#Silampukau
Explore tagged Tumblr posts
lunarstarlet · 1 year ago
Video
youtube
Kalau kata ERK Jatuh cinta itu biasa aja. Tapi, menurut Silampukau jatuh cinta tidak pernah biasa saja. Ia hadir tanpa direncanakan dan mampu menjelma berbagai jenis perasaan. Cinta itu bukan soal pengorbanan. Cinta itu tulus selayaknya doa panjang tanpa putus harapan.
Biarlah yang terbaik jadi manis dan pahit takkan jadi tangis
Cinta seharusnya tentang saling. Sama-sama merelakan diri untuk memberi dan merelakan diri untuk diberi. Namun, hanya memberi pun juga tak terlalu masalah. Mencintai itu satu hal, memiliki hal lain lagi. Matahari senantiasa memberi sinar, tanpa mengharap disinari kembali. 
Cinta memang tak perlu berbalas Tak usah mengemis dan memelas
2 notes · View notes
barunabmfa · 1 year ago
Text
Gadis
Kita tetap membenci air mata
Tiada kabar tiada berita
Meski senja tak selalu tampak jingga
aku terus merindukanmu
Ah, kau Puan Kelana
mengapa musti ke sana?
Jauh-jauh Puan kembara
sedang dunia punya luka yang sama
youtube
1 note · View note
diakhirat-menontonsrimulat · 2 months ago
Text
Nothing To Fear, eh?
Tumblr media
Akhir-akhir ini, kehidupan, akhirat, kapankah akan berakhir?
Sudah lama sekali rasanya tidak menumpah ruahkan segala yang dirasakan dalam tulisan. Padahal ku yakini sekali, sudah itu mati, bahwa menulis seperti yang dikatakan Pram adalah bekerja untuk keabadian. Toh, akhirnya, yang fana itu waktu, 'kan? Kata Sapardi, kita, abadi.
Didengungkan Mumford and Sons yang aku tahu dari series Ted Lasso, series terbaik sepanjang masa versiku. Lalu, Ezra Furman yang juga ku tahu dari series yaitu Sex Education. Ataupun tetap dengan Efek Rumah Kaca di album lama dan maupun Silampukau, yang tetap membuatku berharap jadi kaya. Osaka Journals nya Sajama Cut juga tidak bisa dilewatkan berikut dengan Godsigma. Semua itu menggambarkan betapa ora karu-karuannya kehidupan dalam rentang waktu setahun belakangan.
Tidak bisa jauh dari kopi hitam minimal sekali sehari dan berbatang-batang rokok Djarum Coklat Extra yang harus ku sembunyikan dari mba-mba itu...
Kita mulai ya, pertama,
"Lit me a light of fire that light up and circle round my heart.." (WSATCC, 2005)
Nothing to fear. Judul lagu dari album pertama White Shoes and The Couples Company. Selalu masuk dalam daftar putar yang menemani revisi tesis yang tidak selesai-selesai. Sebagai pengingat bahwa memang hari sedang gelap, jadi tolong kehadiranmu nyalakan cahaya karena biarpun aku hanya bisa tidur dalam keadaan gelap, kali ini aku ingin terjaga. Takutku pada gelap, takutku pada masa depan, dan juga kesalahan di masa lalu, padahal... nothing to fear for now, harusnya.
Aku percaya keadaan akan membaik, sama halnya ketika Albus Percival Wulfric Brian Dumbledore yang tetap tenang dan mengingatkan agar menyalakan lampu ketika Hogwarts dikelilingi Dementor yang membuat semuanya begitu suram. Tapi, yah, jadi dilema ketika pada akhirnya toh Pak Tua itu mati. Apanya yang bahagia?
Kedua,
Bulan berakhiran Ber sudah dimulai. September, Oktober, dan November. Hujan menjadi kepastian dan kau datang saat diriku tak mampu berpikir. Perempuan tiba-tiba datang.
Salam kenal dan salam-salam selanjutnya menjadi sebuah harapan akan pertemuan. Tidak terasa sudah jadi pertemuan ketiga yang kita habiskan dalam kesengajaan, atau beberapa pertemuan yang tidak disengaja.
"And I've known pious women Who have lead such secret lives Shameless in the dark, so shameful in the light And you may not be pious and I may not be saved But we could live quite happily and quietly unfazed"
(Mumford and Sons, 2018)
Perempuan penuh misteri, yang tidak tahu apa yang diinginkannya. Tapi, jadi perempuan yang menjadi apa yang aku pun tidak tahu keinginanku sebenarnya. Dalam segala batas yang curam, barangkali, memang perempuan hadir untuk sekadar ada. Tanpa dengan bijak perlu diketahui segala alasan dalam kehadirannya, tapi sekadar ada, itu sudah tidak lagi sekadar cukup,
Trotoar di Kota Lama Banyumas, sapi dan kabut di Baturraden, atau ketoprak yang pesannya sedang tapi ternyata sangat pedas di depan Graha Unsoed.
Hanya terima kasih dan terima kasih.
Ketiga, Tuhan, lagi-lagi, Tuhan.
Menilik Nick Cave yang bercerita dalam lagunya bahwa beliau tidak percaya dengan campur tangan Tuhan. Sama denganku?
Tapi, ketika semua dirasa mustahil, akhirnya kembali lagi ke haribaan-Nya. Tak terbantahkan. Karena, bagaimanapun, tolong Ya Tuhan, arahkanku, arahkannya. Into my arms, Oh Lord.....
"I don't believe in an interventionist God But I know, darling, that you do But if I did, I would kneel down and ask him Not to intervene when it came to you Will not to touch a hair on your head Leave you as you are If he felt he had to direct you Then direct you into my arms"
(Nick Cave and The Bad Seeds, 1997)
Penutup. Rasa-rasanya ingin membenturkan segala isi kepala beserta badan-badannya. Atau seruan Mari Bunuh Diri, tapi kemudian ingat betapa Hidup Itu Indah, lalu semuanya kembali lagi ke kegelapan. Efek Rumah Kaca dalam segmen II di lagu Putih, Ada, mempersembahkan semuanya untuk Angan Senja, Rintik Rindu, dan Semua Harapan di Masa Depan!
Memang sedang gelap, memang sedang curam, semuanya memang sedang tidak baik-baik saja. Besar harapan ini tidak menjadi tulisan terakhir, bukan sebuah eulogi, melainkan berurutan yang lebih dari trilogi.
Semangat menulis lagi. Menyelesaikan apa yang sudah dimulai. Kalau memang harus mati...... this is where the light cues fin.
1 note · View note
masmess · 3 months ago
Text
Kamu tidak harus menerima perpisahan ini. Bahkan kamu boleh berharap bahwa perpisahan ini tidak terjadi. Yang tak boleh kamu lakukan adalah memaksanya kembali. Ia sudah bahagia, dengan atau tanpa dirimu, toh ia baik baik saja.
Benarkah kamu ingin kembali? Benarkah keinginanmu itu didasari oleh perasaan cinta? Jangan jangan ia hanya rasa iba atas kesalahan yang kamu buat. Jika kamu iba, betapa jahatnya kamu? Bukankah tiap tiap perasaan semestinya diberikan kesempatan untuk jujur? Lantas kamu merasa perlu memberinya iba, kembali untuk mencintainya atas dasar rasa kasihan.
Tentu saja kamu merasakan kesepian. Tentu kamu merasa pedih. Merasa bahwa kamu telah membuat kesalahan yang demikian gawat. Tapi bukankah itu sudah terjadi? Ia sudah kamu lukai, lantas ia perlahan berdiri, perlahan mengobati hatinya sendiri. Ia kini sudah bisa menghadapi hidupnya sendiri tanpamu. Lalu apa hakmu untuk merusak itu semua?
Kamu berharap bisa melupakannya. Kamu berharap bahwa ia akan memanggilmu kembali, menghubungimu, kalian baikan dan memulai segalanya dari awal lagi. Tapi kamu tahu itu mustahil. Tidak dengan segala kedunguan yang kamu perbuat. Tidak dengan segala kesalahan yang masih saja kamu ulangi.
Kamu hampir tidak pernah belajar. Kamu masih saja menyakiti orang lain, menyakiti orang yang menyayangimu dan menyakiti dirimu sendiri. Kamu merasa hanya dengan menyakiti diri sendiri kamu akan terbebas dari rasa bersalah. Tapi perasaan bersalahmu selalu ada, ia selalu ada, akan selalu ada selama kamu belum memaafkan dirimu sendiri.
Kamu berusaha melupakan dia dengan berbagai hal. Alkohol, musik, film, seks dan banyak hal. Tapi kamu tahu itu tidak berguna. Setiap malam, ketika kamu terbangun dini hari, dengan keringat membasahi baju, hal pertama yang kamu ingat adalah senyumannya. Kamu menangis perlahan, tapi kamu sadar, tangisanmu tidak akan mengubah apapun.
Kamu berpikir kamu telah mengahiri semuanya. Selesai berharap dan mengemasi setiap perasaan yang ada. Itu semua omong kosong. Kepala dan ingatan mengkhianati usahamu untuk melanjutkan hidup. Pelan pelan ketika lagu Silampukau diputar kamu mengingatnya. Ketika kamu naik transjakarta, ingatanmu tentangnya muncul. Pelan pelan kamu dijajah kenangan, dipaksa menyerah oleh dirimu sendiri.
Tapi bukankah hidup perihal melupakan dan dilupakan? Kamu berusaha melupakan dan kamu telah dilupakan. Ia telah bahagia dan kamu disiksa kebencianmu sendiri. Kemarahan yang kamu pelihara tanpa alasan. Hingga akhirnya kamu membusuk. Berubah menjadi monster yang menyakiti siapapun yang berusaha menyelamatkanmu dari penyesalan.
0 notes
putudani · 2 years ago
Text
Oh Demi Tuhan—atau Demi Setan
0 notes
smpahdgital · 5 years ago
Audio
Hari ke-7 Work From Home. Di tengah kesibukan bekerja, saat shuffle play Spotify  sampai di lagu ini, saya berhenti mengetik. Mengalihkan perhatian dan mengajak otak saya menikmati musik. Menggoyangkan kepala sambil sesekali menyanyikan liriknya. Menatap layar laptop dan melayangkan jauh pikiran saya pada sebuah kesadaran betapa jauhnya saya dari “rumah”. 3 menit 43 detik berlalu, notifikasi Whatsapp sejak tadi tidak ragu mengganggu sepanjang lagu, jari kembali ke keyboard laptop dan  5 menit setelahnya saya tidak ingat lagi pada “rumah”.
Yogyakarta, 25 April 2020.
19:20 
1 note · View note
radioactive-force · 2 years ago
Text
Album Magis Silampukau Dirilis Ulang Portside Records dalam Format Vinyl
Tumblr media
Album folk lokal tercanggih sepanjang masa yang dilahirkan oleh Silampukau yaitu ‘Dosa, Kota, & Kenangan’ resmi dirilis dalam format vinyl berukuran 12 inch pada 19 November 2022. Rilisan vinyl debut album Silampukau ini digagas oleh record label baru asal Surabaya bernama Portside Records, yang mendedikasikan tiap rilisannya hanya berupa vinyl.
Portside Records menyatakan “…adalah suatu kehormatan bagi kami untuk menerbitkan album terbaik dari Surabaya, yang menyoal tentang pusparagam kisah-kisah yang tercecer di balik riuh-rendah suasana kota.”
Sebelumnya, sesi pre-order vinyl ini mendapat respon positif dari para penikmat tembang-tembang Silampukau ataupun para record store lokal. Sangat diluar dugaan juga 400 keping terjual sold out dalam waktu singkat dibeli oleh buyer individu dan juga reseller resmi yang tersebar di Indonesia.
Dosa, Kota, & Kenangan begitu magis bagi Kharis dan Eki sendiri, bagaimana mereka berdua menumpahkan segala emosinya terhadap rangkuman cerita-cerita yang ada di tiap sudut kota Surabaya. Observasi kaum urban akan merekam segala dosa, hingar-bingar, serta pusparagam bopeng yang luput ditulis ketika berbicara tentang kota Surabaya, semuanya dimasukan dalam album tersebut.
Beruntunglah wahai kalian yang sudah mendapatkan rilisan ini dari awal. Bagi yang telat order, bisa kunjungi laman Instagram @portside.records. Selamat berburu!
Simak artikel menarik tentang musik di pages ini dan jangan lupa follow akun media sosial Radioactive-Force via Instagram, Twitter, Facebook, dan juga subscribe channel YouTube kami yang bisa kalian cek di sini.
1 note · View note
staticshelf · 2 years ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
[click to enlarge]
20151102 - Lelagu - Chick n' Soup, Sungai, & Silampukau
0 notes
laronterbang-blog · 7 years ago
Text
Seusai Salah Satu Konser Silampukau di Jogja
Orang yang pertama kali mengenalkanku dengan mereka adalah seorang perempuan. Entah apakah “mengenalkan” adalah istilah yang pas. Kejadian sebenarnya adalah dia menulis tentang mereka di media sosial. Lalu aku membacanya “tanpa sengaja”. Lantas mulai mengandalkan paman Google untuk mengumpulkan seluruh tautan di dunia yang membahas tentang mereka.
Ujungnya adalah perjumpaanku dengan “Puan Kelana” (jika penasaran, ketiklah kata kunci itu di Google dan sempatkan menyerap informasinya). Nuansa lagu itu memikat. “Puan Kelana” segera membuatku jatuh cinta. Dari “Puan Kelana” aku beranjak ke “Malam Jatuh di Surabaya”, lalu ke nomor-nomor lainnya. Sejak itu waktu berlalu dengan bertambahnya wawasanku tentang seberapa lekat dan jauh sebuah lagu bisa menyajikan nuansa (dan cerita). Aku kekurangan stok kata- kata untuk menguraikan apa yang ku maksud dengan “nuansa”. Mungkin lain kali bisa kuceritakan.
Tapi begitulah, tahun berlalu. Dan malam ini adalah kali pertamaku berjumpa dengan mereka secara langsung. Entah apakah “berjumpa” adalah istilah yang pas. Kejadian sesungguhnya adalah mereka di panggung, dan aku duduk menyaksikan mereka di barisan penonton. Pertunjukan usai menjelang tengah malam.
Beberapa menit kemudian nasib membawaku ke sebuah warung. Duduk menghadap secangkir kopi instant sambil menuang sekelebat kata-kata yang muncul seusai konser lewat layar gawaiku. Aku menulis tulisan yang sedang kamu baca ini. Sayangnya aku tak tahu poin utama apa yang hendak ku sampaikan. Jika aku tahu, mungkin salah satunya adalah tentang betapa nasib bisa berhembus ke arah yang berbeda melalui kejadian kecil yang dilakukan seorang perempuan. Entahlah, haha jangan menganggap serius tulisan ini. Tapi kopi instant-ku baru saja habis. Sudah lewat tengah malam dan aku tak punya alasan yang bisa menahanku tetap di tempat ini. Mungkin cukup dulu. Jika kamu termasuk orang yang tak sengaja membaca tulisan ini sampai akhir, aku mohon maaf, hehe. Dan mohon do'anya semoga tulisan-tulisanku kelak bisa lebih berfaedah dari ini. Aamiin. (Tidak ada paksaan untuk ikut mengetikkan Aamin dalam tulisan ini)
(16/10/17)
2 notes · View notes
lunarstarlet · 1 year ago
Text
Setiba disini, sedikit bertanya-tanya sebenarnya apasih yang dilakukan Surabaya kepada Silampukau ataupun Bilal Indrajaya. Apakah Surabaya segitu membosankannya? Hingga Puan berkelana ke negara pemilik Mona Lisa. Lalu mengapa Juanda dan Pasar Turi bagi Bilal sebegitu memberikan nelangsa?
Ah sudahlah, aku akan menikmati Surabaya versiku sendiri. Menjelajah kota dengan Soeroboyo Bus hasil riset dari aplikasi berawalan t. Yak, sebut 3 negara dari huruf T? Indonesia, Malaysia, Bekasi, weeee (hahaha ngakak sama jokes sendiri *ytta).
Oiya padahal pengen sekali coba naik yang wira wiri *tanpa weh weh weh. Mungkin harus dijadwal lagi lain kali. Karena gak cukup sih kalau cuma sehari. Meski panas terik sekali, tapi tetap menarik untuk diexplore lagi. Kita ketemu lagi ya nanti.
4 notes · View notes
coffeeandthestory · 8 years ago
Quote
Gelap gulita malam seperti kerajaan burung hantu. Istana orang—orang gila dan singgasana kaum wanita.
RAKA ABIMANYU, MARSHALL
22 notes · View notes
bogusmerchandise · 6 years ago
Photo
Tumblr media
So we managed to make it done in 3 days! Potong, print dan jahit! A special collaboration with @tandang_store a #diy #custom #cutandsew #silkscreen #screenprinting #sewing #sewcialists #totebag #jahitxjahit #twsbukapanggung #silampukau #bogusmerchandise nd @silampukau! ❤️ (at The Zhongshan Building) https://www.instagram.com/p/Bs0gXYIhvQq/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=nxi9ihxqthc7
0 notes
kafikhaibar · 8 years ago
Text
Orang Indonesia
Di dalam mobil menuju Cilamaya, siang itu Iwan Fals berkumandang. Kami mendengarkan lagu-lagu dari album awal kehidupannya sampai ke album modern yang menurut Ibu saya sudah terlalu manja karena Bang Iwan sudah menjelang lansia.
Ibu dan Ayah saya adalah seorang aktivis mahasiswa tahun 80an yang kerjanya diskusi malam sambil mendengarkan lagu Iwan Fals, Queen, dan Simon & Garfunkel, sementara siangnya bakar-bakar ban di jalanan. Paling tidak, itu yang saya tangkap.
Om saya adalah mahasiswa tahun 90an bernama Budi yang dibesarkan dengan lagu Iwan Fals dari radio butut dan kaset kusut duplikat. Karena diputar berulang kali, memiliki duplikat kaset adalah kewajiban. Beliau adalah keponakan ipar Ibu saya.
Om Budi dan Tante Lya adalah orang Indonesia—dalam artian sebagai masyarakat madani Iwan Fals—yang mengasuh adik, membesarkan anak, dan menemani keponakannya dengan lagu Iwan Fals.
Saya hampir diberi nama Galang Rambu Anarki oleh Ibu dan Ayah. (Kebohongan dalam kalimat ini sebagai bumbu pembangun suasana).
“Om Budi pasti relate banget ya sama lagu ini” Kata saya saat “Sore Tugu Pancoran” diputar.
“Dulu Om Budi kan jualan juga buat duit sekolah. Sekarang mah ga ada jualan koran begitu”
“Iya sekarang anak-anak jualan ulekan sama Vitamin C, Bu”
———————————————————————–
Si Budi kecil kuyup menggigil
Menahan dingin tanpa jas hujan
Di simpang jalan Tugu Pancoran
Tunggu pembeli jajakan koran
Bagian lirik “Sore Tugu Pancoran” kesukaan saya justru adalah pembukanya. Menurut saya dengan mudah seharusnya lagu ini masuk ke dalam daftar 150 Lagu Indonesia Terbaik versi Rolling Stones Magazine.  Dengan salah satu lirik terkuat yang pernah saya baca, lagu ini masuk ke dalam 150 lagu terfavorit saya saja.
“Melihat kemajuan sosial dan ekonomi itu gampang, kalau lagu Iwan Fals masih relevan, berarti ada yang kurang baik.” Kata Ibu.
———————————————————————–
Namun sebentar lagi
Angkuh tembok pabrik berdiri
Satu persatu sahabat pergi
Dan tak kan pernah kembali
Dari “Ujung Aspal Pondok Gede”. Lagu yang sangat terdengar ke-Bob-Dylan-Bob-Dylan-an. Meskipun saya tidak tahu kalau Iwan Fals dianalogikan dengan Bob Dylan, salah satu atau keduanya yang akan tersinggung.
“Nah ini menggambarkan banget situasi jaman Ibu waktu kecil, malah sejak sebelum-sebelumnya, waktu semua tanah dibeli murah, sawah-sawah habis, tanah-tanah orang Betawi dijual untuk dibikin jalan sama gedung-gedung”
Saya tidak tahu kalau Kemanggisan dan sekitarnya pernah menjadi hamparan sawah, dan Ibu mungkin pernah kehilangan sahabat masa kecilnya.
Nomor-nomor bagus lainnya berkumandang. Dari lagu cinta zaman Mas Iwan muda dan lagu cinta reuni bersama Rafika Duri. Satu hal yang terus mengganggu adalah rasa heran karena orang hebat ini memilih berkolaborasi dengan Momo Geisha dan Ariel Noah. Bukankah masih banyak musisi dan penulis lirik lain yang bukan Momo Geisha dan Ariel Noah? Memadu keajaiban lirik dengan Cholil ERK, berkolaborasi dengan Silampukau, merenungi masa tua bersama Ari Reda? Atau mungkin sesederhana ngeband dengan Fadly Padi dan Duta SO7. Apapun keputusannya, saya paham mengapa waktu konser Iwan Fals di Sabuga tahun lalu ada kerumunan dari Palembang, Jogja, dan sorakan-sorakan Kabupaten entah berantah. Mengambil jalan petualangan hanya untuk melihat Bang Iwan di panggung selama 50 menit. Mereka semua luar biasa.  Apapun yang ada di pikiran mereka, yang jelas sama ajaibnya dengan yang terjadi di pikiran saya saat mempertaruhkan kelulusan tepat waktu dan menembus 2 negara hanya untuk 90 menit Coldplay.
Setulus-tulusnya cinta manusia, apakah mungkin adalah cinta pada musik?
“Ibu udah lama ingin nulis tentang Iwan Fals, takut keburu mati dia.”
Waktu Chrisye berpulang, Ibu menangis.
Kalau Ebiet G. Ade berangkat ke surga suatu hari nanti, Ayah pasti menangis.
Jika nanti Iwan Fals harus ikut, mungkin kami sekeluarga akan butuh liburan.
5 notes · View notes
sebelasgambar · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Eki Tresnowening, 32th. Musician. #silampukau #musician #blackandwhite #blackandwhitephoto #blackandwhitephotography #lenkacam #sebelasgambar (at coffeewar)
1 note · View note
auliarani · 8 years ago
Text
(Masih) Tentang Silampukau
Beberapa tautan mengenai wawancara mereka, kenapa menarik? karena yang ditanya berbeda-beda, bukan hanya sekedar “Kenapa nama bandnya Silampukau?” atau pertanyaan umum lainnya.
http://soundsfromthecorner.com/blog/?p=498
http://ayorek.org/2014/08/sementara-menunggu-silampukau/#sthash.FoixasHn.dpbs
http://www.rollingstone.co.id/article/read/2016/02/01/140506132/1093/silampukau-quot-kami-berharap-bisa-berakar-di-kota-kami-sendiri-surabaya-quot-
http://kanaltigapuluh.info/interview-silampukau-album-tentang-kota-dan-aku-yang-kolektif/
2 notes · View notes
radioactive-force · 3 years ago
Text
Sajian Video Lirik ‘Lagu Rantau (Sambat Omah)’ Hidupkan Kembali Arsip Lama Silampukau
Tumblr media
Mendengar nama Silampukau seraya rindu akan kampung halaman di Surabaya, yah tapi disini saya gak akan ngebahas beratnya kerinduan hal tersebut namun duo Eki dan Kharis ini akhirnya kembali muncul menyuguhkan sesuatu yang baru dalam lima bulan belakangan di tahun 2021. Setelah bulan Juni kemaren melepas single baru bertajuk Dendang Sangsi yang memasukan sentuhan alunan dangdut yang bikin kita terperdaya untuk mengajak goyang, di bulan Juli membuat video lirik Puan Kelana, dan kini mereka menebar video lirik selanjutnya yang diambil dari debut album penuhnya Dosa, Kota, dan Kenangan.
Silampukau membawa kita flashback lagi menuju album primadona Dosa, Kota, dan Kenangan dengan menyajikan Lagu Rantau (Sambat Omah) dalam kemasan video lirik. Masih sama dengan sebelumnya seperti pada single Puan Kelana, konsep goresan hasil karya ilustrator ternama dari Surabaya si Redi Murti berhasil ditampilkan dalam bentuk motion video yang epic. Banyak sekali penikmat ataupun pecinta musik menuai komentar akan album baru Silampukau, namun kelihatannya duo folk/pop ini memang ingin menabung karya-karya barunya yang nantinya bisa membuat sebuah kejutan yang benar-benar tidak mengecewakan. Apakah rentetan dari Dendang Sangsi, hingga kedua video lirik terbaru ini bisa menjawab adanya sinyal bagus dari Silampukau? Yah kita tunggu saja.
Nikmati video lirik Lagu Rantau (Sambat Omah) di sini.
Ditulis oleh Fadly Zakaria.M
0 notes