#Naik haji saat studi
Explore tagged Tumblr posts
Text
Tentang Perpustakaan
Ketika aku studi di Cina aku kaget karena perpustakaan harus tutup di malam hari
Loh kenapa?
Karena kalau buka 24 jam, dijamin orang-orang tidur semua di perpus untuk belajar
Ujar temanku yang kuliah kedokteran di Cina.
Ia melanjutkan,
Bahkan di akhir pekan, antrian masuk ke perpustakaan itu sampai ke jalanan
Aku kagum akan budaya semangat belajarnya. Dulu ketika aku di bangku SD (yang menggunakan kurikulum Singapur) pun demikian, perpustakaan harus ditutup di jam istirahat makan siang. Kenapa?
Bukan karena petugasnya istirahat, tapi.. agar murid-muridnya bersosialisasi di kantin dan main di playground!
Sebelumnya ketika perpustakaan tetap buka, ternyata banyak murid yang “ansos” karena memilih membaca di perpustakaan. Hal itu mengkhawatirkan para guru, akhirnya ditutuplah library sepetak kami itu.. saat jam recess dan lunch.
Perpustakaan kami pun membuat peraturan hanya boleh meminjam 1 buku dalam 1 kali kesempatan, karena jika tidak dibatasi semua murid berebut meminjam 3-4 buku.
SD kami juga punya library week (pekan perpustakaan) dimana para murid bertukar buku, sekolah mengadakan pameran buku-buku impor, menyelenggarakan lomba-lomba literasi, bahkan memberikan awards untuk mereka yang mengisi reading log terbanyak.
Oh ya, tiap term sekolah kami juga diwajibkan membaca dan mengulas satu buku yang sama untuk satu kelas. Lalu biasanya diadakan project terkait buku tersebut entah itu poster, drama, karya tulis. Aku ingat sekali, pertama kali pindah ke SD tersebut di kelas 4, buku pertama yang ditugaskan adalah James and The Giant Peach - Roald Dahl.
Tugas itu membuat aku menangis. Haha, iya karena itu kali pertama harus membaca buku bahasa Inggris di rumah, sendiri. Menangis karena tidak paham isi bukunya! Maklum, dipindahkan dari SD negeri (tanpa modal bahasa Inggris) ke SD swasta itu.
Di term-term berikutnya kami membaca ragam buku: Freckle Juice, A Wrinkle in Time, Narnia, dan lain-lain.
Mengingat masa-masa tersebut selalu membawa kenangan hangat dan penuh syukur karena ditakdirkan guru-guru yang ikhlas dan percaya: Dipercaya (dengan kemampuan alakadarku saat itu) untuk masuk ke kelas EL1 dan bukan ESL, diberikan cap “impressive” di esai pertamaku hingga akhirnya bisa memberikan speech kelulusan SD juga dalam bahasa Inggris.
Dari wasilah perpustakaan kami yang berkarpet biru itu, Allah mengantarkan kami berkeling dunia dalam imajinasi, membuka cakrawala ke pemikiran-pemikiran besar. Allah juga titipkan kecintaan membaca dan kecintaan pada buku.
Walau masih jauuuuh dari obsesi membaca para ulama, yang tidak pernah kenyang menelaah kitab…Tapi semoga Allah hadirkan hikmah dari taman-taman baca, perpustakaan, dan ruang buku itu. Semoga kelak dapat menghadirkan ruang literasi, mewariskan semangat berilmu, dan meneladankan adab terbaik pada buku.
Saat membahas tentang membaca buku, di dalam Shaid Al-Khâti, Ibnul Jauzi berkata menceritakan dirinya,
“Aku tidak pernah kenyang membaca buku. Jika menemukan buku yang belum pernah akulihat, maka seolah-olah aku mendapatkan harta karun.
Aku pernah melihat katalog buku-buku wakaf di madrasah An-Nidhamiyyah yang terdiri dari 6.000 jilid buku. Aku juga melihat katalog buku Abu Hanifah, Al-Humaidi, Abdul Wahhab bin Nashir dan yang terakhir Abu Muhammad bin Khasysyab. Aku pernah membaca semua buku tersebut serta buku lainnya.
Aku pernah membaca 200.000 jilid buku lebih. Sampai sekarang aku masih terus mencari ilmu."
Atau sebagaimana bapak bangsa kita, Buya Hamka dengan kebiasaannya membaca.
Sejak kecil, Hamka sudah keranjingan membaca. Ketika Hamka kecil tahu bahwa gurunya Zaenuddin Labay El Yunusy membuka Bibliotek, yaitu tempat penyewaan buku, maka Hamka selalu menyewanya setiap hari. Setelah membaca Hamka selalu menyalinnya kembali dengan tulisan sendiri. Ketika uangnya habis, Hamka selalu membantu pekerjaan di percetakan, dan imbalan yang dipintanya yaitu diperbolehkan membaca buku.
Termasuk ketika Hamka naik haji dan menetap di Makkah, untuk menyambung hidupnya karena perbekalan sangat terbatas, Hamka bekerja di percetakan kitab. Disana pula Hamka tenggelam dalam lautan ilmu. Ratusan kitab dibacanya. Di tempat itu Hamka antara bekerja dan menuntut ilmu.
Rabbi zidnii ‘ilman..
-h.a.
Ditulis karena baru saja hari ini mengunjungi perpustakaan (lagi) hehe senang alhamdulillah
44 notes
·
View notes
Text
Siapakah diaa?
Alhamdulillah, aku ingin menuliskan tentang Papa. Sosok laki-laki yang sangat besar perjuangannya untuk istri dan anak-anaknya. Sosok laki-laki yang akan selalu membuatkuu terharu kala melihat perjuangan beliau..
Teringat kala beliau belajar membiasakan aku dan adikku untuk sholat, begitu lembut beliauu menyampaikan dan begitu sabar beliau mengingatkan sampai akhirnya kami pada titik tidak tenang ketika kami tidak sholat. Dan akhirnya terbentuk sudah kebiasaan sholat 5 waktu pada kami saat yaa, itu saat aku kelas 2 SD.. :) kalau dibilang terlambat, mungkin iyaaa yaa..
Papa bukanlah seorang ustadz, pun bukanlah seorang yang paham agama namun ketaatan beliau kepada Allah, hati beliau yang lembut, dan sikap tanggung jawab beliau yang besar itulah yang senantiasa membuat kami kagum kepada Papa..
Beliau yg lulus SMA, lalu menjadi SE dan menjadi seorang tukang kebun di sebuah kantor hingga akhirnya beliau dipercaya untuk sekolah lagi oleh atasan beliau karena sikap beliau yang kalau orang2 ketemu beliau akan kagum dengan beliau..
Teringat pula saat fase-fase SMP dan SMA, aku sangat suka dengan dunia penelitian. Sejalan dengan papa yang sedang mengambil S2 dan S3. Kekagumanku dengan papa membuatku semangat untuk mengambil Teknik Elektro seperti papa dan univ nya harus samaa kayak papa.. Hingga kadang aku diminta papa membantu menuliskan paper nya papa, sambil aku terkagum-kagum waww rumus matematika bisa jadi batik yang indah seperti ini. Namanya batik fraktal.. Lalu diajak papa ke lomba-lomba robotik dan gedung pusat robotik di Surabaya.. Saking papa pengen mengenalkan dan menyemangati aku untuk mengambil elektro..
Namun pilihan itu berubah, tiba-tiba papa bergejala. Aku yang kala itu anak SMA, tidak tahu apa sebetulnya yang terjadi pada papa. Aku yang setiap papa sesak napas selalu pingin nangis karena seperti tidak bisa membantu meringankan gejalanya papa.. akhirnya ketahuanlah papa ada gagal ginjal stadium V. Perasaan kami semuanyaaa betul2 Allah uji.. namun, yang paling terpukul adalah papa. Papa kala itu sedang menjalani S3 dan hampir ujian. Kala itu papa menjalani S3 dengan beasiswa sehingga tidak boleh terlambat studi bahkan mundur. Baru kali itu aku melihat papa menangis.. belum pernah ku melihat beliau menangis..
Yang membuatku haru, di tengah beliau sedang mondok, beliau sangat memperjuangkan sholat, tetap menjadi imam bagi keluarga, sambil meneteskan air mata.. tetap berjuang agar bisa sholat dg sempurna.. Terima kasih paaa, sudaah banyaak memberikan kami contoh untuk memperjuangkan sholat..
Mundur dari S3, sempat ada di benak beliau. Namun kami semua menyemangati beliau, pun dosen beliau tak henti2nya menyemangati beliau dan mengingatkan beliau untuk qiyamul lail. Akhirnya beliau bisa selesai, meskipun dengan transfusi 2x kala prosesnya, sampai dosennya bilang "perjuangan Pak Rus ini betul2 berdarah2". Dokternya pun juga saluttt sama papa, jarang2 pasien CKD masih kuat ngelanjut S3 dan posisinya di luar kota.. Dan masyaAllah tahun 2016 adalah tahun yang tidak akan pernah terlupa. Saat itu papa bisa lulus S3, dan naik haji.. iya masyaAllah, itu adalah tahun terakhir pasien CKD boleh naik haji..
Karena seringnya menemani papa cuci darah, melihat semangatnya pasien2 HD (cuci darah), aku pun akhirnya jatuh cinta dengan ilmu kedokteran dan kuniatkan untuk kebaikan papa. Alhamdulillah, bisa dpt kedokteran. Sebelum masuk kedokteran pun, kupastikan kedua orang tua ridho karena sekolahnya akan panjanggg.. Alhamdulillah beliau2 ridho.. Awal2 pun rasanya ngelokro banget, ngga sanggup rasanyaaaa.. tapi papa selalu kasih support masyaAllah.. padahal kutahu papa ini sudah sangaaat-sangaat lelah dg kondisinya.. kata2 papa yg selalu kuingat adalah,, "Semangaat yaa nak.." :")
Hingga akhirnya tiba di suatu kajian salah satu stasiun televisi.. "Bisa jadi ridho Allah terletak pada anak yang senantiasa mendoakan orang tuanya, memohonkan ampun dosa orang tuanya.." Papa langsung "itu nak dengerin yaaa.." H-1 bulan kepergian beliau..
H-1 pekan beliau berpulang, itu adalah fase-fase kuu mau ujian blok. Tidak fokus aku menyiapkan ujian blok, hati ini betul2 gusar dan papa menenangkankuuu "InsyaAllah yang membantu orang tuanya, Allah akan mudahkan urusannya nak".. masyaAllah itu betul2 dengan persiapan seadanya dan sudah siap remidi, Alhamdulillah remidi dengan hasil yang bisa maksimal.. (betul bgt kata papa ternyata)..
H-3 papa berpulang, beliau minta untuk sholat terus.. kami pun tersibukkan untuk membantu beliau sholat.. hingga beliau bilang "wis entek mi" artinya "sudah habis ma" apanya yg sudah habis? ternyata waktu beliau di dunia..
H-1 beliau dipindah di ICU, pulang cbt pun bergegas aku ke RS. Lalu aku ke masjid dan tilawah.. masyaAllah lgsg dapet ayat surah Al-Baqarah 155-157, waktu baca pertama aku lgsg nangis.. Ya Allah apakah ini pertanda. aku baca lagi sampai 3x, sampai akhirnyaa aku pada titik, baik Ya Allah jikalau Engkau akan menjemput papa tidak apa2 jika memang sudah waktunya namun izinkan aku untuk memohon maaf kepada beliau dan meminta ridho beliau.. (teringat ku sebagai anak perempuan dan anak pertama, ridho beliau adalah hadiah terbaik untukkuuu)
Tiap ada kesempatan ke ICU, kusempatkan.. sampai akhirnya masyaAllah mata papa terbuka, dan aku lgsg membisikkan maaf dan minta ridho beliau. beliau memberi isyarat dengan kedipan mata, akupun tenang setelah itu. Dan esoknya beliau pulang di hari Jum'at.. adik yang mendampingi saat sakaratul maut beliau, karena aku dan mama sedang mampir ke rumah untuk persiapanku ujian praktikum. Namun takdir Allah berkata lain..
Terima kasih paaa, sudah menjadi contoh bagi kami. menjadi contoh untuk menjadi orang yang kuat. Kini kami hanya punya Allah yang akan senantiasa membersamai kami dalam perjuangan kami. Dan Alhamdulillah All iz well ketika semua bersama Allah.. tunggu kami disana ya paaa, semoga kita bisa berjumpa bersama di surga. menjadi orang-orang yang terpilih untuk kelak berjumpa dengan Allah di surgaNya Allah..
10 notes
·
View notes
Text
Kembali Lebih Kuat
Hidup bukan hanya tentang gagal dan berhasil, namun tentang bagaimana bisa mensyukuri dan berlapang dada terhadap apa yang telah diupayakan. Tentang terus belajar sepanjang hayat karena hakikatnya hidup adalah ujian. Kapan ujiannya berhenti? Ketika ruh terpisah dari jasad.
Setiap orang memiliki ujiannya masing-masing. Ada yang diuji dengan ilmunya, hartanya, pasangannya, anaknya, dan masih banyak lagi ujian-ujian yang mungkin tidak akan bisa orang lain bayangkan. Ujian-ujian tersebut ada agar kita bisa naik level. Apakah setelah naik level ujiannya berhenti? Tentu tidak. Ujian yang lebih sulit menanti di depan mata. Lantas, bagaimana agar bisa menghadapi ujian kehidupan dengan baik? Tentu saja dengan belajar dan senantiasa minta pertolongan kepada Allah agar dimudahkan, dimampukan, dilapangkan, diberikan kekuatan dan ketenangan.
Hari ini, aku kembali gagal dalam seleksi wawancara sebuah beasiswa. Kadang aku berpikir apakah aku setidak pantas itu untuk mendapatkan beasiswa ini? Alhamdulillah, dikelilingi oleh orang-orang yang selalu berpikiran positif, pikiran itu bisa kutepis dengan cepat. Sebagaimana kata-kata semangat ke atlet bulu tangkis yang kalah bertanding, aku pun menggunakan #KembaliLebihKuat untuk menyemangati diriku sendiri. Teman-temanku yang lain juga mengirimkan banyak doa dan penyemangat.
Semakin dewasa aku semakin mudah untuk lebih tenang, lapang, dan ikhlas menerima kegagalan, tentu saja karena sudah berdoa kepada Allah sebelumnya. Sekarang, aku hanya perlu menyusun ulang rencana lanjut studi dan sepertinya mengejar Unconditional Letter of Acceptance (LoA) supaya bisa langsung melewati satu tahapan dari beasiswa ini. Aku juga akan mencoba short course untuk menambah pengalaman dan beasiswa lain sebagai ikhtiar mengetuk pintu lanjut studi.
Selanjutnya, tentang target menikah tahun ini meski belum tahu dengan siapa, akan tetap coba kuikhtiarkan. Aku juga berusaha agar selalu menjadi keran-keran kebaikan untuk memudahkan dan melapangkan urusan orang lain, dan semoga bisa menjadi pemberat di Hari Pertimbangan Amal nanti. Selain itu, menunaikan amanah-amanah yang sempat tertunda, semoga Allah mudahkan untuk menyelesaikannya supaya tidak ada utang yang tertinggal di dunia ini.
Lalu, tentang target menunaikan ibadah haji, aku sudah memutuskan untuk mengikhtiarkan jalur haji plus karena yang paling memungkinkan secara kalkulasi manusia. Insya Allah juga akan tetap mengikhtiarkan haji furoda, sembari mempersiapkan fisik, mental, dan ilmu. Selama masa tunggu ini, semoga Allah mudahkan untuk menunaikan ibadah umrah dan menjadi tamu-Nya kembali.
Sedangkan untuk hal-hal yang bersifat duniawi seperti rumah dan kendaraan, aku akan coba untuk membelinya secara tunai. Berdasarkan kalkulasiku, harusnya bisa terbeli sepuluh sampai dengan lima belas tahun lagi, ya tentu saja bergantung dengan lokasi rumah dan jenis kendaraan. Yang jelas, untuk rumah sendiri selama bisa kontrak, sepertinya aku akan mengontrak saja. Pun dengan kendaraan, kalau belum bisa beli tunai, bisa memanfaatkan transportasi publik.
Terakhir, aku ingin mencoba untuk mempersiapkan kematian terbaik. Sejujurnya, aku masih belum tahu bagaimana caranya selain berdoa kepada Allah agar diberikan kematian terbaik, di waktu yang terbaik, di tempat yang terbaik, dan semoga tidak merepotkan orang lain. Mungkin aku harus mulai mencari tahu tentang rukun kematian di sekitar area tempat tinggal saat ini.
Dan sebagai pengingat kembali, aku ingin mengutip kutipan favoritku akhir-akhir ini:
You will soon find yourself in the place you have been praying so long for. Your relief is near - so get ready. Allah's blessings are upon you.
4 notes
·
View notes
Text
Perencanaan Keuangan Keluarga Banyak orang tidak kaya karena ingin terlihat kaya. Menjadi kaya itu penting, terlihat kaya itu tidak penting. Kaya hati, itu baru mantep. Penghasilan kita perlu dikelola agar dapat memenuhi kebutuhan saat ini dan juga kebutuhan di masa depan.
Catatan Ideal Pos Keuangan Saving (15%) Need (50%) Want (15%) Invest (20%) Bagaimana langkah merencanakan keuangan keluarga? 1. Kenali kondisi keuangan 2. Tentukan keinginan - daftar keinginan saat ini dan keinginan masa depan Untuk setiap impian, tulislah kebutuhan dana yang diperlukan dan waktu pencapaian tujuan. Contoh: 1. Saya ingin melanjutkan studi. Kebutuhan dana: sekian. Waktu pencapaian: sekian. 2. Saya ingin naik haji. Waktu pencapaian: sekian. Kebutuhan dana: sekian 3. Saya ingin membeli mobil. 4. Saya ingin menabung untuk kebutuhan anak. dll 3. Dari sekian banyak keinginan, tentukan keinginan utama. Sebagai manusia kita umumnya memiliki keinginan yang tidak terbatas. Selalu saja ada keinginan yang muncul. Namun sayangnya kita tidak bisa memenuhi seluruh keinginan tersebut karena adanya keterbatasan. Salah satu keterbatasan yang dimiliki adalah kemampuan keuangan. Oleh karenanya kita perlu membuat urutan keinginan mana yang harus didahulukan.
Inti dari segala teori ekonomi yang ada: - bagaimana menciptakan atmosfer berkah dalam rupiah yang kita miliki. Sumber harus halal. Ada yang disedekahkan. Penggunaannya bijak. - pengeluaran tidak boleh lebih dari pemasukan - uang itu kaitannya dengan psikologi, dan peernya ada di pengendalian diri. Karena yang namanya keinginan tidak akan pernah habis. Maka, tetap berpatokan pada kaidah diatas. Punya keinginan itu tidak apa, beli barang-barang sesuai keinginan tidaklah salah, tapi lihat budget. Gunakan pos Want untuk memenuhi keinginan. Tetap on track. Buat pos-pos di awal, bila perlu, uangnya dimaksukkan ke kantong-kantong berbeda.
0 notes
Text
21 Agustus 2023
Nama: Usratul Maqfira S
Kelas: 7C/Manajemen Pemasaran
Nim: 20652054
Mata Kuliah: Marketing Politik
1. Mengenal politikus Muda
• Faldo Maldini, S.Si., M.Res., M.I.P. (lahir 9 Juli 1990) adalah pengusaha dan politikus Indonesia dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Setelah menyelesaikan studi sarjana di UI pada 2013, Faldo berencana bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), tetapi urung. Ia merasa PKS tidak memberinya "tempat" dan melihat peluang ada di Partai Amanat Nasional (PAN). Dalam wawancara dengan BBC Indonesia, ia mengaku mendapat tawaran bergabung dengan PAN dari Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan melalui Ray. Faldo diberi jabatan sebagai kepala departemen dalam struktur kepengurusan PAN.
Pada 2017, dalam waktu relatif singkat, Faldo menduduki jabatan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PAN. Dalam posisi itu, ia bertanggung jawab berkoordinasi dengan DPW dan DPC di daerah, membangun sistem pengkaderan yang sistematis, hingga mengupayakan Zulkifli Hasan untuk ikut dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Dalam ajang pemilihan umum legislatif 2019, Faldo maju sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari PAN daerah pemilihan Jawa Barat V, tetapi tidak terpilih. Pada Oktober 2019, ia mengundurkan diri dari PAN dan bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Di PSI, ia mendapat posisi sebagai Ketua DPW PSI Sumatra Barat.
Selaku politikus PSI, Faldo menyatakan dukungannya terhadap Perda Syariah, yang bertentangan dengan sikap PSI di pusat. Pernyataan ini ia sampaikan dalam pidato politik pencalonan dirinya di ajang Pemilihan umum Gubernur Sumatra Barat 2020.
Sejak 14 Juli 2021, Faldo menjabat sebagai Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara bidang Komunikasi dan Media.
Faldo masuk ke Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI pada tahun 2008. Di kampus, ia mengenal gerakan tarbiyah dan menjadi kader Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Ia mulai aktif berorganisasi dan pernah menjabat Ketua Himpunan Mahasiswa Departemen Fisika UI tahun 2010, Ketua BEM FMIPA UI tahun 2011, hingga Ketua BEM Universitas Indonesia tahun 2012. Di bidang akademik, ia menerima Beasiswa Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis (PPSDMS) Nurul Fikri dan Goodwill International Scholarship. Pada 2011, ia meraih juara 3 pada kompetisi Mahasiswa Berprestasi. Pada 2013, ia menyelesaikan studi S-1 dan meraih gelar Sarjana Sains (S.Si.). Faldo melanjutkan pendidikan pasca-sarjana di Imperial College London. Pada pemilihan Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) United Kingdom (UK) 2013, Faldo ikut dalam kontestasi bersaing dengan Ray Zulham Farras Nugraha, anak Zulkifli Hasan, politikus PAN dan Menteri Kehutanan RI. Faldo terpilih sebagai Ketua PPI UK periode 2013-2014. Ia sebelumnya dikenal aktif menentang penertiban lapak pedagang-pedagang liar di sekitar Stasiun KRL ruas Depok-Pasar Minggu pada tahun 2012. Aksi penentangan penggusuran tersebut dilakukan dengan meletakkan batang kayu besar di tengah rel kereta lin Bogor.
2. Efektabilitas dan Kapabilitas artis muda sebagai anggota partai politik.
• Latar Belakang Ali Syakieb
Ali Syakieb adalah seorang aktor kelahiran Bogor, 6 Juni 1987. Ia adik dari aktris terkenal Nabila Syakieb. Ali anak dari kedua dari tiga bersaudara dan memiliki keturunan Arab. Sebelum meniti karier di dunia hiburan dengan wajah tampannya, Ali sempat berprofesi sebagai seorang pilot. Sulitnnya mencari pekerjaan pilot, ia banting setir jadi artis. Ali memulai kariernya di dunia hiburan dengan bergabung di salah satu rumah produksi pada 2007, saat usianya menginjak 20 tahun. Ia mulai bermain sinetron pertamanya berjudul Alisa. Setelah itu kariernya kian berkembang dengan bermain sinetron lainnya seperti Khanza, Hingga Akhir Waktu, Amanah dalam Cinta, Tukang Bubur Naik Haji. Selain bermain sinetron, Ali juga bermain di film layar lebar yang salah satunya mengangkat namanya menjadi lebih dikenal banyak orang lewat film Srigala Terakhir yang tayang pada 2009. Dalam film itu, ia beradu akting dengan Vino G Bastian, Fathir Muchtar, Dion Wiyoko, dan Dalllas Pratama, Wajah tampannya juga banyak menghiasi FTVSelain sibuk di dunia entertainment, Ali miliki bisnis yaitu bisnis kue, seperti halnya artis lainnya. Adik kandung Nabila Syakieb itu memilih Kota Bogor sebagai tujuan pasar kuenya. Namun walaupun demikian ali syakieb memutuskan untuk memilih masuk partai NasDem dalam terjun ke politik. Namun memutuskan keluar dan masuk partai DI Perjuangan. memantapkan diri menjadi Caleg PDI Perjuangan untuk daerah pemilihan Jabar XI atau Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya.
• Pendidikan dan Pengetahuan Ali Syakieb
Ali Syakieb merupakan alumni dari Deraya Flying School. Ali Syakieb mengawali karirnya dengan berprofesi sebagai seorang pilot. Kemudian, sampai saat ini ia memilih untuk berkarir di dunia entertainment.
Prestari Ali Syakieb : Penghargaan dan nominasi
- 2016 SCTV Awards Aktor Utama Paling Ngetop dalam karya Istri Untuk Papaku,
Aktor Mega Series/FTV Terkiss dalam karya Suara hati Istri
- 2022 Pasangan Baper Terkiss
• Komunikasi Politik dan Aspirasi Dari Masyarakat
Ali syakib memiliki Visi misinya sama, karena PDI Perjuangan itu nasionalis, 2 program yang akan dia perjuangkan selaras dengan profesi dan latar belakangnya dan akan membuat regulasi agar PH (production house) punya jam kerja yang jelas
1 note
·
View note
Text
Naik Haji dari Inggris, Daftar dan Langsung Berangkat
Daftar Haji dari Inggris, Daftar dan langsung berangkat di tahun yang sama. Sedangkan daftar haji dari indonesia, waiting list hingga 20 tahun.
Bismillah hirrahman nirrahim. Izinkan saya menuntaskan nazar yang sudah lama belum terlaksana untuk membagi perjuangan dan keajaiban yang Allah berikan kepada saya yang sudah memudahkan langkah saya untuk berangkat haji melalui Inggris di tahun 2019 di usia muda.
Badai Hidup
2 minggu setelah saya lulus dari Sastra Inggris, Universitas Indonesia, saya menemani ibu saya tercinta ke dokter karena keluhan benjolan di payudara kirinya. Sebagai seorang anak perempuan dari 2 bersaudara dan baru saja lulus, hanya saya yang memiliki waktu luang. Saat itu, Ayah tugas di luar kota dan abang saya tengah bertarung dengan skripsinya.
Qadarullah, tahun 2015 dipenuhi dengan bolak-balik Rumah Sakit (RS) untuk mengurus operasi besar dan kemoterapi Ibu karena beliau divonis kanker payudara stadium 3 ganas. Di situ saya “ditegur” banyak oleh Allah, “disadarkan” dengan ujian terbesar dalam hidup saya. Hati saya hancur ketika menyaksikan beliau menangis terisak untuk pertama kalinya.Segala proses operasi dan kemoterapi berakhir di Desember 2015 selama kurang lebih 11 bulan.
Singkat cerita, setelah kemoterapi terakhir selesai, Ibu ingin sekali berangkat umroh, dan Alhamdulillah, Allah memudahkan langkah saya dan Ibu, untuk pertama kali menjadi tamu Allah ke tanah suci Mekah untuk ibadah umroh. Sungguh, kalau bukan karena panggilan-Nya, rahmat-Nya, mukjizat-Nya, Ibu dan saya tidak akan mungkin mendapat promo umroh mendadak di akhir tahun bertepatan dengan liburan sekolah karena tuntutan Ibu sebagai guru. Alhamdulillah, startup tempat saya bekerja juga memberikan izin untuk libur 10 hari menemani Ibu.
Pertemuan Pertama dengan Ka’Bah
Saya tidak akan bercerita banyak tentang pengalaman umroh saya, hanya saja, intinya, bertandang ke tanah suci bersama Ibu ketika umroh dan menjaga beliau yang masih recovery dari sakitnya (terutama karena beliau juga ada riwayat vertigo) menjadi sebuah perjalanan yang mengubah hidup saya, terutama mendorong niat saya untuk berhaji. Saya tidak membayangkan apa jadinya kalau saya tidak bersama Ibu saat umroh waktu itu. Ibu sangat memerlukan bantuan saya untuk menemaninya di seluruh rangkaian ibadah.
Pasca Umroh
Ibu masih harus check up rutin ke dokter selama 3 minggu sekali, kemudian berganti 3 bulan sekali, 6 bulan sekali hingga setahun sekali. Walau sudah beberapa bulan berlalu, rasanya masih terus rindu dengan tanah suci (sampai detik menulis ini juga masih rindu).
Suatu ketika, Ibu ingin sekali berangkat haji. Seingat saya, beliau sudah lama daftar dan membayar deposit haji di tahun 2009 silam dan diperkirakan berangkat tahun 2020. Karena urusan finansial dan “keterpanggilan”, Ibu hanya mendaftarkan dirinya sendiri 10 tahun lalu. Percakapan kala itu dengan saya setelah pulang dari umroh, Ibu bilang ingin berangkat haji dengan saya karena mengingat ibadah umroh yang lumayan memerlukan stamina. Rasanya agak sulit ketika membayangkan beliau melakukan ibadah haji sendiri tanpa saya yang mendampingi, begitu kata ibu.
Kerinduan saya kepada Ka’bah dan keinginan untuk menemani Ibu melaksanakan ibadah haji menjadi dorongan kuat untuk saya berhaji bersama dengan Ibu. Bagaimana Caranya? Kapan? Uang dari mana? Ibu yang daftar tahun 2009 aja perdiksi berangkatnya 2020. Apalagi kalau saya daftar di tahun 2016. Emang bisa? Lucunya, tidak ada keraguan di hati saya kala itu. Saya hanya YAKIN kepada Sang Maha Perkasa. Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan menjadikan matahari dan bulan untuk perhitungan (QS Al-An’am:96).
Kemudian, saya mulai browsing-browsing haji melalui luar negeri. Ibu bilang, beliau pernah dengar kalau daftar haji melalui negara yang penduduknya bukan mayoritas muslim, tidak perlu antri bertahun-tahun seperti di Indonesia. Skenario yang saya pikirkan:
Skenario pertama: Saya dan Ibu sama - sama pergi ke luar negeri (negara yang bukan mayoritas muslim. Indonesia dan Malaysia tidak masuk list di benak saya). Kemudian daftar haji dari negara tersebut. Awalnya saya kira daftar haji melalui luar negeri bisa dengan sebatas pergi ke sana dan langsung daftar walau dengan visa turis. Ternyata tidak! Beberapa blog yang saya temukan mengatakan bahwa minimal harus studi di negara tersebut dan memiliki (BRP = Biometric Residence Permit)
Skenario kedua: Saya studi di luar negeri dan mengajak Ibu saya berhaji dari sana. Skenario ini tidak bisa karena ibu saya tidak bisa apply dependent visa (yang hanya bisa untuk suami atau istri atau anak). Ujung-ujungnya Ibu pasti akan pakai visa turis dan tetap tidak bisa
Skenario ketiga: Mengumpulkan uang agar saya bisa berangkat haji melalui Indonesia dan terus berdoa agar bisa satu kloter dengan Ibu.
Skenario Allah
Di penghujung tahun 2016, saya daftar beasiswa LPDP untuk lanjut S2 di Inggris. Di luar perkiraan, saya gagal. Namun, sepanjang tahun 2017 saya mencoba lagi berbagai macam beasiswa dari berbagai negara, termasuk US, Belanda, Australia, bahkan hampir mau daftar ke Rusia. Kurang lebih, ada 8 kali saya mencoba beasiswa ke luar negeri. Kegagalan demi kegagalan menjadikan saya semakin dekat dengan Sang Khaliq. Saya semakin merenungkan tujuan/niat saya mendapatkan beasiswa dan sekolah ke luar negeri.
Setelah 8 kali gagal beasiswa master, di pertengahan tahun 2017, saya kembali mencoba apply beasiswa LPDP dengan niat yang berbeda. Niat saya saat itu lebih besar kepada membantu masyarakat dengan bidang yang nantinya akan saya tekuni, dan jangka panjangnya ingin membangun sekolah (Aaaamin!) dan di lubuk hati terdalam juga ingin berhaji. Sembari bekerja, bolak balik RS (Ibu masih harus kontrol 3 bulan sekali), dan daftar beasiswa, saya lakukan di saat bersamaan di tahun 2017. Alhamdulillah, beberapa bulan kemudian saya dinyatakan lulus LPDP untuk lanjut studi master ke the University of Bristol, UK dan akan berangkat pada September 2018.
Di penghujung tahun 2017, badai kembali datang. Berdasarkan hasil scan dan pemeriksaan, pada payudara kanan Ibu terlihat tampak adanya sel kanker dan harus dilakukan pengangkatan seperti sebelumnya pada payudara kiri. Itu berarti operasi besar kembali dan segala macam rangkaian pengobatan harus dijalani dari awal lagi. Untungnya, CEO saya saat itu sangat baik mengijinkan saya bekerja remote dari RS untuk hari di mana saya harus ke RS menemani Ibu. Proses dan birokrasi di RS saat itu untuk mendapat slot operasi makan waktu lumayan lama.
Saat itu, saya sempat khawatir apakah akan tetap berangkat studi ke Inggris jika harus meninggalkan Ibu yang masih sakit. Namun, takdir Allah berkata lain. Alhamdulillah, Allah Maha Pemurah, sangat, teramat Pemurah. Setelah perjuangan panjang dan tiba saatnya ibu dioperasi, sel yang diambil sebelum pengangkatan payudara memberikan hasil bahwa payudara kanan Ibu tidak harus diangkat, sehingga tidak perlu melakukan segala rangkaian kemoterapi dan sinar radiasi! Sungguh, mukjizat Allah sangatlah dahsyat. Sesungguhnya ujian saat itu adalah bentuk sayangnya Allah kepada saya dan Ibu, untuk tidak lalai dan tetap istiqomah. Alhamdulillah, Allah mudahkan langkah saya agar tetap berangkat ke Inggris untuk melanjutkan studi master di tahun 2018.
Ikhtiar dan Keyakinan
Cari Tahu Terkait Haji via Luar Negeri
Sebelum saya lulus beasiswa LPDP, saya sempat bertemu dengan teman baik saya (ukhti solehah) yang sudah mendapatkan gelar master nya dari universitas ternama di Inggris. Saya menanyakan terkait berhaji dari Inggris. Alhamdulillah, dia mempunyai teman perempuan saat di Inggris yang berangkat haji melalui negara tersebut. Saya langsung menanyakan segala tahapannya dan apa saja yang harus saya siapkan, termasuk bagaimana caranya. Padahal saat itu saya masih daftar beasiswa sana sini. Dari info yang diberikannya, saya baru tahu ternyata berhaji dari Inggris harus melalui agen. Beliau bilang, agen yang digunakan saat itu adalah Manchester Hajj karena banyak orang Indonesia yang ikut bergabung.
Join Group WhatsApp jamaah Indonesia di UK
Sebelum berangkat ke Inggris untuk melanjutkan studi, saya kemudian menanyakan terkait Manchester Hajj kepada teman baik saya lainnya yang saat itu sedang studi di Manchester. Dia memberikan link join group WhatsApp Manchester Hajj khusus jamaah Indonesia yang berangkat haji di tahun 2018 via agen tersebut. Di dalam group WA itu, saya hanya menjadi silent reader dan tidak ada yang menyadari bahwa saya “penyusup” hehe. Saat mereka membicarakan persiapan, perlengkapan, dan teknis haji, serta membagikan foto-foto di Masjidil Haram dan Madinah, saya hanya bisa “jiper” dan berdoa agar tahun depan giliran saya :”). Makin mantap hati saya.
Packing Perlengkapan Haji sebelum Berangkat Studi
Saya berangkat ke Inggris di bulan September 2018 dan saat packing barang-barang untuk studi selama setahun, saya tidak lupa untuk membawa alat-alat haji yang mungkin akan susah didapatkan di Inggris nanti. Tidak banyak yang saya bawa, hanya segelintir perlengkapan haji seperti buku saku/buku doa Haji/Umroh, Gamis, Sarung tangan Ihram untuk wanita, dan tasbih digital. Saya juga mencetak pas foto visa untuk keperluan haji di tukang fotokopi di dekat rumah saya di Jakarta. Pada saat itu, beberapa hal yang harus diperhatikan:
Saya belum mendaftar Haji via Inggris (Biasanya pendaftaran via Manchester hajj dibuka di bulan Januari dengan membayar Deposit)
Saya belum ada dana yang cukup, beasiswa saya belum cair karena studi belum mulai.
Saya juga belum tahu apakah uang beasiswa akan cukup atau tidak. Total yang harus disiapkan adalah -/+ £5000 via Manchester Hajj
Saya belum tahu jadwal kuliah saya di Bristol nanti bagaimana, apakah akan bertepatan dengan disertasi saya?
Saya belum tahu siapa mahram saya? Yang jelas saya belum bersuami. Sedangkan, ayah dan abang saya di Indonesia. Untuk perempuan single, diwajibkan mempunyai mahram ketika daftar haji sebagai syarat visa mengikuti peraturan pemerintah Arab Saudi. Kalau via Inggris, harus mencari mahram sendiri dan yang mau bersedia menganggap saya sebagai saudara/sister. (Di Indonesia, biasanya diurus oleh agen) Perlu menjadi catatan, banyak pendapat/paham mengenai hal ini, sebaiknya pelajari dulu terkait syarat mahram ini. Tanyakan pada banyak ustadz atau ustadzah.
Dan Saya belum tahu apakah saya akan sehat-sehat saja?
Satu hal yang saya tahu, saya yakin, sangat yakin, insya Allah Allah akan mudahkan.
Yakin, Allah Mengikuti Prasangka Hamba-Nya
Desember 2018 (3 bulan setelah saya tiba di Inggris), saya join group WA besar orang - orang Indonesia yang berniat Haji melalui Inggris dari seluruh penjuru Britania Raya. Di grup tersebut kita bisa mencari tahu siapa saja yang berminat berhaji via Manchester Hajj (Karena banyak sekali agen yang terdaftar). Dan akhirnya saya diundang ke dalam grup WhatsApp calon Jamaah Haji Indonesia atas inisiatif sesama orang Indonesia sendiri yang berniat haji di tahun 2019 via Manchester Hajj. Awal mulanya hanya bertiga, lalu bertambah jumlahnya seiring waktu. Saya termasuk salah satu yang mendaftar di awal tahun 2019. Perlu diketahui, Manchester hajj milik orang Pakistan yang juga menerima jamaah dari berbagai kebangsaan asalkan mempunyai BRP (Biometric Residence Permit).
Pada akhir Januari tahun 2019, saya membayar Deposit kepada Manchester Hajj sejumlah £1000 dan Membayar angsuran ke-2 di akhir bulan Maret 2019. Bayaran lunas saya bayarkan ketika sudah sampai di tanah suci. Saya juga akhirnya menemukan mahram yang bersedia menganggap saya sebagai sister untuk keperluan visa saja. (Pencarian mahram juga ada ceritanya sendiri). Saya juga sudah berkonsultasi dengan supervisor dan personal tutor akademik saya sejak Februari 2019. Alhamdulillah mereka sangat mendukung dan membuat timeline khusus untuk saya yang akan berangkat haji di bulan Agustus 2019 dikarena deadline disertasi atau tugas akhir untuk kelulusan saya jatuh di bulan September 2019.
Kuasa dan Rahasia Allah
Di bulan Ramadhan 2019, tepatnya 3 bulan sebelum Haji. Allah menjawab berbagai cobaan dan ujian di tahun-tahun sebelumnya dengan menunjukkan skenario terindah-Nya. Alhamdulillah Wa Syukurillah. Ibu saya yang diprediksi berangkat haji tahun 2020 dan yang sudah daftar 10 tahun lalu, ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk berangkat Haji di tahun 2019 melalui Jakarta! Bersamaan dengan saya yang berangkat dari Inggris di tahun 2019 juga! Alhamdulillah! Puji dan Syukur hanya untuk Allah semata.
Tanggal 3 Agustus 2019. Allah kembali menunjukkan Kuasa-Nya. Jadwal berangkat saya dari Inggris bersamaan dengan jadwal berangkat Ibu saya dari Indonesia! Atas izin dan kuasa Allah, pada hari yang sama, kami terbang dari benua yang berbeda ke satu tujuan yang sama, Makkah Al Mukarramah, untuk memenuhi panggilan Allah, sebagai tamu Allah demi menyempurnakan rukun islam ke-5. Jika bukan karena kuasa-Nya, apakah mungkin bisa? Tidak, tidak mungkin. Linangan air mata, getaran hati, kecamuk rindu, bersatu saat menyerukan:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
“Labbaykallahumma labbayk, labbayka la syarika laka labbayk. Innal hamda wan ni‘mata laka wal mulk. La syarika lak.”
“Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sungguh, segala puji, nikmat, dan segala kekuasaan adalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu.” (credit to islam.nu.or.id)
Begitu melihat Ka’bah, rasanya, seperti ada detak di jantung yang susah dijelaskan dengan kata-kata. Air mata mengalir tiada henti, terutama saat mencium Ka’Bah, yang suci. Ketika menatapnya, saya masih merasa rindu. Ketika sujud di Masjidil Haram, memohon ampunan Al-Ghafur, dunia seakan tak lagi memiliki arti. Setiap detik hanya untuk Sang Pencipta, Allah Azza Wa Jalla. Belum lagi, saat memasuki Raudah, area makam Rasulullah SAW di Madinah, rasa-rasanya aneh jika seorang umat Muhammad SAW tidak ambyar (nangis tersedu) ketika mengucapkan “Assalamu’alaika Ya Rasulullah.”
Sungguh, kalau bukan Allah yang mengatur, rahmat dan karunia sebesar ini tidak akan terjadi. Segala ketidakmungkinan menjadi mungkin ketika kita hanya bergantung pada Allah SWT. Allah tidak pernah mengecewakan hamba-Nya. Allah tahu yang kita butuhkan bukan yang kita mau.
Ibadah Haji = Ibadah Fisik
Ibadah haji adalah ibadah fisik terutama ketika dilakukan di bawah terik matahari yang mencapai 50°C. Kaki harus siap untuk selalu dibawa jalan. Ketika menjalani ibadah haji di usia muda, saya salut sama kakek-nenek, atau orang lumpuh yang berhasil menyelesaikan seluruh rangkaian haji. Haji adalah ibadah fisik yang jauh lebih baik jika dilakukan saat muda. Menurut saya, ibadah haji seperti layaknya mengikuti marathon lebih panjang dari 10k run pada umumnya. Bedanya, saat marathon 10k saya hanya mendapat lelah saja dan rasa kompetitif untuk selesai dengan cepat. Akan tetapi saat ibadah haji, saya mendapat kenikmatan yang kalau disuruh ulang lagi, saya akan sangat bersyukur dan mau, lagi dan lagi.
Alhamdulillah, selama rangkaian haji, saya bisa beribadah bersama Ibu dan menjaga beliau yang kesehatannya tidak begitu prima. Alhamdulillah, kami menikmati seluruh prosesnya. Karena kami selalu berdua, kami mengatur setiap langkah kami agar tidak terburu-buru, tapi pelan-pelan dan enjoy every moment. (Jika dalam kelompok besar, kecil kemungkinan untuk menyuruh agar seluruh jamaah berjalan sesuai kecepatan Ibu dan saya). Alhamdulillah, seluruh rangkaian haji saya dan Ibu lakukan bersama mulai dari Masjidil Haram hingga Arafah, Mina, dan Muzdalifah. Kami bersyukur bisa menikmati seluruh prosesnya.
Jawaban Allah dari Badai Hidup
Sampai sekarang, pengalaman spiritual ini membuat saya terus dan terus bersyukur akan Rahmat Allah yang tiada hentinya. Saya masih banyak dosa, tapi Allah masih begitu baik. Allah menunda keberhasilan saya di tahun 2016 ketika gagal LPDP pertama kali, untuk mengajarkan saya kekuatan sebuah keyakinan dan agar bisa menjaga ibu saya pada masa - masa sulit. Allah Maha Pengasih dan Allah mengikuti prasangka hamba-Nya. Allah lebih tahu dari pikiran manusia. Yakin sama Allah, skenario Allah berkali lipat lebih Indah. Allah meloloskan saya LPDP setelah percobaan kedua dan kegagalan 8 kali beasiswa lainnya untuk menghadiahkan saya kesempatan menunaikan ibadah haji bersama jiwa saya: Ibu. Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah.
Sampai detik ini, kerinduan saya pada Baitullah dan Madinah tidak pernah usang. Ketika memejamkan mata, seluruh memori dan moment di tanah suci dapat terbayang dengan jelas yang membuat saya semakin rindu dan ingin melakukannya berkali-kali jika diberikan kesempatan lagi. Sungguh sebuah nikmat ketika air mata mengalir deras di tanah suci saat memohon ampunan-Nya sembari bermunajat, dahaga yang hilang ketika minum air zam-zam yang bisa diambil kapan saja di setiap lorong Masjidil Haram, dan kunjungan ke makam Kekasih Allah, Muhammad SAW yang bahkan di detik-detik akhir hidupnya masih memikirkan kita sebagai umatnya.
Haji dan Studi Master
Segala sesuatu akan mungkin terjadi atas izin Allah. Walaupun studi master saya hanya setahun dan tergolong padat dibandingkan studi doktor (S3), Alhamdulillah supervisor S2 saya sangat mendukung ibadah haji yang saya lakukan dan memberikan saya timeline khusus untuk mengatur jadwal off saya selama 3 minggu. Alhamdulillah, sepulang dari haji dan kembali ke Inggris untuk menyelesaikan studi, Allah mudahkan saya untuk beres dalam sebulan. Teman-teman jamaah mahasiswa/mahasiswi Indonesia lainnya yang berangkat bersama saya via Manchester Hajj juga berhasil menyelesaikan disertasi beberapa minggu setelah haji. Bahkan ada yang mengumpulkan disertasi tepat di akhir rangkaian haji. Atas izin Allah, mereka berhasil menyempurnakan rukun islam ke-5 dan menuntaskan tanggung jawab studi, baik teman-teman sesama master maupun doktor. Alhamdulillah, saya pun dinyatakan lulus pada 25 November 2019 dengan gelar MSc in Education (Learning, Technology, and Society) dari University of Bristol. Alhamdulillah. Semua berkat rahmat Allah SWT.
Oleh karena itu, untuk kalian yang sedang diberikan nikmat studi di luar negeri terutama dengan beasiswa, saran saya, mantapkan niat dan segera laksanakan panggilan Allah untuk berhaji. Terutama bagi para laki-laki dan para pasangan suami-istri. Bagaimana dengan yang di luar negeri dan sudah punya anak? Jangan khawatir, teman-teman jamaah rombongan saya kemarin banyak yang sudah memiliki anak dan Alhamdulillah lancar.
Terkadang, keraguan hadir karena kita kurang yakin pada kuasa Allah. Kenapa kita begitu yakin pada pilot pesawat ketika menjadi penumpang namun kurang yakin pada kuasa Allah ketika menjadi penumpang di dunia? Insya Allah, dengan memantapkan niat, ikhtiar, dan berdoa, dan melakukannya hanya untuk Allah semata, insya Allah ada jalan. Mantapkan niat untuk berhaji dengan sering membaca: Allahummarzuqna ziyaratal Makkah wal Madinah ma'as salamah atau QS Ali imran: 97
Sebagai penutup, sedikit sharing khutbah dari imam baitullah di arafah:
"How do you expect to get Al-Jannah (paradise) when you haven't worked for it in Dunya? That's like expecting to pass an exam you never took a class for."
“Bagaimana bisa kamu menginginkan surga kalau kamu tidak pernah berusaha mendapatkannya ketika di dunia. Itu seperti menginginkan agar lulus tes yang bahkan kamu tidak pernah hadiri kelas/pelajarannya.”
“Allah bukan mengundang orang yang mampu, tetapi Allah memampukan orang-orang yang menjawab panggilan-Nya.” - unknown
Ayo jawab panggilan Allah~
Umur bukan sesuatu yang pasti, yang pasti adalah kematian. Sudahkah kita siap?
-----------------------------------------------------------
Note:
Untuk cerita berhaji melalui luar negeri yang lebih lengkap, dan lebih detail terkait teknis, alokasi anggaran, tipe-tipe agen haji dari Inggris yang terpercaya, mencari mahram bagi perempuan, membawa istri/suami, dan hal detail lainnya, insya Allah menyusul di platform yang berbeda. Mohon doanya.
Tanya - tanya lebih lanjut bisa Direct message saya via instagram: @soulayaola
Mohon jangan puji ibadah/amal saya. Sungguh, saya masih manusia penuh dosa yang masih sulit mengontrol ibadah hati. Alangkah lebih indah jika teman-teman mendoakan Ibu saya dan saya di setiap sholat teman-teman agar selalu sehat, diampuni dosa-dosa, dan tetap istiqomah.
Semoga Allah segera mengundang teman-teman untuk menjadi tamu-Nya di Baitullah. Aaaamin.
-SL
7 notes
·
View notes
Text
Berhaji dari Luar Negeri (1)
Kemarin-kemarin, aku sempat mendapatkan cerita langsung dari guruku tentang perjalanan haji dari luar negeri. Saat studi S3 di Jerman, beliau dan suaminya diberikan rezeki untuk menunaikan haji. Kondisi ekonomi yang terbatas, tidak menghalangi tertunainya ibadah yang menjadi prioritas. Konon kabarnya, pada saat yang bersamaan ibu dari guru saya ini juga berangkat haji dari tanah air. Seolah tidak mungkin, tapi kalau Allah sudah berkehendak, ya tidak akan ada yang menghalangi. Jadilah, maka jadi.
Di lain cerita, kisah haji dari Jerman juga pernah dituliskan oleh seorang mentor pelatihan onlineku dulu. Kenal Mbak Syifa karena beliau pernah menjadi pendamping kelompok di acara Studi Islam dan Dialog Kemahasiswaan (SIDIK) 2021 yang diadakan Forkom Jerman. Beliau saat itu melaksanakan haji pada saat kuliah kedokteran di Jerman. Perjalan singkatnya bisa disimak di sini ya.
https://syifamaisani.blogspot.com/search?q=haji
https://syifamaisani.blogspot.com/2016/09/tips-persiapan-haji.html
Peluang haji dari luar negeri menjadi salah satu hal yang menarik perhatianku, meskipun aku belum tahu bagaimana caranya, rasanya peluang ini perlu ku coba. Setidaknya, jalan mencari info sudah ku kantongi dulu. Beberapa referensi lain ku kumpulkan satu per satu. Pekan lalu, alhamdulillah aku mendapat kesempatan mendengarkan webinar dari salah satu awardee LPDP yang berangkat haji dari Swedia. Pengalaman Mas Faiz mempersiapkan haji ternyata seseru itu. Perjuangannya sekolah ke luar negeri ternyata memang disiapkan agar bisa berhaji. Cerita lengkapnya bisa dibaca di bawah ini.
https://ppiswedia.se/masakini/pengalaman-naik-haji-dari-swedia/
https://www.youtube.com/watch?v=VJJhLtBlPs8
Sebenarnya, masih ada cerita kesempatan haji dari luar negeri, baik itu karena studi atau kesempatan lainnya.
Kalau rame lanjut part 2. Setuju ndak?
(bersambung)
12 notes
·
View notes
Text
Aku yang Dulu, Bukanlah yang Sekarang
Dulu, karena begitu mengidolakan K-Pop stars, ingin ke Korea Selatan
Setelah menonton Youth Over Flowers, pengin ke Afrika
Mengetahui seseorang yang sedang mengambil studi S2 di Jepang, jadi ingin ke Jepang
Karena postingan Instagram Dion Wiyoko, Mbak Anggey, dan suaminya.. membuatku ingin ke New Zealand
Setelah penasaran menonton video klip Man Upon The Hill-nya Stars and Rabbit, membuatku ingin ke Sumba
Gara-gara nonton Star Wars, jadi penasaran dengan Faroe Islands
Lagi-lagi karena postingan Instagram, kali ini milik Amrazing, membuatku ingin ke Islandia
Ya begitulah aku, dengan angan-anganku. Dulu jika ditanya ingin pergi kemana.. ya jawaban di atas yang pasti ku sebutkan (sampai sekarang pun masih). Tapi, sebagian besar teman ku jika ditanya demikian pasti juga menyebutkan “Mekkah” atau “Madinah”. Mereka punya keinginan untuk bisa umroh bahkan naik haji di kemudian hari. Nah aku? Aku juga bingung dengan diriku yang dulu, kenapa bisa berpikiran “Kok aku nggak pengin-pengin banget ya...”. Ada seorang teman yang berkesempatan umroh, sepulangnya dari sana ia menulis di sosial medianya bahwa ia ingin kembali lagi ke sana, dan bisa-bisanya aku dulu berpikiran “Masa iya sih? Bikin nagih?”
Tahun demi tahun berlalu, semenjak beberapa orang terdekat ku mendapatkan kesempatan ke sana, kemudian mereka bercerita dari A-Z dari sesuatu yang besar sampai yang kecil, dengan ekspresi yang tidak bisa berbohong bahwa mereka benar-benar senang bisa kesana, pikiranku mulai terbuka. Sampai saat ini pun mereka selalu mengenang ketika sedang berada di sana, bercerita kembali dengan penuh semangat nyamannya Mekkah dan Madinah, betapa mereka merasa waktu begitu cepat di sana dan dengan berat hati harus kembali ke Tanah Air. That story is open my mind...change my mind..
Aku tetap ingin mengunjungi tempat-tempat yang telah ku sebutkan di awal, tapi kali ini dengan penambahan Mekkah dan Madinah di urutan pertama sekaligus yang utama.
Diabadikan oleh orang tersayang, gini kok kamu dulu bisa-bisanya mikir begitu Bil.. Bil..*merasa tidak habis pikir
Semoga situasi kembali kondusif, agar aku, kamu, kita bisa pergi ke tempat yang ingin kita tuju.
Aamiin..
1 note
·
View note
Text
Obituary (1) Buya Syafii Maarif
oleh Habib Chirzin
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un
Ta'ziyah, obituary atas meninggalnya Buya Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif.
Kita kehilangan lagi seorang cendekiawan yang alim, bersahaja, tidak mengenal lelah bekerja untuk kepentingan orang banyak. Keteladanan Buya Syafii menjadi legacy bagi ummat dan bangsa di dalam kecendekiawanan, integritas dan semangat pengabdian, sejak masa mudanya.
Saya mengenal Buya Syafii Maarif sejak masih kuliah di IKIP Negeri Karang Malang, pada pertengahan th 1960-an. Sering naik sepeda dari Selokraman, melewati kampung Samakan, tempat tinggal Mbah Mulyodiwarno ,orang tua Lik Murdiyo, kawan sekelas Buya Syafii ketika sekolah di Muallimin Muhammadiyah, Yogyakarta. Dan bersama tammat pada th 1953. Buya Syafii kemudian dibenum ke Lombok Timur, Lik Murdiyo dibenum ke Donggala, yg kemudian disusul oleh Ustadz Suprapto Ibnu Juraimi.
Ketika kuliah di IKIP, Buya Syafii pernah tinggal di rumah Kyai Amir dan Mbah Haji Ahmad, Selokraman, kakeknya Lik Darwis Khudlori, yg sekarang tinggal di Paris, mengajar di Le Havre Universite. Juga mengaji di Pondok Kiyai Amir, pendiri sekolah Ma'had Islami, Kotagede, Pak De-nya Kang Achmad Charris Zubair.
Waktu itu Bapak saya, Muhammad Chirzin, menjadi ketua pimpnan cabang Muhammadiyah, Kotagede. Bapak sering meminta tolong Pak Syafii untuk untuk menulis pidato atau khutbah Jum'at, yg waktu itu disebut dengan "cara Melayu" (Bahasa Indonesia). Karena Pak Syafii sering menulis di koran Mercu Suar, yg kemudian menjadi Masa Kini.
Ada beberapa moment kebersamaan saya dengan Pak Syafii, yang saya ingat.
Ketika Pak Syafii akan kembali ke Chicago setelah berlibur di Indonesia, pada akhir th 1970-an, saya menemani Pak Syafii berpamitan kepada Menko Kesra. Sekembali Pak Syafii dari studi di Chicago pada th 1983, saya sering mengundangnya untuk mengajar di PKMS (Pendidikan Kader Masjid Syuhada) Yogya, yg waktu itu saya sebagai direkturnya, bersama Mas Chumaidi Syarief Romas, dg mata kajian "Tema-tema besar Al Qur'an", sesuai dg judul buku karya Prof. Dr. Fazlurrahman, gurunya di Chicago, "the Major Themes of Al Qur'an". Waktu itu Pak Syafii sering berbicara tentang Prof. Fazlurrahman sebagai juru bicara dunia Islam yang sangat bertanggung jawab, di dunia Barat.
Ketika Prof. Fazlurrahman bersama isterinya datang ke Jakarta, menghadiri "International Conference on the New Approach to Islamic Research" di LIPI, Jakarta, pada th 1987, saya diajak oleh Pak Syafii untuk menemuinya. Saya masih menyimpan foto dokumentasi kami berempat. Hadir juga pada waktu itu Prof. Dr. Mahmoud Ayyoub dari Temple University, Philadelphia; Prof. Dale Eickelman, dari University of New York, Dr. Surin Pitsuwan yg waktu itu menjadi dosen di Thammasat University, Bangkok, sebelum menjadi Menlu Thailand dan Sek Jen ASEAN, dll.
Ketika saya mengemukakan bahwa tajdid Muhammadiyah saat itu dilakukan oleh masyarakat basis dalam kelompok Jamaah dan Dakwah Jamaah, dengan berbagai inisiatif gerakan sosial di tingkat basis dengan menerapkan teologi almaun; saya kemudian diwawancarai oleh Prof. Dale Eickelman, yang pakar anthropologi. Dia meminta tulisan-2 saya, yang akan diterjemahkan oleh mahasiswanya yang berasal dari Indonesia. Dia menyebut nama Yusron Asrofie, asal Kotagede, yg sedang mengambil program MA di NYU. Saya sendiri baru berkunjung ke NYU, di New York, pada musim panas th 1990.
Pak Syafii pernah bersama Mas Kunto Wijoyo, Affan Gaffar dan saya, menjadi penasehat majalah Himmah, majalah mahasiswa UII, yg dikelola oleh Hamid Basyaib, AE Priyono dan kawan-2. Sebenarnya kami berempat ini bukan dosen UII, tetapi dekat dengan kawan-2 UII. Saya sendiri beberapa kali membawa kawan dari LN untuk berdiskusi di kampus UII, antara lain, Dr. Randy David, direktur Third World Studies Center, the University of the Philippines, Diliman Campus; Dr. Karina David, yg kemudian menjadi Menteri Sosial pada pemerintahan Cory Aquino; Aurea Teves, dari SEARICE, Manila; Jun Atienza dari Agricultural mission Inc, New York, tamu-2 dari Belanda dll.
Pak Syafii pernah diundang ke UII, bersama Cak Noer, Noercholish Madjid yang sama-sama alumni Chicago, dan Fachri Aly dari Jakarta, untuk diskusi. Oleh panitia saya diminta menjadi moderatornya. Mungkin karena mereka tahu bahwa saya kenal dengan ketiganya. Pada keesokan harinya diadakan dialog lagi dengan Cak Noer di Hotel Sri Manganti, Jl Solo. Saya terlambat datang dari rumah di Wijilan. Saya dengar diskusinya cukup seru. Hanya yang saya ingat, ketika akan check out, Cak Noer mengatakan kepada receptionist : "This hotel is cozy.....". Kemudian receptionistnya menjawab : "Thank you Cak Noer...". Cak Noer terkejut dengan jawaban yg menyebut namanya "Cak Noer". "Kalau begitu ini keluarga sendiri" kata Cak Noer. Suasana menjadi lebih cair dan bersahabat. Saya kemudian melepas Cak Noer dari lobby hotel, untuk kembali ke Jakarta.
Buya Syafii juga pernah menjadi pengajar di Institut Pengembangan Masyarakat (IPM), Pondok Pabelan, bersama Arief Budiman, Kunto Wijoyo, Dawam Rahardjo, Aldy Anwar, Affan Gafar dll. Ketika dilakukan acara peringatan Milad 70 KH Hammam Djakfar, di Pondok Pabelan, Buya Syafii hadir sebagai pembicara, bersama KH Mahrus Amin, Pimpinan Pesantren Darunnajah dan saya, sebagai anggota Yayasan Badan Wakaf Pondok Pabelan.
Ada peristiwa yang tak terlupakan ketika selama tiga hari tiga malam saya bersama Buya Syafii tinggal sekamar di sebuah hotel di atas Kuala Lumpur, menghadiri World Dialog ttg Globalisasi, Agama-agama dan Perdamain, yang digelar oleh "Just " (International Movement for the Just World) yg dipimpin oleh sahabat lama Prof. Dr. Chandra Muzaffar, yg pernah berkunjung ke rumah kami di Jkt. Hadir para tokoh perdamaian dan agama-2 seperti Richard Falk dari Princeton; Paul F Knitter dari Xavier Univ, Cincinati; Mahmoud Ayyoub, dari Tempel U Philadelphia; Justice Baghwati, hakim agung dari India; Swami Agnivesh, mantan Menteri Pendidikan India, yg pernah menginap di rumah kami di Jkt; Ajarn Sulak Sivaraksa, pendiri INEB, tokoh Gerakan Indeks Kebahagiaan Nasional Bangkok, yg pernah berkunjung ke rumah kami dua kali; Chawiwat Sattha Anand, tokoh stud perdamaian dari Thammasat U, Bangkok; Tansri Razali, perwakilan Malaysia di PBB; Ghazali Basri, Rektor Darul Hikmah, Kajang, Malaysia; dll. Dari Indonesia hadir kami bertiga; Buya Syafi'ie Maarif, Kang Prof. dari PB NU. Richard Falk dan Mahmoud Ayyoub adalah anggota International Advisory Panel dari "Just", International Movement for the Just World, seumur hidup (for life).
Buya Syafii bersama saya juga diundang Round Table bersama Prof. Dr. Syed Hossein Al Attas, tokoh ilmuwan Malaysia, penulis buku "The Sociology of Corruption", "the Mith of the Lazy Native" pada th 1970-an, mantan Vice Chancellor (Rektor), Universiti Malaya, bersama Paul Knitter di lembaga pendidikan dinas luar negeri Malaysia.
Pada Milad 100 th Muallimin dan Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta, 18 Desember 2018, saya sempat mendampingi Buya Syafii bersama Mbak Dr. Noordjannah Djohantini, Ketua PP 'Aisyiyah, yang juga alumni Muallimat. Ibu saya sendiri tammat dari Muallimat pada th 1942, ketika dipimpin oleh KHR Hadjid. Sebelum memberikan taushiyah, Buya Syafii sempat menyapa Lik Murdiyo, kawan sekelasnya di Muallimin dan bapak-bapak alumni lainnya.
Menjelang acara puncak Milad 100 Muallimin, saya pernah diundang bersama Buya Syafii berpanel di Universitas Muhammadiyah Bengkulu, karena Rektor UMB dan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, Dr. Dahsan dan Dr. Saifullah, kedua-duanya alumni Muallimin.
Di akhir hayat Buya Syafii, saya bbrp kali bersama dalam pertemuan Panitia Pembangunan Kampus Terpadu Muallimin Muhammadiyah dengan BPH Muallimin dan Muallimat. Buya Syafii sangat besar jasanya dalam merenovasi gedung Muallimin di Jalan S Parman dan dalam pembangunan Kampus Terpadu Muallimin di Sedayu, Yogya barat, dengan masjidnya yang indah dan megah. Sebagai alumni Muallimin, Buya Syafii telah memberikan keteladanan sebagai kader persyarikatan, kader ummat, kader bangsa dan kade kemanusiaan.
Buya telah kembali ke haribaanNya Yang Maha Pengasih, tetapi jasa-jasa dan keteladanannya akan tetap kita kenang. Dan akan menjadi warisan bagi ummat, bangsa dan kemanusiaan yang abadi.
Obituary (2)
Buya Syafii Maarif dalam pergaulan antar bangsa dan di kalangan diplomat.
Buya Syafii Maarif juga dihormati di pergaulan antar bangsa dan di kalangan diplomat. Ada kenangan bersama Buya Syafii, diundang oleh Duta Besar Australia, Richard Campbell Smith, untuk pertemuan dengan Perdana Menteri Australia John W. Howard, sambil makan siang di hotel Arya Duta, bersama mantan Menteri Luar Negeri RI, Ali Alattas, mantas Dubes RI untuk Amerika, Amb Dr. Arifin Siregar dll, pada th 2002.
Pada th 2003 atau 2004, Buya Syafii bersama saya juga diundang pertemuan dan makan siang bersama Jaksa Agung Australia Daryl Robert William, di sebuah hotel di Jkt. Pada th 2005 saya bersama Mas Rozie Munir, mantan menteri BUMN, pertemuan dg Jaksa Agung Australia, Phillip Maxwell Ruddock di konperensi MRA (Moral Rearmament) di Queensland, karena di masa mudanya, Pak Phillip.Ruddock, pernah aktif di MRA, saya sendiri bersama Mas Rozie Munir, sebagai penasehat MRA/IOFC Indonesia, yg kemudian menjadi IofC (Initiative of Change).
Pada th 2005 saya bbrp.kali diundang oleh Dubes Australia, Bill Farmer, di kediaman resminya di Menteng, bersama Amb Dr. Arifin Siregar, Amb. Jakfar H. Assegaf dan beberapa mantan Dubes RI (Ambassadors forum), antara lain ttg kerja sama dan pertukaran pemuda Islam Indonesia dan Australia, yang terus berlangsung sampai saat ini. Sebenarnya saya sendiri tidak terlalu dekat dg Australia, kecuali, adik bungsu saya, Atun, Siti Syamsiyatun, pernah belajar dan memperoleh gelar doktor dari Monash University. Pada th 1978 saya pernah memperoleh dukungan dari FFHC/FAO (Freedom from Hunger Campaign), Australia, untuk Development Worker Program (DWP), Asian Cultural Forum on Development (ACFOD) di Bangkok, Manila, Kuala Lumpur, Jakarta, Dhacca, Colombo dan Kathmandu.
Perjalanan panjang dari Pondok Kiai Amir, Selokraman, Kotagede, sampai pada th 1960-an, Pengajar di IPM Institute Pengembangan Masyarakat Pondok Pabelan 1985-an, Masjid Syuhada 1993-an, Institut Pengembangan Masyarakat IPM 1985-an, Milad Pondok Pabelan 2010-an, sampai ke Team Pembangunan dan BPH Muallimin dan Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta 2022.
Semoga bermanfaat dan barakah.
0 notes
Text
Enam Purnama 2017
“Dek, percaya sama Anin, adek sekolah lagi itu insyaALLAH perkara waktu aja kok, entah kamu sekolah profesi, atau sekolah di luar kayak Anin. Allah itu pingin lihat usahamu sedikit lagi mbul”
-Avina Anin Nasia, 1 Januari 2017.
Mengawali tahun 2017, sejujurnya berat sekali buat saya. Lebay sih. Saya merasa membawa PR di tahun 2016 yang belum kunjung saya selesaikan, salah satunya adalah studi master. Kalau boleh sedikit flashback, 27 Oktober 2016 lalu, tepat ketika saya berusia 24 tahun, saya mendapati e-mail dari LPDP dan dinyatakan tidak lolos seleksi administrasi. Phew. Masih inget banget, dengan datarnya menyampaikan hal ini ke Mama dan Mbak Anin, “adek ngga lolos”. Justru waktu itu Mama yang panik. Hahaha, sekarang boleh saya (atau kita) menertawakan, tapi waktu itu justru semakin sedih, dan semakin percaya, kalau kesedihan anak itu 100 kilo, kesedihan ibunya bisa ribuan bahkan jutaan kali lipat. Di satu sisi, ada satu masa di awal tahun 2017 dimana saya tidak terlalu sering bercerita pada Ibu saya, khawatir makin panik, tapi saya tidak berhenti untuk terus meminta doa restu Mama. Berbekal quote dari bang haji Rhoma Irama, “doa ibumu dikabulkan Tuhan, dan kutukannya jadi kenyataan”.
Januari
14 Januari 2017, saya memberanikan diri untuk IELTS. Menurut saya, ini salah satu hal yang patut saya syukuri, karena Allah berikan keberanian untuk tes. Sehari setelahnya, saya dan kakak saya (dan Alivia yang saat itu masih dalam kandungan kakak saya) jalan-jalan ke Tunjungan Plaza dan makan bareng hahahaha. Ini hiburan awal tahun banget, karena untuk pertama kalinya kami jalan bareng berdua, menikmati setiap langkah dengan cerita-cerita konyol, dan tingkah lakunya yang tak kalah menyebalkan. Masih inget juga, masa-masa trimester pertama mbak Anin, bukan hanya dia saja yang trauma, saya sepertinya lebih trauma, karena nggak tega melihat dia sering banget mual. Tapi Alhamdulillah, kakak saya strong enough, buktinya bisa jalan-jalan ke TP. Di awal tahun ini, belum-belum saya udah dibeliin novel “Tentang Kamu” nya Tere Liye dan komik “Miiko”. Bonus, ditraktir makan Pizza Hut, meskipun dia sempet mual, dan saya adalah orang yang bisa ketularan mual hahahaha.
Ada satu rangkaian kalimat mbak saya yang membuat saya tertegun.
“Mbul, kamu jangan egois, sekarang kamu sedang proses menyelesaikan apa yang jadi tugasmu ke orangtua. Selama ini Mama sama Bapak berjuang cuma buat anak-anaknya aja Mbul. Kamu jangan mudah rapuh gitu ah, ini belum apa-apa dibanding nanti kamu kalo udah sekolah. Jalani aja, nikmati aja, fokus juga. Ngga usah macem-macem kamu kak”
Di pekan berikutnya, saya kembali menghadapi masa-masa seolah jadi anak tunggal, karena kakak saya kembali ke Belanda, menuju pangkuan suami, eh. Penuh drama, macet dimana-mana, tapi Alhamdulillah masih bisa ketemu mbak Anin di Bandara Juanda. Masih inget banget, bagaimana dia begitu berapi-api menyemangati saya untuk tidak pupus di tengah jalan.
“Kamu ini baru memulai perjalanan, kak. Jangan mudah patah, harus strong soalnya kamu kan Putri Jawa Timur hahahaha. Jangan nangis kak, kalo nangis nanti kamu ngantuk, nggak produktif”
-Avina Anin Nasia, sesaat sebelum check in.
Tak perlu lama-lama untuk merealisasikan pesan mbak Anin, 27 Januari 2017, saya mendapati hasil IELTS saya, masih 6.0. Baik, saya paham bahwa perjalanan di tahun 2017 masih 27 hari. Masih ada kesempatan untuk memperbaiki, masih ada kesempatan untuk belajar lebih giat lagi. Masih ada rejeki untuk tes lagi. Insya Allah. Januari, terima kasih, telah mengenalkanku, betapa perjuangan itu sungguh-sungguh di mulai, betapa modal dari perjuangan adalah niat yang lurus, keyakinan pada Allah dan pada diri sendiri, ketenangan dalam berpikir.
Februari
Hal yang paling beda di bulan ini adalah akhirnya seorang Valina Khiarin Nisa adalah jadi anak kontrakan. Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa, dan dengan didorong keinginan luhur, untuk lebih interaktif sama orang lain, akhirnya saya dipertemukan dengan Kontrakan Muslimah Andalusia, yang isinya akhwat-akhwat sejati semua, kecuali saya. Terima kasih kepada Sayyida Farihatunnafsiyah, yang sudah mengizinkan saya untuk menjadi bagian kecil dari Kontrakan Andalusia. Senangnya adalah, saya tidak merasa kesepian, ada teman untuk berbagi cerita, ada teman yang menasehati, saling mengingatkan dalam kebaikan, dan yang paling penting adalah…. Membuat kesedihan menjadi sebuah kebahagiaan yang patut disyukuri. Mengubah air mata menjadi gelak tawa. Mengubah kantuk menjadi senam irama, mengubah ngigau jadi shalat tahajjud. Hahaha. Thanks Andalusia!
Bagaimanapun, teman-teman Andalusia adalah teman-teman yang sangat pengertian. Bagaimana tidak? Ba’da shubuh, saya sudah mengganggu mereka dengan memutar listening IELTS menggunakan speaker.
“gaes, monmap yaa. Valin izin belajar IELTS, ngga ada waktu lagi buat belajar IELTS selain bada shubuh dan diatas jam 10 malem.”
Dan mereka sangat-sangat pengertian, Alhamdulillah. Haru banget kalau ingat betapa mereka menyemangati, betapa mereka senantiasa mengirim doa.
Kabar baik di bulan ini adalah, Fakultas Psikologi memfasilitasi saya dan teman-teman asisten dosen lainnya (yang membutuhkan) untuk les bahasa inggris (khususnya IELTS) di IALF Surabaya. Masyaa Allaah, sebuah kesempatan yang belum tentu saya dapatkan dua kali, tanpa pikir panjang,
Ada sebuah pepatah manis, bahwa lebih baik berjuang bersama-sama daripada sendirian. Di bulan ini pula, saya kembali dipertemukan dengan mereka, sahabat saya. Grienda Qomara, mengajak untuk membuat IELTS Club, khususnya writing dan speaking. Selain Grienda, ada mas Gading, mas Hakim, Abdul Ony, Febryan, Izhar dan Sofi. Meskipun hanya beberapa kali pertemuan, saya merasa sangat terbantu. Setidaknya saya semakin sadar, bahwa modal utama nulis dan bicara adalah membaca. Mas Gading, selalu berbaik hati memberikan feedback speaking, dan menyarankan saya untuk lebih rajin baca artikel. Hahahahah ampun kakak. Kerasa bangetlah, saya emang nggak punya ide yang oke tiap kali diminta cerita dua menit (speaking for IELTS part 2). Ah iya, alhamdulillah, makasih banget untuk Grienda Qomara, salah satu nakama, alias sahabat senasib sepenanggungan yang berkenan mengajak saya dalam club IELTS ini. Makasih juga untuk semua teman-teman yang terlibat, walau cuma beberapa pertemuan, tapi manfaatnya terasa sampai sekarang :) semoga jadi amal jariyah mereka.
Maret
Bulan Maret, bulan ke-lima saya bekerja di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Kecemasan-kecemasan itu mulai hadir. Saya mulai mencari beberapa informasi beasiswa, entah beasiswa dalam negeri atau luar negeri. Semua jenis beasiswa saya coba, mulai StunEd, Australia Award Scholarship, LPDP dan masih banyak lagi. Di bulan maret ini, saya mulai Les IELTS Preparation di IALF Surabaya. Antara senang, karena ternyata Fakultas benar-benar membiayai les, dan cemas, karena bagaimanapun biaya transport akan meningkat. Alhamdulillah, karena saya satu kelas dengan Binari, saya ngga perlu sering-sering naik ojek online atau taksi online, saya bisa nebeng Binari. Terlepas dari itu, salah satu teman baik saya sebenarnya juga mengingatkan saya untuk mengurangi intensitas naik ojek online, atau bahkan berhenti menggunakan. Hehehe, terima kasih teman baik. Ada banyak yang cukup saya lewatkan di bulan Maret 2017, kondangan demi kondangan akhirnya tidak bisa saya datangi karena keterbatasan fisik. Saya perlu istirahat untuk kembali belajar. Di bulan ini juga saya belajar menjalankan apa-apa yang menjadi skala prioritas saya, kondangan tetap jalan, tapi tidak semua. Mengaji tetap jalan, karena memang sudah diagendakan sepekan sekali, tidur secukupnya, belajar semaksimal mungkin, makan makanan sehat, hahahaha, dan hiburan seperlunya. Alhamdulillah, meskipun dengan rutinitas yang terkesan begitu-begitu saja (pagi kerja, sore les, malem belajar, subuh belajar), saya tetap bisa menikmati momen bersama keluarga, momen bersama teman kontrakan atau teman teman dekat saya. Tertekan? Ya jangan ditanya, tapi selama bisa mengendalikan tekanan, hal itu memicu saya untuk bisa memberikan yang terbaik, minimal menjadi orang yang lebih menghargai waktu. Saya hanya percaya pada pepatah, obatnya galau adalah menyibukkan diri kita. Ketika sibuk melanda, insyaAllah kita tidak punya waktu untuk menggalau tiada guna. Saya kira ini hanya pepatah, but I’ve been there. Saya tahu rasanya ketika kegiatan ini itu benar-benar menguras waktu, tenaga, pikiran, sehingga tak ada waktu untuk berpikir hal-hal yang tak perlu dipikirkan. Alhamdulillah, Terima kasih Maret :)
April
Masih sama seperti bulan Maret. Setiap sore selalu ke IALF Library buat belajar. Sampai kontrakan selalu malam, dan kembali berkutat dengan IELTS. Tapi ada yang beda di bulan ini. Saya makin rajin senam irama di pagi hari sama teman sekontrakan saya, Sayyida Farihatunnafsiyah. Masih inget banget, prinsipnya adalah : setelah mengerjakan IELTS Listening 3 set, baru boleh senam irama. Hahaha. Dan entah kenapa bulan April ini kok playlist saya agak rusak. Selain lagu-lagu berbahasa inggris (saya sengaja tidak mendengarkan lagu bahasa Indonesia sampai IELTS saya mencapai target), ndilalah kok ada playlist lagu berbahasa Spanyol, yang tak lain dan tak bukan adalah Amigos X Siempre :( Baiklah, setidaknya saya sedikit belajar bahasa pengantar Spanyol. Hahaha.
Yang sedikit beda di bulan ke-empat di tahun 2017 ini adalah, akhirnya saya jalan-jalan. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga mengadakan rapat tengah tahun di Banyuwangi, yeaaay. Saya kira 2017 ini begitu monotone dengan persiapan studi saja, nyatanya Allah selalu punya kejutan di balik setiap perjuangan. Menikmati pantai dan debur ombak, masya Allah.
Mei
Kalau diingat kembali, bulan ini penuh kepadatan dan kepanikan. Yang saya ingat di bulan Mei adalah mau tidak mau saya harus ambil tes IELTS, karena akhir mei sudah bulan ramadhan, dan deadline pendaftaran administrasi LPDP adalah 7 Juli 2017. BAIKLAH. Siap nggak siap, akhirnya saya mendaftar tes untuk tanggal 20 Mei 2017. Selain mempersiapkan IELTS di tanggal 20 Mei, ternyata dua pekan sebelum that date, saya dan teman-teman asisten dosen juga menjadi panitia hore hore Kelas Inspiratif Psikologi Universitas Airlangga. Pembicara yang diundang tak tanggung-tanggung, tiga puluh empat inspirator (menyesuaikan usia Fakultas Psikologi Unair yang mencapai 34 tahun, hamdalah).
Jujur saja, saya punya tekad diam-diam mendaftar tes IELTS, tidak bilang siapa-siapa, kecuali ditanya. Bagi yang bertanya, baru saya jawab sekaligus minta doanya. Tapi entah kenapa, terkhusus teman-teman kontrakan, saya merasa punya hutang budi karena selalu mengganggu pagi mereka dengan Mp3 “IELTS Listening, Section 1” Hahahahaha, saya pun menyampaikan rencana saya untuk tes di tanggal 20 Mei 2017. Sekaligus meminta doa semoga diberikan keputusan terbaikNya. Tak lupa, saya juga saat itu masih sering nyampah di Grup Sabar Semangat Legowo, yang tak lain dan tak bukan adalah Geng Kondangan. Pokoknya panen doa sebanyak-banyaknya ke orang-orang yang baik, karena kita tidak tahu lewat mulut siapa Allah mengabulkan doa kita (Masyrifah, 2015).
Dua puluh mei dua ribu tujuh belas.
Melangitkan tawakkal setinggi-tingginya. Saya paham, saya agak lemah di bahasa Inggris. Tapi hari itu adalah kesempatan terakhir saya untuk ikut tes IELTS (yang mana hasilnya akan jadi penentu apakah tahun ini saya bisa apply beasiswa LPDP Magister Luar Negeri atau tidak). Sekuat-kuatnya ikhtiar, tetaplah Allah penyusun skenario terbaik. Tanpa karuniaNya, kita bisa apa? Yang saya yakini di hari itu adalah, saya telah memberikan upaya terbaik, sisanya tinggal tawakkal terhadap keputusan Allah. Sepanjang perjalanan, dan menuju speaking test, saya tak henti-hentinya membaca doa nabi Musa, “Rabbisrahlii shadrii wa yassirly amri, wahlul uqdatam millisaani yafqohu qouli”. Yang manis di momen IELTS ini adalah salah satu kekonyolan Sayyida Soepandi, yang membawakan NASI AYAM GEPREK di saat istirahat menuju Speaking Test. Mau nangis, tapi nanti sembab, jadi pusing dan nggak bisa mikir dengan jernih. Asli haru banget.
“ya soalnya kan tes IELTS sebelumnya mbak Valin kelaperan sampe minta dibawain roti kan, makanya ini Ayyi bawain makanan favoritmu, mbaa. Kasian juga kan, jomblo. Itu mas Arif dibawain makan sama istri anaknya. Kamu siapa yang bawain?”
HAHAHAHA nggak jadi nangis adalah keputusan yang tepat.
Sepulang dari tes IELTS, Alhamdulillah masih punya kesempatan untuk menyambung silaturahim dengan mbak Risza Damayanti, di Gelora Joko Samudro. Mengenal mbak Cica juga menjadi salah satu karunia Allah di tahun 2017. Semangatnya, gelak tawanya, keasyikan dan kelegowoannya untuk menjalani aktivitasnya memang bikin iri, sekaligus termotivasi. Makasih Mbak Cica! ^^
Juni
“Mamah, kalo ternyata IELTS adek belum 6.5,adek izin daftar beasiswa dalam negeri aja ya Ma. Bismillah ikut beasiswa dalam negeri tapi profesi.”
2 Juni 2017. Bukan ucapan selamat ulang tahun yang saya sampaikan ke Mama, justru pernyataan di atas. Pengumuman IELTS result bersamaan dengan milad Ibu saya. Pastinya akan berkesan banget kan, baik jika lolos maupun tidak lolos. Lucunya, hari itu hari kecelik. Jarang-jarang kan asdos dapat jatah cuti, saya termasuk yang abai terhadap kesempatan emas itu sudaraaaa. Saya masuk di hari jumat, dan menyaksikan ruang asdos begitu hening tanpa ada satu jiwa disana. Saya berusaha memahami bahwa takdir ini datang bukan tanpa maksud dari Allah. Mungkin, saya sekalian ambil hasil IELTS (?). Menanti dan menanti, sembari terus berdzikir, meyakini bahwa jika memang masih di bawah requirement, artinya saya harus realistis dengan keadaan, menyusun rencana baru untuk segera mendaftar sekolah profesi : Psikolog. Pukul 11.00. Saya mendapati sebuah e-mail dari StunEd. Saya dinyatakan tidak lolos seleksi beasiswa tersebut. Tangan saya mulai dingin. Saya tidak tahu bahwa pengumuman beasiswa StunEd juga hari ini. Sempat ada penyesalan kenapa buka e-mail sekarang, makin ciut nyali saya untuk membuka pengumuman IELTS. Saya berusaha menepis semua pikiran negative saya sambil terus menerus istighfar. Mungkin karena hikmah ramadhan juga ya, waktu itu saya tidak nangis saat membaca pengumuman ditolak kesekian kalinya.
Pukul 13:00, selepas shalat dzuhur, saya memberanikan diri untuk melihat pengumuman online IELTS. Tenang Valina, everything is okay. Saya mengucapkan itu pelan-pelan, dan……ternyata benar adanya, Allah memberikan kesempatan saya untuk melanjutkan rencana yang saya buat sejak lulus di bulan September 2015 : Melanjutkan rencana studi ke luar negeri. Alhamdulillaahirobbil’aalamiin. Saya melihat nilai overall 6.5 di pengumuman online. Bagi orang lain, mendapatkan nilai 8.5 biasa saja. Bagi saya, saat itu, adalah penentuan banget. Kalau saja saat itu yang muncul adalah angka 6.0 atau bahkan di bawahnya, saya tak ragu-ragu untuk mengubah rencana saya, tapi ternyata Allah tidak berkehendak untuk itu. Hasil IELTS 6.5 bagi saya adalah isyarat Ilahi untuk melanjutkan perjuangan yang hampir dua tahun, menyelesaikan amanah kontrak di Fakultas, 2018 berangkat atau out. Tanpa pikir panjang, setelah sujud syukur dan memeluk Bu Atika (salah satu supervisor saya di tempat kerja), saya segera pamit dan meluncur ke IALF Ngagel untuk mengambil hasil IELTS saya. Hasil IELTS ini yang bisa jadi kado ulang tahun Mama ke-53. Bonus Maxtea jumbo juga sih, hahaha. Ra bondo blas ya (?). Begitulah saya dan Mama saya, tak perlu kado aneh-aneh, yang penting saling cinta, saling mendoakan, saling memberikan masukan demi pribadi yang lebih baik ya Mam ya :)
Bulan Juni ini sebenarnya sangat berkesan, bukan hanya sekadar skor IELTS yang akhirnya mencapai target (Alhamdulillah), melainkan juga kesempatan untuk merajut silaturrahim dengan mereka, beberapa sosok orang penting yang tidak pernah kurencanakan menjadi sangat penting dalam hidupku. Saya memang suka kumpul-kumpul, apalagi sama mereka. Ingin sedikit menambah album kenangan dengan mengajak mereka buka bersama. Sedikit kecewa karena tidak full-team, tapi begitulah hidup ya. Kalau kata Ebiet G. Ade kan begini, “Cinta yang kuberi, sepenuh hatiku. Entah yang kuterima, aku tak peduli”.
Karunia Allah pasca nilai IELTS yang memenuhi target, adalah surat keputusan dari University of Groningen, bahwa saya dinyatakan diterima tanpa syarat di jurusan Reflecting on Psychology (yang saat ini sudah saya ubah di jurusan Clinical Psychology). Alhamdulillah, tepat 30 Juni 2017, saya segera mengotak atik laman aplikasi online LPDP saya, mengubah keterangan “belum memperoleh LoA” menjadi “sudah memperoleh Unconditional LoA”
Bulan Juni juga, rasanya roller coaster belum berakhir. Pilihan hidup dan timeline yang mulai bercabang. Adanya keinginan untuk ini, itu, anu, atau entahlah, keinginan itu pecah seiring dengan kondisi yang dihadapi saat itu. Tapi benar adanya, saya kembali teringat kata-kata kakak saya. Selama ini, orangtua saya yang sangat struggle dalam menghadapi kerasnya hidup, ya bukan buat siapa-siapa selain menjalankan amanah Allah, membesarkan titipan Allah, yaitu kakak saya dan saya. Tidak ada alasan bagi saya untuk berhenti berjuang atau hanya sekadar kepingin ini kepingin itu hanya karena toleh kanan toleh kiri. Ya, pasti bisa ditebak keinginan apa ini. Melihat postingan di media sosial, mendengar nasihat kanan-kiri
“Dear Valina, janganlah kamu menunda-nunda”
“Dear Valina, kamu mau aku carikan yang seperti apa?”
“Dear Valina, sekolah itu cuma suplemen, jangan jadi penghalangmu untuk beribadah”,
“Ayo mbak, segera, aku sampe udah mau punya anak gini, kamu kapan?”
dan sejumlah kalimat bijak (namun kurang tepat guna) lainnya. Terima kasih atas perhatian yang diberikan, saya yakin niat mereka semua baik. Yakin bangeeeeeeeeet. Hanya saja, yang paling mengerti kondisi saya (selain Allah, karena sudah pasti tahu) saat itu adalah saya dan orang-orang terdekat. Dan benar adanya, orang-orang terdekat saya, tidak pernah mempertanyakan “Kapan Nikah” ke saya, karena mereka paham. Terlepas dari bagaimana perlakuan orang terdekat (lintasan orbit terdekat) hingga orang-orang kenalan (lintasan orbit terjauh), bulan Juni ini saya belajar bahwa kita tidak bisa mengubah apa-apa yang sudah menjadi karakter orang lain, tidak bisa mengubah perkataan atau sikap apapun yang sudah terlanjur keluar dari orang lain, namun kita bisa mengendalikan hati untuk tetap tenang, mengendalikan pikiran untuk tetap jernih, mengendalikan lisan untuk lebih hati-hati dalam berucap, mengendalikan kepala, mata, tangan dan kaki untuk selalu berbuat baik, tanpa menyinggung perasaan orang lain apalagi merasa punya lintasan orbit paling benar. Hikmah kedua, kita tidak bisa membahagiakan semua orang atau semua pihak. Ada kalanya keputusaan-keputusan yang diambil oleh kita mengecewakan orang lain, namun ketika semuanya diniatkan untuk Allah, untuk kebaikan, selalu ada konsekuensi yang harus dipeluk erat. Hikmah ketiga, ridho orang itu yang utama dalam mengambil keputusan, karena ada ridho Allah juga yang mengikuti. Kejadian roller coaster ini mungkin membuat saya jadi semakin dan semakin dekat dengan Mama, dan Bapak. Alhamdulillah ‘ala kullihaal.
Keputusan di enam purnama 2017 ini, tentu ber-efek pada keputusan-keputusan di enam purnama berikutnya. Lagi, tak ada jurus apapun untuk melanjutkan cerita-Nya yang jalannya selalu jadi misteri, selain bersabar dan bersyukur. Yakin bahwa Allah itu Maha Adil, tidak usah mempertanyakan atau membandingkan jalan hidup diri dengan orang lain, tentunya tak akan pernah sama. Yang terpenting adalah kita sudah mengupayakan yang terbaik, sisanya tinggal tawakkal. Alhamdulillah, wa syukurillah, cerita saya mungkin terkesan begini begini saja, namun saya percaya, menulis adalah salah satu ikhtiar untuk mengingat rizki Allah, salah satu cara untuk merekam kenangan untuk diambil hikmahnya. :)
To be continued…………………. :)
48 notes
·
View notes
Text
Melawan Lupa
“Ingatan Yang Diabaikan”: Islam, Kekerasan Masa Lalu, dan Aspirasi Politik Pasca Orde Baru.
Jika ditelisik, kajian mengenai peristiwa 1965-1966 cukup berlimpah, baik dalam dan luar negeri. Beberapa di antaranya adalah Sudjatmiko (1992); Robinson (1995); Wirienga (1999); Budiawan (2004, 2012); Roosa, Ayu, dan Ratih (2004); Heryanto (2006); Farid (2007); Suryawan (2007); Roosa (2008); Sulistyo (2011); Kamme dan McGregor (2012). Namun, tidak banyak banyak yang melakukan studi mengenai peristiwa Tanjung Priok dan Talang Sari (Tapol, 1987; Burn, 1993; Bresnan, 1993; Awwas, 2000; Maloko, 2001; Mattoani, 2002; Wasis, 2001 dan 2003; Syukur, 2003; Fatwa, 2005; KontraS, 2004, 2006 dan 2009; Aisyah, 2007; Bakti, 2001; Hasworo, 2006; Sulistiyanto, 2006; Fadilasari, 2007; Akmaliah 2009). Hal ini juga terjadi dalam upaya advokasi, dua peristiwa itu relatif sedikit dari kelompok masyarakat Indonesia, khususnya Islam yang melakukan advokasi tersebut.
Pertanyaan yang bisa diajukan, mengapa dua peristiwa tersebut relatif sedikit yang mengkaji dan mengadvokasi? Apakah itu dilatarbelakangi karena dianggap minimnya dampak sosial, politik, ekonomi, dan jumlah korban yang ditimbulkan ketimbang peristiwa 1965-1966? Apakah sedikitnya pengetahuan masyarakat Islam Indonesia terkait dengan dua peristiwa sehingga mengakibat ketidaktahuan yang membuat mereka tidak tertarik dan mengabaikan untuk mengadvokasi dua peristiwa tersebut? Jika demikian, apa dampak atas “pengabaian” dua peristiwa tersebut terhadap aspirasi politik masyarakat Islam saat ini? Artikel pendek ini tidak berambisi menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Namun, sejumlah pertanyaan tersebut menjadi pijakan untuk melihat hubungan Islam, kekerasan masa lalu, dan aspirasi politik saat ini.
Secara historis, awalnya Islam memiliki kedekatan dengan Orde Baru. Masyarakat Islam banyak dijadikan dan menjadi algojo untuk melakukan pembantaian massal terhadap mereka yang PKI ataupun yang di-PKI-kan. Selain karena diorganisir dan relatif adanya pemaksaan sebagai faktor dominan, tampaknya, keterlibatan masyarakan Muslim dalam melakukan pembantaian ini disebabkan adanya konflik dan ketegangan sebelum peristiwa 1965 di level bawah, antara PKI dan Islam (Masyumi dan NU). Namun, saat Orde Baru cukup kuat secara pemerintahan, mereka tetap menjadikan Islam sebagai ancaman kedua. Peristiwa Talang Sari dan Tanjung Priok dapat dilihat sebagai semacam “terapi kejut” kepada sebagian masyarakat apabila ingin melakukan penentangan terhadap kebijakan yang diterapkan oleh rejim Orde Baru, khususnya menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal.
Pasca dua peristiwa tersebut hubungan Islam (dalam hal ini NU dan Muhammadiyah) dan Orde Baru menjadi dekat. Secara simbolis ini ditandai dengan kembalinya presiden Suharto dari tanah suci bersama isteri pada tahun 1991 dan tambahan namanya menjadi “Haji Muhammad Suharto. Sementara itu, dalam tahap kebijakan, sebagaimana ditegaskan oleh Hikmat Darmawan (2008), terlihat adanya akomodasi pemerintah Orde Baru dalam beberapa hal Islam, yaitu; keluarnya Surat Keputusan (SK) kebebasan memakai jilbab, SK Bersama pendirian Badan Amil Zakat, Infak, dan Sadaqah (Bazis), kompilasi hukum Islam, dan pelaksanaan Festival Istiqlal yang mewah. Pada tahun 1990, marak berdiri bank-bank yang menggunakan kata syariah, seperti Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah dan Mualamat. Selain itu, juga berdirinya Ikatan Cendikiawan muslim Indonesia (ICMI), yang menghimpun orang-orang kepercayaan rejim Soeharto, seperti B.J Habibie dan para tokoh pemikir Islam yang selama ini dianggap akomodatif terhadap rejim, baik sebelum maupun yang beroposisi. Lebih Jauh, di kalangan militer, muncul petinggi-petinggi yang memperlihatkan kedekatannya dengan Islam. Di antaranya, Jenderal Hartono, Jenderal Feisal Tanjung, Syarwan Hamid, dan Prabowo Subianto (Darmawan, 2008).
Pasca Orde Baru, adanya sistem demokrasi memungkinkan setiap elemen masyarakat untuk menuangkan ekspresinya ke ruang publik. Hal ini menjadi momentum untuk korban dan keluarga korban dalam memecah kebisuan mereka dengan menyuarakan keadilan atas apa yang menimpa mereka di masa Orde Baru. Di sini, korban pelanggaran masa lalu, seperti peristiwa 1965-1966, Tanjung Priok, Talang Sari, Mei, Triksakti dan Semanggi I dan II, meminta pemerintah untuk melakukan penuntasan kekerasan masa lalu. Orang-orang yang aktif melakukan penuntutan tersebut, sebagian besar dari kalangan organisasi non pemerintah yang memiliki kepedulian dan keterlibatan terhadap isu HAM. Sementara itu, sedikit organisasi Islam yang melakukan upaya melakukan advokasi bahkan pada isu yang sangat berhubungan dengan kelompok Islam seperti peristiwa Tanjung Priok dan Talang Sari. Dalam peristiwa Priok misalnya, hanya dua organisasi yang menyuarakan, meski dalam proses advokasi selanjutnya, dua organisasi tersebut tidak berjalan, yaitu Solidaritas Nasional untuk Korban Priok (SONTAK), organisasi korban dipimpin Syarifin Maloko, dan Komite Mahasiswa Pemuda Anti Kekerasan (KOMPAK), organisasi kemahasiswaan yang dipimpin oleh Yayan Hendrayana (Akmaliah, 2009).
Diakui, sebelum berdirinya dua organisasi tersebut, sudah ada pengajian akbar pada tahun 12 September 1998 yang dihadiri lebih dari 2000 masyarakat Islam untuk memperingati peristiwa Priok. Dalam pengajian akbar tersebut juga dihadiri oleh tokoh Islam dari pelbagai latarbelakang, seperti Yuzril Ihza Mahendra (Partai Bulan Bintang), KH.Said Aqil Siradj (Nahdatul Ulama), Jalalludin Rahmat (Cendekiawan Islam), dan Munir (KontraS). Hasil pemilihan umum pertama pasca-Soeharto pada tahun 1999 yang memperlihatkan bahwa partai-partai yang berbasis pendukung muslim masuk ke dalam lima besar ini berakibat pada bergesernya peta politik yang sebelumnya didominasi Golkar dan Fraksi Militer ke partai-partai berbasis Islam, seperti PAN dan PPP serta koalis poros tengah (terdiri dari partai-partai Islam yang kecil). Hal ini memungkinkan para tahanan politik Islam yang dahulu aspirasinya dikebiri oleh rejim Orde Baru kini naik ke permukaan mewakili suara-suara Islam, seperti A.M Fatwa dari PAN dan Abdul Qodir Djaelani dari PPP menjadi anggota DPR. Melalui organisasi korban yang didukung oleh KontraS dan dua perwakilan tokoh partai politik Islam inilah yang memungkinkan peristiwa Tanjung Priok bisa diangkat ke meja hijau. Meskipun pada akhirnya, korban Priok gagal mendapatkan keadilan mereka (Akmaliah, 2009). Namun, setelah kegagalan melalui pengadilan Ad Hoc, kasus Priok meredup di ruang publik. Relatif tidak adanya partai-partai Islam dan kelompok masyarakat Islam untuk mengangkat kembali peristiwa tersebut ke permukaan.
Kondisi peristiwa Talang Sari lebih mengenaskan. Selain tidak adanya dukungan dari masyarakat Islam secara luas, tidak ada satu pun partai politik Islam yang mau memperjuangkan peristiwa tersebut. Kalaupun ada itu hanya dari Komite Smalam dan KontraS, yang notabene bukan berasal dari organisasi Islam. Tidak adanya dukungan ini setidaknya bisa dilihat dari tiga hal. Pertama, letak geograpis yang relatif jauh dari Jakarta membuat animo publik dan media massa untuk meliput suara-suara mereka menjadi kurang terdengar. Hal ini berbeda dengan peristiwa Priok yang berada di Jakarta. Kedua, adanya dominasi pemberitaan dan konsolidasi pemerintahan rejim Orde Baru kepada NU dan Muhammadiyah dalam menyikapi peristiwa tersebut pada tahun 1989, memungkinkan cara pandangnya dipakai oleh masyarakat Islam dalam memandang peristiwa Talang Sari sebagai Islam yang lain; Islam di luar arus utama kebanyakan masyarakat Islam Indonesia, seperti “Islam Sempalan, GPK (Gerakan Pengacau Keamanan), Pasukan Mujahidin”. Ketiga, adanya Gerakan Islah Nasional (GIN) yang merupakan buah dari perdamaian antara Hendropriyono, saat itu mantan Komandan Korem 043 Garuda Hitam, berpangkat Kolonel, dengan korban Talang Sari pada tahun 1998 dan 1999. Gerakan ini kemudian dianggap memecah suara korban, antara yang pro islah dan mereka yang kontra Islah, sehingga menyulitkan untuk secara kolektif menggerakan mereka dalam satu suara untuk memperjuangkan keadilan di meja hukum (lihat, Awwas, 2000; Kompas, 18 Januari 1999; Kontras, 2006: Wahyudi, 2009).
Hal ini berbeda dengan peristiwa 1965-1966, selain ada yang melakukan advokasi terus-menerus, dalam level akademik, penulisan terhadap peristiwa tersebut dengan mewawancarai korban tetap dilakukan hingga sekarang. Pada level internasional, dukungan terhadap perjuangan membawa peristiwa tersebut ke pengadilan terus diupayakan. Diakui, dibandingkan dengan dengan dua peristiwa tersebut, peristiwa 1965-1966 memiliki dampak luar biasa; bukan hanya pada jumlah korbannya melainkan juga pada perubahan yang terjadi pasca peristiwa tersebut, yang dianggap oleh sebagian sarjana Indonesia dan Indonesianis menjadi tonggak Orde Baru berkuasa dan juga perubahan Indonesia saat ini. Peristiwa 1965-1966 menjadi isu internasional juga didukung dengan gencarnya sarjana-sarjana luar negeri yang memiliki konsentrasi di bidang tersebut untuk mempublikasikan riset mereka. Walaupun, peristiwa 1965-1966 masih diabaikan dan disangkal oleh negara. Sementara itu, dua peristiwa tersebut tampaknya dianggap bagian kecil dari analisis tentang kekerasan rejim Orde Baru dan dianggap bukan bagian dari penghancuran gerakan Islam sebagai salah satu ancaman terhadap Orde Baru. Penghancuran gerakan Islam dianggap berhenti setelah peristiwa DI/TII dan. Bertolak dari penjelasan tersebut, implikasi apa yang dapat dilihat terkait dengan aspirasi politik Islam saat ini? Diakui, masyarakat Islam di Indonesia tidak tunggal, mereka memiliki ragam wajah dan gerakan. Keragaman yang mereka miliki juga turut menentukan motif politik dan ideologi mereka dalam membangun gerakan. Namun, secara garis besar, aspirasi politik mereka sebenarnya dapat dilihat dalam menyikapi ketertindasan secara nyata. Ini tercermin dari dua hal. Pertama, adanya gugatan terkait piagam Jakarta yang dianggap bentuk pengkhianatan terhadap umat Islam di Indonesia. Kedua, adanya demonstrasi untuk mendukung negara-negara mayoritas Islam dan muslim minoritas atas ketertindasan yang mereka alami, seperti yang terjadi Palestina, Syuria, dan Muslim Rohingya di Myanmar. Di sisi lain, dukungan dan keberpihakan ini, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, justru abai terhadap dua peristiwa tersebut.
Dampaknya terhadap pengabaian tersebut saat ini adalah cara pandang dalam melihat rejim Orde Baru. Hal yang paling kentara, hal ini tercermin dari suara Partai Keadilan Sejahtera, diwakili oleh Anis Matta, melihat Suharto sebagai orang yang “memilik jasa-jasa bagi negeri ini yang tidak bisa dilupakan begitu saja”. Menurutnya, Suharto “berhasil membangun persatuan di tengah kekacauaan yang luar biasa”. Karena itu, PKS, tak segan-segan berani mengiklankan Suharto sebagai pahlawan nasional dan mengajak masyarakat Indonesia dengan membuat surat terbuka nasional agar memaafkannya pada tahun 2008, menjelang Suharto meninggal (www.republika.co.id/5 April 2014). Selain menciderai nilai persaudaraan sesama Islam terhadap korban dan keluarga korban Talang Sari dan Priok, sikap tersebut menunjukkan bentuk penyangkalan terhadap sejarah pahit yang menimpa umat Islam.
Melihat lebih jernih terhadap dua peristiwa tersebut saat ini, dengan demikian, menjadi suatu hal penting. Ini dilakukan sebagai pijakan agar lebih berhati-hati terhadap warisan rejim kekerasan Orde Baru. Langkah yang dapat ditempuh adalah umat Islam harus mewaspadai setiap warisan rejim opresif dan fasis yang tumbuh dan berkembang, khususnya dalam tubuh partai politik saat ini, yang satu waktu dapat menguasai dan mengontrol negara. Penekanan pada partai politik, karena di tangan merekalah kebijakan dan kontrol dibuat. Sementara itu, bagi partai politik Islam dan yang berbasiskan massa Islam, seperti PKB, PKS, PPP, dan PAN harus memiliki sikap politik dan keberpihakan yang jelas, yaitu berpihak kepada korban sebagai bagian dari representasi suara Islam. Bentuk keberpihakan mereka dapat dilihat dengan sejauhmana mereka mau menolak bekerjasama dengan sebuah partai politik yang memiliki semangat fasis layaknya Orde Baru. Hal ini penting dilakukan agar kekerasan masa lalu yang menimpa umat Islam tidak terjadi lagi. Bila itu koalisi itu dilakukan, bukan hanya abai terhadap kekerasan masa lalu, melainkan juga bersiap- siap menciderai perjuangannya sendiri atas nama Islam dan juga nama demokrasi yang dibangun memanfaatkan momentum reformasi.
Sumber : lipi.go.id
0 notes
Text
Jangan Nanti-nanti.
Beberapa kali, galeri ponsel saya ngga bisa dibuka. Kata pop up notifikasinya karena memori penuh, padahal hanya ada 4 aplikasi saja yang saya install. Jadilah untuk sementara waktu saya me-log out akun line dari ponsel. Lalu kemarin pagi ketika membereskan tas yang akan dibawa ke Jogja, notifikasi grup whatsapp berbunyi. Kabar yang tiba-tiba bikin sedih. Ibu dosen kepala lab yang super duper baik hati dan ramah sekali sedang dirawat di Rumah Sakit. Sore lusa lepas dari kampus, beliau pingsan kemudian dilarikan ke rumah sakit. "Kita sore masih ketemu Ibu, Mba. Ya Allah tadi ramean konsul sama Ibu. Orang jam 5 masih papasan di lab." Jam 5 masih di lab mah biasa, kalo jatah koreksi responsi jam 10 malem lah baru keluar gedung yang katanya mistis itu, untung lab-nya lantai 1. Ngga sehoror lantai-lantai di atasnya kalo mau balik habis lembur yakan? Eh balik ke cerita Ibu dosen ya. Si Ibu dibawa kan tuh ke RS, kabarnya ada pembuluh darah di otak yang pecah. Ya Allah tambah makin sedih dengernya. Apalagi kalau ingat kebaikan beliau. Ternyata udah dari malem pas Ibu dibawa ke RS, grup line anak lab heboh. Ya karena saya lagi log out makanya baru tau keesokan paginya. Saya masih inget banget pas dulu kuliah Ekologi dengan beliau. Bercerita panjang tentang perjalanan beliau untuk memakai jilbab. "Saya itu dulu ngga pake jilbab, tapi kemudian pas saya studi di luar negeri Allah menggerakkan hati saya. Saya diperlihatkan kalau perempuan yang memakai baju 'menutup aurat sempurna' lebih dihargai daripada yang kurang sempurna. Setelah pulang ke Indonesia saya mantap untuk berjilbab." Pantas saja di ruang seminar fakultas, foto beliau yang dipajang adalah foto sebelum mengenakan jilbab. Ohiya, beliau pernah menjabat sebagai dekan fakultas saya. Makanya foto beliau ada di dinding ruang seminar, berderetan dengan dekan-dekan legenda. Eh tapi pas kemarin saya wisuda, fotonya udah ganti. Sekarang pake jilbab, meski gurat usianya semakin jelas tapi ayu-nya beliau ngga hilang. Selain cerita tentang jilbab, beliau juga pernah cerita tentang temannya yang juga orang pinter. Maksudnya orang pinter itu bukan dukun atau paranormal, orang pinter yang beneran pinter macem profesor gitu. Temen Ibu ini punya prinsip bahwa segala sesuatunya harus bisa dinalar logika. Beliau berislam, tapi ya masih dengan banyak pertanyaan yang ada di kepala. Dan pertanyaan terbesarnya adalah : Kenapa harus Makkah sih yang jadi kiblat? Sampai suatu ketika Temen Ibu ini berangkat naik haji ke Makkah, beliau mengelilingi Ka'bah sembari memanjatkan doa. Masih dengan pertanyaan yang terus mengusik di dalam dirinya. Usai itu beliau shalat dua rakaat, dan berdoa panjang. Salah satu doanya adalah : Ya Allah tunjukkanlah kenapa aku harus menjadikan Ka'bah sebagai kiblat sholatku. Dan lepas beliau bangkit dari sujudnya, betapa kaget melihat Ka'bah begitu bersinar. Terang, sangat terang. Lalu ada perasaan haru yang meluap-luap di dada beliau. Air mata beliau menetes, dan inilah jawaban Allah yang seketika ditunjukkan. Dari peristiwa ini, satu kalimat dari cerita Ibu yang sampai saat ini masih melekat dalam ingatan saya, "Ada sudut-sudut yang tidak dapat dijangkau oleh logika manusia, dan sudut-sudut itu disebut sebagai : TAAT." Bagi sebagian orang mungkin ini nasehat biasa. Tapi tak apalah sekadar mengingat kembali kemana sebenarnya hidup kita akan dibawa. Terimakasih nasehatnya, Bu Peni. Semoga lekas sehat, semoga dosa-dosa Ibu terhapus oleh sakit yang saat ini sedang njenengan rasakan. Semoga segenap keluarga selalu dilimpahkan kesabaran oleh Allah. Aamiin. Boleh jadi kita yang masih segar bugar sehat wal afiat detik ini, tidak tahu sedetik kedepan akan seperti apa. Makanya kalau mau tobat, yoklah segera. Jangan nanti-nanti. Magelang, 14 Januari 2018.
1 note
·
View note
Text
(dia bilang) untuk Asrila
Namaku Asrilla, belum genap berumur 22 tahun. Sibuk menggerakkan tubuh dan mengolah pikiran merangkai kata kata, metode-metode penelitian untuk merampungkan satu hal yang kerap jadi trending topic di mahasiswa tahun akhir, bernama skripsi.
Hampir 4 tahun sudah aku menghirup udara, meminum air dan menginjak bumi andalas, Padang. Walaupun ibu dan ayahku berdarah asli Pariaman, tetangga dekat kota Padang, ia telah lama meninggalkan kota berjuluk bingkuang ini. Dilahirkan di Bangka Belitung, lalu berpindah-pindah, tradisi mengikuti seorang ayah yang ketika kontrak bekerja, menandatangani kesepakatan ditempatkan dimana saja, sebagai pegawai PLN saat itu. Ia telah berpindah kampung, begitulah, karena ibu dan ayahku memilih menetap di Palembang, dan aku melewati masa SMA dengan kenangan-kenanganku di kota mpek-mpek, sehingga mengatakan Palembang lebih dekat dikatakan kampungku, begitu daya magis kenangan kehidupan SMA dan daya tarik kerinduan kepada orang tua, mengubah pendapatku tentang kampung halaman, ya rantau telah aku tetapkan menjadi kampung halaman, seperti guman Sutan Sjahrir, yang merasa lebih dekat kepada Belanda dan budayanya, sehingga tidak merasa aneh lagi ketika awal berkuliah di negeri yang lama menancapkan taring jajahannya di Indonesia.
Lelakiku, ah aku harus menunda kata ini berimbuhan menyatu, ya harus ada jeda menunda diantara kata lelaki dan ku, karena dengan menunda kita menolak berkesimpulan dan baku, semua masih akan terjadi, bahkan lebih mengerikan dari semua perpisahan, dua kata yaitu lelaki dan ku mungkin tak akan menjadi lelakiku, di kamus apapun. Tapi begitulah, romantisme masa muda kadang membuat kita melupakan logika-logika, yang malah diakhir cerita kerap menyeret ke kesedihan berkepanjangan, karena percintaan kerap berisi gombalan yang umurnya lebih panjang dari umur hubungan percintaan itu sendiri.
Tiga tahun sudah ini, aku memilih berhubungan spesial dengan lelaki yang bergenetik gado-gado, berkampung halaman gado-gado pula. Sebut saja namanya izar, kerap dipanggil ucok, ya karena ayahnya bermarga siagian, marga dari suku batak yang kebiasaannya berbisikpun suaranya akan terasa begitu memekakkan. Tunggu dulu, ibunya berdarah minangkabau juga, sama sepertiku dan masih mempunyai suku yaitu tanjung, namun begitulah budaya patriarki, itupun karena ayah dari ibunya juga bersuku melayu asli Bengkulu sehingga budaya matrilineal di keluarganya tidak lagi terlalu pekat, dihadapkan pula pada ayahnya yang berbudaya patrilineal batak, akhirnya ibu dan ayahnya bersepakat menyematkan nama siagian warisan ayahnya dibelakang namanya, entah kesepatakan, entah ibunya yang merelakan.
Gado-gado secara genetika, ya gado-gado pula secara kampung, ayah yang berasal dari sumatera utara, dan ibu campuran melayu Bengkulu-minang, ia lahir dan dibesarkan di Bengkulu, belum pernah menginjak tanah kelahiran ayahnya, baru sekali pula menginjak kampung ibunya di Kampung Jambak, Bonjol, lalu ini memahami aku, yang awal bertemu menanyakan ia darimana, ia bingung, harus menjawab apa, ya karena ia lelaki gado-gado.
Sekarang, setelah menamatkan studi di Padang, kota kami bertemu dan bersemi, ia memilih melanjutkan studi ke Kota Bandung. Mengingat kota ini aku kerap was-was dan cemburu sendiri, kota yang jaman penjajahan dikatakan surga buangan, kota yang mempunyai cerita rakyat ibu yang bisa merawat kecantikannya hingga anaknya ketika tumbuh dewasa jatuh cinta kepada ibunya sendiri. Semakin layak dikatakan kota kembang dengan keparasan perempuannya, tapi, aku sedikit tenang, lelakiku bukan perayu yang handal, bisa dikatakan payah.
Awal pertemuan kami sebenarnya sederhana, ketika ospek, ya bisa dikatakan aku adalah KRS, etts, bukan kartu rencana studi, namun korban retorika senior. Itu dulu, karena bukan perempuan namanya jika tidak mampu membalik keadaan, ya saat ini aku rasa akulah yang sedikit menguasai hubungan, namun sudahlah cinta bukan permainan, walaupun memang aku merasa menang.
Karena harus mengikuti aturan ketika menjadi mahasiswa baru, aku harus meminta tanda tangan dan data-data unit kegiatan mahasiswa. Disanalah aku berkenalan dengan dia. Cimeeh, kata orang minang, adalah kalimat yang keluar dari mulutnya ketika mengatakan “ini kampus lagi sibuk entrepreneur, lebih baik pulang ke palembang jualan mpek-mpek”, semua di ruangan itu, detik itu juga tertawa sedang aku tetap tersenyum walau dalam hati begitu mengutuk ucapannya. Namun, mengingat aku butuh tanda tangannya yang kebetulan ketua unit kegiatan mahasiswa yang aku kunjungi, aku pun hanya diam, junior memang merasa tak punya hak apa-apa.
Sebelum pulang dan mendapat tanda tangannya, ia menanyakan namaku dan meminta semua yang hadir disana untuk meninggalkan nomor HP, katanya nanti akan dihubungi jika ada informasi mengenai kegiatan mahasiswa. Aku yang waktu itu masih polos belum memahami, ini cara halusnya untuk mendapatkan nomor teleponku dan menghubungiku, modus kata anak-anak jaman sekarang. Bodohnya lagi, ketika ia menghubungiku, aku pun membalas dan kita bertemu, hingga akhirnya menjalin hubungan saat ini. Aku telat membaca tesis Foucoult yang mengatakan berkenalan dan mengetahui adalah jalan pertama untuk menguasai.
Kami sebenarnya bukan pasangan yang banyak kesamaan. Aku yang dididik orang tua haji lebih banyak berpikiran positif, kata ayahku tak boleh suudzon, tidak mau berpikiran macam-macam tentang dunia apalagi Indonesia yang ada saja masalah yang tak pernah selesai ini. Disisi ini, ia berada diseberang. Dia, banyak membaca buku-buku teori kritik, jadilah ia begitu kritis melihat keadaan, Karl Marx, Tan Malaka, Sjahrir juga novel-novel Pramudya aku temui di kamarnya ketika membantu mengemas buku-bukunya yang ingin ia bawa ke Bandung selepas mendapat gelar sarjana di kota ini, yang juga menandakan lonceng hubungan jarak jauh yang harus kami lalui hingga hari ini. Selain itu, Walaupun kami seagama, ia berbeda pandangan denganku. Ia mengatakan, surga itu milik semua orang baik, apapun agamanya. Ia pula orang yang selalu memaksa aku untuk banyak membaca buku, sehingga pacaran kami banyak mengunjungi toko-toko buku. Sebalikya, jikalau aku mengajak makan ke tempat yang agak mahal, ia terus protes, katanya uang sebanyak ini untuk membeli makanan yang sebenarnya hanya menjual tempat bukan rasa, bisa digunakan untuk membeli tiga buku, begitu mubazir, begitu katanya.
Namun inilah orisinilitasnya, yang aku kagumi berbeda dari lelaki lain. Mungkin inilah yang lama dihimbau Sarte filsuf eksistensialis ini, yang mengatakan “manusia dikatakan manusia, jika telah menunjukkan orisinilitasnya”. Meski kadang aku terpikir, ini orang tidak cocok dijadikan pacar gaya anak muda sekarang, berfoto di tempat makan mewah, berbelanja ria dan lainnya, karena aku sebenarnya dari gerombolan anak muda dangkal seperti itu, hasil pergaulan SMA di kota besar Palembang, dan ketika itu ayahku menduduki jabatan penting di PLN, yang berarti gajinya naik, jajanku pun naik, menjajankan uang untuk satu bulan dalam satu hari biasa waktu itu bagiku. Namun dari semua perbedaan itu, hingga hari ini semua perbedaan masih bisa kami damaikan, ya bukankan semakin berwawasan, harus diikuti dengan semakin terbuka memahami perbedaan.
Jangan bayangkan pacaran kami berisi rayuan dan gombalan, berisi kemana akan bulan madu nanti dan banyak cerita indah yang dikarang-karang sendiri ketika pacaran, jangan pula banyangkan kami mempunyai panggilan kesayangan bunda-ayah, beb dan lainnya, percintaan yang seperti kutipan Sajak Esha Tegar ��prosaku manis,gadisku manis, percintaanku muda lagi klimis”.
Yang ada, ketika kencan ia bercerita bersemangat tentang pertemuan-pertemuannya dengan orang-orang yang bagi ia begitu hebat karena perjuangan hidupnya atau bahan bacaannya yang begitu banyak, atau ia bercerita mengenai buku-buku yang baru ia baca. Ketimbang membaca buku yang ia beri, aku memilih untuk mendengarkan saja ia menceritakan isi buku yang ia berikan kepadaku. Ya dari beberapa lelaki yang pernah menjalin hubungan denganku, ia yang sedikit beda, katanya ia sosialis, namun aku sering menggerutu kalau ia cemburu pada teman lelakiku yang sebenarnya tidak memiliki hubungan apa-apa, kataku, “katanya sosialis, tapi soal perempuan begitu privatisasi!”.
Disisi kesendirian karena LDR, apapun teknologinya, aku percaya tak ada yang bisa menggantikan raga-fisik yang hadir didekatku, aku memilih menulis. Menulis membuat aku dan kenangan ini abadi, ya karena kita dan kebersamaan adalah fana, yang lebih lama itu perpisahan, bukan pertemuan. Seperti bait puisi Sapardi Djoko Damono,
“ pada suatu hari nanti,
Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi bait-bait sajak ini,
Kau takkan kurelakan sendiri”.
2 notes
·
View notes
Link
Training Interest : Keuntungan Bunga Bank
Deskripsi Pelatihan Keuntungan Bunga Bank
Siapa yang tidak tahu tentang bunga bank? Hampir masyarakat Indonesia memiliki tabungan maupun rekening di bank. Karena bank adalah tempat paling aman untuk menyimpan uang. Selain itu banyak program-program yang ditawarkan dalam suatu bank. Misalnya KPR, kredit mobil, tabungan untuk naik haji, maupun bagi yang akan membuka usaha/bisnis. Semenjak pemerintah semakin memperketat aturan operasional perbankan, pihak bank saat ini tidak bisa berlomba – lomba memberikan bunga yang tinggi kepada para nasabahnya atas uang yang disimpan nasabah di dalam bank. Hal ini berbeda dengan kondisi sekitar 20 tahun yang lalu dimana demi menarik minat nasabah untuk menyimpan uang sebanyak – banyaknya di bank, pihak bank memberikan penawaran bunga yang tinggi kepada nasabahnya. Saat ini pun nasabah dituntut untuk tetap cerdas menyikapi penawaran bunga bank yang agak mencurigakan. Satu hal yang harus diperhatikan nasabah dalam memilih bank adalah adanya jaminan dari pemerintah (biasa disebut LPS = Lembaga Penjamin Simpanan) sehingga bila sesuatu terjadi, dana kita di bank tetap aman.
Pelatihan ini akan memberikan pemahaman mengenai interest serta mengoptimalkan kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuan strategis perusahaan.
Tujuan Pelatihan
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan dapat :
Memahami konsep interest; Memahami keuntungan bunga bank bagi diri sendiri Mampu menganalisis ketentuan bunga suatu bank
Materi Pelatihan Keuntungan Bunga Bank
Konsep interest Perlukah bunga dalam perbankan ? Hukum dan perundangan mengenai bunga perbankan Penetapan bunga dalam perbankan Dampak positif dan negatif adanya bunga dalam perbankan Studi Kasus dan Diskusi Peserta
Training ini diperuntukkan bagi:
Supervisor, Manager ataupun level diatasnya dari Divisi Keuangan, ataupun divisi lainnya yang membutuhkan training ini; Praktisi atau Profesional yang ingin menambah pengetahuan mengenai interest Karyawan perbankan Instruktur
Instruktur dalam Pelatihan dan Training ini akan dibawakan oleh seorang yang ahli dalam bidang ini.
Metode
1. Presentasi
2. Diskusi antar peserta
3. Studi kasus
4. Simulasi
5. Evaluasi
6. Konsultasi dengan instruktur
Informasi Training Hubungi :
0821 3693 0993 ( Aryo)
0 notes
Text
Alur Finansial Pada Bisnis Laundry
Berikut ini tentang cara penentuan Harga Pokok Penjualan (HPP). Alur Keuangan pada Bisnis Laundry itu tahapan-tahapannya antara lain:
1. Modal Kerja 2. Pembelian Barang/Inventory 3. Penjualan/Sales 4. HPP 5. Gross Profit 6. Biaya Operasional 7. Net Profit
Baik mari kita bahas satu persatu: 1. Modal kerja
Katakanlah saat anda memulai bisnis laundry menyediakan modal kerja sebesar Rp. 5.000.000,-
Disini mari kita lanjutkan dulu ke..
2. Pembelian Barang.
Kita memerlukan chemical dan packaging yang harus anda beli untuk dapat menjalankan bisnis laundry ini. Mari kita berandai-andai, bahwa anda melakukan pembelian:
Detergen 5 L x 5 Galon (@ Rp. 65.000) = Rp. 325.000,- Softener 5 L x 5 Galon (@ Rp. 90.000) = Rp. 450.000,- Parfum 5 L x 5 Galon (@ Rp. 150.000) = Rp. 600.000,- Plastik Packing 7kg 5 Roll isi 100 x 5 Paket (@ Rp. 25.000) = Rp. 75.000,- Isolatif 1 inch x 5 Gulung (@ Rp. 20.000) = Rp. 100.000,- Nota Manual 1 rim (18 buku) = Rp. 275.000,-
Oke, mari kita sederhanakan disini. Total pembelian barang untuk laundry adalah Rp. 1.875.000,-
Sisa Modal Rp. 3.175.000,-
3. Penjualan/Sales
Katakanlah saat Anda memulai bisnis ini, kita asumsikan mendapatkan rata-rata 40kg per hari dengan nilai jual perkilo Rp. 5.000,-
Berarti kita akan mendapatkan penjualan bulanan sebesar Rp. 6.000.000,-.
4. HPP (Harga Pokok Penjualan) atau COGS (Cost of Goods Sold).
Sayangnya beberapa dari pengusaha laundry belum mengetahui cara menghitung HPP kiloannya. Padahal inti berbisnis/berdagang adalah kita menjual setelah mengetahui harga modal.
Mari kita rinci HPP kiloan berdasarkan barang-barang yang sudah Anda beli.
Detergen (pemakaian 10 ml per kilo). Harga Beli Rp. 65.000/5000ml, maka didapatkan detergen adalah Rp. 13/ml. Karena pemakaian perkilo adalah 10ml, maka biaya detergen perkilo adalah Rp. 130,-
Softener (pemakaian 5ml per kilo). Harga Beli Rp. 90.000/5000ml, maka didapatkan softener adalah Rp. 18/ml. Karena pemakaian perkilo adalah 5ml, maka biaya softener perkilo adalah Rp. 90,-
Parfum (pemakaian 2ml per kilo). Harga Beli Rp. 150.000/5000ml, maka didapatkan parfum adalah Rp. 30/ml. Karena pemakaian perkilo adalah 2ml, maka biaya parfum perkilo adalah Rp. 60,-
Plastik Packing (pemakaian 1 pcs per packing). Harga Beli Rp. 25.000/100pcs, maka didapatkan plastik adalah Rp. 250/packing. Mari kita asumsikan bahwa orang yang mencuci ini cuma 1kg saja, mungkin karena coba-coba
Isolatif (pemakaian 10cm per packing). Harga Beli Rp. 20.000/2000cm, maka didapatkan plastik adalah Rp. 100/packing. Kembali, kita asumsikan bahwa orang yang mencuci ini cuma 1kg saja, mungkin karena coba-coba
Nota Manual kira-kira 50-75 per nota
Listrik. Tergantung mesin cuci dan temperature. Mesin front loading dengan temperature 0 derajat kira-kira 350 watt dan bila menggunakan temperature diatas 40 derajat bisa melonjat menjadi 2000 watt. Asumsi lama pencucian adalah 45 menit. Harga Rp. 1410/kwh atau Rp. 1.4/watt. Mari berhitung: 45 menit/60 menit * 350 watt = 262.5 watt atau 0.26 kwh. Kita kalikan Rp. 1410 maka didapatkan biaya listrik Rp. 366 untuk mesin cuci. Lalu ada tumble dryer (Contoh Speed Queen LGS37) 450 watt dan proses pengeringan 60 menit. 0.45 kwh x Rp. 1410 = Rp. 634.5
Air. Tergantung mesin cuci, karena top loading/2 tabung sangat boros air. Rata-rata air untuk mesin front loading adalah 40L per pencucian. Di Jakarta dikenakan Rp. 6.800/m3 untuk UKM. Kita konversikan 40L menjadi m3, didapatkan 0.04 m3. Berarti 0.04 x Rp. 6800 = Rp. 272,-
Gas. Apabila anda menggunakan tumble dryer. Pengalaman penulis penggunaan gas ini kira 150-200 per kilogram cucian. Menghitung dari volume kiloan dan waktu penggantian gas. Masih belum ketemu formula yang valid. Kira-kira segitu.
Jadi berapa HPP per kilogram? Kira-kira Rp. 2.177/kg atau 43% dari harga jual.
Total HPP/COGS perbulan adalah 40kg x 30 hari x Rp. 2.177,- = Rp. 2.612.400,- Ingat baik-baik, angka Rp. 2.612.400 harus ditahan dan jangan digunakan untuk jajan. Kalau tidak, nanti anda kehabisan cash untuk modal usaha.
5. Gross Profit Sederhana: Sales-HPP = Rp. 6.000.000 - Rp. 2.612.400` Gross Profit = Rp. 3.387.600,-
6. Biaya Operasional
Mari kita berasumsi dengan biaya-biaya yang biasanya dikeluarkan untuk laundry. Sewa: Rp. 6.000.000,-/tahun -> sisihkan Rp. 500.000,- untk perpanjangan sewa Keamanan/Preman: Rp. 150.000/bulan Pajak UKM 1% x omset: Rp. 60.000,- Listrik (Selain untuk mesin dan dryer): Rp. 150.000,- Karyawan: Rp 1.000.000,- Gaji Owner: Rp. 1.500.000,-
Total biaya operasional: Rp. 3.225.000,-
Kenapa gaji owner dimasukan ke biaya operasional? Supaya net profit tidak dihajar untuk beli bakso, gadget baru, cicilan motor dll.
7. Net Profit Sederhana: Gross PRofit-Biaya Operasional = Rp. 3.387.600 - Rp. 3.225.000,- Gross Profit = Rp. 162.600,-
Uang Rp. 162.600 ini dikembalikan ke sisa cash+nilai inventory. Maka akan diketemukan modal kerja bertambah.
Nah, disini mari kita analisa apa yang terjadi dengan laundry ini. 1. Terlalu banyak inventory/barang. Cash berubah bentuk menjadi barang. 2. Harga dan volume terlalu rendah. Ciri-ciri bisnis yang tidak sehat. Kadang kala kita cuma menentukan harga hanya berdasarkan harga laundry tetangga sebelah dan harus lebih murah dari mereka. 3. HPP terlalu tinggi, karena menggunakan peralatan-peralatan yang memakan banyak energi dan air. Bisa dijemur saja. 4. Mungkin biaya sewa terlalu tinggi? Mungkin belum perlu karyawan untuk volume 40kg/hari -> ini tipe superman/superwoman. Tinggal tunggu energi habis. 5. Kemungkinan piutang besar, yang bisa jadi menyebabkan owner nombok terus setiap bulannya, akibat ketiadaan cash.
----
Bagaimana simulasi alur keuangan diatas menurut Anda? Apakah ada ide, mengenai cara-cara apa saja agar laundry diatas bisa menguntungkan untuk owner?
NB. Biaya-biaya tersebut jangan dihitung manual, bisa pusing kepala. Gunakan saja aplikasi laundry yang bagus, agar pemilik laundry bisa membuat keputusan dengan lebih akurat. [
Studi Kasus: Gaji Pemilik Laundry
Disini harus diakui, kalau dulu melakukan kesalahan dalam mengatur keuangan laundry. Jelas, karena dulu mencampur keuangan laundry dan keperluan sehari-hari.
Akibatnya dulu, sering kehabisan cash waktu akhir bulan. Padahal pencurinya bukan orang lain, melainkan saya sendiri.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Gaji owner seharusnya di ambil dari biaya operasional, bukan dari net profit, dan apalagi bukan dari laci kasir pas kepengen lagi makan bakso.
Mari kembali ke postingan dimana ...
Modal Kerja = Rp. 5.000.000,- - Belanja = Rp. 1.875.000,- = Sisa Cash = Rp. 3.175.000,-
Sales (40kg rata-rata perhari @ RP. 5000) = Rp. 6.000.000,- - HPP = Rp. 2.612.400,- = Gross Profit = Rp. 3.387.600,- - Biaya Operasional = Rp. 1.725.000,- (Gaji owner dikeluarkan) = Net Profit = Rp. 1.662.600
-----
Baik mari kita bahas dan terjemahkan bersama. Gross Profit (Uang di Laci Kasir) dan Net Profit (uang yang seharusnya kita dapat di akhir bulan).
Bunga (bukan nama sebenarnya) mempunyai laundry kiloan dan sekaligus menjadi kasir.
Lalu, tek tek tek ada tukang bakso lewat. Bunga tergiur untuk jajan bakso dan langsung mengeluarkan isi laci untuk beli bakso. Hari ini jajan bakso Rp. 15.000,- dan tidak dicatat, karena ini tidak ada pembukuan.
Bunga merasa hal ini oke, karena laundry miliknya seharusnya memang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari hari ke hari, bunga jajan melulu hingga perutnya gendut. Rata-rata jajan Rp. 15.000,- setiap hari dan secara sadar sudah kehilangan cash Rp. 450.000,-. Disini net profit sudah dimakan Rp. 450.000,-
Bunga jalan-jalan ke mall, dan tertarik membeli HP Android baru. Biar kekinian katanya. Ambil dari laci RP. 800.000,-. Disini net profit sudah dimakan Rp. 800.000,-
Lalu, biar laundry-nya bisa delivery. Bunga juga mencicil motor setiap bulannya Rp. 500.000,-. Disini net profit sudah dimakan Rp. 500.000,-
Dan, apa yang terjadi pada bunga saat akhir bulan?
----
Modal Kerja = Rp. 5.000.000,- - Belanja = Rp. 1.875.000,- = Sisa Cash = Rp. 3.175.000,-
Sales (40kg rata-rata perhari @ RP. 5000) = Rp. 6.000.000,- - HPP = Rp. 2.612.400,- = Gross Profit = Rp. 3.387.600,- - Biaya Operasional = Rp. 1.725.000,- (Gaji owner dikeluarkan) = Net Profit = Rp. 1.662.600 - Uang Jajan = Rp. 450.000,- - Beli Gadget = Rp. 800.000,- - Cicilan Motor = Rp. 500.000,- = Sisa = RP. -87.400,-
---
Padahal, bunga harus membeli chemical dan bahan packaging karena HPP segitu butuh sekitar Rp. 2.612.400,-. Padahal, bunga juga harus membayar anak-nya sekolah. Padahal, bunga punya impian tukang cuci naik haji.
Tapi apakah bisa naik haji dengan uang RP. -87.400,-?
Apakah dengan keuangan begini bisa membuat laundry ini bertahan lebih dari 3 bulan atau bangkrut?
---
Disini lah pentingnya pemilik laundry di gaji, dan di transfer ke rekening bank lain (khusus keperluan pribadi). Supaya, si bunga gak ganjen pengen jajan bakso melulu.
Tak apa-apalah, masih dibilang orang gajian
0 notes
Text
Muslim Business School D#2
Hari kedua ini aku berangkat dari Cijawura, jadi sekitar pukul 07.30 aku baru berangkat menuju tempat acara karena memang jaraknya yang cukup dekat. Pagi hari ini jalanan penuh dengan orang-orang yang bersiap menjemput rezeki sehingga mobil-mobil terlihat mengantre berbaris cukup panjang. Langit juga sepertinya sedang bahagia, Ia menurunkan rahmatnya untuk membuat pohon-pohon mendapat sedikit siraman air setelah beberapa hari tidak minum.
Sesampainya dilokasi, aku sangat kaget. kupikir aku sudah telat karena memang beberapa kali sempat salah belok karena memang baru sekali kesana. aku mengecek jam tangan. masih jam 8 kurang 15, tapi kenapa teras depan rumah berkumpul sudah kosong? Ah, iya kalau telat datang meskipun cuma 1 menit kita tidak diizinkan untuk mengikuti acara pada sesi 1. Baru boleh masuk setelah break shalat dhuha. Aku mengeluarkan HP meyakinkan diri kalau ini belum pukul 8 lewat. di layar handphone, sekali lagi aku dapati pukul 07.45. Okey aku menulis daftar hadir dan masuk ruangan.
Sesi 1
Pukul 8 tepat, acara dimulai. Hari ini dimulai dengan Ust Rahmat me-review materi untuk memperbaiki lagi hubungan spiritual kita dengan Allah. Dimulai dengan sebuah slide bertuliskan “Beritahu aku apa itu Ihsan? Lalu nabi Muhammad SAW menjawab. Ihsan adalah ketika kamu beribadah kepada Allah seakan-akan sungguh engkau melihatNya. Jika engkau tidak melihatNya, sungguh Ia melihatmu” Betapa jika kita sungguh menyadari bahwa ketika shalat adalah waktu berkhalwat dengan sang-khalik maka kita tidak sedikitpun ingin tergesa dalam shalat.
Bagaimana caranya untuk “seakan-akan engkau melihatNya” maka cara yang bisa kita lakukan adalah membawa serta rasa cinta itu dalam beribadah. Jangan melakukan ritual tanpa spiritual. Karena beribadah dalam ke-khusyu-an itu tidak sulit.
Kita sekali lagi diingatkan bahwa ada beberapa tingkatan untuk mencapai ketaqwaan. Yang insyaAllah ketika kita sudah termasuk orang yang bertaqwa akan Allah Muliakan, Istimewakan. MaasyaAllah. Tingkatan itu adalah:
Islam; Muslim; orang yang “Sadar” Apakah Islam itu? Syahadat, shalat, puasa, zakat, naik haji (bagi yang mampu)
Iman; Mu’min; Orang yang “Paham” Apakah itu Iman? Yaitu mempercayai Allah, malaikatnya, para rasulnya, kitab-kitabnya, qadha dan qadarnya, dan mempercayai hari akhir.
Ihsan; Muhsin; Orang yang “Yakin” bahwa amal ibadahnya berada pada ibadah yang diterima oleh Allah
Ikhlas; Mukhlis; Orang yang “Menikmati” segala Ibadahnya pada Allah.
Taqwa; Muttaqin; Orang yang sudah sadar, paham, yakin, dan menikmati sebagai makhluk yang sudah tuhan sempurnakan hakikat penciptaannya. (QS. Al-Maidah 5: 3)
semoga, kita selalu berada pada pegangan tali-Nya untuk selalu berusaha menjadi orang yang bertakwa. aamiin.
Sekali lagi kita diingatkan bahwa Orientasi yang sesungguhnya adalah akhirat, bukan dunia. Betapa Allah sudah amat membekali makhluknya dengan sebuah petunjuk dalam bentuk firman-Nya yang juga memiliki Ruh, seperti manusia yang telah Allah tiupkan RuhNya padanya. Jadi, bagaimana caranya kita dapat memahami ayatNya? Kita harus lebih dulu “Menyingkronisasi” antara ruh kita, dan ruh Al-quran. Membaca Al-quran adalah salah satu cara untuk berinteraksi “menyinergikan” ruh. Sebagai satu surat cinta, petunjuk agar kembali pada-Nya penuh dengan kesiapan
Perbaiki hati; dengan mengucap Tasbih; dan meminta untuk didekatkan denganNya
Perbaiki Relasi dengan Allah; dengan mengucap Tahmid seraya meminta ridhoNya
Perbaiki Orientasi; dengan cara membaca Takbir dan meminta bahagia bersamaNya.
Selalu hadirkan diri untuk lebih dekat dengan Allah, lebih ridho pada Allah dan lebih bahagia bersama Allah.
Sesi 2
Setelah break shalat dhuha dan tilawah bersama, materi dilanjutkan oleh coach Helmy Kita diminta untuk berpasangan, satu sebagai si ‘A’ dan yang kedua sebagai si ‘B’. A lebih dulu diminta untuk berpura-pura tidak peduli ketika B sedang asik bercerita tentang pengalamannya. dan well yah, rasanya sama sekali tidak menyenangkan, gimana sih rasanya ngomong tapi yang diajak ngobrol bilang “Oh udah tau tuh” kzl kan. Terus berikutnya, A yang diminta bercerita, tapi B harus mendengarkan dengan serius dan penuh antusias. Lalu kita diminta untuk merasakan bagaimana bedanya. Kemampuan untuk care, untuk peduli, untuk humble, untuk siap menerima materi yang akan disampaikan yang coba coach tanamkan. Karena saat ini sudah banyak yang memiliki “don’t care attitude” dan ini sangat mengkhawatirkan”
ini juga yang akhirnya mengantarkan kita pada satu kata mutiara hari ini:
“The begining of wisdom is when I open my mind, when I open my heart, to learn, to learn something new, to learn something, even i known already” Be Humble, sekalipun kita sudah tahu yakin selalu ada ilmu baru yang dibawa seseorang.
Materi yang disampaikan pada sesi 2 ini sebenernya tentang “LIFE TRANSFORMATION transformasi kehidupan dengan cara Allah”
Transformasi a.k.a Hijrah, sudah Allah jelaskan dalam surat An-Nisa ayat 10. “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat HIJRAH yang luas dan rezeki yang banyak....” ketika kita berhijrah, kita bukan cuma sedang curi start, tapi bener-bener mencuri finish.
Untuk benar-benar berhijrah, ada 8 roda keseimbangan dalam hidup. (dalam islam orang yang sukses bukan yang banyak hartanya tapi yang setiap elemen dari roda keseimbangan hidup ini berimbang, membentuk satu lingkaran penuh). Kamu bisa cari di buku karangan coach Helmy Menembus Batas.
8 elemen ini adalah:
keuangan
Kesehatan
pengembangan diri
Keluarga
Kontribusi sosial
sikap
karir
spiritual
setiap elemen bernilai 1-10, dan ketika kita mengisi setiap elemen dengan skala yang sudah kita capai, akan terlihat di bagian mana kita perlu berhjrah untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih baik lagi.
Kemudian lakukan AFIRMASI PERUBAHAN HIDUP:
“Alhamdulillah, Saya bersyukur kepada-Mu ya Allah karena hari ini Saya menyadari bahwa ternyata roda kehidupan saya belum sesuai dengan apa yang Saya harapkan. Oleh karena itu, hari ini saya MEMUTUSKAN untuk memperbaikinya dengan cara:
Shalat tepat waktu dan selalu berusaha mendekat padaMu
Semakin bersemangat dalam berbisnis
Membantu ayah dan ibu melunasi riba, dan terus menjauhinya
Banyak membaca, minimal 3 buku dalam 1 minggu
Memperbaiki hubungan dengan lingkungan sosial
*Poin 1-5 studi kasus saya pribadi yang butuh berhijrah disana
dan sekali lagi ini dikuatkan dengan QS As-saff: 2-3 ...“Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Itu sangat dibenci disisi Allah, jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” Jadi Afirmasi ini saksinya adalah Al-Quran. semoga selalu istiqamah dalam berhijrah. aamiin.
Sesi 3 dan 4
Pada 2 sesi ini, materi disampaikan oleh coach Khoirul Anwar a.k.a CEO dejilbab.
yang menyenangkan adalah materi yang disampaikan benar-benar melalui games. kita dibagi mejadi 5 kelompok dan dalam watu 2 menit diminta untuk membuat nama kelompok, visi dan sebuah tantangan untuk memberi 50 alasan mengapa perekonomian di Indonesia terus menurun. 2 menit selesai, setiap ketua tim diharuskan untuk kedepan dan menyampaikan hasil diskusi kelompok.
yap, dari 5 kelompok semuanya tidak ada yang berhasil untuk menyelesaikan misi 50 alasannya. Akhirnya, sekali lagi diminta untuk diskusi apa alasan kita tidak dapat menyelesaikan misi membuat 50 alasan perekonomian Indonesia terus menurun. jawabannya waktunya kurang, panik, kurang koordinasi dan masih banyak lagi. daaaaan semua tetap menjadi bumerang untuk kita.
Setiap kita harus mempunyai kendali diri. dan kendali diri ini ada yang bersifat internal dan eksternal.
Kendali diri internal antara lain :
Self Belonging, Kita harus memiliki rasa kepemilikan sebagai studi kasus adalah kepemilikan akan kelompok. kita hadir disana, menjadi bagian darinya
Take responsible, Kita harus siap mengambil tanggung jawab. Bukan menunjuk siapa, setiap kita mampu untuk mengambil tanggung jawab itu.
Accountable, Kita harus bisa diandalkan. Seseorang yang dapat membantu yang lain,
Lalu ada juga kendali diri eksternal antara lain:
Blame; bagaimana kita menyalahkan keadaan
excuse; bagaimana kita mencari alasan atas kemalasan kita
Justify; bagaimana kita mencari pembenaran atas kesalahan yang kita lakukan
Denial; sikap penolaka atas sesuatu
Complain; hanya bisa mengeluh, atas ketidakmampuan diri
Gossip; dan hanya bisa membicarakan sesuatu yang belum tentu kebenarannya.
untuk menjadi pengusaha sukses, kita harus memiliki kendali internal, dan meninggalkan semua kendali eksternal. Siap? Semangat!
Setelah itu, pengusaha sukses juga pelu memiliki integritas, keselarasan antara kata, tindakan dan pikiran. Ketika integritas sering patah, konsekuensinya adalah kita akan kehilangan kepercayaan. Karena tindakan, fikiran dan ucapan tidak salig beriringan.
Setelah kendali diri dan integritas, kita juga perlu untuk punya visi yang jelas. Apa itu visi? sebuah gambaran masa depan yang ingin diwujudkan, dan selalu berusaha dicapai. Untuk membuat visi, kita selalu harus punya tujuan yang jelas dan dapat diukur. Karena fikiran tidak dapat menerjemahkan apa-apa yang sifatnya abstrak, tidak memilki ukuran yang jelas.
Sering kali, banyak hal yang membuat kita lupa akan visi kedepan. Jadi bagaimana caranya supaya visi itu tetap terbakar sempurna dan menjadi salah satu tujuan hidup? adalah kita perlu suatu ALASAN EMOSIONAL KUAT yang ketika mulai kendor semangatnya mampu meng-on-kan lagi visi masa depan kita.
materi terakhir hari ini, tapi merupakan materi yang sangat menarik adalah SELLING SKILL
untuk memiliki selling skill, maka hal yang pertama harus dilakukan adalah:
mengenal diri sendiri; kita harus sangat paham apa kelemahan dan kelebihan kita. sehingga setiap kelemahan dapat dipoles menjadi sesuatu yang mempu menahan beban bumi, dan kelebihan kita mamou menjadi ujung tombak yang dapat menusuk bumi. Kelemahan biar kita simpan rapat-rapat. lebih baik kalau dapat kita jadikan suatu alat untuk menjadi tuas kita terbang tinggi
mengenal konsumen yang kita hadapi. Ada 4 tipe konsumen. Analitycal, Driver, Ekspresif, dan Amiable. ke-4 tipe ini tentu punya keunikan sendiri untuk menghadapinya. Tugas kita sebagai penjual, adalah bagaimana caranya kita dapat menjadi ‘sesuai’ dengan mereka, dan dapat menawarkan barang atau jasa dengan cara yang mereka sukai.
untuk menjual ada beberapa hal yang dapat kita lakukan, sekaligus menyambung silaturahim.
Salam dan sapa
Ice Breaking, pendekatan untuk menyatukan pandangan
Gali kebutuhan konsumen
Lakukan demonstrasi
Closing (1)
Lakukan up selling dengan cara: link selling (barang yang dijual berhubungan), cross seling (tidak berhubungan) dan melalui promo
selanjutnya lakukan lagi closing (2)
Terimakasih dan doakan semoga berkah.
proses ini kalau dijalani akan membuat rasa ke-aku-an menghilang, dan rasa malu juga terkupas tuntas.
Semoga bermanfaat, insyaAllah berlanjut pada D#3....
0 notes