#YockieSuryoprayogo
Explore tagged Tumblr posts
ejharawk · 7 years ago
Text
Selamat jalan sang bahaduri
Tumblr media
Jakarta, Senin (5/2/2018), tepat pukul 10.00, saya terbangun dari tidur. Di luar sedang hujan rintik-rintik. Saya lalu melongok ponsel. Ada beberapa pesan masuk. Salah satunya bertuliskan, “Jha, Mas Yockie meninggal dunia.” Sontak saya kaget. Bengong untuk sesaat. 
Walaupun tahu beliau sedang sakit dan terus mendapat perawatan intensif, saya tetap saja berusaha meyakinkan diri bahwa kabar tadi benar adanya. Langsung saya buka linimasa Twitter. Ternyata betul. Adib Hidayat --yang ikut terlibat dalam pagelaran musik untuk membantu biaya pengobatan Mas Yock-- mengabarkan duka yang sama melalui akunnya. Innalillahi wainnailaihi rojiun.
Yockie meninggal pada umur 63 tahun di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, sekitar pukul 07.23 WIB. Jenazahnya dimakamkan di TPU Karet Bivak blok AA 2 bld 45.
Sebagai pengganti obituarium untuk Mas Yock, saya menerbitkan tulisan panjang ini. Sebelumnya sudah termuat di Beritagar.id (Jumat, 17 Maret 2017). Hanya saja versi yang terbit itu sudah melalui proses penyuntingan. Versi yang di blog ini lebih utuh. Kalau dalam film istilahnya uncut version.
Kala itu saya bersama Bismo Agung --yang hasil fotonya saya jadikan headline tulisan ini-- menemui Mas Yock dalam dua kesempatan.
Perjalanan karier dan sumbangsihnya terhadap industri musik pop di Tanah Air tiada terkira. "Layak jadi figur,” ujar redaktur pelaksana di kantor ketika saya mengusulkan nama Mas Yock untuk bahan tulisan.
Arsitek lazim dikenal sebagai sosok yang merancang bangunan menggunakan sketsa, gambar, teks, dan komunikasi lisan. Jika konteksnya musik, Yockie Suryo Prayogo patut diperhitungkan sebagai salah satu arsitek paling berharga yang dimiliki negeri ini.
Ia meletakkan konstruksi lagu menggunakan notasi-notasi dan harmoni indah melalui instrumen piano, organ, dan keyboard yang jadi andalannya.
Sejak kecil anak ketiga dari delapan bersaudara pasangan Soesanto-Suryati ini telah mengenal musik klasik melalui guru piano yang saban petang datang memberikan les privat.
Musik klasik yang jadi pondasi bermusik --plus pergumulannya dengan genre musik lain-- membuat aransemen garapan Yockie kaya dengan penjelajahan akor dan warna. Semua berkat pergaulannya dengan berbagai kalangan yang merentang dari Balikpapan, Jakarta, Bandung, dan Malang.
Menelisik petualangan musikalnya sejak akhir 60-an hingga medio 70-an, Yock-- panggilan akrabnya-- bukan hanya menemplok di God Bless, kelompok Safira, Fancy Jr., BigMan Robinson, Zonk, Giant Step, Double Zero, Contrapunk, Jaguar, hingga The Mercy’s pernah pula diperkuatnya.
Statusnya mulai dari salah satu penggagas, pengisi kekosongan, hingga sekadar membantu pada saat sesi rekaman. Kelar mendapat honor setelah menyelesaikan kontrak, ia cabut lagi.
“Waktu itu julukan saya cabo alias perek band saking seringnya keluar masuk band. Ha-ha-ha,” kenang Yockie kepada kami (2/2/2017).
Berpindah ke dasawarsa 80-an dan 90-an, wilayah kerja kreatif ayah Nara, Ade, Reza, dan Sarah ini semakin tidak terbendung.
Jika sebelumnya hanya mengakrabi rock, Yockie tak segan menjamah bidang dan genre lain. Selain pop, Yockie pernah berkecimpung menggarap musik dangdut untuk album Mana Tahan (Purnama Record - 1980) milik kelompok komedi Warkop Prambors yang kemudian bertransformasi jadi Warkop DKI.
Tidak hanya piawai memencet keyboard, tugas sebagai penulis lagu, komposer, penata musik, hingga produser juga dilakoninya. Dan itu bukan untuk keperluan album rekaman semata, tapi juga melingkupi bidang lain seperti yang pernah dilakukannya saat mendapat kepercayaan sutradara Garin Nugroho menjadi pengarah musik untuk pementasan teater musikal “Diana”  (7-8 Juli 2010).
Debby Nasution, keyboardis  yang pernah singgah sebentar memperkuat formasi God Bless, menyebut Yockie sebagai pemilik berjuta gagasan dan ide.
Latar belakang mengapa Yockie suka gonta-ganti band karena sifatnya yang pembosan. Ia selalu ingin mencari tantangan baru dan tidak mau berkubang terlalu lama di zona nyaman. Hingga sekarang ia mengaku masih seperti itu.
���Alasan lain yang bikin saya bosan karena tuntutan kreatifitas. Orang kalau terlalu sering membahas hal yang sama, lama-kelamaan jadi bosan. Sudah enggak enak. Padahal unsur-unsur mengejutkan itu yang menciptakan dinamika,” kilahnya.
Setiap menempuh perjalanan musikal, Yockie tidak sekadar bergulat dengan segala problem berkeseniannya, tapi juga mengamati, mempelajari, kemudian memetik banyak hikmah.
Dialektika itu yang membuat setiap komposisi ciptaannya merembes masuk ke hati setiap pendengarnya, tidak sekadar numpang lewat di kuping dan terlupakan begitu saja.
Jika lagu ibarat bangunan, maka Yockie sebagai arsitek berhasil merancang sebuah bangunan yang berkualitas dan tahan lama.
Penabalan sebagai arsitek musik datang dari mendiang pengamat musik Denny Sakrie. Dan itu bukan satu-satunya julukan yang dialamatkan kepada pria kelahiran Demak, Jawa Tengah, 14 September 1954.
Wartawan musik Denny MR menganggap Yockie sebagai musikus genius sebab dari pemikirannya muncul begitu banyak karya berkualitas yang menjadi sumber telaah hingga sekarang.
Hal senada disampaikan Triawan Munaf (58). Saat saya temui dalam acara syukuran film Wiro Sableng 212 di JS Luwansa Hotel, Jakarta Selatan (9/2/2017), mantan keyboardis Giant Step yang kini menjadi Kepala Badan Ekonomi Kreatif menyebut diri sebagai pengagum Yockie.
“Mas Yockie selalu menghasilkan terobosan penting dalam berkarya. Mulai dari God Bless, Badai Pasti Berlalu, dan Musik Saya Adalah Saya. Sebagai sesama keyboardis, saya ini enggak ada apa-apanya. Dia luar biasa,” puji Triawan.
Ayah penyanyi Sherina Munaf itu menambahkan bahwa Yockie juga seorang pemikir, kritis, dan sensitif terhadap isu sosial, politik, kemanusiaan.
“Dia selalu ingin mengikuti kondisi aktual, tidak mau terjebak pada masa lalu. Karena itu kita semua butuh sosok seperti Mas Yockie untuk memberikan masukan kepada generasi muda,” pungkas Triawan.
Banyaknya julukan dan pengakuan terhadap Yockie berbanding lurus dengan versi penulisan nama pertamanya, terutama di berbagai media dan juga sampul album. Pada fase awal kariernya sempat muncul sebagai Yongkie, Yocky, Jocky, dan Jockie yang merupakan versi paling lazim ditemukan.
Selain Musik Saya Adalah Saya (Musica Studio’s - 1979) yang menempati urutan ke-13 dari “150 Album Indonesia Terbaik” versi majalah Rolling Stone Indonesia (edisi Desember 2003), bukti kegeniusan Yockie juga bisa disimak dalam soundtrack film Badai Pasti Berlalu (Irama Mas - 1977) yang jadi pemuncak lis.
Yockie bersama Eros Djarot dan Chrisye menjadi produser dengan pembagian tugas spesifik; Eros mengurusi departemen lirik,  Chrisye sebagai penyanyi, sementara Yockie membuat aransemen.
Dalam buku “Pop Kosong Berbunyi Nyaring: 13 Hal Yang Tidak Perlu Diketahui Tentang Rock” terbitan Elevation Books, penulis Taufiq Rahman menyebut album tersebut adalah mahakarya yang layak untuk terus dibahas dari sudut pandang manapun.
Saat mendapat kepercayaan Prambors Rasisonia menata musik album kompilasi Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR) 1977 dan 1978, Yockie lagi-lagi membuktikan kematangannya bermain-main di wilayah musik pop, bukan sekadar rock yang selama ini digelutinya bersama God Bless dan segudang band lain.
Deretan pengakuan bertambah panjang karena lis “150 Lagu Indonesia Terbaik” memuat beberapa lagu yang melibatkan Yockie, antara lain  “Badai Pasti Berlalu” (Berlian Hutauruk - posisi 3), “Kehidupan” (God Bless - 8), “Lilin-Lilin Kecil” (Chrisye - 13), hingga “Kesaksian” (Kantata Takwa - 82).
Tumblr media
Langit kecokelatan dan udara dingin terasa betul menusuk tulang saat menapak di kompleks The Breeze, Bumi Serpong Damai City, Tangerang Selatan (2/2/2017). Aspal yang masih basah menandakan tempat ini baru saja terguyur hujan.
Yockie ditemani sang istri, Tiwi Puspitasari, muncul mengenakan jaket bertudung (hoodie) warna hitam dengan celana denim, sepasang sepatu, dan frame kacamata berwarna senada. Resleting perak yang menutupi jaket dibiarkan terbuka sehingga menyembulkan kaos abu-abu dari badannya.
Awalnya Yockie memilih untuk melakukan sesi wawancara di salah satu gerai kopi waralaba. Musabab tidak menyediakan ruangan untuk memenuhi keinginan Yock merokok, kami beringsut menuju sebuah cafe yang letaknya hanya sekira 10 meter dari tempat semula.
Bagian belakang cafe itu semi outdoor. “Nah tempat ini pas,” ujar Yockie sembari duduk di salah satu sofa. Dikeluarkannya sebungkus rokok filter dari kantong, mengambil sebatang, dan menghisapnya dalam-dalam.
Pengunjung cafe tampak sibuk masing-masing. Tidak ada yang menyadari bahwa sosok dengan tinggi badan mencapai 184 sentimeter di tengah-tengah mereka adalah musikus penghasil banyak magnum opus dalam industri musik pop tanah air.
“Tidak ada masalah bagi saya apakah masih dikenali orang banyak atau tidak. Biasa saja,” tegasnya.
Kumis dan jenggot yang menghiasi area bibirnya dibiarkan menyambung sehingga tampak membentuk huruf “O”.
Rambutnya tak gondrong lagi dengan kondisi mulai menipis membuat dahi dan tulang pipi yang dihiasi jambang tampak menonjol. Persis sebuah tebing nan kukuh.
Kekukuhan itu terus dipertahankannya dalam bersikap terutama menyangkut karya-karya kreatif sebagai musikus. Tak peduli jika kemudian album-albumnya kurang laku karena enggan berkompromi dengan tren yang sedang berlaku di industri.
Perihal keras kepalanya Yockie sebenarnya tidak datang ujug-ujug. Sejak remaja ia sudah mbalelo. Lingkungan keluarga yang masih feodal coba ia terabas sesuai jiwa mudanya yang anti kemapanan.
“Zaman dulu itu ajaran yang saya terima tidak boleh petentengan di depan orang yang usianya lebih tua. Bahkan untuk bertanya pun terbatasi. Bagaimana mau tahu kalau tidak boleh bertanya? Paradigma seperti itu yang saya coba lawan, salah satunya dengan musik,” kisah Yockie.
Sikap Yockie itu sebenarnya merupakan imbas dari berkembangnya popularitas generasi bunga alias flower generation pada era 60-an hingga 70-an di Benua Amerika dan Eropa yang mendengungkan protes melalui musik.
Yockie muda yang tergila-gila dengan musik rock setelah mendengarkan lagu “Kelelawar” milik Koes Plus juga menggunakan medium serupa sebagai bentuk perlawanan.
Sejak mengakrabi musik, sekolahnya mulai tidak keruan. Beruntung ijazah SMA berhasil dikantonginya.
Meskipun berhasil membuktikan diri lulus SMA, keputusan untuk mendalami musik tetap mendapat tentangan dari ayahnya yang kala itu berpangkat Brigjen Polisi.
Stigma yang berkembang kala itu memang menempatkan musikus dalam kasta rendah karena pendapatannya serba tak pasti. Menjadi pemusik berarti masa depan suram.
“Mau jadi apa kamu nanti? Pengamen? Gembel?,” tutur Yockie meniru hardikan ayahnya. Tanpa ambil pusing ia tetap saja kukuh melanjutkan petualangan di ranah musik dengan segala risikonya.
Beberapa bukti lain untuk menunjukkan betapa kukuh Yockie terhadap profesinya adalah sikap tidak pandang bulu jika sudah menyangkut Hak Kekayaan Intelektual (HKI), terutama menyangkut penyalahgunaan terhadap karya-karya yang telah dihasilkannya.
Hanung Bramantyo pernah kena tegur karena menggunakan lagu “Kesaksian” milik Kantata Takwa untuk film Sang Pencerah (2010) tanpa seizinnya.
Penyelenggara konser Kantata Barock yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, setahun berselang merasakan hal serupa. Kali ini bahkan sampai ke meja hijau.
Bersama ahli waris W.S Rendra, Yockie menyampaikan nota penolakan terhadap konser yang diadakan PT Airo Swadaya Stupa.
Ia juga menaikkan surat resmi tentang adanya penyimpangan hak cipta akan karya-karya Kantata Takwa, Kantata Samsara, dan Kantata Revolvere mengacu pada UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Masih pada tahun yang sama, giliran PT Arasy Cinta Sakti dan produser Didi Bofa menerima “surat cinta” Yockie. Pasalnya rilis ulang album Badai Pasti Berlalu dalam format cakram padat alias CD dilakukan secara ilegal. Alhasil album tersebut langsung ditarik dari pasaran.
Yockie kembali memerkarakan penyelenggara dan pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan konser “Kidung Abadi Chrisye” di Jakarta Convention Center, Senayan (5 April 2012).
Rekan-rekannya di God Bless juga tidak luput dari tuntutan hukum karena melakukan pelanggaran soal performing rights.
Yockie menilai banyak lagu-lagu ciptaannya semisal “Menjilat Matahari”, Cendawan Kuning”, atau “Kehidupan” yang dibawakan kelompok tersebut dalam berbagai konser berbayar tanpa izin.
Jika dari segala aksi itu kemudian memicu anggapan bahwa muaranya  untuk mengejar uang, Yockie menolak dengan sangat tegas. “Saya tidak pernah menjadikan uang sebagai tujuan utama dalam hidup, terlebih dalam berkarya. Itu prinsip saya sejak dulu.”
Lagi pula sebelum membawa segala permasalahan tersebut ke meja hijau, Yockie terlebih dahulu selalu melakukan langkah persuasif secara kekeluargaan. Jika sudah berkali-kali tak mendapat respons, baru kemudian ia melayangkan somasi ke pengadilan.
Jika ingin mendiskusikan soal norma --sosial maupun hukum positif-- dengan Yockie, siapa pun harus bersiap mendengarkan pemaparannya yang berapi-api. Ia seolah mampu meluangkan waktu membicarakan topik ini semalam suntuk.
Bahkan sebagian besar isi statusnya di Facebook banyak membahas perkara yang satu ini. Sungguhpun ia mengaku menuliskan apa saja yang terlintas di kepalanya seketika itu juga saat menatap layar gawai maupun komputer di rumahnya.
“Dari apa yang telah saya alami selama berkiprah di industri musik dan kehidupan sosial, ternyata ada satu variabel lain yang harus kita kuasai. Pelajaran itu saya dapatkan selama bergaul dengan Kantata Takwa. Melalui Mas Rendra saya mempelajari berbagai disiplin ilmu. Saya juga banyak bertemu tokoh ahli hukum, politik, dan lain-lain,” ujarnya.
Variabel yang dimaksudkan Yockie adalah benturan antara norma sosial yang berlaku di masyarakat dengan hukum positif.
Dicontohkannya saat menuntut rekan-rekannya di God Bless tadi. Secara legalitas hukum apa yang dilakukannya benar karena perihal hak cipta termaktub dalam undang-undang.
Alih-alih mendapat dukungan, langkahnya tadi justru memunculkan tudingan miring karena dianggap tidak sesuai dengan budaya kepantasan dan kepatutan yang masuk wilayah norma sosial. Apakah Yockie bergeming?
“Walaupun langkah tadi membuat saya diberengsek-berengsekin, saya tetap memperjuangkan hak saya yang dijamin oleh hukum, tidak peduli dengan tekanan lingkungan. Sekalian juga saya ingin memberikan contoh kepada musisi lain. Biarlah saya jadi martir. Dan cukup saya saja yang mengalami,” tegasnya.
Tumblr media
Selain keteguhan hati tentang pelaksanaan norma, menarik juga mengetahui bagaimana Yockie memposisikan diri dengan kondisi musik sekarang.
Pasalnya Yockie mau tak mau harus menghadapi perubahan pola industri musik yang ditopang kemajuan pesat di bidang teknologi rekaman.
Hal itu tentu berbeda jauh dibandingkan dasawarsa 80-an dan 90-an saat dirinya sibuk bersolo karier juga tergabung dengan Kantata Takwa, Swami, serta Suket.
Untuk menguliti pandangannya tentang hal tersebut, sekalian untuk sesi pemotretan, kami harus mengatur janji pertemuan selanjutnya. Tempat yang disepakati adalah kediamannya yang terletak di bilangan Rawa Buntu, Serpong, Tangsel.
Laiknya pertemuan pertama, beberapa kali kami urung menemuinya sesuai jadwal yang telah disepakati.
“Mas Yockie hari ini sedang tidak enak badan. Maaf,” demikian balasan pesan dari sang istri, Tiwi Puspitasari, saat kami menanyai alasan dari pembatalan tersebut.
Ketika menyambangi rumahnya yang tenang dan teduh karena terletak agak jauh dari jalan raya serta dipenuhi pepohonan rindang, Yockie mengaku bahwa kondisi tubuhnya memang belum stabil betul.
“Beberapa bulan lalu saya sempat muntah darah. Hampir satu liter,” katanya lirih. Dari hasil pemeriksaan menyeluruh, kondisi jantung, paru-paru, dan hati milik Yockie dalam kondisi baik-baik saja. Hanya ususnya yang agak bermasalah.
Yockie kali ini tampil lebih santai mengenakan kaos lengan panjang berwarna cokelat cerah dan celana puntung.
Sambil menyalami dan mempersilakan kami duduk di sofa berwarna putih yang terletak di ruang tengah, Yockie kembali menyalakan sebatang rokok. Di tangannya telah siap sticky buddy, sejenis rol pembersih menggunakan plastik perekat untuk mengangkat kotoran seperti abu rokok.
Tampak piano bermerek Meer di sudut ruangan. Di atasnya diletakkan beberapa trofi penghargaan, salah satunya Lifetime Achievement Award yang diberikan Anugerah Musik Indonesia pada 2012.
Pada dinding ruangan yang berkelir putih gading, mejeng beberapa plakat penghargaan, poster konser rock opera, lukisan, dan karikatur bergambar dirinya saat terpilih sebagai salah satu dari  “25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa” versi majalah Rolling Stone Indonesia.
Saat berdiri dan berjalan untuk melakukan sesi foto, Yockie tampak menggontai.  “Ini efek dari kebanyakan mengonsumsi alkohol di masa muda. Sekarang baru saya merasakan dampaknya.”
Alkohol memang jadi teman akrab Yockie setelah berhasil lepas total dari jeratan narkotika pada 1975 setelah hampir lima tahun menjadi pecandu. Awalnya sekadar pelarian. Perlahan tapi pasti, intensitasnya meningkat. Ia berubah dari junkie menjadi alkoholik.
“Dulu saya bisa menghabiskan sebotol cognac (sejenis brendi) dalam sehari. Terkadang malah dua botol,” akunya. Kebiasaan mengonsumsi alkohol baru dihentikannya setelah muntah darah.
Walaupun tampak susah payah berjalan, jemarinya tetap saja rancak menjelajahi setiap bilah-bilah papan nada piano untuk memainkan beberapa komposisi ciptaannya secara medley, salah satunya “Angin Malam” yang terdapat dalam album Badai Pasti Berlalu.
Ternyata Yockie bukan hanya genius, tapi juga menghipnotis. Tubuh seolah merasakan desiran angin malam saat mendengarkannya bermain. Tak banyak musisi yang bisa menghasilkan interaksi rasa seperti demikian.
Tanpa bermaksud jemawa, Yockie menilai sejak dimulainya era digital hingga sekarang belum lahir lagi album musik Indonesia yang pantas disebut sebagai produk budaya.
Penyebabnya karena kebanyakan hanya sekadar memainkan musik tekstual menggunakan nada do-re-mi-fa-so-la-si-do zonder mengolah rasa berdasarkan aspek sosiologis dan antropologis melalui pergaulan lingkungan sekitar.
Alhasil musik yang dihasilkan tidak mempunyai ruh. Berbeda dengan musik zaman dahulu semisal Koes Plus atau God Bless yang hingga sekarang masih tetap diapresiasi.
Beberapa band sekarang yang menurutnya berhasil memenuhi kriteria tadi adalah Barasuara dan Efek Rumah Kaca.
Sebelum menyudahi pertemuan, Yockie membocorkan bahwa kini sedang merancang sebuah konser lagi setelah tahun lalu mengadakan pementasan “LCLR Plus Yockie Suryo Prayogo” dan “Badai Pasti Berlalu Plus Yockie Suryo Prayogo” di Bandung, Surabaya, Malang, dan Yogyakarta. Terbersit juga harapannya untuk menggelar lagi konser “Musik Saya Adalah Saya” yang terakhir kali diselenggarakan pada 1979 di Balai Sidang Senayan, Jakarta.
Ia juga sedang berusaha menjalin kesepakatan kembali di Musica Studio’s agar menerbitkan kembali album-album solo lamanya yang pernah diedarkan label tersebut.
Perihal kapan ingin merilis album baru lagi setelah menelurkan Perjalanan Waktu (Bravo Musik - 2015), Yockie yang kini sedang membaca buku karya Soetanto Soepiadhy bertajuk “Meredesain Konstitusi” dan “Demokrasi Kita” dari Mohammad Hatta belum bisa memberi kepastian.
Metode rekaman secara digital sekarang bagi Yockie belum bisa memenuhi parameternya tentang kualitas audio mumpuni. "Karena semua instrumen yang terekam sifatnya hanya data input. Ada studio digital yang bagus, tapi ongkosnya mahal. Saya kesulitan mengakses itu," tutupnya.
Tumblr media
0 notes
cianjurmusikcadas · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Repost @adibhidayat : "Saya memberikan perkembangan kesehatan Mas Yockie Suryo Prayogo berdasarkan percakapan dengan Mbak Tiwi, istri Mas Yockie hari ini Senin (13/11). Kondisi Mas Yockie sebetulnya sudah membaik. Dokter juga sudah menyarankan untuk dirawat di rumah saja. Keluarga juga sudah mulai menyiapkan kebutuhan untuk rawat di rumah. Namun sabtu malam (11/11) mas Yockie muntah darah lagi beberapa kali. Jadi keputusannya tetap harus dirawat di Rumah sakit. Dana untuk pengobatan masih sangat dibutuhkan. Jika teman-teman bersedia menyebarkan informasi terkait donasi ini ke calon-calon donatur akan sangat membantu. Harapannya adalah donasi akan terkumpul lebih banyak lagi untuk kesembuhan Mas Yockie Suryo Prayogo. Terimakasih atas waktu dan kebaikan teman-teman donatur semua yang sudah mau berbagi. Tuhan bersama kalian. Untuk Donasi bisa klik link bio saya atau kunjungi: https://m.kitabisa.com/untukyockie _ - - - - #yockiesuryoprayogo #KitaBisa #MusisiIndonesia (at Pondok Pesantren Al-Ittihad Cianjur)
0 notes
dickymoerdani · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Doa terbaik untuk kesembuhan om @yockie_suryo_prayogo @godblessrocks legenda musik Indonesia yang saat ini sedang sakit. Bagi teman2 yang ingin berdonasi bisa melalui @kitabisacom untuk membantu biaya pengobatan beliau. Thanks guys.. 😊 . #yockiesuryoprayogo #godbless
0 notes
malangtoday-blog · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Legenda Musik Yockie Suryo Prayogo Meninggal Dunia
MALANGTODAY.NET – Dunia musik Tanah Air kembali berduka, Yockie Suryo Prayogo yang dikenal sebagai legenda musik Indonesia, meninggal dunia pada Senin (5/2) pagi. Berita duka ini pertama kali disampaikan oleh vokalis band d’Masiv, Rian, melalui postingan foto di akun Instagramnya, @rianekkypradipta. https://www.instagram.com/p/Bey7y4iBFX3/ Baca Juga: Alami Pendarahan Otak, Begini Kondisi Terkini Yockie Suryo “innalilahi wainailahi rajiun.. telah meninggal dunia Om yockie suryo prayogo .. seorang seniman besar .. salah satu inspirasi saya dalam bermusik .. semoga amal ibadah beliau di terima di sisi Allah SWT dan tempatkan di tempat yang sebaik baik nya.. aminn.. Al fatihah #yockiesuryoprayogo #restinpeace #legend” begitulah bunyi caption foto tersebut. Rian mengunggah foto dirnya bersama almarhum, sembari memegang piringan hitam God Bless yang sudah ditanda tangani oleh personilnya, termasuk Yockie Suryo Prayogo sendiri. Tak hanya Rian d’Masiv, pengamat musik Adib Hidayat juga menyebarkan kabar duka tersebut, melalui postingannya di Twitter, @AdibHidayat. Baca Juga: Sriwijaya FC Akui Lawan Arema FC Cukup Sulit “ ‘Innalillahi wa innalillahi rojiun. Bokap baru aja meninggal dib’isi pesan dari Nara, putra Yockie Suryo Prayogo pagi ini. Alfatihah” tulisnya. https://twitter.com/AdibHidayat/status/960318740725313536 Yockie Suryo Prayogo sebelumnya menjalani perawatan di rumah sakit akibat penyakit komplikasi yang dideritanya. Dirinya sering keluar masuk rumah sakit hingga pada tanggal 17 November 2017 kemarin, pria yang baru saja menggelar konser itu kembali dirawat di rumah sakit setelah diketahui mengalami muntah darah. Personil grup band God Bless itu menghembuskan napas terakhirnya di usia ke-63 tahun di Rumah Sakit Pondok Indah, Bintaro pada pukul 07.35 WIB. Rencananya, almarhum akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Jakarta Pusat. Rest in peace, Yockie Suryo Prayogo. Terima kasih telah mewarnai dunia musik Indonesia. Karyamu, akan selalu dikenang.
Source : https://malangtoday.net/inspirasi/musik/yockie-suryo-prayogo-meninggal-dunia/
MalangTODAY
0 notes
feruams · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Nonton film sama om @bensleo52 Dan om Yockiesuryoprayogo seruu..sambil ngobrol ringan. #latepost
0 notes
dickymoerdani · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Menikmati setiap lantunan lagu dari alunan nada-nada yang melegenda di konser #MenjilatMatahari . <<Swipe>> . . . . . #yockiesuryoprayogo #yockieinrock #legend #music #stage #stageid #dickyl_photo #photography #netphotography #vibes #goodvibes #fujifilm_id #go_fujifilm
0 notes
dickymoerdani · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Kecerian Semalam di Konser #MenjilatMatahari . <<swipe>> . . . . . #yockiesuryoprayogo #MenjilatMatahari #yockieinrock #people #famous #legend #stage #stageid #fujifilm_id #go_fujifilm #dickyl_photo #photography #netphotography #andyrif
0 notes
dickymoerdani · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Merekam Cahaya Legenda . . . . . . #yockiesuryoprayogo #MenjilatMatahari #yockieinrock #people #famous #legend #stage #stageid #fujifilm_id #go_fujifilm #dickyl_photo #photography #netphotography
0 notes
ejharawk · 11 years ago
Audio
Lagu "Mesin Kota" ini diambil dari album "Musik Saya Adalah Saya" (1979) produksi Musica Studio's, salah satu album yang menurut saya terbaik di Indonesia. Yockie Suryoprayogo (lahir 14 September 1954) bertindak sebagai pencipta lagu, sekaligus arranger di lagu ini. Sementara karibnya di Godbless, Ahmad Albar, didapuk mengisi vokal.
Menurut pengamat musik Denny Sakrie, ini adalah album konsep pertama di Indonesia. Garis besar tema yang ingin diangkat oleh Yockie adalah tentang idealiasme bermusik dengan segala hambatan yang akan diterima seorang musisi jika bertahan dengan sikap itu.
Dalam theme song "Musikku Adalah Aku", tema besar itu sebenarnya dipaparkan dengan gamblang. Durasi lagunya panjang (14.51 menit), diiringi orkestra dengan progresi kord yang kaya, diimbuhi sajak yang dibacakan dengan gagah oleh Sys NS (penyiar radio Prambors kala itu), dialog berjudul anak singkong, serta monolog dari Kasino (anggota Warkop DKI) yang satir.
Sebenarnya ingin mengunggah lagu itu, sayang ukuran file lagunya di atas 10mb - batas maksimal mengunggah file di tumblr ini - sehingga pupuslah harapan ingin memajang lagu itu di sini. But, don't be so sad, lagu Mesin Kota ini gak kalah kerennya kok :).
PS; kalo mau dengar lagu theme song "Musikku adalah Aku" silakan ke akun Soundclod-ku.
0 notes