#Rumah Duka
Explore tagged Tumblr posts
Text
Sambangi Rumah Duka Alm Kadir Rajak, Bupati Saipul Turut Berdukacita
Rekonfunews.com, Pohuwato – Bupati Pohuwato, Saipul A. Mbuinga mengunjungi keluarga almarhum Kadir Rajak (68), nelayan asal Desa Trikora, Kecamatan Popayato itu ditemukan telah meninggal dunia pada Jum’at, 17 November 2023 di perairan perkampungan Desa Torosiaje, Kecamatan Popayato. Kedatangan Bupati disambut keluarga almarhum di rumah duka Desa Trikora, Sabtu, (18/11/2023). Diketahui, korban…
View On WordPress
0 notes
Text
Pengurus PWPSU Melayat ke Rumah Duka Sampaikan Ucapan Turut Berdukacita
Pengurus PWPSU Melayat ke Rumah Duka Sampaikan Ucapan Turut Berdukacita
Medan, Goosela.com – Ketua Persatuan Wartawan Polda Sumatera utara (PWPSU) Burju Simatupang ST, bersama pengurus PWPSU melayat Almarhum Hj.SAMIATUN Binti SAJI Ibu Mertua AKBP Dr Irwansyah, SH. M.Si. di rumah duka, Jalan Sari, Gang Teratai, Marindal, Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (17/11/2022). Dalam kunjungan ke rumah duka tersebut, turut hadir mendampingi Ketua PWPSU, Sekretaris Ali Tiopan…
View On WordPress
0 notes
Text
Ternyata, lebih baik bangun pagi langsung ke dapur untuk memasak dua porsi nasi goreng atau bubur.
Lebih baik kerepotan memapah dan menggandeng dua lansia ke toilet, menggosok kulit keriput dengan sabun, menggosok rambut memakai shampoo, menyikat gigi yang sedikit jumlahnya.
Lebih baik memakaikan baju dan sarung, mengoles perut dengan minyak telon. Menyisir rambut yang memutih.
Lebih baik menyuapi bubur yang toppingnya hanya dengan telur dan kecap. Menyiapkan dua tempat duduk di depan rumah untuk berjemur.
Aktivitas yang melelahkan, tetapi jauh lebih melelahkan karena menghadapi perasaan duka yang tidak kunjung mereda.
- 20 September 2024
52 notes
·
View notes
Text
191.
Busur waktu melesat begitu cepat, satu tahun sudah diri ini menjadi teman seperjalananmu dalam menggapai ridho-Nya.
Satu tahun penuh suka tanpa duka, dihiasi tawa, tangis bahagia dan segala macam bentuk rasa yang sulit untuk aku deskripsikan.
Baktiku mungkin masih jauh dari sempurna ku harap ridhomu selalu berlabuh dalam segala gerak-gerikku. Begitu pun aku kepadamu.
Semoga ruang pemakluman atas segala tindak-tanduk yang masih alfa selalu terbuka lebar di antara kita. Semoga tulus kasih terus mekar seiring berjalannya waktu.
Terima kasih sudah menjadi teman tumbuh terbaik, suamiku 🌻.
Rumah, 19.30 | 09 Juli 2024.
54 notes
·
View notes
Text
Ramadan #7
Beberapa waktu lalu aku menghadiri sebuah kedukaan. Hujan gerimis menemani proses para tamu silih berganti datang ke rumah duka. Ada banyak sekali orang yang menunggu hingga ke jenazah dimakamkan. Mereka duduk di teras-teras, di kursi-kursi yang disediakan, sembari menghindari gerimis.
Hingga tiba waktu shalat jenazah, ada momen yang membuatku memikirkan tentang hidupku sendiri. Saat aku merapakatkan diri ke barisan shalat, jumlahnya sedikit. Sedikit sekali dibandingkan dengan tamu yang hadir. Sedikit sekali hadirin yang tergerak untuk ikut men-shalatkan. Meski memang hukumnya fardhu kifayah. Aku teringat pada hal ini :
مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَقُومُ عَلَى جَنَازَتِهِ أَرْبَعُونَ رَجُلًا لَا يُشْرِكُونَ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا شَفَّعَهُمْ اللَّهُ فِيهِ
“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia, dan disalatkan oleh lebih dari empat puluh orang, dalam kondisi mereka tidak menyekutukan Allah sedikitpun, niscaya Allah akan mengabulkan syafaat (doa) mereka untuknya.” (HR. Muslim no. 948)
Juga :
مَا مِنْ مَيِّتٍ تُصَلِّي عَلَيْهِ أُمَّةٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ يَبْلُغُونَ مِائَةً كُلُّهُمْ يَشْفَعُونَ لَهُ إِلَّا شُفِّعُوا فِيهِ
“Jenazah yang disalatkan oleh kaum muslimin dengan jumlah melebihi seratus orang, dan semuanya mendoakannya, maka doa mereka untuknya akan dikabulkan.” (HR. Muslim no. 947)
Kayak rasanya sedih ketika di hari kita meninggal, ternyata sedikit orang yang tergerak hatinya untuk ikut menyalati jenazah kita. Memang sebaik-baiknya pengingat adalah kematian.
116 notes
·
View notes
Text
Sekarang makin sadar, kalo orientasi untuk bahagia ternyata bukan hanya untuk diri sendiri saja. Lebih dari itu, keluarga jadi poros utama yang perlu diberikan orientasi sama.
Bagaimana mungkin seseorang bisa berbahagia saat keluarganya sendiri ternyata begitu banyak menaruh derita? Ya, memang tidak akan mudah jika harus membahagiakan semua orang. Jikapun memang kebahagian orang lain bukanlah tanggung jawab kita pun sebaliknya, namun akan salah menurutku jika dalam hidup kita tidak pernah memikirkan bagian orang lain, satu celah kecil saja itu akan berharga untuk kebahagiaan orang lain. Sungguh.
Seperti pertanyaan Ayah dan Ibu yang sederhana, "Sudah makan?", "Bagaimana kegiatan hari ini?", "Maaf ya, Ayah dan Ibu belum memberikan yang terbaik." atau hal lain sejenis. Mereka bertanya soal biasa, tapi makna didalamnya sungguh mempesona. Mereka ingin kita berbahagia, hanya itu. Tidak banyak memikirkan hari ini perut mereka harus diisi dengan apa hanya karena berusaha memenuhi kekenyangan perut anaknya. Terlebih untuk anak rantau, sepertinya akan sangat memilukan apabila jauh dari orang tua yang selalu berkata bahwa kondisi rumah baik-baik saja.
Pun dengan kita, yang sering kali menyembunyikan segala duka dalam bilik bahagia. Nyatanya kita hanya memaksa diri untuk terlihat baik-baik saja bukan? hanya karena tidak ingin membuat mereka khawatir. Haha, terima kasih sudah menjaga hati banyak orang lewat segala cemas yang kita simpan. Tapi yakinlah, bahwa segala perasaan kita memang harus memiliki tempatnya.
Rawat segala perasaan yang kita miliki. Rawat ia dengan penuh penerimaan dan kelayakan. Ucapkan bilang tidak sanggup, jangan memaksa hingga enggan meminta pertolongan. Berbahagialah yang semampunya, jangan enggan menerima kondisi dengan berusaha lebih banyak lewat jalan yang mungkin akan sulit terkendali, seperti kita mendahulukan gengsi! Aku yakin itu akan sulit untuk kita nantinya. Bersikaplah sederhana dan apa adanya.
Sambut segala sulit keluargamu dan peluk segala yang bahagia. Keadaan apapun tidak akan hadir selamanya, jika bukan kita yang merawat diri dan mereka, maka siapa yang akan berusaha untuk saling ada?
Lagi kangen rumah, Bandung 06 Maret 2024. 08.50
45 notes
·
View notes
Text
I've Moved On
Aku pernah sehancur itu karena mencintai seseorang. Aku pernah berderai air mata setiap malam karena merindukannya. Dadaku pernah sesesak itu akibat ditikam rindu. Aku betul-betul menginginkannya.
Aku telah lama mengenalnya. Dan menurutku, dia begitu sempurna—meskipun aku juga tahu kekurangannya. Intinya, semua kriteria yang kuinginkan ada pada dirinya. Dia selalu ada dalam hatiku, sekalipun aku tak pernah berjumpa dengannya semenjak menyukainya.
Dia jauh. Tapi ternyata, jarak tak cukup kuat untuk menjadi alasan berhenti mencintainya. Aku pernah berusaha sekuat tenaga untuk membunuh perasaanku. Tapi semakin kubunuh, ternyata semakin tumbuh. Aku juga pernah bertekad melupakannya. Tapi aku tak pernah bisa. Ya, cinta tanpa pertemuan itu nyata adanya.
Saat dia memutuskan untuk pergi, aku setia menanti. Berharap suatu saat dia akan kembali. Sungguh, selain dia, rasanya tak ada lagi yang kuinginkan. Dia benar-benar telah menjadi keinginan terbesar dalam hidupku.
Aku telah melakukan segala cara, pun tak putus berdoa. Bersimpuh di hadapan-Nya sambil berderai air mata. Dan meminta agar kelak kami bisa bersama. Aku ingin kami bisa melewati suka dan duka berdua. Aku bahkan sudah siap jika harus meninggalkan semua kenyamanan demi mendampinginya. Ke manapun, aku tak masalah, asalkan bersamanya.
Aku ingin sekali menjadi perempuan yang berada di baris terdepan untuk mendukungnya meraih impian-impiannya. Menjadi penyemangatnya yang nomor 1.
Aku bahkan pernah mengatakan pada diriku sendiri. Jika kami ditakdirkan bersama, aku ingin ibunya tak merasa kehilangan anak laki-laki satu-satunya. Setulus itu rasaku untuknya.
Aku bahkan pernah sangat ingin menjadi rumah baginya. Tempat yang sangat nyaman untuk dia pulang.
Tapi apa daya. Tak peduli sederas apapun air mataku saat mendoakannya, memintanya, Allah belum mengizinkan.
Sungguh. Awalnya sangat berat menerima keputusan-Nya. Sebenarnya, dari awal aku telah menyadari bahwa dia tak ada perasaan apa-apa padaku. Hanya aku yang menginginkannya. Dan dia tidak menginginkanku.
Kuatnya perasaanku memaksaku untuk berjuang sendirian. Namun semua perjuanganku itu tak sedikit pun menggerakkan hatinya. Dan aku tahu, tidak ada yang mampu untuk menahan atau pun menggerakkan hatinya itu kecuali Allah Yang Maha Kuasa.
Dulu, aku tidak terima dengan keputusan-Nya. Kenapa aku tidak bisa bersama dengan orang yang begitu kucintai. Aku bahkan berpikir bahwa orang yang beruntung adalah mereka yang bisa menikah dengan orang-orang yang mereka cintai. Ya, betapa beruntungnya mereka. Sebab tidak semua orang bisa seperti itu, termasuk aku.
Dulu, aku merasa marah. Kenapa aku dianugerahi rasa ini kalau pada akhirnya aku tidak bisa bersamanya? Kenapa aku tidak bisa melupakannya? Kenapa aku masih saja merindukannya dan menginginkannya? Kenapa?! Aku marah pada takdirku dan aku benci pada diriku sendiri.
Karena telah mempertahankan rasa ini selama bertahun-tahun, pada akhirnya aku menyerah. Sudah kukerahkan segala daya dan upayaku. Sudah tak henti-henti doaku. Tapi barangkali, Allah punya maksud sendiri kenapa doaku tidak dijawab seperti yang kuinginkan. Hingga pada akhirnya, aku memilih ikhlas untuk melepas. Ikhlas, seikhlas-ikhlasnya.
Dan hari ini, kalau teringat tentang aku yang dulu saat masih mencintainya, aku jadi heran pada diriku sendiri. Bagaimana bisa aku mampu bertahan sampai sekian lamanya. Bagaimana bisa aku sebodoh itu, menginginkan orang yang bahkan tak ingin aku ada di hidupnya. Lelahnya berjuang sendirian seperti tak kupedulikan.
Sekarang aku telah sadar. Aku seperti diberi petunjuk oleh-Nya, bahwa ternyata segala penolakan yang kudapatkan itu adalah bentuk kasih sayang-Nya. Aku bersyukur masih dilindungi, masih diselamatkan dari apa-apa yang (mungkin) tak baik untukku.
Kini, ruang hatiku sudah tak lagi berpenghuni. Kubiarkan dia pergi, dan aku juga sudah tidak mengharapkannya untuk kembali. Semua perasaanku padanya telah pudar, bahkan hilang sama sekali. Ceritaku tentangnya telah selesai. Aku pun tak lagi peduli pada apa-apa yang berkaitan dengannya. Lega sekali rasanya setelah melepaskan. Hati juga tak lagi tersiksa.
Aku sendiri bahkan tidak menyangka bisa mengakhiri perasaanku untuknya. Alhamdulillah. I've moved on.
Aku jadi ingat satu quote yang sering sekali kudapati di laman media sosial. Quote itu berbunyi:
"Jika Allah menginginkan dua hati untuk bersatu, maka Dia akan menggerakkan keduanya, tidak hanya satu."
–Anonim
(27 Februari 2024| 08:15 WIB)
#life#selfreminder#daily reminder#life qoute#tulisan#cerita#writers on tumblr#cerita cinta#love story#penulis#pengalaman
41 notes
·
View notes
Text
Ibu
Beliau bukan orang yang sempurna, beliau di mataku hanya punya dua hal. Pintu maaf yg tak pernah tertutup dan cinta yang tak pernah surut.
Di lain hari, saat beliau memelukku, beliau menjelma tanah lapang di belakang rumah kami dulu. Ia serap dan kubur dalam-dalam duka di hatiku.
Bu, seumur hidup tak kan pernah khatam aku menulis kebaikanmu. Panjang umurlah bu, sehat selalu bu... ❤❤❤
#my writing#writers on tumblr#poems on tumblr#tulisan#quotes#puisi#penulis#poetry#sajak puisi#kumpulan puisi#love of my life#ibu#mom
24 notes
·
View notes
Text
Rabu Kelabu
Aksara ini dirangkai oleh rindu yang pekat, semoga kau tak gagal menuntaskannya, agar tak ada sesak yang tercekat. Di rabu berikutnya, semoga kau tak bosan dengan kata-kata yang barangkali akan menyayat.
Untuk lelaki bermata kelabu.
Rabu ini namamu kueja lewat mimpi. Ketika tersadar aku melelapkan diri dalam repetisi. Berharap melupa, atau apa saja yang membuat aku tak mengingat.
Aku masih tetaplah hati yang luruh hanya dengan mendengar namamu. Kemana pun ia kusembunyikan, kenyataan itu tak bimbang mengikutiku yang selalu menolak.
Cinta sepertinya menjadi energi negatif saat ia tak berbalas. Bahkan saat aku menghindar, berlari dan membaca segala mantra, masih saja duka menyelemuti tubuhku yang menggigil karena tak pernah memilikimu.
Mungkin aku, jika saja dan seandainya memilikimu, maka tak pernah mencoret istana sebagai tempat bermukim yang abadi. Mungkin aku, jika saja dan seandainya dimilikimu, maka tak akan pernah menghapus rumah sebagai tempat paling nyaman untuk kembali.
Tapi kita tidak saling, dan keparatnya aku menjadi; yang tidak butuh istana juga rumah, sebab sejak kau meniadakan kisah kita, aku adalah petualang ke mana kau tak akan pernah datang.
—nonaabuabu
Di belahan bumi rindu, 13 September 2023
#rabukelabu#puanberaksara#komunitasmenulis#kolaborasipuan#nulisbareng#writingchallenge#writing#komunitas#puisi#berkaryabersama#aesthetic
89 notes
·
View notes
Text
Kulepaskan Engkau Pada Semesta #2
Oleh : kevin setyawan
Maaf jika senyumku tak lagi sama untukmu kedepannya.
Hari hari yang biasa kita lewati dengan canda tawa mungkin perlahan akan surut dan mengering tanpa sisa lagi.
Maafkan aku yang pernah menganggapmu sebagai rumah nyaman menjadikanmu tempatku pulang dan bersembunyi dari hiruk pikuknya dunia.
Hingga pada akhirnya dirimu yang meneduhkan itu sudah tak lebih dari seseorang yang menancapkan belatinya dengan tajam pada hati yang pernah engkau balut dengan kasih sayang dan cintamu.
Dirimu bukan lagi menjadi bintang yang paling bersinar di dalam semestaku lagi,karena sekarang cahayamu sudah mulai perlahan redup dan mati dari peredarannya.
Perlahan duniaku akan kembali dikelilingi oleh gempita lagi dan menyeruak hingga aku tak dapat melihat cinta lagi.
Terima kasih sudah pernah hadir menjadi bagian kisahku yang masih berantakan. Terima kasih juga sudah membantuku membalut ribuan duka dihidupku walau pada akhirnya kamu juga berhasil menorehkan luka yang tak kala dalam dengan sebelumnya.
Kali ini aku lepaskan engkau pada semesta dengan jutaaan kisah kita yang perlahan akan menggantung dilangit sana menjadi bagian yang mungkin hanya cukup aku kenang dan tak bisa aku ulangi lagi kedepannya. Kita akan kembali pada titik awal yaitu “asing”
67 notes
·
View notes
Text
25 ke 25
Alhamdulillah, Allah sampaikan aku di usia ini. Seperempat abad melewati perjalanan yang cukup lelah dan getir. Pun Insyaa Allah sudah ikhlas membiarkan serangkaian takdir itu pergi dengan cara-Nya.
September ke dua puluh lima. Rapalan do’a yang tak terhitung, meninggalkan sepetak ruang harapan yang enggan di kubur. Mimpi yang dulunya tinggi saat ini ciut mengecil. Meski demikian aku merasa bukan anak kecil lagi, hatiku lebih legowo menerima keadaan yang tidak sesuai ekspektasi.
September ke dua puluh lima. Biasanya aku selalu menghadiahkan sesuatu untuk diri, biasanya buku, atau sesuatu yang aku suka. Tapi tidak untuk hari ini, do’aku juga tak cukup panjang. Entah karena kondisi adik habis rawat inap di RS dan rumah sibuk karena tamu berdatangan. Atau karena sudah tidak minat pada selebrasi-selebrasi seperti ini.
Apapun itu, dua puluh lima. Izinkan dan pertemukan aku untuk mengenapkan sesuatu yang ganjil, untuk sebuah ibadah ter-panjang. Untuk sebuah visi-misi yang besar untuk umat. Untuk sebuah cinta yang sakinah mawadah warohmah, meski pada kenyataannya bahasa cinta-Mu masih sulit ku artikan dalam Waktu yang singkat. “Ujian”
Entah saat temaram ataupun lebam, suka ataupun duka terimakasih atas segala cara untuk terus melibatkan-Nya, untuk terus berada dalam koridor-Nya. Sekali lagi selamat mendewasa suc, semakin luas manfaat, semoga lebih solihah dan diberikan kepala yang dingin dalam menyikapi segala persoalan.
25 tak sebercanda itu :)
12 notes
·
View notes
Text
Pagi ini gue buka Instagram dan yang pertama kali muncul di timeline gue adalah informasi bahwa salah satu following gue meninggal dunia, setelah berapa lama berjuang dengan cancer. Postingan itu diunggah oleh suaminya. Sedangkan beberapa hari yang lalu bapak seorang kenalan gue juga meninggal setelah berapa waktu dirawat karena sakit.
Suami following gue itu aktif membagikan kisah perjuangan istrinya selama mengidap cancer juga membagikan perasaan betapa dia sangat mencintai istrinya itu. Hal yang berbeda tampak di rumah duka kenalan gue. Waktu itu gue pergi melayat, cuman ada keluarga dan juga beberapa tetangga, mungkin karena gua datang masih agak pagian. Gak ada suara tangis sama sekali, yang bikin gue terheran-heran. Beberapa orang sedang nampak asik bercerita sambil ketawa dan juga bermain handphone. Bahkan saat gue datang pertama kali dan langsung masuk ke dapur buat temuin kenalan gue itu mereka lagi makan rame-rame dan sempat nawarin gue buat ikut makan. Gue menolak lalu keluar dan duduk di depan mayat yang sudah ditutupi kain. Gue termenung lama, ngebayangin diri gue yang terbaring di situ sambil berpikir, "apa nanti kalau gue meninggal juga, orang-orang akan seenggak peduli ini?"
Gue nggak tahu mereka begitu karena saking tegarnya, emang sudah benar-benar ikhlas ngelepasin si mayit karena setelah dua tahun dirawat karena sakit dan gak ada peningkatan yang signifikan mereka agaknya sudah paham bahwa akhirnya memang akan seperti itu dan umur bapak itu emang udah lumayan sepuh. Atau memang sesederhana gak banyak memori baik yang bisa mereka kenang dan membuat mereka meneteskan air mata? Entahlah...
Tiga bulan terakhir ini gue jalani dengan pikiran yang bekerja seperti mesin rongsokan. Setiap hari gue cuman berpikir mati, mati, dan mati. Otak gue cuman diisi:
"gue kayaknya lebih baik mati deh,"
"ya Allah gue udah gak punya alasan pengen hidup lebih lama lagi"
"kalau gue mati sepertinya gue gak perlu semenderita ini"
Dan berbagai pikiran lain yang intinya kurang lebih sama: gue gak lagi menganggap kehidupan gue seberharga itu untuk dijalani lebih lama.
Hal itu diperparah karena gua tiap hari semakin kesulitan untuk tidur. Sehari gue cuman bisa tidur yang benar-benar tidur tuh 1-2 jam. Selebihnya gue cuman bolak-balik badan dengan pikiran yang bising. Gue capek. Bener-bener capek. Gue masih menahan diri untuk gak mengonsumsi obat tidur karena takut jadi ketergantungan dan takut sama pikiran gue yang malah menjadikan obat tidur itu untuk keperluan lain.
Gue kemarin sempat deactivate IG sebulan lebih. Sebenarnya pengennya sampai tiga bulan. Tapi gue kangen banget chattan sama teman-teman gue. Akhirnya gue reactivate dan gue emang sebahagia itu melihat kabar mereka, bertukar pesan dan saling melemparkan candaan. Gue sempat berpikir, "gue gak mau hiatus terus," "gue juga pengen ketemu orang, pengen ngobrol". Tapi gimana yaa, susah dijelasin sih gue sebenernya maunya apa. Seperti yang gue bilang di awal, pikiran gue akhir-akhir ini tuh udah kek mesin rongsokan, kadang masih bisa dipake tapi selebihnya emang sering eror.
Terus tuh hari Sabtu lalu, setelah menolak bertemu dan mengisolasi diri, gue akhirnya memutuskan buat keluar. Ketemu orang-orang dan ngobrol banyak. Kebetulan kemarin ada pertemuan klub buku gitu, dan beberapa orang yang sering datang gue kenal baik dan cukup nyaman bertemu dengan mereka.
Gue datang cukup awal. Disambut ramah dan cukup hangat sama Kak Amaya. Kami berbagi pelukan dan bertukar kabar masing-masing. Kak Amaya ini pendiri klub buku itu. Salah satu orang yang membuat gue merasa nyaman bicara dengan beliau dan juga sosok idola gue secara diam-diam xixi. Kak Amaya masih semenakjubkan yang terakhir gue ingat. Dengan sikap tenang, tutur kata yang jelas, dan juga binar mata yang mampu membuat orang merasa nyaman. Namun salah satu hal yang gue notice beliau makin kurus.
Kami lalu duduk bersebelahan. Gue memutuskan buat diam karena gak tau mau ngomong apa lagi dan memilih mengedarkan pandangan. Cukup banyak 'wajah baru' yang gue lihat hari itu. Kak Amaya membuka obrolan dengan seorang perempuan di sebelah kiri beliau. Obrolan yang membuat gue cukup tertegun.
🧕: Kak Amaya
🧑🦰: perempuan yang diajak ngobrol
🧕: "Kamu ke dokter mana?"
🧑🦰: "Aku pertama sempat ke dok Hardi Kak, tapi karena gak cocok aku cari dokter lain."
🧕: "loh, aku malah ke dokter Hardi sekarang karena ngerasa cocok. Gak cocok gimana maksudnya?"
🧑🦰: "iya tuh dulu aku dikasih obat gitu buat penenang dan obat tidur gitu. Sedangkan masalahnya tuh aku bukan gak bisa tidur tapi jadi keseringan tidur,"
🧕: "emang sih pada cocok-cocokkan gitu. Eh btw case-mu sama loh kayak aku, terus diagnosisnya apa?"
🧑🦰: "kata dokternya aku bipolar. Tapi masih diagnosis sementara sih..."
Mendengar itu gue mulai nggeh sama apa yang sedang mereka bicarain. Gue memperhatikan Kak Amaya dan jadi termenung sendiri, "apa sosok yang menginspirasi itu selalu datang dari orang-orang dengan hidup yang tak mudah seperti ini?"
Melihat Kak Amaya gue jadi merasa malu sama diri gue sendiri. Di satu sisi gue cukup kaget melihat mereka berbicara di depan banyak orang tentang topik yang lumayan sensitif. Dan kalau gua jadi mereka, jujur gue belum bisa seterbuka itu untuk berbagi tanpa ada pemikiran orang-orang akan menganggap gue caper atau terlalu lebay aja.
Tahun 2024 tinggal 4 bulan lagi. Kadang ya gue merasa waktu berjalan selambat dan secepat itu di saat yang bersamaan. Tahun demi tahun gak pernah ada yang mudah buat gue jalani. Beberapa masalah dari tahun-tahun sebelumnya masih gue bawa hingga di tahun ini.
Orang pernah bilang bahwa itu tanda gue masih belum lulus ujian. Ujiannya masih sama dan masih di situ-situ aja berarti emang masih perlu diuji lagi. Sampe lulus. Sampe dapat skor yang sempurna. Sampe gak perlu remedial lagi. Tapi kalau kita mau merhatiin lebih jauh, ujian yang sama yang terus menerus kita jalani membuat kita banyak berubah. Hal yang kita hadapi mungkin selalu sama. Tapi diri kita dari satu ujian ke ujian yang lain pasti sudah banyak berubah. Meskipun belum benar-benar lulus, kita jadi lebih tahu mana yang harus kita perbaiki, tingkatkan dan benahi lagi. Ibarat sedang ujian semester, setiap orang diuji dengan pengetahuannya masing-masing. Dengan 'kelasnya' masing-masing. Orang yang gak tahu sama sekali sudah tentu gagal dan disuruh mengulang, sedangkan orang yangsudah lebih paham akan disuruh untuk memperbaiki agar mendapatkan nilai yang lebih baik lagi.
Nanti kalau ujiannya udah ganti, gak di situ lagi, dan malah jadi lebih berat, berarti kita udah lulus dari ujian sebelumnya. Tingkat/kelas kita naik, jadi ujiannya udah mulai beda lagi.
Gitu terus pokoknya sampai mati.
Jadi kalau misal tiba-tiba kepikiran "kok ujiannya ini-ini mulu?" Jangan langsung nyalahin Tuhan kok kayak gak punya ujian yang lain aja. Tapi coba tanya ke diri sendiri, "apa yang masih salah dan butuh diperbaiki dari diriku saat ini yang membuat ujian ini bisa segera kuselesaikan?"
Terbentur terbentur terbentuk
Gitu kan kata orang-orang bijak?
Lagian, ujian yang seberat itu untuk kita jalani, nggak mungkin hadiahnya cuman kipas angin/magic com. Kan?
12 notes
·
View notes
Text
beberapa orang lebih memilih untuk menyimpan cerita duka dan bahagianya sendiri. meskipun terkadang mereka ingin membaginya sesekali. bukan karena mereka sudah tak punya rasa percaya lagi. melainkan, mungkin mereka sudah tak punya lagi rumah untuk kembali pulang selain diri mereka sendiri. maka, selagi kita punya rumah untuk kembali, jangan lupa untuk mengucap terima kasih pada mereka yang selalu ada menemani.
70 notes
·
View notes
Text
Ini ada kata2 lama dari "Bob Sadino" yang masih relevan sampai hari ini , sebagai renungan kita :
Keluargaku ..
Di saat kita memakai jam tangan seharga Rp 500.000,- atau Rp 50.000.000,-, kedua jam itu menunjukkan waktu yg sama.
Ketika kita mengayuh sepeda seharga 100jt ataupun 1jt...tetap mengeluarkan keringat yang sama...
Ketika kita membawa tas atau dompet seharga Rp 500.000,- atau Rp 5.000.000,-, keduanya sama2 dapat membantumu membawa sebagian barang/uang.
Waktu kita tinggal di rumah seluas 50 m2 atau 5.000 m2, kesepian yg kita alami tetaplah sama.
Ketika kita terbang dengan first class atau ekonomi class, maka saat pesawat terbang jatuh maka kita pun ikut jatuh.
Keluargaku ..
Kebahagiaan sejati bukan datang dari harta duniawi.
Jadi ketika kita memiliki pasangan, anak, saudara, teman dekat, teman baru dan lama... Lalu kita ngobrol, bercanda, tertawa,bercerita tentang berbagai hal, berbagi suka dan duka- itulah kebahagiaan sesungguhnya.
Hal penting yang patut di renungkan dalam hidup :
1. Jangan mendidik anak mu untuk terobsesi menjadi kaya. Didiklah mereka menjadi bahagia. Sehingga saat mereka tumbuh dewasa mereka menilai segala sesuatu bukan dari harganya.
2. Kata2 yg terbaik di Inggris :
"Makan makananmu sebagai obat. Jika tidak, kamu akan makan obat2an sebagai makanan."
3. Seseorang yg mencintaimu tidak akan pernah meninggalkanmu karena walaupun ada 100 alasan untuk menyerah, dia akan menemukan 1 alasan untuk bertahan.
4. Banyak sekali perbedaan antara "manusia & menjadi manusia" Hanya yg bijak yang mengerti tentang itu.
5. Hidup itu antara
"B" birth (lahir) dan "D" death (mati), diantara nya adalah ada "C" choice (pilihan) hidup yang kita jalani, keberhasilannya ditentukan oleh setiap pilihan kita.
Jika kamu mau berjalan cepat, Jalanlah sendirian. Tetapi Jika kamu ingin berjalan jauh, jalanlah bersama sama.
Ada 6 dokter terbaik,
1. Keluarga
2. Istirahat
3. Olah raga
4. Makan yg sehat
5. Teman
6. Tertawa
Nikmati hidup dan tetap bersandar pada الله
Semoga bermanfaat .😀😊😚
10 notes
·
View notes
Text
Ditunjukkin foto ini sama keponakanku yang sudah berumur 17 tahun. Yapp, anak kecil di foto ini sudah tumbuh menjadi remaja, sedang aku tantenya masih bertingkah laku seperti anak kecil hahahaha.
Namanya Riki, kami sekeluarga memanggil dia dengan panggilan Iky. Cucu ke dua Alm. Abah dan Almh. Emakku sekaligus cucu tersayang. Cucu pertama adalah anak kakakku yang pertama dan tinggal di beda kota, jadi kedekatannya tidak sedekat seperti dengan cucu kedua.
Sama seperti yang dibilang kalau saingan anak bungsu adalah keponakan, hal itu juga berlaku untukku. Iky adalah sainganku dalam mencari perhatian orang tuaku.
Kodarulloh, orang tua iky berpisah sewaktu Iky berumur 3 tahun dan adiknya berumur 2 tahun. Jadi, orang tua ku lah yang mensupport tetehku untuk menghidupi dua anaknya sebagai single parent.
Orang tuaku adalah rumah untuk iky. Sewaktu emak berpulang, tangisnya masih bisa ia tahan. Namun ketika abahku ikut menyusul emak berpulang, tangis iky dan adiknya pecah. Iky bilang "Kalau emak aji sama Abah aji ngga ada, terus iky sama siapa?" Aku yang sedang mengaji di samping jenazah Abah langsung memeluk iky dan adiknya. Aku bilang "Makasih ya iky dan Vita, karena udah bantuin eteh ngurusin Mak aji Abah aji. Iky masih punya eteh sama yang lainnya".
Selama orang tuaku sakit, iky dan adiknya turut serta dalam mengurusi orang tuaku. Mulai dari membelikan makanan (aku belum bisa mengendarai motor dengan lancar), menuntun Abah jalan, menemani Abah ngobrol. Adiknya Iky juga sering membantuku untuk mengganti pempers emak, menyuapi emak dan mengantarkan emak mengaji ke pengajian dekat rumah.
Ternyata, perihal kehilangan dan perasaan duka bukan hanya milik aku seorang.
- 10 Juni 2024
9 notes
·
View notes
Text
Selain duka pasca ditinggal mama selamanya, ada rasa bingung yang meleber kemana-mana.
"Nanti gimana ya?"
"Caranya gimana?"
Setelah tiba di rumah dari hari sabtu pukul 01.00 sampe sekarang aku belum bisa makan nasi. Makan kok, tapi selain nasi, kayanya bb ku turun drastis.
Tiap pagi first thing yang aku lakukan adalah beberes. Selain rumah yang berantakan, hati dan pikiranku juga.
Mejalani sisa hidupku dengan hasbunallah wani'mal wakil ni'mal maula wani'man nasir
11 notes
·
View notes