#Penguasa Tak Adil
Explore tagged Tumblr posts
Text
Semoga Bukan Terakhir
Terlalu berprasangka buruk mereka bilang.
Memang. Setidaknya itu yang aku pelajari dari himpunan hijau hitam yang membawaku turun ke jalan. Harus melawan, kanda bilang. Telinga kita harus runcing mendengar tangis, mulut kita harus lantang menentang yang bengis.
Terlalu menggebu sebagian yang lain bilang.
Memang. Kata ayah, "biarkan apinya tetap menyala". Maksud ayah mungkin menyala dengan api sedang, tapi aku terlanjur menyiramnya dengan banyak patah dan kecewa. "Sebelum anginnya bertiup lebih kencang, sebelum hangatnya mulai melemah, sebelum sumbunya dicabut tak tersisa."
Aku sudah diperingatkan mantan temanku, "nanti juga kamu bakal malu sendiri". Aku memilih menjadi tuli. Jika aku keliru hari ini, memang apa salahnya tetap mencari sambil mengekspresikan diri? Jika aku keliru hari ini, memang apa salahnya jika di kemudian hari aku sudah lebih bijak dan mau tak mau menjilat ludah sendiri? Lagipula yang kujilat ludahku sendiri, bukan pantat oligarki apalagi zionis.
Jadi kubiarkan tetap menggebu, setidaknya sampai esok hari.
Ditemani lagu dua lipa dan stray kids, yang sesekali kuselipkan buruh tani dan ayat kursi, malam ini aku akan terjaga lagi hingga pagi. Mencurigai diri sendiri dan tirani, "besok masih mampu gak ya aku kayak ini?"
Boleh jadi esok aku sudah berubah.
Tak lagi meributkan hal yang 'tak penting', tak lagi melibatkan diri pada perdebatan penuh emosi, tak lagi 'sok-sokan' memikirkan negeri. Boleh jadi esok aku sudah berubah, menjadi lebih bijaksana, lebih adil, lebih realistis, lebih oportunis, atau menjelma persis seperti para abangda yang lebih dulu memilih untuk bungkam dan sunyi.
Jadi kubiarkan tetap menggebu, setidaknya sampai esok hari.
Sampai dipadamkan dengan paksa, entah oleh penguasa atau kepentingan perut dan ego yang meronta.
Ciputat, 24 Februari 2024
[Kutulis sebagai arsip, sebelum kelak idealismeku habis digerogoti realita]
7 notes
·
View notes
Text
*KEKUFURAN BERHUKUM DENGAN HUKUM BUATAN MANUSIA*
Ikhwany fiellah rohimakumulloh,
Alloh ta'ala menciptakan jin dan manusia supaya mereka hanya beribadah kepadaNya saja dan meninggalkan segala bentuk peribadahan kepada selainNya (meninggalkan segala bentuk kesyirikan atau segala jenis thogut).
*_"Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaKu "._*
[ Adz-Dzariyat: 56 ]
*_"Dan sungguh telah Kami utus pada tiap tiap umat seorang Rosul (yang menyeru), ' Ibadahilah Alloh saja dan jauhi thogut "._*
[ An-Nahl: 36 ]
Dan Alloh 'azza wa jalla mengutus para rosul kepada umat manusia untuk mengajari mereka, dan menurunkan bersama para rosul; al Kitab, untuk menghukumi segala perkara manusia dengan benar dan adil.
*_"Dan (Alloh) menurunkan bersama para Nabi-Al Kitab dengan (membawa) kebenaran untuk menghukumi diantara manusia pada apa yang mereka perselisihkan"._*
[ Al Baqoroh: 213 ]
*_" ...Dan jika kalian menghukumi maka hukumilah dengan adil"._*
[ An-Nisa' : 58 ]
Membuat hukum adalah hak rububiyah Alloh subhanah, hak Alloh sebagai Robb ; pencipta, pemilik dan penguasa jagad raya ini.Karena itulah DIA pula yang berhak mengatur, membuat UU /hukum untuk alam semesta ini.Dialah Alloh 'azza wa jalla yang berhak menghukumi segala perkara/ perselisihan diantara manusia.Alloh Ta'ala berkata,
*_" Tiadalah hukum (hak memutuskan) kecuali milik Alloh dan (Dia) memerintahkan janganlah kalian beribadah kecuali hanya kepadaNya"._*
(Yusuf:40).
Alloh juga berkata,
*_" Dan DIA tidak menyertakan seorangpun dalam hukumnya "._*
[ Al Kahfi: 26 ]
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam berkata,
*_" Sesungguhnya Dialah(Alloh) Sang Hakim(Pemberi putusan),dan hanya kepadaNyalah hukum (keputusan) dikembalikan"._*
[ HR Abu Dawud,An Nasa'i,Shohih ]
Jadi, jelas bahwa hak membuat hukum (legislasi/tasyri') adalah milik Alloh ta'ala.Alloh-lah sang musyarri'(legislator) , bukan manusia, entah raja, penguasa, presiden, ketua adat, anggota legislatif atau parlemen (DPR) atau siapapun selain Alloh.Dan Alloh tidak bekerja sama dengan seorangpun dalam menetapkan hukum.Justru manusia apabila memutuskan suatu perkara harus merujuk kepada Alloh (Kitabulloh) dan RosulNya (AsSunnah), sebagaimana yang diperintahkan Alloh,
*_"....maka, jika kalian berselisih tentang sesuatu kembalikanlah (keputusannya) kepada Alloh dan RosulNya jika kalian beriman kepada Alloh dan hari akhir...."_*
[ An- Nisa': 59 ]
Dan Alloh ta'ala juga berkata,
*_" Dan hukumilah (perkara) diantara mereka dengan apa yang Alloh turunkan (Kitabulloh & As Sunnah) dan jangan ikuti hawa nafsu mereka..."._*
[ Al Maidah: 49 ]
Juga di surat-surat: al
Maidah: 48, al A'rof: 3, al Qoshos: 85, dll .Jadi, dlm memutuskan haruslah merujuk wahyu bukan merujuk hukum hasil godokan hawa nafsu-akal pemikiran para anggota parlemen (legislatif), kepala suku, atau siapapun selain Alloh dan RosulNya.
Karena itulah, hukum selain hukum Alloh (hasil pemikiran manusia) dikatakan sebagai hukum jahiliah.
*_" Apakah hukum jahiliah yang mereka cari ? Dan siapakah yang lebih baik hukumnya daripada (hukum) Alloh bagi orang yang yakin ? "._*
[ Al Maidah: 50 ]
Dan orang yang mengaku mukmin tapi berhakim kepada selain Alloh dan RosulNya dijuluki sebagai *'berhakim kepada thogut'* , padahal kita diperintah tuk kufuri thogut.Hukum selain hukum Alloh adalah hukum thoghut.
Alloh Ta'ala berkata,
*_" Tidakkah kau perhatikan (wahai Muhammad) kepada orang yang mengaku beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan yang diturunkan sebelummu ? Mereka hendak berhakim kepada thogut padahal sungguh mereka telah diperintah mengkufuri (thogut) itu. Dan setan menginginkan untuk menyesatkan mereka dengan kesesatan yang sejauh-jauhnya "._*
[ An-Nisa' : 60 ]
Juga Alloh ta'ala berkata,
*_" Maka tidak, dan demi Robbmu (Muhammad Saw) mereka tidak beriman hingga mereka berhakim kepadamu dlm semua perkara yg terjadi diantara mereka ,kemudian tak ada keberatan dlm diri mereka terhadap apa yg engkau putuskan dan menerima dgn selapang-lapangnya"._*
[ An Nisa': 65 ]
Diayat ini, Mufassir jelaskan , bahwa seorang muslim tidak dianggab beriman oleh Alloh sampai dia mau berhakim dengan (syariat) Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam, tidak keberatan thd syariat yg dibawanya dan harus menerimanya dengan ikhlas.Seandainya kita sudah berhakim dengan syariat Alloh ta'ala tapi dalam hati kita ada rasa tidak senang dengannya atau tidak ikhlas menerimanya, maka inipun masih dianggap tidak beriman.Jadi, ketiga-tiganya harus ada; berhakim, dada lapang, menerima dgn seikhlas-ikhlasnya.Barulah kita dianggab sebagai mukmin.Maka, orang mukmin yang meninggalkan syariat (hukum) Alloh, malah pilih syariat/hukum / UU / pedoman berbangsa /aturan hasil pemikiran manusia, digolongkan sebagai orang-orang yang kafir.Alloh juga berkata diujung ayat 44 surat Al Maidah,
*_" Barang siapa yang tidak berhukum (memutuskan) dengan apa yang Alloh turunkan (al Qur-an dan Assunnah), maka mereka itulah orang-orang yang kafir."_*
Orang atau sekelompok orang atau sebuah bangsa yang meninggalkan syariat Alloh ta'ala dan lebih suka pakai UU buatan manusia (Qowanin wadh'iyyah), melanggar "pasal berlapis" yang menjerumuskannya pada kekafiran sehingga keluar dari iman.Mengapa demikian? Perhatikan yang berikut ini:
*_1. MELANGGAR TAUHID RUBUBIYAH_*
Sebagaimana diterangkan dimuka bahwa membuat hukum adalah hak Alloh ta'ala sebagai Robb, sebagai penguasa dan pemilik alam semesta ini.Maka, orang yang mengklaim sebagai pembuat hukum (legislatif/musyarri') yang kemudian diundangkan untuk menghukumi manusia, berarti telah berlaku sebagai tandingan Alloh atau pesaing Alloh atau telah berlaku/mengangkat diri sbg robb-robb selain Alloh, sehingga jatuhlah ia pada syirik rububiyah.Ini syirik akbar yang pelakunya keluar dari iman (kafir).Inilah kenapa Fir'aun dikatakan telah mengaku sebagai tuhan (robb),karena ia telah main kuasa dgn membuat peraturan seenak akalnya untuk menghukumi rakyatnya.Demikian juga fir'aun-fir'aun (penguasa) masa kini baik dinegeri-negeri mayoritas muslim atau yang bukan, telah mengangkat diri sebagai Robb selain Alloh subhaanah dengan memberlakukan UU buatan hasil olah pikir manusia untuk menggantikan hukum Alloh, tak terkecuali negeri ini.
*_2. MELANGGAR TAUHID ULUHIYAH (TAUHID IBADAH)_*
"AthTho'ah" adalah ibadah.
Menunaikan sholat, shiyam, haji adalah bagian dari mentaati perintah Alloh 'azza wa jalla atau ibadah pada Alloh ta'ala.Begitu pula menerapkan hukum Alloh berarti mentaati Alloh atau ibadah pada Alloh.Mentaati hukum Alloh adalah ibadah, yaitu ibadah pada pembuatnya, Alloh 'azza wa jalla.Demikian juga setuju / mendukung /mentaati hukum buatan yang menggantikan hukum Alloh juga ibadah, yaitu ibadah pada selain Alloh (para pembuat hukum).Maka, yang berbuat demikian telah jatuh pada syirik uluhiyah.Ini syirik akbar yang mengeluarkan pelakunya dari iman.Demikian juga para pembuat hukumnya telah berlaku sebagai ilah selain Alloh suhaanah, karena minta ditaati hukum-hukum yang dibuatnya.Ketaatan adalah hak uluhiyah Alloh (hak Alloh sebagai ilah).Maka, jatuhlah ia pada syirik uluhiyah.Syirik besar yang mengeluarkan pelakunya dari iman.
*_3.MERENDAHKAN ALLOH TA'ALA_*
Menganggab hukum buatan lebih baik dari hukum/UU Alloh.Syariat Alloh ta'ala dianggab tidak cocok dengan zaman atau ketinggalan zaman.Atau dianggab gak sesuai di Indonesia,dan lain perkataan yang merendahkan syariat Alloh.Ini berarti merendahkan Alloh, mensifati Alloh subhaanah punya kekurangan.Hal ini jelas kekafiran.
*_4.BERPALING DARI AGAMA ATAU MEMBANGKANG TERHADAP ALLOH 'AZZA WA JALLA._*
Alloh ta'ala perintahkan untuk berhakim kepadaNya tetapi malah pilih hukum selainNya.Alloh perintahkan berhukum dengan Kitabulloh dan Sunnah Nabinya namun malah pilih hukum KUHP ,UUD 45, Pancasilatta dan UU yang dibuat anggota DPR, dsb.Ini berpaling dari Addien (Islam) dan pembangkangan terhadap Alloh 'azza wa jalla.Seandainya kita membangkang perintah sholat, kita kufur.Begitu pula apabila kita membangkang perintah berhukum dengan syariatNya, kitapun kufur. Iblis laknatulloh membangkang satu perintah, dia sudah dikafirkan Alloh.Kalau menolak syariatNya, berapa ayat/perintah yang kita bangkangi? Kalau sudah begini, pantaskah kita mengaku sebagai mukmin?
Masih banyak poin-poin kekufuran bila kita tinggalkan UU/hukum Alloh ta'ala.
Ayat-ayat Alloh ta'ala telah terang benderang yang memeritahkan kita berhukum kepada Alloh dan RosulNya dan kekufuran bagi yang menolaknya.
Tinggal pilihan kita,mau tunduk pada Alloh 'azza wa jalla atau tunduk pada selainNya?
*# Al Bulury*
Di salin dari abu Haris granada
2 notes
·
View notes
Text
Lenyap Tanpa Sisa
Tiga dasawarsa sudah kerajaanku berdiri. Waktu yang cukup lama sebab tiada yang menyaingi. Seluruh kebutuhan para rakyat mampu kutangani. Segala keinginan mereka dapat kuatasi. Hingga tanpa sadar kini tak ada satu pun dari mereka yang mandiri. Selalu mengandalkan segalanya pada penguasa negeri.
Putriku pun kini semakin dewasa dan serba bisa. Meski kini seluruh rakyat bergantung padanya. Namun ia tetap mampu menyelesaikan semua. Dengan cara yang amat adil dan bijaksana. Ia adalah cerminan ratu yang sempurna.
Hariku yang telah lama tenang, seketika menjadi berantakan. Tanpa pertanda rupanya kerajaan ini akan hancur tanpa perkenan. Bukan karena datangnya lawan. Namun, sebab adanya bencana alam. Bumi bergetar dengan dahsyat dan menakutkan. Tak ada semenit, kerajaanku musnah, tiada lagi yang bisa kubanggakan. Putriku satu-satunya terkubur bersama puing-puing bangunan. Aku kini bagaikan hidup dalam dunia khayalan.
Tiga dasawarsa aku hidup pada semesta yang berbeda. Seakan berada pada dunia utopia. Kini aku harus menjalani hari yang tak biasa. Tak ada lagi kurasakan hidup yang sempurna. Kejayaan serta kekayaanku musnah tak tersisa. Termasuk dua raga yang paling aku cinta. Seketika aku tak lagi mempunyai impian yang nyata.
Pada hari berikutnya yang suram, aku berjalan sendiri menyelusuri sekitar. Berharap akan aku temukan keajaiban, meski sukar. Tetapi rupanya hanya kenyataan pahit yang ketara. Kembali aku sendiri menjalani hari yang sukar.
1 note
·
View note
Text
Arti Mengislamkan
Tabligh (mendakwahkan) risalah adalah wajib bagi Nabi. Karena itu Nabi mengirim surat keapda raja-raja mengajak mereka masuk Islam. Salah satu suratnya dikirim kepada Ebrewez, kaisar Persia. Pimpinan negara adikuasa dan cucu mendiang kaisar Khosru I, yang dinobatkan jadi Kaisar baru pada tahun 590 M. Itupun gara-gara ayahnya kaisar Murmuza IV terbunuh.
Dalam bukunya Tarikh al-Muluk wa al-Umam, al-Tabari menceritakan bahwa Ebrewez tergolong raja Persia yang paling kuat. Jajahan dan kekuasaannya paling luas. Prestasinya tak tertandingi oleh kaisar sebelumnya. Karena itulah ia digelari Ebrewez yang berarti si Perkasa. Dalam bahasa Arab disebut al-Mudhaffar. Karena itu wajar jika ia dikenal suka menunjukkan kemewahan dan kebesarannya, menimbun harta kekayaan dan perhiasan. Ketika ia memindahkan singgasananya dari bangunan lama ke bangunan baru tahun 607-608 M harta yang dipindahkan terhitung sebanyak 468 juta gantang emas. Pada tahun ke 13 dari kekuasaannya kekayaannya mencapai 880 juta gantang emas.
Surat Nabi yang singkat itu diantaranya berbunyi “Masuklah Islam agar anda selamat dan jika anda menolak maka bagi anda dosa seluruh kaum Majusi”
Namun, ternyata Ebrewez bukan penguasa yang bijak bestari. Bukan pula pemimpin yang adil dan beradab. Ia begitu pongah bagai Fir’aun dan angkuh tak tersentuh. Yang pasti ia tidak dapat hidayah. Dan benar, ketika cucu Anusyirwan itu menerima surat Nabi ia sangat murka. Ia tidak seperti Heraclitus raja Romawi Timur yang menolak halus ajakan serupa. Ebrewez merobek-robek surat Nabi itu. Dengan pongahnya ia berkata,”Pantaskah orang itu menulis surat kepadaku sedangkan ia adalah budakku?”
Namun, ulah Ebrewez itu tidak sedikitpun memancing amarah Nabi. Dengan tauhid dan tafwidh-nya yang kuat Nabi yakin dan pasrah. Hanya Allah yang dapat memberi dan mencabut kekuasaan. Nabi membalas dengan doa sederhana. Tanpa emosi dan rasa perkasa “Semoga Allah merobek-robek kerajaannya” (Mazzaqa Allah mulukahu). Bagaimana caranya, digambarkan Nabi begini, nanti :“Allah memberi kekuasaan pada putera kaisar Persia yang bernama Syiraweh untuk mengalahkan dan membunuh ayahnya.”
Nabi bukan futurologi, tapi itulah Nabi. Doa dan gambaran Nabi benar terjadi. Pada tahun 628 M putera Ebrewez yang bernama Qabaz yang digelari Syirawaih itu merebut kekuasaan dan membunuh Kaisar Ebrewez, ayahnya sendiri. Qabaz pun kemudian berkuasa, tapi tidak lebih dari empat bulan saja ia diturunkan.
Selanjutnya kekaisaran Persia itu berganti-ganti hingga sepuluh kali dalam masa empat tahun. Itulah kenyataan dari mazzaqa Allah mulukahu. Allah benar-benar telah merobek-robek kekaisaran itu. Selama itu kerajaan mengalami kekacauan dan huru-hara Akhirnya rakyat berhasil mengangkat kaisar Yazdajir sebagai kaisar Persia terakhir dari keluarga Sasaniah. Bagi yang berfikir sekuler, itu semua terjadi karena proses politik. Tidak ada campur tangan Tuhan. Kaisar jatuh oleh rakyat, bukan dijatuhkan oleh Tuhan. Tapi bagi Mu’min, itulah jawaban doa Nabi. Begitulah cara Allah memberi dan mencabut kekuasaan.
Di masa kekuasaan kaisar Yazdajir (sekitar tahun 637) inilah tentara Islam datang ke Persia. Namun, kerajaan Persia yang telah berusia empat abad sudah seperti kakek gaek yang ompong, lemah dan sakit-sakitan. Ketika kaum Muslimin datang, dapat dikatakan tanpa perlawanan dan penduduknya masuk Islam dengan sukarela. Kekaisaran itu benar-benar runtuh. Bahkan putera-puteri kaisar sangat berminat menikah dengan bala tentara Islam, dan idolanya adalah Ali bin Abi Talib. Keruntuhan kerajaan Persia persis seperti yang diramalkan Nabi delapan tahun sebelum itu:”Jika kaisar Persia hancur tidak akan ada kaisar lagi sesudahnya” (Hadith Ibn Kathir jld. 3)
Namun, Muslim tidak datang untuk melakukan invasi apalagi kolonialisasi. Kolonialisasi atau eksploitasi bukan karakter Muslim dan peradaban Islam. Muslim tidak memboyong kekayaan Persia ke jazirah Arab. Konsepnya adalah hijrah. Berpindah, hidup, berkarya dan memakmurkan kawasan yang dituju lahir batin. Istilah yang digunakan al-Qur’an bukan penaklukan tapi pembukaan atau kemenangan (al-Fath), seperti fathu Makkah, fathu Andalus, fathu Misra dsb. Membuka, membebaskan, menyelamatkan atau mengislamkan.
Para ulama dan bala tentara Muslim mengajari bangsa Persia al-Qur’an, Hadith, bahasa Arab dan pandangan hidup Islam. Yang dahulu jahil menjadi alim, yang dulu tersesat mendapat petunjuk, yang dulu miskin menjadi kaya dan makmur. Itulah rahmatan lil alamin.
Kepercayaan Persia kuno yang mitologis dan animistis perlahan berganti dengan aqidah Islam yang rasional. Adat istiadat berganti syariat. Tradisi kekuasaan, kemegahan, dan kemewahan berganti tradisi ilmu. Mungkin bala tentara Islam, ulama dan relawan Arab itu tahu sabda Nabi bahwa “Andaikakata ilmu itu berada di bintang Suraya pasti akan dicapai oleh orang-orang Persia”. (Lihat Musnad Ahmad, jld 2).
Ternyata, benar setelah ilmu-ilmu Islam yang tinggi itu dicapai dari kawasan ini lahir ulama-ulama besar dalam sejarah Islam. Tradisi ilmu Islam telah melahirkan ulama seperti al-Khawarizmi, Imam Bukhari, al-Isfahani, Fakhr al-Din al-Razi, Ibn Sina, al-Ghazzali, Ibn Taymiyyah dsb. Dari sini pulalah lahir kekhalifahan besar Islam, Abbasiyah yang bertahan selama 5 abad (750-1250), lebih lama dari kekaisaran Persia.
Begitulah, Islam datang membawa pandangan hidup yang mencerahkan, aqidah yang mencerdaskan, syariah yang membebaskan dan ritual keagamaan yang memudahkan.
Itulah arti mengislamkan yang sesungguhnya. Bangsa ini berjasa pada umat manusia karena Islam. Dapat berprestasi tinggi karena mereka menerima worldview Islam. Benarlah George F Kneller ketika mengatakan bahwa “Ketika keluar dari jazirah Arab bala tentara Islam tidak membawa apa-apa kecuali al-Qur’an dan Hadith, tapi karena inner dynamic-nya, Islam menjadi worldview yang kelak memberi manfaat kepada umat manusia”.
Jadi, Islamisasi adalah membebaskan dan sekaligus menyelamatkan manusia dari cengkeraman worldview yang tidak sesuai dengan fitrahnya. Wallahu a’lam.
0 notes
Text
Merajut kata demi suka cinta yang mengudara.
Luhung Prabangkara, nama pena yang terselip di setiap pojok bawah berita yang mengangkasa. Dua puluh delapan tahun tumbuh dan besar di Batavia, menikmati privilese ‘tuk hidup cukup dan aman. Hingga detik pertama jemari menari pada mesin tik guna menyampaikan berita yang begitu dibenci oleh penguasa, torehkan luka dan dendam pada jiwa yang meronta demi adil pada Negara.
Sudah tak asing akan baret belati serta peluru yang meleset pada bahu, pun, kuat hatinya demi masyarakat yang berjuang dalam pilu. Ada kalanya tak mampu berkutik karna wajah menghantam semen dan tangan terinjak sol sepatu tebal hingga mati rasa, tak urung jua sang pewarta untuk terus maju membawa berita kepada mereka yang menunggu dengan suka cita.
Baginya, luka pada tubuh tidak ada bandingannya akan imaji semu masyarakat yang menunggu berita akan kemerdekaan Negara tercinta. Pun, juangnya tak sebanding dengan mereka yang bertaruh nyawa kala menghadap langsung dengan para penguasa. Hidup yang semula aman menjadi rawan, dan tak sekali pun ia menyesal karena sudah melawan.
Luhung Prabangkara, bait katanya diharap mampu membawa senyum pada dunia.
0 notes
Text
SIMAK KEMBALI KAULA MUDA, OPININYA, DAN SELEKTIF MAKNA : BIAS GENDER
Karya sastra memang selalu memiliki peminat tersendiri, berbagai genre dan banyak sekali penulis baru-baru ini dari kalangan anak muda. Penikmatnya juga kalangan anak muda gen z yang semakin paham dan memakni bahan bacaaan mulia dari fiksi maupun non-fiksi dibabat habis.
Tanpa disadari, karya sastra tetaplah karya seorang manusia yang seperti kita ketahui bersama memuat persfektif dari penulisnya. Gaya bahasa menjadi khas antar penulis. Saktinya dengan melihat gaya bahasa saja biasanya para pembaca yang sudah fanatik sudah bisa membedakan bahwa ini adalah tulisan dari penulisan yang disenangi.
Salah satu karya anak muda yang luar biasa dalam bidang satra di Indonesia adalah cerpen dengan judul Elegi karya Dewi Kharisma Mishellia. Kumpulan cerpen Elegi karya Dewi Kharisma Michellia di pilih dalam penelitian karena sangat menarik untuk di kaji. Kelebihan kumpulan cerpen ini terletak pada ceritanya yakni tentang orang-orang yang bosan terhadap kehidupannya yang mengakibatkan perpisahan, kehilangan dan juga kematian yang di alami tokoh dalam cerita kumpulan cerpen Elegi karya Dewi Kharisma Michellia ini terdiri dari 13 cerpen yakni : (1) pantai cermin, (2) ketaksaan, (3) penulis fiksi, (4) putusan Ely, (5) tanda, (6) kompilasi kehilangan, (7) rindu, (8) keberangkatan, (9) ziarah, (10) 22 jam, (11) si malakama, (12) pulau arwah, (13) forum keluarga. Selain itu tedapat kutipan yang mengarah pada isu bias gender yang tertuang.
Beberapa cerita dalam cerpen “Elegi” karya Dewi Kharisma Michellia merupakan salah satu karya sastra yang mengkritik ketidakadilan gender dalam masyarakat patriarki. Cerpen ini bercerita tentang seorang istri yang mengalami kekerasan fisik dan verbal dari suaminya, yang menganggap bahwa wanita hanya pantas menjadi ibu rumah tangga yang tidak berhak membaca koran atau bermimpi. Suami tersebut bahkan menantang istrinya untuk menjual diri ke pria kaya atau menjadi istri simpanan, sebagai bentuk penghinaan dan pengendalian. Seperti kutipan
“seorang suami berkata wanita seperti kamu ibu rumah tangga tidak cocok membaca koran”
Beberapa cerita dalam cerpen ini menunjukkan bagaimana dominasi gender yang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan melalui kekerasan dan pengekangan. Suami yang berperan sebagai penguasa rumah tangga merasa berhak untuk menyakiti dan mengekang istrinya, yang dianggap sebagai objek yang harus tunduk dan patuh. Istri yang berperan sebagai pelayan rumah tangga dan anak-anak tidak dihargai dan diakui sebagai subjek yang berhak atas kemerdekaan, pengetahuan, dan aspirasi. Suami menggunakan bahasa yang kasar, sindiran, dan ancaman untuk menekan istrinya agar tidak melawan atau meninggalkannya.
Cerpen ini juga menggambarkan bagaimana perempuan sering kali menjadi korban dari sistem patriarki yang menempatkan laki-laki sebagai norma dan standar. Istri yang memiliki minat dan bakat dalam menulis tidak mendapat dukungan dan penghargaan dari suaminya, yang menganggap bahwa menulis adalah pekerjaan yang tidak berguna dan tidak sesuai dengan peran perempuan. Istri yang ingin membaca koran untuk menambah wawasan dan informasi tidak mendapat kesempatan dan kebebasan dari suaminya, yang menganggap bahwa koran adalah media yang tidak cocok untuk perempuan. Istri yang ingin memiliki kehidupan yang lebih baik dan lebih bahagia tidak mendapat harapan dan keadilan dari suaminya, yang menganggap bahwa perempuan tidak berhak untuk bercita-cita atau berpikir tentang diri sendiri.
“Kenapa tak seperti ibu saja, jual diri ke pria kaya. Kalau perlu jadi istri simpanan."
sebuah sikap atau perlakuan yang tidak adil terhadap seseorang berdasarkan jenis kelaminnya. Dalam kutipan tersebut, terlihat bahwa seorang suami mengejek dan merendahkan istrinya dengan mengatakan bahwa wanita seperti dia, yang merupakan ibu rumah tangga, tidak cocok membaca koran. Suami tersebut juga menyarankan agar istrinya menjual diri ke pria kaya atau menjadi istri simpanan, sebagai bentuk penghinaan dan pengendalian.
Isu bias gender dalam kutipan tersebut dapat dianalisis dari beberapa aspek, yaitu:
Stereotipe: Suami tersebut memiliki pandangan yang stereotip terhadap perempuan, yaitu bahwa perempuan hanya pantas menjadi ibu rumah tangga yang taat dan tidak berpendapat. Suami tersebut juga menganggap bahwa membaca koran adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan peran perempuan, karena koran adalah media yang berisi informasi, pengetahuan, dan kritik yang hanya cocok untuk laki-laki. Stereotipe ini menunjukkan bahwa suami tersebut menganggap laki-laki lebih superior dan berhak atas pendidikan, informasi, dan ekspresi, sedangkan perempuan lebih inferior dan harus tunduk pada laki-laki.
Subordinasi: Suami tersebut melakukan subordinasi terhadap istrinya, yaitu menempatkan istrinya pada posisi yang rendah dan tidak berdaya. Suami tersebut tidak menghargai dan mengakui istrinya sebagai individu yang berhak atas kemerdekaan, pengetahuan, dan aspirasi. Suami tersebut juga menggunakan bahasa yang kasar, sindiran, dan ancaman untuk menekan istrinya agar tidak melawan atau meninggalkannya. Subordinasi ini menunjukkan bahwa suami tersebut menganggap istrinya sebagai objek yang harus tunduk dan patuh pada suaminya.
Eksploitasi: Suami tersebut melakukan eksploitasi terhadap istrinya, yaitu memanfaatkan istrinya untuk kepentingan dan kepuasan dirinya sendiri. Suami tersebut tidak peduli dengan kebutuhan dan kebahagiaan istrinya, tetapi hanya memikirkan kebutuhan dan kebahagiaan dirinya sendiri. Suami tersebut juga menantang istrinya untuk menjual diri ke pria kaya atau menjadi istri simpanan, sebagai bentuk eksploitasi seksual dan ekonomi. Eksploitasi ini menunjukkan bahwa suami tersebut menganggap istrinya sebagai barang yang bisa dijual atau ditukar dengan pria lain.
Cerpen ini mengajak pembaca untuk merefleksikan dan mengkritisi kondisi sosial yang masih mengandung bias gender dan diskriminasi terhadap perempuan. Cerpen ini juga menginspirasi pembaca untuk berani berjuang dan bersuara melawan ketidakadilan gender yang terjadi di sekitar kita. Cerpen ini merupakan sebuah elegi, sebuah ratapan atas nasib perempuan yang terjebak dalam lingkaran patriarki yang menghancurkan jiwa dan cita-citanya.
“Tanpa memberikan pilihan apapun kepada Mama yang dengan terpaksa harus mencari pundi-pundi rupiah. Mengalihkannya menjadi tulang punggung keluarga.”
Apa yang kalian pikirkan setelah membaca kutipan tersebut?
Berbicara tentang karya tulisan, meskipun di Indonesia minat literasinya masih rendah bukan berarti generasi muda masa kini tidak bisa dipengaruhi oleh bahan bacaan. Justru hal tersebut merupakan cikal bakal kesalahan penafsiran terhadap bahan bacaan yang ranahnya mengarah pada kesusatran dari diksi-diksi yang dimuat sebagai pesan tersirat yang diselipkan oleh seorang penulis. Ketika minat baca rendah, maka budaya membaca yang rendah akan mempengaruhi pemahaaman pembaca. Seperti yang kita ketahui semakin sering intensitas yang dilakukan maka hal tersebut akan menjadi kebiasaan dan dari kebiasaan ini kita bisa belajar untuk pemahaman selanjutnya yang selaras denganpandangan Behavioristik.
Mengulik perihal ini, ada salah satu teori yang benar-benar mewakili
Penasaran?
Yuk simak sampai akhir
“kerangka konseptual yang mengajukan bahwa perspektif individu dalam masyarakat terbentuk oleh posisi sosial, pengalaman, dan konteks kehidupan mereka.”
Maka? Membaca tidak hanya sekadar membaca, meresapi makna dan menganalisa hal yang tetuang sangat perlu dan harus dilakukan.
Apa yang menjadikan kutipan dalam buku tersebut merupakan isu bias gender. Pada kutipan tersebut tampak sekali kata terpakasa seakan-akan seorang ibu atau peremepuan tidak boleh bekerja untuk menghidupi dan mencukupi kehidupannya. Seakan akan perempuan berada dalam kesengsaraan. Bekerja tidaklah dilakukan oleh perempuan.
1 note
·
View note
Text
Denny JA 58: Ratu Adil Bernama Virus Corona – Sebuah Karya yang Mengguncang
Dalam dunia sastra Indonesia, nama Denny JA tidak pernah lekang oleh waktu. Ia telah menghasilkan banyak karya yang menginspirasi dan menjadi cerminan masyarakat Indonesia. Salah satu karyanya yang paling kontroversial adalah "Ratu Adil Bernama Virus Corona". Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi karya tersebut dan dampak yang ditimbulkannya. I. Pengenalan Denny ja 58 Denny ja adalah seorang penulis, sastrawan, dan aktivis sosial yang lahir pada tanggal 24 September 1958. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh sastra Indonesia yang memiliki pemikiran kritis dan berani mengungkap realita sosial. Karya-karyanya sering kali memunculkan kontroversi dan memperoleh perhatian luas. II. Ratu Adil Bernama Virus Corona "Ratu Adil Bernama Virus Corona" adalah sebuah karya sastra yang ditulis oleh Denny JA. Karya ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 2020, pada saat pandemi virus corona sedang melanda dunia. Karya ini menggambarkan sebuah dunia dystopian di mana virus corona menjadi penguasa dan menentukan nasib umat manusia. III. Kontroversi dan Dampak Karya ini langsung menuai kontroversi di kalangan masyarakat Indonesia. Banyak yang menganggapnya sebagai provokasi dan tidak senonoh. Namun, ada juga yang melihatnya sebagai kritik sosial yang tajam dan cerdas. Denny JA dikritik oleh beberapa pihak karena dianggap memanfaatkan situasi pandemi untuk mencari sensasi. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa karya ini mampu mengguncang masyarakat Indonesia. Denny JA berhasil menggambarkan ketakutan dan kekacauan yang dirasakan oleh banyak orang selama pandemi. Ia juga berhasil menggugah kesadaran kita akan pentingnya kemandirian dan kebersamaan dalam menghadapi situasi sulit. IV. Pelajaran dari Karya ini Meskipun kontroversial, "Ratu Adil Bernama Virus Corona" memberikan beberapa pelajaran berharga bagi masyarakat Indonesia. Pertama, karya ini mengingatkan kita akan pentingnya kesadaran akan kesehatan dan kebersihan. Virus corona mengajarkan kita betapa pentingnya menjaga kesehatan tubuh dan lingkungan. Kedua, karya ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan emosi dan mental saat menghadapi situasi sulit. Dalam cerita ini, banyak karakter yang kehilangan kendali diri mereka karena ketakutan dan keputusasaan. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga ketenangan dan optimisme dalam menghadapi tantangan. Ketiga, karya ini mengajarkan kita pentingnya solidaritas dan kebersamaan dalam menghadapi krisis. Dalam cerita ini, karakter-karakter yang berhasil bertahan adalah mereka yang saling membantu dan bekerja sama. Denny JA ingin mengingatkan kita akan pentingnya saling mendukung dan bekerja sama dalam menghadapi situasi sulit. V. Kesimpulan Denny JA 58 telah menciptakan sebuah karya kontroversial yang mengguncang masyarakat Indonesia. Meskipun banyak yang mengkritiknya, tidak dapat dipungkiri bahwa karya ini berhasil menggambarkan realita sosial yang sulit dan memberikan pelajaran berharga bagi kita semua. "Ratu Adil Bernama Virus Corona" adalah sebuah karya yang memperlihatkan keberanian dan kecerdasan Denny JA sebagai seorang sastrawan.
Cek Selengkapnya: Denny JA 58: Ratu Adil Bernama Virus Corona – Sebuah Karya yang Mengguncang
0 notes
Text
*IBRAHIM DAN ISMAIL AS.: TELADAN DALAM KETAATAN TANPA KERAGUAN*
Buletin Kaffah No. 298 (05 Dzulhijjah 1444 H/23 Juni 2023 M)
Tanggal 10 Dzulhijjah adalah momen yang penuh dengan kebahagiaan dan keberkahan. Hari ketika jutaan Muslim berkumpul di tempat yang dimuliakan dan diberkahi oleh Pencipta dan Pemilik alam semesta. Tidak lain untuk mewujudkan ketaatan dalam ibadah mulia, ibadah haji. Sepanjang pelaksanaan ibadah haji itu jutaan Muslim terus mengagungkan Zat Yang Mahaagung. Mereka pun berdoa tiada henti, seraya melantunkan kalimat talbiyah, “Labbayk AlLâhumma labbayk.” Mereka menjawab panggilan Allah dengan penuh kekhusyukan untuk hadir mewujudkan ketaatan kepada-Nya.
Merekalah dhuyûfulLâh. Tamu-tamu Allah. Mereka berhak mendapatkan kedudukan mulia di sisi-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
الحُجَّاجُ وَالْعُمَّارُ وَفْدُ اللهِ، دَعَاهُمْ فَأَجَابُوْهُ، سَأَلُوْهُ فَأَعْطَاهُمْ
Jamaah haji dan umrah adalah tamu Allah. Allah telah memanggil mereka. Mereka pun memenuhi panggilan-Nya. Mereka memohon kepada Allah. Allah pun mengabulkan permohonan mereka (HR Ibnu Majah).
Di luar Tanah Suci, miliaran kaum Muslim menggemakan takbîr, tahmîd, tasbîh, dan tahlîl, berbondong-bondong menunaikan shalat Id dan mendengarkan khutbah. Lalu menyembelih dan membagikan hewan-hewan kurban. Gema kalimat thayyibah dan penyembelihan kurban terus berlangsung hingga Hari Tasyriq usai. Sungguh, hari-hari yang amat sakral dan memberikan nuansa ketundukan kepada Allah SWT.
Inilah Idul Adha 10 Dzulhijjah tahun 1444 H. Sebagaimana perintah Rasulullah saw., penentuan awal bulan Dzulhijjah bukanlah ditetapkan berdasarkan otoritas penguasa negara nasional masing-masing, tetapi wajib berdasarkan pengumuman Amir Makkah. Husayn bin Harits al-Jadali telah menyatakan: Amir Makkah, al-Harits bin Hatib, telah menyampaikan khutbah kepada kami, seraya berkata:
عَهِدَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ أَنْ نَنْسُكَ لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ لَمْ نَرَهُ، وَشَهِدَ شَاهِدَا عَدْلٍ نَسَكْنَا بِشَهَادَتِهِمَا
Kami telah diperintahkan oleh Rasulullah saw. untuk mengerjakan manasik (ibadah haji) karena melihat hilal. Jika kami tidak melihat hilal, lalu ada dua orang saksi yang adil melihatnya, maka kami pun akan mengerjakan manasik berdasarkan kesaksian mereka berdua (HR Abu Dawud dan ad-Daraquthni).
*Hari Terbaik*
Inilah satu dari dua hari yang disebutkan oleh Nabi saw. sebagai hari terbaik dibandingkan dengan semua hari raya umat lain di penjuru dunia. Setelah hijrah ke Madinah Rasulullah saw. menyaksikan orang-orang Yahudi merayakan hari raya mereka, Nairuz dan Mihrajan. Hari raya itu diikuti oleh orang-orang Madinah, termasuk kalangan Anshar. Kemudian Nabi saw. bersabda:
قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ يَوْمَيْنِ خَيْراً مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْرِ
Aku datang kepada kalian, sementara kalian mempunyai dua hari raya pada masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha (Hari Raya Kurban) (HR an-Nasa’i dan Ahmad).
Sikap Nabi saw. ini menjadi pertanda bagi orang-orang beriman bahwa umat Muslim adalah umat dengan agama dan syariah yang berbeda dengan umat lain. Beda dalam peribadatan, hari raya, juga dalam tatanan aturan kehidupan. Kaum Muslim telah diberi agama yang luhur yang berada di atas agama-agama lain. Tidak ada satu pun agama, ajaran atau ideologi yang dapat menandingi kemuliaan Islam. Sabda Nabi saw.:
اْلإِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى
Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya (HR ad-Daruquthni).
Jika Rasulullah saw. saja sudah menyatakan Islam itu tinggi dan terbaik, tak ada yang setinggi dan semulia agama ini, maka terasa sangat menyesakkan dada jika justru umat Muslim sendiri tidak memiliki perasaan bangga terhadap agamanya; malah memilih ajaran atau ideologi lain; menceraikan diri dari shirâthal-mustaqîm dan berjalan di atas bukan jalan Islam. Begitu pula terasa menyedihkan jika umat Muslim rela dipimpin oleh umat lain yang justru menjerumuskan mereka ke dalam jurang keterpurukan.
*Keteladanan dalam Ketaatan*
Ketika membicarakan ketaatan, maka kisah keteladanan ayah dan anak, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail alayhimâ as-salâm, patut untuk selalu diulang. Kedua utusan Allah ini mengajari kita ketaatan tanpa ragu, ketaatan tanpa kata nanti dulu.
Ibrahim as. diuji oleh Allah untuk mengorbankan buah hati sekaligus buah cintanya yang telah lama dinanti, putranya sendiri. Adapun Nabi Ismail as. diuji oleh Allah untuk mengorbankan hidupnya agar ayahnya bisa melaksanakan perintah-Nya. Allah SWT berfirman:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى
Tatkala anak itu telah sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Anakku, sungguh aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelih kamu. Karena itu pikirkanlah apa pendapatmu.” (TQS ash-Shaffat [37]: 102).
Nabi Ibrahim as. memberikan teladan bahwa tidak ada kecintaan yang paling tinggi melebihi kecintaan kepada Allah SWT. Kecintaan kepada Allah SWT melebihi kecintaan kepada pasangan, anak, harta dan tahta. Kecintaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla ini tentu harus diwujudkan dalam ketaatan menjalankan semua perintah-Nya.
Di sisi lain, Ismail as. juga meyakini sepenuh hati bahwa ketaatan kepada Allah SWT di atas segalanya sekalipun harus mengorbankan jiwa dan raganya. Karena itu Ismail as. pun mengukuhkan keteguhan jiwa ayahandanya dengan mengatakan:
يَا أَب��تِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Ayah, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapati diriku termasuk orang-orang yang sabar.” (TQS ash-Shaffat [37]: 102).
*Menuju Ketaatan Total*
Hari ini kita menyaksikan kaum Muslim tanpa ragu melaksanakan perintah berhaji juga berlomba-lomba mempersembahkan kurban terbaik di jalan Allah. Namun jangan lupa, ketaatan yang diminta oleh Allah adalah ketaatan total pada semua perintah-Nya dan semua larangan-Nya. Bukan ketaatan parsial. Bukan pula ketaatan yang dipilih-pilih menurut kehendak dan kemauan hawa nafsu.
Ketika kaum Muslim mencurahkan ketaatan kepada Allah dalam menunaikan ibadah haji dan dalam berkurban, kemanakah ketaatan itu pergi ketika mereka diseru untuk melaksanakan syariah-Nya dalam perkara muamalah, pidana, jihad, politik dan pemerintahan? Mengapa hukum-hukum Allah itu kita abaikan? Bukankah semua itu juga perintah dari Tuhan yang sama? Tuhan yang menyerukan perintah berkurban dan berhaji?
Lebih memilukan lagi, semangat dan upaya untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah secara kâffah dengan melaksanakan syariah Islam justru dihadang dan dihinakan dengan sebutan utopia, kearab-araban sampai tudingan radikalisme. Padahal Allah SWT telah berfirman:
فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوْكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُم ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيْمًا
Demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasakan suatu keberatan pun dalam hati mereka atas keputusan yang engkau berikan, dan mereka menerima (keputusan itu) dengan sepenuhnya (TQS an-Nisa’ [4]: 65).
Tidak pantas bagi orang yang mengaku beriman kepada Allah mencari-cari alasan untuk menolak perintah dan larangan-Nya. Apalagi memutarbalikkan ayat demi keuntungan duniawi. Mengharamkan yang halal. Menghalalkan yang haram. Padahal perintah untuk menerapkan syariah Islam sudah jelas dalam Kitabullah. Banyak ayat yang memerintahkan kaum Muslim untuk berhukum dengan hukum-hukum Allah. Allah SWT, misalnya, berfirman:
فَٱحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنزَلَ ٱللَّهُۖ وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ ٱلحَقِّ
Putuskanlah hukum di antara mereka menurut apa yang telah Allah turunkan dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu (TQS al-Maidah [5]: 48).
Demikianlah yang Allah SWT perintahkan kepada kaum Muslim. Lalu mengapa hari ini kaum Muslim yang mengaku taat kepada Allah malah lebih tunduk pada hukum buatan Montesquieu, Piagam PBB, IMF, World Bank, dan berbagai lembaga internasional, sembari mencari alibi pembenaran sikap tersebut?
Janganlah sampai kita mengikuti sikap orang-orang munafik yang selalu mencari-cari alasan untuk menolak perintah Allah SWT, sebagaimana mereka menolak berangkat ke medang Perang Tabuk dengan alasan cuaca panas. Allah SWT berfirman:
فَرِحَ الْمُخَلَّفُوْنَ بِمَقْعَدِهِمْ خِلٰفَ رَسُوْلِ اللّٰهِ وَكَرِهُوْا اَنْ يُّج��اهِدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَقَالُوْا لاَ تَنْفِرُوْا فِى الْحَرِّۗ قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ اَشَدُّ حَرًّاۗ لَوْ كَانُوْا يَفْقَهُوْنَ
Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah. Mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka berkata, "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam keadaan panas terik ini." Katakanlah, "Api Neraka Jahanam itu jauh lebih panas lagi jika saja mereka tahu.” (TQS at-Taubah [9]: 81).
Wahai kaum Muslim, sadarilah, bertubi-tubi persoalan yang terjadi hari ini penyebabnya adalah hilangnya ketaatan utuh kepada Allah SWT. Diganti dengan sikap diskriminasi terhadap perintah dan larangan-Nya. Aturan yang menguntungkan seperti regulasi haji, zakat, pernikahan dijalankan. Yang bertentangan dengan hawa nafsu dicampakkan. AstaghfirulLâh al-‘Azhîm. []
---*---
*Hikmah:*
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَعْبُدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِنْ أَصَابَهُۥ خَيْرٌ ٱطْمَأَنَّ بِهِۦ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ ٱنقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِۦ خَسِرَ ٱلدُّنْيَا وَٱلأَاخِرَةَ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلْخُسْرَانُ ٱلْمُبِينُ
Di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi. Jika ia memperoleh kebajikan, ia tetap dalam keadaan itu. Jika ia ditimpa oleh suatu bencana, ia berbalik ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian adalah kerugian yang nyata. (TQS al-Hajj [22]: 11). []
1 note
·
View note
Text
youtube
Renungan 2Apr2023
Bacaan Injil Mat 27: 11-54
Dalam kisah Yesus dihadapkan kepada Gubernus Pilatus, kita melihat bahwa sosok gubernur yang penguasa tertinggi di Palestina, yang seharusnya menegakkan kebenaran menyerah tak berdaya ditekan massa yang terprovokasi dan menuntut Yesus disalib. Pilatus tidak bisa bertindak tegas, padahal ia tahu benar siapa yang salah dan siapa yang benar. Dia sama sekali tidak bersalah dan tidak ada kejahatan apa pun yang diperbuat olehNya sehingga dapat dijadikan alasan menghukum Dia. Pilatus tahu alasan mengapa Yesus Kristus diserahkan yaitu karena orang-orang Yahudi sangat dengki bahkan dalam ayat 19 ditulis istri Pilatus pun telah memperingatkan Pilatus untuk jangan melakukan apapun kepada Yesus karena mengalami mimpi yang mengerikan tentang Yesus, namun Pilatus memilih mengingkari hati nuraninya dan lebih memihak kepada yang salah, "...ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan." (Matius 27:26). Pilatus hanya bisa cuci tangan tak mau terlibat dalam mengambil keputusan yang salah dan menyerahkan-Nya kepada pengadilan massa yang beringas dan bermata gelap untuk menyalibkan Yesus
Membela kebenaran, mengambil keputusan yang melawan arus dan memilih kompromi dengan keinginan ‘duniawi’ memang bisa beresiko kehilangan jabatan, kehormatan, popularitas, komunitas, pertemanan bahkan keluarga. Jaman sekarangpun tidaklah jauh berbeda dengan apa yang dilakukan Pilatus, lebih memilih mengikuti arus dan menjauhi kebenaran demi menyelamatkan diri sendiri. Banyak sekali orang yang menutup mata terhadap berbagai kasus entah itu korupsi, pelanggaran hak asasi, pembunuhan, saksi dusta, narkoba serta berbagai perbuatan dosa lainnya. Hukum bisa diperjualbelikan, uang berkuasa, keadilan sulit ditegakkan, kejahatan dan dosa semakin merajalela di mana-mana; bahkan tak jarang aparat pun menutup mata karena menerima imbalan ‘uang tutup mulut’ sementara, kebenaran kian tidak ada tempat di dunia ini. Orang yang jelas-jelas bersalah bisa dibenarkan, sebaliknya orang yang berbuat benar malah dipersalahkan. Di zaman sekarang ini uanglah yang 'berbicara' sehingga segala hal bisa diatur dan dikompromikan. Sebagai anak-anak Allah kita diminta untuk taat kepada Allah karena "...dan setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal," (Ibrani 2:2).
Alkitab mencatat ada 10 tahap penderitaan Tuhan Yesus dari Taman Getsemani sampai Golgota, mulai dari taman Getsemani. Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa dalam keadaan ketakutan dengan peluh seperti tetes-tetes darah yang jatuh ke tanah. Pada saat itu seorang malaikat turun untuk menguatkan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa ya Bapa jikalau sekiranya mungkin biarlah cawan ini lalu daripadaku tetapi jangan seperti yang kukehendaki melainkan seperti yang Kau kehendaki. Yesus mengajarkan bahwa di dalam doa kita boleh menawar tetapi tetap tunduk kepada kehendak Bapa.
Ketika Dia diludahi, diadili dengan tidak adil, dimahkotai mahkota duri, dihujat, diolok, dicambuk dan akhirnya disalibkan, Yesus malah berdoa “Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Yesus memberikan teladan kepada kita untuk tetap mengasihi musuh kita. Jika kita hanya mengasihi teman kita apa bedanya kita dengan orang-orang yang berdosa pun juga mengasihi orang orang yang mengasihi mereka. Ketika Tuhan Yesus dibelenggu dan diadili oleh Pilatus dan meskipun tidak ditemukan kesalahan yang membuat Tuhan Yesus harus dihukum mati tetapi orang-orang Yahudi terus berteriak salibkan Dia, salibkan Dia, dan akhirnya Pilatus menyerahkan Tuhan Yesus untuk disalibkan seperti firman Tuhan tentang ketaatan hamba Tuhan yang dikatakan dalam bacaan pertama kitab Yesaya bahwa "Aku tidak menyembunyikan muka-Ku ketika Aku dinodai dan diludahi, tetapi Tuhan Allah menolong Aku sebab itu Aku tidak mendapat noda"
Ketika Tuhan Yesus dicambuk dan diberi mahkota berduri, dua algojo bergantian menghujamkan cambuk kepada Tuhan Yesus dan diujung cambuk dipasang potongan tulang dan potongan besi. Pendarahan yang hebat dan luka-luka dipunggungnya, itulah yang menyebabkan Yesus tidak sanggup lagi memikul kayu salib menuju Bukit Golgota hingga akhirnya Simon dari Kirene disuruh menggantikannya memikul salib-Nya. Yesus benar-benar menggenapi nubuatan Nabi Yesaya melalui setiap cambukan yang Ia alami seperti ada tertulis, "Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (Yesaya 53:5).
Siksaan yang terbesar yang diderita Tuhan Yesus, bukanlah hanya secara fisik, namun terlebih secara rohani. Ia telah menanggung atas diriNya sendiri segala dosa kita, sehingga Ia berseru: “AllahKu, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Dia menderita sebagai orang berdosa. 2 Korintus 5:21 mengatakan “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatnya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”
Inilah yang Tuhan kerjakan bagi setiap orang yang percaya, Tuhan menjadi penebus bagi setiap kita orang-orang yang berdosa yang harus menerima murka Allah tetapi sudah Tuhan gantikan diatas kayu salib seperti tertulis dalam 1 Petrus 1:18-19 ”Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat”. Yesus mati dengan kasih dan sukarela, Dia menggenapi apa yang dia firmankan untuk memberikan nyawa-Nya dan berkorban bagi kita karena “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” Yohanes 15:13.
Berkah Dalem
0 notes
Text
Dinasti keprofesian masih bisa diwajari, dengan catatan bahwa yang melanjutkan profesi tersebut memang mampu. Bagaimana dengan mengurus negara, apakah boleh diurus secara dinasti juga asal orangnya mampu? Hmm menurutku ada beberapa hal buruk yang akan terjadi bila negara diurus secara dinasti.
Mengurus negara tidak bisa menggunakan logika yang sama dengan keprofesian. Sebab negara bukan cuma milik satu keluarga, melainkan milik ratusan juta orang. Ada banyak sekali aspirasi di sana. Ada nilai-nilai konstistusi yang harus dilindungi untuk menjaga negara. Ada kepentingan publik yang harus diutamakan. Ada kepentingan masyarakat marginal yang harus dibela dan didengar.
Konteks dinasti politik/negara, meski orang tuanya sudah tak lagi menjabat, telah menyiapkan sedemikian rupa anaknya, membekali anaknya dengan sekolah yang linear, sehingga anaknya mampu. Tetap saja akan ada potensi penyalahgunaan kekuasaan. Penerusnya tersebut akan berpeluang besar mendapatkan keistimewaan berupa jalan pintas. Entah lebih dikenal dan mudah diterima karena nama orang tuanya, lebih banyak yang membantunya untuk sampai ke tangga atas jabatan.
Bayangkan bila menjadi pesaing si anak dinasti ini, tapi ia sebagai perintis, jalan yang dilaluinya menjadi lebih terjal, pertandingan tidak lagi adil dan setara. Jadi, apakah iya kita harus terus mewajari dinasti politik, meski ia mampu? Lalu, kekuasaan negara hanya berputar-putar di situ-situ saja. Bagaimana kalau "mampu" ini disengaja oleh penguasa agar kemampuan ini hanya dikuasai oleh lingkaran mereka saja.
Knowledge is power. Pengetahuan sangat bisa dikendalikan oleh penguasa dan didistribusikan di lingkaran mereka saja, agar mendukungnya untuk tetap berkuasa. Contohnya gini, kenapa si yang old money ya tetep aja dari etnis tertentu. Ya karena emang disengaja biar perputaran uang, networking, alur informasi cuma di situ saja. Kenapa si masyarakat kita tetap banyak yang miskin? Ya memang sengaja dipelihara sama penguasa, biar bisa dikasih bansos atau gratis makan *****. Biar ga pada nuntut macam-macam kalau pemerintah bikin kebijakan ngaco yang membahayakan kepentingan publik secara jangka panjang. Rakyat emang disistem buat ga mikir jauh, isu climate change dan sejenisnya tidak relate karena terasa jauh dampaknya. Rakyat cukup mikir "besok bisa makan", udah aman. Eh kayaknya melenceng agak jauh ya. Tapi poinnya semoga tetap bisa dipahami ya.
Merit system, sistem penilaian berbasis kinerja atau kemampuan ini sebenernya juga problematik. Karena yang dipandang mampu nantinya cuma yang pinter-pinter aja, yang kaya aja. Terus gimana sama yang gak pinter dan miskin? Apakah mereka ga dikasih hak untuk bersuara? Apakah ga dikasih kesempatan yang sama untuk memperjuangkan jabatan publik? Lagian sebenarnya, pinter itu spektrum ya, pinter di bidang A belum tentu pinter di bidang B dan sebaliknya. Suara buruh tani dengan suara profesor sama pentingnya. Karena suara petani bisa mewakili aspirasinya untuk kebutuhan memajukan pertanian, begitupun profesor juga punya suara untuk memajukan di bidang akademik.
Dinasti politik/ politik dinasti bisa menghambat proses demokrasi ini, jadi meskipun mereka mampu, tapi secara jangka panjang, bagaimana dampak kepemimpinan mereka untuk rakyat? Sangat rentan penyalahgunaan kekuasaan, keputusan dan kebijakan yang diambil nantinya juga tak lagi berpihak ke rakyat. Meski mungkin di awal niatnya mengabdi untuk rakyat. Tapi siapa yang bisa menjamin bahwa dinasti ini akan terus lurus untuk kepentingan rakyat? Yang sering terjadi justru keturunan-keturunannya ini lebih fokus untuk mengamankan kekuasaan segolongan saja.
Coba telusuri Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah. Khalifah-khalifah yang menjabat tak selalu tegak lurus membela agama islam atau kepentingan publik, meski mereka punya kemampuan memimpin. Banyak juga khalifah-khalifahnya yang berbuat semena-mena selama berkuasa, atau justru salah fokus mengumpulkan kekayaan. Silakan ditelusuri saja sejarahnya.
Kekuasaan sebesar mengurus negara itu melenakan, maka perlu kontrol dari berbagai pihak, utamanya rakyat. Oleh karena itu dalam mengurusi negara, sangat penting untuk membuka kesempatan bagi semua kalangan untuk bersuara, berpartisipasi dalam proses politik secara adil dan setara. Karena dari sinilah proses demokrasi yang sehat akan lahir, kebijakan yang benar-benar berpihak pada rakyat akan bisa diterapkan.
Dinasti
Di belahan dunia mana pun, untuk bidang apapun, pasti ada "dinasti" nya sih. Bukan cuma politik yang bapaknya jadi presiden, anak-anaknya ngikut jadi walikota/bupati/gubernur/capres/cawapres. Bahkan satu keluarga besar sudah jadi penguasa di Banten, gak aneh.
Di dunia kedokteran, dinasti dokter sangat menentukan masa depan para cucu-cicit dokter selanjutnya. Ketika pure blood bisa dapat privilege ina inu, muggle harus bekerja keras melebihi siapapun.
Begitupun dinasti hukum, entah bapaknya jadi hakim, anaknya pengacara/jaksa, atau sebaliknya.
Dinasti guru, seringkali ditemukan, ibu bapaknya guru, satu keluarga besar guru semua, sangat dihormati di desa/kecamatan sekitar, sebagai tokoh yang cukup dipandang.
Dinasti dosen. Ada juga. Yang saat ini ramai diperbincangkan di X, kalau mau jadi dosen, minimal old money (keturunan orang kaya), yang tidak memikirkan gaji yang sedikit itu. Jadi ingat, seorang yang sedang s3, ternyata ibunya profesor. Dalam hati ku bergumam, "ya pantes s3".
Dinasti toko. Bapak ibunya punya warung/toko, anaknya yang melanjutkan. Turun temurun.
Dinasti itu enggak salah. Asal capable, asal mampu. Gak maksa nabrak sana sini.
22 Februari 2024
46 notes
·
View notes
Text
Situs Sekretariat Kabinet setkab.go.id Diretas, Hacker Sebut Indonesia Kacau!
Situs Sekretariat Kabinet setkab.go.id Diretas, Hacker Sebut Indonesia Kacau!
123berita.com – Situs Sekretariat Kabinet disinyalir telah diretas pada Sabtu (31/07/2021). Tampilan halaman awal laman setkab.go.id memperlihatkan latar warna hitam dengan foto seorang pemuda membawa bendera merah putih di tengah aksi demonstrasi. Pemandangan ini tentu saja berbeda dari biasanya di mana situs milik pemerintah itu memuat berita-berita kenegaraan. Alih-alih menampilkan konten…
View On WordPress
0 notes
Text
Situs Sekretariat Kabinet setkab.go.id Diretas, Hacker Sebut Indonesia Kacau!
Situs Sekretariat Kabinet setkab.go.id Diretas, Hacker Sebut Indonesia Kacau!
123berita.com – Situs Sekretariat Kabinet disinyalir telah diretas pada Sabtu (31/07/2021). Tampilan halaman awal laman setkab.go.id memperlihatkan latar warna hitam dengan foto seorang pemuda membawa bendera merah putih di tengah aksi demonstrasi. Pemandangan ini tentu saja berbeda dari biasanya di mana situs milik pemerintah itu memuat berita-berita kenegaraan. Alih-alih menampilkan konten…
View On WordPress
0 notes
Text
Dear Lintang
Dear Lintang, kamu tidak salah. Orang tuamu juga tidak salah. Kalian sama-sama butuh kuota dan pulsa. Orang tuamu marah, saya yakin bukan karena kemauannya, tapi refleksi betapa berharganya pulsa untuk aktivitas keluarga.
Kalian—dan mungkin kita—adalah korban sistemik dari tidak adanya visi soal pendidikan bangsa yang paripurna. Orang-orang nir-privilège seperti kita ini harus berjuang mati-matian untuk mendapatkan kesempatan layaknya mereka yang sanggup membeli pulsa—yang nominalnya bahkan lebih mahal dari akumulasi biaya makan sebulan kita. Soal otak, dari Sabang sampai Merauke, anak-anak Indonesia punya kapasitas yang sama. Yang membedakan hanya soal kesempatan. Ini fakta dan sayangnya terus begini dari dulu.
Di negeri ini, harapan pun harus dibeli. Ketika orang-orang tak lagi memikirkan kaum-kaum seperti kita, Lintang. Mereka lebih sibuk dengan selebrasi dan eksistensi. Kita benar-benar beranjak dengan kaki-kaki sendiri. Berat, memang, karena keadilan itu mahal. Menuntut adil bagi rakyat kecil saja bisa dihakimi nyinyir oleh mereka-mereka yang tidak pernah merasakan pahitnya kehidupan.
Tapi, Lintang, kamu jangan memarahi ibumu, bapakmu. Mereka tak punya kuasa memberikan akses kemudahanmu untuk sekadar belajar. Pun jangan juga menyalahi penguasa karena bisa-bisa kita yang dipenjara.
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5096863/cerita-siswi-sd-kabur-gegara-habiskan-pulsa-ibu-untuk-tugas-daring?fbclid=IwAR38rw84Hl2t1kxakq90ed30XNSauWKw3WtrCRneuu7wHLMR1KgQjfIFgsM
426 notes
·
View notes
Text
Kekuatan Terselubung
Satu purnama sudah putriku mempimpin kerajaan. Sebagai penguasa alam raya yang menakjubkan. Kerajaanku kini semakin berkembang dan mengagumkan. Putriku amat cerdik dalam mengendalikan. Tak terhitung kekuatan yang ia miliki hingga mampu memimpin rakyat yang berjumlah jutaan. Sungguh kemampuan yang amat memesonakan.
Pada suatu malam ketika purnama sedang bertamu. Nampak putriku sedang duduk pada sebuah bangku. Di taman halaman belakang istanaku. Seakan sedang menanti sesuatu. Tanpa diduga muncullah yang ia nantikan itu. Bayangan hitam dengan matanya yang berwarna biru. Sungguh aku tercengang dibuatnya saat itu. Nampak akrab putriku berbincang dengan sosok itu beberapa waktu. Hingga tak berselang lama, bayangan hitam itu menghilang bagai angin lalu. Kini aku mulai mengerti asal dari segala kekuatan yang dimiliki putriku.
Hari berganti bulan hingga tahun kian bertambah. Kerajaan yang aku dirikan kian megah. Aku dan suamiku semakin mempercayakan kerajaan pada putri kami satu-satunya yang semakin fasih. Kendati kejadian beberapa waktu lalu masih membuatku gelisah. Namun, aku tak lagi mempedulikan, sebab kekuasaan dan kekayaanku kini tanpa celah.
Tanpa terasa sewindu sudah putriku menjadi ratu. Memimpin kerajaan dengan adil dan bijak selalu. Bernegosiasi dengan bsnyak kawan serta lawan yang mengganggu. Meski begitu ia tak pernah lupa untuk tetap meratukan aku. Ibunya yang selalu menjaga dan mengasihinya sedari dulu.
1 note
·
View note
Text
"Dan tak peduli seberapa banyak yang kau miliki di dunia. Ingatlah... yang akan kau kenakan hanya beberapa lembar kain putih" —Fdz
Salam untukmu, pencinta dunia. Dengan harta kau kejar-kejaran, sholat kau kesampingkan. Segala cara dihalalkan untuk mendapat penghasilan, seolah malaikat tak memperhatikan. Harta bertumpuk bagai bukit tetapi zakat tak pernah diungkit. Kau mendekati penguasa, rupanya kau ingin mendapat tahta. Tahta pun kau dapatkan. Kau rajin membaca buku politik di waktu senggang. Namun, Al-Qur'an tak pernah dipegang. Ketika jabatan tak lagi didapatkan, hartamu menurun signifikan. Bermodal shalat wajib terlambat, shalat sunnah tak ada, Al-Qur'an tak pernah disentuh, zakat tak bayar, kau menyalahkan-Nya. Kau bilang Allah tak adil. Tak percaya adanya kehidupan setelah kematian, kau tetap melanjutkan kehidupan. Mencari peruntukan lain untuk mencari penghidupan. Namun apa yang terjadi? Kematian datang tanpa izin. Kau meninggal tanpa persiapan. Padahal kematian merupakan kepastian.
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati... Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali Imran[3]:185)
16 notes
·
View notes
Text
Kerapuhan Jawa dan Devide Et Impera: Huru-Hara, Pemberontakan, dan Intervensi Belanda
Jawa sebelum kedatangan bangsa barat sudah menjadi tanah yang berdarah-darah karena perebutan menjadi penguasa. Perang mengambil-alih hegemoni kerajaan lain atau pemberontakan dari dalam yang penuh intrik politik sudah menjadi pemandangan biasa. Apa kata Voltaire bahwa seorang raja pertama adalah tentara, menjadi pendukung dari sejarah Nusantara yang pergantian kerajaan maupun dinastinya penuh dengan peperangan. Raden Wijaya yang mendirikan Majapahit dan Panembahan Senapati yang menjadi penguasa Mataram Islam pertama, hanyalah sekian contoh dari para tentara yang nantinya menggulingkan penguasa sebelumnya.
Intrik suksesi biasanya menjadi latar umum terjadinya perlawanan. Sayangnya, kebudayaan di Jawa masih kental dengan mitos yang tidak pernah dapat diduga dan selalu bisa menjadi alasan untuk melakukan pergerakan macam apapun jika merasa sudah mendapatkan restu Tuhan. Aturan-aturan Jawa tidak begitu konkret untuk menyelamatkannya dari pertikaian. Prahara menjadi jalan terakhir untuk memenuhi tujuan.
Di sinilah Jawa bersama tiap intrik elite penguasa dan keturunannya, saling berlomba membuat tatanan Jawa yang rapuh dan mudah goyah. Sedari awal, Jawa sudah terpecah, dan kedatangan bangsa barat hanyalah potongan bagian yang menjadi pendukungnya. Pendukung dari tiap-tiap perubahan yang terjadi di dalam istana.
Pemberontakan Trunojoyo dan Pemberontakan Sultan Haji adalah contoh dari pemberontakan melawan penguasa pribumi ketika Belanda berperan sebagai pihak yang dimintai bantuan entah oleh pihak yang diserang maupun yang menyerang. Di saat yang sama masih ada Perang Jawa dan Perang Sepanjang yang berusaha membebaskan Jawa dari hegemoni Belanda yang justru dibangun atas bantuan penguasa-penguasa pribumi sendiri. Di Jawa akhirnya terjadi pemberontakan terhadap penguasa pribumi, perlawanan terhadap bangsa asing, dan perlawanan terhadap kerajaan-kerajaan lain, terutama konflik antara daerah pedalaman dan pesisir.
Bertahun-tahun pusat yang menguasai Jawa berada di pedalaman, lalu direbut dan berpindah ke pesisir. Hal ini dirasakan Majapahit yang dikalahkan Demak, selama beberapa dasawarsa kerajaan-kerajaan pesisir berkuasa, pada akhirnya kerajaan pedalaman kembali bangkit dan melepaskan diri. Kebangkitan daerah pedalaman ini ditandai dengan berdirinya Mataram Islam yang merasa dirinya serupa Majapahit dan berupaya meredam wilayah pesisir dengan bantuan VOC agar wilayah pedalaman tidak kembali dikalahkan dan menyebabkan berpindahnya kekuasaan.
Akar mudahnya gejolak di Jawa ini bisa dilihat dari ketentaraan yang menjadi suatu hal yang penting di dalam struktur masyarakat. Ketika terjadi peperangan, maka petani pun terkena wajib militer. Mobilisasi petani ini membuat jumlah dari pasukan yang digunakan dalam peperangan di Jawa membuat banyak bangsa barat terkagum-kagum. Jumlah pasukan VOC pun hanya beberapa ribu, berbeda dengan puluhan ribu pasukan Sultan Agung.
Kemiliteran yang merambah struktur masyarakat ini yang membuat Jawa rawan akan gesekan kepentingan yang menjadikan pecahnya perang. Bahkan, kedudukan penting seperti bupati dapat dipegang oleh seorang jago atau jawara karena kekuatannya yang mempermudah penarikan pajak. Semakin seorang jago memiliki pengaruh yang besar dan pengikut yang banyak, bisa saja ia merangkak menjadi penguasa, setidaknya itulah yang terjadi pada Angrok.
Minoritas Belanda yang hidup di Jawa otomatis seharusnya merasa was-was karena keberadaan jago-jago atau mudahnya mobilisasi perlawanan besar-besaran bisa saja terjadi tanpa mendapatkan perlawanan berarti. Tetapi, penguasa-penguasa Belanda berhasil dalam menguasai penguasa pribumi.
Mengapa bisa hal itu terjadi? Konflik yang terjadi di tengah kalangan elite penguasa pribumi, menjadi tempat masuk intervensi Belanda. Kalangan bangsawan yang memberontak meminta bantuan terhadap Belanda untuk melawan oposisi yang berusaha diruntuhkan, Belanda yang melihat keuntungan dalam perjanjian ini akan membuat seorang yang meminta bantuannya untuk membayar mahal. Sebelum VOC bangkrut, bayaran yang diserahkan berupa rempah-rempah yang sedemikian banyak hingga membuat krisis bagi kerajaan yang membayar. Kerajaan-kerajaan Jawa pada akhirnya menjadi kerajaan yang miskin akibat hutangnya pada pihak Belanda.
VOC pada masanya menjadi tempat berhutang (melihat VOC sendiri adalah kongsi dagang), dan menjadi kekuatan pendukung entah itu penguasa yang ingin mempertahankan kedudukannya atau pemberontak yang lebih membayar mahal. Perlahan, pihak Belanda dalam kasus ini menjadi lebih mengintervensi jika memang siapa yang didukungnya berhasil. Intervensi yang kuat juga bisa datang dari berhasilnya VOC dalam meredam perlawanan.
Kemutlakan seorang penguasa pribumi di Jawa dapat terlihat gambarannya dari Max Havelaar. Kondisi yang berusaha digambar Multatuli adalah bahwa kadang seorang penindas adalah penguasa pribumi itu sendiri. Pihak Belanda tak perlu repot untuk menguasai rakyat Jawa, cukup hanya pada penguasa-penguasa pribuminya saja. Jika terjadi hubungan timbal balik yang dianggap baik antara seorang penguasa pribumi seperti mereka yang tetap mendapat hak atas pajak dan bagaimana pihak Belanda dapat menggunakan rakyat sebagai tenaga kerja bakti, maka hubungan akan terjalin.
Bagaimana pihak Belanda sudah sedemikian berpengaruh dapat dilihat dari kerajaan-kerajaan yang suksesinya harus disetujui pihak Belanda. Negara-negara tradisional Jawa, menjatuhkan dirinya dalam kuasa bangsa barat akibat ulahnya sendiri. Keterlambatan dalam menyadari hal ini dan bagaimana banyaknya pihak yang tetap pro pada Belanda memiliki akibat yang bisa lebih jauh seperti yang dapat kita lihat dari hasil Perang Jawa pada 1830.
Perang Jawa mengakibatkan pihak Belanda berusaha mengukuhkan keberadaannya. Para pejabat-pejabat dipilih dari kesetiaannya pada Belanda. Tapi rawannya Jawa masih dapat terlihat dari bagaimana petani-petani berusaha memberontak.
Perang Jawa sendiri terjadi karena pergolakan perlawanan kepada intervensi Belanda dan Pangeran Diponegoro yang merasa dirinya sebagai Ratu Adil. Belanda di sini pun mendapatkan dampak dari bagaimana Jawa sensitif terhadap pergolakan. Bagaimana nantinya pemberontakan petani berjalan mengatasnamakan Ratu Adil juga menunjukkan bahwa Belanda tidak dapat terus merasa aman bahkan dari skala-skala kecil karena sudah ada ramalan yang selama Belanda masih mengukuhkan kolonialismenya, maka akan tetap terjadi perlawanan.
Belanda dapat memecah-mecah kekuatan kerajaan besar demi menjaga kekuasaannya. Pada pertengahan abad ke-18, negeri Jawa kembali terpecah yang menghasilkan Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta, lalu Mangkunegaran dan menyusullah Pakualaman pada masa pemerintahan kolonial Inggris. Bagaimana nantinya Belanda berusaha mempertahankan ego tiap-tiap rajanya, memiliki peranan penting dalam menjaga agar tidak ada persatuan yang menyebabkan mobilitas besar yang mesti dihadapi langsung pihak Belanda, seperti pecahnya Kesultanan Cirebon.
Begitulah negara-negara tradisional Jawa jatuh dalam hegemoni Belanda dan memperpanjang keberadaannya di Nusantara. Narasi "350 tahun dijajah" mungkin tidak tepat, tapi memberikan gambaran pada kita bahwa ada 350 tahun Belanda hadir dan bertahan atas "karya" penguasa-penguasa pribuminya sendiri.
Daftar Pustaka:
Daradjadi. 2013. Geger Pacinan 1740-1743: Persekutuan Tionghoa-Jawa Melawan VOC. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
•Ham, Ong Hok. 2018. Wahyu yang Hilang Negeri yang Guncang. Jakarta: 2018.
•Stockdale, John Joseph. 2014. The Island of Java. Yogyakarta: Penerbit Indoliterasi.
•Vlekke, Bernard. 2016. Nusantara: Sejarah Indonesia. Jakarta: KPG.
5 notes
·
View notes