#Simpatisan
Explore tagged Tumblr posts
madurapost · 8 months ago
Text
AKD Ketapang Sampang Apresiasi Suksesnya Haul Akbar Ke-19 KH. A. Muafi Zaini Prajjan
SAMPANG, MaduraPost – Asosiasi Kepala Desa (AKD) Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, memberikan apresiasi besar terhadap suksesnya pelaksanaan Haul Akbar ke-19 Alm KH. A. Muafi Zaini, Pengasuh Pondok Pesantren Nazatut Thullab Prajjan. Acara yang berlangsung pada Rabu (3/7/2024) di Desa Ketapang Laok, Kecamatan Ketapang, tersebut berlangsung meriah dan mendapat sambutan…
0 notes
hargo-news · 1 year ago
Text
Sawaludin Berangkatkan Tiga Simpatisan PPP di Bone Bolango ke Tanah Suci Tunaikan Umrah
Sawaludin Berangkatkan Tiga Simpatisan PPP di Bone Bolango ke Tanah Suci Tunaikan Umrah #Kampanye #Sawaludin #PPP #PartaiPersatuanPembangunan #CalonAnggotaLegislatif #Caleg #DPRRI #Umrah #Simpatisan
Hargo.co.id, GORONTALO – Sebanyak tiga simpatisan Partai Persatuan Pembangun (PPP) dari Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, masing-masing Risan Ilahude (30) dari Desa Modelomo, Tisyan Yunus (32) dan Anis Salongi (45) dari Desa Botutonuo akan diberangkatkan umrah oleh Sawaludin, calon anggota legislatif (Caleg) DPR RI dari PPP daerah pemilihan (Dapil) Gorontalo. “Alhamdulillah di…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kbanews · 1 year ago
Text
Gelar Lomba Lukis, Simpatisan Anies Baswedan: Pesan dari Seniman Tentang Kondisi Indonesia
JAKARTA | KBA – Sejumlah pelukis dari perwakilan komunitas pelukis di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) mengikuti kegiatan Lomba Lukis di Kafe Sosial Pedjuang, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Minggu, 20 Agustus 2023. Kegiatan ini diinisiasi oleh para simpatisan pendukung Anies Rasyid Baswedan. “Lomba Lukisan dengan tema perubahan ini bertujuan untuk menggali pesan dari para…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
mejakerani · 11 months ago
Text
Feminisme dan Otentisitas Lokal dalam Gadis Kretek
Oleh: Muh. Irwan Aprialdy
Tumblr media
Judul: Gadis Kretek
Pengarang: Ratih Kumala
Ilustrator: Iksaka Banu
Perancang sampul: Iksaka Banu
Bahasa: Indonesia
Genre: Novel sejarah
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2012
Halaman: 274
ISBN: ISBN 978-979-22-8141-5
Saat mengangkat Gadis Kretek menjadi serial Netflix, Kamila Andini, selaku sutradara, berujar, "Gadis Kretek is a love story." Tak bisa dipungkiri, novel besutan Ratih Kumala ini memang banyak berbicara tentang cinta. Namun, apabila serialnya fokus pada hubungan Jeng Yah dan Soeraja, novel ini fokus pula pada percintaan Idroes Moeria dan Roemaisa, orang tua dari Jeng Yah, yang memulai kisah kasih mereka sejak pendudukan Belanda. Apabila ditarik lebih jauh hubungannya dengan sejarah negara Indonesia, Gadis Kretek, sebagaimana karya-karya sastra lain yang mengambil fakta-fakta dan dampak pendudukan Belanda, Jepang, masa kemerdekaan, hingga pembantaian simpatisan PKI, Ratih Kumala sebagai penulis mengais narasi dari imajinasi tentang suasana masyarakat dan keluarga dalam peristiwa-peristiwa besar yang membekas pada jejak historis bangsa Indonesia. Secara khusus, Ratih Kumala menempatkan mata penanya pada latar materi yang tepat: kemuskilan cinta di tengah konflik dan industri rokok kretek. Bahkan, sebelum menyelami halaman-halaman pertamanya, pembaca mungkin akan terlebih dulu dibuat tergiur dengan otentisitas tema dan latar industri kretek, yang kemungkinan jarang digarap dalam kesusastraan Indonesia.
Dengan alur maju-mundur, Ratih menggulirkan tiap peristiwa secara bebas, sempat terasa terhentak, namun kemudian tetap terbaca mengalir. Hal ini tentunya dimobilisasi dengan pilihan gaya penulisan yang renyah dengan penggunaan gaya tutur modern pada bagian cerita pencarian Lebas dan dua saudaranya, lalu gaya tutur Indonesia dan Jawa tempo dulu pada bagian cerita Idroes hingga Jeng Yah.
Sempat muncul kekhawatiran ketika bagian-bagian awal novel ini menyiratkan kesan cerita yang sangat pop dari gaya bahasa maupun bangunan intrinsik lainnya. Namun, transisi zaman yang terjadi sesudahnya, meski terasa sedikit meloncat di bagian awal, mulai menunjukkan kualitas cerita yang dicari ketika menceritakan babak kisah Idroes Moeria dan Roemaisa.
Selanjutnya, dalam narasi ruang dan waktu yang tumpang tindih tersebut, Ratih membuka tiap-tiap lipatan waktu dengan rapi dan membuat novelnya menjadi lebih dinamis dalam menyiasati problematika lompatan ruang dan waktu tersebut. Sehingga, narasi Lebas, Idroes, hingga Jeng Yah terjalin akur. Itu belum termasuk dengan kompleksitas zaman yang ditandai (atau disiasati) dengan simbolisasi perubahan tren merokok pada masyarakat masa itu.
Riset buku ini nampaknya bukan riset yang dilakukan sekadar bermodal laptop dan jaringan internet saja, melainkan penggalian dari warisan budaya merokok kretek yang mendalam (mengingat keluarga penulisnya memang pernah memiliki usaha rokok kretek di masa lalu). Lebih jauh, novel ini juga menarasikan dampak-dampak yang ditinggalkan pada masyarakat Indonesia yang berulang kali jatuh bangun memaknai kemerdekaan negara dan kemerdekaan hidup mereka masing-masing.
Secara halus, Gadis Kretek, meski dibungkus dengan cerita cinta lintas peristiwa dan generasi, menampar wajah para feminis modern yang selalu menuntut-nuntut kesetaraan antara pria dan wanita. Melalui sosok stoik Roemaisa dan Jeng Yah, anak dan ibu ini bagai berbagi suka dan ketegaran yang sama, baik dalam prinsip hidup hingga kenahasan dalam percintaan. Sebagai induk mereka menghidupi napas kehidupan para lelaki dan diri mereka sendiri dengan bermodalkan logika dan perasaan yang kerap kali diporakporanda konflik negara dan batin. Dua wanita ini menghadirkan sosok feminis tanpa perlu lebih dulu tahu feminisme itu apa dan wanita seharusnya bagaimana dalam masyarakat yang tengah kelimpungan diterjang penjajah atau keganasan pemerintah negara mereka sendiri. Keduanya mendobrak pakem atau pola pikir tradisional dengan insting kewanitaan yang secara naluriah merespons keadaan, bangkit dari depresi, dan berkeras menghidupkan bisnis suami atau keluarga dalam industri usaha yang identik dengan kaum lelaki: rokok kretek.
Keputusan-keputusan yang terilhami dari tekanan luar dan batin itu tentunya lebih menggugah dan mengharukan ketimbang teori pergerakan wanita yang banyak diinisiasi wanita Barat dan sebagian terasa menyimpang dari kesetaraan yang dijunjung atas dasar moral dan hak asasi manusia. Mengingat wanita lokal di masa lalu memang sudah banyak menunjukkan peran-peran wanita, yang lebih dari sekadar rahim dan pendamping bagi kaum pria. Meski, tentu saja, perjuangan Ratih dalam memahat penokohan Roemaisa dan Jeng Yah belum melampaui Pram dalam membentuk Nyai Ontosoroh yang tersohor itu. Namun, usaha Ratih dalam membicarakan sejarah dan tragedi di Indonesia dalam gaya tutur dan narasi yang cerdas tetap patut diapresiasi. Gadis Kretek satu dari sedikit novel yang mampu menyeimbangkan kebutuhan bernapas dan kebutuhan untuk mengerutkan kening dalam membaca. Humor ringan dan konflik serius yang tersebar sepanjang cerita secara bertahap mengingatkan pada karya-karya Dewi Lestari pula.
Berbicara amanat, selain menegaskan pula tentang betapa nihilnya efek kimiawi otak yang kita sebut cinta dan betapa tak berharganya sejarah pembangunan sebuah jenama (merk) dihadapkan dengan realitas zaman yang mudah limbung, Gadis Kretek menutup manis novelnya dengan pesan yang barangkali bisa diimplikasikan secara universal, bahwa sejarah tidak perlu lagi ditulis sepihak oleh para pemenang karena kebenaran dari mulut yang kalah akan selalu menemukan jalan keluar untuk bergaung. Bahwa cara terbaik untuk menerima catatan kelam masa lalu bukan dengan cara bungkam dan lantas menguburnya. Tapi, berdamai dengan kenyataan bahwa semua itu sudah berlalu. Dan peran kita hari ini adalah mengupayakan solusi agar masa lalu memang tak pernah perlu jadi hantu.
3 notes · View notes
chocohazel · 2 years ago
Text
ULasan: Pulang
Judul Buku: Pulang Genre Buku: Fiksi Sejarah dan Fiksi Politik Penulis Buku: Leila S. Chudori Bahasa: Indonesia Penerbit Buku: Kepustakaan Populer Gramedia Rating Goodreads: 4.3/5 Rating Pribadi: 4.5/5
Novel dengan tebal 474 halaman ini akan mengantarkan pembaca ke setidaknya tiga latar masa lalu dalam ritme yang cepat. Pertama September 1965, di Indonesia. Kedua Mei 1968 di Perancis dan Mei 1998 di Indonesia. Novel ini dibagi menjadi tiga bagian dengan alur maju-mundur. Tiga bagian yang ada masing-masing memuat sudut pandang orang pertama dari point of view tiga tokoh utama (multiple POVs) dan dua tokoh pendukung. Walau memiliki pergantian point of view dan plot campuran, penulis menjahit masing-masing bagian cerita dengan sangat apik sehingga masing-masing cerita saling melengkapi "kekosongan" pada cerita lainnya. Setiap konflik dan penggalan kisah memunculkan rasa penasaran dari pembaca dan membuat pembaca semakin tertarik untuk melanjutkan perjalanan membacanya.
Pada bagian satu, novel ini berkisah tentang empat eksil politik Indonesia yang menjadi pendiri Restoran Tanah Air di Paris: Dimas Suryo, Nugroho Dewantoro, Risjaf, dan Tjahjadi Sukarna (Tjai Sin Soe). Kecuali Tjai, mereka berempat merupakan wartawan di Kantor Berita Nusantara sebelum Peristiwa 30 September 1965 terjadi. Hananto Prawiro, pimipinan kantor Berita Nusantara adalah seorang jurnalis berpengalaman ekstrim kiri. Walau beberapa jurnalis dan karyawan lainnya cenderung netral dan bahkan memiliki sikap politik yang berlawanan, tetap saja eksistensi Hananto cukup untuk menjadikan Kantor Berita Nusantara dianggap sebagai gudang antek dan simpatisan PKI.
Menjelang Peristiwa 30 September 1965 terjadi, Dimas Suryo dan Nugroho menghadiri Konferensi International Organization of Journalists di Santiago, Chile. Sedangkan Risjaf menghadiri “agenda” lain di Havana, Kuba. Sementara Tjai meninggalkan Indonesia menuju Singapura sesaat setelah Peristiwa 30 September 1965 terjadi. Sadar bahwa situasi politik di Indonesia pasca 30 September 1965 tidak berpihak dan sangat berbahaya bagi siapapun yang dengan mudah bisa dikait-kaitkan dengan PKI, maka Dimas Suryo, Nugroho dan Risjaf tidak berani untuk pulang. Selain itu, situasi membuat mereka memang tidak mungkin bisa pulang karena paspor mereka dicabut. Mereka kemudian pergi ke Peking dan bertemu dengan banyak eksil politik lain. Dari Peking mereka berkelana ke beberapa negara dan berakhir dengan pertemuan kembali di Paris kemudian mendirikan Restoran Tanah Air.
Di Prancis, Dimas Suryo menikah Vivienne Deveraux dan punya satu orang anak perempuan yang bernama Lintang Utara. Singkat cerita, Lintang dewasa pergi ke Jakarta untuk menyelesaikan tugas akhirnya di universitas Sorbonne, yaitu membuat film dokumenter yang berisi wawancara dengan para eks-tapol Peristiwa 1965 beserta keluarga. Lintang pergi ke Jakarta pada bulan Mei 1998 dan bertemu dengan Segara Alam putra Hananto Prawiro dan Bimo putra Nugroho.
Setidaknya ada dua premis besar dalam novel ini, yang pertama tentang bagaimana kehidupan para eksil politik yang terpaksa berpetualang dari negara satu ke negara lain dan kemudian menjalani kehidupan sebagai warga negara Perancis di Paris, ribuan kilometer dari tanah air yang sangat mereka rindukan. Kemudian premis utama ini memunculkan premis baru tentang kehidupan anak-anak para eksil politik di luar negeri dan juga di Indonesia menghadapi situasi politik yang kembali memanas di tanah air, tiga puluh tiga tahun pasca pemberontakan PKI.
Keunggulan novel ini adalah penulis dapat menyajikan kisah sejarah kelam Indonesia dengan alur cerita yang menarik. Pembaca seolah dapat “menyaksikan” apa yang terjadi selama dua masa kelam perpolitikan Indonesia lewat rincinya penggambaran cerita yang disajikan melalui sudut pandang karakter utama. Sementara kekurangannya adalah karena tema dan pembahasan dalam cerita, novel ini memiliki segmentasi pembaca yang cenderung khusus yaitu dewasa di atas 17 tahun dengan minat bacaan fiksi-sejarah fiksi-politik.
12 notes · View notes
paradecinta · 1 year ago
Text
Jangan mengikuti bila
Homophobic, LGBTQIA+ fetishizer, queerbaiting. Suka mencari keributan di internet, contoh: fanwar. Seorang yang rasis terhadap suatu ras, agama, atau suku. Pria/wanita misoginis. Di bawah lima belas tahun. Pendukung zionis atau Israel, serta orang-orang yang memilih netral atas peristiwa genosida di tanah Palestina. Pendukung, simpatisan atau pemilih 02, Pro Jokowi — akan otomatis masuk daftar blokir jika menemukan salah satu dari kalian. Hal yang sama turut berlaku bagi penggemar berat dari LUCAS, ERIC NAM, CHOI SIWON, CHOI SEUNGRI dan MOON TAEIL.
1 note · View note
pzhgenggong · 3 days ago
Text
Semarak Kemeriahan Grand Opening Spesial Haflatul Imtihan 93 PZH Genggong: Dari Penampilan Seni Hingga Berbagai Prestasi Santri
GENGGONG – Haflatul Imtihan ke-93 Pesantren Zainul Hasan Genggong kembali digelar dengan penuh kemeriahan, Rabu (12/02). Acara yang diselenggarakan di halaman PZH Genggong ini menjadi momen istimewa bagi seluruh santri, alumni, simpatisan dan masyarakat sekitar yang antusias menyaksikan berbagai rangkaian kegiatan. Pre-opening resepsi puncak haflatul imtihan kali ini menyajikan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kmandala · 18 days ago
Text
0 notes
zidniilmi · 22 days ago
Text
Membaca novel ternyata mampu kembali memantik gairah dalam diri untuk kembali menghayati atau sekadar menyadari kembali tentang I.N.D.O.N.E.S.I.A. Entah itu maknainya atau sekadar memantik kembali munculnya percikan api tentang "rasa" akan Indonesia.
Dari novel Pulang membuka kembali kesadaran betapa tragis dan pilunya sejarah kelam negara ini, tragedi berdarah tahun 1960an yang dimana konflik politik membuat orang-orang yang tertuduh sebagai kerabat, tetangga, simpatisan, atau terlihat "seakan" berpihak pada golongan merah di buru, diculik, mendapat teror, di interogasi, mengalami penyiksaan, atau pembuhuhan, menjadi target dalam perburuan pemerintah Indonesia saat itu. Bahkan tahanan politik yang terasingkan sampai ke seberang benua dan tidak dapat kembali karena kewarganegaraan mereka di cerabut oleh pemerintah penguasa saat itu. Bertahan untuk hidup tanpa tujuan berlabuh.
Geram sekali rasanya sejarah yang di tebar untuk masyarakat hanyalah pengelabuan untuk memposisikan penguasa pada tingkat teratas, bersih dan seakan suci.
Kartasura, 25 Jan 2025
0 notes
irwanjaelani · 1 month ago
Text
Aksi " Cap Jempol Darah " Elenen Masyarakat Pendukung Megawati Soekarno Putri
Beritalidik.com ( Slawi ) Aksi cap jempol berdarah, dgelorakan oleh Para Pendukung Ibu Megawati Soekarno Poetri hari ini Minggu ( 12/01/2025 ) di depan salah satu rumah makan di Obyek Wisata Cacaban Kabupaten Tegal. Aksi yang dilakukan oleh simpatisan dan elemen pendukung Megawati Soekarno Putri Kabuoaten Tegal dilakukan menyikapi dinamika politik yang akhir akhir ini agak memanas. Baca juga…
0 notes
jenteranews · 1 month ago
Text
Ratusan Kader PPP Sukabumi Geruduk Kantor DPC, Ketua DPC Siap Mundur
JENTERANEWS.com – Ratusan kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Sukabumi yang tergabung dalam 39 Pimpinan Anak Cabang (PAC), ranting, loyalis, dan simpatisan partai melakukan aksi demonstrasi di kantor Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PPP Kabupaten Sukabumi di Jalan Raya Nasional III, Cibolang Kaler, Kecamatan Cisaat, pada Jumat (3/1). Aksi dimulai sekitar pukul 08.00 WIB, dengan peserta…
0 notes
hargo-news · 1 year ago
Text
Awaludin: Kader dan Simpatisan PPP Wajib Menangkan Sawaludin
#AwaludinPauweni #PartaiPersatuanPembangunan Awaludin: Kader dan Simpatisan PPP Wajib Menangkan Sawaludin
Hargo.co.id, GORONTALO – Dengan tegas Ketua DPC Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Gorontalo, Awaludin Pauweni megatakan, seluruh kader dan simpatisan PPP wajib memenangkan calon anggota legislatif (Caleg) DPR RI, daerah pemilihan (Dapil) Gorontalo nomor urut 3, Sawaludin, pada Pileg nanti. Penegasan itu disampaikan Awaludin pada kampanye PPP di Desa Tilote Kecamatan Tilango, Rabu…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kbanews · 2 years ago
Text
Relawan ABRI SATU Jambi: Musyawarah Reboan Disambut Antusias Simpatisan dan Warga
JAKARTA | KBA – Sekretaris DPD ABRI SATU Kota Jambi, Damhadi Lubis mengatakan kegiatan Musyawarah Reboan sudah sering kali di ingatkan kepada semua pengurus dan Relawan DPD ABRI SATU Kota Jambi serta simpatisan pendukung Anies agar dilaksanakan mencari permasalahan di daerah setempat. “Ikhtiar kita mengadakan Musyawarah Reboan yang pertama di Sekretariat DPD ABRI SATU Kota Jambi ini, wajib…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
raksakarsa · 1 month ago
Text
Jangan mengikuti bila:
Homofobik, LGBT+ fetishizer, queerbaiting. Hobi engage dalam sebuah fanwar. Rasis terhadap suku, ras, agama, gender dsb. Serta aku juga mengecam keras tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan hak asasi makhluk hidup, seperti pelecehan seksual, penganiayaan hewan, dan sebagainya. Di bawah delapan belas tahun. Pendukung Israel, para zionis, serta orang-orang yang memilih netral atas peristiwa genosida di tanah Palestina. Pendukung, simpatisan, pemilih 02 tone deaf, Pro Jokowi, seorang yang pro terhadap kebijakan Indo govt yang merugikan rakyat, buzzer. DAY6 OT5 stan yang belum move on dari masa lalu (OT4 + Jars tidak termasuk). Penggemar Eric Nam, Choi Seungri, Lucas dan Moon Taeil.
0 notes
madurapost · 2 months ago
Text
Aksi Sosial JLB dan Sukriyanto untuk Warga Korban Puting Beliung di Pamekasan
PAMEKASAN, MaduraPost – Komunitas Jangan Lupa Bahagia (JLB) Pamekasan, bersama Wakil Bupati Terpilih Kabupaten Pamekasan, Sukriyanto, memberikan bantuan sosial kepada warga terdampak angin puting beliung di Desa Tlangoh, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, Kamis (26/12/2024). Bantuan tersebut berasal dari donasi yang dihimpun oleh anggota dan simpatisan Komunitas JLB. Ketua Umum JLB, Sukrisno,…
0 notes
holopiscom · 2 months ago
Text
Sulfikar Amir Sebut Rakyat Tidak Simpatik pada Partai Politik
JAKARTA – Kurator Nagara Institute, Sulfikar Amir menyampaikan data riset mereka terhadap perilaku pemilih dalam kontestasi Pilkada 2024. Berdasarkan survei ini terungkap bahwa keterlibatan responden terhadap partai politik sangat minim. Sebesar 56,00% responden tidak terlibat sama sekali dalam partai politik tertentu, 28,75% sangat jarang terlibat, 11,08% cukup aktif (sebagai simpatisan dan…
0 notes