#Sudah Pasti & Jelas Hasil Nya
Explore tagged Tumblr posts
Text
November: 3 Alasan Utama yang Perlu Diingat
November baru masuk setengahnya, tapi energiku sudah mau habis saja. Entah mengapa lelah sekali November kali ini, mungkin karena lebih banyak hal yang dipikirkan, hati penuh dengan pengharapan, dan badan beberapa kali diajak berdamai dengan limitasi baru.
Sepanjang Oktober hingga pekan ini, segenap weekend terisi kegiatan di luar rumah. Aku yang biasanya hanya menghabiskan waktu tidur-tiduran atau berleha-leha di rumah, tentu butuh penyesuaian. Belum lagi season baru di pekerjaan yang cukup menantang dan tentunya proses mencari yang ke-12 yang masih terus berlanjut.
Update-nya, aku masih akan menunggu kabar atas keputusan di akhir November saat AMZT sudah kembali ke negaranya dan bisa lebih leluasa berdiskusi dengan keluarga. Jujur saja, mungkin aspek ini yang paling banyak menguras energiku satu bulan terakhir terhitung sejak 12 Oktober lalu.
Aku bahkan sudah beberapa kali mencoba untuk mundur, merasa kurang layak, butuh waktu lebih untuk memantaskan diri dan lain sebagainya. Sampai sesenggukan aku dibuatnya karena terlalu banyak ketakutan dan kekhawatiran yang muncul. Meski aku juga sadar bahwa semuanya hanya ada dalam kepalaku. Ketakutan itu bukanlah realitanya.
Saat aku bilang aku takut menikah karena merasa tidak cukup layak menjadi istri atau ibu yang baik, dia menjawab bahwa ketakutan itu lumrah, terlebih harus menyatukan dua kepala dengan budaya dan negara yang berbeda. Tetapi mundur dan memilih untuk tidak menikah karena alasan itu, bukanlah hal yang tepat. Saat seorang hamba ingin melakukan hal baik yang Allah suka, tentu saja setan tidak akan tinggal diam, mereka akan terus menggoda hingga seorang hamba itu mengikutinya.
Aku berlindung kepada Allah dari bisikan setan yang terkutuk, dari golongan jin dan manusia.
Aku kira perasaan takut dan khawatir itu selesai sampai di situ.
Nyatanya, beberapa hari setelahnya aku kembali kalut dengan penyebab yang berbeda. Kali ini, ibuk yang berbicara, mendengarkanku yang sibuk bercerita sambil menangis, lalu memberikan nasihat.
"Apapun yang terjadi nanti, yang penting niatnya diluruskan terus, liLlahita'ala. Sehingga jadi atau tidak jadi, hati akan terus lapang dan percaya bahwa itu ketetapan terbaik dari Allah. Pun, kalau takdirnya disatukan (jadi), namun dihadapkan dengan banyak persoalan hidup setelahnya, itu sudah satu paket dengan kebaikan atas ketetapan Allah itu sendiri. Kan memilihnya dengan nama Allah."
"Tapi kalau aku gagal melalui ujiannya dan malah terus-menerus berpikir atau menyesal (telah memilih untuk) menikah, bagaimana?"
"Menikah itu tidak selamanya buruk, banyak sisi baik dan bahagianya, dan satu hal yang pasti itu adalah kebaikan yang Allah sukai. Kalau mau hidup sendiri juga tidak masalah, tapi mau sampai kapan? Setiap duka dan kesulitan itu ada masanya, gak akan selamanya. Begitu juga dengan bahagia. Jadi, yang penting kita mau terus berusaha menjadi sebaik-baik hamba. Kalau menurut Bu Uyun (guru SMA-ku dulu yang sering diskusi sama ibuk), Abidah itu orangnya tangguh, jadi anggap saja pernikahan itu sebagai medan 'jihad' yang sesungguhnya."
Aku terdiam. Jika pernikahan adalah 'jihad' atau perjuangan, mundur dari jihad adalah salah satu kebiasaan orang munafik. Dan aku sangat benci sifat munafik. Bagaimana mungkin aku rela membiarkan sifat itu ada dalam diriku?
Tapi perasaan kalut masih tersisa sebagian. Lantas aku melanjutkan pertanyaan.
"Sebenarnya pernikahan itu ujungnya apa sih, Buk? Aku selalu bingung saat mendoakannya. Misalnya, kalau berdoa tentang sekolah kan (sudah) jelas, aku minta bantuan Allah agar bisa lulus dengan baik. Soal pekerjaan, aku bisa minta ke Allah agar dibantu menyelesaikannya dengan hasil yang memuaskan. Tapi kalau pernikahan, apakah penghujungnya hanya maut?"
"Keberkahan pernikahan yang sebenarnya itu malah tidak berhenti sampai maut saja, tetapi hingga berkumpul lagi di surga-Nya. Salah satu tujuan menikah adalah lulus dalam menghadapi ujian dan cobaan hidup, tapi lebih dari itu, menikah berarti bertahan (dengan sabar dan syukur) membersamainya sampai surga. Lagipula, Da (ini cara ibuk memanggilku secara lebih dekat), sejauh usia manusia saat ini, mungkin kita tidak perlu 100 tahun untuk membuktikan cinta pada Allah lewat jihad bernama pernikahan. Tidak seperti usia Nabi Nuh yang sampai hampir 1000 tahun."
Aku kembali terdiam. Kalau dicerna ulang, aku sebenarnya sedang menangisi suatu hal yang belum tentu terjadi, pun jika itu terjadi, tentu atas izin Allah dan tidak akan selamanya. Kalau aku memilih mundur, tandanya aku mengabaikan kesempatan meraih balasan kehidupan akhirat yang jauh lebih baik dan lebih kekal.
Dari obrolan dengan AMZT dan ibuk, aku mulai kembali membangun tekad dalam hati bahwa 3 alasan utama menikah versiku adalah:
1. Menjalankan hal yang Allah suka, memilih yang halal dan meninggalkan yang haram. Menikah memang tidak mudah, tapi aku akan mampu menjalaninya karena dengan nama Allah aku memilih dan bersama Allah kehidupan pernikahan itu aku jalani.
2. Membalas cinta ibuk (yang meskipun tidak akan sanggup), aku tidak ingin melihat ibuk bersedih karena ibuk pernah bilang kalau ibuk akan sedih jika melihatku terus sendiri di saat nantinya adik-adikku memulai hidupnya yang baru. Aku akan selalu mendengar serta menjalankan nasihat yang pernah ibuk berikan dengan segenap cinta dan doa tulusnya.
Poin berikutnya memang cukup spesifik, tapi sebagai bentuk bersyukur atas karunia dari Allah berupa pertemuan.
3. Menikah itu ada banyak peluang bahagianya, aku dan AMZT punya banyak rencana kebaikan dan cita-cita dunia akhirat yang mau dicapai bersama seperti menghafal Quran, belajar, beribadah, hingga meraih surga.
Jadi, aku harus siap kalau kali ini Allah menjawab dengan kata 'ya' atas doa agar didekatkan, dimudahkan, dan diberkahi jika AMZT baik bagiku, agamaku, dunia dan akhiratku. Bukan malah kabur atau mundur seperti ubur-ubur. Hehe.
Meski tubuh dan pikiranku lelah, hatiku sudah jauh lebih tenang. Alhamdulillaahirabbil'alamiin...
#menulis#catatan#november#alasan#utama#perlu diingat#mencariyangke12#belajar#bertumbuh#berbagi#bermanfaat
7 notes
·
View notes
Text
Expectation Management
Keren ya headline nya wkwk
Seni mengendalikan ekspektasi. Menurut gue, ekspektasi ini erat kaitannya sama kecewa. Tapi porsi yang bikin emosi nggak stabil menurut gue banyakan ekspektasi daripada kecewa. Kenapa sih ekspektasi harus di manage? As simple as if something happen in the future, kita nggak akan larut dilibas rasa kecewa.
Tahun ini (dan tahun kemarin sih) kerasa banget buat gue ujian ekspektasi nya. Berbagai ujian, berbagai gagal, dan beberapa bumbu sukses di beberapa hal. Sampai kemarin pengumuman LPDP, I had high hope. Tapi ternyata belum rezeki nya. Sedih nya ada banget, tapi alhamdulillah nya, beberapa waktu sebelum pengumuman udah sempet ngobrol banyak tentang "berharap".
The main rule is always the same, we, as a human, cuma bisa mengusahakan dan berdoa, then let Allah do the rest.
إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta. Akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta. Akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga. (Hadits arbain nawawi ke 04)
Mau bagaimana pun anak cucu Adam beribadah atau bermaksiat, dunia neraka nya dia sudah ditentukan sejak ditiupkan ruh ke jasad nya. Tapi bukan berarti kita tenang-tenang ngga ibadah dan mengusahakan walau tau surga neraka udah pasti kan? Allah yang punya kuasa, siapa yang tau cap di buku kita itu surga atau neraka.
Itulah kenapa meletakkan ekspektasi di tengah-tengah itu penting banget. Ekspektasi tetap harus ada, supaya dalam berjalan pathway nya terlihat jelas mau diarahkan kemana langkah kaki ini. Tapi jangan sampai dia terlalu tinggi. Kalau memang menurut Allah itu bukan yang terbaik untuk kita, accept that. Turunkan lagi ekspektasi nya, atau mungkin waktu nya pivoting? Kita habiskan jatah gagal itu selagi umur masih ada kan?
Dunia itu udah ada garis nya, jadi yang bukan punya gue ya ngga akan pernah gue cicipin. Tapi bisa jadi punya gue itu jauh lebih baik daripada apa-apa yang jadi ekspektasi gue sendiri. Memelihara ekspektasi tetap di ambang batas nya jadi skill penting untuk tetep waras. Dengan berbagai godaan dunia yang masyaAllah banyak nya ini kan, hasrat dan keinginan kita sebagai manusia juga pasti macem-macem.
Maintain our expectation below the red line itu menurut gue, salah satu cara nya dengan memberbarui niat di setiap saat akan mulai berkegiatan, atau setiap akan memulai hari. Bahwa mimpi gue yang saat ini mau dicapai itu hanya salah satu wasilah atau jalan yang akan membawa gue mencapai visi misi hidup sebagai manusia di dunia ini. Bahwa jalan yang gue pilih ini baru satu diantara berjuta jalan lainnya yang Allah bentang di muka bumi. Bahwa ada beribu pintu-pintu kebaikan yang akan terbuka apapun hasil yang gue dapat di titik ini.
Iya ini ngomong nya aja gampang wkwk, puk puk diri sendiri emang the most effective way buat gue supaya lebih tenang. So, ayo mari berjuang lagi. Mari kita usahakan mimpi-mimpi besar itu walau sambil jungkir balik yaAllah yaAllah. InsyaAllah, ada waktu nya, ada masa nya.
9 notes
·
View notes
Text
Dalam letihnya mengukir kemenangan didalam Medan juang akan terdapat ujian yang membersamainya. Hal itu hadir sebagai penguat Azam dan tekad kita dijalan-Nya.
Tak luput pula jalan ini menjadi sepi, tak menarik, tak relevan, dan tak memberikan keuntungan bagi orang yang tergerus keikhlasannya dan tergoncang keimanannya.
Banyak pejuang Islam merasa putus asa, tersebab perjuangan mereka belum membuahkan hasil. Sebagian mereka telah puluhan tahun berjuang untuk menegakkan Syariat Islam, namun hasilnya tidak jelas.
Ada juga sebagian berjuang membangun ekonomi umat, namun faktanya ekonomi umat Muslim masih tergolong marginal. Ada juga yang berjuang membangun pendidikan Islam, tetapi sayang hasilnya hanya bisa dinikmati oleh keluarga keluarga yang mapan saja.
Ada yang siang-malamnya membangun dakwah, tetapi kerusakan moral di masyarakat khususnya dikalangan pemuda semakin parah. Tak lupa pula ada yang berjuang memperbaiki kondisi politik, tetapi malah terseret fitnah harta dan kekuasaan.
Dan ada beberapa perjuangan dengan hasil yang kurang menggembirakan lainnya.
Hasil mengecewakan dalam perjuangannl ini, membuat banyak pejuang Islam berguguran dari jalan dakwah. Mereka menarik diri dari kegiatan-kegiatan keislaman. Ada yang sudah tak peduli dengan urusan agama, ada yang menjadi penentang bahkan memusuhi Islam itu sendiri ataupun setidaknya mereka mempengaruhi pejuang-pejuang muda agar berhenti membela agama. Sungguh sangat memprihatinkan.
Kita yang dibesarkan oleh pemahaman yang tidak parsial, akan paham bahwa untuk mewujudkan kemenangan itu sudah pasti banyak proses dan lika-likunya. Dan hal itu berlaku dalam segala macam bentuk perjuangan, terutama perjuangan agama, cobaan dan tantangannya lebih berat lagi.
Seorang pejuang Islam mestilah memiliki keyakinan yang teguh, sebelum ia terjun perjuangan agama, sejak zaman para Nabi dan Rasulullah para pejuang selalu dihadapkan pada cobaan cobaan yang tidaklah ringan.
Tetapi bukankah begitulah ujian bagi seorang pejuang di jalan-Nya. Lantas apa yang menyebabkan keteguhanmu itu hancur?
Allah sendiri bilang dalam firman-Nya QS Al-Baqarah: 214 : "Apakah kalian mengira akan masuk surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) seperti yang terjadi pada orang-orang sebelum kalian? Mereka itu tertimpa bencana, kesengsaraan, dan diguncang (dengan bermacam cobaan) hingga Rasul dak orang-orang beriman yang bersamanya berkata : kapan datang pertolongan Allah ? Ketahuilah, bahkan pertolongan Allah itu sudah dekat."
Maka untuk yang masih bertahan, dengan segenap hati yang tulus berdoalah, berdoalah agar keteguhan mu tidak sedikitpun tergerus. Alquran mengajarkan doa yang indah dalam QS Al-Baqarah ayat 286 : " Wahai Rabb kami, janganlah Engkau menghukum kami, jika kami terlupa atau jatuh dari kesalahan. Wahai Rabb kami, janganlah Engkau memukulkan kepada kami beban berat seperti yang Engkau berikan kepada orang-orang sebelum kami (umat-umat terdahulu). Wahai Rabb kami, janganlah Engkau bebani kami dengan sesuatu yang kamu tak sanggup memukulnya. Ampunilah kami, Rahmatilah kami, Engkau adalah Pelindung kami, tolonglah kami menghadapi kaum yang kafir."
Wahai diri yang sedang terombang ambing dalam lautan ujian, kuatkan peganganmu pada tali Allah, terus teguhkan keyakinan untuk terus berada dijalanNya. Ramai ataupun sepi, terang ataupun redup, kokoh ataupun rapu jangan pernah berbalik arah ataupun pergi meninggalkan-Nya. Kau tak punya siapapun, kau hanya punya Allah, dalam hal ini kuatkan imanmu selalu. Allah akan terus bersamamu dan akan terus menolongmu tanpa engkau tau.
-Abubua
7 notes
·
View notes
Text
Tidak ada yang kebetulan di dunia ini
Masih terekam jelas masa-masa sulit untuk bisa ikut dauroh ramadhan yang syahdu ini, dauroh yang sudah sejak lama aku idam-idamkan untuk ikut serta, yang sudah ku nanti-nantikan kehadirnya dari jauh-jauh hari, minggu bahkan bulan. Hingga pada akhirnya pendaftaran dauroh itu dibuka, lega dan bahagia sebab bisa ku katakan aku termasuk awail (pendaftar pertama), tapi ternyata kebahagian itu sirna dalam sekejapan malam.
Yang ku sangka pendaftaran hanya sebatas kirim pesan dg menyertakan nama tapi ternyata tidak berakhir sampai disitu. Al hasil aku tidak termasuk sebagai pendaftar karna telat memberi kabar dan kuota nya sudah terisi penuh. Kecewa pasti, nyesek dan nangis banget karna dauroh ini yg aku tunggu-tunggu. Saat itu cuma bisa berdoa dan minta doa sama teman-teman yang sedang ibadah di tanah suci ' agar hati ini Allah buat ridho menerima segala ketetapanNya ', karna memang sekecewa itu yang ku rasakan.
Alhamdulillah karna kekuatan doa, Allah buat hati ini lapang ya dah lah wes legowo, tahun depan insyaallah masih bisa ikut dan mungkin diantara hikmahNya Allah mau aku beradaptasi dengan lingkungan ku yang baru (baru pindah rumah).
Selang sehari tepatnya H-3 ramadhan dapet chat masuk dari panitia dauroh, beliau bilang 'aku bisa untuk ikut serta dauroh karna ada kuota tambahan', ah lagi dan lagi yang ku kira mustahil rasanya untuk kesana tapi kalau Allah sudah berkehendak ya maka jadilah. Aku gabisa untuk berungkap apa apa karna saking bahagianya, se sosweet itu emang Allah buat skenario ini. Ya mungkin aja kalo aku ga ngelalui hal kayak gini dulu, aku gaakan benar-benar menikmati setiap moment selama disana.
Pas jalan menuju alexandria ada salah satu ustad menyampaikan kalam mutiara seorang imam (aku lupa namanya), bunyinya seperti ini :
" من كانت بدايته محرقة كانت نهايته مشرقة "
barang siapa yang di awal mula penuh dengan perjuangan, diakhirnya ia akan jadi pemenang.
kurleb artiannya seperti itu, seketika saat beliau berkata seperti itu disaat itu pula (pas awal jalan menuju alexandria) ga terasa air mata ngalir. Dan benar adanya kini usai sudah dauroh itu dilaksanakan perasaan bahagia, bersyukur ga berhenti-henti ku rasakan. YaAllah emang se indah ini kah skenario yang Engkau rancangkan untukku, maafkan aku yang sempat membenci apa yang telah Engkau tetapkan padaku padahal apa yang Engkau beri adalah yang terbaik untukku.
Alhamdulillah yarabbanaa.
5 notes
·
View notes
Text
Harapan
Sore itu aku mengirimkan pesan singkat padamu bahwa aku sedang sakit perut dan tak sanggup memasak. Bahan makanan didapur juga sudah habis, terlebih aku pun tidak ada uang cash kala itu.
Aku: "Ay, aku lagi sakit perut, beli makan ya"
Kamu: "Okay..."
Singkat, padat dan jelas. Ya begitulah dirimu. Sekian banyak sebutan yang sudah aku sangdangkan untukmu. Pria datar, pria tissu, pria lurus ataupun pria tembok. Wkwkwkwk
Laki-laki itu yang telah meminangku 4 tahun yang lalu. Sedatar itu setiap perkataannya. Apalagi kami menjalani LDR 2 sampai 3 hari dalam seminggu karna pekerjaannya di luar kota. Terkadang rindu saat awal-awal menikah, kami LDR 2 minggu sekali saat baterai handphone selalu cepat habis saat tengah malam karena keasyikan kami bertelpon. Atau kadang juga ingin sekali seperti pasangan lain yang teramat sering berkomunikasi saat berjauhan. Tapi lain halnya dengan ku. Kami pasti berkomunikasi, tapi sangat singkat. Bahkan kadang kamu menelpon hanya untuk mengabarkan sesuatu kemudian mengakhiri dengan alasan capek sudah seharian kerja.
Lalu kau anggap aku apa bang?
Aku memang memiliki telinga untuk mendengar, tapi aku juga punya mulut untuk berbicara, bertanya dan bercerita tentang ku dan anak-anak dihari itu. Tapi kesempatan pertama pun tak kau berikan, apalagi kesempatan kedua bang. Wkwkwk. Yah mau gimana lagi, kumaklumi hari itu.
Kembali ke percakapan diatas. Kamu pun pulang setelah petang datang. Tak kulihat ada buah tangan yang sekiranya kau bawa untukku. Aku masih berprasangka baik. "Mungkin tertinggal dimobil", pikirku dalam hati. Aku bergegas menuju mobil, ku susuri jok depan sampai bagasi. Tapi nyatanya hasil nya nihil. Tak ada satupun tas kresek yang ku temukan disana.
Suami ku oh suamiku. Betapa spesialnya dirimu. Hingga aku tak kuat dengan kelempenganmu yang semakin hari semakin membuatku terpana. Aku mencoba mempersiapkan mentalku untuk bertanya. Tapi sepertinya hati ku sudah terlanjur kecewa. Harapan yang sudah ku terbangkan setinggi, terpaksa jatuh hingga sejatuh-jatuhnya. Tak terasa pipiku sudah basah oleh bulir-bulir air mata. Sesak rasanya dada ini. Tapi harus ku buang jauh-jauh ekspektasi ku untuk suami surgaku. Karena apa yang ada dirinya akan kuusahakan menjadi sebuah kelebihan, agar aku senantiasa cinta atas ridho-Nya.
3 notes
·
View notes
Text
Taman Kehidupan
Memulai menulis review buku, so when I see the post, I can feel and imagine, hikmah yang didapat ketika membaca buku tsb.
Start with the book by Ust. Amar Risalah, tentang hikmah2 cerita siroh yg jarang dibahas secara tekstual. Why? Karena selama ini buki siroh yg kubaca sebagian besar menceritakan kronologis sehingga tak semua bagian bisa kumaknai hikmahnya dengan jelas.
Buku ini bercerita dibalik kisah2 Rasulullah SAW. dan sahabat2 beliau r.a. dengan menitikberatkan hikmah yg bisa kita petik untuk kehidupan kita.
Here's some of them!
1. Sang Ayah dan Putri²nya
Pernahkah kita terbesit bagaimana POV putri² Nabi SAW dalam pendidikan dari beliau sebelum dan setelah masa nubuwah? This book told us about it! Bagaimana Rasulullah SAW dan Khadijah r.a. mengajarkan putri²nya tentang kebaikan2 terhadap masyarakat Makkah saat itu, saat Rasulullah SAW dilekatkan gelar Al-Amin. Rasulullah SAW mengajarkan dengan amalan yang bisa dilihat dan dipraktikkan oleh putri²nya. Namun, ketika turun Ayat pertama turun, kehidupan mereka tak akan sama seperti sebelumnya.
Mereka melihat sisi jahiliyyah kota Makkah saat itu, terutama terhadap perermpuan, dan mereka sadar akan Misi kenabian ayah mereka. Allah memilih mereka sebagai perempuan di sekitar Nabi SAW yg akan mengembalikan hak2 orang pada tempatnya.
Setelah diturunkan perintah nubuwah, mereka mendapati berbagai tekanan yg berat, dari boikot, harta yg makin menipis, hijrah, hingga tahun kesedihan sepanjang membersamai dakwah ayah mereka.
Sebab, ayah dan ibu mereka membuat mereka paham bagaimana hanya berharao pada kasih sayang sejati hanya kepada Allah, berharap pada manusia adalah hal yg sia2. Mereka adalah putri kandung dakwah yg tak sedikitpun mencela perjuangan ayah dan ibu mereka.
2. Cita²
Ingatlah kisah perang khandaq, dimana umat muslim dikepung di Madinah dengan parit di sekelilingnya. Dalam keadaan paling mendesak, Rasulullah SAW menyampaikan impian2 islam yg akan diraih kedepannya, penaklukkan persia dan roma.
Seorang muslim adalah mereka yg penuh cita2 dan tidak berhenti sejenak pun untuk mewujudkannya. Mereka yakin cita2 itu pasti akan terwujud!
3. Tekad dan Tawakkal
Ingat kisah perang uhud, dimana chaos sudah terjadi sejak rapat menentukan bertahan di dalam kota atau berperang di luar, diikuti pengkhianatan Abdullah bin Ubay, turunnya pasukan pemanah, hingga sahabat2 yg berjuang hingga akhir di dekat Rasulullah SAW.
Meski sebelumnya Rasulullah SAW sudah bermimpi tentang kejadian yg akan terjadi, Beliau SAW tidak terlalu lama meratap, karena Allah berfirman dalam surat Ali Imran : 167 tentang ketetapan Allah.
Keteguhan hati dalam dakwah untuk menghadapi pengkhianatan, kelalaian, maupun kekosongan tentu akan menimpa kita. Sehingga akan tampak siapa yg nyata berjuang karena-Nya dan siapakah yg dibelokkan oleh-Nya
Untuk keutuhan gerakan, bersabarlah. Bila ada hasil syuro, bertawakkallah. Maju dan biar Allah yang memutuskan!
4. Teman
Ingatlah kisah Isra' Mi'raj, dimana Nabi SAW didustakan banyak orang, kecuali Abu Bakar Ash-Shiddiq!. Di medan dakwah carilah Ash-Shiddiq yang siap membela islam yang sedang kau perjuangkan, membenarkan dirimu, saat orang2 menertawakanmu.
Dan saat semua orang menertawakan dakwah ini, jadilah Abu-Bakar Ash-Shiddiq yang membenarkannya!
5. Kota dan Desa
Coba baca kisah Zahir dari desa yang bercakap dengan Nabi SAW. Kisah tsb menceritakan bahwa Nabi SAW memiliki mu'jizat jawami'ul kalam, bisa dipahamu orang 'kota' tapi juga diakrabi orang 'desa'
Bisa dikutip scr ilmiah, mudah dipahami dengan sederhana untuk pelosok. Ini juga tugas kita sebagai da'i, khususnya diri ini yg menempuh karir dalam kedokteran. Bahasakan edukasi yg ilmiah namun mudah dipahami!
6. Meninggalnya seorang pahlawan
Haruskah heroik? Penuh darah? Akibat pengkhianatan orang lain?
Tidak. Rasulullah SAW meninggal di atas kasur di dalam pangkuan istri beliau. Namun, beliau meninggalkan generasi yg sudah siap berkembang dan tidak meninggalkan kekosongan.
Kematian seorang pahlawan sejati adalah kematian yang telah mempersiapkan kehidupan orang yg selama ini bersamanya. Akhiri generasi/kepemimpinan kita dengan barisan baru yang sudah siap melanjutkan kisah kita.
To be continued...
6 notes
·
View notes
Text
bunga yg gugur sebelum mekar
30 pertanyaan itu tidak ada artinya, mungkin ada sebagian. Tapi di bulan menuju ketiga, aku masih bisa menyisir ego-ego. ya, ego itu banyak dalam dada. saking banyaknya, sering sakit dan kambuh pada pagi hari, siang, sore, atau menjelang tidur.
kini bukan lagi menyalahkan siapa dan mengapa, tapi kata konten yang lewat, apakah pelajaran- kekuatan- yg kamu dapatkan?
beberapa rasa sakit yg lewat kadang menggerayangi saat scroll foto-foto bahagia dan se ideal itu. Tapi ingat, katanya setiap nabi yg dikisahkan dalam Alquran memang tidak seideal itu.
bunga-bunga yg aku susun perlahan, segala rencana abcde, rasanya sirna. Ia dimakan buih dalam satu hentakan ombak. Kini, aku hanya bisa berpegangan pada kayu yg menancap pada pasir.
berbagai solusi diusahakan, diupayakan, satu-satu. usaha tidak mengkhianati hasil? its just a common bullshit. usaha pasti ada yg mengkhianati hasil. ada.
saat usaha itu terkhianati, rasanya dunia seperti berjalan biasa. menelan pil-pil pahit yang benar-benar di luar nalar dan di luar bayangan seperti menjadi hambar. bisa kumakan bersamaan.
lalu, apa itu menjadi tanggungan, menjadi bersama, memupuk cita-cita bersama? lalu apa juga memiliki rumah bersama, menjadi sirna. kemudian aku perlahan menata rasa, menata harapan (yang benar-benar hilang), menata do'a.
Tak ada guna mempertanyakan apa hal-hal yg aku telah lakukan sejak dulu sehingga kejadian ini menimpaku?
aku sudah tidak sedih pun menangis. keringnya telah menjadi retak.
yang kulakukan hanya tetap berjalan menghabiskan waktu, menikmati setiap nikmat dan anugerah, menggantungkan kesulitan pada-Nya, menjalankan peran-peran baru yang tetap aku lakukan, menikmati hari ini, dan menghitung lapis keberkahan.
Do i deserve these?
What things should i deserve
Ku harus sadar tak semua bisa ku tenangkan Ku harus sadar tak semua bisa ku menangkan Kuatku ada batasnya Bertahun terus terluka Lelahku jelas terasa Semua ini untuk apa? Menangis lupa caranya Bersandar sama siapa? Ragaku tak punya nyawa Semua ini untuk apa?
youtube
0 notes
Text
Mau kawin? Tak semudah ucapan di bibir
Cinta itu sederhana. Sesederhana pesona dirimu yang telah memikatku. Tapi pada nyatanya, biaya nikah itu tak terlalu sederhana seperti yang saya pikirkan.
Memang susah dan sedih rasanya ketika kita dihadapkan dengan pertanyaan KAPAN KAWIN? SUDAH UMUR BERAPA? TEMAN-TEMANMU SUDAH PADA KAWIN. IBU DAN BAPAK JUGA SUDAH TAK SABAR MENIMANG CUCU DARIMU.
Pertanyaan itu memang layaknya sebuah gelombang tsunami yang tak akan mampu untuk kita hindari. Bingung, galau, resah, pasrah dan masih banyak perasaan dan kata-kata lain untuk mengungkapkannya. Apalagi ketika semua hal yang sudah dipersiapkan terasa sia-sia. Dan yang lebih menyayat hati “Calon pun tak ada”.
Sebagian besar penghuni di bumi ini apalagi yang berada diperantauan, pasti banyak yang merasa demikian. Sudah jauh dari orang tua, sahabat, teman lama, dan tentunya orang yang dicinta. Semua itu, sudah pasti akan menambah daftar kegalauan di hati para khalayak muda yang mulai mendambakan cinta. Terlebih ketika semua kegiatan sehari-hari tak kunjung mengobati semua pedih di hati.
Tapi, tak usah berkecil hati. Semua itu akan ada saatnya. Akan ada saatnya ketika hati kita tak lagi sepi. Akan ada saatnya ketika hidup kita terasa lebih berarti dan berwarna-warni. Dan Pertanyaannya. KAPAN? Kapan saat itu tiba? Kapan saat itu benar-benar ada dan nyata?
Ketika kita sudah sungguh-sungguh mengubah hal yang abstrak menjadi layak untuk diusahakan.
Sudahkah kalian bertanya pada diri sendiri. Kira-kira hal apa saja yang membuat kalian tetap sendiri sampai saat ini? Terlalu sibuk dengan pekerjaan mungkin atau punya target yang terlalu high class seperti sederet artis cantik lainnya. Atau mungkin malah sebaliknya. Kurang percaya diri dan minder atas pemberian Tuhan pada diri kalian. Hehehe. Percayalah, Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai kekurangan beserta kelebihannya. Seperti semua yang sudah engkau yakini selama ini.
Tidak ada salahnya punya keinginan yang muluk seperti itu. Semua itu mungkin, ketika engkau sudah mulai membenahi diri menjadi pribadi yang lebih baik. Memantaskan dirimu untuk mendapatkan semua mimpi-mimpimu. Memantaskan dirimu untuk pasangan yang terbaik seperti yang kau idam-idamkan. Mengubah semua hal-hal abstrak dalam mimpimu menjadi sebuah hal nyata dalam hidupmu. Selalu usahakan yang terbaik dan dapatkan hasil yang “paling baik”.
Ketika kita sudah lebih mendekatkan diri dengan-NYA, Pemilik seluruh hati.
Ketika dirimu meyakini bahwa Tuhamu akan memberikan yang terbaik untukmu. Maka Tuhan juga akan memberikan yang terbaik untukmu. DIAlah satu-satunya harapan, satu-satunya tumpuan hidup, satu-satunya yang pemberi kemudahan bagi semua jalan. Pemilik cinta dan pemilik seluruh hati. Mintalah padaNYA apapun yang engkau inginkan. Ceritakan apapun beban dan keluh kesah yang menghampiri hidupmu. Panjatkan semua doa-doamu.
Mungkin kebanyakan orang menganggap hal ini sebagai sesuatu yang remeh. Sesuatu yang memang sudah harusnya dilakukan. Sesuatu yang mendasar yang sudah diketahui banyak orang di dunia ini. Iya. memang benar. Hal paling dasar yang seharusnya diketahui. Tapi tak banyak yang meyakini. Kebanyakan orang berlomba-lomba menarik hati sang pujaan hati, tapi lupa pada yang punya hati. Dekatkanlah dirimu dengan pemilik hatimu, juga pemilik hati calon pendamping hidupmu.
“Berusaha memang sudah seharusnya dilakukan, tapi sebuah usaha tanpa doa. Seperti sebuah lukisan diatas air yang tak berarti apa-apa . Semuanya, akan terasa sia-sia”.
Ketika sudah banyak yang dikorbankan untuk meraihnya.
“Masa depan yang bahagia adalah masa depan yang dipikirkan secara rasional”
Jika sudah berbicara dengan yang namanya rasional. Maka banyak hal yang akan terlintas. Seperti tidak percaya dengan rejeki yang sudah diatur Tuhan dan sebagainya. Cinta jelas tak bisa diprediksi. Selain itu, cinta ibarat biji yang tak bisa tumbuh subur tanpa air dan pupuk yang cukup. Tak dapat berbunga dan berbuah jika sinar matahari hingga humus dalam tanah pun tak dipenuhi. Itu alasan mengapa kita harus melakukan banyak usaha. Ketika harus mengambil lembur dalam suatu pekerjaan. Janganlah mengeluh. Itu semua untuk masa depanmu. Ketika waktu luangmu sudah semakin menipis. Percayalah, akan banyak waktu luang di masa depanmu ketika engkau berjuang keras di masa mudamu.
Ketika mulai memasuki bagian yang tidak seindah omongan. Tak akan bisa menutup mata bahwa kebahagiaan itu hanya akan ada jika kita mampu menggapainya. Harus disertai dengan tekad yang bulat, target yang jelas, usaha maksimal dan doa yang banyak.
Sudahkah hal-hal itu kau kerjakan? Jika sudah. Tunggulah dan Percayalah. Cintamu akan segera datang dan sudah dipastikan kau akan mengakhiri dan menjawab pertanyaan KAPAN KAWIN dengan senyum penuh kemenangan di dalam hati.
0 notes
Text
Untuk Kakakku yang Sedang Berulang Tahun
(Telat satu hari, tetap bisa dirayakan, kan?)
Selamat tanggal 29 Mei yang ke 29 kalinya.
Kalau dari lagu legend-nya bulan Mei, “Kami dari…, 27 bulan Mei. Bulan Mei. Ayo dong, bantai kami! Kalo elo punya nyali.” (bacanya pakai nada, yak).
“Mbak Ris”, adalah panggilanku kepadamu sedari kecil. Kadang juga, aku akan memanggilmu, “Oryza”. Kau tak pernah marah, ketika aku memanggilmu dengan sebutan apa pun, bahkan jika aku memanggilmu, “Oryza Jelek”. Kau hanya akan tertawa sambil membalasku dengan lebih sarkas dan tajam.
Kau yang sering aku sebut dengan, “Mbak Ris, hehehe.”, ketika aku membutuhkan bantuanmu. Harus diakhiri dengan senyuman manis, namun penuh dengan makna menginginkan sesuatu. Dan kau akan menjawab dengan sangat sigap dan begitu semangat, “NGGAK!”. Namun begitu, kau tetap akan menuruti kemauan adik-adikmu.
Hi, Oryza! Aku tak yakin kau bisa menemukan pesan ini, atau bahkan membacanya. Tapi siapa yang akan tahu nantinya, bukan? Jika nanti kau bisa menemukan tulisan jelek ini, lalu membacanya, kali ini aku benar-benar menginginkan sesuatu yang bisa kau upayakan. Dengan cara apa pun, bahkan jika harus menyogok Tuhan pun, aku ingin melakukannya.
Begini. Yang pertama, aku ingin mengucapkan permohonan maaf yang begitu sangat ingin aku sampaikan secara langsung, namun apa lah daya, aku melihatmu saja, sudah ketakutan. Untuk segala hal yang ku buat dan membuatmu marah hingga benci dan kecewa, aku benar-benar meminta kemurahan hatimu untuk memaafkanku.
Kedua, mungkin kau selalu mengira bahwa aku tak pernah mengucapkan kata “terima kasih”, setelah semua hal yang kau berikan. Sesungguhnya, aku selalu merayakannyan dengan menulis pada buku harianku, atas hal kebaikan yang kau berikan. Aku sangat berterima kasih.
Dan yang ketiga, aku selalu terpukul dan sedih ketika kau merasa sakit. Sejak kecil, aku selalu merasa kasihan dan sedih, ketika kau harus merasakan hal yang begitu pedih. Saat kau terpukul, saat kau takut, saat kau kecewa, dan bahkan saat kau sakit. Aku selalu ikut merasakannya. Dan mungkin, kau mengira, aku tak pernah peduli. Hanya karena aku tak pernah menunjukkan mimik wajah atas rasa peduliku kepadamu. Bahkan kau tahu, setiap kau sakit atau ingin sendiri, seisi rumah selalu memintaku untuk mendekatimu. Meskipun aku takut akan peringaimu, namun aku terjang dengan rasa peduliku yang begitu dalam. Aku akan selalu membantumu dan tak akan rela untuk kau merasa sendirian.
Keempat, aku benar benar lupa, bahwa kemarin adalah tanggal 29. Ya, hari kelahiranmu. Karena pada biasanya, kau selalu pulang membawa buah tangan untuk kami, saat tanggal 29 Mei, guna perayaan bersama. Namun tahun ini berbeda. Benar sekali, karena kau sudah bersuami. Bahkan aku tak ingat sekali pun. Namun, sejak pagi ini, dalam benakku selalu muncul jiwamu. Hingga malam ini, ada yang menekan bel pintu rumah, orang rumah berpikir bahwa itu tamu (orang lain), namun aku menebak bahwa itu kamu. Dan ternyata benar, itu memang kamu.
Kamu datang tak seperti biasanya. Biasanya setiap kau datang, pasti akan ada teriakan khas darimu untuk memanggil nama Osin. Kali ini berbeda. Kau memanggil nama, “Mother…, mother mana?” Di situ perasaanku sudah merasa tak nyaman.
Saat matamu menemukan keberadaan ibu, kau langsung berkata tanpa ada keraguan di dalamnya, namun terlihat jelas rasa sakit untuk menahannya dari matamu, “Aku harus operasi lagi, buk!”
Semua yang dengar kaget, aku pun sangat kaget juga. Kami pikir, harus operasi usus buntu kembali. Karena sebelumnya, kau telah mengalami operasi usus buntu. Ternyata kami salah.
“Operasi kista. Aku didiagnosa kista.”, katamu dengan sangat tegar dan tenang.
Lalu kau menjelaskan apa yang kau rasakan dan hasil laboratorium juga USG sementara.
Pikiran dan jiwaku tak tenang, ketika kau menambahi ucapanmu dari hasil pemeriksaan. Bahwa dokter menyampaikan, penyakit yang kau alami ini, bisa mengarah ke kanker. Namun, perlu uji klinis lebih dalam lagi, yaitu operasi besar.
Hi, Oryza.
Aku sangat yakin, kau bisa tenang dalam ucapammu. Namun begitu terlihat juga rasa cemasmu. Aku sangat terpukul mendengarnya, dan begitu sedih, takut, cemas, juga khawatir.
Kali ini aku benar-benar minta kepadamu, untuk kau tetap semangat dan jangan pernah merasa sendirian. Kami selalu ada, meski kita sudah tak dekat. Aku akan berusaha lebih kuat dalam menyogok Tuhan agar kau bisa sembuh dan selamat. Kau pasti sembuh!
Sekali lagi, selamat merayakan 29!
Kadomu tahun ini sangat berarti. Ini kado dari Sang Kuasa. Ia ingin melihatmu lebih kuat dan menghapus segala dosa dan kesalahanmu.
Dari adikmu yang penuh salahnya, dan akan selalu membuatmu tak merasakan sendirian.
0 notes
Text
Semua manusia itu Bodoh, namun hanya sebagian yang mau Belajar.
Mau kita bahas dari sudut manapun, faktanya semua manusia itu bodoh. Semua manusia pasti melakukan sebuah kesalahan, pasti disuatu masa manusia mengambil keputusan yang salah. tidak dapat dipungkiri manusia memang tempatnya salah.
Jika kita mau mempertanyakan hal ini, ada 2 sudut pandang yang bisa kita jadikan acuan. 1. Agama : Sejatinya Tuhan pasti mengangap umatnya bodoh, karena Ia dengan jelas dalam beberapa perintahnya memerintahkan kita untuk belajar dan mencari ilmu. ilmu apapun itu namun Tuhan terus memerintahkan kita mencari ilmu sebanyak mungkin, karena Tuhan tau umat nya bodoh dan harus terus belajar. Dilihat dari setiap keputusannya pun sama, Tuhan memberikan kita ujian dalam perjalanan hidup tidak lain ya untuk belajar, agar kita mau terus berkembang. agar manusia terus memperbaiki diri, karna Tuhan mengangap kita bodoh, dan memerintahkan manusia untuk terus belajar.
2. Science : ketika saya menyebutkan bahwa semua manusia bodoh itupun termasuk para ilmuan tentunya. gelar profesor bahkan guru besar sekalipun termasuk kedalam "semua manusia itu bodoh", maka dari itu mereka para ilmuan itu harus terus melakukan penelitian. Mereka tidak tau apa hasil dari setiap penelitian yang akan mereka mulai, itulah mengapa mereka memulainya. dan ketidaktahuan itu adalah sebuah kebodohan yang tidak bisa kita pungkiri. justru menjadi paradoks jadinya ketika ilmuan akan melakukan sebuah penelitian namun ilmuan tersebut sudah tau secara valid hasil dari penelitian yang akan dia lakukan, lalu untuk apa ia melakukan penelitian tersebut? faktanya saja hanya berapa persen dari Bumi yang sudah manusia fahami, berapa persen dari luar Bumi yang manusia sudah bisa jelaskan secara keilmuan nya. belum jika berbicara Fisika Quantum yang bahkan bisa membuat para ilmuan terbagi menjadi beberapa kelompok interpretasinya masing-masing.
Maka kesimpulan dari sini bahwa kita harus menyadari bahwa semua manusia itu Bodoh, namun hanya sebagian yang mau belajar. jadi yang akan menjadi pembeda manusia dengan lainnya ialah apakah ia mau belajar atau tidak. maka tidaklah menjadi sebuah masalah besar ketika kita sebagai manusia membuat kesalahan, karna sejatinya kita memang bodoh. pertanyaan nya justru seharunya "lalu apa yang kita pelajari dari sebuah kesalahan ini?", "apa yang bisa kita lakukan untuk masalah ini?", "apa yang menjadi sebuah pembelajaran untuk bisa kita berikan kepada manusia lain?".
#semuamanusiabodoh #pelajaran #belajarlagi #ilmuanjugabodoh #pemukaagamapunsama #hikmah
0 notes
Text
BUTTER BATTLE versi ngueh
Fyi, butter atau mentega itu sangat jauh berbeda dari yang namanya margarin. Baik dari rasa, aroma, tekstur, harga, sampai hasil akhir masakan. Udah jelas butter itu top tiernya, dijamin bikin makanan lo semakin premium.
Meski bikin rasanya makin premium, tetapi selama gue nyemplung di dunia perbakingan ini butter emang cocoknya dicampur sama margarin. Gue gak begitu suka kalau full butter semua, apalagi buat kukis dan bolu. Lebih baik dicampur (ngirit jugasih hehe), balik lagi dengan selera sih.
Yuklah cek battlenya dimari:
Wysman
Siapa sihhhh orang Indo yang gak kenal sama nih merek?? Musim hari raya tiba nih produk mendadak melonjak harganya dan gak jarang langka.
Pernah baca di blog lain yang bertanya-tanya kenapa orang Indo itu sangat ketergantungan sama Wysman? Gak ada jawabannya juga. Kalau gue sih karena mentega ini udah jadi resep turun temurun, jadi dirasa bakal menurunkan kualitas kalau ganti produk.
Soal harga sudah jelas mahal sekali, eman-eman pakenya juga. Beli 1/4 biasanya sekitar 48 ribuan dan bisa naik menjelang lebaran. Teksturnya lembut banget, seperti butter pada umumnya dia mudah mencari. Aroma sudah jelas semerbak butter yang rich dipadu bau susu gitu.
Wysman udah paling pas diolah buat kukis dan bolu. Dulu pernah nyoba martabak Wysman tapi blenger banget, gak cocok karena rasanya yang begitu creamy berlemak. Nah.
Tak perlu dijelaskan panjang x lebar lagi. Kalau kue dipakein ini udah pasti sangat premium, meski dicampur margarin pun tetep bikin harum dan rasanya semakin endul.
Conclusion:
Mahal.
Kelas premium di Indo.
Harum susu, rasa plain gak ada asinnya.
Orchid Butter
Produk butter lain yang pernah gue coba selain Wysman. Orchid butter nih produk yang jarang ditemuin waktu dulu, pokoknya agak susah nyarinya. Gak cuman blok besar, doi juga jual versi kecil-kecilnya buat olesan roti biasanya. Lebih praktis.
Dulu, Orchid butter termasuk butter yang murah seinget gue. Terakhir kali beli sekitar 35-40 ribuan untuk 215 gramnya(?) Ada yang unsalted dan salted. Gue selalu beli yang unsalted.
Karena dulu belinya buat masak, gue merasa butter ini enak-enak aja ya pas bikin masakan makin legit. Cuman waktu kemarin nyobain lagi untuk eksperimen Italian Meringue Butter malah mengecewakan.
Butternya memang cepet mencair, aroma vanilanya kuat, rasanya kurang cocok di lidah gue. Sewaktu dipakai buat bikin buttercream pun haduh sayang sekalig merusak rasa, bikin trauma pokoknya :')
Conclusion:
Cukup murah.
Sekarang gampang dibeli di supermarket.
Lebih cocok buat masakan, bukan untuk dibikin buttercream.
[UPDATED]
ANCHOR UNSALTED BUTTER
Akibat hectic bikin pesenan chiffon dan bolu marmer, gue baru sempat ngebakul kue lebaran seminggu setelahnya hahah. Sebagai bagian dari tradisi kue lebaran tiap tahunnya, gue selalu bikin Cornflake Cookies terfavorit. Khusus tahun ini pake butternya Anchor, karena wysman tak sanggup duh 1/4 udah 78ribu aja. Lumayankan butter Anchor cuma 45ribu 1/4-nya, jadi uang sisa bisa dialokasiin ke bahan lain.
Okhey, dari segi teksturnya lembek tapi gue merasa dia masih agak kokoh kalau dibandingin sama butter merek lain, ya-meski udah beberapa jam dikeluarin dari kulkas. Sementara buat aromanya cukup milky, tapi yaa gak seharum wysman punya sih.
Untuk pembuatan kukisnya gue merasa gak ada perbedaan signifikan dari teksturnya jika dicompare sama wysman, hanya dari aromanya memang jauh beda. Wysman tetap harumnya luar biasa milky, tapi Anchor juga tetep oke dan masih bisa ngehasilin semerbak bau kukis milky yang baru keluar dari oven. DAANNN untuk teksturnya juga crunchy sih, seperti biasanya gue bikin.
Conclusion:
Harga murah, bisa untuk bakulan kukis, brownies, bolu-boluan dengan kualitas menengah-premium.
Stabil di suhu ruang, punya gue gak selembek butter pada umumnya.
Aroma milky, cuman kurang senampol wysman.
OVERALL: Wysman > Anchor > Orchid Butter
220424
1 note
·
View note
Text
Ini Ceritaku tentang CPNS 2023
Berawal dari keikhlasan diri membersamai 1000 hari pertama kelahiran anakku, meletakkan sejenak ambisi karir dan memang tersebab kondisi yang belum sangat memungkinkan berkarir. Saat itu, tahun 2021 menjelang kelulusan S2-ku, ayahku meninggal dunia dan anakku baru saja lahir jadi masih dalam suasana berduka ditambah baby blues yang aku alami. Ibuku juga masih sangat butuh ditemani, pun juga aku masih sangat membutuhkan bantuannya merawat bayiku. Tahun 2021 sebenarnya ada kesempatan untuk sesegera mungkin memulai karir dosen jalur PNS, tapi tak mengapa untuk skip dulu. Dari hati terdalam selalu berdoa bahwa semua ini akan paid-off pada masanya.
Persiapanku ...
2023 menjadi awal menjajaki karir, banyak apply ke kampus tapi memang mungkin belum berjodoh. Jauh sebelum ada pembukaan Seleksi CPNS, aku sudah nyicil belajar, entah bakal ada beneran atau sekedar berita pemanis akhir tahun. Aku tipe yang belajar dengan menulis jadi aku bikin rangkuman materi sendiri yang aku kompilasi dari berbagai sumber. Latihan soal diperbanyak tapi salahnya juga masih saja banyak wkwk. Belajar dalam kondisi sangat seadanya dan semampunya. Ya belajar, ya momong, ya ngerjain perihal domestik, ya nyambi tutor online, ya penelitian. Kuawalkan seluruh persiapan karena aku jelas ga punya waktu seperti yang lain bisa ikut tryout atau bimbel. Selain memang karena duitnya juga ga ada wkwk. Sering mengawalkan hari dengan bangun sebelum subuh agar bisa belajar for saving time. Sangat mungkin terjadi seharian ga akan bisa belajar karena ada aja kerjaan rumah atau anak.
Aku belajar memaksimalkan persiapan untuk seluruh sub-materi dan belajar membaca cepat agar gets the point ketika menjawab soal (sekali baca langsung jawab). Khusus untuk matematika, aku ulangi mengerjakan soal yang sama sampai berkali-kali hingga aku benar-benar paham kira-kira alurnya bagaimana. Suamiku adalah tutorku, urusan soal hitungan dan logika hampir seluruhnya aku belajar dari dia. Setiap Sabtu dan Minggu aku di-private les sama dia. Aku juga latihan ngerjain soal di laptop biar adaptif ketika tes beneran. Mental yang aku bawa ketika tes adalah aku ga mau sekedar jadi penyemarak dan aku ga mau harus 2X kerja buat belajar matematika. Jujur aku terlemah di matematika. Tapi fun fact nya SKD ku tertinggi.
Hubungan vertikal harus dirawat
Selain ikhtiar belajar, pastilah hubungan vertikal harus semakin diperbaiki. Aku bangun jauh sebelum subuh, belajar sejenak kemudian tahajud semampuku lanjut sholat subuh kemudian belajar lagi sebentar sebelum anak bangun. Tilawah Al-Quran sudah pasti rutinitas harian. Sholat dhuha semampunya. Ibadah sunnah meski ga tiap hari, tapi ada dalam niatan untuk menargetkan dalam rentang sepekan setidaknya 'harus mengerjakan'. Sebelum berangkat tes, aku sempatkan untuk sedikit bersedekah, sekarang sangat mudah untuk sedekah tinggal transfer saja beres. Selama perjalanan menuju tempat tes, selalu berusaha menautkan hati untuk mengingat Allah.
Aku cerita begini bukan karena riak atau sombong, tapi aku ingin ngasih tau barangkali ada yang mau baca blog aku bahwa hubungan vertikal itu bawa pengaruh ke usaha kita secara fisik. Ketika menjelang tahap Tes SKD, aku sangat ketakutan jujur takut ga lolos karena aku lemah banget matematika, tapi dalam hatiku rasanya sangat dekat dan ikhlas dengan ketetapan Allah, at the end hasilnya maksimal. Beda halnya dengan jelang Tes SKB bagian CAT, aku rasanya jauh dan sangat merasa susah untuk berusaha agar hati ini dekat denganNya. Entah faktor apa aku juga ga tau, tapi aku tetap berusaha terus mendekat. Hasil tes SKB ternyata juga kurang maksimal bahkan aku sempat feeling blue setelah ngerjain tes. Meskipun untuk final keseluruhan rangkaian tes CPNS, Allah sungguh baik masih dikasih lolos hingga tahap akhir.
Semua karena Allah
Rasanya alam begitu baik, bahu membahu mewujudkan cita-citaku. Berawal dari buku latihan soal punya teman yang ketinggalan di rumah selama bertahun-tahun jadi ga perlu beli buku wkwk, Ibukku yang mau ke bekasi buat jagain anakku full selama tes, suami yang mau izin kantor dan anter kapan aja buat nemenin tes, anak yang masyaa Allah ga rewel ketika aku tes, bahkan qodarullah dapet lampu ijo terus ketika otw tes. Semua berkat Allah, tiada dua. Kalau bukan karena Allah yang mengkoordinasikan semuanya buatku, ga akan mungkin bisa serapi ini. Doaku, semoga dengan kesempatan ini akan mendekatkanku kembali dengan majelis ilmu.
Anyway, PNS is just one of the ways so it's not the main way to become a lecturer, it's also one of thousands of other decisions in life. Even being a PNS isn't always seen as beautiful by everyone, many people think this is nothing so hopefully they will remain a down to earth person.
Semoga dari ceritaku ini, bisa diambil baiknya. Semoga Allah jaga hati ini selalu merunduk pada ketaqwaan dan dijauhkan dari kesombongan. Untuk teman-teman yang akan berjuang di CPNS 2024, semoga Allah permudah usaha kalian dan lakukan yang terbaik dalam persiapan kalian. Buat yang sudah kesekian kalinya ikhtiar daftar CPNS, jangan nyerah karena kalian deserve untuk hasil yang manis dari ikhtiar kalian yang lebih keras lagi. Ga ada yang ga mungkin, jika kita mau berusaha membuktikan ke Allah bahwa kita pantas. But, once again kita ga pernah bisa memaksakan takdir maka bertawakal juga menjadi salah satu kunci yang penting.
Bekasi, 16 Januari 2023
0 notes
Text
Seri #30haribercerita di tahun 2024 ini akan menceritakan panjangnya perjalanan 'pulang'. Sebuah kata yang menjadi harapan dan keinginan, yang berulang kali dibenturkan dan dipertanyakan keadaan. Karena sungguh, 'pulang' tak sesederhana memencet layar smartphone dan memesan tiket menuju tempat tujuan. 'Pulang' adalah sebuah keinginan untuk menjawab banyak kegusaran, yang seluruhnya (insyaAllah) akan dituangkan dalam 30 episode kedepan.
Chapter #1 dari #30haribercerita
"Persimpangan Jalan"
Tanpa perlu kuceritakan kembali, dunia yang berputar disekelilingku sudah pasti tau bahwa aku ingin dan akhirnya Pulang. Jika hanya melihat latar belakang, maksud dan tujuan serta hasil dan kesimpulannya, tentu aku dan tujuanku sudah hampir tercapai sepenuhnya. Tapi aku ingat betul, pada penelitian Tugas Akhir dan Tesisku, yang menjadi landasan dan harus jelas adalah Metodologi-nya.
In short, I already got the answers for What, When, Where, Who and Why, but I want to tell you about How.
Seri pertama kuberi judul persimpangan jalan, karena begitulah benturan pertama yang kutemui. Menuntaskan studi dan pulang, kukira semuanya sesederhana itu. Menapaki jalan pulang dengan keyakinan bahwa tiap-tiap niat baik akan menemui pelabuhan baiknya. Bahwa tiap-tiap usaha dan proses tentu tidak akan mengkhianati hasilnya. Namun pada kenyataannya, medio 2019 aku sampai disebuah persimpangan jalan.
Saat itu, tujuanku seolah terlihat sudah tercapai, aku sudah kembali ke rumah. Tapi apa daya, Allah benturkan dengan sempitnya pilihan yang ada. Entah pilihan yang sempit, atau isi kepalaku yang tak luas. Saat itu hanya muncul satu opsi, sebuah pekerjaan yang ditawarkan kepadaku, tentu sesuai bidang keilmuanku, dengan banyak kemudahan dan tentu saja tawaran penghasilan yang baik. Hanya saja, pekerjaan ini tak sepenuhnya 'kukerjakan'. Saat itu tawarannya adalah untuk mempekerjakan 'ijazah' ku untuk menghasilkan uang. Aku tak perlu sering-sering pusing, semua akan mengalir. Terlihat mudah bukan? Hidup dirumah menemani Mami, tidur dan makan dengan nyaman, punya penghasilan yang tak mengharuskan aku untuk memutar kepala setiap hari.
Kenapa kusebut persimpangan? Aku ingat betul pesan orang tuaku yang sering berulang, puluhan tahun Uni kami besarkan dengan yang halal, meski mungkin tidak sebanyak yang org lain dapatkan dari orgtuanya yang berpenghasilan lebih tinggi, namun Papi dan Mami bisa pastikan bahwa kalian kami besarkan dengan yang halal.
Apakah aku mampu memastikan bahwa pekerjaan tersebut tidak halal? Wallahualam. Namun berhari-hari hidupku tidak tenang. Setiap hari kutangisi, bukan karena aku menerima pekerjaan itu, tentu tidak. Tapi karena lalai-nya aku menjaga asetku sendiri, sehingga orang lain memanfaatkannya tanpa izinku. Saat aku marah, ia berkilah hanya ingin memberikanku pekerjaan untuk bisa menetap dirumah. 'kan inginnya pulang dan dirumah. Kalau bukan disini, dimana lagi mau kerja'.
Kalimat yang tidak mungkin akan kulupakan. Dengan tegas aku sampaikan, Allah sudah sediakan rezeki bagiku, mungkin bukan disini dan tidak dengan cara ini. Aku pamit, tentu saja tak lupa mengucapkan salam dan kujabat tangannya. Sesampainya dirumah, itulah hari pertama aku berhenti gusar dan menangisi kejadian ini. Aku yakin aku menang, meski mungkin pada sudut pandang dunia aku terlihat kalah. Tidak satupun sekitarku menentang keputusanku, Mami dan Adik-Adik pun bahagia aku memutuskan tidak jadi 'bekerja'. "Kalau hanya sekedar makan, jajan, dan hidup nyaman, Mami masih bisa sediakan untuk Uni. Kita belum butuh uang mereka". Lantang Mami menyepakatiku. Hilang semua gusarku.
Persimpangan jalan ini bertanya, kemana kali ini akan melangkah? Banyak pertimbangan yang berputar dikepalaku. Sepertinya cerita pulang ini harus diundur sejenak. Hingga akhirnya Aku dan Mami sepakat, mungkin aku harus berangkat lagi untuk kemudian bisa Pulang kembali. Begitulah, akhirnya Agustus 2019, aku kembali Pergi dengan tujuan akhir bisa kembali Pulang.
...
Soon,
Chapter #2 dari #30haribercerita
"Nyaman dalam Ketidakpastian"
1 note
·
View note
Text
Hello, wa'alaykumussalam Cappadocia. "it's my dream! my dream, mas!" hahahaha, malah jadi scene Layangan Putus, yang nonton pasti tahu hahaha.
Aku kira tahun 2023 tidak akan sechallenging 2020-2022 tapi maasyaa allah ternyata sangat seru!
Aku mau cerita tentang perjalanan aku berdamai dengan beberapa penyakit.
Awal tahun tepatnya Februari aku harus sakit tipes, campak dan ISPA; tak hanya itu masih drama sakit tipes lagi selama Juli sampai dua kali kambuh; selesai dengan itu November dokter menyatakan ada batu empedu di dalam tubuh aku. huuuh, panik? jelas awalnya panik, tapi alhamdulillah everything is okay. Jujur sih tak seperti tahun-tahun sebelumnya, sakit tahun ini tuh beneran aku yang cuma tidur, bangun hanya untuk makan, sholat, mandi, dan ke toilet.
Emang ga dirawat ke rumah sakit? engga! panas naik turun, alhamdulillah Allah masih kuatkan untuk ke dokter dan ke rumah sakit buat cek lab, tapi ga ada satu dokter yang bilang aku harus rawat inap, padahal aku mau gerakin pergelangan tangan aja sakitnya minta ampun.
Lanjut, rambut aku mulai rontok parah dan terasa nyeri di perut bagian atas, yang akhirnya aku harus bolak-balik rumah sakit untuk ketiga poli : poli kulit, poli dalam, dan poli jiwa. Dilakukan lagi pemeriksaan lab, USG, dan hasilnya ada batu empedu. huh, apa ini. Untungnya, aku periksa di satu rumah sakit yang sama, jadi dokter-dokter di poli yang berbeda ini punya track record lengkap tentang riwayat penyakit dan hasil lab rutin yang aku lakukan selama satu tahun terakhir. ya gitu lah, tahun depan semoga lebih baik ya. ih ngambang ceritanya, gapapa aku cuma pengen nulis ngasal aja si.
Ganti, Juni akhirnya aku resign dari tempat kerja yang lama. Akhirnya setelah maju mundur dari tahun 2021, Allah berikan waktu terbaik Nya. Ini salah satu keputusan yang sangat aku syukuri. Allah ganti dengan pekerjaan yang lebih baik, lingkungan dengan teman yang lebih supportif, dan aku belajar banyak hal baru. Meskipun aku dibayar sama dengan tempat yang lama, but they treat me well, dan fasilitas yang disediakan jauh lebih memadai dari tempat lama. ya begitulah ya selalu ada hal baik yang Allah sediakan.
Well, 2024 ini aku ga ada resolusi apapun. Lantas? Ya sudah hahaha.
Terimakasih ya Icha, terimakasih juga untuk semua yang telah hadir dan pergi di tahun 2023 semoga Allah ridho atas hidup kita. Semoga bisa ke Cappadocia juga hehehe.
#newyear#tahunbaru
1 note
·
View note
Text
Membela Diri Sendiri
Sebelum 2023, rasa-rasanya saya tidak mengenal frasa ini. Terbiasa di lingkungan yang kerap kali membantu orang lain (sampai kebablasan). Selalu disuruh sabar kalau ada yang berbuat kesalahan. Terlalu lama diajari konsep 'mendahulukan kepentingan bersama' dari pada kepentingan sendiri, padahal aslinya kerap kali saya yang menanggung kepentingan bersama dan orang lain melakukan kepentingannya sendiri 😶, membuat saya tidak bisa membela diri sendiri.
Saat mencoba untuk melakukan hal yang sebenarnya (membela diri sendiri), ada sebagian diri yang merasa 'aneh'. Kok rasanya jadi jahat sekali ya. Bahkan ketika saya menolak membackup pekerjaan orang lain (karena orang lain memilih mengerjakan pekerjaan lain dari tempat kerja lain dan dia tetap mendapat hasil dari pekerjaan yang saya back up), saya merasa jahat juga. Padahal sudah seharusnya saya menolak. Kan?
Setelah belajar membela diri sendiri, pada akhirnya saya sadar kalau ada satu kesadaran baru yang muncul dan menjadi core-nya 2023 saya, yaitu equal. Hal-hal yang layak dipertahankan adalah hal² yang equal. Terlebih hubungannya dengan manusia lain. As a friend, as a partner, atau yang lain.
Kalau ada orang yang baik kepada saya maka saya juga wajib baik kepada dia secara equal. Kalau ada yang berlaku buruk kepada saya, saya akan melipatgandakannya. Wkwkkw Nggak sih. Cukup anggap dia tidak ada. 😎
Termasuk ketika berhadapan dengan kepentingan bersama, dalam pengerjaannya juga harus equal (minimal diusahakan equal). Sebab manfaat dan benefitnya dirasakan bersama. Tidak ada yang boleh bekerja sendiri, entah itu saya atau orang lain.
Itu teorinya.
Tapi apa pun itu, tahun 2024 setelah melakukan kewajiban, saya pastikan saya akan lebih berani membela diri sendiri. Ya siapa lagi kan yang mau membela diri kita kalau bukan diri kita sendiri. Lebih berani bilang tidak. Lebih berani mengabaikan orang² yang mengabaikan dan merugikan saya.
Sebab yang akan saya pertahankan hanyalah mereka yang menganggap saya ada serta bagian dari hidupnya. Dan konsisten menunjukkan dengan jelas. Bagaimana pun saya bukan dukun.
Juga orang yang paham kalau dia menyakiti saya, artinya dia sedang menyakiti dirinya sendiri. Begitu yang diajari agama saya. :)
Tentu saja sebelum mereka melakukan itu, saya pasti melakukan hal itu dulu kepadanya.
Bye 2023.
Rumi, 24 Desember 2023.
0 notes
Text
#014
Tik… tik… tik…
Kupandangi jam dinding di ruang keluarga rumah Fujimine dengan perasaan galau. Waktu menunjukan pukul 02:45 siang, dan aku tengah menunggu pengumuman SNMPTN pada pukul 3 sore nanti.
Harap-harap cemas. Semoga aku tidak lolos.
Mungkin kalian akan mengutukku, kenapa justru aku berharap tidak lolos? Tentu saja, ada alasannya.
Ayahku memintaku untuk mengisi ilmu hukum sebagai pilihan pertama. Pilihan keduanya, baru sastra Korea, jurusan impianku. Aku memang sudah diizinkan untuk mengambil jurusan yang sesuai minatku. Namun, untuk pilihan pertama, wajib mengambil ilmu hukum.
Tidak adil ya?
Makanya, aku berharap tidak lolos saja. Aku akan mengejar sastra Korea di UTBK nanti.
Aku menghela napas panjang. Jarum panjang jam itu baru bergeser lima menit.
"Kenapa sih dek, daritadi lihat jam terus?" tanya ibuku.
"Pengumumannya bentar lagi, Ma."
"Terus? Pede aja, kamu pasti lolos."
"Justru Ma…" lagi-lagi, aku menghela napas panjang. "Aku gak pengen lolos… aku gak pengen belajar hukum kayak yang dimau Papa."
"Hus! Gak boleh gitu!" Ibuku mencubit pahaku pelan. "Omongan itu doa! Kalo emang rejekinya disana, gak mau dicoba dulu?"
Aku hanya terdiam mendengar pertanyaan ibu. Ibuku kembali fokus mengoreksi hasil pekerjaan mahasiswanya. Tumben memang, jam segini ibu sudah di rumah. Nggak biasanya.
Kuputuskan untuk mengirim pesan pada teman-temanku
Melihat jam di layar ponselku sudah menunjukan pukul 3 sore, aku buru-buru membuka laman pengumuman SNMPTN di ponselku. Dan ternyata hasilnya…
Lolos.
Aku lolos.
Aku hanya mematung. Tanpa sadar, aku menjatuhkan ponselku saking shock-nya.
"Gimana hasilnya dek?" tanya ibu. Lantas ibuku mengambil ponselku, dan langsung mengetahui jawabannya dari sana.
"Alhamdulillah… kamu lolos ilmu hukum! Selamat adek!" seru ibuku sambil memelukku.
Aku hanya terdiam. Tanpa sadar, airmataku mengalir. Tentu saja, bukan airmata kebahagiaan. Airmata kesedihan.
"Ma…" ujarku lirih. "Aku beneran gak mau ambil hukum, Ma…"
Aku pun menangis sejadi-jadinya di pelukan ibuku. Ibuku tak berkomentar apa-apa, hanya memelukku sambil mengusap punggungku dengan lembut.
"Nggak apa sayang… gak apa… dicoba dulu ya?"
Justru itu, aku tak mau mencobanya.
Keheningan muncul di ruang keluarga, hanya isak tangisku yang terdengar. Ibuku, masih dengan sabar, memelukku sambil mengusap punggungku dengan lembut.
Kapan ya, aku terakhir kali merasakan ini?
Notifikasi ponselku pun berbunyi. Tak aku hiraukan. Sudah kutebak, pasti grup chat dari teman-temanku.
“Itu chat temennya dibalas dulu?” tanya ibuku sambil melepas pelukannya. Aku hanya menggeleng. Akan aku balas, kalau suasana hatiku mulai membaik.
“Yaudah, ayo sholat ashar dulu.”
Aku mengangguk, lantas beribadah bersama ibuku.
<>
“Hari ini pengumumannya? Bagaimana hasilnya?” tanya ayahku. Kini kami tengah berada di ruang makan. Meja makan masih kosong, hanya ada sebakul nasi. Ibuku masih memasak lauk untuk makan malam ini.
“Lolos Pa. Di ilmu hukum,” jawabku lesu.
“Alhamdulillah. Sudah Papa duga, kamu pasti bisa.”
Aku hanya mengangguk lesu. Hidangan udang balado sudah tersaji di meja, namun aku tak nafsu untuk memakannya. kuambil nasi dengan porsi sedikit.
Aku tidak bisa mundur. Ayahku terlihat senang dengan hal ini.
Kehidupan bagai nerakaku, dimulai sekarang, kan?
<>
“Nah, jadi, kenapa kalian pada kumpul di rumah gue begini?”
Kutatap Ucup, Udin, dan Karen bersamaan. Pukul sembilan pagi, saat aku masih terlelap di kasur, Mbak Inah–asisten rumah tangga kami–memberi tahu kalau teman-temanku datang berkunjung. Mukaku terlihat jelas masih muka bantal, sementara tiga temanku hanya nyengir menjawab pertanyaanku barusan.
“Gue khawatir sama elo, Ruy. Abis, dari kemarin lo gak nongol di grup,” kata Karen. “Kita pikir, lo kenapa-napa karena gak lolos.”
Aku tertawa kecil mendengar perkataan Karen, “Hahahaha, lo peka aja. Tapi, bukannya masih ada yang lebih mengkhawatirkan dibanding gue?” kini aku melirik Udin dan Ucup.
“Kita? Kita sih jelas gak lolos,” ujar Ucup.
“Kan sejak awal, kita gak masuk eligible,” tambah Udin.
“Bener juga.”
“Jadi, lo beneran gak lolos, Ruy?” tanya Karen.
“Gue lolos, di pilihan bokap gue.”
Seketika suasana kamarku langsung hening. Yah, ketiga sahabatku ini, memang tahu kalau aku sangat membenci pilihan pertamaku. Setelah lolos, aku tak bisa mundur lagi.
“Ruy… mau jalan-jalan ke Gancit?” tawar Ucup.
Aku mengangguk setuju. Lantas pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Meninggalkan ketiga temanku yang menunggu di kamar.
<>
“Selamat Karen dan Kiruy! Kalian udah unofficial lulus karena udah dapet kampus!” Ucup mengangkat gelas frappe-nya, seolah hendak mengajak bersulang.
“Omedetou!” kata Udin dalam bahasa Jepang. Dia kan, wibu.
Kuangkat gelas espresso-ku diikuti Karen yang mengangkat gelas matcha-nya. Kami memutuskan untuk minum-minum dulu di kafe ternama.
“Karen lolos?” tanyaku. “Sori, kayak yang lo tahu, gue belum pegang ponsel.”
“Iya, di HI UI, hehehe.”
“Wih, jurusan yang lo mau! Selamat, Ren!”
“Thanks!”
“Nah, sekarang tugas kalian adalah…” kata Udin setelah meminum cappucino-nya. “...ajarin gue dan Ucup belajar buat UTBK.”
“Gampang, kayak pas lulus SMP mau masuk SMA, kan? Kita belajar bareng, dan lo lolos,” sahutku.
“Tapi ini level, up Ruy! Saingannya banyak!”
“Betul! Saingannya udah bukan satu Jakarta lagi. Tapi satu Indonesia!” tambah Ucup.
“Ya asal kalian niat, kayaknya bisa aja,” komentar Karen. “Kita belajar, senin sampe jumat. Nggak ada protes, oke?”
“Belajarnya dimana? Mulai jam berapa?”
“Kita ke sekolah cuma setor muka aja kan? Nah, abis itu ke rumah gue, kita belajar di rumah gue,” usulku. “Berarti… sekitar jam 10an. Sampe jam 5, gamau tahu.”
“Anjir– tujuh jam?! Meledak otak gue!” protes Ucup.
“Lo mau masuk PTN, gak?” tanya Karen galak.
“Iya… mau…”
“Jangan di rumah Kiruy mulu, gak enak. Sesekali, boleh di rumah gue,” tawar Udin.
“Rumah lo gapapa? Kan adik lo masih kecil-kecil. Ada nenek lo juga kan?” tanya Karen dengan ragu.
“Gapapa, di kamar gue ini. Nenek gue kan di lantai satu. Lantai tiga juga isinya anak kost ibu gue empat orang. Atau kalian malah keganggu, rumah gue rame?”
“Nggak sih, cuma agak gak enak aja sama nenek lo,” ujarku. “Kalo anak kost emak lo, siang-siang mereka gak ada kan?”
“Iya, mereka kerja.”
“Kalo gitu, gimana kalo gini? Senin rumah Kira, selasa rumah gue, rabu rumah Udin, kamis rumah Karen?” usul Ucup. “Jumat, di cafe. Jadi terjadwal gitu.”
“Eh boleh! Rumah gue sepi, jadi aman,” kata Karen. “Asal kalian gak macem-macemin gue!”
“Siapa juga mau macem-macemin sesama laki?” gurau Udin, yang langsung dapat pelototan galak dari Karen.
Dan begitulah, misi baru untuk menyelamatkan Ucup dan Udin lolos UTBK, dimulai.
<>
Jadwal belajar, dimulai di rumahku. Aku sudah bilang pada orangtuaku, dan ibu berpesan pada Mbak Inah untuk delivery makanan untuk makan siang kami. Padahal, aku bilang gak usah repot-repot. Toh, teman-temanku juga tak ingin jamuan yang gimana-gimana.
Tapi yah, sesekali, gak apa.
“Gue mau diajarin sama Kiruy!” pinta Ucup. “Gue bosen sama Karen!”
Aku hanya mengangguk, “bebas.”
Maka, grup belajar yang dibagi dua ini pun dimulai. Namun, baru lima menit….
“Kan udah gue bilang, caranya bukan yang ini!”
“Ya maaf, Ren. Abis mirip-mirip.”
“Minusnya jangan lupa, Din. Hadeuh!”
“Ampun!”
“Ini bahkan gak mendekati! Kok lo bisa kepikiran pake rumus inii?”
Aku dan Ucup hanya saling pandang, lalu menatap Udin yang tengah tertekan diajari oleh Karen yang rada galak.
“Ini… alasan kenapa gue gak mau diajarin Karen…” kata Ucup dengan wajah ketakutan.
<>
Setelah dua bulan lebih kami belajar bersama, ditambah Ucup dan Udin sudah melalui UTBK-nya, hari pengumuman ini pun tiba. Kami berkumpul di rumah Ucup dengan was-was. Laptop Ucup dibiarkan menyala, walau tidak ada yang memakainya.
“Muka kalian tegang banget, kayak nunggu eksekusi,” komentar Kak Sarah, kakak perempuan Ucup saat masuk rumah. Sepertinya Kak Sarah baru pulang kerja, kalau dilihat dari blouse dan celana panjang yang dikenakannya.
“Ini pengumuman hidup dan mati. Lo pergi sana!” protes Ucup sambil melempar bantal sofa ke arah Kak Sarah. Sang kakak hanya tertawa kecil, lantas berjalan menuju bagian dalam rumah.
“Udah jamnya!” kata Karen. “Cepat, di-cek!”
Buru-buru Ucup mengetik nomor pesertanya di laptop yang sedari tadi menganggur itu. Apa yang kami lihat, membuat kami bersorak kegirangan.
Muhammad Yusuf Abrisam, lolos di Universitas Soedirman, jurusan sastra Jepang.
“SELAMAT UCUP!!” kataku sambil menepuk punggung si Ucup.
“Giliran gue!” kata Udin sambil mengetik nomor pesertanya.
Bagasditya Syarifudin, lolos di Universitas Pendidikan Indonesia jurusan pendidikan sosiologi.
“HAHAHA, SELAMAT CALON GURU!” kata Karen sambil mengusap rambut Udin.
“Thanks, Ren. Ini semua berkat lo yang ngajarin gue sambil marah-marah.”
“Gue? Kapan marah-marah?” tanya Karen bingung. Aku dan Ucup hanya tertawa kecil dibuatnya.
“Sepanjang pelajaran!” jawab Udin.
“Yaudah Din, karena lo calon guru, lo jangan ngajarin murid lo kayak Karen ya,” nasehat Ucup sambil menepuk pundak Udin.
“Nggak lah. Yang ada murid gue lari semua. Spek guru kayak Karen, cuma cocok di gue haha.”
“Guys, karena kita semua udah dapet univ, gimana kalo kita pergi liburan? Perayaan kelulusan, gitu,” usulku.
Tanpa bertanya lagi, ketiga temanku pun setuju.
Jakarta, 23 Juni 2022
Akira Kusumawardhana Fujimine
0 notes