#Tak Segampang Itu
Explore tagged Tumblr posts
Video
youtube
Lagu Santai Buat Kerja Paling Hits | Enak Didengar Saat Santai dan Kerja 2024 @Mangg2betMp4
Lagu Santai Buat Kerja Paling Hits | Enak Didengar Saat Santai dan Kerja 2024
00:00:00 Tak Segampang Itu 00:03:46 Komang 00:07:43 Sial 00:11:42 Sisa Rasa 00:16:42 Tak Ingin Usai 00:21:01 Mesin Waktu 00:25:29 Semata Karenamu 00:29:48 Bohongi Hati 00:34:15 Cinta Luar Biasa 00:38:38 Kehadiranmu 00:42:09 Muak 00:47:05 Jangan Pernah Berubah 00:51:08 Kangen 00:56:16 Kenangan Terindah
#Lagu Santai#lagu hits#Mangg2betMp4#mangga2bet#mg2bet#mp4#Enak Didengar#Tak Segampang Itu#Komang#Sial#Cinta Luar Biasa
2 notes
·
View notes
Text
Lirik dan Link Download MP3 Anggi Marito - Tak Segampang Itu
BNews–MAGELANG-– Lagu Tak Segampang Itu by Anggi Marito yang sedang viral di TikTok. Dirili pada 2 Desember 2022 lalu, Lagu Tak Segampang Itu yang dibawakan Anggi Marito viral di TikTik akhir-akhir ini dan memenuhi fyp. Berikut adalah Lirik Lagu Tak Segampang Itu by Anggi Marito, seperti dikutip Borobudurnews.com dari laman channel youtubenya: Lirik Lagu Anggi Marito – Tak Segampang Itu Waktu…
View On WordPress
#Anggi Marito - Tak Segampang Itu#Berita Jateng#Berita Jogjakarta#Berita Magelang#Berita Nasional#Berita Viral#Borobudur News#Lirik dan Link Download MP3 Anggi Marito - Tak Segampang Itu#Magelang
0 notes
Text
Lama tak menulis. Padahal hampir tiap hari mengintip tumblr, membaca tulisan siapapun yang lewat. Entah rasanya kaku sekali untuk menulis, bingung dari mana memulainya.
Selepas kejadian satu tahun lalu yang menguras mental, semuanya memang dibiarkan bergumul di kepala. atau seperti menjadi benang kusut yang cukup sulit diuraikan walau sesederhana melalui tulisan.
Sudah satu tahun, tapi bab menyembuhkan selalu menjadi bagian hal yang enggak sederhana jalannya. Rumit, berkelok, banyak tikungan, kesenggol sedikit berubah fikiran untuk nggak memaafkan itu ada sekali. Jadinya harus mengulang dari bab mengakui, menerima, memaafkan, sebelum akhirnya berkutat dengan bab menyembuhkan.
Kembali dengan bab menyembuhkan, ia ternyata proses yang harus diupayakan. Waktu tak pernah menyembuhkan apa-apa. Entah ini hanya terjadi di aku atau juga yang lain, tapi aku merasa begitu.
Mengurus rumah dan bayi, pergi halqah, kajian umum, ikut kelas bahasa Arab, atau sesekali pergi ke kafe, dsb rasanya semua itu hanya mengalihkan perhatian dari rasa sakit yang pernah diterima. Selepas itu sisanya berupa tangisan dan menyakiti diri. Atau memang sebenarnya butuh seseroang yang ahli (?) Entahlah.
Masalah mental ternyata enggak segampang yang aku kira. Sesuatu yang enggak kelihatan memang, tapi dampaknya bikin kewalahan. Ia mengikis peran-peran penghambaan.
Ya Allah semoga engkau kuatkan dari jalan manapun.
11 notes
·
View notes
Text
Tulus
Barangkali kamu udah ngabisin berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus gigabyte buat nonton TED-Ed tentang gimana sebaiknya cinta, atau hubungan (romantis), diperlakukan di Youtube.
Bagus sekali. Meski masalah di muka bumi ini nggak melulu tentang cinta dan cinta dan cinta-cintaan, tapi upayamu mempelajari salah satu misteri terbesar umat manusia layak diganjar ketenangan paripurna dalam hidup. Seenggaknya, kamu nggak perlu ketemu manusia brengsek yang memperlakukan pasangannya dengan buruk. Atau ketemu manusia brengsek yang memperlakukan pasangannya dengan buruk sampai ia pantes ditenggelemin kepalanya ke rawa-rawa. Aku akan mendoakanmu.
Meski keinginan belajarmu tinggi, aku yakin kamu tetap pernah merasa bosen. Menghadapi sesuatu yang sama secara terus menerus bikin pikiranmu capek. Matamu perih. Tanganmu keringetan karena megang ponsel sambil diisi ulang baterainya. Selain itu, kamu kan juga butuh makan.
Istirahat dulu. Kamu bisa nyeduh teh, kopi, susu, sereal, atau apa lah terserah, aku belum tau seleramu. Buka bungkus biskuit. Duduk dengan nyaman, selonjoran juga boleh. Kemudian pasang penyuara telingamu buat dengerin musik.
Sambil nunggu minumanmu hangat, kamu bisa coba puter Jangan Cintai Aku Apa Adanya. Aku suka banget lagu itu. "Cintai dirimu sendiri sebelum mencintai orang lain," barangkali jadi salah satu kalimat yang paling sering kamu denger tapi tanpa sadar juga paling sering kamu abaikan. Ngaku aja. Gapapa.
Tak sulit mendapatkanmu
Karena sejak lama
Kau pun mengincarku
Siapa yang punya kepercayaan diri seperti itu selain mereka yang udah atau sedang mencintai dirinya sendiri dengan baik? Cuma orang tolol.
Kau selalu memuji
Apa pun hasil tanganku
Yang tidak jarang payah
Ah, aku suka banget bagian ini. Cuma dengan menghargai orang lain, kamu udah bisa menyenangkan mereka, apalagi pasanganmu. Kupikir nggak ada lagi cara bikin senang orang lain segampang itu. Effortlessly happy!
Tuntutlah sesuatu
Biar kita jalan ke depan
Tumbuh bersama itu keren. Asik. Seksi. Menggairahkan. Dan nggak ada yang lebih indah daripada pasangan yang saling menghargai karena saling tau seberapa besar upaya yang sama-sama mereka usahakan.
Meski begitu, meskipun kamu udah belajar begitu giat cuma karena pengen menjalani hubungan yang sehat, kekecewaan dan perpisahan adalah dua dari banyak hal yang nggak bisa hilang dari dunia yang brengsek banget ini.
Aku nggak pengen banyak hal, melihatmu bertemu orang yang tepat, nggak perlu banyak ketakutan buat menghadapinya, dan nggak perlu banyak tenaga buat jalan bareng. Itu cukup. Karena itu, aku berharap kamu bisa lebih mencintai dirimu yang kamu anggep nggak seberapa itu. Karena buat ke sana, kamu perlu ke sini dulu. Selamat beristirahat!
49 notes
·
View notes
Text
PROLOG
– FLASHBACK September 2022 –
'26 September 2022 , Sore Hari itu saat matahari sudah mulai hilang karena gelap nya malam , Dimana aku memutuskan untuk mengikhlaskanmu. Entah apa yang membuatku mengambil keputusan itu, tapi keadaan yang membuat aku seperti ini. Hari itu kamu mengucap kalimat perpisahan untuk terakhir kalinya kita bertemu. Aku tak tau harus berekspresi seperti apa, Tubuhku membeku bahkan nafasku sakit untukku hembuskan.
Saat itu juga matahari sudah mulai hilang , Dan lelaki di depan ku bertanya , "Sye? Maaf ya? Aku ga bisa nepatin janji kita?" , Aku terdiam sambil menunduk menatap aspal yang sdh basah karena sore tadi hujan , tanpa aku sadari sedari tadi air mataku jatuh.
Lalu lelaki itu memegang pundakku bertanya "sye? bicara sye , kmu mau kan nerima keputusan aku?" ,
aku mengangkat kepalaku dan bilang "Kalo emng itu keputusan kmu , aku bakal nerima kok jev..." ."tapi apa kamu serius sama keputusan kmu ? kan kita masih bisa jalin hubungan walau jarak kita jauh jev" Lanjutku.
Lelaki itu lngsng menjawab tanpa ada keraguan, "aku ga bisa sye , aku ga sanggup ldr sejauh itu, aku juga udh nerima keputusan aku sendiri kok" ,
"mau gimana pun juga ini demi orang tua aku , mereka yg memilih untuk tinggal di Paris aku ga bisa maksain mreka... Kalaupun aku paksa mreka gabakalan dengerin omongan aku , udah ya sye ikhlasin semuanya? kita sampai sini aja, hari juga udh gelap, aku aja yang antar kamu pulang ". Lanjut Jevan
Disepanjang jalan aku terdiam tanpa menjawab satu kata pun pertanyaan yg dilantunkan Lelaki itu , sejujurnya hati kecilku sangat sakit mendengar Jevan bersuara sejak tadi tapi setelah itu aku sadar , kalau aku disuruh Tuhan buat ikhlasin Jevan.
"2 Tahun? 2 tahun hubungan kita cuman berakhir sia-sia kek gini ?! Sakit Jev , sakit. Kenapa kamu nganggep hubungan segampang itu buat dibangun? Semudah itu kamu ninggalin aku." Bantinku sedari tadi.
Sesampai nya dirumah, aku turun dari mobil dan masuk ke kost tanpa pamit pulang ke Jevan. Dari jauh Jevan menungguku sampai masuk ke kamar kost-an ku , lalu pergi meninggalkan ku. Sesampai nya aku dikamar aku langsung berbaring di kasur ku Lalu tanpa sadar mataku yang sdh bengkak itu, tertidur lelap.
—Ga ada yang ga bisa , Semuanya bisa kita perbaikin kalo emang kamu mau nya aku —~syerlin
©chaelneii
2 notes
·
View notes
Text
Godaan untuk menjadi yang terkenal, disukai, dipuji, diakui, dan dijadikan panutan/inspirasi bagi banyak orang memang bisa semenggiurkan itu. Makanya ada yang lebih memilih jalan pintas, mengabaikan proses, dan memilih cara-cara singkat yang salah.
Menjalani proses yang sulit, lambat, dan penuh resiko gagal sana sini memang sesulit itu. Makanya, ada yang lebih memilih untuk mengabaikannya, langsung ingin tampil di hadapan di dunia sebagai motivator dengan segudang keberhasilan dan kisah suksesnya yang palsu.
Menekan ego sembari membiarkan diri sendiri dipandang bodoh, gagal, dan konyol oleh orang-orang saat sedang berjuang di era yang serba menampilkan keberhasilan seperti sekarang ini memang tak semudah itu. Makanya, ada yang saking tak inginnya dipandang jelek oleh mata-mata manusia, ia bahkan enggan untuk berusaha dengan kemampuannya sendiri di jalannya sendiri.
Menjadi lambat dan terseok-seok di zaman yang serba menuntut hasil excellent dalam waktu singkat memang tak segampang itu. Ilusi ketinggalan kereta, dipermalukan , dan dipandang belum mampu padahal sedang mati-matian berproses terkadang memang sulit diabaikan. Makanya, ada yang memilih melakukan segala cara asalkan bisa sampai dengan cepat sampai ke tempat-tempat tinggi.
Kalau dipikir-pikir keempatnya memiliki pola yang hampir sama, yaitu sama-sama menjadikan penilaian manusia sebagai tujuan utamanya. Padahal siapapun tahu jika mengharapkan manusia adalah hal sia-sia, tak akan membawa kita kemana-mana selain lubang kekecewaan dan penyesalan. Banyak sekali hal besar dan mulia yang ada di dunia ini, tapi mengapa harus dengan gegabah memilih mengesankan sesama manusia sebagai tujuan yang utama? Oh tapi kita lupa, karena semuanya memang tak semudah berkata-kata. Menjadi baik dan benar memang sulit dan butuh perjuangan.
In frame: *si paling tidak peduli penilaian manusia*
#honnurizza#selfreminder#advicefromsomewhere#poem#selfcontemplation#analogy#positive vibes#poetry#learnfromnature
3 notes
·
View notes
Text
Rindu
Aku terjebak
Melihat matamu
Lalu sampai kini
Aku masih merindu
Kau bilang "mana mungkin segampang itu"
Aku menjawab "Rindu memang gampangan, manusia selemah aku seharusnya tak ia kunjungi"
.
.
@nidzomizzuddien
2 notes
·
View notes
Text
Berpura baik-baik saja ternyata menyakitkan, berusaha terlihat bahagia ternyata menyesakkan dada, berusaha memaafkan semua yang telah terjadi ternyata tak segampang itu...
Saat mengingat tentang anakku, aku berusaha menerima semua tentangmu, ingin fokus menata dan memikirkam masa depan. Namun kenapa setiap teringat tentang keluargamu dan saudara-suadaramu tentang semua ucapan dan sikap yang mencabik hati, rasanya seperti tak ingin bertahan....
Namun aku teringat sehuah kalimat dari ibnul qoyyim al jauziyyah
"Andai kamu tahu bagaimana Allah mengatur urusan hidupmu, pasti hati kamu akan meleleh karena cinta kepada-Nya"
Yaa Allah, aku tak bisa meraba masa depanku, untuk saat ini aku hanya ingin berusaha kerja keras nabung yang banyak supaya suatu saat aku punya harga diri bisa berdiri sendiri dan tak takut untuk sendiri....
Yaa Allah, badan ini lelah, ibadahku berantakan, peranku sebagai ibu tak bisa kujalankan... Sehatkan badanku, mentalku, lancarkan rezekiku, berikanku kemudahan dalam hidupku duniaku agar aku mudah untuk memgejar urusan akhiratku.... Aamiin
4 notes
·
View notes
Text
Aku kangen banget sama kamu…
Aku selalu benci saat dimana aku berharap kamu kembali.
Aku gapernah bilang, bukan berarti aku gapernah ngerasa.
Kalo kata anggi marito, tak segampang itu. Kalo kata Tulus sih ingkar mungkin ya…
Kalo kata kamu apa coba?
8 notes
·
View notes
Text
– Harsa Bumantara
Kusebut dia Harsa Bumantara, kegembiraan pada langit. Bumantara atau biasa kita sebut angkasa, dia sangat unik. Dia bisa menangis, bisa pula ceria, tidak ada yang bisa menebak Sang Bumantara. Tetapi yang datang belakangan ini seperti badai yang akan menghapus keberadaan sang Harsa.
Nyatanya, berbicara dengan bahasa tumbuhan pun tidak dapat menghilangkan rasa sakit ini ya, Sal?
Aku yang masih selalu menyalahkan Bumantara ketika ia menangis, kilat petir itu terasa seperti dia akan marah. Aku yang masih berdiri, menunggu agar Sang Jiwa itu kembali pada Raganya. Namun, suara itu masih terus ada bahkan ketika saya sudah menutupnya.
Jika boleh jujur, bahkan suara ombak itu jauh lebih tenang. Namun ombak tak mampu mengheningkan semua suara yang seolah terus bertanya, ia bergejolak dan semangat seperti sedang menghantui saya. Suara yang meredupkan semua dunia saya, meredupkan cahaya yang akan menyesatkan raga.
“Kamu sudah sembuh?”
“Dua jam lagi matahari akan terbit, ya?”
Namun sayang, tidak ada yang menjawab. Berharap apa?
Aku bahkan sudah merasa ingin menutup mata, membiarkan suara itu terus datang dan membiarkannya untuk menutup semua jiwaku. Seolah sudah terbiasa, aku yang menyerahkan raga ini tidak kembali pada jiwanya.
Bersyukur, tidak ada kata syukur itu terucap pada mereka. Rakus dan tidak akan pernah merasa puas, terus menyalahkan seperti orang yang sedang kelaparan. Mereka lapar oleh rasa cinta dan kepuasan sampai tidak peduli kepada Bumantara yang mulai menangis, menjerit dan berharap semua berhenti.
Harsa direngut, suara kehancuran yang terus menghampiri, cahaya itu dengan sengaja dipadamkan. Lantas, kepada siapa lagi ia mengadu? Jika orang terkasihnya saja tidak percaya lagi.
Sal, bagaimana jika ia tidak kembali? Apakah ia bersinar seperti bunga matahari? Pertanyaan yang sampai sekarang masih menjadi teka-teki, seolah dunia tidak berpihak lagi dan menjauh dari sang Insan.
“Teruslah berbohong, menjauhlah harsa darimu,”
Suara menyalahkan, suara kekhawatiran, suara kehancuran, dan suara ketakutan terus datang dan tidak pernah absen. Aku tidak bisa menggenggam suara harsa untuk kembali, tangan ini seolah rapuh dan tidak memiliki tenaganya.
Dulu aku berjanji, akan bahagia dan menjadi lucu. Aku bercerita banyak hal kepada semua orang, ternyata tidak segampang itu ya? Maaf, aku tidak bisa.
Tertawalah, tertawa karena aku yang dulunya punya ambisi kuat untuk menarik harsa kembali menghibur sang raga bahkan tidak mampu lagi membawanya untuk pulang. Tertawalah karena aku yang bahkan berdiri untuk melawan suara itu saja sudah tidak bisa. Tertutuplah, mataku. Tertutuplah, telingaku.
Apakah mereka masih menganggap itu mudah? Bahkan untuk menyatukan sebuah bingkai yang sudah pecah saja, aku bahkan tidak mampu. Dunia sedang tidak bersama harsanya, tapi aku tidak akan menyalahkannya. Dunia yang malang, dia juga pasti sudah lelah dengan masalahnya sendiri. Lantas, harus berusaha dengan apalagi?
Sal, aku ingin bercerita. Dahulu ada gadis yang sangat ceria. Ia mengayun sepada kecil berwarna pink, disambut oleh sang Ayah dengan tawa bahagia. Ia berhasil, berhasil memeluk kebahagiaan itu tanpa rasa takut, gadis itu tidak takut pada apapun. Apakah kamu percaya?
Ayahnya selalu mengelus rambutnya, mengatakan bahwa dia sangat hebat. Gadis itu kemudian beranjak dewasa, melepaskan semua penatnya kepada dunia yang mulai menjauh kepadanya. Pagi tidak terasa pagi, malam tidak terasa malam. Bangun tidak seperti bangun, tidur juga tidak tenang. Nawasena saja tidak mau datang kepadanya, tidak ada harapan lagi.
Mata gadis mungkin sudah tidak sanggup menatap bingkai kehidupan, ia merindukannya.
“Harsa, sejujurnya aku merindukanmu. Maafkan aku yang tidak bisa mengungkapkannya kepada sang Bumantara bahwa sebenarnya aku rindu. Datanglah, hancurkan semua suara itu. Tolonglah aku, Harsa.”
Kegelisahan yang bahkan tidak bisa dilawan, ingin berhenti. Ia sudah tidak mampu menopang kakinya untuk berjalan diatas lautan paku, pelindung yang sudah reot tidak bisa lagi dia gunakan untuk melindungi dirinya, bumantara terus menyerangnya sampai tubuhnya kaku dan tidak berdaya untuk bertahan lagi.
Suara itu tidak akan pergi jika ia masih tidak bisa menggenggamnya, suara itu tetap akan ada dan menghancurkannya secara perlahan. Ia terus berteriak, berteriak pada Bumantara.
Tidak ada yang mengerti, mereka tau namun seolah tidak tau. Mereka melihat namun buta, suara yang hanya terdengar tapi hati mereka beku. Seperti bunga yang sudah layu, tidak akan kembali seperti sedia kala.
Sang pelipur lara, telah pergi dan suara itu terasa semakin dalam berusaha terus mengerat pada raganya. Hati yang sudah mampu menampung semua suara akan pecah dan hancur berkeping-keping. Apa yang sudah hancur tidak akan bisa kembali, semua yang sirna tidak akan bisa lagi digenggam seperti sedia kala.
Tuhan tolong peluk aku,
Tuhan tolong rangkul aku,
Tuhan tolong, tolonglah aku.
Air mata yang berlinang ketika ia berdoa, tangan yang gemetar, hati yang berkecamuk berharap pesan itu sampai kepada sang Maha Kuasa.
1 note
·
View note
Text
Aku tidak tahu kapan takdir itu kan datang, namun tak ada salahnya aku mulai menyiapkan semuanya dengan belajar Webinar Webinar dan belajar langsung dengan pasangan yang sudah menikah.
Orangtua sudah menanyakan kapan pastinya aku menikah padahal jodoh pun belum terlihat. Pun begitu dengan dorongan-dorongan disekitar yang membuatku merasa butuh dengan menikah.
Seperti misalnya hari ini ada orang asing yang mengajakku menikah. Aku tahu sejak acara tadi ia memperhatikanku, tapi aku juga tahu tidak ada laki laki baik yang dengan segampang itu mengajak orang lain menikah. Jika bukan orang yang sudah beristri atau hanya gombal semata.
Aku terus belajar menguatkan diri dengan berbagai kontradiksi sekitar karena aku tahu menikah itu bukan perkara gampang, butuh keberanian yang besar karena pertanggungjawabannya besar.
Perbanyak sabar dan berdoa atas penantian yang luar biasa ini, semoga sholat hajat tiap 2 rakaat setelah Tahajud yang diniatkan agar mendapat ketenangan melalui pernikahan dapat terjuwud.
Sungguh aku hanya ingin fokus mencari cinta Allah dan tidak mau disibukkan dengan memikirkan pernikahan dan pendidikan yang belum selesai. Maka dari itu aku berharap besar semoga Allah selesaikan duniaku yang menyibukkan ini.
17 Rajab 1445 H ~ Usai mengurus sebuah acara kajian
3 notes
·
View notes
Text
Ketika Saya Beragama Saya Juga Bertuhan
Saya pernah ditanya apakah saya percaya Tuhan? dengan sangat simpel dan personal (seperti bagaimana saya mencerminkan diri) saya menjawab: Ya, saya sangat percaya.
Tapi dibalik itu ada proses panjang yang saya lalui untuk menjelaskannya sesingkat mungkin.
Semua itu berawal dari latar belakang saya sebagai anak dari keluarga muslim taat yang moderat. Yang secara fundamental ternyata membuat saya menjadi muslim yang mengikuti perkembangan zaman, anehnya orang-orang malah menyebut saya liberal.
Tumbuh tanpa ayah, membuat saya banyak menunduk dan kehilangan kepercayaan diri. Satu-satunya yang membuat saya menengadahkan kepala adalah langit malam. Seperti ayah, langit malam penuh misteri. Saya bercita-cita jadi astronom waktu kecil (bukan astronot ya) Tapi anehnya saudara saya mengirimi saya ke pondok pesantren. Tempat dimana pertama kalinya saya melihat kesombongan dalam beragama. 'Islam itu benar yang lain salah' jangan tanya-tanya lagi.
Bodohnya 6 tahun di pondok saya bukannya semakin tunduk kepada Tuhan. Malah mencarinya, semakin bertanya-tanya dan kadang ekspedisi yang saya lakukan terlalu jauh. Tapi saya bertekad, saya harus menemukannya. Untuk mempercayai keyakinan saya tentang agama, awal mulanya say jadi agnostik. Diam-diam saya mengabaikan tuhan sepenuhnya. Tapi ternyata jadi ateis tidak membuat saya bahagia. Nilai-nilai Islam itu masih ada. Saya haus akan keyakinan dan jadi ateis seperti tinggal di gurun pasir. Tidak ada air sama sekali.
Puncaknya adalah saat ujian madrasah. Saya dimarahi mengapa tidak ikut tes bacaan doa dan hafalan Qur'an? Akhirnya saya sadar, tidak ada ruang untuk ateis di dunia ini.
Dalam perjalanan spritual saya, yang paling lucu adalah setelah lulus MAPK. Ketika saya diwanti-wanti kuliah di Jawa oleh ibu. Tentang liberal lah, kristenisasi lah, radikal lah. Mencerminkan bahwa rata-rata agama sanawi itu tidak ada yang pluralis, semuanya egois dan takut-menakuti satu sama lain.
Awal-awal kuliah, saya justru malah tertarik dengan Bhuddisme. Buddha artinya sadar. Dan saya sadar betul Tuhan itu ada. Segampang itu ternyata.
Agama Buddha adalah agama perbuatan. Sejak awal saya merasa agama ini tidak begitu mementingkan Tuhan. Mereka lebih suka membicarakan siklus kehidupan, reinkarnasi dan jika di kehidupanmu ini kamu baik, kamu akan dimudahkan dikehidupan sebenarnya.
Seperti impian saya yang pupus, menjadi ilmuwan, pakar sains dan astronom yang tak terwujud itu. Saya akhirnya menyerah tentang pencarian Tuhan.
Seperti halnya langit malam. Saya sangat mencintainya. Meski saya sendiri tidak tahu apa-apa tentang langit diluar sana.
Saya kini hanya berharap bahwa semua ibadah saya tidak seperti robot. Ketika saya beragama saya juga bertuhan.
12 notes
·
View notes
Quote
Jika kamu menyukai seseorang, mintalah Tuhan untuk memberikannya kepadamu, jika kamu masih belum mendapatkannya, ketahuilah bahwa orang lain memintamu kepada Tuhan.
Ali bin Abi Thalib via @arahbatin
Bisa dicoba nanti-nanti. Soalnya sekarang lagi enggak suka sama siapa-siapa. Sulit untuk menyebut nama barang satu pun. Penggalan lirik lagu Tak Segampang Itu ciptaan Mario G. Klau yang dinyanyikan Anggi Marito memang benar adanya.
Tak segampang itu ku mencari penggantimu
Tak segampang itu ku menemukan sosok seperti dirimu cinta
Kau tahu betapa besar cinta yang kutanamkan padamu
Mengapa kau memilih untuk berpisah
Tapi, lirik di larik ke-4 nya enggak berlaku di saya. Karena kita tak pernah bersatu. Berpisah sebelum bersatu. Pedih. Ha.
7 notes
·
View notes
Text
Ep.3
Sepulang dari kampus, aku mandi, dan mengeringkan rambutku yang basah. Kemudian aku duduk di depan meja belajar.
Kebiasaanku adalah menguncir rambutku yang panjang sebelum memulai belajar ataupun bekerja. Aku mulai menyisir rambut dengan jariku dan mengumpulkan rambutku dari bagian kiri, atas, kanan, dan yang terakhir bagian bawah. Aku melingkarkan karet rambut yang sudah kugenggam, dan setelah ketat membiarkan rambutku terjatuh menyentuh punggungku.
Aku membuka laptop dan notes untuk mencatat. Siap untuk mencari tau.
Untuk mengetahui apakah benar-benar suka dengan ilmunya adalah mendalami ilmunya.
***
Tak terasa jam dinding sudah menunjukkan pukul 13.36.
Aku bernapas lega. Rambutku yang tadinya terkuncir ketat setinggi mata, kini sudah longgar dan menurun. Buku catatanku yang awalnya kosong, kini sudah terisi dengan coretan pulpen yang berisi istilah-istilah yang tidak kupahami dan pemahamannya.
Walaupun sudah belajar sekian lama, rasa lelah tidak terasa. Hatiku terasa ringan, senang, lega, bangga telah belajar sampai sejauh ini. Seakan-akan akhirnya berjumpa dengan teman lama yang sangat dirindukan.
Ini yang aku mau.
Ini yang aku suka.
Sebelum tidur, aku berwudhu untuk sholat istikharah untuk memantapkan hati.
Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam bagi agamaku, kehidupanku, akhir urusanku, duniaku, dan akhiratku, maka takdirkanlah hal tersebut untukku. Mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, akhir urusanku, duniaku, dan akhiratku, maka palingkanlah aku darinya dan palingkanlah dia dariku. Takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Bisa atas segala sesuatu.
****
Aku menjalani hari seperti biasa. Kuliah seperti biasa, pulang seperti biasa. Aku bertekad untuk membicarakan ini saat makan malam.
Harum makanan memasuki kamarku. Aku berjalan keluar kamar dan memasuki dapur, berniat untuk membantu ibuku memasak. Setelah selesai menyiapkan makan malam, aku memanggil ayahku untuk turun dan makan bersama.
Makan malam dimulai. Tapi mulutku tak kunjung memulai bicara. Aku berkata dalam hati, ayuk mulai. Ayuk mulai. Sekarang.
Aku meletakkan sendok diatas piring.
"Pa, Ma. Aku mau ubah karir boleh?"
Mendengar apa yang aku tanyakan, tangan mereka langsung terhenti. Bunyi ketukan sendok dan piring tidak terdengar lagi. Mereka terdiam.
Ayahku meletakkan sendoknya, diikuti oleh ibuku. Ayahku menatap mataku dan bertanya,
"Kamu yakin?"
"Yakin pa." Jawabku.
"Udah sholat istikharah?"
"Udah pa."
"Kalo gitu coba aja."
Segampang itu? Sepercayanya itu sama aku?
Ya Allah terima kasih, Engkau telah memberikan papa dan mama sebagai orang tuaku.
9 notes
·
View notes
Text
Antara perasaan dan prasangka
Tentang sebuah perasaan. yang tidak kenal akan waktu, tak segampang kita mengangkat jari telunjuk. Bisa dibilang, yang rumit dari perasaan adalah perasaan itu sendiri.
Maka, mulai lah mengatur perasaan kita dengan menjaga prasangka. Baik terhadap diri kita, orang lain, bahkan terhadap tuhan kita. Jalan hidup kita dimulai dari perasaan bahwa hidup ini pasti memiliki banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Perasaan bahwa semuanya akan baik-baik saja, perasaan bahwa kita hidup berjalan sesuai garis takdir kita, perasaan bahwa jodoh pasti bertemu, perasaan bahwa semua pasti akan ada waktunya, perasaan bahwa diri kita adalah manusia yang tetap memiliki kurangnya.
Tak perlu terlalu khawatir atas perasaan buruk yang kadang kita tidak sadari berasal dari prasangka buruk kita. Ketahuilah, perasaan tetap perasaan. Dia akan selalu ada, meskipun tanpa kata.
Kelak kita akan mengerti, bahwa yang terpenting dari sebuah perasaan adalah dengan jujur atas perasaan yang kita rasa.
4 notes
·
View notes
Text
Konser Menyanyi. Yes it's my hobi yaitu menyanyi Lagu Tak Segampang itu
2 notes
·
View notes