Tumgik
#wilayah perdikan
maestromediacoid · 2 years
Text
Biografi Sunan Drajat (Raden Qasim)
Biografi Sunan Drajat (Raden Qasim)
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. Masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan Drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
tessaviana · 2 years
Text
Babad Ki Ageng Mangir
Tumblr media
Babad Ki Ageng Mangir menceritakan tentang intrik politik istana demi melanggengkan kuasa Keraton Mataram yang dipimpin oleh Senopati. Mataram dibawah Senopati terhitung dalam kerajaan yang besar. Banyak daerah yang mengakui kekuasaan Mataram dibawah Senopati. Namun dari semua daerah yang mengakuinya, Senopati merasa harus menundukkan Ki Ageng Mangir. Seluruh keturunan dari Ki Ageng Mangir dikenal teguh dalam memegang pendirian untuk tidak menjadi pengikut Senopati. Senopati merasa belum puas jika tidak bisa menunjukkan Mangir. Terlebih lagi dengan adanya pusaka Kyai Baruklinthing yang terkenal sakti membuat Senopati semakin tidak mau gegabah dalam melawan Mangir.
Pada zaman dahulu di Desa Mangiran, atau pada saat itu disebut juga dengan Kademangan Mangiran, ada seorang tokoh yang dikenal dengan nama Ki Ageng Mangir Wonoboyo. Tidak jauh dari wilayah itu ada seorang Raja besar yang bernama Panembahan Senopati yang berkuasa di Kota Gede Mataram. Panembahan Senopati sudah melebarkan wilayah kekuasaannya ke daerah jawa Timur dan sebagian Jawa barat. namun sebuah Kademangan yang tidak jauh dari wilayahnya dengan terang-terangan menolak kebesaran Senopati selaku Raja Mataram. Ki Ageng Mangir menolak untuk tunduk kepada Panembahan Senopati dikarenakan desa mangiran, yang sekarang dikenal dengan kabupaten bantul, pada waktu itu adalah wilayah perdikan, yang artinya tanah merdeka. karena itu, layaklah jika Ki Ageng Mangir menolak memberikan upeti kepada Senopati.
Dikisahkan selanjutnya Ki Ageng mangir memiliki sebuah pisau, sederhana bentuknya, tidak terlalu besar ukurannya, mirip dengan sebuah pisau dapur. namun sesungguhnya, di dalam pisau tersebut terdapat sebuah kekuatan yang luar biasa. oleh karena itu, tatkala seorang warga desa yang berrnama Rara Jewgong, dia seorang perempuan cantik dan masih perawan datang ke kademangan untuk meminjam pisau itu, Ki Ageng Mangir tidak segera memberikannya. Setelah rara Jlegong menjelaskan bahwa ia memerlukan pisau itu untuk menyiapkan upacara bersih desa, permintaan itu diluluskannya dengan catatan berhati-hati. Pisau tersebut tidak boleh diletakkan di pangkuan seorang perawan. Sarinem bersedia memenuhi syarat itu, dan segera meninggalkan kademangan setelah mendapatkan pisau yang diperlukan.
Seperti biasanya pada saat ada upacara bersih desa, semua warga datang dan berkumpul untuk memasak makanan dan menyiapkan pembungkus makanan itu, baik dari daun pisang maupun daun pohon jati. saat sibuk menyiapkan masakan, tanpa disengaja pisau sakti Ki Ageng Mangir diletakkan di pangkuan Rara Jlegong dan seketika langsung lenyap. ternyata, secara gaib pisau itu masuk ke dalam perut sarinem.mengetahui hal tersebut, sarinem sangat ketakutan. Yang dibayangkan tak lain adalah Ki Ageng Mangir pasti sangat marah. perlahan wajah Rara Jlegong mulai pucat dan akhirnya pingsan. Para warga didekatnya lalu menolongnya. Tatkala Ki Tali Wangsa, ayah Rara Jlegong mengetahui peristiwa tersebut lalu melapor kepada Ki Ageng Mangir. mendengar hal tersebut, Ki Ageng Mangir hanya tersenyum. Ki Ageng Mangir lalu berjanji kepada Ki Tali Wangsa untuk segera mengatasi masalah tersebut dengan cara mengambil Rara Jlegong sebagai istri. Karena kekuatan pisau sakti Ki Ageng Mangir mampu menjadikan perempuan perawan menjadi punya anak kalau pisau tersebut diletakkan di pangkuan seorang perawan.
Beberapa hari setelah upacara pernikahan merea usai, Ki Ageng Mangir memutuskan untuk bertapa. Ki Jagabaya diutus sebagai penanggung jawab keamanan kademangan dan diangkat untuk menjadi peengganti Ki Ageng Mangir untuk sementara. Ki Tali Wangsa, Ki Jaran Tirta, dan beberapa orang lain diminta untuk tinggal di kademangan selama Ki Ageng Mangir bertapa.
9 bulan berselang semenjak peristiwa aneh itu terjadi, tibalah Rara Jlegong untuk melahirkan. Pada saat itu di langit bulan bulat, di tengah keheningan malam tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Bayi yang dikandung Rara Jlegong lahir. Namun bayi itu berwujud seekor naga. Seluruh desa terhenyak, para penduduk was-was. terlihat Ki Tali Wangs aterpukul emngetahui cucunya seekor naga. Namun Rara Jlegong tetap tenag-tenagn saja. Dengan kasih sayang naga itu diciumi dan dibelailayaknya seorang ibu menyayangi anaknya. Pada suatu malam Rara Jlegong tampak bersedih. ketika naga itu menanyakan kenapa ibunya bersedih. Dijawabnya bahwa ia sudah sangat rindau kepada suaminya, Ki Ageng Mangir. sarinem lalu menceritakan kepada adanknya mengenai sosok ayahnya itu. Selesai bercerita, si naga mengajukan usul untuk mencari ayahnya yang sedang bertapa. Sebagai anak, dia juga ingin sekali menghaturkan sembah dan bukti kepada ayahnya.
Rara Jlegong tidak setuju, namun si naga terus saja merengek. Akhirnya permintaan itu dituruti oleh Rara Jlegong. Hanya saja si naga harus mempunyai nama sebelum pergi dalam perjalanan itu. lau Rara Jlegong memberi nama si naga dengan nama Baru Klinting. Baru Klinting memulai perjalannya berangkat dari Kademangan Mangiran menuju Kali Progo. begitu tiba di pinggir kali, Baru Klinting segera menceburkan dirinya ke dalam sungai. Seketika itu juga, ia berubah menjadi seekor naga raksasa, matanya lebar, dengan tubuhnya yang bersisik emas, tarinngnya juga sangat tajam dan mempunyai sepasang tanduk yang sangat runcing.
Baru Klinting yang baru berubah itu mengeluarkan suara yang amat mengerikan. penduduk banyak yang bertanya-tanya, suara apa gerangan hingga mampu mengguncangka pepohonan dan membuat atap rumah dari rumbai berderak-derak. Dalam waktu singkat, Baru Klinting yang mudah lapar itu baru saja menelan dua orang tukang perahu yang biasa menjual jasa kepada mereka yang ingin menyebrang ke Kali Progo. Cerita mengenai Baru Klinting dengan cepat beredar luas. kecemasan mebghantui seluruh penduduk. Ki Ageng Mangir pun mendengar kabar tersebut dan sudah menduga bahwa naga baru Klinting pastilah bayi yang dikandung oleh Rara Jlegong. Baru Klinting adalah perubahan bentuk pisau dapur yang semula sederhana dan masuk ke dalam perut Sarinem. Baru Klinting terus saja membuat ulah, tidak hanya mengacau tetapi dia juga membunuh dan memakan manusia.Terbayang di benak Ki Ageng mangir, jika dia tidak segera bertindak, pasti pasukan Mataram bahkan Pajang akan datang menggempur puteranya itu. Selain itu dia juga akan ditangkap dan diadili karena diduga sebagai gembongnya perusuh dan membuat rakyat sengsara.
Lalu pada suatu malam, Ki Ageng Mangir keluar dari tempat pertapannya di lereng gunung Merapi, berjalan ke arah selatan mengikuti aliran Kali Progo hingga akhirrnya Ki Ageng mangir dipertemukan dengan Baru Klinting. Baru Klinting kaget menghadapi manusia ini, yang tidak lain adalah ayahnya, Ki Ageng mangir. penampilannya luar biasa, pembawaannya tenag, tutur katanya sederhana dan sopan, namun mempunyai wibawa yang luar biasa. Baru Klinting pun lalu bersujud dan berharap dia diakui sebagai anak.
Akan tetapi Ki Ageng Mangir tidak bisa menerimanya, karena Baru Klinting sudah membuat malapetakan di berbagai tempat. Namun Ki Ageng Mangir memberikan syarat kepada Baru Klinting kalau dia mau diangkat sebagai anak. Syarat itu adalah jika panjang tubuh Baru Klinting mampu mengelilingi perut gunung Merapi, barulah sujudnya diterima.
Baru Klintinng lalu menyanggupi syarat tersebut. Namun, perut gunung Merapi sangatlah besar sehingga memaksa Baru Klintimg untuk merenggangkan badannya begitu kuat agar ekor dan moncongnya dapat bersentuhan. Ketika tinggal satu meter usaha tersebut hampr saja tercapai, Baru Kinting mulai putus asa. Jia ia terus saja memaksakan rentangannya, tubuhnya akan putus.Hal itu menjadikan Baru Klinting menjulurkan lidahnya tanpa diketahui oleh Ki Ageng mangir. Namun Ki Ageng mangir mengetahui hal itu dan dengan kuat menghantamkan tangannya ke lidah naga Bru Klinting hingga dia berteriak kesakitan. Akibat pukulan itu, lidah Baru Klinting putus dan berubah menjadi mata tombak.kepala, tubuh, dan ekor Baru Klinting berubah menjadi sebatang kayu. Ki Ageng Mangir lalu memungut mata tombak dan sebatang kayu tadi untuk segera dipasangkan menjadi sebuah senjata tombak yang ampuh dengan nama tombak Baru Klinting. Dalam perjalanan pulang ke Kademangan, Ki Ageng Mangir mendapat bisikan gaib, "Aku akan setia mengabdi kepadamu," begitu bunyi bisikan gaib itu. Tombak itu menjadi senjata ampuh Ki Ageng mangir, terbukti kemudian, walau Panembahan Senopati mempunyai tombak Kiai Plered yang ampuh, namun ia tak mampu menaklukkan daerah Mangir yang dianggap mbalela.
Daftar Pustaka
Purwadi. 2014. Babad Ki Ageng Mangir. Yogyakarta: Narasi.
W. J. S. Poerwadarminta. 1939. Baoesastra Djawa J.B. Walters Utgevers Maatschappij. Batavia: Groningen
0 notes
badass-traveler · 4 years
Photo
Tumblr media
Prasasti Plumpungan (juga disebut Prasasti Hampran) adalah prasasti yang tertulis dalam batu besar berjenis andesit berukuran panjang 170 cm dan lebar 160 cm dengan garis lingkar 5 meter. Prasasti ini ditemukan di Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo. Prasasti berangka tahun 750 Masehi ini dipercaya sebagai asal mula kota Salatiga. Isi Prasasti Plumpungan ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan bahasa Sanskerta. Tulisannya ditatah dalam petak persegi empat bergaris ganda yang menjorok ke dalam dan keluar pada setiap sudutnya. Dengan demikian, pemberian tanah perdikan (daerah bebas pajak) merupakan peristiwa yang sangat istimewa dan langka, karena hanya diberikan kepada desa-desa yang benar-benar berjasa kepada raja. Untuk mengabadikan peristiwa itu maka raja menulis dalam Prasasti Plumpungan Srir Astu Swasti Prajabhyah, yang artinya: "Semoga Bahagia, Selamatlah Rakyat Sekalian". Ditulis pada hari Jumat, tanggal 24 Juli tahun 750 Masehi. Perdikan artinya suatu daerah dalam wilayah kerajaan tertentu. Daerah ini dibebaskan dari segala kewajiban pajak atau upeti karena daerah tersebut memiliki kekhususan tertentu, daerah tersebut harus digunakan sesuai dengan kekhususan yang dimiliki. Wilayah perdikan diberikan oleh Raja Bhanu meliputi Salatiga dan sekitarnya. Menurut sejarahnya, di dalam Prasasti Plumpungan berisi ketetapan hukum, yaitu suatu ketetapan status tanah perdikan atau swantantra bagi Desa Hampra. Pada zamannya, penetapan ketentuan Prasasti Plumpungan ini merupakan peristiwa yang sangat penting, khususnya bagi masyarakat di daerah Hampra. Penetapan prasasti merupakan titik tolak berdirinya daerah Hampra secara resmi sebagai daerah perdikan atau swantantra. Desa Hampra tempat prasasti itu berada, kini masuk wilayah administrasi Kota Salatiga. Dengan demikian daerah Hampra yang diberi status sebagai daerah perdikan yang bebas pajak pada zaman pembuatan prasasti itu adalah daerah Salatiga sekarang ini. (Sumber: Wikipedia) #wander #landscape #discover #explore #thegoodquote #day #travel #nature #wild #wanderlust #mood #journey #reminder #outdoor #salatiga #exploresalatiga #jatengheritage #historicallandmark #heritage #prasastiplumpungan (at Prasasti Plumpungan) https://www.instagram.com/p/CEg29LQDwY5/?igshid=1a4dwb163lg09
1 note · View note
celotehku · 2 years
Text
"TERNADINYA PERANG SAUDARA ANTARA KERAJAAN JANGGALA DAN KERAJAAN DAHA ATAU KADIRI SETELAH LENGSERNYA AIRLANGGA".
Sebelum turun tahta pada tahun 964 Saka atau 1042 (seribu empat puluh dua) Masehi, ia dihadapkan pada msalah yang pelik yakni perebutan takhta kekuasaan antara kedua putranya. Maka untuk meredam masalah tersebut ia memerintahkan Mpu Bharada untuk membagi Kerajaannya (Kahuripan) menjadi dua yang dinamakan Janggala dan Kadiri.
Kejadian ini diperkuat dalam dua prasasti sebut saja. :
1. Prasasti Pucangan.
2. Prasasti Turun Hyang II.
Kemudian masing-masing diberikan kepada putranya. Namun dasarnya sudah tidak cocok per- seteruan itu tetap berlangsung, malah berlanjut jadi sebuah peperangan. Janggala dipimpin olehbrajanya yang bernama Mapanji Garasakan dan Kadiri (sekarang disebut Kediri) juga dipimpin oleh rajanya Sri Samara Wijaya yang bergelar Sri Samara wijaya Dharmasuparnawahana Teguh Uttunggadewa.
Keduanya tak pernah berhenti melakukan perang, saling berebut kekuasaan, serta saling mengalahkan satu sama lainnya. Inisiatif Airlangga melaksalan pembelahan kerajaan sebelum-ma mangkat terkesan percuma saja alias sia-sia tidak ada gunanya. Ternyata dua putra Airlangga itu tidak berasal dari ibu yang sama, artinya tidak satu kandung. Mapanji Garasakan berasal dari isteri kedua, sementara Sri Samara Wijaya berasal dari isteri pertama (permaisuri).
Adanya unsur nama "Teguh" pada gelar Sri SamaraWijaya itulah yang menunjukkan bahwa ia berasal dan dilahirkan dari isteri pertama*.
*) Sofyan Hadi,"Runtuhnya Kerajaan-Kerajaan-Kerajaan Hindu di Jawa dan Sumatra" (Jakarta, Laksana Triandita, 2007, hlm.44).
Kenyataannya Airlangga pada waktu memerintah Kerajaan Kahuripan diduga memiliki dua orang is- teri, walaupun hal ini tidak tidak diungkapkan da- lam beberapa prasasti. Dan dugaan itu semakin kuat manakala ditemukannya dua patung wanita pada Candi Belahan dilereng Gunung Penanggungan yang diyakini sebagai tempat pendarmaan Airlangga.
Diduga karena berasal dari ibu yang berbeda itulah perang tidak pernah berakhir hingga salah satu ada yang runtuh. Pada mulanya kemenangan di raih pihak Janggala, hal ini dibuktikan dalam pernyatakan Prasasti Turun Hyang. Prasasti ini menyatakan bahwa pada tahun 996 (semby ratus sembilan puluh enam) Saka atau 1044 (seribu emPat puluh empat) Masehi , Mapanji Garasakan menetapkan desa Turun Hyang sebagai wilayah Simaswatantra atau perdikan, karena para pemuka desatersebut setia mengerahkan penduduk untuk membantu Janggala melawan Kadiri.
Delapan tahun kemudian, atau tepatnya pada tahun 974 (sembilan ratus tujuh puluh empat) Saka atau 1052 (seriby lima i dua) Masehi, kemenangan juga diraih pihak Janggala. Hal ini terbukti dengan adanya pernyataan dam Prasasti Malenga, yang mengungkapkan bahwa Mapanji Garasakan memberi anugerah untuk desa Malenga karena sudah membantu Janggala mengalahkan Aji Linggajaya, Raja Tanjung yang merupakan bawahan Kadiri.
Kerajaan Janggala berakhir pada mss penerintahan Sri Maharaja Samarotsaha, yang memerintah pada tahun 981 (sembilan ratus delapan puluh satu) Saka atau 1059 (seribu lima puluh sembilan) Masehi dan berakhirnya tidak ada beritanya. Eksistensi Janggala sebagai kerajaan hilang seperti ditelan bumi. Sedangkan Kadiri masih eksis sebagai kerajaan sampai Sri Kertajaya atau Dandang Gendis pada tahun 1222(seribu dua ratus dua puluh dua) Masehi.
Teguh Panji "Kitab Sejarah Terlengkap Majapahit", Penerbit Laksana, Cetakan Pertama, 2015.
0 notes
satukanal · 5 years
Text
Raja Dan Ratu Agung Sejagat Terungkap, Majelis Cendekiawan Keraton Nusantara Geram
https://www.satukanal.com/raja-dan-ratu-agung-sejagat-terungkap-majelis-cendekiawan-keraton-nusantara-geram/
Raja Dan Ratu Agung Sejagat Terungkap, Majelis Cendekiawan Keraton Nusantara Geram
Tumblr media
Kemunculan ‘Raja dan Ratu’ Keraton Agung Sejagat, Toto Santoso dan Fanni Aminadia membuat Organisasi raja sultan datu pengingsir dan pemangku adat di Indonesia geram. Ketua umum yayasan sentono dalem  Kasepuhan perdikan Majan Raden Ali Sodik  yang juga sebagai Eksekutif Presidium Majelis Cendekiawan Kraton Nusantara Provinsi Jawa Timur dan Sekjen Barisan Adat Raja Sultan Nusantara ( Baranusa) heran terhadap banyaknya orang mengaku Raja. Raden Ali mengatakan munculnya ‘Raja-Ratu’ Keraton Agung Sejagat sudah biasa terjadi di Indonesia.
“Ini harus segera di selesaikan, kalau mau data silahkan nanti saya beberkan semua,” kata Raden Ali.
Dalam waktu dekat pihaknya akan minta kementerian dalam negeri RI untuk Benar Benar benar menuntaskan masalah tersebut.
“Keberadaan Keraton Agung Sejagat yang mengaku sebagai Maharaja ini harus dipahami masyarakat, hari ini masyarakat sangat mudah membuat Badan Hukum Perkumpulan atas Nama Keraton bahkan atas nama perkumpulan Raja Sultan yang dimana sebernarnya tidak ada dirinya melekat sebagai raja atau Sultan,” tegas Ali.
Senada dengan Ali, Sekjen Majelis cendikiawan kraton nusantara (MCKN) Masud Toyib, fenomena orang yang mengaku Raja dan Ratu diyakini sebagai magnet untuk menjalankan modus penipuan yang berujung materi.
“Saya yakin Toto Santoso Dan Fanni Aminadia ‘Raja Dan Ratu’ Keraton Agung Sejagat Dijerat Pidana bukan karena mengaku sebagai raja tetapi karena dugaan penipuan terhadap pengikutnya dan tidak ikut NKRI karena tidak mengakui administrasi seperti KTP Dll,” ujarnya.
Kalau masalahnya karena mengaku Raja aparat penegak hukum dapat melakukan proses pidana maka pihaknya akan sampaikan data orang-orang yang mengaku raja dan memanfaatkan organisasi Raja Sultan Di indonesia.
“Saya ditunjuk oleh Dewan Agung Majelis Agung Raja Sultan Indonesia sebagai salah satu tim dari 5 orang raja Sultan Datu penglingsir dan pemangku adat sebagai tim kuasa hukum untuk menyelesaikan masalah Majelis Agung Raja Sultan Nusantara (MARSI) bentukan Menteri dalam negeri,” papar Masud.
Di Indonesia menurut Masud hanya ada beberapa  Organisasi Yayasan Raja Sultan Nusantara ( Yarasutra ) Yang Diketuai Oleh YM Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin atau Sultan Palembang. Sedangkan Yarasutra sendiri mempunyai 2 sayap dinamakan Majelis Cendekiawan Kraton Nusantara (MCKN ) Dan Barisan Adat Raja Sultan Nusantara (Baranusa).
Organiasasi Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN) Itupun Ada dua yang satu diketuai oleh Sultan Sepuh Xiv Ym (Pra) Arief Natadiningrat , Dan satunya diketuai oleh YM Sultan H. Khairul Saleh Al- Mu’tashim Billah/ Sultan Banjar dan Ini pemerintah belum hadir untuk menyatukan terlihat diabaikan padahal organisasi ini perlu peran pemerintah untuk mempersatukan.
Pihaknya juga telah menyampaikan kepada Mendagri kedepanya bahwa ada 5 jenis jabatan yang melekat pada seseorang terkait dengan organisasi Raja dan Sultan.
“Apakah raja, apakah sultan apakah datu, apakah penglingsir dan apakah pemangku adat, dan disini harus disertai beberapa syarat keberadaanya, sejarahnya, situsnya, silsilahnya dan lainya,” imbuhnya.
Nama kraton adalah sebutan wilayah budaya dan kekuasaan adat istidat bukan seperti yang disampikan oleh  Toto Santoso Dan Fanni Aminadia mengaku ‘Raja Dan Ratu’ Keraton.
Agung Sejagat yang menaungi sejagat, menurutnya sudah diluar kewajaran, dimana mana kraton tidak punya wilayah tetorial kecuali kraton Jogjakarta.
“Kemunculan ‘Raja Dan Ratu’ keraton agung Sejagat salah satu kelemahan pemerintah memperhatikan peran Raja, Sultan Datu Penglingsir Dan Pemangku Adat Di Indonesia dan pemerintah memberikan peluang masyarakat mudahnya membuat Badan Hukum Perkumpulan Mengatasnamakan Raja Sultan Nusantara,” ungkap Masud.
Atas hal tersebut, dirinya akan memberikan data ke kapolosian Republik Indonesia agar segera ditindaklanjuti oleh Presiden dan ketua DPR RI harus hadir dalam permasalahan itu tidak dilempar kesana kesini.
Bahkan pihaknya mengaku telah mengajukan 40 butir yang harus diperhatikan untuk agar keberadaan aset bangsa ini dapat lestari dan terjadi serta tidak di kotori oleh pengakuan orang yang mencari sensasi dan bermodus penipuan.
0 notes
mocha71mi08dja11 · 5 years
Link
Sejarah Para Pejuang Mengenang kembali kisah perjuangan para pejuang nusantara untuk menambah rasa malu pada diri jika tidak bisa menauladani Saturday, November 4, 2017 Ringkasan singkat Keluarga Pesantren Modjo Pembela Diponegoro Pesantren Modjo Sawit Boyolali (Ilustrasi Keluarga Pesantren Modjo lukisan Karya Ir. H. Yusuf Karnadi Modjo MBA) Tahap 1 RM. Citro Menggolo/Kyai Modjo 1 Nama lain beliau Pangeran Menggolo/Kyai Jumal Sepuh/ Kyai Mojo Sepisan. Beliau adalah Putra Adipati pajang bin Pangeran Benowo 1 bin Sultan Hadiwijoyo (Jaka Tingkir) Pajang, yang kemudian pindah babat Alas di wonotoro kesambi Boyolali mendirikan padepokan disana. Murid semakin banyak akhirnya pindah mendirikan pesantren di daerah Mojo Tegalrejo Sawit Boyolali yg selanjutnya menjadi tanah perdikan dijaman cucunya (Kyai Modjo 3). Sebelumnya juga mendirikan padepokan di Mojo andong boyolali untuk pendidikan agama islam. Beliau memiliki beberapa istri, berputra diantaranya : 1. *Kyai Jumal Arif* 2. Kyai Sencoko Pengging (Leluhur Mbah Wasil/Kyai Kepil, Kyai Abdul Syukur Kras Kediri) *ada beberapa versi silsilah mengenai mbah modjo. Tahap 2 Kyai Jumal Arif/Kyai Modjo 2 Nama lain beliau adalah Kyai Modjo 2 atau Kyai Jumal Qorib. Seorang tokoh pengasuh pesantren modjo dan Ahli Kanuragan yang ada di Negeri Modjo, karakter pengajaran beliau cukup keras/tegas karena telah mendapat petunjuk bahwa akan adanya perang besar kedepan. Beliau memiliki 3 istri, berputra (yg baru terdata) : 1. *Kyai Imam Abdul Arif* di Mojo 2. Nyai Abdul Jalal 1 (Leluhur Kalioso) di Kalioso. Punya murid diantaranya Sri Sultan Hb 2, Kyai Abdul Jalal 1 (Menikah dengan putri gurunya), dll. Ketika Kyai Abdul Jalal 1 sudah cukup ilmu di tugaskan oleh Kyai Jumal Qorib untuk babat alas yg sekarang menjadi daerah kalioso. Tahap 3 Kyai Imam Abdul Arif/Kyai Modjo 3/Kyai Baderan 1 Nama lain Kyai Modjo 3 atau Kyai Khotib Imam Abdul Arif lebih lengkapnya : *Al Allamah Al Arif billah Al Haj Al Imam Abdul Arif* Beliau berkecimpung dalam bidang Agama Islam, sehingga menjadi Guru Para Sultan, sunan dan Pangeran dari Keraton Jogja Solo. Pernah ditugaskan Sunan Solo menulis Al Quran dan diberi hadiah batangan emas oleh Sunan. Ketika pulang dalam perjalanan emas tersebut di bagikan ke warga sekitar. Beliau salah seorang Mursyid Tarekat Satariah yang sanad turun temurun dari Rosululloh SAW. Sebagai penerus pesantran Modjo, beliau punya murid diantaranya yaitu Pangeran Diponegoro 1, Tmg. Prawirodigdoyo Gagatan, R. Sujono gunung kawi, Ki Galuh, Ki Ageng Alim, dll. Beliau meninggal dimakamkan di Komplek makam Modjo. Beliau merupakan sahabat seperjuangan dengan Habib Hasan bin Toha bin Kyai Ageng Terboyo Al Yahya (Tumenggung Sumodiningrat Wedono Jero Kesultanan Ngayogyokarta). Juga seperjuangan dengan R. Ronggo Prawirodirjo 3 madiun. Dimana banyak penghulu dari Kesultanan Pajang Sukapura Tasikmalaya yg tinggal di Maospati Madiun sebagai penghulu R. Ronggo Prawirodirjo 3 dan periode sebelumnya. Beliau membuka cabang pesantren di baderan sidowayah klaten (Pesantren Baderan) bergelar Kyai Baderan 1. Memiliki 3 orang istri. 1. RA. Baderan berputra : - *Syech Hasan Besari* (Panglima Perang Diponegoro wil Kedu) - *R. Ngabei Wiropati* (Kyai Baderan 2, membantu adiknya yaitu Kyai Chalifah dalam perang jawa). - Nyai Mursinah / Nyai Murdoko seorang senopati perang jawa wil ambarawa salatiga boyolal. - Nyai Abdul Syukur - Nyai Hasan Ahmad 2. Putri Gading Solo, berputra : - Kyai Imam Muhammad (ikut ibunya ke keraton solo). 3. Putri Madiun, berputra : - *Kyai M. Muslim Chalifah* Tahap 4 Kyai M. Muslim Chalifah/Modjo 4 Nama lain Kyai Modjo 4. Pernah berguru kepada pamanya yaitu Kyai Abdul Jalal 1 di kalioso bersama Kyai Imam Rozi / Singo Manjat Tempursari Klaten. Kyai Modjo 4 memiliki murid diantaranya Pangeran Diponegoro 2 (Putra sulung Diponegoro 1). Ikut berperang bersama Pangeran Diponegoro 1 dan 2 yang dipercaya menjadi Panglima perang dan juga penasehat dari Pangeran Diponegoro. Singkat cerita pernah sang Pangeran Diponegoro terkena luka parah saat perang, setelah di beri minum air kelapa serta doa dari Kyai Modjo 4, akhirnya beliau sadar dan pulih kembali. Beliau dibantu santri modjo dan pengikut sekitar 600 orang dalam perang jawa. Mengalami pengasingan di Tondano Minahasa Sulut bersama 63 pengikutnya dan meninggal dimakamkam disana. Beliau memiliki 4 istri, berputra : - *Syech Muzahid di Mekkah* - Kyai Sirriman Solo - Kyai Imam Puro Tegal sari ponorogo - Raden Mangun Rejo Kediri - Kyai Hasan Mucharrar Pengging - Kyai Gozali Tondano - Nyai Satoriah - Nyai Habibah Tokoh Perang Jawa Dari Pesantren Modjo 1. Syech Hasan Besari/Pangeran Laut Biru Beliau dijuluki Pangeran Laut Biru. Seorang Panglima Perang Jawa untuk Wilayah kedu dan sekitarnya. Membentuk resimen berjumat. Sempat diasingkan belanda ke srilangka, kemudian dibawa lagi kebatavia dan sempat mengislamkan puluhan serdadu belanda. Akhirnya wafat pada 1830 dan dimakamkan di dekat pintu gerbang Masjid Luar Batang Jakarta Utara sekomplek dengan Makam Habib Husain bin Abubakar Al Aidrus. 2. R. Ngabei Wiropati Nama lain beliau Kyai Baderan 2 / Kyai Baderan Sepuh. Menjadi penerus pesantren Baderan di desa Baderan Sidowayah Klaten sebagai Kyai Baderan 2. Diteruskan oleh putranya Kyai Baderan 3, ke Kyai Baderan 4, ke Kyai Baderan 5, ke Mbah Demang. Ikut membantu perjuangan adiknya dalam perang jawa. Beliau merupakan tokoh yang sangat dibenci oleh belanda dibalik perjuangan Kyai Modjo 4. R. Wiropati sangat sulit untuk dibujuk dan tetap gigih melawan belanda sampai akhir hayatnya dimakamkan bersama adiknya di Jawa Tondano. 3. Nyai Siti Mursinah/Nyai Murdoko Seorang Senopati Perang Wanita dalam perang jawa yang ditugaskan ayahnya membatu perjuangan sang Pangeran Diponegoro 1. Beliau memimpin pertempuran di wilayah Ambarawa, salatiga dan Boyolali. Beliau menikah dengan seorang murid ayahnya bernama Kyai Murdoko dari Trah Pangeran Gugur Gunung Lawu. 4. Kyai Muslim Chalifah Modjo 4 Nama lain beliau Kyai Modjo 4 (dikenal dengan nama Kyai Modjo). Punya murid yaitu putra sulung Pangeran Diponegoro 1 yang bernama Muhammad Arif sebagai Pangeran Diponegoro 2. Beliau dipercaya Pangeran Diponegoro menjadi penasehat serta Panglima Perang Jawa 1825-1830. Sebelumnya pada 1811 beliau juga sempat di tangkap belanda karena pengaruhnya di Masyarakat pra perang jawa. Memiliki jaringan luas dikalangan pesantren maupun kalangan keraton dinusantara sehingga menjadi pertimbangan khusus sang pangeran menjadikanya penasehat. Selain juga beliau adalah Guru dari Pangeran Diponegoro 2. 5. Kyai Muzahid Modjo Seorang putra Kyai Modjo 4 yang membantu Kyai Modjo 4 dalam peperangan perang jawa. Dikejar mau dibunuh belanda akhirnya pindah ke mekkah bersama keluarganya yaitu istri asal kalioso putri Kyai Abdurrahman Kalioso. Setelah pindah ke mekah berganti nama Syech Zaed Al Jawi. 6. Dll Saat berkecamuk perang jawa, terjadi peperangan besar di desa Modjo sawit sehingga pihak belanda maupun pihak keluarga maupun warga santri Pesantren Modjo banyak gugur dalam pertempuran (pihak belanda sekitar 3000 serdadu gugur dalam pertempuran di modjo dan sekitarnya). Dari segala penjuru telah dikepung belanda. Akhirnya semua yang berhubungan dengan Kyai Modjo dibumihanguskan oleh belanda. Banyak keluarga maupun santri yg mengasingkan diri keberbagai penjuru. (Makam Para Kyai Guru Pesantren Modjo) (Makam Kyai Modjo 1-3 di Boyolali, Kyai Modjo 4 di Tondano) (Makam Kyai Modjo 4 beserta pengikutnya) Sumber : - Buku "Sejarah Perjuangan Kyai Modjo" Ir. H. Yusuf Karnadi MBA, cetakan 2003 - Catatan sejarah keluarga Modjo - Catatan Bani Kalioso - Catatan Keluarga Kyai Abdul Syukur Kras Kediri - Catatan Keluarga Jawa Tondano _ dll Bobby at 6:45 AM Share 4 comments: AlKris_JenggotMarch 16, 2019 at 7:47 AM Saya mengenal nama Wiropati justru dimakamkan du Mlati dalam lingkup pasareyan dr Wahidin Sudirohusodo Reply UnknownJune 1, 2019 at 3:15 PM Dimana ya lokasi makam kyai mojo 1 dan kyai mojo 2 Reply UnknownJune 1, 2019 at 3:17 PM Dimana ya lokasi makam kyai mojo 1 dan kyai mojo 2 Reply UnknownJuly 3, 2019 at 10:21 AM Di satrean rambigundam ada makam sepuh, konon adalah dari panglima paaukan diponegoro. Beliau dikenal dgn nama kyai mohammad arif abdul syukur berserta istri beliau yg dikenal dgn nama nyai ageng watniyyah. Mungkin beliau ada kaitan klrga dg kyai mojo dan pangeran diponegoro, mohon di sambungkan.karena menurut riwayat , beliau adalah panglima sekaligus sesepuh dari pasukan diponegoro yang konon beliau berusia 250 tahun.beliau wafat kisaran tahun 1850 masehi. Mungkin beliau juga bagian dari sejarah perjuangan diponegoro.. Reply ‹ › Home View web version About Me Bobby View my complete profile Powered by Blogger.
0 notes
kayuarahiwang70 · 5 years
Text
PRASASTI KEN ANGROK YANG HILANG
PRASASTI KEN ANGROK YANG HILANG
Masyarakat Dukuh Selomanen, Desa Purwokerto, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri menceritakan bahwa dahulu artefak (watu tugu dan lingga) ini berasal dari sawah bagian selatan desa setempat. Kala itu ada penggalian tanah besar-besaran dan banyak ditemukan struktur bangunan serta batu-batu hitam, juga gerabah, keramik, uang kuno dan emas.
Karena temuan emas tersebut maka banyak orang luar daerah yang datang dan mengajak masyarakat setempat berburu harta karun. Temuan struktur bangunan dari bata kuno dan artefak lainnya banyak yang dibuang ke dalam sungai.
"Melihat temuan yang sangat padat dari benda cagar budaya dan juga struktur cagar budaya yang dimiliki Desa Purwokerto, maka dapat diidentifikasi bahwa daerah ini dulu pernah terdapat pemukiman kuno," kata Nofi Bahrul Munib, S Hum, arkeolog dari Pasak pada merdeka.com, Kamis (10/10)
Ditemukannya empat (4) lingga tanpa yoni di situs Selomanen ini disinyalir sebagai lingga patok (patok batas) yang biasanya digunakan sebagai batas tanah sima (tanah perdikan). Selain data arkeologis yang melimpah, ternyata dahulu di desa ini juga pernah ditemukan batu bersurat 'prasasti' (beschreven steen) berangka tahun 1148 Saka di Desa Purwokerto, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, yang diberi nomor oleh Verbeek dengan No 571 (Knebel, 1910:302).
Dari angka tahunnya, prasasti tersebut dikeluarkan pada masa pemerintahan Sri Ranggah Rajasa atau yang sering kita kenal dengan nama Ken Arok. Prasasti Purwokerto ini baru satu-satunya temuan prasasti yang dikeluarkan pada masa pemerintahan Sri Ranggah Rajasa. Namun hingga sekarang belum dapat ditelusuri kembali keberadaannya, sehingga tidak dapat diketahui alasan Raja Tumapel pertama tersebut memberikan prasasti di wilayah ini.
Secara kontekstual, keberadaan Situs Selomanen dan ditemukannya prasasti masa Ken Arok di Desa Purwokerto ini menunjukkan bahwa wilayah ini telah menjadi desa penting masa Kerajaan di bumi Kadhiri dan juga Kerajaan Tumapel.
Pemberian prasasti kepada suatu desa biasanya beralasan karena penduduk desa tersebut telah berbakti dan berjasa besar terhadap sang raja. Sri Ranggah Rajasa adalah raja pertama kerajaan Tumapel (Singhasari) yang berhasil meruntuhkan kerajaan Panjalu di Bumi Kadhiri pada tahun 1144 Saka.
Peristiwa ini diabadikan dalam Kakawin Nagarakrtagama dan juga Pararaton. Nagarakŗtagama (XL:3) memberikan informasi tentang runtuhnya Kerajaan Panjalu yang berpusat di bhūmi Kadiri, yaitu:
Ring śākābdhi kretā śangkara sira tumekē śri narēndrēng kadhinten, Sang wirānindita śri kŗtajaya nipunēng śāstra tatwopadēśa, śighrālah göng bhayāmrih malajenganusupā pājaran pārśwa śūnya, Sakwēhning bretya mukyang para pajuritasing kāri ring rājya śirnna.
(Artinya : Pada tahun saka ābdhikretāśangkara (1144) baginda menyerang raja Kadiri Çri Kertajaya terkenal pemberani ahli sastra serta filsafat dan doktrin keagamaan, Segera terkalahkan karena amat berbahaya berusaha melarikan diri menyelinap di sebelah pertapaan yang sepi, Banyak rakyat pimpinan prajurit setiap yang masih berada di ibukota dimusnahkan) (Riana, 2009: 203-205).
Jika keberadaan anugerah prasasti Sri Ranggah Rajasa (Ken Arok) berada di wilayah Purwokerto, Bumi Kadhiri ada hubungannya dengan peristiwa runtuhnya pemerintahan Sri Kertajaya di Bumi Kadhiri. Maka timbul penafsiran, jika warga desa di Purwokerto kuno telah mendukung kubu Sri Ranggah Rajasa (Kerajaan Tumapel) dari pada penguasa wilayahnya di Bumi Kadhiri, yaitu Sri Kertajaya (Kerajaan Panjalu).
Melihat temuan di Desa Purwokerto ini cukup padat, dan juga ditemukan Prasasti satu–satunya dari masa kekuasaan Sri Ranggah Rajasa berangka tahun 1144 Saka. Maka situs ini perlu penelitian lebih lanjut dan juga pencarian ulang prasasti yang pernah ditemukan pada masa Belanda tersebut.
Sehingga kajian sejarah Nasional Indonesia mengenai tokoh Sri Ranggah Rajasa atau Ken Aŋrok lebih lengkap. Sejarah pendiri dinasti Rajasa dan tokoh yang diagungkan sebagai cikal bakal dinasti seluruh keturunan Rajasa di Kerajaan Tumapel hingga Raja-Raja dinasti Rajasa Kerajaan Majapahit.
***** 
Sumber :
Merdeka.com
*****
0 notes
pesantrenpandeglang · 5 years
Text
Para Wali Allah di Tanah Jawa
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan.
Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
1. Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid).
Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.
Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Ia juga membangun masjid sebagai tempat peribadatan pertama di tanah Jawa, yang sampai sekarang masjid tersebut menjadi masjid Jami’ Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2. Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-19 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah.
Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning.
Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera : Dewi Murtasiyah, Asyiqah, Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak,Pangeran Tumapel dan Raden Faqih) Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
3. Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam.
Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan boning.yang sering dihubungkan dengan namanya.
4. Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari NAbi Muhammad Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. Masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit.
Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam.
Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
5. Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad.
Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah.
Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa.
Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6. Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
7. Sunan Kalalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk.
Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
8. Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.dalam melaksanakan tugas dakwahnya sunan muraia malaksanakan dakwahnya di daerah gunung muria.
9. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja Siliwangi.
Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
10. Sunan Ngudung
Sunan Ngudung atau Sunan Undung  adalah seorang anggota Walisanga yang juga bertindak sebagai imam Masjid Demak pada pemerintahan Sultan Trenggana. Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan Kerajaan Majapahit.
Nama asli Sunan Ngudung adalah Raden Usman Haji, putra sunan gresik kakak sunan ampel Atau dengan kata lain, ia masih sepupu sunan bonang. Sunan Ngudung menikah dengan Nyi Ageng Maloka putri Sunan Ampel. Dari perkawinan tersebut lahir Raden Amir Haji, yang juga bernama Jakfar Shadiq alias Sunan kudus.
Sunan Ngudung diangkat sebagai imam Masajid demak menggantikan Sunan Bonang sekitar tahun 1520. Selain itu ia juga tergabung dalam anggota dewan Walisanga, yaitu suatu majelis dakwah agama islam di pulau jawa
11. Sunan Bayat
Sunan Bayat adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Ia terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga.
Makamnya terletak di perbukitan (“Gunung Jabalkat”) di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten. Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pula konon ia menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).
Facebook WhatsApp Twitter
from WordPress https://ift.tt/2nulcDL via IFTTT
0 notes
Link
gambar ilustrasi budaya dan sejarah
Desa Mendalanwangi merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa dataran sedang, yaitu antara 345 meter di atas permukaan air laut. Berdasarkan keadaan data BPS Kabupaten Malang tahun 2009, curah hujan di Desa Mendalanwangi rata-rata mencapai 2.570 mm. Berdasarkan data administrasi pemerintahan Desa Mendalanwangi tahun 2014, jumlah penduduknya adalah 7.558 orang dengan jumlah 1.929 KK dengan luas wilayah 358,4 hektar. Desa Mendalanwangi terdiri atas tujuh dusun, yaitu Dusun Santren, Dusun Tenggulunan, Dusun Sekar Putih, Dusun Mendalan Wetan, Dusun Suko Anyar, Dusun Mendalan Kulon, dan Dusun Darungan. Sebagian besar penduduknya bermatapencaharian dalam sektor industri di mana pada umumnya masyarakat di Desa Mendalanwangi banyak yang bekerja menjadi buruh di Pabrik Rokok dan Pabrik Gula, engingat di daerah Kecamatan Wagir dan sekitarnya banyak berdiri perusahaan rokok dan satu pabrik gula. Kemudian baru disusul sektor pertanian, yaitu padi dan tebu. Secara administratif, Desa Mendalanwangi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah utara berbatasan dengan Desa Sitiharjo, Kecamatan Wagir. Di sebelah barat berbatasan dengan Desa Sumbersuko, Kecamatan Wagir. Di sisi selatan berbatasan dengan Desa Wadung, Kecamatan Pakisaji, sedangkan di sisi timur berbatasan dengan Desa Kebonagung, Kecamatan Pakisaji. Jarak tempuh Desa Mendalanwangi ke ibu kota Kecamatan Wagir yaitu sekitar 2 kilometer. Sedang jarak ke ibu kota Kabupaten Malang adalah sekitar 13 kilometer. Dalam Profil Desa Mendalanwangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang Tahun 2016, diceriterakan bahwa desa ini pada tahun 1910 sampai dengan 1918 dipimpin oleh seorang petinggi yang bernama Karimun. Pada tahun 1918 sampai dengan tahun 1926 dipimpin oleh seorang Kepala Desa atau petinggi yang bernama Amir. Selanjutnya pada tahu 1926 sampai dengan tahun 1942 dipimpin oleh seorang yang bernama Singo Redjo Warsiman. Pada tahun 1942 sampai dengan tahun 1974, Desa Mendalanwangi dimpin oleh Kepala Desa bernama H. Daman Huri, dan bersamaan dengan itu pada tahun 1946 sampai dengan tahun 1948 juga ada Kepala Desa yang diangkat oleh pihak Kolonial Belanda yang bernama Aliman. Kemudian setelah itu, ada proses pemilihan Kepala Desa pada tahun 1974 dan Kepala Desa yang terpilih pada saat itu adalah Bakri Singo Redjo yang menjabat hingga tahun 1991. Selanjutnya pada periode 1991 sampai dengan 1998 Desa Mendalanwangi dipimpin oleh seorang Kepala Desa bernama Abdul Shodiq. Lalu, pada tahun 1998 hingga tahun 2013 Desa Mendalanwangi dipimpin oleh Subakir, dan dari tahun 2013 sampai saat ini Desa Mendalanwangi dipimpin oleh Kepala Desa Muchamad Sharoni. Jauh sebelum itu, sebenarnya di desa ini telah ada kehidupan warganya. Hal ini dikaitkan dengan penemuan reruntuhan candi di Dusun Sekarputih, Desa Mendalanwangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Desa Mendalanwangi, daerah penemuan reruntuhan candi ini, dijelaskan oleh Dwi Cahyono, seorang arkeolog, dengan mengetahui asal kata. Mendalanwangi tergolong desa yang tua, berasal dari kata “mandala-an”. Mandala berarti lingkaran suci, areal suci dilakukannya ritus keagamaan. Areal suci yang dimaksud adalah bentang lahan di mana candi ini diketemukan. Dengan demikian, desa ini dinamai “Mendalanwangi” lantaran di sini terdapat suatu mandala. Mandala juga disinyalir sebagai tempat tinggal pendeta yang sangat jauh dari keramaian, yang biasanya disebut wanasrama. Tempat seperti ini mungkin juga dihuni oleh para resi atau kaum pertapa yang hidup mengasingkan diri. Zoetmulder (1995: 642) menyebutkan bahwa mandala adalah lokasi atau lingkungan yang berhubungan dengan kalangan keagamaan dari golongan Siwa. Wanasrama ini juga disinggung dalam Kitab Negarakertagama pupuh 76 bait 3 yang digubah oleh Rangkwi Padelengan Dang Acarya Nadendra – yang kemudian dikenal dengan nama Mpu Prapanca -  pada tahun 1365 Masehi, sebagai berikut: lwirniɳ darmma kasogatan kawinayanu lpas i wipularama len kuti haji, mwaɳ yanatraya rajadanya kuwunatha surayaça jarak / lagundi wadari, wewe mwaɳ packan / pasarwwan i lmah surat i pamanikan / sranan / paniktan, panhapwan / damalaɳ tpas / jita wannaçrama jnar i samudrawela pamuluɳ. (Desa perdikan kasogatan yang bebas dari pajak: Wipulahara, Kuta haji, Janatraya, Rajadanya, Kuwanata, Surayasa, Jarak, Lagundi, serta Wadari, Wewe Pacekan, Pasaruan, Lemah Surat, Pamanikan, Srangan serta Pangiketan, Panghawan, Damalang, Tepasjita, Wanasrama, Jenar, Samudrawela dan Pamulang.) Slamet Muljana (2006: 391) menguraikan beberapa nama-nama desa yang terdapat pada Pupuh 76 bait tersebut. Panghawan dapat diidentifikasi yaitu daerah Mangliawan, Pakis, Damalung berada di sebelah barat laut Singosari, Tepasjita berada di sebelah timur laut Kesamben, Blitar, Jenar berada di daerah Ngajum, dan Wanasrama diduga Mendalanwangi karena mendalan artinya adalah wanasrama. *** [060417]   sumber:  Kekunaan
0 notes
arjunabanjarnegara · 7 years
Photo
Tumblr media Tumblr media
#BatikBanjarnegara #Batik #Banjarnegara, Pusat Batik Kab. Banjarnegara berada di Kec. Susukan. Terletak dibagian arah Barat dr Kota Banjarnegara dan berbatasan dengan Kab.Banyumas. Batik Daerah Banjarnegara Banjarnegara memiliki beberapa hal yang membuat daerah ini terkenal diantaranya adalah dataran tinggi Dieng, Minuman khas yang dikenal dengan nama Dawet Ayu, dan juga seorang petinju Indonesia yang sangat terkenal yaitu Chris John. Selain itu daerah Banjarnegara ini juga mulai dikenal dengan kesenian baju batik yang dibuat oleh warganya.i daerah Banjarnegara ini batik mereka dikenal dengan sebutan batik Gumelem. Kesenian pembuatan batik Gumelem ini telah berlangsung sangat lama di wilayah ini bahkan sejarah batik Gumelem itu sendiri memiliki beberapa versi cerita. Batik Gumelem ini mempunyai sejarah yang memiliki kaitan dengan batik Banyumas yang pada masa abad ke lima belas berpusat di daerah Sokaraja. Pada masa perang Diponegoro pada tahun 1830, pangeran Puger mengungsi ke wilayah Banyumas dan membawa serta pada pengawal, budayawan dan juga seniman. Salah satu pengikut Pangeran Puger yang terkenal adalah Najendra yang kemudian mengembangkan motif baju batik celup Sokaraja. Setelah perpindahan tersebut mereka mulai mengembangkan motif batik dengan corak mereka sendiri sehingga pada akhirnya muncul dan tercipta lah motif baju batik Gumelem. Selain itu ada juga beberapa orang yang memiliki pendapat mengenai sejarah batik Gumelem. Menurut cerita batik Gumelem ini mulai muncul ketika tanah perdikan Gumelem berdiri yang kemudian berkembang menjadi Kademangan Gumelem di sekitar tahun seribu lima ratus tujuh puluh tiga. Dalam kehidupan di wilayah Kademangan Gumelem tertata miniatur kehidupan istana yang tertata secara baik dan salah satunya adalah seni pembuatan batik yang menjadi sebuah bagian yang bertugas untuk dapat memberikan kain batik yang cukup untuk kebutuhan keluarga, kerabat serta orang yang bekerja di dalam wilayah Kademagan. Seiring dengan runtuhnya masa Kademangan ini maka masa keemasan Batik Gumelem juga mulai menghilang. Pada masa tersebut status dan juga wilayah kademangan berubah karena adanya perubahan politik dan juga pemerintahan pada sekitar tahun seribu sembilan ratus enam puluh lima. Wilayah ini kemudian berubah menjadi desa Praja dan dibagi menjadi dua yaitu wilayah Gumelem Wetan dan wilayah Gumelem Kulon.
0 notes
mzuhdymcorp · 7 years
Text
Para Wali Allah Di Tanah Jawa
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
  1.Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
  Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Ia juga membangun masjid sebagai tempat peribadatan pertama di tanah Jawa, yang sampai sekarang masjid tersebut menjadi masjid Jami’ Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2.Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-19 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak,Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
3.Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan boning.yang sering dihubungkan dengan namanya.
4.Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari NAbi Muhammad Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
5.Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6.Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
7.Sunan Kalalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
8.Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.dalam melaksanakan tugas dakwahnya sunan muraia malaksanakan dakwahnya di daerah gunung muria.
9.Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja Siliwangi. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
10.Sunan Ngudung
Sunan Ngudung atau Sunan Undung  adalah seorang anggota Walisanga yang juga bertindak sebagai imam Masjid Demak pada pemerintahan Sultan Trenggana.. Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan Kerajaan Majapahit. Nama asli Sunan Ngudung adalah Raden Usman Haji, putra sunan gresik kakak sunan ampel Atau dengan kata lain, ia masih sepupu sunan bonang. Sunan Ngudung menikah dengan Nyi Ageng Maloka putri Sunan Ampel. Dari perkawinan tersebut lahir Raden Amir Haji, yang juga bernama Jakfar Shadiq alias Sunan kudus.
Sunan Ngudung diangkat sebagai imam Masajid demak menggantikan Sunan Bonang sekitar tahun 1520. Selain itu ia juga tergabung dalam anggota dewan Walisanga, yaitu suatu majelis dakwah agama islam di pulau jawa
11.Sunan Bayat
Sunan Bayat adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Ia terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga. Makamnya terletak di perbukitan (“Gunung Jabalkat”) di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten. Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pula konon ia menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).
rafigsw28
from Para Wali Allah Di Tanah Jawa
0 notes
Text
Para Wali Allah Di Tanah Jawa
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
  1.Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
  Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Ia juga membangun masjid sebagai tempat peribadatan pertama di tanah Jawa, yang sampai sekarang masjid tersebut menjadi masjid Jami’ Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2.Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-19 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak,Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
3.Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan boning.yang sering dihubungkan dengan namanya.
4.Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari NAbi Muhammad Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
5.Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6.Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
7.Sunan Kalalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
8.Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.dalam melaksanakan tugas dakwahnya sunan muraia malaksanakan dakwahnya di daerah gunung muria.
9.Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja Siliwangi. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
10.Sunan Ngudung
Sunan Ngudung atau Sunan Undung  adalah seorang anggota Walisanga yang juga bertindak sebagai imam Masjid Demak pada pemerintahan Sultan Trenggana.. Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan Kerajaan Majapahit. Nama asli Sunan Ngudung adalah Raden Usman Haji, putra sunan gresik kakak sunan ampel Atau dengan kata lain, ia masih sepupu sunan bonang. Sunan Ngudung menikah dengan Nyi Ageng Maloka putri Sunan Ampel. Dari perkawinan tersebut lahir Raden Amir Haji, yang juga bernama Jakfar Shadiq alias Sunan kudus.
Sunan Ngudung diangkat sebagai imam Masajid demak menggantikan Sunan Bonang sekitar tahun 1520. Selain itu ia juga tergabung dalam anggota dewan Walisanga, yaitu suatu majelis dakwah agama islam di pulau jawa
11.Sunan Bayat
Sunan Bayat adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Ia terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga. Makamnya terletak di perbukitan (“Gunung Jabalkat”) di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten. Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pula konon ia menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).
  from Para Wali Allah Di Tanah Jawa
0 notes
pondokpesantren · 7 years
Text
Para Wali Allah Di Tanah Jawa
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
  1.Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
  Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Ia juga membangun masjid sebagai tempat peribadatan pertama di tanah Jawa, yang sampai sekarang masjid tersebut menjadi masjid Jami’ Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2.Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-19 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak,Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
3.Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan boning.yang sering dihubungkan dengan namanya.
4.Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari NAbi Muhammad Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
5.Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6.Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
7.Sunan Kalalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
8.Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.dalam melaksanakan tugas dakwahnya sunan muraia malaksanakan dakwahnya di daerah gunung muria.
9.Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja Siliwangi. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
10.Sunan Ngudung
Sunan Ngudung atau Sunan Undung  adalah seorang anggota Walisanga yang juga bertindak sebagai imam Masjid Demak pada pemerintahan Sultan Trenggana.. Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan Kerajaan Majapahit. Nama asli Sunan Ngudung adalah Raden Usman Haji, putra sunan gresik kakak sunan ampel Atau dengan kata lain, ia masih sepupu sunan bonang. Sunan Ngudung menikah dengan Nyi Ageng Maloka putri Sunan Ampel. Dari perkawinan tersebut lahir Raden Amir Haji, yang juga bernama Jakfar Shadiq alias Sunan kudus.
Sunan Ngudung diangkat sebagai imam Masajid demak menggantikan Sunan Bonang sekitar tahun 1520. Selain itu ia juga tergabung dalam anggota dewan Walisanga, yaitu suatu majelis dakwah agama islam di pulau jawa
11.Sunan Bayat
Sunan Bayat adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Ia terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga. Makamnya terletak di perbukitan (“Gunung Jabalkat”) di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten. Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pula konon ia menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).
rafigsw28
from Para Wali Allah Di Tanah Jawa
0 notes
sdislamdarunnjah · 7 years
Text
Para Wali Allah Di Tanah Jawa
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
  1.Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
  Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Ia juga membangun masjid sebagai tempat peribadatan pertama di tanah Jawa, yang sampai sekarang masjid tersebut menjadi masjid Jami’ Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2.Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-19 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak,Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
3.Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan boning.yang sering dihubungkan dengan namanya.
4.Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari NAbi Muhammad Nama asli dari sunan drajat adalah masih munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat pada 1522.
5.Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6.Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
7.Sunan Kalalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
8.Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.dalam melaksanakan tugas dakwahnya sunan muraia malaksanakan dakwahnya di daerah gunung muria.
9.Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja Siliwangi. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
10.Sunan Ngudung
Sunan Ngudung atau Sunan Undung  adalah seorang anggota Walisanga yang juga bertindak sebagai imam Masjid Demak pada pemerintahan Sultan Trenggana.. Naskah-naskah babad mengisahkan ia gugur dalam perang melawan Kerajaan Majapahit. Nama asli Sunan Ngudung adalah Raden Usman Haji, putra sunan gresik kakak sunan ampel Atau dengan kata lain, ia masih sepupu sunan bonang. Sunan Ngudung menikah dengan Nyi Ageng Maloka putri Sunan Ampel. Dari perkawinan tersebut lahir Raden Amir Haji, yang juga bernama Jakfar Shadiq alias Sunan kudus.
Sunan Ngudung diangkat sebagai imam Masajid demak menggantikan Sunan Bonang sekitar tahun 1520. Selain itu ia juga tergabung dalam anggota dewan Walisanga, yaitu suatu majelis dakwah agama islam di pulau jawa
11.Sunan Bayat
Sunan Bayat adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Ia terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga. Makamnya terletak di perbukitan (“Gunung Jabalkat”) di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten. Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pula konon ia menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).
rafigsw28
from Para Wali Allah Di Tanah Jawa
0 notes
ghostzali2011 · 7 years
Link
SPORTOURISM - Pura Pancering Jagat yang berada di terletak di wilayah Desa Trunyan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, merupakan pura yang memiliki arti penting bagi masyarakat Desa Terunyan.
Secara umum, Pura Pancering Jagat terbagi menjadi empat halaman (loka) dengan denah pura berbentuk segi empat panjang. Empat halaman (loka) yang terdapat di Pura Pancering Jagat ini kemudian terbagi lagi menjadi komplek-komplek pura lengkap dengan bangunan pelinggihnya
Berdasarkan info yang dihimpun dari bpcb bali, pembagian halaman atau mandala Pura Pancering Jagat merupakan struktur berteras-teras (berundak), hal ini mengacu pada konsep loka yang menunjukkan semakin tinggi halaman pura semakin suci. Untuk mengetahui latar sejarah Desa Terunyan terbilang sangat sulit, karena tidak ada data yang pasti yang dapat dipergunakan sebagai acuan. 
Menurut Dananjaya dalam buku “Kebudayaan Petani Desa Terunyan di Bali”, ada beberapa buah prasasti yang sudah berhasil diterjemahkan oleh Goris, dan prasasti tersebut di simpan di komplek Pelinggih Maspahit yakni di pelinggih Ratu Sakti Madue Raja.
Prasasti ini berhasil diterjemahkan oleh Goris adalah prasati Terunyan AI dan Prasasti Terunyan AII. Masyarakat Desa Terunyan sangat mensakralkan benda-benda yang menjadi sumber sejarah, untuk didokumentasikan tanpa ada prosesi ritual tertentun dengan biaya yang cukup besar.
Segaian besar prasasti hanya berupa piagam yang dikeluarkan oleh kerajaan berupa surat-surat keputusan atau untuk memperingati penganugrahan suatu desa sebagai sima, yakni suatu desa yang memperoleh hak sebagai desa perdikan karena di tempat itu ada suatu bangunan suci. Dengan mengetahui isi /terjemahan dri parsasti-prasati ini dapat diketahui bahwa pada masa lalu ada komunitas masyarakat yang tinggal/mendiami sebuah desa yang disebut Desa Terunyan.
Prasasti Ternyunyan AI misalnya hanya berupa piagam yang dikeluarkan oleh Keraton Singha Mandawa, untuk memberi ijin kepada pemerintah desa di Turunan untuk membangun kuil bagi Bhatara Datonta (Dewa tertinggi yang disebut Ratu Sakti Pancering Jagat). Penduduk desa diwajibkan memelihara kuil tersebut dan sebagai imbalannya mereka dibebaskan dari beberapa macam pajak.
Kemudian, Prasasti Terunyan B merupakan kelanjutan dari Prasasti Terunyan A yang dikeluarkan pada tahun saka 833. Sedangkan prasasti Air Rawang memuat tentang penduduk yang mendiami daerah Terunyan di sebelah timur Danau Batur. Sebagai imbalan mendiami daerah Terunyan, mereka diwajibkan setiap bulan Bhadrawada untuk turut serta dalam upacara keagamaan Dewa tertinggi di Terunyan (Bhatara Da Tonta).
Pada upacara itu patung Dewa tersebut harus dimandikan dan dihiasi oleh sahayan padang (padang rumput dari Desa Air Rawang). Prasasti ini dikelurkan pada tahun saka 833. Prasasti terunyan C, dari tahun saka 971, adalah mengenai batas-batas Desa Terunyan. [AR]
via SPORTOURISM.ID
0 notes
ngawipost-blog · 7 years
Text
Patung Kuda Sirigan, Antara Monumental Dan Sejarah Suatu Desa
New Post has been published on https://ngawipost.com/2017/07/patung-kuda-sirigan-antara-monumental-dan-sejarah-suatu-desa/
Patung Kuda Sirigan, Antara Monumental Dan Sejarah Suatu Desa
NgawiPost.com || Keberadaan nama suatu desa tidak bisa dipisahkan dengan sejarah yang dimiliki demikian juga kisah perjalananya dari masa ke masa. Dan desa itu sendiri masing-masing mempunyai nilai budaya akan sejarah yang diturunkan dari mulut ke mulut antar generasi tidak jarang oleh pihak tertentu diapresiasi kedalam bentuk monument.
Salah satunya keberadaan patung kuda yang ada di Desa Sirigan, Kecamatan Paron, Ngawi, yang terpampang berdiri tegak tepat diperbatasan desa tersebut. Ternyata tidak sekedar hiasan patung tanpa makna, justru sebaliknya keberadaan patung berbahan beton ini terkait erat dengan cerita asal muasal Desa Sirigan.
Meskipun tidak satupun narasi maupun semacam prasasti yang berhasil ditemukan tentang kisah antara kuda dengan Desa Sirigan. Namun secara lisan ada keterangan yang memperkuat tentang cerita berdirinya Desa Sirigan sangat erat kaitanya dengan kuda.
Seperti penuturan Adi Prayitno salah satu sesepuh dari Dusun/Desa Sirigan secara ringkas menceritakan. Kakek berumur 84 tahun ini menyebut asal mula nama Desa Sirigan tidak bisa dipisahkan antara masa kejayaan Kerajaan Mataram dengan wilayah Ngawi yang kala itu masih berstatus Kadipaten atau jelasnya sebagai satu wilayah tanah perdikan.
Berangkat dari sekitar abad 17 salah satu raja di Mataram memerintahkan patihnya untuk menaklukan daerah-daerah yang berada di Jawa salah satunya Ngawi. Ketika sampai di wilayah Ngawi hadirnya sang patih yang dimaksudkan itu bertemu dengan seorang putri yang berasal dari Ngawi sebut saja Putri Sri Antawati.
Rupanya, seiring perjalanan waktu sang patih Mataram hatinya terpikat akan kecantikan putri ini. Kontan saja perjuangan sang patih pun dimulai dengan mengejar keberadaan Putri Sri Antawati dari wilayah yang sekarang ini masuk Kecamatan Kedunggalar. Sadar dirinya dikejar utusan dari Mataram, membuat Putri Sri Antawati dengan menunggang kuda terus lari dari kejaran sang patih.
“Ketika sampai di Sirigan ini kuda sang putri mendadak berperilaku aneh dengan berjalan zig zag atau bahasa Jawanya nyirig-nyirig seperti itu. Dengan perilaku kuda seperti itu makanya nama desa sini sampai sekarang dinamakan Sirigan,” terang Adi Prayitno, Kamis (27/07).
Tidak sebatas itu, Adi menambahkan, cemeti atau cambuk kuda berbahan kayu menjalin tanpa disadari sang putri terjatuh demikian bekas kaki kuda atau biasa disebut tracak tertinggal ditempat yang sama. Seiring waktu cemeti dari kayu menjalin itu tumbuh berkembang hingga sekarang ini dan petilasanya disebut Sendang Sirigan.
“Disendang atau punden itu sampai sekarang masih ada kayu menjalinya dan keberadaanya sangat sakral. Siapapun tidak seenaknya bisa mengambil kayu menjalin itu dan yang bisa harus melalui tirakat. Memang pernah kalau tidak salah Bupati Ngawi yang keberapa saya lupa pernah mengambil satu batang kayu menjalin di punden itu,” beber Adi yang mantan Kepala Dusun (Kasun) Desa Sirigan.
Jelasnya, pohon menjalin yang tumbuh hingga sekarang ini secara tidak langsung punya mitos tersendiri. Jika menjalin tersebut tumbuh dengan subur sebagai satu isyarat warga Desa Sirigan akan tentram hidupnya dan sebaliknya. Selain itu siapa saja yang melestarikan ritual budaya Desa Sirigan termasuk mempertahan adat budayanya bakal dinaikan derajatnya.
“Seingat saya baru kali ini ada orang yang lebih peduli dengan Desa Sirigan secara total termasuk menggali kembali akan nilai sejarah yang terkandung. Seperti Mas Suyanto ini meskipun dia sebatas PJ Kades Sirigan tetapi punya greget untuk melestarikan khasanah budaya yang dimiliki Desa Sirigan,” kata Adi Prayitno.
Terpisah, Suyanto PJ Kades Sirigan dengan gamblang menerangkan, keberadaan patung kuda yang tepat berdiri di pintu masuk menuju wilayah Desa Sirigan merupakan sebuah cerita yang harus di monumentalkan. Artinya, keberadaan patung kuda hasil dari konsepnya tersebut setidaknya sebagai ikon dan bermakna universal sebagai pesan terhadap generasi penerus untuk lebih peduli dengan desanya.
“Saya cukup berpikir sederhana dengan adanya patung kuda itu paling tidak mempunyai pesan kepada generasi sekarang ini. Selain untuk dihayati apa maknanya yang lebih penting bagaimana berpikir bersama bareng-bareng membangun desa,” ungkap Suyanto.
Dibenarkan, pembangunan patung kuda dengan budget Rp 56 juta sengaja dianggarkan melalui ADD 2017. Sesuai rencananya, tidak sebatas menampilkan ikon patung kuda tetapi kedepanya keberadaan Desa Sirigan akan dibesut menjadi desa agrowisata. Mengingat mulai yang dirintis petani desanya adalah dengan mengembangkan budidaya buah jeruk.
“Sesuai komitmen Bupati Ngawi sekarang ini tidak salahnya kalau Desa Sirigan paling tidak sebagai desa percontohan. Tentunya pembangunan disemua sektor menjadi satu pijakan dan nantinya termasuk memotivasi serta mendorong terus setiap kegiatan seperti home industri atau UMKM itu,” tutup Suyanto. (pr)
0 notes