Tumgik
#Perayaan 1 Muharram
kantorberita · 3 months
Text
Perayaan Bulan Muharram di Kota Bengkulu: Santuni 1000 Anak Yatim dalam GPY
Perayaan Bulan Muharram di Kota Bengkulu: Santuni 1000 Anak Yatim dalam GPY KANTOR-BERITA.COM, KOTA BENGKULU|| Bulan Muharram selalu menjadi momen istimewa bagi umat Islam, tidak hanya sebagai awal tahun baru Hijriyah tetapi juga sebagai waktu untuk meningkatkan kebaikan dan kepedulian sosial. Pada tahun 1446 Hijriyah, Pemerintah Kota Bengkulu bersama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menggelar…
0 notes
sabaryangindah · 1 year
Text
HUKUM MEMPERINGATI TAHUN BARU ISLAM
Telah menjadi kebiasaan di tengah-tengah kaum muslimin memperingati Tahun Baru Islam. Sehingga tanggal 1 Muharram termasuk salah satu Hari Besar Islam yang diperingati secara rutin oleh kaum muslimin.
Bagaimana hukum memperingati Tahun Baru Islam dan menjadikan 1 Muharram sebagai Hari Besar Islam? Apakah perbuatan tersebut dibenarkan dalam syari’at Islam?
Berikut penjelasan Asy-Syaikh Al-’Allamah Al-Faqih Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullahu​ Ta’ala ketika beliau ditanya tentang permasalahan tersebut. ​Beliau adalah seorang ahli fiqih paling terkemuka pada masa ini.​
PERTANYAAN: Telah banyak tersebar di berbagai negara Islam perayaan hari pertama bulan Muharram pada setiap tahun, karena itu merupakan hari pertama tahun hijriyyah. Sebagian mereka menjadikannya sebagai hari libur dari bekerja, sehingga mereka tidak masuk kerja pada hari itu. Mereka juga saling tukar menukar hadiah dalam bentuk barang. Ketika mereka ditanya tentang masalah tersebut, mereka menjawab bahwa masalah perayaan hari-hari besar kembalinya kepada adat kebiasaan manusia. Tidak mengapa membuat hari-hari besar untuk mereka dalam rangka bergembira dan saling tukar hadiah. Terutama pada zaman ini, manusia sibuk dengan berbagai aktivitas pekerjaan mereka dan terpisah-pisah. Maka ini termasuk bid’ah hasanah. Demikian alasan mereka.
Bagaimana pendapat engkau, semoga Allaah memberikan taufiq kepada engkau. Kami memohon kepada Allaah agar menjadikan ini termasuk dalam timbangan amal kebaikan engkau.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shâlih Al-’Utsaimin rahimahullahu Ta’ala menjawab:
JAWAB: Pengkhususan hari-hari tertentu, atau bulan-bulan tertentu, atau tahun-tahun tertentu sebagai hari besar/hari raya (‘Id) maka kembalinya adalah kepada ketentuan syari’at, bukan kepada adat. Oleh karena itu ketika Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam datang datang ke Madinah, dalam keadaan penduduk Madinah memiliki dua hari besar yang mereka bergembira ria padanya, maka beliau bertanya : ​“Apakah dua hari ini?”​ maka mereka menjawab: ​“(Hari besar) yang kami biasa bergembira padanya pada masa jahiliyyah".​ Maka Rasulullaah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ​“Sesungguhnya Allaah telah menggantikan dua hari tersebut dengan hari raya yang lebih baik, yaitu ‘Idul Adh-ha dan ‘Idul Fitri.“​
Kalau seandainya hari-hari besar dalam Islam itu mengikuti adat kebiasaan, maka manusia akan seenaknya menjadikan setiap kejadian penting sebagai hari raya/hari besar, dan hari raya syar’i tidak akan ada gunanya.
Kemudian apabila mereka menjadikan penghujung tahun atau awal tahun (hijriyyah) sebagai hari raya maka dikhawatirkan mereka mengikuti kebiasaan Nashara dan menyerupai mereka. Karena mereka menjadikan penghujung tahun miladi/masehi sebagai hari raya. Maka menjadikan bulan Muharram sebagai hari besar/hari raya terdapat bahaya lain.
Ditulis oleh:
Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimîn رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ
24 – 1 – 1418 H​
Dinukil dari Majmu Fatawa wa Rasa`il Ibni ‘Utsaimin pertanyaan no. 8131
5 notes · View notes
islamicworldtoday · 2 months
Text
youtube
Ahlusunnah melarang karena ada sejarah fatal adu-domba internal umat. Di bawa oleh Penjajah Belanda. Budaya yang beertentangan dengan syariat. Haram....! Masih ada cara lain untuk wisata dan peningkantan pendapatan.
Menengok Ritual Tabuik di Pantai Barat Sumatra
16 Jul 2024, 04:00 WIB
Tumblr media
Oleh FIKRUL HANIF SUFYAN, penulis dan pengajar sejarah, pernah menjadi dosen tamu dalam visiting scholar di Faculty of Art, University of Melbourne Australia
Seorang jurnalis Sumatra Courant bernama Theodore Fransiscus A Delprat, terheran-heran ketika menyaksikan ritual tabuik disesaki ratusan orang penonton–yang berasal dari komunitas Sunni di tepian Muaro Padang pada 1891. Mengapa dia kaget? Delprat mengetahui, mayoritas penonton itu adalah penganut Sunni dan ulamanya sangat kontra dengan Syiah. 
Sebagian dari pengusung tabuik dengan penuh semangat meneriakkan "hoyak hoyak tabuik, hayya hayya Hosein!" – demikian Delprat menuliskan kesaksiannya untuk ritual yang dimulai proses rancanganya sejak 1 Muharam dan memuncak tanggal 10 Muharram. Namun, kisah mengenai tabuik di Padang, berakhir sejak tahun 1970-an – dengan alasan finansial dan tidak adanya dukungan dari pemerintah.
Mencari Tabuik di Tepian Pantai Barat
Kata taboet, tabuik berasal dari tabut yang dimaknai peti kayu (Assegaf, 2010). Tabut bila ditelusuri jauh ke belakang, berhubungan dengan kisah Nabi Musa. Menurut Musthafa Al-Maraghi, dan Sayyid Qutb, kata tabut merujuk dalam Alquran untuk menggambarkan sebuah kisah yaitu kisah Nabi Musa AS dan Firaun. Dan, At-tabut adalah benda yang digunakan untuk keselamatan Nabi musa dari musuhnya Firaun.
Tabuik juga dimaknai usungan jenazah yang dibawa selama prosesi acara dari tanggal 1-10 Muharram. Peristiwa Padang Karbala pada 10 Muharram 61 Hijriah adalah sebab dari tradisi ini diperingati oleh kalangan Islam Syiah (Brockelmann, 1956; Gibb, 1974).
Narasi tabuik sendiri, bermula dari peperangan yang melibatkan Hussain dan Yazid. Hussain dan pasukannya tewas, kecuali beberapa perempuan dan anak-anak (Ahmad, 1972: 178). Perang yang tidak seimbang ini, dalam perspektif kesejarahan Syiah kerap disebut pembantaian terhadap Hussain dan rombongannya (Ronkel, 1914). Hussain bagi penganut Syiah, dianggap Imam ketiga, pasca wafatnya ayahnya Ali bin Abi Thalib, dan kakaknya bernama  Hasan bin Ali.
Kematian imam ketiga ini, meninggalkan kolektif memori –terutama di kalangan Syiah untuk memperingati hari Asyura. Kebesaran nama Hussain dilaksanakan komunitas Syiah di seluruh dunia. Untuk menyebarkan tradisi ini, tiap-tiap orang yang berada di luar lokus utama Persia, menyebarkan di ranah yang mereka tinggali. Inilah jalur yang dimanfaatkan oleh penganut Syiah dalam menyebarkan tradisi tabuik –yang bermula dari Benkoelen.
Narasi tabuik di Nusantara bermula dari tentara Inggris–berasal dari Tamil India yang kali pertama melaksanakan ritual tabuik pada abad ke-17 (Suryadi, 2010). Militer asal Tamil yang menganut Islam Syiah itu, menamakan perayaan Asyura itu dengan sebutan tabot (Sumatra Bode, 21 April 1902). Traktaat London 17 Maret 1824 memaksa Inggris menyerahkan Benkoelen kepada Kolonial Belanda. Sebagai imbalannya, Inggris menerima Tumasik Singapura –yang masih dijangkiti nyamuk malaria dan predator buaya rawa itu.
Militer asal Tamil itu pun berontak. Mereka lari ke bagian utara Pantai Barat Sumatra, tepatnya di Pariaman. Kawasan yang lebih dulu menerima tarekat Syattariyah yang dibawa Syekh Burhanuddin itu pada abad ke-17 itu, segera dikenalkan dengan tradisi tabuik –dilaksanakan pada tiap-tiap bulan Muharram. Strategi kultural minoritas Tamil ini berhasil, dan diterima oleh mereka yang menganut Islam Sunni. 
Sebagai sebuah catatan penting, bahwa di akhir abad ke-19 penganut Syiah yang berasal dari India Tamil, sebagian kecil keturunannya menikah dengan perempuan Minang yang bermukim di pinggir Padang. Mereka umumnya bermata pencarian pengrajin, tukang cuci, tukang timah, tukang masak, dan lainnya. 
Setidaknya di masa Kolonial Belanda terdapat lima daerah yang menyelenggarakan ritual tabuik sejak akhir abad ke-19. Kelima daerah itu adalah Aceh, Deli Serdang, Pariaman, Padang, Solok, dan Bengkulu.
Sempat Dilarang, Weber Kembali Mengizinkan Ritual Tabuik
Setahun sebelum Delprat menulis reportasenya, pada 1887-1989 Residen Sumatra Westkust EA Taylor Weber melarang perayaan tabuik ini di Padang dan Pariaman. Ada beberapa alasan, diantaranya di Sumatra mayoritas Muslim adalah penganut Sunni dan kontra dengan Syiah. Weber menuding  perayaan tabuik memicu luapan kegembiraan yang tidak bermoral. Penguasa Sumatra Westkust itu juga prihatin, terhadap perayaan memicu kekerasan dan korban jiwa.
Pada Agustus 1890, kembali Weber mengizinkan kembali festival tabuik digelar. Kecemasannya tidak kunjung terbukti.  Sebab, sebagian besar orang Minang yang merayakan tabuik, menganggap festival ini sebagai kesempatan untuk bersenang-senang dan berpartisipasi. Artinya, bagi masyarakat di Padang dan Pariaman tidaklah berakhir pada keyakinan sebagai peribadatan, melainkan hanya menikmati tradisi yang penuh kegembiraan.
Selebrasi tabuik di Pantai Barat Sumatra, hampir sama dengan di tempat asalnya, di Persia. Beberapa kelompok sibuk membuat replika kuburan (darga) dari Hussain, dalam bentuk keranda (Sumatra Courant, 11 September 1891). Lantas, siapa yang membiayai rancangan Tabuik besar dan kecil ini? Donasi berasal dari saudagar kaya yang berniaga di Pasar Gadang, Pasar Mudik, dan Pasar Batipuh Padang.
Prosesi rancangan tabuik–dimulai dari mengambil tanah, manabang (menebang) batang pisang, maanja (membawa jari Hussain yang dipotong Yazid bin Muawiyah), maarak panja (mengarak jari-jari Hussain), maarak panja sorban Hussain, dan diakhiri dengan tabuik naik pangkat. “Tentu saja menarik, merayakan tabuik, tanpa harus menjadi seorang Syiah” – demikian Delprat menuliskannya.
Pada 9 September 1891 telah tiba saatnya, tabuik besar (catafalque) besar dibawa keluar.  Sebelum tahun  1897, 20 tabuik besar diproduksi dan keluar sekaligus. Tabuik besar yang satu lebih berharga dan hiasan dari yang lain, karena masing-masing kampung berlomba untuk mendesainnya.  Namun, sejak 1891 terjadi penurunan, baik dari ukuran dan dekorasi tidak sebanding dengan karya seni dari tahun-tahun sebelumnya.
Tabuik besar merupakan mahakarya sejati dari konstruksi yang dibuat berhari-hari dengan bahan bambu, rotan, dan kertas. Ukurannya 6 lot, dengan  tinggi 7 meter. Delphart pun berdecaki kagum melihat menara yang benar-benar terbuat dari konstruksi yang sangat ringan, meruncing dan dilengkapi dengan kertas berwarna, emas dan perak (Nederlandsch-Indië, 11 September 1891).
Sepanjang hari (8-9 September 1891), penduduk kampung – terutama dari Koto Marapak berkeliling dengan tabuik diiringi suara gendang dan terutama di malam hari, banyak penduduk asli yang bangun untuk berbaris di belakang karya seni kampung mereka dalam sebuah pawai panjang di bawah pengawasan veldpolitie.
Pasca tabuik besar berlalu, mengikuti tiga tabuik kecil. Di tabuik kecil memuat altar dengan sorban, replika tangan korban dengan lilin menyala. Dan, di belakang tabuik besar biasanya diikuti rombongan laki-laki sampai prosesi selesai. Keseluruhan dari arakan tabuik besar dan kecil dikelilingi oleh tarian dan lompatan Simoentoes dan Ardjoenoes.
Tepat pada tanggal 10 Muharram atau bertepatan dengan 10 September 1891, semua orang bergegas ke tempat di luar kota, dimana lokasi tabuik itu berada. Ribuan penonton sudah tumpah ruah di pinggir Pantai Muaro Padang. Ada beberapa penamaan untuk perayaan ini – terutama di kalangan jurnalis. Ada yang menyebut perayaan tabut, festival Hassan Hussain, hari raya Syiah, dan lainnya.
Penonton yang menyemuti Muaro, sebagian besar berjalan kaki, ada yang menunggang kuda, dan sebagian kecil etnis Tionghoa menyaksikan di atas kereta kudanya. Beberapa orang pribumi yang bermukim di Padang berpakaian rapi membawa istri dan anak-anaknya dengan  pedati kerbau.
“Ribuan orang berjalan kaki memenuhi jalan. Setibanya di tempat pembuangan tabuik yang ditenggelamkan di laut. Sebagian kecil menonton dari ketinggian (Gunung Padang/ Gunung Monyet). Dari atas bukit, mereka memperoleh pemandangan yang bagus dari upacara tersebut ditempati oleh orang banyak,” -demikian Delprat memberitakannya untuk Sumatra Courant.
Tabuik besar yang telah dirobohkan di tepi air laut, kemudian dilucuti, seperti bendera dan senjata. Tangan perak dari simbol Kassim dibawa ke tempat yang aman, tetapi dekorasi lainnya tidak boleh diambil. Atas perintah seorang keturunan India Tamil, sisa-sisa peralatan dilemparkan ke dalam air laut. Pasca dilarung ke laut, lokasi itu segera menjadi tempat mandi umum.
Seluruh rombongan Ardjoenoes, Simoentoes, seluruh peserta pesta, dan penonton yang dilarang mandi sejak tanggal 1-9 Muharram, segera melucuti pakaiannya. “untuk siapa mandi dilarang selama berhari-hari. “Buka pakaian dan pergi ke air untuk bersorak-sorai. Dengan upacara ini yang terakhir dalam rangkaian peringatan selama satu tahun,” demikian jelas Delphrat dalam artikelnya di Sumatra Courant.  
Dari rentetan selebrasi tabuik di akhir abad ke-19 di Muaro Padang ini, bila ditelisik dengan kondisi kekinian, memang tidak ada yang berubah. Perayaan tabuik dimulai dengan mengambil tanah; mengambil dan menebas batang pisang; mengarak jari-jari; mengarak sorban; tabuik naik pangkat; dan berakhir dengan mengarak tabuik ke lautan (Suryadi, 2010).
Selain di Bengkulu, dan Pariaman – perayan Tabuik juga dirayakan di Aceh. Tepatnya pada tanggal 6 Februari 1941, de Sumatra Post melaporkan meriahnya perayaan Tabuik di Aceh. “Hari ini adalah puncak perayaan Hassan Hussein atau Tabut. Setelah perayaan, tabut dibuang ke laut hari ini di Aceh (de Sumatra post, 1941).
Sehingga, puncak perayaan Asyura yang memang awalnya diperingati di kawasan Syiah, ketika mereka bermigrasi ke daerah lain, menemukan jalan untuk menyebarkan tradisi tabuik, seperti yang dilakukan oleh orang India Tamil. “Orang-orang Syiah yang memiliki pengaruh di masa lalu, seperti di India, di mana banyak umat Hindu berpartisipasi di dalamnya. Dan dari sana mungkin juga dipindahkan ke kepulauan kita (Nusantara).” (Deli Courant, 12 Maret 1938)
Sumber: https://republika.id/posts/53827/menengok-ritual-tabuik-di-pantai-barat-sumatra
0 notes
kebumen24-com · 3 months
Text
Sejarah Malam 1 Suro bagi Masyarakat Jawa
KEBUMEN, Kebumen24.com – Malam 1 Suro merupakan salah satu momen sakral bagi masyarakat Jawa yang ditandai dengan berbagai tradisi dan ritual adat. Perayaan ini berlangsung pada malam hari sebelum tanggal 1 Muharram dalam kalender Islam, yang dikenal sebagai bulan Suro dalam kalender Jawa. Continue reading Sejarah Malam 1 Suro bagi Masyarakat Jawa
0 notes
realitajayasaktigroup · 3 months
Text
Sambut Tahun Baru Islam 1446 H, Pemkab Pohuwato Gelar Doa Bersama
Kabardaerah.or.id, Pohuwato – Dalam rangka perayaan tahun baru Islam 1 Muharram 1446 Hijriah tingkat Kabupaten Pohuwato, pemerintah daerah dan pemangku adat menggelar doa akhir tahun 1445 Hijriah dan doa awal tahun 1446 Hijriah. Doa yang digelar di Masjid Agung Baiturrahim Pohuwato dihadiri Bupati Pohuwato, Saipul A. Mbuinga, Wakil Bupati, Suharsi Igirisa, unsur Forkopimda, Sekda Iskandar Datau,…
0 notes
ina004 · 1 year
Text
Keunggulan Kalender Global Hijriah Solusi Bijak Hadapi Perbedaan Waktu Idul fitri
Idulfitri adalah salah satu perayaan yang paling dinantikan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Setiap tahunnya, Idulfitri dirayakan sebagai tanda berakhirnya bulan Ramadan, bulan suci di mana umat Muslim berpuasa dan merenung. Namun, perbedaan dalam penentuan tanggal Idulfitri sering kali menjadi tantangan bagi umat Muslim yang tinggal di berbagai belahan dunia.
Perbedaan waktu Idulfitri muncul karena penggunaan kalender gregorian yang umum di sebagian besar negara, sementara kalender Hijriah digunakan oleh umat Muslim untuk menentukan awal bulan dan perayaan Idulfitri. Dalam kalender Gregorian, setiap tahun terdiri dari 365 atau 366 hari, sedangkan kalender Hijriah didasarkan pada siklus bulan dan terdiri dari 354 atau 355 hari. Untuk mengatasi perbedaan ini, muncullah inovasi yang disebut Kalender Global Hijriah. Kalender Global Hijriah adalah solusi yang bijak untuk menyatukan umat Muslim di seluruh dunia dalam menentukan tanggal Idulfitri. Dengan menggunakan Kalender Global Hijriah, perbedaan waktu Idulfitri dapat diatasi dengan mudah dan efisien. Salah satu keunggulan utama Kalender Global Hijriah adalah kemudahannya dalam menghitung tanggal Idulfitri. Dalam kalender ini, setiap bulan Hijriah diwakili oleh tanggal Gregorian yang tetap. Misalnya, bulan Muharram selalu berada pada tanggal 1 Januari, bulan Rabiul Awal selalu pada tanggal 1 Februari, dan seterusnya. Hal ini memudahkan umat Muslim untuk merencanakan kegiatan Idulfitri jauhjauh hari, tanpa perlu menunggu pengumuman resmi dari otoritas agama setempat. Selain itu, Kalender Global Hijriah juga menawarkan fleksibilitas dalam menyesuaikan tanggal Idulfitri dengan perbedaan geografis. Dalam kalender ini, terdapat beberapa zona waktu yang mewakili berbagai wilayah di dunia. Misalnya, terdapat zona waktu untuk Asia, Eropa, Amerika Utara, dan sebagainya. Dengan adanya zona waktu ini, umat Muslim dapat menyesuaikan waktu Idulfitri sesuai dengan wilayah tempat tinggal mereka, tanpa harus khawatir dengan perbedaan waktu yang signifikan. Selain itu, Kalender Global Hijriah juga memperhitungkan perbedaan musim di berbagai belahan dunia. Misalnya, Idulfitri di Indonesia biasanya jatuh pada musim panas, sementara di negaranegara seperti Australia, Idulfitri jatuh pada musim dingin. Dalam Kalender Global Hijriah, perbedaan musim ini diperhitungkan dengan cara menggabungkan informasi dari kalender Gregorian dan Hijriah, sehingga perayaan Idulfitri dapat dilakukan sesuai dengan kondisi musim yang berlaku di masingmasing wilayah. Selain itu, Kalender Global Hijriah juga membantu umat Muslim dalam merencanakan perjalanan dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan Idulfitri. Dengan mengetahui tanggal Idulfitri sejak awal, umat Muslim dapat membuat rencana liburan, memesan tiket pesawat, dan mengatur pertemuan dengan keluarga dan temanteman. Hal ini membantu mengurangi kebingungan dan ketidakpastian yang sering terjadi ketika menunggu pengumuman resmi dari otoritas agama setempat. Dalam era globalisasi ini, Kalender Global Hijriah menjadi solusi yang bijak untuk mengatasi perbedaan waktu Idulfitri. Dengan kemudahan dalam menghitung tanggal, fleksibilitas dalam menyesuaikan wilayah dan musim, serta kemampuannya untuk membantu merencanakan kegiatan lainnya, Kalender Global Hijriah memudahkan umat Muslim di seluruh dunia dalam merayakan Idulfitri dengan penuh kebahagiaan dan kesatuan.
Cek Selengkapnya: Keunggulan Kalender Global Hijriah: Solusi Bijak Hadapi Perbedaan Waktu Idulfitri
0 notes
Text
0 notes
turisiancom · 1 year
Text
TURISIAN.com - Gairah kuliner di Kota Pontianak semakin berkobar-kobar dengan digelarnya Festival Makan Bersama yang digagas oleh panitia berdedikasi. Wali Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Edi Rusdi Kantong, memberikan apresiasi mendalam dan dukungan penuh terhadap festival ini. Ia menyakini event tersebut  menjadi langkah penting dalam mengembangkan destinasi kuliner kota. "Saya dengan tulus mengapresiasi dan mendukung inisiatif panitia atas terselenggaranya acara spektakuler ini," tutur Edi Rusdi Kantong dengan semangat, di acara yang berlangsung di Pontianak Convention Center, Kamis 20 Juli 2023. Menurutunya, kegiatan ini merupakan  upaya nyata dalam mengangkat potensi wisata kuliner di Kota Pontianak. BACA JUGA: Perayaan Hari Bakcang di Pontianak Bikin Heboh Guys, Ada Keseruan di Sungai Kapuas Lebih lanjut, dia  menjelaskan bahwa festival ini menjadi peluang sempurna untuk mempopulerkan kembali kue-kue tradisional yang mungkin telah meredup dalam ingatan zaman. Menyuguhkan kelezatan dan keunikan sajian kuliner khas Pontianak, acara ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi kuliner tradisional untuk bersinar kembali. Pelaku Usaha UMKM Dalam konteks ekonomi lokal, Festival Makan Bersama ini  juga terbukti memberikan inspirasi dan dorongan bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Khususnya, bagi mereka yang bergerak di bidang kuliner. Keikutsertaan para pemuda yang bersemangat turut membangkitkan semangat kewirausahaan, dan diharapkan mampu mendongkrak pendapatan mereka. BACA JUGA: Menyusuri Kekayaan Rupa dan Istana Keraton Kadariah Pontianak "Kegiatan kuliner yang memikat ini memberikan peluang tak ternilai bagi pelaku UMKM. Terutama di sektor kuliner untuk mempromosikan bisnis mereka dan meningkatkan pundi-pundi pendapatan," tambahnya. Sementara itu, Solihin Wardana, Ketua Panitia Festival Makan Bersama, menjelaskan bahwa acara ini tidak hanya bertujuan untuk merayakan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 Hijriah. Lebih jauh dar itu,  juga sebagai bagian dari upaya mengembangkan daya tarik wisata. Utamanya,  melalui kekayaan kuliner yang menjadi kebanggaan Pontianak. BACA JUGA: Yuk Cobain Pacri Nanas, Gulai Isi Buah Nanas Khas Pontianak! Kulin- kulin khas, termasuk ketupat colet dan kue tradisional batang burok yang tak tertandingi rasa kelezatannya, dipamerkan dengan megah dalam festival ini. Semangat perubahan dan inovasi Ribuan mata bergelora saat berbagai kuliner lezat menarik perhatian mereka. Semangkuk bubur pedas, sate mi, soto khas Pontianak, dan aneka jajanan pasar lainnya menjadi suguhan tak terlupakan bagi para penikmat kuliner dari berbagai penjuru. Diharapkan, melalui festival yang meriah ini, Kota Pontianak semakin melekat dalam ingatan para pecinta kuliner. Dan, akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke kota ini. BACA JUGA: Mengunjungi Masjid Batu, Wisata Religi yang Banyak Didatangi Wisatawan Keberhasilan acara ini menjadi bukti bahwa kuliner Pontianak memiliki potensi besar sebagai daya tarik utama pariwisata. Kehadiran Festival Makan Bersama di Pontianak telah menorehkan cerita gemilang bagi para pelaku UMKM, kuliner khas. Serta para wisatawan yang datang dari berbagai penjuru. Semakin meriahnya gairah kuliner di Kota Pontianak menjadi cerminan semangat perubahan dan inovasi. Sehingga, mampu menciptakan gelombang positif bagi perekonomian dan pariwisata. Terakhir, Dd balik pesona kuliner yang memukau, Kota Pontianak semakin kokoh berdiri sebagai tujuan wisata kuliner yang tak boleh dilewatkan. ***
0 notes
jakartadaily · 1 year
Text
Tumblr media
Pawai Obor, Hangatkan Perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 H di Jalan Masjid Ciledug Tangerang https://indonesia.jakartadaily.id/khazanah/6939517244/pawai-obor-hangatkan-perayaan-tahun-baru-islam-1-muharram-1445-h-di-jalan-masjid-ciledug-tangerang?utm_source=dlvr.it&utm_medium=tumblr
0 notes
hargo-news · 1 year
Text
Perayaan 1 Muharram di Pohuwato Dinilai Berlebihan, Pemda Bukan Ormas Keagamaan
Perayaan 1 Muharram di Pohuwato Dinilai Berlebihan, Pemda Bukan Ormas Keagamaan #LegislatorPanuat #DPRDPohuwato #Kritik #Perayaan #1Muharram #TahunBaruIslam #1445Hijriah #PemkabPohuwato
Hargo.co.id, GORONTALO – Pergantian Tahun baru islam atau 1 Muharram 1445 Hijriyah, disambut gegap gempita umat muslim di seluruh dunia, tak terkecuali ummat muslim di Kabupaten Pohuwato yang perayaannya oleh Pemda Pohuwato dibuatkan serangkaian acara dengan meriah. Mulai dari doa akhir tahun, pawai obor jalan kaki dengan jumlah peserta sebanyak 1445, kemah bakti pemuda muslim, jalan sehat Syar’i…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
rhuslan08 · 4 years
Text
Tumblr media
*🔰 mari mencoba berpikir dgn akal sehat karena islam itu datang untuk orang yg berakal sama hal ny orang2 NoN muslim yg menjadi muallaf itu mereka mencari hidayah dgn akal sehingga allah membuka pintu2 hidyah kepda mereka.
============================
Daftar amalan Bid’ah tanpa sadar yang beredar dimasyarakat :
1. Yasinan
2. Tahlilan
3. Do’a dan Dzikir Berjama’ah sesudah Salam
4. Merutinkan Bersalaman setelah Salam
5. Bersalaman-salaman sambil bershalawat setelah sholat wajib
6. Zikir dengan biji tasbih
7. Melafadzkan niat wudhu-tayamun-sholat-puasa-mandi wajib-umroh-haji, de el el
8. Menambah kata “sayyidina”dalam tasyahud dan doa sesudah adzan
9. Sholawat (Nariyah-Al fatih-Badar-Burdah-Dustur-Munjiyat-Mansub-Nuril Anwar-Assa’adah, de el el)
10. Maulid Nabi (Barzanji-Shimt udduror-Diba’-D hiyaul ulami-Sharofal anam de el el)
11. Perayaan Isra dan Mir’aj
12. Nisfu sya’banan
13. Tawassul kepada kedudukan Rasulullah dan mayit
14. Tabarruk(ngalap berkah) kepada mayit
15. Isthigosah kepada mayit
16. Ruwatan Bulan Suro atau bulan Muharram
16. Selametan rumah,kos,ruko,kios,kantor,klinik de el el
17. Mitoni/Telonan/Selamatan kehamilan/nujuh bulanan
18. Rebo wekasan
19. Ratib (al Haddad-Al Athos)
20. Shalat Al-Fiyah pada malam pertengahan bulan syaban
21. Shalat Raghaib
22. Imsak
23. Shalat Lailatul Qadar
24. Takbir bersama-sama dengan satu paduan suara pada hari raya
25. Idul Abrar
26. Lebaran ketupat
27. Bersumpah dengan nama Rasulullah
28. Berdoa bersama setelah sholat jenazah
29. Thawaf disekitar kuburan
30. Menyembelih hewan di kuburan
31. Mengucapkan “Shadaqallahul Azhim”
32. Membaca Al-Qur’an untuk si Mayit
33. Membaca surat Yasin setelah jenazah di kuburkan
34. Shalat fidyah atau Shalat Hadiah untuk mayit
35. Membaca Al-fatihah ketika menziarahi kuburan, selepas salam dan acara tertentu
36. Mengantungkan (menempelkan) Kaligrafi Al-Quran di dinding
37. Merayakan hari ulang tahun dan hari pernikahan
38. Membasuh leher ketika wudhu
39. Menyakini bahwa ber-wudhu tidak sempurna kalau tidak tiga kali-tiga kali
40. Membaca Basmalah atau surat An-Naas ketika hendak adzan dan memulai sholat
41. Imam diam sejenak setelah membaca Al-Fatihah
42. Mengangkat kedua telapak tangan dengan tinggi ketika i’tidal seakan-akan sedang berdoa
43. Mengusap muka ketika i’tidal
44. Sujud sekali ketika sholat selesai
45. Mengucapkan alhamdulillah ketika kentut-bersendawa
46. Mengucapkan Ta’awudz ketika menguap
47. Shalat qobliyyah jum’at
48. Mengamini do’a imam dengan mengangkat tangan pada khutbah jum’at
49. Khatib mengangkat tangannya ketika berdoa
50. Memanjangkan khutbah dan memendekkan sholat
51. Perayaan tahun baru Masehi dan Hijriyah
52. Haulan (1 Tahun Kematian)
53. Azan dan iqomat dikuburan
54. -----
55. Menyewa Qori untuk mayit
56. Membangun-menghias-menyemen-menulis-memasang payung pada kuburan
57. Mengiringi jenazah dengan Tahlil dan memayungi keranda jenazah
58. Berdo’a secara berjamaah dikuburan dan mengaminkannya
59. Mengubur mayit memakai peti
60. Menyiram kuburan dengan air mawar dan menaburi kembang diatasnya
61. Niat puasa ramai-ramai dengan suara keras setelah shoplat tarawih
62. Dzikir dan doa khusus tiap selesai 2 rakaat pada sholat tarawih
63. Muadzin membaca sholawat dengan suara keras pada waktu khotib duduk.
64. Puasa kejawen, mutih
65. Menghiasi masjid pada hari raya
66. Menjadikan Mushaf-mushaf Qur’an sebagai jimat
67. Main rebana dan Alat musik lainnya didalam Masjid
68. Mempelajari Ilmu Tassawuf, mantiq dan ilmu kebal
Dan masih Buuayyak lagi...
Nah kenapa Bid’ah itu harus dijauhi karena :
A. Amalan yang tercampuri bid’ah tidak akan diterima Allah سبحانه وتعالى
B. Pelaku bid’ah adalah orang yang dilaknat menurut syari’at
C. Bid’ah semakin menjauhkan pelakunya dari Allah Ta’ala
D. Bid’ah mencegah pelakunya dari mendapat syafa’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
E. Pelaku bid’ah ikut menanggung dosa orang yang mengikutinya hingga hari kiamat
F. Pelaku bid’ah itu sangat sulit untuk bertaubat
G. Pelaku bid’ah dijauhkan dari telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari kiamat
H. Pelaku bid’ah dikhawatirkan terjerumus ke dalam kekafiran
I. Pelaku bid’ah dikhawatirkan akan mati dalam keadaan suu’ul khatimah
J. Wajah pelaku bid’ah akan menghitam di hari kiamat
Saudaraku ketahuilah tolak ukur dalam beribadah itu bukan dilihat baik atau tidaknya tapi ada tidak dalilnya.
والله تعالى أعلم بالـصـواب
Sumber : ✍ FP Hadis Shahih
Cinta Sunnah
.kesunyian di malam ini. 22/09/2020.west java
8 notes · View notes
maglearning-id · 2 years
Text
Perspektif Historis Peringatan 1 Muharram
Perspektif Historis Peringatan 1 Muharram
Perspektif Historis Peringatan 1 Muharram – Umat Islam kembali bertemu dengan pergantian tahun baru hijriah 1 Muharram 1444 H, bertepatan dengan tanggal 30 Juli 2022. Perubahan tahun kalender Islam —yang juga disatukan dengan pergantian tahun baru Jawa oleh penguasa Mataram saat itu— berdekatan waktunya perayaan hari Natal dan tahun baru Masehi dan Imlek patut dijadikan renungan bersama. Dalam…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
baliwakenews · 2 years
Text
Gema Muharram 1444 Hijriah, Sekda Adi Arnawa Lepas Peserta Jalan Santai  
Mangupura, baliwakenews.com Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Badung, I Wayan Adi Arnawa mewakili Bupati Badung membuka acara Peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 Hijriah di Gedung Serbaguna, Banjar Bhineka Nusa Kauh, Dalung Permai, Kuta Utara, Sabtu (30/7). Acara Peringatan Tahun Baru Islam yang mengambil tema “Perayaan Tahun Baru Hijriah 1 Muharram 1444 H, Sebagai Momentum Kebangkitan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
transpublikid · 2 years
Text
Acara GREBEG SURO Reog dan Kuda Lumping se-Sumatera Utara
Acara GREBEG SURO Reog dan Kuda Lumping se-Sumatera Utara
MEDAN | TRANSPUBLIK.co.id – Perayaan Acara GREBEG SURO Reog dan Kuda Lumping Se-Sumatera Utara dalam rangka penyambutan Tahun Baru Islam 2022 1 Muharram 1444 H, dibuka di Jalan AH. Nasution, Lapangan Bola Sejati Kec. Medan Johor, Kota Medan, Prov. Sumatera Utara, Minggu (31/7/2022). Acara GREBEG SURO Reog dan Kuda Lumping se-Sumatera Utara mendapatkan antusias masyarakat yang sangat luar…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
antarpapuanews · 2 years
Text
KKJB Mimika Gelar Grebeg Malam 1 Suro dan Pembukaan Perigatan Harlah ke-7
KKJB Mimika Gelar Grebeg Malam 1 Suro dan Pembukaan Perigatan Harlah ke-7
Timika, APN – Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu (KKJB) Kabupaten Mimika menggelar grebeg 1 Suro atau peringatan 1 Muharram 1444 H. Peringatan tersebut digelar di Graha Eme Neme Yauware, Mimika, pada Sabtu (30/7/2022) malam. Peringatan tersebut sekaligus dirangkaikan dengan perayaan Hari Lahir (Harlah) ke-7 KKJB Mimika. Ketua Panitia kegiatan Sudarminto menyebutkan kegiatan grebeg suro dan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
realitajayasaktigroup · 3 months
Text
Pemkab Pohuwato Gelar Doa Awal Tahun 1446 H di Masjid Agung Baiturrahim
Rekonfunews.com, Pohuwato – Dalam rangka perayaan tahun baru Islam 1 Muharram 1446 Hijriah tingkat Kabupaten Pohuwato, pemerintah daerah dan pemangku adat menggelar doa akhir tahun 1445 Hijriah, dan doa awal tahun 1446 Hijriah. Doa yang digelar di Masjid Agung Baiturrahim Pohuwato dihadiri Bupati Pohuwato, Saipul A. Mbuinga, Wakil Bupati, Suharsi Igirisa, unsur Forkopimda, Sekda Iskandar Datau,…
0 notes