalu dimanapun berada.
Maka hal terbaik dari membalas kebaikan orang yang berilmu adalah dengan mendoakan banyak kebaikan, agar kebaikan itu Allaah lipat gandakan menjadi kebaikan yang lebih banyak lagi dan lebih meluas. Agar banyak orang yang mendapat kebaikan itu, dan agar banyak orang tersentuh dengan kebaikan tersebut. Tentu ini semua atas izin Allaah. Sebab Allaah sendiri yang menjaga kebaikan itu akan terus hidup.
Jika kita menemukan kebaikan dimanapun berada, maka banyak doakan kebaikan. Dan jika kita menemukan kebaikan itu pada orang berilmu, maka jangan lepas untuk mendoakan banyak kebaikan untuk mereka. Agar kebaikan itu tidak redup, agar kebaikan itu tidak hanya kita saja yang merasakan, dan agar kebaikan itu bisa terus hidup dan meluas dimanapun berada.
aku ingin sekali demikian, menjadi Salah satu yang demikian. Semoga Allaah jadikan kita orang yang mudah melakukan kebaikan dan tetap terus menjaga kebaikan itu sampai kapanpun juga. Semoga Allaah tolong kita. Bolehkah aku mengaamiinkan? :"))
149 notes · View notes
penaimaji · 1 year ago
Text
Disakiti?
Barangkali ia sedang terkena Mental Illness
Kalau kita selama ini sudah berbuat baik pada orang lain, tapi ternyata dia malah jahatin kita, percayalah tidak apa-apa. Sebab, orientasi kita berbuat baik itu Allah, bukan manusia, mungkin kita sedang diingatkan saat itu. Jangan sampai membalasnya, even though kita tau aib-aibnya.
Kalau kita memahami value diri, kita tidak perlu repot-repot mencari validasi, menjelaskan diri kita pada orang lain yang termakan hasutannya, apalagi membalas perbuatannya. Tidak perlu. Cukup diam dan fokus pada hal-hal penting yang kita kerjakan saat ini. Orang yang mengenal dirinya sendiri, dia tidak akan goyah ketika orang lain berkata buruk padanya.
Satu, dua, tiga kali, dst okelah. Tapi kalau sudah keterlaluan dan berkali-kali mengganggu kita, that's enough. Manusia punya batas; manusia punya hak untuk memberi batasan pada orang lain. Sampai akhirnya Allah ciptakan batas itu sendiri, subhaanallah walhamdulillaah
Ya. Salah satu nikmat yang patut disyukuri ialah ketika Allah menjauhkan kita dari orang yang jahat, bermuka dua dan manipulatif. Tidak perlu takut memutus tali pertemanan, terlebih lagi bila ia berbuat zalim dan menusuk dari belakang.
Sok baik di depan, busuk di belakang. Inilah kenapa akhlak selalu menjadi yang pertama sebelum ilmu. Betapa banyak orang berilmu, tapi lupa cara berakhlak pada sesama manusia. Dia menutupi kekurangannya, dengan cara menjatuhkan orang lain. Na'udzubillahi min dzaalik..
Kadang nggak habis pikir sih, dan tidak pernah menyangka, punya teman yang setega ini. Seumur-umur tidak pernah punya teman yang suka menjelekkan temannya sendiri, supaya dia terlihat paling baik. Seumur-umur tidak pernah punya teman yang merasa kita ialah saingannya. Seumur-umur tidak pernah punya teman yang suka berpikir negatif dan menyakiti. Subhaanallah. Semoga menjadi pengalaman yang pertama dan terakhir.
"Orang kayak gitu sakit nggak sih?" Iya. Sakit. Psikisnya terserang, namun ia mungkin tidak menyadarinya. Sebenarnya rasa sakit yang dulunya pernah ia terima, di kemudian hari berpotensi menyakiti orang lain kalau tidak serius diobati.
Namun kita sebagai manusia, berbaiksangkalah, bahwa apapun yang terjadi tentu atas izin Allah. Barangkali memang karena dosa-dosa kita sendiri, Allah hadirkan orang yang demikian. Allah tegur kita karena ingin kita lebih dekat, dan lebih mengingat-Nya.
Semoga ini menjadi pelajaran hidup untuk diri kita sendiri, berkaca dari apa yang orang lain perbuat terhadap kita. Bahwasannya, saat kita disakiti oleh orang lain, berdamailah dengan diri. Jikalau tidak, suatu saat kita akan berpotensi menyakiti orang lain, dengan cara yang sama, seperti yang orang itu lakukan terhadap kita.
Pandai-pandailah menata hati, dan memperbaikinya; demi kebaikan diri kita sendiri. Jangan remehkan penyakit mental, ia butuh dua sisi untuk disembuhkan; jasmani dan rohani.
Pena Imaji
154 notes · View notes
miroplasi · 5 months ago
Text
Langkah 17
Luangkan waktu untuk berkunjung, meminta nasihat, bertanya, berdiskusi kepada orang tua, orang berilmu, orang berpengalaman, orang yang mungkin selama ini tidak mau kamu dengarkan..
Mulai dengar nasihat-nasihat mereka, niatkan untuk mendapatkan pencerahan, jalan keluar dan bahan untuk evaluasi diri
Rendahkan hati untuk meminta & mendengarkan nasihat terutama ke orang terdekat, yang mereka kenal kamu luar dalam & tentunya menginginkan kebaikan untuk kamu. -moma
Rasanya banyak sekali keangkuhan diri dalam mendengar nasehat. Banyak part menolak nasehat yang berbeda dari pandangan secara tak sadar. Yang barangkali inilah yang menjadikan diri terhalang dari jalan keluar dan perbaikan.
Astagfirullah lagi
Astagfirullah terus
Kata Moma, "Sepahit dan semenyakitkan apapun sebuah nasehat. Terima dan dengarkan dengan baik. Selanjutnya jadikan untuk evaluasi diri dan pertimbangan. Obat itu pait tapi menyembuhkan"
Setelah ini yuk, kita perbaiki lagi.
28 notes · View notes
kafabillahisyahida · 3 months ago
Text
Sesungguhnya orang yang paling berilmu adalah orang yang paling Tawadhu.
Ilmu ibarat curahan air hujan dan tempat menampungnya adalah hati ibarat cekungan di permukaan bumi. Dan sebagaimana kaidah air selalu mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Maka Ilmu (air) akan mengisi ceruk (hati). Semakin dalam(tawadhu) ceruknya (hati) semakin banyak ilmu mengalir (terisi).
Dan diantara permukaan bumi itu ada tanah yang dapat menampung dan menyerap air(terbuka hatinya untuk menerima kebenaran) sehingga dengannya ada sumber kehidupan serta tumbuh bermacam2 tumbuhan yang bermanfaat. Ada pula tanah yang tidak dapat menampung/ menyerapnya ( menolak kebenaran) sehingga tidak ada manfaat bahkan mendatangkan mudharat.
(Tafsir dari Hadist Bukhari Muslim: Ilmu adalah air hujan )
#ilmu
18 notes · View notes
itsjournalfi · 1 month ago
Text
6 𝗧𝗜𝗣𝗦 𝗠𝗘𝗡𝗝𝗔𝗗𝗜 𝗪𝗔𝗡𝗜𝗧𝗔 𝗦𝗨𝗞𝗦𝗘𝗦 𝗗𝗨𝗡𝗜𝗔 𝗔𝗞𝗛𝗜𝗥𝗔𝗧
1. 𝗔𝗹𝗶𝗺𝗮𝗵
Wanita yang berilmu dengan menjaga taklim/ belajar secara istiqamah
2. 𝗭𝗮𝗵𝗶𝗱𝗮𝗵
Hidup sederhana dari pakaian, makanan, perabotan rumah, penampilan
3. 𝗔𝗯𝗶𝗱𝗮𝗵
Wanita yang menjaga sholat di awal waktu, dzikir pagi dan petang
4. 𝗠𝘂𝗿𝗮𝗯𝗶𝘆𝘆𝗮𝗵
Sebagai guru yang mendidik anak secara Islam sesuai dengan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
5. 𝗞𝗵𝗮𝗱𝗱𝗶𝗺𝗮𝗵
Selalu berkhidmat untuk suami dan anak dalam setiap menunaikan keperluan mereka
6. 𝗗𝗮'𝗶𝘆𝗮𝗵
Mengajak manusia untuk selalu taat kepada Allah Subhanallah wa Ta'ala dan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dengan tanam iman yakin kepada akhirat
Sc: Fiqih wanita
14 notes · View notes
mamadkhalik · 1 year ago
Text
Bang Amar Risalah dalam buku "Karena Menikah Tak Sebecanda Itu" menjelaskan betapa pentingnya seorang guru dalam kehidupan. Mulai dari Guru Tahsin, Guru sanad Quran-Hadis, Murrabi, Ustadz, atau sebutan guru lainya.
Mereka ini adalah orang ikhlas yang mengajarimu satu ilmu, menunjukan satu tapak hidup yang akan berguna saat menikah kelak. Memang sudah menjadi tabiat manusia untuk selalu diingatkan, terkhusus dari orang yang lebih tua dan juga berilmu.
Mumpung masih ada waktu, carilah ilmu sebanyak-banyak, bijak-bijaklah menggunakan ilmu itu, dan yang pasti selalu bermanfaat bagi orang banyak.
Long Life Learner, Tarbiyah Madal Hayyah.
71 notes · View notes
kayyishwr · 9 months ago
Text
Semakin tau, pada akhirnya memang membuat beban semakin banyak
Karena untuk apa tau, kalau tidak diamalkan
Untuk apa tau, kalau tidak disampaikan
Untuk apa tau, kalau tidak membawa kebermanfaatan
"Makanya mas, enak jadi orang yang gak banyak tau"
Akhirnya munculah generasi tanpa buku, tanpa ilmu, akhirnya tanpa harapan dan pandangan masa depan
Padahal jika kita memang kita percaya dengan janjiNya, sudah sangat jelas disampaikan "Dia akan mengangkat derajat orang yang percaya (dan yakin) serta juga yang berilmu"
Atau jangan-jangan kita memang sudah tidak percaya? Jadi generasi yang mudah putus asa, tidak percaya janjiNya tapi percaya Hitler dikubur di Garut?
76 notes · View notes
putrhanna · 1 year ago
Text
Berbicara dengan orang berilmu adalah salah satu cara mengukur seberapa kerdil pengetahuan kita. Banyak berinteraksi dengan orang sholih menjadikan kita semakin beradab. Bukan malah sebaliknya.
Begitupun ilmu. Dia akan mudah didapat apabila kita ikhlas menerimanya dari siapa saja tanpa harus angkuh dan menyombongkan diri.
Kunjungilah orang Sholih ditempatmu berada, berdiskusilah krna dengan demikian kita akan bnyak mendapatkan hikmah dan pelajaran.
58 notes · View notes
amelianurhabibah · 1 year ago
Text
Beberapa hari ini, rasanya aku seperti diperlihatkan oleh Allah banyaakkk sekali orang-orang yang bermanfaat di lingkungan sekitarnya. Mereka berdaya, berani berkata benar, jago public speaking, bisa berargumen, daaaan punya kelebihan-kelebihan lainnya. Namun yang terpenting adalah, mereka semua berperan sesuai dengan bidangnya. Mereka berkontribusi sesuai dengan ilmu yang dimiliki.
"Maklumlah meell, mereka itu influencer, lah kita?"
Mmmmm enggak juga kok :")
Jujurly, aku sendiri lebih banyak menemukan orang yang biasa-biasa saja yang juga banyak berperan dan berkontribusi dilingkungan sekitarnya. Dan bagikuuu, orang yang seperti mereka itulah yang lebih menenangkan.
Kenapa ya bisa begitu?
Kata Imam al-Ghazali,
"Semua manusia itu merugi, kecuali mereka yang berilmu, dan semua orang yang berilmu merugi kecuali mereka yang beramal, dan semua orang yang beramal itu merugi, kecuali mereka yang ikhlas”.
Ternyata, kuncinya itu adalah ikhlas.
Jadi, mau dia seorang yang terkenal kah, mau dia yang biasa-biasa saja kah, semua kembali lagi ke niatnya. Biarkan semua yang kita lakukan itu tercukupkan untuk dua kata yaitu, "Karena ALLAH".
Ada satu kalimat yang aku ingat selalu dan akan aku bawa kemana pun aku pergi, yang pernah disampaikan oleh dr. Gamal Albinsaid, beliau pernah bilang : "Barangsiapa yang menjadikan Allah sebagai keterpesonaannya, maka ia akan mempesona bagi semua mata. Dan barang siapa Allah yang dia tuju, maka dunia akan datang kepadanya dalam keadaan tunduk".
Mungkin ini juga alasan mengapa aku memandang orang yang biasa-biasa saja tapi rela berperan untuk orang banyak itu lebih menenangkan. Karena yang jadi tujuan mereka adalah Allah, maka pantas saja mereka mempesona dimataku. Hehe
Jadi ingat kata bapak,
Sebenarnya dalam bermasyarakat, orang itu gak peduli seberapa pintarnya kita, gak peduli seberapa kayanya kita, gak peduli seberapa tinggi jabatan kita, yang mereka pedulikan adalah apakah kehadiran kita membawa manfaat buat mereka atau tidak.
Maka dari itu, yuk sama sama belajar mengenal diri sendiri. Kira-kira apa peran dan kontribusi yang bisa kita berikan. Memang betul, kita mungkin tidak bisa memborong semuanya tapi semoga dari satu yang paling istiqamah itulah yang menjadi sesuatu buat kita agar bisa jadi orang yang bermanfaat untuk orang lain.
106 notes · View notes