#Nama Anak Perempuan Islami 3 Kata
Explore tagged Tumblr posts
Text
Nama Bayi Perempuan Islami 3 Kata Yang Terbaru
Nama Bayi Perempuan Islami 3 Kata Yang Terbaru
Nama Bayi Perempuan Islami 3 Kata – namaanakperempuan.net. Perlu Anda ketahui, bahwa memberikan nama anak perempuan perlu pertimbangan khusus. Entah itu dari rangkaian maupun artinya. Semua harus benar-benar yang terbaik. Sebab nama dengan rangkaian indah akan menambah kesan yang menggemaskan bagi sikecil.
Inspirasi nama bayi perempuan islami 3 kata berikut ini, akan membantu para orang tua…
View On WordPress
#Contoh Rangkaian Nama Bayi Perempuan Islam/Islami#Nama Anak Perempuan Islami 3 Kata#nama bayi perempuan islami#nama bayi perempuan islami 3 kata#Nama Bayi Perempuan Islami 3 Kata Yang Terbaik#Nama Bayi Perempuan Islami 3 Kata Yang Terbaru#Nama Bayi Perempuan Islami Dan Artinya 3 Kata#Nama Perempuan Islam#Pilihan Nama Bayi Perempuan Islami 3 Kata#rangkaian nama bayi perempuan islami
0 notes
Text
Nama Bayi Perempuan Islami 3 Kata Paling Bagus
Nama Bayi Perempuan Islami 3 Kata Paling Bagus
Nama Bayi Perempuan Islami 3 Kata – tanyanama.com. Pemberian nama menjadi sebuah perwujudan doa orang tua kepada kehidupan buah hatinya. Setiap harapan yang dimiliki oleh ayah dan bunda biasanya tercermin pada nama yang diberikan. Namun terkadang orangtua terhalang oleh pilihan nama yang membingungkan.
Untuk memudahkan orangtua, kami pilihkan nama bayi perempuan islami 3 kata yang sekiranya cocok…
View On WordPress
#Daftar nama perempuan islam tiga kata#Nama anak perempuan islami 3 kata#Nama bayi perempuan islami 3 kata#Rangkaian nama islami perempuan dan artinya
0 notes
Text
Gamya Rumi Lal Auf
Nggak terbayang deh sebelumnya, bisa memilih 4 kata untuk dijadikan sebagai nama anak kami. Memilih ribuan, mungkin jutaaan kata dari berbagai bahasa. Di awal kami sudah sepakati beberapa kriteria untuk menentukan nama anak kami, diantaranya: 1. Tidak panjang-panjang, cukup 3 kata. Tapi kenapa akhirnya jadi 4 kata, ya nanti saya ceritain deh xixixixiii.. 2. Unik, bukan nama yang pasaran gitu haha.. 3. Bukan kata yang ejaannya susah, nggak usah dicontohinlah ya wqwq.. 4. Ya tentu mengandung makna yang baik, no debate! Nama adalah doa. Karna waktu itu belum tau jenis kelaminnya, dimasa awal kehamilan kami sudah memulai untuk mencari calon nama-nama untuk anak kami. Yang didapati kebanyakan itu nama-nama untuk perempuan haha. Entah kenapa, nama-nama perempuan itu “indah-indah”. Baru deh, di usia kehamilan 18 minggu, kami fokus untuk mencari nama untuk bayi laki-laki.
Auf
“Kalau punya anak laki-laki, mau saya beri nama Auf.” Itu yang ada dalam benak saya, sejak tahu nama seorang sahabat Rasulullah, Abdurrahman bin Auf. Ditambah kisahnya yang mengagumkan sebagai seorang pedagang sukses, kaya dan dermawan. Masya Allah.
Dalam bahasa Arab, Auf memiliki arti orang yang berusaha, orang yang kuat usaha.
Rumi
Rekomendasi nama dari istri, awalnya nama Rumi terseleksi dalam list nama bayi perempuan. Lalu saya usulkan untuk jadi nama bayi laki-laki kami. Sempat didebat sih, “kan cewek banget namanya.” Kalau saya sih jelas, referensinya dari Jalaluddin Rumi, “dia penyair yang terkenal itu lho.” “Itu anaknya Ahmad Dhani juga namanya El Rumi.” Akhirnya disetujuhilah, wqwq
Semula saya kira kata Rumi berasal dari bahasa Arab, ternyata bukan. Tetapi secara Islami, Rumi artinya yang berkata indah tentang Tuhan.
Gamya
Awalnya tuh bukan Gamya yang terpilih, tapi pas istri coba merangkai-rangkai nama, terpilih satu kata yang dalam bahasa Sansekerta artinya nampak nyata. Saya bingung, nampak nyata itu pengharapannya pada anak itu apa? Hmm
Ngecek lagi daftar list nama dan artinya. Gamya.. wahh lucu juga ini, dari bahasa Sansekerta yang artinya tingkah laku yang baik. Bagus artinya xixixii..
Lal
Kan di awal inginnya cuma 3 kata doang nich, nah di sini problematiknya. Rangkaian nama Auf Rumi Gamya itu kalau dikulik, dibolak-balik itu nggak “berbunyi”. Semula kami memilih kata Al untuk menyambungkan kata-kata tersebut. Kata Al ini, nggak ada artinya sih, saya cari-cari juga nggak nemu artinya, hanya sebagai kata benda atau kata awalan dalam bahasa Arab. Gamya Rumi Al Auf. Oke, deal. Tapi saya masih belum puas, karena saya pikir sudah pasaran banget kata ini digunakan, haha..
Nyari-nyari lagi, akhirnya ketemu kata Lal, yang dalam bahasa Sansekerta artinya kasih sayang, Raja. Selain memiliki bunyi yang hampir sama dengan Al, kesemua kata jadi memiliki arti. Jadilah Gamya Rumi Lal Auf.
Gamya Rumi Lal Auf, lahir hari Sabtu, 18 September 2021. Pukul 11:48 dengan berat 3510 g dan panjang 49 cm.
5 notes
·
View notes
Text
LAGU YANG LAGI VIRAL
Bismillaah Beberapa waktu terakhir, sedang banyak perbincangan tentang hukum sebuah lagu. Sebenernya perdebatan ini udah lama sih. Masih hangat juga pertanyaan dari Nana; kamu pilih lagu atau Qur'an? Nah loh. Di grup kemarin sempet bahas juga pengalaman baik Nana maupun Afid yang sempat terlena karna lagu trs mempengaruhi hafalan trs mereka berlepas dari lagu. Ya gitu, shock habbits juga kan baru dari boarding school ke kampus yang lebih bebas pegang gadget. Sempat juga dilarang buat ga mikirin suatu makhluk kalo ingin bnrbnr intens sama Qur'an. Iya, untuk hal itu bukan dalam bentuk pertanyaan lagi. Tapi anjuran serta larangan! Haha oke deh aku pengen ngerangkum pandangan Bunda Riannawati yang biasa ku panggil Bunda Ri. Beliau jadi pembina IQ di pengurusan ku ke-3 dan kami pernah berkunjung ke rumahnya. Bunda juga aktif menjadi pembicara di banyak acara. Pernah bertemu di Sekolah Keluarga Samara haha ex SPN atau Sekolah Pra Nikah-nya UNS ft. KPPA Benihnya Bu Vida. Juga sering bgt ketemu di kajian Jumat siang tiap akhir bulan di NH. Biasanya aku terkorbankan oleh para takmiroh menjadi panitia dadakan seperti penjaga snack, tilawah, maupun MC. But Im happy sih. Bunda Ri mengawali diskusi dengan rambu-rambu bahwa akan banyak perbedaan pendapat karena memang ini kajiannya terkait dengan fiqh khilafiyah/perbedaan pendapat, tinggal kemantapan hatinya bagaimana. Tapi kita ingin kemantapan hati itu dengan ilmu kan ya... Dari awal aja udah ada perbedaan, misalnya ada yang yakin mengharamkan lagu dan musik, ya udah akhirnya kita hormati itu, terus berarti gak perlu dong mengkaji tafsir lagu? Ya boleh saja, siapa tahu bermanfaat bisa melihat sisi lain mengapa kita masih suka bernyanyi. Nah, dijelaskan bahwa Bunda Ri termasuk yang tidak mengharamkan lagu dan musik, menganggap boleh asal isi lagu tersebut baik dan menyeru pada kebaikan. Musik sebagai sarana yang mengantar liriknya, jadi boleh. Tapi akan berbeda jika musik tersebut laghwi/berlebih-lebihan dan membuat kita terlena. Maka di sinilah kita mengambi tengah-tengah. Nah sekarang ke lagu Aisyah Istri Rasululah. Banyak sekali yang hafal liriknya, bahkan youtuber banyak sekali yang cover. Disebutkan beliau bahwa ini merupakan fenomena budaya populer. Ketika suatu produk laku di pasaran, maka berbondong-bondong produk sejenis akan menirunya. Meniru ini dengan tujuan masing-masing, ada yang komersil (diunggah di youtube ingin dapat uang), ada yang untuk sarana dakwah, atau hanya untuk having fun aja, senang-senang. Lagu ini awalnya dari Malaysia yang berjudul ‘Aisyah Satu Dua Tiga Cinta Kamu’ milik band asal Malaysia Projector Band. Berbeda dengan lagu Aisyah Istri Rasullullah yang lebih islami, lagu awalnya justru menceritakan sepasang kekasih yang putus nyambung. Kemudian dengan notasi yang sama, lirik lagu itu diubah Mr. Bie youtuber asal Malaysia dengan lirik seperti yang kita kenal sekarang. Awalnya lagu ini bernada ceria, tapi Sabyan Gambus membawakan lagu ini dengan gaya khusyu dan mellow, diposting 29 Maret 2020. Barulah kemudian peng-cover lainnya bermunculan. Bahkan liriknya sama sekali beda, tidak tentang Aisyah, tapi dengan notasi yang sama. Ada Aishwa anak sholehah, Ramadhan dll itu. Semua menggunakan nada yang sama bukan? Karena memang itu yang sudah akrab di telinga masyarakat. Mengapa tafsir yang muncul berbeda-beda? Sama sebenarnya saat kita membaca karya sastra, ada tafsir yang berbeda juga terhadap karya yang sama. Ini muncul karena wawasan masing-masing orang berbeda. Ada yang mengganggap bahwa lirik lagu tersebut terlalu ulgar, terlalu menggambarkan fisik Rasulullah, tidak sopan menyebut beliau tanpa embel-embel. Ini menurut orang yang sudah paham tentang Aisyah dan dan punya kesan tersendiri atas pemahamannya itu. Sehingga muncul pendapat, tak layak Sayyidah Aisyah digambarkan seperti itu dalam lagu. Begitu penjelasan dosen Sastra S1 UNS tersebut. Tapi bagi orang yang tidak tahu atau sedikit sekali wawasannya tentang Aisyah, akan mengatakan o... pipinya Aisyah itu putih bersih ya, romantis banget ya sama Rasul kalau marah dicubit hidungnya, minum dengan gelas yang sama, pernah lomba lari. Itu semua sumbernya dari hadits lho, bukan karangan si pencipta lirik. Ada wawasan baru buat dia bahwa ternyata seromantis itu hubungan Rasul dan Aisyah. Bahkan ada yang kemudian mengalihkan pengidolaan mereka dari wanita atau slebritas yang cantiiik banget versi mereka, ke Aisyah yang ternyata lebih cantik. Alumni sastra postgraduated UGM ini mengemukakan rasa salut bahwa sekarang mulai banyak yang cinta Aisyah, mengenal lebih jauh dan mengidolakannya. Serta berpesan untuk proses yang sekarang ini jangan berhenti, yang perlu dikritisi justu visualisasi dalam video klip lagu. Ada kan yang menghadirkan perempuan cantik putih tidak bercadar (karena ingin menunjukkan pipi putih berseri) dan ‘dimaknai’ penonton sebagai “Aisyah kayak gitu to?” apalagi ditambah penyanyinya yang genit dengan kedip mata. Orang jadi berpikir bahwa ini ‘pelecehan’ terhadap sosok Aisyah, ada juga yang berpikir “besok kalau cari istri yang begitu’. Bunda Ri menjelaskan bahwa itu semua ranah hermeneutik, penafsiran. Menurut ilmu hermeneutik, tidak ada tafsir yang salah jika berdasar pada alasan yang jelas. Salah itu menurut orang yang menganggap tafsiran orang lain tidak sama dengan tafsirannya. "Ya akhirnya kita kembali pada selera kita yang mana. Tapi harus diingat, kita tidak bisa menyalahkan orang lain yang tidak sama seperti kita karena memang sampai di situlah dia menafsir. Dalam proses lebih, kemudian ada yang mengubah liriknya seperti yang disarankan Buya Yahya, jadi ada Sayyidah di depan nama Aisyah. Ada unsur kecerdasan Aisyah juga dimasukkan lirik, bukan hanya fisik. Dalam video klip juga sudah ada yang dibuat sederhana, tanpa memunculkan visualisasi perempuan. Ya itu semua sah-sah saja. Budaya populer ya begitu. Dibuat untuk memenuhi selera masyarakat.Digubah dan didesain ulang sesuai tujuan masing-masing." Jelasnya panjang lebar. Bunda Ri lebih sepakat dengan apa yang disampaikan Ust Abdul Shomat dalam hal ini. Bahwa permasalahannya adalah pada siapa lagu itu ditujukan. UAS menganalogikan Aisyah adalah ibu (ummull mukminin) yang kemudian kita (anaknya ini) akan mengenalkannya ke cucunya (generasi milenial), maka menggunakan bahasa milenial juga https://republika.co.id/berita/q8lg3r5524000/viral-lirik-lagu-aisyah-istri-rasulullah-ini-kata-ustaz-abdul-somad [bisa dibaca lengkapnya] "Jadi kita ambil sisi positifnya bahwa populernya lagu itu menjadi sarana generasi milenial untuk lebih mengenal dan mencintai Aisyah. Tapi setelahnya jangan berhenti sampai di situ, kita harus terus menyemangati diri dan teman-teman kita untuk belajar sosok Aisyah tidak hanya dari lagu." Analogi dari Bunda Ri sama dengan muslimah yang belum berjilbab, kita harus lembut hati mengajak mereka untuk berjilbab. Yang berjilbabnya masih ngikat leher, ya pelan-pelan kita ajak mereka mengulurkan jilbab menutup dada, yang jilbab lebar pergaulannya masih aduhai, ya pelan-pelan kita luruskan. Eishhhh. Ketampar nihh!!! :') "Jangan terlalu ekstrim hitam putih dalam berdakwah yang kaitannya dengan akhlaq. Kalau aqidah iya, tapi kalau akhlak kan semua orang butuh berproses. Tapi bagi yang sudah paham ya ayo segera, jangan berproses itu selalu dijadikan alasan nggak maju-maju." Ehm ada kegalauan lagi; tapi bagaimana kalau lirik itu membuat laki-laki memvisualisasikan dan mengundang syahwat? Jawaban beliau, "wah, ini harus dicek dulu nih, benar nggak lirik itu mengundang syahwat. Subyektif sekali saya kira. Kalau begitu, banyak lirik lagu lainnya yang jauuuuh lebih mengundang syahwat dan mengapa itu tidak dipermasalahkan. Kalau ini soal orangnya ya, bukan soal lagunya. Saya akan berikan contoh cerpen karya Hamsad Rangkuti yang berjudul “Kuhapus bekas bibirnya di bibirmu dengan bibirku” Coba, ini vulgar nggak? Itu cerpen terbaik lho versi sastrawan Kompas. Tapi tidak bagi saya Ya mereka biasa dengan istilah2 begitu. Tapi sastra Islami tidak sama estetikanya dengan mereka, sehingga ketika menuls karya, kita tentu bisa membedakannya. Yang ekstrim ya bandingkan saja Ayu Utami dengan Helvy Tiana Rosa." Artinya apa? Perbedaan itu akan selalu ada. Kalau dikaitkan dengan dakwah di masyarakat, begitulah ternyata lahan dakwah memang sangat luas. Mereka yang masih menafsirkan dengan pemahaman mereka itu ya harus diajak lebih lagi mengenal sosok Aisyah tidak hanya dari lagu. Tapi banyak referensi, bacaan dan sumber ilmu lainnya. Semoga kita bisa mengambil ibrah, lebih bijak dalam menyikapi fenomena budaya yang terkait dengan Islam. Insya Allah iini bisa memicu kita belajar lebih banyak lagi tentang Sayyidah Aisyah. Mohon dimaafkan jika ada kekurangan, wabillahi taufiq wal hidayah. Allahua'lam.
18 notes
·
View notes
Text
Day 19, My first love
Edited version, soalnya gue baru inget sesuatu.
Percaya gak si lo seorang thania intan syahrini yang jomblo akut ini secara tidak sadar pernah hampir dating sama temennya waktu Tk wkwk ini super cringe but its true. Dan mungkin layak menjadi first love buat gue tapi gatau deh dia wkwk. Jadi waktu tahun 2003 atau 2004 di suatu Taman kanak-kanak alias raudhotul atfal atau TK islami gitu lah namanya, cerita ini bermula. Seorang anak perempuan yang hobinya menangis dan panik attack kalo gak liat emaknya atau tantenya ada di jendela kelas. Pas kecil gue emang gitu suka takut sama orang baru dan gak nyaman kalo di tempat umum sendirian, makanya sekarang gue terus belajar buat kemana-mana sendiri. Hal itu berefek ke pandangan temen-temen gua dan orang-orang di sekolah itu ngangep gue aneh dan cengeng makanya gue gak punya temen waktu itu.
Tapi ada satu cowok yang selalu mau jadi temen gue dan dia selalu nenangin gue kalo gue nangis. Pokoknya dia ini perhatian banget lah sama gue pada saat itu, gue juga sering banget main ke rumah dia dan mama nya tuh asli baik banget mana di rumahnya banyak makanan gue jadi betah banget kalo main di rumahnya. Seinget gue kita tuh temenan kaya anak-anak pada umumnya, ketawa bareng main bareng gitu-gitu aja si kalo gak salah sampe kelas 2 apa 3 SD gitu kita sekelas dan sebangku terus. Dan jujur gue ngangep dia temen gak ada tuh pikiran-pikiran gue suka apa gimana sama dia tapi gatau si dia kaya gimana.
Sampe akhirnya mama nya nyuruh gue main kerumah dia, soalnya bentar lagi mereka mau pindah entah pindah kemana gue lupa. Pas asik-asik main dia tiba-tiba nyium pipi gue sumpah gue kamcagya banget di cium gitu. Abis itu dia bilang jangan lupain aku ya, terus gue cuma bisa diem doang selama di rumahnya sambil salting gara-gara abis dicium ya Allah masih kecil sudah berzinah gue. Setelah adegan itu bapak gue dateng buat jemput gue dan tanpa sepatah kata gue langsung nyamperin motor bapak gue dan langsung pulang tanpa ngomong apa-apa ke dia wkwk.
Selama seharian itu adegan itu selalu berputar-putar di kepala gue, apa iya dia suka sama gue? Apa itu cuma tanda perpisahan doang. Masa iya anak kelas 2 SD udah bisa cinta-cintaan. Tapi setelahnya gua biasa aja si melupakan begitu saja hal itu sampe tadi baru inget gara-gara liat foto-foto TK wkwk. Anyway gue jadi penasaran sama orang itu deh, tapi sialnya gue lupa nama panjangnya yang gue inget namanya Ari, mukanya juga lupa lagi anjir gue cuma inget yang ada di foto pas TK doang. Susah njir nemuin di sosmed kalo lupa nama panjangnya tapi semoga kita bisa ketemu lagi ya soalnya gue mau bilang makasih udah mau jadi temen pertama gue waktu itu.
2 notes
·
View notes
Text
...and this is my story.
Beberapa tahun terakhir, sering muncul perdebatan “Muslim dilarang mengucapkan Selamat Natal”. Setiap orang punya argumennya masing-masing yang sangat aku hargai, but personally that’s a really weird notion for me. Walaupun Muslim, waktu SD-SMP, aku terbiasa ikut acara Natal karena setiap akhir tahun ada panggung seni dan makan bersama teman-teman sekelas. Bahkan pernah ikut juga lomba paduan suara lagu-lagu Natal. Kalau bagi umat Nasrani, Natal berarti spiritualitas dan selebrasi kelahiran Yesus Kristus ataupun sebagainya. Untukku Natal menjadi simbol kekeluargaan dan kehangatan. Artinya bahwa setiap orang bisa menempelkan makna-makna tersendiri untuk hal-hal yang ia temui dan alami. Mungkin aja mereka yang mengecam keras mengucapkan Selamat Natal atau pensuasanaan Natal di mal, tapi ikut juga nunggu diskon Natal di department store. That’s a really mainstream joke, but my point is ada ribuan makna yang bisa ditempel ke satu simbol yang sama, berdasarkan pengalaman kita masing-masing.
Aku lahir tahun 1997 di Jakarta dari ayah keturunan Minang dan ibu keturunan Jawa. Usiaku baru 7 bulan ketika ayah harus meninggalkan dunia. Singkat cerita, Bunda menikah lagi waktu aku berusia 2 tahun—kebetulan dengan yang keturunan Minang juga (yang selanjutnya akan aku tulis sebagai Ayah), dan dari sana aku punya 3 adik. Terlahir dalam keluarga Muslim, aku justru mengeyam pendidikan SD dan SMP di salah satu sekolah Katolik di Jakarta. Ketika aku tanya alasannya ke Bunda, katanya waktu itu pertimbangannya adalah sekolah Muslim yang bagus terlalu mahal dan eksklusif, sedangkan di sekolahku itu siswa dan siswi dari berbagai latar belakang ekonomi dan agama sama-sama bisa memiliki kesempatan. Lingkungan yang inklusif dirasa bisa memberi pelajaran hidup kepada anak-anak, dibandingkan sekolah hanya untuk hal-hal akademis saja.
Kebetulan Bunda dulu juga sekolah di sekolah Kristen dari SD sampai SMP. Setahunya, pada masa itu memang sekolah Kristen dan Katolik lebih bagus dan lebih tinggi rangkingnya dibandingkan sekolah negeri atau Islam. Karena itu juga, lebih dari 50% teman-teman sekolahnya juga beragama Islam. Dilansir dari Tirto.id, sejarahnya memang sekolah modern pertama di Nusantara adalah sekolah Kristen dari masa penjajahan Belanda dulu1. Mendengar cerita Bunda mungkin anggapan tentang sekolah Kristen lebih memadai tersebut masih terasa hingga tahun 1970-1980-an sebelum semakin banyak pilihan sekolah yang sama-sama bagus seperti saat ini.
Belajar dari pengalaman waktu kecil, menurut Bunda, tidak perlu khawatir belajar di sekolah non-Muslim, karena belajar agama Islam pun bisa di rumah. Makanya, aku juga mengalami setiap akhir pekan ada guru mengaji yang dipanggil untuk datang ke rumah. Kebetulan di sekolahku tidak menyediakan kelas khusus agama Islam ataupun agama lain selain Kristiani, yang menurutku bukan masalah. Toh, mempelajari agama lain, bukan berarti otomatis jadi pindah agama kan? Dengan belajar agama yang berbeda di rumah dan di sekolah justru membantuku lebih memahami. Kurang lebih setiap agama mengajarkan hal yang sama, seperti kebaikan, kejujuran, kedamaian, hanya saja dalam penyampaiannya ada bagian atau versi cerita yang berbeda, seperti nama sebutan, peristiwa yang diempasis, hingga bahasa yang membentuk kepercayaan tertentu. Tapi itu semua saling terhubung, like a puzzle you get to make sense of. Aku juga senang aja mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan sekolah—ikut duduk diam mengamati misa Ekaristi sebulan sekali dan ikut retret di mana nilai-nilai yang diajarkan menurutku mudah dicerna oleh siapa saja penganut agama apapun, misalnya persahabatan, sayang orang tua, dan sebagainya.
Sebaliknya, ketika aku harus puasa di antara teman-teman yang mayoritas tidak puasa, saat itu menjadi kebanggaan tersendiri. Teman-teman suka nanya, “kamu beneran kuat puasa full? kenapa gak setengah hari aja?” apalagi kalau hari itu sedang jadwal olah raga dan aku masih belum memutuskan untuk batal puasa. Mereka cukup menghargai kok, sesederhana bilang maaf sebelum makan dan minum di depanku. Lingkunganku saat itu cukup accepting, tidak pernah ada pengalaman aneh-aneh tentang bullying atau kebencian agama. Ada beberapa teman lainnya juga Muslim maupun beragama Hindu dan Buddha, and we’re all friends. Sama seperti ada juga yang Katolik dan Protestan, and we’re all friends. Ketika jelang libur hari besar keagamaan masing-masing, saling mengucapkan selamat.
Saat SMA, aku memang sudah bertekad ke SMA negeri karena beberapa alasan, dan di sana beda banget. Walaupun istilahnya kembali ke agama sendiri, di SMA justru aku sempat merasakan culture shock. Waktu itu terasa sekolah negeri yang sangat Islami karena setiap pagi harus Tadarusan, setiap siang digiring ke masjid buat shalat Dzuhur, dan setiap hari Jumat perempuan Muslim wajib pakai kerudung. Kalau dipikir-pikir itu hal yang harusnya sudah biasa, tapi konteks yang berbeda membuatku butuh waktu untuk menyesuaikan. Pas bulan puasa, jam belajar jadi lebih cepat dan jam pelajaran olah raga di dalam kelas aja (enak juga ya...). Lalu, setiap hari pertama masuk sekolah setelah hari besar agama Islam, seperti Idul Fitri, Idul Adha, dll juga ada salaman massal di lapangan sekolah. Buatku pribadi, saat SMA jadi terdorong untuk mengejar banyak ketinggalan dan belajar banyak tentang Islam, which I’m super grateful for.
Adik laki-lakiku yang beda 3 tahun denganku punya pengalaman yang sedikit berbeda. Dia sama-sama lanjut di SMA negeri setelah 9 tahun di sekolah Katolik, beda dengan adik perempuanku masih lanjut di salah satu SMA swasta Katolik dan adikku yang terakhir langsung lanjut ke sekolah negeri sejak SMP. Buatnya, masa SMA jadi turning point—sama-sama mengejar ketinggalan ilmu tentang agama Islam, banyak cara pandangnya yang berubah tentang berbagai hal sehari-hari, termasuk memegang keyakinan bahwa tidak boleh ikut merayakan perayaan agama lain atau sekedar mengucap selamat Natal. Bukan berarti menyesali yang sudah lalu, pelajaran hidup tentang keberagaman tetap jadi satu hal penting yang didapat dari pengalaman selama di SD/SMP, tapi menurutnya pada akhirnya kita harus kembali ke agama sendiri. Dia senang bisa punya banyak guru dan teman-teman yang bisa diajak ngobrol seputar Islam, dan sudah beberapa kali belakangan mencoba ikut kajian di masjid untuk memperdalam ilmu.
Ceritaku tentang perbedaan agama tidak hanya di sekolah, tapi juga di keluarga sendiri. Waktu usia 11 tahun, Ayah dan Bunda memutuskan untuk pisah, dan aku dan adik-adik tinggal bersama Bunda. Fast forward, Ayah menikah lagi dengan Tante, yang kebetulan beragama Katolik. Dari mereka, aku punya 3 adik lagi yang juga beragama Katolik. Memasuki tahun kelima pernikahan, Ayah memutuskan untuk secara resmi pindah agama ke Katolik, dan perlu diperhatikan kalau keputusan itu bukan karena alasan pernikahan tetapi perjalanan batin pribadi.
Aku ikut hadir ketika adik-adik dan Ayah dibaptis di gereja. Selama dua tahun terakhir aku datang ke rumah mereka setiap Natal dan ikut dapat kado juga. Kalau misalnya ada anggapan, “kok gak menghargai sih? udah tau Islam” Aku bisa-bisa saja menolak kok, tapi menurutku acara-acara keagamaan tertentu bisa saja bermakna lain—dalam hal ini, keluarga. Family first, at least for me. Membuat anggota keluarga lain senang dengan sekedar hadir makes me happy too. Dengan diundang ke acara-acara keluarga/keagamaan seperti itu, aku sama sekali tidak melihatnya sebagai upaya Kristenisasi atau apalah, tapi ya acara keluarga.
Dalam pernikahan sekalipun, misalnya, Ayah cerita kalau waktu sebelum pindah ke Katolik, komunikasi yang terjadi di rumah dengan Tante seputar hal-hal yang universal aja, termasuk tentang Tuhan pun dengan pemahaman masing-masing. Tidak ada percakapan yang menjurus ke mengajak ikut agama tertentu. hanya ngobrol human-to-human. Ayah punya satu kaos favorit yang tulisannya “God has no religion”. Bagi Ayah, agama hanyalah cara untuk menemukan kedamaian dengan Tuhan, dan itu butuh proses. Dalam perjalanannya, Ayah sempat jadi Muslim garis keras, pernah juga belajar ajaran Buddha, sampai akhirnya memilih kedamaian yang didapat dari ajaran Yesus Kristus.
That’s a keyword right there: journey. Perjalanan. All of the things I went through, the places I stopped by, and the people I made memories with made the person I am today. Satu kata kunci lagi: proses. Ada istilah intercultural personhood dari Young Yun Kim diartikan proses individual dalam membangun identitas yang terpengaruh dari berbagai faktor2. Walaupun istilah tersebut seringkali disinonimkan dengan third culture yakni ketika seseorang dibesarkan di lingkungan yang berbeda dengan asal kota atau negaranya, menurutku intercultural personhood bisa juga berarti proses apapun yang dilalui oleh seseorang untuk membangun dirinya sendiri. Seperti dalam Intercultural Personhood and Identity Negotiation yang mengkonsepsikan intercultural personhood seperti intercultural identity, yang mana merupakan pencampuran antara identitas individu dan kolektif, sekaligus ada proses universalisasi di dalamnya3.
Ketika sempat mengobrol seputar masalah-masalah intoleransi di Jakarta, Indonesia, hingga dunia, kata memahami sering sekali disebut sehingga bisa dikatakan sebagai titik awal dari toleransi dan multikulturalisme. Seringkali kejadian-kejadian yang merendahkan suku, ras, dan/atau agama berakar dari tidak paham dan tidak mau paham dan berakhir pada memaksakan kehendak. Cerita dari Ayah dan Tante seputar sulitnya izin pembangunan gereja di suatu daerah di Jakarta Selatan, lalu pernah juga dipersulit ketika mau renovasi rumah Pastur karena warga menganggap nanti akan dipakai untuk ibadah. Lantas, apa bedanya dengan pengajian yang suka diadakan di rumah?
Karena sempat dibesarkan dengan ajaran Islam, Ayah merasa dalam menanggapi kasus-kasus serupa jadi lebih mengerti dan berempati. Misalnya, teman-temannya yang Nasrani marah dengan tindakan-tindakan ormas-ormas Islam yang merendahkan Kristus, buat Ayah seharusnya kembali lagi mengingat ajaran kasih sayang mutlak dari Kristus. Jangankan dengan orang Muslim, kadang dengan sesama orang Nasrani pun sering ada multiinterpretasi tentang ajaran tertentu, tapi pada akhirnya bagaimana kita menjalankannya adalah keputusan individu. Cara lain yang Ayah lakukan adalah dengan tidak share apapun yang berbau hate speech ke media sosial, karena ia merasakan empati yang sama untuk orang yang koar-koar merendahkan agama lain dengan mereka yang merasakan betapa sulitnya bangun gereja. Lingkungan di mana dan bagaimana kita dibesarkan tidak bisa dipungkiri memang menjadi faktor penting dalam membangun siapa sekarang, misal Tante yang dari kecil terbiasa punya anggota keluarga dengan agama yang beragam, maupun cerita Bunda, aku, dan adik-adikku yang terpapar banyak keberagaman.
Agama pun hanya satu bagian dari identitas seseorang. Belum lagi suku dan keturunan, etnis, kewarganegaraan, hingga kosmopolitanisme yang semuanya memberikan nilai-nilai yang berbeda. Waktu aku tanya tentang cultural clashes antara Jawa-Minang di lingkungan rumah, kuatnya kekeluargaan jadi hal yang paling sering disebut sebagai nilai utama dari suku Minang. Dilihat dari hal-hal sehari-hari seperti Ayah yang terbiasa untuk selalu in touch dengan keluarga setiap hari sampai fenomena-fenomena ‘unik’ di keluarga besar. Kalau kata Bunda yang keturunan Jawa, di keluarga Ayah hal sekecil apapun selalu diomongin bersama, termasuk komentar-komentar dari sanak saudara waktu Ayah dan Bunda memasukkan aku dan adik-adikku ke sekolah non-Muslim. Adikku mengalami sendiri waktu Lebaran beberapa kali pernah ditanya dan dinasihati kakek-nenek om-tante dari keluarga besar. Apalagi waktu tersebar kabar Ayah sudah resmi pindah agama, ada kemarahan dan kekecewaan— yang sebenarnya punya latar belakang kultural-historis, mengingat budaya suku Minang yang sangat terkait erat dengan ke-Melayu-an dan ke-Islam-an juga4. Untuk orang awam mungkin annoying, tapi ketika kita melihat konteksnya, kita lebih bisa memahami.
Kembali berbicara soal multikulturalisme, setelah memahami, datanglah jangan memaksakan kehendak. It’s the least that we can do knowing that difference is inevitable, and it’s not impossible to reach a settlement by the end of the day. Biarlah setiap individu menikmati perjalanannya masing-masing. Sadar kalau kita berbeda itu pasti, dan memahami pun bukan berarti harus mengikuti. Memahami adalah mau mendengar cerita orang lain—kisah hidupnya dan alasan-alasan di balik pilihannya yang bisa jadi pemikiran individu, pengaruh institusi seperti agama, pendidikan, media massa, dsb, ajaran budaya, atau perpaduan semuanya. Seperti kamu yang sudah membaca ceritaku sampai selesai, terima kasih banyak and hope to hear your story soon!
- Zhafira Athifah Sandi
References and Further Readings:
1Matanasi, P. 2017. Sekolah Modern Pertama di Nusantara adalah Sekolah Kristen. Tirto.id [link]
2Jackson, R.L. 2010. Encyclopedia of Identity: Volume I. SAGE Publications. [link]
3Dai, Xiao-Dong. 2009. Intercultural Personhood and Identity Negotiation. China Media Research. [link]
4Abdullah, Taufik. 1966. Adat and Islam: An Examination of Conflict in Minangkabau. Indonesia no. 2. [link]
3 notes
·
View notes
Text
Makna Nama Bayi Perempuan Islami 3 Kata Berikut Syahdu & Cantik Banget
Makna Nama Bayi Perempuan Islami 3 Kata Berikut Syahdu & Cantik Banget
Rangkaian nama bayi merupakan salah satu hal yang harus dipersiapkan oleh orangtua sebelum anak dilahirkan. Apalagi anak tentunya menjadi kebahagiaan tersendiri dan merupakan harapan baru bagi ibu dan ayah.
Nama adalah doa yang diberikan oleh orangtua kepada anaknya. Oleh karena itu, memberikan nama bayi tidaklah mudah karena akan digunakan seumur hidup oleh anak nantinya. Merujuk kepada…
View On WordPress
0 notes
Text
Fakta-Fakta tentang HTI
Tulisan ini dilatarbelakangi oleh kegelisahan saya sebagai Warga Negara Indonesia (WNI). Beberapa waktu ini saya dibuat bingung oleh kelakuan sebagian orang yang mengaku orang Indonesia namun tidak mencintai sejarah negerinya sendiri dan tidak menghormati perjuangan para pahlawan yang telah merebut kemerdekaan dari para penjajah. Mereka lebih senang menikmati doktrin asing yang sebenarnya mereka tidak paham seutuhnya juga. Doktrin asing yang saya maksud adalah Hizbut Tahrir atau jika diartikan dalam bahasa Indonesia ialah “Partai Pembebasan”. Oleh karena kekurangpahaman kita tentang gerakan ini, mari kita bahas penyebarannya di Indonesia tercinta kita.
1. Hizbut Tahrir (HT) pertama kali didirikan pada tahun 1953 di Palestina, 8 tahun lebih muda dari proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Pada awalnya HT adalah gerakan perlawanan negeri Palestina yang jatuh ke tangan Israel. Pendirinya adalah Taqiuddin al-Nabhani yang berpendapat kekhilafahan Islam ialah solusi bagi kebangkitan umat Islam dari imperialisme. Gagasan HT masuk ke Indonesia pada tahun 1982. Kemudian terbentuklah organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang memproklamasikan diri pada tahun 2000. HTI mengadakan Muktamar Khilafah 2013 di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Juni 2013. Lalu pada 6 Juni 2013, TVRI menayangkan siaran tunda acara Muktamar HTI di Senayan, Jakarta. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menilai TVRI sebagai lembaga penyiaran publik telah mengalami disorientasi kebangsaan dengan menayangkan acara tersebut dikarenakan ideologi HTI yang mempermasalahkan ideologi negara, nasionalisme, dan menolak demokrasi. TVRI dipanggil dan terbuka kemungkinan dijatuhkan sanksi. Tetapi anehnya pada 2 Juli 2014, HTI malah terdaftar sebagai badan hukum di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada pemerintahan Presiden Republik Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
2. Menurut dokumen rapat yang diperoleh Tempo, ada puluhan aktivis yang dianggap menyimpang oleh pemerintah selama kurun 4 Maret-24 April 2017. Contohnya bedah buku “Menyamakan Visi Persatuan Umat Islam Indonesia��� di Masjid Al-Ghufron, Perumahan Margahayu, Bekasi Timur, pada 4 Maret 2017. Rencana pembentukan negara khilafah menguat karena ada bukti naskah Rancangan Undang-Undang Dasar Islami (Ad-Dustur al-Islami) yang tengah digodok HTI. Terdiri atas 186 pasal, rancangan ini menyebutkan Indonesia sudah saatnya menjadi negara Islam dengan sistem khilafah. Padahal Undang-Undang Dasar 1945 dibentuk dengan sejarah yang cukup panjang dengan berbagai pertimbangan. Untuk menjelaskan perjuangan pembentukan konstitusi negara Republik Indonesia itu, saya menyarankan untuk kita membaca buku karya Ahmad Syafii Maarif (Buya Syafii) yang berjudul “Islam dan Pancasila Sebagai Dasar Negara: Studi tentang Perdebatan dalam Konstituante” yang diterjemahkan pertama kali pada tahun 1985 dari disertasi Buya Syafii dengan judul Islam as the Basic of State: A Study of the Islamic Political Ideas as Reflected in the Constituent Assembly Debates in Indonesia. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa terjadi perdebatan tentang dasar negara dalam Majelis Konstituante berlangsung selama November 1956 sampai Juni 1959, tanpa mencapai suatu keputusan. Perdebatan tersebut boleh jadi akan berlangsung tanpa kesudahan jika Presiden Sukarno tidak melakukan intervensi dengan mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Adapun pandangan Bung Hatta tentang Pancasila sebagai berikut: “Sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah prinsip spriritual dan etik yang merupakan prinsip pembimbing bagi cita-cita kenegaraan di Indonesia. Sejalan dengan prinsip dasar ini, sila kedua, adalah kelanjutan dari sila pertama dalam praktik. Begitu juga sila ketiga dan keempat. Sedangkan sila kelima menjadi tujuan akhir dari ideologi Pancasila”. Kemudian perlu dicermati pula pendapat Natsir yang menginginkan terbentukya Negara Islam yang demokratis. Menurut Natsir dalam menangani dan mengatur masalah-masalah sosio-politik, prinsip penting yang harus diikuti dan dihormati adalah prinsip syura (parlemeter). Tentang bagaimana mengembangkan dan menyesuaikan mekanisme syura semuanya tergantung pada ijtihad umat Islam.
3. Ketua GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas mengatakan penolakan terhadap kegiatan HTI di berbagai daerah terjadi karena mereka menawarkan khilafah dan mengesampingkan Pancasila. Bahkan di beberapa kota, GP Ansor terpaksa membubarkan kegiatan HTI karena terang-terangan menolak Pancasila. Tak Cuma menawarkan khilafah, HTI di beberapa daerah juga aktif mengkampanyekan isu kebangkitan komunis di Indonesia. Pada 1 April lalu, 35 Anggota HTI Bangkalan, Madura, menggelar parade di Stadion Karapan Sapi. Mereka menyerukan umat Islam wajib menumpas segala yang hendak membangkitkan paham komunisme di Indonesia. Di saat yang sama, HTI Banyuwangi berdemo menyerukan hal serupa. Isu bahaya komunisme ini juga dipakai HTI untuk menyerang PDI Perjuangan. Di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pada acara Forum Kerukunan Umat Beragama, HTI menyebut PDIP memiliki kedekatan dengan komunis. Seperti yang pernah saya jelaskan dalam tulisan saya yang lain, sebagian masyarakat Indonesia tidak mengerti arti komunisme dalam arti yang sebenarnya. Mereka hanya menerima doktrin yang diberikan pemerintahan Soeharto selama 32 tahun lamanya. Dan perlu juga diingat bahwa generasi milenial saat ini berusia sangat muda yang belum dilahirkan pada saat peristiwa G30S/PKI terjadi. Bahkan sebagian besar generasi milenial yang sudah tumbuh besar pada saat peristiwa runtuhnya Orde Baru, tidak juga benar-benar paham apa yang sebenarnya terjadi. Sehingga isu komunisme ini sangat mudah sekali menyebar dan melekat dipikiran sebagian masyarakat kita.
4. Penyebar ide Hizbut Tahrir (HT) pertama di Indonesia adalah Abdurrahman al-Baghdadi yang merupakan anggota dari Hitbut Tahrir Australia. Abdurrahman sudah akrab dengan pemikiran HT sejak berumur 15 tahun. Keluarganya adalah anggota Hizbut Tahrir di Lebanon. Mereka pindah ke Australia dan menjadi warga negara negara tersebut. Abdurrahman al-Baghdadi datang ke Indonesia pada tahun 1982. Ia datang ke Bogor, Jawa Barat, bersama ayah Muhammad Mustofa, Abdullah bin Nuh, pengasuh Pondok Pesantren Al-Ghazali yang juga dosen Universitas Indonesia. Di bogor, Abdurrahman tinggal di Pesantren Al-Ghazali dan diangkat anak oleh Abdullah. Selain mengajar di pesantren, Abdurrahman berkenalan dengan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang sedang melakukan kajian keislaman di Masjid Al-Ghifari di kampus IPB. Di sinilah Abdurrahman menularkan pemikiran HT kepada mereka. Bersama Mustofa, Abdurrahman kemudian menyemai gagasan HT. Mustofa menjadi menyambung lidah Abdurrahman yang belum menguasai bahas Indonesia. Ia menerjemahkan setiap kata yang diucapkapkan saudara barunya itu terkadang dengan padanan yang lebih lunak. Meskipun ikut menaburkan gagasan HT, Mustofa menolak bergabung, terutama setelah mereka meproklamasikan diri sebagai Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pada tahun 2000. Mustofa tidak setuju dengan keinginan HTI untuk mendirikan kekhilafahan Islam. Ayah Mustofa, Abdullah, juga tidak pernah bergabung dengan HT. Penolakan tersebut tak memutuskan hubungan Mustofa dan Abdurrahman al-Baghdadi. Agresifnya murid-murid Abdurrahman mengkudeta gurunya sendiri. Abdurrahman terlempar dari HTI. “Dia ditendang dari HT oleh murid-muridnya yang sekarang menjadi petinggi HTI,” kata Mustofa, yang kini menjadi pengasuh Pesantren Al-Ghazali sekaligus pengurus Nahdlatul Ulama (NU) di Bogor. Menurut Mustofa, Abdurrahman kini tinggal di Bogor dan sudah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Abdurrahman al-Baghdadi masih berdakwah tapi tidak lagi menuntut pendirian khilafah.
5. “Kami baru saja membahas rencana pembubaran HTI oleh pemerintah,” kata Riki Nasrullah, Ketua Lajnah Khusus Mahasiswa Bidang Intelektual HTI Kampus Jatinangor. Menurutnya, mereka mediskusikan artikel dalam buletin HTI empat halaman, Al-Islam, dengan judul “Khilafah Negara Islam, Mengapa Dikriminalkan?”. Menurut Riki, di Bandung, konsentrasi kader HTI tidak hanya di Universitas Padjadjaran. Anggotanya juga ada di Institut Teknologi Bandung dan Institut Koperasi Indonesia. Dia menyebutkan ada sekitar 60 mahasiswa yang aktif di wilayah Jatinangor. “Simpatisan lebih banyak, kami tidak mendata,” ucapnya. Universitas menjadi basis utama kaderisasi HTI. “Kampus sangat potensial untuk dakwah,” kata Ketua Lajnah Khusus Mahasiswa HTI Kota Bandung, Andika Permadi Putra. Lulusan Jurusan Teknik Geodesi ITB itu menuturkan kader mereka tersebar di 51 kampus di Kota Bandung. Seorang mahasiswi IPB anggota BKIM menuturkan promosi Khilafah Islamiyah oleh HTI sangat terukur. “Senior akan memantau kami bagaimana melakukan itu,” kata perempuan yang minta namanya tidak disebutkan ini. Ia punya kewajiban menyebarkan 20-25 lembar Al-Islam per pekan. Kader HTI juga harus masuk ke organisasi internal kampus. Di Universitas Padjadjaran, HTI terlibat dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan pernah tiga kali mengikuti pemilihan Presiden BEM.
6. Gerakan HT telah dilarang dibeberapa negara di dunia, bahkan penolakan tersebut datang tidak hanya dari negara sekuler yang demokratis namun juga di negara-negara yang menerapkan hukum Islam sebagai hukum positif. Negara-negara yang menolak HT antara lain, Malaysia, Arab Saudi, Turki, Yordania, Mesir, Tunisia, Pakistan, Tajikistan, Uzbekistan, Rusia, Belanda, dan Jerman. Adapun di beberapa negara lain yang juga melarang berkembangnya HT yang diperoleh dari sumber lain, yaitu Bangladesh melarang pada 22 Oktober 2009, karena mengancam kehidupan damai negeri itu. Kazakhstan melarang pada tahun 2005. Kirgistan melarang pada tahun 2004. Di Denmark, kegiatannya menolak lembaga-lembaga demokratis membuatnya beberapa kali bermasalah dengan hukum. Di Perancis dan Spanyol pada 2008 HT dianggap organisasi ilegal. Perdana Menteri Negara Bagian New South Wales, Australia berusaha melarang HT, namun dihalangi oleh Jaksa Agung atas nama demokrasi. Menurut pengalaman pribadi penulis, HTI adalah gerakan yang benar-benar anti-demokrasi tapi seringkali memanfaatkan sarana yang diberikan negara demokrasi untuk menyebarkan ajarannya. Contoh pengalaman aneh tersebut saya dapatkan dari media sosial Instagram. Pada akun HTI yaitu @indonesiabertauhid, saya menanyakan beberapa hal untuk mengukur wawasan apa saja yang telah mereka terima. Pertanyaan tersebut antara lain mengenai yang disebut dengan negara agama, politik Islam, khilafah, dan sumber hukum Islam. Dari beberapa pertanyaan tersebut, didapat kesimpulan bahwa sebenarnya para simpatisan HTI ini tidak memiliki wawasan yang cukup sehingga mudah sekali dimasuki doktrin asing HT yang tidak cocok diterapkan di Indonesia berdasarkan latar belakang sejarah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hasilnya, mungkin dikarenakan admin akun tersebut merasa resah dengan pertanyaan-pertanyaan penulis, akun Instagram penulis di-block sehingga saya tidak bisa mengakses akun penyebar gerakan HTI tersebut lagi. Salah satu hal yang bisa diambil pelajaran dari perdebatan itu adalah kegagalpahaman beberapa simpatisan khilafah yang menganggap negara Islam yang diusung HTI ini mirip dengan yang telah diterapkan Arab Saudi, Malaysia, ataupun Turki yang faktanya jelas bahwa negara-negara tersebut menolak gerakan tersebut.
7. Pemerintah sedang memproses pembubaran HTI secara hukum karena organisasi itu dianggap meresahkan dan ideologinya bertentangan dengan Pancasila. HTI menolak adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) karena dinilai tidak sejalan dengan negara Islam berbentuk khilafah yang dikampanyekan HTI. Mereka menolak dianggap bertentangan dengan Pancasila dikarenakan HTI bernaung di bawah Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan dan telah terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada 2 Juli 2014 saat Pemerintahan SBY. HTI tidak setuju dengan adanya demokrasi karena menolak gagasan bahwa rakyat harus berpatisipasi dalam membuat hukum dan peraturan, sedangkan bagi HT, manusia itu hanya pelaksana hukum dan peraturan. Pembuatnya adalah Allah melalui Al-Quran dan Hadits. Tetapi HT tidak menolak kebebasan berekpresi yang diberikan oleh demokrasi, karena menurut mereka kebebasan berdakwah adalah hak. Ismail Yusnanto mulai berhati-hati ketika menjelaskan struktur organisasi HTI. “Di HTI, semua ketua, saya juga ketua,” ujar lulusan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun 1988 itu di markas HTI di perkantoran Crown Palace, Tebet, Jakarta Selatan. Untuk memperdalam pengetahuan kita tentang sejarah khilafah, saya menyarankan untuk membaca buku The Fall of The Khilafah karya Eugene Rogan. Kemudian untuk menambah wawasan dunia keislaman buku Islam: Sejarah Pemikiran dan Peradaban karya Fazlur Rahman layak dicermati. Satu buku lagi yang sangat saya sarankan berjudul Jihad, Khilafah dan Terorisme dari Maarif Institute yang bekerjasama dengan Mizan sebagai penerbit.
Saya menilai gagasan yang digadangkan oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ini sangat absurd. Hal yang paling mencolok ketika dengan tegas mereka menolak demokrasi tetapi tidak menolak kebebasan berekspresi dan bermusyawarah. Kemudian mereka merancang undang-undang hanya berdasarkan Al-Quran dan Hadits sedangkan di sana tidak dijelaskan secara rinci bagaimana cara membangun suatu sistem kenegaraan. Sudah pasti rancangan undang-undang yang dibuat oleh HTI menggunakan cara-cara ijtihad. Lantas apa perbedaannya dengan UUD 1945 yang dirancang dengan cara bermusyawarah dan Pancasila yang telah disepakati oleh para tokoh nasionalis dan ulama terdahulu? Apakah doktrin asing Hizbut Tahrir (HT) lebih cocok jika diterapkan di dalam negeri? Tidakkah konsep khilafah HTI itu sendiri memiliki kemiripan dengan demokrasi terpimpin pada masa pemerintahan Bung Karno? Bukankah kemerdekaan Republik Indonesia diraih dengan perjuangan para pahlawan nasional tanpa dibantu oleh gerakan HT?
Sesungguhnya mayoritas rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia menginginkan perdamaian. Bukannya malah berpecah belah hanya karena memaksakan kehendak pribadi atau golongan tertentu. Saya teringat cerita seorang teman setelah melakukan pendakian gunung di Maluku. Ia adalah seorang yang berpikir bebas namun tetap taat menjalankan perintah agama. Ia sempat merasakan keresahan ketika ada salah seorang rekan yang menyebutnya kafir hanya karena ia mengikuti kuliah umum tentang filsafat ketuhanan meskipun ia masih menjalankan rukun Islam, berbuat baik terhadap sesama manusia, berusaha menjaga alam dari kerusakan, dan tetap percaya bahwa agamanya yang terbaik. Lalu ia berkata kepada saya, “kok bisa ya ada orang yang menghina, terus marah-marah, sampe mengkafirkan seseorang? Padahal yang gua rasain setelah solat itu tenang dan damai banget.”
Sumber: Majalah Tempo edisi 15-21 Mei 2017
Sumber Lain: Instagram @ikhwanbogor @ikhwantuban @ikhwanrembang @aswajagram @nutizen @lensamu @muhammadiyah_id @indonesiabertauhid
Diskusi-Diskusi Penting:
HTI, Gagal Paham Khilafah
Bagian 1: https://youtu.be/_Bw7Pw0DYKw
Bagian 2: https://youtu.be/abAxwDtQtDg
Bedah Buku Kontroversi Khilafah
Bagian 1: https://youtu.be/OS7c2xHnljI
Bagian 2: https://youtu.be/TyAKlKvMMbw
Bagian 3: https://youtu.be/SVq4KGN6GvQ
Mata Najwa: Menangkal yang Radikal
Bagian 1: https://youtu.be/TE1KIH2Zy3E
Bagian 2: https://youtu.be/fETulaPyVXM
Bagian 3: https://youtu.be/wALNjS204Wc
Bagian 4: https://youtu.be/aiDTkGIR4Ac
Bagian 5: https://youtu.be/FxmJ5elmVCs
Bagian 6: https://youtu.be/LSTJ4w49dZg
Bagian 7: https://youtu.be/WlllB_WGDcc
ILC: ISIS Sudah di Kampung Melayu
Bagian 1: https://youtu.be/zMceiI9ywoQ
Bagian 2: https://youtu.be/BQol7RcS23w
Bagian 3: https://youtu.be/mZ-72GyE21w
Bagian 4: https://youtu.be/Hwv0k0ooerw
Bagian 5: https://youtu.be/H8Py7O-7u8A
Bagian 6: https://youtu.be/kBrB7uVHTjQ
Bagian 7: https://youtu.be/mD-W24S1fsQ
Aiman: Mendadak Khilafah!
Bagian 1: https://youtu.be/Yz2U-g_bhGk
Bagian 2: https://youtu.be/DUBahXaemyg
Bagian 3: https://youtu.be/nSeMVneYgyY
Bagian 4: https://youtu.be/OMZAie8_xYk
Bagian 5: https://youtu.be/DACECeQ125U
#HTI HizbutTahrir haram kafir negara Indonesia Pancasila#Hizbut Tahrir#haram#kafir#negara#demokrasi#Pancasila#Indonesia#HTI
2 notes
·
View notes
Text
Kumpulan Nama Bayi Perempuan Islami 3 Kata, dari Awalan A hingga Z Beserta Arti
Kumpulan Nama Bayi Perempuan Islami 3 Kata, dari Awalan A hingga Z Beserta Arti
Dailymail.co.id, Jakarta Nama bayi merupakan salah satu hal yang harus dipikirkan oleh orangtua pada anak sebelum melahirkannya. Apalagi anak tentunya menjadi kebahagiaan tersendiri dan merupakan harapan baru bagi ibu dan ayah.
Nama adalah doa yang diberikan oleh orangtua kepada anaknya. Oleh karena itu, memberikan nama bayitidaklah mudah karena akan digunakan seumur hidup oleh anak nantinya.…
View On WordPress
0 notes
Text
Inspirasi Terbaru! Nama Bayi Perempuan Awalan N 3 Kata Tahun 2022
Inspirasi Terbaru! Nama Bayi Perempuan Awalan N 3 Kata Tahun 2022
Nama Bayi Perempuan Awalan N 3 Kata – namaanakperempuan.net. Setiap orang tua pasti akan mendambakan anaknya tumbuh kembang dengan baik. Jadi, bukan tanpa alasan jika mereka selalu memberikan nama dengan disertai makna apik. Seperti nama bayi perempuan awalan n 3 kata. Kombinasi nama bayi huruf n ini, kerap menjadi bahan acuan orang tua untuk penamaan putrinya. Hal itu disebabkan, karena namanya…
View On WordPress
#nama anak perempuan awalan n 3 kata#nama anak perempuan dari awalan n#nama bayi perempuan islami modern 3 kata awalan n#nama perempuan huruf depan n tiga kata#rangkaian nama bayi perempuan berawalan n
0 notes
Text
Nama Bayi Perempuan Timur Tengah Yang Modern Dan Penuh Pesona Indah
Nama Bayi Perempuan Timur Tengah Yang Modern Dan Penuh Pesona Indah
Nama Bayi Perempuan Timur Tengah – tanyanama.com. Apakah Bunda sedang mencari nama yang berasal dari timur tengah? Memberikan nama untuk di kecil harus dipertimbangkan masak-masak. Ada banyak hal yang harus diperhatikan, seperti arti nama, doa yang dikandungnya dan asal usul dari katanya. Salah satu ide nama bayi perempuan unik yang bermakna baik yaitu nama bayi perempuan timur tengah. Timur…
View On WordPress
#Nama Anak Perempuan Islami Timur Tengah#Nama Anak Wanita Timur Tengah#Nama Bayi Perempuan Ala Timur Tengah#Nama Bayi Perempuan Timur Tengah 2 Kata#Nama Bayi Perempuan Timur Tengah 3 Kata#Nama Bayi Perempuan Timur Tengah Dan Artinya
0 notes
Photo
INTRODUCTION
Assalamu'alaikum wr.wb sebelum bercerita ini itu, tentu alangkah lebih baik kalo aku memperkenalkan diri terlebih dahulu.selayaknya cerita sejarah dunia, kerajaan, negara maupun dongeng-dongeng anak kecil, kayaknya lebih seru kalo aku menceritakan diriku dalam bentuk kronologis. biar lebih kebayang. hehe
1. Devi Agustin Setiawati >>>> ketika ditanyakan ke ibu mengenai arti nama ini, ibu hanya menjawab "ya karena kamu lahir bulan agustus. jadi agustin!" terus devi? setiawati? byee. nah, setelah aku mulai besar dan mulai merasakan iri melihat teman-temanku yang punya nama yang mengandung arti unik seperti : Uswatun Khasanah (teladan yang baik), atau Elan Gen Dida (elan gen dari ibu dan ayah), aku mulai mencari sendiri, mungkin namaku punya arti yang menarik. dan setelah googling sana sini dan tanya-tanya ke banyak orang, jadilah begini arti namaku: devi agustin setiawati : dewi kebijaksanaan yang setia (woaaaaaa) buat mama, namaku mungkin sekedar devi yang lahir di bulan agustus. tapi, aku percaya arti namaku lebih dari itu. kalo kalian ga percaya, no problemo. sesuai dengan bahasa sansekerta, romawi dan jawa, namaku berarti dewi kebijkasanaan yang setia. titik.
2. Lahir: 30 Agustus 1995 pukul 10.00 WIB nah dulu waktu aku lahir, bapak lagi kerja di Jakarta. mama sendiri dirumah (but she was strong enough to deal with childbirth-things) dan itu nggak masalah buat dia. hampir semua cucu dikeluarga besar aku, semuanya lahir dengan bantuan nenek, karena kebetulan nenek adalah dukun bayi/paraji kebanggan di desa. tidak terkecuali dengan aku. menurut cerita dari mama, sewaktu mama sedang kontraksi menuju persalinan, nenek sedang tidak dirumah. alhasil, mama menyiapkan perlengkapan untuk melahirkan sendiri, semampunya, seperti menyiapkan tikar (?) dsb. singkat cerita, aku lahir di pagi jam 10 hari rabu legi menurut penanggalan jawa, di tanggal 30 Agustus 1995. setelah aku lahir, nenek langsung mengusulkan suatu nama: Siti !untungnya, mama tidak setuju dengan nama itu, dan lebih memilih nama devi. (meskipun seluruh orang dirumah dan didesa kebanyakan memanggil aku depi, bukan devi. LOL) betapa bersyukurnya aku tidak jadi bernama siti, bukan karena jelek atau bagaimana, hanya saja, ketika aku SD, ada 5 teman sekelas yang bernama siti. kalau aku jadi bernama siti juga, tepatlah setengah lusin manusia bernama siti di kelasku. fyuuhtidak banyak cerita tentang kelahiranku, atau kisah-kisah unik saat itu. mama bahkan terkadang lupa tanggal lahirku, entah kenapa. tapi satu hal yang dia sangat ingat mengenai kelahiranku: aku lahir tidak jauh dengan waktu kematian nike ardilla akibat kecelakaan mobil yang diberikan sebagai haidah dari pacarnya! sekian
3. My childhood lahir sebagai anak kedua dan bungsu, membuat aku tumbuh menjadi anak yang sedikit manja. aku ingat dulu tidak pernah mau mengalah saat berebut apapun dengan kakak, aku percaya bahwa mama akan selalu mendukungku, karena aku kecil.lemah.dan bungsu.hehehepun ketika aku meminta sesuatu, selalu saja aku menangis bila tidak dituruti. tidak seperti kakakku yang mampu sabar menahan keinginannya yang tidak bisa terwujud saat itu juga. konon, mamaku punya trik untuk menghentikan tangisanku yang memaksa untuk meminta sesuatu (kebanyakan adalah makanan) yaitu dengan mencubit/memukulku. bukan berarti mamaku jahat, hanya saja aku tidak bisa lagi dihentikan dengan kata-kata manis bujuk rayu untuk mengalihkan aku dari keinginan manjaku saat itu. saat aku sudah "ditabok" satu kali, aku akan diam. lalu menangis sambil tidur, lalu tidur.setelah masuk SD (dulu tidak sempat sekolah TK karena TK yang ada sangat jauh dari rumah, dan mama merasa tidak tega untuk menyekolahkan anaknya yang masih sangat kecil) aku tumbuh menjadi anak yang tomboy. mungkin karena keseringan main dengan tetangga-tetangga yang kebetulan laki-laki. mandi di kali, bermain lumpur saat sawah sedang dibajak menggunakan traktor, mencuri jagung di ladang, berlari hujan-hujanan keliling RT atau bermain layang-layang adalah aktivitasku sehari-hari. pantas saja devi kecil memiliki deskripsi tubuh : kurus, kecil, hitam, rambut cokelat bau matahari, kulit bersisisik (keseringan mandi di kali), dan berpakaian dekil karena keseringan bermain bahkan setelah mandi sore. jauh dari kesan anak kecil yang anggun dan manis.saat belajar di SD pun aku lebih sering bermain dengan anak laki-laki. aku bahkan tidak takut untuk menantang mereka maupun membalas ejekan-ejekan mereka yang biasanya mampu membuat teman-teman perempuan dikelasku menangis. anak laki-laki suka sekali meledek dengan memanggil nama orang tua kita. saat mereka melakukan itu padaku, aku tidak takut dan bahkan melawan dengan memanggil nama orang tua mereka juga. sesungguhnya itu bukanlah hal baik untuk dilakukan, tetapi namanya juga anak-anak.
2. Masa Remaja saat beranjak ke masa SMP, aku masih saja belum insyaf sebagai anak tomboy. suatu hari, nenek pernah bercerita bahwa dulu aku sebenarnya akan lahir sebagai anak laki-laki, tapi entah kenapa, justru lahir sebagai perempuan. sudah pasti nenek hanya sok tau dan mengada-ada saja, tapi aku sangat percaya saat itu. saat SMP, aku bahkan hampir berangkat study tour dengan menggunakan celana jeans selutut yang sudah disilet-silet bagian depannya sehingga terkesan agak compang-camping. bagiku itu sangat keren. bagi mama itu sangat memalukan. sebagai jalan tengah, aku akhirnya memakai celana bahan selutut, disaat semua teman-teman perempuan SMP ku menggunakan celana jeans model pensil. no problemosaat SMP, aku mengikuti ekstrakulikuler pramuka, yang sejujurnya membuat kulitku semakin gosong karena seringnya kegiatan baris-berbaris maupun upacara di siang bolong. akan tetapi, aku merasakan betul manfaatnya saat itu: berani berbicara dan mengungkapkan pendapat!setelah menjadi anggota pramuka, aku menjadi berani berpendapat didepan, bahkan tidak sungkan untuk berbicara dengan guru manapun, disaat teman-temanku selalu malu-malu dan menunduk saat berbincang dengan guru. aku akan dengan kepala tegap berbicara dengan guru-guru, mengungkapkan pendapat, ataupun sedikit bercanda, tentunya tidak dalam konteks tidak sopan/kurang ajar.menurutku, sebagai manusia normal yang juga mengalami masa-masa kenakalan remaja, masa SMP merupakan masa-masa kenakalan remaja devi. mulai dari cinta monyet (karena penasaran dan juga terbawa pergaulan teman-teman), sering tidak nurut pada orang tua, malas belajar, dan sebagainya. kalau dipikir-pikir sekarang, banyak hal yang membuat aku menyesal, tapi tentu saja tidak ada gunanya. masa lalu adalah sejarah, dan sejarah sudah sepatutnya menjadi guru bagi kita, menjadi cermin kita untuk introspeksi dan menjadi memori yang indah untuk dikenang, karena tidak semua dari babak sejarah kita berisi kisah-kisah buruk. banyak juga hal-hal indah terjadi dimasa remaja.salah satu hal yang paling aku ingat saat masa SMP yakni tentang guru seni rupa ku. beliau adalah seorang pelukis dan senang sekali menceritakan kisah-kisah pelukis dan aliran lukisan yang dibawanya. dari beliaulah devi remajal mengenal siapa itu Pablo Picasso, Affandi, Vincent Van Googh, Raden Saleh ataupun Leonardo Da Vinci dan cerita monalisa serta aliran naturalis yang dia bawa. sejak saat itu, aku jatuh cinta dengan seni. dan melukis. sayangnya, bakatku dalam melukis sangat tidak mendukung. hampir seluruh halaman -halamn akhir buku tulisku berisikan gambar, baik gambar binatang, pohon kelapa, ataupun gambar manusia. seluruh gambarku jauh dari standar. bahkan sampai akhir masa SMP, aku masih saja tidak mampu menggambar hidung manusia yang bagus, oleh karena itu semua gambar manusia yang aku buat tidak memiliki hidung, atau hanya aku beri simbol titik dua (seperti hidung babi) diatas mulut, sebagai simbol hidung. apa daya, bakat tak sampai. 3. Masa SMA Dimasa SMA, Devi mulai menemukan jati dirinya. sempat mengikuti banyak sekali kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi (OSIS, Pramuka, Pecinta Alam SMA/PASMA, English Club, Deutsch Club, Menuju Olimpiade Sains Internasional/MOSI, Rohis) devi akhirnya lelah dan tidak kuat sehingga akhirnya hanya memilih beberapa saja dari itu, dan OSIS dan Pramuka termasuk pilihan yang aku buang.suasana organisasi tidak membuat aku nyaman dan berkembang. selain berisi beberapa orang baik dan menyenangkan tentunya, OSIS juga berisi orang-orang yang ambisius terhadap jabatan dan hobi lobi sana sini demi menghimpun kekuatan. orang-orang berada dalam satu atap organisasi, tetapi saling sikut-sikutan ataupun saling membentuk kubu-kubu. karena malas untuk terlibat dalam hal gitu-gituan, devi akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan OSIS di tahun kedua SMA.Akan tetapi, tidak dipungkiri, hal inilah yang menjadi titik awal devi menjadi seorang yang introvert. devi kecil hingga remaja adalah anak yang bawel, suka bicara ini itu, dan suka bergaul dengan banyak orang. devi remaja-menuju dewasa menjadi pribadi yang cukup pendiam. sesungguhnya, aku sama sekali bukan pendiam dan tertutup, hanya saja aku akan sangat terbuka pada teman-teman dekatku saja. dan bergaul bersama mereka adalah salah satu babak yang seru dalam hidupku, mungkin dapat aku ceritakan dalam babak yang terpisah nanti.di masa SMA juga devi mulai menyadari hakikat benar-salah, baik-buruk dan berbagai norma-norma kehidupan. oleh karena itu, aku memutuskan untuk berhijab di semester 2 kelas 1 SMA (disamping karena saat itu aku juga takut jika tahun 2012 dunia betulan kiamat dan aku bahkan belum sempat memakai kerudung. Meskipun belum diikuti dengan perubahan perilaku yang lebih islami, setidaknya aku sudah melakukan satu langkah yang membawa ke kebaikan.di masa SMA aku sangat jatuh cinta terhadap karya sastra. hal ini bermula ketika pada suatu waktu saat aku SMP, kakakku meminjamkan novel Laskar Pelangi yang di kemudian hari menjadi novel best seller dan sangat sukses difilmkan. saat itu aku merasa aneh dan merasa tidak mungkin seseorang kuat untuk membaca buku kecil namun tebal, bahkan tanpa disertai satu gambarpun didalamnya. tetapi, aku sangat keliru. saat membaca laskar pelangi, aku tertawa terbahak-bahak, marah, dan menangis tersedu-sedu. kisah Ikal dan teman-temannya dalam buku itu sungguh sangat menyentuh hatiku. Andrea Hirata mampu menggambarkan Belitong sebagai tanah yang teramat indah, hingga membuat kampung halamanku sekan-akan menjadi tempat yang sangat biasa saja dan tidak menarik. disitulah aku mulai sadar bahwa tulisan memiliki kekuatan yang mahadasyat dalam menggambarkan sesuatu, memberikan suatu pemahaman baru, mengaduk-aduk perasaan, bahkan memancing khayalan-khayalan yang nyleneh. selain sastra, aku juga mulai suka terhadap buku-buku sejarah, termasuk buku-buku sejarah jawa kuno seperti kisah ramayana dan mahabarata. dibalik nama-nama prabu dan pendekar yang tidak bisa aku ingat karena sangkin banyaknya, ternyata kisah didalmnya sangat menarik untuk dibaca. sejarah memang tidak sesederhana penjajahan, perang, berebut kekuasaan, dan penaklukan. sedikit demi sedikit, membaca buku-buku sejarah membuatku memikirkan tentang asal-usul diriku. membaca sejarah sedikit banyak membuatku mulai memahami bagaimana aku bisa sampai dan berada pada titik saat ini.selain itu, menurutku, sastra jawa klasik adalah kisah yang sangat orisinil. meskipun ada banyak versi mengenai cerita itu, secara umum semuanya menggambarkan kisah yang sama. dan aku merasa ada kewajiban untuk mengetahui kisah-kisah tersebut karena aku adalah orang jawa. hahasingkatnya, aku jadi jatuh cinta terhadap sastra. sejarah. dan aku adalah orang jawa. hihi
4. Masa Kuliah mungkin akan aku ceritakan dalam section terpisah ya. hihi mungkin sekian sekilas cerita tentang aku, setelah aku baca sendiri, sepertinya masih kurang menggambarkan keseruan menjadi seorang devi. doakan aku semakin mahir menulis dan menyulap kata-kata menjadi rangkaian kalimat yang asyik untuk dibaca dan indah untuk dikenang. sekian~
0 notes
Text
6 Kewajiban Orangtua pada Anak
Banyak juga orang yang salah kaprah, menyangka putra-putrinya adalah miliknya, sehingga bebas diperlakukan sesuka hati. Padahal sebenarnya anak hanyalah titipan Allah yang sewaktu-waktu akan kembali pada Allah. Dan sebagai titipan, tentu saja kita yang diberi amanah memiliki kewajiban dalam menjaganya.
“Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu akan ditanya tentang kepemimpinanmu… Orang laki-laki (suami) adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Isteri adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya… [HR Bukhari juz 1, hal. 215]
Sahabat LAZiS, inilah 6 kewajiban orangtua pada anak yang perlu kita tanyakan ke diri sendiri sebagai bahan introspeksi, sudahkah kita melakukannya:
1. Memilihkan ayah dan ibu yang baik untuk anak (sebelum menikah)
Pada suatu kesempatan, Amirul Mukminin Umar bin Khaththab kehadiran seorang tamu lelaki yang mengadukan kenakalan anaknya, “Anakku ini sangat bandel.” tuturnya kesal.
Amirul Mukminin berkata, “Hai Fulan, apakah kamu tidak takut kepada Allah karena berani melawan ayahmu dan tidak memenuhi hak ayahmu?”
Anak yang pintar ini menyela. “Hai Amirul Mukminin, apakah orang tua tidak punya kewajiban memenuhi hak anak?”
Umar ra menjawab, “Ada tiga, yakni: pertama, memilihkan ibu yang baik, jangan sampai kelak terhina akibat ibunya. Kedua, memilihkan nama yang baik. Ketiga, mendidik mereka dengan al-Qur’an.”
Dari kisah Umar bin Khaththab tersebut, kita bisa mengetahui bahwa ketika hendak menikah, jangan hanya memilih calon suami atau istri, tapi juga memilih calon ayah dan calon ibu yang baik untuk anak kita kelak.
Jika kita tidak bersungguh-sungguh dalam mencarikan calon orangtua terbaik untuk anak kita kelak, sama saja kita telah melanggar hak anak untuk dilahirkan dari rahim seorang ibu yang baik, dan hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik dari sang ayah.
2. Memberinya nama yang bagus dan berarti baik
“Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kamu sekalian, maka perbaguslah nama kalian.” (HR.Abu Dawud)
Pemberian nama yang baik untuk anak bisa dilakukan sambil melaksanakan aqiqah.
Dari Samurah bin Jundab, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Anak itu tergadai dengan aqiqahnya, disembelih sebagai tebusannya pada hari ketujuh dan diberi nama pada hari itu serta dicukur kepalanya". [HR. Tirmidzi juz 3, hal. 38]
“Rasulullah Saw. Diketahui telah memberi perhatian yang sangat besar terhadap masalah nama. Kapan saja beliau menjumpai nama yang tidak menarik (patut) dan tak berarti, beliau mengubahnya dan memilih beberapa nama yang pantas. Beliau mengubah macam-macam nama laki-laki dan perempuan.Seperti dalam hadis yang disampaikan oleh aisyah ra.bahwa Rasulullah Saw. Biasa merubah nama-nama yang tidak baik.” (HR Tirmidzi)
Sahabat LAZiS, memberikan nama dengan arti buruk untuk anak sama saja berbuat durhaka pada anak kita. Misalnya memberi nama anak kata-kata yang ada dalam Al Quran, tapi ternyata artinya adalah nama neraka, atau nama setan, atau yang berarti buruk lainnya.
3. Memberi anak air susu ibu
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan pernyusuan.” (al-baqarah: 233)
Banyak penelitian ilmiah dan penelitian medis yang membuktikan bahwa masa dua tahun pertama sangat penting bagi pertumbuhan anak secara alami dan sehat, baik dari sisi kesehatan maupun kejiwaaan.
Ibnu sina, seorang dokter kenamaan, menegaskan urgensi penyusuan alami dalam pernyataannya, “Bahwasanya seorang bayi sebisa mungkin harus menyusu dari air susu ibunya. Sebab, dalam tindakannya mengulum puting susu ibu terkandung manfaat sangat besar dalam menolak segala sesuatu yang rentan membahayakan dirinya.”
Jika memang air susu ibu tidak keluar, maka carikanlah ibu susu dengan akhlak yang baik sebagaimana ibunda nabi Muhammad shalallaahu alaihi wassalaam melakukannya.
4. Mengajarkan Al Quran
Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari kakek Ayub Bin Musa Al Quraisy dari Nabi saw bersabda, “Tiada satu pemberian yang lebih utama yang diberikan ayah kepada anaknya selain pengajaran yang baik.”
Thabrani meriwayatkan dari Jabir Bin Samurah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Bahwa salah seorang di antara kalian mendidik anaknya, itu lebih baik baginya dari pada menyedekahkan setengah sha’ setiap hari kepada orang-orang miskin.”
Mengajarkan anak ayat dan juga akhlak alquran ini adalah kewajiban ibu dan bapak.
Hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ali ra, “ Ajarkanlah tiga hal kepada anak-anak kalian, yakni mencintai nabi kalian, mencintai keluarganya dan membaca al-qur’an. Sebab, para pengusung al-qur’an berada di bawah naungan arsy Allah pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naunganNya, bersama para nabi dan orang-orang pilihanNya. Dan, kedua orang tua yang memperhatikan pengajaran al-qur’an kepada anak-anak mereka, keduanya mendapatkan pahala yang besar.”
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat(yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa.” (QS. 20:132)
Membiasakan berakhlak Islami dalam bersikap,berbicara, dan bertingkah laku, sehingga semua kelakuannya menjadi terpuji menurut Islam (H.R Turmuzy dari Jaabir bin Samrah)
Selain itu, orangtua juga perlu mengajarkan rasa malu sedini mungkin pada anak-anak.
Menanamkan etika malu pada tempatnya dan membiasakan minta izin keluar/masuk rumah, terutama ke kamar orang tuanya, teristimewa lagi saat-saat zhaiirah dan selepas shalat isya’.(Al-qur’an surat Annuur ayat 56)
Di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud, Rasulullah saw bersabda, “ perintahkanlah anak anak kalian untuk mengerjakan sholat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah agar mereka menunaikannya ketika berusia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka.” Yang ini orang tua harus menjadi contoh tauladan yang baik jangan hanya sekedar perintah.
5. Memberi nafkah dan makanan halal
Memberi nafkah hanya dengan harta yang baik dan dari mata pencaharian yang halal adalah kewajiban seorang bapak. Berdasarkan sabda Rasul saw: “Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat perkara; tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya apa yang ia kerjakan dengannnya, tentang hartanya dari mana ia mendapatkan dan untuk apa ia belanjakan, dan tentang tubuhnya untuk apa ia pergunakan.” (H.R. Turmudzi)
Dan makanan yang diberikan kepada anak -anak hendaknya Makanan yang halal. Ini berdasarkan sabda Rasulullah saw kepada Sa’ad Bin Abi Waqhas, “Baguskanlah makananmu, niscaya doamu akan dikabulkan.” Karenanya, anak dibiasakan untuk mengkonsumsi makanan yang halal, mencari penghasilan yang halal dan membelanjakan kepada yang halal, sehingga ia tumbuh dalam sikap sederhana dan pertengahan, terjauh dari sikap boros dan pelit.
Rasulullah Saw. Pernah mengajarkan sejumlah anak untuk berpesan kepada orang tuanya di kala keluar mencari nafkah “Selamat jalan ayah! Jangan sekali-kali engkau membawa pulang kecuali yang halal dan thayyib saja! Kami mampu bersabar dari kelaparan,tetapi tidak mampu menahan azab Allah Swt. (H.R Thabraani dalam Al-Ausaath)
6. Menikahkan anak dengan calon suami/istri yang baik
Bila anak telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah. Jangan biarkan mereka terus tersesat dalam belantara kemaksiatan. Do’akan dan dorong mereka untuk hidup berkeluarga, tak perlu menunggu memasuki usia senja.
Bila muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat kelurga, Allah berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang dilakukannya, sebagaimana firman-Nya, “Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin) dan orang-orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya.” QS. An-Nur:32
0 notes
Text
Betapa Ribetnya Nama Anak-Anak Masa Kini
By Nurjanah Posted on 14 September 2016
Percakapan suatu ketika.
Saya: “Ceu, saha namina budak teh?” (Ceu, siapa nama anaknya?)
Teman saya: Audrey, Ceu. Audrey Azzalea Keandra.”
Saya: “Euleuh…”
Audrey Azzalea Keandra. Tidak ada yang aneh dengan nama tersebut, tentu saja. Tapi, jika jeli mencermati (atau jika kurang kerjaan seperti saya), maka Anda akan menyadari bahwa semakin hari semakin banyak orang tua yang senang memberi nama yang panjang dan sulit dieja serta dihafal pada anak-anaknya. Terutama, para mama dan papa muda.
Sepeti teman saya lainnya–sebut saja Malika–, dia memberi nama Sharhabeel Famella Al-Farizi pada anak pertamanya. Kemudian, dengan mempertimbangkan luas dan keliling jidat si anak juga kepraktisan namanya ketika dilafalkan, maka Sharhabeel Famella Al-Farizi pun berakhir dengan nama panggilan… Jenong atau Domen (khusus jika si ibu sedang kesal).
Ada juga saudara perempuan saya yang menamai anaknya Arsen Arshavin. Konon, nama tersebut didapat dari hasil kontemplasi panjang ayah si anak yang ternyata adalah penggemar klub sepak bola Arsenal dan penyuka nama-nama ala Rusia semacam Andrei Sergeyevich Arshavin.
Dalam hati, saya melakukan monolog yang diucapkan kencang seperti dalam adegan sinetron Indonesia, “Hih! Ribet amat. Curiga nama panggilannya mah Acep atau Ujang!”
Beberapa waktu setelahnya, nama si anak ditambahi embel-embel “Ahmed” di bagian tengahnya. Jadilah Arsen Ahmed Arshavin. Dan, kenapa pakai Ahmed, tidak Ahmad? Dia pun menjawab, “Ah, Ahmad mah atuh da terlalu nyunda. Jadi, mending Ahmed, biar agak-agak India gimana gitu,” jawabnya. Kuat dugaan si ibu gemar nonton sinetron India.
Batin saya kembali melakukan monolog. Namun, kali ini tidak ada kata-kata, hanya tumpukan emoticon “-_-” belaka.
Kira-kira kenapa hal ini bisa terjadi? Para orang tua seperti terjangkiti wabah absurd, semacam kebanggaan yang aneh, karena telah memberikan anak-anak mereka nama yang sulit diucapkan. Ah, jika bukan gara-gara Jokowi, ini pasti ulah Mukidi!
Jika dilihat-lihat, kiblat nama sebagian besar anak masa kini ini sepertinya terbagi menjadi dua: Timur Tengah (Arab) dan Barat.
Untuk yang pertama, tentu saja ada kaitannya dengan keyakinan yang dianut mayoritas penduduk Indonesia, yaitu Islam. Semakin ke-arab-araban nama seseorang, sepertinya akan semakin terdengar lebih islami.
Maka kian hari, kian sering kita dengar nama-nama anak semacam Sabilillah Al-hafizh, Khairiel Azzam Alfarisi, Raqila Shahbaz, Raffasya Zabdan Shazad, Magadir ala Magadir, dan lain sebagainya.
Untuk generasi lama yang namanya sudah terlanjur tidak ke-arab-araban juga tidak mau ketinggalan. Penambahan nama menjadi alternatifnya–setidaknya nama di akun media sosial. Semisal, nama Mawar ditambah menjadi Mawar Al-Bukhori atau Mawar Al-Ayubi, dan sejenisnya.
Untuk kiblat yang kedua, tentu saja ini adalah simbol modernitas. Semakin kebarat-baratan nama seseorang, mungkin tingkat kemodernannya akan terasa semakin tinggi. Maka, muncullah nama-nama berbau Barat atau semi Barat seperti Chloe Bellvania Natalie, Nicole Virika Brielle, Igor Kasinovic, atau Valeria Lyla Citrahayu.
Berbeda dengan orang tua zaman dulu, mereka lebih selow dan cenderung irit dalam memberi nama. Cukup dengan Soekarno, Sohearto, Soekirman, atau Soekijan, misalnya, dan selesailah perkara ihwal pencarian nama anak ini.
Tidak perlu beli buku “1001 Nama Terbaik untuk Anak” atau melakukan riset mendalam via mbah Google–tentu saja Google pada waktu itu belum lahir, yang penting dalam nama tersebut tersemat doa yang baik untuk anaknya. Beres.
Sayang, orang tua zaman dulu ini kurang peka. Sepertinya tidak terpikirkan oleh mereka bahwa pemberian nama tunggal bisa menimbulkan nestapa tersendiri bagi anaknya.
Misalnya, jika seorang Soekijan ingin pergi ke luar negeri, tentu dia akan mendapat kesulitan saat mengisi berbagai dokumen resmi yang mewajibkan pencantuman nama keluarga. Bahkan, untuk hal sepele semacam mengisi data pada kolom “Last Name” kala mendaftar akun Linkedin pun, kreativitas tingkat tinggi sangat diuji.
Maka, agar kolom tersebut bisa tetap terisi, seorang bernama Soekijan pada akhirnya terpaksa mengisinya dengan tanda baca titik saja. (Aslinacurhat ini mah, Wa).
Kembali ke masalah nama panjang nan rumit anak masa kini.
Lantas, apa masalahnya dengan nama-nama tersebut? Ya, sebetulnya tidak ada, sih. Hanya saja, saya kasihan pada anak-anak itu. Karena kelak, ketika sudah masuk sekolah dan mulai belajar menulis, pastinya mereka harus belajar ekstra sabar dan kuat untuk bisa menuliskan namanya yang panjang nan rumit itu.
Dengan nama yang lumayan sulit dieja ini pula, bisa jadi berimbas pada berbagai dokumen resmi sang anak. Akta kelahiran, misalnya. Kesalahan pencatatan nama dapat rentan terjadi.
Kalau sudah begitu, ‘kan para orang tua sendiri yang repot harus bolak-balik membetulkannya ke dinas Kependudukan dan Catatan Sipil setempat. Belum lagi ada biaya tambahan untuk “jasa pengetikan dan perbaikan nama.” Kan, sayang itu uangnya. Mending dibelikan cilok, bisa dapat satu karung.
Kemudian, jika suatu hari ketika sudah tumbuh dewasa misalnya anak-anak ini ingin mengadukan internet yang sering bermasalah pada pusat layanan Te***m (Curhat! Curhat!), mereka juga mungkin akan mengalami suatu kendala. Dialog putus asa semacam ini bisa saja akan sering terjadi:
Customer Service: “Maaf ibu, dengan ibu siapa saya bicara?”
Sharhabeel Famella Al-Farizi: “Sharhabeel Famella Al-Farizi, Mas.”
Customer Service: “Maaf ibu, bisa diulang?”
Sharhabeel Famella Al-Farizi: Shar… habeel Famelllllaaaa Al-Farizi, Maaaassssss…”
Customer Service: “Maaf mungkin sedang ada gangguan sinyal. Bisa tolong diulangi, Bu?”
Sharhabeel Famella Al-Farizi: “Hadeuuuuh! Tulis Jenong aja deh, Mas! Jenooooonnggg!”
Customer Service: (sambil nahan cekikikan) “Oke, dengan ibu Jenong, ada yang bisa kami bantu?”
Sharhabeel Famella Al-Farizi: Heh, ngetawain nama saya, ya?!”
Lebih jauh lagi, kecenderungan penamaan yang sulit ini bisa saja membuat kita kehilangan nama-nama khas Indonesia, terutama yang biasanya mencirikan suku tertentu.
Misalnya, nama Euis yang identik dengan orang Sunda mungkin akan segera terancam punah dan masuk ke dalam daftar nama yang dilindungi. Atau nama Joko yang identik dengan orang Jawa, mungkin juga akan segera raib diganti dengan Jack atau Jacob. Atau nama Tigor yang banyak di Medan berubah jadi Tiger.
Terlepas dari itu semua, kita tetap patut bersyukur wahai saudara-saudaraku sekalian. Pasalnya, bahasa alay tidak memengaruhi pemberian nama ini. Kalaulah hal itu sampai terjadi, kita bisa bayangkan di linimasa media sosial sana akan bertebaran postingan mama-papa muda dengan caption seperti:
“Telah lahir anak kami yang diberi nama Dechiiisinonongperihtersakiti. Berat 3 kg, panjang 49 cm. Semoga menjadi anak yang berguna bagi nusa bangsa. #babyborn #babyDechiii #lahiran #normal #happiness #babygirl“
Oh, ya, saya sendiri sejujurnya ingin sekali mengganti nama agar terdengar lebih modern. Saya sempat memimpikan punya nama Stephanie, Evelyn, atau Rachel. Sayang, dari akta lahir hingga ijazah perguruan tinggi yang sampai saat ini belum ditebus, sudah dipatenkan: Nurjanah (dengan huruf ‘n’ yang hanya satu saja di bagian ‘janah-nya’).
Namun, demi dewa, tolong panggil saja saya Sobrakh.
1 note
·
View note
Photo
HAFIZ HAFIZAH TALKING DOLL new version‼BILINGUAL Hafiz Doll boneka yg bisa ngaji, bisa bicara, bisa nyanyi, bisa cerita 25 nabi, cerita binatang, dll. Plus buku hard cover lux (202 halaman) dan juga remote yang dapat digunakan untuk berinteraksi dengan si Hafiz. Apa aja sih yang ada di dalam Hafiz Hafizah: – Murottal 30 juz – Asmaul Husna – Cerita 25 Nabi – Cerita teladan nabi Muhammad saw – Cerita binatang – Cerita alphabetical – Fun fact – Lagu-lagu Islami – Doa-doa – Games interaktif Ini juga beberapa kelebihan si Hafiz Hafizah : – Bisa sebagai speaker aktif (via bluetooth dan via kabel data) – Tidak mudah pecah – Bisa menambah file lagu (MP3) – Material plastik aman bagi anak – Dapat merekam dan membuat kata pembuka/penutup sendiri 1 set Hafiz Talking Doll akan mendapatkan : – Boneka Hafiz/hafizah – Remote – Buku “Cerdas dan Soleh bersama Hafiz dan Hafizah” – Kabel data – Buku manual – Kartu garansi Fitur tambahan (hanya tersedia di Hafidz+Hafidzoh new version): 1. Billingual Indonesia-inggris 2. bisa berbicara sesama jenis boneka 3. Fitur Yuk hafalan 114 surah 4. Pengisi suara hafizah juz 1-30 qori perempuan 5. Pengisi suara Hafiz juz 1-30 qori laki-laki Pengisi Suara: Hafiz Talking Doll New version: -Juz 1-29 tanpa pembuka nama surat, pengisi Misyari Rasyid -Juz 30 ada pembuka nama surat, pengisi Muhammad Miftah Farid (Juara 1 Nasional cabang Tahfiz 1 Juz & Tilawah 2015, Juara 1 Nasional cabang Tilawah anak 2016) Hafizah Talking Doll: -Juz 1-29 ada pembuka nama surat, pengisi Kuntriksi -Juz 30 ada pembuka nama surat, pengisi Nafisatul Millah (Juara 1 Nasional cabang Tahfiz 1 Juz & Tilawah 2015) #islamictoys #singaporeshop #arisan #arisanhafiz #arisanhafizah #arisantalkingdoll (di Fadhia Collection)
0 notes
Text
Nama Bayi Perempuan Dari Bahasa Islami Sansekerta Yang Penuh Doa
Nama Bayi Perempuan Dari Bahasa Islami Sansekerta Yang Penuh Doa
Nama Bayi Perempuan Islami Sansekerta – namaanakperempuan.net. Apakah Ayah/Bunda belum cukup tahu mana nama yang baik dan tidaknya untuk si kecil? Jika iya, jangan lah risau ya. Karena, kami tidak akan ada bosannya memberikan referensi nama terbaik untuk Anda. Seperti contohnya nama bayi perempuan islami Sansekerta dan artinya. Nama-nama ini, tentu saja bisa menjadi pilihan Mama/Papa untuk…
View On WordPress
#nama anak perempuan gabungan islami dan sansekerta#nama anak perempuan islami sansekerta#nama bayi perempuan islam dan sansekerta#nama bayi perempuan sansekerta islami 2-3 kata#rangkaian nama bayi perempuan islami sansekerta
0 notes