#alatkue
Explore tagged Tumblr posts
Text
"Brandon Haedoni Membunuh Tiga Orang Perempuan"
Fiksi
Hantu itu memberiku sebilah pisau untuk membunuh tiga perempuan pertama.
Dia bilang akan memberiku pistol untuk membunuh tiga perempuan yang kedua.
Dan dia akan menambah lagi alat-alatku jikalau aku berhasil membunuh setiap tiga perempuan.
Aku tidak benci perempuan. Aku hanya ingin mereka mati. Kau tidak perlu berlarut-larut mempertanyakan mengapa aku melakukan apa yang aku lakukan. Membunuh perempuan demi perempuan yang ada di dalam pikiranku. Kau hanya perlu menerima fakta bahwa mereka pantas mati.
"Kau tahu, membunuh tanpa alasan yang bermakna itu adalah sebuah perbuatan yang sia-sia."
"Aku yakin, memang aku tidak perlu melakukan hal yang bermakna. Semua orang juga begitu. Kalau kau tidak dapat melihatnya, maka kau sama saja dengan mereka, bodoh."
Di cermin, pantulan Brandon Haedoni terdiam.
"Otakmu sudah rusak. " Akhirnya ia bicara.
Brandon membalas. "Kau yang sekolah, tapi omonganmu yang tidak berpendidikan. Sekarang kau menginterogasiku seolah-olah di dalam hidup ini kau lebih berkuasa dari aku. Ya, silakan saja kau merasa seperti itu, tapi kau juga tahu tidak ada pengaruhnya dengan mereka yang sudah aku habisi hidupnya. " Ia tertawa.
Pantulan Brandon di cermin tertawa juga. "Jangan terlalu senang dulu. Kau tidak tahu ya? Mereka masih hidup."
Brandon terlihat siyok. Mulutnya ternganga. Matanya tidak berkedip untuk beberapa detik. Menunjukkan raut yang sangat terkejut mendengar omongan pantulannya sendiri di cermin.
Ia lalu melihat ke belakang, ke tumpukan mayat tiga orang perempuan, yang kini pelan-pelan bergerak, sedikit keletihan untuk berdiri, tapi akhirnya mereka semua berhasil tegap memandangi Brandon Haedoni.
"Pembunuh kacangan." Ketiganya bicara secara bersamaan, namun karena suara mereka masing-masing berbeda, maka suara yang terdengar bersamaan itu pun tidak dapat dipungkiri oleh sepasang telinga Brandon bahwa terdapat tiga orang perempuan yang berbeda-beda yang mengeluarkan suara. Bagaikan sebuah harmoni yang mengerikan, meneror Brandon Haedoni selayaknya malaikat pencabut nyawa yang sudah bergerak untuk mengambil dan mencabut jantungnya dari dalam badannya, dari balik tulang-belulang rusuknya yang putih dan keras.
"Apalah arti sebuah nama, Brandon Haedoni tetap lah dirinya meskipun kita bertiga memutilasinya. " Kata perempuan bernama Xede.
4 notes
·
View notes
Text
Sebatinku
Terdapat banyak macam kehidupan di dunia ini,
Banyak cerita,banyak proses,
Sebagaimana aku memenuhi kewajibpanku sebagai seorang ayah, meskipun rahasia di realita tidak sama, tetapi saya pastikan kamu tetap milikku, ku temani dari dalam kandungan hingga seusiaku, berbagai macam halangan saya lewati sangatlah tidak mudah, tertekan, dibenturkan dengan kondisi yang mustahil terjadi.
Batin adalah alatku kehidupan, saya sayangk kamu, saya kasihi kamu anakku, semoga malam ini yang kuasa memberikan sepercik wahyu secara berkala, sehat sehat jadi anak yang baik, baik jiwanya juga baik badannya,
ku sempatkan mata ini niatku ini untukmu menjaga harimu , karena aku sayangi kamu,
M.varenzio alfarizki
1 note
·
View note
Text
Mimpi Yang Terealisasikan
Disaat aku terus meyakinkan diri bahwa mimpiku ini akan terealisasi. Dan aku masih terus berusaha untuk menyelesaikan tugas akhir. Akhirnya aku mendapatkan ACC judul, judul yang memang direkomendasikan oleh pembimbing. Tentu saja judul tugas akhirku tidaklah mudah. Membuat sebuah prototype untuk media pembelajaran bukan tugas yang murah. Aku memerlukan biaya tambahan untuk membuat itu. Tapi aku mencoba meyakinkan bahwa aku bisa, dan harus bisa.
Banyak cara aku coba untuk mendapatkan uang, mencari pekerjaan sampingan sampai mencoba berjualan. Namun semua nihil, entahlah mungkin usahaku kurang. Hingga aku mendapat secercah harapan saat aku ditawari mengajar sementara di sebuah sekolah swasta. Dengan penuh keyakinan mahasiswa yang hanya tinggal menyelesaikan tugas akhir ini memutuskan untuk mengambilnya.
Aku mulai membagi waktu pergi ke sekolah dengan jadwal praktikum di laboratorium. Karena saat itu aku masih menjadi asisten laboratorium. Masih ada jadwal-jadwal praktikum yang perlu aku dampingi. Walaupun hasilnya belum seberapa, tapi lumayan untuk menambah pemasukan. Sambil mencicil bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat alatku.
Tidak sampai disitu saja, aku membali dihadapkan pada satu masalah keuangan. Uang yang sudah aku kumpulkan untuk membayar uang semester, aku pinjamkan ke teman dekatku. Aku menganggap hubungan kami sangat dekat, dan dia pun pernah menolongku meminjamkan aku uangnya untuk biaya kuliahku. Namun, ternyata aku salah menganggap semua teman dekat itu akan selalu baik. Aku tertipu, dia menghilang ketika sudah temponya aku membayar biaya kuliah. Semua kontakku diblokir oleh dia, sampai aku berpikir salahku apa sampai dia melakukan itu. Dan inilah momen saat aku memutuskan untuk cuti kuliah, atau lebih tepatnya terpaksa cuti kuliah.
Dengan banyak hal-hal yang tak diinginkan terjadi, rasanya aku ingin menyerah aja. Sempat aku berpikir untuk merelakan segala ambisiku. Mengubur semua angan-anganku. Begitu banyak kendala-kendala yang datang silih berganti. Mungkin sebagai cobaan dalam merealisasikan mimpiku. Apa memang harus sesulit ini untuk menggapainya.
Aku merenung setiap malam. Aku mulai merasa berjalan tanpa arah, yang mana yang harus aku lakukan lebih dulu. Aku sudah tidak menemukan apa yang menjadi tekadku untuk lulus. Aku seperti kehilangan diriku.
Saat aku sudah sangat terpuruk, lagi lagi ada uluran tangan seseorang yang mampu aku raih. Aku diberi kesempatan berpindah tempat mengajar, dengan penghasilan yang sedikit lebih banyak dari tempat pertama. Sungguh tidak menampik bahwa itu yang aku butuhkan saat itu. Aku berpamitan dan melepaskan sekolah swasta tersebut.
Di tempat baru aku mulai menata kembali keyakinanku untuk menyelesaikan langkahku. Aku banyak mendapat suntikan motivasi dari lingkungan. Kepercayaan diriku mulai tumbuh kembali. Bahkan tuntutan untuk segera lulus dari manajemen sekolah menjadi salah satu bara semangatku. "Mari kita selesaikan semua ini" ucapku dalam hati.
Proses demi proses mulai aku kerjaan. Pagi sampai sore hari aku mengajar di sekolah, malam hari aku membuat tugas akhirku di laboratorium kampus. Sebuah keuntungan menjadi seorang asisten laboratorium bisa memakai laboratorium dan segala perlengkapannya. Tentu semua proses ini tak lepas dari bantuan teman-temanku.
Perlahan demi perlahan tugas akhirku mulai selesai. Setelah itu aku masih harus berkutat dengan penulisan laporannya. Dengan segenap jiwa aku bertekat untuk benar-benar menyelesaikannya saat ini. Bahkan aku sangat ingat aku memutuskan untuk tetap tinggal di indekosku dari pada pulang ke rumah saat covid melonjak tinggi dan banyak daerah yang terkena lockdown termasuk daerahku saat ini. Aku benar-benar mengurung diri sendirian di daerah orang. Aku sudah tak memikirkan hal yang lain, selain aku harus sidang.
Setelah perjuangan itu, akhirnya aku menyelesaikan semua. Aku bisa mendaftakan diri untuk seminar hasil tugas akhir. Benar-benar secepat dan selancar itu rasanya mulai dari melengkapi berkas sampai melaksanakan seminar hasil. Aku lulus seminar hasil dan bisa melanjutkan sidang akhir dengan revisinya. Tanpa jeda aku terus memaksa diriku untuk menyelesaikannya. Revisi demi revisi aku kerjakan ketika yang lain sudah pulang ke rumah masing-masing karena masa lockdown diperpanjang entah sampai kapan. Aku berpikir tugas akhirku lebih penting, daripada pulang karena pandemi. Sampailah pada aku mendapat kabar bahwa revisi seminar hasilku diterima, dan aku bisa mendaftar sidang akhir. Aku sungguh bersyukur saat itu, rasanya ingin menangis terharu.
Akhirnya aku mendapat jadwal sidang. Menghadapi sidang aku merasa gelisah, khawatir tak semulus itu. Bahkan malam sebelum sidang aku tak bisa tidur. Menunggu giliran sidang terasa sangat menegangkan. Aku terus meyakinkan diri. Dan sidang pun berlangsung dengan sangat lancar. Tugas akhirku dinyatakan lulus.
Perasaanku tentu campur aduk. Ternyata aku bisa melewati semua rintangan ini. Dan mimpiku terealisasikan. Aku mendapat gelar sarjanaku pada akhirnya. Dengan langkah yang tersendat-sendat, air mata yang selalu terkuras. Akhirnya aku sampai, dan aku sangat bangga kepada diriku. Aku sangat bersyukur dan semakin yakin bahwa, Allah tidak akan memberi cobaan yang tidak bisa dilalui hamba-Nya.
1 note
·
View note
Text
Monster Datanglah!
Sejak deklarasiku yang terakhir, nampaknya kau tidak benar-benar keluar hai monster. Aku merasakannya! Upaya-upayamu yang manipulatif selalu kukekang. Kau tau kenapa? Karena aku berusaha untuk mempercayai Fana. Aku berusaha untuk mengekang semua kesendirianku, dan bergantung pada rasa.
Namun...itu semua omong kosong
Ya, aku berusaha mempercayai Fana, dan itu adalah omong kosong
Aku menguburmu jauh ke dalam tanah dalam diriku, hingga mendekati ambang mati-hidup. Namun kini aku mengakui itu adalah kekeliruan yang sangat bodoh!! Aku merusak diriku hanya demi kepercayaanku pada Fana. Kebodohan yang fatal!!!
Karena Fana tak pernah melihatku merasa. Aku hanyalah seonggok robot, yang ia tahu.
Maka, kini kubiarkan kau keluar hai monster, sama seperti dulu, ketika aku membunuh rasa bagi fana yang lain. Kini aku membunuh juga rasa yang sama. Kau mampu membunuhnya kan? Keluarlah hai monster! Kau tahu...aku tercabik-cabik rasanya. Maka lebih baik baginya untuk mati saja.
Biarkan aku menjadi kosong seperti dulu, dan biarkan kau yang menyetir tubuh bodohku ini.
Karena setelah kulihat...
dalam hidup yang kubangun ini...
aku tak berhak untuk merasa
aku tak berhak untuk menangis
aku tak berhak untuk sakit
aku tak berhak untuk berteriak
Tawa pun bukan hakku, tawa hanya alatku menyelubungi kekosongan itu.
Sekarang sudah kosong, seperti dulu. Monster isilah itu!! Aku memberimu ruang sebesar-besarnya. Rasaku sudah lumpuh karena lapuk, dan kini ia memilih untuk mati.
Monster gantilah diriku, mari kita memakan para fana seperti sediakala!!
0 notes
Text
Tvitovi dobili brojač pregleda
Tvitovi dobili brojač pregleda
Oni koji često koriste Tviter su sigurno već primjetili novu opciju – u dnu svakog posta, s lijeve strane se sada nalazi i brojač pregleda, pa svako može da zna do koliko je ljudi tvit došao. Ilon Mask je opciju obećao početkom mjeseca i brzo je postala stvarnost. Vidi se na iOS i Android uređajima, a uskoro stiže i na web (mada je mi već vidimo i tu). Korisnici tako dobijaju još jednu alatku,…
View On WordPress
0 notes
Photo
Better Beater As Seen TV ( In Set Dpt 1 Kecil & 1 Besar ) Pengocok Jamu,Aneka Minuman Atau Adonan Harga Murah HARGA : Rp 50.700 BERAT : 0.4Kg Untuk memudahkan dalam mengocok berbagai jenis minuman, adonan ataupun masakan. Alat ini dapat berfungsi dengan sempurna dan sangat membantu untuk mempercepat dalam membuat berbagai jenis adonan. 10x lebih mudah, lebih hemat waktu dan pastinya tenaga. tanpa batere / plug. BELI 1 DAPAT 2 Better Beater As Seen TV ( In Set Dpt 1 Kecil & 1 Besar ) alat pengocok manual tanpa baterai, praktis digunakan dan dijamin awet…….. enak di pakai untuk mengocok jamu, minuman atau adonan. ORDER YUK 😍 WA: 0857 80 500 165 LINE : viddyonarahmat BE SMART BUYER PLEASE 🙌🙏 HAPPY SHOPPING 😊😘 #viddyonashop #produkunik #barangunik #barangunikmurah #unik #pengocok #pengocoktelor #alatmasak #alatkue #manual #alatrumahtangga #mini #betterbeater #smoothies #egg #drink #modern #momsmart #cooking #cookinglove
#smoothies#alatkue#drink#egg#cookinglove#modern#alatmasak#pengocok#mini#barangunik#unik#produkunik#momsmart#betterbeater#barangunikmurah#pengocoktelor#cooking#manual#viddyonashop#alatrumahtangga
2 notes
·
View notes
Text
#Cerpen : Kehidupan Bintang di Hari Jumat
Rentetan minggu ini memang harus aku selesaikan secepatnya, karena aku mau short escape yang sebenarnya nggak deket-deket banget. Rencana sudah dibuat, aku dan bersama beberapa teman akan melancong ke salah satu pulau di seberang. Pulau yang cukup tenang harusnya, karena masih jarang orang pergi ke sana. Mungkin enggan karena jarak yang terlampau jauh.
Rencananya, besok kami akan berangkat. Perjalanan kurang lebih memakan waktu sekitar 7 jam. Berhubung dari kami, belum ada yang dibekali mobil, ya bisa aja sih nyewa, tapi kami memutuskan untuk mengendarai kendaraan roda dua. Bakal capek, tapi bakal ilang sih kalau rame-rame.
Tapi dengan polosnya aku meninggalkannya.
Sebelum pergi untuk melaksanakan ibadah Jumat, aku sekali lagi menengok rangkaian alatku yang menjadi bahan tugas akhirku. Semuanya sudah dalam kondisi yang oke. Aku merapikan rambut sebentar (nah ini kebiasaan tanpa sadar ketika rambutku sudah mulai memanjang) lalu keluar lab. Dan berpamitan dengan salah satu teman perempuanku yang tidak berangkat ibadah Jumat sekaligus menitipkan tas. Tas hasil buruan promo. Yak kantong ku memang prioritasnya sudah bukan ke hal-hal yang bersifat pelengkap penampilan. Brand sepatu, kaos, kemeja, aku sudah tidak begitu memerhatikan sejak masuk kuliah, 6 tahun yang lalu.
Aku melirik smartwatchku, masih ada cukup waktu sebelum khatib menyampaikan khutbahnya. Aku berjalan kaki, melihat deretan paving dan kemudian mengambil handphone yang berada di saku belakang.
Aku membuka aplikasi pesan singkat dan melihat deretan SW dari teman-temanku dan salah satunya adalah darinya. Aku membaca sebuah screenshot yang sedang ia tampilkan. Sebuah pengumuman tentang asramanya yang sedang direnovasi dan itu membuatnya panik. Teramat panik bahkan.
Kemudian kuberalih ke tab chat, banyak chat yang masuk dari grup grup dan tentu aku membiarkannya terlebih dahulu. Dan benar saja, ada pesan masuk darinya. Bercerita atas kondisinya hari ini. Setelah semalam rasa-nya aku ingin menjelaskan panjang lebar tentang rencana jalan-jalan dan alasan karena lupa tidak memasukkannya dalam tim, karena kemungkinan dia tak bisa berangkat sangat besar, jadi ya kayak percuma aja.
Buruan kontak temenmu yang di sana
Jawabku buru-buru. Padahal dia tak bertanya mengapa aku menyarankan?
Dia juga tak perlu mengabariku segala hal yang terjadi padanya. Aku yakin dia punya juga punya rentetan prioritas pekerjaan sama sepertiku. Dia juga punya ambisi-ambisi yang ingin dicapai, sama sepertiku. Seharusnya dia tak perlu repot menghubungiku terus menerus seperti ini.
Membuatku tidak nyaman sebenarnya.
Sebenarnya aku hanya perlu membalas jika dia bertanya. Namun sesekali pula aku yang berkirim pesan kepadanya terlebih dahulu.
Titik gerimis mulai turun, jarakku dengan masjid sudah dekat. Tak perlu mempercepat langkah. Aku menyukai hujan. Hadirnya sebagai penyejuk hiruk pikuk lakuku. Hiruk pikuk yang kurangkai untuk menutupi luka menganga yang sempat membuatku rikuh ketika bertemu dengan orang-orang.
4 notes
·
View notes
Text
Impian-Tujuan
Semangat itu adakalanya menggebu, adakalanya jatuh melesak ke dasar.
Energi hampir habis terpakai. Kemarin aku menggebu, namun hari ini, aku ciut. Aku ingin terus melangkah namun 'alatku' untuk melangkah habis. Seperti kendaraan dengan mesin, bensinku habis, sedangkan pom bensin masih belum dapat aku temukan, entah dimana. Seperti pendaki gunung yang harus memanjat tebing dengan tanpa alat apapun, apakah harus kembali (melupakan tujuan)?
Allahu Rabb.. Mampukan kami..
Seperti Ibunda Hajar, jangan biarkan kami menyerah pada langkah² kami dalam mencapai tujuan. Izinkan kami seperti Ibunda Hajar, yang terus mengerahkan kemampuannya ditengah tanah tandus, hari yang terik, anak yang menangis kehausan. Ibunda Hajar tak pernah putus asa, selalu yakin akan pertolonganMu.
#mimpirefi
- Bandung, 5 Juni 2021
1 note
·
View note
Text
29 Hari Menuju Ramadhan
“Due to the situation in Indonesia, we decide to close the office until further notice. The government encourages ‘work from home’, unfortunately our work can’t be done online, it’s just impossible. I’m very sorry to tell you that we can’t give your salary for the days that we don’t open.” Bu Peggy, direktur dan pemilik kantor mengumumkan melalui telfon.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Kak, kakak anak mama yang paling ga pernah gangguin. Sakit, sedih, susah tuh ga pernah ngabarin. Kalo berita seneng baru dibagi bagi. Tapi di saat seperti ini, tolong kalau ada apa apa kabarin ya.” ujar mother di ujung telfon.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Bu Peggy bosan, ya?” responku pada chat beliau yang sangat random, ini hampir tengah malam.
“Iya, Rin. Banget.” jawabnya segera. Lalu dengan recehnya aku berusaha menghibur beliau dengan teka teki.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saat ini Indonesia dan hampir seluruh dunia sedang menghimbau semua orang untuk tetap di rumah. Hampir semua tempat publik ditutup. Polisi dan tentara diturunkan untuk memastikan tidak adanya kerumunan yang tidak diperlukan demi menghambat penyebaran virus Covid 19, salah satu tragedi di tahun 2020 yang telah menewaskan lebih dari 20.000 orang dan sedang menginfeksi lebih banyak lagi. Seluruh dunia panik.
Pertama kali pengumuman mengenai penutupan kantor, aku panik. Sejak kejadian akhir Februari, aku bergantung pada distraksi supaya tidak menangis. Salah satu distraksi terbaik adalah kerjaan di kantor. Don’t get this wrong, performa di kantor pun terjun bebas karena ketidakmampuanku untuk multi-tasking seperti biasa. Rekan kerja bertanya tanya, supervisor berusaha mengajak bicara dan menawarkan bantuan, pihak admin dan direkturnya sendiri sudah memberikan teguran keras. Namun hingga saat ini, tidak ada orang kantor yang tahu masalahku. Aku belum sanggup untuk bercerita, seluruh tenagaku ku kerahkan untuk mengalihkan pikiranku dari kejadian malam itu, untuk tidak menangis. Bermain dengan anak anakku adalah distraksi terbesar saat ini. Ketika tahu kantor akan ditutup, aku panik, “bagaimana aku akan kabur dari pikiranku sendiri?”
Aku lupa bahwa dari dulu aku senang mengisolasi diriku sendiri. Aku meremehkan diriku sendiri. Hari pertama wfh aku membuat jadwal kegiatan untuk diriku sendiri; membersihkan kamar, menyuci, membaca, belajar bahasa baru, menambah hafalan surat Qur’an, memasak, kuliah online menulis di Tumblr, belanja, membaca buku, menonton Netflix, dsb. I ration everything, untuk memastikan aku bisa melakukan hal hal di atas selama mungkin, karena only God knows how long this pandemic will go on. When I say everything, I mean everything. Berapa jumlah pakaian yang aku cuci hari ini, jenis pakaian apa yang akan aku cuci hari ini, berapa jumlah halaman buku yang akan kubaca hari ini, berapa lama aku akan menghabiskan waktu untuk belajar bahasa baru, berapa hari sekali aku akan pergi belanja, berapa episode Netflix yang akan ku tonton hari ini, dan aku ikuti dengan disiplin.
Aku juga tahu dengan keadaan seperti ini, jadwal tidurku akan berantakan sekali. Demi menjaga jam tidur, aku putuskan untuk puasa. Jadi aku akan bangun dari jam 3 dini hari, beraktivitas sesuai jadwal, lalu aku akan merasa lelah dan mau tidak mau tertidur di jam biasa (10 atau 11 malam). Jam tidur tetap normal, hutang puasa lunas, alhamdulillah pula telah masuk bulan Sya’ban.
Sehubungan tidak adanya gaji selama dirumahkan, I ration my savings and pray for a change in the situation. Tidak ada cara lain lagi. Untungnya dengan memutuskan puasa, anggaran makan sedikit terbantu.
Hampir dua minggu pemerintah menggalakkan work from home serta penutupan tempat tempat publik, orang orang melakukan panic buying, well understandably. Selama itu, sudah 2 kali aku pergi ke supermarket untuk memasok makanan di kosan. Pertama kali aku pergi adalah hari kedua dari wfh dan betapa kagetnya aku mendapati rak rak kosong di supermarket. Telur habis, makanan kaleng habis, air mineral dalam kemasan mulai menipis. Untung, untung sekali makananku lumayan berbeda dengan makanan orang pada umumnya. Di saat susu sapi dalam kemasan kosong, almond milk/oat milk yang biasa aku konsumsi masih banyak tersedia. Saat orang orang memborong beras, aku tidak makan nasi. Couscous dan quinoa masih berlimpah tak tersentuh. Persoalan belanja ini juga sempat menjadi bahan argumentasi dengan sahabatku karena aku masih ngotot tidak mau stok mie instant. Sudah lama sekali aku tidak makan itu dan aku tidak mau mulai sekarang.
Situasi di luar mencekam? Iya.
Panik? Under control.
Setiap waktu mengkhawatirkan keluarga dan sahabat sahabatku, berharap mereka tidak ada yang perlu keluar rumah. Cemas membayangkan mereka kelelahan dan mengalami penurunan daya tahan. Tapi aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak membiarkan panik mengambil alih pikiranku. Meditasi dan kembali pada gratitude journal jadi alatku saat ini. Semoga cukup sampai ke depannya.
Nangis? Minimal 5 kali dalam sehari.
Sedih dan pedih banget self isolation di dalam kamar kosan 3x3 meter ini. Kalau bukan karena telfon mother, 24 jam aku tidak mengeluarkan suara sama sekali. Sedih dan pedih banget di saat baca berita tentang kenaikan korban Covid 19 hanya bisa panik sendiri, tarik nafas sendiri. Sedih dan pedih banget saat mendapat kabar bahwa salah satu keluarga ditetapkan sebagai PDP Covid19 dan hanya bisa terisak isak sambil memeluki diri sendiri. Sedih dan pedih banget saat membayangkan puasa kali ini, kemungkinan besar tidak bisa bekumpul bersama sahabat sahabatku, tidak bisa menikmati peluk cinta dari mereka. Sedih dan pedih banget membayangkan Ramadhan dan Syawal tanpa sekalipun kesempatan mendengar adzan. Sedih dan pedih banget saat membayangkan harus menjalani 1 Syawal sendiri, 1 kesempatan untuk memeluk kedua orang tua hilang.
Tapi di sela sela semua kepanikan dan di saat aku tidak menangis, pikiranku bebas melayang ke mana mana. Sejuta tanya menghantui, rindu membuncah di hati, namun sesekali aku juga menyadari hal hal kecil. Lalu mensyukuri rezeki rezeki yang disediakan di depan mata, menyisipkan doa doa yang tidak pernah tersebut sebelumnya.
Setelah dengan bangganya kita membuat dunia tanpa batas, mengapa sekarang kita dipaksa berjarak?
Apakah ini teriakan bumi akibat perbuatan kita selama ini; memenuhi setiap jengkalnya, mengotori tanah, air dan udaranya, serta tak pernah membiarkannya tidur sejenak?
Bagaimana kabar dia? Apakah dia baik baik saja? Bagaimana dia pergi kerja? Bagaimana dia makan? Bagaimana keluarganya? Jika ada apa apa, apakah ada yang dekat untuk menolongnya? Lalu satu satu ku hubungi keluargaku, sahabat sahabatku. Beruntung sekali aku pun dihubungi orang orang yang pernah aku kenal di tahun tahun sebelumnya. Kemudian aku pun dengan aktif menghubungi mereka yang belum tahu kabarnya. Ucapan “sehat sehat ya, tetap tenang dan senang. Semoga selalu dalam lindungan Tuhan” bukan sekedar ucapan saja, namun menjadi doa dengan pengharapan dan amin yang paling serius.
29 hari sebelum Ramadhan. Seluruh jatah doa dipenuhi dengan memohon perlindungan bagi keluarga, sahabat sahabat, keluarga sahabat, dan segenap tim medis yang berjuang di baris depan. Memohon agar Tuhan berikan kekuatan dan petunjuk bagi para pemimpin untuk memandu rakyatnya melalui badai ini. Mengiba agar tak ada lagi bencana tambahan selagi kami masih berjuang melawan musuh kali ini. Meminta agar saudara saudara kami yang berada di medan perang tak perlu mengkhawatirkan wabah ini.
Semoga Tuhan berikan kita semua kekuatan, kesabaran, keihklasan selama masa ini.
Semoga Tuhan jelaskan pada mata, hati dan pikiran kita untuk menemukan hikmah dari peristiwa ini.
5 notes
·
View notes
Text
Girl with Machine
Berpasang-pasang mata memandangku dengan padangan aneh, heran, penasaran. Sebenarnya bukan benar-benar aku yang mereka lihat. Tapi sebuah benda asing yang aku selempangkan seperti tas, tapi itu bukan juga sebuah tas jika dilihat dengan jelas. Itu sebuah mesin, Berbentuk oval sebesar anak bayi. Benda itu berwarna putih, dengan beberapa tombol dan lampu-lampu untuk menindikasi benda itu berfungsi dengan benar. Bukan hanya sebuah mesin, itu juga memiliki selang yang cukup merepotkan yang juga terhubung pada tubuhku.
Benda apa itu sebenarnya? Kamu tidak akan menemukan jawabannya di tulisanku ini. Karena untuk menjelaskannya akan sangat panjang dan rumit. Setiap ada yang bertanya aku selalu menjawab “Ini Power Bank, buat ngecas aku. hahahah.” Aku selalu jawab dengan bercanda walau kadang aku menjawab dengan penjelasan singkat dan sebenarnya, yang berakhir mereka mengangguk-ngangguk seperti mengerti, padahal aku yakin sekali mereka tidak tau apa yang sebenarnya aku bicarakan. Mungkin biar cepat saja, atau biar menghargaiku karena sudah panjang lebar menjelaskannya.
Apa mereka membuatku risih? tentu, sangat. Bagaimana sih rasanya dilihat seperti ada yang aneh dari kamu? aku tau, aku tau mereka penasaran. atau mungkin takut, barangkali yang aku bawa ini benda yang bisa meledak? lucunya, aku pernah masuk ke dalam sebuah mall yang cukup ketat penjagaannya, yang saat masuk ke dalam mall, tas yang kita bawa harus masuk ke dalam mesin x-ray seperti di bandara, dan kita pun masuk ke melewati pintu dengan metal detector. Alatku ini tentu saja tidak bisa kuapa-apakan, ia menempel pada tubuhku. Seorang satpam yang menjaga pintu menegur, “Mba tasnya masukkan ke x-ray dulu.” katanya. Aku cuma bisa menjawab, “Ini bukan tas, pak.” lalu nyelonong masuk melalui metal detector yang tentu saja berbunyi. Tapi untungnya ia hanya diam saja sambil memandang heran, apa sebenarnya yang aku bawa?
Mungkin kalau di bandara, aku ini tidak akan diizinkan terbang karena benda yang kupakai ini cukup mengkhawatirkan. Hal itu sebenarnya yang paling aku benci dari segala alasan saat aku harus tetap memakai alat ini. Aku tidak bisa pergi jauh. aku tidak bisa pergi lebih dari 3 hari keluar dari kotaku, karena dokterku bilang, alat ini harus diganti selangnya setiap 3 hari sekali. Merepotkan bukan?
Ah, aku lupa menyebutkan ini alat apa. Berhubung aku terlalu malas untuk menjelaskan, jadi singkatnya alat ini sebenarnya alat kesehatan, karena aku sedang tidak begitu sehat, maka alat ini diperlukan untuk membuat penyakitku membaik, harapannya seperti itu.
Membawa-bawa benda ini selama 24 jam itu merepotkan sekali, sangat merepotkan. Berhubung aku harus selalu tersambung dengan benda ini, jadi kemana-mana benda ini harus kugantung di pundakku. Ke kamar mandi, ke meja makan, bahkan ketika aku sudah sampai kasur, tapi ternyata ada hal yang lupa haarus aku ambil, aku berdiri lagi membawa benda ini, dan yang paling menyebalkan adalah ketika benda ini harus diisi dayanya alias di charge, aku jadi tidak bisa ke mana-mana. Bahkan saat aku kebelet, ya harus aku tahan sebentar paling tidak sampai dayanya cukup. Benda ini juga berat. Lumayan berat untuk kamu bawa ke mana-mana. mungkin sekitar 1-2 kilo. Maka tidak jarang bahuku terasa sangat pegal.
Tapi setelah beberapa lama aku memakai alat ini, ya sudah biasa saja. Sudah biasa dengan tatapan aneh orang-orang sekitar, sudah biasa dengan beban yang menggantung di pundakku seharian, sudah biasa dengan segala keribetan selang-selang yang sering kali hampir membuatku jatuh karena menjuntai ke kaki, aku sudah biasa biasa saja, seolah alat itu memang bagian dari tubuhku.
Lalu hari ini, pagi ini tepatnya, dokter mengatakan sesuatu yang baik. Sangat baik untukku tentu saja. Setelah berminggu-minggu, dia sudah bisa mengatakan aku boleh melepas alat itu. Karena menurutnya sakitku sudah lebih baik dan tidak perlu alat itu lagi. Senang sekali rasanya, senang! Akhirnya aku bisa lepas dari sesuatu yang menurutku cukup merepotkan. Rasanya aku berlebihan, tapi aku benar-benar senang, apa aku perlu merayakannya dengan pergi jauh selama seminggu? Sebulan?? Terserah. Aku hanya ingin merayakan kebebasan ini saja.
30 notes
·
View notes
Video
youtube
SLAVIJA INFO: Dejan Lučić - Evo zašto su ga doveli!
Albanci su "kupili"USA @POTUS "DOING THAT"-joe biden GARBAGE Prljavim novcem od organiziranog kriminala koja je na vrhu ljestvice normativnih vrijednosti je ALJBANSKA MAFIJA-zasto TO nekazes!!!
ALJBANSKA MAFIJA JE MAKRO SVIM POLITICKIM PROSTITUTKAMA!!!
SEX;DROGA&NASILJE JE SINONIM ZA RAZVRAT KUPLERAJA SKANDALOZNIH VLADA!!!
EVO GA TRANSPARENTNI PRIMJER,NAJPRE JE MORALA DA SE NAGUZI ZLATIBORU LONCARU DA JE TRTI,PA DA SE NAGUZI U FOTELJU MINISTARKE BEZ STIDA I SRAMA I SKRUPULA,EVO I JA SAM TREBALA DA SE NAGUZIM ZORANU DJORDJEVICU ILI MAKAR DA MU “POPUSIM”FELACIO PENISA,ALI ETO ODBILA SAM,PA SAM DEBELO KAZNJENA ---RETROAKTIVNO ZBOG ODBIJANJA POLITICKE PROSTITUCIJE,STO, COVJEK JE INSTRUMENTALIZIRAN,NA KECA SE SKIDA GO I VADI ALATKU,ZATO STO MU JE TO RUTINSKI POSAO OBRADJIVANJA,PRIMJERICE CICA-MACA JORGOVANKA TABAKOVIC NJUI JE ISTO KRESAO,PA JE STEKAO ISKUSTVO U POLITICKOJ PROSTITUCIJI,EVO NI SEBE NISAM POSTEDELA KOMPROMITACIJE I JAVNE BRUKE.
1 note
·
View note
Photo
Pagiku cerah ku.. Matahari bersinar… Kuseduh kopi puntungku… ngan chemex alatku… Asoy…. #قهوة #kopi #coffee #puntangcoffee #kopienak #kopiindonesia #kopiseduhmanual #chemex #chemexlove #crackthetaste #pagi #ngopipagi #ahad #westerafdeelingvanborneo كوتا ڨونتيانك https://www.instagram.com/p/CiEfDFXrhUt/?igshid=NGJjMDIxMWI=
#قهوة#kopi#coffee#puntangcoffee#kopienak#kopiindonesia#kopiseduhmanual#chemex#chemexlove#crackthetaste#pagi#ngopipagi#ahad#westerafdeelingvanborneo
0 notes
Text
: ̗̀➛ galau sama naks populah oonpar
Jujur tadi aku takut banget sama anak Unpar yang ngehitz. Tapi sekarang udah engga.
Aku ga boleh takut-takut lagi. Lebih baik aku ga peduliin mereka daripada mereka yang bakal ngebebanin aku.
Diem Mona. Jangan takut. Kamu itu kuat. Aku akan ada di sisimu untuk membimbingmu terus. Jangan takut. Beranikan dirimu. Kamu kuat, kamu bisa, kamu berani.
Ayo kita kembali ke pribadi yang dulu. Menggunakan teman sebagai alatku mencapai impian
0 notes
Text
Dedikasi
Di antara jari-jariku terselip pena yang termakan waktu.
Tumpukan kertas dan kumpulan kamus adalah alatku untuk mencapai kesempurnaan.
Rasa nyeri, rasa kantuk kupandang acuh sebab Tuhan-ku mengawasi dari atas meja kayu murahan.
Meminta darahku sebagai tinta, memberi jiwaku pada kata-kata, tubuhku pada hasil.
Segala irisan di badanku, kapsul-kapsul merah putih, dan kekosongan lambungku adalah demi mencapai kesempurnaan.
Kejaran waktu tak pernah melambat, angka-angka yang menuntutku menolak turun, seperti menggorok leherku yang memamerkan garis-garis biru.
Kala itu kabut dalam pikiranku hilang sejenak, dengan aku yang sekarang, mustahil kesempurnaan tercapai.
Maka dari itu, aku meminjam tangan iblis.
Jakarta, 2 September 2020 (edited)
0 notes
Text
Instagram dodaje alatke za lakše kreiranje sadržaja
Instagram dodaje alatke za lakše kreiranje sadržaja
Meta je predstavila novu alatku, koja proširuje mogućnosti korisnika da sa drugima sarađuju koristeći Instagram Reels. Korisnici sada, pored videa, mogu da remiksuju i fotografije na Instagramu. Dodato je više Remix planova, uključujući zeleni ekran, podijeljeni ekran ili picture-in-picture pregled, a korisnik može i sam da doda svoj pečat u postojeći Reel. Moguće je i dodavanje sopstvenog…
View On WordPress
0 notes
Photo
Kako se ono motivaciono kaže: ko u čuda vjeruje, taj čuda i stvara. Ako bezbožnici ne vjeruju, valja pogledati bivšeg premijera Zdravka Krivokapića. Neka što je čovjek tvrdio, još dok je bio ostroški premijer, da vjera može da pomjera planine, nego nam je nedavno poturio novi dokaz o čudima koje ispravni vjernik može da napravi. Eto, na promociji njegove knjige ,,Blago(š)“ u kripti Hrama Hristovog Vaskresenja u Podgorici zvanično je utvrđeno da je djelo nastalo, pazite sad, za jedan dan, 2018. godine?! Djeluje to čudno, napisati knjigu za jedan dan. Ali, kako reče uvaženi govornik na promociji, vladika i padobranac Metodije, sve je Zdravko napisao ,,u jednom dahu“. Dah dubok, a dan dugačak. I to ne običan dan, nego Spasovdan, kada, kako savjetuju iz Crkve Srbije, ,,muškarci ne bi trebalo da se briju, žene umivaju, a đeca kupaju“. Nijesu to bila sva čudesa povodom ove knjige. Em što je Krivokapić dva puta slao rukopis koji niko nije htio da objavi, sve dok ga, nekim čudom ili ukazanijem, nije vidio lično Matija Bećković; em se knjiga – da bi se razumjela, kako veli bivši premijer - mora pročitati najmanje dva puta?! Blago(š) nama. Ali – nije blagoš. Patetična, političko-vjerska predstava, kojoj je u kripti Hrama koji je grob mitropolita Amfilohija Radovića,prisustvovao cijeli ,,raščinjeni“ Krivokapićev kabinet, trebalo je da posluži za ovozemaljsku, svakodnevnu upotrebu. Bio je to pokušaj građenja mita o premijeru i njegovim ,,apostolima“; portretisanje neshvaćenih reformatora, bogobojažljivih ljudi koji su vodili narod u ,,bolje sjutra“ sve dok ih, eto, pod uticajem ,,zlog Zapada“, nije sa vlasti počistila iskvarena politička elita i ,,izdajnici iz sopstvenih redova“. I, sasvim je moguće, da su nakon te večeri, Krivokapić i družina bili zadovoljni učinjenim. Zaboraviće se razaranje države, klerikalizam ustanova, urnisanje sistema, ubijanje suživota, brisanje identiteta... Što da ne?! Ako Gojko Perović može posred Javnog servisa da valja teorije da dijete u utrobi majke nema ništa sa majkom i ako mu vjernici Crkve Srbije vjeruju da je to istinska istina, onda će mu povjerovati kada ustvrdi da je Krivokapićeva knjiga ,,bajkoviti prikaz nečega što se desilo, bez pretjerivanja i uveličavanja“. Mučno je kad oni koji tvrde da su istinski vjernici, kada sveštenici koji bi trebalo da su, kako kaže Kjerkegor, ,,vitezovi vjere“ – prizemno koriste vjeru kao običnu političku alatku. Ta inverzija vjere, to presvlačenje svetosavlja u agresivni imperijalni projekat, banalizovanje religioznosti i svođenje ljudi na banalno oruđe, godinama ostavlja teške posljedice. Svuda. Ovđe u Crnoj Gori posebno, zbog djelovanja Srpske crkve koja odbija da prizna postojanje crnogorske nacije i stavlja se u poziciju institucije nadređene državi. Zato im je Zdravko Krivokapić bio idealan za širenje uticaja: ne samo da je njegova vlada birana u Ostrogu, već je i njenu politiku kreirala ta crkva. I kad se stvari tako postave, onda se žanje posijano. Sva nakaradnost i posljedice fanatizovanja vjernika u političke svrhe mogu se, makar i posredno, ilustrovati kroz jedan događaj koji se zbio samo koji dan prije ove otužne predstave u kripti Hrama u Podgorici. Pedesetak kilometara dalje, u Nikšiću, policija je uhapsila šest, kako se to kaže, bezbjednosno interesantnih osoba zbog sumnje za trgovinu narkoticima. Među njima, osumnjičenima za dilovanje droge, našao se i istaknuti član pravoslavnog bratstva ,,Tvrdoš“, organizacije koja, kao i bratstvo ,,Stupovi“ ili ,,Miholjski zbor“, okuplja fanatične pristalice Crkve Srbije. Naravno, zbog jednog čovjeka osumnjičenog za kriminal, pa bio on i fanatični vjernik, ne može se pripisivati krivica vjerskoj organizaciji. Kriminalci nemaju vjeru. Ali, crkva zna da koristi kriminalne strukture. Ogromna većina ljudi – koji pripadaju pravoslavnim bratstvima, čije osnivanje podstiču radikalni sveštenici Crkve Srbije, poput Mijajla Backovića, ima neke veze sa kriminalom, direktne ili indirektne. A baš ta bratstva odavno se koriste kaodio fanatizovane vojske ,,svetosavlja po svaku cijenu“. Toliko fanatične da su bili spremni 5. septembra prošle godine da izađu iz odaja Cetinjskog manastira, đe su ih sveštenici krili, i ,,zapale Cetinje“, kako su kasnije neki svjedočili. I nijesu te veze od danas. Dovoljno je sjetiti se Arkana Ražnatovića. On i njegova paravojna formacija „tigrovi“, do zuba naoružani, devedesetih godina prošlog vijeka, zlokobno su „pozirali“ ispred Cetinjskog manastira, sa tadašnjim mirtropolitom Crkve Srbije Amfilohijem Radovićem. I čuvali crnogorsku svetinju od Crnogorki i Crnogoraca?! A ova matrica se ponavlja. Pa se nedavno grupa tih fanatizovanih branilaca Crkve Srbije ponosno slikala ispred Manastira Ostrog sa crkvenom zastavom na kojoj piše ,,Čuvari Hristovog groba“. Pogađate: bili su to članovi pravoslavnog bratstva, pretorijanci Crkve Srbije. I zato kada Krivokapić napiše, a sveštenici uzviknu – Blagoš, onda to može biti poziv za - Tvrdoš.
0 notes