#Pendidikan karakter
Explore tagged Tumblr posts
nabilahkenza-23 · 4 months ago
Text
Peran Pendidikan Karakter Pada Siswa Untuk Menciptakan Dedikasi Tinggi Terhadap Efektivitas KBM
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa ada siswa yang tampak begitu mudah menyerap pelajaran, sementara yang lain berjuang keras? Di balik perbedaan itu, seringkali bukan hanya terletak pada kecerdasan bawaan, tetapi juga pada karakter yang mereka bangun. Salah satu karakter yang memegang peranan penting adalah dedikasi. Bayangkan sebuah mesin yang canggih. Sehebat apapun mesin tersebut, tanpa bahan bakar yang tepat, ia tidak akan berfungsi dengan optimal. Begitu pula dengan proses belajar mengajar. Kurikulum yang dirancang dengan baik, guru yang kompeten, dan fasilitas yang memadai, ibaratnya mesin tersebut. Lalu, di mana letak "bahan bakarnya"? Jawabannya ada pada karakter siswa, khususnya dedikasi mereka terhadap proses pembelajaran. Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana dedikasi seorang siswa, sebagai "bahan bakar" utama dan menjadi kunci keberhasilan, mampu menggerakkan dan memaksimalkan efektivitas proses belajar mengajar supaya membuka tabir rahasia di balik prestasi akademik yang gemilang.
Pendidikan karakter, atau yang sering disebut juga pendidikan budi pekerti, adalah cara menanamkan nilai-nilai moral dan agama kepada siswa melalui pembelajaran. Nilai-nilai ini diterapkan dalam interaksi siswa dengan diri sendiri, teman, guru, lingkungan, dan juga dengan Tuhan. Di Indonesia, kita juga mengenal istilah Pendidikan Budi Pekerti dan Pendidikan Moral Pancasila. Sebenarnya, pendidikan di seluruh dunia punya dua tujuan utama: membuat manusia cerdas dan pintar (smart) serta menjadikan mereka pribadi yang lebih baik (good). Namun, membentuk manusia yang baik dan bijak seringkali lebih sulit. Itulah sebabnya masalah moral selalu menjadi persoalan penting yang dihadapi manusia di mana pun dan kapan pun.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, pendidikan karakter bertujuan mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab sebagai warga negara. Namun, Indonesia dinilai gagal dalam menghasilkan manusia berkarakter, diperkuat oleh pendapat I Ketut Sumarta pada tulisannya yang berjudul “Pendidikan yang Memekarkan Rasa” dalam (Novan Ardy Wiyani, 2014)  berpendapat bahwa pendidikan kita terlalu fokus pada kecerdasan berpikir (otak) dan mengabaikan kecerdasan rasa, budi, dan batin. Akibatnya, kita menghasilkan orang-orang pintar secara akademik, tapi kurang dalam hal budi pekerti, mandiri, dan sering bergantung pada orang lain.
Pendidikan karakter tidak bisa berjalan sendiri tanpa usaha yang terencana dari pihak-pihak yang bertanggung jawab. Seperti yang tertulis dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), khususnya Pasal 6 ayat (1), pelaksanaan PPK harus melibatkan tiga pihak utama: sekolah (kelas), lingkungan sekolah, dan masyarakat, dengan pendekatan yang terintegrasi.
Peran Pendidikan     Karakter        Pada   Mata Pelajaran
Menurut (Marzuki, 2015), Kurikulum 2013 semakin memperjelas bahwa pendidikan di Indonesia berfokus pada pendidikan karakter. Kurikulum ini mewajibkan semua mata pelajaran menyertakan dua kompetensi utama: spiritual (KI 1) dan sosial (KI 2). Artinya, guru harus merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran semua mata pelajaran dengan mengintegrasikan pendidikan karakter. Caranya, materi pelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai harus dikembangkan, dijelaskan secara gamblang, dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari agar nilai-nilai karakter tersebut tidak hanya dipahami secara teori, tetapi juga dihayati dan dipraktikkan oleh siswa dalam kehidupan bermasyarakat (Muslich, 2018).
Peran Pendidikan Karakter Pada Motivasi Belajar
Menurut (Sardiman, 2006) bahwa motivasi berawal dari kata motif, yaitu dapat diartikan sebagai daya upaya atau daya penggerak yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata “Motif”, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motivasi adalah proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan. Dengan kata lain, perilaku seseorang dirancang untuk mencapai tujuan, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses interaksi dari beberapa unsur. Dengan demikian, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan (Hamzah B Uno, 2017).Motivasi dapat diamati secara langsung maupun dengan mengambil kesimpulan dari perilaku atau sikap yang ditunjukkan. Menurut (Uno & Nurdin Mohamad, 2013) ,indikator motivasi yaitu:
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai).
Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi.
Ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan.
Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya).
Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah orang dewasa (misalnya terhadap pembangunan korupsi, keadilan, dan sebagainya).
Senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugastugas rutin dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut).
Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sosial yang ingin dicapai kemudian).
Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Salah satu cara untuk membuat proses belajar mengajar lebih efektif adalah melalui kegiatan literasi, yaitu membaca dan menyimak (Purwo, 2017) .Dengan literasi, siswa terpapar pada berbagai ide, informasi, dan sudut pandang baru, sehingga pengetahuan mereka bertambah dan rasa ingin tahu mereka meningkat. Rasa ingin tahu ini penting karena mendorong dedikasi dalam belajar. Semakin banyak siswa tahu, semakin besar pula keinginan mereka untuk belajar lebih banyak. Singkatnya, literasi dan karakter siswa yang berdedikasi tinggi saling berhubungan erat dan saling menguatkan. Literasi membantu membentuk karakter yang berdedikasi, dan dedikasi yang tinggi akan memaksimalkan hasil pembelajaran.
Kesimpulan
Karakter siswa yang berdedikasi tinggi memegang peranan krusial dalam meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar. Dedikasi, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen, ketekunan, tanggung jawab, dan disiplin, bukan hanya sekadar atribut personal, tetapi juga fondasi yang kuat bagi tercapainya tujuan pendidikan, penguatan pembelajaran pada setiap mata pelajaran, dan peningkatan motivasi belajar siswa.
2 notes · View notes
kenziemanan · 3 days ago
Text
Tumblr media
20240327 Religion Day Hari #3 di Sekolah Darma Bangsa, Hari Terakhir Kenzie dan Queenzie Menutup Rangkaian Kegiatan Dengan Hati yang Bahagia dan Penuh Inspirasi.
0 notes
jenteranews · 7 days ago
Text
Sukabumi Siapkan Calon Paskibraka Unggul Berkarakter untuk HUT ke-80 RI
JENTERANEWS.com – Wakil Bupati Sukabumi H Andreas secara resmi membuka seleksi calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) tingkat Kabupaten Sukabumi tahun 2025. Acara pembukaan yang berlangsung di GOR Venue Tinju Palabuhanratu pada Kamis (10/4/2025) ini menandai dimulainya proses penjaringan putra-putri terbaik yang tidak hanya memiliki fisik prima, namun juga sarat akan nilai-nilai luhur…
0 notes
queenzienurmecca · 20 days ago
Text
Tumblr media
20240125 Belajar merawat tanaman, belajar tentang kesabaran dan tanggung jawab sejak dini! #BelajarSejakDini #CintaAlam #AnakHebat #PendidikanKarakter #BelajarBertanggungJawab
1 note · View note
madurapost · 2 months ago
Text
SMPIT Al-Hidayah Cetak Pelajar Mandiri Lewat Kompetisi Kewirausahaan
SUMENEP, MaduraPost – Dalam upaya menanamkan semangat wirausaha sejak dini, SMPIT Al-Hidayah Sumenep menggelar kompetisi kewirausahaan sebagai bagian dari Projek Profil Pelajar Pancasila (P5). Program ini bertujuan membentuk siswa yang mandiri, inovatif, serta memiliki pemahaman praktis mengenai dunia bisnis. Selain itu, kegiatan ini juga mengajarkan pentingnya tanggung jawab dan manajemen…
0 notes
kantorberita · 4 months ago
Text
Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat: Strategi Kemendikdasmen untuk Generasi Emas 2045
Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat: Strategi Kemendikdasmen untuk Generasi Emas 2045 KANTOR-BERITA.COM, JAKARTA|| Dalam upaya membangun generasi emas Indonesia yang sehat, cerdas, dan berkarakter unggul, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meluncurkan program ambisius bertajuk Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, Peluncuran resmi gerakan ini berlangsung di…
0 notes
kanalblog · 4 months ago
Text
Pentingnya Pendidikan Karakter di Era Modern
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan globalisasi, pendidikan karakter menjadi salah satu pilar penting dalam membentuk generasi muda yang berintegritas. Bukan hanya kecerdasan intelektual yang perlu dikejar, tetapi juga nilai-nilai moral dan etika agar anak muda mampu menghadapi tantangan hidup dengan prinsip yang kokoh. Karakter yang kuat tidak terbentuk secara instan. Perlu proses…
0 notes
temporaktif · 4 months ago
Text
Peran Pramuka dalam Pendidikan Karakter di Sekolah
Pendidikan karakter merupakan bagian integral dari sistem pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi yang berintegritas, bertanggung jawab, dan memiliki rasa empati terhadap sesama. Di Indonesia, pendidikan karakter tak hanya diberikan melalui mata pelajaran, tetapi juga melalui kegiatan ekstrakurikuler. Menurut troop338maine.org, salah satu ekstrakurikuler yang memiliki peran sangat…
0 notes
lenterablog · 4 months ago
Text
Peran Pramuka dalam Pembentukan Generasi Muda Indonesia
Pramuka bukan sekadar organisasi ekstrakurikuler yang menyenangkan bagi anak-anak dan remaja, tetapi lebih dari itu, pramuka memegang peran penting dalam membentuk karakter dan moral generasi muda Indonesia. Sebagai sumber untuk menanamkan nilai-nilai luhur, pramuka telah berhasil menjalankan misi pendidikan yang mengajarkan pentingnya kedisiplinan, kebersamaan, rasa tanggung jawab, serta…
0 notes
kebumen24-com · 9 months ago
Text
Gus Hary Alhasani: Di Era Modern, Pentingnya Penguatan Pendidikan Karakter Agama Bagi Peserta Didik
KEBUMEN, Kebumen24.com – Pendidikan karakter menjadi salah satu aspek penting dalam sistem pendidikan di Indonesia. Dalam upaya mewujudkan peserta didik yang berakhlak mulia, pemahaman ilmu agama dinilai sangat krusial khususnya di Era Modern seperti sekarnag ini. Continue reading Gus Hary Alhasani: Di Era Modern, Pentingnya Penguatan Pendidikan Karakter Agama Bagi Peserta Didik
0 notes
nabilahkenza-23 · 4 months ago
Text
PERAN PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP SISWA UNTUK MENCIPTAKAN DEDIKASI TINGGI TERHADAP EFEKTIVITAS PROSES BELAJAR MENGAJAR
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa ada siswa yang tampak begitu mudah menyerap pelajaran, sementara yang lain berjuang keras? Di balik perbedaan itu, seringkali bukan hanya terletak pada kecerdasan bawaan, tetapi juga pada karakter yang mereka bangun. Salah satu karakter yang memegang peranan penting adalah dedikasi. Bayangkan sebuah mesin yang canggih. Sehebat apapun mesin tersebut, tanpa bahan bakar yang tepat, ia tidak akan berfungsi dengan optimal. Begitu pula dengan proses belajar mengajar. Kurikulum yang dirancang dengan baik, guru yang kompeten, dan fasilitas yang memadai, ibaratnya mesin tersebut. Lalu, di mana letak "bahan bakarnya"? Jawabannya ada pada karakter siswa, khususnya dedikasi mereka terhadap proses pembelajaran. Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana dedikasi seorang siswa, sebagai "bahan bakar" utama dan menjadi kunci keberhasilan, mampu menggerakkan dan memaksimalkan efektivitas proses belajar mengajar supaya membuka tabir rahasia di balik prestasi akademik yang gemilang.
Pendidikan karakter, atau yang sering disebut juga pendidikan budi pekerti, adalah cara menanamkan nilai-nilai moral dan agama kepada siswa melalui pembelajaran. Nilai-nilai ini diterapkan dalam interaksi siswa dengan diri sendiri, teman, guru, lingkungan, dan juga dengan Tuhan. Di Indonesia, kita juga mengenal istilah Pendidikan Budi Pekerti dan Pendidikan Moral Pancasila. Sebenarnya, pendidikan di seluruh dunia punya dua tujuan utama: membuat manusia cerdas dan pintar (smart) serta menjadikan mereka pribadi yang lebih baik (good). Namun, membentuk manusia yang baik dan bijak seringkali lebih sulit. Itulah sebabnya masalah moral selalu menjadi persoalan penting yang dihadapi manusia di mana pun dan kapan pun.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, pendidikan karakter bertujuan mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab sebagai warga negara. Namun, Indonesia dinilai gagal dalam menghasilkan manusia berkarakter, diperkuat oleh pendapat I Ketut Sumarta pada tulisannya yang berjudul “Pendidikan yang Memekarkan Rasa” dalam (Novan Ardy Wiyani, 2014)  berpendapat bahwa pendidikan kita terlalu fokus pada kecerdasan berpikir (otak) dan mengabaikan kecerdasan rasa, budi, dan batin. Akibatnya, kita menghasilkan orang-orang pintar secara akademik, tapi kurang dalam hal budi pekerti, mandiri, dan sering bergantung pada orang lain.
Pendidikan karakter tidak bisa berjalan sendiri tanpa usaha yang terencana dari pihak-pihak yang bertanggung jawab. Seperti yang tertulis dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), khususnya Pasal 6 ayat (1), pelaksanaan PPK harus melibatkan tiga pihak utama: sekolah (kelas), lingkungan sekolah, dan masyarakat, dengan pendekatan yang terintegrasi
Peran Pendidikan     Karakter        Pada   Mata Pelajaran
Menurut (Marzuki, 2015), Kurikulum 2013 semakin memperjelas bahwa pendidikan di Indonesia berfokus pada pendidikan karakter. Kurikulum ini mewajibkan semua mata pelajaran menyertakan dua kompetensi utama: spiritual (KI 1) dan sosial (KI 2). Artinya, guru harus merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran semua mata pelajaran dengan mengintegrasikan pendidikan karakter. Caranya, materi pelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai harus dikembangkan, dijelaskan secara gamblang, dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari agar nilai-nilai karakter tersebut tidak hanya dipahami secara teori, tetapi juga dihayati dan dipraktikkan oleh siswa dalam kehidupan bermasyarakat (Muslich, 2018).
Peran Pendidikan Karakter Pada Motivasi Belajar
Menurut (Sardiman, 2006) bahwa motivasi berawal dari kata motif, yaitu dapat diartikan sebagai daya upaya atau daya penggerak yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata “Motif”, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motivasi adalah proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan. Dengan kata lain, perilaku seseorang dirancang untuk mencapai tujuan, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses interaksi dari beberapa unsur. Dengan demikian, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan (Hamzah B Uno, 2017).Motivasi dapat diamati secara langsung maupun dengan mengambil kesimpulan dari perilaku atau sikap yang ditunjukkan. Menurut (Uno & Nurdin Mohamad, 2013) ,indikator motivasi yaitu:
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai).
Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi.
Ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan.
Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya).
Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah orang dewasa (misalnya terhadap pembangunan korupsi, keadilan, dan sebagainya).
Senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugastugas rutin dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut).
Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sosial yang ingin dicapai kemudian).
Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Salah satu cara untuk membuat proses belajar mengajar lebih efektif adalah melalui kegiatan literasi, yaitu membaca dan menyimak (Purwo, 2017) .Dengan literasi, siswa terpapar pada berbagai ide, informasi, dan sudut pandang baru, sehingga pengetahuan mereka bertambah dan rasa ingin tahu mereka meningkat. Rasa ingin tahu ini penting karena mendorong dedikasi dalam belajar. Semakin banyak siswa tahu, semakin besar pula keinginan mereka untuk belajar lebih banyak. Singkatnya, literasi dan karakter siswa yang berdedikasi tinggi saling berhubungan erat dan saling menguatkan. Literasi membantu membentuk karakter yang berdedikasi, dan dedikasi yang tinggi akan memaksimalkan hasil pembelajaran.
Kesimpulan
Karakter siswa yang berdedikasi tinggi memegang peranan krusial dalam meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar. Dedikasi, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen, ketekunan, tanggung jawab, dan disiplin, bukan hanya sekadar atribut personal, tetapi juga fondasi yang kuat bagi tercapainya tujuan pendidikan, penguatan pembelajaran pada setiap mata pelajaran, dan peningkatan motivasi belajar siswa.
1 note · View note
kenziemanan · 3 days ago
Text
Tumblr media
20240326 Religion Day Hari #2 di Sekolah Darma Bangsa, Kenzie dan Queenzie Semakin Semangat Menjalani Hari Penuh Makna.
1 note · View note
nurunala · 1 year ago
Text
Tumblr media
Waktu merantau kuliah dan jauh dari Bapak, saya membaca sebuah majalah yang dari halaman awal sampai akhir membahas tentang ayah. Judulnya, ‘Ayah Punya Caranya Sendiri dalam Mencintai Kita.’ Hasilnya bisa ditebak: di sudut kamar asrama, sendirian, saya nangis sesenggukan. Langsung teringat pada Bapak yang sudah lama tak dijumpa—bahkan sekadar ditanya kabarnya. Dalam keadaan pipi masih basah, saya mengetik SMS dan mengirimkannya ke Bapak di kampung halaman. Sekadar bertanya kabar dan menyatakan rindu. Rasanya sangat melegakan. Setiap ingat sama Bapak, sesungguhnya bukan cuma wajahnya yang terbayang. Tetapi juga keteladanannya … serta nasihat-nasihatnya. Barangkali itulah alasan saya menulis ‘Seribu Wajah Ayah’. Dengan membaca buku ini, setidaknya kita punya satu momen dalam hidup, di mana kita mengenang kembali ayah kita. Entah beliau masih sehat atau sudah wafat, sesungguhnya ayah selalu ada: Doa-doanya menjelma aneka kebaikan dalam hidup kita. Kasih sayangnya menjelma tubuh kita yang sehat dan bugar. Kerja keras dan kesabarannya menjadi inspirasi bagi kita dalam menghadapi kerasnya kehidupan. Dan yang paling berharga: didikannya menjelma karakter dan sikap kita dalam memandang dunia. Sebab Rasullah bersabda, “Tidak ada pemberian seorang ayah untuk anaknya yang lebih utama dari pada (pendidikan) tata krama yang baik.” (HR. Imam At-Tirmidzi) *info dari penerbit, novel #SeribuWajahAyah masuk cetakan ke-7. Terima kasih. Semoga bermanfaat, berkesan, dan membawa kehangatan.
109 notes · View notes
madurapost · 6 months ago
Text
Revolusi Pendidikan Demi Indonesia Emas 2045
OPINI, MaduraPost – Indonesia Emas 2045 bukan sekadar impian, melainkan cita-cita nyata yang harus kita wujudkan bersama. Namun, untuk mencapainya, kita harus mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi bangsa ini, terutama generasi muda milenial dan Gen Z yang kerap kali terjebak dalam mental instan dan rapuh. Fenomena ini meresahkan, mengingat mereka adalah penggerak utama roda perekonomian di…
0 notes
mang-ius · 2 days ago
Text
Janganlah minta mangga dari pohon rambutan. Tetapi mari sebisa mungkin kita rawat dan jadikan setiap pohon, —pohon apapun itu, menghasilkan buah yang berkualitas tinggi.
—unknown
Tugas dan fungsi utama pendidikan bukan untuk membentuk anak sesuai dengan selera kita, atau menjadi manusia dengan cara berpikir, maupun sudut pandang yang seragam, melainkan membantu mereka untuk mengenali dan mengembangkan potensinya sedini mungkin, membentuk karakter kuat, sehingga mereka mampu membangun diri menjadi manusia yang berkualitas prima sesuai dengan fitrah yang ia terima dari Sang Khalik.
4 notes · View notes
ariutt · 1 year ago
Text
Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa pendidikan merupakan sebuah cara untuk menuntun tumbuh kembang  anak agar mereka dapat menjadi manusia dan masyarakat yang memiliki keselamatan dan kebahagiaan setinggi tingginya.
Pendidikan di Indonesia mengalami perubahan dan perkembangan  dari masa ke masa,baik dari segi kurikulum yang diterapkan ataupun cara pendidikan disampaikan.
Sebelum saya mempelajari makna pendidikan menurut filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara,saya memiliki sudut pandang bahwa murid sudah seyogyanya diberi pembelajaran yang sesuai dengan teori atau buku teks yang di selenggarakan oleh pemerintah.Mereka harus bisa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditentukan oleh masing-masing sekolah . Murid idaman bagi seorang guru menurut pemikiran saya  adalah apabila ada anak yang rajin datang ke sekolah,mengerjakan tugas dengan rapi dan baik ,aktif bertanya dan selalu mendapat nilai diatas kriteria ketuntasan minimal.Menjadi seorang murid menurut saya juga lebihbaik mendengarkan guru menjelaskan daripada bertanya terlalu berlebih yang diluar konteks pembelajaran.
Ternyata,selama ini saya telah abai terhadap karakter anak yang harus dituntun sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman menurut Ki Hajar Dewantara.Bagaimana bisa seorang guru hanya menjadi guru yang mampu mencerdaskan murid tanpa memikirkan budi pekertinya atau tanpa mengetahui kebutuhannya?Saya merasa bersyukur mendapat pengetahuan baru  sehingga saya berharap saya belum terlambat mempelajari bagaimana menjadi guru yang tidak hanya mampu mengajar  namun juga mampu mendidik sesuai kodrat zaman dan kodrat alam.Kodrat alam sesuai dengan kondisi alam mereka tinggal,dan kodrat zaman sesuai dengan perkembangan anak agar mereka  menjadi anggota masyarakat yang mampu berguna di masa depannya.
Beberapa hal yang bisa diterapkan didalam kelas pada saat proses pembelajaran yaitu dengan membuat iklim belajar yang lebih interakitf dan kondusif serta berpusat kepada siswa .Kondusif dalam artian tidak hening namun aktif dalam sebuah diskusi yang menyenangkan dan dapat memberi makna bagi murid.Mengajar sesuai dengan kodrat zaman anak-anak yaitu dengan selalu berinovasi terhadap perkembangan teknologi contohnya.Selain hal tersebut,sebagai  seorang guru yang telah mempelajari makna pendidikan dan pengajaran menurut KHD,tentunya budi pekerti merupakan hal yang tidak , dapat  dipisahkan dari pendidikan dan pengajaran.Tidak hanya kecapakan kognitifnya saja yang penting melainkan guru harus bisa mengajarkan budi pekerti yang baik seperti  kejujuran,saling tolong menolong,toleransi,kerjasama dan lain sebagainya.Semoga,kelak kita bisa menjadi guru yang sesuai dengan yang murid butuhkan.
12 notes · View notes