#Rumah Terbakar
Explore tagged Tumblr posts
Text
Rumah Warga di Lebak Hangus Terbakar Saat Ditinggal ke Masjid
LEBAK – Diduga akibat konrsleting listrik sebuah rumah milik Ahmad Zen (55) warga Kampung Empang, Kelurahan Muara Ciujung Barat, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, hangus terbakar, Rabu (4/9/2024). Kabid Damkar Lebak, Iwan Darmawan mengatakan, saat peristiwa kebakaran terjadi rumah dalam keadaan kosong, karena pemilik rumah sedang menjalankan salat di masjid. “Kebakaran terjadi…
#Iwan Darmawan#Kabid Damkar Lebak#Kampung Empang#kebakara#Kebakaran#Kecamatan Rangkasbitung#Kelurahan Muara Ciujung Barat#Rumah terbakar
0 notes
Text
Rumah Syamsiah Kebakaran, Pj Walikota Bengkulu Arif Gunadi Berikan Bantuan dan Dukungan
Rumah Syamsiah Terbakar, Pj Walikota Bengkulu Arif Gunadi Berikan Bantuan dan Dukungan KANTOR-BERITA.COM, KOTA BENGKULU|| Nasib malang menimpa Syamsiah, warga Kelurahan Tanjung Agung, Kecamatan Sungai Serut. Rumahnya habis dilalap api pada subuh hari, Sabtu (20/7/24), Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam insiden ini, Personel dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Bengkulu bergerak…
#Bahaya Kebakaran#Dinas Pemadam Kebakaran#Rumah Terbakar#Tanggap Darurat Kebakaran#Bantuan Sosial#Pj Walikota Bengkulu
0 notes
Text
Lupa Matikan Kompor, Rumah Guru dan Sekolah Madrasah Ibtidaiah di Ciawi Bogor Ludes Terbakar
RASIOO.id – Satu sekolah Madrasah Ibtidaiah (MI) terbakar di Kampung Ciaul, Desa Cibedug, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, pada Rabu sore, 20 Maret 2024, sekitar pukul 16:40 WIB. Musibah ini awalnya membakar rumah salah seorang guru dan langsung menjalar ke bagian sekolah yang masih ada dalam satu lingkungan. “Awalnya salah satu dari keluarga Pak Rahmat memasak dan lupa mematikan kompornya,…
View On WordPress
#Damkar Ciawi#kabupaten bogor#Kecamatan Ciawi#polres bogor#Polsek Ciawi#Rumah Terbakar#Sekolah Terbakar
0 notes
Text
Rumah Terbakar, Nenek 70 Tahun Nyaris Terpanggang
Rumah Terbakar, Nenek 70 Tahun Nyaris Terpanggang
Ponorogo, Goosela.com – Seorang nenek berusia 70 tahun warga Ponorogo, Jawa Timur, nyaris terpanggang api jika tidak segera diselamatkan warga, saat rumahnya terbakar. Peristiwa itu terjadi saat rumah janda bernama Rukayah, 70 tahun, terbakar pada Jumat malam (9/12/2022). Ketika api berkobar Rukayah tengah tidur di salah satu kamar rumah yang berada di Desa Sukosari, Kecamatan Babadan…
View On WordPress
0 notes
Text
Korsleting Listrik, Rumah di Wonosigro Gombong Nyaris Ludes Terbakar
KEBUMEN, Kebumen24.com – Diduga karena korsleting listrik, rumah milik Tohir (65) warga Desa Wonosigro, Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen, mengalami kebakaran. Kebakaran diketahui pertama kali oleh istri korban Suminah (64) sekira pukul 21.30 WIB.Rabu 2 Oktober 2024. Continue reading Korsleting Listrik, Rumah di Wonosigro Gombong Nyaris Ludes Terbakar
0 notes
Text
Rumah Kontrakan di Dulalowo Hangus Terbakar, Penghuni Nyaris Tewas Terpanggang
Hargo.co.id, GORONTALO – Satu unit rumah di Kelurahan Dulalowo, Kecamatan Kota Tengah, Kota Gorontalo hangus terbakar. Insiden yang terjadi pada Selasa (3/9/2024) sekira pukul 04.30 Wita itu, nyaris membuat penghuni terpanggang. Dikutip dari Gorontalopost.id, Rumah itu, milik dari milik Tias Firqianti yang disewakan atau dikontrakkan. Nuraini, salah seorang penghuni rumah, saat kebakaran dirinya…
0 notes
Text
Two houses in Jati Blora Luder were engulfed in Sijago Merah || Blorainfo
The house was empty, then the victim’s neighbor contacted the person concerned that his house had caught fire Blorainfo – Two houses in Tobo Village, Jati District, Blora Regency, caught fire. It is suspected that the fire was sparked by a short circuit.”Yes, that’s true. A house fire occurred in Dukuh Cerme, Tobo Village, Jati District,” said Head of Tobo Village, Edi Supoyo on Saturday…
View On WordPress
0 notes
Text
Sebuah Rumah Terbakar di Borobudur, ini Penyebabnya
Sebuah Rumah Terbakar di Borobudur, ini Penyebabnya
BNews–MAGELANG— Meski cuaca hujan, sebuah rumah di Borobudur Magelang dilalap si Jago Merah pada Senin sore (26/12/2022). Diduga kebakaran disebabkan api yang berasal dari arus pendek listrik. Petugas Damkar Kabupaten Magelang, Yoga Subarkah membenarkan kejadian kebakaran tersebut. “Benar kebakaran sebuah rumah milik Parmudi saat kondisi gerimis. Tepatnya di Dusun Krajan Desa Majaksingi…
View On WordPress
#Berita Jateng#Berita Jogjakarta#Berita Magelang#Berita Nasional#Berita Viral#DAMKAR Kabupaten Magelang#Damkar Kabupaten Magelang memadamkan api sebuah kebakaran rumah di Borobudur#kebakaran#Magelang#Sebuah Rumah Terbakar di Borobudur
0 notes
Text
Seks Dengan Janda
Beberapa tahun yg lepas, aku ada berkenalan dgn seorang janda beranak satu yang berumur lebih kurang 30 tahun dan pada waktu itu aku berumur kurang 5 tahun daripadanya. Janda tersebut aku gelarkan sebagai Ana sahaja dan beliau berasal dari negeri Cik Siti Wan Kembang. Kami berdua telah berkenalan lebih kurang 3 bulan dan aku amat tertarik dengan penampilan Ana. Dia mengusahakan sebuah saloon kecantikan dan tinggal berseorangan di sebuah apartment di kawasan Lembah Kelang. Tinggi Ana ni hampir sama dgn aku (lebih kurang separas telinga aku yang mempunyai ketinggian 170cm). Kulitnya putih, berbadan kurus lansing dengan punggung sedikit tonggek dan tetek yang mekar sederhana besar. Ana berambut hitam lebat dan lurus melepasi sedikit paras bahu. Pendek kata, walau apa jenis pakaian yg dia pakai pasti benar-benar membuatkan aku stim gila, cuma selama itu aku ni tak berapa berani nak ayat seks dengan dia walaupun dia ni jenis yang betul2 sporting dan open minded.
Satu malam Sabtu, Ana menelefon aku untuk meminta pertolongan aku membaiki lampu dapurnya yang terbakar. Aku berjanji dengan Ana yang aku akan ke apartmentnya pada keesokan paginya kerana malam tersebut aku ada urusan lain dan Ana bersetuju. Esoknya, aku pun pergi ke apartmentnya bersendirian. Sampai di rumah Ana tepat pukul 9:00 pagi, begitu bersemangat aku ketika itu. Aku disambut Ana yang berpakaian kebaya ketat dgn mesra. Keanggunan Ana pada pagi itu benar2 terserlah dengan bau aroma yang enak dicium dan mekap nipis beserta bibir yang bergincu merah yang menaikkan lagi seri wajahnya. Pagi itu Ana benar2 menyeksa nafsu berahi aku terhadapnya selama ini. Mata aku tak lepas daripada menatap Ana yang menyambut aku ketika itu, dari hujung rambut hingga ke hujung kaki aku menatapnya. Aku sedikit tertegun bila mata aku menatap bahagian dada Ana yang benar2 menonjol di sebalik kebaya ketat yang dipakainya. Sebahagian dadanya yang putih jelas kelihatan.
“Hei Razlan, mata tu jaga2 sikit, nanti Ana cucuk��. buta.” Ana menegur aku kerana melihat aku terpegun lama menatap dadanya. “Oppps sori Ana, asyik sangat tadi.” Jawab aku selamba. “Gatal….” sambut Ana sambil mencubit manja lengan aku. Aduhhhhh…. lembut sungguh jari Ana apabila mencubit lengan aku. “Jom masuk, Ana dan belikan lampu yang baru, Razlan tolong tukarkan aje. Tinggi sangat la lampu tu, Ana tak berani nak memanjat sangat,” kata Ana sambil mengunci pintu selepas aku masuk ke dalam apartmentnya.
Ana berjalan terus ke dapur sementara aku mengekorinya dari belakang. Sambil berjalan mata aku asyik menatapi lenggok punggung Ana yang berbuai lembut dan mengairahkan. Rasa2 macam nak terkam terus ke punggungnya dan terus tekapkan muka aku kat situ.
Kemudian aku memanjat kerusi dan menukarkan lampu dapurnya sambil berbual2 dangan Ana perkara biasa. Sambil berbual tu mata aku tak henti2 menjeling ke arah dada Ana yang benar2 membuatkan batang kote aku rasa tak tentu arah. Sengaja aku lengah2kan kerja menggantikan lampu dapurnya. Sambil itu aku rasa Ana perasan apa yang aku perhatikan pada dirinya dan aku lihat Ana seperti tidak kisah sangat dengan perlakuan aku itu. Sebabnya ialah aku lihat Ana hanya tersenyum kepada aku setiap kali aku cuba berpaling ke arah lain bila dia memandang aku.
Selesai menggantikan lampu dapurnya, Ana mempersilakan aku ke ruang tamu untuk menonton TV sementara Ana membuatkan minuman. Aku duduk di atas sofa ruang tamunya sementara menunggu Ana. Jam pada ketika menunjukkan baru pukul 9:30 pagi. Seketika kemudian, Ana datang ke ruang tamu sambil membawa hidangan air.
“Eh! buat susah2 pulak Ana,” kata aku kepada Ana. “Ala tak apa, teh bujang je. Buat sedapkan tekak sambil menonton,” jawab Ana seraya menghidangkan hidangan air di atas meja kecil di hadapan aku.
Ketika itu Ana membongkokkan badannya untuk menghidangkan air dan kesempatan itu aku gunakan untuk mengintai lurah dadanya. Ana dengan selamba membiarkan sahaja dadanya terdedah untuk aku tatapi dengan senang. Keputihan dan kehalusan kulit Ana ditambah dengan sebahagian bra berwarna hitam yang dipakainya dan rambut yang terurai lembut benar2 membuatkan aku menjadi tidak keruan. Ana bangun selepas menghidangkan minuman sambil tersenyum ke arah aku. Kemudian Ana terus sahaja duduk betul2 bersebelahan kiri aku.
“Razlan ni betul2 nakal la…….. tak habis2 renung Ana,” kata Ana sambi mencubit peha aku yang sedar apa yang aku perhatikan selama waktu itu. “Ala…… sikit2 je, bukan boleh luak pun,” jawab aku pula.
Kemudian kami berdua tertawa gembira. Ketawa yang membawa makna amat besar buat aku. Kami berdua menyambung semula perbualan kami sambil TV terus menayangkan cerita yang langsung aku tak ambil pusing. Daripada perbualan biasa sehingga membawa kepada cerita yang sikit2 berbaur seks. Ana benar2 sporting pada pagi itu dan itulah yang membuatkan kami berdua bertambah seronok berbual. Sambil itu juga beberapa kali tangan Ana mencubit manja peha aku.
Seketika kemudian kami berdua terdiam dan jam ketika itu sudah menunjukkan pukul 10:30 pagi. Tak sedar aku masa berlalu begitu pantas. “Rileks la dulu Lan, balik awal2 pun bukan ada apa kat rumah,” kata Ana yang perasan aku memerhatikan jam dinding ruang tamunya. Sememangnya itulah kata2 yang aku nak dengar dari mulut Ana. “Kalau boleh Lan memang tak nak balik, nak tinggal di sini dengan Ana,” selorohku bersahaja. Ana hanya tersenyum manja sambil sekali lagi mencubit manja peha aku. Ini petanda baik, kata hati aku.
Aku mengiringkan sedikit badanku menghadap Ana yang masih berada benar2 hampir di sisi kiri aku. Ana memandang ke arah aku dan ketika itu mata kami berdua bertentangan. Ana tetap terus tersenyum manja ke arah aku dan aku membalas kembali senyumannya itu. Aku beranikan diri menaikkan tangan kiriku ke atas bahunya sambil memain2kan rambut Ana. Ana membiarkan sahaja perlakuan aku itu. Oleh kerana itu, aku terus memberanikan tangan kanan aku untuk mengambil tangan kanannya sambil terus mengelus2 manja jari-jemari Ana. Ana tetap sporting dan tetap terus tersenyum tanda dia bersetuju dengan perlakuanku itu.
Kini aku benar2 merasakan bahawa peluang untuk aku menikmati hubungan seks dengan wanita idaman aku ini sudah benar2 terbuka, cuma aku sahaja yang perlu pandai memulakan. Aku beranikan diri dengan berkata, “Ana, Razlan nak mintak satu perkara sikit dengan Ana boleh tak?” Tanya aku kepada Ana. Ana mengiringkan sedikit badannya ke arah aku dan ini membuatkan muka kami berdua terus hampir berhadapan antara satu sama lain. “Mintak la, kalau boleh Ana penuhi, Ana akan penuhi, kalau tak, tak dapatlah,” jawab Ana penuh manja sambil dia terus membiarkan jari-jemarinya dielus2 oleh aku. “Tapi Ana kena janji tak marah Razlan OK,” balas aku semula. “Emmmm….. takkan Ana nak marah kot,” jawab Ana bertambah manja. Bibir ghairah Ana yang disapu nipis dengan lipstick merah pagi itu benar2 membuatkan gelora nafsu seks aku ketika itu betul2 tak tertahan lagi.
“Razlan nak mintak cium Ana boleh tak?” Tanya aku perlahan tapi dengan penuh pengharapan. Ana tetap terus tersenyum sambil memandang tepat ke arah aku dan berkata, “Razlan nak cium kat mana?” “Kat mana2 saja yang Ana benarkan,” jawab aku pula. Aku dapat rasakan kini jari-jemari Ana mula memberi respon yang baik dengan elusan2 manja yang aku lakukan pada jari-jemarinya. “Kalau Ana izinkan, kat mana yang Razlan nak cium dulu?” Tanya Ana kembali kepada aku. Aku benar2 yakin kini akan dapat menikmati batang tubuh Ana pagi itu sambil berkata selamba, “Kalau Ana izinkan, setiap inci batang tubuh Ana Lan nak cium. Dari luar hingga ke dalam dan dari hujung rambut hingga ke hujung kaki.” “Auwww…. ganas la Lan ni, ngeri Ana,” jawab Ana tertawa sambil tangan kirinya menampar manja lengan kanan aku.
Ketika itu, tangan kiri aku masih lagi aktif membelai2 rambut Ana yang aku lihat sudah mula menampakkan keresahannya. “Macamana Ana, boleh ke?” Tanya aku kembali setelah Ana tidak menjawab soalan aku tadi. Ana tetap terus tersenyum ke arah aku tanda dia memberikan respon yang baik untuk aku meneruskan tindakan aku.
Perlahan2 aku merapatkan muka aku ke arah mukanya. Perlahan2 juga aku merapatkan bibir aku ke arah bibir ghairah Ana dan Ana hanya membiarkan sahaja perlakuan aku itu. Bibir kami mula bertaut rapat buat beberapa ketika. Kemudian aku melepaskan tautan bibir tu dan ketika itu aku lihat Ana mula mendesah sedikit kekecewaan. Aku lihat Ana masih membiarkan bibirnya bersedia untuk aku nikmati sambil matanya sedikit terpejam keenakan.
Sekali lagi aku terus mencium bibir ghairah Ana dan kali ini aku menjulurkan sedikit lidahku ke dalam mulutnya yang sengaja dibiarkan terbuka. Aku memain2kan lidahku di dalam mulut Ana, berpusing2 lidah aku menjilat segala apa yang mampu tercapai oleh lidahku di dalam mulut Ana. Ana pula terus merelakan kenakalan lidah aku itu sambil tangan kirinya kini mula merangkul kuat ke arah leher aku. Mulut kami masih bertaut rapat dan setelah respon baik diberikan Ana tangan kiriku yang sedari tadi membelai2 rambut Ana terus kuat merangkul lehernya. Kini kami berdua sudah benar2 tenggelam dalam titik awal permainan seks yang aku rasakan kami berdua memang idam2kan.
Setelah puas aku memainkan lidahku di dalam mulut Ana, aku cuba menarik mulutku daripada terus mencium Ana. Namun, dengan rangkulan kuat tangan kirinya, membuatkan aku tidak berdaya untuk menariknya kembali ditambah pula kini Ana mengambil alih peranan lidah aku tadi. Kini Ana pula aktif memainkan lidahnya di dalam mulut aku. Aku benar2 asyik dilayan sebegitu rupa oleh Ana. Air liur kami kini sudah mula dinikmati pasangan masing2.
Setelah beberapa lama kemudian, kami menarik kembali mulut kami. Ana menampakkan wajah ayunya yang kini benar2 mengharapkan aksi2 seks seterusnya daripada aku. Aku tersenyum riang kepada Ana. Ana membalas kembali senyumanku itu seraya merengek manja, “Tak cukup setakat tu Razlan…..” Aku yang mendengar kata2 mengharap Ana itu faham apa yang harus aku lakukan untuk memenuhi kegersangan seorang janda cantik seperti Ana.
Tangan kiri aku yang sedari tadi merangkul leher Ana kini aku lepaskan dan mula merangkul pinggang Ana pula. Genggaman jari-jemari kami berdua tadi turut aku lepaskan dan kini mengiringi tangan kiriku dengan merangkul pinggang Ana. Aku tegakkan badan kami berdua dan aku terus memeluk rapat batang tubuh Ana yang hangat dan perlukan tuntutan seks itu. Ana yang kelihatan seronok dengan layanan aku mula menggunakan kedua2 tangannya untuk merangkul kuat leher aku. Kini sebelah kaki kami memijak lantai dan sebelah lagi berlipat di atas sofa.
Kini tubuh kami berdua mula bersatu dan tetek yang sedari awal tadi asyik aku perhatikan sudah mula melekap mesra di dada aku. Alangkah enak rasanya bila dapat menikmati tetek mengkal Ana yang melekap rapat ke dada aku. Ana tersenyum melihat aku sambil terus merelakan segala perlakuan aku itu. Aku menatap wajah ayu Ana buat seketika sambil mencium kening kiri dan kanan Ana. “Ana terlalu cantik hari ni,” puji aku kepada Ana. Sememangnya aku memang gemar memuji mana2 perempuan yang berhubungan seks dengan aku kerana itulah satu2nya cara untuk aku menghargai pengorbanan mereka kepada aku dan aku sukakan suasana romantik seperti itu sebab aku rasa dengan cara itu aku akan dapat terus menikmati seks dengan perempuan yang berkenaan.
“Terima kasih Razlan,” jawab Ana sambil terus mempamerkan matanya yang sedikit terpejam nikmat itu. Aku terus melakukan aksi seperti awal tadi iaitu bercium mulut dan bermain2 lidah. Sudah tiada halangan lagi di antara kami berdua untuk aksi2 seperti itu. Kami bergilir2 memainkan peranan lidah masing2. Setelah lama begitu, aku menarik mulutku daripada bertaut dengan mulut Ana dan kini bibir dan lidahku mula memainkan peranan di sekitar batang leher Ana. Kedua2 tangan aku yang dari tadi kuat merangkul pinggang Ana mula bermain2 dan meramas2 punggung gebu Ana. Saat itu nafas Ana sudah mula kencang tanda kesedapan dan batang tubuhnya melenting2 kenikmatan sementara rengekan2 serta erangan2nya mula berterusan.
Aku mahu Ana terus berkeadaan seperti itu sebab sememangnya aku cukup bahagia bila dapat mendengarkan erangan2 dan rengekan2 nikmat seorang perempuan. Maka oleh sebab itu, lidah dan bibir aku tidak putus2 melingkari seluruh batang leher Ana yang jinjang itu. Sekali sekala tangan kiri dan kanan aku bergilir2 menepuk manja punggung Ana. “Auw……” jerit Ana kesedapan setiap kali aku menepuk punggungnya. Itulah yang membuatkan aku semakin ghairah terhadap Ana.
Setelah beberapa lama berkeadaan begitu, aku naikkan kedua2 tangan aku ke arah tetek Ana yang kini berombak amat kencang. Sambil mulutku masih terus berkeliaran di batang leher Ana, kedua2 tangan aku pula kini perlahan2 merayap di bahagian tetek Ana. Ana terus merangkul kuat leher aku tanda dia setuju dengan tindakan kedua2 tanganku itu. Perlahan2 juga kedua2 tangan aku itu meramas2 mesra kedua2 tetek Ana yang terpacak mengkal di dadanya itu. Masih lagi gebu, masih lagi mekar dan masih lagi segar tetek Ana yang dapat aku rasakan di sebalik kebaya dan bra hitam yang dipakainya. Aku benar2 geram dengan tetek Ana ketika dan itulah yang membuatkan ramasan2 dan genggaman2 tangan aku ke atas teteknya bertambah hebat.
Sambil itu aku kembalikan semula bibir dan lidahku ke arah bibir dan lidah Ana yang terus disambut rakus oleh Ana. Kesedapan yang sedang dirasai Ana ketika itu membuatkan dia menyambut sedikit ganas mulut aku. Sekali lagi mulut kami bermain2 nikmat sambil tetek Ana terus menjadi mangsa ramasan2 geram tangan aku. Kemudian itu Ana melepaskan mulutnya daripada mulut aku sambil berkata penuh manja, “Razlan, kita masuk ke bilik Ana ye, kat sini tak berapa selesa la.” “OK Ana, mana saja yang Ana mahu, Lan turutkan Sayang,” jawab aku yang seperti orang mengantuk disorongkan bantal. Ana mencapai tangan aku lalu memimpin aku terus masuk ke dalam bilik tidurnya.
Sampai di dalam bilik tidurnya, aku dapati Ana sememangnya sudah merancang segalanya untuk kami berdua. Dengan katil kelaminnya yang rapi, penghawa dingin yang sudah tersedia terpasang dan langsir yang ditutup untuk hanya membenarkan cahaya matahari pagi menyinar suram ke dalam biliknya, benar2 mengambarkan kepada aku yang Ana memang mendambakan layanan seks dari seorang lelaki seperti aku dan aku rasa amat bertuah kerana dipilih oleh Ana.
“Semuanya untuk kita berdua pagi ini Razlan,” kata Ana manja sambil terus merangkul leher dan merapatkan badannya kepada aku. “Ana perlukan seorang lelaki seperti Razlan hari ini, temankan Ana sepanjang hari ni ye Razlan. Ana relakan segala2nya untuk Razlan.” Begitulah bunyi pujuk rayu yang penuh kemanjaan dan pengharapan Ana kepada aku ketika itu. “Razlan akan buat apa saja untuk penuhi kehendak Ana bukan setakat hari ni, tapi sampai bila2 pun,” balasku pula yang sememangnya sudah lama bersedia untuk meratah batang tubuh Ana.
Kami berpelukan penuh ghairah ketika itu dan mula bermain kembali adegan2 mulut seperti tadi. Kini Ana semakin berani memainkan peranannya. Dilepaskan tangan kirinya lalu diturunkan perlahan2 ke arah dada aku dan seterusnya pergi ke bahagian koteku yang masih ditutupi dengan seluar jeans. Perlahan2 jari-jari tangannya itu bermain mesra dengan batang kote aku dari bahagian luar. Aku merasa nikmat bilamana jari2 halus dan runcing Ana melakukan begitu kepada kote aku. Kote aku yang sememangnya sedari awal tadi keras menggila kini rasanya bagai nak meletup keluar dari sarang yang membungkusinya.
Aku yang sudah benar2 asyik itu mula merangkul pinggang Ana dengan lebih kuat lagi dan perlahan2 mengangkat tubuh badannya. Ana sedikit menjerit bila aku mula mahu mengangkat tubuhnya. Ditarik kembali tangan kirinya yang bermain2 dengan kote aku tadi lantas kembali merangkul batang leher aku.
Perlahan2 aku membawa Ana ke sisi ranjangnya dan perlahan2 juga aku merebahkan tubuh Ana. Kini kami berdua sudah rebah di atas ranjang pelayaran seks kami berdua dengan tubuh aku menindih tubuh Ana. Aku menolak sedikit tubuh Ana lebih ke atas supaya keseluruhan tubuhnya berada di atas ranjang itu. Kemudian aku bangkit semula di sisi katil untuk menanggalkan baju dan seluar aku.
Sambil menanggalkan pakaian aku, aku tetap terus merenung ghairah batang tubuh Ana yang sudah terlentang menantikan tindakan2 aku seterusnya. Aku benar2 terhibur dan seronok dengan hidangan ikhlas Ana itu. Nafsu yang sudah lama bergelora di dalam diri aku telah membuatkan aku sudah tidak hiraukan apa2 lagi. Akhir sekali seluar dalam aku juga aku tanggalkan tanpa ada rasa segan silu lagi kepada Ana. Ana yang sedang berbaring sambil memerhatikan aku dari tadi sedikit terpegun melihatkan kemantapan batang kote aku. Dengan ukur lilit lebih kurang 3 inci dan panjang lebih kurang 6 inci benar2 membuatkan Ana menjadi bertambah tidak keruan.
Aku renung sepuas2nya Ana yang masih berbaring dari hujung rambut hingga ke hujung kakinya. Kain yang dipakai Ana terselak luas hingga menampakkan sebahagian daripada sepasang betis dan peha yang penuh gebu itu. Aku cuba mengawal kerakusan nafsu seks aku kerana aku mahu menikmati batang tubuhh Ana sepuas2nya dan supaya Ana juga dapat menikmati kehebatan perkhidmatan aku.
Aku yang sudah bertelanjang bulat itu perlahan2 merangkak di atas tubuh Ana dan dengan selamba Ana mencapai batang kote aku dengan kedua2 tangannya. Ana menyambut aku dengan senyuman penuh bermakna buat aku. Ana memain2kan jari-jemarinya dengan koteku yang kini sudah terlepas bebas dan bersedia untuk menyelesaikan tanggungjawabnya. Aku merasa kegelian dengan permainan Ana itu, namun kenikmatan yang aku rasakan melebihi segala2nya.
“Besar dan panjang betul anu Razlan ni, mau menjerit Ana kena tikam nanti,” komen Ana tertawa kecil dan manja sambil matanya tak lepas memandang ke arah batang kote aku. “Special untuk Ana ni,” balas aku sambil terus mencium bibir ghairah Ana. Aku membelai2 rambut Ana sambil mencium2 seluruh wajahnya. Aku mencium seluruh wajah Ana bertubu-tubi dengan penuh mesra sambil tangan kanan aku terus membelai rambut Ana. Tangan kiri aku pula sibuk meramas-ramas lembut tetek Ana yang masih lengkap berpakaian. Sementara itu batang kote dan kantung mani aku yang terlepas bebas itu terus dimain2kan Ana dengan kedua2 belah tangannya.
Beberapa lama berkeadaan begitu, perlahan2 aku menurunkan tangan kanan aku untuk membantu tangan kiri aku meramas2 kedua belah tetek Ana. Kemudian aku sendiri melurutkan badan aku turun ke bahagian dada Ana. Kini muka aku berada tepat di antara kedua tetek Ana sementara kedua2 tangan Ana yang tadi sibuk bermain2 dengan batang kote dan kantung mani aku terlepas kerana kedudukan badan aku yang telah aku turunkan dari badannya.
Aku benamkan muka aku di celah kedua tetek Ana yang sederhana besar itu sambil kedua2 tangan aku terus meramas2 teteknya. Tangan Ana yang telah terlepas bebas tadi merangkul kepala aku dengan kuat sambil Ana terus mendengus kesedapan. Aku menggesel2kan muka aku ke seluruh bahagian tetek Ana, dari pangkal hingga ke puncak dan begitulah juga sebaliknya. Aku tidak terus membuka pakaian Ana kerana aku ingin buat seperti yang aku hajatkan kepadanya sebentar tadi……. “cium dari luar hingga dalam, dari hujung rambut hingga hujung kaki.”
Aku merangkak perlahan lagi menuruni tubuh badan Ana sambil kedua2 tangan aku masih tetap meramas2 tetek Ana. Aku menggesel2kan muka aku dibahagian perut dan pinggang Ana. Ana mengelinjang nikmat bila aku perlakukan dia seperti itu. Kemudian perlahan2 juga aku menurunkan muka aku hingga ke celahan kangkangnya. Aku terus sembamkan muka aku ke bahagian tundun Ana. Ana terus mengelinjang nikmat sambil mulutnya terus-menerus mengerang2 kesedapan. Kedua2 tangan Ana semakin kuat meramas2 kepala aku. Aku terus menggesel2kan muka aku di celahan kangkang Ana sambil terus turun lagi hingga ke kedua2 kakinya.
“Razlan……… sedapnya Razlan…” Rengekan berbisik Ana jelas kedengaran dalam keadaan matanya yang masih terpejam. Kini tugasan luaran yang aku hajatkan sudah selesai. Tiba pula tugasan dalaman yang sangat2 aku nantikan sedari tadi. Aku benar2 mahu meleraikan kegersangan Ana pada pagi ini dan untuk itu aku juga mahu Ana turut sama meleraikan segala hajat seks aku terhadapnya selama ini.
Aku merangkak naik kembali hingga muka aku dan muka Ana bertentangan semula. “Sedap ke Ana.?” Soal aku kepada Ana dengan penuh lembut. “Sedap Razlan….. teruskan lagi, dah terlalu lama Ana tak dapat permainan macam ni, tolong Razlan, tolong puaskan Ana, Ana rela buat apa saja untuk Razlan pagi ni…” rengek Ana dengan penuh mengharap. Lesen besar aku untuk menikmati batang tubuh Ana ini telah mendapat kelulusan tanpa sebarang spekulasi lagi dari tuan punya tanah. Aku benar2 gembira ketika itu.
Kini aku mahu melihat Ana pula bertelanjang bulat tanpa seurat benang pun. Perlahan2 kedua tangan aku membuka butang baju kebaya Ana satu persatu. Aku selak baju kebaya Ana hingga kini jelas menampakkan batang tubuh Ana walaupun belum sepenuhnya lagi. Perut Ana kelihatan masih lagi kempis, putih bersih dan gebu lagi. Tetek Ana yang masih ditutupi bra hitamnya menambahkan lagi keinginan aku untuk melihat sepuas2nya isi yang berada di dalamnya. Aku menjadi asyik dengan pemandangan indah itu. Ana tersenyum melihatkan perlakuan aku itu tanpa ada sebarang bantahan. “Seksi Ana,” kata aku lembut kepada Ana. “Semuanya untuk Razlan,” jawab Ana.
Aku memain2kan jari2 tangan aku di sekitar bra hitam Ana. Ana mengangkatkan sedikit tubuh badannya untuk membantu aku menanggalkan baju kebayanya. Aku melingkarkan tangan kanan aku ke bahagian belakang Ana untuk membantu Ana menanggalkan kancing branya. Selesai itu, Ana tersenyum lagi ke arah aku sambil berkata, “Jangan tunggu lama2 Razlan, Ana tengah sedap ni.” Aku tersenyum ke arah Ana dan faham akan maksudnya itu.
Aku melurutkan tali bra yang tersangkut di bahu Ana perlahan2 hingga melepasi kedua2 belah tangannya. Kini, kedua2 tetek Ana hanya menunggu masa untuk didedahkan bebas kepada aku dan aku yang sedari tadi mengawal kerakusan nafsu aku, menarik perlahan2 bra hitam Ana. Ana memandang kepada aku dengan wajah yang penuh mengharap agar teteknya itu akan dikerjakan oleh aku. Aku benar2 berahi melihatkan kedua2 belah tetek yang aku ramas2 dari luaran tadi kini sudah berada bebas sebebasnya untuk tatapan dan mainan aku. Aku terus terpegun melihatkan keindahan kedua2 tetek Ana yang masih lagi tegak megah berdiri dan putih bersih dengan puting teteknya yang kelihatan sedikit kemerah-merahan.
Perlahan2 aku melekapkan kedua2 tapak tangan aku ke arah kedua2 tetek Ana. Tetek Ana yang masih mengkal dan sederhana besar itu hanya cukup-cukup berada di dalam genggaman tangan aku sahaja. Aku sememangnya amat suka dengan saiz tetek yang seperti ini. Perlahan2 aku menguli dan meramas2 kedua2 belah tetek Ana sambil jari2 tangan aku menguis2 serta menggentel2 puting teteknya. Ana semakin kuat mendesah dan mengerang sambil mata aku tak lepas dari terus menatapi kedua belah tetek Ana yang selama ini aku idam2kan sangat. Ana mengeliat2 kesedapan diselang seli pula dengan erangan2 keenakannya. Aku tak sanggup lagi menanti lama untuk mengerjakan tetek Ana yang sungguh indah menurut pandangan mata aku. Tetek yang tersergam mekar dan cantik itu sememangnya telah benar2 bersedia untuk membiarkan aku meratahnya sepuas2 hatiku.
Aku mula mencium setiap inci kedua tetek Ana dari puncak hingga ke pangkal, dari pangkal hingga ke puncak, dari kiri ke kanan dan dari kanan hingga ke kiri. Pendek kata tiada seinci pun kedua2 bahagian tetek Ana yang terlepas dari ciuman bibir aku. Kemudian aku menggantikan pula aksi2 tadi dengan jilatan2 lidah aku. Sesekali aku selang selikan adegan2 itu dengan menggigit geram tetek Ana hingga membuatkan Ana menjerit kecil kesakitan yang dicampur dengan kenikmatan. Memang betul2 lama aku memainkan aksi2 ciuman dan jilatan di kedua2 bahagian tetek Ana sehinggakan Ana benar2 tidak keruan aku kerjakan.
Puas dengan aksi2 tersebut, aku mula memberikan tumpuan ke arah puting tetek Ana yang indah menawan terpacak di puncak teteknya. Bermula di sebelah kiri teteknya dahulu, perlahan2 aku memasukkan puting tersebut ke dalam mulut aku. Aku menyonyot dan menghisap puting tersebut dengan penuh kelazatan sementara tangan kiri aku sibuk menguli tetek sebelah kanan Ana. Aku melakukannya lama2 dan ini membuatkan batang tubuh Ana mengeliat tak henti2 akibat keenakan yang aku berikan kepadanya. Dalam masa menghisap dan menyonyot puting tetek Ana, lidah aku juga turut sama memainkan peranannya dengan memainkan hujung puting tersebut perlahan2.
Puas di sebelah kiri, aku beralih pula ke sebelah tetek kanan Ana. Aku lakukan perkara yang serupa sambil kini tangan kanan aku pula meramas2 lembut tetek kiri Ana. Aku lihat Ana terus memejamkan matanya sambil mulutnya sedikit terbuka mengeluarkan rengekan manja yang menandakan kepada aku yang kini Ana sudah benar2 “melayang” dan membuktikan kepada aku yang dia benar2 rela dengan segala perlakuan aku. Aku melurutkan tubuh aku ke bahagian perut Ana pula selepas agak lama dan puas dengan permainan aku terhadap kedua2 tetek Ana yang benar2 memberahikan aku. Aku terus mencium2 dan menjilat2 seluruh perut Ana hingga ke pinggangnya. Sesekali Ana tertawa kegelian dengan perlakuan aku itu.
Kini aku mahu menumpukan pula tumpuan aku ke bahagian kelangkang Ana yang dapat aku rasakan sedikit kebasahan dengan tangan aku. Aku menanggalkan perlahan2 kain Ana yang tadi sudah terselak lebar. Aku campakkan kain Ana ke lantai dan kini aku menatap batang tubuh Ana yang hanya dilitupi dengan underwear hitamnya.
Sememangnya Ana adalah seorang perempuan yang benar2 menawan dari segi luaran dan dalamannya juga. Bukan setakat cantik pada raut wajah dan bentuk tubuhnya, tapi kecantikan dan kehalusan serta kebersihan kulitnya benar2 memikat sesiapa sahaja yang dapat melihat Ana dalam keadaan begitu. Ana masih tetap terus berbaring dalam keadaan mata yang masih terpejam menantikan dengan penuh rela akan tindakan2 aku seterusnya.
Perlahan2 aku memainkan jari2 aku di bahagian kelangkangnya. Underwear Ana aku rasakan telah benar2 basah akibat dari air mazinya. Kini aku melutut betul di celahan kakinya yang telah aku kangkangkan. Jari2 tangan kiri aku terus bermain2 di sekitar underwear Ana sementara jari2 tangan kanan aku pula mengelus2 lembut ke bahagian pangkal peha hingga ke hujung kaki kirinya. Ana terus membiarkan saja perlakuan aku itu sambil matanya tetap terus terpejam keenakan.
By_lanmaxtremesblog
535 notes
·
View notes
Text
Rumah Tangga dan Keletihan-Keletihan yang Berpahala
Kelak kau akan tahu.
Bahwa menikah adalah ibadah terpanjang yang tidak akan bisa kau tolak. Di dalamnya berisi ribuan pengabdian yang melahirkan pahala. Di dalamnya kau akan belajar perihal komunikasi dua arah.
Kelak kau akan tahu.
Letih yang kerap hadir dari tubuhmu saat sedang mengurus rumah adalah tetes demi tetes pahala yang akan kau raih keberkahannya kelak.
Peluh yang mengucur seluruh ragamu saat sedang berbakti kepada lelaki lain selain ayah adalah setumpuk demi setumpuk kebaikan yang akan menuai balas.
Maka bersabarlah.
Dari keinginan yang tidak menemukan pencapaian. Dari perhatian yang tidak menemukan balasan. Dari kesepian yang kau lalui seorang diri saat malam-malam sunyi.
Saat orang lain tengah tertidur pulas sedangkan engkau masih bergulat pada popok yang basah, pun tangisan dari anak manusia yang lahir dari rahimmu.
Bersabarlah dengan sabar yang banyak. Karena kunci keharmonisan rumah tangga tidak terletak hanya dari harta yang berlimpah. Atau dari rumah megah.
Kunci keharmonisan rumah tangga terletak pada takwa kepada Allah Azza Wa Jalla, juga pada sabar yang panjang tanpa batas.
Keletihan-keletihan yang kau temui saat mengarungi bahtera pernikahan adalah tabungan pahala yang akan kau buka dan lihat hasilnya di hari pembalasan.
Bersabarlah.
Pada raga yang hampir patah karena pekerjaan rumah. Pada telinga yang nyaris terbakar karena coloteh tetangga. Pada hati yang nyaris hancur berantakan karena perlakuan suami, mertua atau pun anggota keluarga.
Bersabarlah dengan sabar yang banyak.
Karena jika bukan mengharap ridho dari Allah, lantas untuk apa berlelah-lelah dalam hubungan yang bahkan kita tidak bahagia?
08.45 p.m || 26 Januari 2023
#tulisan#ulvafdillah#cerita#tulisansepanjangtahun#puisi#puisiindonesia#sajak#prosa#daily poem#kisah#pernikahan#married life#menikah#senandika#monolog#islampost#nasihatislami#nasihat#muslim#islamquotes
851 notes
·
View notes
Text
FREEDOM - Chapter 2: Virtual dan Ideal (2)
Eichi: …Dalam beberapa jam, kota menjadi porak poranda dan dunia akan menemui kehancurannya. Medetashi medetashi*(1)~
Makoto: Ini mah sama sekali nggak hepi…! Uwaa, padahal harusnya nggak seperti ini loh~!?
Mao: Aku juga, gedung tinggi balai kota yang aku bangun sedikit demi sedikit juga aku tinggal sebentar aja udah jadi kayak lahan lama tak terawat lagi.
Hokuto: Kasihan banget kalian.
Mao: Nggak nggak, ini semua kan salahmu ama Subaru!? Malah bikin menara gak ngotak besarnya.
Subaru: Eh, kok jadi salahku?
Karena budgetnya ada banyak, aku cuma membangun dan menumpuk “Menara” yang di daftar bangunan harganya paling mahal.
Yang salah bukannya Hokke yang terbakar mental bersaingnya dan malah membangun menara lebih tinggi dari aku ‘kan?
Hokuto: Nggak, ini salahnya Akehoshi. Gara-gara menara yang kau buat, kotaku jadi nggak dapet paparan cahaya matahari yang cukup nih.
Buat nyindir*(2)kelakuanmu aku juga ikutan bangun menara, tapi nggak disangka malah dua-duanya roboh.
Eichi: Bener-bener mirip kayak yang ada di film kaijuu*(3) ya sosok kalian yang teriak nangis heboh meminta pertolongan.
Karena ini masih uji coba, aku berpikir akan mengakhirinya secara paksa dengan menjatuhkan meteor gitu. Nggak disangka malah hancur dengan sendirinya. Ke depannya bakal sulit nih.
Yang penting, kalian pasti sudah sadar sendiri, refleksi benahi diri kalian dan berusaha lebih keras untuk pembangunan kotanya.
Subaru: Ya, aku akan berusaha. Sally~, punya ide apa gitu nggak?
Mao: Tiba-tiba apaan nih?
Subaru: Ketua OSIS ‘kan? Kayaknya ahli deh soal ginian♪
Mao: “Mantan” ya. Subaru sendiri mikir ketua OSIS itu apaan sih?
Kayak ginian mah pekerjaan walikota atau pejabat gitu ‘kan. Atau karena ini game pembuatan kota, ya tanya ke orang yang jago main game gitu kek. Tenshouin-senpai juga udah bilang diantara kita Trickstar mah Makoto yang paling jago sih ya.
Hokuto: Hum, aku mengandalkanmu, Yuuki.
Makoto: Ahaha, seneng banget sih, tapi rasanya kayak ada tekanan jadinya.
Mao: Nggak perlu memaksakan diri dan menanggungnya sendirian ya? Kita juga nggak ada niat buat melempar semua bebannya ke dirimu seorang.
Makoto: Ya, biar kalian bisa main dengan nyaman, aku juga harus cepat buat memahami cara-caranya. Tujuannya sih kita berempat mengembangkan satu kota bersama-sama, tapi selagi belum terbiasa berdiam hanya mengelola di satu tempat saja juga resikonya tinggi. Aku juga ingin menghindari “Kecelakaan karena Sepihak*(4)” seperti tadi, makanya gimana kalo kita pisah ke empat mata angin dan main dengan bebas sambil menumpuk pengalaman?
Subaru: Bagus tuh bagus, begitu aja kuy☆
Yosh, ayo kita buat kota yang bersinar di dunia~ Yey yey ouu♪
(Beberapa hari kemudian, di dunia virtual 【FREEDOM】, di wilayah yang dipegang Mao)
Makoto: Halo~ Isara-kun, aku datang berkunjung nih~♪
Mao: Selamat datang, belum ada apapun sih tapi dibikin santai aja ya♪
Makoto: Beneran belum ada apa-apa sama sekali ya, ini tadinya semua langsung kamu ratain semua?
Mao: Nggak kok, dari awal juga udah begini. Aku sama avatarku juga tinggalnya kayak gelandangan gitu. Kasihan juga kalau nggak ada apapun, makanya pertama-tama aku mau ngumpulin bahan materialnya dulu. Kalau situ gimana?
Makoto: Tempatku lagi menata letak bangunan-bangunan gitu, ini juga lagi buat pembangkit listrik juga.
Mao: Pembangkit listrik?
Makoto: Iya, soalnya buat membangun peradaban listrik adalah hal yang wajib ada, ‘kan ini dasar dari dasar game pengelolaan kota.
Mao: Heee, begitu ya.
…loh, aku coba ngintip data kok kelihatan penduduk di wilayah kotamu pada migrasi ke luar?
Makoto: Aku lagi fokus ke pengembangan kota sih. Cara yang paling efisien adalah mengurangi rumah tempat tinggal dan menambah tempat pembangkit listrik. Kalo orangnya berkurang, keluhan yang didapat juga akan jadi makin sedikit dan administrasi kota juga bisa berjalan ada perkembangan. Sekali dayung dua tiga pulai terlampaui.
Mao: Dingin banget…! Tapi yah, di game kayak gini kepribadian masing-masing jadi kelihatan ya.
Kalau Subaru bilangnya sih, “Pengen bikin kota yang fokus ke kegiatan idol”… Namanya “Sanctuary” kalo gak salah ‘kan?
Dia membangun taman bermain yang mirip sama yang dibangun Tenshouin-senpai juga sih.
Hokuto mah meski nggak ahli tetep serius banget bikin kotanya. Meski kelihatan payah, syukur deh kalo dia sedikit demi sedikit bisa menemukan cara dengan menemui banyak kegagalan.
Masalahnya lebih ke pergerakan para avatar bakal kayak gimana, mereka semua mirip banget sama yang aslinya sih terlalu bebas…
(Tak lama kemudian, di wilayah yang dipegang Mao, di daerah terpencil)
Mao: [Hei, Hokuto. Kita dari tadi udah jalan sat-set gini, tapi kok pemandangannya sama sekali nggak berubah. Jangan-jangan kita ini kesasar?]
Hokuto: [Ya, beneran kesasar ini mah. Aku juga nggak tahu jalan kita darimana kita datang tadi.]
Mao: [Kok pede banget sih ngomongnya~! Harusnya di titik tersadar kalo kita kesasar, kau bilang ke aku dong! Aku tanpa pikir panjang cuma ngikutin kau soalnya ini.]
Hokuto: [Tenang aja, aku udah dikasih tahu sama nenekku cara jitu kalo pas kesasar.]
Mao: [Neneknya Hokuto serba tau ya.]
Hokuto: [Yoi, beliau mah tahu semua fakta yang ada di dunia ini.]
[Namanya metode tangan kanan, jika kita terus berjalan dengan menempelkan tangan kananmu ke tembok, suatu saat kita akan mencapai garis finis.]
Mao: [Mau dibilang tembok gimana, wong sekitaran kita cuma ada pepohonan?]
[Lagian ya, meski aku dapetnya dari manga, kalo nggak salah metode tangan kanan ‘kan digunainnya di labirin?]
Hokuto: [……]
[Nggak apa-apa kok, percaya deh sama aku.]
Mao: [Apaan pula kok bisa pede banget padahal nggak ada dasarnya nih. Aku bisanya khawatir doang ini…!]
[….hm? Bentar dulu, Hokuto. Disana kayak ada sesuatu loh.]
[Uwa, ada dinosaurus…! Sebelum kita ketahuan, ayo kita cabut pergi menjauh aja.]
Hokuto: [Nggak, lebih baik kita jinakkan dan jadiin dia teman saja. Kita bisa bergerak lebih cepat daripada jalan pake kaki sendiri. Kalo kita naik ke lehernya yang panjang, kita pasti bakal bisa mendeteksi tempat kita berada juga.]
[Ajaran nenek hebat ya, dengan pake metode tangan kanan aku jadi bisa nemuin dinosaurus seperti ini.]
Mao: [Yang nemuin dinosaurusnya perasaan aku deh tapi...?]
NB:
*1 めでたしめでたし (medetashi medetashi) itu ungkapan yang biasanya digunakan untuk menutup cerita yang akhirnya happy end atau berakhir lancar lah pokoknya. Makanya Ukki bilang “Ini mah sama sekali nggak hepi.”
*2 暗に示す (an ni shimesu) artinya itu melakukan suatu perbuatan atau kata-kata yang dibaliknya ada makna khusus, jadi nggak pake cara langsung buat menyampaikan sesuatu ke lawan bicara. Disini aku pake kata nyindir karena maksud Hokke bikin menara lebih tinggi itu buat bikin sadar ke Subaru kalo menara buatannya tuh ganggu. Kalo bahasa ibu-ibunya “Aduh jeng, bisa nggak sih biasa aja kalo bikin menara. Baru kayak gitu aja bangga jeng, eike nih bisa buat lebih tinggi.”
*3 Kaijuu itu artinya makhluk hidup yang identitasnya misterius, yah singkatnya monster. Kalo film kaijuu itu biasanya isinya monster yang menyerang kota-kota besar dan menghancurkannya. Pas banget ama keadaan nih anak-anak oon malah ngehancurin kota buatan sendiri.
*4 Di naskah aslinya pake istilah “もらい事項” (morai jikou) yang artinya kecelakaan yang korbannya sama sekali nggak ada salah full yang salah pelakunya karena mungkin kelalaian, jadi korban aslinya dapat menerima seluruh ganti rugi. Tapi karena si korban hampir nggak kehilangan apapun selain “yang bisa diganti rugi”, sering kali pihak korban nggak bisa menuntut lebih lanjut pelaku. Sehingga dinamakan morai jikkou, dimana morai artinya mendapat, iya dapat apesnya tapi mau nyari untung dari ganti rugi juga sulid bos. Konteks disini ya korbannya MaoMako pelakunya HokuSuba, kayak anjir mau kesel ya mau gimana lagi cuma game nasi udah jadi bubur.
< Sebelumnya
#ensemble stars#enstars#enstars translation#trickstar#makoto yuuki#subaru akehoshi#mao isara#hokuto hidaka#eichi tenshouin
3 notes
·
View notes
Text
Ditinggal Gali Makam, Rumah Warga Lebakwangi Serang Hangus Terbakar
SERANG – Musibah dialami Jamhari (39) warga Kampunt Teras Tayib, Desa Kanaruton, Kecamatan Lebakwangi, Kabupaten Serang, Selasa (17/10/2023). Rumah miliknya hangus terbakar saat ditinggal gotong royong menggali makam untuk warga yang meninggal. Penyebab kebakaran masih diselidiki namun diduga akibat dari korsleting listrik. Kapolsek Pontang Iptu Junaedi menjelaskan peristiwa kebakaran yang…
View On WordPress
#Kapolsek Pontang Iptu Junaedi#Kebakaran#Kecamatan Lebakwangi#Kecamatan Pontang#Rumah terbakar#Tirtayasa
0 notes
Text
Catatan Kemenangan : Cinta dan Kacaunya Dunia Kita
Hari ini adalah hari bahagia, setidaknya bagi beberapa kawan saya yang telah menyempurnakan separuh agamanya. Barakallahulaka wa baarakaa alaika wa jamaa bainakumaa fii khoir. Semoga Allah mudahkan jalannya. Aamiin.
Akan tetapi, ada satu hal penting yang perlu saya utarakan dan perlu menjadi perhatian bersama.
Ini tentang bagaimana makna pernikahan yang suci itu oleh musuh-musuh Islam seakan-akan dibuat menjadi hal yang menakutkan, perlu dilawan, bahkan dijadikan alasan untuk membenarkan maksiat.
Yang pertama, media sosial kita dipenuhi oleh kampanye yang mendegradasi makna pernikahan seperti LGBTQ+. Mereka-mereka ini menantang moralitas dan mencari pembenaran atas maksiat yang dilakukan. Dari propaganda langsung dan tidak langsung, banyak orang mulai terbiasa dengan istilah mereka dan tak jarang membela dengan dalih hak asasi manusia.
Terlebih juga, ada gerakan-gerakan yang mengatasnamakan perjuangan perempuan yang sangat masif mengkampanyekan narasi merusak pernikahan seperti childfree, kebebasan keluarga, dan juga zina. Masalahnya, banyak juga Muslimah yang secara sadar atau tidak sadar ikut mengkampanyekan itu!
Kedua, di medsos banyak bertebaran aib-aib keluarga yang mudah menjadi konsumsi umum. Perceraian, perselingkuhan, aib suami-istri, dan bahkan rumah tangga ulama sekalipun.
Akibatnya isu-isu tersebut menjadi gorengan oleh pejuang kepalsuan itu untuk menjadi pembenaran, yang sebenarnya kita tidak tahu duduk perkara masalahnya. Ini bahaya.
Di sisi lain, awam sangat rentan terbawa arus sampai-sampai menjadikan makna pernikahan terlihat menakutkan. Dari satu kasus ke kasus, validasi, sampai menjadi perbincangan umum yang muaranya agama menjadi kambing hitam.
Benar, kita itu manusia yang tak luput dari khilaf, pun juga keluarga yang memiliki segudang masalah. Tapi sekali lagi, kita hanya manusia, justru kalau tak memiliki masalah, bukankah itu menjadi masalah juga?
Kita sebagai makhluk yang beriman, perlu menyadari bahwa semua itu sudah diatur, bahkan dari hal yang paling kecil sekalipun, termasuk pernikahan. Di mulai dari mempersiapkanya, merawatnya, dan apa-apa yang menjadi batasanya.
Dengan kondisi seperti itu, tugas kita adalah belajar, mencari ilmu atas segala hal yang tidak kita ketahui. Carilah guru yang mampu membimbing dalam proses tersebut, terkhusus pernikahan.
Selanjutnya, untuk mengurangi prasangka dengan sesasama manusia, batasilahh dirimu dengan hal-hal yang tak perlu kamu ketahui, terkhusus masalah keluarga orang lain.
Jagalah lisan, pendengaran, dan perbuatan agar kelak keluarga kita menjadi terbiasa dan terjaga pula. Ingatlah medsos begitu mudah membuka aib-aib manusia, jangan menjadi bensin atas api yang terbakar.
Di tengah zaman yang penuh fitnah ini, pentingnya untuk menjadikan agama sebagai pedoman dalam kehidupan. Semoga kita menjadi manusia yang senantiasa terjaga dan senantiasa berusaha menjadi lebih baik lagi.
Setelah ini, berdoalah lebih lama, agar kebaikan selalu menyertai kita, diberikan umur yang panjang, dilanggengkan pernikahan kita kelak, dan yang pasti tetap istiqomah di jalanNya. Aamiin.
Jebres, 12 Syawal 1445 H.
#menyambutkemenangan#seperempadabad#mengerikan#catatankemenangan#harikemenangan#dakwahkampus#dakwahislam
12 notes
·
View notes
Text
Aku tidak ingat banyak.
Aku tidak ingat apapun, malah.
..setidaknya, sesuatu yang penting.
Namun, aku ingat. Dulu.. jauh sekali, ketika aku masih kecil..
Itu adalah malam musim panas; penuh dengan suara jangkrik yang riuh-ramai, dan hembus sepoi-sepoi yang datang menyalami dari lambai dedaunan pohon dan semak.
Aku tidak ingat berapa umurku, atau mengapa kami memilih untuk menghabiskan waktu minum teh di selasar yang lantai kayunya mulai pudar dan lapuk—di ujung setapak, tertutupi belukar setinggi betisku, bermandikan suara gemulir ombak, bertakhta diatas tebing—kala itu.
Aku hanya ingat mama. Suaranya, bukan wajahnya. Menenangkan, namun bertengkar dengan pekik burung camar yang menukik dan bertengger di batu karang.
“Anakku sayang, Bumi Arkana bukanlah semesta; Bumi Arkana ini hanyalah satu dari sepersekian miliar lain diluar sana.”
Aku bingung. Teramat bingung.
Bapak Thomas di kuil..
..Bu Atalante—ibu dari Aaron, sahabat karibku
...Pak Guru di sekolah desa bawah..
Semuanya berkata bahwa Bumi Arkana itu satu dan menyatu. Kemanapun kamu melangkah, di manapun kamu sekarang, kamu pasti masih berada di antara taman-taman asri yang Ibunda tumbuhkan dan rawat dengan penuh welas asih; dilindungi oleh dewa-dewi yang Ibunda lahirkan untuk menabur senyum dan menuai kebahagiaan.
Ibunda, yang darinya segala cinta dan lelehan es mengalir, menciptakan Maha Kasih agar kita terpelihara. Sebaliknya, Ibunda menjadikan Maha Kala sebagai pengingat bagi putra-putrinya untuk menikmati segala sesuatu sebelum tiba saat nanti.
...
“Anakku sayang, jauh di balik tabir safir sang Penaung Cakrawala, jauh diatas awan dan kasur dimana dewa-dewi bersemayam, terdapat rumah. Lautan hitam dengan bulir-bulir putih susu sejauh mata memandang; lebih benderang daripada Nirmala muram di hadapan kita.”
Aku menengadah. Ekor mataku mengikuti gulungan ombak-ombak maha raksasa yang sepertinya tak kenal lelah. Berisik; begitu bising dan tak teratur.
Lalu kemudian, di balik garis buram yang mengembang habis—di mana laut termakan oleh pekat malam, aku membandingkan kedua sisi.
Jiwa-jiwa pucat memanggil mereka yang penasaran...
Gemilang berkilau, namun kalah megah dengan senyuman Bulan..
Dingin di malam ini...
Tangan mama yang mengelus wajahku..
Terasa asing, namun masih dapat kuterka.
Ada banyak hal yang tidak aku ketahui. Aku masih belum mengerti, misalnya, bagaimana apel diciptakan atau mengapa anjing mengonggong ketika takut; apa bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat pai buah cranberry atau mengapa dewa-dewi begitu baik.
Aku tidak ingat siapa aku.. atau siapa mama..
Atau alasan aku telah mati.
Aku tidak ingat mengapa aku benci api.
Namun aku ingat malam itu lebih dari yang lain. Lebih dari jadwal pelajaranku, atau berapa banyak jenis sayur di kebun umum, atau bagaimana cara membedakan antara batu kuat atau tanah liat yang mengering.
Karena.. untuk pertama kalinya.. aku melihat lintang garis miring. Menggores sela-sela hitam, menumpahkan segemerlap putih di ujung titik cakrawala. Terbakar begitu cepat namun begitu indah—lalu menghilang. Itu bintang jatuh, mama bergumam lembut.
Bintang..
Jadi itu nama jiwa-jiwa diatas..
Nama yang cantik.
“Bintang jatuh karena ingin memandu, dan siang-malam berganti tanpa ada yang tahu mengapa. Mereka sedang bernapas sekarang.”
“Kita semua adalah mahkluk asing. Ada begitu banyak hal yang belum kita pelajari; ada begitu banyak hal yang kita anggap sepele. Padahal, Bumi Arkana hanyalah pengunjung di antara para pengelana.”
Mama ikut menengadah dengan aku dalam dekap dadanya. Mata mama temaram, namun berkilau; seakan menelusuri sesuatu yang ghaib.
“Sekat hitam di antara bintang-bintang, sela gelap diluar gugus nan jauh..”
“Masing-masing begitu besar. Lebih besar dari kamu dan aku. Tak ada yang tau apa yang dirahasiakan mereka.”
Di malam yang sama, di sisi kasur empuk
Aku menyingkap tirai, dan Bulan menyapaku
Kepalaku tertunduk; hatiku melayang.
Aku berdoa—bukan kepada Penaung Cakrawala, bukan juga kepada sang Maha Mengetahui di dalam benak kita semua..
..Namun kepada bintang-bintang cantik di atas. Kepada berlian-berlian kecil. Kepada kanopi surga yang senantiasa menyelimuti.
Aku masih lupa untuk apa aku berdoa.
2 notes
·
View notes
Text
Kamu
dengan apa aku harus mendefinisikan-mu....
Api mungkin
namun kamu jelas tidak terlahir dari bara - bara api yang membakar
kamu lebih mungkin menjadi titik - titik api yang senantiasa memancarkan cahaya
dari cahaya-mu lah aku si kapal dapat menemukan dermaga-nya
Tapi bukankah api selalu memiliki sifat untuk membakar?
baiklah maka biarkan semangatku ini terbakar
agar aku semakin giat dalam memperjuangkan
rumah masa depan kita,
tapi bagaimana jika akhirnya kamu, sang Cahya itu pergi?
Menurutmu? sanggupkah aku yang seorang manusia wajar, hidup tanpa secuil-pun api?
27 notes
·
View notes
Text
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah).” QS. Az-Zariyat : 49
Mentari perlahan men jingga dengan sekotak kertas beraroma vanila menjadi teman uraian perasaan ku diatasnya.Mencoba mengotori putih bersih permukaannya, aku menceritakan sebuah kisah padanya.
Ba’da Ashar, sekumpulan burung bangau tampak mencari peruntungannya di bibir pantai. Kumpulan yang indah itu mengharapkan seekor ikan yang malang melintas di sekitar burung bangau. Beberapa menit kemudian, salah satu burung bangau memisahkan diri dari kawanan dan sedikit menjauh mencari mangsanya. Lalu salah satunya lagi, mengikuti burung bangau yang pergi tersebut.
Aku yang sedari tadi duduk sambil mendengarkan lirik yang Michael Buble ucapkan pada lagu yang berjudul “Home” itu menemani perhatian ku pada kedua bangau yang memisahkan diri tersebut. Kedua bangau itu, tidak saling meninggalkan saat para kawanan sudah berpindah ke bibir pantai yang lain.
Aku masih disana, memperhatikan bangau-bangau itu. Lalu seketika ia terbang beriringan dan menjauh lagi dari sana, entah kemana mereka pergi. Aku kembali berfokus pada kertas yang akan ku isi dengan uraian kisah.
Aku mulai menulis tentang dia,
Dari Rindu Seberang Sungai, kuhantarkan kerinduanku pada angin dan juga awan agar disampaikan padanya yang mengetahui segala isi hati hambanya.
"Ya Allah, hari ini aku tidak begitu baik, pikiran ku terbawa pada sebuah fase dimana aku yang masih ragu pada kemampuanku. Hari ini, aku hanya membolak balikan buku dan langkah-langkah ku. Entah seperti ingin mengutarakan sesuatu namun aku belum berkuasa untuk hal itu. Apakah aku benar ingin atau hanya sekedar bermain-main? Apakah aku seharusnya berkeinginan untuk itu atau tidak seharusnya?"
"Ya Allah Yang Maha Mengetahui dan yang berkuasa atas membolak balikan hati seseorang, aku menyukainya namun bukan lagi untuk bermain peran dan bersandiwara sebagai kekasih yang baik. Aku menyimpannya dalam hati dan do'a agar kelak dipertemukan dengan keinginan yang sama yakni membangun bahtera rumah tangga. Apakah aku pantas, Ya Allah?"
"Kau Maha Tahu apa yang tak ku ketahui, bagiku dia seperti matahari, menggelapkan pandangan namun menerangi kehidupan. Sedangkan aku, hanya seperti teratai yang terus mengapung dan terkadang berbunga dengan sangat indah terkadang pula hanya kuncup lalu patah. Dan apakah Teratai bisa menyentuh matahari sejenak?"
Selembar kertas lainnya ku tuliskan lagi pertanyaan hatiku.
"Atau biarkan aku terus bersamanya meski dalam kekeringan ataupun kebanjiran, dalam keheningan ataupun keramaian, dalam kegemilangan ataupun keterpurukan. Bisakah Ya Allah? meski aku harus terbakar olehnya, izinkan sekejap saja untuk menatapnya lebih lama tanpa menggelapkan pandangan ku."
"Ya Allah, aku memohon restu mu. Aku mengikrarkan bahwa aku akan Mengkhitbah Matahari meski aku akan lenyap jika berdekatan dengannya. Namun harapanku hanya satu, hidup selamanya bersamanya."
Ponselku berdering, sebuah panggilan masuk dari Ibu ku.
“Assalamualaykum, Mak. Aku punya kabar baik. Berilah restu pada anakmu ini untuk mengkhitbah salah satu cahaya yang dijaga oleh Allah.”
"Apakah itu, Nak?"
"Apa seharusnya aku menikah? atau terus melanglang buana?”
“Baiklah, namun restui aku pada matahari yang terik esok hari, Mak. Assalamualaykum.”
“Kalau menurut mamak, mending pulang dan tetapkan hatimu disini. Wa’alaykumsalam.”
Aku kembali mengambil selembar kertas beraroma vanila lagi dan ku tuliskan kalimat,
"Izinkan aku mengkhitbah mu."
Selepas menyaksikan bangau-bangau yang menuntun ku pada sebuah pikiran cemerlang, adzan Maghrib pun terdengar.
2 notes
·
View notes