Tumgik
#adipati Tuban
maestromediacoid · 2 years
Text
Biografi Sunan Drajat (Raden Qasim)
Biografi Sunan Drajat (Raden Qasim)
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. Masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan Drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
maestromediacoid · 2 years
Text
Biografi Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Biografi Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang.…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
carinapayue-blog · 6 years
Text
Hina Bupati Tuban, Lima Organisasi Adukan Adipati Ketiban Ondo Ke Polisi
Carina Payue Hina Bupati Tuban, Lima Organisasi Adukan Adipati Ketiban Ondo Ke Polisi Artikel Baru Nih Artikel Tentang Hina Bupati Tuban, Lima Organisasi Adukan Adipati Ketiban Ondo Ke Polisi Pencarian Artikel Tentang Berita Hina Bupati Tuban, Lima Organisasi Adukan Adipati Ketiban Ondo Ke Polisi Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Hina Bupati Tuban, Lima Organisasi Adukan Adipati Ketiban Ondo Ke Polisi Pemilik akun Facebook bernama Adipati Ketiban Ondo, dilaporkan lima organisasi masyarakat atas dugaan ujaran kebencian http://www.unikbaca.com
0 notes
gusipul · 4 years
Text
SEJARAH BENGAWAN SOLO
Oleh Dr Purwadi SS M.Hum
ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara - LOKANTARA
A. Umbul Cokro Pengging Kali Larangan Mata Air Bengawan Solo.
Gumrojog banyu bening. Tuking gunung Umbul Cokro Pengging. Mili ngetan tumuju Kali Larangan. Kartasura Surakarta. Sakbanjure mili neng Bengawan Gedhe.
Pada tahun 1547 Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya raja Pajang membangun Umbul Cokro dan Umbul Pengging. Kawasan ini merupakan mata air yang sangat baik. Airnya jernih mengalir sepanjang masa. Berguna untuk pengairan sawah yang subur. Daerah Klaten, Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo ini mendapat limpahan air dari Cokro Pengging. Maka sejak dulu daerah ini menjadi lumbung padi.
Air umbul Cokro Pengging mengalir ke arah timur. Bertemu di Kartasura. Aliran disambung di Kali Larangan menuju kota Solo. Dulu aliran sepanjang 20 KM ini dijaga ketat oleh petugas. Kordinatornya KRT Tirtonagoro, pejabat Karaton Surakarta Hadiningrat yang mengurus irigasi.
Kebersihan kali Larangan terjaga betul. Orang bisa langsung minum di kali. Malah minum di kali larangan dipercaya sebagai obat. Mencari jodoh dan ingin punya anak pun, orang mau minum langsung di Kali Larangan.
Kali Larangan yang legendaris ini airnya bertumpah di bengawan Solo. Dikatakan kali Larangan berarti kemewahan. Larang dalam bahasa Jawa berarti mahal, mewah, elit, lux, bagus, hebat, istimewa. Betapa tidak. Mewahnya kali larangan, terbukti dipelihara, dirawat, dan digunakan untuk keperluan Karaton Surakarta Hadiningrat dan pura Mangkunegaran. Maka tiap 500 M dijaga dan diawasi. Mirip dengan merawat tirta perwita sari dalam lakon Dewaruci.
Panembahan Senapati raja Mataram tapa kungkum di Umbul Pasiraman Pengging tahun 1586. Hulu bengawan Solo sungguh mengagumkan. Di sekitar umbul cokro Pengging ini hidup tokoh besar dalam sejarah Jawa. Sebut saja Sri Makurung Handayaningrat, Ki Ageng Pengging, Joko Tingkir, Syekh Siti Jenar, Ratu Pembayun, Kyai Yasadipura, Tumenggung Padmanagara dan Ranggawarsita. Semua raja Mataram menjalankan laku ritual siram jamas di Umbul Cokro Pengging. Tempat ini pusat sarjana dan bangsawan utama.
Sumber mata air yang tak kalah pentingnya adalah Kaliworo Kemalang Klaten di kaki Gunung Merapi. Airnya menampung dari daerah Kemalang, Manisrenggo, Karangnongko, Prambanan, Gantiwarno. Berubah aliran menjadi sungai Dengkeng. Mengalir sepanjang kaki bukit gunung ijo, ke arah timur. Meliputi daerah Wedhi, Bayat, cawas, Juwiring, Karangdowo dan bergabung di Sukoharjo dengan bengawan Solo. Kanan kiri aliran ini banyak insan yang suwita kepada Karaton Surakarta Hadiningrat sebagai abdi dalem.
Pendidikan cipta rasa karsa dikembangkan oleh Sinuwun Amangkurat Tegal Arum tahun 1652. Sejak dulu sampai sekarang peradaban tumbuh subur di daerah ini. Kuliner, batik, gerabah, gamelan, industri, kerajinan bisa tampil di tingkat dunia. Bangsa manca banyak yang belajar beragam ketrampilan. Kesenian pedalangan, kerawitan, kesusasteraan, gendhing, tari berkembang pesat. Gambaran tentang kebajikan dan keindahan mudah ditemukan. Jagad gumelar dan jagad gumulung berjalan dengan baik. Mereka bisa menunjukkan keagungan dan keanggunan. Inilah konsep seni edi peni budaya adi luhung.
B. kahyangan Dlepih Kali Keduwang
Tirta perwira sari merupakan banyu panguripan kang ngemu surasa kawruh sejati. Kitab Dewauci yang diciptakan Pujangga Kyai Yasadipura tahun 1743 ini memuat ngelmu kasampurnan. Sebagaimana jernihnya Umbul Cakra Pengging. Sumber mata air lainnya juga memuat nilai sakral Kejawen. Perjalanan sejarah menyertai aliran Bengawan Solo dari hulu hingga hilir.
Kini sumber air sakral berasal Gunung Sewu. Mata air yang mengalir ke bengawan Solo berasal dari sumber kahyangan Dlepih Tirtomoyo Wonogiri. Tempat ini menjadi pesanggrahan Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul. Maka kerap dijadikan untuk lelaku. Orang percaya bahwa doa di sini akan terkabul. Calon Lurah, Bupati, Gubernur dan Presiden melakukan ritual di kahyangan Dlepih. Orang Jawa merasa lebih mantab menggunakan cara nenuwun.
Air di pegunungan sewu punya khasiat prima. Semua wanita yang terkena percikan banyu gunung sewu, pasti mukanya berseri dan bersinar. Mata air bengawan Solo ini terlebih dulu melewati kali Keduwang. Sinuwun Paku Buwono lX raja Surakarta tahun 1861 sampai 1893 sering tapa ngeli di kali keduwang. Kali keduwang menjadi sarana angkutan kayu jati dari Alas Donoloyo. Kayu jati Donoloyo ini bahan utama bangunan Karaton Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran. Pangeran Sambernyawa atau Sri Mangkunegara I tahun 1758 melekukan tapa kungkum di Kali Keduwang Wonogiri.
Kayu hayu hayat lambang urip urup. Cara menebang kayu jati Alas Donoloyo menggunakan sesaji dan ritual khusus. Sesaji dari Kraton Surakarta Hadiningrat dipersiapkan oleh abdi dalem Purwo kinanthi. Lantas diselenggarakan wilujengan yang dipimpin ulama Kraton. Semua peserta harus berbusana kejawen jangkep. Nyamping, beskap, blangkon, samir, keris, sabuk wala, sabuk timang untuk pria. Sanggulan, kebaya hitam dan nyampingan untuk putri. Khusus abdi dalem Purwo kinanthi berbusana kemben. Wilujengan selesai lalu kayu jati boleh ditebang. Dilakukan dengan hati hati. Jangan sampai sembrono. Bisa kuwalat. Ini pekerjaan yang diawasi oleh para leluhur.
Penebangan kayu jati selesai. Ada ritual baku. Sebelum diangkut lewat kali keduwang, harus tayuban. Tayub, ditata supaya guyub. Ledhek terpilih diundang untuk unjuk kebolehan. Mereka ledhek terpilih yang terampil nembang dan njoged. Hadirin mendapat kesempatan ngibing. Lagunya diawali dengan gendhing talu. Ayak srepeg sampak laras slendro pathet manyura berkumandang. Dilanjutkan dengan lagu ganda mastuti. Ketua panitia membawa sapu dan obor. Pengiring membawa sesaji makanan sambil berjoged. Diiringi gendhing kalaganjur. Satu per satu hadirin mendapat sampur kehormatan. Suasana regeng seneng nggayeng.
Kayu kentir atau hanyut di kali keduwang. Terus bersambung ke bengawan Solo. Tiba di Langenharjo Sukoharjo. Abdi dalem siap menjemput. Kayu diambil dan ditumpuk di Pelataran pesanggrahan Langenharjo yang megah indah dan mewah. Diselenggarakan rual kesenian dengan nanggap wayang. Lakonnya Babad Wonomarto. Dalang, wiyaga dan waranggana diberi atribut mastis, yakni sumping gajah oling. Atribut ini berfungsi untuk menolak balak dan gangguan makhluk halus yang tidak kasat mripat. Pagelaran wayang kulit semalam suntuk ini berlangsung meriah. Baru kayu diangkut dengan gerobak. Kusir gerobak didampingi tukang gerong yang pintar ura ura dan rengeng rengeng.
Bengawan Solo memiliki ritual yang menarik. Pada tahun 1839 Adipati Yudodiningrat, bupati Ngawi melakukan ritual tapa Ngeli di aliran Bengawan Solo. Beliau ndherek Sinuwun Surakarta. Karena berkaitan dengan eksistensi pusat kekuasaan Jawa. Raja Paku Buwono, berarti penguat dan pengikat jagad raya. Keberadaan air bengawan Solo juga dipasok dari Grojogan sewu bawah gunung Lawu. Air ini selalu digunakan untuk sesuci oleh Sinuwun Prabu Brawijaya, raja Majapahit kang sekti mandraguna,wicaksana alus ing budi.
C. Bengawan Solo Diapit Gunung Kendheng dan Gunung Renteng.
Lagu Bengawan Solo
Bengawan Solo, riwayatmu kini. Sedari dulu jadi perhatian insani. Musim kemarau tak seberapa airmu. Di musim hujan air meluap sampai jauh. Mata airmu dari Solo. Terkurung gunung seribu. Air meluap sampai jauh. Dan akhirnya ke laut. Itu perahu riwayatnya dulu. Kaum pedagang selalu. Naik itu perahu.
Komponis Gesang dengan tepat menggambarkan keadaan bengawan Solo. Lagu langgam keroncong ini telah mendunia. Di negeri Jepang, Korea, taiwan lagu ciptaan Gesang amat populer sejak pertengahan abad 20. Liriknya sederhana, tapi maknanya mengena. Karya asli anak bangsa yang menghadirkan rasa hormat dan bangga. Bisa digunakan sebagai kaca benggala buat generasi muda. Agar mau berusaha, bekerja dan berkarya.
Adipati Puwodiprojo Bupati Ngawi tahun 1887 sampai 1902 selalu menjalankan tapa kungkum. Tepi Bengawan Solo dijaga kebersihan. Jumlah air yang ditampung bengawan Solo berasal dari berbagai Kabupaten. Sukoharjo, Boyolali, Surakarta, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten atau SUBOSUKO WONOSRATEN. Di luar Solo raya menampung air dari Kabupaten Grobogan dan Blora. Lantas sebagian karesidenan Madiun, Ngawi, Ponorogo, Magetan. Masuk wilayah Kabupaten Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik dan Surabaya. Terakhir bengawan Solo bermuara ke selat Madura.
Sebelah kiri aliran bengawan Solo terdapat jajaran pegunungan Kendheng. Gunung ini kaya dengan tambang semen, kayu jati, minyak tanah, padi gogo dan burung perkutut. Serat Centhini karya Sinuwun Paku Buwono V raja Surakarta tahun 1820 sampai 1823. Kitab Jawa klasik membahas dengan rinci kekayaan gunung Kendheng. Sebelah kanan aliran bengawan Solo adalah jajaran pegunungan Renteng.
Lelagon gendhing menjadi sarana pembelajaran. Ada lagu anak anak yang bersuasana gembira terkenal pada tahun 1950.
Cepu Bojonegoro, lor Rembang kidul Blora. Mengetan Tuban. Babad lan Lamongan, Gresik Surabaya.
Lagu ini menggambarkan geografi lokal. Cocok sebagai bahan ajar untuk siswa SD. Cocok untuk pengenalan lingkungan dan geografi. Penyajian bahan ajar cocok dengan jiwa anak yang memerlukan nuansa estetis. Learning by playing, belajar sambil bermain. Konsep makarya sinambi ura ura.
Ternyata bengawan Solo menjadi penyangga kehidupan, kekayaan, kebudayaan dan kebajikan. Inilah ganjaran dari Tuhan. Semoga membuahkan kebagian bagi sekalian umat manusia. Tanah Jawa mulya ngejayeng jagad raya. Matur nuwun.
Ditulis oleh Dr Purwadi SS M.Hum. 17 Juni 2020
0 notes
celotehku · 3 years
Text
PERANG TRUNAJAYA: PERCATURAN RUMIT YANG MEMBINGUNGKAN BAGI VOC DAN SPEELMAN
Tumblr media
Oleh: Muhammad Rizki Taufan
Informasi lukisan: Portret van Cornelis Speelman, karya Abraham Bloteling, tahun 1670 (atau sesudahnya)
Sumber lukisan: Rijkmuseum, diperoleh pada tanggal 14 Januari 2021
Diwarna ulang secara manual oleh: Muhammad Rizki Taufan
Animasi oleh: My Heritage
(Bahkan dalam animasi tersebut, mimik wajah Speelman terlihat sangat kebingungan!)
Perang Trunajaya adalah episode yang cukup membingungkan bagi VOC, baik secara umum maupun secara pribadi yang dirasakan oleh Laksamana Cornelis Speelman. Bagaimana tidak? Perang yang awalnya dianggap sebagai "konflik kecil" saja, dengan cepat berubah menjadi badai mengerikan yang menghantam Tanah Jawa. Setidaknya, VOC memang harus mengambil langkah, karena perang ini sangat menentukan nasib Tanah Jawa hingga ratusan tahun mendatang. Terlebih, VOC merasa kedudukannya di Batavia semakin terancam dengan Perang Trunajaya yang berlangsung dahsyat, ditambah posisi Kesultanan Banten yang semakin siap siaga terhadap VOC.
Pemetaan politik dan militer harus segera dilakukan. Langkah pertama yang harus dilakukan VOC ialah mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang perang yang ketika itu masih berlangsung dengan skala kecil di Jawa Timur. Tetapi, VOC lebih banyak mendapatkan desas-desus yang amat simpang siur, daripada pemberitaan yang valid untuk dijadikan dasar bagi langkah yang akan segera diambil. Mau tidak mau, VOC harus memikirkan cara untuk dapat menyaring segala “ketidakjelasan” tersebut dan segera merangkumnya karena waktu semakin bergulir menghadirkan kejadian-kejadian yang semakin sulit untuk dihadapi. Sedikit salah langkah saja, akan mengantarkan VOC pada jurang kehancuran.
Berikut ialah hal-hal yang “tidak dimengerti” oleh VOC dan Speelman secara pribadi:
- Rangkaian perlawanan orang-orang Makassar di Jawa Timur pada awal dekade 1670-an, suatu hal yang belum dapat disimpulkan oleh VOC. Perpaduan antara berbagai berita yang saling bertentangan, ditambah dengan desas-desus yang tidak jelas mengenai intrik internal Kraton Mataram yang selalu dikait-kaitkan dengan kejadian ini. Saat itu, peran Pangeran Trunajaya masih belum nampak, walau rumor tentangnya sudah mulai terdengar. Sekali lagi, VOC masih belum berani menyimpulkan, apalagi memutuskan sesuatu tentangnya.
- Keterlibatan Madura telah semakin mengerucut secara nyata, sehingga VOC mulai dapat melihat percaturan yang segera menyeretnya secara langsung pada konflik yang mereka duga sebagai suatu hal “kecil” pada awalnya. Namun, VOC masih belum dapat memastikan pula, motif apa yang mendorong Pangeran Trunajaya melakukan aksinya yang begitu berani dan fenomenal itu.
- Medan peperangan semakin meluas. Pada tahun 1675 semakin banyak wilayah kota-kota pantai Mataram di kawasan timur yang jatuh pada kubu Trunajaya. Hal yang sungguh membingungkan, mengingat banyak dari kota-kota pantai Mataram yang dikenal kaya dan tangguh, dengan begitu mudahnya jatuh ke tangan pasukan Madura pimpinan seorang pangeran yang baru saja melejit karier dan namanya. Situasi ini semakin menyulitkan VOC untuk mencari informasi lebih lanjut, mengingat akses ke kota-kota pantai Mataram di kawasan timur sudah mulai terputus, sehingga mereka hanya bisa menonton saja kekuasaan Mataram yang sedang digerogoti dari timur.
- Keluh kesah Mataram semakin nyata, desas-desus mulai tergantikan dengan seruan untuk aksi langsung merebut kembali Jawa Timur yang telah dikuasai Trunajaya bersama armada Makassarnya. Dalam hal ini, VOC mulai berani mengambil langkah, karena mereka telah melihat pasukan Mataram yang mulai bergerak ke timur untuk operasi pembersihan. VOC pun menunjuk Poleman untuk melancarkan aksi ke daerah Demung. Pada April 1676 VOC mulai bergerak dan menyerang Demung. Pada pertempuran ini, agaknya sedikit menguntungkan VOC, karena mereka berhasil memukul mundur orang-orang Makassar dan menghancurkan basis pertahanan yang ada di sana. Poleman pun sempat berlayar ke Madura, karena ia mendengar Kraeng Galesong sedang berlindung di pulau itu. Ia juga berupaya mencari hubungan dengan Pangeran Trunajaya. Namun, keduanya tidak berhasil dilakukannya.
- Pertempuran Gegodog, atau Pertempuran Tuban telah berlangsung mengerikan pada 13 Oktober 1676 antara pasukan Mataram dan Trunajaya. Berita kekalahan yang begitu menggemparkan telah diterima VOC: 80.000 pasukan Mataram diluluhlantakkan oleh hanya 1.500 pasukan Madura-Makassar. Sungguh sulit dipercaya! Sungguh suatu hal yang semakin membuat VOC bingung untuk menentukan langkah selanjutnya.
- Dua buah surat sekaligus sampai di Batavia. Keduanya adalah “berita resmi” tentang pertempuran mengerikan di timur Tuban itu, langsung dari para pelaku dengan masing-masing sudut pandang. Surat dari Panembahan Maduretna dengan gembira memberitakan kemenangannya, agaknya hal ini merupakan sebuah gertakan terhadap VOC. Surat dari Pangeran Adipati Anom menceritakan kemalangan serta kekalahannya yang begitu menyedihkan dalam pertempuran tersebut. Tentunya, Pangeran Adipati Anom sangat berharap bantuan dari Batavia. Namun, kedua surat ini “belum ditanggapi” oleh VOC, karena mereka khawatir salah langkah.
- Gerakan Pangeran Trunajaya semakin mengejutkan. Pada akhir tahun 1676 pasukan ini telah mendekati Cirebon! Dengan demikian, VOC merasa sangat perlu untuk segera bertindak secara serius. Pada momen inilah, Cornelis Speelman muncul ke permukaan sebagai pemimpin armada yang awalnya hanya ditugaskan sebagai mediator. Berangkatlah armada VOC yang dipimpin oleh Speelman menuju Jepara pada Januari 1677.
- Merasa diberi amanat sebagai mediator, Speelman segera mengirimkan utusan pada kedua belah pihak. Speelman mengutus Piero untuk berangkat menemui Trunajaya di Madura, dan empat gelombang utusan dikirimkan ke istana Mataram. Ada pun tujuan pengiriman utusan ini sebagai undangan pada Pangeran Trunajaya untuk berunding ke Jepara, dan membicarakan berbagai kemungkinan dengan pihak Mataram. Speelman pun gagal meyakinkan Trunajaya untuk datang ke Jepara, oleh karenanya armada Speelman berangkat ke Surabaya, dengan harapan dapat berunding langsung dengan Pangeran Madura itu di sana.
- Speelman pun berangkat ke Surabaya pada April 1677, dan seperti yang kita ketahui bahwa markas besar serta “istana” Trunajaya pun terdapat di kota itu. Beberapa kali Speelman mengirimkan utusannya ke kediaman Trunajaya yang berlokasi di sekitar kantor Gubernur Jatim saat ini. Tujuannya ialah mengundang Trunajaya untuk datang berunding di kapal Speelman, tetapi undangan ini tidak dapat diterima Trunajaya, karena ia mengharapkan adanya perundingan di kawasan netral. Merasa gagal mengundang Pangeran Madura itu naik ke kapal VOC, Speelman pun memutuskan untuk mengundangnya kembali untuk berunding di tepi pantai Surabaya pada 24 April 1677. Undangan ini awalnya diterima baik oleh Pangeran Trunajaya, sehingga Speelman pun berangkat dengan penuh percaya diri menaiki sebuah perahu kecil dan segera merapat di tepi pantai yang telah ditetapkan sesuai undangan. Speelman menunggu dari pagi hingga hari petang, Trunajaya tidak datang, tentu perundingan ini terlalu mencurigakan bagi Trunajaya, dan memang sejatinya Pangeran Trunajaya tidak ingin berkoalisi dengan VOC. Namun rupanya Speelman kebingungan dengan sikap Pangeran Madura ini. Speelman masih mengharapkan perundingan ini dapat dilakukan, maka ia mengundang Trunajaya untuk berunding di Kamal, namun tidak ada jawaban yang diterima pihak VOC hingga 27 April 1677, maka dari itu deklarasi perang pun mulai digaungkan.
- Pertempuran Surabaya berlangsung sangat sengit. Speelman cukup kewalahan menghadapi pertahanan Trunajaya dengan perbentengan batu yang rumit, meriam-meriam yang sangat banyak, dan beberapa titik ranjau serta barikade di seluruh kota tepi sungai. Hingga akhirnya Speelman melihat titik lemah di daerah Ampel, sehingga pasukannya memulai aksinya dari titik itu. Pasukan Trunajaya pun berhasil dikalahkannya, dan mundur hingga ke Kediri sebagai pusat pertahanannya yang baru. Armada Speelman pun mulai menyisiri pantai Jawa Timur.
- Berdasarkan sebuah sidang dewan perang pada 3 Juli 1677, diputuskan bahwa operasi pembersihan juga perlu dilakukan hingga ke Madura, daerah asal Trunajaya. Speelman pun memimpin langsung pasukannya untuk mendarat di Madura. Awalnya mereka hanya memberikan ultimatum agar Madura dapat menyerah dan mengakui kembali Mataram, namun upaya ini gagal sehingga perang menjadi satu-satunya jalan keluar untuk mengambilalih Madura. Dimulai dengan Arosbaya yang mereka taklukkan dengan mudah, dilanjutkan menuju Socah dengan medan jalan yang begitu sulit, di Kwanyar pasukannya mengalami kekalahan, sempat tersesat karena tidak ada penunjuk jalan, dan ketika sampai di Kamal, ia mendapatkan sebuah berita yang tidak pernah ia duga-duga sebelumya, yakni hancurnya istana Plered oleh Pasukan Trunajaya.
- Kraton Plered telah jatuh. Suatu hal yang tidak pernah dibayangkan oleh pihak manapun, utamanya bagi VOC yang selalu yakin bahwa peperangan ini akan dimenangkan oleh Mataram. Ternyata semua harapan ini kandas, bagaimana mungkin sebuah kekuatan inti yang begitu kuat di pusat kerajaan, dapat dikalahkan oleh pasukan musuh yang tercerai berai di berbagai titik pulau Jawa. Bagaimanakah pandangan VOC terhadap kekalahan ini? Terlebih pandangan Speelman sebagai pemimpin ekspedisi ini? Tentunya mereka sempat meragukan kekalahan itu, bahkan seorang pembawa berita ini sampai dibunuh karena dianggap menyebarkan kabar hoax. Tetapi semua keraguan ini semakin menunjukkan sebuah kenyataan pahit bagi mereka, ditambah sebuah berita tentang wafatnya sang Raja Mataram, Susuhunan Amangkurat I. Semuanya semakin menghadapkan VOC pada kehampaan, peperangan ini terasa sia-sia, semuanya telah salah langkah. Pangeran Trunajaya, sang Panembahan Maduretna, telah muncul sebagai pemenang perang yang tidak pernah diduga-duga. Hal terburuk bagi VOC ialah, Pasukan Banten pun mulai terlibat langsung, yakni bergerak menduduki Priangan hingga Cirebon. Sunguh suatu malapetaka besar bagi VOC! Kota Batavia telah dikepung dari berbagai arah, kedudukan VOC benar-benar terancam karena perang dahsyat ini.
Peperangan memang tidak berhenti pada titik ini. Di akhir kisah, memang pihak Mataram – VOC lah yang menuai kemenangan akhir, bahkan Pangeran Trunajaya akhirnya berhasil dieksekusi secara kejam pada 2 Januari 1680. Walaupun kemenangan berhasil dicapai, namun peristiwa ini telah menyadarkan VOC, setidaknya pada awal perang hingga titik jatuhnya Plered sebagai suatu periodisasi percaturan politik serta militer yang terlalu rumit dipahami. Semuanya terjadi begitu saja, tidak dapat diprediksi secara akurat, bagaikan pancingan menuju jebakan kehancuran mahadahsyat yang tidak pernah terbayangkan. Bagaimana pun, peperangan ini adalah sejarah yang sangat mengerikan bagi VOC, mereka pun mencatatnya dan tidak pernah melupakannya. Sebuah perang mengerikan yang dipimpin oleh Panembahan Maduretna.
Referensi:
- Dagh Register 1670-1680
- Graaf, H.J. de. 1987. Runtuhnya Istana Mataram. Terjemahan. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
- Jonge, J.K.J. de. 1878. De Opkomst van het Nederlandsche gezag in Oost Indie, Zevende Deel. Gravenhage: Martinus Nijhoff, Amsterdam: Frederik Muller.
- Valentijn, F. 1726. Oud en Nieuw Oost Indies IV: Beschryving van Groot Djava , of te Java Major. Dordrecht & Amsterdam: Met Privilegie.
0 notes
pesantrenpandeglang · 5 years
Text
Para Wali Allah di Tanah Jawa
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan.
Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
1. Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid).
Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.
Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Ia juga membangun masjid sebagai tempat peribadatan pertama di tanah Jawa, yang sampai sekarang masjid tersebut menjadi masjid Jami’ Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2. Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-19 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah.
Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning.
Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera : Dewi Murtasiyah, Asyiqah, Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak,Pangeran Tumapel dan Raden Faqih) Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
3. Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam.
Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan boning.yang sering dihubungkan dengan namanya.
4. Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari NAbi Muhammad Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. Masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit.
Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam.
Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
5. Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad.
Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah.
Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa.
Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6. Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
7. Sunan Kalalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk.
Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
8. Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.dalam melaksanakan tugas dakwahnya sunan muraia malaksanakan dakwahnya di daerah gunung muria.
9. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja Siliwangi.
Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
10. Sunan Ngudung
Sunan Ngudung atau Sunan Undung  adalah seorang anggota Walisanga yang juga bertindak sebagai imam Masjid Demak pada pemerintahan Sultan Trenggana. Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan Kerajaan Majapahit.
Nama asli Sunan Ngudung adalah Raden Usman Haji, putra sunan gresik kakak sunan ampel Atau dengan kata lain, ia masih sepupu sunan bonang. Sunan Ngudung menikah dengan Nyi Ageng Maloka putri Sunan Ampel. Dari perkawinan tersebut lahir Raden Amir Haji, yang juga bernama Jakfar Shadiq alias Sunan kudus.
Sunan Ngudung diangkat sebagai imam Masajid demak menggantikan Sunan Bonang sekitar tahun 1520. Selain itu ia juga tergabung dalam anggota dewan Walisanga, yaitu suatu majelis dakwah agama islam di pulau jawa
11. Sunan Bayat
Sunan Bayat adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Ia terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga.
Makamnya terletak di perbukitan (“Gunung Jabalkat”) di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten. Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pula konon ia menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).
Facebook WhatsApp Twitter
from WordPress https://ift.tt/2nulcDL via IFTTT
0 notes
ghostzali2011 · 6 years
Link
sportourism.id – Bagi umat muslim Indonesia, Kota Tuban pasti sudah tidak asing lagi. Khususnya bagi yang suka wisata ziarah. 
Ya, Kota Tuban adalah salah satu tujuan bagi peziarah. Di sana terdapat makam Sunan Bonang, salah satu tokoh dalam Walisongo. Selain itu, Kota Tuban juga memiliki berbagai destinasi wisata religi. 
Letak kotanya sangat strategis. Kota ini masuk dalam perlintasan jalur pantai utara (Pantura) Pulau Jawa. Menjadi wilayah perbatasan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah. Tuban juga dikelilingi pantai yang membentang di sepanjang jalan provinsi. Nuansa Islami begitu kental di sini.
"Tuban menjadi salah satu kota yang sangat direkomendasikan bagi anda yang ingin berwisata religi. Sebagai salah satu Kota Wali, Tuban menawarkan berbagai destinasi wisata religi yang sangat menarik. Dan ini sangat pas dikunjungi saat Bulan Suci Ramadan seperti sekarang ini," ujar Kepala Bidang Pemasaran Area I Kementerian Pariwisata, Wawan Gunawan, Sabtu (19/5).
Destinasi utamanya tentu Makam Sunan Bonang. Sebagai salah satu dari Walisongo, Makam Sunan Bonang tidak pernah sepi pengunjung. Laksana air sungai yang mengalir tiada henti, peziarah selalu datang memadati makam. Peziarah yang datang pun tak hanya dari warga lokal saja. Namun lebih dari itu, warga dari berbagai daerah di Pulau Jawa, hingga luar Jawa.
"Ini merupakan salah satu potensi besar dari wisata religi. Perputaran perekonomian masyarakat sudah pasti ikut terdongkrak. Pasalnya para peziarah ini juga akan membeli souvenir untuk oleh-oleh. Begitu juga sektor kuliner yang ada di sekitarnya. Dan tentunya destinasi wisata lainnya di Kota Tuban juga ikut terangkat," kata Wawan.
Selanjutnya, ada Masjid Agung Tuban. Masjid ini sendiri memiliki peranan penting. Pasalnya Sunan Bonang memulai syiar Islam dari masjid ini. Masjid ini dibangun ketika masa pemerintahan Adipati Raden Ario Tedjo yang merupakan bupati Tuban ke-7. Letaknya persis bersebelahan dengan makam Sunan Bonang.
Ornamen masjid ini begitu cantik, berbalut dengan polesan yang begitu detail. Lantainya dari keramik yang indah. Temboknya penuh dengan ukiran. Kubah dan pilarnya pun dicat warna-warni menambah kewahan masjid ini.
"Bangunan masjid ini begitu indah. Arsitekturnya unik, bergaya ala bangunan masjid dalam dongeng 1001 malam. Destinasi yang pas untuk dikunjungi selepas berziarah ke Makam Sunan Bonang," imbuh Wawan.
Selain itu Tuban juga memiliki Masjid unik yang berada di perut bumi. Namanya masjid Aschabul Kahfi Perut Bumi Al Maghribi. Masjid ini pun menjadi destinasi wajib bagi para peziarah. Namanya pun begitu tenar di kalangan para peziarah yang sering menyambangi jalur Pantura.
Masjid yang terletak di Jalan Gedungombo, Semanding, Tuban tersebut memiliki arsitektur yang menarik. Bagian depan masjid terlihat begitu mencolok dengan perpaduan warna-warni terang. Dipadu dengan ukiran kaligrafi yang dikombinasikan dengan aksara Jawa.
Bagian kubah juga dibuat dengan unsur seni yang begitu khas. Dilukis penuh dengan goresan ayat-ayat Alquran. Berada di sebuah goa, tentunya Masjid ini memiliki keindahan tersendiri karena pengunjung yang masuk akan disuguhkan dengan bongkahan-bongkahan stalagmit dan stalaktit yang telah kering. Sangat Instagramable berpadu dengan warna warni lampu yang ada di dalam masjid.
"Masjid ini merupakan bagian yang terpisahkan dari Pondok Pesantren Aschabul Kahfi pimpinan KH Subhan. Berkat ide kreatif beliau goa tandus yang tadinya tidak terpakai disulap menjadi sebuah masjid yang cantik dan kini difungsikan sebagai Islamic Centre," ujar Wawan Gunawan yang juga seorang Dalang Wayang Ajen itu.
Dan itu merupakan sebagian dari beberapa destinasi religi lainnya di Tuban. Karena di Tuban masih banyak terdapat makam ulama-ulama besar yang berpengaruh dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
Ada juga Makam Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi. Yang tak lain ayahanda dari Sunan Ampel. Juga Makam Sunan Bejagung Lor yang merupakan adik dari Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi. Makam Sunan Bejagung Kidul, serta Makam Sunan Geseng atau Kyai Cokrojoyo yang merupakan murid Sunan Kalijaga.
"Ada juga Goa Akbar yang dipercaya pernah menjadi tempat Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang bertapa. Dengan seluruh potensi wisata religi ini sangat wajar Tuban saat ini menjadi salah satu tujuan utama wisata religi di Indonesia," pungkas Ki Dalang Wawan.
Menteri Pariwisata Arief Yahya juga ikut angkat bicara. Potensi wisata religi Tuban sangat tinggi, dan ini merupakan sebuah keuntungan tersendiri bagi Tuban bahkan disaat Ramadan sekalipun.
"Saat bulan Ramadan itu terjadi penurunan kunjungan wisatawan. Tetapi hal ini berbeda di daerah-daerah wisata religi seperti Tuban. Untuk Wisnus, kami yakin ada wisata religi seperti Ziarah Wali Songo di Pantura, dari Cirebon, Demak, Kudus, Tuban, sampai Surabaya, sudah pasti ramai. Di Jawa Timur juga banyak tokoh-tokoh yang menjadi destinasi wisata religi,” kata Arief Yahya.
Menpar menyampaikan jika Ramadan merupakan momentum yang tepat untuk mengajak para wisatawan menikmati paket-paket wisata Ramadan, sekaligus mengajak wisatawan untuk mulai merencanakan kunjungan destinasi lebaran. Salah satu destinasi yang bisa dinikmati adalah destinasi wisata minat khusus, yakni wisata religi guna menyambut libur lebaran bulan depan.
"Hadirnya bulan suci Ramadan ini menjadi momen yang sangat tepat untuk memperkenalkan wisatawan dengan berbagai atraksi khas Ramadan. Selain itu, kami juga akan menawarkan beberapa paket wisata Ramadan ke beberapa destinasi di Indonesia yang tergabung dalam program Pesona Wisata Ramadan 2018," kata Menpar Arief Yahya. (*)
via SPORTOURISM.ID
0 notes
Photo
Tumblr media
Konon,Pangeran Ronggolawe, putra Adipati Tuban yang melakukan pemberontakan terhadap Majapahit bisa menghilang setelah bersembunyi di akar Pohon Koang saat dikepung pasukan kerajaan. Kesaktian sang pangeran itu berkat keris Megolemet, nama yang kini melekat di kawasan hutan Desa Begaganlimo.. #village#desabegaganlimo#ficus#legend#jungle#weird#camp (at Pacet, Jawa Timur, Indonesia)
0 notes
carinapayue-blog · 6 years
Text
Pemilik Akun Facebook Penghina Bupati Tuban Terancam Diciduk, Polisi Janji Minggu ini Dilidik
Carina Payue Pemilik Akun Facebook Penghina Bupati Tuban Terancam Diciduk, Polisi Janji Minggu ini Dilidik Artikel Baru Nih Artikel Tentang Pemilik Akun Facebook Penghina Bupati Tuban Terancam Diciduk, Polisi Janji Minggu ini Dilidik Pencarian Artikel Tentang Berita Pemilik Akun Facebook Penghina Bupati Tuban Terancam Diciduk, Polisi Janji Minggu ini Dilidik Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Pemilik Akun Facebook Penghina Bupati Tuban Terancam Diciduk, Polisi Janji Minggu ini Dilidik Satreskrim Polres Tuban menerima pengaduan kasus dugaan ujaran kebencian atas nama akun Facebook Adipati Ketiban Ondo. http://www.unikbaca.com
0 notes
mzuhdymcorp · 7 years
Text
Para Wali Allah Di Tanah Jawa
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
  1.Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
  Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Ia juga membangun masjid sebagai tempat peribadatan pertama di tanah Jawa, yang sampai sekarang masjid tersebut menjadi masjid Jami’ Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2.Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-19 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak,Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
3.Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan boning.yang sering dihubungkan dengan namanya.
4.Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari NAbi Muhammad Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
5.Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6.Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
7.Sunan Kalalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
8.Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.dalam melaksanakan tugas dakwahnya sunan muraia malaksanakan dakwahnya di daerah gunung muria.
9.Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja Siliwangi. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
10.Sunan Ngudung
Sunan Ngudung atau Sunan Undung  adalah seorang anggota Walisanga yang juga bertindak sebagai imam Masjid Demak pada pemerintahan Sultan Trenggana.. Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan Kerajaan Majapahit. Nama asli Sunan Ngudung adalah Raden Usman Haji, putra sunan gresik kakak sunan ampel Atau dengan kata lain, ia masih sepupu sunan bonang. Sunan Ngudung menikah dengan Nyi Ageng Maloka putri Sunan Ampel. Dari perkawinan tersebut lahir Raden Amir Haji, yang juga bernama Jakfar Shadiq alias Sunan kudus.
Sunan Ngudung diangkat sebagai imam Masajid demak menggantikan Sunan Bonang sekitar tahun 1520. Selain itu ia juga tergabung dalam anggota dewan Walisanga, yaitu suatu majelis dakwah agama islam di pulau jawa
11.Sunan Bayat
Sunan Bayat adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Ia terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga. Makamnya terletak di perbukitan (“Gunung Jabalkat”) di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten. Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pula konon ia menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).
rafigsw28
from Para Wali Allah Di Tanah Jawa
0 notes
pesantrenpandeglang · 7 years
Text
Para Wali Allah Di Tanah Jawa
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
  1.Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
  Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Ia juga membangun masjid sebagai tempat peribadatan pertama di tanah Jawa, yang sampai sekarang masjid tersebut menjadi masjid Jami’ Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2.Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-19 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak,Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
3.Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan boning.yang sering dihubungkan dengan namanya.
4.Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari NAbi Muhammad Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
5.Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6.Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
7.Sunan Kalalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
8.Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.dalam melaksanakan tugas dakwahnya sunan muraia malaksanakan dakwahnya di daerah gunung muria.
9.Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja Siliwangi. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
10.Sunan Ngudung
Sunan Ngudung atau Sunan Undung  adalah seorang anggota Walisanga yang juga bertindak sebagai imam Masjid Demak pada pemerintahan Sultan Trenggana.. Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan Kerajaan Majapahit. Nama asli Sunan Ngudung adalah Raden Usman Haji, putra sunan gresik kakak sunan ampel Atau dengan kata lain, ia masih sepupu sunan bonang. Sunan Ngudung menikah dengan Nyi Ageng Maloka putri Sunan Ampel. Dari perkawinan tersebut lahir Raden Amir Haji, yang juga bernama Jakfar Shadiq alias Sunan kudus.
Sunan Ngudung diangkat sebagai imam Masajid demak menggantikan Sunan Bonang sekitar tahun 1520. Selain itu ia juga tergabung dalam anggota dewan Walisanga, yaitu suatu majelis dakwah agama islam di pulau jawa
11.Sunan Bayat
Sunan Bayat adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Ia terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga. Makamnya terletak di perbukitan (“Gunung Jabalkat”) di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten. Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pula konon ia menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).
rafigsw28
from WordPress http://ift.tt/2kr3xaQ via IFTTT
0 notes
Text
Para Wali Allah Di Tanah Jawa
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
  1.Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
  Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Ia juga membangun masjid sebagai tempat peribadatan pertama di tanah Jawa, yang sampai sekarang masjid tersebut menjadi masjid Jami’ Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2.Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-19 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak,Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
3.Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan boning.yang sering dihubungkan dengan namanya.
4.Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari NAbi Muhammad Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
5.Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6.Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
7.Sunan Kalalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
8.Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.dalam melaksanakan tugas dakwahnya sunan muraia malaksanakan dakwahnya di daerah gunung muria.
9.Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja Siliwangi. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
10.Sunan Ngudung
Sunan Ngudung atau Sunan Undung  adalah seorang anggota Walisanga yang juga bertindak sebagai imam Masjid Demak pada pemerintahan Sultan Trenggana.. Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan Kerajaan Majapahit. Nama asli Sunan Ngudung adalah Raden Usman Haji, putra sunan gresik kakak sunan ampel Atau dengan kata lain, ia masih sepupu sunan bonang. Sunan Ngudung menikah dengan Nyi Ageng Maloka putri Sunan Ampel. Dari perkawinan tersebut lahir Raden Amir Haji, yang juga bernama Jakfar Shadiq alias Sunan kudus.
Sunan Ngudung diangkat sebagai imam Masajid demak menggantikan Sunan Bonang sekitar tahun 1520. Selain itu ia juga tergabung dalam anggota dewan Walisanga, yaitu suatu majelis dakwah agama islam di pulau jawa
11.Sunan Bayat
Sunan Bayat adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Ia terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga. Makamnya terletak di perbukitan (“Gunung Jabalkat”) di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten. Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pula konon ia menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).
  from Para Wali Allah Di Tanah Jawa
0 notes
pondokpesantren · 7 years
Text
Para Wali Allah Di Tanah Jawa
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
  1.Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
  Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Ia juga membangun masjid sebagai tempat peribadatan pertama di tanah Jawa, yang sampai sekarang masjid tersebut menjadi masjid Jami’ Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2.Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-19 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak,Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
3.Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan boning.yang sering dihubungkan dengan namanya.
4.Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari NAbi Muhammad Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
5.Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6.Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
7.Sunan Kalalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
8.Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.dalam melaksanakan tugas dakwahnya sunan muraia malaksanakan dakwahnya di daerah gunung muria.
9.Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja Siliwangi. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
10.Sunan Ngudung
Sunan Ngudung atau Sunan Undung  adalah seorang anggota Walisanga yang juga bertindak sebagai imam Masjid Demak pada pemerintahan Sultan Trenggana.. Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan Kerajaan Majapahit. Nama asli Sunan Ngudung adalah Raden Usman Haji, putra sunan gresik kakak sunan ampel Atau dengan kata lain, ia masih sepupu sunan bonang. Sunan Ngudung menikah dengan Nyi Ageng Maloka putri Sunan Ampel. Dari perkawinan tersebut lahir Raden Amir Haji, yang juga bernama Jakfar Shadiq alias Sunan kudus.
Sunan Ngudung diangkat sebagai imam Masajid demak menggantikan Sunan Bonang sekitar tahun 1520. Selain itu ia juga tergabung dalam anggota dewan Walisanga, yaitu suatu majelis dakwah agama islam di pulau jawa
11.Sunan Bayat
Sunan Bayat adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Ia terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga. Makamnya terletak di perbukitan (“Gunung Jabalkat”) di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten. Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pula konon ia menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).
rafigsw28
from Para Wali Allah Di Tanah Jawa
0 notes
sdislamdarunnjah · 7 years
Text
Para Wali Allah Di Tanah Jawa
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
  1.Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
  Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Ia juga membangun masjid sebagai tempat peribadatan pertama di tanah Jawa, yang sampai sekarang masjid tersebut menjadi masjid Jami’ Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2.Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-19 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak,Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
3.Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan boning.yang sering dihubungkan dengan namanya.
4.Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari NAbi Muhammad Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
5.Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6.Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
7.Sunan Kalalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
8.Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.dalam melaksanakan tugas dakwahnya sunan muraia malaksanakan dakwahnya di daerah gunung muria.
9.Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja Siliwangi. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
10.Sunan Ngudung
Sunan Ngudung atau Sunan Undung  adalah seorang anggota Walisanga yang juga bertindak sebagai imam Masjid Demak pada pemerintahan Sultan Trenggana.. Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan Kerajaan Majapahit. Nama asli Sunan Ngudung adalah Raden Usman Haji, putra sunan gresik kakak sunan ampel Atau dengan kata lain, ia masih sepupu sunan bonang. Sunan Ngudung menikah dengan Nyi Ageng Maloka putri Sunan Ampel. Dari perkawinan tersebut lahir Raden Amir Haji, yang juga bernama Jakfar Shadiq alias Sunan kudus.
Sunan Ngudung diangkat sebagai imam Masajid demak menggantikan Sunan Bonang sekitar tahun 1520. Selain itu ia juga tergabung dalam anggota dewan Walisanga, yaitu suatu majelis dakwah agama islam di pulau jawa
11.Sunan Bayat
Sunan Bayat adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Ia terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga. Makamnya terletak di perbukitan (“Gunung Jabalkat”) di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten. Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pula konon ia menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).
rafigsw28
from Para Wali Allah Di Tanah Jawa
0 notes
risangsaniscara · 7 years
Text
Rindu
Saya boleh rindu kamu?
Ga boleh juga saya tetap rindu
Sekali kali boleh kita jadi rebel. Apa lagi soal cinta, banyak kok yang gitu. Gelar dan idayu saja berani melawan adipati tuban. Upasara dan gayatri malah parah, kalagemet dia lawan. Hmmm tapi saya ga mau bicarakan soal mereka kok. Sama mau bicarakan kamu. Saya mau bilang saya rindu.
0 notes