#Versi::chat
Explore tagged Tumblr posts
Text
Who: Versi @frgdsecrts
Where: Rus and Versi's apartment
Dinner had been quiet but not unpleasant but finally Rus couldn't take it anymore and put down his Chinese food. Clicking his chopsticks at his roommate. "Dude, what the fuck is up with you?" He smirked at the werewolf, "You've been floating around this apartment. Don't think I haven't noticed."
8 notes
·
View notes
Text
There would be a much longer conversation depending on what Versipellis would like this to be between them. Suresh knows what he'd like. What his god would want too. But the commitment was something that needed to be carefully explained when they both had more time and not surrounded by lots of curious people. Suresh smiled at the word, friends. It was taking a very large amount of willpower not to crawl into Versi's lap and continue what they had just started. And that hungry little response to the second kiss made it that much more difficult to let the kiss end. Suresh tilted his head with a charming smile as Versi said that he was the fantasy. Reaching up he caressed Versi's cheek. But his focus was pulled down to where Versi was coaxing his other hand up the wolf's leg.
When Versi stopped their hands Suresh opened his palm and without moving it any higher he shifted his palm and hand so he could give a tender and flirtatious squeeze, the soft rub of his palm and fingers against his thigh. Suresh let's Versi kiss and pull him in. The hand on his thigh tightening again as the other hand drifted back to his neck. Letting the kiss break he chuckled, "Trust me when I say I want it as much as you do... But I want to make it... special."
He knew he was losing his hold on passive powers and that was going to end up with the two of them going farther than he intended tonight. Suresh moved his hand from Versi's thigh, being able to smell the lust in the room. He placed his hand on the wolf's chest, over his heart. He nodded, "Come to me when you're ready and I will give you all of those things. And you will see just what you make me feel..." His voice lowered slightly, "But you're already making me melt-- Versipellis." He breathed the name out and laced it with all the anticipation he could. Suresh nodded his head. "I'll look for you in three days."
With a great deal of effort Suresh pulled himself away from the other and stood up. Smoothing out his rumpled suit. He gave Versi a wickedly teasing little glance. "I have to go back to the party. You should wait here until you are more... calm. I'll see you in three days." He gave Versi a little wink before he unlocked the door and saw himself out.
end
Versi's voice gentle as he repeats, "Friends." Except to Versi, Suresh would always be just a bit more than a friend. Hearing there were rules piqued his curiosity, but he was okay with saving that conversation for another night. Mostly because it meant he would be seeing Suresh again. He nods to silently answer the question of his knowledge on the clubs whereabouts, not wanting to interrupt Suresh as he spoke. That and the way Suresh's fingers were gently caressing the back of his neck had him like putty all over again, it was definitely a weak spot that Versi did not even know he had. The moment Suresh offered that touch again, Versi leaned into it instantly. He is easily pulled into another kiss, gentle lips pressing back tenderly. The moan caused his lips to press a little harder, a little hungrier, as he felt a moan of his own softly slip through as well. His hand giving Suresh's a little squeeze as a soft happy sigh leaves his lips when the kiss is broken. “A fantasy, Suresh? What if you are that fantasy already? In the way that you’ve kissed me tonight and, “ He moves Suresh’s hand that he was holding to his leg, placing it palm down, with his hand on top, slowly guiding upwards, eyes locked with his golden ones, “ how you touch me. That’s what I’ve always fantasied about.”
He guides it a little more, until it’s a little close but not touching anything else outside of his inner thigh, “ What it would feel like to have that tender touch of another person, but someone who wants it as much as I do.” He presses another soft kiss to Suresh’s lips, the hand that had been guiding Suresh’s lifts to gently grip onto his suit, pulling him in more. He could feel his pants growing tighter by the second, but he managed to break the kiss. “If you would like to give me something more, then let it be the guidance I need to make you feel the way you’re making me feel. How can I get you to be weak at the knees for me too? How can I get you to say my name laced with those pretty moans you’re giving me in our kisses? I want to do that for you, and to have every feeding fill you more than the last.” He pauses, “I will come to you in three days, okay? If that’s okay with you.”
53 notes
·
View notes
Text
Menyikapi Akun "Rumahati"
Sebenarnya sudah sangat lama isu ini terpendam karena banyak user Tumblr yang berinteraksi dengan saya terlibat dengan akun @rumahati. Terlibat dengan artian: dikontak. Dihubungi perihal ajakan untuk sedekah secara personal ke kegiatan yang bersangkutan dengan rekening pribadi. Tapi kemudian ada beberapa problem yang teman-teman sampaikan dan berkaitan dengan saya juga.
Awal mula isu ini muncul dari posting-an ini KLIK. Silakan baca dulu jika ingin tahu. Tapi di tulisan ini juga sudah saya sertakan, karena ini versi dari saya semoga dapat gambaran lain dari tulisan yang sudah ada.
Catatan: di posting-an ini ada banyak link yang bisa dibaca. Tinggal klik "KLIK" tersebut.
Setidaknya, ada tiga momen yang membuat saya akhirnya berkesimpulan kalau sosok di balik akun Rumahati cukup problematik.
Pertama, saat dia membuat posting-an di Tumblr yang diduga ditujukan ke saya. Interaksi saya dengan akun tersebut, yang kemudian memperkenalkan diri sebagai "SW" dan biasa dipanggil "U", pertama dari Message di Tumblr ini. Dia merespon posting-an saya yang sedang mencari tim kreatif untuk lembaga filantropi yang saya miliki: Ide Berbagi. Juga dia ingin bergabung ke grup filantropi Tumblr yang saya buat. Chat-nya masih ada dan dia akhirnya bergabung juga di grup Whatsapp tersebut. Namun, tidak banyak interaksi yang dia lakukan di grup Whatsapp itu.
Dia pernah chat saya berkonsultasi tentang program sosial dan menjabarkan program personal yang dia punya. Saya ingat betul jawaban yang saya berikan ke dia salah satunya bahwa model lembaga saya tidak menyalurkan ke personal, tapi ke komunitas atau penerima manfaat yang komunal (kelompok anak atau masyarakat). Sementara dia menyalurkan secara personal dan targetnya personal juga. Apalagi pakai rekening pribadi. Tentu ini tidak masuk kriteria lembaga dan prinsip saya. Lagipula, cara dia sulit untuk dimintai pertanggungjawaban.
Nah, ternyata karena penolakan ini dia membuat posting-an. Awalnya, saya tidak tahu karena tidak saling follow. Tapi ada mutual yang follow akun tersebut dan merasa ditujukan ke saya. Saya diberi tahu (gambar kiri). Isinya begini (gambar kanan):


Saya tidak terlalu menggubris karena tidak menyebutkan siapa, tidak tag/mention akun saya, atau yang memang jelas ditujukan ke saya. Tidak terlalu peduli. Cuma ini momen inisiasi pertama yang membuat saya agak terperanjat. Salah satu bukti dari kesalnya dia dari prinsip saya itu bisa dilihat di chat yang dia sendiri ketik di sini: KLIK. Tulisan tersebut juga membahas tentang Rumahati.
Kedua, setelah dia gabung di grup Whatsapp komunitas Tumblr yang saya buat, yang kemudian menjadi komunitas donatur "Searah" dan kini alhamdulillah menjadi Yayasan Visi Searah Cendekia (KLIK untuk lihat Instagram VISECA), dia menghubungi beberapa anggota grup secara pribadi dan menawarkan sedekah. Ada beberapa anggota grup yang konfirmasi ke saya soal ini. Ini salah satunya:

Ini momen kedua di mana menurut saya tidak etis sekali mengontak orang yang baru dikenal memanfaatkan nomor pribadi yang diambil dari grup kami. Grup ini awalnya sampai 200-an orang. Seingat saya ada lebih dari 5 orang yang mengonfirmasi ke saya. Saya hanya bisa menyarankan agar kalau memang mau donasi, minta kejelasan perihal dokumentasi, dsb. Yang saya sayangkan di sini dia mengambil nomor pribadi teman-teman Tumblr dari grup yang saya buat untuk kepentingan pribadi.
Ketiga, setelah banyak orang yang menanyakan ke saya perihal akun Rumahati dan merasa jengkel dengan model penagihan yang dia lakukan. Ini bahkan bukan orang-orang yang berasal dari grup Whatsapp saya tadi. Jadi, ada beberapa orang baik yang sesekali donasi ke dia dan bahkan ada yang sampai rutin. Cuma, banyak dari mereka yang risih dengan Rumahati karena tiap minggu ditanyakan dan seolah ditagih untuk berdonasi. Ini bukan saya yang mengatakan tapi eks donatur Rumahati sendiri. Mereka bahkan merasa seperti berhutang dan dikejar-kejar. Tapi saat ditanya dokumentasinya, tidak pernah mau menunjukkan. Sampai akhirnya mereka memblokir akses Whatsapp dan juga akun Tumblr Rumahati.
Ada banyak yang mengadu seperti ini. Tapi saya malas untuk mengubek lebih dalam memori Whatsapp saya. Saya sertakan chat dari dua orang yang sebal dan akhirnya memblokir Rumahati berikut:


Itu tiga hal yang saya merasa memang akun Rumahati ini problematik, terlepas dari kepribadian atau masalah pribadi yang dia miliki. Tidak ada yang tahu mengapa begini.
Masalah terbesar dari Rumahati ini ada di transparansi. Setiap kali diminta dokumentasi atau bukti penyaluran, selalu ada alasan. Tidak ada foto, kuitansi, atau apapun itu. Ini yang saya sampaikan dari awal ke teman-teman Tumblr—termasuk ke akun Rumahati itu waktu dia konsultasi—bahwa donasi ke personal itu peluang fraud-nya sangat besar dan transparansi jadi kunci. Orang-orang tidak akan tertarik dengan model kegiatan sosial begini. Tapi, ya namanya orang baik itu banyak dan di mana saja, termasuk di Tumblr ini, masih ada yang percaya donasi personal model Rumahati. Kalau kejadian akumulatif seperti saat ini, bagaimana? Susah kita menentukan kejelasan antara amanah atau tidaknya.
Itu tiga hal yang membuat saya berkesimpulan kalau Rumahati ini problematik. Sebenarnya saya sudah tidak menggubris karena tidak satupun dari problem di atas menyasar saya langsung. Jadi, tidak terlalu peduli. Sampai akhirnya kemarin ada akun yang mengangkat ini jadi pembahasan (KLIK di sini). Saya tidak menduga ternyata sampai hampir Agustus 2024 ini masih juga bermasalah. Silakan baca juga di sini KLIK, di sini KLIK, dan di sini KLIK.
Dan, ternyata ada problem lain yang orang-orang lain dapatkan: hutang. Setidaknya sudah dua akun yang mengaku diminta meminjamkan uang untuk Rumahati demi alasan ini-itu, tapi pembayarannya lama bisa setahun dan itupun susah ditagihnya (nama ada di saya). Saya tidak ada masalah dengan hutang-piutang karena itu urusan personal dan sebuah kewajaran. Tidak perlu malu atau mempermalukan orang lain karena hutang. Tidak. Jangan ada yang menghakimi orang lain karena hutangnya selama ada niat untuk melunasi. Tapi kalau ternyata ada pola gunung es, saya kira ini bagian dari problematika yang lebih besar.
Problem puncak dari Rumahati ini saya kira karena dia menghilang tiba-tiba setelah topik ini diangkat ke Tumblr kemarin. Akunnya menghilang, Whatsappnya raib, dan semua akses yang dia punya putus begitu saja. Memunculkan pertanyaan besar: kenapa? Orang jadi menduga-duga. Padahal, seharusnya masih bisa dijelaskan dengan baik-baik jika memang intensinya tidak untuk disalahgunakan. Jawab saja satu persatu dan buktikan kalau dugaan-dugaan itu tidak benar. Apalagi kalau ternyata dia ada masalah yang memaksa dia untuk bersikap demikian. Selama masih dalam batas logika, etika, dan moral saya kira orang-orang mudah untuk memahami.
Saya pribadi tidak ada urusan dengan Rumahati selain menyayangkan karena ini mencoreng dunia filantropi. Satu lagi alasan yang akan membuat orang enggan untuk berdonasi. Saya pun sedang tidak menuduh terkait amanah donasinya, karena saya bukan donatur dia dan tidak punya alasan untuk meminta transparansi. Karena nama saya disebut dia di salah satu postingan terbaru ini KLIK, akhirnya saya memutuskan buka suara untuk menyikapi.
80 notes
·
View notes
Text
Sekarang aku mau diem aja. Soalnya kemarin udah se ugal2 an itu. Nge chat duluan, ngedeketin duluan, nurunin gengsi buat confess, trus nembak, sampe kayak ga punya harga diri. Padahal kalau dia tau di versi aku yang kayak gitu ga pernah aku lakuin ke siapa siapa.
22 notes
·
View notes
Text
Enggak banyak orang yang bisa dapat aku dalam versi; mau chat duluan, mau diajak telponan, dan ngajak ketemuan. Sepaket dengan jenaka, ceria, dan terbuka.
- Sastrasa
#quote#puisi#quotes#galau#inspirasi#sedih#bahagia#motivasi#senang#kasih#kisaj#cinta#rindu#sastra#rasa#literasi#sajak
78 notes
·
View notes
Text
Suresh could feel the necklace that Versipellis had given him warm against his skin as they kissed. That same warmth in the wolf's fingers and palms on his skin. And he could feel as his power filled the other. He could nearly see the same kaleidoscope the other seemed to have fallen into. But the single word of agreement was perfect. There would be some things to make sure were taken care of before the wolf left this evening. But right now he just wanted to be with the wolf. And his focus went all towards him. There was nothing else around them. He opened his mouth to the kiss and let himself get lost in the wolf, enjoying the other's enjoyment. Taking his time to deepen the kiss and then coax the wolf to taste him too.
The scent of desire slowly filled the room. A touch of the wild just under the surface of the other. He so loved the weres, they had tides inside of them. Powerful pulls. And Suresh wondered how much prodding it would take to help Versipellis let go of some of that control. Suresh's own sounds met the wolf's groans as he slowly began to move on the wolf's lap. Finally the kiss broke and he stopped moving, letting the wolf catch his breath. Suresh's fingers moved to the wolf's shirt. He slowly popped one button, and then another, but stopped when Versi spoke.
"So do you..." a gentle and reassuring whisper. His fingers drifted down to the third button. "May I?" He let his fingers slid against the wolf's hot skin. Suresh smiled at the question. And let his head lean gracefully to the side to give the wolf room. He nodded, "You can kiss me anywhere you like..." He groaned softly at the tease of the lips. Suresh's fingers went back into Versi's hair, massaging his scalp and encouraging him to explore, as his hips slowly began to move again on the wolf 's lap. He let his head lean back as he gasped out, "Go ahead and bite if you want. You can't hurt me love..."
Versipellis was thankful he was sitting right now because the feeling that Suresh just fed his soul had absolutely swept the wolf off his feet. HIs entire body shivers, goes weak, reawakens, then feels brand new as the sensation spreads through every part of him. In his mind images of different colors, shapes, beautiful images of the sun on a warm summer day, s sky full of stars, and so many other things mixed into one, quickly flashed. It was like his mind had momentarily turned into a kaleidoscope that was showing him everything that was good and beautiful all at once. He felt infinite and weightless despite the fact that he was still just sitting down. Everything swirled into one beautiful breathless sigh that escaped him, "Yours..." Versi's hand finds a place on Suresh's lower back, capturing Suresh's lips again, he gently pulls the other closer. Slowly he kissed the other, deeply, lost entirely in Suresh.
His body began to react in ways that he could not even begin to describe, in ways he had never imagined possible, and he had to constantly remind himself to be slow. It was almost as if this feeling was triggering the wolf that lived within Versi, the animal that was dying to get out, a side that had been craving to be fed for some time now. But he tried to keep it at bay, like he always he did with his wolf side. Soft groans of pleasure slip through his lips and slowly the hand that had been resting on Suresh's lower back carefully goes up to explore a bit. He only stops kissing the other when their kiss comes to a natural slow end, taking that second to catch his breath.
"You feel so nice..." his voice is soft, breathless, as he tries to catch his breath. His mind was scrambling for proper thoughts or words to say but it was not making sense of much right now. He felt like he had just taken the worlds strongest drug that was giving him the best high he had ever felt. The only high he had ever felt. "...Is it okay if I kiss you...." Versi leans in to press his lips to Suresh's neck, placing a soft kiss onto it, "...here...for a little too?"
15 notes
·
View notes
Text
Ternyata Kita Cuma Pemain Baru dalam Cerita Lama
Kenapa ya masalah kita tuh rasanya the worst? Kayak, “Why me? Kenapa ini semua harus aku yang rasain?” Tapi kalau dipikir-pikir lagi, hold up, girl, masalah kita tuh nggak seunik itu. Apa yang kita alamin sekarang, udah pernah terjadi ribuan kali sebelumnya. Kita cuma pemain baru yang lagi masuk ke siklus lama.
Patah hati? Sejak zaman Cleopatra. Overthinking masa depan? Udah ada sejak zaman orang dulu galau milih jadi petani atau pedagang. Bahkan drama kehidupan sehari-hari kayak trust issues atau bingung soal passion juga nggak baru. Bedanya, kita sekarang punya Google, TikTok, sama group chat. Mereka dulu nggak punya itu, tapi tetep survive.
Hidup ini muter, girl. Apa yang kita jalanin sekarang? Itu cuma versi remastered dari cerita lama. Mereka dulu galau di bawah lilin sambil nulis surat, kita sekarang galau sambil liat notifikasi WhatsApp yang nggak dibales. Tapi, vibe galau? Sama. Rasanya tetep bikin pengen nangis sambil dengerin lagu sedih di Spotify.
Tapi di balik itu semua, ada hal yang comforting, nggak sih? Kalau masalah kita bukan hal baru, itu berarti ada orang lain yang udah pernah ngelewatin ini dan mereka made it through. Kita bisa juga. Mereka dulu bangkit, kita juga punya peluang yang sama buat survive, buat belajar. Bahkan, kita bisa ngelakuin versi yang lebih slay.
Yang penting, jangan fokus ke perasaan “kok ini semua berat banget?” Masalah tuh emang berat, tapi itu kan bagian dari kehidupan. Kalau dunia ini pernah ngeliat masalah ini ribuan kali, dunia belum pernah ngeliat cara kita buat ngatasinnya.
Jadi yaudah, nikmatin aja prosesnya. Nggak usah kebanyakan drama, nggak usah kebanyakan nyalahin keadaan. Karena meskipun siklusnya sama, kita punya main character energy buat bikin cerita ini beda. Kita, pemain baru di dunia lama ini, tetep bisa jadi versi terbaik yang pernah ada.
Hidup itu muter, iya. Tapi kali ini, giliran kita. Show them how it’s done, girl.
7 notes
·
View notes
Text
Kayanya konsep sekufu versi ku juga adalah.. punya adat dan budaya yg sama..
Aku orang Jawa tulen meski bahasa Jawa ku ngga bagus-bagus amat. Tapi terhadap sesiapa yang lebih tua, aku hampir tidak pernah berucap 'kamu' padanya secara langsung, kecuali sudah sangat akrab. Juga aku memegang erat tiga kata ajaib: maaf, tolong, dan terimakasih.
Jadi.. kadang agak shik shak shock klo ketemu orang luar Jawa yang dia tau aku lebih tua, tapi langsung manggil 'kamu' tanpa embel embel kak atau mbak. Ini bukan karena gila hormat yh gess, tapi kebiasaan yg jadi persepsi: bahwa manggil orang yg lebih tua tanpa embel" Mbak, Mas atau Kak nih... tidak sopan :) pokoknya bab unggah ungguh dn muamalah ke orang nih gabisa sembarangan T.T beda daerah dikit udh ngga sefrekuensi etdah.
Nulis ini karena.. sedang menahan sebal karena abis chat sm orang tapi bahasanya seenak sendiri ginihh?? Tapi aku maklumi bcs dia bukan orang Jawa sih hmmmmm
10 notes
·
View notes
Text
Kendali
Sore itu sebuah pesan masuk dari teman yang sudah cukup lama dan memang jarang berinteraksi. Diawali dengan menanyakan kabar tanpa ucapan salam. Semacam template yang baku untuk membuka obrolan.
Aku kira ada keperluan apa sampai menghubungi. Ternyata.... :')

Aku yang membaca chat itu sebelum sholat maghrib tiba-tiba langsung memanas. Dalam hatiku bergemuruh rasa kesal. Kenapa? Kenapa sih harus nanyain sesuatu yang tanpa kamu nanya pun kamu udah tau jawabannya 😢 Dan kalopun iya, nanti juga akan tau sendiri jadi buat apa nanyain itu? Sepenting itukah?
Lalu aku sempat memutuskan untuk mengarsipkan chat tersebut. Tidak membalasnya dan memilih untuk sholat.
Dan tahukah kalian, selepas sholat tiba-tiba saja aku lebih tenang dari sebelumnya. Aku jadi bisa berpikir jernih bahwa pertanyaan itu bukan bermaksud apa-apa. Dia hanya bertanya. Ya jawab saja apa adanya.
Alhasil, aku menjawab dengan hati yang jauh lebih tenang. Tidak tersinggung apalagi marah. Tidak sama sekali. Aku mencoba mengubah cara pandangku. Karena jika omongan orang tak bisa ku kendalikan, maka satu-satunya yang bisa kutata adalah responku.
Alhamdulillah 'ala kulli haal.. Allah jadikan aku dan suami salah satu dari pejuang buah hati. Sedih? Iya tentu karena aku manusia. Tapi aku tidak akan membenci jalan takdir ini. Inilah skenario terbaik dari Allah.
Maka memasuki satu tahun pernikahan ini aku mencoba berhati lapang. Menerima segala bentuk pertanyaan ataupun perkataan serupa meski dengan versi yang kadang-kadang dengan baik tapi ada juga yang membuat luka di hati. Tak apa yaa Allah..kami Terima ujian ini. Mohon kuatkan kami.
Sekarang pun dikelilingi keluarga terdekat yang sedang hamil. Masya Allah. Walau ada ruang di hati yang tak bisa dijelaskan rasanya. Tapi aku coba lawan untuk turut berbahagia dan tak ingin menaruh iri sedikitpun. Sebab aku yakin semua ada waktu terbaiknya.
Dan sekarang sembari terus berikhtiar, doa yang kami panjatkan bukan lagi minta disegerakan. Karena kami gatau sekarang waktu yang tepat atau bukan. Allah lebih tau maka kami serahkan kepada Allah yang mengatur hidup kami. Dia yang lebih tau segala yang terbaik untuk kami.
"Ya Allah yaa Rabbi, karuniakanlah kepada kami dan para pejuang garis dua keturunan yang sholih/hah di waktu terbaik, dengan cara terbaik dan dimampukan menjadi orang tua terbaik untuk mendidik generasi yang terbaik, "
Dalam Baik Sangka, 1 November 2024 || 07.22
9 notes
·
View notes
Text
Mi è capitato di scorrere la chat di un vecchio amico, finché non ho rivisto l'ultimo momento che mi sono innamorato. Gli avevo inviato degli screen della chat di questa ragazza, ero perdutamente andato nel pallone per lei. Era bella, simpatica e aveva un sorriso stupendo. La storia è finita in tragedia, da un momento all'altro è cambiato tutto, mi ha letteralmente trattato come una pezza e mi ha lasciato lì a seduta stante, senza una spiegazione particolare. Da quel momento sono cambiato anche io, in peggio, ho cominciato ad abbandonare me stesso, non curarmi, il mio fisico è cambiato da quel momento. Io sono cambiato da quel momento. Col tempo l'ho accettato, ma il mondo che mi è caduto addosso ha lasciato dei solchi dentro di me inamovibili, dove tutt'ora non riesco a ripararli, ma non perché penso a lei, ormai è capitolo chiuso, ma semplicemente è che mi ha trasmesso la solitudine. La solitudine che per certi versi, è diventata la mia unica vera amica.
3 notes
·
View notes
Text
Ujian Sebelum Menikah
Cerita ini hanya sebuah kilas balik, bukan sebuah aib.
Diceritakan di tumblr saja.
Dan pentingnya kejujuran juga komunikasi antar pasangan. Cerita ini, mohon untuk diambil hikmahnya ya. Tidak untuk menyudutkan siapapun. Tapi memang ini terjadi sama saya😅.
Begini ceritanya.
Saya kenal dengan suami lewat sahabat dekat. Sahabat saya ini punya adik. Adik inilah yang mengenalkan saya dengan suami. (Paham gak wkwk)
Singkat cerita, kami bertukar nomor, intens mengenal satu sama lain. Saya bilang ke dia waktu itu (suami), “A, kalo ada apa-apa, lebih baik tanya langsung, mau tau tentang apapun, ayok ngobrol, jangan lewat siapapun”. Dan dia paham. Entah ada feeling apa yang buat pikiran saya kok jadi was-was. Karna mungkin sebelumnya saya pernah taaruf lewat ustadzah gitu, jadi aman kiranya. Tapi ini karna posisinya si adik ini pun belum menikah, dan saya nggak mau ada komunikasi 3 arah, meskipun si adik menawarkan ke aa kalo mau tanya-tanya tentang saya ke adik dulu boleh. Hahadeuh. Tapi saya larang. Jadi, cukuplah kasih nomor telepon, sisanya biar kami yang komunikasi. Begitu maksudnya.
Cerita detailnya tidak untuk dibagikan karna terlalu ‘WHAT??” buat saya yang menganggap si adik ini seperti adik sendiri😅. Ternyata dia punya perasaan ke calon suami saya, dia bilang sendiri lewat DM IG H-2 bulan nikah. Belum lamaran. Gak boleh spill ah ini aib😅.
Saya tipe orang yang santuy dalam menghadapi kaya gini meskipun dalam kekecewaan yang amaaat dalam. Saya anggap, dia anak kecil. Meskipun ibu saya bilang, “nggak, dia bukan anak kecil, dia sudah dewasa dan paham mana yang baik dan buruk. Dia kan harusnya sadar diri kalo kaya gitu tuh salah”.
Saya sangat berhati-hati, lalu kroscek kebenarannya. Dan calon menjelaskan panjang lebar depan ibu saya juga orang tuanya. Saya waktu itu datang ke rumahnya, berniat ‘yuk kita udahan aja’. Tentu saya istikhoroh dan nangis dulu malemnya. Sepanjang jalan nggak lepas dzikir, pengen kuat aja pas nanti ketemu keluarganya.
Dia kaget, karna saya datang dadakan. Saya dapat DM dari si adik ini malam hari, besoknya langsung ke rumah aa untuk minta klarifikasi dan ‘yaudahlah’.
Tapi bapak dan mamah dari pihak aa bener-bener menguatkan. Bapak nimpalin, “bapak mah cuma tau nama kamu titik, gak mau tau yang lain!”. Mamah sampai bilang, “neng dia mah gak pernah bawa perempuan, mamah sama bapak cuma kenal neng, mamah gak kenal si siapa lah itu, harus kuat, ini mah ujian, mau dapat rezeki banyak, insyaAllah kuat ya, nih mamah udah punya tanggal buat lamaran dan nikahan”.
Lah, ngapa jadi kesitu haha. Jujur kaget juga, malah rencana lamaran Januari dimajuin ke Desember. Nikah juga jadinya H+sebulan dari lamaran. Kok bisa percaya dan yakin? Mungkin ini yang membuat saya yakin.
Aa menjelaskan dengan sangat detail, dan meminta maaf karna dia merasa salah. Dia menganggap si adik ini sebagai teman saya, juga orang yang mengenalkan saya ke dia. Tapi salahnya, ada pertemuan di Bandung yang tidak saya tau. Saya mendengar dari versi si adik, dan saya dengar juga langsung dari versi aa. Saya mendengarkan baik-baik dengan kepala dingin tapi hati panas hahaha.
Lalu, saya sudah mengenal betul keluarga aa, dan memang orangnya nggak aneh-aneh, kalo punya tujuan, dia akan fokus di tujuan itu.
Ada kesimpulan yang saya dapat dari kejadian ini:
Ternyata, laki-laki itu punya rasa gak enakan juga. Meskipun saya tetap anggap ini salah. Dia merasa terganggu di chat terus-terusan sama si adik, tapi gak berani bilang, ditemenin video call dengan tujuan ngobrol ‘gak enak nolaknya ini temen kamu’, si adik ‘memancing’ pun dia cuma jawab ‘mau fokus S2 dulu’ padahal itu udah kenal lama sama saya. Kata dia, ‘aku minta maaf karna b$doh, harusnya aku bilang udah mau lamaran sama kamu, biar nih cewek gak chat terus’.
Terus, laki-laki kadang nggak nyadar kalo perempuan itu punya perasaan yang lebih ke dia. Perhatian sedikit, buat si adik yang ‘kosong’ ini jadi merasa terisi. Lalu, saat klarifikasi, saya bilang ke dia. “A, perempuan itu perasa, dan aa bermain logika, meskipun aa beribu kali bilang aku cuma menghargai dia sebagai teman kamu, tapi komunikasi yang intens antar lawan jenis tanpa tujuan ya itu bahaya”.
Ketidaktahuan. Dia berkali-kali bilang, kalo yang dia lakukan itu nggak tau sama sekali bakal bikin baper perempuan. Dan dia juga aneh, kok jadi bilang suka si adik ini ke dia waktu di Bandung. Dari situ dia sadar katanya, wah ini udah gak bener, tapi dia juga gak berani bilang ke saya karna ‘menjaga perasaan’. Lagi-lagi menurut saya ini salah. Ada yang disembunyikan. Tapi jujur ada lucunya juga di part ini, dia reka adegan karna di DM IG si adik bilang dipeluk, tapi dia keukeuh “aku gak punya perasaan sama si adik, yang ada kasihan, tempat minumnya entah kenapa tumpah dan tasnya basah, aku tarik tasnya dari punggungnya, emang itu meluk?”. Kesalahpahaman adalah faktor utama dari semua ini. Yang satu nolong, yang satu baper.
Selanjutnya, ada pihak lain yang membuat kacau, si adik. Kenapa? Karna sudah tau saya yang dikenalkan sama si adik, lalu saya disuruh PDKT, dan sedang dalam tahap bertemu antar keluarga, tiba-tiba booomm, lah napa adik yang suka. Saya pun geleng-geleng.
Mohon maaf pada akhirnya kami pun memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan si adik, baik komunikasi langsung maupun via sosial media. Ini atas perintah suami. Jangan nyari penyakit katanya. Masalah tuh nanti juga datang sendiri, jangan dicari. ‘Gak usah diundang dinikahan, aku gak mau, gara-gara tu bocah aku hampir gak jadi sama kamu!’ Hahaha. ‘Serius ini jangan ketawa!’. Perbincangan kita h-7 nikah.
Saya? Saya masih tetap bersahabat dengan kakaknya. Saya mengenal baik, dan tidak perlu mecampuradukan keduanya. Meskipun kadang terbersit sakitnya. Hahaha.
Semoga ini menjadi hikmah, hati-hati adalah kunci. Kita tidak pernah tahu yang akan terjadi. Seorang teman bilang, “kuatkan iman”, menikah itu memang jalannya terjal, moga setelah ini mulus yak. Aamiin.
Ingat, tidak semua makcomblang begitu, tapi hati-hati perlu, ini hanya oknum. Dan saya sudah memaafkan atas segala kejadian ini. Tapi untuk kembali bersilaturrahim, nanti dulu ya🫣🙏
Kalo sekarang justru jadi becandaan kita, tapi suami suka bilang, udah gak usah bahas ah nyari penyakit aja kamu. Sekarang mah aku punya kamu, kamu punya aku. Kita fokus sama mimpi kita dan keluarga kita. (Yaampun co cwiit gini anak teknik🤣)
46 notes
·
View notes
Text
Who: Versi @frgdsecrts
Where: Rus and Versi's apartment
Rus sat holding his steaming mug as the scent of lavender filled their little kitchen. He looked at Versi across the small two seater table and gave the werewolf a little grin. He'd been really lucky in roommates. Rus had interviewed so many people before Versi had come along. And the other man had been a godsend. They got along easily and Versi had never complained about the ever growing collection of crystals that continues to appear throughout the apartment. Just like Rus was supportive of the constant flow of plants that continued to appear. Sitting between them on the table was a new one, a Venus fly trap that they were trying to name. Every plant in the apartment had a name. That way each plant knew when they were being talked to. "How about Langelier? After the Stephen King story? She's got the teeth for it."
5 notes
·
View notes
Text
6 Juni 2024
Ini udah lama sih kejadiannya, intinya gue udah bilang ke Bujang bahwa gue pernah pacaran dan bisa tertarik sama perempuan. Reaksi Bujang cuma gak nyangka aja bahwa "bandel" gue mengarah kesana. Padahal gue gak ngerasa gue bandel, kek ya... udah? Di titik tertentu gue memang lebih nyaman sama perempuan, terus mau gimana dong?
Tapi di satu sisi setelah itu, Bujang jadi cukup posesif dan controlling. Sebenernya gue suka-suka aja, tapi sedikit terganggu ketika Bujang terang-terangan nunjukkin kalo dia gak suka gue keliatan boyish seperti rambut pendek yang biasanya selalu bondol (yang memang seumur hidup rambut gue gak pernah melebihi sepanjang bahu), gestur santai kayak duduk kakinya dinaikkin, atau ngobrol pake bahasa tongkrongan kayak ke temen kalo sama dia.
Sisi enaknya; gue jadi lebih santai karena dia ada kecemasan tertentu yang mengharuskan dia untuk jadi lebih effort extra biar gue gak jadi "dominannya" di hubungan ini. Effort extranya nyampe ke tahap ngasih bunga, selalu dia yang chat dan menggebu-gebu ngajak ngobrol, gue gak boleh susah pokoknya (even tali sepatu copot dia yang pasangin padahal gue gak minta, helm selalu dipasangin, kalo makan dari mulai pesen nyampe bayar selalu dia dan gue tinggal duduk nungguin, etc etc). Bahkan nada bicara gue beda atau gue bilang bete dikit, dia langsung sigap dan khawatir.
Gue gak bingung karena gue tau apa yang Bujang mau dengan semua effort dan tindakan itu. Tapi di waktu-waktu tertentu, gue seringkali kangen diri gue versi boyish itu. Kangen merasa keren, ngejar-ngejar, the adrenaline rush, bahkan pemahaman dan cara belajar gue bisa growth lebih cepat kalo gue lagi dibawah efek merasa jadi "the protector" itu. Gue belum menemukan tempat penyalurannya biar gak menganggu. Tapi mungkin gue bisa keluarin itu melalui tulisan.
Gitu deh rasanya hidup kayak punya dua jiwa dalam satu badan. Kalo salahsatunya off kelamaan, kadang ya hasrat buat keluarnya menggebu-gebu dan butuh disalurkan juga. Tinggal gimana gue sebagai pemilik tubuhnya ini aja ngatur biar gak jadi destruktif buat gue di masa depan.
5 notes
·
View notes
Text
It was charming. The withholding. He let a little of his glamor go, letting his eyes slowly shift to his gold snake eyes. A small reward for the young wolf being so patient. He smiled gently and shook his head, "No. Most assuredly. You've never met anyone like me before." He said it without any hint of arrogance. "I'm sure you will find your answers if we keep spending time together."
"I will make myself free this Wednesday." Suresh replied. Because he would. It was a game. And he so enjoyed the hunt of it. Even thought the ending was in some ways inevitable to the Naga. It was very much about the chase. The shift in topic made the snake tilt his head to the side, ophidian eyes watching the young man speak. He frowned slightly at the revelation. Such a very naive young wolf treated like a monster. Humans could be so terribly cruel to anything they didn't understand even when it came in the shape of a child. The only monsters in Versipellis' story were the humans. But there would be time on other nights to discuss such sad stories. Suresh just smiled and said, "Whatever the past might hold. We are here now aren't we?"
The scent of excitement was palpable against the wolf's skin, in his smile. Nerves and coyness without coquetry. But then ah, the flirt came and it made Suresh smile brightly. Eying the wolf with deep flirtatious amusement, "I'll keep that in mind. But for now Versipellis will do I think... Until we know each other better."
Suresh took the phone and added his contact information, chuckling when the wolf mentioned full moons. "Yes, very understandable." Suresh had resisted the urge to have their fingers touch again, up until he gave Versi his phone back. The briefest of touches. His phone lit up, looking down, his security that had been standing outside asking him a question. He glanced back up and nodded, "Wednesday night. I'll be ready to be entertained. Good night Versipellis."
end
Versi did want to ask, he was very curious about Suresh, but he felt incredibly disrespectful in doing such a thing. Instead, he shook his head, "I am very curious about you, Suresh. I would like to know more about you, but I would feel very rude asking you that question. Even though, you're not exactly like anyone else I've ever met. Asking that question is like asking what your age is, which is also rude in my opinion." He smiles, "I'd like to get to know you a bit more, and maybe in getting to know, I will find my answer then."
"Great! Are you free this Wednesday?" It sent a sense of relief through him to know Suresh agreed he'd be kept entertained, at least there was no pressure now. He never thought there was anything else laced in the other's words, not that he would even know how he could keep him entertained outside of the ghost stories and keeping an upbeat personality during the tour. His hand comes down, resting by his side. It wasn't his favorite thing to talk about, the orphanage, but he also didn't shy away from his time there. He just hoped that it didn't make Suresh see him as anything different. Like a monster. "I was and it was. I mostly spent my time downstairs in the basement of the orphanage, chained up to a comfy bed. It wasn't as bad as it may seem...I know they did it to keep everyone safe, including myself." Even if the contents of his story weren't the happiest, he still kept a brightness in his voice. Versi genuinely believed it was all for the good, never once did he think they were intentionally being cruel to him.
He could feel his heart rate pick up a bit and his stomach muscles tighten at the next question Suresh asked him. Why he felt a little nervous, but excited all the same time, was beyond him. Now it's his turn to coyly smile at the other's words, "I would like that. If you ever get tired of it just know you can always shorten it." He chewed the inside of his bottom lip, trying to hold back the next comment he had, but the words slipped through anyway, "You can call me anything you'd like, Suresh. I can't imagine anything come from your lips to be short of beautiful." He playfully adds, "But it's up to you."
Versi reaches for his phone, handing it over easily to the other. "I prefer the night, too. Just not full moons." Obvious reasons. "Chai is a possibility. It's one of my favorite teas too." After they exchange numbers, Versi tucks his phone away. He wanted to keep talking to the other, about all the things, because this had been such a lovely interaction for him, but he felt bad keeping them longer than he should. "I should let you get back to your day. It was such a pleasure to meet you, Suresh. Hopefully I get to see you again very soon?"
10 notes
·
View notes
Text
Hi, I am 25 todayy!!
Hari ini baik sekalii alhamdulillah.. Biasanya taun-taun sebelumnya ngadepin hari ulang taun itu buat aku kaya mimpi buruk. Kenapa? karna isinya malah banyak penyesalan dan kekecewaan selama hidup. Tiap kali nambah umur rasanya nambah beban dan malah nyalahin diri sendiri karna rasanya kaya ga ada sesuatu yang signifikan udah aku lakuin padahal bukan kaya gitu kenyataannya, lebih ke ngerasa terpuruk aja dan dibutain sampe lupa bahwa masih banyak hal-hal baik yang udah terjadi di hidup aku.
Duhh padahal pengen nulis yang seneng-seneng hari ini tapi sampe di kalimat ini aja udah berkaca-kaca:')
Oke lanjut.. alhamdulillah pagi ini bangun tidur aku udah niat mau hadapin hari ini dengan ringan, terbuka dan nikmatin aja apa adanya ga perlu ngerasa terbenani karna hari ini adalah berkah yang harus aku syukuri dan nikmati. Seperti biasa dari malem sebenernya ibu udah mulai masak-masak buat hari ini bikin nasi kuning dan dibagiin ke karyawan. Alhamdulillah aku bersyukur atas itu karna masih bisa ditemenin ibu dan dimasakin di hari ulang tahun aku. Setelah agak siangan Bapak manggil Pak Ustad buat do'a bareng-bareng dan sarapan bareng. Alhamdulillah aku bersyukur juga masih punya kesempatan buat ditemenin sama Bapak dan dido'ain. Selain itu ada beberapa temen yang chat juga ngucapin dan kasih do'a-do'a baik sampai malam ini. Alhamdulillah aku bersyukur terima kasih banyak masih sempetin buat ngucapin dan ngedo'ain aku, semoga do'a-do'a baiknya berbalik ke temen-temen semua aamiin..
Oh ya biasanya kalo ulang tahun juga suka makan di luar. Tapi khusus hari ini aku udah request ke Ibu kalo aku gamau pergi kemana-mana cuma mau di rumah aja nikmatin hari ini..
Yang mau aku ucapin buat aku di usia 25 tahun ini :
Nah kan berkaca2 lagi:')..
Selamat ulang tahun. 25 emang udah 1/4 abad dan rasanya kaya udah tua banget ya? Emang udah tua sihh tapi itu bukan apa-apa cuma angka aja. Besar kecil cuma perkara angka yang terpenting gimana kamu mau jalanin hari ini, ngelepas hari kemarin dan punya harapan dan semangat buat besok. Ga perlu ngerasa terbebani lagi.. Terima kasih udah mau dan memilih bertahan sampai hari ini. Terima kasih udah mau berusaha jadi lebih baik lagi meskipun sulit. Dan jangan pernah lupa kalo hidup kamu itu kaya cuaca yang bisa berubah-ubah dari gelap ke terang, terkadang ada pelangi. Hidup kamu ga semuanya dan selamanya gelap. Sampai ketemu tahun depan dengan versi terbaik diri kamu lagi. Selamat menikmati kehidupan manusia 1/4 abad<3 Always remember that Allah always be with you.
2 notes
·
View notes
Text
Ketemu lagi di tanggal 14!
Dezion Emmanuel, ini aku persembahkan tulisan asal-asalan yang aku buat merayakan hari keren ini ya! At first, aku cuman mau bilang, selamat tanggal 14 untuk kita berdua. Thank you buat selalu mempertahankan hubungan kita, walau aku tau… pasti kamu benci dengan keributan.
Wishnya nggak muluk-muluk sih. Seperti biasa, Ajet pengen kita berdua saling terbuka satu sama lain. Walaupun ajet masih terus berusaha biar kasih yang terbaik untuk menjadi pacar kakak yang paling keren dan luar biasa. Makasih udah tegur aku pas aku melakukan suatu kesalahan. Makasih untuk selalu balik lagi ke Ajet meski kakak pasti sudah sebel setengah mampus sama Ajet.
Ayaaaang, Ajet sama sekali engga minta ayang buat balikkin apa aja yang terbilang ‘effort’ dari Ajet. Malah, aku suka versi ayang yang emang diri ayang sendiri. Ajet gapeduli, mau orang lain bilang ajet cuman usaha sendiri, atau yang lain. Ajet bener-bener mau bikin ayang nyaman sama usaha Ajet. Ya walaupun terdengar dan terkesan alay dan jabriks :D
Ajet selalu berusaha jadi pacar ayang yang terbaik dari sebelum-sebelumnya, ajet ngga mau ngecewain ayang. Ajet juga tau, masih banyak kelakuan ajet, yang bikin ayang geleng-geleng kepala. Ajet selalu kagum karna ayang selalu sabar. Ajet juga ngga ngerti ajet kenapa, ayaang…
ayaaang, kayaknya, aku belum cukup jujur ya sama hubungan kita. Ajet beberapa kali sering bilang, ngobrol sama ayang aja, udah bikin ajet bahagia. Walaupun itu sebentar atau beberapa lama. Ajet juga sempat egois, bahkan selalu cemburuan. Tapi ayang selalu bilang gapapa, dan paham tentang kenapa aku begini dan begitu.
Ajet cuman takut sendirian, ajet takut ayan malah gasuka sama satu sifat ajet dan berujung kita bertengkar. Ajet tau, ajet ngerasa bersalah waktu itu, malah sedih pas ayang lama bales chat ajet… ajet cuman berpikir, apa ajet punya salah sama ayang? ternyata setelah ajet cari tahu, dan terlintas. Ayang juga punya kehidupan kan? ngga cuman ajet aja, ayang punya temen, yang penting ayang ngga lupain ajet..
Soal Karina, maaf bukan maksud mau bawa-bawa ini lagi wkwk. Aku juga tau, aku yang nyari tau sendiri malam senin kemarin wekwkek. Tapi aku cuman pengen tau aja, kalau bisa dihantam malam itu ya malam itu aja sekalian, biar aku nggak kepikiran besok paginya. (Kalau kepikiran, emang dari akunya yang bermasalah) Pas itu ajet sebenernya sedih, ajet tau ayang pernah bilang mantan ayang pake wajah Karina. Ajet selalu mastiin diri ajet buat engga cemburu ayang, tapi ajet ini bandel.. Ajet minta maaf. Ajet juga tahu ayang suka sebagai bias, ajet pasti ngerasain juga posisi ayang dulu wkwkw, pas Ajet apa-apa ke Jay atau Heeseung padahal disitu kakak sebagai Sunghoon. Sekarang ajet ngerti rasanya gimana :D ajet bakal kurangin cemburuan kgkjls itu. JANJI.
Maka dari itu, surat terbuka untuk pacarku.
Makasih ya udah kasih kesempatan buat aku curahin perasaan aku, meski memang kenyataannya, aku sendiri yang pengen tahu. Aku sendiri yang kepoan, dan berujung malah imbasnya ke pacarku ini. Maafin sifat kekanak-kanakkan aku ya? maafin aku belum bisa jadi pacar kamu yang sempurna. Ajet juga habis bilang cemburu atau sebel segala macem, pasti ngerasa ngga enak sendiri, ay. Karna aku tau, ayang pasti bakal nyalahin diri ayang juga.
Maafin aku, karna di hari yang begini, ngga seharusnya aku ngetik beginian. Tapi berhubung diary aku mepet, jadi aku bikin gini! Aku merasa dicintai banget sama ayang, jadi kalau misal suatu saat ayang merasa ‘kurang’ dicintai sama aku, tolong bilang ya ayang?
Sekali lagi, selamat tanggal 14! Mau ya ketemu lagi di tanggal 14 sama ajet? mau kan? please mau!!! kalau mau ketik 1 di RC kita!!! 🤍
Xoxo, AJEEEET KEREN!
4 notes
·
View notes