#Warung Mesum
Explore tagged Tumblr posts
Text
Persimpangan 20-an Part #24: The Packages
Terdengar ada motor berhenti, disusul suara lantang dari depan rumahku. Sepertinya itu suara kurir paket yang biasa mengantar ke area kompleks ini. Aku buru-buru mengeceknya langsung lewat jendela dapur.
"Pakeeett"
Wah, betul ada Pak Aris datang!
Dengan sigap, aku langsung berlari mengambil kerudung ke kamar dan menuju ke pintu kecil di samping dapur. Saat hendak membuka pintu, aku baru ingat kalau belum membawa minuman dingin!
"Yaaa Pak Aris! Tunggu sebentar yaa"
"Oke, Mbaaa! Santai ajaa"
Begitu selesai mengambil minuman di kulkas, aku langsung keluar menghampiri Pak Aris. Beliau adalah kurir paket andalan komplek sini, yang kedatangannya selalu ditunggu banyak orang, termasuk aku salah satunya. Apalagi di awal bulan seperti sekarang, kantung besar di kiri-kanan motornya membawa banyak sekali paket yang muatannya lebih tinggi dari hari-hari lainnya. Barangkali orang-orang pada gajian di akhir bulan, ujar Pak Aris beberapa waktu yang lalu.
"Bapaaak! Gimana kabarnya hari ini, sehat semua?"
"Selamat pagi duniaa! Hehe alhamdulillah, Mba. Lihat nih bawaan saya hari ini"
"Bukan main emang yah, banyak betul hahaha... Oiya Pak, ini saya ada minuman dingin buat seger-seger aja"
"Waduh dapat hadiah lagi saya. Sering-sering jajan aja ya Mba, jangan lupa untuk selalu cek jasa pengirimannya. Pilih si merah ya, biar semakin sering saya dapat minuman gratis sebesar ini hehehe...
Eh ini pada kemana sih, Mba? Sepi amat komplek, tumben"
"Hahaha siapp. Iya bapak nih yang tumben, datangnya siang jam segini. Biasanya datang pagi kalau kesini"
"Sekarang jam berapa memangnya, Mba?"
"Jam setengah 11 ini pak, waktunya ibu-ibu pada masak, atau jemput anak pulang sekolah, Pak. Makanya sepi"
"Weh, kudu atraksi ini kalau begitu"
"Hahaha sudah lama ya nggak atraksi, Pak? Duduk dulu, diminum sedikit sebelum atraksi"
Pak Aris hanya tertawa mendengar perkataanku barusan. Ia mulai bersiap dengan smartphone-nya sambil berdeham, untuk memastikan tenggorokannya tidak serak.
Sebentar lagi, atraksi akan dimulai...
Kamu mau tau nggak? Atraksi apa yang sering Pak Aris lakukan?
---
Suatu hari di grup pesan instan "Sistah Syantik Cemara", yang berisikan total 56 ibu-ibu kompleks, ada nomor tidak dikenal yang mendadak dimasukkan dalam grup. Bu Cintya sebagai admin grup, yang juga merupakan istri dari Ketua RW 11, terpantau mulai mengetikkan sesuatu...
"Bu ibuuk, ni ak izin mskin pak aris yh. Kurir paket kebanggan kt smwa!"
"Welcome Pak Arizz"
Seketika, pesan di grup bermunculan satu persatu, penuh dengan banyak anggota grup yang menyambut Pak Aris. Kala itu, beliau bingung. Masa kurir paket aja sampai segininya dimasukkan dalam grup ibu-ibu kompeks? Kayak penyusup mesum aja gituu, jadi satu-satunya lelaki dalam grup ibu-ibu?
"Walah bu kok sampai dimasukkan kesini"
"Gini Pak Arz, kt ni ibu2 dimarih srg ktemu bpk anter paket pas lg kmpul di Bu Iyem jg. Nah biar lbh gampil aj gt kaann ketimbng bpk dikit2 brenti, ntr kt ktmuan aj di jln kamboja, di dpn bu Iyem kt bagi2 paket hihihi kumahow pak?"
Jujur, sewaktu Pak Aris menunjukkan pesan di grup ini ke aku, mataku pusing banget membaca pesan di atas. Sudah kalimatnya panjang, ketikannya... Hadeeeh hahaha tapi lucu sih.
"Oalaah, berarti ini paketnya diambil di warung Bu Iyem ya? Kita ketemuan dan bagi2 paket di sana?"
"Y btul pak. Enak kaann? G ush keliling hihihi"
"Oke boleh deh buibu. Matur suwun sanget* lho"
"Hihi stju yhh pak! Ketok palu pokok e!"
---
Sejak saat itulah, Pak Aris seringnya berhenti mengatar pake hanya sampai Jalan Kamboja, jalan pertama dari pintu gerbang komplek. Jalan yang sama dengan lokasi rumahku. Di ujung jalan ini, ada sebuah warung yang menjual sayur mayur dan kebutuhan pokok sehari-hari. Warung Bu Iyem namanya.
Warung ini sudah seperti pusat peradaban kompleks Cemara karena barang-barang yang dijual cukup lengkap, ditambah dengan kisa-kisah hidup manusia disekitarnya. Kayaknya, sesingkat apapun waktuku bertransaksi di sana, selalu ada saja gosip atau kabar terkini yang kubawa pulang. Padahal seringnya aku hanya beli bawang bombai.
---
Kulihat Pak Aris baru saja mengirim pesan di grup Sistah Syantik Cemara.
"Sudah woro-woro, Pak?", ujarku pada beliau.
"Yang ini sudah Mba. Sekarang tinggal sisanya..."
"Bapak sih baru datang jam segini, biasanya kan pagi jam 8. Ini sudah jam 11 lewat, Pak. Waktunya ibu-ibu fokus masak sama jemput anak pulang sekolah"
"Woalaah pantesan haha sek coba yaa"
Tak berselang lama, Pak Aris langsung membunyikan klakson khas dari motornya sambil memanggil tetanggaku satu persatu.
"Bu Jen ada paket niiihh"
"Bu Gayaa pakeeett"
"Mba Citra, Bu Kiya, paketnya borong nihhh"
"Bu Cokroo, weh harume masak opoo? Paket pakeeett"
Tiba-tiba, Bu Iyem berlari keluar pagar dan memanggil Pak Aris.
"Heeeey. Paketku ono oraaa?" **
Pak Aris melambaikan tangannya, disusul dengan isyarat menyilangkan tangan sambil menggelengkan kepala.
Ketika sudah berjalan sampai ujung jalan, Pak Aris kembali lagi menghampiri motornya. Ibu-ibu yang sudah dipanggil tadi, satu persatu keluar dari rumahnya.
Saat sudah kembali ke motornya, aku berkata, "Yah, Bu Iyem kecewa tuh Pak hahaha". Beliau menjawab sambil cekikikan, "Lho ya memang nggak ada paketnya buat Bu Iyem, Mba"
---
Bu Cokro menghampiri Pak Aris yang sedang mengeluarkan beberapa kotak paket dari kantung besarnya di motor.
"Pak udah lama nunggu ya? Sampai ada bunyi-bunyian segala"
"Iya Bu, panas lho aku nungguin. Tumben sepi banget jalan ini"
"Kamu sih datangnya siang banget. Aku lagi bertempur tadi, goreng ikan jadi nggak bisa ditinggal"
"Welehh hahaha ini Bu paketnya"
"Asyikk, makasih banyak yaa Pak Aris. Oiya Pak, ini saya ada sayur asem buat bapak hehe tolong diterima ya Pak"
"Aduh kok repot-repot, Bu"
"Heh cepetan ini diterima? Saya belum bikin sambel nih, mau lanjut lagi"
"Yaudah, Bu. Terima kasih banyak yaa"
"Sama-sama, Pak. Semangat!!!", kata Bu Cokro sambil mengepalkan jemarinya untuk Pak Aris.
---
Setelah itu, muncul Mba Citra dan Bu Jen yang secara bersamaan keluar dari kediamannya masing-masing. Namun, Mba Citra yang lebih dulu menghampiri Pak Aris.
"Oi Pak! Mana paketku sama mamah, Pak?"
"Cieee borong jajan 4 kotak ya kali ini"
"Ehehehehe iya, Pak. Mumpung ada bonus dari kantor. Sikaaat!"
Saat Mba Citra mengecek informasi paketnya sejenak, ada Bu Jen yang baru datang.
"Weh Cit, paketmu banyak banget. Tak bilangin mamahmu lho nanti"
"Eh, ada Bu Jen! Ini adil lho, Bu. Dua kotak punya mamah, duanya lagi punya aku. Bu Jen jajan apa tuhh?"
"Lipstik sama bedakku habis, Cit. Ini kemarin pas lagi ada promo online, jadi cus langsung pencet hape"
"Weits, sudah canggih ya sekarang jadi sering pencet-pencet. Awas lho keranjang penuh..."
Lalu Bu Jen memotong pembicaraan Mba Cita dengan sigap, "tapi dompetku kan tipis, Cit. Nggak megang m-banking juga. Jadi saldo buat jajan ya tetep segitu-gitu aja, ngikut transferan si ayang"
Kami mendadak geli mendengar Bu Jen mengatakan hal tersebut.
"Guayaaa sekarang manggil si bapak pakai ayang-ayangan segala", goda Pak Aris. Sontak, kita tertawa bersama.
"Biar kayak anak muda gitu lho, ih kalian mah.
Eh iya, Ibu habis bikin roti gandum sama selai srikaya banyak tuh. Sebentar ya, jangan pada pergi dulu, tunggu sini", ujar bu Jen sambil membalikkan badan dan masuk ke dalam rumahnya.
Selang beberapa menit kemudian, saat aku sedang asyik mengobrol dengan Mba Cita dan Pak Aris, Bu Jen keluar dengan membawa tiga kantung plastik besar untuk kami.
"Ini anak-anakku. Roti dan selainya masih fresh, baru matang hari ini"
Aku dan Mba Cita serempak mengucapkan terima kasih kepada Bu Jen, sambil mengambil kantung plastik itu dari tangannya. Bu Jen tersenyum senang melihat kami yang girang mendapatkan makanan gratis.
"Aku balik dulu yaa, terima kasih Pak Aris", kata Mba Cita.
"Saya juga ya, Pak Aris. Makasih banget kalau naruh paket di teras tuh pelan banget. Nggak ngagetin kucing saya"
"Iya, sama-sama semuanya", balas Pak Aris dengan senyum dan suara yang lembut.
---
"Ini paket lainnya banyak yang punyanya orang komplek sini, Pak?"
"Iya hampir semuanya, Mba. Nih di grup baru pada kasih info, benar kata Mba. Lagi pada masak dan jemput anak sekolah. Paketnya minta dititip ke Bu Iyem aja katanya. Paling besok baru bisa diambil sambil belanja sayur"
"Oooh okedeh, Pak. Pak, saya baru ingat itu ada titipan dari bunda. Sekardus susu ultrra mumi, buat Rangga, Pak"
Pak Aris mendadak kaget dan memegang pelipis dengan jemarinya, "Duh Gustiii". Sontak aku tersenyum sambil menjawab, "Kenapa, Pak? Gapapa ini buat bapak, rezekinya Rangga, Pak."
"Mba, kok mesti orang sini tuh mau repot-repot sama saya"
"Lhoo kok gitu? Haha enggak, Pak. Nggak ada yang merepotkan. Kita senang banget kenal bapak. Bapak sudah banyak bantu kita kalau ada pengembalian barang-barang. Tolong diterima ya, Pak"
Mata Pak Aris berkaca-kaca. Beliau menyalami tanganku sambil mengucapkan terima kasih berkali-kali.
Tidak, punggung tanganku sudah basah. Sepertinya beliau menangis. Aku tidak berani menatapnya. Aku pura-pura lihat langit aja. Ah, aku jadi ingin ikut menangis juga kan?!
Pak Aris menaruh kardus itu di sela pijakan kaki pada motor matic-nya. Beliau pamit pergi untuk melanjutkan pekerjaannya dengan mata yang sedikit sembab.
---
Orang-orang komplek ini sudah tau kalau beliau hanya tinggal berdua dengan anak satu-satunya yang bernama Rangga. Istrinya sudah lama meninggal dunia, bersama bayi pertama yang dikandungnya.
Rangga adalah anak laki-laki yang ditemukannya di semak belukar empat tahun lalu, saat Pak Aris sedang membantu tetangganya untuk mencari rerumputan pakan kambing. Kala itu, Pak Aris masih berduka atas kepergian istri dan anaknya. Beliau pernah berkata, barangkali Rangga itu rezeki dari Allah untuk menghibur hatinya. Sejak saat itu, Pak Aris memutuskan untuk memasukkan Rangga dalam kartu keluarganya yang baru, bersamaan dengan kerelaan hatinya untuk menghapus nama sang istri.
Nama Rangga adalah nama pemberian dari beliau. Walaupun Rangga bukan anak kandungnya, bahkan sampai sekarang kita semua juga tidak tahu siapa orang tuanya, beliau sangat menyayanginya.
P.s
*) terima kasih banyak
**) paketku ada nggak?
7 notes
·
View notes
Text
Duh… Viral di Medsos Video Diduga Mesum Pasangan Remaja Dalam Warung
Duh… Viral di Medsos Video Diduga Mesum Pasangan Remaja Dalam Warung
BNews–NASIONAL-�� Aksi mesum diduga dilakukan di sebuah warung di wilayah Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto terekam camera Handphone (HP) pengunjung warung lainnya. Alhasil, video berdurasi 26 detik tersebut langsung viral di status WhatsApp (WA) dan aplikasi Tiktok. Dalam rekaman video tersebut tampak dua orang diduga dilakukan pasangan kekasih sedang melakukan aksi mesum. Pengunggah video…
View On WordPress
#Berita Jateng#Berita Jogjakarta#Berita Magelang#Berita Nasional#Berita Viral#Borobudur News#Duh… Viral di Medsos Video Diduga Mesum Pasangan Remaja#Magelang#mojokerto#Tangkapan layar video viral pasangan remaja diduga mesum
0 notes
Text
Kawasan Pemkab Tangerang Dinodai Pasangan Mesum Bikin Warga Geram
Kawasan Pemkab Tangerang Dinodai Pasangan Mesum Bikin Warga Geram
Kliktangerang.com – Pasangan pria dan wanita diduga berbuat mesum di taman depan Gedung Serba Guna (GSG) Pusat Pemerintahan Kabupaten (Puspemkab) Tangerang, Jalan H. Somawinata, Kecamatan Tigaraksa. Aksi sejoli tersebut disoroti warga.Hasan, warga yang kerap mengunjungi fasilitas umum tersebut mengaku geram dan prihatin atas adanya kejadian tersebut. Terlebih, aksi syahwat ini dilakukan sejoli di…
View On WordPress
#Berita Kabupaten Tangerang#Berita Viral#Kabupaten Tangerang#Kecamatan Cikupa#Kecamatan Tigaraksa#Kekerasan Seksual Tangerang#Pasangan Mesum#Pasangan Mesum di Puspemkab Tangerang#Pasangan Mesum Tangerang#Pelecehan Seksual#Pemkab Tangerang#Penyebaran Video Mesum#Peristiwa Tangerang#Sejoli Mesum di Taman Pemkab Tangerang#Video Mesum#Video Viral Tangerang#Warung Mesum
0 notes
Link
TRIBUNPAPUA©COM - Petugas Satpol PP Kabupaten Bojonegoro merazia indekos dan warung di Jalan Pondok Pinang, Desa Sukorejo, Kecamatan Bojonegoro, Jawa Timur©
Sebanyak 2 orang pekerja seks komersial ( PSK ) di sebuah warung dan 2 pasangan mesum diamankan dari indekos yang ada di kawasan Rel Bengkong (RBK) tersebut©
Kasi Tibum dan Tranmas Satpol PP Kabupaten Bojonegoro, Beny Subiakto mengatakan, razia tersebut dilakukan pada Rabu (4/11/2020) malam bersama personel Subdenpom TNI AD Bojonegoro©
Awalnya, pihak Satpol PP mendapatkan laporan dari sejumlah warga yang menginformasikan adanya indekos dan warung yang kerap dijadikan tempat mesum di kawasan RDK©
Berdasarkan informasi tersebut, akhirnya pihak
0 notes
Text
Tempat Sembunyi paling Nyaman
Tersebutlah dua makhluk, namanya Ciki dan Cika. Mereka berdua sedang melakukan brainstorming untuk menulis novel yang berlatar di sekolah. Si Ciki dan Cika ini berasal dari background yang berbeda banget. Jadinya, pas mereka brainstorming, ada hal-hal lucu yang dibahas.
"Safe space untuk orang dibully tuh dimana?"
"Maksudnya, orang dibully tuh sembunyinya dimana?"
"Iya. Kayak gitu wkwk"
"Emang kamu bayanginnya dimana?"
"Di toilet. Kayak di film-film"
"Itu mah kalo sekolahnya bagus, toiletnya bersih, WC-nya WC duduk. Di sekolah gue mah nggak ada tempat kayak gitu. Toilet di tempat gue sarang jin. Bau banget. Mana kadang ada orang pacaran. Mesum banget. Jijik iyuwwwh"
"Emang ada orang mesum di sekolah? Nggak diusir satpam?"
"Enggak. Nggak ada satpamnya"
"Hahh? Okedeh. Toilet coret. Kalo gitu dimana?"
"Mana ya?"
"Perpus"
Ciki kemudian menahan tawa. Mau bilang kalau di sekolahnya nggak ada perpustakaan, khawatir Cika tambah shock. Tapi ternyata Cika menangkap ekspresinya.
"Kamu kenapa Cik? Jangan bilang sekolah kamu nggak ada perpusnya"
"Iya. Sekolahku nggak ada perpusnya wkwk"
"Duh Cik, kasihan banget kalo ada anak yang dibully di sekolah kamu. Tempat sembunyinya dimana?"
"Di dalam warungnya Ibu-ibu penjual lontong balap. Lontong balapnya pake petis. Ada ote-ote yang dijadiin topping. Harganya 2500"
"Bisa sih sembunyi di warung. Tapi warung bukannya rame?"
"Iya rame sih. Tapi warung kan punya sudut. Bisa tuh sembunyi di pojok. Kalo sampe digangguin, si ibu-ibu penjaga warung bakal belain"
"Yaaah.....Ga ada cinta-cintaan dong Cik. Masak yang belain ibu-ibu warung?"
"Kalo realnya kayak gitu mau gimana? wkwk. Tapi ini novel bukan tentang gue kaaan wkwk. Kamu berhak mutusin sembunyi dimana. Gue cuman ngasih insight aja. Biar tempat sembunyinya bukan toilet doang"
22 notes
·
View notes
Text
MENIKMATI TUBUH SEPUPUKU YANG ADUHAI
Cerita Sex ini berjudul ” MENIKMATI TUBUH SEPUPUKU YANG ADUHAI “Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019. Ini terjadi pada tahun 1997. Ini merupakan ceritaku asli/nyata, Pada saat aku masih kuliah di semester 2, ibuku sakit dan dirawat di kota S. Oh, iya aku tinggal di kota L. Cukup jauh sih dari kota S. Karena ibuku sakit, sehingga tidak ada yang masak dan menunggu dagangan. Soalnya adik-adikku semua masih sekolah. Akhirnya aku usul kepada ibuku kalau sepupuku yang ada di kota lain menginap di sini (di rumahku). Dan ide itu pun disetujui. Maka datanglah sepupuku tadi. Sepupuku (selanjutnya aku panggil Anita) orangnya sih tidak terlalu cantik, tingginya sekitar 160 cm, dadanya masih kecil (tidak nampak montok seperti sekarang). Tetapi dia itu akrab sekali dengan aku. Aku dianggapnya seperti kakak sendiri. Nah kejadiannya itu waktu aku lagi liburan semester. Waktu liburan itu aku banyak menghabiskan waktu untuk menunggu dagangan ibuku. Otomatis dong aku banyak menghabiskan waktu dengan Anita. Mula-mulanya sih biasa-biasa saja, layaknya hubungan kami sebagai sepupu. Suatu malam, kami (aku, Anita, dan adik-adikku) sudah ingin tidur. Adikku masing-masing tidur di kamarnya masing-masing. Sedang aku yang suka menonton TV, memilih tidur di depan TV. Nah, ketika sedang menonton TV, datang Anita dan nonton bersamaku, rupanya Anita belum tidur juga. Sambil nonton, kami berdua bercerita mengenai segala hal yang bisa kami ceritakan, tentang diri kami masing-masing dan teman-teman kami. Nah, ketika kami sedang nonton TV, dimana film di TV ada adegan ciuman antara laki-laki dan perempuan (sorry udah lupa tuh judul filmnya). Eh, Anita itu merespon dan bicara padaku, “Wah temenku sih biasa begituan (ciuman).” Terus aku jawab, “Eh.. kok tau..?” Rupanya teman Anita yang pacaran itu suka cerita ke Anita kalau dia waktu pacaran pernah ciuman bahkan sampai ‘anu’ teman Anita itu sering dimasuki jari pacarnya. Tidak tanggung-tanggung, bahkan sampai dua jarinya masuk. Setelah kukomentari lebih lanjut, aku menebak bahwa Anita nih ingin juga kali. Terus aku bertanya padanya, “Eh, kamu mau juga nggak..?” Tanpa kuduga, ternyata dia mau. Wah kebetulan nih. Dia bahkan bertanya, “Sakit nggak sih..?” Ya kujawab saja, “Ya nggak tau lah, wong belum pernah… Gimana.., mau nggak..?” Anita berkata, “Iya deh, tapi pelan-pelan ya..? Kata temenku kalo jarinya masuk dengan kasar, ‘anunya’ jadi sakit.” “Iya deh..!” jawabku. Kami berdua masih terus menonton film di TV. Waktu itu kami tiduran di lantai. Kudekati dia dan langsung tanganku menuju selangkangannya (to the point bok..!). Kuselusupkan tangan kananku ke dalam CD-nya dan kuelus-elus dengan lembutnya. Anita tidak menolak, bahkan dengan sengaja merebahkan tubuhnya, dan kakinya agak diselonjorkan. Saat merabanya, aku seperti memegang pembalut, dan setelah kutanyakan ternyata memang sejak 5 hari lalu dia sedang menstruasi. Aku tidak mencoba membuka pakaian maupun CD-nya, maklumlah takut kalau ketahuan sama adik-adikku. Dengan CD masih melekat di tubuhnya, kuraba daerah di atas kemaluannya. Kurasakan bulu kemaluannya masih lembut, tapi sudah agak banyak seperti bulu-bulu yang ada di tanganku. Kuraba terus dengan lembut, tapi belum sampai menyentuh ‘anunya’, dan terdengar suara desisan walau tidak keras. Kemudian kurasakan sekarang dia berusaha mengangkat pantatnya agar jari-jariku segera menyentuh kemaluannya. Segera kupenuhi keinginannya itu. Waktu pertama kusentuh kemaluannya, dia terjengat dan mendesis. Kugosok-gosok bibir kewanitaannya sekitar 5 menit, dan akhirnya kumasukkan jari tengahku ke liang senggamanya. “Auw..,” begitu reaksinya setelah jariku masuk setengahnya dan tangannya memegangi tanganku. Setelah itu dengan pelan kukeluarkan jariku, “Eeesshh…” desisnya. Lalu kutanya, “Gimana..? Sakit..?” Dia menggeleng dan tanpa kusadari tangannya kini memegang telapak tangan kananku (yang berada di dalam CD-nya), seakan memberi komando kepadaku untuk meneruskan kerjaku. Sambil terus kukeluar-masukkan jariku, Anita juga tampak meram serta mendesis-desis keenakan. Sementara terasa di dalam CD-ku, batang kemaluanku juga bangun, tapi aku belum berani untuk meminta Anita memegang rudalku (padahal aku sudah ingin sekali). Sekitar 10 menit peristiwa itu terjadi. Kulihat dia tambah keras desisannya dan kedua kakinya dirapatkan ke kaki kiriku. Sepertinya dia telah mengalami klimaks, dan kami akhirnya tidur di kamar masing-masing. Hari berikutnya, aku dan Anita siap-siap membuka warung, adikku pada berangkat sekolah, sehingga hanya ada aku dan Anita di warung. Hari itu Anita jadi lebih berani padaku. Di dalam warungku sambil duduk dia berani memegang tanganku dan menuntunnya untuk memegang kemaluannya. Waktu itu dia memakai hem dan rok di atas lutut, hingga aku langsung bisa memegang selangkangannya yang terhalang CD dan pembalut. Kaget juga aku, soalnya ini kan lagi ada di warung. “Nggak pa-pa Mas.., khan lagi sepi.” katanya dengan enteng seakan mengerti yang kupikirkan. “Lha kalo ada pembeli gimana nanti..?” tanyaku. “Ya udahan dulu, baru setelah pembelinya balik, kita lanjutin lagi, ok..?” jawabnya. Dengan terpaksa kuraba-raba selangkangannya. Hal tersebut kulakukan sambil mengawasi di luar warung kalau-kalau nanti ada pembeli datang. Sementara aku mengelus selangkangannya, Anita mencengkeram pahaku sambil bibirnya digigit pelan tanda menikmati balaianku. Peristiwa itu kuakui sangat membuatku terangsang sekali, sehingga celana pendekku langsung terlihat menonjol yang bertanda batang kejantananku ingin berontak. “Lho Mas, anunya Mas kok ngaceng..?” katanya. Ternyata dia melihatku, kujawab, “Iya ini sih tandanya aku masih normal…” Aku terus melanjutkan pekerjaanku. Tanpa kusadari dia pun mengelus-elus celanaku, tepat di bagian batang kemaluanku. Kadang dia juga menggenggam kemaluanku sehingga aku juga merasa keenakan. Baru mau kumasukkan tanganku ke CD-nya, tiba-tiba aku melihat di kejauhan ada anak yang sepertinya mau membeli sesuatu di warungku. Kubisiki dia, “Heh ada orang tuh..! Stop dulu ya..?” Aku menghentikan elusanku, dia berdiri dan berjalan ke depan warung. Benar saja, untung kami segera menghentikan kegiatan kami, kalo tidak, wah bisa berabe nanti. Sehabis melayani anak itu, dia balik lagi duduk di sebelahku dan kami memulai lagi kegiatan kami yang terhenti. Seharian kami melakukannya, tapi aku tidak membuka CD-nya, karena terlalu beresiko. Jadi kami seharian hanya saling mengelus di bagian luar saja. Malam harinya kami melakukan lagi. Aku sendirian nonton TV, sementara adikku semua sudah tidur. Tiba-tiba dia mendatangiku dan ikut tiduran di lantai, di dekatku sambil nonton TV. Kemudian tiba-tiba dia memegang tanganku dan dituntun ke selangkangannya. Aku yang langsung diperlakukan demikian merasa mengerti dan langsung aku masuk ke dalam CD-nya, dan langsung memasukkan jariku ke kemaluannya. Sedangkan dia juga langsung memegang batang kejantananku. “Aku copot ya CD kamu, biar lebih enakan.” kataku. Dia mengangguk dan aku langsung mencopot CD-nya. Saat itu dia memakai rok mininya yang tadi, sehingga dengan mudah aku mencopotnya dan langsung tanganku mengorek-ngorek lembah kewanitaannya dengan jari telunjukku. Aku juga menyuruh mengeluarkan batang kejantananku dari CD-ku, sehingga dia kini bisa melihat rudalku dengan jelas, dan dia kusuruh untuk menggenggamnya. Kukorek-korek kemaluannya, kukeluar-masukkan jariku, tampaknya dia sangat menikmatinya. Kulihat batang kemaluanku hanya digenggamnya saja, maka kusuruh dia untuk mengocoknya pelan-pelan, namun karena dia tidak melumasi dulu batangku, maka kemaluanku jadi agak sakit, tapi enak juga sih. “Eehhsstt… eehhsstt… Ouw.., eehhsstt… eehhsstt… eehhsstt…” begitu erangannya saat kukeluar-masukkan jariku. Kumasukkan jariku lebih dalam lagi ke liang kewanitaannya dan dia mendesis lebih keras, aku suruh dia agar jangan keras-keras, takut nanti adikku terbangun. “Kocokkannya lebih pelan dong..!” kataku yang merasa kocokkannya terhenti. Kupercepat gerakan jariku di dalam liangnya, kurasakan dia mengimbanginya dengan menggerakkan pantatnya ke depan dan ke belakang, seakan dia lagi menggauli jariku. Dan akhirnya, “Oh.., oohh.. oohh.. ohh…” rupanya dia mencapai klimaksnya yang pertama, sambil kakinya mengapit dengan keras kaki kananku. Kucabut jariku dari kemaluannya, kulihat masih ada noda merah di jariku. Karena aku belum puas, aku langsung pergi ke kamar mandi dan kutuntun Anita. Di kamar mandi aku minta dia untuk mengocok batang kejantananku dengan tangannya. Dia mau. Aku lepaskan celanaku, setelah itu CD-ku dan batang kejantananku langsung berdiri tegap. Kusuruh dia mengambil sabun dan melumuri tangannya dengan sabun itu, lalu kusuruh untuk segera mengocoknya. Karena belum terbiasa, sering tangannya keluar dari batangku, terus kusuruh agar tangannya waktu mengocok itu jangan sampai lepas dari batangku. Setelah 5 menit, akhirnya aku klimaks juga, dan kusuruh menghentikan kocokannya. Seperti pagi hari sebelumnya, kami mengulangi perbuatan itu lagi. Tidak ada yang dapat kuceritakan kejadian pagi itu karena hampir sama dengan yang terjadi di pagi hari sebelumnya. Tapi pada malam harinya, seperti biasa, aku sendirian nonton TV. Anita datang, sambil tiduran dia nonton TV. Tapi aku yakin tujuannya bukan untuk nonton, dia sepertia ketagihan dengan perlakuanku padanya. Dia langsung menuntun tanganku ke selangkangannya. Aku bisa menyentuh kewanitaannya, tapi ada yang lain. Kini dia tidak memakai pembalut lagi. “Eh, kamu udah selesai mens-nya..?” tanyaku. “Iya, tadi sore khan aku udah kramas, masa nggak tau..?” katanya. Aku memang tidak tahu. Karena memang aku kurang peduli dengan hal-hal seperti itu. Aku jadi membayangkan yang jorok, wah batang kejantananku bisa masuk nich. Kuraba-raba CD-nya. Tepat di lubang kemaluannya, aku agak menusukkan jariku, dan dia tampak mendesis perlahan. Tangannya kini sudah membuka restleting celana pendekku, selanjutnya membukanya, dan CD-ku juga dilepaskankan ke bawah sebatas lutut. Digenggamnya batang kejantananku tanpa sungkan lagi (karena sudah sering kali ya..?). Aku juga membuka CD-nya, tapi karena dia masih memakai rok mini lagi, jadi tidak ketahuan kalau dia sekarang bugil di bagian bawahnya. Dia kini dalam keadaan mengangkang dengan kaki agak ditekuk. Kuraba bibir kemaluannya dan dengan agak keras, kumasukkan seluruh jari telunjukku ke lubang senggamanya. “Uhh.. esshh.. eesshh.. esshh…” begitu desisnya waktu kukeluar-masukkan jariku ke lubang senggamanya. Sementara dia kini juga berusaha mengocok batang keperkasaanku, tapi terasa masih sakit. Kukorek-korek lubang kemaluannya. Lalu timbul keinginanku untuk melihat kemaluannya dari dekat. Maklumlah, aku khan belum melihat langsung bentuk kemaluan wanita dari dekat. Paling-paling dari film xx yang pernah kutonton. Kuubah posisiku, kakiku kini kuletakkan di samping kepala Anita, sedangkan kepalaku berada di depan kemaluannya, sehingga aku dengan leluasa dapat melihat liang kewanitaannya. Dengan kedua tanganku, aku berusaha membuka bibir kemaluannya. Tapi, “Auw.. diapaain Mas..? Eshh.. uuhh..” desisannya tambah mengeras. “Sorry.., sakit ya..? Aku mo lihat bentuk anumu nih, wah bagus juga yach..!” sambil terus kukocokkan jariku. Kulihat daging di lubangnya itu berwarna merah muda dan terlihat bergerak-gerak. “Wah, jariku aja susah kalo masuk kesini, apalagi anuku yang kamu genggam itu ya..?” pancingku. Dia diam saja tidak merespon, mungkin lagi menikmati kocokan jariku karena kulihat dia memaju-mundurkan pantatnya. “Eh, sebenarnya yang enak ini mananya sich..?” tanyaku. Tangan kirinya menunjuk sepotong daging kecil di atas lubang kemaluannya. “Ini nich.., kalo Mas kocokkan jarinya pas menyentuh ini rasanya kok gatel-gatel tapi enak gitu.” “Mana.., mana.., oh ini ya..?” kugosok daging itu (yang kemudian kuketahui bernama klitoris) dan dia makin kuat menggenggam batang kemaluanku. “Ahh. auu.. enakk Maass… eehh… aahh.. truuss Mass, terusiinn.. ohh..!” Tangannya setengah tenaga ingin menahan tanganku, tapi setengahnya lagi ingin membiarkan aku terus menggosok benda itu. Dan akhirnya, “Uhh.. uhh.. uuhh.. ahh.. aahh..” dia mencapai klimaks. Aku terus menggosoknya, dan tubuhnya terus menggelinjang seperti cacing kepanasan. Lalu kubertanya, “Eh, gimana kalo anuku coba masuk ke sini…? Boleh nggak..? Pasti lebih enakan..!” Dia hanya mengangguk pelan dan aku segera merubah posisiku menjadi tidur miring sejajar dengan dia. Kugerakkan batang kejantananku menuju ke lubang kemaluannya. Kucoba memasukkan, tapi rasanya tidak bisa masuk. Kurubah posisiku sehingga dia kini berada di bawahku. Kucoba masukkan lagi batangku ke lubangnya. Terasa kepala anuku saja yang masuk, dia sudah mendesis-desis. Kudorong lebih dalam lagi, tangannya berusaha menghentikan gerakanku dengan memegang batangku. Namun rasanya nafsu lebih mendominasi daripada nalarku, sehingga aku tidak mempedulikan erangannya lagi. Kutekan lagi dan, “Auuwww.. ehhssaakkiitt..!” Aku berhasil memasukkan batang anuku walau tidak seluruhnya. Aku diam sejenak dan bernapas. Terasa anunya memeras batangku dengan keras. “Gimana, sakit ya.., mo diterusin nggak..?” tanyaku padanya sambil tanganku memegang pantatnya. Dia tidak menjawab, hanya terdengar desah nafasnya. Kugerakkan lagi untuk masuk lebih dalam. Mulutnya membuka lebar seperti orang menjerit, tapi tanpa suara. Karena dia tetap diam, maka kulanjutkan dengan mengeluarkan batangku. Dan lagi-lagi dia seperti menjerit tapi tanpa suara. Saat kukeluarkan, kulihat ada noda darah di batangku. Aku jadi kaget, “Wah aku memperawaninya nih.” “Gimana.., sakit nggak.., kalo nggak lanjut ya..?” tanyaku. “Uhh.. tadi sakiitt sich… uhh. geelii..” begitu katanya waktu anuku kugesek-gesekkan. Setelah itu kumajukan lagi batang kejantananku, Anita tampak menutup matanya sambil berusaha menikmatinya. Baru kali ini batangku masuk ke liangnya wanita, wah rasanya sungguh nikmat. Aku belum mengerti, kenapa kok di film-film yang kulihat, batang kejantanan si pria begitu mudahnya keluar masuk ke liang senggama wanita, tapi aku disini kok sulit sekali untuk menggerakkan batang kejantananku di liang keperawanannya. Namun setelah beberapa menit hal itu berlangsung, sepertinya anuku sudah lancar keluar masuk di anunya, maka agak kupercepat gerakan maju-mundurku di liangnya. Kurubah posisiku hingga kini dia berada di bawahku. Sambil masih kugerakkan batangku, tanganku berusaha mencapai buah dadanya. Kuremas-remas buah dadanya yang masih kecil itu bergantian, lalu kukecup puting buah dadanya dengan mulutku. Dia semakin bergelinjang sambil mendesis agak keras. Akhirnya setelah berjalan kurang lebih 10 menitan, kaki Anita berada di pantatku dan menekan dengan keras pantatku. Kurasa dia sudah orgasme, karena cengkeraman bibir kemaluannya terhadap anuku bertambah kuat juga. Dan karena aku tidak tahan dengan cengkeraman bibir kemaluannya, akhirnya, “Crot.. crot.. crot..” air maniku tumpah di vaginanya. Serasa aku puas dan juga letih. Kami berdua bersimbah keringat. Lalu segera kutuntun dia menuju kamar mandi dan kusuruh dia untuk membersihkan liang kewanitaannya, sedangkan aku mencuci senjataku. Setelah itu kami kembali ke tempat semula. Kulihat tidak ada noda darah di karpet tempat kami melakukan kejadian itu. Dan untung adik-adikku tidak bangun, sebab menurutku desisan dan suara dia agak keras. Lalu kumatikan TV-nya, dan kami berdua tidur di kamar masing-masing. Sebelum tidur aku sempat berfikir, “Wah, aku telah memperawani sepupuku sendiri nich..!” Sewaktu aku sudah kuliah lagi (dua hari setelah kejadian itu), dia masih suka menelponku dan bercerita bahwa kejadian malam itu sangat diingatnya dan dia ingin mengulanginya lagi. Aku jadi berpikir, wah gawat kalo gini. Aku jadi ingat bahwa waktu itu aku keluarkan maniku di dalam liang keperawanannya. “Wah, bisa hamil nich anak..!” pikirku. Hari-hariku jadi tidak tenang, karena kalau ketahuan dia hamil dan yang menghamili itu aku, bisa mampus aku. Setelah sebulan lewat, kutelpon dia di rumahnya. Setelah kutanya, ternyata dia dapat mens-nya lagi dua hari yang lalu. Lega aku dan sekarang hari-hariku jadi balik ke semula. Begitulah ceritaku saat menggauli sepupu sendiri, tapi dasar memang sepupuku yang agak ‘horny’. Tapi sampai saat ini kami tidak pernah melakukan perbuatan itu lagi Kisah Seks,Cerita Sex,Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Hot,Cerita Mesum,Cerita Dewasa,Cerita Ngentot,Cerita Sex Bergambar,Cerita ABG,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Pasutri. Read the full article
#CeritaABG#CeritaBokep#CeritaDewasa#CeritaHot#CeritaMesum#CeritaNgentot#CeritaPanas#CeritaSex#CeritaSexBergambar#CeritaSexPasutri#CeritaSexSedarah#CeritaSexTante#KisahSeks
101 notes
·
View notes
Text
Cina, Huana, Manusia.
Di otak kalian, Cina itu ya jaga toko di pasar, pake kaos singlet, kacamata, sama ngerokok pake pipa. Cina itu mesti kaya, rumah tingkat dua, paling gak ada mobilnya sedan satu pickup satu. Cina itu biasa pamer, sombong banget. Cina itu apatis, cuek, ga mau bergaul. Cina itu gagah, mapan, Korea KW, dan sebagian fantasi ukhti-ukhti ganjen yang cari om-om sugar daddy. Cina itu putih, mulus, wangi, dan segepuk fetish abang-abang mesum yang kalo mbokep pake JAV. Cina itu licik, pemeras, penipu, penjajah. Cina dimatamu yang picik.
Di otak kalian, tenglang itu setia kawan, persaudaraannya erat dan bondingnya kuat. Tenglang mesti cengli, tahu aturan, sopan, dan menghargai. ‘Cungkwokren’ ya mesti rajin, survive dan ga akan pernah susah karena kerjanya keras. 'Cungkwokren’ hao, huana dekil, miskin, suka e ngeciak koncone. Huana culas, suka nipu, mbathi, dan seneng njebak kita para tenglang. Huana beda level sama kita tenglang ini karena mereka dapat perlakuan khusus sama pemerintah Inni. Beda sama kita ditindas mesti kerja sendiri, sukses. Ga ada tenglang yang gagal, semua mesti enak hidupnya. Tenglang cungkwokren muatamu picek.
Sini, ikut aku seharian keliling survei Cina miskin di pelosok pinggiran kota yang kusam, bau, jelek, dan menyedihkan. Biar tahu, kalau Cina juga manusia, yang penuh segala intrik busuk dan kenali juga tai-tainya. Biar paham, Cina juga manusia, penuh kisah kasih, canda tawa, dan kesaksian nyata. Manusia semua punya sisi masing-masing yang kadang gak masuk di stereotipe kalian.
-###-
Kupacu pelan motorku di jalan berbatu-batu. Sambil sesekali melakukan akrobatik berbahaya, kulirik panah pentolan biru di layar LCD ponsel yang menyala. Sudah dekat rupanya, nomor 18 di depan sana. Kuhentikan mesin dan kulirik jarum penunjuk bensin. “Ah, untung masih cukup.” gumamku. Penuh konsentrasi, kumencari bel pintu di depan teralis besi ini. Sekian menit dan berpuluh-puluh ketukan kontak sepeda motor ke jeruji pagar, si empunya rumah pun keluar.
“Selamat malam, suk! Saya dari Forum Komunikasi Warga Tionghoa. Ini saya mau lakukan survei ulang dari data yang dikumpulkan oleh kawan relawan tahun-tahun lalu.” sambil kutunjukkan deretan nama dan alamat–persis tukang debt collector yang mau nagihin utang orang. “Oh ya, sek sek enteni dilut. Lebokno ae motormu koh. (Tunggu sebentar, masukin aja motornya)” “Oke. Permisi ya suk!” Kudorong motor masuk ke halaman rumahnya. Rumput liar semburat mencuat dimana-mana. Depan rumahnya ini mirip sarang ular saja.
Seharian ini aku berkeliling ke seluruh pelosok Malang melakukan survei untuk acara nanti Rabu depan. Forum Komunikasi Warga Tionghoa (FKWT) Malang Raya memang memiliki acara tahunan bagi angpao di sekretariat untuk teman-teman 'Cina’ yang miskin, tua, dan sakit-sakitan. Ya kan, ga semua Cina itu tajir melintir seperti yang kau lihat seperti di akun instagram Crazy Rich Surabayan. Ada juga mereka-mereka yang sejenis dengan kaum marjinal. Ada yang rumahnya di perumahan rakyat, masih masuk gang-nya gang (gang kuadrat), jalannya cuma makadam, bau pesing pula. Bahkan ada juga nih Cina yang rumahnya gedheg (anyaman buluh) pinggir rel kereta yang udah separo mau rubuh. Kerjanya? mandiin anjing orang kampung situ. Untungnya tuh dia masih bisa kerja. Ada juga yang udah tua, buta, dan lumpuh, tiga-tiganya. Ya Tuhanku dan Allahku. Dimana letak ridha dan keadilanmu.
“Ini nyonyaku masih ke gereja. Ada apa? Sapa namamu tadi?” “Saya Albert. Gini, beberapa tahun yang lalu kami dari FKWT ada acara bagi-bagi angpao untuk teman-teman tenglang yang punya kesulitan. Jadi disini namanya suksuk masuk ke daftar. Saya mau tanya-tanya dulu, kabar suksuk bagaimana, sehat?” “Oh yang biasa itu ya? Yang di Kayutangan?” “Ho-oh. Tapi tahun ini saya harus datang ke rumah satu-satu untuk survei ulang.” “Aku biasane entuk loro (dapat dua). Ambek bojoku pisan (sama istri juga).” “Keterangan dua tahun lalu, suksuk sakit pinggang gabisa jalan. Gimana kabarnya sekarang?” “Ya gitu wes. Isa mlaku kok (bisa jalan), mek luoro puol nek mlaku (sakit sekali). Yaapa koh, wes tuwek.” “Iya, saya kasih satu saja dulu ya. Kuotanya terbatas. Minta fotokopi KTP dua lembar ya suk. Satu buat tak bawa jadi arsip, satu nanti dijepretno di kupon undangan.”
Wah, kulihat sekeliling, rumahnya cukup bagus. Ada banyak foto-foto lawas dan dekor-dekor kecina-cinaan macam piring keramik, guci raksasa, lukisan kuda lari, dan ornamen ikan koi. Tapi memang agak berantakan sih, kertas koran berbahasa mandarin berserakan dimana-mana. Kenapa orang ini bisa masuk daftar ya? Kelihatannya hidupnya enak. Diam-diam aku mencoretkan beberapa catatan kaki di kertas 'hitlist’ yang kubawa tadi. “叔叔的孩子做什麼? (Anaknya paman kerja apa?)” aku tanya dia yang sedang bongkar-bongkar dokumen buat cari fotokopi KTP. “di 泗水 (Surabaya), 做 (kerja) ndek pabrik dee iku.” jawabnya sambil menyodorkan dua lembar fotokopian. Aku mencocokkan datanya dan memberikan kupon undangannya.
“Ini besok rabu depan, jam 10 pagi di sekretariat. Kupon undangannya dibawa sama fotokopi KTP yang ini ya.” “Oke. Bojoku gak entuk yo? Cekno dee hepi. (istriku ga dapat? biar seneng)” “Satu aja suk. Kami memang diberi kuota dan tahun ini dibatasi.” Weleh, serakah juga bapak tua ini. Tapi saya bisa paham, memang tahun-tahun sebelumnya dia dapat dua. Meski aku rasa dia cukup mampu dibandingkan janda tiga anak dengan Down Syndrome yang kudatangi sebelumnya, tapi melihat keadaannya yang sudah tua dan susah jalan, aku tetap memberinya satu tahun ini. Meski begitu, tetap saja sudah kutambahkan tanda seru di data untuk evaluasi penerima buat tahun depan. Nanti biar disurvei ulang.
“Saya permisi dulu suk. Masih banyak tempat yang harus saya datangi. Ini untuk mendata yang sudah tidak perlu bantuan, sudah meninggal, atau pindah alamat. Biar bantuannya bisa dialihkan ke teman-teman yang benar-benar kesusahan, biar tepat sasaran.” kataku sambil menyeret standar motor. “Oke, terima kasih ya koh. Kamu belum 喝水 (minum) lho.” “Ah enggak apa suk. Habis ini saya 吃飯 (makan siang) di warung dulu kok.” “Kamu sudah punya 愛人 (pacar) apa belum?” “Belum hehehe. Nanti aja wes gampang itu. Mari ya suk. Jalan dulu.” “Oke, terima kasih ya, hati-hati!”
-###-
Kususuri gang lembab nan sempit itu. Sepeda motor kutinggal di bibir gang, sebelah pos satpam yang isinya malah botol miras dan majalah berkover cewek seksi. Wah, bahan coli. Hehehehehe. Aku menolehkan kepalaku ke kanan kiri memindai nomor rumah yang sesuai dengan alamat di daftar korbanku. Nihil. “Gang dua, nomor empat. Gang dua, nomor empat.” gumamku sampai di pojokan gang. Jalannya menurun ke WC umum a la helikopter (itu, WC yang berupa platform diatas sungai yang dikelilingi bilik tipis dari seng atau triplek). Lho, kok udah nomor enam belas? Padahal tadi kulihat barusan nomor enam. Dan nomor empatnya ga ada.
Seekor kecoak terbang dan hinggap di tepi selokan. Aku merinding. “Golek sopo mas? (cari siapa mas)” kudengar suara lirih seorang anak kecil dari sela-sela anak gang. “Jan!” Aku terkejut ketika sebuah kepala botak mencungul dari balik tembok. Seorang wanita dari dalam rumah nomor dua belas tampil keluar untuk menyuapi anak tadi. “Malam bu, mohon maaf saya mau tanya, saya cari yang namanya Ritawati. Alamatnya disini.” kataku sambil menunjukkan kertas kumal yang agak basah kena gerimis barusan. “Oalah mas, iki sampean alamat e keliru! Iki nyang mriko lho (ini kesana), sampean arah kidul kuenceng wae (lurus ke selatan). Gang Kedawung. Mriki Gang Glintung!” suara khas medok Jawa Timuran meluncur deras dari mulut si ibu. “Turnuwun buk. Hayo dek ojo metu bengi-bengi kowe. Diculik genderuwo lho ngkok!” kataku sambil menguyel-uyel kepala plontos anak tadi. Dia meringis dan kembali masuk ke rumah sambil mengunyah ikan asin dan bubur.
Mengenaskan sekali keadaanku malam ini. Udah bau kecut lusuh belum mandi, gosong kepanasan dari siang, lubang hidung menghitam kena asap kendaraan, dan dari sepuluh tempat yang udah kudatangi, hanya tiga yang ketemu orangnya. Padahal, hasil rapat kemarin para donatur dan pengurus bilang kalau hari Senin mesti sudah tersebar habis semua seratus kupon undangan untuk pengambilan angpao. Kulirik lagi deretan nama dan alamat serta coretan-coretan yang kutorehkan. “Ah, apa benar begini rasanya jadi pak pos atau tukang ekspedisi kirim-kirim barang ke rumah-rumah kosong yang alamatnya saja penulisannya ga lengkap?” Aku pancal motorku ke bibir jalan raya sambil merenung dalam hati. Gila juga jadi abang ojol cari alamat ga nemu-nemu.
Setelah berputar agak jauh, sampailah aku ke gang sempit lainnya lagi. Kali ini tidak ada bel, tidak ada gembok yang bisa dipukulkan ke pagar untuk tek-tek-tek, aku berteriak sambil membuka pintu rumah. Iya, pintu rumahnya langsung terbuka ke jalan gang itu. Benar-benar sempit. Kulihat lantai gang itu pun memiliki tekstur tekel rumah kuno zaman Belanda. Aku curiga kampung itu sebenarnya dulu sebuah rumah mandor Indo besar yang dibagi-bagi per kamar menjadi rumah kecil-kecil oleh para ahli warisnya. Tak lama, seorang wanita berambut putih berdaster putih melongok dari balik pintu.
“Masuk koh. Saya panggilkan dulu ya, sebelah ini ada tetangga yang butuh juga. Maaf ya berantakan. Ai ga sempat bersih-bersih, badan udah gak kuat ini.” Aku mencium aroma khas kertas-kertas lawas dan suara cicitan tikus di belakang. Pantat kudaratkan ke bangku beralaskan tumpukan koran dan aku duduk sambil meluruskan kaki. Serasa kembali tersedot ke tahun 70an. Rumah kecil kuno yang berantakan dan kurang terurus. Obat-obatan dan kopi resep dokter berserakan di meja. Tumpukan baju yang tentunya tidak baru menggunung di depan kamar. Di daun pintu, tergantung kalender dari gereja di seberang jalan.
“Saya baru ini surveinya. Tahun lalu yang survei Mas Evan, teman wihara. Dia sedang sibuk tahun ini. Ada tiga orang yang tinggal di sini, semua saudaranya ai ya?” tanyaku sambil menyiapkan tiga lembar kupon undangan. “Iya saya udah nungguin emang. Biasanya dekat-dekat sincia (festival tahun baru) mesti ada ini. Buat saya beli beras. Sekarang tiap hari makannya bubur, gigi udah habis, hehehehe. Untung bisa jadi banyak. Sudah gak kuat kerja. Ini di sebelah tonggoku. Tak panggilno sek ya.” Ibu ini pun menyodorkan dua lembar fotokopi KTP, tampaknya dia sudah hafal SOP kami dari Forum. Dia beranjak memicik-micik ponsel Nokia candybar-nya yang kuno itu. “Sek ya koh, saya panggilkan dulu. Cekno dia siap-siap. Ya biar tetangga dibilang dulur ya masih, saudara jauh.” “Oh ya. Enak kalau dekat bisa saling mendukung. Ini saya ambil fotonya dulu ya. Ai pegang kuponnya. Buat laporan ke panitia nanti. Memang harus saya survei ulang karena kemarin ketemu sindikat. Dititipkan ke tetangganya tapi nggak dikasihkan. Diambil sendiri. Kan kasihan, nggak nyampe bantuannya.”
-###-
Cahaya redup menyinari jidat mereka. Saya menuliskan identitas Suk Bang ke kupon undangan dan menjepretkan fotokopian KTP di sebelah belakang. “Ini ya suk. Jangan lupa nanti hari Rabu. Titipkan ke Ai saja. Ai, nanti tolong ambilkan ya.” aku menepuk pundaknya. Tangannya meraih-raih kesana kemari. Aku pegang tangannya dan kutempelkan kertas kupon ke jemari lemahnya. “Buta total atau masih bisa lihat cahaya-cahaya?” tanyaku sambil membereskan dokumen-dokumenku. “Ya, buta dari beberapa tahun lalu. Kena glaukoma ini nyo.” jawabnya sambil terkekeh.
Aku jadi cegek (nggak enak). Aku kan juga pernah dapat diagnosis gejala glaukoma oleh dokter mata dua tahun lalu, akibat keracunan metanol. Waktu itu, aku habis minum cukrik oplosan sama teman-teman anarko di Surabaya. Nasibku karena goblokku. Tapi aku ga berani tanya kenapa glaukoma si bapak ini. Aku melihat pola yang familiar dengan namanya saat aku meneliti fotokopi KTPnya. “Oh, ini Bangyoren dari 中文名字 (nama cina) toh suk. Saya baru nyadar, hehehehe.” “Iya, nama 國語 (mandarin)-ku Phan Youren.” Aku tentu saja harus update data lagi. Kubuka daftar tadi dan aku menuliskan nama mandarinnya di kolom khusus.
-###-
Kembali kupacu pelan motorku dibawah temaram. Setelah mampir ke beberapa rumah kosong dan rumah besar nan mencurigakan, kembali aku mengingat-ingat beberapa alamat rumah bagus yang masuk daftar tadi. Ada mobilnya, ada tamannya, ada kolam ikannya, bersih rapi, dan terawat. Mesti lapor ke panitia dan kawan-kawan relawan nanti. Bisa jadi, orangnya memang kaya, tapi ikut-ikutan daftar untuk bantuan sosial beberapa tahun lalu. “Kurang ajar,” gumamku, “banyak yang lebih soro uripe cak. (susah hidupnya)”
Tujuan terakhir malam ini adalah sebuah ruko di tepi jalan raya kecil di sebelah pasar rakyat. Bentuknya seperti rumah Belanda kecil tanggung yang garasinya dibikin toko dengan rolling door. Seorang bapak-bapak berjenggot menyapaku. “Assalamualaikum. Mas, mau cari apa?” kulihat ratusan macam alat-alat listrik bekas disusun tak rapi di etalase. Aku lepas helmku dan duduk di bangku depan meja kasir. “Saya mau cari Go Meifang pak.” kataku sambil menyiapkan dokumen interview.
“Lhoalah. Tacik e wes mati itu mas. Anaknya yang laki ada satu di Papua kerjanya. Satu lagi sing wedok jadi TKI di Malaysia.” kata si bapak sambil benerin kacamata. “Lho. Ini benar rumahnya Mbah Go?” kulihat tahun kelahirannya sebelum Jepang mulai menduduki Hindia. “Iya bener, saya nyewa. Ini rumah ya dikunci rapet setelah beliau mangkat. Saya cuma pake garasi sama kamar mandi aja buat toko saya ini. Dulu dia bikin keset, taplak, sama seprei dari potongan-potongan kain sisa pabrik setelah suaminya meninggal. Sekarang rumahnya kosong ini.” Aku coret namanya dari daftar dan memberi keterangan 'meninggal’ di samping namanya. “Lha anaknya ga pernah pulang pak?” tanyaku lagi. “Ya gak pernah. Sejak bapaknya pergi, mereka kerja merantau. Mbah Go ya sendirian di rumah. Tetangganya ya pernah bantu ngerawat. Pernah jualan roti juga kok.”
“Baiklah pak, saya ini sebenernya sedang survei ulang, ngikuti data ini. Kalo dulu di kelenteng tiap mau Imlekan ada bagi-bagi sembako buat teman-teman Tionghoa yang miskin. Sekarang tahun ini cuma dikasih angpao saja, berat kalau ngurus sembako. Saya disuruh data ulang sama para donatur. Saya ga bisa kasih uang, saya bisanya bantu tenaga saja.” “Oh iya inget, dulu saya pernah ngantar dia mbecak beberapa tahun lalu. Cuma ini udah 2 tahun matinya.” “Baiklah pak. Terima kasih infonya. Nanti saya alihkan buat orang lain yang masih butuh bantuan. Assalamualaikum!”
Setelah permisi, aku lihat jam yang bertengger di lenganku. Jam 10 malam. Masih ada 30 orang lagi yang harus aku survei. Tapi aku sedang dalam masa pengobatan. Mata udah sisa beberapa watt aja akibat codeine yang kuhirup tadi sore. Perut juga sudah mengamuk, keasyikan keliling-keliling dari pagi sampai lupa makan siang dan malam. Bodohnya manusia, merusak diri pakai alkohol, rokok, dan kalau aku, telat makan. Kuteguk prazole dari dokter untuk meredakan geliat-geliat lambungku dan aku ngebut menuju nasi goreng duk-duk pinggir jalan favoritku, di mulut kampung dekat rumahku. Dah, sisanya besok saja. Aku sendiri mesti kerja besok pagi biar hidupku gak susah. Balada guru les, weekdays kayak pengangguran, weekend malah kerja rodi keliling rumah murid untuk ngajarin mereka menerima kalo guru sekolahnya nggak becus ngajar.
Jadi ingat Ai Lily, guru lesku pas zaman SD. Hidupnya juga sederhana, makan bubur untuk hemat beras, naik mikrolet ke tempat ngetem depan kampung, kadang sambil bawa jas hujan dan sandal jepit kalo lagi musim hujan. Gila sih, kenapa aku mau jadi guru ya? Aku lingkari tujuanku besok di kepala sambil melahap angin menuju arah pulang. Ada satu mantan 老師 (guru) Cor Jesu yang kemarin kata mama tinggal sebatang kara dan sudah sakit-sakitan. Kata mama beliau nggak kawin, dirawat pembantu seorang mantan muridnya yang datang seminggu sekali. Yak, besok ketemu kaum saya. Sama Cina, pejuang pendidik, pengabdi anak muda.
Minggu, 19 Januari 2020 6.54 AM pagi yang cerah berteman roti panggang, bersiap sedia menyongsong hari survei kedua yang akan lebih melelahkan.
2 notes
·
View notes
Text
Bolos Sekolah? Siap-Siap Diangkut Satpol PP
Pembelajaran tatap muka sudah diberlakukan di sekolah-sekolah yang ada di Kota Malang. Bagi seluruh pelajar, Satpol PP Kota Malang mewanti-wanti agar tidak ada yang berani membolos dan berkeliaran di luar sekolah sebelum jam pelajaran selesai. Sebab, korps penegak peraturan daerah itu akan rutin melakukan razia sebagai upaya pencagahan perilaku negatif pada pelajar.
Warning itu disampaikan Kabid Ketenteraman dan Ketertiban Umum (KKU) Satpol PP Kota Malang Rahmat Hidayat. ”Kami akan segera berkoordinasi dengan dinas pendidikan terkait hal itu untuk melihat sekolah mana yang sudah menerapkan pembelajara offline,” terang dia. Menurutnya, potensi pelajar membolos atau berkeliaran di luar sekolah saat jam pelajaran semakin besar ketika sudah diberlakukan pembelajaran luring.
Asumsi itu bukan isapan jempol. Selasa siang (16/8), sekitar pukul 12.02, petugas Satpol PP menemukan dua pelajar perempuan berseragam SMA sedang duduk di kursi taman Jalan Ijen. Ketika ditanya mengapa tidak di sekolah, mereka beralasan sekolahnya sedang mengadakan lomba. Dua siswi itu mengaku tidak ikut lomba dan memilih pergi keluar. Petugas pun segera meminta mereka kembali ke sekolah. Kalau tidak mau akan dibawa ke kantor Satpol PP untuk diperiksa.
Rahmat menjelaskan, razia pelajar bolos merupakan sebuah langkah pencegahan terhadap peluang terjadinya gangguan ketenteraman dan ketertiban umum. Sebab, membolos bisa menjadi tanda awal bahwa ada yang tidak beres dengan perilaku pelajar. ”Misalnya tawuran dan hal-hal yang menjurus ke perilaku negatif lainnya. semacam itu yang berusaha kami antisipasi,” ujar dia.
Sasaran razia adalah ruang-ruang publik, warung, hingga tempat nongkorong anak-anak muda. Bisa jadi razia pelajar bolos itu juga menyasar tempat penginapan untuk mencari pasangan pelajar yang berbuat mesum di siang bolong. Jika diyemukan, sanksi yang dikenakan kepada pelajar adalah pembinaan. Yakni dengan memanggil guru dan orang tuanya. Pihaknya juga meminta masyarakat untuk melapor apabila mendapati hal-hal semacam itu.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang Suwarjana menyambut baik rencana operasi tersebut. ”Monggo saja, tetapi juga harus koordinasi dengan Cabang Dinas (Cabdin) Pendidikan Provinsi Jawa Timur,” kata dia kemarin (21/8) melalui sambungan WhatsApp.
Koordinasi dengan Cabdin Pendidikan Provinsi Jawa Timur itu diperlukan apabila sasaran razia adalah pelajar SMA dan SMK. Namun demikian, razia pelajar bolos itu sejatinya bukan kali pertama. Ada juga “Operasi Sayang” yang dilakukan bersama BNN Kota Malang dan Polresta Malang Kota sejak 2017. Operasi itu memiliki target yang sama, yakni kenakalan remaja sekaligus narkotika dengan cara tes urine.
#indonesia#viral#berita#trending#terkini#fypシ゚viral#kapolri#jokowi#batasmedia99#kota malang#satpol pp#tatap muka
0 notes
Text
Kisah Masa Kecil-ku.
Pelajaran terbaik dalam hidup datang dari pengalaman burukmu.
Pengalaman baik hanya bisa di jadikan kenangan manis, tetapi sesungguhnya pengalaman pahit lah yang bisa mendewasakan.
Sungguh tragis, memang kehidupan ini indah tetapi lebih banyak buruknya bagi-ku.
Dewasa ini, aku disadarkan. Dunia hanya sementara, hidup didunia hanyalah ‘ujian’ untuk menentukan dimana kita akan tinggal abadi setelahnya.
Sungguh anugerah yang kuasa aku dilahirkan di dunia ini. Lahir di Rancaekek, Bandung. Anak pertama dari rahim Ibu-ku. Tetapi menjadi anak ke-4 karena memiliki 3 kakak yang berbeda Ibu.
“Penjahat”
Dimulai dari masa kecilku, pun tidak begitu baik. Entah mengapa di usia-ku yang sekarang 24 tahun aku masih bisa mengingat jelas yang aku alami 20 tahun lalu, saat aku masih duduk di bangku sekolah taman kanak-kanak.
Kakak-ku yang usia nya hanya berbeda setahun denganku tinggal bersama di rumah. Dua Kakak yang lain tidak tinggal bersama karena mereka membenci Ibu-ku hanya karena mereka pikir tidak ada yang bisa menggantikan Ibunya.
Saat itu kakak-ku yang tinggal serumah berusia 5 tahun. Aku mengingat seberapa sering kakakku ‘nakal’, kemudian di beri hukuman oleh Ayahku dengan dipukuli, di ikat, digantung, di kunci di kamar dengan lampu yang dimatikan.
Sangat tidak sepadan. Anak kecil polos berusia 5 tahun belum lah mengerti apa yang mereka lakukan itu benar atau salah. Tetapi ia sudah mendapat hukuman atas apa yang ia perbuat. Sungguh mengerikan.
Selain itu hal yang tidak kalah mengerikan di masa kecilku adalah saat beberapa hari ayahku tidak pulang ke rumah. Padahal Ibu-ku baru melahirkan anak kedua yaitu adik-ku. Saat itu Ibu selalu mengunci pintu rumah dan mematikan semua lampu.
Disuatu siang ada yang mengetuk pintu rumah sangat keras. Dengan semua lampu rumah yang sudah dimatikan. Ibu, kakakku, aku dan adik ku yang masih bayi bersembunyi di kamar belakang yang bahkan kamar itu lampunya di matikan, juga dikunci pintu nya.
Aku bisa melihat pada raut wajahnya, Ibu ku sangat ketakutan saat itu, dada ku pun sama begitu berdegub kencang. Kami semua diatas kasur dengan posisi tiarap.
Entah mengapa disaat itu bahkan sampai dengan saat ini aku tidak ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dan kemana ayahku pergi. Yang kutahui ialah pasti terjadi hal buruk.
Ternyata, Ayah ku dipenjara karena bisnis yang beliau miliki. Beliau mempercayakan orang yang salah untuk memegang usahanya sehingga merugikan banyak orang. Itu pun aku tahu karena diberi tahu Kakak ku yang sudah besar.
Kemudian kami memutuskan pindah ke Sumedang, tinggal di rumah nenek. Aku senang pindah ke rumah nenek karena aku tidak lagi tenang tinggal di Rancaekek. Mungkin karena trauma atas kejadian itu dan mungkin juga karena teman-teman mengatakan aku adalah anak penjahat buronan polisi.
Setelah kami tinggal di Sumedang, Ibu ku bekerja selama beberapa tahun untuk membiayai kami anak-anaknya. Entah mengapa, Ibu ku begitu kuat menghadapinya.
Selain dikenal cantik parasnya, Ibuku memiliki banyak skill yang membuatku selalu kagum dan bisa menghasilkan uang. Sayang sekali semua skill nya tidak turun pada anaknya. Ibu ku bisa menggambar sketsa yang indah, menjahit baju, memangkas dan menata rambut.
Aku sangat menyayangi Ibu ku.
Foto diatas adalah wajah Ibu diusianya yang sekarang 48 tahun, masih terlihat manis bukan?
Masa-masa tinggal di desa begitu asyik, bermain bersama banyak teman di lapangan setiap sore hari. Semua orang sayang padaku, ada Enin dan Aki yang selalu memanjakanku, ada Om-ku yang usil tapi sangat menghibur, ada tante-tante ku yang selalu membantu ku belajar. Indah sekali saat itu.
Kembali Pulang
Setelah kelas 4 SD di umurku 10 tahun, ayah untuk pertama kali nya datang kembali. Kejadian nya saat itu, Ayah mengetuk pintu rumah dan akulah yang membukakan pintu untuknya. Tapi aku memandang Ayah seperti orang asing, tanpa menyapa aku langsung lari terbirit ke kamar dan mengunci pintu. Entah mengapa tapi itu reaksi-ku.
Ayah membawa kami tinggal di Cimahi. Seperti yang Ibu cerita-kan sebelumnya Ayah tidak pergi tapi Ayah bekerja di luar kota dan kupercayai saja, padahal aku tidak sepercaya itu.
Saat aku datang untuk pertama kalinya di Cimahi, aku shock ternyata itu bukan rumah tetapi Ayah menyewa warung pinggir jalan yang begitu lengkap. Ada dua petak ruang wartel (warung telepon), 1 ruang makan karena ayah menjual berbagai macam makanan dan minuman seperti Es Kelapa muda, nasi goreng, pempek, indomie. Selebihnya ada dapur dan satu kamar mandi.
Seperti yang ku katakan sebelumnya, ini bukan rumah. Maka saat malam hari kami tidur di ruang wartel, ruangan ini berpetak sempit. Kami tidur di lantai beralaskan selembar kain tipis. Aku tidur dengan kakak, Ibu tidur dengan Ayah dan adik-ku.
Kurang lebih begini suana wartel sepetak yang kami jadikan tempat istirahat.
Kalau ingat masa itu, aku begitu bangga terhadap diriku sendiri. Begitu kuat tidak pernah mengeluh padahal saat itu aku kedinginan. Tapi mungkin itu karena aku masih segan pada Ayahku.
Beberapa hari setelah itu mengingat liburan semester hampir habis. Ayah mengurus pindahan sekolahku ke sekolah baru, aku begitu excited karena akan berkenalan dengan teman-teman baru “anak kota” yang kupikir pasti lebih menyenangkan dibanding teman di desa.
Balas Dendam itu Indah
Sekolah terdekat dari tempat tinggalku begitu luas dan bertingkat-tingkat, fasilitas nya begitu lengkap dengan tatanan yang rapi. Tapi lagi-lagi tidak sesuai dengan ekspektasi-ku, ternyata aku di daftarkan di SD yang sangat jauh di kampung antah-berantah. Sekolah di SD yang besar itu kata Ayahku “pasti mahal”.
Tiba dimana hari pertamaku masuk sekolah. Aku melihat sekolah ini begitu sempit, beberapa fasilitas sekolahpun rusak dan tidak lengkap. Ternyata jauh lebih rapi dan luas sekolahku yang di desa dibanding dengan sekolah ini. Termasuk murid-muridnya mereka tidak menyenangkan, sangat!
Setiap hari aku pergi sekolah berjalan kaki dengan kakak-ku hampir menempuh perjalanan sekitar 800 meter. Kami tidak punya kendaraan dan tidak ada angkutan umum. Kalaupun pakai angkutan umum tetap harus jalan kaki melewati persawahan dan perkebunan. Maka dari itu kami berjalan kaki karena bisa melewati jalanan yang bagus, selain itu kami tidak ada uang.
Di kelas empat, aku duduk sebangku dengan anak seorang pemulung. Satu kelas tidak menyukainya. Dia selalu di bully, dipukuli, ditampar, diolok-olok.
Suatu hari aku ikut di bully, pernah kursiku di kasih permen karet bekas dan pernah pula aku diludahi. Aku tidak tinggal diam, ku adukan ke kakakku yang saat itu adalah kakak kelas.
Tiba-tiba suatu hari saat pulang sekolah, aku pulang sendiri karena katanya kakak ku akan langsung bermain dulu dengan temannya. Sesampainya di rumah ada kakak kelas yang memberitahuku ternyata kakak ku ini berkelahi dengan teman laki-laki ku yang sempat menyakiti aku. Temanku ini habis di ‘tonjoki’ oleh kakakku. Syukurlah kakakku yang menang hahaha
Naik ke kelas lima, aku mulai disenangi teman-teman. Bahkan salah satu teman perempuan di kelas ku yang dikenal cantik dan pintar ingin sebangku denganku.
Ternyata aku lebih beruntung dibanding teman yang lain. Karena buku-buku milikku menjadi yang paling lengkap diantara yang lain. Aku bisa membelinya karena usaha Ayahku yang sedang laku-lakunya juga semakin berkembang.
Aku semakin bersemangat untuk sekolah, terbukti pada saat kelas enam. Sebelum ujian nasional sekolah menambah kelas pemantapan diluar jam pelajaran. Dan aku terpilih sebagai mentor matematika oleh wali kelas untuk kelas pemantapan itu.
Tapi suatu hari pernah terjadi keributan saat pemantapan. Aku hampir di tonjok oleh satu teman laki-laki ku yang dari dulu tidak akur itu, karena aku keukeuh tidak ingin mengajarinya. Hahaha balas dendam itu indah!
Mengaji dengan Guru Cabul
Disaat aku sedang semangat-semangatnya untuk belajar di sekolah tetapi tidak untuk belajar mengaji di mesjid. Sama sekali tidak bersemangat, bahkan aku benci itu.
Semua yang terjadi bukanlah tanpa sebab, ada sebab maka ada akibat.
Dimulai dari teman-teman ngajiku yang memperlakukanku secara tidak adil. Hanya karena orang tua mereka kaya dan pemilik tempat tinggalku pada saat itu. Sampai dengan guru ngaji ku yang mesum dan mencabuliku.
Entah mengapa orang tuaku selalu meminta-ku bahkan memaksaku untuk menerima ajakan mereka untuk bermain, padahal aku sungguh tidak ingin.
Saat memilih karakter boneka aku diberi warna yang dulu tidak kusuka yaitu hijau, padahal warna kesukaanku pink atau kuning. Begitupun saat bermain barbie, aku diberi barbie yang paling buruk rambut rontok dengan wajah dan tubuhnya yang sudah di coret-coret, dengan peran sebagai pembantu rumah tangga.
Yang paling parah, saat bermain petak umpet aku bersembunyi di antara tumpukan batu bata dan pagar besi kawat duri. Aku memang selalu menjadi yang paling jago untuk permainan petak umpet, hingga akhir permainan saat semua anggota pemain sudah ditemukan hanya aku yang belum ditemukan.
Saat salah satu teman menemukan ku, dengan sengaja ia mendorong tumpukan batu bata itu sehingga tumpukan batu batu itu roboh berjatuhan menimpuk tubuhku, kemudian tubuhku terdorong ke pagar duri dan menancap melukai punggungku.
Hingga saat ini batu bata lancip yang sempat menghujani tubuhku masih menyisakan bekas. Ditengah batok kepalaku ada pitak dan cekungan yang cukup dalam dan memang tak biasa saat di raba.
Aku tidak pernah mendengar kata maaf dari mereka. Bahkan saat aku sedang sakit-sakitnya, Ayah memarahi-ku. Beliau bilang ini semua kesalahanku karena bersembunyi ditempat berbahaya dan membuat banyak batu bata mereka patah.
Karena mereka adalah teman mengajiku, maka dengan sangat terpaksa aku tetap bertemu dengan mereka. Karena pergi mengaji ke Mesjid adalah sebuah keharusan yang kalau tidak Ayahku bisa marah besar.
Terlebih saat guru ngaji memangku-ku sepulang mengaji. Sekuat tenaga aku melepaskan genggaman tangannya, namun apadaya di usiaku yang masih 10 tahun tenagaku tidak lebih kuat darinya. Aku dibawa kebelakang pohon dan jari jemarinya meraba-raba masuk kekemaluanku.
Ia melewati batas itu. Aku sangat malu jika bertemu dengannya. Dan aku sembunyikan lama cerita ini dari siapapun.
Hey dimana kau Hilman bajingan. Ya, nama guru ngaji itu Hilman, pedofil sialan!
Aku benci Ayah selamanya
Dua wartel itu disulap menjadi kamar tidur. Sekat antara wartel itu di lepas sehingga menjadi kamar yang sedikit lebih luas. Dengan tangannya sendiri ayah membangun kamar itu menjadi bertingkat.
Aku dan adik-ku tidur di atas. Walapun atasnya genting tapi aku sangat senang.
Tidak sebagus kamar diatas, tapi kurang lebih seperti itu.
Kembali membahas prestasiku di sekolah yang baik. Tetapi aku sangat tidak ingin mengaji. Ayahku menjadi sangat kasar saat kemauannya tidak dilaksanakan terlebih jika Ayah menyuruhku mengaji.
Dia bisa sampai memukulku. Tapi aku tetap tidak ingin pergi mengaji dengan rahasia yang masih ku sembunyikan.
Pada akhirnya Ayah ku menyuruh guru ngaji itu yang datang ke rumah untuk mengajariku mengaji. Anehnya orangtua ku meminta kami belajar di kamar. Awalnya kami mengaji bersama. Tetapi karena adik ku sudah di mesjid dia meninggalkan kami di kamar, berdua.
Saat itu pikiran ku telah rusak karena mereka para manusia dewasa. Untuk kedua kalinya terjadi lagi, kali ni aku diam saja. Aku berpikir apakah ini memang bagian dari mengaji?
Aku berjanji pada diriku sendiri, saat dewasa nanti aku tidak ingin mengaji di organisasi pengajian ini lagi. Saat ini aku terpaksa karena tak ada pilihan.
Ibuku beberapa kali membujukku dengan caranya yang lembut supaya aku mau mengaji. Dan pada akhirnya ku ceritakan kejadian itu pada Ibu ku. Tetapi Ayahku tidak mempercayainya bahkan mengatakan bahwa itu akal-akalan ku supaya tidak mengaji.
Di hari berikutnya Ayah tetap memaksaku mengaji dengan si Pedofil dan aku tetap harus menerima ajakan bermain dengan teman-teman yang telah mencelakai aku.
Ayah tidak mempercayaiku, memaksaku dengan kekerasan. Dimana rasa pedulimu. Lantas pada siapa aku harus mengadu, jika pada orang tua sendiri saja tidak dipercaya.
Beberapa malam aku menangis, bahkan aku melukai jari-jariku dengan pisau tanpa mereka tahu. Aku banyak mendengar nasihat dari guru dan dari manapun yaitu “Marahnya orang tua pasti karena ingin yang terbaik untuk anaknya, setelah dewasa pasti kalian mengerti” atau “Saat orang tua kalian menua dan meninggal pasti kalian menyesal” atau “Kalian harus terus mendoakan orang tua”.
Malah karena mengingat semua nasihat-nasihat itu, aku tidak ingin nantinya saat ku dewasa aku melupakan betapa sakitnya hatiku saat itu. Kemudian aku berjanji akan benci Ayah selamanya. Dengan menuliskannya di dinding kamarku “Aku janji akan benci Bapak selamanya”.
Hidup tanpa Hak, hanya ada Kewajiban
Ujian Nasional akhirnya usai, aku meraih nilai tertinggi di sekolah dan bisa masuk sekolah SMP Negeri yang kumau. Tetap Ayah yang memilih dimana aku melanjutkan sekolah.
Saat SMP kembali aku menjadi mentor saat pemantapan menjelang Ujian nasional.
Mendapatkan nilai UN dengan rata-rata 9. Aku sangat bangga dan percaya diri untuk bisa masuk sekolah favorit yang aku inginkan.
SMKN 1 Cimahi atau SMKN 2 Cimahi, karena aku suka sekali mengoperasikan komputer. Maka cita-cita ku bersekolah di kejuruan IT.
Tapi ternyata lagi-lagi semua Ayahku yang mengatur. Aku masuk kejuruan Administrasi Perkantoran, supaya gampang mendapatkan kerja nantinya. Ujar beliau.
0 notes
Text
Warung Mesum Dibakar
Masih Membandel Dan Tetap Beroperasi Di Bulan Suci Ramadhan Sejumlah Warung Remang Yang Kerab Dijadikan Sebagai Tempat Mesum Di Kawasan Jalan Bypass Soekarno Hatta Bandar Lampung Jumat Malam Dihancurkan Dan Dibakar #warungmesum #warungremangremang #mesum #dibakar #beritalampung Informasi dan Berita Lainnya Simak di Website : https://radartvnews.com Follow akun twitter kami :…
View On WordPress
#berita lampung#berita terkini#lampung terkini#lampung tv#radar lampung#radar tv#seputar lampung#tv lampung
0 notes
Text
Dan Toleran Pun Tak Cukup...
Dan Toleran Pun Tak Cukup
By Editorial FNN*
HIDUP di Indonesia saat ini tak cukup hanya bermodal jujur dan toleran, jika ingin aman. Kenyataan ini dialami oleh Munarman mantan Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI). Ia sosok aktivis yang jujur, apa adanya, egaliter, dan toleran. Toh ia mendapatkan perlakuan yang sangat tidak manusiawi, sama seperti Habib Rizieq Shihab.
Munarman dicokok di rumahnya dengan sangat kasar oleh Densus 88, hanya beberapa menit menjelang berbuka puasa. Bahkan untuk sekadar memakai sandal saja, Munarman dilarang. Ia tetap diarak dan didorong-dorong masuk mobil polisi oleh beberapa orang bertubuh kekar. Tak lupa, celetukan liar pun disemprotkan ke telinga Munarman. “Setan!”. Demikian yang terdengar dan terlihat dari video media sosial saat proses penangkapan Munarman pada Jumat, 27 April 2021.
Entah standar yang mana yang dipakai polisi untuk menegakkan hukum dan keadilan. Rasanya sulit sekali mengikuti irama kerja dan aturan main aparat hukum yang satu ini.
Apa yang baik dan benar menurut kita, belum tentu baik dan benar menurut polisi. Mereka seperti memiliki tafsir sendiri tentang hukum, tentang kebaikan. Padahal acuannnya sama. Mereka menjalankan acuan itu “semau gue”. Sungguh sangat tidak fair.
Polisi menuduh Munarman menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak pidana terorisme dan menghadiri baiat ISIS di tiga kota, Jakarta, Medan dan Makassar. Padahal di Papua teroris sudah bergerak dan mematikan Kepala BIN Daerah serta Brimob. Tak terhitung lagi berapa bunga bangsa gugur di tanah Papua. Pun demikian tak ada karangan bunga, tak ada pimpinan OPM maupun penggeraknya yang dicokok.
Munarman dibawa ke Polda. Tangannya diborgol, matanya ditutup kain hitam. Adegan yang sungguh menyayat hati. Belakangan tuduhan terhadap Munarman berubah-ubah. Para buzzer bahkan menuduh Munarman check in di hotel bersama perempuan lain. Padahal itu istri sah Munarman. Tabiat rezim ini senang sekali memainkan selangkangan untuk membunuh karakter seseorang, sebagaimana HRS difitnah dengan chatting mesum. Tapi semua sangkaan itu terbantahkan dengan data dan fakta. Kini polisi’ sedang mencari-cari tuduhan lain untuk Munarman. Belum ketemu.
Munarman bukan koruptor, teroris, atau pembunuh. Ia hanya aktivis Ormas Islam yang sudah dibubarkan secara radikal oleh pemerintah melalui tangan 6 lembaga negara.
Munarman dikenal secara luas di kalangan LSM, kelompok pro-demokrasi, jurnalis, apalagi umat Islam. Orangnya jujur, simpatik, juga taat beragama. Ia sangat moderat, egaliter, toleran dalam bergaul dengan penganut agama lain. Bahkan ia merekomendasikan pendirian gereja di Cinere saat ada pihak-pihak yang menolaknya.
Seluruh hidupnya ia abdikan untuk urusan kemanusiaan, hukum, dan keadilan. Ia mencoba berpartisipasi untuk bangsa, dimulai dari Ketua LBH Palembang, Ketua YLBHI Jakarta, Koordinator Kontras Aceh. Ia juga gigih berjuang mewujudkan perdamaian dengan cara ikut meyakinkan petinggi-petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Ketika ada Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh dulu, semua LSM keluar dari Aceh, kecuali hanya Munarman yang bertahan di Tanah Rencong, karena Munarman bisa diterima oleh GAM maupun Indonesia. Munarman salah satu yang mendorong tokoh-tokoh GAM supaya mau duduk bersama-sama dengan pemerintah Indonesia yang kemudian terjadi perundingan Helsinki.
Munarman juga berjasa mendorong FPI dari gerakan kanan yang keras ke yang humanis. Berdirinya FPI direstui oleh aparat keamanan negeri ini, tahun 1998. Pertama kali dideklarasikan oleh Habib Rizieq Shihab pada 17 Agustus 1998 atau 24 Rabiuts Tsani 1419 H di halaman Pondok Pesantren Al Um, Kampung Utan, Ciputat, Tangerang Selatan oleh sejumlah habaib, ulama, mubaligh, dan aktivis muslim dan disaksikan ratusan santri yang berasal dari wilayah Jabodetabek.
FPI merupakan jelmaan Pam Swakarsa atas ide Panglima TNi Jenderal Wiranto dan persetujuan Presiden Habibie.
Di FPI Munarman punya andil besar dalam mengubah pola dakwah. Anak-anak FPI memang suka merusak warung miras, kafe, apalagi diskotik. Anak-nak FPI memang suka teriak keras dan memekikkan Takbir saat memberantas kemaksiatan. Tapi itu dulu, tahun 1999.
FPI kini sudah berubah. Jika dulu banyak pentungan bambu ditumpuk antara gang sempit di wilayah Petamburan, sekarang tak ada lagi. Kalau dulu anak-anak FPI suka merusak papan nama panti pijat, menginjak-injak meja bilyard, dan memecahkan lampu-lampu diskotik, sekarang tidak pernah lagi.
Mereka kini lebih banyak terlihat dan terlibat di lokasi bencana banjir, longsor, tsunami, kebakaran, dan panti asuhan yatim piatu. FPI mencari dan membagikan donasi untuk program kemanusiaan. Mereka memegang teguh prinsip “hidup ini akan bermakna jika berbuat kebaikan untuk banyak orang”. Transformasi pilihan perjuangan FPI yang dianggap keras ke arah lembut adalah upaya panjang Munarman.
Sejarah perjuangan FPI dan Munarman tercatat dengan jelas di kliping koran dan jejak digital. Semua bisa dipertanggungjawabkan. Tak ada visi misi menjadi teroris, tak ada perintah intoleransi dan radikal, serta tak ada niatan mengubah negara Pancasila dan NKRI.
Munarman bukan teroris, bukan pula menghadiri baiat teroris. Kehadiran Munarman dalam acara baiat ISIS di Makassar adalah dalam rangka meneliti teroris internasional. Ia harus mendapatkan data akurat tentang terorisme. Ia juga harus menyaksikan sendiri acara itu dan ketemu langsung dengan mereka yang dibaiat.
Sama halnya dengan kerja polisi yang ingin memancing pengedar narkoba, mereka harus menyamar untuk mendapatkan informasi yang benar dan akurat. Bahkan polisi juga harus ikut pesta narkoba. Nenggak miras bersama.
Demikian juga kerja jurnalis yang benar, jika ingin menulis tentang pelacuran, harus bergaul dengan pelacur. Ia harus masuk ke kamar pelacur. Pelototi dan rekam seisi kamar. Catat merek parfumnya, rokoknya, bedaknya, bahkan catat pula merek celana dalamnya jika ada yang bergelantungan.
Ini kerja investigasi yang benar. Tidak elok dan tidak bernalar jika seseorang melakukan kerja investigasi lalu dicap sebagai pelaku.
Pemenjaraan Munarman menyisakan keprihatinan yang dalam tentang cara kerja polisi. Deretan aktivis, jurnalis, dan tokoh agama semua bersaksi tentang siapa Munarman, toh tak mengubah sikap polisi atas perlakuannya. Kesalahan Munarman hanya satu, menolak tunduk pada kezaliman.
Jadi, jika mau aman dan hidup tajir di Indonesia, jadilah buzzer, penjilat, atau dungu. Jujur dan toleran saja tidak cukup. Dengan menjadi buzzer, mereka akan mendapatkan kapital yang besar. Modalnya cuma fitnah dan memutarbalikkan fakta. Dengan menjadi penjilat, mereka akan terlindungi dengan selalu memuja rezim meski tahu itu salah. Dengan menjadi dungu, mereka tinggal mengangguk apapun yang dilakukan rezim. Mereka haram membicarakan kekurangan rezim. “Negoro wis ono sing ngatur, rasah ngomong politik. Wis akeh wong pinter.” Inilah ungkapan khas kaum dungu di setiap sudut dan celah pembicaraan.
4 Mei 2021
*Sumber: FNN
from Konten Islam https://ift.tt/3ukB6hA via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/05/dan-toleran-pun-tak-cukup.html
0 notes
Text
Wanita Jilbab
Cerita Sex ini berjudul ”Wanita Jilbab” hijab mesum,hijab nakal,jilbab hot,jilbab mesum,jilbab xxx,sma mesum,wanita cantik berhijab hot,xxx jilbab Semula aku tidak percaya telah berbuat mesum dengan seseorang yang sangat aku hormati, dia adalah Mbak Wulan (35 tahun) seorang guru agama di sebuah SMP negeri di Kota Magelang. Aku mengenalnya karena suaminya yang bernama Susilo (45 tahun) sering mengisi pulsa di counter HP milikku. Seminggu sekali dia ketempatku, kadang sendiri kadang juga berdua dengan istrinya. Karena sudah kenal baik aku sering mampir kerumahnya saat pulang dari toko, kebetulan rumahnya searah dengan tempat kosku. Oh ya namaku adalah Anton (26 tahun) asal kotaku adalah Surabaya. Singkat cerita kami sudah akrab, mereka berdua sebenarnya keluarga yang sempurna menurutku, Mas Susilo bekerja sebagai teknisi listrik PLN dan mereka sudah memiliki 2 orang anak yang berusia 12 dan 8 tahun. Terus terang saat pertama bertemu dengan Mbak Wulan aku sudah sangat kagum, dia pintar, cantik dan sholehah karena selalu berjilbab rapi. Selain itu dia juga taat pada suami dan pandai mendidik anaknya. Namun semua kekagumanku itu tiba-tiba berubah saat aku tahu kalau dia punya Pria Idaman Lain. Hal ini ku ketahui tanpa sengaja ketika aku melihat Mbak Wulan berboncengan dengan seorang lelaki di sebuah objek wisata di Kabupaten Magelang, padahal waktu itu masih jam sekolah dan seharusnya dia masih mengajar. Akupun terus mengikutinya dan mereka berdua berhenti di tempat yang sepi di sebuah warung yang tak di pakai lagi. Dengan mengendap-endap aku merekam aksi mereka berdua yang memadu kasih di tempat sepi. Walaupun mereka hanya sekedar berpelukan dan berciuman namun ini bisa jadi bukti yang kuat atas perselingkuhan mereka. Pada keesokan harinya aku berniat memberitahukan perselingkuhan ini pada Mas Susilo, namun saat aku datang kerumahnya aku cuma bertemu dengan Mbak Wulan. Entah setan mana yang menghasutku, tiba-tiba aku ingin memanfaatkan ini untuk berbuat sesuatu pada Mbak Wulan ketika aku diberitahu bahwa Mas Susilo sedang pergi mengunjungi Ibunya di Purwokerto beserta dua anaknya. Akhirnya akupun menjelaskan tentang rekaman video itu sambil mengancam Mbak Wulan akan mengirimkan rekaman ini pada suaminya. Dia sangat terkejut dengan pernyataanku yang mengetahui dengan detail perselingkuhannya dan akhirnya dengan menangis diapun memohon padaku untuk menghapus video itu dan sebagai gantinya dia berjanji akan memberi imbalan apapun yang aku inginkan. Akhirnya Mbak Wulan masuk perangkapku, dengan terus terang akupun meminta imbalan pertamaku yaitu mengajaknya mandi bersama. Dia langsung menolaknya dan menawarkan uang sebagai gantinya, namun aku tetap pada pendirianku sambil menyatakan bahwa aku tak butuh uang. Setelah sedikit bujukan akhirnya diapun mau menerima permintaanku dan aku segera menuju kamar mandi, sedangkan Mbak Wulan terlebih dulu mengambil handuk di kamarnya. Hal ini sengaja kulakukan agar aku bisa meletakkan HPku di tempat yang aman untuk bisa merekam aksi kami tanpa diketahui oleh Mbak Wulan. Sesaat kemudian diapun datang hanya dengan berlilitkan handuk, karena semua pakaian dan jilbabnya sudah di lepas di dalam kamar. akupun segera melepas pakaianku hingga bugil. Dia terkejut melihat torpedoku yang berdiri tegak karena terangsang dan segera kuraih tangannya lalu kuajak masuk kekamar mandi. Dia hanya diam saja sambil merunduk malu dan kesal pada perbuatanku, tapi aku tak peduli segera saja kutarik handuknya dan kamipun sama-sama bugil. Aku sempat tertegun melihat tubuh Mbak Wulan yang sangat seksi, kulitnya yang putih mulus sangat kontras dengan warna rambutnya yang hitam panjang tergerai sampai punggung. Setelah itu kamipun mandi berdua dengan menggunakan shower sambil menikmati guyuran air aku mulai mencumbui Mbak wulan, awalnya dia menolak namun dengan sedikit ancaman diapun menurut juga. Dengan leluasa aku memainkan organ intimnya, payudaranya yang montok dan berukuran 34B itu menjadi santapan empuk bagi bibir dan lidahku. Selain itu kedua telapak tanganku juga secara bergantian bergerilya di sekitar vagina dan pantatnya yang bahenol. Awalnya Mbak Wulan selalu berusaha menghindar saat aku memasukkan dan memainkan jariku ke lubang vegy miliknya namun akhirnya dia pasrah juga, mungkin karena sudah terangsang. Setelah beberapa lama perkiraanku ternyata benar, Mbak wulan mulai mendesah karena birahi dan akhirnya dia orgasme. Tubuhnya meliuk-liuk dan sesekali mengejang sambil mulutnya terus merintih. Aku tak menyia-nyiakan kesempatan emas itu, saat dia lengah segera kuposisikan tubuhnya sedikit menungging dan kupeluk dari belakang, dia menurut saja dan tak tahu kalau sebentar lagi akan kuentoti. Aku terus memainkan jariku di lubang vegy miliknya dan pada saat yang tepat langsung kuganti dengan kontolku yang telah berdiri tegak Blezz…. Slepp kontolku menancap sempurna. Mbak Wulan langsung berontak dan berusaha mencabut kontolku dari vaginanya, namun hal itu sia-sia saja karena aku sudah merengkuhnya dengan sepenuh tenaga sehingga perlawanannya tak berguna. Dengan leluasa aku mulai menggoyangkan pantatku maju mundur dengan irama pelan agar tidak lepas lalu diapun mulai rileks dan tak berontak lagi, mungkin dia mulai menikmati goyangan kontolku di dalam vegynya, seperti yang dilansir Kumpulan Dewasa Terkini. Akupun mulai menambah kecepatan goyanganku Slepp…slepp…slepppp…oh…ahhh..ahhh oh…. aku dan Mbak Wualn mulai saling mendesah dan tak berapa lama dia kembali orgasme, namun reaksinya jauh berbeda dengan yang pertama. Dia mengerang dan mendesah tak karuan Ahhh….Uhghhh….ahhhchh …ohhh….. akupun menjadi bersemangat dan semakin mempercepat goyanganku lalu diapun terkulai tak berdaya di sambil bersandar pada bak mandi. Oh… Ton kamu jahat banget sih….. aku kan sudah keluar banyak, ko masih di goyang terus….aku jadi lemas nihh. Akupun kembali memeluknya Maaf Mbak…. aku benar-benar terangsang dengan tubuhmu yang bahenol, jadi pinginnya goyang terusss…..Tapi enak kan Mbak..? Mbak Wulan tersenyum malu sambil mencubit perutku, Ton… kalo dari tadi aku tahu kamu pinter ngentot, nggak usah dipaksapun aku mau kamu entotin. Aku sangat kaget dengan pernyataanya ini, namun hal ini dibuktikan oleh dia. setelah tenaganya pulih dia tidak menolak kuajak ngentot lagi, namun dia minta pindah kedalam kamar tidur. Masih dalam kondisi bugil aku keluar dari kamar mandi untuk mengambil HPku yang kuselipkan di atas lubang ventilasi lalu segera masuk ke dalamkamar Mbak Wulan. Sambil menunggu dia datang kulihat kembali rekaman tadi dan hasilnya cukup memuaskan, karena semua adegan itu terekam dengan baik. Setelah itu aku segera mencari tempat yang pas untuk merekam aksiku yang kedua, tak jauh dari kasur ada tumpukan kulihat pakaian, segera kuletakkan disana sehingga tersamar dengan baik. Setelah Mbak Wulan masuk kamar akupun segera mencumbuinya, sengaja kuarahkan vaginanya menghadap kamera HP yang berada diantara tumpukan pakaian, sehingga aksi jari-jariku yang nakal di vagina Mbak Wulan terekam dengan baik. Setelah puas bercumbu kupun segera mengentotnya yang kuawali dengan posisi terlentang. Bless….Sleppp tanpa kesulitan aku menancapkan torpedoku dan rasanya memang mantap…. clepp..cleppp..ahhh…ahhhh….ohh..ohhh. Hanya desahan dan suara tumbukan kelamin kami yang terdengar dan berbagai gaya dalam ngentot seperti dalam film bokep yang ku tonton aku coba, termasuk gaya Dogy favoritku. Sampai akhirnya aku puas dan mencapai orgasme 2 kali. Sedangkan Mbak Wulan terkapar sampai tertidur karena kelelahan. Bahkan saat kurekam tubuh bugilnya dari jarak dekat dia hanya diam saja. Sejak saat itulah fantasi Sex yang aku inginkan selalu dapat ku praktekkan, aku menjadi sering mendownload film bokep dari barat dan kemudian aku coba lakukan dengan Mbak Wulan. Dia tak pernah menolak, kapanpun aku minta ngentot asalkan nggak sedang menstruasi dia akan datang. Karena kebetulan tempat kosku sangat aman maka aku tak pernah repot mencari tempat untuk ngentot. Namun bila rumah Mbak Wulan sepi aku lebih suka ngentot dirumahnya karena aku bisa lebih bebas berekspresi di berbagai tempat, tidak cuma di atas kasur, bisa di dapur, di ruang tengah, di meja makan di kamar mandi, di tempat jemur pakaian DLL . Di rumahnya aku memiliki tempat favorit yaitu diatas kursi sofa di ruang tamu karena lebih santai dan penuh sensasi. Sampai saat ini aku terus melakukan perselingkuhan ini. hijab mesum,hijab nakal,jilbab hot,jilbab mesum,jilbab xxx,sma mesum,wanita cantik berhijab hot,xxx jilbab Read the full article
9 notes
·
View notes
Text
0 notes
Link
INDOZONE©ID - Sebuah video viral di Tiktok memperlihatkan dua orang laki-laki dan satu wanita tengah berada di sebuah warung lesehan© Video tersebut diunggah oleh akun Tiktok @feryqu©
Dalam video terlihat seorang pria nampak memegang microfone di tangannya dan sibuk bernyanyi karaokean © Sementara di depannya seorang pria dan wanita nampak tengah mesum secara terang-terangan©
Baca juga: Viral Cewek Tertipu Beli Iphone 11 Harga Rp8 Juta di Shopee, Endingnya Jadi Begini
Tangan kanan pria itu nampak meremas-remas payudara wanita berambut panjang sambil senyum© Sementara cewek itu nampak tak berkutik ketika mendapatkan perlakuan seperti itu© Cewek itu juga ikut tersenyum©
Sementara pria
0 notes