Tumgik
#basemental alkohol
nenusia · 2 years
Text
PL tłumaczenia na stronie Basementala
Moje tłumaczenia są też dostępne na stronie Basementala 💜
Basemental Drugs KLIK
Basemental Gangs KLIK
Basemental Alcohol KLIK
❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁ ❁
12 notes · View notes
aurora--sky · 2 years
Text
Basemental Alcohol | Polskie Tłumaczenie
Tumblr media
Tłumaczenie Basemental Alcohol v6.7
Mod, jak nazwa wskazuje, dodaje alkohol do The Sims 4, a z nim nowe nastrójniki, cechy i wiele więcej.
Bez moda tłumaczenie nie zadziała
Tłumaczenie trzeba włożyć do folderu z modem, a pliki z Optional Packages PL do Optional Packages
Jeśli masz już Basemental Drugs w grze, Basemental Alcohol jest ci niepotrzebny.
POBIERANIE:
SFS | 6.12.23
TOU | FAQ | BUY ME A COFFEE
5 notes · View notes
Text
Randall Carpio x reader
Randall Carpio x reader.
A/N: Go read Equivocator lol Part 1 Part 2   , here’s another Randall fic. 
Request: I think I have a Randall prompt now: After a hard night of fighting they return to the house and after the first drink Lilith goes to bed and the rest is joking around and stuff. Hamish goes to make another drink but has to get some alkohol from the basement and leaves Randall and the reader alone and then they just jump each other without saying a word (they always had that unspoken thing between them and maybe they kissed before or something) and start to heavily make out and randall wants to say something but the reader is just like "shut up" and they continue. Hamish walking back in like ??? but they don't even notice and he just takes his drink and backs out not giving a fuck.
Warnings: Alcohol usage, making out, cuss words.
Words: more than 800 I guess
Tumblr media
It had been a long day, the Knights of saint Christopher had been out all day fighting bad magic. Jack had insisted that there would be no killing, but Hamish hadn’t replied and since he was the leader Lilith didn’t listen and had fed on 2 hearts.
“I said no killing” Jack said, letting himself fall on the couch. “Hmm really? Well I don’t speak asshole sorry” Lilith snapped back grabbing tissues to wipe the blood of her chin and mouth.
“Oh great they’re fighting again” Hamish sighed. Making his way to the bar to make Pre-Kill cocktails. You and Randall made your way towards the couch too and sat down. You placed your legs over his and leaned your head back on the cushion. “You guys are giving me migraines” You said, closing your eyes.
  Before Hamish could even give Jack his drink he had already stood up and rushed to the door, mumbling something that sounded like, Alyssa and the order.  “And there goes Jack” Hamish said. You however stood up to grab your own drink from the bar and took Jack’s drink out of Hamish’s hand. “More for me then” You winked. “You should tone down on your alcohol usage,” Randall said. “I haven’t seen you completely sober since a week ago” “Hey, can you blame me, I have to hang around with you assholes, no offense Lilith you’re great” “None taken”
After 20 minutes or so talking about embarrassing stories Lilith went upstairs to go to bed.
 Randall was tipsy at best, and you were close to being absolutely hammered. Hamish had been making drinks nonstop and now the bottle was empty. You had curled up in the cough legs still over Randall’s.
When Hamish stood up to get a refill he sighed. “I guess I’ll go down to get a new bottle?” Randal nodded, hands playing with the cuffs of your jeans. As soon as Hamish had closed the door to the basement Randall had grabbed your legs and pulled you in his lap. You were now straddling him and he had his hands on your waist.
He brought his right hand up to your cheek  and pulled you closer, and in for a kiss. It wasn’t something you hadn’t done before, at moments of stress or rage you two would make out. It only had happened a couple of times, but you surely didn’t mind. The kiss was gentle at first, lips moving together in sync. Your hands had trailed up to go through his hair. You tugged on it a couple of times wanting to deepen the kiss, wanting more. And as soon as you started doing that the kiss got more rough, more sloppy. His hands were roaming your body, trying to feel every part of it until Hamish got back. But he was drunk too so it would probably take a while.
Randall pulled back to take a much needed breath. He wanted to say something, like how beautiful you were, and he had opened his mouth to say it until you stopped him, placing your index finger on his lips. “Don’t say anything, you’ll most likely ruin the moment” you mumbled, pulling your finger away from his lips and rested your hand on his shoulder. Randall grinned and nodded pulling you in for another kiss.
His lips were slowly making their way down to your neck, leaving sloppy and wet kissed on the side. His mouth was hot on your neck and you moaned softly. After leaving several hickeys on your neck he kissed you roughly on your lips again.
The two hadn’t noticed the door opening and Hamish coming in with another bottle of vodka. As soon as he saw the sight in front of him he opened the bottle, took a large sip and backed out of the room shaking his head.
Their night ended with some more make out sessions, and Randall finally asking you out on a date, which you of course replied yes too. So nevertheless it was a pretty good day at the werewolf den.
270 notes · View notes
valmuemarken · 6 years
Text
aftenens highlights i går:
- masser af gratis alkohol hos min søde veninde i går (og nogle af hendes venner havde kokoslikør med, som bare smagte helt vanvittigt godt i yellowtail vin???????!?!?!?!?!?!?!?!?! var ved at tude) 
- fik menstruation for fuld udblæsning
- på basement bar og mødte fucking mange jeg kender ?? 
- fik prøvet snus rigtigt for første gang og troede jeg skulle dø
- skrev til ham der hele aftenen og han virkede virkelig afvisende, så
- jeg vrængede mit hjerte ud hele vejen hjem i metroen til en fyr jeg havde festet lidt med, og han var sådan 😤😤😤 sis dont do it
- nåede hele vejen hjem og sad og sked da jeg besluttede mig for at sige fuck it og tage hjem til ham, og jeg var mega nervøs for hvad han ville sige til, at jeg havde mens, for ved slet ik hvordan han har det med såden noget, og så skrev han fanme “det sker jo, jeg vil bare gerne se dig”, så jeg LØB ned og fangede en bus halv 5 og blev mødt af kys og kram og lå i hans arme hele natten 💕💞💓💗💖💘💝 
10 notes · View notes
rizkifauziyah · 4 years
Text
Tumblr media
Hallo kembali lagi bersama Kiki Review hehe sorry norak Yee..
Assalamualaikum semua, semoga sehat-sehat ya.. pada kesempatan kali ini aku mau nge review film the Queen's Gambit genks..
Film ini di rilis tahun 2020, genre nya drama, dan film ini lebih menekankan kepada isu sosial, dan emosional. Film ini diadaptasi dari novel berjudul sama karya Walter Tevis pada 1983, yang berasal dari negara Amerika, rating usia nya 18+ karena mengandung kata-kata kasar, adegan bunuh diri, narkoba, alkohol, dan merokok, film ini berjumlah 7 episode yang masing-masing episode durasi nya kurang lebih 60 menit.
Berlatar tahun 1950-an, serial ini menggambarkan sisi lain dari masa-masa yang lekat dengan isu seksisme. Di tengah keadaan tersebut, karakter Beth hadir sebagai perempuan yang enggak peduli dengan itu semua.
Pemeran utama dari film ini yaitu Anya Taylor-joy yang berperan sebagai karakter Beth Harmon seorang gadis pendiam hingga jadi wanita ‘terobsesi’ dengan catur yang saat itu identik dengan permainan untuk pria. Beth berambisi menjadi Grandmaster dan mengalahkan juara dunia catur dari Rusia.
Pada awal episode menceritakan tentang Beth Harmon yang hanya tinggal bersama ibu tunggal, yang pada usia ke 9 tahunnya sang ibu melakukan bunuh diri dengan cara menabrakkan mobil yang sedang dikendarai nya kepada sebuah truk yang sedang sama-sama melaju. Ibunya melakukan bunuh diri dikarenakan masalah dengan ayah Beth yang ternyata ayah Beth sudah memiliki keluarga lain. Ketika itu sang ibu ingin meminta pertolongan kepada ayah Beth sehingga mendatangi rumah ayah nya Beth dan ternyata ayah Beth malah mengusir ibu nya dan Beth walau ibunya telah memohon ayah Beth tetap mengusir mereka.
Pada adegan selanjutnya karena sang ibu sudah sangat kebingungan mengenai beban hidupnya dan tak ada yang mau menolong dirinya bahkan ayah dari anak nya pun tidak bertanggung jawab, maka sang ibu melakukan bunuh diri. Akhirnya Beth mau tidak mau dikirim ke panti asuhan khusus anak wanita oleh petugas sosial, karena tercatat tidak memiliki anggota keluarga lain selain ibunya.
Hari pertama Beth di panti asuhan adalah hari yang sangat membingungkan untuknya, dan menu makanan disana tidak enak. Setiap harinya panti asuhan tersebut selalu memberikan 2 macam obat, obat pertama yaitu vitamin dan obat kedua yaitu obat penenang, karena usia Beth yang masih kecil dia tidak banyak bertanya dan tidak tahu tentang obat-obatan tersebut, suatu ketika ada seorang teman yang lebih dewasa usianya dibandingkan dengan Beth berbicara padanya bahwa obat yang berwarna hijau lebih terasa khasiatnya ketika diminum pada malam hari menjelang tidur, Beth bertanya kenapa? Dan temannya hanya tertawa, dan menjawab coba saja sendiri, laku Beth menyembunyikan obat hijau itu dibalik lidahnya dan dikeluarkan ketika sudah menjauh dari pengawas, dan disimpan obat itu disebuah gelas mandinya diatas meja dekat tempat tidur nya. Ketika memasuki jam malam Beth mulai meminum obat tersebut dan dia merasa rileks dan tertidur lelap.
Konflik pertama yaitu ada pada diri Beth yang melihat seorang kake penjaga atau pembersih anti asuhan sedang bermain catur, Beth sangat tertarik dengan apa yang sedang dimainkan oleh sang kake tersebut sehingga Beth selalu bolos kelas untuk bermain catur bersama sang kake di basement panti asuhan. Karena sang kake sadar bahwa tidak baik untuk anak panti selalu membolos kelas dan bermain catur maka sang kake mengusir Beth dari basement untuk berhenti, Beth tidak terima karena dia sangat menikmati dan menyukai permainan catur tersebut akhirnya berbicara kasar kepada sang kake, dan sang kake marah sampai mengusir Beth dan melarang Beth untuk bermain catur lagi bersamanya.
Ketika sedang dalam kelas Beth keluar dengan alasan membersihkan penghapus papan tulis tetapi pintu basement yang biasanya terbuka sekarang tertutup bahkan terkunci sehingga Beth tidak bisa bermain catur bersama sang kake. Lalu menjelang jam tidurnya Beth meminum pil hijau itu dan berbaring diatas kasur nya sambil menghayalkan sedang bermain catur di atas ubin kamar nya, sehingga Beth tetap merasa baik-baik saja walau tidak bisa bermain catur bersama sang kake.
Masalah timbul ketika pihak panti menghentikan pemberian pil hijau karena mendapatkan laporan bahwa pihak panti mberikan obat penenang kepada anak-anak dibawah umur. Beth gelisah karena jika tidak ada pil hijau Beth tidak bisa lagi bermain catur sebelum tidur di langit-langit kamarnya. Akhirnya ia nekat untuk mengambil sisa persediaan pil hijau di ruangan farmasi pantinya, dan meminum pil hijau itu terlalu banyak yang mengakibatkan Beth pingsan tergeletak dan diketahui oleh kepala panti juga semua isi panti.
Semenjak kejadian itu sang kake mengijinkan kembali Beth untuk bermain catur di basement bersamanya, dan sang kake terkaget ketika kampuan bermain catur Beth meningkat sangat drastis, bahkan Beth selalu mengalahkan si kake dalam permainan catur nya. Dengan kejadian langka tersebut seorang anak berusia 9 tahun bisa mengalahkan orang dewasa sang kake memanggil guru bermain catur atau ketua kumpulan pemain catur ke panti asuhan dan menyuruhnya untuk bermain catur bersama Beth, lagi-lagi semua dikalahkan oleh Beth. Lalu Beth diundang untuk bermain catur dengan 10 orang berbeda secara langsung di sekolah catur nya, dan hasilnya lagi-lagi Beth mengalahkan mereka semua bahkan murid terpintar di sekolah catur tersebut dikalahkan oleh Beth. Tetapi Yang menjadi masalah adalah Beth tetap ketergantungan terhadap pil hijau.
Lalu selanjutnya Dalam enam episode, kita diperlihatkan perjalanan Beth yang berliku-liku, dari mulai dia dewasa, diadopsi, menghadapi lingkungan sekolah umum yang baru, dan keinginannya juga ambisinya yang tetap ingin bermain catur dan mengalahkan juara dunia rusia, belum lagi ditambah kecanduannya terhadap alkohol.
Ketika sang wanita yang berhasil mengalahkan banyak pria dalam bermain catur ini semakin populer, tantangan yang datang justru jadi semakin mengerikan.
Dalam menjelang episode terakhir serial ini juga mengangkat fenomena kecanduan alkohol dari sisi wanita dan menceritakan juga bagaimana cara mengatasi bahkan berhenti pada kecanduan tersebut, dan dalam beberapa adegan juga diselipkan bahwa kecanduan alkohol ataupun obat-obatan tidak membuatmu baik-baik saja dan tidak membantumu sama sekali dalam menghadapi masalah, bahkan bisa saja malah memperumit langkahmu, dan juga pesan menarik yang bisa disampaikan dari serial ini yaitu Gender tidak mendikte langkah apa yang bisa kamu ambil dan apa yang bisa kamu lakukan.
Tumblr media
Oke genks segitu aja review dari aku, semoga bermanfaat buat kalian, buat yang makin penasaran sama detail-detail kecil nya markicus nonton langsung aja serial nya ❤️
0 notes
anakpulaudieropa · 4 years
Text
Being an Erasmus Nomad #2: Mencari ‘Rumah’
Prolog: Hello world! Ternyata udah setahun ya berlalu dari tulisan pertamaku di seri “Being an Erasmus Nomad”. Padahal dulu berniat mau banyak sharing soal Erasmus+ supaya makin banyak yang aware dengan beasiswa ini, eh batal karena ke-moody-an ku. Maapkeun. Anyway, tahun ini Indonesia masuk Top 20 Countries dengan jumlah penerima beasiswa Erasmus+ terbanyak loh, HOORAY! Which btw motivates me to continue this #ErasmuStory, so enjoy...
 ---
Bukan, ini bukan ‘rumah’ dengan konotasi ala pujangga yang mengatakan hatimu adalah rumahku. Ini rumah beneran, tapi dikasih tanda kutip karena bentukannya bisa macem-macem. Bisa berupa kosan, dorm, atau apartemen. Why I decided to talk about this? Sebelumnya kan udah ngebahas soal visa, nah salah satu berkas yang wajib ada saat apply visa adalah bukti/kontrak tempat tinggal di negara yang kita tuju. Karena kedutaan ga mau dong kalo kita jadi gelandangan di negara mereka. Tapi, gimana ya nyari dan milih 'rumah’ yang akan ditempati selama beberapa bulan atau bahkan setahun? Padahal, kesana aja belom. Gimana kalo ga sreg? Lebih amit-amit lagi, gimana kalo ketipu?
Lagi-lagi, sebagai seorang Erasmus Nomad, proses mencari ‘rumah’ udah kualami lebih dari sekali. Yang mana, dapetnya emang gampang susah-susah (lah susahnya lebih banyak dong wkwk). Beberapa temenku kadang milih untuk nyari seadanya di awal, ntar pas udah sampai di negara tujuan, baru deh nyari yang beneran sreg di hati. Well, it could be one of your options. Tapi, aku personally kurang suka kalo harus sering pindah-pindah gitu (karena bawaannya segambreng coy!). Makanya dulu juga cuma pernah pacaran sekali, karena males pindah-pindah hati #eh.
Anyway, sebagaimana cerita Drama Visa sebelumnya, let me tell you the stories country by country.
Salzburg, Austria (1)
Kebetulan, waktu itu aku dapet admin program yang baik bangeeeet. Namanya Liesa. Doi yang dari awal bantuin aku dan temen-temenku nyari tempat tinggal di Salzburg. Doi nawarin kami untuk stay di studentenheim aka dorm khusus pelajar dan mahasiswa. Sepengetahuanku, dorm ini bukan milik kampus. Jadi, ada yayasan-yayasan yang nge-handle beberapa dorm yang tersebar di seantero Salzburg.
Dari beberapa pilihan, yang tampilannya oke (based on their website photos) dan harganya terjangkau adalah Europa Kolleg. Lokasinya sih agak ‘pinggiran’, tapi naik bus ke kampus cuma 10 menitan. Liesa pun akhirnya mengusahakan kami untuk dapet kamar di dorm tersebut.
Seharusnya, sebagai mahasiswa internasional, urusan per-dorm-an ini dilakukan via yayasan bernama OEAD. Tapi... di OEAD ini ada biaya registrasinya dan depositonya mahal! Sedangkan, lebih murah kalo kita ngurusnya via Salzburger Studentenwerk, yang sayangnya dikhususkan cuma untuk mahasiswa asli Austria. Untungnyaaaa, Liesa berhasil merayu Studentenwerk untuk bersedia nyediain kamar-kamar buat kami. Down side-nya, kami ga bisa dapet kamar yang private. Harus sharing, sekamar berdua. Terutama karena kami disana cuma sekitar 4 bulanan. Agak sedih sih awalnya, tapi ya udah deh ya terima aja. Mayan bisa lebih ngirit juga HAHAHAH.
Kurang lebih begini penampakan kamarnya (foto diambil dari https://studentenheim.at/)
Tumblr media
Fasilitas: Kasur, lemari, meja belajar, rak buku, dapur+kamar mandi dalam.
Harga: Sekitar 270euro per bulan.
Nah, untuk urusan pencarian ‘rumah’ yang pertama ini no drama sih. Ya karena dibantuin banget sama Liesa. Bahkan, saking baiknya, doi juga ngebujuk koordinator program untuk nalangin dulu uang deposito kami! Duh, tau aja deh Liesa kalo kami ini para sobat misqueen lol. Ga hanya itu, doi juga yang ngebeliin segala perintilan semacam bantal, selimut, sprei, alat masak, dan alat bersih-bersih buat kami, luv Liesa <3
Europa Kolleg is one of the best dorm in Salzburg sih menurutku. Walopun lokasinya ga di tengah kota, tapi walking distance dari Hofer (salah satu supermarket termurah di Austria) dan McD! Cocok buat aku yang orangnya introvert merepet individualis, jadi kalo lagi males ngobrol sama roommate atau kepingin fokus belajar, tinggal melipir dah ke McD haha. Deket sama mall juga. Deket sama gym kampus. Pokoknya pas banget untuk mahasiswa. Denger-denger, dapetin kamar disini juga mayan susah. Soalnya pada mau kesitu semua haha.
Tapi... buat para calon pendaftar DCLead, jangan harap bakal semudah ini juga ya. Karena Liesa udah resign, jadi yang dibantuin sebegininya cuma angkatanku doang. Angkatan-angkatan bawah setelahku pada disuruh nyari sendiri semua wkwk.
Brussels, Belgium
Walopun di VUB (kampusku yang di Brussels) juga ada adminnya, tapi kami cuma dikasihin link beberapa opsi akomodasi yang bisa dicoba. Yang intinya, silahkan mencari sendiri (MANDIRI WOY!!! Lol). Salah satunya yang ditawarkan adalah dorm kampus bernama U-Residence. Lokasinya di lingkungan kampus, jadi bener-bener deket, ngesot udah bisa nyampek kelas hehe. Bangunannya juga modern karena waktu itu terhitung baru selesai dibangun. Tapi aku ga buru-buru memutuskan untuk ambil karena ada hal penting banget yang ga disediakan, yaitu KOMPOR. Di dalam kamar cuma ada kulkas dan microwave. Padahal, untuk bisa berhemat sekaligus makan makanan halal yang sesuai dengan lidah Indonesia, ya kudu banget untuk masak. Makanya ketika tahu kalo ga disedian kompor, aku langsung meragu. Ada sih yang nyaranin untuk beli kompor listrik aja, yang harganya juga terjangkau. Tapi, setelah nyari-nyari info, karena kamarnya ga didesain untuk kompor, alarm kebakarannya jadi sering bunyi. Yang akhirnya bikin pengurus gedung jadi marah-marah. Big no sih buatku, daripada ntar diusir ya kan, apalagi kalo lagi goreng terasi atau ikan asin hihi.
Mulai deh aku hunting opsi lainnya. Sampai niat banget bikin pro-cons list buat nentuin mau milih dorm yang mana. Sebenarnya bisa juga sharing flat sama temen. Namun, lagi-lagi, karena aku tipe introvert individualis, aku pingin nyari tempat tinggal yang fully private. Selain itu, aku prefer dorm karena pasti ada pengurusnya. Sehingga kalo ada apa-apa, misalnya ada yang rusak, bisa tinggal manggil, ga perlu rempong sendiri. Terus ada laundry room, jadi kalo mau nyuci baju ga perlu nyari tempat laundry di luar. Mau nyuci baju tengah malem atau dini hari? Bisa banget karena buka 24 jam, asalkan berani aja gelap-gelap sendirian di basement lol. Tarif bulanannya juga udah include semua, termasuk biaya air, listrik, dan internet. So yeah, those could be some of your considerations when choosing a place to stay when studying in Europe ;) 
Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya waktu itu aku milih Village Patrimmonia (sekarang namanya ganti jadi 365, go check https://www.365rooms.be/). Dari segi harga, sebenernya pricey. Karena untuk kamar kecil seluas 12 meter persegi, per bulannya aku harus bayar 505 euro (udah setengah dari jatah uang bulanan Erasmus itu woy!!! *nangis). Tapi, menurutku worth it. Dengan rajin masak sendiri, remah-remah uang yang tersisa masih cukup buat menghidupiku kok, bahkan masih bisa traveling wkwk. Cerita perburuan dorm ga berhenti sampai disitu. Walopun udah mutusin milih dorm ini, tantangan selanjutnya adalah milih kamar. Jadi, dorm ini terdiri atas beberapa gedung, yang mana layout kamar masing-masing gedung tuh berbeda, meskipun luasnya sama. Alhasil, lama banget waktu itu milihnya. Berkali-kali ngasih list kamar preferensi ke manajer dormnya untuk minta real photo-nya. Endingnya, aku milih kamar di lantai 4. Di dorm yang tanpa lift. Tapi kuanggep aja kesempatan untuk olahraga tipis-tipis haha. Dan aku ngerasa, pilihanku udah perfect choice banget, karena temen-temenku yang tinggal di dorm yang sama pun akhirnya iri sama kamarku HAHAHAH. Pesan moralnya: Hard work indeed pays off #halah.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Brisbane, Australia
Tantangan pencarian rumah sebagai perantau nomaden terus berlanjut. Saat akan ke Aussie, tantangannya berupa durasi tinggalku yang sangat singkat, cuma 3 bulan. Padahal, student dorm di sana semuanya minta minimal stay-nya selama 6 bulan. Ketika lagi bingung nyari-nyari tempat tinggal, ada temenku yang nawarin buat sharing apartemen. Awalnya aku ragu, karena temenku ini cowok. Tapi aku juga ga punya pilihan lain, karena dari 4 mahasiswa programku yang milih buat ke Aussie, yang cewek emang cuma aku. Apalagi temenku ini non-Muslim, ada sedikit kekhawatiran kalo dia akan sering masak makanan non-Halal. But again, in desperate times, you don’t really have a choice haha. Kebetulan temenku ini emang salah satu temen deketku, kita udah sering travel bareng, dan aku udah cukup tau karakternya doi. Doi pun orangnya bersih banget (bahkan bisa mandi sampai 5x sehari lol!), jadi bakalan terhindar dari drama kzl dengan roommate yang jorok. Juga jarang minum alkohol, so no drunk or hangover drama HAHA. And yeah, at the end, I agree to share an apartment with him.
Nah, yang kemudian repot hunting apartment, ya temenku ini. Aku lebih banyak berleha-leha lol. Setelah berbagai pertimbangan, kita mutusin stay di salah satu apartment di kawasan Fortitude Valley, yang mana kita nyewanya via AirBnB!!! Banyak yang kaget tiap kita ceritain soal ini. Karena kan AirBnB identik dengan nyewa rumah buat liburan doang. Well, it turns out, you can rent for a longer period. Ada beberapa plus-minus sih manfaatin AirBnB untuk nyewa tempat tinggal saat studi. Plusnya, ga perlu bayar deposit yang mahal. Biasanya, kalo lewat jalur ‘normal’, dibutuhin deposit sekitar 1-2x lipat dari tarif bulanan. Di sisi lain, dengan nyewa via AirBnB, kondisi rumahnya saat kita pertama dateng juga ready-to-be-stayed banget. Ibarat hotel kan ya, pasti dirapiin banget sebelum kita dateng. Peralatan rumah tangganya juga lengkap. Sedangkan, kalo kita nyewa dorm/apartment pada umumnya, seringkali kosongan. Cuma ada kasur dan furnitur. Minusnya? Bayar mahal di depan karena harus langsung bayar buat 3 bulan. Bayangin kalo ternyata ga cocok dan pingin pindah, bakalan rugi bandar.
Untungnya, tempat yang kami pilih waktu itu bagussss bangeeet. Sama sekali ga ada niatan pindah. Apartemennya luas. Segala peralatan rumah, dari kebutuhan primer sampai tersier tersedia (ada kursi pijet dan table football segala!). Ownernya juga ramah banget. Pas kita ngelapor ada yang rusak, gercep banget buat benerin. Kebetulan juga, di deket apartemen itu ada toko daging halal dan asian market.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Seems like everything’s good huh? Well, tetep ada ‘tapi’-nya sih. Tiap kali aku cerita kalo stay di kawasan ini ke temen-temen sesama orang Indo yang di sana, pasti mereka bakalan heran. Kenapa? Karena Fortitude Valley itu semacam kawasan night-life nya di Brisbane lol. Di seberang apartemenku aja banyak bar. Tiap weekend, malem-malem pasti rame dengan musik buat joget-joget HAHA. But, I don’t consider this as a downside. Soalnya, aku ga pernah ngerasa terganggu. Justru terbantu ketika awal pertama kali sampai di Brisbane. Waktu itu, pesawatku landing tengah malem. Awalnya, aku berencana untuk stay beberapa jam di bandara dan baru ke apartemen di pagi hari. Tapi karena ternyata bandara Brisbane kecil dan tidak se-comfy Changi (oops), niat itu kubatalkan. Nekat aja jam 1 pagi naik bus ke apartemen, meskipun temenku ditelponin ga kunjung ngangkat (doi udah tidur wkwk). Untungnya, karena jadi pusat night life itu, tengah malem pun masih rame di sekitaran apartemen. Aku pun ga ngerasa takut/khawatir. Begitu nyampe, aku dan temenku malah late-dinner dengan makan McDonalds yang ada di deket apartemen. So, another moral story: Yes, AirBnB could be one of your choices when looking for a place to stay under 6 months (hopefully this platform could survive this pandemic :’)).
Salzburg, Austria (2)
Di postingan sebelumnya, udah kuceritain kalo aku balik lagi ke Austria di masa-masa terakhirku kuliah. Serupa dengan pencarian rumah di Australia, permasalahan yang dihadapi ialah singkatnya durasi tinggalku. Cuma 3 bulanan. Yang tentunya menjadikanku sulit mendapat dorm idaman. Yup, dari berbulan-bulan sebelumnya, aku udah berusaha berkomunikasi dengan Salzburger Studentenwerk demi bisa kembali dapet Europa Kolleg. But as I said earlier, dorm ini adalah incaran banyak mahasiswa, jadi susah banget buat dapet kamar di sana. Akibat masa tinggal yang singkat, aku pun akhirnya ga bisa mendapatkan kamar dengan status sebagai mahasiswa. Meski nyewa lewat yayasan yang sama, tapi kali itu aku baru bisa dapet kamar via layanan guest house mereka (https://guesthouse.at/en/). Jadi, hitungannya bukan per bulan, tapi per hari!!! Lebih mahal? Jelaslah!!! Tapi, setelah kuhitung-hitung, masih on budget. Another down side? Sama kayak nyewa via AirBnB, bayarnya di awal *langsung kuras tabungan.
Karena ga memungkinkan untuk dapet Europa Kolleg, aku pun ditawarin untuk stay di Franz von Salles Kolleg. Gedungnya sebelahan banget sama Europa Kolleg. Jadi secara lokasi, tentu ga ada masalah. Cuma memang gedungnya lebih tua gitu. As I have no better options, yaudah aku setuju untuk ditempatin di sana. Dari sisi estetika kamar, it’s certainly not as good as Europa. Astaga, isi kamarnya tabrak warna banget lol. Lantainya coklat kayu yang motifnya rame, gorden ijo, dapur merah, and worst of the worst, dinding kamar mandinya oren gonjreng dong woy!!!
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Sumber foto: https://guesthouse.at/en/hostels/franz-v-sales-kolleg/
But, of course, I don’t hate everything about this dorm. Ada beberapa perks yang aku suka juga. Salah satunya, karena aku nyewa sebagai ‘guest’ bukan mahasiswa, kamarku dibersihin setiap seminggu sekali. Seprei dan handuk rutin diganti dan tempat sampah dikosongin. Juga dapet peralatan dapur yang mayan lengkap. Selain itu, ukuran kasurnya juga lebih gede dari kasur single pada umumnya. Cocok buat aku yang kalo tidur ga bisa pose normal. Best of the best, view kamarnya dong!!!
Tumblr media
Apalagi kalo pagi-pagi, berkabut gini...
Tumblr media
Salah satu kegiatan favoritku semasa tinggal di kamar ini adalah duduk di dekat jendela sambil muterin musik selo yang syahdu. Di antaranya, lagu-lagu Adhitia Sofyan atau Fourtwnty. Terus ngelamun deh ngeliatin pemandangan. Yang kemudian bikin bersyukur, ah betapa indahnya bumi Allah~
So yeah, these were my experiences on looking for homes in Europe and Australia. It was not easy, but give it a lil bit of effort or you might regret it. It will be the place where you spend your time after an exhausting day in campus, so you need to make sure that you will enjoy it ;)
0 notes
sinemeter · 5 years
Text
parasite
Tumblr media
“Respect!”
Keluarga Kim tinggal di apartemen semi-basement yang kumuh dan kerap dikencingi pemabuk. Keluarga Park tinggal di rumah rancangan arsitek terkemuka di kawasan elit. Mereka dipertemukan lewat mekanisme hidup antarkelas sosial.  
Simbiosis Mutualisme
Keluarga Park terdiri dari: suami, istri, anak perempuan, dan anak laki-laki. Keempatnya hidup dalam kemewahan dan serba kecukupan di rumah bergaya minimalis yang nyaman. Di sana mereka berbagi ruang pribadi yang cukup lega, menjalani kehidupan Korea modern dengan selera yang elegan, jauh dari kebisingan dan segalanya tampak begitu tertata.
Dong-ik, si suami, adalah petinggi di sebuah perusahaan IT. Kesuksesan kariernya sudah tercatat oleh media massa. Yeon-gyo, adalah tipe istri yang pandai tampil menawan saat duduk di sofa. Posisinya adalah sebagai ibu rumah tangga, perannya mengatur keuangan keluarga, memastikan kedua anak mereka berkembang dengan baik, dan mengatur menu makanan di rumah. Namun ia adalah seorang pencemas dan tidak begitu cakap melakukan pekerjaan rumahan, itu sebabnya sehari-hari ia diperbantukan oleh seorang housekeeper senior, yang diwarisi dari penghuni rumah sebelumnya.
Karena kecemasan Yeon-gyo itulah kedua anaknya jadi mendapat perhatian khusus di rumah. Da-hye, si anak perempuan sulung, diberi les bahasa Inggris dengan mendatangkan guru privat agar nilai sekolahnya membaik. Da-song, si anak bungsu laki-laki, diberi sesi terapi seni dengan mendatangkan seorang praktisi untuk menyalurkan sifat hiperaktifnya dan juga bakat seninya.
Berkat kecemasan Yeon-gyo pula ia sampai mengganti sopir pribadi suaminya dengan sopir yang lebih berumur dan kredibel gara-gara si sopir ketahuan menyembunyikan celana dalam perempuan di bawah jok. Di waktu lain ia juga sampai rela memecat si housekeeper karena mengidap tuberkulosis dan ia takut itu bisa menulari seisi rumahnya. Ia pun kemudian menyewa satu housekeeper baru dari sebuah agensi pembantu rumah tangga yang tentu saja bonafid.
Semua itu dilakukan Yeon-gyo demi kebahagiaan dan keteraturan dalam "keluarga kecilnya". Ia menyewa para asisten baru itu berdasarkan reputasi seperti lulusan sekolah luar negeri, jam terbang tinggi, rekam jejak yang mentereng dan eksklusif. Kekurangannya adalah ia terlalu malas untuk mengecek dokumen atau histori orang-orang yang disewanya itu, sehingga dengan mudahnya rumah itu bisa disusupi oleh keluarga Kim yang menyamarkan identitas mereka.
Ki-woo (Choi Woo-shik), si anak laki-laki Kim, adalah yang pertama masuk ke rumah keluarga Park sebagai guru les bahasa Inggris gadungan. Dari mulutnya ia lalu merekomendasikan Ki-jung, saudarinya sendiri, sebagai guru art therapy yang pas dan terkualifikasi dengan kebutuhan anak bungsu Yeon-gyo (“I googled ‘art therapy’ and ad-libbed the rest”).
Lalu lewat sebuah skema konspirasi yang rapi mereka berhasil menyingkirkan si sopir lama dan memasukkan ayah mereka, Ki-taek (Song Kang-ho), sebagai sopir yang baru. Sebuah konspirasi lagi berhasil membawa ibu mereka, Chung-sook, masuk ke dalam lingkaran keluarga Park sebagai housekeeper yang baru. Maka, berkumpullah satu keluarga Kim dalam satu atap yang memberi mereka pendapatan dengan jumlah yang siap melambungkan kondisi perekonomian mereka.
Sebelumnya mereka adalah keluarga pengangguran. Sumber pendapatan aktif mereka hanya dari upah melipat bungkus pizza, itupun tidak seberapa jumlahnya dan mereka tidak begitu baik mengerjakannya. Mereka tinggal di ruang semi-basement dengan atap yang rendah, ventilasi yang buruk (tempat masuknya polusi asap knalpot atau asap fogging), dan tentu saja pengap. Untuk menggunakan WhatsApp saja mereka harus menyolong Wi-Fi dari tetangga lantai atas, dan itupun hanya bisa tertangkap di sudut atas toilet mereka.
Ki-woo: “We’re screwed. No more free Wi-Fi. Hey, Ki-jung! The lady upstairs put a password on ‘iptime’.”
Ki-jung: “Did you try 123456789?”
Ki-woo: “No luck.”
Ki-jung: “Do it the other way.”
Ki-woo: “I tried that too!”
Chung-sook: “Fuck, then we can’t get WhatsApp? Hey, Kim Ki-taek, don’t fucking pretend to sleep. Our phones are shut off. Now our Wi-Fi is shut off. What’s your plan?”
Ki-taek: “Ki-woo, for Wi-Fi, held it high. Stick it in every corner and so on.”
Maka "keberhasilan" seluruh anggota keluarga Kim bekerja di rumah keluarga kaya layak dijadikan sebuah perayaan khusus bagi perjuangan kelas bawah di Korea (“In an age like ours, when an opening for a security guard attracts 500 university graduates, our entire family got hired!”). Persinggungan dua kutub ekonomi yang berseberangan itu sesungguhnya menggambarkan keterikatan yang saling menguntungkan. Keluarga Park mendapatkan jasa dan tenaga yang mereka butuhkan untuk melengkapi keseimbangan gaya hidup mereka. Sedangkan keluarga Kim tentu saja mendapatkan uang untuk mendirikan ulang bangunan gaya hidup mereka yang siap roboh.
Dalam lingkup sosial seharusnya ini tidak jadi masalah. Malah, ini menggambarkan keteraturan hidup yang sesuai di mana ada proses saling melengkapi dari 2 kubu masyarakat. Proses yang sejatinya memang dibutuhkan untuk menciptakan ekosistem yang saling berkesinambungan dan kontinyu.
Namun masalah muncul dalam kacamata hokum ─ dalam kacamata rambu dan aturan yang ditegakkan demi "beradabnya" peradaban, terutama di era peradaban modern, hi-tech, kapitalistik ini. Upaya keluarga Kim tak bisa dibenarkan karena mereka telah melakukan penipuan. Tapi uniknya, penipuan mereka justru jadi "bahasa" yang bisa dipahami oleh kalangan atas untuk mengartikulasikan kebutuhan ekonomi mereka. Lebih jauh lagi, itu juga mengartikulasikan hak mereka untuk hidup layak, kebutuhan untuk berperan dalam masyarakat, serta keinginan terpendam mereka untuk sekadar menyicipi segala keistimewaan sosial.
Yang jelas simbiosis mutualisme tercipta antara 2 keluarga. Tanpa harus membongkar realita yang diselimuti, kedua pihak bisa saling memenuhi dan membutuhkan dalam timbal-balik yang positif. Kedua kutub itu bisa berjalan beriringan mengikuti relevansi & laju zaman, bahkan saling menguatkan satu sama lain. Keluarga Kim bisa cukup mensyukuri rezeki yang menghampiri mereka tanpa ambisi negatif, tanpa hawa nafsu, tanpa embel-embel aji mumpung, kecuali mungkin hanya memanfaatkan kesempatan jadi penghuni semalam saat keluarga Park pergi kemping.
Simbiosis Komensialisme
Di malam itu, keluarga Kim berkumpul di ruang tengah rumah keluarga Park yang sedang ditinggal pemiliknya. Mereka berpesta. Menenggak beberapa botol alkohol dari kulkas, melahap beberapa camilan sambil bersenda gurau dan berandai-andai. Ki-woo bercerita kepada ibunya tentang kemungkinan menikahi Da-hye dan mewarisi rumah mewahnya suatu saat nanti (“Fuck, then I’m washing dishes at my daughter-in-law’s?”). Ki-woo juga berkomentar kalau Ki-jung sangat cocok mandi busa di jacuzzi kamar utama, bahkan terlihat lebih cocok daripada Yeon-gyo. Ki-taek lalu membahas bersama istrinya tentang nasib baik keluarganya sekarang dan bagaimana mereka harus merayakan momen ini, momen di mana mereka merasakan enaknya menikmati fasilitas keluarga kaya raya walau hanya untuk semalam.
Sampai kemudian si housekeeper lama datang membunyikan bel. Di tengah hujan deras, dengan wajah compang-camping entah kenapa, ia memohon kepada keluarga Kim agar diizinkan masuk. Setelah masuk ia bergegas menuju ruang bawah tanah lalu sekuat tenaga menggeser lemari minuman di sana dan terbukalah sebuah bungker rahasia. Di dalamnya, suami si housekeeper menunggu istrinya datang membawakan jatah konsumsi.
Sudah 4 tahun lamanya si suami menempati bungker itu, sebuah ruangan yang awalnya sengaja dibuat untuk berlindung kalau-kalau Korea Utara melancarkan serangan dan bahkan keluarga Park pun tak tahu keberadaannya. Si housekeeper punya kunci menuju ke sana karena ia sudah lebih dulu mengabdi kepada pemilik rumah sebelumnya yang adalah si arsitek perancang rumah tersebut. Ia sengaja menyembunyikan suaminya dari buruan lintah darat dan debt collector atas utang-utang bisnisnya. Selama 4 tahun si suami bisa "terpelihara" dengan baik di sarang yang menumpang kepada bangunan “wah” di atasnya, dengan sokongan materiil dari istrinya yang banting tulang sebagai pembantu sang inang.
Tumblr media
Temuan itu tentu saja mengagetkan. Si housekeeper lama menjelaskan kepada Chung-sook, si housekeeper baru, bahwa inilah salah satu bentuk upaya bertahan hidup yang khas kelas bawah (“We’re needy! We’ve no house, no money, only debts!”). Ia memohon agar dimaklumi, dipahami, bahkan coba merengkuh solidaritas kelas dengan panggilan "Sis" kepada Chung-sook. Ia tahu bahwa kehidupan warga kelas bawah seperti mereka pasti akan selalu bergantung kepada masyarakat kelas atas karena seperti itulah hierarki perekonomian yang berlaku, dan oleh karena itu pula tak ada yang perlu terlalu diributkan mengenai situasi mereka.
Toh, selama ini juga keberadaan mereka tidak pernah merugikan atau menguntungkan keluarga Park. Mereka justru "mengada" dalam ketiadaan mereka yang aman (“I just feel comfortable here. It feels like I was born here. Maybe I had my wedding here, too”). Mereka memang mengambil beberapa fasilitas seperti makanan dan listrik, tapi jumlahnya tentu saja sangat minim dalam skala kekayaan keluarga Park yang masif. Mereka menyadari bahwa "kebaikan tidak langsung" dari keluarga Park telah membuat keduanya hidup dalam kecukupan, "kebaikan" yang berupa pengabaian mereka terhadap kaum marjinal yang memunculkan kesadaran betapa nihilnya pengaruh mereka terhadap kemapanan kaum elit. Dan suami si housekeeper membalas kebaikan itu dengan mengoperasikan 3 saklar lampu koridor tangga yang menyala setiap kali Dong-ik lewat. Padahal selama ini keluarga Park selalu mengira kalau lampu tersebut dilengkapi sensor otomatis.
Artinya, kalau sampai keluarga Park tahu keberadaan mereka maka binasalah hubungan simbiosis yang terbentuk. Keluarga Park dipastikan akan risih dan mengusir mereka pergi, atau bahkan memperkarakannya ke meja hijau. Tak ada cara atau rencana lain bagi si housekeeper lama dan suaminya selain tetap tinggal di bungker, demi keutuhan eksistensi mereka, di mata sosial & ekonomi, sebagai "organisme" yang tak terlihat.
Simbiosis Parasitisme
Keluarga Kim menganggap pasangan housekeeper lama sebagai parasit karena mereka menumpang hidup diam-diam di rumah keluarga Park. Pasangan housekeeper lama juga menganggap keluarga Kim sebagai parasit karena mereka secara curang berkomplot untuk bekerja di rumah keluarga Park. Maka keduanya sama-sama saling menyingkirkan. Pasangan housekeeper mengancam akan membuka kedok mereka lewat rekaman video (“This ‘send’ button is like a missile launcher. A North Korean missile button!”), sementara keluarga Kim siap menyekap suami-istri itu di dalam bungker.
Keduanya berasal dari kelas sosial yang sama, lalu mereka saling bersaing jadi parasit "terbaik" di rumah majikannya. Keduanya punya mimpi yang sama: menjadi kaya dan menikmati kekayaannya ─ namun anak tangga yang mesti mereka lewati lebih panjang, lebih bobrok, dan lebih becek. Hidup mereka adalah perkelahian tanpa henti di atas pusaran ketidakpastian, habis-habisan dan penuh pengorbanan, terkadang terlalu menguras keringat hanya demi memenuhi keinginan banal si majikan akan semangkok ramen.
Mungkin inilah potret ironis perjuangan rakyat kecil ─ saling gebuk, saling tuding, saling bunuh, demi mendapat sebuah tempat yang malah dipandang sepele oleh kaum borjuis. Konflik kepentingan yang terjadi memang tidak selesai melalui jalur diplomasi tetapi di bawah aturan hukum rimba yang khas di mana yang kuatlah yang menang, dan kuantitas sering jadi penentu kemenangan.
Tapi seberapa layakkah posisi yang mereka perjuangkan itu? Apakah mereka memang melakukannya atas nama kebaikan dan belas kasih dari keluarga kaya yang "memelihara" mereka? Dan apakah mungkin kebaikan itu memang tulus, bukannya malah sesuatu yang semu?
Sebuah pelajaran baru didapat oleh 2 keluarga parasit itu di kemudian hari. Yang pertama adalah ketika keluarga Kim harus pasrah mendapati rumah semi-basement mereka terendam banjir akibat hujan deras yang terus-menerus. Praktis tak ada barang yang bisa diselamatkan dan mereka harus mengungsi di sebuah aula GOR. Belum surut ratapan mereka, mereka sudah disuruh oleh si majikan untuk datang ke rumah Park dalam rangka memeriahkan pesta ulang tahun Da-song. Di tengah-tengah duka yang masih hangat mereka terpaksa harus berpartisipasi dalam suasana hura-hura, ditambah lagi Ki-taek pun harus mendengar Yeon-gyo mengucap syukur atas hujan deras yang turun semalaman karena dengan begitu langit di pagi hari jadi lebih cerah ─ cuaca yang sangat pas buat pesta outdoor. Di titik ini agaknya mereka sadar bahwa persinggungan 2 gaya hidup yang terjadi ternyata begitu menguras energi. Tidak ada perasaan senasib sepenanggungan, tidak ada empati mendalam, yang ada hanya tugas-tugas yang wajib dilakukan karena mereka dibayar untuk itu. Murni hubungan yang transaksional.
Pasangan housekeeper itu juga mendapat kekecewaannya ketika di pesta ulang tahun yang sedang riuh, si suami menggila dan menyerang keluarga Kim dengan pisau dapur. Meja dan kursi terbalik, para hadirin lari tunggang-langgang, darah mengalir sementara adu gulat kaum miskin berlangsung di atas pekarangan yang mahal. Di momen yang kacau itu si suami berkesempatan bertemu langsung dengan Dong-ik dari jarak dekat. Ia memasang muka segan penuh rasa terima kasih dan Dong-ik hanya membalas dengan menutup hidung, tanda batas teritorinya yang amat sensitif terhadap identitas dari zona ekonomi yang lain.
Di momen itu pula Ki-taek terpicu oleh aksi Dong-ik yang memintanya bergegas menyalakan mobil untuk mengantar Da-song yang pingsan ke rumah sakit, sementara tangannya sedang menekan luka tusuk Ki-jung, anak perempuannya yang sekarat. Dalam detik-detik yang menentukan itu ia seperti dituntut oleh kuasa sistem ekonomi yang besar untuk memilih antara menjadi ayah atau terus menjalankan profesinya. Dan akhirnya ia memilih untuk memutus sistem tersebut, yaitu dengan menusuk Dong-ik.
Dari segi hukum tindakan itu memang tidak bisa diampuni, tapi Ki-taek punya kompas moral lain yang dibentuk oleh pengalaman kelasnya. Pertama, bahwa keluarga Park adalah elemen masyarakat yang akibat keberadaannya telah memunculkan parasit seperti keluarga Kim dan pasangan housekeeper, itu terjadi secara alamiah seperti telur yang memunculkan anak ayam. Kedua, bahwa keluarga Park juga parasit terhadap kelas ekonomi di bawahnya. Mereka juga "menumpang" hidup di atas kehidupan kaum bawah. Dengan kekayaannya mereka bisa merenggut hak hidup layak, impian, kebebasan, kepemilikan, serta tubuh kaum bawah.
Dan bila dilihat secara lebih makro lagi, inilah imbas dari sistem kapitalisme yang dengan ganas mematok batas-batas keadilan masyarakat berdasarkan kepemilikan uang/modal. Masyarakat kelas bawah maupun kelas atas sama-sama jadi korban dari sistem yang mengharuskan mereka saling bersimbiosis sebagai bentuk pertukaran nilai jual/beli. Mereka bersimbiosis dalam pasar, dan sayangnya hanya terjadi di sana, bukan dalam lingkungan atau ekosistem sosial yang lebih natural. Hakikat manusia sebagai mahluk sosial maka teredefinisi dalam relasi kebutuhan pasar.
Ki-taek: “Acting is one thing, but this family is so gullible, right? The madame especially. She’s so naïve, and nice. She’s rich, but still nice.”
Chung-sook: “Nice because she’s rich. Hell, if I had all this money, I’d be nice too. Even nicer!”
Ki-taek: “That’s true. Your mom’s right. Rich people are naïve. No resentments. No creases on them.”
Chung-sook: “It all gets ironed out. Money is an iron. Those creases all get smoothed out.”
Bagi Ki-taek, kehidupan ini punya efek langsung terkait sifat ketidakpastian yang terkandung di dalamnya. Ia bukan manusia yang punya tongkat kendali atas hidupnya sendiri, sesimpel tak bisa menentukan apa yang akan dimakan esok hari karena ia tak punya banyak pilihan. Bahkan, pilihan-pilihan itu seolah sudah ditiadakan dari awal.
Ki-taek: “Ki-woo, you know what kind of plan never fails? No plan at all. You know why? if you make a plan, life never works out that way. Look around us. Did these people think, ‘Let’s all spend the night in a gym?’ But look now. Everyone’s sleeping on the floor. Us included. That’s why people shouldn’t make plans. With no plan, nothing can go wrong. And if something spins out of control, it doesn’t matter. Whether you kill someone or betray your country, none of it fucking matters. Got it?”    
Zaman memang telah sering berganti namun kekuasaan selalu sama parameternya. Dia yang punya lebih banyak dari yang lain adalah dia yang berkuasa dan menguasai yang lain. Uang adalah amunisi kekuasaan yang paling kuat, nyaris tanpa kelemahan, berlaku di nyaris setiap tempat di dunia ini. Selama ada uang tidak ada perkara benar atau salah, yang ada adalah menang atau kalah. Di sini hukum rimba berlaku lagi di mana kuantitas mengalahkan kualitas.
Tumblr media
oleh: Ikra Amesta
0 notes
ementhusiasm · 5 years
Text
Blütezeit des ungarischen Techno trotz aller Widrigkeiten
Original Artikel “After A turbulent decade for hungarian techno - Budapest´s parties are flourishing against the odds” auf The Calvert Journal von Liza Premiyak | Deutsche Übersetzung von EME
Es mag ein paar schwierige Jahre für das Nachtleben in Ungarn gewesen sein, aber die Partys in Budapest sind auf dem Vormarsch. Das Calvert Journal sprach mit Organisatoren, Produzenten und DJs über den Kampf um den Schutz des Nachtlebens in der ungarischen Hauptstadt Budapest.
Tumblr media
Foto: Electronic Beats
Wenn man an einem Samstagabend in Budapest unterwegs ist, wird man zweifellos große Gruppen von lauten Touristen sehen, die von einer Bar zur nächsten schlendern. Das Nachtleben in der ungarischen Hauptstadt Budapest ist gleichbedeutend mit Hirschwochenenden und Ruinenbars. Dieser schlechte Repräsentant maskiert das pulsierende Herz der Budapester Partyszene, das aus experimentellen Abdrücken, wagemutigen Organisatoren und engagierten jungen DJs hervorgegangen ist. Gemeinsam haben sie lokale Räume für elektronische Musik gesucht - ein kleines Stück Freiheit inmitten des politischen Konservativismus in Ungarn. Der Kampf um die Rettung der Budapester Undergroundszene aus dem Griff der lokalen Regierung und der geldhungrigen Clubbesitzer dauert noch an. Die talentierten Crews und Produzenten von Budapest zeigen jedoch keinerlei Anzeichen eines Aufgebens. Sie sind entschlossen, die Szene langfristig und inklusiv zu gestalten. Die Underground-Musikszene braut sich dank kleiner Labels und Künstlern wie Crimson, Suhaid und Galactic Jackson seit fast einem Jahrzehnt zusammen. Eines der ersten Projekte, das sich dem ungarischen Underground-Sound widmete, war Farbwechsel Records. Farbwechsel wurde von Bálint Zalkai, Martin Mikolai, Erik Bánhalmi, Daniel Jani und Balázs Semsei gegründet und begann als Blog-Verfechter der neuen Welle von Musikern, DJs und Promotern, die nach 2010 in Budapest aufkam. Mikolai gibt zu, dass sie keine Erwartungen hatten, außer dem Wunsch, Musik zu veröffentlichen, die sie liebten.
„Früher haben wir viele House- und Techno-Songs veröffentlicht, die auf Equipment und Analog basieren, Geräusch- und Ambient-Alben und sogar experimentellen Jazz. Unser Hauptaugenmerk lag auf der Veröffentlichung von Qualitätsmusik aus Ungarn.“ Der Fokus auf die Eigenproduktion zahlte sich aus, als die erste Platte FARB001 von Stephan Bishop von Opal Tapes in die Jahresendliste des Online-Plattenladens Boomkat aufgenommen wurde. Heute haben sie über 40 Datensätze in ihrem Backkatalog. Farbwechsels Suche nach lokalen Talenten hat dazu beigetragen, Künstler in Budapest zusammenzubringen. Vor 2010 beschrieb Mikolai die Szene als ziemlich zersplittert, und jeder DJ und Produzent jagte nach Anerkennung: „Deshalb haben wir beschlossen, uns zusammenzuschließen und den Wert der Zusammenarbeit für den Einzelnen zu demonstrieren.“ Außerhalb von Budapest erregten ungarische Künstler plötzlich die Aufmerksamkeit von größeren ausländischen Labels, die Mikolai als Beweis dafür ansieht, dass „wir bei Farbwechsel unsere Arbeit gut gemacht haben. Farbwechel hat der Welt gezeigt, dass es in Ungarn elektronische Musik gibt“, erklärt Szilveszter Gergely Horváth, einer der bekanntesten Musikexporte des Labels, der jetzt House- und Technolabels wie das Londoner Lobster Theremin und das Amsterdamer Delsin unter dem Namen Route 8 herausbringt. Gemeinschaft allein reicht jedoch nicht aus - damit Künstler gedeihen können, müssen andere Faktoren zusammenpassen. Veranstaltungsorte, die Talente fördern möchten, sind von entscheidender Bedeutung. Im Aufstieg der Budapester Undergroundszene war niemand so wichtig wie LÄRM. Die Eröffnung dieser Techno-Oase im Jahr 2014 war ein entscheidender Moment, nicht nur für das Nachtleben der Stadt, sondern auch für die florierende Underground-Szene. „Die elektronische Musikszene hat sich hier mit der Eröffnung von LÄRM aufgelöst“, sagt Horváth, der zusammen mit Gergő Dankó und Ákos Vereczkey eine Residency im Club mit den Night Designer Drums innehat. „Wir hatten vorher einige elektronische Musikclubs wie Corvin, aber LÄRM war der erste, der ein richtiges Soundsystem und ein wirklich starkes Programm hatte. Es hat viele Menschen dazu gebracht, sich Gedanken darüber zu machen, was elektronische Musik sein könnte“, erinnert er sich.
Tumblr media
Foto: Tóth Vencel
Das LÄRM befindet sich in einem Komplex von Ruinenbars im Herzen des 7. Bezirks der Stadt - dem Hotspot der Junggesellenabschiede, der für billigen Alkohol, kommerzielle Musik und schlechtes Benehmen der Briten bekannt ist. Tatsächlich war es eine Reaktion auf dieses Umfeld, zu dem der Club kam. 2013 arbeitete Gábor Manek als Programmorganisator in der Ruinenbar Fogasház, was im Grunde bedeutete, dass versucht wurde, mit Touristen so viel Geld wie möglich zu verdienen. In den verlassenen ehemaligen Wohnungen über dem Veranstaltungsort sah er eine Gelegenheit: "Ich hatte nur das Gefühl, dass Budapest irgendwo fehlte, wo der Fokus ausschließlich auf der Musik lag, nicht auf kommerziellem Sound, Mädchen und Touristen." Er schlug vor, den Eigentümern einen Technoclub zu eröffnen. „Meine erste Absicht war es, einen Raum zu schaffen, in dem ungarische Namen in einem professionellen Umfeld auftreten und das Publikum die Kraft der Musik erleben kann. Innerhalb eines halben Jahres haben wir viel Unterstützung erhalten und LÄRM wurde langsam zu einem Ort, an dem lokale und internationale DJs gerne auftreten.“ Die Stadt bietet zahlreiche multidisziplinäre Veranstaltungsorte, an denen DJs auftreten können: Gólya, das bald seinen Standort im gentrifizierende 8. Bezirk verlässt; Toldi Klub, ein beliebtes Ziel für House- und Disconächte, welcher auch von Manek betrieben wird und tagsüber als Kino dient. In diesem Jahr fand auch das Flashback Studio statt, ein Fotostudio am Stadtrand, in dem zum ersten Mal Nächte mit elektronischer Musik stattfinden. Es wurde bereits als Budapests Antwort auf Berghains Panorama-Bar gelobt. Dennoch bleibt LÄRM einer der wenigen permanenten Räume, die sich ganz dem Techno widmen.
András Unger, Chefredakteur der ungarischen Version des Online-Musikmagazins Telekom Electronic Beats, beschreibt die Ankunft des Clubs als herzerwärmenden Moment: „Alle waren hungrig nach einem ordentlichen Basement-Techno-Club mit gutem Sound und progressiver Denkweise. „Was LÄRM an Platz fehlt - es hat eine Kapazität von nur 200 - wird durch eine gleichbleibend hohe Programmqualität ausgeglichen. Wenn es kein LÄRM gäbe, hätten wir nicht die Gelegenheit gehabt, The Black Madonna, Palms Trax oder Peggy Gou oder junge Wunderkinder von Job Sifre bis Identified Patient und D Tiffany zu hören . Dank unserer Promotoren mit raffiniertem Geschmack war LÄRM dem Spiel immer ein paar Schritte voraus“, so Unger weiter.
Während das Nachtleben in Budapest in gewisser Hinsicht stetig an Fahrt gewinnt, hängen seine Erfolge eng mit seinen Verlusten, seinen Motivationen und seinen Frustrationen zusammen. Viele bereits bestehende Clubs mussten in den letzten Jahren schließen. Wie Martin Mikolai ausführt, können wir den Erfolg von LÄRM nicht messen, ohne diese Abschlüsse zu berücksichtigen. „In nur wenigen Jahren haben wir viele große Vereine verloren: Kultiplex, Merlin, Mono, Mokkacukka. Von da an sehnten sich die Leute nach einem richtigen Underground-Club. Und dann, als LÄRM ankam, waren die Leute erleichtert: "Endlich etwas". Das wachsende Verlangen nach Ausgehen und Rave ist vielleicht nicht nur auf das Fehlen von Technoclubs zurückzuführen. Das politische Klima in Ungarn hat sich dramatisch verändert, seit Viktor Orbán und seine rechte Fidesz-Partei 2010 an die Macht gekommen sind. „Ich denke, das Nachtleben ist aufgrund der politischen Lage hier sehr groß geworden“, erinnert sich Horváth. „Viele Menschen sind gestresst und ängstlich. Manchmal können Sie nicht über Probleme bei der Arbeit oder anderswo sprechen. Ein Nachtclub ist ein Ort, an dem Sie sich ausdrücken oder alles hinter sich lassen können.“ Und um den Menschen die Freiheit zum Tanzen zu geben, müssen Sie zunächst Platz für Musik schaffen - etwas, das das heutige Budapest nicht ohne Weiteres bietet.
Horváth, der zusammen mit Gergő Dankó sein eigenes Hauslabel This Is Our Time betreibt, möchte mehr Abwechslung im Nachtleben der Stadt jenseits von LÄRM und Offenheit für mehr Arten elektronischer Musik erleben: „Es wäre großartig, wenn ein weiterer Club eröffnet würde up.” Er ist nicht der einzige, der so denkt. „Es fehlt uns wirklich an Orten, an denen sich Liebhaber elektronischer Musik treffen können“, sagt Unger, der seine Zeit zwischen Musikjournalismus und PR für das LÄRM- und das Kolorádó-Festival aufteilt. Gleichzeitig bestehe "ein zunehmender Bedarf, sich vom sogenannten “Partyviertel” des 7. Bezirks zu entfernen". Touristen denken oft nicht darüber nach, welchen Schaden die Junggesellenkultur für das Nachtleben hat. Clubs wie LÄRM sind stolz darauf, ohne Kontrolle über das Gesicht für alle offen zu sein. Große Rowdy-Gruppen sind in kleinen Veranstaltungsorten äußerst störend und in einem immer kompakter werdenden Stadtzentrum für die Einheimischen unmöglich zu vermeiden.
"Es ist schwierig, die ursprüngliche Atmosphäre beizubehalten, da die Ruinenleiste unter (LÄRM) viermal so groß und immer hektisch ist", sagt Gabór Manek. Obwohl sich sein Fokus nicht nur auf elektronische Musik beschränkt, wurde das Kolorádó-Festival von Manek und anderen Cluborganisatoren gegründet, um einige dieser Probleme zu lösen. Das Festival verbindet die Punkte zwischen verschiedenen Nachtleben-Szenen auf eine Art und Weise, die LÄRM trotz all seiner positiven Aspekte nicht bieten kann, und bietet den Einheimischen die Möglichkeit, mehrere Tage im Jahr gemeinsam in den Wäldern über der ungarischen Hauptstadt zu feiern. „Wenn Sie einen Club gründen, müssen Sie viel Energie investieren, um eine Community rund um den Club aufzubauen.“
Tumblr media
Foto: Kolorádó Festival
Veranstalter wie Manek stehen vor einer zweifachen Herausforderung, die die sozialen und wirtschaftlichen Konflikte des heutigen Budapest widerspiegelt. Obwohl die Nachfrage nach Untergrundnächten wächst, bringen sie nicht so viel Geschäft mit sich wie Clubs, die Touristen bedienen. Darüber hinaus wurden die Bemühungen um die Eröffnung neuer Clubs wiederholt blockiert, was ein Zeichen für die Trennung zwischen den Kommunalbehörden und den jüngeren Bewohnern ist. Anfang dieses Jahres sollte ein geplanter Club namens Vajda im 8. Bezirk eröffnen, bevor er durch Änderungen der lokalen Lizenzgesetze vereitelt wurde. Clubbesitzer haben oft nicht die Geduld, ein loyales Publikum zu fördern, und gehen letztendlich Kompromisse bei der Programmierung ein, um über Wasser zu bleiben. „Wenn Sie einen Verein gründen, müssen Sie viel Energie in die Schaffung einer Gemeinschaft investieren, und das kann ein oder zwei Jahre dauern“, bemerkt Horváth. „So wird aus einem Verein, der mit einer Vision begann, nach einer Weile ein regulärer Verein. Wir haben einige Clubs wie diesen, zum Beispiel Tesla.“
Entsprechend den Wurzeln der Clubkultur im Underground haben diese Frustrationen zu kreativen, illegalen Lösungen geführt. "Im Moment ist es ein harter Kampf, einen neuen Club zu eröffnen. Das Beste daran ist, dass wir viel mehr House-Partys, illegale Raves und Pop-Up-Events veranstalten“, sagt András Kurucz alias DJ Adis Abbé, der hinter der geheimen Partyserie santsat steht, die an einem unbekannten Ort außerhalb von Budapest stattfindet. „Zur allerersten Party im letzten Sommer haben wir meinen Produzentenfreund R Vincenzo aus São Paulo eingeladen, ein Live-Set zu spielen. Wir zogen alle Lautsprecher und Verstärker mit der Hand in der Morgendämmerung einen steilen Bergpfad hinauf. Wir haben nur eine Handvoll erwartet, aber stattdessen sind Hunderte von Menschen aufgetaucht.“ - "Forest Raves treiben die Szene jetzt definitiv an, zumindest in den Sommermonaten", sagt Unger. Der DJ ist in den 2000er Jahren aufgewachsen und besucht Alkotótábor, ein laufendes Wald-Minifestival, das sich mit Elektronik, Minimal und Dubtechno befasst. "Es ist, als würde sich die Geschichte wiederholen: Der Geist der klassischen britischen Raves und Freetekno-Partys spielt sich am Stadtrand ab."
Tumblr media
Foto: Csudai Sándor
Diese entschlossene und eigensinnige Haltung bedeutet, dass Budapest das Potenzial hat, eine lebendige, politisch engagierte Szene zu fördern - solange Organisatoren, Musiker und Börsenspekulanten Fragen der Sicherheit und Inklusivität berücksichtigen. Laura Toth, oder LAU, wie sie auf den Decks genannt wird, legt erst seit zwei Jahren auf und ist bereits ein bekanntes Gesicht bei Clubnächten und illegalen Partys in Budapest. Als Neuling in der Szene sagt sie: "Der erste Schubs ist manchmal alles, was man als DJ-Frau braucht." In diesem Sinne leitet sie jetzt Workshops für angehende DJs mit dem Ziel, Inklusivität in Budapest zu fördern. In ihren eigenen Worten: „Ich sehe viel Organisation von unten. Wir brauchen aber immer noch einen festen Platz.“ Abgesehen von der Zusicherung, dass Sie niemand außer Gefecht setzen kann, bieten Clubs auch Sicherheit auf eine Weise, die illegale Parteien nicht bieten. „Einfach gesagt, die Leute bekommen ein Dach. Sie haben mehr Kontrolle darüber, wenn Sie einen festen Platz haben.“
András Unger ist der Ansicht, dass eine Änderung der Denkweise dazu beitragen wird, die Szene voranzutreiben. "Es fühlt sich an, als würden wir wieder bei Null anfangen", sagt er und bezieht sich auf die Rückkehr von DIY-Partys. „Es wäre schön, wenn mehrere Nächte gleichzeitig laufen würden, ohne befürchten zu müssen, dass einer scheitert. Unsere größte Aufgabe ist es, die Menschen für elektronische Musik zu sensibilisieren, die über das hinausgeht, was sie im Radio und bei Mainstream-Veranstaltungen hören.“ Dies ist kein Hindernis für Budapests 20-Jährige, die immer mehr Menschen auf unterirdische, einheimische Klänge abzielen. Außerhalb der Parties hat das lokale Label Dalmata Daniel mit seinen Veröffentlichungen die Messlatte hoch gelegt und arbeitet mit aufstrebenden Stars wie dem Techno-Wunderkind CT Kidobó zusammen. Für frische experimentelle Musik ist das Outlet EXILES der beste Einstieg in die ungarische elektronische Musik. Die Budapester Underground-Szene ist trotzig wie immer.
0 notes
djskewbeezy · 7 years
Text
Hip Hop Artist Sarcast Steps Outside The Box To Claim His Mark|@Sarcast420
You can find Colorado’s own Sarcast headlining stages in front of 200,00 and pushing dreams into reality! Also known as the ghetto Chuck Berry, Sarcast began his career early on rhyming in his mother’s basement and without a team backing him he went on to share stages with Blu, Cassidy, Alkoholics, and R.A. Rugged Man just to name a few.  Sarcast has a growing buzz not only in the United States…
View On WordPress
1 note · View note
djsmokemixtapes · 7 years
Text
Hip Hop Artist Sarcast Steps Outside The Box To Claim His Mark|@Sarcast420
You can find Colorado’s own Sarcast headlining stages in front of 200,00 and pushing dreams into reality! Also known as the ghetto Chuck Berry, Sarcast began his career early on rhyming in his mother’s basement and without a team backing him he went on to share stages with Blu, Cassidy, Alkoholics, and R.A. Rugged Man just to name a few.  Sarcast has a growing buzz not only in the United States…
View On WordPress
1 note · View note
nenusia · 2 years
Text
PL tłumaczenie Basemental Alkohol by Basemental
Tumblr media
Opis modu: zamienia sok w funkcjonalny alkohol i nie tylko
Nie zmieniaj nazw modu ani tłumaczenia. Jeśli będziesz korzystać też z folderu Optional Packages to moje tłumaczenia z folderu Optional packages włóż tam.
Te pliki opcjonalne nie są konieczne do działania modyfikacji. Używaj tylko i wyłącznie jeśli nie korzystasz z Basemental Drugs, który już ma Alkohol. Nie możesz korzystać z obu jednocześnie
Link do tłumaczenia: SFS
Link do modu: Basemental Alkohol
Kupisz mi kawę?
7 notes · View notes
aurora--sky · 1 year
Note
Hej! Pobrałam moda na alkohol ale nie mogę nigdzie znaleźć alkoholu zeby sim się napił, jest aby nastroj ze jest alkoholikiem Możesz odpisać w odp gdzie on może byc?
Hej
W tym modzie chyba nie ma alkoholu do kupienia. Zamawiasz lub przygotowujesz w barze, a mod sprawia, że Sim jest pijany i może zostać alkoholikiem
Tutaj jest link do tutoriala:
2 notes · View notes
dramadaprofit · 7 years
Text
Hip Hop Artist Sarcast Steps Outside The Box To Claim His Mark|@Sarcast420
You can find Colorado’s own Sarcast headlining stages in front of 200,00 and pushing dreams into reality! Also known as the ghetto Chuck Berry, Sarcast began his career early on rhyming in his mother’s basement and without a team backing him he went on to share stages with Blu, Cassidy, Alkoholics, and R.A. Rugged Man just to name a few.  Sarcast has a growing buzz not only in the United States…
View On WordPress
0 notes
nenusia · 2 years
Text
LISTA TŁUMACZEŃ
╔ atillathesim
⌑ Pregnancy Moods
╔ Basemental
⌑ Basemental Alkohol ⌑ Basemental Drugs ( Public i Patreon) ⌑ Basemental Gangs
╔ Bosselady TV
⌑ Bedtime!
⌑ Child Aspirations Bundle
⌑ Follow Me Mod
⌑ Hang On Mod
⌑ Illness Traits Bundle
⌑ Wait Here Mod
⌑ Wake Up Mod
╔ Chipped`s Creation Corner
⌑ Ghastly Ghosts
⌑ Lively Towns
╔ Icemunmun
⌑ Instacup Flask
⌑ Instaplate Lunch Box
╔ JellyPaws
⌑Family Life Mod (melunn)
⌑ Social Intereactions Plus
⌑Be Yourself Mod (melunn)
╔ KiaraSims4Mods
⌑Royal Family Mod ⌑Royal Gigs Carrer
⌑Work Interactions Pie Menu
▬ ▬▭▬ ✦✧✦ ▬▭▬ ▬
⌑ KiaraSims4Mods Aspirations
⌑All-Rounder Aspiration
⌑Dancer Aspiration
⌑Military Hero Aspiration
⌑Wellness Aspiration
▬ ▬▭▬ ✦✧✦ ▬▭▬ ▬
⌑ KiaraSims4Mods Romance Interactions
⌑Admire Woohoo Techniques
⌑Amorous Hug
⌑Ask to Renew Vows
⌑Ask to WooHoo
⌑ Discuss Future Together
⌑Discus Having a Baby
⌑Discuss Relationship Status
⌑Do you like what you see?
⌑Do you love me?
⌑Heat of the Moment Kiss
⌑I Love Looking at You
⌑I Love You
⌑Tell to Leap Into Arms
⌑You are my Soulmate
⌑You Have My Heart
⌑You Make Me Happy
▬ ▬▭▬ ✦✧✦ ▬▭▬ ▬
⌑ KiaraSims4Mods School Activities
⌑Ballet Club
⌑Basketball
⌑Cheerleader Club
⌑Dance Club
⌑Debate Club
⌑Karate
⌑Little League Baseball
⌑Marching Band
⌑Martial Arts
⌑Soccer Team
⌑Volleyball Team
⌑Yearbook Club
▬ ▬▭▬ ✦✧✦ ▬▭▬ ▬
⌑ KiaraSims4Mods Traits
⌑King and Queen Traits
╔ Lily-Valley
⌑ Business, Part-Time
⌑ Firefighter Career
⌑ Ultimate Music Career
⌑ United Nations Career
⌑ Writer, Part-Time
╔ LittleMsSam
⌑Advanced Birth Certificate
⌑ More Buyable Venues and new Venue Types
⌑Tiny Elevators for Pets
╔ Lumpinou
⌑ The Mood Pack Mod
╔ Miss Bee
⌑ Child Aspiration
╔ Ozzy Sims
⌑ Functional Iron Board, Cutting table, Steamer, wholesale supplies restock
⌑ SIMS4 OBSESSIVE TEEN MOD
╔ Ravasheen
⌑Cup of Cozy Drink Kit ⌑Ken You Not Dollhouses
⌑Little Chef’s Toy Kitchen
⌑Trash Talk Recycler
╔ Rex
⌑ Custom After School Activity Basketball
╔ SayHeyyyMsZoey
⌑ F**K Work - Social Mod
╔ Serra (xosdr)
⌑Mood Override
╔ Snowiii95
⌑Autistic Disorder Trait ⌑ Pakiet Cech
╔ SrslySims
⌑ Fabricator as Woodworking
╔Turbodriver
⌑WickedWhims
╔ TitanoNano
⌑Control Any Sim
╔ WICKED PIXXEL
⌑ MOD LOWLIFE LOSERS
╔ xbrettface
⌑ Baker Trait
╔ YourFalseHope
⌑ Book Therapy Session
⌑ Spa & Wellness Rabbitholes
╔ Zero
⌑ BFM-MBTI Personalities
⌑ EL - N.A.Ps Overhaul
╔ SIMS 2
⌑ACR
18 notes · View notes