#Tak Terekspos
Explore tagged Tumblr posts
Text
#CatatanRamadhan.21
"Semua akan pergi meninggalkan, sebesar apapun cinta yang mereka punya kepada dirimu. Hanya Allah yang akan selalu menemani. Tak rela Ia membiarkan hambaNya sendirian saja. Jadi sesepi apapun hidup kamu sekarang, ingat-ingat bahwa Allah Yang Maha Besar sedang menemanimu. Itulah mengapa Ia janjikan tak ada rasa khawatir dan kesedihan bagi orang beriman. Karena Allah tak pernah sejenak pun meninggalkan."
"Seorang bayi yang baru terlahir di dunia menangis kencang karena khawatir dan takut dengan kehidupan yang akan dijalani. Tapi bukan dekap manusia yang bisa menenangkan bayi itu, bukan juga kehangatan selimut. Ialah Adzan yang bisa menenangkan sang bayi."
"Bayi itu tenang karena Allah Yang Maha Besar ada bersamanya. Ketika keyakinan bahwa Allah selalu menemani, seluruh masalah yang kau punya rasa rasanya mudah sekali luruh dengan keridhaan. Karena kau tahu, di dunia ini kita hanya sementara dan nanti ada Allah Maha Besar yang menunggu pulang."
Cuplikan nasihat dari kajian Ustadzah Halimah Alaydrus, yang semoga Allah selalu menjaga beliau. Masya Allah banget wajahnya ngga terekspos tapi syiar dakwahnya menggema kemana-mana :"
Apalah aku yang kalo diminta foto buat poster kajian mahasiswa bisa 10 menit untuk scroll galeri, cari yang paling proper 😵😵
2 notes
·
View notes
Text
LUCENS MISSION.
Siapa yang tidak mengenal Serena? Tepat sekali, salah satu lulusan terbaik dan sering mengantongi sebuah prestasi semasa duduk di perguruan tinggi, baik di dalam maupun luar negri ini menjadi panutan orang-orang sekitarnya. Perempuan itu, walaupun sering dinilai cuek, tetapi jika kalian mengenali lebih dalam, dia sangat memiliki sisi yang mengejutkan. Berikut adalah lampiran 𝑪𝒖𝒓𝒓𝒊𝒄𝒖𝒍𝒖𝒎 𝑽𝒊𝒕𝒂𝒆 Serena;
Tepat sekali, Serena pernah duduk dibangku perguruan yang terbaik di dalam maupun luar negri. Ciputra dan Tsinghua University, tempat ia mengenyam pendidikan. Perempuan lulusan Psikologi ini, selalu mempunyai cara agar memiliki karir dan masa depan yang cemerlang. 𝑻𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒍𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒖𝒕𝒖𝒔 𝒂𝒔𝒂 itulah salah satu motto hidup Serena, karena bagi nya, pendidikan nomor 1 agar ia bisa melanjutkan hidup nya tanpa merepotkan orang lain, terlebih kedua orang tuanya. Serena bekerja di salah satu perusahaan terbesar di Indonesia, yaitu Tencent, yang merupakan perusahaan milik Tiongkok. Selain berkarier di Tencent, Serena juga aktif dalam memberikan konsultasi kepada orang-orang. Apa yang membuat terkejut? Benar, Serena selalu melakukan konsultasi gratis kepada semua orang termasuk salah satu klien nya. Dan yang lebih menghebohkannya lagi, ternyata menjadi trending di negri tirai bambu, dimana Serena mengenyam pendidikan magister nya. Berikut breaking news yang sedang trending;
Bukti bahwa Serena sering melakukan konsultasi bersama klien nya, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Hingga pada suatu hari Serena tidak menyangka “hah… ini seriusan masuk berita China? Padahal gak pernah terekspos lho…” gumam Serena ketika kaget melihat berita. Ternyata salah satu klien Serena bernama Jocelyn, pernah memberikan testimono kepada Serena, seperti berikut;
Serena yang melihat di social media langsung terdiam. Tak berpikir panjang, Serena akan menemui Jocelyn guna berterima kasih telah mensupport karir nya selama ini. Tak disangka-sangka, pada saat Serena mengendarai mobil, ada sebuah truck yang secara ugal-ugalan mengendarai, hingga pada akhirnya “AAAAAAA MINGGIR” ucap Serena sebelum hilang kendali.
“BRAAAAAAKKKKKK”
“what? I dimana ya? Looks gelap banget but tadi perasaan lagi nyetir deh?” pekik Serena pasca kecelakaan beruntun yang sedang ia alami.
Serena terus berjalan sambil bergumam ingin menemui klien nya yang bernama Jocelyn.
“gimana nih, pasti i telat banget Joceyln pasti marah ini…” ocehan Serena di sepanjang jalan.
Akhirnya Serena terus berjalan menyusuri tempat yang asing baginya. Hingga Serena menuju tempat yang sekelilingnya banyak lampu.
“lamp? Why are there so many lights?What kind of place is this? A disco? I pikir bukan juga deh ” Serena terus terusan berpikir hingga pada akhirnya dia pasrah.
Ketika Serena melihat ada ruangan yang banyak lampunya, ia terus bergumam.
“keren lampunya, kok tapi kayak jadul ya?” celoteh Serena
Hingga pada akhirnya
“halo, ada yang bisa saya bantu?”
FIN.
0 notes
Text
Jadwal Napoli Vs Venezia: Streaming & Siaran Langsung TV, Prediksi Skor IDNGOAL
Setelah berhasil menanggalkan status juru kunci klasemen, Venezia dan bek timnas Indonesia Jay Idzes dihadapkan pada rintangan berat dengan bertamu ke markas Napoli, Minggu (29/12).
Laga ini mempertemukan dua tim yang peringkatnya di klasemen saling bertolak belakang. Napoli, kini dilatih Antonio Conte, kembali menunjukkan taji seperti saat mereka meraih Scudetto dua musim lalu dan kini bertengger di peringkat kedua Serie A. Sementara itu, Venezia baru saja naik ke peringkat 19 setelah terhindar dari kekalahan di tiga laga terakhir.
Berkat tangan dingin Conte, Partenopei musim ini kembali menunjukkan mental baja. Tampil kurang maksimal di laga termutakhir, Scott McTominay cs nyatanya tetap mampu memetik kemenangan tipis 2–1 kontra Genoa.
Performa kandang mereka juga tak main-main, dengan enam kemenangan dari delapan laga di Stadion Diego Maradona.
Di sisi lain, tim promosi Venezia kesulitan keluar dari zona degradasi. Kendati demikian, mereka tak terkalahkan di tiga laga terakhir: mengimbangi Como, menahan Juventus (dengan salah satu gol dicetak Jay Idzes), serta menyetop rentetan lima laga tanpa kemenangan dengan membekap Cagliari 2–1.
Tapi catatan tandang Arancioneroverdi mengkhawatirkan. Mereka belum sekalipun menang di markas lawan musim ini, dengan catatan tiga seri dan enam kekalahan. Pun kekeroposan pertahanan Jay Idzes cs kerap terekspos tiap kali menjadi tim tamu, dengan kemasukan rata-rata dua gol per laga.
Di bawah, GOAL menyajikan segala informasi yang perlu Anda tahu terkait laga Lazio vs Inter Milan di Serie A (Liga Italia) 2024/25…
Kapan Jadwal Pertandingan Napoli Vs Venezia?
Pertandingan Napoli vs VeneziaTanggalMinggu, 29 Desember 2024Kick-off21:0 WIBStadionStadio Diego Armando Maradona, Naples
Siaran Langsung TV & Link Live Streaming Napoli Vs Venezia
Pertandingan Serie A 2024/25 yang menyajikan Napoli vs Venezia akan disiarkan di Vidio pada Minggu, 29 Desember 2024 pukul 21:00 WIB.
Prediksi Line-up Napoli & Kabar Tim
Prediksi line-up Napoli (4–2–3–1):
Posisi Pemain Kiper: MeretBek: Di Lorenzo, Rrahmani, Jesus, OliveraGelandang:Anguissa, Lobotka Politano, McTominay, NeresPenyerang:Lukaku
0 notes
Text
Perawatan Wajah Terbaik di Blitar: Mewujudkan Kulit Sehat dan Cantik
Merawat wajah bukan hanya tentang menjaga penampilan, namun juga mencerminkan kepedulian terhadap kesehatan kulit secara keseluruhan. Bagi Anda yang tinggal di Blitar dan sekitarnya, ada banyak pilihan perawatan wajah di Blitar yang berkualitas dan menawarkan hasil optimal. Berbagai klinik kecantikan di Blitar kini menyediakan teknologi canggih dan tenaga profesional yang siap membantu Anda mencapai kulit wajah yang sehat, cerah, dan terawat.
Mengapa Perawatan Wajah Penting?
Kulit wajah adalah bagian tubuh yang paling terekspos terhadap berbagai elemen eksternal, seperti sinar matahari, polusi, dan debu. Selain itu, faktor internal seperti usia, genetik, dan stres juga berperan dalam mempengaruhi kesehatan kulit wajah. Oleh karena itu, melakukan perawatan wajah berkualitas di Blitar adalah langkah penting untuk memastikan kulit wajah tetap bersih, sehat, dan terjaga elastisitasnya.
Blitar kini menjadi pusat perawatan kecantikan yang berkembang pesat, dengan berbagai klinik kecantikan menawarkan layanan Hydra Facial, HIFU, Cryolipolisis, Laser C02, hingga Laser Pico. Berikut adalah beberapa perawatan wajah terbaik yang bisa Anda dapatkan di Blitar.
Hydra Facial: Membersihkan Kulit Hingga ke Pori-Pori
Hydra Facial adalah salah satu perawatan wajah paling populer dan komprehensif yang tersedia di Blitar. Perawatan ini memadukan lima teknologi facial dalam satu prosedur, yaitu lonto, detox, RF, micro oxy, dan mask light. Kombinasi dari berbagai teknologi ini memberikan manfaat yang sangat signifikan bagi kulit.
Fungsi dari Hydra Facial meliputi:
Membersihkan pori-pori yang tersumbat tanpa rasa sakit
Mengatasi kulit berminyak dan kusam
Memudarkan bintik coklat
Memperhalus tekstur kulit
Memudarkan garis-garis halus dan kerutan
Meningkatkan elastisitas dan kelembaban kulit
Dengan keunggulan-keunggulan tersebut, Hydra Facial menjadi solusi ideal bagi mereka yang ingin memiliki kulit bersih dan bercahaya tanpa harus melalui prosedur yang menyakitkan.
HIFU: Mengencangkan Kulit dengan Teknologi Ultrasound
Salah satu perawatan non-invasif yang sedang naik daun adalah HIFU (High-Intensity Focused Ultrasound). Teknologi ini memanfaatkan energi ultrasound untuk menstimulasi produksi kolagen di dalam kulit, sehingga membuat kulit menjadi lebih kencang dan awet muda. Tidak heran jika HIFU pipi menjadi salah satu best seller treatment di banyak klinik kecantikan di Blitar.
Manfaat dari HIFU adalah sebagai berikut:
Mengencangkan kulit yang kendur
Mengangkat pipi, alis, dan kelopak mata
Menghaluskan tekstur kulit
Menghancurkan lemak di pipi dan double chin
Bagi Anda yang ingin tampil lebih segar dan muda tanpa harus menjalani operasi, HIFU bisa menjadi pilihan perawatan terbaik.
Cryolipolisis: Menghilangkan Lemak Secara Efektif
Tak hanya perawatan wajah, klinik kecantikan di Blitar juga menawarkan solusi untuk masalah lemak tubuh. Cryolipolisis adalah teknik pengurangan lemak yang menggunakan teknologi pembekuan untuk menghancurkan sel-sel lemak. Salah satu area yang paling banyak diminati untuk perawatan ini adalah Cryolipolisis perut, karena dapat mengurangi lemak hingga 20-25% tanpa memerlukan operasi.
Manfaat utama dari Cryolipolisis adalah sebagai berikut:
Mengurangi sel lemak secara signifikan
Bisa dilakukan di berbagai area tubuh, seperti lengan, perut, dan paha
Tidak memerlukan tindakan operasi
Jika Anda mencari cara yang efektif untuk menghilangkan lemak tanpa rasa sakit dan risiko operasi, Cryolipolisis adalah solusinya.
Laser C02: Memperbaiki Tekstur dan Masalah Kulit
Perawatan dengan Laser C02 adalah pilihan lain yang sangat populer di Blitar, terutama bagi mereka yang ingin memperbaiki tekstur kulit dan mengatasi berbagai masalah kulit seperti bekas jerawat, pori-pori besar, atau bekas luka bopeng. Teknologi laser ini sangat efektif dalam memperbaiki kondisi kulit dan memberikan tampilan yang lebih halus serta cerah.
Manfaat utama dari Laser C02 meliputi:
Memperbaiki tekstur kulit, termasuk bekas jerawat, pori besar, dan bopeng
Menghilangkan kutil, milia, tahi lalat, keratosis, dan syringoma
Mencerahkan kulit wajah
Mengurangi garis-garis halus dan kerutan
Beberapa best seller treatment yang paling dicari adalah laser bopeng, tahilalat, dan milia. Bagi Anda yang memiliki masalah kulit yang membandel, Laser C02 dapat menjadi pilihan yang tepat untuk mendapatkan kulit wajah yang lebih sehat dan bersinar.
Laser Pico: Solusi Canggih untuk Masalah Pigmentasi
Laser Pico adalah salah satu teknologi paling canggih dalam perawatan kulit, khususnya untuk mengatasi masalah pigmentasi dan peremajaan kulit. Laser ini bekerja dengan memancarkan energi ke dalam lapisan kulit, yang kemudian memecah pigmen gelap atau tato, serta meningkatkan produksi kolagen di bawah kulit.
Beberapa manfaat dari Laser Pico antara lain:
Menghilangkan tato dan sulam
Mengatasi pigmentasi kulit
Peremajaan kulit yang lebih mendalam
Mengurangi bekas jerawat
Mencerahkan dan membuat wajah tampak lebih glowing
Perawatan Laser Pico flek menjadi best seller treatment di Blitar, karena memberikan hasil yang sangat efektif bagi mereka yang memiliki masalah flek hitam atau pigmentasi kulit yang tidak merata.
Loris Beauty Clinic: Tempat Terbaik untuk Perawatan Wajah di Blitar
Salah satu klinik kecantikan terkemuka yang menawarkan berbagai layanan perawatan wajah dan tubuh di Blitar adalah Loris Beauty Clinic. Cabang klinik ini berada di Kediri, tepatnya di Jl. Imam Bonjol No. 362, Kota Kediri. Klinik ini menjadi favorit banyak orang karena menawarkan layanan dengan teknologi canggih serta tenaga profesional yang berpengalaman.
Jika Anda mencari perawatan wajah di Blitar yang berkualitas dan terpercaya, Loris Beauty Clinic adalah pilihan yang tepat. Klinik ini menyediakan berbagai jenis perawatan mulai dari Hydra Facial, HIFU, Cryolipolisis, Laser C02, hingga Laser Pico, yang semuanya dirancang untuk memberikan hasil terbaik bagi kulit wajah Anda.
Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi Loris Beauty Clinic di +62 812-1714-8889 atau mengunjungi akun Instagram mereka di @lorisbeautykediri.
Kesimpulan
Merawat wajah di Blitar kini semakin mudah dengan berbagai pilihan perawatan wajah berkualitas yang ditawarkan oleh klinik-klinik kecantikan terkemuka. Mulai dari Hydra Facial yang membersihkan pori-pori, HIFU yang mengencangkan kulit, hingga Cryolipolisis yang menghilangkan lemak tanpa operasi, semua tersedia untuk membantu Anda tampil lebih percaya diri dengan kulit yang sehat dan cantik.
Pilihlah perawatan yang sesuai dengan kebutuhan kulit Anda dan pastikan untuk berkonsultasi dengan ahli kecantikan sebelum memutuskan jenis perawatan yang akan dilakukan. Dengan perawatan yang tepat, Anda bisa mewujudkan kulit wajah yang glowing, sehat, dan terawat sepanjang hari.
0 notes
Text
Lucunya, Suho melakukan beberapa aksi random saat berada di atas panggung. Selain melakukan gerakan push-up, leader EXO itu juga menggoda fans dengan menyebut mereka sebagai 'Inces'.
- Suho baru saja menyapa fans Tanah Air lewat "SUHO CONCERT SU:HOME IN JAKARTA" pada Sabtu (10/8) di Tennis Indoor Senayan, Jakarta. Ia membuka penampilannya lewat permainan bass membawakan lagu "Mayday".
Beberapa lagu lainnya juga turut dibawakan oleh Suho di atas panggung. Mulai dari "Grey Suit", "Zero Gravity", hingga "Cheese". Menariknya, ia juga membawakan beberapa lagu EXO seperti "Growl", "Monster", serta "Overdose" secara medley.
Lucunya, Suho juga melakukan beberapa aksi random. Salah satunya, ia melakukan gerakan push up di atas panggung. Bagian otot lengan Suho yang kekar tak ayal terekspos jelas di depan kamera. Melihat aksi Suho, fans sontak histeris bahagia.
Seakan tidak puas dengan aksinya, Suho kembali menggoda fans. Ia menyebut para EXO-L sebagai "inces" alias princess. "Inces-incesku," ungkap Suho. "Wah, kalian seperti putri."
Meski tampil dalam kondisi kurang fit, Suho rupanya tetap memberikan penampilan terbaiknya demi fans. "Dari pagi memang kondisi suaraku kurang baik, tapi aku akan berusaha. Karena kalian bilang baik-baik saja jadi aku juga baik-baik saja," ucap Suho.
Konser kali ini memang menjadi momen spesial bagi Suho lantaran Jakarta menjadi tujuan terakhir dalam rangkaian tur Asia Suho. Sebelumnya, ia telah mengunjungi enam kota besar lainnya di Asia. Di akhir konser, ia berjanji akan segera kembali sambil mengajak EXO versi lengkap, termasuk Sehun dan Kai.
"Hari ini adalah konser terakhir dari tur Suho di Asia. Oleh karena itu, konsernya lebih bermakna. Jadi kalian harus lebih seru lagi ya," ujar Suho. "Nanti aku pulang akan sampaikan ke member EXO bahwa energi kalian luar biasa. Secepat mungkin aku akan kembali bersatu bersama Sehun dan juga Kai. Tunggu sebentar lagi ya. Love you. Aku cinta kalian. Janji. Semoga kita selalu bersama. EXO-L forever."
0 notes
Text
Banyak berita beredar di layar kaca ataupun media sosial, diantaranya berita kejahatan kriminal ataupun korupsi. Berita-berita tersebut mengundang khalayak untuk berkomentar, tidak sedikit komentar negatif yang muncul di kolom komentar.
Berita tersebut membuatku merenung & melihat dari sudut pandang lain, terlepas orang-orang yang bersangkutan benar sebagai pelaku atau korban skenario.
Aku belajar bahwa Allaahu Ta'ala baru membuka satu atau dua aib diantara banyak aib atau dosa hamba-Nya di dunia. Itu pun sudah malu sekali ditambah banyak Yang menghujat, mencerca & memaki.
Bagaimana nanti ketika semua amalanku diperlihatkan kelak di akhirat ?
Mending kalau amalannya baik semua, kalau enggak ?
Aku pun belajar bahwa Aku tak pantas menghujat apalagi menghakimi mereka yang terlibat dalam kasus, terlebih sampai Aku merasa lebih baik & lebih benar daripada mereka. Aku perlu banyak menyadarkan diriku sendiri bahwa Aku hanya mengetahui dari sisi luar itupun sisi permukaan.
Yang pasti, saat ini, Aku masih beruntung diselamatkan oleh Allahu Ta'ala karena Dia menutupi aib-aibku supaya tidak terekspos ke media ataupun khalayak.
Alhamdulillah.
Terima kasih Ya Allah.
Bimbing Aku selalu, Ya Allah.
Sangata, 17 Juli 2024
Venizuldhiv
0 notes
Text
TUAN YANG MENCARI ARAH.
CKRAK..
... KLAZZ..
...
TSSSST...
"MISSION SUCSSED!"
Lelaki itu telah "membuka" matanya kembali, ke arah dimana ia sedang bekerja. Tak sangka, hasil yang ia lakukan kali ini berakhir tak sesuai keinginannya. Ia hanya ingin pulang dengan bersih, nyatanya keberlangsungan selalu tak seperti yang ia harapkan.
Ponsel yang ia sakukan pun, akhirnya jatuh ke lentik jarinya untuk menghubungi bawahannya. Ia sangat kesal, negosiasi yang dirinya lakukan tak berjalan mulus. "Bersihkan sisanya."
"Tuan Goth, sudah jadwalnya untuk makan. Semua sudah dihidangkan," ungkap pemuda yang sudah ada di sampingnya saat ia ingin masuk ke mobil.
Pria berambut pirang itu pun menyeringai penuh akan refleks memandang yang di hadapannya, "Bagus. Aku juga sudah lapar karena melihat darah manusia itu."
Hingga akhirnya Louis menginjakkan kakinya ke kursi penumpang mobil pribadinya, menghadiri makanannya yang ia tunggu karena sedari tadi rasa haus sudah menjamah tenggorokannya. "Kenapa hanya menatap?"
Pertanyaan itu membuat Louis tersenyum, sudah sejak lama ia hidup dalam arah seperti ini. Memburu, Menegosiasi, dan Menggila. Yang ia lakukan sepantasnya bangsa vampir untuk membangun kerajaannya sendiri, wilayah kekuasaannya karena Louis pergi dari kerajaan kakeknya. Semenjak kejadian sang Ayah yang berkhianat dan sang Ibu yang menggila kesakitan membuat Louis tak waras disana.
"Tidak, aku hanya bersyukur ada kau disini."
Lelaki yang mengenakan kemeja putih itu pun membuka kancing kemejanya, "Cepat lah kalau gitu, kau ada pertemuan lagi sehabis ini."
Louis yang mendengar itu pun memfokuskan pandangannya kepada leher jenjang lelaki itu, membuat matanya dipenuhi rasa lapar. Membiarkan gigi taringnya terekspos seketika, dan membawa tubuhnya menaruh panca indera pengecapnya jatuh di leher sang suara. Rasa sakit hisapan yang dilakukan Louis membuat lelaki itu menahan perih, untungnya dirinya bukan manusia tulen yang bisa saja mati saat ini.
Mobil melaju kencang, membiarkan dua pemuda di kursi belakang melancarkan kegiatan meminum yang selalu dilakukan rutin itu dengan sempurna. Hingga sinaran mata Louis kembali ke awal, merasakan bahwa ia sudah kenyang dan menjilati tetesan darah yang melumur disana.
Pemandangan itu yang akan terulang berkali-kali, dimana Louis hidup dengan bertahan sebagai vampire.
0 notes
Text
ChoiFa Modern Idol! AU
Berlatarkan seluruh karakter Lout of Count's Family yang bereinkarnasi ke Earth 5, ketika tidak ada lagi monster maupun pertarungan. Dunia telah damai, dan ketiga tokoh utama pria pahlawan ini bekerja sebagai Idol.
"Hei, lihat, lihat! Boyband RoHeroes akan mengisi opening drama, katamu?! Ya ampun, luar biasa sekali!"
"Benar! Apa kamu tahu rapper mereka, Choi Han. Katanya, dia yang akan menjadi kunci utama pada opening ini, terutama karena drama tersebut bergenre aksi!"
"Ya ampun, mereka hebat sekali ... aku tidak sabar mendengarnya!"
Leyfa berada di cafe. Duduk tidak jauh dari sumber kebisingan yang saling meributkan boyband idol yang kini sedang naik daun, yang namanya telah dikenal bahkan hingga seluruh dunia. Wanita itu terkekeh, menyeruput minumannya yang telah habis setelah, kemudian menumpukan dagunya dengan satu tangan di atas meja. Dia tersenyum miring, "Kamu jadi semakin dikenal, ya."
"Jangan bicarakan itu di tempat umum, Leyfa."
"Hmph. Seolah kamu bisa mengendalikan seluruh mulut netizen."
Choi Han, idol yang sejak tadi diributkan selalu oleh fans-nya yang lebih dari lima gunung itu duduk di depan pacarnya. Menggunakan topi hitam yang menyembunyikan surai hitam serta masker untuk menutupi wajah tampannya, dia menghela napas melihat perilaku pacarnya. "Tidak untuk seluruh netizen, tapi aku bisa mengendalikan mulutmu, tuh?"
"Ah, gila! Jangan bicara seperti itu di tempat umum!" Leyfa nyaris menyemburkan minumnya dengan wajah nyaris memerah. Seluruh dunia pasti terkejut ketika mengetahui idol yang dikenal memiliki sikap misterius ini ternyata adalah orang yang pandai menyilat lidah ... wah, dunia bisa-bisa berguncang.
"Tapi." Suatu ketika suara Leyfa sekali lagi berkumandang, atensi Choi Han kembali menatap manik dwiwarna yang tidak memiliki tanda-tanda kehidupan itu. "Kalau hubungan kita, mungkin saja terekspos oleh media. Bagaimana pendapatmu?"
Choi Han berpikir. Kehidupan idol itu sulit, sungguh. Jika dulu dia cukup mudah membungkam rakyat dengan tebasan pedang tajamnya ke angin, sekarang dia tidak bisa. "Aku mungkin tidak masalah. Hanya saja, jika terjadi sesuatu padamu, aku akan melindungimu."
Leyfa mengangguk seolah puas dengan jawabannya. Tak beberapa lama, kali ini Choi Han bertanya balik, setelah meminum dua teguk kopinya yang sudah mulai dingin termakan waktu. "Bagaimana denganmu?"
"Aku? Bagaimana, ya ..." Leyfa mengaduk-aduk milkshake cokelatnya dengan sedotan, menabrakkan satu es batu ke es batu yang lainnya. Matanya yang hampa itu menatap krim frappe yang masih membentuk gunung. "Mungkin aku akan dicari-cari seperti buronan. Di-doxing, lalu dibantai oleh para fans-mu?" Saat mengatakannya, dia tertawa kecil.
"Leyfa, sudah kubilang, ucapanmu." Choi Han mengerutkan kedua alisnya. Sungguh, dia selalu tidak bisa memahami pemikiran pacarnya. Mengapa gadis ini selalu seakan menyerah pada hidup? Meski begitu ... saat Choi Han menatap perban pada kepala Leyfa yang selalu menempel di sana setiap waktu, dia sekiranya mengerti, sedikit.
"Kalau begitu, aku akan pastikan itu tidak terjadi, agar kamu aman. Mengapa kamu menanyakan itu, lagipula?"
"Memikirkan Siofra, Eustra, dan Lilith, kurasa." Leyfa mengendikkan kedua bahunya, tawa hampa itu luntur kemudian. "Mereka luar biasa. Siofra dan Eustra, mereka sama-sama memiliki posisi yang kuat hingga bisa melindungi Cale, dan mereka juga bisa membungkam media, serta publik. Lilith juga begitu karena dia bekerja di ranah hukum— terutama, Alver sendiri berada di posisi penting para petinggi negara, semua orang segan padanya. Freyda adikku, dia sendiri ... tidak, dia sangat bahagia dengan Rosalyn, manajermu. Bagaimana denganku? Hanya rakyat biasa. Aku bahkan tidak bisa melindungi diriku sendiri, bagaimana aku bisa melindungimu?"
"..." Choi Han tidak bisa berkata-kata. Dia hanya diam ketika melihat Leyfa ingin berucap sekali lagi. "Tidak berguna, ya, aku."
"Mana mungkin." Kali ini, idol yang menduduki posisi rapper itu menyela dengan sangat cepat. Wajahnya berkerut serius dan dia memandangi Leyfa dengan sangat cermat. Tangan kekarnya terulur, menggenggam tangan kecil wanita itu, yang dingin setelah memegang cangkir es untuk waktu yang cukup lama. "Aku selalu mengagumimu, terutama ketika kamu sangat berdedikasi dalam melatih kami menari, instruktur. Kamu luar biasa."
"..." Leyfa terdiam cukup lama sebelum bergumam, "Begitu."
"Apakah kamu sedang merasa buruk lagi?"
"... Mungkin?" Leyfa bersandar pada sandaran sofa yang empuk.
"Ayo pergi. Aku ingin membeli sesuatu di luar." Choi Han tiba-tiba beranjak berdiri. Tangan itu masih menggenggam tangan Leyfa, menariknya sehingga wanita itu ikut terpaksa berdiri— terutama, karena tinggi mereka yang terpaut jauh: 40 cm. "Aduh, pelan-pelan, tanganmu nanti putus."
"Mana ada. Tanganmu sangat kuat sampai sering membuat punggungku tergores, tuh?"
Leyfa meledak, berhasil membuat tinju kecilnya mendarat pada lengan Choi Han, "Sudah kukata, jangan di depan publik, bodoh!"
Choi Han tertawa. "Baik. Ayo sini, kita adakan ritual untuk menghilangkan energi negatif yang ada di kepalamu itu."
"... Oke."
Bagaimana pun, meski Leyfa tidak bisa berbuat apa-apa untuk Choi Han, tapi pria itu selalu menjadi obat untuknya.
Apakah suatu saat, Leyfa bisa benar-benar sembuh?
0 notes
Text
Chapter 162
CW // NSFW
Pintu apartemen Tanner terbuka setelah bunyi pin pintu yang ditekan empat kali. Tanner lihat Landon menampakkan diri dari balik pintu, melepas sepatu kemudian berjalan menghampirinya yang terduduk santai di sofa.
“Mana delivery food yang tadi?” Tanya Landon setelah ia daratkan pantatnya pada sofa tepat di samping Tanner. “Udah aku buang,” balas Tanner, menatap kotak sampah yang berada di dapur—tak jauh dari sofa.
“Lho? Kenapa di buang?"
“Takutnya beneran dikasih racun.”
Landon terkekeh, “tapi, kalo itu dari temen kamu gimana?”
“Pasti udah ngabarin.”
Setelah kalimat itu, tangan Tanner bergerak mengacak rambut lembab Landon, mengendusnya sekilas. “Kamu ganti shampoo? Kok wanginya beda?” Tanya Tanner saat aroma citrus yang biasa ia cium tergantikan oleh aroma yang cukup asing, namun wangi. “Iya, iseng aja nyobain merk lain. Kenapa? Kamu nggak suka, ya, sama wanginya?” Tanya Landon sambil ia tatap wajah Tanner.
“Suka, kok. Mau kamu shampoo-an pake minyak jelantah juga aku tetep suka.”
Landon pukul paha Tanner, ingin marah namun ia tertawa dengan kalimat konyol barusan. Setelahnya kedua lelaki itu diam, tangan Landon masih bertengger pada paha Tanner, bersentuhan langsung dengan kulit lelaki itu sebab Tanner hanya memakai celana pendek. Ia tatap mata Tanner yang juga tatap miliknya, buat mata keduanya saling mengunci. Sepersekian detik kemudian, tangan Tanner juga mendarat pada paha Landon yang sedikit terekspos sebab celana pendeknya yang terlipat ke atas.
Keduanya saling tatap dengan tangan yang saling mengusap paha masing-masing, sambil sesekali meremasnya pelan. Landon rasakan tangan Tanner semakin naik ke atas, menelusup masuk ke bawah celananya sambil terus mengusap pahanya pelan. Ia sikut lengan Tanner saat rasakan geli ketika jari lelaki itu mulai menggelitik paha dalamnya. “Udahan, ah, geli.” Ucap Landon, menarik tangan Tanner menjauh dari pahanya.
“Geli?”
“Iya.”
“Land,” panggil Tanner, menatap lekat mata Landon sambil tangannya bergerak usap tengkuk lelakinya itu. Landon lantas menoleh, membalas tatapan itu sama lekatnya. Ia lihat Tanner mengangkat alisnya dengan seringai kecil yang ia tampakkan. Landon tahu betul apa maksudnya, itu adalah sebuah ajakan yang Tanner sampaikan secara tidak langsung.
“Aku barusan banget mandi, masa nanti harus mandi lagi? Rambutku aja belum kering.”
“Ayo, dong! Nanti mandinya bareng aku. Ya? Ya, Land?” Mohon Tanner dengan kedua telapak tangan yang ia satukan, menatap Landon dengan wajah memelas. Landon pun menghela napas, mengangguk beberapa kali sebab tak bisa tolak permintaan yang lebih tua dua bulan itu.
Melihat Landon anggukan kepala buat Tanner tersenyum senang, kemudian ia tarik tengkuk Landon, membawa wajah lelaki itu mendekat hingga bibir keduanya bertemu. Landon pejamkan matanya saat Tanner mulai melumat bibirnya, berulang kali sampai lumatan itu semakin dalam. Ia rasakan bahunya di dorong pelan oleh Tanner, membaringkannya ke atas sofa dengan bibir keduanya yang masih bertaut.
Landon lepas tautan itu, menatap Tanner yang berada di atasnya dengan alis yang mengernyit. “Masa di sofa?” Tanya Landon sebab tak ada tanda-tanda Tanner akan membawanya masuk ke dalam kamar. “Kenapa? Aku penasaran, kalo di sofa rasanya bakal gimana. Biar bisa bandingin, enakan di sofa atau di ranjang.” Balas Tanner yang kemudian kembali raup bibir basah Landon, buat yang bertanya tak bisa lanjutkan protesnya.
Tangan lelaki itu bergerak menelusup ke dalam hoodie yang tengah dipakai Landon, mengusap pinggang ramping Landon sambil meremasnya pelan. Tak hanya pinggang, kini tangan Tanner bergerak mengusap perut Landon, merasakan setiap otot perutnya, kemudian dadanya, hingga jari lelaki itu bergerak memainkan puting Landon buat sang empu membusungkan dada karena geli.
Tanner lepas kaosnya, melemparnya ke belakang sembarangan, lalu ia bantu lepas hoodie Landon yang kemudian ia lemparkan ke lantai. Kembali ia jelajahi tubuh tak berbalut Landon, melumat, menjilat, hingga menghisap buat tanda kemerahan menghiasi kulit putih lelaki itu.
Sambil mulutnya sibuk menjarah leher hingga perut yang lebih muda, tangan Tanner bergerak turunkan celana pendek serta celana dalam Landon hingga tubuh lelaki itu tak dibalut apapun. Tanner kulum jarinya, membasahinya kemudian memasukkan dua jarinya ke dalam lubang Landon. Ia gerakkan dua jarinya keluar masuk di dalam lubang ketat milik kekasihnya, buat sang empu sontak mendesah saat jari Tanner mulai bergerak di dalam sana.
“Nghhh... Aahhh...”
Landon mengedikkan pinggangnya saat Tanner menggerakkan jarinya seolah menggelitik lubang miliknya. “Just come in, please...” Pinta Landon, tak tahan setelah jari Tanner berhasil buat dirinya terangsang hebat. Tanner pun mengeluarkan jarinya yang sudah basah dari lubang Landon, menurunkan celananya kemudian memijat miliknya sebentar sebelum memasukkannya ke dalam lubang Landon, menggantikan jarinya.
“Aku masukin, ya?” Ucap Tanner memberitahu Landon supaya lelaki itu dapat bersiap. Melihat Landon yang mengangguk, Tanner mulai masukkan miliknya perlahan ke dalam lubang yang sudah menunggu itu.
“Akhh.. Nghh...”
Landon remas lengan Tanner saat ia rasakan batang milik Tanner mulai masuk lebih dalam, buat ia membuka mulutnya lebar saat rasa sakit bercampur nikmat itu menghujamnya.
Tanner gerakan pinggangnya maju mundur, membuat suara yang menggema saat kulit keduanya bersentuhan. Begitupun desah nikmat milik Landon, ikut menggema dalam ruangan yang sunyi itu. Semakin ia percepat tempo, semakin erangan juga desahan itu menyuara memenuhi telinga Tanner. “Sebut nama gua!” Suruh Tanner pada Landon yang kewarasannya mulai lesap seiring gempuran yang semakin keras itu.
“Tann—Tanner...”
“Lagi!”
“Tanner... Akhh!”
Landon menegang saat Tanner berhasil mengenai titik manisnya, buat kakinya menekan pinggang sang dominan untuk masuk lebih dalam. Sudut mata lelaki itu mulai berair saat Tanner berkali-kali menyerang titik manisnya, buat ia melenguh keras. Melihat Landon yang menangis di saat seperti ini buat Tanner semakin jatuh cinta. Mata berkaca-kaca Landon selalu yang terindah, he's such a pretty crier.
Yang lebih muda itu mulai gusar saat ia rasakan ia hampir mencapai klimaksnya.
“Tann, I wanna cum...”
Mendengar itu Tanner lantas semakin percepat temponya, menahan pinggang ramping Landon supaya miliknya menelusup lebih dalam. Hentakan demi hentakan Landon rasakan sambil mulutnya tak berhenti keluarkan suara nikmat juga rengekan kecil yang bersaing dengan suara keplakan yang mereka buat.
Beberapa detik kemudian cairan putih milik Landon menyembur keluar diiringi dengan cairan putih yang juga Tanner keluarkan memenuhi lubang anal Landon hingga mengalir keluar dari sana.
Tubuh Landon lemas setelah pelepasan itu, pun Tanner yang kini keluarkan miliknya dari lubang sang kekasih setelah pelepasannya barusan. Ia jatuhkan tubuhnya ke atas tubuh kekasihnya, memeluk tubuh yang gemetaran itu dengan erat. Landon balas peluk tubuh Tanner, mendaratkan satu kecupan pada bahu lelaki itu yang dibalas Tanner dengan usapan pada pucuk kepalanya, mengusap rambutnya yang kini basah oleh keringat.
Napas keduanya masih tersengal setelah klimaks yang berhasil mereka capai secara bersamaan. Ternyata melakukannya di sofa tidak buruk juga, pikir Tanner.
0 notes
Text
beberapa waktu yang lalu, masih terekam jelas dalam ingatanku, kita bertemu kembali. senyummu masih sama, suara dan keceriaanmu masih terukir pada kontur wajahmu yang tajam. kukira, tak akan pernah kudapati kembali senyumanmu itu di sana.
meski mungkin hanya beberapa menit lamanya, anehnya, perasaan yang kukira telah mati, pelan-pelan merayap masuk memberi kehangatan yang telah lama kulupakan. seolah-olah kau menyirami tanah tempat mereka terkubur, dan membangkitkan mereka dari dinginnya kegelapan di bawah sana.
aku bertanya-tanya apa yang membawamu untuk dapat masuk ke dalam mimpiku. kau selalu datang di saat-saat yang tak terduga. bertahun-tahun lamanya kita tak pernah bertemu muka dengan muka, hanya suara dan gambar wajahmu yang sekali saja menghiasi layar ponselku.
nyatanya, aku tak pernah memilikimu namun aku berusaha melepasmu, melepas imajiku akan kehidupan singkat bersamamu. melihatmu bahagia dengan dia yang menjadi pilihanmu, untuk selamanya.
sepersekian menit setelah ku membuka mata, kusadari bahwa yang menghampiriku adalah kau ketika masih duduk di bangku sekolah. aku familiar dengan mata itu, gigi-gigimu yang kecil dan rapi terekspos ketika kau tersenyum lebar dengan senyum kekanakanmu, postur tubuhmu yang berubah karena pubertas, dan rambut ikalmu yang masih kau pertahankan.
aku merindukan kamu yang dulu, dan membenci kamu yang sekarang. well, tidak sepenuhnya membenci. hanya saja, tak tahu apa yang terjadi pada hidupmu, kau semakin terjebak dalam kegelapanmu sendiri, keceriaanmu selalu semakin pudar pada setiap percakapan malam yang kadang kala kita lakukan.
melupakanmu seutuhnya dan menghapuskanmu seutuhnya dari benakku tentu adalah hal yang mustahil, karena kau memiliki peran yang begitu besar dalam keseharianku kala itu. yang mampu kulakukan hanyalah mendoakan kebahagiaan serta kesehatanmu, di manapun kau berada. meski tak lagi mencintaimu, aku masih mengasihimu layaknya sahabat.
0 notes
Text
entry 01: of freedom, escapism, and privileges.
Sabtu, 23 Juli 2022
Kegiatan mencuci piring, selalu bisa buat aku larut dalam pikiranku sendiri. Mungkin karena bagaimana tiap hari mataku cuma tertuju ke peralatan masak dan makan yang bertumpuk, mendengar suara air mengalir dan menggosok noda-noda minyak di sana. Hari ini tak berbeda, aku kembali cuci piring selepas makan. Yang beda adalah isi pikiranku yang kala itu baru lega, baru menyelesaikan gambar yang cukup aku nikmati prosesnya.
Menggambar… Sudah lama sekali aku tak menggambar seintens itu. Kepikiran, di tengah membasuh busa sabun dari satu piring, kalau sepanjang waktu yang aku habiskan untuk menggambar satu hal tadi, aku merasa begitu bahagia. Seolah aku sedang melarikan diri dari rutinitas membosankan di rumah. Bersenang-senang dengan warna, meski cuma duduk lama di depan layar. Seperti jaman sekolah dahulu.
Seiring banyak piring yang aku cuci, aku jadi berkelana ke memori jaman sekolah. Mengingat bagaimana menggambar jadi salah satu bentuk pelarian dari semuanya. Dari stress nilai, tugas, segala hal. Menggambar semua yang aku suka. Entah itu idola yang sedang aku gemari atau tokoh-tokoh cerita favoritku. Banyak yang tidak ada artinya. Tapi itu tak jadi masalah, karena kala itu aku pikir: as long as I’m drawing, as long as I can escape the stress I’ve been having—I’m happy enough. Kebebasan buatku di umur 17 tahun bisa ditemui di genggaman tangan pada pensil mekanik 0.5mm dan buku gambar ukuran A5 yang tidak jelas merknya.
Lalu muncul pertanyaan yang aku berani taruhan, kalau banyak orang pernah mendengar ini setidaknya sekali dalam hidupnya.
"Mau jadi apa besok pas sudah besar?"
Jawabanku… naif sekali kalau aku pikir. Mungkin karena dibutakan rasa senang saat berlari dari kenyataan. Apalagi dengan semua kata-kata orang disekelilingku, "Seni, tuh, lingkungan yang bebas."
Nyatanya seni tidak sebebas apa yang orang-orang katakan kepadaku. Kami masih harus belajar berbagai hal demi mencapai kebebasan yang ada di pikiran masyarakat luas. Pensilku bukan lagi pensil mekanik 0.5mm—melainkan pensil staedtler ukuran 2B sampai 9B. Rautan bukan lagi yang kecil seperti dibeli di toko ATK, ataupun yang biasa dibeli satu paket dengan alat tulis untuk ujian, tapi menggunakan cutter sehingga grafitnya yang lebih terekspos udara dibandingkan kayu yang mengelilinginya. Kertasku tak lagi A5, tapi dituntut untuk minimal berukuran satu lengan. Semakin besar ukurannya, semakin bagus—baik kata teman-teman yang aku temui di sana, maupun tuntutan yang muncul tanpa ada ucap.
Lingkungan pun sejatinya tak sebebas itu. Banyak norma yang sebenarnya sama saja dengan lingkungan masyarakat pada umumnya. Tapi, mungkin saja pemikiran ini muncul karena orang-orangnya yang lebih nyentrik dari yang lain. Oleh karena itu kesenian sering dianggap bebas. Walaupun sesungguhnya, masih ada pakem-pakem yang harus kami jalani, meski masih sanggup dianggap 'nyeleneh' oleh orang di luar lingkup ini.
Aku kembali bertanya. Lagipula kebebasan itu apa, sih? Apa yang membuat orang-orang berpikir bahwa kesenian adalah hal yang bebas? Apa karena cara mereka berpenampilan? Cara mereka mengekspresikan pendapat? Cara mereka dengan mudah menenggak alkohol dan menghirup asap sesuka hari di setiap penghujung acara yang mereka susun sendiri? Apakah itu cara mereka kabur dari penat dunia seni yang mereka geluti, eskapisme mereka sendiri?
Tapi di saat bersamaan, muncul kembali kesadaran baru dalam diri. Kesenian pada akhirnya sudah menjadi sebuah kotak tersendiri, seperti bagaimana bidang-bidang karir lainnya. Yang tentu, punya sisi positif dan negatifnya tersendiri. Mungkin hal yang aku tanyakan di atas menjadi pandangan orang-orang mengapa seni terlihat begitu bebas.
Pertanyaan-pernyataan ini membawaku sadar, kebebasanku telah hilang. Aku tidak lagi punya sebuah cara untuk kabur dari hal yang membuatku lelah.
Yah, pernyataan barusan tidak sepenuhnya benar. Pastinya, ada beberapa yang sanggup membuatku lupa sejenak akan kontemplasi kesenian. Salah satunya adalah dengan berkelana ke kosan teman-teman. Tak masalah aku harus jalan kaki jauh, kesasar sedikit, menyebrang jalan raya.... Ketika bersama mereka—setidaknya aku tidak sibuk dengan isi kepalaku sendiri. Entah itu menonton film, mengerjakan tugas, makan, atau sebatas numpang cuci muka sambil bergosip tentang kabar burung terbaru di sekitar.
Tapi tentu ada waktu dimana kami juga tidak hanya bahas remeh-temeh seperti itu. Ada kalanya sebuah diskursus yang membuat kami kesal bakal jadi topik, berujung ke diskusi panjang yang membingungkan. Apalagi mengingat bagaimana kami merupakan kumpulan orang yang pernah naif, yang pernah berpikir bahwa jalur kesenian ini dapat membuat kami bahagia.
Nyatanya tidak. Bergelut di ranah ini membuat kami overconscious dengan segala hal. Mulai dari kultur dan sosial, tidak hanya dalam bidang kesenian sendiri, namun secara universal, ataupun hal yang sering dibicarakan seperti uang dan karir. Membahas pelarian dan bebas yang selalu kami damba lewat kesenian yang selalu digadang sebagai salah satu kunci rasa bebas yang dimaksud.
Tuntutan untuk selalu srawung; berkumpul, bercengkrama (yang sejatinya dimanfaatkan banyak orang untuk semata mencari koneksi). Sebuah hal yang seru, ketika kami memikirkannya dahulu—kala masih belum tahu apa-apa selain rumus matematika dan bolos kelas. Namun, ketika kami sudah terjun ke ranah ini, sesekali terbesit pertanyaan: apa tidak capek jika setiap detik dihabiskan untuk itu? Dihabiskan untuk memikirkan sebuah masalah dengan kritis, menghabiskan waktu untuk mengubah opini menjadi sebuah karya visual—sebelum akhirnya mempertunjukkan hasil visual itu lewat media di publik. Menyuarakan keresahan, mengeluh akan kesusahan, meromantisasi keadaan. Belum lagi dengan beban untuk mempertanggungjawabkan opini yang dibawa dalam karya yang dipamerkan dalam ruang publik.
Kami sadar bahwa hal ini mau tidak mau akan menimbulkan sebuah rasa yang sebenarnya datang karena ego diri.
"Sebenarnya kerja kantoran tuh berprivilege, ga sih? Kita tinggal datang dan kerja. Tunggu akhir bulan buat gajian. Nggak usah susah mikir besok harus srawung. berkarya apa, deskripsi karyanya gimana, visualisasinya dan eksekusinya gimana."
"Tapi, if you put it like that, bukannya berarti kita punya privilege juga? Jam kita fleksibel, we are our own boss—kalo ga masuk manajemennya. Kita bebas buat berkata apapun soalnya lagi—itu kan bahasa senimannya. Bodo amat sama yang lain lihat karya kita gimana."
Di penghujung malam, dengan beberapa gelas es susu yang bikin dompet kering, kami bakal menyudahi diskusi kepenatan hidup dengan sebuah pertanyaan yang kami tahu kalau tak akan langsung terjawab malam itu. Pertanyaan yang sesungguhnya, basi sekali. Entah sudah berapa kali kami melontarkan pertanyaan itu kepada satu sama lain.
"Kalau begitu, privilege itu apa sih?"
Kalau aku ingat sekali lagi, rata-rata kamar kami semua ada di penghujung lorong. Rasanya seperti sedang diejek oleh takdir; it's as if we're so close to being free—but at the same time we're not. Soalnya lagi, kamar itu masih bagian dari lorongnya, meski jadi yang terpojok. Bebas—tapi masih terkekang. Seperti kesenian yang selalu digadang sebagai hal yang bebas.
Sekali lagi aku tanya diri: Apa itu kebebasan? Apa itu privilege? Apakah aku punya privilege untuk lari dari semua, mengejar kebebasan?
Pada akhirnya kita semua tidak bebas. Dari kontemplasi yang terjadi, banyak bukti bahwa sejatinya kita hanya kembali meletakkan segala dalam bentuk kategori. Tak ayal busa sabun di atas piring yang sedang aku cuci; memang kita bebas untuk berkelana di atas permukaannya, meninggalkan jejak—namun pada akhirnya kita masihlah terpisah dengan satu sama lain. Dikotak-kotakkan secara individu dan pada akhirnya akan bernasib sama: digerus habis oleh air.
ini bakal jd seri curhatan gak jelas yang tiba tiba muncul di kepala.... kontemplasi, romantisasi... mungkin juga draft-draft kasar sebelum jadi deskripsi karya. semoga bisa terus menulis dan mengarsipnya di sini :)
—rana.
0 notes
Text
13: Di Kamar Mandi
Sekarang aku berada berdua bersama Rina di dalam kamar mandinya. Aku masih mengenakan pakaianku yang setengah basah, sementara Rina tak mengenakan sehelai pakaian pun di tubuhnya, kecuali selembar handuk yang tergantung pasrah di tangan mungilnya.
"Eh?" ucapnya.
"Hah?" balasku.
Suasana menjadi super canggung. Kami saling tatap. Aku berusaha tak menggeser pandanganku dari wajahnya karena aku tak siap menghadapi apa yang akan aku saksikan.
Memang, ini bukan pertama kali kami berada dalam suasana erotis, tapi biasanya Rina selalu berada dalam kondisi berpakaian lengkap. Biasanya akulah yang ia telanjangi, bukan sebaliknya.
Aku tak sanggup menahan pandanganku lagi. Dengan lirikan mataku, aku dapat melihat tubuhnya, nyaris tanpa penutup sama sekali. Sepasang payudara mungil dan padat itu menggantung polos. Aku dapat melihat puting susu Rina yang berwarna coklat muda dan ujung-ujugnya terlihat menegang, mungkin kedinginan.
Tanpa bisa kukendalikan, pandangan mataku terus menjalar ke bawah. Ke arah selangkangannya, tempat paling rahasia yang sekali pun tak pernah terbayang dalam benakku.
"Ih, apa sih? Mas kok ngeliatinnya gitu?" ucap Rina, kemudian segera menutupi bagian bawah tubuhnya menggunakan handuk. Namun handuk itu terlelau kecil sehingga buah dadanya masih tetap terekspos dengan bebas.
"Eh, sori! Sori!" ujarku sambil berusaha mengalihkan pandangan.
"Kenapa, sih?" tanyanya. "Penasaran?"
Aku menelan ludah dan mengangguk. "Maklum lah, baru sekali ini ngeliat."
"Sini, Mas," kata Rina lagi. "Kalau mau pegang boleh, kok. Tapi yang atas aja, ya?"
"Hah? Maksud lo Rin?"
Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, tiba-tiba Rina menggenggam tanganku, kemudian menariknya dan meletakkan telapak tanganku di atas buah dada kanannya. Aku dapat merasakan permukaan bukit payudaranya yang halus dan tekstur tonjolan putingnya di bagian tengah telapak tanganku. Ketika aku menggerakkan tanganku dan meremasnya perlahan, aku dapat merasakan benda yang kenyal dan lembut itu terasa hangat.
Tanpa diminta, aku langsung mengarahkan tangan kananku ke dada kirinya, sehingga sekarang aku dapat merasakan sepasang benda bulat itu dengan kedua tanganku. Aku meremas keduanya dengan perlahan, mencoba merasakan setiap mili sensasi kelembutan dan kekeyalannya.
"Punyaku kecil, ya Mas?" tanya Rina dengan suara yang agak serak. Sepertinya napasnya mulai terdengar tak beraturan.
"Nggak, kok. Aku suka," kataku, sambil tanganku terus memainkan buah dadanya, memijat, mengelus, dan meremas, seolah sedang mencoba mengukurnya.
"Tapi ... gedean punya Eva, kan?"
Ucapan Rina itu tiba-tiba saja membuat tanganku berhenti bergerak. Dalam benakku, yang muncul bukan lagi sosok Eva dalam video skandalnya, tapi sosok wanita anggun berjilbab putih yang kulihat di bus. Bayangan itu membuatku merasa malu dan sesak.
"Kenapa lo sebut nama itu lagi?" tanyaku sambil menatap mata Rina.
"Maaf, Mas. Aku nggak sengaja, aku lupa!" ucap Rina agak panik.
"Rin... kan gue udah bilang ...."
"Udah, udah. Sebagai permintaan maafku, Mas Panji, Mas boleh kok ...," kata Rina.
Tiba-tiba tangan Rina mengusap pipiku. Ia menatap mataku dengan sepasang mata yang redup, seperti penuh penyesalan, dan membuatku merasa tidak tega. Usapan tangannya kemudian berpindah ke rambutku, kemudian bergerak ke leherku dan menarik kepalaku ke arahnya.
"Mas kalau mau coba, sini, boleh kok," bisik Rina.
Aku tak sanggup menolak tawarannya. Rangkulan tangannya yang lembut itu berhasil membimbing kepalaku untuk menunduk, kemudian turun ke bawah, ke arah dada kirinya. Di depan mataku, hanya berjarak satu senti, terpampang puting payudara Rina yang basah dan menegang keras.
Ia terus menarik kepalaku, hingga akhirnya ujung bibirku mau tak mau menempel pada ujung putingnya. Kugerakkan wajahku perlahan, menggesek-gesekkan bibirku di puncak putingnya. Ketika tanpa sengaja putingnya itu terkena kumisku yang sudah kucukur pendek, Rina mendesah lembut. Kemudian, aku membuka sedikit bibirku, menjepit puting Rina di antara bibirku, kemudian mengemutnya perlahan.
Rina kembali mendesah.
Kalau kuingat-ingat, ini adalah pertama kalinya aku mendengar ia mendesah seperti ini. Dalam beberapa kali insiden terlarang kami, biasanya akulah yang selalu dibuat mendesah. Kali ini, desahan penuh hasrat dari mulut Rina itu membuatku merasa bangga dan juga penasaran. Aku ingin mendengar desahan merdu itu lagi. Lagi dan lagi.
Aku pun menjulurkan lidahku, kemudian menempelkan ujung lidahku ke sisi bawah puting Rina, lalu menyapunya hingga ke atas. Rina mendesah lagi. Setiap kali aku membelai puting Rina dengan lidahku, aku dapat merasakan getaran-getaran halus di tubuhnya. Puting itu terasa semakin keras, tapi juga membuatku semakin penasaran untuk terus menjilatinya.
Aku mengecup puting Rina, menjilati dan mengulumnya. Air sisa mandi di putingnya itu kini bercampur dengan air liurku. Aku mulai mencoba untuk menghisap dan menyedotnya dengan selembut mungkin. Aku hanya ingin mendengar ia mendesah. Desahannya adalah candu bagiku.
Sambil terus mengemut dan menjilati puting susunya, aku melirik ke arah wajah Rina. Aku dapat melihat ekspresi wajahnya yang belum pernah kusaksikan sebelumnya. Matanya setengah terpejam, kulit pipinya merona merah, sementara bibirnya terbuka sedikit dan mengeluarkan erangan-erangan pelan. Sementara itu, tangannya terus saja mengelus rambutku, sambil menahan kepalaku agar aku tak melepaskan hisapanku.
Setelah puas menyusu di dada kirinya, aku pun berpindah ke dada kanannya. Awalnya, Rina sempat protes ketika aku tiba-tiba saja melepaskan hisapanku.
"Mas? Mau ke mana?" tanyanya pelan.
"Kasihan kembarannya, nanti dia cemburu," gumamku, kemudian mulai melahap payudara kanannya.
"Aaah..." Rina mengeluarkan desahan tertahan.
Aku menjilat, menghisap, dan mengulum puting sebelah kanan itu. Awalnya, tangan kiriku kugunakan untuk meremas dan memijat payudara kirinya, tapi setelah beberapa saat, Rina menggenggam tangan kiriku dan mulai mengarahkannya ke tempat lain.
"Aaaahh... Mas... Mas Panji..." desahnya.
"Mmmm... Iya, Rin?" jawabku sambil terus mengulum putingnya.
"Maaf Mas, aku ... aku boleh pinjam tangannya yang ini sebentar?"
"Buat apa?" tanyaku lagi.
"Buat ... buat bantuin yang di bawah sini," ucapnya.
Rina kemudian mengarahkan tangan kiriku ke bagian bawah tubuhnya yang entah sejak kapan sudah tak tertutup handuk lagi. Aku dapat merasakan bagian dalam pahanya yang sangat halus dan basah. Kemudian ujung-ujung jariku di arahkannya untuk menelusuri setiap jengkal permukaan pahanya hingga tiba di antara selangkangannya. Bagian itu terasa hangat, meskipun kami berada di kamar mandi yang cukup dingin.
Jari-jemariku terus menjalar naik, hingga akhirnya aku tiba di sebuah bagian yang terasa jauh lebih lembut dari bagian lainnya. Bagian itu terasa memiliki beberapa lipatan dan kerutan, serta sedikit rambut-rambut halus yang tercukur rapi. Aku mulai menggerakkan jariku, dan aku menemukan sebuah celah yang terasa lembab. Semakin dalam jariku menelusuri celah itu, aku dapat merasakan sesuatu yang basah dan licin. Jelas ini bukan air dari shower kamar mandi, sebab teksturnya terasa licin. Aku pun mulai menggerakkan jari tengahku di bagian celah yang basah itu. Lama-lama jari tengahku itu tergelincir dan masuk lebih dalam lagi, ke bagian yang kini terasa hangat dan sempit.
Tiba-tiba saja, Rina mendesah dengan suara yang nyaring. Desahan itu sekilas seperti terdengar seperti jeritan.
"Kenapa?" tanyaku.
"Gapapa, Mas. Terus, Mas. Lebih dalam lagi. Aah...," gumamnya.
Aku kembali mendorong jariku, menembus celah sempit yang lembut itu. Aku dapat merasakan tekstur yang sedikit bergerinjal tetapi hangat dan basah. Dinding-dindingnya seperti menahan jariku, tapi juga mengundangnya untuk terus masuk ke dalam.
"Tolong, Mas. Please," gumam Rina.
Bersambung
1 note
·
View note
Text
TURISIAN.com – Saat berkunjung ke Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Sobat Turisian bisa ajak keluarga jalan-jalan ke Danau Hanjalutung. Mesti belum terlalu terekspos, namun tempat ini sangat menarik untuk tujuan wisata bersama keluarga atau teman-teman. Objek wisata danau tersebut berlokasi di Kelurahan Petuk Katimpun, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangkaraya. Dengan luas mencapai 12 hektare dan kedalamannya mencapai 7 meter. Danau Hanjalutung ini masih terhubung dengan Sungai Rungan. Di dalamnya hidup berbagai jenis ikan air tawar seperti jelawat, baung, tahuman, saluang, dan lainnya. Banyaknya ikan yang hidup, menjadikan danau ini sebagai spot wisata mancing yang menarik untuk Sobat Turisian coba. Banyak pula warga setempat yang memanfaatkannya sebagai tempat budidaya ikan. Panorama alam yang tersaji di Danau Hanjalutung juga cukup indah. Sangat menarik untuk Sobat Turisian nikmati dengan duduk-duduk santai di pinggiran danau, sembari melepas kepenatan.Tampak pula aktivitas masyarakat setempat yang mencari ikan. Baca juga: Jelajah Wisata Arboretum Nyaru Menteng di Palangkaraya Suasananya yang asri dengan banyaknya flora yang tumbuh dan kicauan burung nan merdu, serta udara yang segar, menambah kenyamanan tempat wisata ini. Sungguh menenangkan tubuh dan pikiran. Setelah puas mengeksplorasi kawasan Danau Hanjalutung, Sobat Turisian bisa beristirahat sambil menyantap aneka kuliner khas Dayak. Jangan lupa juga untuk mengabadikan momen-momen indah dan menarik kala berada di objek wisata tersebut. Sebagai destinasi wisata, objek wisata danau ini sudah menyediakan sejumlah fasilitas penunjang. Seperti kamar mandi, toilet, area parkir, dan fasilitas lainnya. Enaknya, masuk ke sini Sobat Turisian tak usah bayar tiket masu karena gratis. Kecuali parkir kendaraan mesti bayar, untuk motor seharga Rp3.000,00 dan untuk kendaraan roda empat termasuk bus wisata sebesar Rp5.000,00. Akses Menuju Danau Hanjalutung Untuk menuju destinasi danau tersebut, Sobat Turisian bisa berangkat dari pusat Kota Palangkaraya dengan jarak sekitar 16 km. Dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit menggunakan kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat. Baca juga: Berkunjung ke Betang Mandala Wisata, Replika Rumah Adat Dayak Akses ke Danau Hanjalutung pun cukup mudah karena kondisi jalannya sudah bagus. Tetapi ketika musim hujan, untuk menuju lokasi danau hanya dapat kalian tempuh melalui jalur sungai. Dengan mengunakan perahu klotok atau alkon milik warga setempat.*
0 notes
Text
I posted 59 times in 2021
55 posts created (93%)
4 posts reblogged (7%)
For every post I created, I reblogged 0.1 posts.
I added 472 tags in 2021
#ayo menulis okay - 48 posts
#writers on tumblr - 48 posts
#catatan kata tiap langkah - 48 posts
#poets on tumblr - 48 posts
#my writing - 48 posts
#menata asa - 48 posts
#inspirasi - 46 posts
#writers - 46 posts
#kehidupan - 46 posts
#muslimah - 46 posts
Longest Tag: 25 characters
#catatan kata tiap langkah
My Top Posts in 2021
#5
Allah, mudahkkanlah kebahagianku terletak pada hal-hal sederhana. Mudahkanlah hatiku mencintai pada hal-hal sederhana. Jadikanlah kesederhanaan sebagai salah satu alasanku bila nanti jatuh cinta
(Kurniawan Gunadi dan aji nur Afifah, Menentukan Arah, 2016)
28 notes • Posted 2021-07-20 11:49:21 GMT
#4
Pertemuan
Dengan berbagai cara Nya, Allah pertemukan kita dengan orang-orang baru setiap harinya, setiap waktunya.
Jika dihitung-hitung kita tak akan mampu menghitung sesiapa saja yang kita temui diperjalanan hidup ini.
Ada mereka yang sebatas say hello,
Ada mereka yang menjadi sahabat karib menemani langkah-langkah kecil kita, menjadi partner cerita atau menjadi tempat berbagi bahagia.
Jika dipikir-pikir betapa luar biasa Allah mempertemukan setiap hambaNya, tanpa mengenal batas wilayah Allah beri cara bagaimana ia saling dipertemukan.
Jika ditelisik lebih detail, kita akan terkagum-kagum tentang bagaimana cara Allah mempertemukan.
Ada yang nun jauh melintasi ribuan kilometer, dan Allah pertemukan dalam satu kota yang sama.
Ada yang teramat berbeda karakter, ternyata Allah pertemukan dalam satu lingkup kegiatan yang sama.
Ada yang berbeda generasi dan usia, ternyata Allah pertemukan dalam satu kepentingan yang sama.
Sungguh betapa luar biasanya skenario pertemuan yang Allah takdirkan. Diantara ribuan manusia di dunia, Allah pilihkan siapa-siapa saja yang kita temui. Agar kita mampu saling tolong menolong dalam kebaikan, saling mengambil hikmah dari setiap pertemuan, saling memahami bagaimana karakter masing-masing, saling menjadi motivasi untuk terus bertumbuh, hingga dapat saling mengikat persaudaraan atas nama ukhuwah.
Lantas, jika sekarang kita masih meragukan Allah tentang kapan dan dimana dipertemukan dengan someone.. Hemm mungkin kita lupa betapa Allah penulis skenario terindah dalam hal mempertemukan masing-masing hamba Nya.
😁
Ruh-ruh itu seperti pasukan yang dihimpun dalam kesatuan-kesatuan. Yang saling mengenal di antara mereka akan mudah saling tertaut. Yang saling merasa asing di antara mereka akan mudah saling berselisih. (HR Muslim, No 6376)
Magetan, 17 Juli 2021
28 notes • Posted 2021-07-17 00:13:09 GMT
#3
Hemmmm.... (Catatan tentang pernikahan)
Suatu ketika seorang teman lama, memulai chatnya dengan kata-kata "nof, aku capek lihat story' teman-teman kita isinya undangan, foto prewedding, kalau nggak foto anak mereka dan keluarga kecil mereka. Aku kapan??"......
Suatu ketika juga seorang adik tingkat, tiba-tiba bilang "pengen cepet lamaran, pengen foto kayak gini juga mbak (sambil nunjukin foto di Ig happy enggament)".
Pernah juga seorang teman ditempat kerja, bercerita tentang keinginan nya segera menikah "nanti aku mau foto kayak gini nof (sambil nunjukin foto pernikahan selebgram), ntar bajunya pas akad kayak gini, ntar aku mau dekorasi kayak gini, kalau bisa di gedung."
Masyaallah.... Semakin kesini jadi ingat sudah tidak anak-anak lagi karena terlalu sering diingatkan tentang pernikahan. Mulai dari cerita teman, undangan mereka yang satu persatu datang dan bertubi-tubi pertanyaan tentang kapan nikah?....
Buka feed Instagram atau sekedar story wa pun, isinya tentang desain undangan, foto pernikahan, gaun pernikahan, foto dekorasi......
Semakin bertambah usia pun, semakin sadar tentang pergeseran makna pernikahan. Jika dulu ke sakralan prosesi pernikahan sungguh terasa karena tak begitu mudah terekspos di sosial media, berbeda dengan sekarang mulai dari lamaran, foto prewedding, sampai video full jalannya prosesi pernikahan bisa dengan mudah di unggah di sosial media. Yang bikin moment sakral ini bergeser menjadi moment baper bagi jomblo 😂😂
Dan.... Dampaknya luar biasa sekali, meningkatkan semangat para jomblo untuk segera menyusul...
Sungguh tak apa, bukan kah menyegerakan Sunnah Rosulullah sangat diutamakan?
Asalkan... Niat awal kita menikah bukan tentang : aku ingin prosesi pernikahan yang meriah, bagus keren ala selebgram sampai kita lupa tentang apa makna pernikahan sebenarnya...
Asalkan... Disetiap prosedur mulai dari awal proses pertemuan hingga disatukan dalam pernikahan sesuai dengan syariat Allah, agar diperoleh keberkahan disetiap momentnya.
Asalkan... Kita selalu ingat bahwa tentang pernikahan itu bukan tentang moment acara pernikahannya saja... Tapi tentang ibadah terlama, dan yang namanya ibadah pasti dibumbui dengan godaan setan....
Maka.... Bukan tentang seberapa meriah acara walimatul ursy pernikahan, seberapa cantik kita di moment pernikahan... Tapi tentang bagaimana menyiapkan diri mengarungi bahtera rumah tangga, membekali diri menjadi istri dan ibu... Bagaimana mengelola diri dan ego karena kedepannya bukan hanya tentang diri sendiri tapi tentang memperjuangkan keluarga bersama-sama menuju surga Nya Allah...
Magetan, 26 mei 2021
30 notes • Posted 2021-05-26 12:19:10 GMT
#2
Cara Allah Menjaga
Pernah di satu titik, merasa sedang Allah patahkan hati kita? Merasa jika, takut untuk berharap tersebab rasa kecewa?
Atau, mulai muncul benih-benih rasa iri melihat sekitar yang terkesan selalu bahagia padahal teramat cinta dunia?
Kemudian mulai muncul dalam diri, kenapa Allah hadirkan kecewa, kenapa Allah patahkan hati kita, kenapa semua tak sesuai harap? Padahal merasa jika diri sudah berusaha lebih dekat dengan Nya.
Mungkin kita lupa, jika di setiap doa-doa kita, kita memohon agar Allah memberikan apa-apa yang terbaik, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi untuk keluarga, untuk umat dan untuk jalan dakwah. Dan...... Segala jawaban yang Allah berikan sekarang adalah yang terbaik.
Mungkin kita juga lupa, jika selama ini kita gantungkan harap kepada makhluk Nya. Padahal sumber kecewa itu adalah menggantungkan harap bukan kepada pemilik hati manusia. Kita terlalu berharap kepada manusia, yang Allah maha bolak balikan hatinya.
Mungkin kita juga lupa, rasa kecewa, merasa semua tak sesuai harapan kita. Ini menjadi cara Allah menjaga kita, menjaga diri kita dari perkara-perkara yang membuat kita lalai, cinta dunia hingga lupa tentang akherat.
Mungkin kita juga lupa, rasa kecewa hadir agar kita mampu memeluk luka, selalu bersyukur atas segala ketetapan terbaik dari Allah. Agar kita tak bosan melantunkan doa dan mendekatkan diri kepada sang khalik.
Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik
Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agamamu
40 notes • Posted 2021-07-10 11:44:55 GMT
#1
Sebaik-baik pengingat
Beberapa waktu lalu, seorang senior di tempat kerja nyeletuk "kalau sekarang masih banyak orang yang PD dengan dosa-dosanya, parah banget ya dhek apa kematian bukan lagi jadi pengingat mereka ya?....
Hari ini sudah berapa kali pengeras suara di masjid desa mengumumkan kabar duka?
Hari ini sudah berapa kali tulisan innalilahi wa innailaihi rojiun masuk di grub grub WhatsApp ?
Hari ini sudah berapa kali sirine ambulan bergema disepanjang jalan-jalan rumah?
Hari ini sudah berapa kali berita duka bermunculan di story WhatsApp, feed sosial media?....
Wabah ini menjadi sebaik-baik pengingat untuk diri, banyak hikmah yang dapat dipetik :
1. Wabah ini mengingatkan tentang ketauhidan kita kepada Allah.
Seberapa besar keyakinan kita kepada Allah, seberapa besar keyakinan kita atas takdir baik dan buruk yang Allah anugrahkan kepada kita. Dan masihkan kita percaya bahwa Allah adalah sebaik baik penulis skenario atas semua yang terjadi? Iyaa... Wabah ini menguji tentang keyakinan kita kepada Allah.
2. Wabah mengingat kan tentang "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185)"
Siapa sahabat terdekat kita selama hidup didunia ini? Apakah sanak saudara apakah sahabat karib? Bukan.... Melainkan kematian. Betapa jarak antara hidup dan mati itu begitu tipis. Hingga sangking tipisnya kita tak pernah mampu meraba, bahkan kita sering terlupa jika hidup di dunia ada batasnya. Semoga diantara jarak yang begitu tipis ini, Alloh menyisipkan husnul khotimah disela selanya.
3. Wabah mengingatkan tentang, apa-apa yang ada disekitar kita, sanak saudara, harta benda hewan kesayangan semuanya ini bukan milik kita, melainkan titipan yang sewaktu-waktu Allah akan mengambil kembali titipan ini. Termasuk diri kita sendiri, maka bagaimana pertanggungjawaban kita kelak kepada Allah tentang amanah semua ini? Badan kita, keluarga kita, harta benda kita.
5. Wabah mengingat kan tentang, betapa kita sering terlupa tentang nikmat-nikmat yang Allah anugrahkan pada diri ini. Mampu bernafas tanpa sesak, indera perasa dan pembau yang masih sensitif, badan sehat yang mampu berjalan kesana kemari. Nikmat nikmat yang sering terlupa untuk disyukuri.
6. Wabah mengingat kan tentang, betapa kehadiran orang tercinta sanak saudara disekeliling kita begitu penting. Disaat kita tak mampu beraktifitas selayaknya orang sehat, banyak sanak saudara bergotong royong mengirimi asupan-asupan nutrisi, menyemangati satu sama lain.
7. Wabah mengingat kan tentang, bukan kah sebaik baik penolong adalah amal Sholih?
8. Wabah mengingat kan tentang, betapa keluarga itu adalah madrasah pertama dan terbaik dalam pendidikan setiap anak. Bukan bangku sekolah.... Tapi keluarga.... Disaat pandemi sudah 1 tahun lebih sekolah diliburkan. Bagaimana nasib para pelajar? Maka keluarga lah madrasah terbaik untuk mereka.
Ternyata letak bahagia itu sesederhana mampu bernafas menghirup oksigen tanpa sesak,
Ternyata letak bahagia sesederhana mampu mencium aroma wedang jahe disetiap pagi, mampu merasakan pedasnya sambel korek seperti biasa,
See the full post
51 notes • Posted 2021-07-23 11:39:38 GMT
Get your Tumblr 2021 Year in Review →
12 notes
·
View notes
Text
Tidak masalah kalau kebaikan-kebaikan yang kita lakukan tidak terekspos oleh medsos, sebab malaikat Allah tak pernah luput mencatat se tersembunyi apapun kebaikan itu.
Tidak masalah jika kebaikan-kebaikan yang kita lakukan tidak menuai riuh tepuk tangan, sebab kita berbuat baik memang bukan untuk mencari panggung di mata manusia, bukan?
45 notes
·
View notes
Text
Desperate for A Help
Terlalu banyak yang harus diproses. Terlalu banyak yang harus ia hadapi. Dalam diam ia sembunyikan semua hal tersebut. Apa yang dianggap orang lain sebagai kisah dongeng berakhir indah, sebenarnya adalah kehancuran dari Frederica.
Menikah, adalah salah satu hal yang paling bahagia dalam hidupnya. Ia tak pernah sekalipun memikirkan hal tersebut sampai desakan orang tuanya berubah menjadi beban. Sampai aktor kenamaan itu jatuh cinta pada pandangan pertama dan melamarnya enam kali. Enam kali— usaha yang dikeluarkan pria berasma Destler-Lee itu untuk melamarnya. Untuk mendapatkannya. Empat berakhir dengan penolakan dari puan berusia tiga puluh sembilan tahun itu.
Ketika pertanyaan final mengenai kehadiran seorang putri ia ajukan, Alverstoke tidak pantang menyerah. Ia menerimanya dengan tulus walau apa yang ditanyakan hanyalah bualan semata. Pria itu mencurahkan segalanya untuk dirinya. Kasih sayang, harta, cinta, senua hal yang tidak pernah Frederica rasakan secara mendalam kecuali dari sang ayah.
Alverstoke adalah cinta pertamanya dan Frederica adalah cinta pertama pria itu. Tentu, di usia yang tak lagi muda.
40 dan 51.
Dilihat dari jarak usia mereka, jelas bahwa Frederica lebih muda dari pria tersebut. Namun, mereka bahagia. Restu yang tak didapat di awal, berhasil mereka raih. Skandal yang tercinta dari pertunangan mereka, berhasil mereka hapus. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi pada fisik dan mentalnya, berhasil mereka terjang bersama hingga di akhir Desember tahun lalu, mereka memutuskan untuk mencatat pernikahan mereka secara resmi.
Empat belas Februari di Langkawi, Malaysia, pernikahan megah itu dilaksanakan. Ditambah dengan kehamilan yang selalu diharapkan setelah perjuangan sulit, semua terlihat sempurna. Tidak, semuanya tidak sesempurna itu. Tiga minggu usai pernikahannya, Alverstoke pergi. Kembali bekerja di Korea Selatan dengan Frederica dalam kondisi hamil muda dan rentan di Singapura, bekerja.
Ya, benar bahwa pria itu berselingkuh dengan rekan aktris di film yang sama. Ya, benar bahwa pria itu tidur dengannya. Ya, benar bahwa pria itu mabuk lalu menghajarnya hingga babak belur dalam keadaan hamil karena mengiranya sebagai Yeo Soyeon, aktris yang menjadi selingkuhannya. Sosok yang mengancamnya saat itu. Ya, benar Frederica dicintai oleh dua sahabat Alverstoke; Harald dan George. Mati-matian mereka memperebutkan Frederica di balik sang suami sah— gagal, karena ia begitu setia atas pernikahannya.
Tak ingin berpisah dengan alasan anak. Si kembar yang tengah dikandungnya. Seharusnya memang ia mengabarkan hal ini sejak lama, setidaknya ke sang adik, namun tidak ada yang tahu selain Kahiyang, salah satu temannya. Kini, hal yang ia takuti terjadi. Ia pikir, kelahiran si kembar sudah lebih dari cukup. Namun, di kala diri berusaha memaafkan, pria itu berulah dan kejadian semalam terjadi. Ia tak berkata sepatah katapun pada sang adik selain memintanya terbang kembali.
Alasan yang diberikan klasik: “Jie sakit” dan memang benar adanya. Frederica sakit. Sekujur tubuhnya, di balik pakaian tertutup serta maskernya, dipenuhi memar dan luka. Berjalan sudah sulit. Ia butuh bantuan sang adik untuk mengobatinya. Varsha, harapannya. Alverstoke menghilang sejak pagi tadi sehingga Frederica dapat meminta Varsha bertemu dengannya di kediaman mewahnya yang terletak di Holland Village. Sesekali menunggu, menggendong putranya yang tertidur pulas.
Ia gugup. Sangat gugup.
──────────
Sebuah firasat mengatakan bahwa ada yang tidak beres atau sesuatu telah terjadi menimpa kakak Varsha satu-satunya, Frederica. Bagaimana ya mengatakannya, tapi Frederica bukanlah sosok kakak yang tiba-tiba meminta sang adik pulang untuk alasan sepele. Alih-alih sebuah alasan bahwa ia sakit, pastilah kehadirannya sangat dinanti oleh sang kakak. Terkadang, Varsha bisa sangat peka terhadap sesuatu. Terlebih urusan yang menyangkut keluarganya. Tanpa pikir panjang, Varsha pun kembali.
Sebenarnya apa yang telah terjadi? Frederica sakit, lalu memanggil Varsha untuk datang mengobati. Sesakit apa sang kakak, sampai hanya si adik yang boleh mengetahuinya.
Selama perjalanan, puluhan kemungkinan dipikirkan olehnya; dari kemungkinan yang paling biasa, sampai kemungkinan terburuk tidak terlewat. Pun semakin dekat dengan perjalanan menuju kediaman sang kakak, semakin gugup pula di rasa. Tiba di kediaman mewah kakaknya bersama dengan suami, yang terletak di Holland Village. Varsha di sambut oleh beberapa pelayan, beberapa di antara mereka dikenalinya.
Tidak banyak bicara setelah turun dari sebuah taksi, ia dengan lekatnya menatap raut wajah tak biasa yang berusaha mereka tutup-tutupi. Benar dugaannya, sesuatu telah terjadi di rumah mewah ini. Segera, tanpa menunggu mereka membuka pintu utama rumah besar itu. Varsha pun memasuki rumah Frederica dengan sedikit amarah dan khawatir memenuhi.
"JIE..!"
Teriakan yang tiba-tiba itu pasti terdengar. Tidak ada jawaban di dapat, ia menaiki anak tangga menuju kamar Frederica. Setahunya, kamar sang kakak memang berada di lantai atas rumah itu. "Jie," panggilnya kembali. Firasat buruk semakin terasa tidak biasa.
──────────
“You don’t need to shout. The babies are just asleep.”
Frederica melangkah keluar kamar si kembar dengan cardigan lengan panjang berwarna coklat, gaun tidur putih di baliknya. Panjang hingga selutut. Tak lupa, syal krem di leher dan juga masker. Bukan masker kecantikan, tetapi masker yang biasa digunakan orang lain saat keluar rumah. Ia terlihat seperti seseorang dengan gelagat aneh yang mencoba menyembunyikan sesuatu. Jelas terlihat.
Masker di dalam rumah, bahkan saat dengan bayi, bukanlah sesuatu yang wajar. Syal di leher ketika Singapura tengah panas-panasnya? Cardigan cokelat? Frederica memang senang berpakaian rapi dan tertutup tapi jelas ini jauh dari apa yang biasa dikenakannya.
Frederica menatap sang adik lembut lalu menyunggingkan senyum— walau sudah jelas terhalabg dan tak terlihat di wajahnya selain matanya yang ikut menyipit. “Mau teh? Mau minum apa?” tanyanya sambil meraih tangan sang adik untuk melangkah menuju perpustakaan di lantai satu. Ia menggandeng tangan Varsha sambil menuruni anak tangga rumah mewahnya itu. Menolehkan kepala ke seorang pelayan untuk memberi perintah agar membawakan minuman dan kudapan untuk Varsha ke perpustakaan.
Langkah Frederica yang biasa cepat itu sedikit berbeda. Ia nampak lamban, jika diperhatikan mungkin sedikit pincang. Seakan menahan sakit setiap kali menuruni sebuah anak tangga.
“Have you eaten? Mau makan dulu?”
Rasa perhatian tetap ia curahkan pada sang adik tercinta. Satu-satunya yang ia miliki setelah kedua orang tua dan juga si kembar yang ia sayangi. Seorang pelayan membantu membukakan pintu perpustakaan. Lagi, hal yang aneh.
Pasal Frederica tak pernah suka dibukakan pintu kecuali terdesak. Ia selalu melakukan semua sendiri walau pelayan tersebar di dalam rumah. Diajaknya Varsha duduk di sofa empuk yang terletak di tengah perpustakaan. Menghadap dinding kaca dengan pemandangan taman.
“Kamu kenapa wajahnya begitu? Marah kah jie minta pulang? Is there something more urgent back there? That’s okay, you can go back…” tanyanya khawatir.
──────────
Yang dicari, akhirnya menampakkan diri───dengan penampilan anehnya. Membuat Varsha tidak habis pikir.
𝐴𝑝𝑎-𝑎𝑝𝑎𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑖?
Masker, syal, sebuah cardigan. Bahkan untuk sesaat ia hendak bertanya, kemana perginya Frederica. Menarik nafas dalam, untuk kali pertama ia mengatupkan mulut rapat-rapat dan menahan diri untuk tidak bicara dengan suara lantang. Samar-samar ia ingat, bahwa si kembar sedang terlelap saat ini. Bukan tempat yang tepat, pikirnya.
Manik mata cokelat milik Varsha tidak berhenti menatap Frederica, yang kini menarik tangannya menuruni anak tangga. Entah kemana akan dibawa dirinya, Varsha diam seribu bahasa. Terlihat jelas, bahwa ia kesal.
Pertanyaan kembali dilayangkan padanya. Tapi yang ditanya, tidak menjawab (lagi). Sorot mata Varsha yang biasa dikenal orang dengan keramahannya, sudah tidak ada lagi. Disembunyikan sang empunya. Memasuki sebuah ruangan, di mana banyak buku-buku tertata dengan rapih. Varsha akhirnya punya kesempatan. Terduduk di sebuah sofa, ia kembali mengamati Frederica dari ujung kepala hingga ujung kaki sang kakak.
"Bukan itu."
Dia berhenti menatap Frederica dan memejamkan kedua matanya. "Apa-apan ini?" kuasanya menarik syal yang menutupi tubuh si puan dengan mudahnya.
Memar.
"Oh, jadi ini alasannya?"
Syal yang semula ada pada Varsha, dilempar sembarang.
"Coba sini aku lihat, di mana lagi ha? di mana????"
Tak bisa lagi. Varsha sudah tidak bisa lagi menahan emosi dalam diri. Dia berusaha untuk melepaskan cardigan juga masker yang digunakan oleh Frederica. Tanpa perduli pada penolakan yang di dapatnya saat melakukan itu. Kemungkinan terburuk ini, sempat terpikir oleh Varsha. Semula, ia berasumsi bahwa dirinya gila────sampai berani memikirkan itu. Selama ini, ia tahu bahwa kakak iparnya, Alverstoke, adalah pria yang baik dan begitu penyayang.
"Bullshit!!!"
Tidak perduli para pelayan mendengar suaranya yang meninggi atau tidak, saat ini ia sangat marah. Berani-beraninya Aleverstoke melukai kakak yang amat ia sayangi ini. Satu kuasa langsung membawa tubuh sang kakak yang sangat rapuh itu ke dalam pelukannya. Tanpa mau mendengarkan Frederica yang mungkin sedang meracau saat ini, Varsha menangis.
──────────
“Var���“ “No, Varsha—!”
Baru saja Frederica berhasil memarahi sang adik untuk pertama kalinya, di saat itu pula memar di lehernya terekspos. Sulut api penuh amarah nampak jelas di kedua mata sang adik, membuat Frederica menelan ludah. Belum pernah sekalipun dilihatnya sang sdik begitu emosi seperti saat ini. Refleks sang puan menutup memar terbesar pada lehernya. Sayang, tak banyak membantu. Varsha melepas paksa cardigan yang dikenakannya. Menunjukkan lengan penuh lebamnya.
Dadanya yang berwarna biru keunguan, tangannya, pundaknya. Ditambah lagi dengan maskernya yang dilepas paksa, menunjukkan goresan di wajah ayu sang puan juga memar di pipi. Tubuh Frederica bergetar pelan. Ketakutan.
“Varsha… sudah—“ “It’s fine.”
Frederica kembali menambahkan. “Stop, please—“ pintanya ketika sang adik nampaknya ingin melihat lebih semua memar dan luka di tubuhnya yang tak lagi mulus. Suara sang puan berubah serak dan pelan, seakan memohon dengan sangat agar Varsha menghentikannya. Bahkan saat gadis itu memeluknya, Frederica terpaku dan meringis karena menggerakkan tubuhnya terasa begitu menyakitkan.
“I beg you not to tell papa or mama. Not anyone,” Frederica berbisik di telinga sang adik sambil mengatur emosinya. Ia tak mau terlihat lemah lalu menangis. Itu akan membuat sang adik jauh lebih sedih. “I’ll be okay. I’m doing okay,” tambahnya. Kuasanya bergerak perlahan untuk mengusap punggung Varsha. “I’m okay, Varsha. I just need some help with the wounds and bruises,” ucapnya. Ia menyunggingkan senyuman terpahit yang pernah ia berikan kepada orang lain. Dengan sorot mata yang sayu.
Bahkan senyumnya sendiri pudar, walau begitu tetap terlihat lembut dan anggun. Tetap berusaha menahan diri untuk tidak menangis hanya agar terlihat kuat di depan adik perempuannya. “Jangan nangis. Jie yang sakit, bukan kamu,” candanya pelan.
“Help me, okay?” pintanya sambil berusaha menghapus air mata sang adik, menangkup wajahnya dengan kedua tangan mungilnya.
──────────
Dilepasnya perlahan, penuh kehati-hatian pelukan mereka. Varsha tahu betul bahwa saat ini sang kakak hanya berusaha menenangkannya. Bahkan di saat seperti ini, Frederica masih saja memikirkan orang lain. Bukan main, ia malah tambah kesal.
"Stop acting like you're okay, jie. Please stop. At least to me, please." Tak kuasa menatap Frederica yang sekujur tubuh penuh dengan luka lebam dengan berbagai warna itu, Varsha menunduk. Mengepalkan kedua tangan.
Persetan dengan dia harus menjaga sikapnya. Siapa pun yang ada di posisinya saat ini, pasti akan mengerti dan memahami bukan?
𝒀𝒐𝒖 𝒃𝒂𝒔𝒕𝒂𝒓𝒅, 𝑨𝒍𝒗𝒆𝒓𝒔𝒕𝒐𝒌𝒆.
"Of course, I will." Mendengar Frederica meminta pertolongan, tentu saja ia akan membantu. Meski bukan pertolongan yang ada dalam pikirannya saat ini. Lagi, Frederica benar-benar terlihat berusaha tetap tegar di depan Varsha. Padahal tak perlu berlaku seperti itu, di depannya. Hal itu sangat menganggu dan membuat Varsha semakin marah. Bukan kepada Frederica, bukan. Tapi kepada suami sang kakak, tentu saja.
Sesaat dua kakak beradik ini berada dalam ruang perpustakan, tampaknya terdengar seseorang memasuki rumah besar itu. Varsha menoleh ke arah pintu, sesaat. Apakah itu si bajingan yang menjadi penyebab kakaknya begini?
Kalau memang benar, tamatlah. Varsha benar-benar sudah bersiap untuk melakukan semua hal buruk.
──────────
Kalimat yang diucapkan Varsha kepada dirinya membuat Frederica menitikkan beberapa tetes air mata jatuh membasahi pipinya. Tatapannya begitu sendu, mengetahui bagaimana reaksi sang adik bahkan sebelum ia menceritakan semuanya dengan kata-kata.
Memang benar, tidak ada yang jauh lebih kuat dari hubungan darah. Bahkan hati dan pikiran dapat langsung mengetahuinya. Dapat langsung mengetahui bagaimana keadaan satu sama lain. Suara langkah yang terdengar membuat Frederica menolehkan kepala ke arah pintu.
“Varsha, tunggu di sini, ya? Sepertinya ada tamu,” ucapnya pelan sambil tersenyum pada sang adik. Ia tahu siapa yang pulang namun ia tak ingin membuat keributan di dalam. Lantas sang puan meninggalkan ruangan dan menutup pintunya rapat, menghampiri sosok yang baru saja melangkah masuk. Ketika netra bertemu dan saling memandang, rasa takut menyergap hatinya. Tak lagi rasa cinta dan sayang seperti dahulu.
“Did you text him?”
Pertanyaan Alverstoke dibalas dengan gelengan kepalanya. Sang puan tersenyum tipis. “Mandi. Kau tidak pulang semalam. Aku khawatir,” ucapnya lembut sambil mengusap pipi Alverstoke. Tentu sebuah senyum yang dipaksakan. Senyum yang tak lagi tulus. Semuanya itu kini berakhir dengan tangan Alverstoke di lehernya, membuat Frederica diam. Tak mau menarik perhatian sang adik di dalam perpustakaan.
Seorang pelayan memberanikan diri mengetuk pintu perpustakaan, seakan meminta bantuan Varsha untuk membantu.
“Miss Varsha, your sister..” bisiknya dari celah pintu yang sedikit terbuka.
Nadanya cemas. Sangat.
Hanya Varsha yang bisa menghentikannya saat ini. Frederica memejamkan matanya. Kedua tangannya berusaha menarik lepas cekikan itu sambil berusaha menendang. Tuhan, bahkan wanita itu tak memiliki banyak tenaga lagi. Sudah terlalu lemah dengan semua yang terjadi.
“Alverstoke—“ ucapannya terbata-bata karena tertahan semua. “a—aku… ingin… bercerai—“ pintanya sebelum berusaha menarik nafas sebanyak yang ia bisa. Semakin kencang, Frederica menitikkan air mata. “Al… ada Varsha— stop…”
──────────
Akhirnya, pertahanan Frederica runtuh juga. Melihat sang kakak menitikan air mata, tak banyak yang bisa dilakukan Varsha selain membiarkannya. Begini lebih baik, daripada Frederica menyembunyikan dan menahan semua emosi. Sesaat kemudian, pikiran jahat itu sirna.
Tergantikan kembali oleh sebuah logika; 𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟, 𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛 𝑖𝑡𝑢 𝑡𝑎𝑚𝑢. Mengingat Frederica dan Alverstoke adalah orang-orang yang cukup terkenal di kalangan masyarakat.
Varsha mengangguk pelan saat sang kakak hendak pergi untuk melihat siapakah yang datang. Dengan sayu ia menatap Frederecia yang menjauh pergi dan menghilang di balik pintu perpustakan itu. Helaan nafas berat, lolos begitu saja. Ia menunggu dengan sedikit tenang. Entah bagaimana menjelaskan perasaan gadis kelahiran sembilan puluh itu, tapi yang pasti ada perasaan tidak enak kembali datang menghampiri. Firasat. Ah, benar. Kalian bisa menyebutnya, sebuah firasat.
𝑌𝑜𝑢𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑟? 𝐽𝑖𝑒 𝐹𝑟𝑒? 𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘.
Seolah tersambar petir— dia begitu terkejut ketika mendengar ucapan pelayan tersebut dibalik pintu. Varsha bangkit dan segera keluar untuk memastikan apa yang sedang terjadi. Saat Varsha berhasil keluar, atensi yang semula memberikan tanya pada sang pelayan, perlahan mengikuti arah yang ditunjuk wanita paruh baya itu.
𝘚𝘩𝘪𝘵.
"WHAT ARE YOU DOING!!!"
Emosi yang semula sempat reda, kembali. Bahkan ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Dia tidak pernah berpikir bahwa ia akan melihat kejadian ini secara langsung dengan mata kepalanya sendiri. Berkat teriakan Varsha, Alverstoke juga Frederica menatap ke arah dirinya yang sekarang sedikit berlari ke arah mereka. Hal pertama yang ia lakukan adalah menyelamatkan sang kakak, "LEPAS!"
"Jangan berani-beraninya menyentuh dia, sedikitpun. Brengsek."
Kepalan tangan kuat milik Varsha dilayangkan pada pipi Alverstoke dengan sekuat tenaga. Akhirnya ilmu bela diri yang dulu ia pelajari dengan Hansen, bisa berguna juga.
Varsha langsung membopong Frederica yang terjatuh karena berhasil terlepas dari kedua tangan Alverstoke. Sang pelayan membantu mereka, Varsha meminta agar Frederica dibawa ke tempat aman. Alverstoke yang sedikit terjatuh itu pasti tidak akan menyangka bahwa adik iparnya akan memukulnya. Bahkan mungkin ia tidak tahu bahwa ilmu bela diri Varsha mampu untuk membuat Alverstoke berakhir di meja operasinya.
Tatapan marah, kecewa, keji dan juga menjijikan dari Varsha dilaku saat menatap pria tersebut. "You're a real asshole, you know that? Hahaha. How you dare, Alverstoke."
Tepat sekali. Vas itu mendarat di kepala Alverstoke. Dia tidak takut. Jika Alverstoke menuntut pun, dia akan bersaksi bahwa ini sebagai bentuk pembelaan diri.
"Which one do you choose? Come with me to prison or come with me to the hospital, huh?" Perlahan ia mendekati Alverstoke. "But, if I may give you a suggest. Better to choose the first one, Al."
──────────
Teriakan. Cekikan. Pukulan.
Dari semua hal tersebut, Frederica seperti black-out. Ia tak ingat apa-apa. Apa yang terlintas di benaknya adalah sang adik yang berusaha menyelamatkannya dari tangan pria brengsek itu.
Begitu terjatuh, Frederica tak mengingat apapun. Rasanya ia tak mampu mengingat apa yang terjadi. Seakan ia terjebak dalam waktu yang terhenti. Mendapati dirinya di kamar si kembar. Dua pelayan yang membantunya langsung menghampiri Frederica.
“Tolong kemasi semua barang anak-anak,” ucapnya. “Semua barang yang penting.” Frederica melangkahkan kedua kakinya menuju anak kembarnya; sang putra terutama yang menangis kencang. Barangkali menyadari bagaimana ibunya tersakiti.
“Kalian jangan khawatir. Saya akan tetap mengirimkan alanat baru ke kalian. Kalian bekerja di rumah saya yang lain,” ucapnya sambil menggendong si sulung dan menenangkannya walau tubuh rasanya sudah kelewat remuk. Para pelayan lantas melakukan apa yang diminta nyonya besar mereka.
Dengan sigap mulai mengemasi barang Frederica pula si kembar dalam dua koper besar. Dari pakaian hingga botol susu sekalipun— semuanya dipacking dengan baik selama Varsha menyelesaikan urusan di bawah.
Sudah selesai. Sudah selesai sampai disini pernikahan yang baru ia bina sejak Desember lalu. Pilihannya untuk menerima enam lamaran pria itu, menikahi cinta pertamanya, rupanya salah. Pilihannya salah. Seharusnya ia tetap sibuk bekerja dan tak menikah.
Ia menyerahkan si kembar kepada dua babysitter yang disewanya untuk segera membawa si kembar ke mobil. Air matanya bercucuran. Hazen menangisi ibunya kencang, kini Sera ikut melakukannya. Hatinya tersayat begitu dalam. Lihat bagaimana mereka ikut menderita.
Frederica melangkah keluar kamar lalu turun dari kamar. Dari tangga ia mengamati apa yang terjadi. Buru-buru berlari untuk menahan Varsha ketika Alverstoke jatuh tersungkur dengan luka di kepala.
“Sudah— Varsha!” serunya panik.
Ia memeluk sang adik lalu menariknya menjauh. “Sudah. Sudah. Tahan dirimu. Jangan sampai namamu ada laporan kepolisian,” ucap Frederica, berusaha menenangkan sang adik terlebih dahulu. Alverstoke merangkak, bersujud di kaki Frederica.
“Fre.. Fre— you know that I’m just jealous, right? You know I didn’t mean to hurt you!” serunya cepat. “Please don’t leave. Don’t! Stay. I’m sorry.. I’m sorry,” isak pria itu, apalagi kala si kembar lewat di depannya, meninggalkan rumah dengan babysitter mereka.
Kelewat takut, Frederica bersembunyi di balik Varsha.
“I can’t. Once, I’m handling it. Twice, I doubt yourself. Thrice, I want to stop,” tangisnya. Frederica menggigit bibir bawahnya. “I’m going to file a divorce and protection to the kids and myself.”
“I want to take the custody of the twins too. Don’t worry, I will hide myself from the media. I’ll keep our divorce quiet. I will never say the reason about this divorce to the media,” Frederica berucap. Tatapan Alverstoke seakan begitu hancur. Menyadari emosinya. Emosinya yang tak bisa ditahan terus mengambil alih dirinya dan menyakiti Frederica. Padahal, semua alasan di balik emosi itu karena dirinya sendiri; kecemburuan dan perselingkuhan.
“Varsha… let’s go…” bisiknya.
──────────
Hampir saja, Varsha kembali melukai Alverstoke. Kalau bukan karena Frederica, pastilah pria paruh baya itu akan berakhir di rumah sakit. Sama seperti yang dikatakan olehnya. Meskipun muak melihat wajah Alverstoke, Varsha menahannya—karena Frederica sedang menyampaikan sesuatu kepada Alverstoke. Mereka tetap butuh kejelasan, sebelum ia membawa Frederica juga si kembar keluar dari sana.
Dalam hati ia senang mendengar Frederica membuat keputusan seperti itu. Akhirnya, sang kakak dengan berani mengakhiri hubungannya. Walau tetap, kebaikan masih ada saja di dalamnya.
Varsha mengangguk mendengar ajakan kecil sang kakak. Tanpa memandang Alverstoke yang masih berada di lantai, mereka berdua pergi dari rumah itu.
Bersama dengan si kembar, Frederica dan Varsha pergi menuju salah satu apartement sang kakak di Singapura. Setidaknya membawa mereka ke tempat aman adalah langkah awal yang harus dilakukan. Bagaimana kedepannya, itu urusan nanti.
End of Desperate for A Help.
4 notes
·
View notes