Tumgik
#TragediBubat
ceritasingkat88 · 11 days
Text
Silva4d novel : Sang Maharaja: Kejayaan Majapahit
Tumblr media
Silva4d - Pada puncak kejayaannya, Kerajaan Majapahit berdiri megah di bawah kepemimpinan Raja Hayam Wuruk. Di bawah panji emas, kekuasaannya membentang dari Sabang hingga Merauke, dari pulau ke pulau di lautan luas. Namun, di balik gemerlap istana dan kejayaan yang agung, tersimpan kisah perjuangan, pengkhianatan, dan cinta yang terpendam.
Bab 1: Takhta di Ujung Kekuatan
Di balik gerbang besar Keraton Trowulan, Maharaja Hayam Wuruk duduk di singgasananya yang terbuat dari gading gajah terbaik. Di sisinya, Gajah Mada, Mahapatih yang terkenal dengan sumpah “Palapa” yang melegenda. Sang Mahapatih telah bersumpah tidak akan mencicipi kenikmatan dunia sebelum Nusantara dipersatukan di bawah Majapahit.
“Mahapatih, apa yang engkau lihat di depan mata kita sekarang?” tanya Hayam Wuruk, suaranya tenang namun penuh wibawa.
Gajah Mada, dengan tubuh tegap dan wajah keras seperti batu karang, menundukkan kepalanya sedikit. "Hamba melihat kejayaan, Tuanku. Seluruh pulau telah tunduk pada kekuasaan Majapahit. Namun di balik kekuatan ini, ada bayang-bayang yang mengancam."
Hayam Wuruk mengernyit. "Bayang-bayang apa yang kau maksud, Mahapatih?"
"Dari dalam istana, ada bisikan pengkhianatan. Para bangsawan mulai tergiur oleh kekayaan, dan beberapa pejabat kita... mereka mulai memperdagangkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi," jawab Gajah Mada dengan suara rendah namun tegas.
Bab 2: Cinta di Antara Takhta
Hayam Wuruk, meskipun menjadi penguasa yang dihormati, hanyalah seorang pria muda yang juga memiliki hatinya sendiri. Sejak kecil, ia dijodohkan dengan putri dari Kerajaan Sunda, Dyah Pitaloka Citraresmi. Namun, bukan sekadar perjodohan politik, hatinya telah jatuh pada sang putri sejak pertama kali mereka bertemu di pertemuan antar kerajaan.
Namun, seperti semua kisah cinta di antara mahkota, politik selalu menjadi penghalang. Gajah Mada, dengan ambisinya yang kuat, melihat pernikahan ini bukan sebagai simbol cinta, melainkan sebuah cara untuk menundukkan Kerajaan Sunda. Ia menginginkan agar Dyah Pitaloka datang bukan sebagai istri raja, tetapi sebagai tanda penaklukan Sunda oleh Majapahit.
Ketika Hayam Wuruk mengetahui rencana Mahapatihnya, ia terdiam. Di satu sisi, ia mengagumi kecerdasan dan keberanian Gajah Mada. Namun di sisi lain, hatinya berontak, ia tidak ingin cinta sejatinya dijadikan alat politik.
"Mahapatih, apa yang kau rencanakan?" tanya Hayam Wuruk.
"Saya hanya berpikir tentang kejayaan Majapahit, Tuanku. Sunda harus tunduk. Pernikahan ini bisa menjadi lambang kekuasaan kita atas mereka," jawab Gajah Mada tegas.
"Tapi Dyah Pitaloka bukan sekadar alat. Ia adalah wanita yang kucintai," kata sang Raja, suaranya mulai meninggi.
"Ampun, Tuanku. Namun Majapahit harus diutamakan."
Bab 3: Pertempuran Bubat
Pernikahan yang diharapkan menjadi lambang persatuan, malah berubah menjadi tragedi. Di lapangan Bubat, pasukan Sunda datang dengan niat baik untuk mengantar Dyah Pitaloka ke Majapahit. Namun Gajah Mada, dengan ambisinya, memaksa mereka tunduk. Terjadilah bentrokan yang berujung pada kematian Raja Sunda dan pengawal-pengawalnya. Dalam keputusasaan, Dyah Pitaloka mengambil keputusan tragis — ia memilih untuk mengakhiri hidupnya sebagai bentuk kehormatan terakhir untuk keluarganya.
Hayam Wuruk hancur melihat wanita yang dicintainya tergeletak tak bernyawa di lapangan berdarah. Gajah Mada tetap berdiri tegap, dengan tatapan dingin namun penuh kemenangan.
Bab 4: Setelah Tragedi
Kejayaan Majapahit tetap abadi di mata dunia. Nusantara bersatu, perdagangan berkembang pesat, dan kekuasaan kerajaan tak tergoyahkan. Namun di dalam istana, Hayam Wuruk hidup dalam kehampaan. Ia berhasil membawa Majapahit ke puncak kejayaan, tapi harga yang harus dibayarnya terlalu mahal.
Setiap malam, sang Raja duduk di taman istana, menatap bintang-bintang, mengingat Dyah Pitaloka, wanita yang ia cintai namun tak bisa ia lindungi.
Di sisi lain, Gajah Mada tetap pada jalannya, memperkokoh kekuasaan Majapahit. Namun perlahan, ia mulai menyadari bahwa kejayaan yang ia bangun bukan tanpa noda. Sumpah Palapa yang selama ini menjadi pijakan hidupnya terasa hampa, karena di balik kejayaannya, ada darah yang tak bisa terhapus.
Epilog: Bayangan Masa Lalu
Hayam Wuruk hidup dengan penuh kejayaan dan kekuasaan, namun dalam hatinya, ia selalu merindukan cinta yang hilang. Di akhir hidupnya, ia merenung, apakah kekuasaan yang ia peroleh sepadan dengan pengorbanan yang ia lakukan? Dalam sepi, ia hanya bisa bertanya pada dirinya sendiri, sementara bayangan Dyah Pitaloka selalu menghantuinya di setiap mimpi.
Di seluruh Nusantara, nama Majapahit terus dikenang sebagai kerajaan yang besar dan tak terkalahkan. Namun, di balik cerita gemilang itu, ada kisah seorang raja yang kehilangan cinta, seorang mahapatih yang terjebak dalam ambisi, dan sebuah pernikahan yang berubah menjadi tragedi.
Tamat.
0 notes