#Petrichor/Plastik
Explore tagged Tumblr posts
Text
He comes he'll go leave naught behind
He comes he’ll go leave naught behind
Lullaby of Woe – Ashley Serena “Don’t dare let her tremble aloneFor the witcher, heartless, coldPaid in coin of goldHe comes he’ll go leave naught behindBut heartache and woeDeep, deep woe” PIC IN HQ ON MY FLICKR ENCHANTMENT presents VIKINGS SAGAThis round we will be traveling through the sands of time and myth with the Viking Sagas and Norse mythology.(text: EnchantmentSL )February 13th…
View On WordPress
#Cerridwen&039;s Cauldron#Clover#Enchantment#GA.EG#HarshLands#Jinx#Juna Tattoo#no_match#Petrichor#Plastik#We <3 role-play
1 note
·
View note
Video
Ice da Violette Zaks Tramite Flickr: Credits/Socials : FACEBOOK BLOG Iηsтagraм TUMBLR PINTEREST
#Pumec#Besom#Petrichor#Plastik#Profect#E.A.Studio#Leven.Ink#skin#groupgift#eyes#event#Unik#Tattoo#Face#new#Horns#Body#Violette.Zaks#SL#Second.Life#Fashion#Blog#hobby#Photo#Girls#White#Ice
1 note
·
View note
Photo
~Phoenix~
Outfit:
Dress (tinted in world to achieve the orange color): Moon Elixir x MUSE - Damsel Desires - Gown - Coral
Bra Chain: \//.VoluptasVirtualis - Rana - Bra - Fatpack
Panties Chain: \//.VoluptasVirtualis - Rana - Panties - Fatpack
Accessories:
Horns:Â :[P]: - Uletia Horns (Gacha) - Canary
Ears (with all the earrings):Â .random.Matter. - Song Elfie Ears
Eye Smoke: Aii - Scarecrow Eyes Pack - Tintable Eye Smoke
Chest Gem:Â duckie - torment
Body:
Hair:Â bonbon - Mila Hair - Naturals
Tattoo:Â :[P]:Â -Â Koie Tattoo - Phoenix
Face Scar Thing: Harana - Petrified Cracks - Trickster - Siam - (Harajuku - Event - August/September 2020)Â
Eye Makeup:Â TOP1SALON - Frauline Eyeshadow - Bright - Gold
Lipstick: TOP1SALON - HD Freewill Lipstick - Pallete 1
Head: Genus - Baby Face
Body: Belleza - Freya
#muse#voluptas virtualis#petrichor#plastik#.random.matter.#aii#duckie#bonbon#harana#top1salon#harajuku#fire#flame#demon#phoenix#red#orange#sl#second life#ootd#lotd#lookbook
1 note
·
View note
Text
FaeWatch Interviews Wicked Fairy Carabosse At Last!
FaeWatch Interviews Wicked Fairy Carabosse At Last!
Cherish Gelato [CG]: Greetings to you, Wicked Fairy Carabosse! It’s so lovely to be able to visit you at your room on the Mystical Moors. I always love it when I can get a real sense of the fascinating beings we cover.
Carabosse [CB]: Of course you are welcome in my home: if you were not, your life would be worth little right now. Also, as we discussed in our pre-interview emails, I would prefer…
View On WordPress
#Blueberry#Dragon Magick Wares#Enchantment#Eudora#Gorsimi#Madame Noir#Magika#Nefekalum#Oubliette#Petrichor#Pierce Design Studios#Raindale#Silvan Moon Designs#Sleeping Beauty#Swallow#The Plastik#Trap#Warpaint#Wyrd#ZFG
0 notes
Text
Gerimis, Payung, dan Mewahnya Masa Kecil
Tadi petang, menuju isya, urusan di kantor redaksi baru usai. Semua alat kerja sudah rapi masuk ke dalam tas. Baru saja mulai beranjak dari kursi, gerimis turun.
Biasanya, ketika hujan saya lebih memilih menepi atau berteduh sampai hujan sedikit reda. Memakai jas hujan adalah aktivitas yang menyebalkan bagi saya.
Tapi petang tadi, saya tak membawa motor ke kantor. Jadi saya tak perlu melakukan pekerjaan menyebalkan itu.
Saya pulang jalan kaki dengan sebuah payung yang saya pinjam dari kantor (Saya lupa kapan terakhir memakai payung). Jarak kantor ke tempat tinggal saya memang tak jauh, hanya sekitar 10 menit dengan berjalan kaki (aktivitas yang semakin jarang saya kerjakan).
Perjalanan singkat itu membawa saya menyelami masa lampau.
Bunyi gerimis yang jatuh ke permukaan payung, mengingatkan saya saat jalan pulang dari langgar (saat masih rajin mengaji waktu SD dulu), sekitar lima belas tahun silam. Saat musim hujan, payung adalah benda wajib yang dibawa ke langgar.
Dulu, saya dan teman-teman kampung berangkat mengaji menjelang maghrib, lalu pulang sekitar jam 9 malam. Sedikit dari kami yang membawa senter, biasanya kami membawa daun kelapa kering dari rumah untuk dibakar sebagai penerang saat pulang ngaji.
(Tentu, selain bau keringat, sampai di rumah badan kami semua bau sangit. Tak hanya itu, sandal jepit kami juga penuh lumpur, juga sarung dan bagian belakang baju kami (Ibu saya yang paling sering marah karena ini). Sebagai informasi, rumah dan langgar tempat kami mengaji cukup jauh, sekitar 3 kilometer, sebagian jalannya adalah aspal rusak, sisanya jalan tanah berlumpur).
Gerimis malam itu juga membuat saya mengingat kembali momen pulang sekolah di tengah hujan. Semua buku kami tinggal di laci sekolah, juga sepatu. Jarang kami membawa payung, kecuali saat pagi hari sudah hujan.
Pilihannya dua, menunggu di sekolah, atau lari menerobos hujan. Tapi kami membuat pilihan lain. Kami memotong daun pisang di belakang sekolah dengan penggaris plastik, lalu kami gunakan sebagai payung. Karena kebiasaan itu, kami sering kena marah pemilik kebun jika ketahuan.
Aroma petrichor malam itu juga mengingatkan saya saat hujan-hujanan pulang dari lapangan bola menjelang maghrib. Saya masih bisa merasakan was-wasnya saat pulang terlalu sore, apalagi dengan kondisi basah kuyup dan pakaian penuh lumpur. Sudah pasti yang saya takutkan adalah omelan Ibu saya. Tapi itu masih mending, sesekali Ibu hanya mendiamkan saja selama berjam-jam saat saya pulang terlalu sore. Itu yang paling saya takutkan.
Semua adegan itu berputar di memori saya dalam perjalanan singkat petang tadi. Entah bagaimana, meski gerimis masih turun, payung saya tutup. Saya ingin sekali merasakan gerimis itu jatuh langsung di kepala dan muka saya.
Tetiba, saya sangat merindukan masa anak-anak. Saya ingin mengingat semua momen mahal itu di beberapa menit sisa perjalanan saya dengan paripurna.
Saya ingin mendengar lagi gelak tawa teman-teman kecil saya saat berkejaran di tengah hujan, saya ingin merasakan air yang mengalir dari pelepah daun pisang ke tangan hingga membasahi ketiak baju sekolah, saya ingin mendengar suara tubuh yang terpelanting di tanah licin karena di seleding temannya.
Saya ingin, tapi tak mungkin.
1 note
·
View note
Text
You're Wishes And Dreams Come True At The Fantasy Faire...
You’re Wishes And Dreams Come True At The Fantasy Faire…
…. Its the biggest event of the year .. The Fantasy Fair 2021! …. I’m so exited again… but this year i’m just amazed !! .. 21 regions ! !! yes you read it right ! .. 21 ! 15 for shopping ( take your wallet ! ) and 6 entertainment sims ! I walked around like a little girl in a candy store ! .. Mouth wide open ! … Oke oke .. first things first. My Sponsors  Jinx and  Petrichor ( Plastik) are both…
View On WordPress
2 notes
·
View notes
Video
time for a drink von Christina Geddins-Swot Ăśber Flickr: by Christina Geddins-Swot A small tutorial about better photos in Second Life Our Marketplace Webshop Our Gacha Webshop Our Blogpage BLOGOTEX ---------------------------------------------- Bikini Petrichor / Plastik :[P]:- Suwari Bikini SL18B SHOP AND HOP 30% OFF Open Date: June 17 - July 6 ---------------------------------------------- Lipstick .::GO Makeup::. GO [Catwa HD PRO and lel EvoX] LipLust Lipstick Makeup @ Sense Event maps.secondlife.com/secondlife/DreamsLand/168/125/1501 ---------------------------------------------- Tattoo ARABIC TATTOOS STUDIO A.T I AM BETTER @ Sense Event maps.secondlife.com/secondlife/DreamsLand/168/125/1501 ---------------------------------------------- Hair eXxEsS Mesh Hair : Elena MP: marketplace.secondlife.com/p/eXxEsS-Mesh-Hair-Elena/17832849 ---------------------------------------------- Head LeLUTKA - Avalon Evolution X ---------------------------------------------- Shape Geddins-Swot - Wiwi Shape for Lelutka Lel Evo X v.1.1 orig. Blog Shape marketplace.secondlife.com/p/Wiwi-Shape-for-Lelutka-Lel-E... ---------------------------------------------- Face Freckles Geddins-Swot - Lel Evo X freckles these freckles are specially made for Lel Evo X heads. Freckles are BOM, so you can easily use them. Marketplace: marketplace.secondlife.com/p/Lel-Evo-X-freckles/21863637
#LeLUTKA#sl#opt#Petrichor#SENSE#EVENT#eXxEsS#Hairstyles#Sex'i#Poses#Hair#SecondLife#Sexy#Second#Bento#Beach#Maitreya#Go#Makeup#ARABIC#TATTOOS#STUDIO#Photoshop#Photography#Art#artists#Marketplace#maiteya#lelukta#style
1 note
·
View note
Photo
Peace
Top1Salon - Jieun Skin ( at Blanc ) ::{u.f.o}:: Present For Summer ( at Access Event ) Rose & Thorn Poses - Study Hall Backdrop ( at Manly Weekend ) Beras - Static Pack Hanna Petrichor / Plastik - Araleus Halo ( at Fantasy Faire ) Petrichor / Plastik - Haryssa Panels ( at Fantasy Faire )
Skin:Â Top1Salon - Jieun Skin
Halo: Petrichor / Plastik - Araleus Halo
Dress: U.F.O - Present For Summer
Panels: Petrichor / Plastik - Haryssa Panels
Pose:Â Beras - Static Pack Hanna
Backdrop:Â Rose & Thorn Poses - Study Hall Backdrop
0 notes
Text
Petrichor
Suasana dingin membuatku membuka mata tiba-tiba dan menghela napas dalam. Kesal karena harus beranjak dari tempat tidur, bukan dingin yang membuatku kesal akan tetapi bau hujan yang aku tidak suka. Kata orang hujan itu membawa berkah, Lala bilang hujan banyak sekali menyimpan kenangan dari manusia di muka bumi. Anak kecil berlari kesana-kemari sambil tertawa menikmati hujan sedangkan ada pula yang merenung karena hujan turun deras mengganggu aktifitas mereka, yang tak kumengerti adalah orang-orang menganggap hujan itu menyenangkan.
Aku berkali-kali menggigit ujung kuku yang tak rapi lagi karena kebiasaan burukku ini. Aku terus meringkuk di balik selimut mencoba untuk menghilangkan rasa khawatir sekaligus takut karena hujan tak kunjung reda padahal aku harus segera berangkat kuliah. Orang-orang menganggapku aneh bahkan lebih parahnya lagi mereka meninggalkanku karena mereka tahu bahwa aku menjadi sangat histeris saat hujan turun. Bagiku, hujan selalu mengingatkanku tentang beberapa tahun yang lalu saat aku sedang bahagia menikmati hidup sebagai seseorang yang terlahir dari keluarga utuh. Hujan pula yang merenggut kebahagiaan itu.
Aku, perempuan kelahiran Bandung yang harus merantau ke Jakarta karena ingin meninggalkan kenangan buruk dan kesialan yang terjadi padaku di masa lalu. merelakan jauh dari kerabat dan sahabat terdekat agar aku tidak merepotkan dan membebani mereka terus menerus. Hujan masih turun rintik-rintik dan semakin deras, membuat kaca jendela kamarku basah terkena kucuran air hujan. Pohon di seberang sana juga bergerak perlahan mengikuti tetesan air hujan. Pemandangan yang indah tapi tak bisa kunikmati sebab kekhawatiranku yang berlebih.
Pagi ini, aku terpaksa harus absen mata kuliah yang sebenarnya sangat penting gara-gara hujan deras yang mengguyur kota Jakarta. Sudah satu jam lebih aku meringkuk di balik selimut karena tak kuasa jika harus terkena air hujan yang justru akan membuatku sakit parah. Di musim hujan seperti sekarang ini aku hanya bisa terdiam di rumah berhari-hari dan terpaksa membebani sahabatku, Lala. Dia gadis muda yang sama denganku hidup di Kota ini sebagai anak rantau. Gadis penyuka Girlband Blackpink asal Korea ini terkadang hanya bisa menggerutu ketika aku melakukan kesalahan dan tidak menuruti perkataannya.
“Udah ada dosennya,” kata Lala di ujung telepon. “Elo kapan ke sini?”
“Gue absen deh,” jawabku sekenanya ketika sedang menggigil kedinginan dan mencoba duduk di tempat tidur. “Elo yang ke sini mau kan?”
“Enggak.”
“Kenapa sih…” ucapku terpotong karena Lala sengaja menutup teleponnya.
Aku berdecak keras, merutuk Lala dalam hati. Petir kembali menggelegar dan jantungku berdebar kencang tak beraturan. Kutatap jam di layar smartphone dan sudah menunjukkan pukul duabelas siang. Tak ingin berlama-lama di kamar, aku memberanikan diri untuk ke luar kamar bertepatan dengan bel yang berbunyi. Aku berjalan menuju pintu rumah untuk melihat siapa yang datang di siang yang dingin ini.
“Siapa?” tanyaku pada orang yang berada di depan rumahku.
Hening sesaat.
“Oh, perkenalkan, saya Petra. Anak yang tinggal di depan rumah kamu.” ucapnya lirih sambil mengulurkan tangannya yang terkena air hujan.
Aku tersenyum dingin dan kemudian terdiam. Rasanya ingin sekali memaki dia yang tiba-tiba datang sebagai tamu yang tak diundang hanya untuk memperkenalkan dirinya yang sungguh tidak penting itu. Tak ingin dia tahu apa yang terjadi padaku, aku secepat kilat menutup pintu sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras. Sekitar sepuluh menit kemudian bel berbunyi kembali, aku enggan membuka pintu karena aku mengira bahwa laki-laki tadi yang menekannya.
“Woy, Kay buka dong pintunya. Elo lagi ngapain sih?”
Kudengar suara Lala di luar rumah yang terdengar menggerutu. Aku menghela napas. Aku membukakan pintu dan menghampiri Lala. Kulihat di sampingnya masih berdiri laki-laki tak jelas tadi dengan senyum yang melekat di wajah pucatnya.
“Gila lo, ya. Ada tamu bukannya disuruh masuk malah lo biarin di luar. Ja—“
“Lo sakit?” Pandanganku beralih ke Petra sengaja memotong kalimat Lala.
“Enggak, gue pamit pulang ke rumah ya. Salam kenal, Kay.” Kata Petra tak lupa menunjukkan senyum tulusnya.
Aku mengangguk pelan dan membalas senyumnya, berusaha bersikap ramah untuk menutupi rasa bersalahku.
Hari ini adalah hari terakhir kelas Sosiologi Gender di semester yang aku jalani. Aku harus mempersiapkan diri untuk UAS dan beranjak ke semester selanjutnya. Tak sabar libur kuliah akan segera datang, saat itu juga aku harus mempersiapkan diri untuk KKN. Kelas ini merupakan kelas favoritku selama satu semester, tidak hanya mata kuliahnya saja yang menyenangkan tetapi karena dosen pengampu yang sudah tua sehingga aku punya banyak waktu utuk tidur ketimbang mendengarkan dosen mengajar di kelas.
“Ujian nanti sistemnya adalah  homework. Tugas kalian membuat essay tentang isu gender yang sedang terjadi saat ini kemudian dikaitkan dengan teori yang sudah kalian pelajari beserta solusi yang bisa dilakukan,” ucap Bu Iis dengan suara tegas. “Semoga kita tidak bertemu lagi perihal mengurus nilai yang kurang ya karena saya sudah bosan melihat wajah depresi kalian.”
Tiba-tiba terdengar gebrakan meja di belakang sana, semua terdiam.
“Aaaaaaaaa” Raka mengawali dan diikuti teman-teman yang lain “Miiiinnnnnn.” Suasana kelas menjadi ramai dan Bu Iis terkekeh melihat tingkah kami semua.
Seusai kuliah aku segera bergegas pulang ke rumah karena langit menunjukkan tanda-tanda akan turun hujan. Ramalan cuaca yang ada di smartphone tampak tak akurat. Kali ini aku berjalan menyusuri koridor kampus tanpa ditemani Lala, dia lebih memilih pulang bersama kekasih barunya daripada aku. Aku paham betul Lala sedang kasmaran karena baru beberapa hari yang lalu dia menjadi milik Dimas, kekasih barunya.
Baru lima langkah keluar dari gedung kampus hujan turun dengan derasnya, aku tak bisa menyembunyikan rasa panikku. Aku takut harus bagaimana, terlanjur sudah air hujan ini membasahi tubuhku. Aku kebingungan seperti orang gila dan menangis histeris. Orang-orang di sekelilingku sama sekali tak ada yang simpati dan hanya menatap dengan tatapan tajam seolah aku ini orang gila. Aku terduduk lemas dan menyerah, aku payah dikendalikan oleh rasa takutku terhadap hujan.
“Kay…” suara berat itu memanggil namaku tepat di atas kepala sehingga aku sedikit terhalang dari air hujan. “Lo nggak pa-pa? Ayo pulang bareng.” ujar laki-laki tersebut yang tak bisa menyembunyikan rasa cemasnya.
Aku menoleh dan refleks memeluknya dengan erat seolah tak ingin dia meninggalkanku sendirian. Dia hanya bisa menepuk-nepuk pundakku agar tenang seperti yang biasa bunda lakukan untuk menenangkan aku dulu. Mengingat itu semua air mataku mengucur semakin deras, ditinggalkan oleh seseorang yang sangat kamu sayangi adalah luka yang tak pernah bisa diobati. Sekalipun kamu mencoba mengikhlaskan, luka itu akan tetap membekas.
Kini aku sudah ada di dalam ruangan yang lebih hangat, bukan di rumahku tapi di rumah Petra yang baru kusadari ketika aku terbangun dari tidur singkatku.
“Kamu baik-baik saja?” tanya perempuan blasteran yang sudah berumur di samping ranjang yang kutempati dengan senyum yang mengembang.
Aku mengangguk lemah. Diam sejenak. Sungguh aku sedang tidak baik-baik saja.
“Saya harus pulang, tante.” kataku mencoba bangun sambil memegang kepalaku yang terasa sakit.
Perempuan itu menggeleng, “Kamu masih lemas, Nak. Tunggu Petra sebentar lagi biar dia mengantarmu ke rumah.” Tersenyum, “Tak usah melawan, ini perintah orang tua.”
Aku mengurungkan niat untuk pulang ke rumah demi menghormati perempuan itu. Jika kondisiku tidak seburuk ini aku akan nekat pulang yang jaraknya hanya beberapa langkah saja apapun alasannya. Aku mengamati sekitar, kamar yang ukurannya cukup luas ini harum dan sedap dipandang. Foto-foto terpampang rapi di dinding kamar, buku-buku tersusun rapi di rak. Aku tertarik dengan foto lengkap keluarga ini. Kulihat ada Petra junior, orang tuanya dan perempuan lain yang tak tahu dia siapa.
Ingin melihat lebih dekat lagi foto itu namun pintu sudah keburu dibuka. Aku menoleh, Petra masuk membawakan satu plastik buah dan roti, tak lupa obat yang ditenteng. Petra menatap tubuhku. Dia tersenyum, entah kenapa senyum itu selalu meneduhkan. Membuatku merasa bersalah karena sempat bersikap tak baik saat pertama kali bertemu dirinya.
“Maaf…” Laki-laki berbadan tinggi itu memicingkan matanya sambil menatap heran. “Gue waktu itu udah jahat sama lo.” Aku tertunduk malu tak sanggup melihat wajahnya.
Beberapa detik kemudian Petra menghampiriku. Dia memelukku untuk yang kedua kalinya lalu melepaskannya. “Minum dulu obatnya, Kay.”
Dia terdiam sambil menatapku yang sedang meminum obat yang diberikan, kemudian menatap ke arah foto keluarga tadi dengan tatapan mendalam dan terlihat wajah sendunya yang baru kulihat di balik senyumnya yang manis.
Hari-hari berikutnya aku semakin sering menghabiskan waktu dengan Petra. Setiap hari kami  membicarakan banyak hal. Tentang film, buku ataupun dunia kampus. Fakta yang baru kuketahui ternyata dia kuliah satu kampus denganku tapi beda jurusan. Dia merupakan mahasiswa jurusan Hukum. Selain Lala, Petra adalah orang yang dekat denganku dan kupercaya dalam beberapa hal termasuk tentang phobia yang aku alami. Dia pula yang mengajarkanku tentang cinta dan menghapus luka di masa lalu.
“Gue---“ desah Petra singkat, “Gue sayang sama lo, gue mau terus bahagiain lo dan berusaha nyembuhin phobia lo, Kay.”
Aku terdiam beberapa saat. Mencoba menerawang wajahnya, dan iris mata kami saling bertemu. Tanganku menggenggam jemarinya, aku menyambut perasaannya dengan deras air mata, air mata bahagia. Siapa sangka Tuhan telah mempertemukan kami berdua dalam waktu yang tak pernah kami duga. Malam ini bulan bersinar indah di angkasa ditemani bintang yang bertaburan di langit-langit gelap. Sinar-sinar lampu ibukota turut meramaikan keindahan semesta. Suasana yang indah, seindah hatiku.
“Kay, lo tahu foto yang ada di kamar gue waktu itu kan?”
Aku mengangkat kepala, mengangguk.
“Perempuan yang ada di samping mama itu bunda lo.”  Petra menghela napas dalam, “Keluarga kita udah saling kenal dari dulu, Kay. Foto itu diambil satu hari sebelum bunda lo menikah dan keluarga gue pindah ke Inggris.”
Aku terdiam. Hening sejenak.
“Mama bilang kalau bunda lo yang ngasih nama Petra buat gue karna bunda lo suka apapun tentang hujan. Mama sayang banget sama lo, Kay. Gue bakal ngejagain lo terus dan nggak akan pernah ninggalin lo.”
Hujan yang turun malam ini telah membuatku sadar akan sesuatu, hujan tak selamanya buruk. Hujan membuatku jatuh cinta dan kuyakin bahwa hujan turun membawa serta penjaga lewat berbagai cara.
0 notes
Photo
Credits: Â .:Soul:., .lovelysweet., ~BodY By BayN~, Darkness, Exile, La Vie En pose, Morbid Mausoleum, Petrichor/Plastik, QUANTUM Poses, The Epiphany Blogspot https://aerlinnielfantasy.blogspot.com/2020/07/amethyst-warrior-prepared-for-battle.html Flickr https://www.flickr.com/photos/aerlinniel_vella/50131028443/in/dateposted-public/
#lovelysweet#Soul#Body by Bayn#Darkness#Exile#La Vie En Pose#Morbid Mausoleum#Petrichor/Plastik#quantum poses#the epiphany
0 notes
Photo
Credits: .:[PUMEC] :., Analog Dog, Catwa, Darkside 5, Elephante Poses, Epiphany, La Vie En Pose, LEGACY, Midnyte Creations, MOoH!, Petrichor/Plastik, Twe12ve, VENGE, We Love RolePlay
Blogspot https://aersgoth.blogspot.com/2020/04/the-dark-wedding.html Flickr https://www.flickr.com/photos/aerlinniel_vella/49799721667/in/dateposted-public/
#.:[PUMEC] :.#Analog Dog#Catwa#Darkside 5#Elephante Poses#Epiphany#La Vie En Pose#Legacy#Midnyte Creations#MOoH!#Petrichor/Plastik#Twe12ve#VENGE#We Love Roleplay
0 notes
Photo
Credits: Â !!Firelight!!, .:Soul:., Fantasy Fair 2020, Harshlands, Plastik/ Petrichor, The Little Bat, XPOSEure Blogspot https://aerlinnielfantasy.blogspot.com/2020/04/the-messenger-for-queen.html Flickr https://www.flickr.com/photos/aerlinniel_vella/49814090283/in/dateposted-public/
0 notes
Photo
Credits: Â -Belleza-, .EscalateD., .lovelysweet., B(u)Y Me, BLASPHEMIC, FOXCITY., Free Dove, Girls Heaven Event, Paper.Sparrow, Petrichor/Plastik, Phases event, Stories&Co., The Bearded Guy, The Stay at Home Club, Twe12ve Blogspot https://aersgoth.blogspot.com/2020/05/before-we-bake-in-sun.html Flickr https://www.flickr.com/photos/aerlinniel_vella/49938924143/in/dateposted-public/
1 note
·
View note
Photo
Pinky Dream
Moon Elixir x MUSE - Penthouse Princess ( at BigGirl Event ) Nyne - Weirdo Dress ( at BigGirl Event ) November - BabyGirl Diamond Choker ( at Kinky Event ) Gloom. - Hades Collection ( at Man Cave ) Petrichor / Plastik - Aromnys Bare Horns - Multitone ( at Warehouse Sale Event )
Eyes:Â Gloom - Hades Collection
Choker:Â Nov - Â BabyGirl Diamond Choker
Horns:Â Petrichor / Plastik - Aromnys Bare Horns - Multitone
Jacket:Â Moon Elixir x MUSE - Penthouse Princess Jacket
Dress:Â Nyne - Weirdo Dress
0 notes
Text
Take Me Were I Want To Go..
Take Me Were I Want To Go..
….You Know It … “Korsik Orb” From:  Petrichor ( Plastik) This beautiful highly detailed orb is just stunning ! 11 bento poses. Static and animated ! The orb it self come’s with a hud so you can customize every detail ! And .. its low lag ! .. Hurry up and grab your beautiful orb at The Engine room ~ Other Credits ~ Maitreya mesh body , Bento head Leltuka, outfit Toksik ( also at the engine…
View On WordPress
0 notes
Text
Look Into My Soul...
Look Into My Soul…
And what do you think you will see … For a very new mainstore release from Petrichor ( Plastik) She made The Vaera Nail System ! Lenghts, modify and Materials. Full hud customization. Individual nail changing options. Fits for male and female. Come’s for the Kupra, Lara, Legacy male and female, Slink male and female, Belleza male and female and the signature body. There is also a developer kit…
View On WordPress
0 notes