#abu rizal bakrie
Explore tagged Tumblr posts
Text
Hari-Hari di Pamulang (3)
“Kamu cantik nggak?” tanyamu usil dan bikin kesal, haha. Aku malah balik bertanya, “Kakak ganteng nggak?”
Jelas bisa dipastikan jawabannya lantang dan percaya diri dirimu ganteng. Sambil ketawa lebar, ih dasar haha. Apalagi ini kali kedua kamu memanjangkan rambut. Buatku sepertinya semua lelaki harus mencoba berambut panjang, sebagaimana Bapak dan kedua adik laki-lakiku yang melewati rambut awur-awutan dan sok mau gondrong padahal keriting jadi lucu haha.
Secuil obrolan makan malam di warung nasi goreng dekat Taman Serua.
—
Waktu yang sedikit itu aku dan Rama habiskan dengan menonton film Inside Out 2 (punten kami betulan nggak sadar kalau film-nya masuk dalam produksi yang diboikot, sungguh) di mall terdekat dari rumah kami. Jelas dari judul filmnya bisa ditebak kalau yang nonton banyak anak-anak dan ibunya, jadi sembari kami menonton sesekali ketawa liat ekspresi anak kecil yang nggak sabaran dan maju ke depan sambil lendetan.
Inside Out buatku dan Rama sangat dalam, ia berarti sebuah film yang dikemas unik, kreatif, dan canggih untuk menceritakan bahwa manusia tidak tunggal. Ia hidup bersama beragam emosi yang harus dijelajahi dan diterima. Meskipun seiring kita tumbuh dewasa, waktu seperti berhenti mengeksplorasi emosi dan rasa. Terjebak dalam kecemasan mendalam dan sukar diurai.
Ini kali kedua kami nonton di mall itu, sebagai orang yang nggak suka ke mall, praktis saja dan nggak perlu jauh mencari mall yang megah (hehe). Sepulang dari sana kami makan nasi goreng dan kwetiau dekat rumah Rama yang dibekali beberapa bakwan jagung panas dari Umi Rama. Itung-itung cemilan penyelamat perutku yang lapar sekali.
Hari yang tidak begitu panjang itu buatku (lagi-lagi) menikmati nafas lega di tengah udara Pamulang yang semakin panas dan sesak. Bagian yang tidak kalah berarti adalah jalan menuju mall yang Rama pilih sisiri, jalanan kampung sekaligus kluster perumahan elit yang menembus sampai tanah lapang luas serta kebun yang masih luas dipandang mata. Tentu tanah yang tidak bebas. Milik Abu Rizal Bakrie. Disertai beberapa bangunan yang terbengkalai.
Nafasku lega tapi hatiku sesak, yah apes sekali mau punya udara dan tanah yang bebas sulit sekali.
Ternyata,
Lapangan sepak bola yang luas dan sejuk memandang ke langit itu 8-10 tahun lalu adalah ruang di mana hari-hari Rama diisi dengan ikut sekolah bola tiga atau kadang lebih dalam seminggu.
Beberapa kali kami tentu salah jalan, Rama mencoba meraba memori masa lalunya yang perlahan berubah karena pembangunan kota. Buatku, justru jadi seru karena sesekali kami harus putar balik. Selain itu, percobaan ini mengingatkanku pada Bapak yang juga senang menyisir jalan-jalan kecil di Temanggung. Sembari bercerita tentang sebuah tempat, entah memorinya atau beberapa orang yang ia kenal menjajaki tempat itu.
Oh ya, langit sore itu cerah sekali. Mataharinya terang benderang. Memantul dari gedung mall yang tinggi.
Bandung, 23 Juni 2024
22.46
2 notes
·
View notes
Text
Tantangan Raffi Ahmad Mengulang Kesuksesan Abu Rizal Bakrie Ciptakan Legenda Tenis Yayuk Basuki
JAKARTA - Kehadiran Raffi Ahmad selaku pengusaha muda pendiri perusahaan RANS Sportainment dalam mendukung perkembangan olahraga Tanah Air memang patut mendapatkan apresiasi. Apalagi, Raffi Ahmad melalui RANS Tenis secara resmi mengumumkan menggandeng petenis putra Indonesia M. Rifqi Fitriadi yang sukses mempersembahkan medali emas SEA Games 2023 Kamboja. http://dlvr.it/Spk0PL
0 notes
Text
Wakapolda Hadiri Groundbreaking Pembangunan Masjid Raya Al-Bakrie Lampung
LAMPUNG SELATAN - Wakapolda Lampung Brigjen Pol Dr Umar Effendi S.Ik,.M.Si.,hadiri undangan ground breaking pembangunan masjid raya al-bakrie Lampung, Senin (20/2/2023). Kegiatan Groundbreaking yang turut dihadiri oleh Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, Danrem 043/Gatam Brigjen TNI Ruslan Effendy S.I.P, diwakili oleh Kasiops Kasrem 043/Gatam Kolonel Inf Gede Setiawan, bapak Abu Rizal Bakrie, para Bupati Se-Provinsi Lampung dan Forkopimda Prov Lampung, dilaksanakan di taman gajah saburai, Kelurahan Enggal, Bandar lampung. Pembangunan Masjid Raya Lampung ini digagas oleh Gubernur Lampung dan dibangun diatas tanah milik Pemprov Lampung seluas ± 2,3 Ha dan direncanakan akan dapat menampung sekitar 10.000 orang jama’ah dan dapat dioptimalkan menjadi 12.000 orang jama’ah, dengan kapasitas parkir dan ruang terbuka hijau yang memadai, bukan hanya untuk ibadah tapi juga sebagai bagian dari destinasi wisata Religi. Nantinya masjid raya tersebut akan memiliki empat lantai. Selain itu lahan yang digunakan juga kemungkinan akan diperluas hingga mencapai empat hektare sehingga daya tampung jamaah akan semakin banyak. Gubernur Lampung Ir Arinal Djunaidi dalam sambutannya menyampaikan atas nama Pemerintah dan masyarakat Provinsi Lampung mengapresiasi dan terima kasih yang setinggi tingginya kepada semua pihak, yang telah mendukung proses pembangunan Masjid Raya Al-Bakrie Lampung, mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga selesainya nanti. "Dalam pembangunan masjid raya al-bakrie ini di harapkan dapat menjadi harapan bagi masyarakat bandar lampung maupun dari masyarakat kabupaten yang datang ke bandar lampung," ujar Arinal. Kegiatan di lanjutkan dengan peletakan batu pertama oleh gubernur lampung ,bapak Aburizal Bakrie dan keluarga beserta forkopimda provinsi lampung. Batu prasasti Masjid Raya Al Bakrie resmi ditandatangani oleh ketiga pihak pembangunan yakni Aburizal Bakrie dari Bakrie Group, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi dan Staf Ahli Bidang Hukum dan Olahraga Samsudin. (Hms/Red) Read the full article
0 notes
Text
Inilah Deretan Triliuner RI Pemilik Klub Luar Negeri
Inilah Deretan Triliuner RI Pemilik Klub Luar Negeri
Ini Deretan Triliuner Indonesia Pemilik Klub Luar Negeri – Nama Erick Thohir yang sekarang menjadi menteri BUMN ke 9 Kabinet Indonesia Maju yang dlantik Presiden Jokowi pada tanggal 23 Oktober 2019 memang dahulu lebih terkenal saat Erick mengambil keputusan kontroversial dengan mengakuisisi saham milik Inter Milan sebesar 70%. Agen Bola Tepercaya.
Ini Deretan Triliuner Indonesia Pemilik Klub…
View On WordPress
#abu rizal bakrie#bakrie group#brisbane roar#cs vise#DC United#egy maulana vikri#erick thohir#Group Djarum#Inilah Deretan Triliuner RI Pemilik Klub Luar Negeri#Inter Milan#kh yusuf mansur#Lechia Gdansk#michael bambang#Mls club#persib bandung#robert budi hartono#santini group#tranmere rovers
0 notes
Text
SURAT CINTA UNTUK GUS AMI
Kepada yang terhormat
Wakil Ketua DPR RI
ABDUL MUHAIMIN ISKANDAR
السّلام عليكم ورحمة الله و بركاته
Selamat pagi Gus Ami.
Bagaimana kabarnya?
Sebelumnya terimakasih banyak karena disela-sela kesibukan Gus Ami sebagai Ketum PKB dan Wakil ketua DPR RI, anda masih menyempatkan untuk membaca surat saya ini. Terlebih lagi kalau anda berkenan membalasnya dengan tulisan anda sendiri tanpa harus dibantu atau bahkan diketikkan oleh staff professional yang tentu saja anda miliki. Tentu menjadi sebuah kehormatan yang sangat luar biasa bagi saya.
Gus Ami, saya mengucapkan terimakasih kepada anda yang kini “hadir” di kota kecil saya. Di kawasan pantai utara, yakni Kabupaten Pati walaupun “hanya” berupa gambar. Senang rasanya dapat melihat senyum anda yang manis dan menawan walau hanya lewat baliho yang mungkin ukurannya sebesar kamar saya. Setidaknya baliho tersebut menjadi obat rindu saya yang belum pernah bersua anda secara langsung. Walaupun kadang saya prihatin karena gambar anda menjadi basah di kala hujan dan panas di kala terik. Hanya menjadi hiasan di pinggir jalan tanpa mendapat perhatian.
Namun melalui baliho tersebut pula, saya baru tahu kalau nama lengkap anda adalah Abdul Muhaimin Iskandar. Karena selama ini saya hanya mengetahui nama panggilan anda yang lebih akrab dipanggil Cak Imin. Saya dulu berasumsi bahwa nama Gus Ami diambil dari suku kata nama terakhir anda yakni Muhaimin. Namun ternyata Ami adalah inisial nama anda sendiri. Saya sempat berfikir bergantinya nama populer anda dari Cak Imin menjadi Gus Ami adalah demi kontenstasi politik. Atau mudahnya rebranding. Namun itu hanya asumsi saya pribadi. Saya berharap klarifikasi anda dalam surat balasan yang saya terima nanti.
Rebranding dari Cak Imin menjadi Gus Ami mengingatkan saya dengan cara serupa yang ditempuh terlebih dahulu oleh Abu Rizal Bakrie yang awalnya akrab dipanggil Ical kemudian diganti dengan inisial nama ARB. Kemudian ada pula pak Ahok dimana ketika keluar dari penjara mengganti nama panggilan beliau menjadi BTP yang merupakan inisial nama beliau sendiri. Semoga bergantinya Cak Imin menjadi gus Ami adalah sebuah jalan yang berbeda dari yang dilakukan Ical dan Ahok. Karena ketika mereka mengganti nama mereka ada hal buruk yang ingin dilupakan.
Saya juga berterimakasih kepada anda yang setiap hari raya Idul Fitri juga “hadir” di rumah saya dan keluarga walaupun “hanya” berupa gambar yang terpatri dalam plastik berwarna putih sebagai pembungkus THR yang berisi kebutuhan pokok sehari-hari. Seperti gula, beras, minyak goreng dan teh. Walaupun kadang saya kasihan karena plastik berwarna tersebut pada akhirnya hanya berakhir di tempat yang tidak layak. Atau hanya kembali digunakan sebagai pembungkus makanan lainnya.
Namun tetap dalam hati dan sanubari saya, ada harapan bahwa suatu hari saya dapat bersua langsung dengan anda tanpa harus melalui layar kaca, layar baliho, hingga gambar di kertas semata. Kemudian menjabat tangan anda dengan erat dan menunjukkan aura keakraban. Karena saya berkeyakinan, senyum anda lebih manis dan jauh lebih menawan daripada gambar-gambar kaku di baliho dan plastik putih. Anda pula lebih berwibawa, bijaksana lebih dari yang digambarkan dalam media cetak maupun elektronik.
Gus Ami yang saya hormati, sebenarnya saya kurang sependapat ketika pada akhirnya saya melihat baliho yang memajang wajah anda di salah sudut kota saya. Karena hal tersebut menjadikan anda tidak berbeda dengan petinggi-petinggi partai yang lain dimana menjadikan baliho sebagai sarana merebut hati rakyat. Karena baliho bukan cara yang ampuh untuk dapat mendekatkan diri dengan segenap pemilih dan orang yang kagum kepada anda seperti saya. Setidaknya anda harus berani mengambil cara lain yang tentu lebih jitu dan kreatif.
Saya tahu Gus Ami adalah seorang wakil ketua DPR RI bidang kesejahteraan rakyat atau KORKESRA. Terkait kesejahteraan banyak uneg-uneg yang saya sampaikan kepada anda. Tentu kaitannya dengan kesejahteraan rakyat terutama di lingkungan sekitar tempat tinggal saya. Sebagai orang yang hobi bersepeda di pagi hari atau ngglinding saya seringkali menjadikan area persawahan sebagai salah satu rute bersepeda.
Saat bersepeda kadang saya tertegun, karena melihat area persawahan yang sedikit demi sedikit beralih fungsi menjadi bangunan rumah, ruko atau bangunan yang lain. Tentu hal ini kalau dibiarkan terus menerus akan menjadikan ladang persawahan semakin menyempit. Banyak sekali anak muda sekarang yang enggan untuk menjadi petani. Bahkan orang tuanya sekalipun tidak menyarankan untuk mereka bertani dan menganjurkan agar mereka mencari pekerjaan lainnya yang lebih sejahtera. Miris memang. Anak petani malas jadi petani. Seorang petani tidak menyarankan anak jadi petani.
Tentu hal ini diakibatkan dimana semakin sulitnya menjalani kehidupan sebagai seorang petani. Harus bekerja keras, berangkat pagi, berpanas-panasan namun hasil yang didapatkan tidak seberapa tentunya. Belum lagi di kala pandemi seperti ini dimana segalanya menjadi lebih sulit. Belum lagi apabila mereka mempunyai tanggungan menyekolahkan anak yang saat ini nyaris di wajibkan mempunyai smarthphone dan mampu membeli kuota. Tentu kenyataan ini menjadikan pengeluaran mereka semakin membengkak. Padahal pendapatan mereka tidak tetap, tergantung hasil panen.
Petani tidak menjadi profesi idaman. Padahal tidak dapat dipungkiri petani adalah garda terdepan dalam penyediaan dan pemenuhan beras yang menjadi makanan pokok seluruh rakyat Indonesia. Namun peran vital petani tersebut tidak dibarengi dengan kesejahteraan yang baik. Namun justru semakin sulit. Akibatnya yang berprofesi sebagai petani tidak menyarankan anaknya untuk menjadi seorang petani. Tentu kenyataan yang memilukan. Sebagai wakil ketua DPR RI, tentu anda dapat berbuat sesuatu untuk hal ini.
Bisa dipertimbangkan untuk membuat kebijakan-kebijakan yang lebih berpihak kepada petani dengan menambah program yang meringankan petani dalam mengolah sawah yang mereka punyai. Namun tentu kebijakan dan program yang ada hendaknya sistematis mulai dari hulu hingga hilir. Dimana petani benar-benar didukung semenjak proses penanaman padi hingga padi itu dipanen. Pemikiran untuk menjadikan petani sebagai “penguasa tanahnya sendiri”harus selalu menjadi tolok ukur ketika menyusun kebijakan dan program-program yang ada.
Kemudian membuat aturan-aturan agar sawah-sawah yang ada di negeri ini tidak mudah dialihfungsikan menjadi bangunan atau infrastruktur yang lain. Bahkan ketika itu berkaitan dengan proyek Negara sekalipun. Apabila memang terpaksa area persawahan dikorbankan demi memuluskan suatu proyek Negara, hendaknya ganti rugi yang diberikan lebih dari cukup bagi pemilik sawah tersebut untuk kembali membeli sawah di tempat lain. Janganlah karena sawahnya dibeli untuk keperluan proyek namun menjadikan petani tersebut beralih ke profesi yang lain. Jangan sampai generasi masa depan di Negara yang disebut agraris ini justru tidak tahu bagaimana bentuk tanaman padi.
Patut pula dipertimbangkan langkah-langkah agar segenap putra-putri negeri ini semakin mencintai profesi petani dan mempunyai obsesi menjadikan pertanian menjadi jalan hidup mereka. Langkah-langkah tersebut dapat ditempuh dengan memberikan beasiswa kepada segenap anak-anak petani ketika mereka mau melanjutkan pendidikan mereka di jurusan pertanian. Untuk menunjang tersebut wajib pula dibangun STM atau sekolah yang mengakomodir tentang dunia pertanian. Selain itu pertanian hendaknya dijadikan sebagai kurikulum lokal yang diajarkan disekolah-sekolah dari jenjang SMP-SMA.
Gus Ami yang saya hormati, Sebagai seorang guru yang mengajar di sebuah yayasan, situasi pandemi ini sungguh menjadikan saya mendapatkan banyak curhatan dari beberapa wali murid. Mulai dari kesulitan anak mereka mengikuti pelajaran, tidak sanggup membeli kuota, hingga susahnya mengakses aplikasi pembelajaran yang ada. Tampaknya pandemi benar-benar menjadikan mereka kesulitan secara ekonomi. Sehingga hal-hal yang ada kaitannya dengan finansial membuat mereka bingung tidak berkesudahan.
Sebagai seorang wakil ketua DPR RI yang membidani Kesejahteraan Rakyat pasti ada hal yang dapat anda lakukan untuk masalah ini. Lebih-lebih anda membawahi komisi VIII yang bermitra langsung dengan Kementrian Sosial yang tentu dapat berbuat sesuatu yang bermafaat dan menyasar langsung ke kesejahteraan masyarakat yang berada di daerah hingga pinggiran. Saat-saat seperti ini uluran tangan dari berbagai pihak yang diharapkan. Para orang tua sedang mengalami dilema antara membeli beras untuk makan atau membelanjakan uang yang ada demi menunjang kepentingan pendidikan anak mereka. Keduanya sama pentingnya.
Dapat dikaji pula ketika segenap anggota dewan melakukan reses ke daerah pemilihan mereka, isu tentang pendidikan di masa pandemi ini dijadikan prioritas. Ketika reses segenap anggota dewan tidak perlu lagi memberikan bingkisan-bingkisan yang kurang sesuai dengan kebutuhan penduduk saat ini. Alangkah lebih baiknya bingkisan-bingkisan tersebut diganti dengan kuota internet, masker, vaksin dan uang yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari penduduk. Tentu itu lebih membantu dan tepat sasaran. Kurangi baliho yang tidak penting dan tidak tepat manfaat. Uang untuk menyewa satu baliho lebih baik dibuat untuk membantu anak-anak yang kesulitan belajar seperti saat ini.
Selain mendapat curhatan dari wali murid yang ingin segera pembelajaran tatap muka dilakukan, saya sering juga mendapatkan curhatan dari beberapa guru yang berstatus Non PNS. Dimana pengahasilan yang mereka dapatkan tidak sampai Upah Minimum Regional. Tentu hal tersebut menjadi sangat sulit apalagi ketika pandemi seperti ini. Sebenarnya ada insentif yang ditawarkan oleh pemerintah. Namun sayangnya untuk mengurusnya pun tidak semudah membalik telapak tangan. Masih harus antri, disetujui sistem baru insentif itu akan cair. Kalaupun berhasil, insentif yang ada juga tidak bisa cair secara rutin setiap bulannya. Seperti seorang teman yang terakhir mendapatkan insentif tersebut akhir tahun lalu. Itupun untuk bulan September, Oktober dan November 2020 saja.
Gus Ami tentu tahu bagaimana susahnya menjalani profesi guru terutama yang berstatus Non PNS. Jam mengajar mereka sama dengan guru yang PNS. Bahkan kadang-kadang lebih, namun kesejahteraan yang didapatkan masih jauh dari kata memadai. Guru-guru Non PNS tersebut juga bagian dari garda terdepan pendidikan di negeri ini. Namun sayangnya kesejahetraan mereka kurang diperhatikan. Mereka terpaksa menjalani berbagai profesi demi mencukupi kebutuhan sehari-hari dan untuk menyekolahkan anak. Justru hal ini menjadikan mereka tidak bisa fokus untuk mengemban tugas mulia mereka.
Gus Ami yang saya hormati, saya hidup di sebuah desa kecil dengan beraneka macam penduduknya. Namun kesamaan mereka semua adalah mereka merasa kesulitan terhadap pandemi ini. Lebih-lebih ketika segala perkara administrasi harus dilengkapi dengan kartu vaksin. Vaksin saat ini menjadi barang mewah bagi penduduk di desa saya. Bahkan ada yang harus pergi ke kecamatan tetangga demi bisa divaksin. Karena apabila ada vaksin gratis pasti langsung ludes. Saya yakin, tetangga-tetangga saya adalah orang-orang yang taat dan mematuhi anjuran pemerintah.
Namun bagaimana ingin vaksin ketika stok yang tersedia selalu ludes. Hal menjadi makin sulit karena bantuan-bantuan yang diberikan pemerintah harus disertai dengan sertifikat vaksin ketika akan mengurusnya. Gus Ami tentu dapat membantu kami. Dengan membawahi komisi IX yang langsung bermitra dengan Kementrian Kesehatan tentu Gus Ami dapat menyusun kebijakan dan aturan yang lebih ramah terhadap masyarakat pedesaan yang akses untuk vaksin susahnya setengah mati. Tentu hal ini bukan untuk desa saya saja. Namun untuk semua desa yang hingga saat ini mendapatkan vaksin sesulit mencari uang halal.
Dapat dipertimbangkan untuk kuota vaksin ditambah lagi khususnya bagi masyarakat di daerah pedesaan dan pinggiran. Kemudian syarat administrasi tidak perlu melulu menggunakan setifikat vaksin. Karena selama menjaga prokes ketika mengambil bantuan dari pemerintah sepertinya akan aman. Janganlah mempersulit masyarakat yang sudah sulit dengan sertifikat vaksin dimana untuk mendapatkannya tidak kalah sulitnya. Jangan sampai masyarakat mau di vaksin bukan karena agar kebal terhadap virus, namun karena tidak ingin dipersulit secara administrasi.
Tentu hal seperti itu dapat melahirkan oknum-oknum dan mafia-mafia vaksin yang dapat memancing keuntungan di kala keruh seperti ini. Vaksin yang harusnya gratis tentu oleh sebagian mafia akan dikenakan harga yang mahal. Bahkan lebih parahnya akan ada vaksin palsu yang dapat mengelabuhi masyarakat. Karena masyarakat sangat butuh, akhirnya vaksin palsu mereka beli. Dengan mahal pula. Selain itu sertifikat vaksin tentu akan menjadi komoditas yang diperjual belikan. Karena ketika orang ingin mengurus syarat administrasi, sertifikat vaksin adalah hal yang wajib dimiliki.
Gus Ami yang saya hormati, itulah uneg-uneg yang ingin saya sampaikan kepada anda. Saya berharap uneg-uneg saya ini tidak hanya berakhir sebagai tulisan semata namun berubah menjadi kebijakan yang menguntungkan serta meringankan orang banyak. Saya berharap pula surat ini dapat anda balas dengan tulisan anda sendiri. Walaupun saya tahu kesibukan anda tidak terkira walaupun sudah ditemani banyak staff professional dan berpengalaman.
Atas perhatiannya anda saya ucapkan banyak terimakasih.
Salam ta’dhim Gus
والسّلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Hormat Saya
Faiz F. Abror
0 notes
Text
Jawaban UTS nomer 6
Jurnal karya Sadarian Saragih dan Lelita Yunia (2021) yang berjudul Konstelasi GOLKAR dan elit dalam politik Indonesia Pasca Pemerintahan Orde Baru membahas tentang fungsi partai dan sirkulasi elite politik dengan metode penelitian kualitatif deskriptif berdasarkan data primer yang bersumber dari wawancara langsung dengan petinggi Golkar dan data sekunder dari berbagai dokumen dan publikasi.
Meski saat ini lebih menonjol elite dari kalangan sipil, seperti Abu Rizal Bakri, Jussuf Kalla, dan kini Setya Novanto yang semuanya pengusaha. Di kalangan pengusaha ini konstelasi elite dan Golkar menyuburkan pola transaksional tidak saja di pusat tetapi juga di daerah, yang merusak pola-pola rekrutmen dan pengaderan pimpinan dan anggota partai. Dalam konstelasi demikian, Golkar masih tetap ada pada menjadi wakil pemenang Pemilu (runner-up) setiap Pemilu sejak jatuhnya Orde Baru dan selalu menjadi bagian dari lingkaran kekusaan di Pemerintahan. Artinya dari pemilu ke pemilu seusai reformasi partai Golkar tetap menunjukkan ketangguhannya sebagai partai yang kuat.
Kepada para peneliti lain, disarankan untuk menggali lebih jauh, mengapa Golkar tetap kuat, walaupun mempunyai stigma yang sulit dihapus sebagai warisan partai Orde Baru, dengan terdapat berbagai permasahan konflik elite dan terdapat kasus kasus periku elite yang terlibat korupsi.
0 notes
Text
0 notes
Text
Tips Berburu Pakai Senapan Angin
Buat anda yang suka berburu dimana saja baik di sawah atau di kebun bahkan hanya berburu dibelakang rumah misalkan berburu hama hewan rumah tangga seperti tikus maka wajib membaca sedikit tips berburu ini supaya mangasa buruan anda terkapar tidak berdaya.
1. Tentukan senapan apa yang ingin anda gunakan
Nah dalam kesempatan ini saya akan rekomendasikan senapan Goppul kepada anda dimana tidak hanya handal digunakan berburu hewan kecil seperti tikus, namun anda bisa menggunakan senapan ini dalam melumpuhkan hewan besar juga sekelas biawak sawah dan yang lainya sampai dengan babi juga sekali shot dan mati.
Senapan ini sangat populer sekali, anda bisa bayangkan seorang pejabat sekelas Abu Rizal Bakrie juga pernah merasakan kekuatan senapan ini.
Disela kesibukan beliau ini, olahraga murah dan keren adalah menembak pakai Goppul - Night Furry karena sangat nyaman digunakan.\
Jika kamu tertarik dan ingin merasakan ketangguhan senapan ini, bisa deh langsung cek spek lengkap dan harganya di web www.indosniper.com.
2. Lakukan pengintaian yang penuh ke hati-hatian
Ya, namanya berburu jenis hewan apa saja, tentu saja yang namanya pengintaian menjadi modal utama kita.
Jika anda berburu babi hutan misalkan, maka anda harus rela naik ke atas pohon kemudian diam berlama lama disana dan menunggu sang babi keluar dari sarangnya kemudian di bidik tentunya.
Titik bidikan juga haruslah pas sehingga sekali tembak langsung terkapar tidak berdaya.
3. Siapakan akurasi senapan dengan baik
Sebelum berburu ini tips yang harus anda siapkan juga. Ketika menembak sebuah titik buruan maka tekanan senapan harus diperhatikan kekuatanya kemudian jaraknya.
Anda bisa mengukur sendiri kira kira dengan 5x pompa apakah sampai dan membuat buruan anda tumbang.
4. Santai dan tenang
Sebisa mungkin ketika berburu dimana saja misalkan di area perhutanan anda jangan grusa grusu karena akan membuat buruan anda kabur.
Gunakanlah busana yang ala kadarnya, jangan menggunakan parfum berlebih karena hewan buruan sangat tajam dalam hal penciuman jadi intinya cobalah tenang dan menyatu dengan alam.
0 notes
Text
PSI yang Terlalu Problematik
Opini Grady Nagara, alumni Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Ide tentang pembentukan partai politik alternatif di Indonesia memang perlu didukung dan diapresiasi. Salah satu ide tersebut termanifestasi dalam Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang mengklaim diri sebagai “partainya anak muda” dan mengusung partisipasi politik yang inklusif dan setara. Terlebih dengan adanya sosok Grace Natalie – seorang jurnalis muda dan berbakat – sebagai ketua umum partai, semakin menguatkan citra PSI sebagai “partainya anak muda” tersebut. Hadirnya partai ini seolah memecah kejumudan masyarakat Indonesia terhadap partai politik yang korup dan elitis. Sebagaimana diketahui, dalam wajah politik kita sehari-hari, persoalan parpol akan selalu berkutat pada: rendahnya akuntabilitas lembaga partai, sentralisasi kekuasaan partai di tangan segelintir orang, serta tidak berfungsinya peran organik partai seperti pendidikan dan rekrutmen politik. Namun, apakah kemudian PSI yang baru berumur biji jagung ini mampu membawa kekuatan politik alternatif dalam kancah politik Indonesia? Dengan jujur saya katakan, sangat sulit, bahkan PSI dapat menambah kejumudan baru. Paling tidak ada dua hal penting yang patut disoroti.
Pertama, soal platform ekonomi PSI hampir tidak kita temukan adanya tawaran kebijakan progresif guna menghadang kekuatan neoliberal yang selama ini membajak Indonesia. Alih-alih berbicara soal peningkatan kesejahteraan masyarakat, PSI justru terjebak pada “model lama” pembangunan seperti membuka diri terhadap pasar seluas-luasnya dan mendorong investasi besar-besaran khususnya untuk kepentingan infrastruktur [1] – yang selama ini telah menjadi agenda pembangunan pemerintahan Jokowi-JK. Sayangnya, belum terlihat dengan jelas bagaimana PSI bersikap atas peminggiran masyarakat miskin kota dan desa yang selama ini menjadi korban atas nama pembangunan seperti yang dialami petani Kendeng, para pedagang stasiun Jabodetabek, dsb. Bahkan, sikap politik PSI pun tidak mencerminkan sebagai kekuatan politik alternatif dengan mendukung penuh Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama yang jelas-jelas telah meminggirkan masyarakat miskin kota.[2] Sikap politik tersebut jelas problematik karena PSI secara tidak langsung telah mendukung proses peminggiran tersebut.
Sisi lainnya adalah terkait platform sosial, budaya dan agama di mana PSI berbicara soal hak sipil dan politik. Tawaran ini, disisi yang lain memang perlu diapresiasi mengingat PSI mendukung kesetaraan hak bagi semua kelompok agama dan etnis. sisi problematik terlihat dari perhatiannya terhadap kaum miskin yang dikatakan telah terpinggirkan. Platform soal hak sipil dan politik PSI patut dipertanyakan mengingat partai ini abai saat banyak kaum miskin kota yang dipukuli oleh aparat negara karena dianggap kumuh dan mengganggu ketertiban dan kenyamanan. Lagi-lagi, PSI yang mendukung mantan gubernur yang gemar gusur-menggusur ini telah menunjukkan sikap partai yang pro terhadap pelanggaran hak sipol kaum miskin. Oleh sebab itu, bagi saya, PSI lebih mirip sebagai “partainya anak muda kelas menengah atas” yang benci terhadap kekumuhan dan selalu berbicara hal-hal tinggi seperti soal toleransi yang tidak terlalu dimengerti oleh kaum kelaparan.
Mari kita beralih pada poin yang kedua dan sangat penting sebelum berbicara soal realisasi platform; yaitu masalah kelembagaan parpol dan kaitannya dengan keuangan. Poin yang kedua ini tidak terlepas dari pernyataan Grace Natalie soal korupsi yang marak dan PSI hadir membawa politisi-politisi baik nan bersih untuk mengisi institusi politik yang ada. PSI dengan sikap “Pede-nya” ingin memenangi pemilu 2019 dan mengambil inspirasi dari kemenangan Emmanuel Macron dari parpol yang relatif baru di Perancis.[3] Agaknya cita-cita ini tidak realistis (atau hanya ucapan retoris) karena berhadapan dengan partai-partai well-established yang selama ini masih mampu menjaga basis pemilih tradisionalnya.
Sebelum berbicara kompetisi dengan parpol-parpol besar, bagaimana PSI mampu mendanai partai dan kandidatnya untuk kebutuhan pemilu (jika bukan soal operasional harian partai), yang ditargetkan menang 2019 mendatang? Sejauh ini, PSI mampu mengumpulkan dana dari masyarakat secara terbuka melalui “patungan rakyat” sebesar Rp 107 juta. PSI pun mengklaim bahwa penggalangan dana yang dibalut acara “patungan rakyat” itu sebagai penggalangan dana parpol pertama sepanjang sejarah Indonesia yang terbuka dan resmi.[4] Ini jelas pernyataan retoris. Jelas-jelas ada partai lain yang juga menggalang dana secara resmi dan terbuka dengan perolehan yang bahkan jauh lebih besar. Adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menghimpun dana lewat “Galang Lima Puluh Ribu (GALIBU)” di mana seluruh elemen masyarakat secara resmi dan terbuka dapat berdonasi di sana. Waktu GALIBU ala PKS diselenggarakan untuk kepentingan Munas 2015, dana yang terhimpun mencapai Rp 1,3 miliar hanya dalam beberapa hari [5], atau 13 kali lipat lebih besar dari yang dihimpun PSI.
Soal “solidaritas” ala PSI yang ingin bahu-membahu dalam pendanaan untuk membantu para caleg yang dimajukan juga sulit dipahami. Angka Rp 107 juta itu sendiri masih sangat jauh dari cukup untuk memenangi kontestasi pemilihan umum yang memang dasarnya sudah high cost. Misalnya, untuk kasus pemilu 2014 kemarin saja, partai-partai politik yang kini mendapat jatah kursi di DPR rata-rata harus merogoh kocek lebih dari Rp 100 miliar. Berdasarkan laporan KPU, angka fantastis untuk running campaign pileg diperoleh Partai Golkar dengan biaya kampanye sebesar Rp 402 miliar, sedangkan untuk angka Rp100 – 200 miliar dikeluarkan oleh partai-partai medioker seperti PAN dan PKB.[6] Lalu bagaimana PSI menutupi sisanya? Misalkan saja PSI menghimpun iuran dari 10 ribu anggotanya (berdasarkan pendaftar secara online) [7] dengan masing-masing dibebankan iuran sebesar Rp 1 juta – yang tentu saja tidak mungkin – , maka PSI mendapatkan dana bersih sebesar Rp 10 miliar. Coba bandingkan dengan kebutuhan campaign pemilu legislatif, angka Rp 10 miliar tersebut masih sepersepuluh jika diasumsikan total dana yang dibutuhkan adalah Rp 100 miliar. Belum lagi biaya operasional harian partai termasuk konsolidasi, dan berbagai event, yang tentu saja butuh dana besar.
Meskipun persoalan dana idealnya tidak mutlak untuk memenangi pemilu, namun realisasi untuk menang pemilu 2019 akan jauh dari mungkin mengingat PSI harus berhadapan dengan partai-partai yang sudah “kaya”. Bukannya saya tidak mendukung pemilu berbiaya murah, tetapi ini adalah realitas politik kita hari ini. Jika PSI dengan niat tulus-ikhlas ingin turut memberantas korupsi lewat jalur elektoral, saya khawatir justru PSI terjebak pada praktik tidak bersih karena menggalang dana untuk partai demi mengejar cita-cita meraih kursi yang dominan di parlemen tahun 2019 kelak. Alih-alih ingin inklusif, justru PSI bisa terjebak pada sentralisasi elit karena pendanaan sangat mengandalkan elit partai dan jaringannya – sebagai akibat dari lemahnya pendanaan dari grass root. Padahal, ketergantungan pada elit akan menciptakan relasi patron-klien antara elit dengan para kliennya guna mendapatkan dana. Dari sini, partai akan susah untuk transparan dalam hal penerimaan sumbangan yang bersifat sangat personal, dan tentu saja berpotensi korup. Sayangnya, PSI belum bisa mendapatkan dana subsidi pemerintah (meskipun angkanya juga kecil) karena hanya didapatkan oleh partai-partai yang memiliki kursi di parlemen. Itu pun penggunaan dana subsidi lebih ditujukan untuk kepentingan pendidikan politik, bukan untuk pemilu.
Dengan demikian, akhirnya PSI pun akan terjebak pada kejumudan realitas politik sehari-hari, yang semula ingin menawarkan kekuatan politik alternatif. Tentu saja, Grace Natalie dan para petinggi partai lainnya tidak dapat menandingi Surya Paloh maupun Abu Rizal Bakrie yang sangat kaya karena mampu mengendalikan media. Apalagi disandingkan dengan ketua Partai Golkar, Setya Novanto, yang dengan hebatnya mampu melepaskan diri dari segala bentuk tuduhan keterlibatan dalam kasus-kasus mega korupsi macam E-KTP. Sangat sulit bagi partai yang ingin mengusung “orang baik” untuk berpolitik, selain itu adalah ucapan retoris belaka. Moral individu bukanlah solusi untuk memecahkan problem korupsi, melainkan ia adalah problem sistem yang bahkan “orang baik” sekalipun dapat terjebak di dalamnya.
Pada akhirnya, bagi saya fenomena kemunculan partai politik “alternatif” seperti PSI adalah sebagai hiburan di tengah mumetnya pemberitaan media yang selalu itu-itu saja.
Catatan Akhir:
[1] “Platform 1: Ekonomi dan Pembangunan”, diakses dari https://psi.id/berita/content/platform-1-ekonomi-dan-pembangunan/ (4 september 2017, pukul 19.00).
[2] “Dukung Ahok, Ketum PSI: Pilihan Kami Tak Akan Salah”, diakses dari https://news.detik.com/berita/d-3469492/dukung-ahok-ketum-psi-pilihan-kami-tak-akan-salah (4 September 2017, pukul 19.00).
[3] “Belum Lolos Verifikasi, PSI ‘Pede’ Menangi Pemilu 2009”, diakses dari https://news.detik.com/berita/d-3607581/belum-lolos-verifikasi-psi-pede-menangi-pemilu-2019 (4 September 2017, pukul 20.00).
[4] “Penggalangan Dana PSI Jakarta Tembus 107 Juta”, diakses dari https://psi.id/berita/2017/09/18/penggalangan-dana-psi-jakarta-tembus-107-juta/ (4 September 2017, pukul 20.15).
[5] “Penghimpunan Dana Galibu PKS Capai Rp 1,3 M”, diakses dari http://pks.id/content/penghimpunan-dana-galibu-pks-capai-rp-1-3-m (4 September 2017, pukul 20.30).
[6] KPU, “Laporan Kampanye Parpol Pemilu Legislatif 2014”, (Jakarta: KPU, 2014), hlm.45-46.
[7] “Partai Solidaritas Indonesia Yakin Bisa Ikut Pemilu 2019”, diakses dari http://nasional.kompas.com/read/2016/10/24/20143281/partai.solidaritas.indonesia.yakin.bisa.ikut.pemilu.2019 (4 September 2017, puku; 21.30).
sumber gambar
1 note
·
View note
Photo
Tepis Anggapan Bamsoet, Airlangga Tegaskan Munas Golkar Selalu Bulan Desember
jpnn.com, JAKARTA – Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menepis anggapan yang menyebutnya menunda-nunda pelaksanaan musyawarah nasional (munas).
Bantahan Airlangga tersebut untuk menepis pernyataan Wakil Ketua Koordinator Bidang Pratama DPP Golkar Bambang Soesatyo tentang adanya pihak di partai berlambang beringin itu yang menunda-nunda pelaksanaan munas hingga Desember 2019.
Airlangga menyatakan, Golkar sejak 2004 selalu menggelar munas untuk memilih ketua umum pada bulan Desember. Menurutnya, Aburizal Bakrie terpilih menjadi ketua umum Golkar pada munas yang digelar Desember 2009.
“Pak Abu Rizal di bulan Desember. Pak JK (Jusuf Kalla, red) di bulan Desember,” kata Airlangga di Istana Negara, Jakarta, Senin (12/8).
Karena itu, ketua umum Golkar yang juga menteri perindustrian tersebut memilih mengikuti mekanisme di internal partainya. “Jadi kami mengikuti mekanisme yang ada,” tegasnya.
Sebelummya Bambang Soesatyo alias Bamsoet menduga ada pihak-pihak di internal partainya yang sengaja menunda-nunda munas. Menurut Bamsoet, penundaan itu karena ada elite Golkar yang hendak mempertahankan jabatan di partai.(fat/jpnn)
Source : https://malangtoday.net/flash/nasional/tepis-anggapan-bamsoet-airlangga-tegaskan-munas-golkar-selalu-bulan-desember/
MalangTODAY
0 notes
Text
Tingkah 'Ajaib' 2 Anak Nia Ramadhani Bikin Theresa Wienathan Terkejut, Abu Rizal Bakrie Sampai Takut - Surya Malang #kaosanak https://t.co/QYp0XTCwMN
Tingkah 'Ajaib' 2 Anak Nia Ramadhani Bikin Theresa Wienathan Terkejut, Abu Rizal Bakrie Sampai Takut - Surya Malang #bajuanak #kaosanak https://t.co/QYp0XTCwMN
— Cotton Angel (@cottonangelid) March 4, 2020
Source: @cottonangelid March 04, 2020 at 03:57PM More info Your Website/Page Anchor Text Here
0 notes
Text
Pilpres 2024, Golkar Targetkan Usung Capres dari Kader Internal
Pilpres 2024, Golkar Targetkan Usung Capres dari Kader Internal
Dailymail.co.id, Jakarta – Ketua Dewan Pembina Partai Golkar, Abu Rizal Bakrie berharap, partainya dapat mengusung calon presiden sendiri pada Pemilihan Presiden 2024 mendatang.
"Pilpres ke depan Golkar bisa mengusung calonnya sendiri," kata Abu Rizal usai Salat Idul Adha di DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta, Minggu (11/8/2019).
Menurut Abu Rizal, kepemimpinan Partai Golkar saat ini sudah…
View On WordPress
0 notes
Text
Tidak Disangka Sutri Ini Nekat Melakukan Hal Ini. Sewaktu Ngantri Membeli Makan
Tidak Disangka Sutri Ini Nekat Melakukan Hal Ini. Sewaktu Ngantri Membeli Makan
Nia Ramadhani dan Ardi Dikenal Sebagai Sutri Tajir
Abu Rizal Bakrie membuat kehidupan Prianti Nur Ramadhani makin mapan, setelah menjadi menantu dari salah satu konglomerat di Indonesia. Ia kini hidup bergelimang harta serta memiliki berbagai fasilitas mewah dari sang suami, Ardi Bakrie.
Mantan selebritis yang akrab disapa Nia Ramadhani ini bahkan memutuskan untuk berhenti dari dunia hiburan dan…
View On WordPress
0 notes
Text
0 notes
Link
Ical Bantah Elektabilitas Golkar Turun Gara-gara Novanto Ketua Dewan Pembina Partai Golkar, Abu Rizal Bakrie membantah jika elektabilitas partainya turun gara-gara Setya Novanto... Update: JITU NEWS Indonesia - Berita Nasional, Politik, Peristiwa, Pangan, Energi, Air, Dan Gaya Hidup
0 notes
Link
Ical Bantah Elektabilitas Golkar Turun Gara-gara Novanto : Ketua Dewan Pembina Partai Golkar, Abu Rizal Bakrie membantah jika elektabilitas partainya turun gara-gara Setya Novanto... @jitunews: JITU NEWS Indonesia - Berita Nasional, Politik, Peristiwa, Pangan, Energi, Air, Dan Gaya Hidup
0 notes