Tumgik
#aliran syiah di indonesia
negarajiv · 1 year
Text
Tumblr media
Belakangan ini, perihal Al-Zaitun menjadi sangat ramai. Pimpinannya, Panji Gumilang, baru-baru ini terlibat dalam masalah hukum, mulai dari penistaan agama hingga pencucian uang.
Aku ingat, pertama kali aku mendengar tentang Al-Zaitun adalah dari seorang pria yang mengundang kami, santri Pondok Pesantren Hidayatullah Kendari, untuk membaca Al-Qur'an di rumahnya. Pria itu membanggakan anaknya yang bersekolah di Al-Zaitun dengan biaya 6000 dolar. Aku tidak ingat apakah dia mengatakan 6000 dolar per bulan, per semester, atau apa. Waktu itu masih tahun 2000-an dan aku masih di tingkat sekolah menengah. Ketika mendengar angka 6000 dolar, aku terkejut.
Pria tersebut bercerita panjang lebar tentang Al-Zaitun. Dia menggambarkan fasilitasnya yang mewah dan berkualitas tinggi. Dari ceritanya, siapa pun yang mendengarkannya akan menyimpulkan bahwa pesantren tersebut adalah tempat yang luar biasa. Aku pun merasa senang karena bisa sekolah di sana. Aku yakin makanannya pasti enak, berbeda dengan pesantren tempatku saat itu yang mirip dengan panti asuhan.
Namun, pengetahuanku yang kedua tentang Al-Zaitun datang dari sumber yang tak terduga, yaitu sebuah buku karya Hartono Ahmad Jaiz, seorang penulis Islam konservatif yang produktif. Berbeda dengan cerita pria sebelumnya, dalam bukunya, Ustadz Hartono mengkritik Al-Zaitun sebagai aliran sesat yang berasal dari aliran NII atau Islam Jamaah, sebuah aliran Islam radikal ekstremis. Judul bukunya adalah "Aliran-aliran Sesat di Indonesia".
Aku membaca buku tersebut ketika pikiranku masih dalam masa perkembangan. Jadi, isinya meninggalkan kesan yang kuat. Oleh karena itu, saat ini ketika orang-orang mulai berbicara tentang kesesatan Al-Zaitun, terutama setelah salat Idul Fitri yang kontroversial, aku tidak lagi merasa terkejut. Aku sudah mengenal kesesatan ini lebih dari satu dekade yang lalu.
Yang benar-benar membuatku heran adalah kenyataan bahwa meskipun banyak tuduhan kesesatan, termasuk fatwa MUI, Al-Zaitun tetap tidak bergeming. Pesantren ini tetap beroperasi tanpa ada perubahan selama bertahun-tahun. Hal ini berbeda dengan aliran-aliran lain yang juga mendapat tuduhan kesesatan, seperti Ahmadiyah atau Syiah, yang harus bergerak dengan hati-hati dan bahkan bersembunyi.
Pada sekitar tahun 2010, Al-Zaitun menjadi heboh dan viral karena praktik-praktik anehnya. MUI turun tangan dan mengeluarkan fatwa pada saat itu. K.H. Ma'ruf Amin, Wakil Presiden RI saat ini, terlibat dalam hal ini. Namun, setelah itu tidak terjadi apa pun. Al-Zaitun tetap beroperasi tanpa hambatan.
Yang menarik, Al-Zaitun sering dikunjungi oleh politisi saat musim pemilu. Dari situ kita dapat melihat betapa besar pengaruh Al-Zaitun di belakang layar.
Hari-hari ini, para politisi rata-rata membela Al-Zaitun. Bahkan politisi di lingkungan Istana juga ikut membela. Salah satunya adalah Ali Mochtar Ngabalin, juru bicara Istana. Ironisnya, Wakil Presiden K.H. Ma'ruf Amin, yang pernah terlibat dalam fatwa kesesatan Al-Zaitun oleh MUI, juga membela dengan menyatakan bahwa Al-Zaitun tidak akan dibubarkan, tetapi akan diberikan pembinaan.
Namun, hari ini, pengendali opini publik adalah TikTok. Jika satu dekade yang lalu Al-Zaitun pernah menjadi viral dan kemudian tenggelam, tampaknya sulit bagi mereka untuk tenggelam lagi setelah menjadi viral. Pada masa lalu, tidak ada media sosial, hanya media massa yang mudah diredam. Hari ini, kekuatan publik yang luar biasa muncul melalui media sosial. Kekuatan ini hampir mampu menyeret siapa pun. Ada begitu banyak kasus yang sebenarnya bisa hilang begitu saja karena pengaruh orang yang terlibat, tetapi kalah oleh kekuatan publik dan terpaksa harus menghadapi hukum.
Contoh kasusnya adalah kasus Sambo yang mengguncang institusi kepolisian atau kasus Mario vs. David yang hampir berhasil menggulingkan Dirjen Pajak Kementerian Keuangan. Dan masih banyak kasus lain dengan pola yang sama. Seiring waktu, muncul pepatah baru, "Jika tidak menjadi viral, maka tidak akan terselesaikan."
Orang-orang berpengaruh, baik jenderal polisi maupun pejabat eselon di Kementerian, menyerah di hadapan kekuatan publik melalui media sosial. Viralitas adalah kunci saat ini.
Maka, Al-Zaitun, yang juga memiliki pengaruh dan dukungan di belakang layar, akhirnya terpaksa menjalani proses hukum setelah menjadi viral di media sosial. Meskipun ada pembelaan dari berbagai pihak, publik tetap tidak tertarik. Karena kesesatannya sangat nyata dan menantang persepsi publik. Selain itu, pemerintah dan politisi tidak berani mengubah persepsi yang sudah menjadi viral. Melihat kasus-kasus sebelumnya, pemerintah dan politisi, yang akan bersaing dalam pemilu tahun depan, cenderung untuk mempertahankan posisi populer.
Pemerintah dan politisi menyadari bahwa dengan sedikit kesalahan, mereka bisa menjadi bulan-bulanan publik dan menjadi korban viralitas berikutnya.
1 note · View note
vani-lovelync · 3 years
Text
𝐒𝗲𝗷𝗮𝗿𝗮𝗵 𝐁𝗲𝗿𝗸𝗲𝗺𝗯𝗮𝗻𝗴𝗻𝘆𝗮 𝐈𝘀𝗹𝗮𝗺 𝐝𝗶 𝐈𝗻𝗱𝗼𝗻𝗲𝘀𝗶𝗮 ✦
Tumblr media
Agama Islam pertama kali lahir di Mekkah, Arab Saudi. Para pemeluknya menyebarkan agama Islam lewat berbagai jalur. Salah satu teori menyebutkan bahwa agama Islam di Indonesia masuk lewat jalur perdagangan. Ketika Islam menyebarkan agama dan kebudayaannya ke Indonesia, prosesnya cenderung berjalan dengan damai. Karena itu, raja hingga rakyat biasa menerimanya dengan hangat.
Selain perdagangan, ada saluran lain yang menyebabkan agama Islam dapat masuk dan berkembang di Indonesia. Saluran tersebut di antaranya adalah saluran perkawinan, pendidikan, dan seni budaya.
Tumblr media
Ada teori-teori yang menyebutkan tentang asal penyebar Islam di Indonesia
A. TEORI INDIA (GUJARAT)  Teori India atau teori Gujarat menyebutkan agama islam masuk ke Indonesia melalui para pedagang dari india muslim (Gujarat) yang berdagang di nusantara pada abad ke-13. Saudagar dari Gujarat yang datang dari Malaka kemudian menjalin relasi dengan orang-orang di wilayah barat di Indonesia, setelah itu terbentuklah sebuah kerajaan Islam yang bernama kerajaan Samudra Pasai. Selain itu, teori ini juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai Malik As-Saleh pada tahun 1297 yang bercorak Gujarat. Teori ini dikemukakan oleh S. Hurgronje dan J. Pijnapel.
Teori ini dicetuskan oleh GWJ. Drewes dan dikembangkan oleh Snouck Hurgronje dan kawan-kawan. Teori india atau teori Gujarat ini juga diyakini oleh sejarawan Indonesia Sucipto Wirjosuprato soal awal mula masuknya islam di Indonesia adalah melalu india (Gujarat).
B. TEORI ARAB (MEKKAH) Selanjutnya ada teori Arab (Mekah) yang menyebutkan Islam masuk ke Indonesia langsung dari Arab (Mekah) pada masa kekhalifahan. Teori ini didukung oleh J.C. van Leur hingga Buya Hamka atau Abdul Malik Karim Amrullah. Menurut Buya Hamka, Islam sudah menyebar di Nusantara sejak abad 7 M. Hamka dalam bukunya berjudul Sejarah Umat Islam (1997) menjelaskan salah satu bukti yang menunjukkan Islam masuk ke Nusantara dari orang-orang Arab. Teori dan bukti yang dipaparkan Hamka tersebut didukung oleh T.W. Arnold yang menyatakan kaum saudagar dari Arab cukup dominan dalam aktivitas perdagangan ke wilayah Nusantara.
C. TEORI PERSIA (IRAN) Teori yang menyatakan asal mula Islam masuk ke Indonesia dari Negara Persia (yang sekarang bernama Negara Iran) didukung oleh Husen Djadjadiningrat dan Umar Amir Husen. Abdurrahman Misno dalam Reception Through Selection-Modification: Antropologi Hukum Islam di Indonesia (2016) menuliskan, Djajadiningrat berpendapat tradisi dan kebudayaan Islam di Indonesia memiliki persamaan dengan Persia. Salah satu contohnya adalah seni kaligrafi yang terpahat pada batu-batu nisan bercorak Islam di Nusantara. Adapula budaya Tabot di Bengkulu dan Tabuik di Sumatra Barat yang serupa dengan ritual di Persia setiap tanggal 10 Muharam. Akan tetapi, seperti yang kita ketahui, aliran Islam di Persia merupakan aliran Islam Syiah sedangkan aliran Islam yang berkembang di Indonesia adalah aliran Sunni. Sehingga teori Persia ini dianggap kurang relevan dengan fakta yang ada.
D. TEORI TIONGKOK  Ajaran Islam berkembang di Tiongkok pada masa Dinasti Tang (618-905 M) dibawa oleh panglima muslim dari kekhalifahan di Madinah semasa era Khalifah Ustman bin Affan, yakni Saad bin Abi Waqqash. Kanton pernah menjadi pusatnya para pendakwah muslim dari Tiongkok. Jean A. Berlie (2004) dalam buku Islam in China menyebut relasi pertama antara orang-orang Islam dari Arab dengan bangsa Tiongkok terjadi pada 713 M. Diyakini, Islam memasuki Nusantara bersamaan migrasi orang-orang Tiongkok ke Asia Tenggara. Mereka memasuki wilayah Sumatra bagian selatan, Palembang, pada 879 atau abad ke-9 M. Bukti lain adalah banyak pendakwah Islam keturunan Tiongkok yang punya pengaruh besar di Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa, seiring dengan keruntuhan Kemaharajaan Majapahit pada perjalanan abad ke-13 M. Sebagian dari mereka disebut Wali Songo.
Tumblr media
➤𝟭. 𝗦𝗲𝗷𝗮𝗿𝗮𝗵 𝗣𝗲𝗿𝗸𝗲𝗺𝗯𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝗱𝗶 ��𝗮𝗴𝗶𝗮𝗻 𝗨𝘁𝗮𝗿𝗮 𝗦𝘂𝗺𝗮𝘁𝗲𝗿𝗮 dimulai pada saat abad ke-7 Masehi. Kabarnya, pada masa itu sudah berdiri kerajaan Budha sehingga sebenarnya untuk masuknya Islam pun terbilang cukup sulit.
Pada masa itu kerajaan Budhanya adalah Sriwijaya. Sriwijaya sedang mengalami tekanan karena serangan dari India. Maka tidak ada pilihan lain untuk masuk Islam. Kalau kisah yang satu ini baru menjadi pintu gerbang utama adanya Islam di Indonesia.
Nah! Kabarnya juga karena adanya perkampungan Islam di sana. Baik dari pedagang Arab maupun India yang beragama Islam semakin gencar menyebarkan agama Islam. Ditambah lagi dengan ditemukannya batu nisan yang bertuliskan Islam.
Pastinya menjadi tanda kalau islam sudah ada sejak masa itu di wilayah itu juga. Teori lain juga mengungkapkan bahwa agama Islam yang masuk ke wilayah ini justru datang langsung dari Arab dan mendapat utusan langsung dari Khalifah.
➤𝟮. 𝗦𝗲𝗷𝗮𝗿𝗮𝗵 𝗣𝗲𝗿𝗸𝗲𝗺𝗯𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝗱𝗶 𝗝𝗮𝘄𝗮 𝗧𝗲𝗻𝗴𝗮𝗵 & 𝗝𝗮𝘄𝗮 𝗧𝗶𝗺𝘂𝗿 Khususnya di wilayah Jawa Timur, kabarnya Islam sudah ada sejak abad ke-11 Masehi. Hal ini dibuktikan terdapatnya makam Fatimah binti Maimun dengan tulisan tahun 1082. Bukan hanya itu saja, makam orang Islam lainnya di kawasan Majapahit juga telah ditemukan. Wilayah ini penyebarannya tidak lepas dari Walisongo. Terutama dari 9 wali yang ada, 5 di antaranya masuk dan menyebarkan agama Islam di Jawa Timur. Hal ini pula yang menyebabkan mengapa ada perpaduan budaya dan agama Islam.
Selain Jawa timur, Jawa Tengah juga menjadi salah satu kawasan penyebaran Islam yang pesat. Terlebih lagi dengan jumlah penduduk yang padat, agama Islam begitu cepat menyebarnya. Terlebih mengenai kabar bahwa Islam di Jawa Tengah bermula dari pesisir Utara.
Ketiga wilayah seperti halnya Jepara, Kudus dan Demak adalah wilayah pokok asal mula Islam ada di Jawa Tengah. Karena masih dekat dengan Jawa Timur, pun tidak heran jika Jawa Tengah juga menjadi daerah yang dikuasai Walisongo sebagai penyebaran Islam.
Menurut sejarah yang beredar, Islam pada masa itu bermula dari Sunan Ampel yang berasal dari wilayah Surabaya. Sunan Ampel menyebarkan agama Islam. Kisah ini juga masih belum lepas dari sistem perdagangan yang menjadi salah satu alasan utama. Dengan begitu, ada kesimpulan yang mengatakan bahwa pergerakan Islam di pulau Jawa bermula dari Jawa Timur lebih dulu. Alasannya? So, tentu saja karena wilayah Jawa Tengah pesat sebagai kota politik dan kebudayaan yang digilai Masyarakat.
➤ 𝟯. 𝗦𝗲𝗷𝗮𝗿𝗮𝗵 𝗣𝗲𝗿𝗸𝗲𝗺𝗯𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝗱𝗶 𝗝𝗮𝘄𝗮 𝗕𝗮𝗿𝗮𝘁 Kabarnya, penyebaran agama Islam di tanah Pasundan ini tidak.bisa.dilepaskan dari Syekh Quro, yang masih ada garis keturunan dengan sahabat Ali bin Abi Thalib. Masuk sejak akhir abad ke-14, para penyebar Islam di tanah Pasundan begitu semarak.
Terlebih mengingat agama Hindu sudah masuk lebih dulu. Maka jadilah agama Islam dalam penyebarannya butuh beberapa siasat. Seperti halnya, Syekh Quro mendirikan pesantren di Karawang pada 1416 M, dan Syekh Nurjati mendirikan pesantren di Amparan Jati (Cirebon).
➤ 𝟰. 𝗗𝗮𝗲𝗿𝗮𝗵 𝗹𝗮𝗶𝗻 Penyebaran Islam pada masanya memang tidak lepas dari sejarah. Termasuk di daerah lainnya. Sebelum abad ke-16 tepatnya, masih belum ditemukan seperti apa sejarah Islam di wilayah Nusantara. Terutama oleh rakyat Indonesia sendiri, pun tidak ada.
Tumblr media
Dalam buku "Sejarah Indonesia Periode Islam" juga dijelaskan media atau saluran-saluran dalam perkembangan islam di Indonesia, di antaranya:
1. Perdagangan Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M, membuat pedagang pedagang Muslim (Arab, Persia, dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri Barat, Tenggara, dan Timur Benua Asia.
Media islamisasi melalui perdagangan dinilai sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan secara langsung.
2. Perkawinan Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar.
Saat menikah dengan saudagar Islam, proses sebelumnya adalah memeluk agama Islam terlebih dahulu. Berawal dari situ, kemudian banyak kampung kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan.
3. Tasawuf Salah satu saluran Islamisasi yang dinilai memiliki peran yang signifikan dalam penyebaran ajaran Islam adalah tasawuf. Dalam konteks penyebaran ajaran Islam di Nusantara, para pengajar tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
4. Pendidikan Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan. Proses pendidikan dan pengajaran Islam ini sudah berlangsung sejak Islam masuk ke Nusantara.
Ketika pemeluk agama Islam sudah banyak dan telah terbentuk komunitas muslim, maka proses pendidikan dan pengajaran Islam tidak lagi hanya dilaksanakan secara informal, tetapi sudah dilaksanakan secara teratur di tempat-tempat tertentu. Secara umum, model pendidikan pada masa itu ada dua, yakni pendidikan langgar dan pendidikan pesantren.
5. Kesenian Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan bahwa Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Sunan Kalijaga tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya untuk mengucapkan kalimat syahadat.
Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabharata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan sebagainya), seni bangunan, dan seni ukir.
6. Politik Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini.
Di samping itu, baik di Sumatra dan Jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan nonIslam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam.
Tumblr media
Salah satu cara penyebaran agama Islam ialah dengan cara mendakwah. Di samping sebagai pedagang, para pedagang Islam dahulu juga berperan sebagai mubaligh.
Ada juga para mubaligh yang datang bersama pedagang dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya.
Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren- pesantren sebagai sarana pendidikan Islam.
Kesembilan wali tersebut adalah seperti berikut: 1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim), menyiarkan Islam di sekitar Gresik. 2. Sunan Ampel (Raden Rahmat), menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. 3. Sunan Drajat (Syarifudin), menyiarkan agama di sekitar Surabaya 4. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim), menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. 5. Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said), menyiarkan Islam di Jawa Tengah. 6. Sunan Giri (Raden Paku), menyiarkan Islam di luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. 7. Sunan Kudus (Jafar Sodiq), menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. 8. Sunan Muria (Raden Umar Said), menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. 9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon.
Sekian yang dapat saya sampaikan. Terimakasih, waasalamualaikum wr wb. Revani Khoirunnisa Azzahra/29/9C
5 notes · View notes
saladin-institute · 3 years
Text
Manusia Islam
Tumblr media
Berangkat dari Mochtar Lubis yang pernah berpidato kebudayaan tentang ciri-ciri khas Manusia Indonesia, yang kemudian dibukukan dan diterbitkan oleh YOI, lalu Abah Ajip Rosidi menulis buku Manusia Sunda guna memenuhi permintaan penerbit Kiblat Utama, dan kiranya buat saya menarik kalau ada buku atau ada seorang tokoh yang membahas dan mengupas mengenai siapa dan apa ciri-ciri khas Manusia Islam.
Mungkin orang akan berkata Manusia Islam itu ya Rasulullah Nabi Muhammad SAW yang sudah banyak buku-buku sirah Nabi. Menemukan ciri manusia Islam (yang ideal) silakan merujuk ke sana. Saya kira termasuk manusia Islam juga adalah Nabi-nabi, Rasul-rasul, Wali-wali, tokoh-tokoh panutan, sampai ummat biasa.
Buku yang dimaksud bukan membahas Manusia Islam atau muslim secara normatif yang penuh keagungan dan ideal. Kalau menyangkut soal nilai-nilai luhur, pada Manusia Sunda pun mempunyai sistem filsafatnya sendiri yang khas dan luhur, demikian pula Manusia Indonesia mempunyai ciri baik dan unggul yang patut dijadikan peluang dan kekuatan. Arah yang saya maksud memandang Manusia Islam atau muslim yakni ingin dengan sudut pandang kebudayaan, pada kehidupan orang Islam yang telah menyejarah.
Manusia Islam bukan ingin membahas sekat pembedaan karena pandangan politik atau aliran pemikiran semisal antara Islam Sunni dan Islam Syiah, karena perbedaan mazhab dan cara bergaul sehingga dikategori oleh ahli studi, ada yang menyebutnya: Islam Fundamentalis, Islam Revivalis, Islam Tekstual, dan seberangnya ada Islam Liberal, Islam Rasional, Islam Kontekstual. Ada Islam Tradisionalis, Islam Modern, dan Islam Postmodern, atau kaum Santri dan Abangan, atau bahkan Soe Hok-gie pernah menyebutnya ada Islam Statistik, Islam Nominal, atau sebagaimana yang disebut orang sekarang Islam KTP.
Tetapi atas semua penggolongan dan pengelompokkan itu, pasti ada benang merah yang dapat ditarik sebagai ciri umum. Sebagaimana Mochtar Lubis mengamati dan memproyeksi apa dan siapa Manusia Indonesia. Meski mungkin akan juga seperti yang dikatakan Jacob Oetama dalam pengantar buku Manusia Indonesia—mungkin kita akan terjebak pada prasangka dan generalisasi.
Misalnya menyangkut ciri umum orang dan negara Islam yang rata-rata angka kemiskinannya masih tinggi, berbangga sebagai identitas muslim/muslimah, dan suka mengunggulkan pencapaian para muslim di masa lalu, dst. dst. Apakah hal demikian sebagai kekuatan atau kelemahan? Untuk bagaimana sepatutnya maka sangat perlu dikaji secara luas dan mendalam.
Dan menarik pembagian bab Abah Ajip Rosidi, yang termasuk Manusia Sunda di samping mengangkat tokoh-tokoh faktual, juga memasukkan tokoh-tokoh imajiner dalam sastra lama dan sastra baru. Pembagian ini dapat pula dipakai dalam Manusia Islam. Misalnya dalam sastera lama ada Qays Majnun, Syahrazad, Sinbad, dan Aladdin dalam kisah 1001 malam, dst. Dalam sastra baru boleh dimasukkan tokoh Fahri dalam novelnya Ayat-Ayat Cinta, tokoh Ka dalam novel Snow-nya Orhan Pamuk, tokoh Annisa dalam novel Perempuan Berkalung Sorban, sampai Markesot dalam ese-esei Cak Nun.. dst.
Kalau mengambil tokoh faktual saya punya bingung sendiri. Karena memilih dan memilahnya parameter apa yang akan digunakan. Pertama tentu Nabi Muhammad SAW, atau mungkin dapat mengambilnya dari buku Chase F. Robinson yang menulis buku “Para Pembentuk Peradaban Islam 1000 tahun pertama. Tetapi juga perlu mengambil tokoh mutakhir. Misalnya apakah pantas/tidak Osama bin Laden masuk kategori. Karena menyebut namanya, orang dunia akan langsung terkoneksi pada Islam. Apakah populisme dapat dijadikan bahan pijakan?
Atas semua hal, akhir bab dapat kita menyimpulkan apa dan siapa Manusia Islam, apa ciri-cirinya yang khas, yang baik dan buruk di mata dunia, atau dalam pandangan penganut agama lain, dan bagi umat Islam sendiri menilai dirinya. Buku ini ditulis bertujuan sama sebagaimana Mochtar Lubis menulis Manusia Indonesia, Ajip Rosidi menulis Manusia Sunda, Marbangun Hardjowirogo menulis Manusia Jawa, yakni untuk menemukan cermin jujur siapakah kita sebenarnya, sejujurnya.
Wassalam
Saladin Sofyan
Pengelola Saladin Institute
2 notes · View notes
renjanachandrakanta · 4 years
Text
Reminiscing old memories got me in tears. Bangga banget sama diri sendiri. In the age of 18, i have grown so much and learned a lot. Ibarat ular, udah ganti kulit berkali-kali. Dua hari yang lalu, tepat satu bulan aku bertahan di dunia yang bagiku sedikit menyenangkan banyak menakutkan. Menyenangkan karena aku masih dapat memegang harapan atas hal-hal baik yang akan kusambut di masa depan. Menakutkan karena setiap harinya tak terhindar dari perubahan. Isn’t that what makes us hard to move on? Fear of changes. But again, changes and moving on is something related, that is both inevitable.
Tadi sore, aku menemukan satu lagi hal baru yang mulai kukenali. Aku punya seorang teman dekat penganut Saksi Yehuwa, aliran kepercayaan dari agama Kristen yang tidak merayakan natal, paskah, dan hanya percaya satu Tuhan. Mengetahui hal tersebut menyadarkanku bahwa aku telah berjalan sangat jauh dari cangkangku saat terlahir di dunia, bahwa banyak sekali yang sudah dan belum kupelajari di alam penuh perbedaan ini. Aku jadi ingat sahabatku saat SMA adalah penganut Budha yang belum menentukan hatinya pada salah satu agama, seorang teman yang merupakan anak dari tokoh syiah terkenal di Indonesia, dan seorang teman dari keluarga Wahabi. Jadi teringat teman-teman yang mengeklaim diri mereka sebagai Muhammadiyah dan NU, jadi teringat seorang teman dekat yang agnostik. Teringat pula sejak SMP teman dekatku kebanyakan adalah Kristen dan Katolik, pun aku punya beberapa teman yang berlatar belakang santri dan sangat religius. Sedangkan aku dari keluarga yang Islam biasa-biasa saja, kurang paham ilmu agama dan aliran-aliran di dalamnya. Menyadari bahwa aku sejak lama berada di lingkungan yang penuh perbedaan dan dapat menyesuaikan diri dengan bertoleransi membuatku bangga pada diri sendiri, namun juga krisis jati diri dan merasa perlu tuntunan. Tapi lagi-lagi, hal yang susah untuk kupilah, nggak kuketahui mana yang benar dan salah, membuatku ketakutan salah melangkah.
2 notes · View notes
klappertart · 2 years
Text
Ngebaca berita bbc soal orang di iran dipaksa pake jilbab terus meninggal. Ayahnya gaboleh nengok
Lalu komennta tentu aja adu domba.
Cape dah gua
Tau ga sih, Iran aja sebenernya Islamnya ngaco. Itu Syiah, dibilangnya sih "mazhab aqidah", tapi masa aqidah ada aliran lain dari yg asli. Cuma gak mungkin lah kita terang2an sebut gitu. Makanya para ulama utk menjaga perdamaian memutuskan buat masukin Syiah dalam Islam sebagai salah satu ((definisi)). Dalam praktik? Wah... Syiah itu benar2 beda sama syariat Ahlussunnah.
Nah ini yang disorot Iran. Orang awam mana ngeh kalo Islam di Iran itu bukan Islam yang "sebenarnya". Karena mereka merasa Islam itu satu, ya emang mestinya satu. Emangnya Syiah aslinya bisa disebut Islam? Tbh aku ok aja kalo itu adalah aliran lain, ajaran lain SELAMA gak disebut Islam karena kalo bawa nama2 Islam jadinya kena dah yang lain! Itulah kenapa munafik/musuh dalam selimut itu lebih bahaya daripada orang yg terang2 menentang u.
Soal jilbab, idk lah. Di sini (Indonesia) sejujurnya merasa cukup lega krn basically orang2 make jilbab krn kemauan sendiri2. Kalo dipaksa biasanya dr keluarga. Aku juga dipaksa. Tp terus make sekarang krn dapet "pencerahan" Pas SMA. Menurut aku si "pencerahan" ini yg penting. Sulit y
0 notes
keizorajelita · 3 years
Text
SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
Tumblr media
1. Proses masuknya islam
- Teori India (Gujarat)
Teori India atau teori Gujarat menyebutkan agama islam masuk ke Indonesia melalui para pedagang dari india muslim (Gujarat) yang berdagang di nusantara pada abad ke-13. Saudagar dari Gujarat yang datang dari Malaka kemudian menjalin relasi dengan orang-orang di wilayah barat di Indonesia, setelah itu terbentuklah sebuah kerajaan Islam yang bernama kerajaan Samudra Pasai. Selain itu, teori ini juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai Malik As-Saleh pada tahun 1297 yang bercorak Gujarat. Teori ini dikemukakan oleh S. Hurgronje dan J. Pijnapel. Teori ini dicetuskan oleh GWJ. Drewes dan dikembangkan oleh Snouck Hurgronje dan kawan-kawan. Teori india atau teori Gujarat ini juga diyakini oleh sejarawan Indonesia Sucipto Wirjosuprato soal awal mula masuknya islam di Indonesia adalah melalu india (Gujarat).
- Teori Arab (Mekah)
Selanjutnya ada teori Arab (Mekah) yang menyebutkan Islam masuk ke Indonesia langsung dari Arab (Mekah) pada masa kekhalifahan. Teori ini didukung oleh J.C. van Leur hingga Buya Hamka atau Abdul Malik Karim Amrullah. Menurut Buya Hamka, Islam sudah menyebar di Nusantara sejak abad 7 M. Hamka dalam bukunya berjudul Sejarah Umat Islam (1997) menjelaskan salah satu bukti yang menunjukkan Islam masuk ke Nusantara dari orang-orang Arab. Teori dan bukti yang dipaparkan Hamka tersebut didukung oleh T.W. Arnold yang menyatakan kaum saudagar dari Arab cukup dominan dalam aktivitas perdagangan ke wilayah Nusantara.
- Teori Persia (Iran)
Teori yang menyatakan asal mula Islam masuk ke Indonesia dari Negara Persia (yang sekarang bernama Negara Iran) didukung oleh Husen Djadjadiningrat dan Umar Amir Husen. Abdurrahman Misno dalam Reception Through Selection-Modification: Antropologi Hukum Islam di Indonesia (2016) menuliskan, Djajadiningrat berpendapat tradisi dan kebudayaan Islam di Indonesia memiliki persamaan dengan Persia. Salah satu contohnya adalah seni kaligrafi yang terpahat pada batu-batu nisan bercorak Islam di Nusantara. Adapula budaya Tabot di Bengkulu dan Tabuik di Sumatra Barat yang serupa dengan ritual di Persia setiap tanggal 10 Muharam. Akan tetapi, seperti yang kita ketahui, aliran Islam di Persia merupakan aliran Islam Syiah sedangkan aliran Islam yang berkembang di Indonesia adalah aliran Sunni. Sehingga teori Persia ini dianggap kurang relevan dengan fakta yang ada.
- Teori Tiongkok
Ajaran Islam berkembang di Tiongkok pada masa Dinasti Tang (618-905 M) dibawa oleh panglima muslim dari kekhalifahan di Madinah semasa era Khalifah Ustman bin Affan, yakni Saad bin Abi Waqqash. Kanton pernah menjadi pusatnya para pendakwah muslim dari Tiongkok. Jean A. Berlie (2004) dalam buku Islam in China menyebut relasi pertama antara orang-orang Islam dari Arab dengan bangsa Tiongkok terjadi pada 713 M. Diyakini, Islam memasuki Nusantara bersamaan migrasi orang-orang Tiongkok ke Asia Tenggara. Mereka memasuki wilayah Sumatra bagian selatan, Palembang, pada 879 atau abad ke-9 M. Bukti lain adalah banyak pendakwah Islam keturunan Tiongkok yang punya pengaruh besar di Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa, seiring dengan keruntuhan Kemaharajaan Majapahit pada perjalanan abad ke-13 M. Sebagian dari mereka disebut Wali Songo.
2. Perkembangan islam di Indonesia
Agama Islam berkembang di Indonesia disebarkan oleh berbagai golongan, yakni para pedagang, mubalig, sufi, dan para wali. Para wali menyebarkan islam di Nusantara, khususnya di tanah Jawa. Di antara sekian banyak wali, yang terkenal adalah Wali Songo (Wali Sembilan). berikut ini adalah uraian Wali Songo : • Sunan Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maghribi, yang diduga berasal dari Persia dan berkedudukan di Gresik.
• Sunan Ampel atau Raden Rahmat, berkedudukan di Ample, Surabaya
• Sunan Bonang atau Raden Maulana Makdum Ibrahim, putra dari Raden Rahmat (Sunan Ampel), ia tinggal di Bonang, dekat Tuban • Sunan Giri atau Prabu Satmata atau Sultan Abdul Fakih yang semula bernama Raden Paku, berkedudukan di Bukit Giri, dekat Gresik. • Sunan Drajat atau Syarifuddin, juga putra dari Sunan Ampel dan berkedudukan di Drajat, dekat Sedayu, Surabaya. • Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah atau Syeikh Nurullah berasal dari Pasai, sebelah utara Aceh yang berkedudukan di Gunung Jati, Cirebon. • Sunan Kudus atau Ja'far Sodiq, putra dari Raden Usman Haji yang bergelar Sunan Ngandung di Jipang Panolan, berkedudukan di Kudus. • Sunan Kalijaga, nama aslinya Raden Mas Syahid. Beliau adalah putra Tumenggung Wilaktikta, Bupati Tuban yang berkedudukan di Kadilangu, dekat Demak. • Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra dari Sunan Kalijaga berkedudukan di Gunung Muria, Kudus.
3. Peranan umat islam di Indonesia
Mendirikan organisasi-organisasi islam yang diantaranya sebagai berikut : a. Syarikat Dagang Islam Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada 16 Oktober 1908, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar.  Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dilakukan agar organisasi tidak hanya bergerak dalam bidang ekonomi, tetapi juga dalam bidang lain seperti politik. Jika ditinjau dari anggaran dasarnya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:
• Mengembangkan jiwa dagang. • Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha. • Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat. • Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam. • Hidup menurut perintah agama. b. Nadhlatul Ulama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama), disingkat NU, adalah sebuah organisasi islam terbesar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 M / 16 Rajab 1344 di Surabaya dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial  dan ekonomi. Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlusunah wal Jama'ah (Aswaja). Selain itu, NU sebagaimana organisasi-organisasi pribumi lain baik yang bersifat sosial, budaya atau keagamaan yang lahir di masa penjajah, pada dasarnya merupakan perlawanan terhadap penjajah. Hal ini didasarkan, berdirinya NU dipengaruhi kondisi politik dalam dan luar negeri, sekaligus merupakan kebangkitan kesadaran politik yang ditampakkan dalam wujud gerakan organisasi dalam menjawab kepentingan nasional dan dunia Islam umumnya. c. Muhammadiyah Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya.
0 notes
aryadanendra · 3 years
Text
Perkembangan Islam di Indonesia
A.      Masuknya Islam di Nusantara
Islam sudah ada di Indonesia sejak awal sekali, bahkan pada tahun 1267 sudah berdiri kerajaan Islam di Nusantara, yaitu kerajaan Samudera Pasai, dan di Jawa telah ditemukan nisan seorang beragama Islam, atas nama Fatimah binti Maimun bertanggal tahun 1082.
Namun selama ratusan tahun, Islam tidak bisa menyebar, dan hanya terbatas dipeluk di kota-kota pelabuhan saja. Baru pada tahun 1400-an, Islam berkembang secara pesat dan mulai banyak didirikan kerajaan-kerajaan Islam. Berkembangnya Islam di Indonesia pada abad ke 15 M ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah perdagangan dan pelayaran antar benua yang berlangsung pada masa itu.
Fenomena ini mengundang banyak penelitian dan beberapa sejarawan mengemukakan toeri yang menjelaskan bagaimana akhirnya Islam bisa menyebar di Nusantara. Ada berbagai teori persebaran Islam yang dicetuskan para sejarawan.
 1)       “Teori Tiongkok” oleh Slamet Muljana
Teori ini berpendapat bahwa persebaran Islam tak lepas dari peranan para saudagar Tiongkok yang saat itu banyak yang beragama Islam. Tak kalah penting adalah kunjungan dari Laksamana Cheng Ho (Zheng He), seorang laksamana Dinasti Ming yang beragama Islam, dan diiringi oleh banyak pengiring yang juga beragama Islam.
     Teori ini juga berpendapat bahwa Wali Songo merupakan para keturunan saudagar Tionghoa. Teori ini berlawanan dengan pandangan umum bahwa Wali Songo adalah keturunan orang Arab atau Asia Tengah. Karena kontroversi ini, buku Slamet Muljana pernah dilarang di masa pemerintahan Suharto.
 2)      “Teori Gujarat” oleh Snouck Hurgronje dan J. Pijnapel
Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk dibawa oleh saudagar dan ulama dari Gujarat, India, serta juga dari wilayah pelabuhan lain di India seperti Malabar dan Bengala. Teori ini dibuat berdasaran bahwa Islam di Indonesia yang  berkembang di masa awal abad 15 ini, sama dengan Islam yang berkembang di India, yaitu Islam yang bercorak sufistik (dipengaruhi aliran Sufi).
Namun teori ini juga memiliki kelemahan, karena umat Muslim di Indonesia menganut mazhab Syafii, sementara masyarakat Gujarat lebih banyak menganut mazhab Hanafi.
  3)      “Teori Persia” oleh Umar Amir Husen dan Hoesein Djajadiningrat
Menurut teori ini Islam yang masuk di Indonesia pada abad ke 7 Masehi adalah Islam yang dibawa kaum Syiah, Persia. Teori ini dibuat karena adanya adat di beebrapa daerah yang terpengaruh budaya Iran, seperti bentuk batu nisan dan budaya Tabuik di Minangkabau. Namun, Teori ini memiliki kelemahan yaitu pada masa itu Iran bukan meruakan pusat persebaran Islam.
 4)      “Teori Arab” oleh van Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan Buya Hamka
Berdasarkan teori ini, Islam masuk pada abad ke 7 Masehi, di Pantai Timur Sumatera melalui para ulama dari Damaskus, Syiria, yang merupakan pusat Dynasti Umayyah. Teori ini didukung fakta bahwa madzhab yang populer di Indonesia, khususnya di Samudera Pasai adalah madzhab Syafii yang juga populer di Arab dan Mesir. Kemudian adanya penggunaan gelar Al Malik pada raja-raja Samudera Pasai yang hanya lazim ditemui pada budaya Islam di Mesir.
 B.      Perkembangan Islam di Indonesia
1)       Macam-macam Media
a.       Perdagangan
Perdagangan Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M, membuat pedagang pedagang Muslim (Arab, Persia, dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri Barat, Tenggara, dan Timur Benua Asia.
 b.       Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar. Saat menikah dengan saudagar Islam, proses sebelumnya adalah memeluk agama Islam terlebih dahulu. Berawal dari situ, kemudian banyak kampung kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan.
c.       Tasawuf
Salah satu saluran Islamisasi yang dinilai memiliki peran yang signifikan dalam penyebaran ajaran Islam adalah tasawuf. Dalam konteks penyebaran ajaran Islam di Nusantara, para pengajar tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
 d.       Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan. Proses pendidikan dan pengajaran Islam ini sudah berlangsung sejak Islam masuk ke Nusantara. Ketika pemeluk agama Islam sudah banyak dan telah terbentuk komunitas muslim, maka proses pendidikan dan pengajaran Islam tidak lagi hanya dilaksanakan secara informal, tetapi sudah dilaksanakan secara teratur di tempat-tempat tertentu.
e.       Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan bahwa Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Sunan Kalijaga tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya untuk mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabharata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan sebagainya), seni bangunan, dan seni ukir.
 2)      Peranan Wali dan Ulama
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Wali Songo (9 wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Kesembilan wali tersebut adalah seperti berikut:
 1.        Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim), menyiarkan Islam di sekitar Gresik.
2.       Sunan Ampel (Raden Rahmat), menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur.
3.       Sunan Drajat (Syarifudin), menyiarkan agama di sekitar Surabaya
4.      Sunan Bonang (Makdum Ibrahim), menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang.
5.       Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said), menyiarkan Islam di Jawa Tengah.
6.       Sunan Giri (Raden Paku), menyiarkan Islam di luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku.
7.       Sunan Kudus (Jafar Sodiq), menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah.
8.      Sunan Muria (Raden Umar Said), menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah.
9.       Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon.
 C.      Peranan Umat Islam di Indonesia
Islam mempunyai peran penting terhadap terbentuknya negara Indonesia, dan telah menjadi agama mayoritas penduduk Indonesia, meskipun negara juga mengakui lima agama lain sebagai agama resmi. Alih-alih menjadikan negara Indonesia menjadi negara Islam, umat Islam di Indonesia lebih memilih menjembatani perbedaan-perbedaan yang ada untuk menuju sebuah kesatuan sesuai dengan motto bangsa Indonesia “Bhineka Tunggal Ika”. Dalam sudut pandang Islam, perbedaan adalah sebuah fitrah, yang kemudian di implementasikan oleh umat Islam Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air, seperti penerimaan Pancasila sebagai ideologi dan asas negara Indonesia. Sifat compatible dalam Islam inilah yang menjadikan Islam menjadi komponen penting dalam menjaga persatuan bangsa.
0 notes
auramutiiara · 3 years
Text
Kehadiran Islam Mendamaikan Bumi Nusantara
hai-hai jumpa lagi sekarang kita belajar sejarah kehadiran islam di nusantara yuk.
Tumblr media
1. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
Awal mula datangnya islam terjadi kisaran abad ke-7 Masehi sampai abad ke-8 Masehi, masa penyebaran berlanjut hingga ke Nusantara perkiraan abad ke-13 Masehi sampai abad ke-16 Masehi dan selanjutnya ditengah perkembangan islam menjelajahi nusantara melalui kerajaan-kerajaan islam pada abad ke-15 Masehi.
Selain itu terdapat beberapa faktor pendukung masuknya islam ke Indonesia yaitu datangnya budaya Islam ke Indonesia berupa teori Arab, India, Tingkok dan Persia. Akan tetapi, para ilmuan peneliti masuknya islam mengatakan ada juga hal penguat lainnya seperti bukti sejarah seperti nisam makam para raja, tata kehidupan masyarakat dan ukiran yang dipercaya merupakan bukti kuat masuknya islam ke Indonesia. 2. Teori Masuknya Islam di Indonesia.
A. Teori India (Gujarat)
Teori India atau teori Gujarat menyebutkan agama islam masuk ke Indonesia melalui para pedagang dari india muslim (Gujarat) yang berdagang di nusantara pada abad ke-13. Saudagar dari Gujarat yang datang dari Malaka kemudian menjalin relasi dengan orang-orang di wilayah barat di Indonesia, setelah itu terbentuklah sebuah kerajaan Islam yang bernama kerajaan Samudra Pasai. Selain itu, teori ini juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai Malik As-Saleh pada tahun 1297 yang bercorak Gujarat. Dan Teori ini dikemukakan oleh S. Hurgronje dan J. Pijnapel. Teori ini juga dicetuskan oleh GWJ. Drewes dan dikembangkan oleh Snouck Hurgronje dan kawan-kawan.Teori india merupakan teori yang diyakini oleh para sejarawan Indonesia salah satunya Sucipto Wirjosuprato menganai awal mula masuknya agama islam.
B. Teori Arab (Mekah)
Selanjutnya ada teori Arab (Mekah) yang menyebutkan Islam masuk ke Indonesia langsung dari Arab (Mekah) pada masa kekhalifahan. Teori ini didukung oleh J.C. van Leur hingga Buya Hamka atau Abdul Malik Karim Amrullah. Menurut Buya Hamka, Islam sudah menyebar di Nusantara sejak abad 7 M. Hamka dalam bukunya berjudul Sejarah Umat Islam (1997) menjelaskan salah satu bukti yang menunjukkan Islam masuk ke Nusantara dari orang-orang Arab. Selanutnya teori ini diyakni sebagai bukti paparan Hamka bahwa kaum saudagar arab mendominasi masuknya islam ke nusantara.
C. Teori Persia (Iran)
Ketiga ada teori yang menyatakan asal mula Islam masuk ke Indonesia dari Negara Persia (yang sekarang bernama Negara Iran) didukung oleh Husen Djadjadiningrat dan Umar Amir Husen. Abdurrahman Misno dalam Reception Through Selection-Modification: Antropologi Hukum Islam di Indonesia (2016) menuliskan, Djajadiningrat berpendapat tradisi dan kebudayaan Islam di Indonesia memiliki persamaan dengan Persia. Salah satu contohnya adalah seni kaligrafi yang terpahat pada batu-batu nisan bercorak Islam di Nusantara. Adapula budaya Tabot di Bengkulu dan Tabuik di Sumatra Barat yang serupa dengan ritual di Persia setiap tanggal 10 Muharam. Akan tetapi, seperti yang kita ketahui, aliran Islam di Persia merupakan aliran Islam Syiah sedangkan aliran Islam yang berkembang di Indonesia adalah aliran Sunni. Sehingga teori Persia ini dianggap kurang relevan dengan fakta yang ada.
D. Teori Tiongkok / Teori Cina
Terakhir ajaran Islam berkembang di Tiongkok pada masa Dinasti Tang (618-905 M) dibawa oleh panglima muslim dari kekhalifahan di Madinah semasa era Khalifah Ustman bin Affan, yakni Saad bin Abi Waqqash. Kanton pernah menjadi pusatnya para pendakwah muslim dari Tiongkok. Jean A. Berlie (2004) dalam buku Islam in China menyebut relasi pertama antara orang-orang Islam dari Arab dengan bangsa Tiongkok terjadi pada 713 M. Diyakini, Islam memasuki Nusantara bersamaan migrasi orang-orang Tiongkok ke Asia Tenggara. Mereka memasuki wilayah Sumatra bagian selatan, Palembang, pada 879 atau abad ke-9 M. Bukti lain adalah banyak pendakwah Islam keturunan Tiongkok yang punya pengaruh besar di Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa, seiring dengan keruntuhan Kemaharajaan Majapahit pada perjalanan abad ke-13 M. Sebagian dari mereka disebut Wali Songo.
3. Perkembangan Islam di Indonesia
A. Faktor pembawanya adalah para pedagang, mubalig, dan golongan ahli tasawuf (wali songo) .
Tumblr media
1. Sunan Gresik / Maulana Malik Ibrahim = Gresik, Jawa Timur (Cara bercocok tanam).
2. Sunan Ampel / Syaikh Ibrahim As- Samarkandi = Surabaya dan ibu kota Majapahit (Menjalin kekeluargaan).
3. Sunan Giri / Syaikh Maulana Ishak = Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara (Berdakwah).
4. Sunan Bonang / Maulana Makdum Ibrahim = Kediri, Jawa Timur (Berdakwah).
5. Sunan Kalijaga / Raden Mas Syahid = Tuban, Jawa Timur ( Juru dakwah dan pencipta wayang)
6. Sunan Gunung Jati / Syarif Hidayatullah = Banten, Cirebon (Dakwah, kesaktian, kekeluargaan).
7. Sunan Drajat / Raden Qasim = Lamongan, Jawa Timur ( Berdakwah).
8. Sunan Kudus / Jaffar Shadiq = Kudus, Jawa (Berdakwah).
9. Sunan Muria/ Raden Said = Gunung Muria, Jawa Tengah ( Berdakwah, pembuat karya sastra)
B. Faktor perdagangan, pusat-pusat perdagangan dan pelayaran di sepanjang pantai dikuasai oleh raja-raja daerah, para bangsawan, dan penguasa lainnya.
1. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini berada di Kabupaten Lhokseumawe, Aceh Utara dan berdiri sejak tahun 1267- 1521. Sultan Malik Al-Saleh menjadi pendiri sekaligus raja pertama Samudera Pasai yang kerajaan Islam tertua di Indonesia.
2. Kerajaan Demak
Selain di Aceh, kerajaan Islam muncul di Demak, Jawa Tengah. Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Fatah pada 1478. Kerajaan Demak memberikan peran besar dalam peradaban Islam di Jawa. Selama berdiri, Kerajaan Demak dipimpin oleh 5 raja yakni: Raden Fatah, Pati Unus, Sultan Trenggono, Sunan Prawata dan Arya Penangsang.
3. Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan ini didirikan di Banda Aceh pada 1496. Pemimpin pertama Kerajaan Aceh Darussalam yakni Sultan Ali Mughayat Syah.
Kerajaan Aceh Darusalam vokal menunjukkan perlawanan terhadap imperialisme Eropa. Sementara ketika berjaya, kerajaan Islam ini juga dikenal menjadi pengasil lada terbesar.
4. Kerajaan Islam Banjar
Raden Samudra mendirikan kerajaan Islam bertama di Kalimantan bernama Kerajaan Banjar pada 1520. Setelah wafat, tahta Raden Samudra digantikan oleh Sultan Rahmatullah.
5. Kerajaan Mataram Islam
Jejak peradaban Islam juga ditemukan di Kota Yogyakarta dengan kemunculan Kerajaan Mataram. Kerajaan tersebut berdiri sejak 1582 di Kotagede.
Tercatat, ada 6 raja yang pernah memimpin Kerajaan Mataram. Salah satunya Raden Mas Rangsang (Sultan Agung) yang berhasil membawa Kerajaan Mataram di puncak kejayaan.
6. Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang merupakan penerus dari Kerajaan Demak. Kerajaan ini didirikan oleh Jaka Tingkir pada tahun 1568 di Kelurahan Pajang, Kota Surakarta. Kerajaan Pajang berkuasa dalam waktu cukup singkat dari 1548-1586.
7. Kerajaan Cirebon
Raden Fatahillah mendirikan Kerajaan Cirebon pada 1522. Kerajaan itu mencapai puncak kejayaan semasa kepemimpinannya. Kemudian setelah wafat, tahta Raden Fatahillah bergandarti kepada putranya, Pangeran Pasarean.
8. Kerajaan Maluku
Kerajaan Maluku atau yang dibiasa disebut Kesultana Ternate pertama kali berdiri pada 1257. Kerajaan tersebut didirikan oleh Baab Mashur Malamo yang memiliki peran besar di kawasan timur Indonesia.
9. Kerajaan Gowa
Kerajaan Gowa berdiri sejak tahun 1300-1946. Raja pertama kerajaan Islam ini adalah Sultan Hasanuddin. Sementara raja terakhir Kerajaan Giwa adalah Sultan Muhamamd Abdul Kadir Aiduddin.
10. Kerajaan Buton
Kerajaan Buton berada di Sulawesi Tenggara. Kerajaan ini resmi menjadi kerajaan Islam pada masa pemerintahan Sultan Murhum Kaimudin Khalifatul Khamis atau Raja Buton ke-6.
4. Peranan umat Islam di Indonesia
- Melakukan kegiatan/perilaku terpuji sesuai ajaran islam.
- Memperluas agama islam di Indonesia khususnya daerah terpencil.
- Memperlancarkan kegiatan perdagangan diantara kota maupun desa setempat.
- Mempersatukan umat islam dari orang kafir maupun penjajah perssak agama.
1 note · View note
Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Anindya Pratista Priyantoro
9A (4)
Tumblr media
SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
1. Proses atau peristiwa masuknya Agama Islam ke Indonesia
- Agama Islam mulai masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke-14 hal tersebut disampaikan dalam beberapa teori salah satunya yaitu Teori India atau Teori Gujarat menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui para pedagang dari india muslim (Gujarat) yang berdagang di nusantara. Saudagar dari Gujarat yang datang dari Malaka kemudian menjalin relasi dengan orang-orang di wilayah barat di Indonesia, setelah itu terbentuklah sebuah kerajaan Islam yang bernama kerajaan Samudra Pasai. Selain itu, teori ini juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai Malik As-Saleh pada tahun 1297 yang bercorak Gujarat. Teori ini dikemukakan oleh S. Hurgronje dan J. Pijnapel.
Teori ini dicetuskan oleh GWJ. Drewes dan dikembangkan oleh Snouck Hurgronje dan kawan-kawan. Teori india atau teori Gujarat ini juga diyakini oleh sejarawan Indonesia Sucipto Wirjosuprato soal awal mula masuknya islam di Indonesia adalah melalu india (Gujarat).
- Berikutnya adalah Teori Arab (Mekah) menyebutkan Islam masuk ke Indonesia langsung dari Arab (Mekah) pada masa kekhalifahan. Teori ini didukung oleh J.C. van Leur hingga Buya Hamka atau Abdul Malik Karim Amrullah. Menurut Buya Hamka, Islam sudah menyebar di Nusantara sejak abad 7 M. Hamka dalam bukunya berjudul Sejarah Umat Islam (1997) menjelaskan salah satu bukti yang menunjukkan Islam masuk ke Nusantara dari orang-orang Arab. Teori dan bukti yang dipaparkan Hamka tersebut didukung oleh T.W. Arnold yang menyatakan kaum saudagar dari Arab cukup dominan dalam aktivitas perdagangan ke wilayah Nusantara. - Teori Persia (Iran) ini adalah teori yang menyatakan asal mula Islam masuk ke Indonesia dari Negara Persia (yang sekarang bernama Negara Iran) didukung oleh Husen Djadjadiningrat dan Umar Amir Husen. Abdurrahman Misno dalam Reception Through Selection-Modification: Antropologi Hukum Islam di Indonesia (2016) menuliskan, Djajadiningrat berpendapat tradisi dan kebudayaan Islam di Indonesia memiliki persamaan dengan Persia. Salah satu contohnya adalah seni kaligrafi yang terpahat pada batu-batu nisan bercorak Islam di Nusantara. Adapula budaya Tabot di Bengkulu dan Tabuik di Sumatra Barat yang serupa dengan ritual di Persia setiap tanggal 10 Muharam. Akan tetapi, seperti yang kita ketahui, aliran Islam di Persia merupakan aliran Islam Syiah sedangkan aliran Islam yang berkembang di Indonesia adalah aliran Sunni. Sehingga teori Persia ini dianggap kurang relevan dengan fakta yang ada. - Teori Tiongkok Ajaran Islam berkembang di Tiongkok pada masa Dinasti Tang (618-905 M) dibawa oleh panglima muslim dari kekhalifahan di Madinah semasa era Khalifah Ustman bin Affan, yakni Saad bin Abi Waqqash. Kanton pernah menjadi pusatnya para pendakwah muslim dari Tiongkok. Jean A. Berlie (2004) dalam buku Islam in China menyebut relasi pertama antara orang-orang Islam dari Arab dengan bangsa Tiongkok terjadi pada 713 M. Diyakini, Islam memasuki Nusantara bersamaan migrasi orang-orang Tiongkok ke Asia Tenggara. Mereka memasuki wilayah Sumatra bagian selatan, Palembang, pada 879 atau abad ke-9 M. Bukti lain adalah banyak pendakwah Islam keturunan Tiongkok yang punya pengaruh besar di Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa, seiring dengan keruntuhan Kemaharajaan Majapahit pada perjalanan abad ke-13 M. Sebagian dari mereka disebut Wali Songo.
2. Perkembangan Islam di Indonesia Masa perkembangan Islam (dimulai abad ke-15 Masehi dan seterusnya melalui kerajaan-kerajaan Islam) Pembawanya adalah para pedagang, mubalig, dan golongan ahli tasawuf. Ketika Islam masuk melalui jalur perdagangan, pusat-pusat perdagangan dan pelayaran di sepanjang pantai dikuasai oleh raja-raja daerah, para bangsawan, dan penguasa lainnya, misalnya raja atau adipati Aceh, Johor, Jambi, Surabaya, dan Gresik.
Pada perkembangan Islam di Indonesia terdapat beberapa bukti sejarah di antaranya adalah sebagai berikut:
- Nisan Raja Samudera Pasai
- Berita Ibnu Batutah dari India
3. Peranan umat Islam di Indonesia
Umat islam membawa pengaruh besar di Indonesia terutama pada masa penjajahan hingga kemerdekaan pada tahun 1945 karena umat Islam pada masa penjajahan mempersatukan kaum muslimin dengan kaum lain yang berbeda agama untuk mengusir penjajah maka dengan cara tersebut Indonesia bisa menjadi kesatuan yang utuh serta kuat dalam melawan penjajah. Hal tersebut juga tercantum pada Bhineka Tunggal Ika yang berarti walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua kalimat tersebut bermaksud atau memiliki makna bahwa jika kita bisa menyatukan perbedaan yang ada dan menghargai sesama manusia maka tidak akan pernah ada perpecahan.
Sumber: https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia/ dan sedikit pengubahan/penggantian kata oleh saya.
1 note · View note
rmolid · 4 years
Text
0 notes
dwirindrat · 5 years
Text
Poligami dan Anak Yatim
Tidak terasa dua hari lagi Forum Poligami Indonesia (FPI) akan membuka kelas umum lagi. Para murid yang ingin mempelajari lebih dalam tentang poligami, secara konseptual maupun empiris, dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu Saudara (ikhwan), Saudari (akhwat) Bujang, dan Alumni. Pembagian kategori ini tidak didasarkan pada fasilitas yang ditawarkan, melainkan besaran bea yang harus dibayarkan.
Peserta kategori Saudara, yang notabene, bergender laki-laki, diharuskan membayar Rp 3.500.000 atau Rp 3.000.000 sebelum 10 November 2019. Jumlah yang hampir sama, bahkan lebih besar, untuk kelas Bahasa dengan 24 pertemuan dengan pengajar seluruhnya native-speaker. Jumlah yang lebih mahal dibandingkan biaya semester sistem SKS. Sebaliknya, peserta kategori Saudari Bujang, yang notabene, bergender perempuan dan belum menikah, tidak dibebani bea masuk, meskipun dibatasi jumlahnya. Perbedaan bea yang ekstrim antara Saudara dan Saudari Bujang ini memunculkan pertanyaan, mengapa tidak disetarakan. Lebih dari itu, kemungkinan perempuan yang sudah bersuami, atau istri(-istri) peserta kategori Saudara, ikut dalam kelas ini tidak ada, karena istri tidak dapat masuk dalam kategori Saudara maupun Saudari Bujang. Mungkin seorang istri dapat mengikuti kelas ini dengan menjadi peserta kategori ketiga, yaitu kategori Alumni, jika dia sebelumnya sudah pernah mengikuti kelas ini saat dia masih bujang. Peserta kategori Alumni dibebani bea lebih murah, dan hal ini wajar jika dilihat sebagai layanan purna-jual.
Yang akan menjadi guru dalam kelas ini adalah orang-orang yang telah melakukan poligami. Yang pertama, Hafidin. Dia adalah ketua Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) Wilayah Banten. ANNAS adalah asosiasi beberapa elemen, seperti ulama, habib, ustadz, pimpinan ormas, pondok pesantren, dan aktivis, yang berpandangan bahwa Syiah tidak sesuai dengan Al-Qur'an dan hadits, yang berpusat di Masjid Al Fajr, Buah Batu, Bandung. Penggagas ANNAS dari elemen Ulama di antaranya Abdul Hamid Baidlowi - Pengasuh Ponpes. Al Wahdah Lasem Rembang Jateng dan anggota NU, Muslim Ibrahim - Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Muhammad Said Abdus Shamad - Ketua lembaga Penelitian Pengkajian Islam (LPPI) Makasar dan anggota Muhammadiyah, M. Abdurrahman - Ketua Umum Persatuan Islam (PERSIS), Abdul Muis Abdullah - Ketua MUI Balikpapan, Ahmad Cholil Ridwan - Ketua MUI Pusat dan Ketua Umum Badan Kerjasama Pondok Pesantren Seluruh Indonesia, Habib Zein Al Kaff - Ketua Front Anti Aliran Sesat (FAAS) Jawa Timur, Lailurrohman - Badan Sulaturahmi Ulama Pesantren Madura (BASSRA) Madura dan Pengasuh Ponpes Ummul Quro Madura, Muhammad Alkhaththath, Sekretaris Jenderal Forum Ummat Islam (FUI), Farid Ahmad Okbah - Ketua Islamic Center Al-Islam, Bekasi, Muhammad Baharun - Ketua MUI Pusat Bidang Hukum dan Perundang-undangan, Athian Ali M. Da’i - Ketua Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI). Namun belum jelas, apakah pernyataan bahwa masing-masing mewakili suatu organisasi tertentu dapat dipertanggungjawabkan atau hanya klaim sepihak. Di Banten sendiri, Hafidin adalah pengasuh Yayasan Ashabul Maimanah yang mengelola Pesantren Modern Multi-Skill Ashabul Maimanah di Waringin Kurung, Serang.
Kedua, Andi Arlin. Dia adalah penulis cum penceramah. Sebagai penulis, dia lebih banyak menerjemahkan karya-karya orang lain ke dalam Bahasa Indonesia. Beberapa karya terjemahannya adalah "Keutamaan Shalawat Kepada Nabi SAW" karya Ismail bin Ishaq Al Gadhi yang berjudul asli "Fadblu Ash-Shalat 'Ala An Nabi SAW" (Al-Ghadi, I.I, 2005, "Keutamaan Shalawat Kepada Nasi SAW", Terj. A. Arlin, Jakarta: Pustaka Azzam), atau "Pusaka Salafush-Shalih" karya Abdul Karim bin Shaleh Al Humaid yang berjudul asli "Tuhaf min Dzakha'ir As-Salaf" (Al-Humaid, A.K.S, 2005, "Pusaka Salafush-Shalih", Terj. A. Arlin, Jakarta: Pustaka Azzam), atau sebagai editor dalam beberapa karya seperti dalam "Muzilul ilbas : Hukum Mengkafirkan dan Membid'ahkan" karya Sa'id bin Shabir Abduh, Muhammad Washiruddin Al-Albani, dkk, sebuah terjemahan buku berjudul "Muzil al-ilbas fii al-ahkam 'ala An-nas" (Abduh, S.S, Al-Albani, M.W, dkk, 2005, "Muzilul ilbas : Hukum Mengkafirkan dan Membid'ahkan", Terj. Nurkholis, Ed. A. Arlin, Jakarta: Griya Ilmu). Organisasi yang dia ikuti di antaranya adalah Pemuda Hidayatullah, suatu himpunan pemuda (dan pemudi) yang bercita-cita untuk membentuk sebanyak mungkin pemuda-pemuda Indonesia memiliki karakteristik Islami. Arlin juga menjadi pengurus dalam Pengurus Pusat Badan Koordinasi Mubaligh Indonesia (PP Bakomubin) yang diketuai Ali Mochtar Ngabalin sebagai Ketua Bidang Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri.
Dalam hal integritas, Arlin patut disangsikan. Pasalnya, pada tahun 2014, Pengadilan Negeri Sungguminasa, Kabupaten Gowa, pernah memvonis Arlin dengan pidana penjara 1 (satu) tahun 8 (delapan) bulan. Kiranya ada masalah dalam diri Arlin terkait uang. Uang sejumlah Rp 469.700.000 yang dikirim oleh beberapa orang digugat karena terdapat indikasi penipuan.
Ketiga, Vicky Abu Syamil. Meskipun tidak disebutkan secara eksplisit, posisinya sebagai konselor, bukan penceramah seperti yang lainnya, dapat ditebak dia adalah penggagas kelas poligami ini, atau mungkin juga penggagas FPI. Faktanya, Syamil adalah Direktur Eksekutif Dauroh Poligami Indonesia (DPI) yang juga berbisnis serupa. Perkiraan saya, Syamil mengganti merk DPI menjadi FPI disebabkan merk yang lama sudah mendapat penerimaan negatif dari masyarakat.
Tidak seperti kelas pada umumnya dimana guru bertindak sebagai pemateri sekaligus fasilitator dan pemandu kelas, Kelas Poligami yang diadakan FPI ini akan dipandu oleh moderator tersendiri. Saya kira Tedi Abu Hummam hanyalah salah satu pegawai (cum murid) FPI. Karena dugaan saya itu, saya doakan mudah-mudahan Hummam dapat naik jabatan atau dapat mendirikan usahanya sendiri.
Terlepas dari kepribadian para penceramah, semua materi yang akan dibahas dalam kelas ini mengambil sebuah perspektif, bahwa adalah ajaran Islam untuk laki-laki beristri empat. Perspektif tersebut kemudian ditarik lagi ke dalam kerangka patriarkhis. Sebelum lebih jauh membahas perspektif dalam Kelas FPI, saya akan menilai perspektif itu tidak lengkap. Penilaian saya, saya dasarkan pada ayat yang, saya yakin, juga menjadi dasar hukum kelas FPI ini, yaitu Annisa : 2-3. Dalam materi-materi yang disampaikan dalam Kelas Poligami FPI, ada satu kata kunci yang hilang, yaitu anak yatim. Jikapun disebut, saya yakin, itu hanya saat membaca terjemahan ayat Annisa tersebut. Menurut saya, hal itu adalah sesuatu yang fatal dan dapat mempengaruhi perspektif yang digunakan.
Perspektif lengkap tentang poligami dalam Islam adalah bahwa laki-laki dianjurkan untuk menikahi dua hingga empat orang untuk menghindari tidak berbuat adil terhadap anak yatim. Perspektif ini adalah intisari Annisa ayat 3. Perspektif ini berbeda dengan konsep poligami Islami lainnya. Konsep poligami yang lebih populer adalah pilihan untuk menikahi anak - bukan perempuan dewasa - yatim atau menikahi perempuan lain sejumlah dua hingga empat. Lebih dari itu, konsep ini tidak dapat diterapkan sepenuhnya karena kondisi masyarakat yang tidak mendukung, terutama tentang konsep, serta manifestasinya, dalam pengelolaan anak yatim dan hartanya. Konsep ini dapat diterapkan jika definisi anak yatim adalah anak-anak (laki-laki atau perempuan) yang ayahnya meninggal dunia, dan definisi pengelolaan harta anak yatim adalah pengelolaan harta yang ditinggalkan mendiang ayah yang menjadi hak waris si anak. Pengelolaan ini perlu karena anak-anak belum dapat mengelola sendiri.
Sekali lagi, konsep ini terlalu utopis, namun saya akan tetap memperpanjang penjelasannya. Di atas telah saya sebut bahwa tujuan poligami adalah untuk menghindari tidak berbuat adil terhadap anak yatim. Perbuatan tidak adil terhadap anak yatim disebutkan dalam ayat sebelumnya, Annisa : 2, yaitu 1) mengganti yang buruk dengan yang baik, 2) mencampur harta anak yatim ke dalam harta pribadi. Untuk menghindari kejadian seperti itu, menikahi ibu si anak adalah satu pilihan atau pilihan lain untuk tidak mendekati harta anak yatim, sesuai Alan'am 152.
Konsep poligami Islami seperti yang dibahas dalam Kelas Poligami FPI, menurut saya, justru akan menimbulkan masalah. Adalah profil para pemateri yang cukup ekstrim atau bermasalah pidana, konsep acara yang cukup orientasi profit, dibebas-beakannya para perempuan yang belum menikah, dan tertutupnya akses perempuan menikah untuk mengikuti kelas tersebut, sudah cukup menjadi indikator bagi saya untuk mengatakan bahwa perspektif yang digunakan keliru.
0 notes
whydoubleu · 5 years
Text
Sekelumit pembelajaran yang didapat beberapa hari ini
Beberapa hari ini belajar beberapa hal, untuk peduli, melakukan apapun yang kita bisa untuk orang yang kita sayangi, sekecil apapun usahanya. Belajar untuk sabar dan penting untuk bersikap baik dan lembut terhadap orang tua apapun emosi yang sedang dimiliki, senang maupun marah. Lalu, mengobrol secara langsung dengan teman yang sepemikiran atau sepernasiban terkadang merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan seorang individu. 
Selain itu, hari ini juga belajar sedikit tentang kondisi politik dunia. Diawali dengan rasa penasaran mengapa AS dan Iran tidak memiliki hubungan yang tidak harmonis belakangan ini, dan hubungan tidak harmonis ini memang sudah berlangsung lama. Semuanya dimulai dari Iran dan Arab Saudi yang mengklaim negara mereka merupakan negara Islam dengan aliran yang berbeda Sunni bagi Iran dan Syiah bagi Arab Saudi. Hal ini terjadi sejak berakhirnya era kepemimpinan Rasulullah Muhammad SAW dan Abu Bakar diangkat menjadi pemimpin Arab dilanjutkan dengan kepemimpinan Umar bin Khatab, Usman bin Affan. Tetapi, bagi Iran sebagai Ali bin Ali Thalib sebagai sepupu dan menantu Rasul merupakan pemimpin yang tepat dan tidak mengakui kepemimpinan ketiga nama yang sudah disebutkan sebelumnya. Semenjak itu terjadi perang urat saraf antara kedua negara dan dua aliran tersebut. Pada tahun 1979, kedua negara tersebut sempat mengendurkan tensi,tapi pada tahun 1980, hubungan kembali menjadi tidak harmonis karena Arab Saudi yang mendukung Sadam Hussein dalam perang Iran-Irak. Beberapa negara Sunni yaitu Arab Saudi, Qatar, Bahrain, Mesir. Sedangkan negara Syiah yaitu Iran,Irak.
Negara adidaya Amerika Serikat menjadi sekutu dari Arab Saudi. Sedangkan Rusia mendukung Iran layaknya sekutu (atau memang sekutu?). Hem, menarik untuk dipelajari lebih lanjut. Perseteruan antara Iran dan AS saat ini diperparah dengan adanya penembakan drone AS oleh Iran dimana menurut Iran hal ini dilakukan karena drone tersebut melintasi wilayah Iran tanpa izin dan AS yang dipimpin Presiden Trump memberikan ancaman dan Iran membalas dengan meledakkan kapal tanker minyak bumi. 
Cerita Mesut Ozil pesebakbola berkewarganegaraan Jerman yang memiliki keturunan Turki juga cukup membuat heboh, diawali dengan pertemuannya dengan Presiden Turki Erdogan saat ia masih membela Tim Nasional Jerman di Piala Dunia 2018, dimana menimbulkan kritik dari publik jerman dan ancaman juga didapat bagi keluarga Mesut. Sehingga, Mesut memutuskan untuk pensiun dari Timnas Jerman, bahkan saat pernikahannya ia memilih Presiden Erdogan sebagai pendamping prianya. Hal ini menimbulkan kontroversi yang tidak berkesudahan. Setelah sedikit mempelajarinya, Presiden Erdogan memang melalukan hal-hal kontroversi yang menyinggung Jerman, seperti ia melaporkan pelawak asal Jerman karena puisi yang dianggap menyinggung dirinya, lalu ia juga dianggap mempengaruhi warga Jerman dengan keturunan Turki untuk tidak memiliki tiga partai besar Jerman. Kanselir Jeman Angela Merkel mengganggap Erdogan sudah mencampuri urusan pemilihan umum Jerman. Beberapa hal ini yang membuat beberapa pejabat penting Jerman menyayangkan sikap Mesut Ozil.
Sempat mengulik sedikit tentang mantan presiden Iran Ahmadinejad yang buku tentangnya dimiliki ibu saya dan pasti cukup dikagumi beliau. Saya diceritakan bahwa ia merupakan salah satu pemimpin negara yang cukup berani melawan negara adidaya AS dan mungkin dunia. Hal ini terbukti dari beberapa perilaku kontroversinya, seperti bagaimana ia mengganggap peristiwa berdarah di Jerman merupakan karangan orang Eropa saja. Wow! hal itu yang tercetus di pikiran saya saat mengetahuinya. Bagaimana baru-baru ini ia mengirimkan surat terbuka untuk Presiden Trump yang membahas tentang sanksi ekonomi terhadap Iran yang dapat membuat derita rakyat Iran. 
Saya belajar dari beberapa kasus yang terjadi antar negara tersebut membuat saya bangga berkewarganegaraan Indonesia. Bagaimana tidak? Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak yang beragama Islam, bukan Arab Saudi atau Iran, tetapi masih memilki toleransi yang cukup kuat di negara yang juga mengakui beberapa  agama lainnya. Memang jumlah bukan sesuatu yang penting jika tidak diiringi dengan cerminan perilaku masyarakatnya. Jumlah yang banyak dapat menjadi sumber kekuatan jika dimanfaatkan dengan baik tetapi juga dapat menjadi kelemahan jika disia-siakan. Berbicara mudah, melakukannya rumit, hehe. Seharusnya, Indonesia bisa kuat dibandingkan dengan negara-negara yang sudah saya sebutkan sebelumnya, dengan masyarakat yang beragam baik dari sisi budaya, agama, suku,bahasa dan sikap toleransi yang cukup baik yang dapat ditemukan di tempat dan saat yang tidak terduga, Indonesia tidak boleh kalah atau setidaknya jangan sampai tidak dihargai oleh negara-negara tersebut. Indonesia tidak boleh merasa terpecah belah dan memecah belah dirinya, masyarakatnya. Karena seperti yang dikatakan di dua film marvel yaitu Thor:ragnarok dan how to train with your dragon 3, yang mengindikasikan bahwa sebuah negara bukan hanya merupakan sebuah tempat tetapi merupakan masyarakatnya,  yang hidup dimanapun ia berada, dimanapun kita masyarakat Indonesia berada maka disitulah Indonesia berada. Jadi, penting untuk bersatu dan bangga menjadi seorang warga negara Indonesia yang dapat dibuktikan dengan cara yang positif dan tidak hanya bicara tetapi juga bertindak. Selain itu juga bersyukur dengan sumber daya alam yang berlimpah dan keadaan yang cukup harmonis, tidak seperti beberapa negara di timur tengah yang masih saling berkonflik. Kita harus melestarikan dan menjaga apa yang kita miliki, apapun itu, baik sda maupun keadaan saat ini.
Hal-hal yang saya tulis merupakan curahan hati yang semoga selalu menjadi pengingat bagi diri saya ataupun sebagai refleksi diri dan bagi siapapun yang membacanya. Belajar sejarah atau soal budaya atau kondisi politik memang penting dan cukup menarik juga menyenangkan.
n.b harap koreksi jika ada salah penulisan kata atau fakta yang ada, harap dimaklumi karena menguliknya secara kilat alias hanya dari link-link di google
0 notes
aliwardi-way · 5 years
Text
FPI, Rakyat dan Kapitalis
Oleh : Ali Wardi
Mata kapitalis itu "ngiler" dengan jumlah rakyat Indonesia yang ratusan juta. Semakin besar jumlahnya semakin besar pula potensi pasarnya. Ia adalah ladang yang harus digarap dan dipelihara dengan baik agar dapat menghasilkan sesuai keinginan.
Untuk dapat memenuhi hasrat pasar maka rakyat harus dikondisikan sedemikian rupa agar patuh, jinak dan potensi agresifnya dihilangkan. Rakyat seluruhnya harus dibina  agar sensitif dan lemah terhadap ancaman kekerasan, gampang mengalami histeria massal. Semua itu diperlukan agar rakyat mudah diarahkan dan dikendalikan.
Bila ada sebagian rakyat yang membandel maka sedapat mungkin, dengan mengerahkan modal yang nilainya bisa tak terbatas, dilakukanlah rangkaian kegiatan cipta kondisi.  Berbagai proyek deradikalisasi, penciptaan isu-isu yang menghanyutkan dan framing yang diperlukan. Bila semua cara preventif, persuasif bahkan kekerasan tidak juga ampuh maka cara terakhir adalah dibinasakan.
Rakyat, bagi kapitalis hanyalah lahan peternakan yang perlu dibudidayakan, diberi asupan informasi yang "bergizi tinggi" sehingga menjadi penurut dan konsumtif namun giat bekerja. Rakyat diarahkan agar menghabiskan suruh pendapatannya untuk hiburan dan  membeli produk-produk apapun yang dipasarkan untuk kembali bekerja sebagai budak pasar. Begitulah siklus hidup dibawah cengkraman kapitalis.
Rakyat bagi mereka ini hanyalah target pasar yang dipandang dengan mata materialistis. Bila ada rakyat yang "membandel" maka mereka dianggap sebagai hama yang harus segera diberantas. Hama dimaksud bisa berbentuk kelompok dan golongan yang suka mengganggu ketentraman warga. Warga yang sedang menjalani siklus pasar. Hama itu bisa berupa gerombolan FPI yang selalu mengganggu rakyat yang sedang menikmati hidup.
Rakyat varietas unggul versi pasar adalah yang melakukan apa saja sesuka hatinya sepanjang tidak mengganggu siklus pasar. Kegiatan apa saja semisal minum-minuman keras memabukkan, pelacuran, hura-hura menikmati hidup tidaklah menjadi soal dan justeru dibudayakan. Hal itu diperlukan sebagai pelapiasan hasrat hewani yang dibenarkan pasar agar rakyat dapat melupakan kepahitan dan rutinitas hidup yang membosankan sebagai budak pasar dan industri.
Wilayah ambigu dan hazard terus senantiasa sengaja diciptakan sekedar menjadi pelepasan energi dan daya kritis rakyat. Pada satu sisi misalnya rokok, ia dibuat sedemikian menjijikkan namun disisi lain rokok tetap membanjiri pasar. Di suatu sisi narkotika dilarang keras namun pada waktu yang sama narkotika tetap dipasok sebanyak-banyaknya dan tetap menjadi barang yang terus digunakan rakyat dan dengan mudahnya diperjual-belikan. Perbenturan nilai-nilai ini sebenarnya hanyalah untuk menjinakkan rakyat, sehingga ia bisa menjadi wilayah aktivitas dan wilayah tarung para aktivis yang tanpa sadar sebenarnya berperan sebagai gladiator modern. Siapapun yang menang sepanjang mereka tetap ada dibawah kendali dan dibawah telapak kaki pasar maka itu bukan soal. Sebagaian rakyat dipersilahkan mengambil porsi dan posisi untuk menghabiskan waktu, energi dan perhatian secara total, bahkan dipersilahkan, difasiltasi agar berfungsi sebagai lahan bagi mata pencaharian. Ia bahkan bisa menjadi jalur meniti karier, bisa jadi gerakan nasional yang terkontrol yang digerakkan LSM, individu dan Ormas.
FPI dan sejenisnya yang "liar" atau penduduk suatu daerah tertentu yang tidak mengikuti irama pasar adalah hama. Mereka yang selalu sibuk melawan dan memberantas perilaku rakyat varietas unggul versi pasar ini adalah duri dalam daging. FPI selalu mengganggu mereka yang sedang indehoy di gubuk-gubuk kumuh sampai hotel-hotel mewah yang berfungsi sebagai tempat pelacuran, FPI adalah musuh kapitalis. FPI dan sejenisnya terus mengganggu tempat penyaluran hasrat birahi secara rutin selepas menjadi budak kapitalis di pabrik-pabrik. Bahwa Negara pun menjadi kaki tangan yang tak ubahnya seperti industri dengan pegawai-pegawainya sebagai buruh guna melayani/budak pasar, mereka tak ubahnya seperti para pekerja pabrik. Bagi pasar, FPI dan sejenisnya harus diberantas habis dan dibinasakan.
Hama lainnya adalah para tokoh, ulama dan siapapun yang kritis. Hama ini juga secepatnya dijinakkan atau diberantas habis. Karenanya mereka kerap ditawari sejumlah uang dan janji kesenangan duniawi lainnya dalam jumlah sangat menggiurkan. Untung saja para tokoh fan ulama yang hanif itu menolaknya, karena bagi tokoh yang hidupnya sudah dijual di jalan dakwah berapapun jumlahnya tidaklah berarti. HR5 pernah menceritakan pengalaman ini dan tokoh-tokoh besar lainnya mengalami hal serupa. Hal ini terus terjadi bukan hari ini saja tapi sepanjang sejarah modern, sejarah pasar.
Kapitalis membutuhkan kondisi aman, tentram dan damai versi mereka. Indikatornya adalah sejauh mana dapat  berjalannya roda kehidupan yang mampu memproduksi dan menyerap sebesar-besar barang yang dipasarkan sehingga mereka dapat meraih keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Pasar membutuhkan dan memiliki kekuasaan melewati batas-batas wilayah, negara dan benua, borderless.
Kapitalis sebagai pemilik dan pengendali  pasar tidak mau diatur oleh negara atau siapa saja yang hendak membatasi nafsunya. Negara harus tunduk dibawah kendali penuh mereka. Negara harus mampu menjadi "Mandor" bagi kepentingan kapitalis. Semua lembaga tanpa kecuali harus dikendalikan untuk membuka jalan seluas-luasnya bagi kepentingan pasar. Jaring-jaring kapitalis masuk ke dalam pembuatan undang-undang dan peraturan-peraturan. Sedapat mungkin seluruhnya disesuaikan dengan kepentingan pasar sehingga rakyat bisa dimanjakan (dijejali) dengan mimpi-mimpi berupa iklan barang setiap hari. Rakyat diberikan kemudahan melapiaskan tabiat konsumtif mulai dari kemudahan berhutang (kredit) bank, asuransi dan sebagainya sehingga seluruh sumber daya rakyat diserap dan di hisap secara penuh. Kapitalis membutuhkan rakyat yang fokus melayani mereka sepenuhnya.
Kekuatan Kapitalis ini tidak sendiri, ia hanyalah salah satu mata rantai dari keserakahan yang bergerak secara global. Tidak Amerika Serikat, China maupun Eropa, seluruhnya hanyalah negara-negara yang menjadi "mandor" bagi kepentingan kapitalis dan kawan-kawannya. Hulunya adalah keserakahan, sedang keserakahan adalah karakter Iblis.
Iblislah yang mengendalikan segerombolan manusia untuk melakukan siasat untuk menaklukkan seluruh umat manusia. Mereka hanyalah sebuah keluarga Yahudi dari Dinasti Rothschild yang pada awalnya adalah keluarga nomaden karena terusir (lari) dari tanah moyangnya di Palestina. Mereka diaspora yang berprofesi sebagai pedagang di dataran benua Eropa. Wangsa Rostchild inilah bersama yahudi-yahudi sukses lainnya  yang kemudian karena kelihaiannya dalam perdagangan kemudian diangkat menjadi bangsawan-bangsawan di Inggris, Jerman, Austria dan Prancis.
Kecerdasan, kemampuan dan kelicikan keluarga Yahudi dalam menciptakan sekaligus mengendalikan uang dan standar nilainya dalam bentuk kertas. Keluarga yang secara turun temurun mewarisi moyangnya dalam memegang kendali "jantung" negara-negara di seluruh dunia yaitu Bank Sentral yang pasti ada dan harus ada di setiap negara. Mereka berada di posisi paling strategis dan menentukan dalam pengaturan nilai tukar seluruh mata uang dunia. Karena fungsi uang yang sangat penting maka ia mampu menjadi kendali dan pemicu berbagai perkembangan di Eropa ketika itu. Pengaruhnya senantiasa ada dibalik semua pergerakan sosial, revolusi sosial dan industri, budaya, politik, perang dan damai di seluruh dunia hingga kini. Dunia digital pun ada dalam kendali mereka.
Kekuatan keluarga Yahudi ini terus membayangi bahkan mengendalikan dan sponsor gerakan keagamaan, ideologi dan sosial budaya dunia, tak terkecuali agama Islam. Sudah sejak awal Islam menjadi target mereka berupa pembaharuan dan otak-atik ajaran islam sehingga menjadi berbagai versi moderen dan sebagainya. Sejak kelahirannya Islam sudah menjadi incaran yahudi, sehingga muncul aliran Syiah, Ahmadiyah, Wahabi dan lain sebaginya yang menyimpang jauh dari tuntunan Rasulullah.
Ideologi dan ajaran apapun sejak dari Materialisme, Feminisme, Atheisme, Darwinisme, Humanisme, Komunisme dan apapun ideologi baru seluruhnya hanyalah mainan dari keluarga ini dalam rangka terus mengkondisikan dunia agar tetap takluk di bawah pengaruhnya. Semuanya demi sebuah kepentingan "usaha" keluarga mereka yang berlatar belakang kebusukan yahudi. Mereka adalah kerajaan yahudi sesungguhnya.
Sejak dahulu kala hanya Islam saja satu-satunya yang menjadi musuh bebuyutan gerakan yahudi di dunia ini dan hadapan Tuhan Penguasa Sekalian Alam. Islam yang saya maksud tentulah bukan islam versi modifikasi, islam otak-atik, atau islam yang sudah melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan langgam dan irama yahudi yaitu modernis dan aliran-aliran yang menyimpang lainnya.
Untuk akhir zaman ini kita sudah dititipkan pesan oleh baginda  Rasulullah SAW, beliau bersabda:
‘Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang selama kalian berpegang teguh kepada keduanya maka niscaya kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah (al-Qur’an) dan Sunnahku.’” (Riwayat Hakim).
Catatan, sunnah ya, bukan hadist. Karena hadist haanyalah informasi dan keterangan tekstual dari sunnah dan riwayat.
“Dan berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai–berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu menjadilah kalian, karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian memperoleh petunjuk.” (Aali ‘Imraan [3]:
.
0 notes
bayuvedha · 7 years
Photo
Tumblr media
Jangan Bajak Dakwah Sunnah @ Salam Ramadhan Selain politik isolasi terhadap Qatar dan penetapan Syaikh Yusuf Al Qardhawi sebagai teroris, hal lain yang menggegerkan jagad dakwah adalah beredarnya grafis bertajuk "Mengenal Ustadz Sunnah di Indonesia". Kami ingin memberikan beberapa catatan sebagai berikut : Pertama, Eksploitasi kata "Sunnah" Bagi para aktivis dakwah, tentu sangat paham dengan frase "dakwah sunnah, majalah sunnah, radio sunnah, kajian sunnah dll". Kami sungguh yakin, niatnya pasti baik. Yakni untuk menegaskan komitmennya yang sangat kuat terhadap sunnah nabi. Permasalahan dilapangan, kadang timbul friksi karena paham, ajaran, kitab hingga amaliah yang berbeda dengan mereka lalu dianggap tidak mengikuti sunnah alias bid'ah. Prasangka seperti ini muncul dan berkembang pesat dikalangan awam. Kami melihat perkara seperti ini perlu diluruskan dan dibicarakan baik - baik, khususnya oleh para ulama dari masing - masing pihak. Beda mazhab, beda kitab, beda guru hingga akhirnya beda amaliah, itu perkara yang sangat bagi para ahli ilmu. Tapi dikalangan awam, itu perkara besar yang memancing perdebatan dan seringkali berujung pada kapling surga dan vonis neraka. Tidakkah kita melihat realita itu dilapangan? Kedua, Manaqib Asatidz Dalam grafis tersebut, kita tengah dikenalkan dengan apa, siapa, bagaimana dan keutamaan dari sejumlah asatidz. Kami juga sedikit banyak mengenal mereka dan sungguh sangat mengakui kapasitas keilmuannya. Sampai disini, sebenarnya tidak ada hal yang perlu dipersoalkan. Karena situasi yang kurang lebih sama juga terjadi diberbagai ormas, ponpes, harakah dakwah dll. Biasanya ada penjelasan seputar silsilah, tokoh, kiprah, perjuangan, jasa dll. Hal serupa juga akan kita jumpai saat membahas disiplin ilmu tertentu. Belajar tafsir, ada bahasan seputar at tafsir wal mufassiruun. Belajar hadits, kita akan berkenalan dengan para ahli hadits dan perawinya. Hingga belajar ilmu ekonomi pun, kita akan mengkaji bab sejarah pemikiran ekonomi. Jadi, jika sekedar menjelaskan seputar manaqib asatidz sebenarnya tidak ada masalah. Masalah timbul saat melabeli mereka dengan sebutan "Ustadz Sunnah". Bagaimana dengan status para ahli ilmu diluar mereka? Bagaimana dengan status jama'ah diluar mereka? Kira - kira seperti itu situasinya. Ketiga, Model Penisbatan Penisbatan itu bisa dilakukan dengan beberapa cara. Misalnya dengan tempat asal, seperti halnya Salman Al Farisi, Syaikh Nawawi Al Banteni, Syaikh Mahmud Al Mishri dll. Hal lain, menisbatkan pada mazhab yang dianutnya, misalnya Imam Bukhari Asy Syafi'i, Imam Nawawi Asy Syafi'i, Ibnu Rajab Al Hambali dll. Penisbatan seperti ini sudah kita kenal sejak masa lalu dan relatif tidak memunculkan masalah yang berarti. Selama masih dalam keluarga besar ahlus sunnah wal jama'ah, situasinya relatif kondusif. Friksi keras baru terjadi saat berinteraksi dengan golongannmuktazilah, syiah rafidah dll. Dewasa ini, penisbatan mulai bergeser pada ormas dakwah atau harakah dakwah. Misalnya ; ulama aswaja, dai ikadi, ustadz muhammadiyah dll. Jika grafis itu diberi tajuk "Ustadz Rodja atau Ustadz Salafi", sepertinya tidak akan ada yang protes. Karena sifatnya hanya mengenalkan tentang profil dari para asatidznya. Didaftar itu, kayanya juga belum lengkap karena tidak ada nama Ustadz Abu Qatadah dll. Mungkin solusi atas masalah ini ada 2, yakni menisbatkan ke menisbatkan ke mazhabnya (contohnya : Ust Yazid bin Abdul Qadir Jawas Al Hambali) atau menisbatkan ke harakah dakwahnya (contohnya : Ust Firanda Andirja As Salafi). Keempat, Paham dan Aliran Sejumlah ustadz yang ada digrafis ini memang berasal dari golongan yang sama. Kalau ditarik ke thabaqat yang lebih atas, mungkin daftarnya adalah Syaikh Al Utsaimin, Syaikh Muqbil, Syaikh Bin Baaz hingga akhirnya Syaikh Al Albani. Sangat kecil kemungkinan, kita akan melihat Syaikh Wahbah Az Zuhaili, Syaikh Ramadhan Al Buthi, Syaikh Yusuf Al Qardhawi dll muncul dalam sanad keilmuan mereka. Padahal mereka juga ulama - ulama ahlus sunnah yang kenamaan dan menjadi rujukan umat. Sampai disini, semua pasti sudah sama - sama paham tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ahlus sunnah adalah rumah yang besar. Dalam pemahaman awam, ahlus sunnah terdiri dari 4 mazhab fikih. Keempat mazhab fikih ini memiliki sanad ilmu sampai sekarang. Timbul masalah jika salah satu dari anggota keluarga besar ahlus sunnah, membajak kata "sunnah" hanya untuk kelompoknya sendiri. Selain menimbulkan friksi dilapangan, hal itu juga berpotensi menghilangkan keragaman pendapat atas suatu perkara dan menihilkan pendapat yang berbeda. Misalnya, dengan mudahnya melabeli dengan tuduhan teroris, khawarij dll kepada personal dan kelompok lain, hanya karena mereka memprotes kebijakan penguasa. Dan ini sudah terjadi dilapangan. Khatimah Narasi ini bukan dimaksudkan untuk mendekonstruksi aktivitas dakwah yang dilakukan oleh para asatidz yang gambarnya termuat dalam grafis ini. Umat islam di Indonesia, pasti banyak yang mendengarkan ceramah mereka, membaca artikelnya dan mengkaji buku dan kitabnya. Apalagi ust Firanda Andirja yang dikenal sangat produktif dengan berbagai karya buku - bukunya. Sungguh banyak ilmu yang bermanfaat telah mereka sampaikan kepada umat. Hanya saja, jika dalam beberapa perkara umat Islam di Indonesia mengambil pendapat yang berbeda, jangan latah memberi vonis bid'ah dan sesat. Baik dalam urusan amaliah ibadah, metode dakwah hingga pola hubungan dengan penguasa. Mari kita sama - sama berfastabiqul khairat, dengan tetap mengedepankan pegangan terhadap sunah nabi, pendapat para ulama dan realita sejarah umat islam. Salam takdzim kami untuk para asatidz digrafis ini. Wallahu a'lam.
9 notes · View notes
mampirminum · 6 years
Text
Negara (Masih) Menertawakan Keberagaman
Toh, semua agama menganjurkan perdamaian antar sesama manusia kan?
Tumblr media
Dari tulisan Gunawan Raharja, pada Kompas, 12 Mei 2015 berjudul PK dan Menertawakan Keberagaman, memahami suatu frasa ‘keberagaman’ adalah hal yang sulit di Indonesia saat ini, apalagi jika sebuah diktum, ajaran, agama dan sebangsanya sudah diyakini –dengan fanatiknya –kebenarannya oleh umatnya? Jika ada yg ingin menjungkirbalikkan kepercayaan tersebut pasti timbul chaos. Sudah terlalu banyak bukti bahwa ketika agama dan ajaran dipertentangkan, akan ada kekisruhan dan perang besar.
Coba contoh kasus di tahun 1999 pada Jemaat Ahmadiyah di Bayan, Lombok Barat, saat masjid mereka dibakar masyarakat setempat. Masyarakat setempat pun menuntut Jemaat Ahmadiyah keluar dari keyakinannya. Satu orang meninggal dalam peristiwa tersebut. Sama halnya dengan peristiwa pembakaran masjid pengikut aliran Syiah di Sampang, Madura pada medio Desember tahun 2011 dan juga 2013.
Dari dua contoh kasus di atas, sampai sekarang pun belum ada kejelasan siapa yang harus bertanggung jawab, padahal kasus tersebut merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang sangat berat. Kekecewaan terhadap aparat yang berwenang tidak hanya pada pasca-kasus tetapi juga saat kasus terjadi. Saat kasus terjadi, sikap polisi yang seharusnya menjamin rasa nyaman dan aman malah cenderung tunduk pada persekusi massa yang digerakkan oleh para tokoh agama.
Tak hanya itu saja, kekerasan budaya yang dilancarkan oleh para tokoh agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan mengklaim bahwa ajaran tersebut sesat juga mengamini timbulnya kekerasan fisik. Karena agama dan Tuhan tergantung kepada siapa yang menginterpretasikannya, dalam hal ini ialah para tokoh agama.
Dalam kasus kekerasan di Bayan dan Sampang terjadi akibat syi’ar kebencian (hate speech) yang diintensifikasi oleh para tokoh agama setempat bersama MUI setempat yang direproduksi secara terus menerus untuk membakar amarah dan amuk massa. Inilah yang disebut ‘salah sambung’ pada Film PK (2014) mengenai interpretasi eksistensi Tuhan.
Pada kasus kekerasan di Sampang, Madura. Lebih dari 230 jamaah Syiah asal Sampang yang mengungsi ke Rumah Susun Puspa Agro, Desa Jemundo, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo dan setengahnya sekitar 150 adalah anak-anak yang masih usia balita hingga umur 17 tahun ikut menjadi korban pula. Pelekatan sebuah aliran pada nama-nama 230 warga ini terus dilakukan oleh Pemerintah Madura, dan dicatat pula oleh pos keamanan Brimob Madura yang sangat tidak menjunjung tinggi hak kebebasan berkeyakinan Jamaah Syi’ah di Sampang.
Info per April 2015, wujud perdamaian mulai ada dengan diskusi yang dilakukan antara warga Sampang dengan perwakilan jamaah Syiah, walau memang belum dihadiri oleh tokoh agama dan Ulama. Sebenarnya ruang untuk berdiskusi adalah hal yang penting dibangun dan dipertahankan untuk mengatasi setiap permasalahan. Dalam diskusi tersebut mereka berhak beradu pendapat tidak untuk mencari siapa yang benar, tetapi demi mengedepankan berbagai pertanyaan sekaligus jawabannya.
***
Belum lama ingatan kita lupa pada kasus pembakaran masjid di Tolikara, Papua, yang bertepatan pada Idul Fitri tahun ini, 17 Juli. Kemarin, pada 13 Oktober 2015 telah terjadi pengerusakan dan pembakaran gereja yang berujung maut pada kematian dua warga sipil yang bentrok di Aceh Singkil, Aceh.
Aparat penegak hukum (Polisi) dalam berbagai kasus yang beraroma konflik agama sudah mengganggapnya hal yang biasa, dengan membiarkan kekerasan terjadi secara berulang-ulang. Malahan cenderung bersikap remeh. Hal ini terjadi pada tragedi Singkil yang jumlah polisinya lebih sedikit dibanding para warga yang bentrok. Padahal memberikan perlindungan bagi setiap warga negaranya adalah tanggung jawab negara melalui aparat-aparat penegak hukumnya.
Di samping itu, pelaku kekerasan (dalang intelektualnya) pun bebas berkeliaran dan tidak pernah dijerat oleh hukum. Inilah faktor yang menyebabkan kekerasan horizontal beraroma agama terus berlanjut sampai saat ini. Teman dekat saya pernah berorasi di salah satu aksi bahwa; jangan kemudian akibat pembiaran yang dilakukan negara, terjadi konflik yang berujung pada jatuhnya nilai-nilai kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia. Biarlah hal itu hanya terjadi pada masa lalu, hari ini seharusnya kita sudah memasuki dunia baru tanpa diskriminasi, tanpa intoleransi serta hidup damai dan tenteram antar sesama. Toh, semua agama menganjurkan perdamaian antar sesama manusia kan?
Pikir saya, setiap manusia yang berakal harusnya benar-benar memaknai keberagaman agar tidak ada pergesekan antarmanusia dan antargolongan yang mengerucut pada sebuah kebencian. Karena sesuatu yang ada dan dilahirkan berawal dari perbedaan yang jika dipahami sebagai sebuah kekayaan, akan membuat manusia yakin bahwa perbedaan inilah proses menuju keberadaban.
Selamat Hari HAM sedunia!
Arci Arfrian R.
Pertama kali terbit di ekspresioline.com
0 notes
harianpublik-blog · 7 years
Text
Anies Jawab Tuduhan Syiah dan Dekat dengan Kelompok Radikal di Acara ILC TV One
Anies Jawab Tuduhan Syiah dan Dekat dengan Kelompok Radikal di Acara ILC TV One
Tumblr media Tumblr media
Anies Jawab Tuduhan Syiah dan Dekat dengan Kelompok Radikal di Acara ILC TV One
Harianpublik.com – Dalam acara ILC TV One malam ini, Gubernur terpilih DKI Jakarta Anies Baswedan, menjawab tuduhan sebagian orang yang menyebutnya sebagai penganut Syiah, salah satu aliran sempalan dalam Islam yang berbaiat kepada Ali bin Abu Thalib, satu dari empat sahabat Nabi Muhammad.
Tuduhan itu, kata Anies, jelas fitnah besar. Dia sedari awal memang menyadari bakal banyak fitnah dan berita bohong yang dialamatkan kepadanya, tidak hanya soal Syiah, tetapi hal lain. Namun tuduhah soal penganut Syiah itu yang memang cukup santer memperburuk citranya.
“Saya orang Indonesia, muslim, dan alhamdulillah menganut Ahlussunnah (wal Jamaah, paham/aliran dalam Islam yang senantiasa berpegang teguh pada Alquran dan Hadits yang sahih),” kata Anies dalam diskusi Indonesia Lawyers Club di tvOne pada Selasa malam, 25 April 2017.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu juga mengklarifikasi fitnah yang menyebutkan bahwa dia dekat atau berafiliasi dengan kelompok radikal atau fundamentalis Islam. Salah satu fitnah turunannya ialah Anies disebut memiliki misi tersembunyi menerapkan syariat Islam melalui peraturan daerah syariah di Jakarta.
Anies merespons santai fitnah itu karena tak satu pun program Aneis Baswedan-Sandiaga Uno yang mengandung unsur penerapan syariat Islam di Jakarta. “Maka, saya selalu bilang: tanyakan (ihwal isu syariat Islam) kepada yang mengatakan itu.”
Anies dan Sandiaga maupun partai politik pengusung tak pernah sedikit pun berpikir menerapkan syariat Islam di Jakarta karena penduduk Ibu Kota memang multietnis dan multiagama. Dia mengingatkan juga bahwa Jakarta adalah tempat Sumpah Pemuda dideklarasikan dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diumumkan.
Semua itu, kata Anies, menguatkan alasan bahwa Jakarta adalah kota milik semua warga negara Indonesia, apa pun agama dan etnisnya. “Maka gubernurnya bukan gubernur sebagian orang, tapi semua kelompok,” ujarnya.
Selengkapnya dalam video berikut:
Sumber : Source link
0 notes