#Saya Arai
Explore tagged Tumblr posts
Photo
Came across some Ocean Waves’ screenshots and decided to make some edits with my ocs!
Soichiro and Asahi’s younger years, feat. Esther, Sara and Saya! Esther belongs to @sunnymimis
#OCs#Sasaki Gumi#burudrawings#Soichiro Kozaki#Asahi Arai#Sara Kozaki#Saya Arai#Esther Tyler#Sara amiga date cuenta#idk man Ghibli style looks so cute on Asahi I want to smooch him
119 notes
·
View notes
Photo
HAPPY BDAY DEAR @burukaji ❤
A litte something of the cutest couple of the neighbourhood aka her OCs Asahi and Saya 💕💕
I hope you have a nice day, dear, I love you so much!!! ❤❤❤❤
#my art#my ocs#asahi arai#saya arai#they're so cute and i love them#and i'll ignore [redacted] forever aksdfsjafajk /j
1 note
·
View note
Text
Japari Park Halloween Contest
"Arai-san here lending my talent to helping with the costume contest, her costume is of course Arai-san since she's so amazing, but our next two contestants are Saya (@moonlitsorceress) whose dressed as Princess Rosalina from the game Mario, she's a princess and Simon (@hxroic-wxlls) whose dressed as Luffy from the anime One Piece, he's a pirate."
Hxroic-Wxlls submitted a reference photo under the cut
0 notes
Text
Pupunta kami sa palabas mamaya, lalakbay kami ng Mniila banda 5:40 sa umaga at hiNDI AKO MAKATULOG TULONG. Sa awa ng diyos ipa-antok mo naman ako huhu.
Yung palabas ay tawag na "Walang Aray." Siya'y komedyang sinulat ni Rody Vera galing sa zarzuela ni Severino Reyes na "Walang Sugat." Sana magustohan ko siya no? Ang tagal ko nang hindi nakakapanood ng musikal. Ang saya ko talaga, seryoso.
Gising na gising ang utak ko, diyos ko po. Ang aga ko dapat magising. Ay, leche flan.
Uhhh tapos nako? Kinailangan ko lang talaga ilabas ang aking pagsabik, lol. Hindi ko alam kung ibubuod ko pang aking isipan ko pagkatapos ko siyang panoorin pero gusto kong mag-post ngayong syld.
0 notes
Text
Januari (The Things That Make Me Different Are The Things That Make Me)
1. Jangan lupa tempat akarmu tumbuh, hidupmu yang sekarang berawal dari sana
2. Hidup akan semakin berkurang, waktu juga akan terbatas. Jadi buatlah hari-hari tanpa penyesalan dan bermanfaat, walaupun cuman sekedar menggambar burung yang ada didepanmu
3. Tidak ada deadline dalam mencapai tujuan hidupmu, jadi tidak apa-apa berjalan dan menikmati setiap nafasmu
4. Jangan buang energi untuk emosi dan perasaan yang tidak berguna
5. Be in the sky, but still have your feet on the ground
6. Saya liat Laskar Pelangi lagi. Awalnya gara-gara pengen liat arai, eh pas nonton malah kepincut lintang. FILM INI BAKAL MENJADI FILM YANG WORTH IT DI TONTON SEPANJANG MASA. Anak sayakudu liat film ini sih. Fyi, saya nonton ini sama temen kantor, sampe kita nangis gara2 lintang ngga lanjut sekolah, sedihh. Dan line paling kocak ketika Arai ditunjuk jadi ketua karnaval sama gurunya, terus arai bilang “Tenang bu guru, serahkan kepada mahar dan alam” terus dia latian sendiri kayak orgil, dan akhirnya mereka menang dapet piala. Saking senengnya mereka dikelas cuman bengong ngeliatin piala di atas meja. Karena itu piala pertama di sekolah mereka. Lucu plus sweet banget pas part ini.
7. Kamera Digital (Digicam) adalah barang wishlist yang pengen ku beli. Sementara di keep dulu, pake aplikasi old roll aja ya
8. One dollar Lawyer. Membuat pilihan itu sulit untuk siapapun, tapi sesulit apapun itu, orang lain tidak bisa membuat pilihan untukmu (Eps 7)
9. Saya sayang sama temen-temen kantor saya. Mereka semua unik dengan cara mereka masing-masing. Semoga dalam perjalanan hidup ini, saya akan bertemu dengan orang-orang unik kayak kalian.
10. Julukan baru saya adalah Eiffel Girl. Bukan karena tinggi atau suka Menara eifell tapi karena sisi filosofis saya kalo lagi dengerin lagu, memaknai lagu, dan buku-buku yang pernah aku baca. Kata temen gue, gue itu kayak tipe cewe yang suka pake gelang yang ada liontin eiffelnya, that’s why she called me “Eiffel Girl” Dan Saya sangat berterima kasih atas julukan itu (Bagi Saya itu semacam kayak title penghargaan haha)
11. Lagu rekomendasi yaitu Dear Me dan Drawing Our Moment by Taeyon
0 notes
Text
S03E03: Never Gonna Happen
Pairing: Erica x Trey from 576 Hours With You (MedTech on Duty, #2)
Other Characters: Thea, Nico, Margaux, Alvin
Prompt: The gang kept teasing Erica and Trey together
Erica has been dreading this mini reunion Thea and Nico organized because she knew Trey would be present. Don't get her wrong. She has nothing against him. In fact, he was a real gentleman. He actually still is.
She just doesn't like it when her friends tease her with him.
Pagbukas ni Erica ng pinto ay bumungad sa kanya si Trey. Hindi nakatulong ang pagngiti nito sa kanya. She glared at her friend Thea, who was sitting at the passenger seat, first and then to Margaux, who was sitting on Trey's other side, next.
Trey briefly jumped out of the car to let Erica in. "Para katabi mo si Margaux," he explained. "At saka para makita ni Nico yung likod," dagdag pa nito.
Trey was indeed taller than her. She grumpily sat beside her friend Margaux. Paniguradong walang katapusan 'tong pang-aasar ng mga kaibigan niya ngayon.
Thankfully, the group just talked about how Nico and Thea's internship went. Sa kanila kasing anim, tanging silang dalawa lang ang naka-experience ng face-to-face classes.
"Ang saya, guys! Sobrang nakaka-miss yung laboratory," kwento ni Thea sa kanila.
"Buti pa kayo nakapag-laboratory in person," komento ni Erica.
"You also had internship, right?" Trey asked her. She nodded. "Paano yun?"
"Online lang," Erica responded and continued to tell him about her online internship experience. "Na-a-appreciate ko naman kaso mas maganda pa rin yung face-to-face experience."
And just like that, Erica and Trey had their own little world as they conversed about her internship experience. Tahimik lang na nakinig sina Nico at Alvin sa kwento ni Erica. Samantalang iba na ang sinasabi ng ngisi nina Thea at Margaux. Napansin naman 'yon si Nico. He just chucked at them.
After a while, Margaux interjected in their conversation. "Pasali naman kami sa usapan niyo," she teased, which halted Erica and Trey's conversation.
Erica glared at her, which made Thea laugh.
"Nako, tigil-tigilan niyo kami ni Trey, ha! Nakakahiya sa tao," pangangaral ni Erica sa kanila. "It's never gonna happen."
"Aray, par!" Alvin exclaimed. "Ito, band-aid," sabi niya habang inaabot ang band-aid mula sa emergency first aid kit ni Nico sa kotse nito.
"Ewan ko sa 'yo!"
3 notes
·
View notes
Text
3 Pemuda Sang Pemimpi
https://www.gramedia.com/api/amp/product/sang-pemimpi-edisi-original/
Pengarang: Andrea Hirata
Penerbit: PT Bentang Pustaka
Terbit: 2006
Buku kedua setelah buku Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata berjudul Sang Pemimpi. Buku yang menceritakan 3 pemuda, yaitu Arai, Ikal, dan Jimbron. Mereka memiliki mimpi yang sangat tinggi. Arai adalah murid terpintar di sekolah, Ikal dan Arai mempunyai mimpi yang sama untuk melanjutkan kuliah ke Sarbonne Prancis. Sedangkan Jimbron si pecinta kuda. Untuk memenuhi kebutuhan sekolah mereka bekerja sebagai kuli di pasar ikan. Dan mereka berasal dari Belitong dan melanjutkan sekolah di SMA Negeri Pertama di Manggar.
Saya sebagai pembaca kurang menyukai warna cover buku yang kurang menarik untuk dilihat. Alur ceritanya sangat menarik untuk dibaca, dan para pemuda SMA yang mau mengejar mimpi nya sangat rekomendasi untuk dibaca yang dapat dijadikan sebagai motivasi.
2 notes
·
View notes
Text
Kata-kata yang Bisa Ku Dengar Bersenandung, Setiap Sore
Sewaktu sekolah di Madrasah Aliyah dulu, sekolah berasrama, lepas Ashar hingga jelang Maghrib adalah waktu rehat yang tak ternilai.
Dua jam kurang lebih lamanya, menjadi jeda yang dibutuhkan setelah kamu harus bangun pukul empat pagi untuk sholat subuh berjamaah, bersiap ke sekolah setelahnya, lalu belajar seharian. Azan Ashar kemudian menjadi peluit pergantian babak pembelajaran kami. Ketika azan Ashar berkumandang, kami akan berbondong-bondong keluar kelas, berarak menuju masjid, sholat berjamaah sekali lagi, lalu kembali ke asrama.
Setelah Ashar, kami bebas melakukan apapun. Sebagian besar memilih tidur. Sebagian kecil mengantar laundry atau jajan di koperasi, dengan memerhatikan beberapa pembatasan yang sedikit ganjil bagi dunia di luar sana.
Di Madrasah Aliyah kami, waktu-waktu mengantar laundry, jajan di koperasi, menggunakan lapangan olahraga, diatur sedemikian rupa, di bagi antara waktu bagi siswa laki-laki dan siswa waktu perempuan. Tujuannya agar siswa laki-laki dan perempuan tidak saling bertemu atau sekadar berpapasan dalam satu kesempatan.
Kadang jika tidak cukup beruntung, pada sore yang seharusnya menyenangkan, kami diharuskan mengikuti klinik atau pelajaran tambahan. Saya adalah peserta rutin klinik bahasa Arab, untuk nilai-nilai ulangan saya yang merah melulu.
Jika sedang tidak klinik, tidak jajan, tidak berolahraga, saya punya kegemaran lain: melamun di jendela asrama.
Di Gorontalo sendiri, melamun di sore hari merupakan perbuatan yang pantang dilakukan. Orang tua-orang tua kami kerap mengingatkan, bahwa melamun berarti memberikan jalan lapang bagi setan-setan merasuk. Apalagi sore yang terlampau merah di Gorontalo, dipercaya sebagai tirai pergantian bagi datangnya kehidupan mahluk-mahluk malam, tak kasat mata.
Tapi saya senang melamun, membayangkan banyak hal. Melamun membawa saya melampaui tembok-tembok asrama yang kukuh itu. Beruntungnya, hingga lulus dan memutuskan merantau, saya tak pernah benar-benar diganggu setan yang bermukim di asrama karena melamun.
Biasanya, saya menumpang melamun di kamar kawan-kawan saya di lantai dua, yang kerap sepi ditinggal tidur atau sekadar ke koperasi.
Kamar-kamar yang saya tumpangi bukan kamar-kamar biasa. Mereka menghadap ke sebuah tanah lapang di mana rerumputan dibiarkan tinggi tak terurus. Setiap kali cross country setiap minggu, kami melewatinya. Ada sapi peliharaan warga yang dibiarkan memamah biak di antara ilalang, dengan panggul yang dicap dengan besi panas. Kadang-kadang, anak kecil di desa sekitar Madrasah Aliyah kami bermain bola. Sementara di ujung pandangan, menyeruak angkuh dari kaki langit, ada puncak tertinggi di Gorontalo. Tilongkabila.
Saya akan melamun hingga malam hampir turun dari puncak Tilongkabila, merajah ke punggung, hingga gelap menyelimuti kaki-kakinya. Lalu azan Maghrib akan berkumandang dari masjid Madrasah Aliyah kami.
*
Suatu ketika, asrama kami dilanda demam tetralogi Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Keempat novel itu beredar dari tangan ke tangan, menjadi segelintir bacaan baru. Bagi kami yang ditempa sebagai calon-calon teknokrat berhati Mekkah, semangat menuntut ilmu di dalamnya sangat menggugah.
Singkat kata, kami terpukau oleh cerita perjuangan Ikal, Arai, dan kawan-kawannya. Walaupun ironisnya, kami sebenarnya lebih mirip sekolah-sekolah PN Timah yang berjarak dari realitas sosial di sekitar kami. Kami adalah menara gading dan simbol ketimpangan yang justru dikritik Laskar Pelangi.
Di luar itu, ada satu bagian dalam novel Sang Pemimpi yang membuat saya sangat sangat terkesan. Pada momen ketika membacanya, saya seakan bisa mendengar kata-kata itu besenandung, menyanyikan nada-nada yang karib, seolah telah membersamai perjalanan hidup saya sejak lama sekali.
Saat itu Arai, salah satu protagonis utama Sang Pemimpi, tengah tergila-gila pada seorang gadis bernama Zakiah Nurmala. Ia telah mencoba segala cara untuk mengait hati sang gadis Melayu Belitong itu. Usaha Arai mempertemukannya dengan Zaitun, seorang pemimpin orkes Melayu flamboyan berkekasih tak kurang dari 49. Empat di antaranya menjadi istrinya.
Arai memohon agar diajari cara meluluhkan hati Zakiah Nurmala yang selalu bersikap dingin padanya. Yang dilakukan Zaitun selanjutnya adalah mengambil gitar, lalu memainkan potongan bait sebuah lagu semenanjung:
Dalam lamunanku sorang
Di ambang sore nan lalu
Tiada bisikan kata tenang
Tamasya indahku bisu
Saya terkesiap.
Dalam sekali baca, saya langsung merasa terhubung dengan lagu ini, sekalipun tak benar-benar yakin pernah mendengarkannya di mana. Ada kesunyian panjang yang menyergap dan terasa familiar, dalam pribadi Zaitun sang petualang cinta, dan lirik lagu itu sendiri.
Belakangan saya tekun mencari tahu tentang lagu Melayu itu, berbekal internet ruang cyber kami yang begitu mengenaskan. Lirik yang saya baca rupanya berasal dari lagu ‘Di Ambang Sore’, gubahan paus musik modern Indonesia, Ismail Marzuki. Saya juga menemukan satu versi MP3 yang dinyanyikan dengan amat indah oleh seorang biduan berdarah Batak, Victor Hutabarat.
‘Di Ambang Sore’ adalah sebuah serenade tentang penantian bertahun-tahun yang tak berbalas.
Tiap sore kunantikan
Disimpang tiga titian
Dengan debar kasih sayang
Kata mesra pengharapan
Entah apa sebabnya
Tiada khabar berita
Ujung senja kunantikan
Namun dikau tiada datang
Sejak lama lagu-lagu Melayu memang terkenal luhur karena ketinggian bahasanya. Rima-rima yang diberi nada minor, sehingga hampir pasti terdengar sendu.
Namun ‘Di Ambang Sore’ memiliki hal lain. Bagi saya, lagu ini sejatinya adalah metafora bagi banyak hal. Bukan sekadar ketidakhadiran, melainkan perasaan cinta yang tak lengkap karena tertahan di ujung lidah. Menguap ke udara, tanpa pernah tersampaikan. Lagu bagi mereka yang tidak benar-benar berani mengambil inisiatif tentang perasaannya, dan memilih menanti di ujung jalan.
Kisah ini sangat tipikal anak-anak Madrasah Aliyah kami.
Saya percaya tak hanya saya, namun banyak kawan-kawan saya yang turut menanggung kesunyian ini. Sistem pembelajaran kami, tuntutan untuk menjaga ketakwaan, dan intensitas pertemuan antar kawan yang hampir 24 jam sehari, melahirkan banyak korban-korban perasaan yang tertahan.
Sebagian terlalu alim dan benar-benar khusyuk mendalami agama, terlalu takut akan mengurangi kadar imannya. Saya sendiri pernah menerima disclaimer atas perasaan seorang sahabat kepada saya: ‘saya mencintaimu karena Allah, dan karenanya menolak berpacaran.’
Sebagian lagi terlalu pemalu atau terlalu takut kena setrap jika ketahuan berpacaran.
Beberapa di antara kami, laki-laki dan perempuan, terjebak hubungan perkawanan yang terlalu akrab, hingga terlalu takut untuk melangkah lebih jauh lagi hanya untuk melukai perasaan masing-masing. Hubungan ini berakhir dengan banyak nama. Yang populer disebut sebagai ‘kakak adik’.
Beberapa terlalu malu mengakui bahwa ia menyukai gadis yang sama dengan gadis yang ditaksir sahabatnya. Berusaha legowo untuk menjadi wingman dan tempat curhat yang baik.
Sebagian yang lain cukup puas dengan melirik malu-malu ke arah sisi kantin yang berseberangan, tempat di mana siswa laki-laki dan perempuan makan secara terpisah. Lirikan itu berusaha memburu orang-orang yang mereka sukai, sekalipun tak benar-benar saling mengenal, hingga masing-masing lulus dan menempuh jalan yang berbeda.
‘Di Ambang Sore’ adalah ode untuk anak-anak asrama seperti saya, seperti kami, yang terlalu takut untuk jatuh cinta.
Setelah membacanya dalam Sang Pemimpi, memahami liriknya, dan memasukkan versi Victor Hutabarat ke MP3 player saya yang mungil, ‘Di Ambang Sore’ menjadi musik latar bagi lamunan saya.
Bertahun-tahun kemudian, saya masih mendengarkan ‘Di Ambang Sore’. Masih dengan versi yang sama, milik Victor Hutabarat. Tak lagi di perangkat MP3 player kecil buatan Tiongkok, tentu saja, melainkan lewat Spotify. Kadang-kadang di tengah karaoke bersama kawan-kawan Madrasah Aliyah saya yang belum berkeluarga, tengah pekan selepas jam kerja, saya menyelipkan lagu ini.
Bertahun-tahun kemudian, saya mengenang ‘Di Ambang Sore’ sebagai tanda mata yang ditinggalkan masa remaja saya yang dipenuhi lamunan dan patah hati itu. Kapsul waktu yang bisa dengan bebas saya buka kapanpun.
Ketika memutarnya kembali, saya masih bisa mengingat rasanya, ketika ia besenandung dari buku yang saya baca. Dan lamunan saya; Saya mengingat kesunyiannya.
[CLD, 07/08/20]
4 notes
·
View notes
Text
Arai Yumi Lyrics: CHINESE SOUP (チャイニーズスープ)
English translation and romanization below the cut.
ENGLISH
I sit down in a chair and use my nails To string some pea pods If the pods were my heart, The peas would be men I’ve broken up with They all spill into the bottom of a pot And lose their shape when I simmer them down It’s almost done I made it for you Chinese soup Tonight’s soup is Chinese soup
What if I diced up some onions When you came home late Would it bother you a little To see me shedding a single tear? They all spill into the bottom of a pot And lose their shape when I simmer them down It’s almost done I made it for you Chinese soup Tonight’s soup is Chinese soup I made it for you Chinese soup Tonight’s soup is Chinese soup
ROMAJI
isu ni suwatte tsume wo tate sayaendou no suji wo muku saya ga watashi no kokoro nara mame wa wakareta otoko-tachi minna koborete nabe no soko nikonde shimaeba katachi mo naku naru mou sugu dekiagari anata no tame ni Chinese soup kon’ya no su-pu wa Chinese soup
osoi kaeri wo matsu toki wa puti onion no mijin-giri namida no hitotsu mo nagashitara sukoshi ki ni shite kureru desho minna koborete nabe no soko nikonde shimaeba katachi mo naku naru mou sugu dekiagari anata no tame ni Chinese soup kon’ya no su-pu wa Chinese soup
5 notes
·
View notes
Photo
Birthday presents, Art trades or just some random shitposting for friends!! :^)
OCs belong to @miru-p, @sunnymimis, @junnkou, @novanoah, and me!
#OCs#Sasaki Gumi#burudrawings#Kyung-seok Choi#Kwang-soo Yoon#Sana Sakurai#Taiji Hirata#Saori Hinode#Mira Honzu#Willow Hayes#Ren Kozuki#Ryota Arai#Saya Arai#Ayako Shiratori#Ena Eguchi#I think those are all sdfghjkgjhuygtrfdefg
37 notes
·
View notes
Text
Travel Buddies.
Yen Ocariza © 2018
“Excited na ‘ko!” Sabi ko sa kaibigan ko. “Alam mo ‘yon? ‘Yong feeling na makakasama ko sila buong summer.”
“‘Wag masyadong ma-excite ‘te! Hahaha! Mamaya ‘di pa matuloy, ikaw rin,” pabirong sagot ni bespren.
“Ikaw naman! Panira ka rin ng moment e, ‘no?” sambit kong nakasimangot.
Pagkarating ko ng airport, nakita kong nagse-setup ang crew ng show kung saan ako nanalo ng all-expenses-paid trip to CamSur with two celebrities. Ang swerte ko lang dahil ako ang hina’Yaan nilang mag-decide kung sinong celebrities ang gusto kong maging travel buddies. At dahil napakakapal ng mukha ko, e sina Julie at Elmo lang naman ang pinili ko. Kebs!
“Eto na! Cam Sur, here I coooome!” Sabi kong sabay taas ng dalawa kong kamay na para bang gusto kong yakapin ang hangin. Chos!
Maya-maya pa’y may nakita akong pamilyar na sasakyan. “Kay Elmo ata ‘to ah?” Tanong ko sa sarili. “Hey bro!” sabi ni Drew pagdaan sa kinatatayuan ko habang sinasalubong si Elmo. “Hey bro!” sagot ni Elmo.
Napangiti ako. Sobrang cute pala ni Elmo sa personal. Eto na, maya-maya pa ay may lumabas mula sa passenger’s seat ng kotse ni Elmo. Si.. “Julie?!” Napasigaw ako sa sobrang tuwa. Napalingon ang tatlo sa ‘kin. Pulang-pula naman mukha ng lola nyo. Haha!
“Hihi! Sorry pooo.” Nasambit ko nalang paglingon nila. “Teka lang kuya, ba’t magkasabay na dumating sina Julie at Elmo?” naitanong ko sa isang crew. “‘Di ko po alam ma’am.” Sagot ni kuya. ‘‘Nak ng tokwa naman, may ‘di ba ako alam tungkol sa kanilang dalawa?’ tanong ko sa isip.
Naisipan kong tawagan si bespren. “Hello, bespren!”
‘Uy, bespren! Napatawag ka? ‘Di na tuloy ‘no? Hahaha!’ pang-asar na sagot nya mula sa kabilang linya.
“Tuloy na tuloy ‘no! Andito na nga kami sa airport e. Haha! At hulaan mo kung anong nakita kong nangyari kani-kanina lang.” Excited kong sagot kay bespren.
‘Ano?’
“Magkasabay na dumating sina Julie at Elmo.”
‘Ha? Lagi naman ‘di ba?’
“Hindi kaya! E sa magkaibang kotse naman sila lagi e. Ngayon, sa iisang sasakyan lang sila nanggaling.”
‘Hala! Kailan pa? Ba’t ‘di ko alam?’
“Aba malay ko. Kanina ko lang rin nalaman ‘no. O sige na, magbo-board na kami. Bye bespren. Usap nalang tayo pag-uwi ko ha? Hahaha!” paalam ko kay bespren.
“Okay everybody, let’s go!” narinig kong sigaw ni Direk Rico. Papasok na kami ng eroplanong nirentahan ng show. Medyo awkward. Wala akong kausap. Wala kasi si bespren. Hiamalang tahimik ako ngayong araw. Pagkaupo ko, tingin lang ako sa bintana. “Hey Yen!” nakangiting bati ni Drew pagkaupo sa tabi ko. “Hello po.” Awkward smile.
“‘Wag mo na ‘kong pinu-po. Excited ka na ba?” Tanong nya sa ‘kin. Akala mo naman close kami. “Sobrang excited, pero medyo kinakabahan,” sagot ko. “Bakit naman?” biglang singit ng isang lalaking papalapit sa pwesto namin. Sabay kaming napalingon ni Drew sa kanya – si Elmo lang naman ang nagtanong. Naks! May gano’n?!
“E kasi .. Ah, excited ako na k-kinakabahan kasi kasama ko kayo ni Julie buong summer.” Nauutal na sagot ko kay Elmo. Sobrang starstruck lang ang peg. Kebs! Sinagot nya lang ako ng isang pamatay na ngiti. Pulang-pula na naman ang lola nyo.
Sa likod ni Elmo ay nakasunod si Julie. Nakatitig lang ako sa kanilang dalawa. Sobrang ganda nya. Bagay talaga sila. Sino’ndan ko lang sila ng tingin sa pwesto nila. Ka-row lang namin. Pero may nakita akong hindi ko inaasahan. “Ohmygosh!” nasambit ko sabay palo sa braso ni Drew.
“Aray ko naman! Ba’t ka ba nanghahampas? Haha!” sagot ni Drew habang himas-himas ‘yong braso. “Ay sorry! Hihi! Ba’t sila magka-holding hands ng super tight?” tanong ko kay Drew sabay lipat ng tingin sa dalawa.
Ngiti lang ang naisagot sa ‘kin ni Drew. Ngiting akala kong may nalalaman. Hmm! I see and smell something sugary around here. Humanda! Boarding na. Nakatulog na ‘yong katabi ko. Ako naman nagbabasa lang ng magazine. ‘Yong dalawa sa kabilang sulok, ayon nilalanggam. Sobrang sweet, nakakainis kasi nakakakilig.
“Baby.” Narinig kong sabi ni Elmo. “Yes baby?” sagot naman ni Julie. Napakunot-noo lang ako. Anong meron? ‘Baby’? Hala! May hindi talaga ako alam, kaya nakinig nalang ako sa usapan no’ng dalawa pero kunwaring nagbabasa ako. “Pagdating natin do’n, wakeboard tayo,” sabi ni Elmo. “Sige ba. Pero turuan mo ‘ko?” Lambing ni Julie.
“Sure. Basta ba may kiss?” pabirong sambit ni Elmo. “Sapak, gusto mo? Hahaha!” sagot ni Julie. Hala! Ano ‘to? May kiss? Ang dami ko nang nalalamang ‘di ko kinakaya. Maya-maya pa, napansin kong tulog na rin ang dalawa. Tinignan ko at nakahilig ang ulo ni Julie sa balikat ni Elmo habang magkahawak ang mga kamay nila.
Kinuha ko ‘yong camera ko. Picture! Ayon, unang ebidensya. “Naku lagot! May flash!” pabulong kong nasambit. ‘Di naman nagising ‘yong dalawa. Buti nalang. Kinabahan ako do’n. Whew! Isang oras pa at magla-land na ang eroplano namin. Eto na! Adventure time time time. Lalala! Hehe.
Isa-isa nang nagising ang mga kasama ko. Ako lang ata ‘yong ‘di natulog sa sobrang excitement. Bumaba na kami ng eroplano at dumiretso sa hotel. Ako lang mag-isa sa kwarto ko. Nakakalungkot. Maya-maya pa, may narinig akong naghaharutan mula sa kabilang kwarto. Kinatok ko, pinagbuksan naman ako. Akalain mong sina Julie at Elmo ‘yon?
“H-hi?” Sabi ko sabay pa-cute na ngiti. “Come in.” Sabi naman ni Julie. “S-sige.” Nauutal na naman ako. Ano ba ‘yan. Hahaha! Sorry pooooo, nasa-starstruck lang sa dalawa. “Ba’t ka ba nauutal? Haha!” natatawang tanong ni Elmo. “E kasi.. ang gwapo mo at ang ganda nya. A-at.. kinikilig ako!” Sabi ko.
Natawa lang ‘yong dalawa. “Anong meron sa inyo?” Bigla kong naitanong sa kanila. ‘Di ko na talaga napigilan. Nagkatinginan muna sila bago sumagot, “Kami na.” Sabay nilang sabi.
Napanganga ako at napatulala sa nalaman ko. ‘Seryoso?!’ tanong ng isip ko. Pumitik si Elmo sa harap ng mukha ko, naalimpungatan ko. Mamula-mula ‘yong mukha ko sa kilig. “S-seryoso?! Kailan pa? Ba’t ‘di namin alam? Paano?” sunud-sunod kong tanong.
“Chill! Isa-isang tanong lang. Hehe.” Sabi ni Julie. “Five years na kaming mag-on ni Moe. ‘Di lang namin sinasabi sa press para ‘di kami pagpyestahan. Si Maqui at ‘yong family lang namin ‘yong nakakaalam at ngayon kasama ka na sa mga nakakaalam.” Paliwanag ni Julie. Hinawakan ni Elmo ang kamay ni Julie, “Sana secret lang natin ‘to? Please?” Pakiusap sa ‘kin ni Elmo. “Oo naman ‘no! You can trust me.” Sabi kong ngiting-ngiti.
“Thank you,” sabi nilang niyakap ako. Natulala na naman ang lola nyo o! Ikaw ba naman yakapin ng artista? Hahaha! “A-ahm, pwede bang magpa-picture?” sabi ko. “Sure,” sagot ni Julie. “Wait, kunin ko lang ‘yong cam ko sa kwarto.” Sabi kong nagmamadaling tumakbo palabas para kunin ‘yong camera ko sa kabilang kwarto.
“Goodmorning,” sabi ni Drew sa ‘kin pagkalabas ko ng hotel room. “Goodmorning,” sagot ko naman. “Sa’n sila Julie at Elmo?” “Nasa beach, nagwe-wakeboard.” Nakangiting sagot ni Drew. “Ganitong kaaga’t kainit? ‘Di ba sila mangingitim no’n?” Natatawa kong tanong. “‘‘Yaan mo na, nag-eenjoy e. Ikaw, ‘di ka pa ba maliligo?” sagot naman ni Drew sa ‘kin. “Mamayang konti,” nakangiti kong sagot.
“Drew, take na tayo.” Sabi ni Direk. “Okay Direk!” saka nagsimula nang mag-shoot ng show. Tinitignan lang namin si Drew sa isang monitor sa loob ng tent, waiting for our cue from Direk. Katabi ko sina Julie at Elmo na nagkukulitan na naman. Nakaka-out of place, pramis! Ang sweet nitong dalawa. Tse!
Ilang minuto pa, tinawag na kami para sa mga activities na isu-shoot. Naks! Hirap palang maging artista. Hahaha! Now I know. Charot!
“Okay.. and Cut!” sigaw ni Direk. Lumalalim na ang gabi no’ng natapos ang shoot. Grabe, sobrang nakakapagod pala talaga. May ilang araw at isang buwan pa ng shooting. First day palang, napagod na ‘ko. Pero buti nalang kasama ko ‘yong dalawang lagi kong gustong makita. Haha!
“Goodnight, Julie! Goodnight, Elmo.” Nakangiti kong bati sa dalawa bago pumasok sa kwarto. “Goodnight, Yen,” sabay nilang sabi.
Madaling araw, naalimpungatan ako sa ingay ng kabilang kwarto. “Grabe naman ‘tong dalawang ‘to. Madaling araw na, nagkukulitan pa rin?” Tanong ko sa sarili. Napapangiti lang ako. Ang saya lang sa feeling na assured ka sa kanila. You guys know what I mean? ‘Yong kahit ‘di na sila on-screen nagkakatambal, e alam mong ‘di na sila mawawala. Tiwala lang!
Maaga akong nagising kinabukasan. Picture-picture sa view ng CamSur. Himalang wala masyadong tao ngayong taon. Mabuti na ‘yon nang ‘di mapagpyestahan sila Julie at Elmo ‘no, ‘di ba? Hihi!
Alas-dyes na ng umaga nang magising sina Julie at Elmo. Nakita ko silang papalabas ng hotel na magkahawak-kamay. “Goodmorning,” bati ko. “Hi. Goodmorning,” nakangiting sagot naman nila. “Anong gagawin natin today?” ani Julie. “‘Di ko alam e, ‘di pa nagpapakita si Direk,” sagot ko sa tanong nya.
“Breakfast muna tayo, babe?” sabi naman ni Elmo. “Sige babe,” nakangiting sambit ni Julie. “Sama ka?” tanong ni Elmo sa ‘kin. I smiled, “‘Wag na, makakaistorbo pa ‘ko sa inyo e. Hahaha!” pabiro kong sagot. “No worries,” sambit ni Elmo. “‘Di, okay lang talaga. Kumain na ‘ko kanina sa room.” Sabi ko.
“You sure?” Tanong ni Julie. “Yeah,” sagot ko. “Sige na, baka nagugutom na kayo. Okay na ‘ko dito. Don’t worry.” “Sige, see you later.” At ayon, tinignan ko lang silang magkahawak-kamay na naglalakad sa white sand. Kinuhanan ko sila. Ang ganda. Ang saya. Naluluha na ‘ko sa tuwa at kilig. Charot!
Second week na namin sa CamSur. Activity for today – trecking. Hooray! Ang ganda ng rainforest dito. Bagay sa mag-jowa. Haha! Napaisip ako. Ting! Bright idea.. “Julie, Elmo, pose kayo do’n dali!” sabi ko, sabay turo sa isang magandang puno. “Dito?” Tanong ni Julie. “Oo, dyan, kukunan ko kayo.” Sabi kong excited. “Game!” sambit ni Elmo. Kinuhanan ko sila ng litrato. Tinignan ko isa-isa ang mga ‘yon.
“Ba’t ‘di kaya mag-photoshoot nalang tayo ng pre-nups nyo? Haha!” pabiro kong suggestion sa dalawa. Nagkatinginan sila, “Sure. Why not?” sabi ni Julie. “Okay lang po ba, Direk?” tanong ni Elmo kay Direk Rico. “Oo naman, ayos lang rin bang ipakita sa show?” balik-tanong ni Direk. “Is that okay, babe?” tanong ni Elmo sa nobya. “Sure, I think it’s time Moe.” Nakangiting sagot ni Julie.
“Awwe,” tanging nasambit ko sa mga nakikita ko. “Okay, take na tayo Direk!” sigaw ni Elmo na halatang sobrang saya. “Okay, Ready.. and Action!” sigaw ni Direk. Napadpad kami sa isang hot spring sa pusod ng rainforest. Naisipan kong kuhanan ulit ang dalawa sa magandang view. “Julie, Elmo, picture!” sigaw ko. “Sige,” ani Elmo.
Pagkatapos kong makuhanan sila ng napakaraming litrato, ipinakita ko kay Julie. “Ang galing mo naman palang photographer e,” natutuwang sabi ni Julie sa ‘kin. “Hehe. Thank you.” Nahihiyang sagot ko naman. “Sa’n si Moe?” tanong ko. “Ah, nasa kwarto. Nagpapahinga e. Napagod ata sa shooting. Hehe,” malambing na sagot ni Julie.
“Juls, masaya ka ba?” biglang tanong ko. “I mean – ” “Oo naman, sobra. No’ng sinabi pa lang sa ‘kin ni Elmo na gusto nya ‘ko, sobrang saya ko. ‘Di ko alam kung anong nangyayari sa ‘kin no’ng time na ‘yon. I felt like, as if I was in a fairytale. Do’n sa part na magkaka-happy ending na..” Kwento lang ng kwento si Julie, ‘di namin alam, kinukunan na pala kami ni Direk.
“..na darating si Prince Charming at magko-confess kay Cinderella. Tapos sabay silang tatakbo na magkahawak ang kamay. Ang saya lang. Lalo na no’ng sinabi nyang ipapakilala nya ‘ko kina tita Pia. I mean, I know them already, pero no’ng officially, natuwa ako.”
“Napaiyak pa nga ‘ko e. Haha! Iba kasi talaga ‘pag ipinakilala ka no’ng guy sa family nya. Alam naman nating lahat ‘di ba, na family guy si Moe? Tapos wala pang pinapakilalang girlfriend sa family nya, until me. Nakaka-touch. Gano’n din nga raw naramdaman nya no’ng ipinakilala ko sya kina mama. First boyfirend ko kasi si Moe. And I know and I’m sure, he’s the one for me.” Naluluhang pagtatapos ni Julie.
“Awwe, ang cute naman pala ng story nyo,” nakangiting sambit ko. “Himalang ‘di nasagap ng mga adiks ‘yan, pero thank you Julie ha?” “Hmm? For what?” tanong nya. “For trusting me your story,” sagot ko. “Sus! Ano ka ba, wala ‘yon. Ikaw pa, e close na tayo ‘di ba? Hehe,” sabi ni Julie. Shocks! Close na kami, as in CLOSE! Ang sarap pala sa feeling. Hihi!
Maya-maya pa’y nakita naming papalapit na sa ‘min si Elmo. “Hi baby,” sabi nyang nakangiti at pagkalapit kay Julie ay hinalikan ito sa noo. “Hi, babe. Slept well?” tanong ni Julie. Naka-roll pa rin pala ‘yong camera at pinapanood lang kami nila Direk sa monitor. Wais ka din Direk e, ‘no? Haha! Isa ka pa Drew! Lumapit sa ‘min si Drew, “Hey guys!” “Hey bro,” sagot ni Elmo. “So, surfing tayo?” Pagyayaya ni Drew. “Game!” sabay-sabay naming sagot. “Okay, let’s go.” Sabi ni Drew.
Whole day kaming nag-surfing. Ang sweet talaga ng JuliElmo, akalain mo ba namang pati sa surfing magkahawak-kamay pa rin. Naks naman! “‘Di na ba talaga maghihiwalay ‘yan?” tanong ni Drew no’ng mapansing nakatingin lang ako sa dalawa habang nakangiti. Nagkibit-balikat nalang ako.
“Okay, CUT!” biglang sigaw ni Direk. “Ang dami nang langgam, umabot na sa dagat. Haha!” Pabirong sabi ni Direk na kunwaring nagpapagpag ng langgam. “Direk talaga,” nasambit nalang ni Elmo sabay kamot sa ulo. “‘Yaan mo na babe, naiinggit lang si Direk. Haha!” pabirong sabi ni Julie. Natawa nalang kaming lahat.
Last dinner together. Grabe ‘tong mga nangyayari sa CamSur. Buti nalang kinakaya ko kahit wala ‘yong Medics. Haha! Eto na naman ‘tong dalawa, subu-subo ‘pag may time. Hmm, naiinggit tuloy ako. Bigla kong namiss si boyfie. Medyo sad, pero kebs! At least nag-enjoy ako kasama sila Julie at Elmo.
Maaga kaming nagising para magligpit ng gamit, may kumatok sa kwarto ko. “Yeeen!” sabi no’ng nasa labas. Binuksan ko. “Uy, Julie? Anong meron?” nagtataka kong tanong. Sobrang saya niya. Dali-daling tumakbo papasok si Julie hatak-hatak ako. “Aray ko naman Juls, ang sakit ah.” Sabi kong himas-himas ang pulso ko. “Sorry naman, ang saya ko lang. Hihi!”
“Bakit naman? An’yare? Spill!” sabi kong nakakunot-noo. “Kita mo ‘to?” Sabi ni Julie sabay taas ng kaliwang kamay, “Nag-propose na si Moe sa ‘kin kanina!” Napangiti ako. Ang saya ko. “Seriously?!” tanong ko habang tinitignan ‘yong singsing sa finger ni Julie. “Congrats!” bati ko sa kanya sabay yakap. “Thank you,” sabi nyang nakayakap na din sa ‘kin.
“Let’s go na?” Sabi ni Drew sa ‘kin pagsilip sa kwarto ko. “Yeah, susunod na ‘ko. Almost done.” Sagot ko. “Sige, see you nalang sa lobby,” sabi ni Drew. “Sige,” sambit ko. Pagkalabas ko ng kwarto, saktong kakalabas din nina Julie at Elmo. “Congrats!” bati ko kay Elmo. “Thanks,” nakangiting sagot ng binata.
“Grabe, mas masaya pa ata ako sa inyong dalawa e. Haha,” pabiro kong sabi. Natawa lang sila, halatang masayang-masaya. Bitbit ni Elmo ang mga gamit nila ni Julie sa kaliwang kamay, hawak naman nya sa kanan ang kamay ng nobya. Nakasunod lang ako sa kanila, nakangiti.
Kinuha ko ulit ‘yong camera ko, kinuhanan ko sila. Saktong pag-click ko, napalingon sila sa ‘kin. Ang ganda no’ng picture, kitang-kita na masaya sila. Haha! “Ksilan kaya ang kasal? Invited kaya ‘ko? Haha!” pabulong na naitanong ko sa sarili. “Punta ka sa kasal namin ha? Papadala ko nalang ‘yong invitation,” nakangiting sabi sa ‘kin ni Elmo.
“Totoo, invited ako?” natutuwa kong tanong. “Oo naman ‘no. Ikaw pa, ang lakas mo kaya sa ‘min. ‘Tsaka ikaw magiging photographer namin sa kasal,” sabi ni Julie sabay kindat sa ‘kin. Hala! Akalain mong may raket pa ‘ko sa future? Haha! Ako na, ako na talaga.
Pagkauwi ng Manila, nag-lunch kami sa isang Japanese restaurant. Last group picture at last picture ko with Julie and Elmo – so far. Hehe! E may wedding pa ‘di ba? Chos! Tinawagan ko na si bespren. “Hello, bespren!” sabi ko. ‘Hoy! ‘Nak ka ng tokwa, ba’t ngayon ka lang nagparamdam?’ Tanong ng lukaret kong bespren. “Basta, masyado lang kasi akong nag-enjoy sa CamSur. Sorry pooo,” sabi ko.
‘Ewan ko sa ‘yo. Kinalimutan mo ang bespren mo no’ng makarating ka lang ng CamSur kasama sila Julie at Elmo,’ pagtatampong sambit ni bespren.
“Tse! ‘Wag ka ngang magdrama dyan, ang dami ko kayang pasalubong sa ‘yo bruha ka!” sabi ko. ‘E ‘yon naman pala e, asan ka na? Pasundo kita, gusto mo?’ ani bespren. “Gaga ka talaga! Nakarinig lang ng pasalubong, bumalik na sigla mo. Haha! Sige na, uuwi na ‘ko. Magta-taxi nalang ako. Bye!”
“So, pa’no guys? Una na kami.” Paalam ni Drew. “Sige, bro. May date pa kami ni Julie babes ko e.” Sabi ni Elmo. “Naks! Sige, congrats nga pala. Ang galing nyong magtago ah? ‘Di namin agad nahalata. Buong akala ko walang meaning ‘yong babe nyo,” natatawang sambit ni Drew. “Hehe. Ayaw kasi naming pagkaguluhan,” sabi ni Julie.
“Kunsabagay, kahit naman ako. Haha! Pa’no see you both nalang sa work.” Paalam ni Drew sa dalawa. “Yen, I’ll go ahead,” paalam din nya sa ‘kin. “Sige, bye. Thank you.” Sagot ko. “Direk, thank you po!” sigaw ko kay Direk na sinagot ako ng ngiti at kaway. “So, pa’no Julie, Elmo, I heard may date pa kayo?” tanong ko sa dalawa.
“Yeah. Pa’no, we’ll go ahead na?” paalam ni Julie. “Sige, ingat. Call me nalang about sa wedding.” Nakangiti kong sabi. “Ay teka,” singit ni Elmo. “Bakit?” sabay naming tanong ni Julie. Tumingin si Elmo sa ‘kin, “Sa’n ka ba uuwi?” “Makati,” nagtataka kong sagot. Tumingin naman sya kay Julie, “Babe, on the way lang. Okay lang ba kung sumabay na sya sa ‘tin?” “Oo naman ‘no, bakit hindi,” nakangiting sagot ni Julie.
“Talaga?” sabi kong sobrang natuwa. “Let’s go. Do’n ka na sa likod.” Sabi ni Elmo. “Sige,” excited kong sagot sabay bukas ng pintuan ng kotse ni Elmo. Habang nasa byahe, tahimik lang akong nakatingin sa dalawa. “Yen, ba’t ang tahimik mo?” Nakangiting tanong ni Julie na lumingon sa pwesto ko.
“Wala, masaya lang ako. Masayang-masaya!” sagot ko. “Bakit?” sabay nilang tanong. “E kasi kayo e. Haha! Alam nyo na ibig kong sabihin.” At nagtawanan nalang kaming tatlo. “Ahmm, Moe, dito nalang. Ilang hakbang nalang naman e.” Sabi ko kay Elmo pagkarating ng Makati. “Sure ka?” Nag-aalalang tanong ni Julie.
“Yeah, baka kasi may makakita pa sa inyo. Pagpyestahan pa kayo, ‘di ba?” sabi kong nakangiti. “Sige, ikaw bahala,” sabi ni Elmo saka inihinto ang kotse sampung hakbang papunta sa condo ko. “Salamat ha? See you soon,” sabi kong pagkabukas ng pintuan para lumabas. “Welcome, wait for the invitation nalang ha?” nakangiting sagot ni Elmo. “Sige,” sambit ko at saka isinara ang pinto. Pinagmasdan ko lang ang kotse hanggang sa nawala na ito sa paningin ko bago ako pumasok sa building.
Pagkapasok ko sa unit, “Yeeen!” sigaw ni bespren na sinalubong akong ng mahigpit na yakap. “Aray ko naman ‘te, ‘di ako makahinga.” Sabi ko. Kumalas si bespren sa pagkakayakap, “Teka, ba’t parang ang bilis ng taxing sinakyan mo?” nakakunot-noong tanong nya. “Basta, mabilis magmaneho ‘yong driver e. Haha!” pabiro kong sagot.
“Ewan ko sa ‘yo. Baliw ka na. Nakasama mo lang sina Julie at Elmo sa CamSur, wala ka na sa matinong pag-iisip. Haha!” pang-aasar ni bespren. “‘Di kaya! O ayan, mga pasalubong mo,” sabi ko sabay abot kay bespren ng mga pasalubong. “Spill!” biglang sambit nya. “Ha?” sagot ko.
“Anong nangyari sa CamSur? May balita ba?” seryosong tanong nya sa ‘kin. Nginitian ko lang sya. “Uy bespren, chika naman. Sige naaa,” paglalambing ni bespren. “Wala nga. Basta, maghintay ka nalang.” Pang-asar kong sagot sabay belat kay bespren. Hindi ko kasi maikwento sa sobrang saya. Hahaha!
“Bespren! May mail ka,” sigaw ni bespren mula sa sala. “Kanino raw galing?” Sigaw ko mula sa kusina habang nagluluto ng breakfast. “‘Di ko alam e, basta sabi no’ng kartero para sa ‘yo daw.” Sagot nya. “Sige, pakilagay nalang dyan sa coffee table. ‘Lika na, kakain na,” sabi kong naghahanda ng lamesa.
Tinignan ko ‘yong mail. Pagbukas ko ng sobre, nakita kong may plane ticket at invitation para sa kasal. Naks! ‘‘Di nga talaga nagbibiro ‘yong dalawa. Invited nga talaga ako,’ sabi ng isip ko. Tinawagan ko si Julie, “Hello, Juls!” ‘O Yen, natanggap mo ba?’ sabi ni Julie sa kabilang linya. “Yeah, hawak-hawak ko. Seryoso pala talaga kayo na invited ako ah? Hehe.” Pabiro kong sabi.
‘Oo naman ‘no, isa ka sa naging witnesses namin ni Moe. Kaya ang laki ng pasasalamat at tiwala namin sa ‘yo.’
“Nga pala, ba’t may kasamang plane ticket ‘to papuntang Batangas?”
‘Sa Batangas kasi kami magpapakasal. Isa ‘yon sa favorite places namin ni Moe. Tsaka, dapat sabay tayong pumunta don ha.’
“Sige ba,” nakangiti kong sagot.
‘So, pa’no? I have to go Yen, may photoshoot pa kami ni Moe e.’
“Magkasama kayo? Pakisabi salamat din, pati sa ‘yo. Haha.”
‘Sure. You’re welcome,’ pagtatapos ni Julie sa usapan namin. “Grabe, ang saya naman. Magiging witness pa ulit ako sa isa na namang chapter sa buhay nilang dalawa.” Sabi ko sa sarili. “Hoy! Sinong kausap mo?” tanong ni bespren. Napalingon ako, “Ha? Wala.” Sagot ko. “Ano ‘yan?” tanong nyang nginuso ang hawak ko.
“Ah, invitation. Para sa isang party sa Batangas tsaka plane ticket.” Nakangiti kong sagot. “Ah, okay.” Sambit ni bespren.
Batangas bound – again with Julie and Elmo. Ang saya! Magkakatabi na kaming tatlo sa eroplano. Ako, si Julie, tapos si Elmo. Nasa may bintana ako, para daw ‘di ako mainip sa byahe. Days before the wedding, dinala nila ako sa isang magandang clubhouse. Kinuhanan ko sila ng mga litrato habang namamasyal.
Nag-online ako kinagabihan. Twitter ni Julie, twitter ni Elmo. Facebook ko. May nag-pop up. “Uy, notification,” sabi ko sa sarili. ‘Julie Anne tagged you and Elmo Moses Magalona in a post ..’ sabi no’ng notif. I clicked it then binasa ko, “Travel Buddies in Cam Sur and Batangas – feeling happy with Elmo Moses Magalona and Yen Cedeño Ocariza.” Tapos nakita ko may picture naming tatlo.
Click ng Like. Highlight sa Timeline. Boom! Ang sarap pala sa feeling. Grabe, akala ko hanggang faney nalang ‘yong peg ko. Naging travel buddy pa ako nitong dalawa. Achieve na achieve! Nga pala, after pa ng wedding naipalabas sa show ‘yong episodes namin sa CamSur.
1 note
·
View note
Text
Kesah di MTs Ali Maksum
Well, gua ada sedikit goresan di hari senin dini hari pukul 1:02 WIB ini. Tadi pagi hari Ahad gua dikasih setumpuk map berwarna coklat berisikan lembar jawaban essay Mapel Fiqh.
Pssst, kita flasback dlu ke belakang awal mula gua bisa ngampul mapel ini, jadi waktu gua dapet jadwal piket gua disamperin ama Waka. Pengajaram gua ditawarin tuh suruh badal (ganti) pak Agus Qushairi yg tiba² resign, alhasil dengan ditodong gtu, sebenarnya gua agak nolak
"Maaf pak saya ga expert sama Fiqh, background saya sastra Arab"
"Gapapa bu, cuma sebulan ini aja kok"
Singkat cerita gua gantiin pak Agus yg tsk lain adalah suami mba Cikmah temen pondok satu rayon Q6. Dalam sebulan itu gua ngajar tentang shalat jamak dan qashar, shalat sunnah muakkad dan ghairu muakkad dengan mengacu pada buku jadul yg terdapat di perpus Mts Alma. Well, diakhir bulan anak² minta kisi² buat ujian, nah disitu kebingungan muncul dan awal perkara ini dimulai. Gua kasih kisi² A-Z, dan anak² meneyetujui dan mematuhi. Setelah KBM resmi ditutup, anak2 bersiap untuk mengikuti PAT, kejanggalan mulai gua rasain sebab sampai H- sekian ujian gua ga dapat konfirmasi atau koordinasi buat nyerahin soal yg kudu gua bikin, gua diem pihak MTs juga diem. Jadilah diem² bae! Dan lu tau apa yg terjadi, pas gua ngawas anak2 pada protes sehingga gua kudu bikin klasifikasi dadakan, mereka bilang dan merasa kecewa kalo ujiannya benar² tdk ada sama sekali pelajaran dan kisi² yg gua kasih kemaren. O My God, dan ternyata benar, gua ngerasa bersalah gua liat soalnya bener aje, isinya ga ada sama sekali materi yg gua kasih ke mereka. And the fact adalah bahwa Bu Bintun lah yg berinisiatif semena-mena menyerahkan soal ujian tahun kemaren. What the illness structure! Kok bisa? Akhirnya gua muring² sebab gua ga ngerasa bikin soal tapi dipasrahkan buat ngoreksi soal essay, pertama org yg kena muntab gua adalah mba cikem selaku istrinya pak Agus Qushairi, kedua adalah pak agus, terus gua muring² ke pak Aziz, dan terkahir mba Aray yg kasih gua map coklat ini, tapi setelah itu mba Arat berhasil nenangin gua
"udah vah, kasih aja semuanya 30 terus tambahin sana pilihan gandanya"
"Huftt, baiklah.. Jadi aku nih yg koreksi!"
Sesaat kami mengobrol dengan rasa dongkol yg masih bercokol, ngbrol ngalor ngidur dan curcol suka duka ngajar di Mts Alma, sampai pada kebijakan pemerintah lah, kebijakan pihak Mts lah, guru² yg sepuh dan harus di upgrade, program unggulan bahasa yg ga jelas dan kurangnya tenaga pendidik. Whats kurang? Hemm. Mb ara jga bilang sbnernya guru itu banyak program baru tapi anak²nya yg ga respect dan ga mau buat jalaninnya, sama kek pemerintah Indonesia udah pnya program bagus kayak bank sampah, tapi emang masyarakat Indonesianya aja yg belum siap ngejalaninnya, beda sma Jepang ug udahdilatih disiplin dari orok shgga terbiasa dan kebawa ampe gede.
Well, terkahir pada sesi mengingatkan, gua ngingetin mba aray buat buru² rampungin al qurannya, ngingetin mau sampe kapan di Q6 aja?, mb Aray itu malas! Dan dia ketawa, soalnya gua jga malas mba. Terus doi jg bilang kalo doi ga suka kalo slama ini doi ngajar di alma dikatakan sebagai profesi padhal doi itu sejatinya ngabdi! Titik.
Sungguh banyak pelajaran yg bener² bisa gua petik dari semua ini, tentang bagaimana berkoordinasi itu sangat penting. Penting banget! Wa syawirhum fiil amri, dan beemusyawarahlah kalian dalam segala permasalahan. Hem, akhirnya yg dikorbankan anak² yg sudah belajar tapi ujian yg keluar 180° berbeda dnwgan materi yg diajarkan. Bukan anak² aja, gua selaku badal selama sebulan, merasa bener2 bersalah. Hiks. Maafim mb opa ya aanak2.
.
Krapyak, senin 13 Mei 2019
8 Ramadan 1440 H
Ramadan Kareem 1: 23
1 note
·
View note
Photo
#akb48#ske48#nmb48#arai yuki#takita kayoko#yokoshima aeri#kawamoto saya#naiki kokoro#shimoguchi hinana#v sign
3 notes
·
View notes
Text
'Dia menangis tak berhenti kerana rindukan keluarganya yang jauh di kampung'
Sedih melihat gambar-gambar seorang murid lelaki berketurunan Penan (bumiputera Sarawak) ini yang tidak berhenti-henti menangis kerana rindukan keluarganya yang jauh di kampung.
Jarak kampung dengan sekolah yang jauh, menyebabkan dia tiada pilihan dan terpaksa tinggal di asrama sekolah di mana dia terpaksa berdikari dalam semua hal.
Bagi yang pernah merasa, pastinya perit rasa di hati seperti ditinggalkan ibu bapa. Namun percayalah, ibu bapa mahu anaknya menempa ilmu yang boleh menjadikan dirinya sebagai manusia berguna di masa akan datang.
BILA saya tiba di sekolah ini, saya terus terpandang pada murid lelaki ini (kerana rambutnya) yang membelakangi sekolah dan memandang jauh ke arah kampung di bawah bukit.
Apabila saya mendekatinya, rupanya dia menangis. Saya tidak tahu kenapa dia menangis. Mungkin sebab dia diusik oleh rakan-rakannya? Atau mungkin sebab dia terlupa bawa pensil ke kelas?
Saya cuba menceriakannya, jadi kawan dia, tunjuk kepada dia cara mengambil selfie tetapi dia tetap menangis juga.
Dia memakai pakaian sekolah yang sudah lusuh, yang berbintik-bintik. Tertera Aray pada tag namanya, tetapi saya dapat tahu nama dia sebenarnya adalah Reno, murid Tahun 2 (8 tahun) dan dia kerap tidak hadir ke sekolah tahun lalu. Namun pada tahun ini dia terpaksa tinggal di asrama kerana kampungnya jauh dari sekolah.
Di hari karnival semalam, ramai ibu bapa yang datang dari jauh untuk hadir bersama. Kalau tidak silap saya, ibu bapa Reno tidak dapat datang. Ada yang kampungnya terletak jauh dari sekolah dan ia mengambil masa yang lama untuk sampai ke sekolah.
Reno homesick, dia menangis kerana dia rindukan keluarganya. Pilu hati saya apabila mengetahui keadaannya sebegini.
Saya teruskan tugas saya dan kemudian saya terjumpa semula dia yang masih menangis dan terus menangis. Reno duduk di pintu belakang kelas. Saya cuba menceriakan dia lagi dengan memberinya sebatang lolipop. Dia ambil tapi dia masih menangis.
Di waktu tengah hari, saya ternampak dia pergi ke asrama dan menyambung tangisannya di sana.
Sumber: Teacher Azmira Amran
from The Reporter https://ift.tt/2RgMdEr via IFTTT from Cerita Terkini Sensasi Dan Tepat https://ift.tt/2CDW2rQ via IFTTT
6 notes
·
View notes
Text
ARAH LANGKAH .
seperti kata Arai dalam Nopel Sang Pemimpi “ Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi - mimpimu”
Aku, aku tak tahu, tetapi aku sudah katakan, aku sudah melangkah hanya untuk mengatur langkah dan tanpa ada nilai yang di pertaruhkan ,
Namun setelah itu aku tak tahu, tetapi aku sudah katakan, semua orang memulai dengan langkahnya mereka sendiri. Ada orang yang menahan langkahnya, dia tahu dia akan sampai di sana suatu hari, juga ada orang yang ragu dengan langkahnya dan berpikir apakah benar atau mungkin tidak, aku tidak tahu,
Dan ada juga melangkah di dorong kekuatan dalam dan terlalu benar dan percaya diri, itu semua kita lihat dalam kehidupan, tetapi mereka disini untuk memperlihatkan titik kesesuaian, yaitu kesulitan dalam mempertahankan keyakinan dalam menghadapi “ Dunia atau orang lain”
Setelah di ketahui, maka akan terlihat sorot mata seperti “saya akan melangkah secara berbeda”, tapi harus percaya pada keyakinan sendiri, meskipun orang lain berpikir bahwa kita “Aneh” atau tidak “Populer”, seperti kebanyakan orang, kemudian pergi meninggalkan kalian dan mengatakan dalam hati itu bu - u - u - ruk,
Robert Frost mengatakan, “jalan bercabang di hutan dan saya akan mengambil jalan yang jarang di lalui, dan yang telah membuat semua perbedaan”,
Kita hidup mempunyai jalan masing - masing semenjak melangkah, dan carilah cara kita sendiri untuk melangkah, melangkah ke segala arah, berhentilah menjadi budak orang lain karena hidup kita milik sendiri dan bukan milik orang lain. Apapun yang di inginkan, apakah itu angkuh, apakah itu konyol, apa saja, sebab kehidupan milik kita saat ini, kita tidak Perlu mempertunjukkan nya, hanya untuk diri kita sendiri, seumpama tangan kanan memberi, kemudian tangan kiri tidak mengetahui.
Jangan menganggap segala sesuatu dalam diri kita tidak berharga dan memalukan karena ketakutan, kita memiliki sesuatu dalam diri kita yang bahkan tak ternilai kalau kita yakini, kita harus berpikir ringan atau jernih seperti air yang mengalir dan menjinakkan semua persoalan dengan ikhlas dan menerimanya apa adanya ( lapang dada ).
#sun yi#sajaksajak#literasi#menulis puisi#sajakkata#kumpulan puisi#cerita#lakonia#menulis#melangkah#cerpen#writing dialogue
1 note
·
View note
Text
Review Aiolin Stardust Crystal Album
Review Album Aiolin Stardust Crystal (Crystal vers.)
Hanya sebatas opini pribadi (bisa dibilang curhat) dan bukan untuk dibuat drama.
*nb: yg mau lagunya bisa PM saya*
Opini ini dibuat setelah penantian sebulan lebih *makasih buat mbak alin 😘
Dan makasih juga buat aiolin. Setelah beberapa hari paket dateng, mas hika langsung mengunggah MV baru dan video lirik.
Sasuga mas hika.. 😂😂😂
Oke, langsung mulai yah..
.
1. Antithese
Awal pembukaan lagu kita disuguhi oleh ciri khas aiolin, yaitu gesekan dawai biola dari mas hika. Disusul suara scream ala2 mas hika *suara screamnya udah lumayan bagus dari yg kmren2* terus masuk dentuman bass, gebukan drum, dan suara gitar..
Vibranya mas hika ini mendayu2 indah.. 😘
Secara keseluruhan ini masih ala2 lagu vkei pada umumnya, cuma ada sisipan nada biola.😅
Betewe , mas. Kenapa judulnya antithese? 😔 thesis saya sudah selesai.. #dibuang
.
2. Over the Destiny
Pada awal lagu langsung disambut alunan nada cepat. Entah kenapa musiknya ini membuat saya mengingat jaman2 ark night. Awal mula diriku ini jatuh hati sama aiolin. #uhuk 😘 cuma bedanya ketika masuk reff, nada musiknya udah berubah, enak deh pokoknya. Cuma saya agak terganggu oleh scream mas hika yang jadi latar suara. 😅
.
3. Stardust crystal
Yang kemarin sudah nonton PV nya, pasti tahu lah bagaimana lagunya. Di awal disambut dentingan ganas dari tuts piano yang dimainkan mas hika, disusul gesekan dawai asmara eh bukan ding, tapi gesekan dawai biola nan syahdu. Dan kemudian langsung disambut melodi dari yang lain.
Di sini bahasa inggris mas hika lumayan mendingan lah. Walau masih ada vaver vlensnya.. 😅😅
Lagu yang syahdu nan baper #plak 😘 betewe makasih buat mbak yuuta atas referensi makna liriknya. Iyah mbak, liriknya belibet... 😢 maaph saya gak bisa menyanyikan ini lagu.. Yang faded dulu saja masih suka miss lirik.. #curhat
.
4. Rage On
Lagu yang cocok buat headbangan.. Pada awal-awal lagu dimulai, langsung dentuman bass reichan dan gebukan drum mas seiya terdengar, baru masuk melodi biola dan suara mas hika.
Sekilas ini lagu seakan nostalgia jaman2 mereka masih pakai nama codename px... *ada kah punya lagu2 codename px??* #seketikakrikkrikkrik
Oh iyah.. dulu kayaknya mas hika pernah bilang kalau akan ada lagu lama yang mau diaransemen ulang dan dirilis lagi.. apa jangan2 lagu ini?? atau proof?? *maaph.. saya gak punya lagu proof.. itu it only limited in japan, nek jare ne mas hika* 😭
.
5. Landscape
Nah, ini nih lagu yang gak ada di versi stardust. Kalau mau, silahkan PM dan minta dengan sopan yah.. 😘
Awal lagu ini dimulai, rasa hangat merebak masuk ke sanubari. Apalagi kalau diputer di malam minggu.. Terasa tuh bapernya. 😂
Eh cuma ketika pas masuk tengah2 lha koq jadi ajeb2.. Enak buat goyang euy.. 😂
Dan ketika melihat liriknya.. FULL ENGLISH bro!! 😱😱
Vaver vlensnya kelihatan jelas di sini...😪😪 Oke mas.. aray tarik kata-kata tadi.. Mas hika masih vaver vlens ternyata.. gpp itu ciri khas koq.. aray masih cinta..😘😘
Kalau pas nganggur dan gak mager.. saya lihat dulu liriknya.. mumpung full english jadi gampang dah buat nerjemahkan isi lagunya tentang apa.. #ngglinding
.
6. From Here (crystal vers.)
Di sini from herenya versi akustik, kalau yang di stardust kan lagu biasa.. Oh iyah, untuk yang lagu ini, ada pvnya koq. Cek saja di yutub mereka.. 😘
Perbedaan dengan yang versi biasa, di sini aura syahdu dan bapernya terasa jelas cuy.. tapi gak kalem amat sih.. masih bisa buat goyang.. di pv nya sih mas hika ala penyanyi kafe gitu..😂😂
adikku bilang mas hika ada cengkoknya kayak penyanyi dangdut.. 😂😂
.
7. Home
My 1st favorit song di album ini, entah kenapa ketika lagu ini terputar. Rasanya di hati nyess gitu.. 😍 Kata mbak bie sih ini ceritanya tentang mudik gitu, kangen rumah lah. Ditambah curhatan mas seiya yg kangen bapaknya.. Duh jadi inget jaman diriku ngekost yang pengen pulkam mulu.. #plok Intinya ini lagi baper dan yang paling ku suka.. 😘😘
Just info, ada lyric videonya loohh. Cek deh di yutub.. 😘
.
8. Precious (crystal vers.)
Awal terputar, sekilas masih mirip precious di album stardust vers... eh ketika udah berjalan, ternyata ini piano version.. 😱😱
makk... lagu favorit kedua saya jadi makin bikin baper nih di versi ini.. 😍😍😍 mas.. aray makin cinta, mas.. mana desahannya bikin gemes dah.. 😘😘 yang mau juga bisa PM yah.. 😘 gak boleh ngegas pokok e..
.
yap.. secara keseluruhan.. lebih tepatnya sih seluruh curhatan.. 😅😅
lagu-lagu di album ini gak mengecewakan..
oh iyah.. di versi stardust,, saya juga suka When I close my eyes.. di situ cengkok'an(?) mas hika terasa banget.. 😘
dan untuk english.. gak cuma english sih.. pengucapan nihongo mas hika masih sama.. vaver vlens di mana2.. lelah saya, mas.. 😪 mana ini telinga juga gak begitu baik dalam hal listening... #plak
tapi untuk segi vocal,, udah ada kemajuan kok.. 😘
mas you juga udah bagus kok mainnya.. walau mas hika masih lebih mendominasi.. 😒
reichan juga makin bagus..dan cakep.. 🙈
kalau mas seiya juga udah bagus gebuk drumnya.. dan entah kenapa di sini makin cantik euy.. 😂😂😂 gak mau kalah sama mas hika yah?? mwehehehe...
baik sekian review dari saya.. kurang lebihnya mohon maaf..
kalau ada yg mau menambahkan.. silahkan di komen saja.. biar yg lain juga bisa baca.. 😘
untuk bonus DVD nya.. maaph blom sempet nonton.. tadi hasil ripnya jelek.. besok mau nyoba ngerip ulang...😅😅
Terima kasih...
5 notes
·
View notes