Tumgik
#Penjara Banceuy
priangancom · 15 days
Text
Penjara Banceuy, Saksi Bisu Lahirnya Pleidoi Indonesia Menggugat
BANDUNG | Priangan.com – Penjara Banceuy, Bandung, punya kisah sejarah yang menarik untuk disimak. Siapa sangka, penjara yang sebetulnya diperuntukan untuk para tahanan kelas teri ini pernah jadi saksi bisu perjuangan Ir. Soekarno. Penjara Banceuy, terletak di Kota Bandung. Didirkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1877. Ukuran sel di sana sangat sempit, hanya 1,5 meter x 2,5 meter…
0 notes
evakhrns · 5 years
Text
JAS MERAH.
Ida Ayu Nyoman Rai memeluk anak laki-lakinya sambil berkata “Anakku, kelak kau akan menjadi orang yang mulia, pemimpin besar rakyatmu, karena Ibu melahirkanmu saat fajar menyingsing. Kita orang Jawa memiliki suatu kepercayaan, bahwa seseorang yang dillahirkan saat matahari terbit, nasibnya telah digariskan sebelumnya. Jangan kau lupakan, bahwa engkau ini putra sang fajar.” (Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat, Edisi Revisi, 2018)
Anak laki-laki itu bernama Sukarno. Sejak kecil Ia selalu berbeda dengan teman-temannya, ketika malam menjelang lebaran telah menjadi kebiasaan bagi anak-anak untuk memasang petasan, Sukarno adalah satu-satunya anak yang diam dirumah memandangi mereka dari lubang kecil rumahnya. Ia tidak keluar karena tidak memiliki cukup uang untuk membelinya. Ayahnya seorang guru yang keras. Watak ayahnya membentuk sikap tegas Sukarno , namun juga memiliki Ibu yang sangat lembut dan mencintai Sukarno sehingga membentuk karakter Sukarno yang penuh rasa cinta.
Saat sudah menjadi Presiden RI, Ia pernah dihadiahi seekor burung yang disimpan didalam sangkar oleh seorang tamu negara, setelah tamu itu pergi, Ia memerintahkan ajudannya untuk membebaskan burung itu di Istana. Baginya, kebebasan itu hak seluruh mahluk ciptaan Tuhan termasuk burung, Ia tidak tega merampas kebebasan seekor burung yang dibelenggu didalam sangkar.
Diusia 17 tahun, Sukarno bersekolah tingkat menengah di Surabaya. Tidak lagi tinggal bersama orangtuanya di Blitar, Ia tinggal bersama H.O.S Cokroaminoto, seorang politikus, orang yang mengubah seluruh kehidupannya. Hidupnya masih serba pas-pasan, Ia tidak memiliki banyak waktu luang bersenang-senang dengan teman sebayanya bermain untuk menghabiskan uang. Tetapi keadaan seperti ini bukan berarti Sukarno tidak menikmati masa mudanya, justru pada titik inilah Sukarno membentuk dirinya menjadi orang yang penuh dengan ide dan semangat untuk menjadi orang hebat.
Terkadang Sukarno tidak tidur semalaman karena dunianya sangat menyenangkan  saat membaca buku. Ia menghayati buku-bukunya tentang Karl Marx, Jean Jacques Rousseau, Voltaire dan tokoh pemikir lainnya.  Ia mempelajari Revolusi Perancis, Yunani Kuno hingga Timur Tengah dimasa mudanya. Sukarno menyelesaikan pendidikannya sampai bangku kuliah.
Tidak hanya pendidikan sekolah, pengalaman hidupnya sebagai rakyat jajahan imperialisme memberinya pelajaran tentang kepedihan dan keinginkan rakyat. Seolah itu adalah sebuah pendidikan yang tidak kalah penting bagi Sukarno. Tidak lama setelah mendapat gelar insinyur, Ia mendapat tawaran menjadi pegawai tetap Departemen Pekerjaan Umum dibawah kekuasaan Hindia Belanda namun dengan cepat Ia menolak. Jabatan dan keinginan untuk mendapat jaminan hidup “enak” sudah jauh lenyap dari jiwanya sejak dulu. Ia ingin membahagiakan rakyat. Kebahagian rakyat adalah tujuan hidupnya.
Mendirikan Partai Negara Indonesia(PNI) adalah gerbang pertama bagi Sukarno untuk merebut kemerdekaan bangsanya, mulai saat itu Ia sering melakukan pidato yang membakar semangat rakyat untuk melepas cengkraman kekuasan kolonial Belanda. Dengan kepribadiannya yang sangat mencolok itu, menjadi hal yang tidak sulit bagi Belanda untuk menyadari bahwa Sukarno sangat berbahaya. Kata-katanya mampu mempengaruhi rakyat. Selama hampir delapan tahun Sukarno tidak henti-hentinya mendapat hukuman dari Belanda yaitu dimulai dari kurungan delapan bulan di tahanan Banceuy, dua tahun di tahanan Sukamiskin hingga yang paling menyiksa ialah masa pembuangan di Flores.
Ia kehilangan mertuanya di penjara terbuka Endes yang sangat jauh dari perkotaan, Sukarno sendiri yang menguburkan jasad mertuanya. Sukarno mengidap penyakit malaria yang hampir membunuhnya. Sukarno mampu terbebas dari hukuman Belanda ketika Jepang memasuki Indonesia. Jepang saat itu mampu menaklukan tentara Belanda dan membuat Belanda lari seperti tikus dari Indonesia. Tidak hanya terbebas, Sukarno diundang secara pribadi oleh Kolonel Fujiyama untuk membahas sebuah pembicaraan yang ada hubungannya dengan semboyan Jepang saat itu “Asia Bebas”. Dalam pertemuan itu Sukarno menerima tawaran Jepang  untuk memiliki misi yang sama yaitu untuk menjatuhkan negara Barat dari Asia.
Sejak saat itu kesalahpahaman antara sebagian rakyat dengan Sukarno terjadi hingga “saat ini”. Sukarno dianggap melakukan kerjasama dengan penjajah baru Jepang. Sukarno dalam otobiografinya menuliskan bahwa kerjasama yang Ia lakukan adalah demi mendapat bantuan Jepang untuk merdeka. Keadaan Indonesia saat itu belum memiliki militer yang kuat dibanding dengan Jepang yang sudah hebat mengalahkan Belanda, sehingga apabila Sukarno tidak menerima tawaran Jepang, itu artinya menghapus harapan untuk merdeka jauh lebih dalam lagi. Hal ini terbukti, Jepang berjanji akan memberikan kemerdakaan untuk Indonesia pada September 1945, namun Sukarno tidak patuh dengan itu. Proklamasi berhasil dilaksanakan pada 17 Agustus 1945. Namun perjuangan belum berhenti. Sekutu belum sepenuhnya meninggalkan Indonesia sampai pada Konferensi Meja Bundar pada 28 Desember 1949.
Usianya sudah mencapai 48 tahun saat merebut kemerdekaan de facto dan de jure. Sukarno berhasil menyelesaikan kewajibannya. Dalam masalah pribadi maupun politik Sukarno seringkali menimbulkan teka-teki orang lain. Ini karena sepanjang hidupnya Ia sangat percaya pada diri sendiri dan selalu mengkuti kata hatinya. Sukarno merasa tidak perlu menghabiskan waktunya untuk meyakinkan orang lain bahwa apa yang Sukarno lakukan adalah hal yang paling benar.
Biasanya orang-orang mengikuti Sukarno karena apa yang dilakukan Sukarno sesuai dengan keinginan mereka. Setiap kali terlibat konflik perbedaan pendapat, Sukarno selalu mengakhiri perdebatan dengan kalimat yang lebih logis dari lawan bicaranya. Inilah yang membuat Rakyat jatuh hati pada Sukarno. Sukarno tidak memerdekakan Indonesia, tetapi Sukarno menggerakan hati Rakyat Indonesia untuk memerdekakan diri mereka sendiri. Rakyat berhak mendapat keuntungan dari Negaranya bukan Negara yang mendapat keuntungan dari Rakyat. Keinginan seperti ini sudah disadari Sukarno bukanlah hal yang mudah.
Dalam hidupnya, Ia memilih idealisme sebagai makanannya. Sukarno Muda lebih nyaman hidup dengan buku-buku dibanding bersenang-senang dengan teman-temannya. Pesan Sukarno pada pidato terakhirnya di Hari Ulang Tahun RI 17 Agustus 1966 adalah “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah” yang kemudian disebut menjadi semboyan Jas Merah.
Maka yang mampu penulis simpulkan, memahami sejarah adalah salah satu faktor penting bagi Sukarno untuk menjadi Sukarno yang kita kenal hari ini. Dengan memahami sejarah, niscaya membuat seseorang memiliki wawasan yang luas dan membentuk pemikiran yang kritis. Rakyat perlu menjadi kritis agar tidak mudah dikendalikan oleh kepentingan penguasa yang berlagak seperti penjajah. Hal pertama yang perlu dilakukan untuk memulai memahami sejarah ialah dengan meningkatkan minat membaca sejak usia muda. Sukarno telah membuktikan itu sendiri bagaimana Ia mampu menaklukan para penjajah.
2 notes · View notes
itsgheezya · 5 years
Text
Kisah Istri Terkasih Sukarno, Inggit Garnasih
Inggit Garnasih adalah istri yang selama 20 tahun mendampingi Sukarno dan akhirnya berpisah 2 tahun sebelum Sukarno menjadi presiden.
orientasi
Inggit Garnasih lahir di Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada 17 Februari 1888.  Sukarno menikahi Inggit pada 24 Maret 1923, saat ia masih menjadi mahasiswa Technische Hoogeschool te Bandoeng, cikal-bakal Institut Teknologi Bandung (ITB). Jarak usia yang terpaut 13 tahun lebih muda tidak kuasa menghalangi rasa cinta Sukarno kepada Inggit.
Lantas, siapakah Inggit? Wanita ini adalah induk semang alias ibu kost yang menampung Sukarno semasa kuliah di Bandung.
komplikasi:
Berawal Dari Cinta Terlarang
. Saat masih remaja, Inggit adalah kembang desa di kampungnya. Banyak lelaki yang berupaya mendekat untuk sekadar bisa mencuri perhatiannya.
Si bunga desa itu akhirnya dipersunting oleh Nata Atmaja, seorang patih di Kantor Residen Priangan. Namun, pernikahan ini tidak bertahan lama dan berakhir dengan perceraian.
Kemudian, Inggit menikah lagi. Seorang pengusaha yang juga aktif di organisasi
Sarekat Islam
bernama Haji Sanusi menyuntingnya. Pernikahan mereka baik-baik saja meskipun tidak bisa juga dibilang bahagia karena ia sering ditinggal suaminya yang terlalu sibuk. Hingga datanglah Sukarno.
Sukarno masih berumur 21 tahun saat tiba di Bandung. Ia melanjutkan kuliah ke kota kembang setelah lulus dari Hogere Burger School (HBS) di Surabaya. Ketika itu, Sukarno bukan lajang lagi. Ia punya istri bernama Siti Oetari yang tidak lain adalah putri kesayangan bapak kost-nya di Surabaya,
Haji Oemar Said Tjokroaminoto.
Namun, rasa cinta Sukarno ada Oetari lebih condong seperti cinta kepada saudara. Sukarno sering berinteraksi dengan Inggit, apalagi mereka tinggal serumah, lalu terjadilah peristiwa di suatu malam itu.
"Pada awalnya kami menunggu. Selama beberapa bulan kami menunggu dan tiba-tiba dia berada dalam rengkuhanku. Ya, itulah yang terjadi,” tutur Sukarno kepada Cindy Adams seperti yang dikisahkan dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1965).
“Aku menciumnya. Dia menciumku. Lalu aku menciumnya kembali dan kami terperangkap dalam rasa cinta satu sama lain. Dan semua itu terjadi selagi ia masih istri dari Sanusi dan aku suami dari Oetari," lanjutnya.
Dan akhirnya, Sukarno menceraikan Oetari, begitu pula dengan Inggit yang secara resmi berpisah dengan Sanusi. Keduanya lalu menikah di rumah orangtua Inggit di Jalan Javaveem, Bandung.
peristiwa 1
Inggit Garnasih adalah perempuan yang menyertai setiap jengkal kehidupan Sukarno dalam proses menuju pendewasaan dengan berbagai dinamikanya. Ketika Sukarno ditangkap di Yogyakarta pada 29 Desember 1929 dan dijebloskan ke Penjara Banceuy di Bandung lalu dipindahkan ke Sukamiskin, Inggit tidak pernah lelah memberikan semangat kepada suaminya itu.
Setiap menjenguk Sukarno di penjara, Inggit kerap kali menyelipkan uang di dalam makanan yang dibawanya agar Sukarno bisa membujuk penjaga untuk membelikannya surat kabar. Selama Sukarno dibui, Inggit juga menjadi perantara suaminya agar bisa terus berhubungan dengan para aktivis pergerakan nasional lainnya.
Untuk menulis pesan dari Sukarno, Inggit memakai kertas rokok lintingan. Inggit kala itu memang berjualan rokok buatan sendiri. Rokok yang diikat dengan benang merah khusus hanya untuk para relasi suaminya, yang di dalamnya berisi pesan-pesan dari Sukarno (Peter Kasenda, Bung Karno Panglima Revolusi, 2014).
Inggit juga sering membawakan buku-buku yang dibutuhkan Sukarno meskipun harus berhati-hati agar tidak ketahuan penjaga. Caranya, seperti yang dikutip dari buku Biografi Inggit Garnasih: Perempuan dalam Hidup Sukarno karya Reni Nuryanti (2007), Inggit berpuasa dulu selama beberapa hari supaya buku itu bisa diselipkan di perutnya
Selama Sukarno menjalani pembuangan ke Ende, Flores, sejak 1933, lalu diasingkan lagi ke Bengkulu sedari tahun 1938, Inggit selalu setia menyertai. Nah, di sinilah Sukarno mengenal Fatmawati, seorang remaja putri yang manis, anak tokoh
Muhammadiyah
di Bengkulu.
komplikasi
Seiring kekalahan Belanda dan berkuasanya Jepang di Indonesia pada 1942, Sukarno dibebaskan dan dikirim ke Jakarta. Hingga akhirnya, Sukarno meminta izin kepada Inggit untuk menikahi Fatmawati.
"Aku tidak bermaksud menyingkirkanmu. Merupakan keinginanku untuk menetapkanmu dalam kedudukan paling atas dan engkau tetap sebagai istri yang pertama,” ucap Sukarno (Cindy Adams, 1965).
“[… J]adi memegang segala kehormatan yang bersangkutan dengan hal ini, sementara aku dengan mematuhi hukuman agama dan dan hukuman sipil, mengambil istri kedua agar mendapatkan keturunan," imbuhnya.
klimaks
Inggit tentu saja menolak untuk dimadu hingga Sukarno terpaksa menceraikannya meskipun bukan itu yang diinginkannya. Setelah hampir 20 tahun bersama melalui susahnya kehidupan, dari penjara hingga pengasingan, Sukarno dan Inggit akhirnya resmi berpisah pada pertengahan 1943.
Tanggal 1 Juni 1943, Sukarno menikahi Fatmawati. Usai Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 dan Sukarno menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia pertama, Fatmawati-lah yang menjadi first lady alias ibu negara. Sementara Inggit tetap sendiri dan masih tinggal di Bandung.
Sukarno wafat di Jakarta pada 21 Juni 1970 setelah
nyaris seluruh kekuasaannya dilucuti oleh Soeharto
yang menggantikannya sebagai presiden. Begitu mengetahui Sukarno telah mangkat, Inggit langsung bergegas menuju ke Jakarta, ke Wisma Yaso, rumah duka mantan suaminya itu.
Di samping jasad Sukarno, Inggit berucap dalam bahasa Sunda diiringi isak tangis yang sedikit tertahan. "Kus, kiranya Kus mendahului, Inggit doakan...,” sampai di sini, kata-kata Inggit terhenti. Ia tak kuasa menahan kepedihan atas kepergian lelaki yang sangat dicintainya itu.
resolusi
Inggit sudah sejak lama memaafkan Sukarno, seperti yang terucap saat pertemuan mereka di Bandung pada 1960 itu. Inggit memberikan maafnya juga kepada Fatmawati yang menemuinya pada 7 Februari 1984 dengan mediasi Ali Sadikin.
Kurang dari 2 bulan setelah perjumpaan penuh haru itu, Inggit meninggal dunia. Inggit Garnasih, istri terkasih Sukarno yang setia menyertainya dalam kondisi paling sulit sekalipun, menutup mata tanggal 13 April 1984, atau 33 warsa silam, dalam usia 96 tahun.
sumber;https://tirto.id/kisah-istri-terkasih-sukarno-inggit-garnasih-cmBY
4 notes · View notes
puspitaputri · 6 years
Text
Inggit Garnasih (Mengenal peran wanita di ruang privat dalam pendampingan perjuangan pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia)
Minggu, 17 Februari 2019, pagi-pagi sekali aku bangun lalu mandi, sarapan dan melakukan kegiatan persiapan lainnya. Aku bersiap untuk pergi ke pelataran Gedung Merdeka, memenuhi janji kepada salah satu temanku dari Jakarta untuk menemaninya mem-Bandung hari itu. Satu kegiatan yang kami pilih kala itu berkaitan dengan hal yang sama-sama menarik perhatian kami, mencari inspirasi.
Dua hari sebelumnya, aku tanpa sengaja menemukan suatu poster online di media sosial, kegiatan sebuah komunitas yang sebetulnya sudah pernah aku dengar namanya sejak sekitar 4 tahun yang lalu, Komunitas Aleut, komunitas wisata sejarah yang ada di kota Bandung, setidaknya itu yang aku tau. Di poster tersebut tampak wajah seorang tokoh beserta namanya, seorang wanita sunda yang tak begitu asing lagi di telinga, Inggit Garnasih, istri kedua bapak bangsa Indonesia.
Tumblr media
Perjalanan kami diawali dengan perkenalan setiap anggota, yang baru maupun yang lama. Yang ku ingat hanya nama pembicaranya, Teh Audi, lalu Kang Anggi, sisanya, aku lupa. Cukup banyak juga ternyata peminat kegiatan ini, dari berbagai usia, anak-anak, pemuda hingga ibu-ibu dan bapak-bapak yang sudah mulai agak berubah warna rambutnya.
Pemberhentian pertama, di jalan Ir. Soekarno, sebelah Gedung Merdeka. Disana, Teh Audi bercerita bagaimana Soekarno menjadi suami ketiga dari Inggit dan Inggit menjadi istri kedua dari Soekarno. Disana juga diceritakan bagaimana pertemuan antara Inggit dan Soekarno terjadi, kedekatan mereka hingga akhirnya pernikahan, seolah semua sudah ditakdirkan.
Aku terlarut dalam cerita sejak cerita pertama, hingga tak banyak gambar yang aku ambil dalam perjalanan ini. Setelah titik pertama, kemudian kami berjalan ke titik kedua, penjara Banceuy. Aku, orang Bandung yang hidup di kota ini sekitar 24 tahun saja belum pernah masuk kesana, merasa tidak tahu apa-apa tentang tempat yang aku tinggali. Tapi sedikit demi sedikit hal itu berubah, sejak hari itu Bandung bagiku menjadi lebih hidup. Meski telah banyak berubah, namun setiap tempat benar-benar seperti menjadi saksi sejarah, bahwa Bandung bukan hanya kota besar, tapi juga punya peran besar dalam hal-hal besar yang terjadi di negeri ini.
Di bekas penjara Banceuy diceritakan kembali bagaimana Soekarno, sosok yang tak bisa lepas dari Inggit Garnasih sebagai tokoh utama ngaleut hari itu, mulai membentuk PNI, di penjara, membuat Pledoi Indonesia Menggugat serta bagaimana Inggit dengan setia mengantar setiap perjuangannya.
Beranjak ke titik ketiga, Pendopo Walikota. Salah satu banguan karya Soekarno sebagai seorang insinyur dari THS (sekarang ITB) dengan ciri khas palu gada di atapnya. Disana diceritakan tentang karir Soekarno serta bagaimana ia belajar, berjuang, bagaimana pergerakan perjuangan di Indonesia mulai bergejolak dengan munculnya berbagai perseteruan, juga persatuan.
Titik berikutnya Gereja Rehobot, wilayah yang pernah menjadi lokasi rumah Inggit dan Soekarno yang berpindah-pindah beberapa kali, kami hanya lewat, begitupula dengan jalan Jaksa, tempat salah satu rumah yang pernah ditinggali oleh Inggit, lalu ke jalan Pungkur, daerah dimana Inggit dan Soekarno pernah tinggal juga hingga terakhir ke rumah tinggal terakhir Ibu Inggit di jalan Ciateul (sekarang Jalan Inggit Garnasih). Dari titik ke titik diceritakan bagaimana Soekarno dan Inggit berjuang, termasuk berpindah-pindah karena Soekarno di asingkan, mulai dari Ende hingga ke Bengkulu. Di rumah terakhir pula dilengkapkan cerita yang dimulai sejak awal pertemuan yang diceritakan di titik pertama hingga akhirnya berpisah karena keteguhan hati seorang Inggit Garnasih serta beberapa kejadian setelahnya sebelum Ibu Inggit wafat.
Sepulang dari kegiatan tersebut, banyak sekali hal-hal yang muncul di pikiranku, termasuk semakin penasarannya aku akan literatur-literatur menganai Inggit Garnasih. Salah satu yang aku dapatkan adalah video monolog Inggit Granasih yang diperankan oleh salah satu aktris yang aku kagumi secara pribadi, Happy Salma. Dialog tersebut seolah merangkum secara garis besar cerita yang sedari pagi hingga tengah hari tadi aku dan teman-teman komunitas Aleut telusuri.
Salah satu kata-kata Inggit dalam monolog yang diperankan oleh Happy Salma tersebut yang membekas di pikiranku, “Aku adalah perempuan yang tidak memiliki peranan apapun, tapi aku ada di dalam lahirnya sejarah paling penting tanah air.” Inggit memang, tidak berperan secara langsung dalam politik dan pergerakan perjuangan Indonesia, namun tanpa Inggit maka Soekarno tak akan menjadi Soekarno yang kita kenal saat ini.
Dua puluh tahun menjadi support system untuk seorang Singa Podium bukan perjuangan yang mudah. Bukankah katanya dibalik seorang laki-laki hebat ada wanita hebat di belakangnya. Iya, dibelakang layar, mungkin samar-samar terlihat mata namun bukan berarti tidak ada. Inggit tahu, betapa Kusno (panggilan Inggit untuk Soekarno) memiliki cita-cita yang tinggi untuk memerdekakan bangsa Indonesia. Maka Inggit terlarut dalam semangatnya, terlibat di dalam perjuangannya, mendengar setiap ide dan cerita hingga keluh kesahnya, bahkan hingga menjadi penopang perekonomian keluarganya di saat-saat tertentu. Inggit, dengan tegar dan hati yang tangguh sering kali diceritakan menyembunyikan kesulitan yang dialaminya dari suaminya yang sibuk berjuang memerdekakan bangsa, menjadi sosok yang tidak ingin membebani dan merepotkan.
Dalam monolog yang diperankan Happy Salma pula, Inggit beberapa kali mengatakan “…maka aku harus pandai-pandai mengalihkan perhatiannya.” Disisi lain, Inggit juga yang melihat dan mengenal Kusno sebagai manusia yang bisa lelah dan ingin menyerah, lalu Inggit pula yang mengingatkan suaminya untuk berkata tidak, dan kembali membakar semangat yang sempat meredup di dadanya. Distraktor dan pengingat, dua peran yang harus diperankan satu orang, seorang istri, berhasil diperankan oleh Ibu Inggit dalam kehidupan Soekarno.
Seorang istri, memiliki peran yang sering kali dilupakan atau bahkan dihapuskan dalam sejarah. Padahal, bukannya para wanita yang mungkin dipandang sebelah mata hanya karena mereka berperan di ranah privasi ini lah yang terkadang menjadi pemicu semangat, pelepas lelah dan penat, pendidik anak-anak, pendukung serta pendamping setiap orang-orang hebat dalam melakukan hal-hal besar.
Kembali ke sosok Ibu Inggit sebagai contohnya, seorang istri yang mungkin tidak berpendidikan tinggi, tapi mampu mengerti apa yang harus dilakukannya dalam setiap situasi. Seorang wanita, yang mungkin tidak menguasai isi buku-buku yang ia berpuasa agar bisa ia selipkan di pertunya untuk diantar ke penjara, tapi kemudian membantu suaminya melahirkan pledoi yang mengguncang dunia. Seorang wanita yang tidak menghasilkan karya-karya besar, hanya rajutan, jamu, bedak dan rokok buatan tangan, tapi mampu membantu suaminya menyelesaikan pendidikannya.
Menemani, melayani, mendampingi, mencintai, menyayangi, mengasihi, mengingatkan, mendistraksi, menyemangati, berkorban, berusaha memenuhi semua kebutuhan seolah-olah hanya hal yang wajar yang tak perlu diukir dalam sejarah. Hal-hal kecil yang dilakukan wanita terkadang dianggap biasa saja, meski sebenarnya berefek sangat besar dalam perjalanannya. Ibu Inggit termasuk yang beruntung, masih bisa kita putar ulang kisahnya, namun banyak sekali wanita-wanita hebat lainnya yang luput dari pandangan sejarah. Tak apa, karena salah satu hal yang aku percaya menjadi kekuatan para wanita dalah ketulusan, berkorban tanpa pernah mengharapkan balasan.
Disamping semua inspirasi yang aku dapatkan dari seorang Inggit Garnasih yang berperan di ranah yang mungkin banyak luput dari perhatian orang, ada satu hal lain yang kisah Inggit Garnasih ajarkan kepadaku hari itu, keteguhan hati, kejujuran perasaan dan harga diri yang tinggi. “Oh candung? Ai dicandung mah, cadu,” tutur Inggit dalam salah satu literatur yang aku baca. Meski dengan penuh ketulusan dan kesulitan Inggit setia mendampingi dan mengantarkan Kusno hingga menjadi pemimpin bangsa sebelum merdeka, namun, dua tahun sebelum menjadi ibu negara, tetap saja, harga dirinya tidak bisa dibeli walau dengan istana, ia berani menerima kelemahannya dengan kejujuran atas hatinya, menolak dimadu olah suami yang 20 tahun didampinginya.
Lalu kisah Inggit mungkin memang berakhir dengan tragis, semua perjuangannya mendampingi Soekarno diakhiri sakit hati dengan dimulainya kisah cinta Soekarno dan Fatmawati, lalu Inggit berlalu, seolah tidak berarti. Namun bukan berarti tak ada yang bisa dipelajari, tak bisa jadi inspirasi.
Pada dasarnya, manusia, apapun yang dilakukannya, terkadang butuh ruang untuk melepas penat dan lelah dari tuntutan yang mengikatnya. Disadari atau tidak, terkadang ruang untuk rehat itulah yang pula melindungi mereka dari berbagai mara bahaya. Banyak yang menyebut ruang tersebut sebagai rumah dan pasangan sangat bisa menjadi tempat untuk kembali, pulang. Seperti Inggit bagi Soekarno, yang kemudian terkenal dengan quotenya “Hanya ke Bandung lah aku kembali, kepada cintaku yang sesungguhnya.”
Disclaimer: Tulisan ini hanya sebuah media berbagi pengalaman atas apa yang dialami, didengarkan, dilihat, dibaca dan terfikir oleh penulis, bukan untuk mempelajari fakta sejarah atau menghakimi peristiwa ataupun tokoh sejarah. Hanya sebuah pandangan dari pengalaman dan informasi yang diterima oleh penulis. Ditulis hanya supaya tidak lupa. Semoga ada manfaatnya.
 p.s.
Bandung, 18 Februari 2019
3 notes · View notes
ayojalanterus · 3 years
Text
Insiden M Kece-Irjen Napoleon Bukan Satu-satunya, Ini 5 Kasus Penganiayaan di Dalam Penjara
Tumblr media
 KONTENISLAM.COM - Baru-baru ini beredar video viral di media sosial. Dalam video tersebut memperlihatkan seorang narapidana yang tubuhnya mengalami memar. Diduga narapidana tersebut dianiaya di dalam lapas. Kasus penganiayaan tersebut bukan kali pertama terjadi. Berikut kasus penganiyaan yang terjadi di dalam napas. 1. September 2021 Sebuah video memperlihatkan seorang narapidana dengan tubuh memar di Lapas Klas I Tanjung Gusta Medan. Dalam video tersebut terlihat para napi yang sedang makan, seorang napi meminta napi lainnya untuk membuka baju. Ketika baju dibuka, terlihat luka memar di punggung napi. Terkait hal ini, Kalapas Klas 1 Tanjung Gusta Medan, Erwedi Supriyatno membenarkan video tersebut berada di Lapas yang dipimpinnya. Saat ini, dugaan adanya penganiayaan terhadap napi masih dilakukan penyelidikan. 2. Agustus 2021 Tersangka kasus dugaan UU ITE serta penodaan agama M Kece dianiaya oleh sejumlah tahanan di Rumah Tahanan Bareskrim Polri. Salah satu pelaku penganiayaan adalah mantan Kadiv Hubinter Polri, Irjen Napoleon Bonaparte. Diketahui, Irjen Napoleon Bonaparte memukuli dan melumuri M Kece dengan kotoran manusia. M Kece telah melakukan pelaporan terhadap seseorang yang diduga pelaku penganiayaan tersebut dengan Nomor 0510/VIII/2021/Bareskrim pada 26 Agustus 2021. 3. Agustus 2021 Bahar bin Smith dilaporkan ke pihak kepolisian akibat perselisihannya dengan Ryan Jombang. Peristiwa tersebut terjadi di Lapas Klas IIA Gunung Sindur. Perselisihan yang terjadi di antara mereka terkait masalah uang. Perselisihan tersebut berujung pada penganiayaan terhadap Ryan Jombang. Menurut kuasa hukum Ryan Jombang, kondisi Ryan Jombang mengalami luka di bagian wajah dan sempat muntah darah. 4. Februari 2021 Peristiwa penganiayaan narapidana GR oleh narapidana MR terjadi di Lapas Klas IIA Banceuy Bandung. Ketika petugas sedang melakukan pengecekan kamar oleh petugas, terlihat narapidana GR berlumuran darah di kepala. Korban dibawa ke rumah sakit namun nyawanya tidak tertolong. Penganiayaan ini dipicu motif dendam pribadi antara korban dan pelaku. Pelaku sudah diproses oleh pihak kepolisian. 5. Januari 2021 Lima orang narapidana menganiaya tahanan lain hingga tewas. Penganiayaan tersebut dilakukan lima napi kepada tahanan baru AW di Lapas Indramayu. Lima napi tersebut melakukan penganiyaan karena dendam dan menganggap korban sebagai informan polisi yang membuat lima napi tersebut dipenjara. Kasus ini sudah dilaporkan ke pihak kepolisian untuk diselidiki. Kelima napi tersebut terancam mendekam di penjara lebih lama lagi. [okezone]
from Konten Islam https://ift.tt/3nX5dLJ via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/09/insiden-m-kece-irjen-napoleon-bukan.html
0 notes
insureksi · 5 years
Photo
Tumblr media
Lelaki yang Mendahului
Untuk Fenny,
Hujan adalah air mata Tuhan atas dukaku
Saat jejak-jejak cinta musnah dari nafasmu
Lebur dalam satu keputusasaan
Jadi sesuatu, jadi apa yang ku tak mau
Garis khayal dan benar makin pudar
Kala di bawah gerah kau palingkan arah
Bisik kata getir dalam relung telingaku
Untuk yang terakhir, pada jiwa yang mati suri
Kalau hujan ini henti aku mau lari
Tidak menujumu - menujumu tidak
Tidak menjauhmu - menjauhmu tidak
Aku mau gerak di tempat
Bersama harapan-harapan tuak
Ditulis di bawah terik rembulan, diselimuti dinginnya sel penjara Banceuy.
-Tan-
Sumber: Tan, oleh Hendri Teja, Hal. 312.
Selamat hari pahlawan, Tan Malaka!
0 notes
casiodehloe-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
Rekomendasi warteg, yang lagi belanja ke jalan ABC dan Banceuy. Mampir yuk enak kok, murah. Posisi dekat ayam penyet seberang menara eks penjara Banceuy. Makan kenyang gak perlu mahal Menu di pic: teri, pare, tempe item #warteg#makananindonesia#bandung#kulinerbandung#kuliner#murah#lezat#maknyus#makanbesar https://www.instagram.com/p/BwjAzt0AYkP/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=k7317yojdtt9
0 notes
malangtoday-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Perjuangan Bung Karno Susun Teks Kemerdekaan RI di Penjara Banceuy
MALANGTODAY.NET - Situs Penjara Banceuy atau Monumen Sel Bung Karno di Kompleks Pertokoan Banceuy Permai, Kota Bandung, menjadi salah satu saksi bisu lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia oleh Sang Proklamator Ir Soekarno. Juru Pelihara Situs Penjara Banceuy, Ahmad, menuturkan Bung Karno menuliskan teks proklamasi kemerdekaan RI di tempat itu, berupa titik-titik yang kemudian diberikan kepada istrinya, yakni Inggit Garnasih. "Lalu Ibu Iinggit Garnasih membawanya (titik-titik teks proklamasi, red.) ke rumahnya secara diam-diam. Jadi pada saat itu, Ibu Inggit setiap hari menemui Bung Karno dan menyelipkan teks-teks tersebut melalui kain samping (sarung) yang dililitkan pada perutnya," kata dia. Di Situs Penjara Banceuy yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda itu, Bung Karno ditahan sebagai tahanan politik karena dituduh oleh penjajah akan menggulingkan pemerintahan Hindia Belanda pada Desember 1929. Penahanan Bung Karno di tempat itu berlangsung selama satu tahun dua bulan dan ia ditahan bersama dengan keempat kawannya dari Yogyakarta. Situs Penjara Banceuy mulai dibangun menjadi kawasan pertokoan pada 1983 dan saat ini tersisa hanya satu sel atau kamar tahanan serta menara pos jaga. Ahmad yang sejak 1986 menjaga Situs Penjara Banceuy itu, mengatakan di tempat tersebut, Bung Karno ditahan di dalam sel nomor 5 yang berukuran sekitar 1,46 x 2,10 meter. [caption id="attachment_65231" align="alignnone" width="1080"] Sel No. 5 (Instagram/anindrasuherman)[/caption] Ahmad menuturkan selama berada di tempat itu, Bung Karno menyusun pledoi Indonesia Menggugat pada sidang di Pengadilan Landraad Bandung pada 1930 atau yang saat ini dikenal sebagai Gedung Indonesia Menggugat Bandung. "Selama dipenjara di sini, Bung Karno tidak diizinkan bertemu dengan siapapun selama 40 hari," kata dia. Ahmad yang berasal dari Kabupaten Kuningan itu berharap kepada pemerintah agar senantiasi memperhatikan situs sejarah tersebut agar jangan sampai terbengkalai karena di tempat tersebut ada sejarah yang kuat terkait dengan lahirnya suatu negara. [caption id="attachment_65228" align="alignnone" width="614"] Sel No. 5 (Instagram/rennindritha)[/caption] "Tidak mungkin perancang negeri ini merebut pemerintahan jika tidak ada pengorbanan, beliau (Bung Karno, red.) di sini mulai menggagas untuk merebut kekuasaan dari tangan pemerintah Belanda ke tangan kita (Indonesia, red.) dengan tekad beliau sampai akhirnya penguasaan direbut oleh kita," kata Ahmad. Renovasi Situs Penjara Banceuy dilakukan pada 2015 terkait denganPeringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika pada April. Ia menambahkan Situs Penjara Banceuy ramai dikunjungi warga saat akhir pekan atau hari libur. "Pengunjung biasanya banyak kalau libur sekolah tapi terkadang suka ada juga pengunjung yang datang malam hari, itu tetap saya layani," kata dia. Demikian dikutip dari Antara
Source : https://malangtoday.net/rubrik/story/perjuangan-bung-karno-susun-teks-kemerdekaan-ri-di-penjara-banceuy/
MalangTODAY
0 notes
travelblogid · 6 years
Link
Penjara Bandung - Banceuy.
0 notes
siskamenol-blog · 7 years
Text
Penjara Banceuy, Tempat Bung Karno Menyusun Pledoi Indonesia Menggugat
Siska Menol Berita Penjara Banceuy, Tempat Bung Karno Menyusun Pledoi Indonesia Menggugat Baru Banyak Artikel Tentang Penjara Banceuy, Tempat Bung Karno Menyusun Pledoi Indonesia Menggugat Pencarian Artikel Tentang Penjara Banceuy, Tempat Bung Karno Menyusun Pledoi Indonesia Menggugat Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Penjara Banceuy, Tempat Bung Karno Menyusun Pledoi Indonesia Menggugat Renovasi Situs Penjara Banceuy dilakukan pada 2015 terkait dengan Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika pada April. http://www.unikbaca.com
0 notes
Text
PROFILE PAHLAWAN JAWA BARAT
FIDA YETIAPRILLIA 
XI IPA 2 
Maskoen Soemadiredja
Tempat Lahir: Bandung
Tanggal Lahir: Jumat, 4 Januari 1907
Warga Negara : Indonesia
Istri : Nyi R. Djuhaeni
Maskoen Soemadiredja adalah pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Jawa Barat yang lahir di Bandung, Jawa Barat pada 25 Mei 1907 dan meninggal di Jakarta pada 4 Januari 1986.
Ia adalah putra dari Raden Umar Soemadiredja dan Nyi Raden Umi. Sejak tahun 1927, Maskoen sudah aktif dalam pergerakan politik untuk berjuang mewujudkan kemerdekaan negara Indonesia. Karena itu ia bergabung dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin oleh Ir. Soekarno.
Selama bergabung dengan PNI, Maskoen dipercaya memegang jabatan sebagai komisaris merangkap sebagai sekretaris II PNI cabang Bandung. Ia sering melakukan propaganda dengan menyebarkan prinsip-prinsip nasionalisme dan menggugah semangat rakyat untuk memperjuangkan kemerdekaan, akibat aksinya tersebut, gerak-geriknya sering diawasi oleh bangsa Hindia Belanda hingga akhirnya ia dibui ke Banceuy pada tahun 1929.
Aksi Maskoen memang dianggap cukup meresahkan bangsa Hindia Belanda, tak lama ia bebas dari sel penjara di Banceuy, ia pun kembali merasakan aroma sesak sel pada tahun 1930. Di sana, ia dikurung bersama tiga pejuang lainnya salah satunya adalah Soekarno berlanjut pada pembuangan dirinya di Digul, Papua.
Selama beberapa tahun Maskoen berada pada tempat pembuangan para pejuang hingga akhirnya ia dilarikan ke Australia oleh tentara Jepang yang berhasil menggulingkan kepemimpinan Belanda pada tahun 1942. Di Australia, ia tak hanya tinggal diam, ia kembali mengobarkan semangat juang rakyat Indonesia dengan berdirinya Organisasi Serikat Indonesia Baru yang bertujuan untuk mengumpulkan rakyat Indonesia dan menularkan semangat juang akan rasa nasionalisme.
Pada tahun 1949, Maskoen bertanggungjawab dalam pemulangan orang-orang Indonesia yang ada di Australia setelah adanya pengakuan kedaulatan atas Indonesia. Baginya, hidup adalah perjuangan di mana ia mengaku mendedikasikan dirinya untuk terus berjuang demi bangsa Indonesia.
Maskoen meninggal pada tanggal 4 Januari 1986 di usia 79 tahun. Atas jasanya terhadap negara, Maskoen mendapatkan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No.089/TK/Tahun 2004.
0 notes
rmolid · 4 years
Text
0 notes
harianpublik-blog · 7 years
Text
200 napi kabur, DPR: Kemenkum HAM jangan hanya mengeluh
200 napi kabur, DPR: Kemenkum HAM jangan hanya mengeluh
200 napi kabur, DPR: Kemenkum HAM jangan hanya mengeluh
Harianpublik.com – Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo mengkritik buruknya kinerja Kementerian Hukum dan HAM, menyusul kaburnya ratusan tahanan di Rutan Sialang Bungkuk, Pekanbaru, Riau, Jumat lalu.
“Komisi III DPR dan masyarakat tentu saja prihatin. Setiap kali terjadi kerusuhan di LP, Kementerian Hukum dan HAM hanya bisa mengeluh dan mengeluh, nyaris tidak pernah menawarkan solusi,” kata Bambang di Jakarta, kemarin.
Sehari sebelum insiden protes dari napi dan tahanan yang berujung pada pembongkaran pintu penjara hingga ratusan warga binaan meloloskan diri, kerusuhan yang melibatkan ratusan napi terjadi Lapas Bentiring, Bengkulu. Bentrok fisik terjadi di dalam blok napi narkoba. Sebelumnya, Kamis 2 Maret lalu di LP Jambi juga dilanda kerusuhan.
Menurut Bambang, keluhan yang kerap dimunculkan Kemenkum HAM selalu sama, yakni kelebihan kapasitas LP. Padahal, menurut politisi Golkar itu, faktor kelebihan penghuni LP adalah masalah atau isu lama yang sudah menjadi catatan publik, jauh sebelum peristiwa rusuh di LP Banceuy, Bandung serta peristiwa rusuh LP Kerobokan di Denpasar, Bali pada 2016.
“Dalam kapasitasnya sebagai regulator, Kemenkum HAM sudah berperilaku tidak etis karena terus menerus mengeluh. Kemenkum HAM seharusnya menawarkan dan berani mengeksekusi program pembenahan atau normalisasi fungsi LP. Namun, merak atidak bekerja maksimal membenahi LP, karena kerusuhan di dalam LP terus saja terjadi,” kata Bambang.
Hal ini, kata dia, menjadi bukti buruknya kinerja Kemenkum HAM dalam konteks pembenahan LP.
“Karena itu, Komisi III DPR mendesak Kemenkum HAM untuk berhenti mengeluh, dan mulailah bekerja membenahi LP,” tutup Bamsoet, sapaan akrabnya. [opinibangsa.id / rnc]
Sumber : Source link
0 notes
rokok-rokok · 7 years
Text
Inggit Garnasih, Rokok, dan Pesan Soekarno
Sejak dipindahkan ke penjara Sukamiskin dari penjara Banceuy, Soekarno menghadapi masa-masa sulit. “Saya tak dapat belajar dengan baik karena badan sudah payah (setelah seharian bekerja). Otak seolah-olah dapat penyakit kekurangan darah sehingga tidak banyak yang dapat diterima dan pikirkan. Otakku merasa lekas benar penuh, lekas lelah,” akunya. Di Sukamiskin, Soekarno menghadapi kondisi yang jauh berbeda dengan penjara sebelumnya. Dia bahkan tidak mendapatkan lagi kiriman surat kabar dan majalah berkala. Tidak hanya itu, ia tidak diperbolehkan dijenguk oleh siapapun terkecuali istrinya, Inggit Garnasih. Itupun hanya dua kali dalam sebulan. Di masa-masa itu, peran Inggit dalam menyampaikan pesan terkait keadaan di luar penjara menjadi sangat penting. Demikian sebaliknya, Soekarno perlu memberikan pesan kepada rekan-rekan seperjuangannya. Untuk mengatasi hambatan tersebut, keduanya menyusun kode-kode komunikasi. Keduanya kerap menggunakan makanan. Bila yang dikirim berupa telur asin, maka ada kabar buruk di luar penjara. Bila yang dikirim bukan telur asin, berarti ada perkembangan bagus di luar penjara. Selain makanan, medium lain yang kerap digunakan untuk menyampaikan pesan adalah rokok, atau lebih tepatnya pada kertas dan bungkus rokok. Rokok menjadi sesuatu yang tidak mencurigakan, sebab selama ini, Soekarno memang dikenal sebagai pribadi yang doyan merokok, itulah sebabnya, keberadaan rokok bagi Soekarno bukan hal yang terlalu menarik perhatian bagi sipir penjara. Pada kertas rokok, Inggit kerap menuliskan pesan-pesan dari kaum pergerakan. Sebaliknya, Soekarno juga menulis balasan atau membuat pesan singkat di kertas rokok tersebut. Pada masa-masa itu, Inggit memang mencari penghidupan dengan menjahit baju dan berdagang. Salah satu dagangannya ialah rokok. Rokok dagangan Inggit ini dilinting dengan kertas putih dan diikat dengan benang merah. Gambar ilustrasi Rokok: Eko Susanto via rokokindonesia.com http://ift.tt/2poIV76
0 notes
artraini-blog · 8 years
Video
youtube
Penjara Banceuy menjadi bagian dari saksi bisu sejarah perjuangan rakyat Indonesia. Di ruangan yang berukuran 2,5x1,5 meter ini, presiden pertama RI Ir. Soekarno pernah mendekam selama delapan bulan akibat aktivitasnya yang dianggap memberontak pemerintahan Belanda yang kala itu sedang menjajah Indonesia.  
Kini, dengan diadakannya perayaan Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung, penjara Banceuy ikut memiliki wajah baru yang lebih mengedepankan edukasi kepada para pengunjungnya.  Ingin tahu bagaimana wajah baru penjara Banceuy saat ini?
Yuk, kita tonton aja videonya.  Check it out!
 (via https://www.youtube.com/watch?v=GKIY5jRJCtQ)
0 notes
ranukhodir · 8 years
Photo
Tumblr media
Pada Sabtu, tanggal 4 Februari 2017 akan diadakan screening film documenter tersebut, diskusi, dan live traditional handtap tattoo di Mondo By The Rooftop (Rossi Musik Building, 4th Fl, Jl. Fatmawati Raya no. 30B, Jakarta Selatan). Acara akan dimulai pukul 16.00 dengan live traditional handtap tattoo by Ranu Khodir yang dilanjutkan dengan pemutaran film dan diskusi pada pukul 19.00. Film pertama, “Bless This Mess” menceritakan tentang bagaimana tato penjara berkembang di Lapas Banceuy, Bandung. Diceritakan oleh mantan-mantan narapidana, film ini juga menceritakan tentang bagaimana tato berkembang di dalam penjara dan peran tato dalam penembakan misterius (Petrus) pada tahun 80an. Film tersebut menjadi topik utama dalam artikel tato penjara di VICE (https://www.vice.com/id_id/article/mengabadikan-sejarah-kacau-penuh-darah-tato-khas-penjara-indonesia) yang ditulis oleh Dea Karina. Film kedua, “Bali Tattooland”, merupakan intipan berdurasi sekitar 10 menit tentang tato di Bali. Setelah screening kedua film tersebut selesai, maka akan dilanjutkan diskusi bersama Panca DZ dengan Dea Karina sebagai moderator. Acara ini juga akan mendatangkan seorang tattoo artist bernama Ranu Khodir yang akan menawarkan live traditional handtap tattoo yang bermulai dari Rp 500.000/jam. Karena untuk tato tempatnya terbatas, mohon menghubungi Dea (081391559069) untuk reservasi tempat. See you there! #handtapping #handtappingtattoo #handtappingmethod #rumahtandur #tandurtattoo
0 notes