Tumgik
#Meja Bundar
Text
WA. 0813-5987-3112 Jual Taplak Meja Jogja
WA. 0813-5987-3112 Jual Sarung Kursi Di Surabaya
flickr
0 notes
alkhwarizmi · 2 months
Text
Selamat malam Ayu Adina.
Aneh ya, jarak yang begitu jauh dan waktu yang sudah terlalu lama. Ternyata aku tidak goyah sedikitpun.
Aku ingat pernah berkata "Saya ga bisa janji untuk nunggu." Terdengar bijak. Tapi ternyata itu kalimat paling naif yang pernah aku ucapkan. Faktanya, dulu aku hanya ingin kamu bisa lebih fokus untuk apapun yang ingin kamu capai.
Setelahnya, justru aku juga yang masih saja berkali-kali, dengan berbagai cara mencoba untuk kembali terhubung denganmu.
Kamu tahu? Aku masih menyimpan semua impian itu.
Bersama menjelajah seisi dunia, atau sekedar melipir ke warung pecel lele yang lebih banyak menjual ayam goreng. Kemana saja yang penting ada kamu.
Membicarakan banyak hal indah atau sekedar membahas soal konferensi meja bundar yang sudah tidak kuingat lagi isi perjanjiannya. Apa saja yang penting ada kamu.
Atau mungkin sesekali kita bisa membahas soal harga cabe dan popok bayi yang berdampak terhadap perekonomian keluarga. Mungkin akan sedikit pusing, tapi aku siap, yang penting ada kamu.
Yaa, keberadaan kamu memang sudah terlanjur sepenting itu.
Tapi...
Jika pada akhirnya garis waktu kita tak lagi bersinggungan, aku tidak akan berpikir tentang kemungkinan tuhan ingin mempertemukanku dengan yang lebih baik.
Karena jika ada pemikiran begitu, seolah bersama kamu adalah sesuatu yang tidak baik, padahal selama ini aku membayangkan banyak hal indah.
Maksudku, jika memang kita ditakdirkan bertemu dengan orang lain, ya sudah, itu saja, tidak perlu lah ada penamaan 'yang lebih baik' atau variabel pembanding lainnya.
Aku sudah cukup senang dengan berbagai hal tentangmu dalam kehidupanku, sekecil apapun bentuknya.
Seperti saat kamu khawatir ketika aku jatuh dari motor, atau buku biru yang pernah kamu hadiahkan, bahkan pesan-pesan singkat berisi pengingat dan penyemangat.
Aku ingat sekali, itu merupakan hal-hal paling membahagiakan bagi manusia yang memiliki trauma broken home sepertiku.
Lalu, biarlah semua hilang dan muncul sekehendak-Nya.
Semoga kita cukup kuat untuk selalu bersyukur atas apa yang telah lewat dan apa yang akan kita jumpai.
Kamu tahu, tulisan sepanjang ini kesimpulannya apa?
Yaa benar, aku rindu, selalu.
Malili, 31 Juli 2024
2 notes · View notes
irpurnama · 10 months
Text
Tumblr media
Tadi abis nonton film “jatuh cinta seperti di film-film” waaah gila rasanyaa pengen ngedongeng tentang film ini di depan banyak orang selama berjam-jam. Baguuus bangeet filmnyaa. Si anak yang gatau banget cara memuji film ini aja tiba-tiba pengen nulis kalo ini film bagus banget.
Ceritanya bagus bangeet gak ada moment ngebosenin sama sekali. Rasanya hati ini tuh penuuh banget setelah nonton ini.
Gatauu gimana cara mujinya, gatau gimana cara deskripsiinya pokonya ini film bagus dan keren bangeet.
Nonton film inituh gak berasa lagi nonton di bioskop, tapi kayak lagi liat orang dewasa ngobrol aja. Misalnya gini, mereka lagi ngobrol berdua di meja bundar sambil hadap-hadapan gituu, nah aku ada di tengahnya dengerin obrolan mereka yang santai dan menyenangkan. Gituu rasanyaa. Seruu sekali pokonyaa.
Gak nyangka kado terakhir di bulan novembernya akan sebagus ini. Terima kasih loh Nov, kamu menyenangkan sekali bahkan sampai di detik-detik terakhir sekalipun.
Love you and see youuu my lovember 💋
2 notes · View notes
putriutamidewi · 2 years
Text
MISI RAHASIA ANDINI
"Aku antar sampai sini ya, Ma. Nanti kalau 15 menit acara mau selesai, langsung telpon aku. Ini aku pergi dulu ke tempat temen kantor cabang. Kebetulan diajak meet up di cafe dekat sini."
"Oke, Paa. Aku sama adek masuk kedalam dulu ya. Hati-hati dijalan Paa!" Andini mencium punggung tangan suaminya, lalu melambaikan tangannya seiring mobil berputar balik.
Andini berjalan 10 langkah ke arah gedung bertingkat 3 yang bertuliskan Jurusan Desain UTC.  Malam itu gedung tempat kuliahnya dulu terlihat lebih menawan. Danau sebelah kampus, dihiasi lampu LED kecil bak resto yang menawarkan intimate dinner. Ada kapal kano kecil yang bisa dipakai untuk menyusuri danau jurusan itu. Seketika memori semasa kuliah terekam ulang. Dulu Andini dan teman sekelompoknya pernah membuat kapal kano berukuran 1x3 meter menggunakan metode modelisasi manual. Benar-benar manual menggunakan tangan. Setiap mengerjakan tugas kapal itu, teman Andini memutar lagu Dewa19. Ya pada tahun 2000 an itu grup Dewa19 memang lagi hits banget.
"ANDINI! HEY Andini Tyas Utari!" Teriak seorang wanita bertubuh gempal, rambut panjang terurai rapi, matanya bersinar indah, meski bukan body goals kebanyakan orang, entah mengapa wanita itu terlihat cantik dan menarik, ia berlari sambil menggendong anak, kurang lebih anaknya sepantaran dengan anak Andini.
"Farah!! Ya Ampun, tambah cantik aja! Ayo masuk bareng!"
"Hayu, Udah lama ya nggak ketemu! Aku penasaran sama kabarmu."
Memasuki selasar gedung yang bertulisan "Temu Alumni Angkatan 2005" mereka disambut oleh panitia yang merupakan mahasiswa baru di tahun 2018. Mereka dipersilahkan untuk duduk di meja bundar dengan 1 kursi yang sudah terisi teman angkatan Andini. Ia sontak berdiri ketika Farah dan Andini menghampiri.
"Farah, Andini! Sini duduk sini, Gimana kabarnya? eh ya ampun tau gitu anakku aku ajak kesini juga," Sapa Nia.
"Baik Ni, kamu apa kabar?" Balas Farah
"Alhamdulillah, baik juga. Eh kamu di Yogya kan Din? berarti nginep ya nanti?" Tanya Nia pada Andini
"Iya, nih Ni. Aku nginep di rumah mertua." Jawab Andini
"Oiya, Lupa. Kamu kan dulu jadian sama mas jurusan sebelah gara-gara proyek kompetisi bareng jurusan sebelah! Masnya asli sini kan ya"
"Hahahah, iyaa. Masih inget aja kamu Ni"
"Kamu gimana sekarang Ni? Kesibukannya apa?" tanya Farah
"Aku sekarang lagi running bisnis online Fa. Agak jauh sama bidang jurusan kita. Dan kamu tau faktanya setelah kita lulus itu kupikir bakalan semakin mudah ya hidup. Ternyata enggak. Kita masih perlu belajar lagi. Kupikir kalau aku lulus aku bisa langsung menjadi desainer produk. Tapi  pada kenyataannya setelah aku apply dan kerja di perusahaan manufaktur aku nggak enjoy menjalaninya. Dan coba deh gais, kalo kalian amati. Berapa persen alumni dari angkatan kita yang menjadi desainer produk? 2% ? Sebagian besar pada switch career. Untuk saat ini aku ibu rumah tangga, Running bisnis baju piyama, sama ngurus anak dan suami. Jangan kira kerja dari rumah malah tambah enak! justru nggak habis-habis masalahnya. Yang paling bikin aku bahagia adalah, aku masih ada pemasukan yang lumayan disamping nafkah suami. Kalo kamu gimana Fa, Ndin sekarang?
"Aku sekarang masih kerja di Pt. P,Ni. Ya masih sama, Cuman naik satu tingkat jadi senior desainer aja. Anakku tak titipin ke daycare dekat kantor, jadi ya gitu. Pinter-pinter gimana delegasi aja. Ini masih mending sudah bisa dititipin. Dulu waktu dia masih bayi aku kudu ambil cuti, sama minta mamaku buat tinggal sama aku dulu buat bantu. Susah jadi single mother,Ni"
"Kalo kamu Ndin?" tanya Nia
"Aku fulltime ibu rumah tangga, Ni. Suamiku sebelum nikah udah bilang, kalau aku harus resign. Katanya dia ga mau aku kerja, dia punya prinsip suami harus memuliakan istri, mencukupi kebutuhannya, sampai tidak memperbolehkan istrinya untuk bekerja biar dirumah saja mengurus anak dan rumah." terang Andini
"Waaaaa, so sweet" respon Farah dan Nia kompak.
"Hebat kamu Ndin. Kamu bisa legowo dan rela melepas pekerjaan demi keluarga. Kalau kamu nggak resign waktu itu mana mungkin aku bisa gantikan posisimu di kantor. Ni, Andin ini sempet satu kantor sama aku dulu. Dia karyawan ideal. Kerjaannya bagus dan rapi, sering dapat promosi naik pangkat. Terus dia bukan karyawan yang dibenci karyawan lain, justru semua pengen deket sama Andini karena dia ga pelit ilmu. Cuman aku benar-benar kaget sewaktu acara syukuran di kantor, Andini pamitan resign. Jujur Ndin, kamu nyesel ga ambil keputusan ini." tanya Farah
Andini tersenyum, belum sempat menjawab, perhatian mereka bertiga teralihkan ke suara MC yang membuka acara.Suasana menjadi riuh. Tak lama kemudian acara dibuka dengan suara alunan musik dari band mahasiswa.
Sepanjang acara dibuka, pikiran Andini berkecamuk. Sesekali ia melihat anaknya dan anak Farah bermain di spot playground yang disediakan dan didampingi panitia. Pikirannya terngiang pertanyaan Farah. Apa dia benar-benar bahagia dengan keputusan menuruti suaminya?
***
Tangis bayi pecah, Andini tebangun kaget. Anaknya haus. Kemudian ia bergegas menggendong anaknya sembari menyambar dispenser susu di dapur.
“Jam 8 baru bangun kamu?” bentak ibu mertua Andini Andini gelagapan, belum sempat menjawab ia disambar lagi. “Kamu ini ya! Udah bangun siang, nggak kerja, cuman ngurus anak aja masih nggak becus! suamimu pergi ke kantor cabang juga nggak tau kan? ya iya lah masih ngebo” Anak andini menyedot botol susu dengan lahap, dan andini masih kaget atas perkataan ibu mertuanya. “Maaf ya bu, Andini lagi capek. Karena tau ada kemungkinan kesiangan, baju dan perlengkapan mas buat dibawa ke kantor juga sudah tak siapin dari malem, bu. Andini engga lalai kan sama suami? Lalu soal enggak kerja, ini atas permintaan mas. Apa mas nggak nyampein ke Ibu?”
“Ada apa ini pagi-pagi ribut?” tanya Ayah mertua Andini. Semuanya terdiam. Ibu mertua Andini melengos dan pergi keluar rumah sambil menyambar keranjang belanja. “Ada apa nak, coba sini cerita,” pinta Ayah mertua Andini dengan lembut. Keduanya duduk di meja dapur, kemudian Andini menceritakan apa yang terjadi. “Ya, dulu memang ibu mertuamu dulu adalah seorang wanita karir. Suamimu waktu kecil kami titipkan ke tempat neneknya. Kami terlalu sibuk bekerja sehingga tiba masa ia TK, dia dibully karena diasuh nenek. Dia dibully katanya dibuang orangtuanya. Waktu itu hanya dia saja yang setiap acara sekolah selalu didampingi nenek. Ketidakhadiran kami malah menciptakan luka untuk anak. Dari situ aku meminta agar ibu mertuamu berhenti bekerja dan mengurus rumah secara penuh. Tentu terjadi pertengkaran yang hebat. Aku tegaskan lagi kepadanya, Apa guna karir gemilang namun seharusnya bertanggung jawab atas anak, malah menjadi lalai. Mungkin ini alasan Masmu melarangmu untuk berhenti bekerja selepas menikah, Nak”
Ibu mertua tiba-tiba masuk kedalam dengan wajah masam. Ia mengambil dompet yang tertinggal di meja dapur. Ternyata ia mendengar semua perkataan suaminya.
“Menyesal aku mas nuruti kamu dulu! Kalau aku tidak menuruti katamu, aku udah naik pangkat jadi wakil direktur!”
Tangis bayi pecah lagi, Anak Andini kegerahan. Sudah waktunya dia dimandikan. Andini pamit ke belakang, untuk memandikan anaknya. Sembari memandikan anaknya, ia merenung. Apa iya berhenti bekerja adalah keputusan yang terbaik? Farah temanku juga menyayangkanku resign, ia ibu bekerja juga sambil mengurus anaknya, mana kerjanya di industri manufaktur tempat kerjaku dulu. Kalau aku tidak resign mungkin aku juga di posisinya sekarang.. Nia juga, dia running bisnis online sambil mengurus anak juga. Sejujurnya aku lebih iri pada Nia. Mana tadi pedes dan nyakitin banget omongan ibu mertua.
***
“Mas, Aku tadi diceritain sama bapak. Bapak cerita kalo kamu dulu dibully waktu TK. Gara-gara dititipin ke Nenek. Itu beneran, Mas?”
Suami Andini memutar setir, dan mengambil jalan putar bali. Jalan yang seharusnya dia belok. Malah terlewat. Kali ini mobil menuju jalan tol Surabaya - Solo.
“Ya, itu juga salah satu alasanku Ma jadi punya prinsip ini. Aku nggak ngebolehin kamu bekerja karena takut anak kita mengalami masa yang buruk seperti aku dulu. Lagian ya Ma, Menurutku “Harta Termahal” keluarga adalah anak. Dan masa depan keluarga adalah masa depan anak. Ini mutlak. Terus kalo ada tanggapan, Istri berpendidikan tinggi apa nggak sayang dirumah aja? So, what …. ?? Justru karena istri yang pintar itulah, yang akan mencerdaskan anak. Masa istri pintar malah untuk membangun usaha orang lain, sementara anak kita dididik dan disayangi oleh orang yang bukan orang tuanya. Itu pilihan yang bodoh, Ma ! Bagiku apakah istri bekerja atau tidak bukanlah pilihan yang sulit. Konsekuensinya sudah sangat jelas. Istri jangan bekerja, jika sudah (akan) hamil, sampai anak tamat SMP atau SMA. Karena uang dan kecukupan finansial bisa  menyusul, tapi masa atau usia emas anak, tidak bisa diulang dan juga tidak bisa ditunda.”
Andini tidak membalas omongan suaminya. Dia sibuk membenarkan posisi duduk anaknya yang sedari tadi banyak tingkah. Sesekali ia melihat jendela mobil. Lampu merah menyala, di seberang ada cafe yang terlihat dipenuhi kawula muda menghadap laptop masing-masing Jaman sekarang, teknologi semakin maju. Pasti ada pekerjaan yang fleksibel baik secara pengerjaan maupun tenggat waktunya. Pendapatanku hanya dari suami, sangat jauh bila dibandingkan sewaktu aku bekerja dulu. Bukannya aku merasa kurang, namun.. Jujur saja, aku merasa tidak bervalue saat ini, Aku perlu mengupgrade diri. Mungkin banyak yang berkata bahwa aku dibayar pahala. Namun entah mengapa aku juga merasa butuh reward berupa materi, Aku ingin bisa seperti Nia Ataupun Farah. Aku harus mencoba bekerja tanpa melalaikan kewajibanku mengurus anak, batin Andini.
Lampu hijau menyala, mobil melintasi zebra cross perlahan. Anak Andini menangis, diraihnya lah sebotol susu yang tinggal seperempat, kemudian ia minumkan ke anaknya,”Bismillahirrahmanirrahim.” Dia pandangi wajah anaknya, yang dia namai Naila Malika Putri yang berarti perempuan yang sukses menjadi ratu. Dengan harapan semoga anaknya menjadi seorang anak perempuan yang sukses sebagaimana seorang ratu diharapkan dia memberi manfaat kepada masyarakat yang banyak. Dan tentunya seperti karakter pemimpin pada umumnya, diperlukan pribadi yang tegas, dan sigap mengambil keputusan. Tidak seperti Andini yang selalu penurut, banyak bimbangnya dan susah mengambil keputusan sendiri. Andini tidak ingin anaknya seperti dia. 
***
“Berangkat dulu ya, Ma. Ada client minta ketemu lebih pagi di kantor. Baik-baik ya Ma. Pamit dulu” “Hati-hati ya,” Andini mencium punggung tangan suaminya.
“Adik, masih tidur?”
“Masih, pules banget.”
“Hati-hati di rumah yaa, kalau ada apa-apa langsung telpon. Berangkat dulu Ma.”
Kesempatan, batin Andini.Ia melihat mobil suaminya menjauh dari pandangannya. Andini bergegas masuk kedalam. Dia langsung meraih vacuum cleaner, ember serta alat pel. Ia mengerjakan segala pekerjaan bersih-bersih rumah dengan cepat. Cepat sekali.
Rumah yang hanya terdengar suara vacuum cleaner terpecah oleh suara tangisan bayi. Saatnya memandikan anakku. “Haloo, adek sudah bangun? Mandi dulu yuk sama mama.” Andini menggendong anaknya menggunakan selendang, lalu bergegas menyiapkan air dan bak mandi untuk anaknya. 
Seperti rutinitas bayi pada umumnya, bangun, mandi, makan, main sebentar, mengantuk dan tidur lagi.
Andini mencuri waktu ketika anaknya tidur. Dia membuka laptop dan lekas meriset pekerjaan apa yang fleksibel serta yang sedang on-demand. Dia juga mengumpulkan portofolio terbaru selepas resign. Barangkali masih bisa terpakai untuk melamar kerja. Kali ini dia membuka akun media sosialnya. Dia memilih jenis platform ini karena persebaran informasi lebih cepat disini.
Matanya berhenti pada suatu konten video yang lewat di beranda akunnya. “Dibuka Program Affiliasi Sefi. Marketplace terbesar abad ini. Cukup copy-paste-share link ini anda akan mendapatkan komisi setiap penjualan dari klik link Anda. Chuan dari rumah, mudah bukan? Gabung sekarang!”
Ini iklan heboh banget. 
Andini mencoba menghubungi Customer Service terkait.
“Halo, selamat siang. Saya tertarik untuk ikut program afiliasi di toko kakak. Boleh minta tolong teknisnya kak?”
“Halo, selamat siang. Sebelumnya dengan ibu siapa ini?”
“Andini ya kak”
“Baik, ibu Andini untuk bergabung menjadi affiliator di toko kami melalui marketplace Sefi cukup mudah. Ibu bisa buat akun di marketplace Sefi dulu. Lalu silahkan isi formulir untuk mendaftar sebagai affiliator. Kemudian ibu tinggal copy-paste  link produk kami ke semua sosial media ibu. Atau ibu bisa buat konten di TicTaec lalu untuk link produknya bisa pakai link Tictaec Shop dari kami. Cukup jelas ibu?”
“Cukup jelas kak, Lalu bagaimana dengan pembagian komisinya kak?”
“Baik untuk pembagian komisi, kami hanya bisa mengikuti sistem dari marketplace ya kak, nanti akan diinfokan lagi. Sudah jelas ibu? Kalau sudah kami akhiri sesinya.”
“Sudah kak, Terimakasih”
Belum sempat meraih laptop lagi, Heningnya rumah terpecah dengan tangis anak Andini. Anaknya terbangun. Lagi-lagi Andini terdistraksi. Kalo gini caranya gimana orang-orang bisa membagi waktu ya.. Sulit aku harus bekerja sambil momong anak, batin Andini
***
tek tek tek tek tek. Dari luar terdengar suara pagar di ketuk-ketuk.
“Paket,” suara lantang kurir yang dinanti menyapa.
“Iyaaa, Sebentar pak.”
“Ibu Andini, Bener ya bu ini paketnya.”
“Iyaa, bener. Makasih banyak pak.”
Produk sample sudah datang, saatnya Andini membuat konten promosi. Produk sampelnya berupa baju anak. Ya Andini mencoba menjadi affiliator produk baju anak. Seperti biasa Andini mencuri waktu dikala anaknya tidur. Bermodalkan ilmu mata kuliah photografi, Andini lekas memulai membuat konten promosi. Dia tata alas foto, ada beberapa aksesoris seperti bunga kering, pinus, kenari kening, dan beberapa properti foto lainnya. Lalu ia letakkan produknya dengan komposisi yang cantik. Semuanya di tata sedemikian rupa di dekat kaca kamarnya. Kebetulan matahari sedang bersahabat. Cerah. Dan hasil foto serta video mentah produknya cukup bagus.
Hanya perlu sedikit keterampilan editing foto dan video melalui handphonenya. Dan jadilah sebuah konten promosi yang aesthetic. Andini menghasilkan 5 konten video dan foto sekali take. Dan seperti biasanya belum sempat memencet tombol post dan tag link produk, susana heningnya rumah terpecah dengan suara tangis anaknya. Anaknya bangun. Kini fokus Andin kembali ke mode ibu rumah tangga.
Begitulah keseharian Andini dalam mencuri waktu, dan tibalah waktu ia rekap bulanan. Astaga, satu bulan ngonten. fyp ada 3, tapi total pemasukan 17 ribu aja? Ternyata menjadi affiliator cukup susah. Aku rindu pekerjaanku yang dulu.
Andini membuka folder lain. Ia temukan portofolio yang sudah dikumpulkan bulan lalu. Apa aku coba apply pekerjaan yang setipe kayak dulu ya?
Andini mencari-cari di platform pencari pekerjaan. Lalu dari sekian lowongan kerja yang tersedia. Tidak ada yang menurutnya cocok. Mungkin Andini akan melanjutkan esok harinya.
***
Masih berlanjut dengan aktivitas yang sama, Andini mencari-cari pekerjaan yang sekiranya tidak jauh dengan pekerjaannya dulu di industri manufaktur. Hari ini dia menemukan lowongan pekerjaan remote sebagai konsultan desain produk. COCOK! Tak pikir panjang hari itu ia memasukkan portofolio dan mengisi formulir pendaftaran onlinenya.
Untuk Apply pekerjaan ini dia tidak berharap banyak. Andini terlihat mau menyerah. Kantung matanya menggembung dan sedikit menghitam. Nampaknya dia benar-benar lelah. Mungkin kali ini adalah terakhir kalinya dia apply pekerjaan. Mengurus rumah, mengurus anak yang masih 14 bulan, serta mengerjakan pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan tidaklah mudah. 
Aku butuh untuk mendelegasikan pekerjaan lain, mungkin.. menyewa suster? tapi jelas sangat beresiko ketahuan sama suamiku. Bagaimana kalau di cafe yang ada penitipan anaknya? hmmm tapi kalau suami mendadak pulang lebih cepat dan mendapati tidak ada orang dirumah? Kalau aku alasan sekali mungkin diterima, bagaimana jika 4x mendapati rumah kosong? Aduh, pusing! susah!
***
Suara vacuum cleaner berhenti, lampu rumah juga ikut mati, kini rumahnya hening kembali, anaknya tidur, tv mati dan ternyata ia dapati kabar ada pemadaman bergilir. Heningnya rumah, terpecah oleh suara dering handphonenya. 
“Assalamualaikum, maaf ini dengan siapa?”
“Selamat siang ibu Andini, saya HR dari CV.X mengabarkan kalau ibu lolos tahap seleksi administrasi untuk posisi  konsultan desain produk di perusahaan kami. Apakah ibu berkenan untuk melakukan sesi wawancara besok pukul 10.00 secara virtual?”
“Ah, iya. Bisa pak.”
“Baik untuk detailnya kami kirimkan lewat email saja ya ibu.”
“Baik”
“Ada yang ingin ditanyakan dulu ibu? kalau tidak ada saya akhiri.”
“Cukup pak, insyaAllah sudah jelas.”
“Baik saya akhiri ya bu, sampai jumpa di sesi interview besok.”
Alhamdulillah
Alhamdulillah
Alhamdulillah
Andini mengucap syukur dengan sangat tulus. Kini dia fokus untuk mempersiapkan interview besok pagi.
Ia menyiapkan plan A dan B. Plan A, dia akan menyiapkan interview di rumah. jikapun anaknya bangun ia akan meminta keringanan untuk interview dengan menggendong anaknya. 
Plan B, jika listrik rumah mati, dan sinyal handphone tidak begitu baik, Andini akan pergi ke cafe yang ada penitipan anaknya. Kalaupun suaminya pulang lebih awal, ia tinggal bilang saja bosen di rumah sendiri.
Dan tibalah hari interview. Listrik rumah mati (lagi). Plan B dijalankan. Ia bergegas membawa anaknya ke tempat cafe yang ada penitipan anaknya. 
Andini tiba di cafe 20 menit sebelum interview dimulai. Ia amati bagian playground dan penitipan anak. Sebenarnya ini bukan cafe biasa. Cafe playground dan workspace serta perpustakaan. Cafe ini sangat untuk dikunjungi keluarga. Andini mengamati betul-betul apakah ada yang berbahaya di sekitaran maupun didalam playground. Ada seluncuran kecil, dan tidak terlalu tinggi. Disebelah seluncuran ada replika rumah pohon mini.
“Permisi bu, ada yang bisa saya bantu?”
“Maaf kak, ini kalau saya titipkan di playground akan ada yang menjaga nggak ya?”
“Kebetulan staff kami sudah ada yang datang bu. Jadi bisa di titipkan yaa.”
“Ibu tinggal saya pandu untuk prosedur selanjutnya.”
Andini kemudian mengikuti arahan pegawai cafe tersebut.
***
Selama interview, semua berjalan lancar. Dan Andini tiba dirumah sebelum suaminya pulang ke rumah. Hari itu tergolong lancar, anaknya pun tidak rewel. Sekarang tinggal menunggu kabar apakah akan diterima atau tidaknya.
***
Satu minggu berlalu, dia belum mendapati kabar apapun. Hari ini Andini beraktifitas seperti biasa. Mengurus rumah dan anak. Kali ini pekerjaan rumah selesai, dan anak Andini tidak tidur siang di jam biasanya. Sewaktu ia bermain bersama anaknya di ruang tengah, Handphone miliknya berbunyi. 
“Halo, Selamat siang.”
“Selamat siang ibu Andini, Saya HR dr CV.X bu. Mau mengabarkan kalau ibu di terima sebagai konsultan desainer produk. Untuk kontrak kerja sudah kami emailkan ya bu. Boleh di cek dulu, apabila ada yang ingin ditanyakan terkait kontrak silahkan kontak via whatsapp ya bu.”
“Baik, Pak. Akan saya cek terlebih dahulu. Terimakasih banyak pak.”
Andini menyambar anaknya lalu mengangkat tinggi-tinggi. Andini kegirangan. Sangat kegirangan. Akhirnya setelah penantian lama. Besok sudah mulai bekerja. Aku harus mengatur jadwalku bagaimana membaginya nanti.
*** Pada jam 9.00 sampai jam 15.00 adalah waktu bekerja Andini. Namun pekerjaannya tidak harus standby penuh depan laptop. Cukup fleksibel, Andini hanya perlu memberikan saran atas desain yang masuk. Serta melayani konsultasi terkait produk yang akan launching. Rata-rata clientnya adalah seorang business owner di UMKM. CV.X sendiri adalah lembaga konsultan khusus desain produk, dan clientnya sudah merambah di pasar global.
Pukul 10.00 ada client yang meminta untuk konsultasi secara virtual. Mengharuskan untuk video call. Saat itu rumah sedang kondusif, hanya bertahan 5 menit sejak konsultasi virtual berlangsung, anak Andini menangis. 
“Mohon maaf, pak. Anak saya bangun, boleh sesi ini saya mengajak anak saya? Namun mohon maaf saya bisanya off-cam.”
“Silahkan ibu. Tidak masalah ya.”
Sesi berlangsung dengan lancar. Andini tersenyum puas sambil menutup laptopnya. Mungkin karena clientnya suportif  dengan working mom, Barangkali ini adalah sesuatu yang diinginkan Andini sejak lama.
Satu bulan berlalu dan saldo rekening Andini bertambah. Gaji sudah dibayar. 
***
3 Bulan berlalu. Pekerjaan Andini lancar. Namun bukan hidup namanya kalo lancar terus nggak ada batu sandungan. Handphone Andini nyala-menyala beruntun di tengah malam. Notif email sambar menyambar. Hari ini dia merestart handphonenya dan lupa mematikan segala notifikasi. Bunyi dan getar bisa disenyapkan, namun notifikasi dengan sinyal lampu LED tetap menyala-nyala sebagai tanda. Disini masalah baru dimulai.
“Ada apa sih Ma, tumben rame notif hp nya.”
“Ngga tau ni Pa, Udah lanjut tidur aja”
Suami Andini menatap curiga. Kok tumben, biasanya nggak pernah notifikasi handphonenya seramai ini, batin Suami Andini.
Pukul 03.00, Suami Andini bangun lalu berjalan mengendap-endap menuju ruang kerja. Diambilah laptop Andini. Dia terkejut, karena laptopnya di password. Tidak kurang akal. Dia membuka akses laptopnya dengan berbagai cara. Dan terbukalah halaman desktop. Dia meluncur ke browser dan dibukalah email Andini. Langsung terbuka, barangkali karena Andini tidak menghapus jejaknya di browser, jadi email langsung terbuka. Barangkali suami Andini sampai bertindak demikian karena memiliki asumsi bahwa istrinya berselingkuh selama ia bekerja. 
Suami Andini menghela nafas panjang, Ia dapati banyak email invoice serta banyak email yang seperti sedang melakukan konsultasi. Suami Andini meskipun kaget bukan kepalang, namun ia lebih tenang karena asumsinya salah. Namun ia masih berwajah masam, karena mendapati istrinya melanggar janji sewaktu sebelum menikah dulu. 
Apa nafkah yang aku berikan kurang, sampai dia bekerja tanpa sepengetahuanku? Kenapa sampai harus diam-diam bekerja? Aku paling tidak suka kalau ada yang disembunyikan. Dia maunya apa sih! Apa dia nggak peka? aku sudah bekerja banting tulang, memuliakan dia, mencukupi kebutuhannya, apa masih kurang?
Keesokan harinya, seperti aktifitas biasa. Andini menyiapkan sarapan. Dibalik pintu dapur, Suami Andini berwajah masam dan bergegas mengambil bekalnya. Andini memasak sambil bersenandung, Namun pandangannya teralihkan ke meja makan. Ia dapati muka suaminya masam, serta sangat tergesa mengambil bekal yang sudah disiapkan.
“Loh, Pa. Kok buru-buru dan gak sarapan?”
“Enggak”
Suami Andini bergegas mengikuti suaminya, meraih tangannya. Namun Suami Andini menghempaskan tangan Andini. Jari telunjuknya menunjuk muka Andini.
“Jangan kira aku nggak tau, apa yang kamu lakuin di belakang ya! Kenapa kamu melanggar kesepakatan pernikahan kita? Jawab Ndin! Apa nafkah dari aku kurang sampai kamu harus bekerja sembunyi-sembunyi? Kamu istri yang nggak patuh!”
“Mas.. Mass!”
Belum sempat menjelaskan, suami Andini berlalu dan membanting pintu mobil di garasi. Saking kerasnya pertengkaran ini dan suara bantingan pintu mobil, anak Andini terbangun. Satu kata untuk situasi pagi itu. Chaos.
***
Waktu sudah menjelang sore. Suami Andini memutuskan untuk tidak pulang ke rumah. Dia tega meninggalkan anak dan istrinya. Nampaknya ia masih kesal, barangkali ia merasa terkhianati. Dia memutuskan untuk menginap di masjid. Masjid itu cukup ramai biasanya, hari ini agak sepi. Diambilah air wudhu, kemudian dia menuju masjid bersiap untuk menanti shalat maghrib. Ketika masuk kedalam ia disapa oleh penjaga masjid yang sedang mempersiapkan peralatan untuk kajian. 
“Mas? Sendirian? Udah lama ya nggak mampir kesini. Gimana kabar?”
“Iya, Alhamdulillah baik Mas. Mau ku bantu?”
“Tidak usah mas, Duduk aja ya Mas, Monggo.”
“Ada kajian apa ini Mas”
“Ini Mas kajian buat akhwat, Pesertanya ibu-ibu. Bahas ini sih mas, muslimah berkarir surga. Misi ya mas mau naruh barang dulu.”
Penjaga masjid itu izin lewat di sampingnya sambil membawa sekotak kabel mikrofon. Dia dan suami Andini terlihat cukup akrab, barangkali karena dahulu suami Andini memang sering ke masjid itu.
Sementara itu,dibalik pembatas diam-diam suami Andini menyimak.  
“Ibu-ibu, disini siapa yang mengalami perasaan stuck tidak berkembang, iri teman-teman lainnya bisa bekerja dan mengurus anak, Ingin kembali ke masa lajang lagi buat berkarir, Pengen balik lagi ke masa masa masih punya penghasilan sendiri, lalu karena sekarang sudah menjadi ibu rumah tangga secara penuh bukannya bahagia tapi malah merasakan kemunduran?”
Jama’ah terdiam.
“Ibu-ibu, itulah yang dinamakan post power syndrome. Gejala yang ibu-ibu alami terjadi pada seseorang dimana penderitanya berada dalam bayang-bayang masa lalunya yang berupa kebesaran, kesuksesan, kekuasaan, kehebatan, keberhasilan, prestasi atau pencapaian besarnya saat dulu. Hingga menyebabkan penderita terjebak pada masa lalu dan sulit menerima dan atau beradaptasi dengan kondisi realita saat ini yang sedang dijalankan.”
Ustadzah melanjutkan.
“Biasanya, Mulai timbul itu keinginan untuk kembali menjadi wanita karir. Ibu-ibu, suaminya diajak ke kajian nggak ni? Apa cuman nganter aja? Besok lagi dibawa ke kajian juga ya. Kalau sekarang ini boleh di rekam terus sampai rumah nanti tunjukin ke suaminya.”
Ustadzah melanjutkan kembali setelah menenggak air mineral.
“Ibu-ibu, Dalam ilmu psikologi itu nyata ya bu. Dan tidak masalah jika seorang ibu juga bekerja. Pada dasarnya setiap individu, termasuk seorang ibu, butuh perasaan berharga dan berdaya. Meskipun banyak yang mengatakan kalau surga ditelapak kakinya, segala pengorbanan menjadi ibu rumah tangga akan dibalas pahala, dalam kenyataannya setiap individu itu butuh keberdayaan secara moral maupun material.”
“Upgrade diri, menjadi berdaya, adalah dua hal yang diinginkan ibu-ibu sekarang ini kan? Gapapa bu, komunikasikan ke suaminya. Memenuhi kewajiban sebagai seorang istri dan ibu, itu baik, tapi jangan lupa untuk mengupayakan diri sendiri.”
Dibalik pembatas jamaah, suami Andini termenung. Apa ini ya yang dirasakan Andini. Dulu sebelum aku menikahinya, dia adalah seorang wanita karir yang tergolong sukses. Apa iya gara-gara prinsip yang aku miliki, malah menjadikannya beban? Dan dia takut buat ngomong sama aku, makanya dia diam-diam bekerja sendiri, batin suami Andini.
“Allahuakbar, Allahuakbar….”
Suara adzan berkumandang, menandakan waktu shalat maghrib sudah tiba, Jamaah mulai masuk masjid satu persatu.
***
Usai shalat maghrib, suami Andini bersujud kembali dengan durasi yang lebih lama. Seolah ia sedang memohon petunjuk dengan sungguh. Selesainya, ia masih belum berubah pikiran kembali kerumah. Ia masih duduk disitu sambil termenung.
Tiba-tiba pundaknya ditepuk oleh penjaga masjid.
“Nunggu Isya sekalian mas?”
“Hehehe Iya.”
“Muram terus mas, ini minum dulu teh anget. Sisa pengajian tadi masih banyak. Minum dulu ya mas. Tak liat kok lagi suntuk.”
“Iya ni mas, masalah rumah.”
“Istri sama anak? ditinggal sendiri? Ada masalah apa mas kalo boleh tau?”
“Jadi gini mas…”
Suami Andini menceritakan masalahnya dengan Andini. 
***
Di lain tempat, Andini dirumah sedang menangis. Karena mendapati suaminya tak kunjung pulang. Ditambah dia masih kepikiran tentang perkataan suaminya tadi pagi.
Di Atas kasur, bersama dengan anaknya dia mencoba untuk lebih tenang sambil menidurkan anaknya. Namun tampaknya tidak bisa.
Akhirnya Andini memberanikan diri untuk mengirim pesan.
Pa, Dimana? Nggak pulang? Pulang ya Pa, Aku perlu bicara  buat jelasin alasan kenapa aku kerja diam-diam. Andini yang salah, Pulang ya Pa..
***
“O, jadi gitu Mas. Wah ya jalan satu-satunya coba Mas bicarain sama istrinya. Dan kalau bisa malam ini pulang ya mas. Sudah bukan remaja lagi. Masak kabur-kaburan.”
Suami Andini mengangguk. Suara adzan berkumandang, tanda masuk waktu isya.
Si penjaga masjid, dan suami Andini bergegas untuk ambil wudhu kembali. Sebelum ke tempat wudhu ia mengecheck tas dan handphonenya di loker penitipan barang. Ia dapati pesan dari Andini. Kemudian ia membalasnya,
Aku pulang agak maleman. Kamu sama Naila tidur duluan saja. Kita bicara besok pagi, mumpung kantorku besok libur. Istirahat dulu aja, jangan berpikiran aneh-aneh.
***
Pagi ini Suami Andini di rumah. Kantornya libur, jadi waktunya lebih leluasa. Anak Andini dititipkan dulu ke penitipan anak.
Ruang makan dipilih untuk duduk bersama. Mereka sepakat kalau sedang bertengkar, apapun yang terjadi, jangan bertengkar di kamar. Mereka memilih untuk menjadikan ruang makan sebagai tempat untuk berdiskusi.
“Jadi, apa yang pengen kamu jelasin?”
“Beberapa bulan yang lalu mas tau kan aku habis temu alumni. Disana aku bertemu teman-teman. Nia, dia ibu rumah tangga juga bisa ngurus online shopnya. Farah, memang dia tidak punya pilihan lain untuk bekerja sambil mengurus anak. Mas tau kan, kalo aku dan farah dulu sekantor. Kalau misal aku nggak resign, mungkin posisi Farah adalah punyaku. Mas aku pengen bisa berdaya, nggak mengandalkan nafkah dari kamu. Kalau ditanya apakah nafkah darimu kurang? Daripada aku menyebutnya kurang, Nafkah darimu itu bukannya kurang, melainkan cukup. Namun aku ingin lebih mas, setidaknya setara dengan gaji bulananku dulu sebelum menikah. Mas, pun kalau aku ga mendapat setara dengan gajiku dulu, aku ingin bekerja untuk mengupgrade diriku sendiri. Jadi mas…”
Andini, belum sempat melanjutkan. Suaranya tercekat. Dia menangis.
Suami Andini memeluknya, dan menepuk-nepuk punggung Andini.
“Maafin Mas ya, Mas baru tau. Kamu ga mau meminta ijin dulu karena takut mas marah ya?”
“Iya mas”
“Maafin ya, kamu udah berapa lama kerja diem-diem?”
“3 Bulan mas”
“Kalau liat apa yang udah kamu lakuin. Dan anak kita masih sehat, tumbuh dengan baik, aku rasa kamu cukup kompeten dalam membagi waktu. Ingat ya Ndin, prioritas utamamu. Dan mengurus rumah, anak dan pekerjaan itu juga mas yakin nggak mudah. Mas, mengijinkan kamu buat bekerja. Dengan syarat kewajiban mengurus rumah dan anak harus tuntas dulu. Kemudian mas hanya ngebolehin buat bekerja secara remote dan pekerjaan-pekerjaan yang fleksibel.”
Bak sinar matahari yang naik sepenggal, wajah Andini yang sedari tadi muram sekarang  telah bersinar kembali. Barangkali pernyataan suaminya menghangatkan hati Andini hingga kini tersalur ke matanya. Matanya berbinar, senyumnya mengembang. Lalu ia peluk suaminya.
“Terimakasih, Mas”
“Kemarin sewaktu aku nggak jadi balik ke rumah, aku sempat berpikir. Sebelum menikah denganku pasti kamu memiliki impian. Lalu setelah aku melamarmu, kemudian niat hati memuliakanmu dengan melarangmu untuk tidak bekerja seusai menikah, ternyata aku membunuh mimpimu. Pencuri. Mulai sekarang mimpimu juga mimpiku, Mimpiku juga mimpimu. Untuk kedepannya jangan ada yang disembunyikan lagi ya. Sebisa mungkin kita selesaikan berdua”
***
Rumah tangga ibarat bahtera. Kapal kayu yang berukuran besar didalamnya membawa yang banyak muatan pula menuju suatu tujuan. Kemanakah tujuan akhir sebuah rumah tangga? Apakah surga yang dituju? Tentu akan tidak mudah dalam perjalanannya. Ada ombak yang menerjang silih berganti, Ada badai di tengah cuaca yang tidak dapat diprediksi, belum lagi kalau barangkali diserang oleh monster laut?  Bagaimana komunikasi antar awak dan nakhoda? Apakah masih satu tujuan? Kisah Misi Rahasia Andini semoga bisa diambil sebagai pelajaran. Keluarga, karir dan komunikasi merupakan 3 peran penting yang harus selalu diusahakan dan dijaga.
13 notes · View notes
mutiarafirdaus · 1 year
Text
Tumblr media
Harapan Hari Ketujuhbelas
Kalau ada tempat yang membuat perasaan lepas, pupil mata membesar, mulut menganga tiba tiba karena excited, dan betah sekali duduk dilantainya seraya menyentuh deret buku dengan syahdu maka itu pasti Perpustakaan.
Duduk di lantai yang dingin seraya menggeliat, ingin membaca topik apa saja tinggal tarik buku fisiknya, sofa yang nyaman atau kursi putar dengan bilik baca yang menghargai privasi masih jadi spot terbaik di usia ini.
Memang perpustakaan disini bukan tempat yang megah dengan arsitektur yang aesthetic. Bukan pula tempat dengan kafe atau order makanan yang mudah akses. Bukan pula tempat yang sangat lengkap koleksi bukunya.
Hanya saja tempat ini 'hangat', dengan pemandangan Nenek berkuncir yang hampir setiap hari datang kesini untuk membaca tumpukan koran, anak anak yang santai di sofa dengan buku bacaan mereka, pelajar yang berkutat di meja bundar dengan buku tebal berisikan soal soal, pemuda pemudi yang tersumpal telinganya oleh headset dan fokus menatap layar piranti mereka, suara pendingin ruangan yang seperti dengkur tidur orang tua, deret buku yang sudah rapi tersampul, semuanya betul betul membuat hangat.
Tapi beberapa pekan ini belum berani meminjam, lebih sering berkutat berjam jam untuk membaca di lokasi. Karena teringat di rumah pun banyak buku yang baru sampai setengah perjalanan :")
Syaikh Hasan Al Banna pernah mengatakan, buatlah perpustakaan dirumahmu meskipun kecil ukurannya.
Dan ya Allah, harapan hari ini semoga bisa membangun perpustakaan yang luas dan bermanfaat serta nyaman dan menjadi tempat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan kapasitas diri serta membangun kecintaan membaca bagi generasi mendatang!
#RamadhanPenuhHarapan
3 notes · View notes
Text
MENEMUKANMU PART 1
“saat kami sama-sama sudah merasakan betapa nikmatnya menduduki bangku perkuliahan, dinamika dunia kampus menikmati sebagian anggaran dari pemerintah untuk pendidikan Indonesia yang tidak didapat oleh seluruh anak Indonesia hingga kepolosok negri. Membuat kami merasah resah, dan ingin memberikan kontribusi nyata untuk negri sendiri. Karena sejatinya kami adalah satu sama-sama putra-putri asli Indonesia satu ibu pertiwi yang selayaknya memiliki hak yang sama.
            Kami tergabung dalam satu komunitas yang terdiri dari sekumpulan pemuda-pemudi Indonesia yang memiliki visi misi yang sama untuk ibu pertiwi terkhusus untuk kota kami sendiri. jauh dilubuk hati kami sendiri yang sudah kupastikan kami sangat ingin ini terlaksana di ibukota-ibukota lainnya kami ingin semua anak Indonesia bisa mendapatkan pendidikan yang sama rata tanpa ada sekat-sekat ekonomi yang akhirnya memberi batasan pada semangat mereka.
Komunitas ini hadir di ibukota yang bertujuan untuk membantu pembangunan pendidikan di indonesia yang merata pada pelosok negri. Yang mungkin insfrastruktur dari pemerintah tidak terjangkau untuk mereka. Tapi kami tidak mau terus-menerus mengkritisi pemerintah dengan  segala sistemnya yang tidak kami mengerti. Jiwa kami tersentil dan terpanggil ingin berbuat aksi untuk mereka adik kakak kami seibu pertiwi.
            Cuaca hari itu seakan begitu manja mengikuti angin yang begitu damai dari surga membelai dedaunan yang tersipu-sipu malu membuat seluruh suasana ikutan syahdu.
Di meja bundar warung kampoeng sudah ada aku, raja, viola, andy, keyra, kawa, dea, dilan. Kami berdelapan hadir bukan semata mata ingin menjadi hero yang kehadirannya ingin disanjung, tapi kami hadir karena kami sadar kami yang diberi kesempatan tuhan untuk belajar menimba ilmu dan menikmati segala yang dipersembahkan tuhan untuk Indonesia ibu pertiwi tapi tidak semua jiwa rakyat ini menikmatinya.
Jiwa kami terpatri untuk berbagi. Berbagi segala pengalaman, harta ilmu, dan tenaga yang kami miliki. Karena bagi kami itu adalah hak mereka dari kami saudaranya seibu pertiwi.
            Gagasan ini tercetus dari dilan yang baru saja menyelesaikan sarjana sosialnya di fakultas ilmu sosial dan politik di universitas ibukota. Lalu dia menghubungi kawa teman seorganisasinya yang satu fakultas denganku dan terjadilah perekrutan secara LSM diantara kami dan terkumpul lah kami berdelapan yang sebelumnya belum saling mengenal tapi karena kami sevisi dan semisi yang akhirnya mempertemukan dan menyatukan kami.
Dan kami baru menyadari ternyata benar kata orang-orang terdahulu atau kata siapalah itu dunia itu ternyata sempit ya karena sebenarnya kami dulu pernah saling ketemu disalah satu event tapi tidak begitu mengenal, mungkin karena kami masih gengsi-gengsi maunya disapa duluan dan malu menyapa untuk yang pertama kalinya. Entah itu efek karakter pemuda zaman now atau apalah kami sama-sama tak mengerti.
            Dan ternyata aku satu team dengan raja, sosok yang disukai dira, sosok yang suka buat dira baper-baper gak jelas. Dan keyra adalah teman smanya teman aku dan kawa dijurusan, aku saat itu rasanya sedang dibercandain oleh semesta. Membuatku tersimpul senyum,-senyum sendiri. kalau dilan dan raja ternyata sama sama pernah menjadi finalis mawapres universitas setahun lalu. Hanya dea dan andy yang tidak seinstansi dengan kami tapi itu tidak menjadi sekat-sekat yang begitu kongkrit buat kami, karena sejati kami bukanlah aku ataupun kamu tapi kita. Setanah air seibu pertiwi.
Suasana saat itu mulai dengan pembahasan yang serius, tapi tidak terlalu menegangkan buat kami dan tetap dalam keadaan santai menikmati alunan music yang diputar di warung kampoeng yang sedikit agak remix. Baru kali itu aku nongkrong di café yang diputar lagu bertema nasional, rayuan pulau kelapa, kolaborasi para penyanyi kondang tanah air. Membuat kami yang berkumpul saat itu ikutan membara ingin bersatu bersama kedamaian tanah air.
"masing-masing diantara kami menawarkan berbagai tempat yang terletak di desa- desa kota. ada banyak opsi diantara kami. Tapi kami berusaha mensortirnya terlebih dahulu karena kami tau ini project perdana kami. Menampung segala ide dan membahasnya satu persatu. Sebisa mungkin kami meredam ego kami masing-masing untuk tidak selalu ingin didengar tapi mendengarkan. Belajar untuk mendahulukan menghargai orang lain tanpa harus memaksa selalu ingin dihargai. Karena kami beroptimis kami akan melebar kami nantinya tidak hanya berdelapan tapi berdepalan puluh atau berdelapan ratus maka dari itu kami sebisa mungkin harus belajar sedini mungkin perihal itu.
            kami bersatu dari berbeda kota tapi dipertemukan dalam satu cita yaitu Indonesia. Dan kini kami memutuskan untuk memulai di salah satu kota dekat pelabuhan.
“kita tentuin dulu kapan waktu untuk kesana nya sahut vio,
Kami satu sama lain, saling memandang antusias menyebutkan satu persatu tawaran waktu. Sebelum menyepakati waktu keberangkatan kami untuk eksekusi tempat, raja mengeluarkan pendapatnya “ sebaiknya kita survei ke daerah itu dulu gimana? Kita gak bisa gerak tanpa data, aku ingin kita benar-benar hadir buat mereka bukan hanya sekedar datang lalu pergi tanpa memperhatikan mereka kedepannya.
Kami satu sama lain saling mengangguk menandakan kesetujuan atas pendapat raja
“ia jangan kayak tempat persinggahan datang lalu pergi, dikiranya hati awak halte apa hanya dijadiin tempat persinggahan celetuk keyra.
Kami serentak saling tertawa mendengar celetukannya keyra membuat suasana seketika cair kembali dari keseriusan yang dari tadi membentuk meja bundar kami.
“hush kok jadi baperan ra sahutku.
“gengs fokus-fokus dilan mulai membantu mengkondusifkan kami dimeja bundar café.
Okee siap komandan sahut kami serentak,  dan melanjutkan pembahasan.
Oke lanjut ketua sahutku yang tertuju pada raja dan dia senyum mengangguk mendengarnya
“okey lanjut ya semua”
“pertama kita harus surve ini tawaran waktunya kapan?
“Lusa aja gimana? Dea menanggapi.
Oke lanjut aja ketua sahut andi menanggapi waktu kita kondisional kan dulu kalau konsep kita sudah matang tegasnya.
“gak ada yang mau jadi notulen ini, biar pertemuan kita hari ini gak hanya cuap-cuap semata. Mata nya liar memandang keliling kami satu persatu, masih dengan style yang tetap cool dengan penuh kewibawannya itu berefek banget untuk kami dan jiwa kepemimpinannya itu yang seakan menghipnotis. kami untuk berfikir luas terhadap sesuatu. Gak sia-sia aku bantu Follow dia untuk mawapres universitas kemarin walaupunn terpilih dalam katagori favorite batinku.
“aku saja ketua sahut kawa sambil mengeluarkan buku dan penanya dan mencatat ulang apa yang dikatakan raja sebelumnya.
bersambung
2 notes · View notes
priangancom · 1 month
Text
Sejarah Konferensi Meja Bundar, Titik Balik Kedaulatan Indonesia
DEN HAAG | Priangan.com – Di tengah harapan dan perjuangan, Indonesia yang baru saja merasakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, terjebak dalam ketegangan dan konflik dengan Belanda. Setelah pendudukan Jepang berakhir, Belanda berusaha kembali mengambil alih kekuasaannya di Indonesia, menghadapi perlawanan sengit dari para pejuang kemerdekaan. Konflik bersenjata dan diplomasi yang rumit…
0 notes
edomedia · 2 months
Text
Bernhard Rondonuwu Jadi Narasumber Bicara Soal Cegah Korupsi oleh Kepala Daerah Hasil Pilkada
Jakarta, EDITOR.ID,- Penjabat (Pj) Bupati Maybrat, Dr. Bernhard E Rondonuwu, tampil sebagai narasumber dalam acara Round Table Discussion yang bertujuan mengantisipasi peningkatan tindak pidana korupsi oleh kepala daerah hasil Pilkada Serentak Tahun 2024. Acara ini diinisiasi oleh Deputi Bidang Pengkajian dan Penginderaan Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) RI. Diskusi meja bundar yang…
0 notes
lemonandomurice · 2 months
Text
—Reverse 1999 fanfiction; X x Vertin —Written in Bahasa Indonesia —There might be some lore inaccuracy —Reverse 1999 © Bluepoch. Fanfiksi ini ditulis hanya demi menambah asupan pribadi. Saya tidak mengambil keuntungan materiil apapun.
Mengamati berbagai tingkah laku Timekeeper St. Pavlov Foundation merupakan salah satu dari sekian banyaknya hobi yang ditekuni oleh X.
Bagi sosok ilmuwan muda itu, Vertin adalah sebuah variabel yang menarik. Variabel tak terduga yang menjadi sosok penyelamat Arcanist-Arcanist dari berbagai era. Variabel unik yang ia sebut sebagai anomali yang menyenangkan; sebuah anomali yang membuat hati kecilnya sedikit berdebar. Variabel itu penuh tekad dan determinasi yang jarang sekali ia temukan pada rekan-rekan seperjuangannya—yang membuat gadis itu semakin memesona.
X tidak dapat membaca gadis itu seperti buku terbuka—seperti yang dilakukannya kepada sebagian besar tes subjeknya yang benar-benar mudah ditebak. Semakin sulit dimengerti, semakin meningkat pula nilainya. Walau terkadang sosok Vertin yang tidak terbuka membuatnya cukup frustasi, X dapat merasakan kehangatan yang terpancar dari gestur gadis itu ketika ia tengah berbincang dengan teman-temannya (walau tak dapat dipungkiri pemuda itu sedikit cemburu dengan Sonetto yang mendapat afeksi penuh dari sang Timekeeper). Gadis cantik itu nyaris tak pernah tersenyum padanya, tetapi ada sesuatu yang magis ketika netra abu-kehijauan itu tak sengaja bersibobrok dengannya—tatapannya seolah menerawang diri X dan alam sekitarnya, juga seolah meyimpan luka batin yang sangat mendalam. Ada sesuatu yang memikat dari caranya berbicara; tutur katanya tegas dan terkesan jauh, namun begitu lembut disaat bersamaan.
Dengan ini, X menyimpulkan: ia sedang jatuh cinta.
Bagi X, cinta ibarat sebuah percikan adrenalin. Cinta adalah rasa penasaran yang begitu memucak dibarengi dengan degup jantung yang berpacu kencang. Cinta adalah rasa hangat dalam dada, yang diakibatkan ketika berbagai reaksi kimia berkumpul pada otak—ketika hormon oksitosin dan vasopresi bertemu membentuk senyawa dopamin. Apapun yang ia rasakan terhadap Vertin sungguh tidaklah logis dan terasa cukup asing, namun X sama sekali tidak keberatan.
“Selamat pagi, Timekeeper.”
X menghampiri Vertin yang tengah menyeruput secangkir teh hangat pada pagi hari. Gadis itu menerawang kejauhan—menatap dunia fabrikasi di balik kaca jendela rumah kecil dalam koper ajaib yang mampu menampung bermacam-macam manusia dan Arcanist, entah dari mana asal koper ajaib itu. X seringkali datang berkunjung di sela-sela waktu luangnya, mencari peluang kecil demi menghabiskan waktu diam-diam mengamati Timekeeper kesayangan mereka. Walau terkadang pemuda itu juga sempat menjahilinya pada kesempatan tertentu, Vertin masih keukeuh dengan ekspresi batunya.
“Selamat Pagi.”
Kini Vertin mengalihkan pandangan dari kaca jendela. Cangkir teh ia letakkan pada meja bundar mungil klasik Britania yang secara ajaib dapat diciptakan oleh koper misterius itu. Iris abu-kehijauan itu bertemu pandang dengan X yang kini tengah memasang sebuah senyum jahil. Sepertinya pemuda itu sedang merasa… gembira? Entahlah, Vertin tidak tahu; ia tidak begitu memahami emosi dan suasana hati para manusia dan Arcanist.
“Omong-omong, tadi malam aku bermimpi.”
“Bermimpi?”
“Hmm… Mau tahu?”
Vertin mengangguk kalem, “Boleh. Ada sesuatu yang menarik, ya? Kamu terlihat antusias.”
“Mendekatlah, aku akan memberitahumu.”
X memberi aba-aba agar gadis itu memajukan kepalanya. Ketika Vertin mendekatkan telinganya, X membisikkan beberapa baris kalimat. Heningnya dan sepinya ruang utama—37 dan lainnya masih tertidur nyenyak—pada koper ajaib Vertin menambah imersi pada kata-kata yang tengah disampaikan olehnya.
“...Jadi begitu. Bagaimana menurutmu, Timekeeper?”
Awalnya X kira gadis itu hanya akan memasang tampang datar dan membalas, “Oh, begitu.” seperti biasanya. Ia kira Vertin tak akan menganggap penting kata-kata yang baru saja ia sampaikan, berpikir bahwa X hanya sedang bermain-main dengannya demi memuaskan rasa jenuhnya. Ia juga tidak akan menyalahkan siapapun bila Vertin berpikir begitu—toh ia senang berbagi lelucon dengan Regulus dan Medicine Pocket, dan tak jarang pula ia besanda gurau dengan sang Timekeeper. Tetapi, kali ini Vertin tidak merespon sama sekali.
“Timekee—”
Dan ketika Vertin hanya terdiam dengan kedua pipi yang kini diwarnai oleh semburat kemerahan, dunia batin X serasa jungkir balik. Pemuda itu tak dapat menahan adrenalin yang saat ini memucak di dadanya. Senyuman lebar nan bebas yang sedari dulu ditahannya kini terpampang pada wajah tampannya. X terkekeh pelan—dan tersirat aksen jenaka pada tawanya. Rasanya dirinya tengah dipenuhi dengan peningkatan serotonin yang luar biasa.
“Fufufu. Kalau begitu, teruslah berdebar untukku, Timekeeper!”
(Minggu, 26 Mei 2024 - unedited)
1 note · View note
reniestory · 2 months
Text
Tumblr media
Minggu kemarin aku jalan-jalan ke Margocity Depok buat nyobain cemilan di event Dessert Festival yang ada di sana. Karena kita datang kepagian pas mal baru buka jadi banyak booth yang belum ready
Akhirnya kita jajan dulu di KKV, Miniso dan keliling mal sampai sekitaran jam makan siang dan kita mulai hunting makanan yang kita mau
Tempatnya ada di depan KKV dan tidak terlalu besar. Lalu tidak disediakan bangku juga jadi hanya meja bundar kecil yang tinggi sehingga kita bisa makan sambil berdiri
Karena bukan makan besar jadi menurutku tidak masalah sih dengan konsep seperti ini. Hanya saja agak tergangu dengan orang lalu-lalang yang terkadang terlalu mepet dengan meja kita
Menu-menunya beraneka ragam dari eskrim, odeng, gorengan, jus, kue sampai ke asinan juga ada. Jadi kalau pesan berbagai menu di sini ga perlu makan siang lagi ya hehe
youtube
Kita juga nyobain cukup banyak menu, Dessert Go, Odeng, Rujak Mangga Ketawa,Floating Orange dan Asinan Bang Asep
Untuk Desert Go isinya ada daging kelapa muda, rumput laut, popping boba, coco crunch, kacang merah dan aneka macam jelly kaya mangga cokelat, taro, starwberry serta leci. Terus di atasnya dikasih semacam es salju serut. Pilihannya ada vanilla, starwberry dan matcha, kita pilih yang matcha
Untuk rasanya enak banget, matchanya juga berasa dan manisnya pas ga berlebihan Yang penting esnya ga pelit sampai tinggi banget!
Lalu untuk menu odeng pilihannya juga bermacam-macam harga satuannya 15rban. Sayangnya pilihan kuahnya cuma satu aja, lebih seru di Lawson sih, tapi untuk isiannya rasanya enak. Kita pilih cheese dumpling, chicken dumpling dan crap meatballs itu enak semua
Yang sangat disayangkan cupnya terlalu kecil. Jadi kuahnya sedikit. Karena kita pesannya lumayan banyak jadinya agak ribet untuk makan diawal-awalnya
Kalau untuk asinan aku cuma beli yang kerupuknya aja dan ini enak banget, bumbu kacangnya kental ada kacang gorengnya buat dicemil. Aku pesan yang pedas dan itu mantab banget
Rasanya gurih manis pedasnya pas dan yang terpenting kerupuknya bisa dimakan semua ga ada yang keras
Lalu kalau Floating Orange, ini es jeruk peras ya. Rasanya oke sih, manis seger asli dari jeruknya
Yang terakhir rujak, satu box isi tiga macam ada jambu kristal, jambu air dan mangga. Bumbunya enak, pas banget manis dan pedasnya dan buahnya juga segar-segar
Sayangnya hari ini sudah terakhir jadi mungkin next time bisa jadi rekomendasi kalau kamu liat boothnya di event yang lain
0 notes
jaemirani · 4 months
Text
Tumblr media
Can this be called a new beginning?
Malang, sebanyak yang ia dengar, kota ini simpan banyak kenangan. Ia tak terlalu hiraukan, sama sekali tak ada yang buat ia mampu langkahkan kaki kemari selain alasan untuk melarikan diri dari kekangan sang Papa yang kadang kala buatnya ingin mati. Dari tiga tahun silam, ia rencanakan semua yang terjadi hingga hari ini.
Menetap di Malang, mencari banyak teman, nikmati hidup dengan tenang, lantas kemudian, ia akan beristirahat dalam damai. Semua itu rencana yang telah ia susun sedari awal dirinya injakan kaki di sini.
Namun, jauh di dalam sana, ia berharap, setidaknya, ada satu hal yang mampu buat ia bertahan. Ia berharap, setidaknya, ada satu nyawa yang mampu buat ia lupa akan semua lara yang timbul atas semua malapetaka di dalam hidupnya.
Hingga saat ini, ia sesali pilihan hidupnya untuk bangun tembok batasan tinggi-tinggi sedari ia dini. Seandainya kala itu, ia memilih tutup telinga dan berbaur dengan banyak nyawa, akankah hidupnya akan lebih berwarna? Seandainya kala itu, ia tak memilih tarik diri tiap kali seseorang berusaha mendekati, akankah dirinya tak haus akan pertemanan dan kasih sayang dari orang-orang? Seandainya kala itu, ia memilih untuk sedikit lebih sabar hadapi Papanya, akankah semua agenda bunuh diri ini tak akan pernah terealisasi?
Banyak andai yang berujung harap. Banyak tanya yang tak temui jawab.
Tapi setidaknya, kesibukannya akhir-akhir ini buat distraksi kepalanya dari pikiran-pikiran buruk untuk lukai diri sendiri. Setidaknya, tugas praktek dan proyek tahunan ini dapat menjadi alasan untuknya agar tetap berdiri tegak selayaknya manusia normalnya.
Umpatan yang ketiga hari ini ia layangkan kala tim proyeknya bawa empat cangkir kopi hangat untuk temani meeting mereka sore ini. Di dalam ruangan yang tak terlalu besar, tiga orang duduk lingkari meja bundar bersama tumpukan kertas design.
“Anjir, kenapa kopi lagi? Gue udah minum dua cangkir kopi hari ini,” keluhnya, kala Yeonjun, ketua tim mereka sodorkan satu cangkir kopi ke hadapannya.
“Biar gak ngantuk!” Tukasnya.
“Asam lambung gue kambuh lagi dah abis ini,”
“Ini kita cuma bertiga doang? Partner lu siapa, Woo?” Di sebelahnya, Chaeyoung timpali obrolan usai jejerkan majalah referensi mereka di atas meja.
Yang ditanya kedipkan mata berkali-kali, “gak tau, hehe. Yeonjun belum kirim namanya ke gue.”
“Udah gue kirim, ya, elu aja yang belum cek wa dari gue!”
“Eh, serius—”
Tok, tok, tok!
Ketukan tiga kali itu lantas buat tiga orang di dalam ruangan terdiam. Cukup lama saling tatap satu sama lain, hingga akhirnya Yeonjun beranjak menuju pintu.
Seorang pemuda tinggi dengan setelan kemeja biru masuk usai Yeonjun bukakan pintu. Senyumnya yang dilempar untuk sapa dua orang lainnya, berhasil buat Wooyoung beku seketika.
Kepalanya tiba-tiba putar kembali ingatan-ingatan tiga tahun silam, pun jantungnya kini berdetak tak nyaman selaras tubuhnya yang berubah dingin. Ia tak paham.
Kala pemuda itu masuk lalu daratkan diri di hadapannya, rasanya ia ingin menangis saat itu juga. Ia bagai temui satu nyawa yang hilang selama dua setengah tahun ini.
Kenapa mirip Choi San?
Adalah tanya pertama yang muncul kala ia pandangi presensi itu. Pahat wajahnya, proporsi tubuhnya, tatapannya, serta senyum tipis yang ia bubuhkan sebagai sapa, benar-benar berhasil buat otaknya sekejap lupa caranya bekerja.
Bangsat, dia bukan Choi San, kan?
“Salam kenal, semuanya.”
No, they are not that similar! Tapi suaranya mirip... Wait, no, no! Suara San gak gitu, beda, beda. Tapi mukanya mirip, matanya juga. Atau mata gue yang salah, ya?
“Wooyoung!”
Namanya yang diserukan dengan kencang oleh Yeonjun, lantas buat ia terperanjat. Ia lupakan sejenak pikirannya yang mulai bercabang, lantas dibalasnya uluran tangan pemuda di hadapannya.
“Salam kenal juga. What can I call you?”
“Hyunwoo. My friends call me Yonu, though. Tapi, panggil senyaman kamu aja, ya,” sekali lagi, senyum itu ia bubuhkan. Sedikit lebih lebar kali ini.
Shit, shit, shit, don't kamu me! Makin keinget Choi San, akh!
“Tolong kerja samanya sampai selesainya project ini, ya, Yonu— Oh, right, gue Wooyoung.”
Dan mungkin, ini awal dari semua memori yang telah ia tenggelamkan mengapung kembali. Dua setengah tahun yang ia paksakan untuk tidak mengenang kembali sosok pemuda yang pernah tinggal satu atap bersamanya, sekarang harus kembali invasi isi kepalanya yang mudah sekali untuk didistraksi.
Ah, kiranya, perasaan di masa lalu itu sudah lenyap bersama kepingan memori yang sudah hampir melebur bersama embun. Tetapi nyatanya, perasaan ini masih ia simpan rapi di dalam sana. Seolah dijaga, tak ingin rasa itu musnah begitu saja.
0 notes
dayangastutismile · 4 months
Text
Tumblr media
Cerita akan menjadi indah kalo aku, kamu menjadi kita dan anak anak.
Kelak saat kita tua, begitu banyak cerita tentang perjalanan, pencapaian, perjuangan, jatuh bangun, tak jarang air mata juga turut menemani langkah kita.
Cerita yang indah untuk kita ulang sambil tertawa bahagia, sembari memandang rintik sendu saat sore menjelang.
Bayangan di kepalaku tentang hari itu adalah
Kamu dan aku duduk bersama di samping rumah kita di sebuah desa atau hanya sebuah tempat di pinggiran kota, saling berhadapan di depan meja bundar yang tak begitu besar, di atas meja itu mengepul ubi cilembu bakar yang sederhana, dan kuharap kita masih menghirup kopi bersama.
#rumahtanggakita
#impian
#rumahimpian
#cintakusederhana
#catatanumiabid
0 notes
greatshifting · 4 months
Text
Tumblr media
Perpustakaan.
Hai, aku sedang di perpus saat ini. Tempat yang karena mengenalmu aku jadi pernah datang ke sini. Saat itu aku datang bersamamu. Yang perlu mengerjakan sesuatu hanya aku tapi kamu tetap ingin ikut, katamu biar bisa bersamaku pun kamu sedang tidak ada pekerjaan mendesak. Kamu dekat dengan penjaga perpus sebab kalian ada direktorat yang sama, Bang Hasib namanya. Saat itu aku menghabiskan banyak tissue di meja Bang Hasib karena air dari es kopi yang baru kubeli menetes banyak sekali. Kita duduk bersama di meja bundar, aku sibuk dengan laptopku namun sesekali aku berpaling untuk melihatmu yang sedang tertawa saat scrolling IG dan tiktok. Katamu aku adalah POV favoritmu, kamu pun adalah POV favoritku. Aku senang hanya dengan duduk dan mendengarkan atau melihatmu. Saat sedang duduk dan mengerjakan sesuatu, kamu sering mengingatkanku kalau dudukku bungkuk, katamu nanti punggungku sakit, terima kasih ya sudah sering diingatkan. Beberapa saat kemudian kamu pamit untuk pergi duluan sebab ada hal yang harus segera kamu kerjakan, tapi kita berjanji akan makan siang dan pulang bersama. Perpisahan dalam konteks yang seperti itu menyenangkan, sebab hanya sebentar lalu kita akan berada di samping satu sama lain lagi.
Tidak seperti perpisahan yang sekarang.
Hard time, 17 Mei 2024
0 notes
Text
WA 0812-2560-2535, Jual Meja Makan di Jogja, Jual Meja Makan di Solo, Jual Meja Makan di Semarang, Pengrajin Meja Makan Kayu Jati, Produsen Meja Makan Minimalis, Pabrik Meja Makan Kayu Jati, Rekomendasi Meja Makan Minimalis, Set Meja Makan Minimalis
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
SET MEJA MAKAN KAYU JATI MINIMALIS BEST SELLER #mejamakankarunia
Material : Kayu Jati
PRODUSEN MEJA MAKAN KAYU JATI MINIMALIS AMANAH, TERPERCAYA, TERMURAH . Produsen Mebel Furniture Sejak 1995 . KARUNIA PRODUSEN MEBEL Kemiri RT.016/RW.008, Kel. Kradenan, Kec. Trucuk, Klaten, Jawa Tengah
(Kiat Motor Trucuk ke Utara 750 M) . WA : 0812-2560-2535 . IG : @karunia.produsenmebel @karunia.produsenfurniture . FB : Karunia Produsen MebelKlaten . Toko Furniture Klaten .
#KaruniaProdusenMebel, #mejamakan, #mejamakanminimali, #mejamakanmurah, #mejamakancustom, #rumahminimalis, #mejamakanjati, #furniturejakarta, #setmejamakan, #mebeljakarta, #mejamakanjakarta, #mejakursimakanmurah, #furniturejogja, #furniturejepara, #furniturecustom, #mejamakanwonogiri, #mejamakan4kursi, #mejamakan6kursi, #mejamakanwonogiri, #mejamakanklaten, #mejamakanjogja, #mejamakansemarang, #mejamakansolo, #mejamakanboyolali, #mejamakansalatiga, #mejamakanmagelang, #mejamakan8kursi, #inspirasidapur, #inspirasirumah,
Meja Makan, Meja Makan Minimalis, Meja Makan Kayu, Meja Makan Kayu Jati, Meja Makan Minimalis Modern 4 Kursi, Meja Makan Minimalis Modern 6 Kursi, Meja Makan Ala Jepang, Meja Makan Ala Cafe, Meja Makan Bundar, Meja Makan Besi, Meja Makan Bulat Minimalis, Meja Makan Bundar 6 Kursi, Meja Makan Cantik, Meja Makan Cafe Minimalis, Meja Makan Dari Kayu, Meja Makan Dari Besi, Meja Makan Dapur Minimalis, Meja Makan Dari Kayu Jati, Desain Meja Makan, Meja Makan Elegan Minimalis, Meja Makan Full Kayu, Harga Meja Makan Minimalis 4 Kursi, Harga Meja Makan Kayu Jati Kursi 6, Harga Meja Makan 6 Kursi, Inspirasi Meja Makan Minimalis, Meja Makan Jati Minimalis, Custom Meja Makan Kayu Jati, Meja Makan Minimalis Custom.
0 notes
nogomeizt · 5 months
Text
Tumblr media
"Tentang wanita dan per[t]empu[r]an-per[t]empu[r]an yang ada dalam pikirannya"
😊 Manis memang, berani juga brutal.
,,, yang penuh sesak itu rindu, maka benar bahwa ada pepatah yang bilang, "seperti dendam rindu harus dibayar tuntas". Om Eka Kurniawan mengaabadikan dengan garang kalimat paling candu ini dihalaman judul buku terbaiknya.
Pertemuan yang paling menarik antara pria dan wanita, sebagai pasangan yang saling mencintai (pikir mereka) adalah saat rindu penuh sesak. Tentu pertemuan ini harus dirayakan, dan benar bahwa, Hari Raya Rindu patut dirayakan dengan cara yang paling istimewa, untuk kesan yang mendalam dan kuat, terus melekat sebagai tameng sejati usai dirayakan.
Pria dan wanita dewasa yang sedang dalam fase romantika, lalu dengan cara termanisnya merajut temu dalam romantisme yang meneduhkan, tak masalah jika sesekali perlu berani juga brutal. Kisah temu ini memang harus membekas (lagi-lagi pikir mereka).
Pertanyaan-pertanyaan tak diam, bergerak dalam pikiran lalu sebuah sikap bijak harus diambil. Latar belakang adat dan budaya menjadi dasar kokoh. Bagaimana wanita, dipandang atas tindakannya, dan bagaimana pria dipandang untuk pertanggungjawaban. Baik wanita maupun pria yang cerdas tentu tahu bagaimana bersikap.
Sedih rasanya membaca begitu banyak berita percerain, pembunuhan suami atau istri, kasus aborsi, dikucilkan karena hamil diluar nikah, dan banyak remaja atau dewasa yang memilih mengakhiri hidup, korban cinta yang pupus.
Kalau bukan nilai dan norma yang mampu menolong pola pikir kita, kalau bukan adat istiadat dan budaya yang menjernihkan pikiran kita, maka tentu saja kabar buruk yang menyedihkan ini akan terus merajalela.
Adat istiadat, budaya atau tradisi, hal-hal mumpuni yang diyakini mampu menolong moral dan etika manusia. Terbukti baik adanya, dan hingga saat ini tradisi itu hidup turun temurun.
Sebagai wanita, saya pun mengakui betapa tradisi dari tempat saya lahir dan hidup mengajarkan saya bahwa betapa wanita dimuliakan. Tidak sedikit yang memegang teguh prinsip kebudayaan untuk menjadi tonggak bagaimana bersikap sebagai manusia yang bermartabat luhur.
Dalam adat istiadat dan budaya yang saya yakini terutama penghormatan atau penghargaan dari dan untuk pihak tértentu adalah hal krusial yang dijunjung tinggi. Kita memang tidak seharusnya memandang sebagai ajang untuk beradu gengsi, selama itu tidak saling merugikan dan putusan-putusan dari adat istiadat adalah hasil dari pemikiran-pemikiran yang bijak, bukan saling menginjak apa lagi terkesan memeras secara paksa.
Pria dan wanita selalu dipadu padankan terkait kesetaraan gender yang hingga saat ini masih menjadi topik hangat. Tidak hanya tentang jabatan sosial, adat istiadatpun seolah membungkam opini-opini wanita. Lalu bermunculan pemikiran-pemikiran feminisme tanda serangan balik dari pertahanan emansipasi wanita.
Ibarat wanita tidak diikutsertakan di meja bundar, tapi ada kesempatan untuk bisa berdiskusi sebelum ke meja bundar. Saya kira wanita hanya perlu memanfaatkan kesempatan ini.
Pernyataan-pernyataan lain terkait wanita diingatkan untuk tidak berkeluyuran hingga larut malam, pergaulan bebas yang dibatasi, lalu sebagai wanita merasa dikekang haknya dalam kebebasan. Saya hanya ingin mengatakan bahwa, "hai kaum hawa, sel sperma bisa tidak "bernama" juga juga tidak "bertanda", sedangkan sel telur adalah hal sebaliknya". Kodrat wanita mengandung, melahirkan dan menyusui, tanda paling nyata dan alasan paling masuk akal untuk wanita dijaga dan dihormati harkat dan martabatnya. Jadi jangan sampai sikap emansipasi kita sebagai wanita salah kaprah. Saya tentu akan mengajakmu untuk bersuaralah lebih lantang dan tamparlah dengan keras jika ada yang melarangmu bersekolah setinggi-tingginya, atau menyuruhmu menjadi karyawan tetap di dapur rumahmu atau dapur tetangga.
Patriarki adalah kuno dan bukan hanya wanita yang bertanggung jawab atas domestik dan reproduksi.
Konsep emansipasi wanita tidak sesempit pada kesetaraan gender tapi bagaimana pola pikir wanita berkembang maju tanpa kehilangan jati diri. Jadi mahkotailah diri dan jangan sampai tangan-tangan tidak bertanggung jawab merampas mahkotamu secara tidak hormat.
Memang salah jika nilai seorang wanita diukur dari keperawanan, tapi tidak ada salahnya jika dijaga, bukan soal siapa yang suci atau tidak lagi suci, paling tidak trauma emosional sebagai wanita bisa dicegah, dan berita-berita menyedihkan tidak lagi terdengar.
Penghormatan setinggi-tingginya untuk kaum wanita diluar sana yang mungkin adalah bagian dari berita-berita menyedihkan itu, namun tetap tangguh menunjukan taring dan berjuang untuk tidak kehilangan jati diri, salut untukmu.
,,,,dalam perjalanan ke Lewoleba, dr kota Reinha Larantuka
April 2024
1 note · View note
imbarpencilvania · 5 months
Text
Merk Pensil Kayu Custom PENCILVANIA MENARIK,
Harga Grosir Pensil Kayu Custom KLIK https://wa.me/6281322700999, Toko Atk Murah, Smart Pencil, Pensil Mekanik Promosi, Dimana Jual Pensil Warna Murah, Foto Pensil Polos Murah
Tumblr media
Kembangkan inspirasi Anda dengan Pensil Kayu Custom kami - Alat tulis klasik yang menghadirkan sentuhan alam ke setiap goresan. Dibuat dengan kayu berkualitas tinggi, pensil ini tidak hanya memberikan kenyamanan saat menulis, tetapi juga menambahkan nuansa alami yang hangat ke meja kerja Anda. Cocok untuk segala usia dan kebutuhan, pensil ini menjadi teman setia dalam setiap petualangan kreatif Anda. Sederhana, elegan, dan andal, Pensil Kayu kami adalah pilihan yang sempurna untuk menemani setiap perjalanan tulisan Anda. Pesan sekarang dan biarkan Pensil Kayu kami menjadi bagian dari cerita Anda! 😉
Kamu butuh pensil kayu grosir dengan harga terjangkau, banyak pilihan yang tersedia, dan kualitas yang terjamin?? Hubungi kami sekarang melalui nomor dibawah ini 👇
Pencilvania, Pencil Factory Supplier & Partners Indonesia ☎️ 0895-8074-45169 0895-8074-45168 0898-0988-808 0813-2270-0999
📌 Jalan Ceuri 51 Sindang Asih - Gedung PVA, Katapang, Pamentasan, Bandung
https://linktr.ee/pencilvaniahttps://www.pencilvaniafactorysupplier.com/
Harga Pensil Warna, Grosir Pensil Murah di Sleman, Barang Keperluan Hotel, Pensil Yg Bagus Buat Ujian, Merk Pensil Warna, Pensil Yang Bagus Untuk Komputer, Alat Tulis Anak, Pensil Bundar
0 notes