#Salah M. Hassan
Explore tagged Tumblr posts
Photo
Abdel Khaliq Mahgoub
Source: Salah M. Hassan - How to Liberate Marx from His Eurocentrism: Notes on African/Black Marxism (2012: 16)
10 notes
·
View notes
Video
vimeo
Ahl Masr Hospital - Our missed ones from Tamer Ashry on Vimeo.
Ahl Masr Foundation - مؤسسة أهل مصر Synergy Advertising Chairman: Tamer Mursi CEO: Hassan Kamal HR Director: Heba Sadat Chief Creative Officer: Mohamed Nassef Creative Director: Sam Khafagy Senior Copywriter: Abdelrhman Fahmy Art Director: Mariam Al Soso Art Director: Bassem A. Sattar Senior Graphic Designer: Omnia Hesham Copywriter: Nabil Samy Calligraphy: AbdelRahman M. Ali Agency Producer: Mohamed Sherif Assistant Agency Producer: Nour Elghazawy 2nd. Assistant Agency Producer: Amr Etman Chief Business Development Officer: Mohamed Aboul Enein Account Manager: Rowan Z. Abdelhamid Senior Account Executive: Amr Mursi Director: Tamer Ashry DOP: Mohamed Tarek Deraz Production Designer: Hend Haider Stylist: Raghda Helal Music & Sound Design: Halawanymusic Studios - Moustapha El Halawany Singer: Rana Haggag Mohamed Production House: Hama Film Productions Executive Producer: Hesham Soliman Head of Production: Ahmed Sobhy Production Manager: Islam Maghawri Producer: Amira El Sharkawi Line Producer: Mahmoud ElDesouky Assistant Producer: Mohamed Ashraf Location Manager: Sayid Aly Post Producer: Nancy Hamdy 1st. Assistant Director: Sherif Ashour 2nd. Assistant Director: Donia A. Salah 3rd. Assistant Director: Nada Hady Assistant Production Designer: Nada Abdel Maguid - Nada Mounir Assistant Stylist: Mostafa Cheetos Sound Engineer: Ahmed Adnan Focus Puller: Mohamed Saber Gaffer: Eshta - Ali Salim Grip: Sameh Gamal Freefly: Ahmed Lababedy Video Assist: Wael El-Sayed Casting: Challenge Casting Agency VFX & Post Production: The Barber Shop Managing Director: Osama Bendary Editor: Ahmed Tarabily Colorist: Mahmoud Ali Photographer: Sameh Elsebaay
2 notes
·
View notes
Text
Palestinian GFMs
I've received many requests from Palestinian people asking for me to share their stories. I've chosen to do so in a post contrary to doing one by one like before in the hopes it helps spread everyone's stories at a faster rate.
Yosef Jamal & Amna Rezk
Having been displaced multiple times and with the lost of her entire family and pregnancy, they're asking for help in order to survive.
€70 — €45,000 (0.1%) ‼ CRITICALLY UNFOUNDED ‼
Mohammed Ayyad
His family of ten (mother, father, and eight siblings counting him) has been displaced a total of four times. With nowhere else to go, he's asking for help so everyone can evacuate Gaza and continue their lives.
€4,806 — €38,000 (12.6%) ‼ SEVERELY UNFOUNDED ‼
Motaz Jad Al-Haq
Mohamed Jadalhaq has initiated a fundraising campaign in order for his brother and family (wife and kids, ages ranging 9-4) to escape the war.
kr46,549 — kr250,000 (1.9%) ‼ CRITICALLY UNFOUNDED ‼
Baraa Al-Shorfa
His family of six (mother, father, and four children, ages ranging 15-8) needs help to evacuate. Both his father and youngest brother have suffered injuries due to the bombings.
€232 — €50,000 (0.5%) ‼ CRITICALLY UNFOUNDED ‼
Hassan Madi
Only four days after their wedding, he and his wife were confronted with the worst time of their lives. They've been moving from place to place but nowhere is safe enough, their condition being so bad they've even lost a pregnancy. They need help to evacuate Gaza.
€915 — €50,000 (1.8%) ‼ CRITICALLY UNFOUNDED ‼
Ahmed Khalil
Family of eight (father, mother, and six siblings, the youngest being six) need help ir order to escape war. Father has diabetes, brother Fathi is blind, brother Abdullah is autistic, and brother Mohammed's leg was injured by shrapnel from rockets.
€2,057 — €50,000 (4.1%) ‼ CRITICALLY UNFOUNDED ‼
Esfar Alam
Family of five (mother, father, and three young children) need help to evacuate. At least one of them is suffering from malnutrition and anemia.
$700 — $35,000 (2%) ‼ CRITICALLY UNFOUNDED ‼
Mahmoud Salah
During a horrific airstrike, he has suffered severe injuries such as burns and the loss of both his eye and knee, all for which he needs urgent medical care. He also lost part of his family (aunt, aunt's husband, and cousins). Now he and his family (wife Basma, and kids Alami and Atef) need to find safety.
$315 — $45,000 (0.7%) ‼ CRITICALLY UNFOUNDED ‼
Mohanad Abu Tahoun & Farah
These newlyweds need help in order to both survive and reconstruct their dream apartment that they had worked so hard on building. Mohamad also states that "If the conflict persist and conditions deteriorate further, evacuating from Gaza could become a necessary step".
$1,819 — $35,000 (5.2%) ‼ CRITICALLY UNFOUNDED ‼
Huda & Moataz
It was only three months after their wedding that the war erupted. Their dream home has been lost to the constant bombing, and their current situation has taken a severe toll on their quality of life. Huda is now pregnant and fears both losing their child and contracting polio. They need urgent help in order to escape.
$616 — $10,000 (6,2%) ‼ CRITICALLY UNFOUNDED ‼
PLEASE HELP BY DONATING AND/OR SPREADING THE WORD!!!
1 note
·
View note
Text
Syekh Abdus Somad Al-Falimbani
Dalam perkembangan intelektual ulama Melayu khususnya di era abad 18 M, peran dan kiprah Syeikh Abdush Shamad Al-Palimbani tak bisa dianggap kecil. Syeikh Al-Palimbani, demikian biasa ia disebut banyak kalangan, merupakan salah satu kunci pembuka dan pelopor perkembangan intelektualisme Nusantara. Ketokohannya melengkapi nama-nama ulama dan intelektual berpengaruh seangkatannya semisal Al-Raniri, Al-Banjari, Hamzah Fansuri, Yusuf Al-Maqassari, dan masih banyak lainnya.
Dalam deretan nama-nama tersebut itulah, posisi Syeikh Al-Palimbani menjadi amat sentral berkaitan dengan dinamika Islam. Malah, sebagian sejarahwan, seperti Azyumardi Azra, menilai Al-Palimbani sebagai sosok yang memiliki kontribusi penting bagi pertumbuhan Islam di dunia Melayu. Ia bahkan juga bersaham besar bagi nama Islam di Nusantara berkaitan kiprah dan kontribusi intelektualitasnya di dunia Arab, khususnya semasa ia menimba ilmu di Mekkah.
Riwayat hidup Abdush Shamad al-Palimbani sangat sedikit diketahui. la sendiri hampir tidak pernah menceritakan tentang dirinya, selain tempat dan tanggal yang dia cantumkan setiap selesai menulis sebuah kitab. Seperti yang pernah ditelusuri M. Chatib Quzwain dan juga Hawash Abdullah, satu-satunya yang menginformasikan tentang dirinya hanya Al-Tarikh Salasilah Negeri Kendah (di Malaysia) yang ditulis Hassan bin Tok Kerani Mohammad Arsyad pada 1968.
Sumber ini menyebutkan, Abdush Shamad adalah putra Syekh Abdul Jalil bin Syekh Abdul Wahhab bin Syekh Ahmad al-Mahdani (ada yang mengatakan al-Mahdali), seorang ulama keturunan Arab (Yaman) yang diangkat menjadi Mufti negeri Kedah pada awal abad ke-18. Sementara ibunya, Radin Ranti adalah seorang wanita Palembang. Syekh Abdul Jalil adalah ulama besar sufi yang menjadi guru agama di Palembang, tidak dijelaskan latar belakang kedatangannya ke Palembang. Diperkirakan hanya bagian dari pengembaraannya dalam upaya menyiarkan Islam sebagaimana banyak dilakukan oleh warga Arab lainnya pada waktu itu.
Tetapi selain sumber tersebut, Azyu-mardi Azra juga mendapatkan informasi mengenai dirinya dalam kamus-kamus biografi Arab yang menunjukkan bahwa Al-Palimbani mempunyai karir terhormat di Timur Tengah.
Sejauh yang tercatat dalam sejarah, memang ada tiga versi nama yang dikaitkan dengan nama lengkap Al-Palimbani. Yang pertama, seperti dilansir Ensiklopedia Islam, ia bernama lengkap Abdus Shamad Al-Jawi Al-Palimbani. Versi kedua, merujuk pada sumber-sumber Melayu, sebagaimana dikutip Azyumardi Azra dalam bukunya Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII (Mizan: 1994), ulama besar ini memiliki nama asli Abdus Shamad bin Abdullah Al-Jawi Al-Palimbani. Sementara versi terakhir, tulis Rektor UIN Jakarta itu, bahwa bila merujuk pada sumber-sumber Arab, maka Syeikh Al-Palimbani bernama lengkap Sayyid Abdus Al-Shamad bin Abdurrahman Al-Jawi.
Menurut Azra, informasi ini merupakan temuan penting sebab tidak pernah ada sebelumnya riwayat-riwayat mengenai ulama Melayu-lndonesia ditulis dalam kamus biografi Arab. Dalam literatur Arab, Al-Palimbani dikenal dengan nama Sayyid Abdush Shamad bin Abdur Rahman al-Jawi. Tokoh ini, menurut Azra, bisa dipercaya adalah Al-Palimbani karena gambaran karirnya hampir seluruhnya merupakan gambaran karir Abdush Shamad al-Palimbani yang diberitakan sumber-sumber lain.
Dalam pengembaraan putra mahkota Kedah, Tengku Muhammad Jiwa ke Palembang, ia bertemu dengan Syekh Abdul Jalil dan berguru padanya, bahkan mengikutinya mengembara ke berbagai negeri sampai ke India. Dalam sebuah perjalanan mereka, Tengku Muhammad Jiwa mendapat kabar bahwa Sultan Kedah telah mangkat.
Tengku Muhammad Jiwa lalu mengajak gurunya itu (Syekh Abdul Jalil) pulang bersamanya ke negeri Kedah. Ia dinobatkan menjadi sultan pada tahun 1112 H/1700 M dan Syekh Abdul Jalil diangkat menjadi mufti Kedah dan dinikahkan dengan Wan Zainab, putri Dato’ Sri Maharaja Dewa, Sultan Kedah.
Tiga tahun kemudian Syekh Abdul Jalill kembali ke Palembang karena permintaan beberapa muridnya yang rindu padanya. Di Palembang ia menikah dengan Radin Ranti dan memperoleh putra, Abdush Shamad. Dengan demikian kemungkinan Abdush Shamad lahir tahun 1116 H/1704 M.
Sumber yang menyebutkan silsilahnya sebagai keturunan Arab tidak pernah dikonfirmasikan oleh Al-Palimbani sendiri. Jika keterangan sumber tersebut benar, tentu Al-Palimbani akan mencantumkan nama besar al-Mahdani pada akhir namanya. Ini dapat dilihat dari setiap tulisannya, ia menyebut dirinya Syekh Abdush Shamad al-Jawi al-Palimbani. Kemungkinan dalam dirinya memang mengalir darah Arab tetapi silsilah itu tidak begitu jelas atau ada mata rantai yang tidak bersambung menurut garis keturunan bapak sehingga dia tidak merasa berhak menyebut dirinya keturunan al-Mahdani dari Yaman. Dan barangkali dia lebih merasa sebagai orang Indonesia sehingga mencantumkan ‘al-Jawi‘ dan ‘al-Palimbani‘ di ujung namanya.
Al-Palimbani mengawali pendidikannya di Kedah dan Pattani (Thailand Selatan). Tidak ada penjelasan kapan dia berangkat ke Makkah melanjutkan pendidikannya. Kemungkinan besar setelah ia menginjak dewasa dan mendapat pendidikan agama yang cukup di negeri Melayu itu. Dan agaknya sebelum ke Makkah dia telah mempelajari kitab-kitab para sufi (tasawuf) Aceh, karena di dalam Sayr al-Salikin dia menyebutkan nama Syamsuddin al-Samatrani dan Abdul Rauf al-Jawi al-Fansuri (Abdul Rauf Singkel). Namun sumber lain mengatakan bahwa ia pernah bertemu dan berguru pada Syamsuddin al-Samatrani dan Abdul Rauf Singkel di Makkah.
Di Makkah dan Madinah, Al-Palimbani banyak mempelajari berbagai disiplin ilmu kepada ulama-ulama besar masa itu serta para ulama yang berkunjung ke sana. Walaupun pendidikannya sangat tuntas mengingat ragam ulama tempatnya belajar, Al-Palimbani mempunyai kecenderungan pada tasawuf. Karena itu, di samping belajar tasawuf di Masjidil-Haram, ia juga mencari guru lain dan membaca kitab-kitab tasawuf yang tidak diajarkan di sana. Dari Syekh Abdur Rahman bin Abdul ‘Aziz al-Magribi dia belajar kitab Al-Tuhfatul Mursalah (Anugerah yang Diberikan) karangan Muhammad Fadlullah al-Burhanpuri (w. 1030 H/1620 M). Dari Syekh Muhammad bin Abdul Karim al-Samman al-Madani (w. 1190 H/1776 M) ia belajar kitab tauhid (suluk) Syekh Mustafa al-Bakri (w. 1162 H/1749 M). Dan bersama Muhammad Arsyad al-Banjari, Abdul Wahab Bugis dan Abdul-Rahman Masri Al-Batawi dari Jakarta, mereka membentuk empat serangkai yang sama-sama menuntut ilmu di Makkah dan belajar tarekat di Madinah kepada Syekh Muhammad al-Samman (w. 1162 H/1749 M), juga bersama-sama dengan Dawud Al-Fatani dari Patani, Thailand Selatan.
Selama belajar pada Syekh Muhammad al-Samman, Al-Palimbani dipercaya mengajar rnurid-murid Al-Sammani yang asli orang Arab. Karena itu sepanjarig menyangkut kepatuhannya pada tarekat, Al-Palimbani banyak dipengaruhi Al-Sammani dan dari dialah Al-Palimbani mengambil tarekat Khalwatiyyah dan Sammaniyyah. Sebaliknya, melalui Al-Palimbani-lah tarekat Sammaniyyah mendapat lahan subur dan berkembang tidak hanya di Palembang tetapi juga di bagian lain wilayah Nusantara bahkan di Thailand, Malaysia, Singapura dan Filipina. Beberapa orang guru yang masyhur dan berandil besar dalam proses peningkatan intelektualitas dan spiritualitasnya antara lain Muhammad bin Abdul Karim Al-Sammani, Muhammad bin Sulayman Al-Kurdi, dan Abdul Al-Mun’im Al-Damanhuri. Juga tercatat ulama besar Ibrahim Al-Rais, Muhammad Murad, Muhammad Al-Jawhari, dan Athaullah Al-Mashri.
Al-Palimbani rnemantapkan karirnya di Haramayn (Mekkah dan Madinah) dan mencurahkan waktunya untuk menulis dan mengajar. Meski demikian dia tetap menaruh perhatian yang besar terhadap Islam dan kaum Muslimun di negeri asalnya. Di Haramayn ia terlibat dalam ‘komunitas Jawi’ yang membuatnya tetap tanggap terhadap perkembangan sosio-religius dan politik di Nusantara. Peran pentingnya tidak hanya karena keterlibatannya dalam jaringan ulama, melainkan lebih penting lagi karena tulisan-tulisannya yang tidak hanya menyebarkan ajaran-ajaran sufisme tetapi juga menghimbau kaum Muslimun melancarkan jihad melawan kolonialis Eropa, dibaca secara luas di wilayah Melayu-lndonesia. Peranan dan perhatian tersebut memantapkannya sebagai ulama asal Palembang yang paling menonjol dan paling berpengaruh melalui karya-karyanya.
Al-Palimbani berperan aktif dalam memecahkan dua persoalan pokok yang saat itu dihadapi bangsa dan tanah airnya, baik di kesultanan Palembang maupun di kepulauan Nusantara pada umumnya, yaitu menyangkut dakwah Islamiyah dan kolonialisme Barat. Mengenai dakwah Islam, ia menulis selain dua kitab tersebut di atas, yang menggabungkan mistisisme dengan syariat, ia juga menulis Tuhfah al-Ragibtn ft Sayan Haqfqah Iman al-Mukmin wa Ma Yafsiduhu fi Riddah al-Murtadin (1188). Di mana ia memperingatkan pembaca agar tidak tersesat oleh berbagai paham yang menyimpang dari Islam seperti ajaran tasawuf yang mengabaikan syariat, tradisi menyanggar (memberi sesajen) dan paham wujudiyah muthid yang sedang marak pada waktu itu. Drewes rnenyimpulkan bahwa kitab ini ditulis atas permintaan sultan Palembang, Najmuddin, atau putranya Bahauddin karena di awal kitab itu ia memang menyebutkan bahwa ia diminta seorang pembesar pada waktu itu untuk menulis kitab tersebut.
Mengenai kolonialisme Barat, Al-Palimbani menulis kitab Nasihah al-Muslimin wa tazkirah al-Mu’min fi Fadail Jihad ti Sabilillah, dalam bahasa Arab, untuk menggugah semangat jihad umat Islam sedunia. Tulisannya ini sangat berpengaruh pada perjuangan kaum Muslimun dalam melawan penjajahan Belanda, baik di Palembang maupun di daerah-daerah lainnya. Hikayat Perang Sabil-nya Tengku Cik di Tiro dikabarkan juga mengutip kitab tersebut.
Masalah jihad fi sabililiah sangat banyak dibicarakan Al-Palimbani. Pada tahun 1772 M, ia mengirim dua pucuk surat kepada Sultan Mataram (Hamengkubuwono I) dan Pangeran Singasari Susuhunan Prabu Jaka yang secara halus menganjurkan pemimpin-pemimpin negeri Islam itu meneruskan perjuangan para Sultan Mataram melawan Belanda.
Mengenai tahun wafatnya juga tidak diketahui dengan pasti. Al-Tarikh Salasilah Negeri Kendah menyebutkan tahun 1244 H/1828 M. Namun kebanyakan peneliti lebih cenderung menduga ia wafat tidak berapa lama setelah meyelesaikan Sayr al-Salikin (1203 H/1788 M). Argumen mereka, Sayr al-Salikin adalah karya terakhirnya dan jika dia masih hidup sampai 1788 M kemungkinan dia masih tetap aktif menulis. Al-Baythar – seperti dikutip Azyumardi Azra – menyebutkan ia wafat setelah tahun 1200/1785. Namun Azyumardi Azra sendiri juga lebih cenderung mengatakan ia wafat setelah menyelesaikan Sayr al-Salikin, tahun 1788 M.
Karya Tulis Al-Palimbani
Tercatat delapan karya tulis Al-Palimbani, dua diantaranya telah dicetak ulang beberapa kali, dua hanya tinggal nama dan naskah selebihnya masih bisa ditemukan di beberapa perpustakaan, baik di Indonesia maupun di Eropa. Pada umumnya karya tersebut meliputi bidang tauhid, tasawuf dan anjuran untuk berjihad. Karya-karya Al-Palirnbani selain empat buah yang telah disebutkan di atas adalah:
Zuhrah al-Murid fi Bayan Kalimah al-Tauhid, ditulis pada 1178 H/1764 M di Makkah dalam bahasa Melayu, memuat masalah tauhid yang ditulisnya atas perrnintaan pelajar Indonesia yang belurn menguasai bahasa Arab.
Al-‘Uwah al-Wusqa wa Silsilah Ulil-Ittiqa’, ditulis dalam bahasa Arab, berisikan wirid-wirid yang perlu dibaca pada waktu-waktu tertentu.
Ratib ‘Abdal-Samad, semacam buku saku yang berisi zikir, puji-pujian dan doa yang dilakukan setelah shalat Isya. Pada dasarnya isi kitab ini hampir sama dengan yang terdapat pada Ratib Samman.
Zad al-Muttaqin fi Tauhid Rabb al-‘Alamin, berisi ringkasan ajaran tauhid yang disampaikan oleh Syekh Muhammad al-Samman di Madinah.
Mengenai Hidayah al-Salikin yang ditulisnya dalam bahasa Melayu pada 1192 H/1778 M, sering disebut sebagai terjemahan dari Bidayah al-Hidayah karya Al-Ghazali. Tetapi di samping menerjemahkannya, Al-Palimbani juga membahas berbagai masalah yang dianggapnya penting di dalam buku itu dengan mengutip pendapat Al-Ghazali dari kitab-kitab lain dan para sufi yang lainnya. Di sini ia menyajikan suatu sistem ajaran tasawuf yang memusatkan perhatian pada cara pencapaian ma’rifah kesufian melalui pembersihan batin dan penghayatan ibadah menurut syariat Islam.
Sedangkan Sayr al-Salikin yang terdiri dari empat bagian, juga berbahasa Melayu, ditulisnya di dua kota, yaitu Makkah dan Ta’if, 1779 hingga 1788. Kitab ini selain berisi terjemahan Lubab Ihya’ Ulum al-Din karya Al-Ghazali, juga memuat beberapa masalah lain yang diambilnya dari kitab-kitab lain. Semua karya tulisnya tersebut masih dijumpai di Perpustakaan Nasional Jakarta. (disarikan dari berbagai sumber dan portal palembang.
1 note
·
View note
Photo
Artists’ Books for the week of February 3rd, 2020
Gesammelte Werke Band 9: stupidogramme by Dieter Roth; Stuttgart : Edition Hans
Automatic ambiance by Elzze Wellze- Seattle 1979.
How to liberate Marx from his eurocentrism : notes on African/Black marxism = wie man Marx von seinem Eurozentrismus befreit : Anmerkungen by Salah M. Hassan- Ostfildern : Hatje Cantz, 2012.
Stadt leben = City life Rosa Lachenmeier- Basel Switzerland : BookArt, 1996
Kunstlerbucher buchobjekte By Hermann Havekost- Oldenburg : Bibliottheks- und informationssystem, Der Universitat Oldenburg, 1986.
#Artists' Book Display#Book Display#Art#Library Art#Artists' Books#Books#Dieter Roth#Weekly Display#Elzze Wellze#Salah M. Hassan#Lachenmeier#Hermann Havekost#Art Books#Artists' Book Collection#Book Collection#Banff#Alberta#Banff Centre#The Banff Centre#Banff Centre Library#Paul D Fleck Library and Archives
5 notes
·
View notes
Link
Oleh: Akhmad Muawal Hasan - 12 Februari 2018
12 Februari 1949, tepat hari ini 69 tahun lalu. Hassan al-Banna dan saudara iparnya Abdul Karim Mansur sedang berada di markas Jama'iyyat al-Shubban al-Muslimeen di Kairo, Mesir. Keduanya dijadwalkan bertemu dengan perwakilan pemerintah, Menteri Zaki Ali Pasha, untuk bernegosiasi. Namun hingga pukul 5 sore sang menteri tak kunjung datang. Banna dan Mansur akhirnya memutuskan untuk pulang.
Saat sedang berdiri menunggu taksi, Banna dan Mansur diserang oleh dua orang tak dikenal. Suara tembakan terdengar beberapa kali. Banna roboh. Ia sempat dibawa ke rumah sakit, tetapi luka-lukanya terlalu parah untuk diobati. Di hari yang sama, sang pendiri Ikhwanul Muslimin (IM) menghembuskan napas terakhir.
Di antara tahun 1948 dan 1949, tak lama usai kekalahan koalisi Arab dalam perang melawan Israel, konflik antara monarki Mesir dan IM mencapai puncaknya. IM sedang menikmati popularitas yang tinggi di kalangan masyarakat Mesir—situasi yang tak disenangi Raja Farouk.
Posisi IM kian berbahaya setelah muncul rumor bahwa anggota-anggota militan di tubuh organisasi tersebut sedang merencanakan kudeta terhadap pemerintahan Raja Farouk. Perdana Menteri Mahmoud al-Nukrashi Pasha kemudian membubarkan IM pada bulan Desember 1948. Aset-aset organisasi disita. Banyak anggotanya yang dijebloskan ke penjara.
Direpresi sedemikian rupa, IM justru kian beringas. Tiga minggu berselang, Abdel Meguid Ahmed Hassan, anggota IM yang juga berstatus sebagai mahasiswa kedokteran hewan di Universitas King Fouad I, melancarkan upaya pembunuhan terhadap Pasha. Pada tanggal 28 Desember 1948, tepatnya pukul 10 pagi, Hassan yang memakai seragam seorang letnan menembak Pasha, dua kali, di gedung Kementerian Dalam Negeri. Pasha meninggal seketika.
Banna mengecam tindakan Hassan dan menegaskan bahwa tindakan teror tidak diterima dalam ajaran Islam. Sayangnya, beberapa bulan kemudian, ia menjadi target pembunuhan berikutnya. Banyak pihak yang menyebutkan bahwa pelakunya adalah anggota kepolisian rahasia suruhan Raja Farouk. Tuduhan ini logis jika dihubungkan dengan peristiwa pembunuhan Pasha hingga memicu aksi balas dendam.
Anak Muazin yang Benci Kolonialisme Inggris
Hassan Ahmed Abdel Rahman Muhammed al-Banna lahir pada 14 Oktober 1906 di Mahmudiyya, sebuah desa delta Sungai Nil, barat daya Kairo. Ayahnya yang seorang imam, muazin, dan guru di masjid adalah pengaruh mula-mula menyemainya semangat Islam di dada Banna. Selain pada kemurnian Islam ala mazhab Hambali, Banna muda juga terpengaruh pada ajaran Sufi dan sempat ikut perkumpulan Sufi bernama al-Hassafiya.
Brian R. Farmer, dalam bukunya Understanding Radical Islam: Medieval Ideology in the Twenty-first Century (2007), menyatakan bahwa awal kegelisahan ideologis Banna berawal dari runtuhnya Kekaisaran Ottoman pada tahun 1924—masa di mana Banna masih berstatus sebagai mahasiswa. Ia memandangnya sebagai bencana sekaligus “deklarasi perang melawan semua bentuk Islam”.
Usai menyelesaikan studinya di Dar al-Ulum pada tahun 1927 ia menjadi guru sekolah dasar di Ismailia. Kala itu Ismailia adalah pusat urusan Terusan Kanal oleh pemerintah Mesir. Pengaruh asingnya kuat, terutama dari Inggris yang sedang melaksanakan proyek kolonialismenya.
Penjajahan Inggris menjadi bibit kebencian Banna sebab kehadiran pentolan imperialis dari Eropa itu membuat kultur di Mesir menjadi kebarat-baratan, dengan kata lain, menggerus prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Pemerintahan Mesir yang giat mempromosikan modernitas dan sekulerisme ditakutkan Banna akan berdampak negatif pada kehidupan komunitas muslim Mesir.
Banna pernah didatangi oleh enam pekerja Terusan Suez pada bulan Maret 1928. Mereka mengeluhkan sikap tidak adil rezim kolonialis Inggris kepada mereka dan pekerja terusan lain. Orang-orang Arab dan terutama muslim dirugikan betul akibat kontrol Inggris. Sebab berselaras dengan kegelisahan Banna, ia dan keenam pekerja kemudian mendirikan sebuah organisasi bernama Ikhwanul Muslimin (IM) yang ditujukan untuk membela nasib para muslim Mesir yang ditindas-tindas oleh Inggris.
Orator Ulung Pendulang Simpati
IM tak hanya lahir untuk menumbuhkan kesalehan dalam diri para anggota, tapi juga bergerak di ranah sosial dengan giat berderma kepada mereka yang membutuhkan. Pergerakannya cukup militan di akar rumput, sehingga mampu menarik simpatisan dari kalangan rakyat biasa.
Dalam ulasan Carrie Rosefsky Wickham dalam The Muslim Brotherhood Evolution of an Islamist Movement (2013), Banna memberikan ceramah tak hanya di masjid-masjid, tetapi juga di warung-warung kopi. Kehadiran dan isi ceramahnya menarik perhatian kalangan pekerja terusan yang bergaji pas-pasan dan muak dengan kesenjangan ekonomi di Mesir.
Hasilnya, dari yang mulanya sedikit, anggota maupun simpatisan IM berkembang hingga ke luar Ismailia. Memasuki tahun 1930-an anggota IM sudah mencapai ratusan ribu. Kantor-kantor cabangnya berdiri di berbagai kota di Mesir. Banna kemudian memindahkan markas pusatnya ke ibukota Kairo pada tahun 1932 agar lebih dekat dengan pusat kekuasaan, dengan demikian berdampak positif bagi naiknya daya tawar IM.
Nama IM makin berkibar akibat keterlibatannya dalam revolusi Arab di Palestina pada tahun 1936-1939. IM meluncurkan kampanye pro-Palestina dengan amat giat. Saking giatnya hingga berhasil membuat isu Palestina menjadi isu muslim sedunia—bukan eksklusif di Timur Tengah. Meski revolusi itu direpresi secara militer dan tak meraih tujuan pokoknya, nama sayap IM makin lebar membentang bahkan hingga ke luar Mesir.
Dalam catatan Irfan Husain di buku Fatal Faultlines (2011), anggota IM naik drastis dari sekitar 800 orang di tahun 1936, lalu menjadi 200.000 di tahun 1936, hingga setahun sebelum kematian Banna yakni 1948 sudah di angka 2 juta. IM berubah dari mulanya organisasi kecil menuju kekuatan baru yang menarik perhatian pemerintah Mesir, terutama karena potensinya menjadi organisasi militan pengguncang kekuasaan.
“Islam adalah Solusi”
Muhammad Iqbal dalam Pemikiran Politik Islam (2015) menulis bahwa kunci dari pemikiran politik Hassan al-Banna adalah Islam sebagai solusi. Solusi dari segala permasalahan yang dikandung negara yang masih menganut sistem sekuler. Dalam kasus Mesir, yang juga masih tertindas oleh kekuatan besar yang tidak Islami (baca: Inggris). Negara yang ideal bagi Banna adalah yang menerapkan Alquran dan Sunah Nabi sebagai panduan utamanya.
Islam adalah panduan hidup yang sempurna, pandang Banna, dengan demikian ia menyingkirkan ideologi sekuler lain baik yang kanan (liberalisme-sekularisme) maupun yang kiri (sosialisme-komunisme). Islam sebagai sistem politik bersifat universal atau bisa diterapkan di segala zaman dan tempat. Islam mampu menjadi solusi bagi seluruh persoalan,baik kesenjangan ekonomi, krisis identitas akibat Westernisasi, kemiskinan, perilaku tercela, dan lain-lainnya.
Banna juga mengkritik partai-partai di Mesir saat itu yang tak memperjuangkan memerdekakan diri dari Inggris. Garis perjuangan IM tidak hanya teoritis, tapi “amaliah nyata dengan saringan selektif terhadap hal-hal yang jelas hanya dapat dibenarkan oleh Islam.” Iqbal menyatakan ada semangat salaf dalam perjuangan Banna.
Mona Saleh, dalam analisisnya bertajuk Hassan al-Banna: A Starting Point for Contemporary Islamic Fundamentalism yang diunggah di Jurnal E-International Relations Students edisi Januari 2016 lalu, menyimpulkan pemikiran Banna sebagai dasar dari fundamentalisme Islam di era modern. Ide-ide tentang superioritas Islam Banna, kata Saleh, kemudian melahirkan monopoli tafsir untuk menjadi dasar penghakiman kepada kelompok non-Islam atau kelompok Islam lain.
Banna melahirkan bibit pemikiran tentang politisasi Islam dan peleburan ajarannya di dalam konstitusi sebuah negara modern. Namun ia cenderung menolak nasionalisme. Bayangannya adalah persatuan muslim di seluruh dunia sebagai satu bangsa yang terjalin lintas negara atau beberapa analis menyebutnya “transnasional”.
Banna boleh menyatakan bahwa organisasinya berjuang di jalur non-kekerasan. Namun pada 1940-an, merujuk Al-Jazeera, IM memasuki fase paramiliter sebab anggotanya ada yang mendirikan angkatan bersenjata khusus bernama al-Nizam al-Khass. Mereka terlibat sejumlah aksi terorisme seperti pembakaran sejumlah gedung milik institusi kaum Yahudi dan perwakilan asing di Kairo pada 1952, juga pembunuhan PM Mahmoud al-Nukrashi Pasha, demikian catatan Encyclopedia of World Biography.
Militansi pengikutnya berbuah pada tragedi yang melenyapkan nyawa Banna sendiri. IM juga kian direpresi usai Banna sudah tak ada. Beberapa ada yang dituduh pemerintah terlibat dalam sejumlah aksi teror lanjutan. Salah satunya rencana pembunuhan terhadap presiden pertama Mesir usai revolusi menumbangkan Raja Farouk, Gamal Abdul Nasser.
PKS: IM-nya Indonesia
Represi boleh datang di tiap rezim. Tapi IM mampu bertahan, bahkan bisa melebarkan sayap ke banyak negara. Walaupun tidak secara organisasi, akan tetapi pengaruh IM kerap hadir di sebuah negara dalam bentuk ideologis. Salah satu penopang semangat jihad IM, selain Banna yang berciri sebagai organisator, adalah Sayyid Qutb. Qutb punya pemikiran Islam-politik yang serupa, dan menjadi landasan bagi banyak gerakan politik Islam di dunia, termasuk di Indonesia.
Dalam ulasan M. Imdadun Rahmat dalam buku Ideologi Politik PKS: Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen (2008), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadikan IM sebagai acuan utama dalam gerakan politiknya. PKS mengadopsi pemikiran para pendiri termasuk Banna dan Qutb, manhaj dakwahnya, hingga strategi meraih dukungan atau pengikutnya. Singkat kata, PKS adalah “anak ideologis” IM. Ada juga yang menyebut bahwa PKS adalah IM-nya Indonesia.
IM amat mempengaruhi proses berkembangnya Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Gerakan Tarbiyah yang menjadi embrio PKS. Mereka mengembangkan pandangan tentang Islam kaffah alias menyeluruh, sehingga meliputi dimensi politik untuk memajukan Islam itu sendiri. Dalam sebuah risalahnya Banna mengatakan bahwa syarat kesempurnaan Islam seseorang adalah keterlibatannya dalam aktivitas politik.
Pandangan ini tentu berseberangan dengan Islam ala Nurcholis Majid, misalnya, yang justru menyerukan pemilahan Islam dan politik melalui jargon “Islam Yes, Partai Islam No.” Namun, militansi Gerakan Tarbiyah dan LDK membuat PKS mampu bertahan sebagai salah satu partai Islam yang menonjol di kalangan elite politik Indonesia, terutama pascatumbangnya Soeharto pada tahun 1998.
Hingga kini PKS masih menuai hasil gerakan yang dibangun dengan meneladani IM sejak 1980-an. Meski Banna telah tiada, demikian juga Qutb yang dihukum gantung oleh rezim Gamal Abdul Nasir, pemikirannya masih hidup di tengah-tengah diskursus maupun pergerakan Islam-politik.
Buku-buku yang memuat buah pemikiran keduanya masih menjadi bahan bacaan babon bagi para simpatisan PKS—juga organisasi pengemban semangat “Islam adalah solusi” di Indonesia maupun di negara-negara lainnya.
Pemikiran Hassan al-Banna dinilai sebagai salah satu tonggak yang mendasari fundamentalisme Islam di era modern.
5 notes
·
View notes
Photo
🌸Tawakkul - Relieving our Anxieties and Worries 🍃
Tawakkul refers to “putting your full trust in Allah سبحانه و تعالى,” to believe that He سبحانه و تعالى alone can ward off the harms of this world, and he سبحانه و تعالى can provide you blessings and sustenance, and to ease your challenges.
Tawakkul is also about accepting the results that He سبحانه و تعالى decides regardless of how they may turn out to be. This is a very important aspect of Tawakkul.
To understand the concept of Tawakkul, consider how tense and worried you get at times about the challenges of this worldly life. Whether it’s you worrying about pending exams, a job interview, losing your job or sustenance, some illness or sickness, dealing with proposal from a life partner, a marriage, or general life problems that you may come to face, Tawakkul is your belief and the attitude that you have about putting your trust in Allah سبحانه و تعالى to take care of all your affairs.
Allah سبحانه و تعالى says…And whoever places his trust in Allah, Sufficient is He for him, for Allah will surely accomplish His Purpose: For verily, Allah has appointed for all things a due proportion. (Qur’an 65:3)
The Qur'an makes it clear that Tawakkul is not an option but rather a REQUIREMENT on us as Muslims. Two examples:
Allah سبحانه و تعالى says: “…and put your trust in Allâh if you are believers indeed. (Surah Al-Ma’idah, 5: 23)
He سبحانه و تعالى also says in the Qur'an “….And in Allah let believers put their Trust” [Surah Ibrahim 14:11]
In both example it is a requirement for believers otherwise there is a chance we may not be the believers anymore if we don’t have tawakkul
BENEFITS OF TAWAKKUL
One of the major benefits of Tawakkul is that it can relieve us from unnecessary anxiety, worry, and resulting depression from the challenges that we may be facing. By believing that all our affairs are in Allah’s سبحانه و تعالى hands and we can do only what is in our control, we leave the results to Allah سبحانه و تعالى and accept His decree whatever it may be. This is having full trust in Allah, whatever may come or be the outcome. This is about what has been decreed will befall. If it is going to be bad, then we must accept it and be more closer to Allah, to pray that Allah gives us strength to deal with that and save us from m this and further calamity and if it is good, then still we pray and show gratitude for bringing us this good and to continue to pray to ensure we don’t face more calamities.
Ibn Rajab Al-Hanbali said, “the fruit of tawakkul is the acceptance of Allah’s decree. Whoever leaves his affairs to Allah and then is accepting of what he is given has truly relied on Allah. Al-Hassan and others among the salaf defined tawakkul as rizaa (acceptance).” (Jami’ Al-’Uloom wa Al-Hikam : A Commentary on 50 Major Hadith)
Let’s strive to understand the concept of Tawakkul and to make it part of our belief systems. We will notice that things will not only get resolved easier with His سبحانه و تعالى help, but Tawakkul will also relieve us from the day to day anxieties and worries associated with the challenges of this life that we all face.
DON’T GIVE UP ON YOUR EFFORTS
Tawakkul shouldn’t be mistaken with giving up your efforts thinking that somehow your challenges will get resolved. It won’t happen through some magic or good luck. Rather striving and working with the attitude that Allah سبحانه و تعالى will take care of your affairs and will help you in getting through your trials is part of you having the Tawakkul on Allah سبحانه و تعالى. You also need to get on with trying to resolve the problem or issue.
So if you become easily angry and lose your temper against the ones you love, then you need to stop yourself, force yourself to take hold of your actions. Take responsibility for what you say and do at these precise moments. You need full control of the tongue and the hand. Sit down or lie down for a few moments. Control yourself and seek Tawakkul to help you to over come your weakness and control your tongue. There are ways to help, to take steps to get a cure to manage the anger to go and seek help from relevant sources. The Qur'an is one source. Making Du'aa and reciting dhikr is another. Going to speak with a qualified experienced Imam about some matter is another. You have to make the effort to stop.. It won’t just stop by itself or if you don’t strive to stop! Miracles don’t just happen like they show you in movies!
Similarly if you are asked to accept a proposal from someone that you are not happy to accept, likewise you don’t just sit back and accept everything that happens. To allow someone to force you to accept the marriage proposal against your wishes and hope it will be ok. You should take steps to make sure that someone supports you, listens to you, takes your concerns seriously, maybe to find a sibling or close relative that will be sympathetic, Allah will guide you that way. There is always a way. Islam is about justice and no one should face injustice.
Some scholars have stated that “Tawakkul in reality does not deny actually working and striving for provision, for Allah سبحانه و تعالى has decreed that we should work and it is from His ways that he gives people when they strive. In fact, Allah سبحانه و تعالى ordered us to both depend upon Him and to work, to take the necessary steps needed to achieve our goals, and so the act of striving for our sustenance is an act of physical worship while trusting and depending upon Allah is faith in Him.” (Permanent Committee for Research and Verdicts (Fatawa Islamiyah, Vol. 7, Pages 172-174)
Allah سبحانه و تعالى says “…So seek provision from Allah and worship Him (alone).” [Al-‘Ankaboot 29: 17]
Shaikh Saalih Al-Fawzaan stated about this verse, “Look for sustenance and do not sit around in the masjid claiming that you are putting your trust in Allah سبحانه و تعالى. Do not sit in your homes and claim that your daily sustenance will come to you.” This is wrong and a true believer doesn’t say such things.” (Shaikh Saalih Al-Fawzaan Haqeeqat-ut-Tawakkul (pg. 15-25))
This obviously applies to not just seeking provisions but in striving to resolve other matters of our lives – just as long we remember and believe that His will is a prerequisite for our matters to get resolved and to accept what He ultimately decrees.
One can go further and say that one needs to put in place an action plan to start the wheel of change in motion.. ie you want to pass those exams so badly, you want that job so badly.. You want to get married so badly.. that means, do what is necessary to set the wheel of change in motion, do all the things that you need to do to make things happen.. You have a bad habit or you are lazy or you find yourself missing your prayers through ignorance - then plan the change - form a good feasible plan, eat, sleep and work in a balanced way. Seek support from people around you..ie parents..or trusted friends. Seek inspiration from some one who have already been through some difficult times in their life. Contact those that can influence or help you.. And so on. All these actions will help you reach your goal. But there is absolutely no way you will ever reach your goal if you sit there all alone, hiding in your room, day after day, feeling miserable, despairing, crying, worrying and feeling sorry for yourself.. Nothing will ever happen that way other than yiu will have a very low self esteem and no confidence. Instead other things will start to happen to your mental state and that will only lead to other complications.
The scholars have stated that, “other than our efforts that we put in, a Muslim should also combine Tawakkul with other means, whether they are acts of `Ibadah (worship) like Du`aa’ (supplication), Salah (Prayer), Sadaqah (voluntary charity) or maintaining the ties of kinship, or other material means which Allah has prescribed to us. Too many of us neglect this or become ignorant about our prime role duty to Allah سبحانه و تعالى.
Allah سبحانه و تعالى also says in the Qur'an: [There were] those to whom people said: “The people are gathering against you, so fear them.“ But it only increased their faith; they said: “For us Allah is Sufficient and He is the best Disposer of affairs” (Qur’an 3:173)
🍃🌸 Borrowed💕
1 note
·
View note
Photo
[TASK 186: NIGER]
In celebration of February being Black History Month, here’s a masterlist below compiled of over 160+ Nigerien faceclaims categorised by gender with their occupation and ethnicity denoted if there was a reliable source. If you want an extra challenge use random.org to pick a random number! Of course everything listed below are just suggestions and you can pick whichever faceclaim or whichever project you desire.
Any questions can be sent here and all tutorials have been linked below the cut for ease of access! REMEMBER to tag your resources with #TASKSWEEKLY and we will reblog them onto the main! This task can be tagged with whatever you want but if you want us to see it please be sure that our tag is the first five tags, @ mention us or send us a messaging linking us to your post!
THE TASK - scroll down for FC’s!
STEP 1: Decide on a FC you wish to create resources for! You can always do more than one but who are you starting with? There are links to masterlists you can use in order to find them and if you want help, just send us a message and we can pick one for you at random!
STEP 2: Pick what you want to create! You can obviously do more than one thing, but what do you want to start off with? Screencaps, RP icons, GIF packs, masterlists, PNG’s, fancasts, alternative FC’s - LITERALLY anything you desire!
STEP 3: Look back on tasks that we have created previously for tutorials on the thing you are creating unless you have whatever it is you are doing mastered - then of course feel free to just get on and do it. :)
STEP 4: Upload and tag with #TASKSWEEKLY! If you didn’t use your own screencaps/images make sure to credit where you got them from as we will not reblog packs which do not credit caps or original gifs from the original maker.
THINGS YOU CAN MAKE FOR THIS TASK - examples are linked!
Stumped for ideas? Maybe make a masterlist or graphic of your favourite faceclaims. A masterlist of names. Plot ideas or screencaps from a music video preformed by an artist. Masterlist of quotes and lyrics that can be used for starters, thread titles or tags. Guides on culture and customs.
Screencaps
RP icons [of all sizes]
Gif Pack [maybe gif icons if you wish]
PNG packs
Manips
Dash Icons
Character Aesthetics
PSD’s
XCF’s
Graphic Templates - can be chara header, promo, border or background PSD’s!
FC Masterlists - underused, with resources, without resources!
FC Help - could be related, family templates, alternatives.
Written Guides.
and whatever else you can think of / make!
MASTERLIST!
F:
Bouli Kakasi (1937) Nigerien - singer.
Tina Turner (1939) African-American [including Bamileke Cameroonian, Hausa Nigerian, Mbenzele Congolese, Tuareg Nigerien, Turkana Kenyan] - singer-songwriter, actress, producer, dancer, choreographer, and author.
Zalika Souley (1947) Nigerien - actress.
Hamsou Garba (1958) Nigerien - singer.
Fati Mariko / Fatimata Gandigui Mariko (1964) Nigerien - singer.
ZM / Zara Moussa (1980) Nigerien - rapper and singer.
Safiath / Safia Aminami Issoufou Oumarou (1982) Tuareg Nigerien, Zarma Nigerien / Sudanese - rapper-songwriter and singer.
Toulou Kiki (1983) Nigerien - actress and singer.
Fatimatou Marou Amadou (1995 or 1996) Nigerien - model.
Miriam Abdou Saleye (1997 or 1998) Nigerien - model.
Verostina Amadou (1999) Nigerien - model.
BoubacarNanaAmina (2000 or 2001) Nigerien - model.
Rosette NanaFrema Korateng IV (?) Nigerien, Ghanian - actress and singer.
Hajia Nadia Issa (?) Nigerien - model.
Funmi Okusi (?) Nigerien - model.
Fatou Seidi Ghali (?) Tuareg Nigerien - singer, guitarist, and tende player.
Ahmoudou Madassane (?) Tuareg Nigerien - singer and guitarist.
Mariama Salah Aswan (?) Tuareg Nigerien - singer.
Alamnou Akrouni (?) Tuareg Nigerien - singer and calabash player.
Fatimata Ahmadelher (?) Tuareg Nigerien - guitarist.
Abdoulay Madassane (?) Tuareg Nigerien - bassist.
Aida Alhassane (?) Nigerien - instagrammer (aida_alhassane).
Meerah Sidi (?) Nigerien - instagrammer (sameera_sidi).
Fareedah Idrissa Boubacar (?) Nigerien - model (instagram: fareedah_boubacar)
Ramah Dioffo (?) Nigerien - instagrammer (ramahdioffo).
Aissara (?) Nigerien - instagrammer (aiss_sfarama).
F - Athletes:
Rachida Mahamane (1981) Nigerien - long-distance runner.
Haissa Ali Garba (1981) Nigerien - sprinter.
Balkissa Ouhoumoudou (1983) Nigerien - swimmer.
Lailatou Amadou Lele (1983) Nigerien - taekwondo practitioner.
Salamtou Hassane (1987) Nigerien - sprinter.
Mariama Souley Bana (1987) Nigerien - swimmer.
Rachidatou Seini Maikido (1988) Nigerien - sprinter.
Celia Diemkoudre (1992) Nigerien / Dutch - volleyball player.
Nafissa Souleymane (1992) Nigerien - sprinter.
Aminatou Seyni (1996) Nigerien - sprinter.
Nafissatou Moussa Adamou (1997) Nigerien - swimmer.
Mariama Mamoudou Ittatou (1997) Nigerien - sprinter.
Roukaya Mahamane (1997) Nigerien - swimmer.
M:
Ismaël Lô (1956) Nigerien / Senegalese - actor, singer-songwriter, guitarist, and harmonicist.
Spike Lee (1957) African-American [including Cameroonian, Nigerien], distant English - actor and filmmaker.
Russ Parr (1959) African-American [including Nigerien] - actor, tv presenter, radio host, DJ, director, and writer.
Ronnie Turner (1960) African-American [including Bamileke Cameroonian, Hausa Nigerian, Mbenzele Congolese, Tuareg Nigerien, Turkana Kenyan] / Creole - actor.
Anana Harouna / Aboubacar Harouna (1978) Tuareg Nigerien - singer and guitarist.
Bombino / Omara Moctar (1980) Tuareg Nigerien - singer-songwriter and guitarist.
M.dou Mouktar / Mdou Moctar (1986) Tuareg Nigerien - actor, singer-songwriter, guitarist, and synth player.
Abraham Amkpa (1987) Nigerien - actor.
Fadel Moussa (1996 or 1997) Nigerien - model.
Ismo One (?) Nigerien - singer-songwriter.
Swabib / Seyni Dingo Habiboulaye (?) Nigerien - rapper-songwriter.
Alhousseini Anivolla (?) Nigerien - singer and guitarist.
Rissa Ag Wanaghli (?) Nigerien - guitarist.
Moussa Ag Keyna (?) Tuareg Nigerien - musician.
Yacouba Moumouni (?) Songhai Nigerien - singer and flutist.
Abdoulaye Alhassane Touré (?) Songhai Nigerien - guitarist.
Housseïni Namata Chibakou (?) Songhai Nigerien - molo lute player.
Adamou Daouda (?) Songhai Nigerien - kalangou player.
M - Athletes:
Issake Dabore (1940) Nigerien - boxer.
Issoufou Habou (1945) Nigerien - boxer.
Harouna Lago (1946) Nigerien - boxer.
Inni Aboubacar (1948) Nigerien - long-distance runner.
Mayaki Seydou (1949) Nigerien - boxer.
Moussa Daweye (1958) Nigerien - middle-distance runner.
Abdou Manzo (1959) Nigerien - long-distance runner.
Hassan Karimou (1959) Nigerien - long-distance runner.
Adamou Allassane (1960) Nigerien - middle-distance runner.
Moumouni Siuley (1964) Nigerien - boxer.
Djingarey Mamoudou (1964) Nigerien - boxer.
Hassane Illiassou (1966) Nigerien - sprinter.
Ibrahim Chaibou (1966) Nigerien - footballer.
Harouna Doula Gabde (1966) Nigerien - footballer.
Badie Ovnteni (1967) Nigerien - boxer.
Mamane Sani Ali (1968) Nigerien - sprinter.
Ibrahim Tankary (1972) Nigerien - footballer.
Karim El-Khebir (1974) Nigerien - footballer.
Mohammed Muyei (1975) Nigerien - footballer.
Moussa Yahaya (1975) Nigerien - footballer.
Issoufou Idrissa (1976) Nigerien - footballer.
Moussa Ouwo (1976) Nigerien - footballer.
Zakari Lambo (1976) Nigerien - footballer.
Hamadou Djibo Issaka (1977) Nigerien - swimmer.
Mohamed Alhousseini Alhassan (1978) Nigerien - swimmer.
Idrissa Laouali (1979) Nigerien - footballer.
Abdou Alassane Dji Bo (1979) Nigerien - judoka.
Siradji Sani (1980) Nigerien - footballer.
Alhassane Issoufou (1981) Nigerien - footballer.
Fankélé Traoré (1981) Nigerien - footballer.
Ibrahim Maliki (1981) Nigerien - swimmer.
Moussa Alzouma (1982) Nigerien - footballer.
Abdoul Aziz Hamza (1982) Nigerien - footballer.
Zakari Gourouza (1982) Nigerien - boxer.
Hervé Lybohy (1983) Nigerien - footballer.
Kassaly Daouda (1983) Nigerien - footballer.
Pascal Anicet (1983) Nigerien - footballer.
William N'Gounou (1983) Nigerien - footballer.
Karim Bare (1983) Nigerien - swimmer.
Ismaël Alassane (1984) Nigerien - footballer.
Délis Ahou (1984) Nigerien - footballer.
Seidou Idrissa (1985) Nigerien - footballer.
Karim Oumarou (1985) Nigerien - footballer.
Ibrahim Tondi (1985) Nigerien - hurdler.
Ghani Animofoshe (1985) Nigerien - footballer.
Hamidou Djibo (1985) Nigerien - footballer.
Sulliman Mazadou (1985) Nigerien - footballer.
Moussa Narry (1986) Nigerien - footballer.
Rabo Saminou (1986) Nigerien - footballer.
Harouna Garba (1986) Nigerien - hurdler.
Kourouma Fatoukouma (1986) Nigerien - footballer.
Jimmy Bulus (1986) Nigerien - footballer.
Kamilou Daouda (1987) Nigerien - footballer.
Issiaka Koudize (1987) Nigerien - footballer.
Souleymane Dela Sacko (1987) Nigerien - footballer.
Karim Lancina / Lassina Abdoul Karim Konaté (1987) Nigerien - footballer.
Boubacar Talatou (1987) Nigerien - footballer.
Ahmed Goumar (1988) Nigerien - boxer.
Noel Djondang (1988) Nigerien - footballer.
Rabiou Guero Gao (1988) Nigerien - middle-distance runner and long-distance runner.
Moussa Maâzou (1988) Nigerien - footballer.
Amadou Aboubakar Zaki (1988) Nigerien - basketball player.
Kader Amadou (1989) Nigerien - footballer.
Mohamed Chikoto (1989) Nigerien - footballer.
Koffi Dan Kowa (1989) Nigerien - footballer.
Madjid Albry (1990) Nigerien - footballer.
Donald Djoussé (1990) Nigerien - footballer.
Issoufou Boubacar Garba (1990) Nigerien - footballer.
Olivier Bonnes (1990) Nigerien - footballer.
Moustapha Hima (1992) Nigerien - boxer.
Yacouba Ali (1992) Nigerien - footballer.
Mohamed Bachar (1992) Nigerien - footballer.
Issa Modibo Sidibé (1992) Nigerien - footballer.
Losseny Doumbia (1992) Nigerien / Ivorian - footballer.
Djibril Moussa Souna (1992) Nigerien - footballer.
Mahamane Cissé (1993) Nigerien - footballer.
Mossi Issa Moussa (1993) Nigerien - footballer.
Yousef Mohammed Omar (1994) Nigerien - footballer.
Abdoul Razak Issoufou (1994) Nigerien - taekwondo practitioner.
Ousmane Diabaté (1994) Nigerien - footballer.
Zakariya Souleymane (1994) Nigerien - footballer.
Abdoul Madjid Moumouni (1994) Nigerien - footballer.
Seybou Koita (1994) Nigerien - footballer.
Mohamed Soumaïla (1994) Nigerien - footballer.
Amadou Moutari (1994) Nigerien - footballer.
Ousmane Zeidine Ahmeye (1994) Nigerien - footballer.
Albachir Mouctar (1995) Nigerien - swimmer.
Adamou Moussa (1995) Nigerien - footballer.
Soune Soungole (1995) Nigerien - footballer.
Abdulfattah Adam (1995) Nigerien - footballer.
Ali Mohamed (1995) Nigerien - footballer.
Victorien Adebayor (1996) Nigerien - footballer.
Yacouba Diori Hamani Magagi (1997) Nigerien - footballer.
Ousseini Djibo Idrissa (1998) Nigerien - sprinter.
Yussif Moussa (1998) Nigerien - footballer.
Abdoulaye Karim Doudou (1998) Nigerien - footballer.
Emaniel Djibril Dankawa (?) Nigerien - footballer.
Dary Dasuda (?) Nigerien - boxer.
Mamane Ali (?) Nigerien - footballer.
Chibou Amna (?) Nigerien - boxer.
Frederic Costa (?) Nigerien - footballer.
Boubagar Soumana (?) Nigerien - boxer.
Cheick Omar Diabate (?) Nigerien - footballer.
Moussa Kanfideni (?) Nigerien - footballer.
Problematic:
Morgan Freeman (1937) 7/8 African-American [including Angolan, Congolese, Igbo Nigerian, Shong Guinean, Tuareg Guinean, Tuareg Nigerien], 1/8 English - actor, producer, and narrator - Accused of 8 counts of sexual harassment and said that racism doesn’t exist today (plus that people can “look at him” as an example to show that).
5 notes
·
View notes
Link
サウジアラビア人ジャーナリストとして活躍していたジャマル・カショギ氏(59歳)が、トルコのイスタンブールにあるサウジアラビア総領事館内で15人のアサシン集団に殺害された事件で、驚くべき情報が入ってきた。
・アサシン集団のプロフィールとパスポート画像 カショギ氏を殺害したとされているサウジアラビアからやってきたアサシン集団15人の詳細プロフィールとパスポート画像が公開され、世界レベルでアサシン集団とサウジアラビアを許さない流れが生まれている。以下は、アサシン集団のプロフィールとパスポート画像である。強さや精密さは公開された経歴から推測したもの。
・アサシン能力者15人プロフィール 名前: Salah Mohammed A Tubaigy 年齢: 47歳 職業: 医師 能力: 生きたまま速やかに肉体を切断することが可能 強さ: B 精密: A 備考: 殺害時は音楽を聴くと心が落ち着くため、アサシン能力者にも音楽を聴くことを推奨している「落ち着け、音楽を聴け」。
名前: Maher Abdulaziz M Mutreb 年齢: 47 職業: 在ロンドン サウジアラビア大使館員 能力: 不明 強さ: 不明 精密: 不明 備考: サウジアラビアのサルマン皇太子と親密な関係にあり過去3回サルマン皇太子と旅を共にした経験があるが、その能力は未知数。
名前: Abdulaziz Mohammed M. Alhawsawi 年齢: 31 職業: 王家ボディーガード 能力: 不明 強さ: A 精密: B 備考: サルマン皇太子の王家ボディーガードとして忠誠を誓ったアサシン能力者。カショギ氏殺害後はTubaigy医師とともにトルコから脱出。
名前: MESHAL SAAD M. ALBOSTANI 年齢: 31 職業: サウジアラビア空軍 中佐 能力: 腕力 強さ: A 精密: C 備考: アサシン能力者として選ばれカショギ氏を殺害。しかしサウジアラビア帰国後に謎の交通事故死を遂げている。
名前: Thaar Ghaleb T. Alharbi 年齢: 39 職業: 王家ボディーガード兼サウジアラビア軍 中佐 能力: 警護 強さ: A 精密: B 備考: 渡米経験あり
名前: Turki Muserref M. Alsehri 年齢: 36 職業: 不明 能力: 不明 強さ: 不明 精密: 不明 備考: ほとんど情報がなく謎の男であり、その能力も謎のままだ。
名前: Saif Saad Q. Alqahtani 年齢: 45 職業: サルマン国王直属職員 能力: 警護 強さ: 不明 精密: 不明 備考: 不明
名前: Badr Lafi M. Alotaibi 年齢: 45 職業: シークレットサービス 能力: 警護 強さ: A 精密: A 備考: サウジアラビアにおける王家警護のプロフェッショナル
名前: Mohammed Saad H. Alzahrani 年齢: 30 職業: 王家ボディーガード 能力: 警護 強さ: A 精密: B 備考: 数年前からサルマン皇太子と一緒にいる映像が撮影されている。
名前: Khalid Aedh G. Alotaibi 年齢: 30 職業: 王家ボディーガード 能力: 警護 強さ: A 精密: 不明 備考: かつて3度の米国入国経験があり、北米当局が特に注目しているアサシン能力者。
名前: Naif Hassan S. Alarifi 年齢: 32 職業: サウジアラビア特殊部隊兼王家ボディガード 能力: 警護 強さ: A 精密: A 備考: 暗殺者でありながらフェイスブックをやっている「隠れるつもりがない暗殺者」。
名前: Mustafa Mohammed M. Almadani 年齢: 57 職業: シークレットサービス兼秘密情報機関幹部 能力: 情報収集 強さ: C 精密: A 備考: 盗聴や暗殺も辞さない構えであらゆる情報を収集する能力にたけている。かつて北米にも入国した経験あり。
名前: Waleed Abdullah M. Alsehri 年齢: 38 職業: サウジアラビア空軍 大尉 能力: 不明 強さ: 不明 精密: 不明 備考: サルマン皇太子の指示により突如として大尉に昇格した謎多き人物。
名前: Mansour Othman M. Abahussain 年齢: 46 職業: シークレットサービス兼サウジアラビア民間防衛局 大尉 能力: 警護 強さ: A 精密: B 備考: ヨルダンのアンマンにサウジアラビア政府職員として駐在していた過去を持つ。
名前: Fahad Shabib A. Albalawi 年齢: 33 職業: 王家ボディーガード 能力: 警護 強さ: A 精密: B 備考: かつて渡米した経験があり、ワシントンに滞在したこともある。
・サウジアラビアに対して「制裁を与えるべき」との声 いま現在、欧米ではサウジアラビアに対する怒りの声が上がっており、適当な言い訳で難を逃れようとしているサウジアラビアに対して「制裁を与えるべき」との声も出ている。少なくともサウジアラビアはアサシン集団をサウジアラビア総領事館に送ったのは事実であり、今後も物議を醸しそうだ。
・アサシン集団を証拠隠滅のため消そうとしている可能性 また、サルマン皇太子はカショギ氏を殺害した15人のアサシン集団を証拠隠滅のため消そうとしているのではないかともいわれている。事実、アサシン能力者のひとりMESHAL SAAD M. ALBOSTANIは謎の交通事故死を遂げている。
カショギ氏の殺害後、アサシン集団によってカショギ氏の弟夫婦も惨殺されていることが判明しており、物議を醸している。
6 notes
·
View notes
Photo
Simulasi Evakuasi Bencana Dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB), Institut Teknologi Bandung melakukan beberapa persiapan, salah satunya kegiatan simulasi evakuasi bencana gempa di seluruh kampus yang dilaksanaan bersamaan pada tiga tempat. 26 April 2018 ITB Ganesa, ITB Jatinangor, Gedung Rektorat ITB Dokumentasi oleh: Bjorka Tosca, Nadzifa Rahma, Rhea Laras, M. Rafdi fayyadh, M. Fiki Syamsuri, Alana Pardede, M. Aldy Hassan, Fadhlan Nugraha youtube.com/doksoslfm facebook.com/doksoslfm instagram.com/doksoslfm www.doksos-lfm.tumblr.com -LFM ITB-
1 note
·
View note
Text
IJWMT Vol. 10, No. 4, Aug. 2020
Free Space Optics (FSO): A Promising Solution to First and Last Mile Connectivity (FLMC) in the Communication Networks
M Mubasher Hassan, G M Rather
PRoPHET Using Optimal Path Hops
Salem Sati, Tareg Abulifa, Salah Shanab
Sagacious Communication Link Selection Mechanism for Underwater Wireless Sensors Network
Shahzad Ashraf, Sehrish Saleem, Tauqeer Ahmed
Reconfigurable Origami Antennas: A Review of the Existing Technology and its Future Prospects
Hafiz Suliman Munawar
A Deep Analysis of Image Based Video Searching Techniques
Sadia Anayat, Arfa Sikandar, Sheeza Abdul Rasheed, Saher butt
0 notes
Text

1





Penerangan
KOD : TBIN1168
BILANGAN M/S : 520
SAIZ : 23cm × 15cm ×4cm
ANGGARAN SAIZ : A4
MUKA BUKU : Softcover
WARNA DALAM : Hitam Putih
NAMA PENULIS : Sayyid Hassan Al Husaini
SINOPSIS
Buku ini mengakrabkan kita lebih dekat dengan Ahlul Bait Nabi, terutama dua cucu kesayangan beliau: al-Hasan dan al-Husain. Ia bukan sekadar memoir yang mengingatkan kita pada kehidupan generasi yang lalu, tetapi juga membawa kita untuk menyaksikan langsung seluruh fragmen kehidupan dua pemimpin para pemuda penghuni Surga ini secara utuh dan jauh dari distorsi sejarah. Disarikan dari Riwayat-riwayat sejarah yang valid dan dikemas secara menarik, fasa demi fasa kehidupan mereka menggugah kesadaran kita betapa besar peranan al-Hasan dan al-Husain dalam perjalanan sejarah umat Islam.
Setiap Langkah kehidupan mereka sarat dengan nilai luhur dan kearifan yang patut kita teladani. Al-Hasan tapil sebagai tokoh pemersatu umat setelah perpecahan yang berkepanjangan, sementara al-Husain menjadi symbol perjuangan melawan kezaliman demi menegakkan sunnah Rasulullah SAW dalam suksei kepemimpinan.
Nikmatilah kisah demi kisah di dalamnya. Renungilah lalu petiklah setiap hikmah dan nilai yang disajikannya. Dengan begitu, kita tidak hanya mendapat pencerahan tentang sejarah Ahlul Bait dalam mengantarkan ajaran Islam hingga ke tangan kita, tetapi juga akan membuat kita semakin mencintai mereka. Sungguh, kecintaan terhadap mereka dengan cara yang benar adalah ibadah, sedangkan kebencian terhadap mereka adalah salah satu bentuk kemunafikan.
Rm20
Www.telagabiru.com.my
Www.wasap.my/60192870575
#telagabiru #bibiliophile #50%
0 notes
Photo
[TASK 159: SUDAN]
There’s a masterlist below compiled of over 200+ Sudanese faceclaims categorised by gender with their occupation and ethnicity denoted if there was a reliable source. If you want an extra challenge use random.org to pick a random number! Of course everything listed below are just suggestions and you can pick whichever faceclaim or whichever project you desire.
Any questions can be sent here and all tutorials have been linked below the cut for ease of access! REMEMBER to tag your resources with #TASKSWEEKLY and we will reblog them onto the main! This task can be tagged with whatever you want but if you want us to see it please be sure that our tag is the first five tags, @ mention us or send us a messaging linking us to your post!
THE TASK - scroll down for FC’s!
STEP 1: Decide on a FC you wish to create resources for! You can always do more than one but who are you starting with? There are links to masterlists you can use in order to find them and if you want help, just send us a message and we can pick one for you at random!
STEP 2: Pick what you want to create! You can obviously do more than one thing, but what do you want to start off with? Screencaps, RP icons, GIF packs, masterlists, PNG’s, fancasts, alternative FC’s - LITERALLY anything you desire!
STEP 3: Look back on tasks that we have created previously for tutorials on the thing you are creating unless you have whatever it is you are doing mastered - then of course feel free to just get on and do it. :)
STEP 4: Upload and tag with #TASKSWEEKLY! If you didn’t use your own screencaps/images make sure to credit where you got them from as we will not reblog packs which do not credit caps or original gifs from the original maker.
THINGS YOU CAN MAKE FOR THIS TASK - examples are linked!
Stumped for ideas? Maybe make a masterlist or graphic of your favourite faceclaims. A masterlist of names. Plot ideas or screencaps from a music video preformed by an artist. Masterlist of quotes and lyrics that can be used for starters, thread titles or tags. Guides on culture and customs.
Screencaps
RP icons [of all sizes]
Gif Pack [maybe gif icons if you wish]
PNG packs
Manips
Dash Icons
Character Aesthetics
PSD’s
XCF’s
Graphic Templates - can be chara header, promo, border or background PSD’s!
FC Masterlists - underused, with resources, without resources!
FC Help - could be related, family templates, alternatives.
Written Guides.
and whatever else you can think of / make!
MASTERLIST!
F:
Zeinab Badawi (1959) Sudanese - tv presenter and radio presenter.
Sitona (1962) Sudanese - actress.
Rasha (1971) Nubian Sudanese - actress and singer.
Annett Culp / Annett Mohamed Elmaghrabi (1978) Sudanese / German - actress and model.
Nima Elbagir (1978) Sudanese - tv presenter.
Nancy Agag (1979) Sudanese - singer-songwriter.
Alsarah / Sarah Mohamed Abunama-Elgadi (1982) Sudanese - singer-songwriter and ethnomusicologist.
Marwa Zein (1985) Sudanese / Egyptian - director and producer.
Safia Elhillo (1990) Sudanese - poet.
Yassmin Abdel-Magied (1991) Sudanese - media presenter and writer.
Emtithal Mahmoud (1992 or 1993) Sudanese - poet.
Maha Jaafar (1994) Sudanese / Iraqi - youtuber.
Islam Elbeiti (1994) Sudanese - bassist, guitarist, and radio presenter.
Shahd Batal (1996) Sudanese - youtuber.
Awuor Dit (1997 or 1998) Sundanese - model (Instagram: awuordit).
Rayyan Ali (?) Sudanese / Unknown - actress, activist and writer.
Gawaher (?) Nubian Sudanese - singer.
Kola Boof (?) Sudanese, Egyptian - writer.
Sarah Sewar El Dhab (?) Sudanese - writer.
Ola Badree (?) Sudanese - makeup artist (Instagram: ola_badree).
Roaa Mohammed (?) Sundanese - singer and actress (Instagram: roaa_alnaemofficial).
Siemoon (?) Sundanese, Turkish - model (Instagram: samoobee).
Acheil Tac (?) Sundanese - model (Instagram: at_235).
Alaa Adam (?) Sundanese, Egytpian - model (Instagram: alaa_adam3005).
Omalo (?) Sundanese - model (Instagram: omalo_official).
Warsan (?) Sundanese - model (Instagram: Warsaaaan).
Roda Alfred (?) Sundanese - model (Instagram: rodaalfred).
Dalya Shamin (?) Sundanese - model (Instagram: model_dalyashamin).
Sahar Koje (?) Sundanese - model (Instagram: sahar.koje).
Nyaueth (?) Sundanese - model (Instagram: nikoriam).
Dima Ahmad Al Omairi (?) South Sundanese - model.
Adut Mary Chol (?) Sundanese - model (Instagram: adutofficial).
Sabina Moth (?) South Sundanese, Sundanese - model (Instagram: sabinamoth).
Muna (?) Sundanese - model (Instagram: munaj23).
Bh0ney_ (?) Sundanese - Instagrammer (bh0ney_).
Barbix (?) Sundanese - Instagrammer (blackbarbix).
F - Athletes:
Yamilé Aldama (1972) Cuban [Sundanese] - triple jumper.
Awmima Mohamed (1985) Sundanese - sprinter.
Muna Jabir Adam (1987) Sundanese - hurdler.
Nawal El Jack (1988) Sundanese - sprinter.
Muna Durka (1988) Sundanese - steeplechase runner.
Amina Bakhit (1990) Sundanese - middle-distance runner.
Mhasin Fadlalla (1994) Sundanese - swimmer.
Haneen Ibrahim (2000) Sundanese - swimmer.
Athing Mu (2002) Sudanese - sprinter.
M:
Abdel Karim el Kably (1933) Sudanese - singer-songwriter, oud player, composer, and poet.
Abdel Aziz El Mubarak (1951) Sudanese - singer and oud player.
Saeed Hamed (1958) Sudanese - director.
Hassan Ahmed Abbas (1962) Sudanese - actor.
Alexander Siddig / Siddig El Fadil (1965) Sudanese / English - actor.
Mohamed Badawi (1965) Sudanese - singer, composer, linguist, and publisher.
Hajooj Kuka (1976) Mahas Sudanese - reporter and director.
Samy Deluxe / Sam Semillia / Wickeda MC / Samy Sorge (1977) Sudanese / German - rapper.
Elwathig Elsadig (1978) Sudanese - director.
Javid Abdelmoneim (1979) Sudanese / Iranian - tv presenter.
Hani MaFaSiL (1980) Sudanese - actor, rapper-songwriter, and producer.
Sinkane / Ahmed Gallab (1983) Sudanese - guitarist, bassist, drummer, and producer.
Oddisee / Amir Mohamed el Khalifa (1985) Sudanese / African-American - rapper and producer.
Mazin Elsadig (1987) Sudanese - actor.
Bas / Abbas Hamad (1987) Sudanese - rapper.
Amjad Shakir (1988) Sudanese - singer.
Muaz Osman (1989) Sudanese - youtuber.
Sharief Elfehail (1990) Sudanese - singer.
Ramey Dawoud (1991) Nubian Sudanese - actor, rapper-songwriter, and activist.
Amro Mahmoud (1997) Egyptian, Sudanese, British - actor.
Mohammed Alsoni (?) Sudanese - actor.
Abd El Gadir Salim (?) Sudanese - singer.
Hakim Salman (?) Sudanese - actor.
Amjad Abu Alala (?) Sudanese - filmmaker.
Mozammel Nezamaldin (?) Sudanese - director.
Osman Nizamaldin (?) Sudanese - writer.
Ahmed Amin (?) Sudanese - singer (Instagram: ahmedaminz).
David Dep (?) Sudanese - model (Instagram: thedaviddep).
Dawson Saville (?) Sudanese - model (Instagram: dawsouth).
Habiel A Ismail (?) Sudanese, Egyptian - model (Instagram: theofficialsudanese).
Samwil Del (?) Sundanese - model (Instagram: reversedvission).
M - Athletes:
Hamdan El-Tayeb (1934) Sundanese - sprinter.
Sayed Abdel Gadir (1936) Sundanese - boxer.
Ahmed Mohamed Sharaf El-Din (1938) Sundanese - footballer.
Mohamed Faragalla (1939) Sundanese - boxer.
Mohamed Rizgalla (1942) Sundanese - boxer.
Moreldin Mohamed Hamdi (1943) Sundanese - hurdler.
Mirza Adil (1943) Sundanese - weightlifter.
Ahmed Bushara Wahba (1943) Sundanese - footballer.
Nasr El-Din Abbas / Jaxa (1944) Sundanese - footballer.
Omar Ali Hasab El-Rasoul (1945) Sundanese - footballer.
Ahmed Abdo Mustafa (1946) Sundanese - footballer.
Mirgaani Gomaa Rizgalla (1946) Sundanese - boxer.
Abdel Wahab Abdullah Salih (1946) Sundanese - boxer.
Morgan Gesmalla (1947) Sundanese - sprinter.
Suliman Gafar Mohamed (1947) Sundanese - footballer.
Mahmoud Said Salim (1947) Sundanese - footballer.
Angelo Hussein (1947) Sundanese - middle-distance runner.
Bushara Abdel-Nadief (1947) Sundanese - footballer.
Timsah Okalo Mulwal (1947) Sundanese - boxer.
Hwad Abdel (1948) Sundanese - boxer.
Kasamiro Kashri Marchlo (1948) Sundanese - boxer.
Shag Musa Medani (1948) Sundanese - long-distance runner.
El-Mannan Mohsin Atta (1948) Sundanese - footballer.
Ibrahim Saad Abdel Galil (1948) Sundanese - sprinter.
Ahmed Mohamed El-Bashir (1949) Sundanese - footballer.
Mohamed Abdel Fatah (1949) Sundanese - footballer.
Adam Mohamed Izz El-Din (1949) Sundanese - footballer.
Mohamed El-Sir Abdalla / Kaunda (1949) Sundanese - footballer.
Dafallah Sultan Farah (1949) Sundanese - sprinter.
Ali Gagarin (1949) Sundanese - sprinter.
Mohamed Musa Gadou (1949) Sundanese - sprinter.
Mohamed Abakkar (1953) Sundanese - boxer.
Hassan El Kashief (1956) Sundanese - sprinter.
Omer Khalifa (1956) Sundanese - middle-distance runner.
Ahmed Musa Jouda (1957) Sundanese - long-distance runner.
Abdel Rahman Massad (1957) Sundanese - long-distance runner.
Tobi Pelly (1958) Sundanese - boxer.
Hamid Fadul (1961) Sundanese - judoka.
John Mirona (1962) Sundanese - boxer.
Mohamed Hammad (1963) Sundanese - boxer.
Awad Mahmoud (1963) Sundanese - judoka.
Adam Hassan Sakak (1965) Sundanese - sprinter.
Ahmed Adam Salah (1966) Sundanese - long-distance runner.
Abdullah Ramadan (1966) Sundanese - boxer.
Stephen Lugor (1967) Sundanese - sprinter.
Khaled Ahmed Musa (1972) Sundanese - long jumper.
Faisal Zakaria (1973) Sundanese - kickboxer.
Ammar Ramadan (1977) Sundanese - footballer.
Mohamed Babiker Yagoub (1977) Sundanese - middle-distance runner.
Haitham Mustafa (1977) Sundanese - footballer.
Faisal Agab (1978) Sundanese - footballer.
Haytham Tambal (1978) Sundanese - footballer.
Abdelrahman Isaac Karongo (1978) Sundanese - footballer.
El Muez Mahgoub (1978) Sundanese - footballer.
Todd Matthews-Jouda (1979) Sundanese - hurdler.
Saif Eldin Ali Masawi (1979) Sundanese - hurdler.
Mohammed Kamal (1979) Sundanese - footballer.
Bahaeddine Rihan (1979) Sundanese - footballer.
Richard Justin Lado (1979) Sundanese - footballer.
Amir Damar Koku (1979) Sundanese - footballer.
Mutaz Kabair (1980) Sundanese - footballer.
Mohamed Abdul Hamid (1980) Sundanese - swimmer.
Bader Eldin Abdalla Galag (1981) Sundanese - footballer.
Khalid Jolit (1981) Sundanese - footballer.
Ala'a Eldin Yousif (1982) Sundanese - footballer.
Ahmed El-Basha (1982) Sundanese - footballer.
Khalefa Ahmed Mohamed (1983) Sundanese - footballer.
Tariq Mukhtar (1983) Sundanese - footballer.
Ismail Ahmed Ismail (1984) Sundanese - runner.
Mosaab Omer (1984) Sundanese - footballer.
Abdelhameed Amarri (1984) Sundanese - footballer.
Omer Mohamed Bakhit (1984) Sundanese - footballer.
Tag Eldin Ibrahim (1984) Sundanese - footballer.
Mousa El Tayeb (1984) Sundanese - footballer.
Muhannad El Tahir (1984) Sundanese - footballer.
Mohammed Eldin (1985) Sundanese - footballer.
Mohammed Ali El Khider (1985) Sundanese - footballer.
Balla Jabir (1985) Sundanese - footballer.
Salah Ibrahim (1985) Sundanese - footballer.
Nasr Eldin El Shigail (1985) Sundanese - footballer.
Hamouda Ahmed El Bashir (1984) Sundanese - footballer.
Saeed Mustafa (1985) Sundanese - footballer.
Nagmeldin Ali Abubakr (1986) Sudanese - sprinter.
Mowaia Bashir (1986) Sundanese - footballer.
Rabah Yousif (1986) Sundanese - sprinter.
Omar Ibrahim Hammad (1986) Sundanese - footballer.
Ramadan Alagab (1986) Sundanese - footballer.
Amir Kamal (1987) Sundanese - footballer.
Mac Koshwal (1987) Sudanese - basketball player.
Amer Kamal (1987) Sundanese - footballer.
Bakri Al-Madina (1987) Sundanese - footballer.
Ahmed Adam (1987) Sundanese - swimmer.
Izzeldin Elhabib (1987) Sundanese - footballer.
Mohamed Ahmed Bashir (1987) Sundanese - footballer.
Sami Abdullah (1987) Sundanese - footballer.
Akram El Hadi Salim (1987) Sundanese - footballer.
Osman Mohammed (1987) Sundanese - footballer.
Najm Eldin Abdallah Abdelgabar (1987) Sundanese - footballer.
Abdalla Abdelgadir (1988) Sundanese - middle-distance runner.
Juma Genaro (1988) Sundanese - footballer.
Nizar Hamid (1988) Sundanese - footballer.
Mudather El Tahir (1988) Sundanese - footballer.
Mohamed Elkhedr (1988) Sundanese - swimmer.
Mohammed Muddather (1988) Sundanese - footballer.
Malik Mohammed (1989) Sundanese - footballer.
Ali Mohd Younes Idriss (1989) Sundanese - high jumper.
Abubaker Kaki Khamis (1989) Sundanese - middle-distance runner.
Osama Malik (1990) Sudanese - footballer.
Mohammed Musa (1990) Sudanese - footballer.
Mohamed Marhoum (1990) Sudanese - footballer.
Mohammed Salam (1990) Sudanese - footballer.
Thamer Jamal (1990) Sudanese - footballer.
Iszlam Monier Suliman (1990) Sundanese - judoka.
Al Naem Mohamed Osman Al Noor (1990) Sudanese - footballer.
Raji Abdel-Aati (1990) Sundanese - footballer.
Mohamed Abd Al Momen Ankba (1990) Sundanese - footballer.
Awad El Karim Makki (1992) Sundanese - sprinter.
Nadir Eltayeb (1992) Sundanese - footballer.
Ahmed Ali (1993) Sundanese - sprinter.
Faris Abdalla (1994) Sundanese - footballer.
Mohamed Eisa (1994) Sundanese - footballer.
Abdelrahim Mohamed Abdelrahim (1994) Sundanese - swimmer.
Sharaf Shibun (1994) Sundanese - footballer.
Abdelaziz Mohamed Ahmed (1994) Sundanese - swimmer.
Abdalla Targan (1996) Sundanese - middle-distance runner.
Abo Eisa (1996) Sundanese - footballer.
Bol Bol (1999) Dinka Sudanese - basketball player.
Walaa Eldin Yaqoub (2000) Sundanese - footballer.
11 notes
·
View notes
Link
By Rifai Shodiq Fathoni Persatuan Islam (Persis) merupakan salah satu organisasi pembaharuan yang muncul pada awal ke-20. Persis berawal dari suatu kelompok tadarusan di kota Bandung di bawah pimpinan H. Muhammad Zamzam dan Muhammad Yunus. Sejak awal pendiriannya, Persis lebih menitik beratkan perjuangannya pada dakwah dan pendidikan Islam. Latar Belakang Pendirian Persatuan Islam (Persis) logo Persatuan Islam (Persis) Permulaan abad ke-20 merupakan masa kebangkitan umat Islam. Gerakan-gerakan modern Islam muncul bersamaan dengan lahirnya kesadaran nasional yang diwujudkan dalam wujud pergerakan nasional. Kedua gerakan itu berjalan beriringan dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan. Bagi umat Islam, usaha-usaha untuk menuju cita-cita ini ditempuh dalam bentuk organisasi-organisasi Islam dengan corak dan gaya yang berbeda. Pada awal abad ke-20, bermunculan organisasi-organisasi pembaharuan Islam di Indonesia yang memiliki ciri sebagai gerakan tajdid, di antaranya Muhammadiyah di Yogyakarta, al-Irsyad di Jakarta, dan Persatuan Islam (Persis) yang berdiri di Bandung. Semua gerakan ini berdasarkan ajaran-ajaran salaf dan reformis. Persis sendiri berawal dari suatu kelompok tadarusan di kota Bandung yang dipelopori oleh H. Muhammad Zamzam dan H. Muhammad Yunus, dua orang saudagar dari Palembang. Bersama dengan jamaahnya, mereka mengkaji serta menguji ajaran-ajaran Islam. Kelompok tadarusan yang awalnya hanya berjumlah sekitar 20an orang ini pun semakin mengetahui hakitat Islam yang sebenarnya. Mereka menjadi sadar bahaya keterbelakangan, kejumudan, penutupan pintu ijtihad, taklid buta, dan serangkaian bid’ah. Mereka lalu berusaha melakukan gerakan tajdid dan pemurnian ajaran agama Islam dari paham-paham yang menyesatkan. Kesadaran terhadap kehidupan berjamaah, berimamah, dan berimarah dalam menyebarkan syariat Islam menimbulkan semangat kelompok tadarusan ini untuk mendirikan sebuah organisasi baru dengan ciri dan karakteristik yang khas. Sehingga berdirilah Persis pada tanggal 12 September 1923 di Bandung. Penamaan organisasi ini diilhami dari firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 103: وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَآءً فَاَ لَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖۤ اِخْوَانًا ۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَـكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ wa’tashimuu bihablillaahi jamii’aw wa laa tafarroquu wazkuruu ni’matallohi ‘alaikum iz kuntum a’daaa`an fa allafa baina quluubikum fa ashbahtum bini’matihiii ikhwaanaa, wa kuntum ‘alaa syafaa hufrotim minan-naari fa angqozakum min-haa, kazaalika yubayyinullohu lakum aayaatihii la’allakum tahtaduun “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” Perkembangan Persatuan Islam (Persis) Persis pada Masa Kolonial Sejak awal pendiriannya, Persis lebih menitikberatkan perjuangannya pada penyebaran penyiaran paham al-Qur’an dan As-Sunnah kepada masyarakat Islam dan bukan untuk memperbesar dan memperluas jumlah anggota dalam organisasi. Organisasi ini berusaha keras untuk mengembalikan kaum muslimin kepada al-Quran dan hadis; menghidupkan jihad dan ijtihad, membasmi bid’ah, khurafat, takhayul, taklid dan syirik, memperluas tablig dan dakwah kepada segenap masyarakat; mendirikan pesantren dan sekolah untuk mendidik kader Islam. Persis pada umumnya kurang memberikan tekanan kepada kegiatan organisasi. Mereka tidak terlalu berminat menambah sebanyak mungkin anggota. Pembentukan cabang tergantung pada inisiatif peminat semata dan bukan didasarkan kepada suatu rencana yang dilakukan oleh pimpinan pusat. Pada tahun-tahun pertamanya, Persis hanya memiliki anggota sekitar 20an orang. Aktivitas pun berakar pada shalat Jum’at ketika anggota datang bersama-sama dan mengikuti kursus-kursus pengajaran agama yang diberikan sejumlah tokoh Persis. Perlu diketahui seluruh aktivitas dakwah Persis diprakarsai dan dibiayai sendiri oleh kedua pendirinya yang berprofesi sebagai wirausahawan. Organisasi ini mendapat bentuknya yang jelas setelah masuknya Ahmad Hassan pada tahun 1926 dan Mohammad Natsir pada 1927. Menurut Dadan Wildan dalam Sejarah Perjuangan Persis, Sejak masuknya Ahmad Hassan, Persis memiliki guru utama dalam menyampaikan ajaran Islamnya. Ahmad Hassan Ahmad Hassan merupakan seorang pendatang dari Singapura. Ia adalah keturunan keluarga India Tamil yang menetap di wilayah itu. Meskipun tidak menuntaskan pendidikan sekolah dasar, tetapi Ahmad Hassan sejak kecil telah memperoleh pendidikan agama yang kuat dari berbagai ulama terkenal di Singapura dan Sumatra. Tidak hanya berdakwah melalui jamaah tadarus, Persis juga menerbitkan risalah dan majalah, antara lain: Pembela Islam (1929-1935), al-Fatwa (1933-1935), Soal Jawab (1931-1940), al-Lisan (1935-1942, at-Taqwa (1937-1941), Lasykar Islam (1937), dan al-Hikam (1939). Pada periode awal ini Persis menghadapi tantangan yang berat dalam menyebarkan ide-ide dan pemikirannya. Di samping masyarakat yang jumud, tantangan juga datang dari pemerintah kolonial. Kondisi ini menyebabkan para Persis banyak melakukan perdebatan dalam menyukseskan dakwahnya. Pada tahun 1940, Ahmad Hassan beserta 25 muridnya pindah ke Bangil, Jawa Timur dan pesantren yang berada di Bandung dilanjutkan oleh K.H. Endang Abdurrahman. Pada masa penjajahan Jepang, organisasi ini kurang berkembang karena menentang kebijaksanaan penjajah yang mewajibkan melakukan Sei kerei (penghormatan kepada kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah Tokyo). Menjelang kemerdekaan, Persis mulai tertarik dengan masalah-masalah politik. Para tokoh Persis berpandangan bahwa kembali ke al-Quran dan Sunah itu tidak hanya terbatas dalam akidah dan ibadah, tetapi lebih luas dari pada ini, termasuk berjuang dalam politik untuk memenangkan ideologi Islam. Persis pada Masa Kemerdekaan Pada tanggal 8 November 1945, Persis turut mempelopori lahirnya Partai Masyumi di Yogyakarta, sebagai wadah politik umat Islam di Indonesia. Persis menjadi anggota istimewa di dalam Masyumi di samping Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Selain bergabung dengan Masyumi, Persis juga melakukan reorganisasi untuk menyusun kembali sistem organisasi yang sebelumnya dibekukan oleh Jepang. Setelah reorganisasi tahun 1948, Persis berada di bawah kepemimpinan K. H Isa Anshary dari tahun 1948-1960. Saat itu Persis dihadapkan pada pergolakan politik yang belum stabil. Persis mengeluarkan sejumlah manifesto politik yang isinya sebagian besar menolak konsepsi Soekarno tentang Nasakom, bahkan Isa Anshary membentuk front anti komunis yang dalam prakteknya justru membahayakan umat Islam. Pada muktamar Persis ke-7 di Bangil (2-5 Agustus 1960), berkembang wacana agar Persis dirubah formatnya dari organisasi massa menjadi organisasi politik dengan nama baru Jama’ah Muslimin. Wacana tersebut dilontarkan oleh Isa Anshary. Sementara itu pihak lain menginginkan Persis tetap eksis sebagai ormas Islamyang bergerak di bidang dakwah dan pendidikan. Gagasan dari Isa Anshary di atas ditolak oleh K.H. E. Abdurrahman yang lebih memilih mempertahankan bentuk asli organisasi. Dalam hal ini Abdurrahman mendapat dukungan kuat dari pimpinan pusat pemuda Persis. Melalui pertarungan yang alot, akhirnya Abdurrahman terpilih menjadi ketua umum Persis melalui referundum. K.H Endang Abdurrahman Bergantinya tampuk kepemimpinan dan perubahan situasi negara rupanya mempengaruhi pada penampilan Persis di publik. Jika pada masa kepemimpinan K.H. Isa Anshary, Persis lebih kental dan akrab dengan politik praktis, maka pada masa kepemimpinan baru ini Persis tidak begitu memperdulikan politik. Bahkan Abdurrahman mengeluarkan Tausiah (fatwa) yang melarang semua anggota dan pesantren serta ustaz untuk aktif di bidang politik praktis. Selama masa kepemimpinan K.H. E. Abdurrahman dari tahun 1962-1983, Persis menunjukkan kecenderungan pada kegiatan-kegiatan sekitar tabligh dan pendidikan dari tingkat pusat hingga cabang. K.H. E. Abdurrahman lebih mengorientasikan Persis sebagai organisasi agama, sebab itu ia mengambil pola kepemimpinan ulama, bukan kepemimpinan politik. Pada masa inilah Persis kembali kepada garis perjuangannya, sehingga tidak salah jika K.H. E. Abdurrahman dikatakan sebagai penegak khittah Persis.
0 notes
Link
Oleh: Akhmad Muawal Hasan - 12 Februari 2018
12 Februari 1949, tepat hari ini 69 tahun lalu. Hassan al-Banna dan saudara iparnya Abdul Karim Mansur sedang berada di markas Jama'iyyat al-Shubban al-Muslimeen di Kairo, Mesir. Keduanya dijadwalkan bertemu dengan perwakilan pemerintah, Menteri Zaki Ali Pasha, untuk bernegosiasi. Namun hingga pukul 5 sore sang menteri tak kunjung datang. Banna dan Mansur akhirnya memutuskan untuk pulang.
Saat sedang berdiri menunggu taksi, Banna dan Mansur diserang oleh dua orang tak dikenal. Suara tembakan terdengar beberapa kali. Banna roboh. Ia sempat dibawa ke rumah sakit, tetapi luka-lukanya terlalu parah untuk diobati. Di hari yang sama, sang pendiri Ikhwanul Muslimin (IM) menghembuskan napas terakhir.
Di antara tahun 1948 dan 1949, tak lama usai kekalahan koalisi Arab dalam perang melawan Israel, konflik antara monarki Mesir dan IM mencapai puncaknya. IM sedang menikmati popularitas yang tinggi di kalangan masyarakat Mesir—situasi yang tak disenangi Raja Farouk.
Posisi IM kian berbahaya setelah muncul rumor bahwa anggota-anggota militan di tubuh organisasi tersebut sedang merencanakan kudeta terhadap pemerintahan Raja Farouk. Perdana Menteri Mahmoud al-Nukrashi Pasha kemudian membubarkan IM pada bulan Desember 1948. Aset-aset organisasi disita. Banyak anggotanya yang dijebloskan ke penjara.
Direpresi sedemikian rupa, IM justru kian beringas. Tiga minggu berselang, Abdel Meguid Ahmed Hassan, anggota IM yang juga berstatus sebagai mahasiswa kedokteran hewan di Universitas King Fouad I, melancarkan upaya pembunuhan terhadap Pasha. Pada tanggal 28 Desember 1948, tepatnya pukul 10 pagi, Hassan yang memakai seragam seorang letnan menembak Pasha, dua kali, di gedung Kementerian Dalam Negeri. Pasha meninggal seketika.
Banna mengecam tindakan Hassan dan menegaskan bahwa tindakan teror tidak diterima dalam ajaran Islam. Sayangnya, beberapa bulan kemudian, ia menjadi target pembunuhan berikutnya. Banyak pihak yang menyebutkan bahwa pelakunya adalah anggota kepolisian rahasia suruhan Raja Farouk. Tuduhan ini logis jika dihubungkan dengan peristiwa pembunuhan Pasha hingga memicu aksi balas dendam.
Anak Muazin yang Benci Kolonialisme Inggris
Hassan Ahmed Abdel Rahman Muhammed al-Banna lahir pada 14 Oktober 1906 di Mahmudiyya, sebuah desa delta Sungai Nil, barat daya Kairo. Ayahnya yang seorang imam, muazin, dan guru di masjid adalah pengaruh mula-mula menyemainya semangat Islam di dada Banna. Selain pada kemurnian Islam ala mazhab Hambali, Banna muda juga terpengaruh pada ajaran Sufi dan sempat ikut perkumpulan Sufi bernama al-Hassafiya.
Brian R. Farmer, dalam bukunya Understanding Radical Islam: Medieval Ideology in the Twenty-first Century (2007), menyatakan bahwa awal kegelisahan ideologis Banna berawal dari runtuhnya Kekaisaran Ottoman pada tahun 1924—masa di mana Banna masih berstatus sebagai mahasiswa. Ia memandangnya sebagai bencana sekaligus “deklarasi perang melawan semua bentuk Islam”.
Usai menyelesaikan studinya di Dar al-Ulum pada tahun 1927 ia menjadi guru sekolah dasar di Ismailia. Kala itu Ismailia adalah pusat urusan Terusan Kanal oleh pemerintah Mesir. Pengaruh asingnya kuat, terutama dari Inggris yang sedang melaksanakan proyek kolonialismenya.
Penjajahan Inggris menjadi bibit kebencian Banna sebab kehadiran pentolan imperialis dari Eropa itu membuat kultur di Mesir menjadi kebarat-baratan, dengan kata lain, menggerus prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Pemerintahan Mesir yang giat mempromosikan modernitas dan sekulerisme ditakutkan Banna akan berdampak negatif pada kehidupan komunitas muslim Mesir.
Banna pernah didatangi oleh enam pekerja Terusan Suez pada bulan Maret 1928. Mereka mengeluhkan sikap tidak adil rezim kolonialis Inggris kepada mereka dan pekerja terusan lain. Orang-orang Arab dan terutama muslim dirugikan betul akibat kontrol Inggris. Sebab berselaras dengan kegelisahan Banna, ia dan keenam pekerja kemudian mendirikan sebuah organisasi bernama Ikhwanul Muslimin (IM) yang ditujukan untuk membela nasib para muslim Mesir yang ditindas-tindas oleh Inggris.
Orator Ulung Pendulang Simpati
IM tak hanya lahir untuk menumbuhkan kesalehan dalam diri para anggota, tapi juga bergerak di ranah sosial dengan giat berderma kepada mereka yang membutuhkan. Pergerakannya cukup militan di akar rumput, sehingga mampu menarik simpatisan dari kalangan rakyat biasa.
Dalam ulasan Carrie Rosefsky Wickham dalam The Muslim Brotherhood Evolution of an Islamist Movement (2013), Banna memberikan ceramah tak hanya di masjid-masjid, tetapi juga di warung-warung kopi. Kehadiran dan isi ceramahnya menarik perhatian kalangan pekerja terusan yang bergaji pas-pasan dan muak dengan kesenjangan ekonomi di Mesir.
Hasilnya, dari yang mulanya sedikit, anggota maupun simpatisan IM berkembang hingga ke luar Ismailia. Memasuki tahun 1930-an anggota IM sudah mencapai ratusan ribu. Kantor-kantor cabangnya berdiri di berbagai kota di Mesir. Banna kemudian memindahkan markas pusatnya ke ibukota Kairo pada tahun 1932 agar lebih dekat dengan pusat kekuasaan, dengan demikian berdampak positif bagi naiknya daya tawar IM.
Nama IM makin berkibar akibat keterlibatannya dalam revolusi Arab di Palestina pada tahun 1936-1939. IM meluncurkan kampanye pro-Palestina dengan amat giat. Saking giatnya hingga berhasil membuat isu Palestina menjadi isu muslim sedunia—bukan eksklusif di Timur Tengah. Meski revolusi itu direpresi secara militer dan tak meraih tujuan pokoknya, nama sayap IM makin lebar membentang bahkan hingga ke luar Mesir.
Dalam catatan Irfan Husain di buku Fatal Faultlines (2011), anggota IM naik drastis dari sekitar 800 orang di tahun 1936, lalu menjadi 200.000 di tahun 1936, hingga setahun sebelum kematian Banna yakni 1948 sudah di angka 2 juta. IM berubah dari mulanya organisasi kecil menuju kekuatan baru yang menarik perhatian pemerintah Mesir, terutama karena potensinya menjadi organisasi militan pengguncang kekuasaan.
“Islam adalah Solusi”
Muhammad Iqbal dalam Pemikiran Politik Islam (2015) menulis bahwa kunci dari pemikiran politik Hassan al-Banna adalah Islam sebagai solusi. Solusi dari segala permasalahan yang dikandung negara yang masih menganut sistem sekuler. Dalam kasus Mesir, yang juga masih tertindas oleh kekuatan besar yang tidak Islami (baca: Inggris). Negara yang ideal bagi Banna adalah yang menerapkan Alquran dan Sunah Nabi sebagai panduan utamanya.
Islam adalah panduan hidup yang sempurna, pandang Banna, dengan demikian ia menyingkirkan ideologi sekuler lain baik yang kanan (liberalisme-sekularisme) maupun yang kiri (sosialisme-komunisme). Islam sebagai sistem politik bersifat universal atau bisa diterapkan di segala zaman dan tempat. Islam mampu menjadi solusi bagi seluruh persoalan,baik kesenjangan ekonomi, krisis identitas akibat Westernisasi, kemiskinan, perilaku tercela, dan lain-lainnya.
Banna juga mengkritik partai-partai di Mesir saat itu yang tak memperjuangkan memerdekakan diri dari Inggris. Garis perjuangan IM tidak hanya teoritis, tapi “amaliah nyata dengan saringan selektif terhadap hal-hal yang jelas hanya dapat dibenarkan oleh Islam.” Iqbal menyatakan ada semangat salaf dalam perjuangan Banna.
Mona Saleh, dalam analisisnya bertajuk Hassan al-Banna: A Starting Point for Contemporary Islamic Fundamentalism yang diunggah di Jurnal E-International Relations Students edisi Januari 2016 lalu, menyimpulkan pemikiran Banna sebagai dasar dari fundamentalisme Islam di era modern. Ide-ide tentang superioritas Islam Banna, kata Saleh, kemudian melahirkan monopoli tafsir untuk menjadi dasar penghakiman kepada kelompok non-Islam atau kelompok Islam lain.
Banna melahirkan bibit pemikiran tentang politisasi Islam dan peleburan ajarannya di dalam konstitusi sebuah negara modern. Namun ia cenderung menolak nasionalisme. Bayangannya adalah persatuan muslim di seluruh dunia sebagai satu bangsa yang terjalin lintas negara atau beberapa analis menyebutnya “transnasional”.
Banna boleh menyatakan bahwa organisasinya berjuang di jalur non-kekerasan. Namun pada 1940-an, merujuk Al-Jazeera, IM memasuki fase paramiliter sebab anggotanya ada yang mendirikan angkatan bersenjata khusus bernama al-Nizam al-Khass. Mereka terlibat sejumlah aksi terorisme seperti pembakaran sejumlah gedung milik institusi kaum Yahudi dan perwakilan asing di Kairo pada 1952, juga pembunuhan PM Mahmoud al-Nukrashi Pasha, demikian catatan Encyclopedia of World Biography.
Militansi pengikutnya berbuah pada tragedi yang melenyapkan nyawa Banna sendiri. IM juga kian direpresi usai Banna sudah tak ada. Beberapa ada yang dituduh pemerintah terlibat dalam sejumlah aksi teror lanjutan. Salah satunya rencana pembunuhan terhadap presiden pertama Mesir usai revolusi menumbangkan Raja Farouk, Gamal Abdul Nasser.
PKS: IM-nya Indonesia
Represi boleh datang di tiap rezim. Tapi IM mampu bertahan, bahkan bisa melebarkan sayap ke banyak negara. Walaupun tidak secara organisasi, akan tetapi pengaruh IM kerap hadir di sebuah negara dalam bentuk ideologis. Salah satu penopang semangat jihad IM, selain Banna yang berciri sebagai organisator, adalah Sayyid Qutb. Qutb punya pemikiran Islam-politik yang serupa, dan menjadi landasan bagi banyak gerakan politik Islam di dunia, termasuk di Indonesia.
Dalam ulasan M. Imdadun Rahmat dalam buku Ideologi Politik PKS: Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen (2008), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadikan IM sebagai acuan utama dalam gerakan politiknya. PKS mengadopsi pemikiran para pendiri termasuk Banna dan Qutb, manhaj dakwahnya, hingga strategi meraih dukungan atau pengikutnya. Singkat kata, PKS adalah “anak ideologis” IM. Ada juga yang menyebut bahwa PKS adalah IM-nya Indonesia.
IM amat mempengaruhi proses berkembangnya Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Gerakan Tarbiyah yang menjadi embrio PKS. Mereka mengembangkan pandangan tentang Islam kaffah alias menyeluruh, sehingga meliputi dimensi politik untuk memajukan Islam itu sendiri. Dalam sebuah risalahnya Banna mengatakan bahwa syarat kesempurnaan Islam seseorang adalah keterlibatannya dalam aktivitas politik.
Pandangan ini tentu berseberangan dengan Islam ala Nurcholis Majid, misalnya, yang justru menyerukan pemilahan Islam dan politik melalui jargon “Islam Yes, Partai Islam No.” Namun, militansi Gerakan Tarbiyah dan LDK membuat PKS mampu bertahan sebagai salah satu partai Islam yang menonjol di kalangan elite politik Indonesia, terutama pascatumbangnya Soeharto pada tahun 1998.
Hingga kini PKS masih menuai hasil gerakan yang dibangun dengan meneladani IM sejak 1980-an. Meski Banna telah tiada, demikian juga Qutb yang dihukum gantung oleh rezim Gamal Abdul Nasir, pemikirannya masih hidup di tengah-tengah diskursus maupun pergerakan Islam-politik.
Buku-buku yang memuat buah pemikiran keduanya masih menjadi bahan bacaan babon bagi para simpatisan PKS—juga organisasi pengemban semangat “Islam adalah solusi” di Indonesia maupun di negara-negara lainnya.
Pemikiran Hassan al-Banna dinilai sebagai salah satu tonggak yang mendasari fundamentalisme Islam di era modern.
0 notes
Text
Saya cuma Cina Islam bukan Cina DAP...
Saya cuma Cina Islam bukan Cina DAP....
Pendakwah bebas, Ebit Lew (gambar atas) membuat pengumuman mengejutkan beliau akan berhenti menyalurkan bantuan kepada pihak yang terkesan susulan pandemik Covid-19. Beliau berkata demikian setelah mendapat nasihat daripada pihak berkuasa kerana terdapat aduan terhadapnya susulan kegiatan yang dijalankan. “Saya minta maaf pada semua ya, atas nasihat setakat ini sahajalah saya berkhidmat pada semua secara langsung.
youtube
“Saya cuma akan beri bantuan duit pada orang susah. Saya teruskan dari rumah sahaja. Jangan tag saya lagi kes orang susah. Nanti habis PKP (perintah kawalan pergerakan) baru saya cuba bantu,” katanya dalam satu hantaran di akaun Facebook hari ini.
Ebit bukanlah asing dengan kerja-kerja amal dan kebajikan, selain giat mengadakan seminar di merata tempat selama ini.
Pada tempoh PKP kini, beliau terlibat secara aktif menghulurkan bantuan kepada pihak termasuk petugas barisan hadapan serta orang ramai.
Ustaz Cina bagi derma..Ustaz Melayu minta derma...- f/bk
Beberapa hari lalu Ebit dibayangi kontroversi selepas melawat sebuah keluarga daif di Derga, Kedah.
Antara lain penduduk setempat menjadi kecaman orang luar yang menyangka mereka tidak mengendahkan keluarga terbabit.
Beberapa pihak - termasuk kerajaan Kedah dan Lembaga Zakat Kedah - kemudian tampil menjelaskan keluarga berkenaan memang menjadi penerima bantuan tetap.
Menurut exco negeri, keluarga berkenaan juga sudah diminta supaya berpindah ke rumah baru yang disediakan namun gagal. Bagaimanapun, selepas dipujuk Ebit keluarga berkenaan akhirnya berpindah ke kediaman baru selepas menetap di situ lebih 15 tahun. Baca seterusnya...
Tak sampai 2 bulan, kerajaan PN
dah jual aset negara...
“Eh tak sampai 2 bulan, kerajaan dah mula jual aset negara?” Itulah komen yang dibuat terhadap tindakan kerajaan melalui Khazanah yang dilaporkan akan menjual 74 juta sahamnya dalam Tenaga Nasional Berhad (TNB). Menurut laporan media, Khazanah yang dipengerusikan oleh Perdana Menteri, Tan Sri Muhyiddin Yassin menjual 1.45% sahamnya dalam TNB dengan harga RM1.17 bilion. “Rupanya ini trend standard BN. Tahun 2015 dan tahun 2016 pun sama. “Bolehlah penyokong MN (Muafakat Nasional) teruskan meratib ‘jual aset negara, ini semua salah DAP,” tulis Liyana Marzuki, bekas pegawai kanan Kementerian Perdagangan Antarabangsa dan Industri (MITI) melalui Facebook beliau. Tulisan ini dipercayai mempersendakan tindakan penyokong Umno dan Pas sebelum ini yang sentiasa mendakwa kerajaan Pakatan Harapan (PH) sentiasa menjual harta negara. Menurut media, langkah penjualan saham TNB ini akan mengurangkan pegangan Khazanah dalam TNB sebanyak 1.3%. Harga yang diminta untuk penjualan ini adalah antara RM11.83 dan RM12.30 setiap satu. Harga saham TNB dalam niagaan terakhir semalam adalah RM12.30 setiap satu. April tahun lepas, Khazanah mempunyai 85 juta saham dalam TNB. - MD
Dilemma in Bersatu over Dr M's 'rebellion'...
History will be made on May 18 as Parliament is set to convene for only a day with one party being represented on both sides of the floor. Bersatu, which is leading the broad Perikatan Nasional coalition, will have members led by its president Muhyiddin Yassin on the government bench while a smaller group led by its chairperson Dr Mahathir Mohamad will sit with the opposition. This will likely be a perplexing and unprecedented scenario, one which many Bersatu leaders, save for Mahathir, are unwilling to go on record for when contacted by Malaysiakini. Some claimed that there was a gag order. On April 20, Mahathir made it clear that he will not join the government bench and that Bersatu - which means "to unite" or "to be one" - was essentially split in two. "So, the faction against the government cannot sit together with the faction with the government," he said. Parliament has yet to update its website with the seating arrangement. Based on the experience of Perak in 2009 - the only other incident of a change in government mid-term - the new seating arrangement will only be revealed on the day of the sitting. According to a party insider, who spoke to Malaysiakini on condition of anonymity, the party leadership cannot punish Mahathir for sitting on the opposition bench. He said the party rules stipulate that a member can only be dismissed if the person joins another party, contests in an election for public office against a Bersatu candidate, sues the party or loses Malaysian citizenship. "What is the offence (if Mahathir sits with the opposition)? There is no offence," said the source. Several party leaders were in agreement that any attempt to sanction Mahathir or other party MPs siding with the opposition would be difficult and a drawn-out process. A complaint would have to be lodged with the disciplinary committee in which an investigation would follow. The member being investigated will also have to present himself before the committee for a hearing.
Another party leader expressed doubt that Muhyiddin (above) would have the gumption to take action against Mahathir - the founding member of the party. "Do they dare to take action against party member number one? The party is already unstable as it is," said the source. Prior to the movement control order (MCO), Mahathir and his allies had been conducting roadshows to rally party members against Muhyiddin for pulling off the "Sheraton Move" in late February and installing himself as prime minister. Although the bulk of Bersatu MPs backed Muhyiddin, it has caused deep divisions within the party. Will there be negotiations? Several party leaders told Malaysiakini that the Muhyiddin faction might find ways to avoid the potential embarrassment by hiding the split. For instance, Bersatu supreme council member and long-time Mahathir loyalist Abu Bakar Yahya said the seating arrangement is controlled by PAS' Takiyuddin Hassan, who is the law minister and therefore also in charge of Parliamentary affairs. "If we really know Tun (Mahathir), he is not the type who would break the rules. "We would only know for sure when the letter informing of the seating arrangement comes," said Abu Bakar, who is also Mahathir's political secretary. At the time of writing, Malaysiakini's attempts to establish if there were any efforts by Muhyiddin's faction to extend the olive branch to Mahathir has been unsuccessful.
Meanwhile, Bersatu strategist Rais Hussin believed that Mahathir had every right as an MP not to sit on the government bench. "It is unprecedented but we are living in unprecedented times," he said. Rais added that Bersatu also needs to look at the matter carefully so as not to worsen the rift between its two top leaders and break the party further apart. "My hope is that there would be some form of reconciliation between the two top leaders in the greater interests of the nation given that we are facing a very portent pandemic." Asked if there were efforts to mend ties between Muhyiddin and Mahathir, Rais said it was a work in progress. "Muhyiddin extended the olive branch from his inaugural speech as prime minister. "They are both seasoned leaders in their own right," he said. - Hariz Mohd/Haspaizi Zain.mk
Now, what are we going to see
of Muhyiddin's legacy?...
How will we remember Prime Minister Muhyiddin Yassin? Some think that he has brought Malaysia to its knees, when we moved from an era of hope, in 2018, to despair in 2020. Others claim that Muhyiddin's behaviour makes the crimes of two former prime ministers - Dr Mahathir Mohamad and disgraced Najib Abdul Razak - look like child's play. Mahathir, the Father of Modernisation, appeared eager to get back into the driving seat, and then could not wait, to leave. His legacy is defined by the seeds of racism, religious domination and cronyism, which he sowed in the 80s, during his first tenure as prime minister. Invited to form the new Pakatan Harapan government in May 2018, Mahathir started with gusto. However, after four months, his mask slipped. He could still have got himself back on track to rebuild Malaysia, but he dashed the hopes of the rakyat with his hasty resignation. A person can be tricked once, perhaps twice, but not three times. Despite what Mahathir thinks, the rakyat do not easily forget. Najib refused to leave and had to be kicked out of office. Incredibly, he is still trying to stage a comeback, albeit to save himself from prosecution. If only the former judicial system under Harapan had not dragged its feet and played along with Najib's excuses to delay the trial. The damage to young Malaysians will be felt for generations. Many feel that the road to immense wealth is to become a politician, as no skill, qualification or education is required. One only needs to be a smooth-talking Lothario. Najib created many meaningless slogans, milked the system dry and was lucky to have a good teacher in his former mentor, Mahathir (above). So, what of Muhyiddin? Ironically, Mahathir's Wawasan 2020 has morphed into Muhyiddin's Nightmare 2020, In two months, Muhyiddin managed to undo the first steps that Harapan had taken to try to heal the nation and rebuild Malaysia. Muhyiddin will continue the Umno-Baru tradition, under which cronies and family members are able to build personal fortunes and property empires with ease, while the rakyat are told to tighten their belts. He appears to suffer from middle child syndrome. Most first-borns are showered with attention, the youngest is spoilt silly, while the middle child is often neglected. Having served under Mahathir, Abdullah Ahmad Badawi and later Najib, Muhyiddin was often overlooked in the prime ministerial succession list, and this must have had a part in explaining Muhyiddin's subsequent bitterness. Is it any wonder that Muhyiddin grabbed the chance to become prime minister, to prove that he is "somebody"?
Muhyiddin's tenure as education minister If one wants to mess up a country, one need only tinker with the children's education. Muhyiddin's tenure as education minister was a disaster. He declared that the Malaysian education system was among the best in the world, despite many Sarawak schools being in a terrible condition, the prevarication over the use of English and his refusal to listen to parents' groups. His close ties with PAS may have affected Muhyiddin's opinion of women. Perhaps, he is a closet misogynist. In yet another swipe at the previous administration, it is rumoured that another woman chairperson of a leading government organisation will, on May 1, be replaced with an Umno-Baru politician. The coronavirus lockdown will come to an end, one day, and the nation will emerge from hibernation. But what stimulus package will Muhyiddin and his finance minister offer to the stakeholders who are the backbone of the economy - the small- and medium-sized enterprises? Without a plan, more people will die from starvation, from poverty and from mental health issues. The damage from the coronavirus pandemic will pale in comparison. With oil revenue reduced, and beer industries being forced to shut, how will Muhyiddin reward the people whose loyalty he must return? He could get rid of Jakim, at the very least trim its budget. He could reduce the size of the civil service because they must be costing us billions of ringgits. He could get rid of his foreign minister, instead of creating Special Envoys to do the work of the foreign minister. He could trim the cabinet, instead of having 70 ministers and deputies who do little work. He could reward his loyal followers with a Datukship. It's cheaper and does less damage than wrecking an already poorly managed government-linked company by appointing a politician to head it. The problem with Muhyiddin is his pre-occupation with Malay pride. Like the true politician, he does not arm the Malays with the real tools and the mental capacity to survive and compete with others. Instead, he permits conservative Malays to cultivate the Malay fear of the three Cs: Chinese, Christianity and Communism. For a lasting legacy, Muhyiddin should have the courage to do things differently. Whip the Malays out of their self-imposed reverie, reassure them that thinking like a Malaysian is best for the country, and that the non-Malays are not their enemy and should have equal status. Malaysians need new blood, not the old, tired faces in the present government. Reversing over 60 years of brainwashing is no mean feat, just as the cleaning-up of more than 40 years of institutionalised corruption cannot be achieved in a few terms. The time to start is now, but will Muhyiddin take up the challenge to redefine his legacy? - Mariam Mokhtar.mk
youtube
Indian police drag violators inside ambulance with fake covid19 patient to teach a lesson..
Degil sangat tak nak pakai mask katanya. Sekali kena sumbat dalam ambulan
yang ada orang yang konon2 dijangkiti covid19, menggelupoq masing2...-f/bk
Bani Melayu dok Malaysia berpuluh2 tahun apa yang depa ada?
Nak tanya Bani Melayu mana lagi bahaya DAP atau Rohingya?...
cheers.
Sumber asal: Saya cuma Cina Islam bukan Cina DAP... Baca selebihnya di Saya cuma Cina Islam bukan Cina DAP...
0 notes