#Majelis RasuluLlah
Explore tagged Tumblr posts
kbanews · 1 year ago
Text
Doa Habib Nabiel: Semoga Anies-Muhaimin Dipersatukan untuk Memimpin Indonesia
JAKARTA | KBA – Ucapan adalah doa. Peribahasa tersebut sering diungkapkan di ruang publik. Ajaibnya, ucapan dari sesepuh Majelis Rasulullah, Habib Ir. Nabiel Al-Musawa, M.Si. lebih dari enam bulan lalu menjadi kenyataan hari ini ketika mendoakan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar dipersatukan untuk Indonesia. “Yang terhormat Pak Jusuf Kalla. Mudah-mudahan Allah panjangkan usia beliau dalam taat…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
customjakett · 9 months ago
Text
Produsen, 0818-0958-4233 Custom Jaket Majelis Rasulullah
Tumblr media
Produsen, 0818-0958-4233 Custom Jaket Majelis Rasulullah
Custom Jaket : varsity,parasut,baseball,uniqlo,kulit,anti air,almamater,anak perempuan,anak laki,bomber pria,bulu,cowok,couple
PT. ARKANA PUTRA BAROKAH
Kami Melayani Order Delivery, Juragan Cukup Telpon/WA 0818-0958-4233
Kami Akan Datang Ketempat Juragan Membawakan Beberapa Contoh Sampel Produksi Kami. Terimakasih
Custom Jaket Majelis Rasulullah
#CustomJaketMajelisRasulullah
0 notes
gizantara · 4 months ago
Text
Dakwah di Parlemen Publik
Dalam buku Urgensi Harakah Islamiyah karangan Dr. Yusuf Qardhawi diceritakan, salah seorang dai pernah ditanya,
"Bagaimana caranya pemerintahan Islam terbentuk?"
Sang dai menjawab: "Ini dapat terjadi melalui salah satu dari dua cara : Apakah iman berpindah ke dalam hati orang-orang yang memerintah atau pemerintahan beralih ka tangan orang yang beriman.
Sekiranya iman mudah berpindah ke dalam hati orang-orang yang memerintah atau mereka yang ada di parlemen, niscaya jalan ke arah menegakkan pemerintahan Islam terjadi pendek dan dekat. Ketika itu tidak perlu lagi perjuangan. Tetapi ternyata harapan dan cita-cita itu tidak lebih dari suatu mimpi yang indah belaka, yang tidak berjejak di bumi nyata."
Kenyataan membuktikan, niat awal partai-partai Islam untuk berdakwah di parlemen, untuk membentuk masyarakat madani melalui parlemen kini melenceng 180 derajat. Nama baik dari partai-partai islam menjadi cemar, menyelewengkan amanat umat.
Kalau kita berkaca pada sejarah, Rasulullah tidak pernah lagi aktif dalam parlemen Darun Nadwah sesudah kenabiannya. Beliau memilih mendirikan "parlemen Islam sendiri" meskipun dalam scoup kecil, yaitu Darul Arqam. Di majelis itulah pengejawantahan ajaran Islam dapat dilakukan secara independen dan mandiri, terbebas dari intervensi kaum Islamphobi atau kuffar. Parlemen diibaratkan suatu gelas yang menampung macam-macam: susu, kopi dll.
Kalau umat Islam ingin mengisi gelas itu dengan susu murni, maka jalannya adalah hanya dengan cara membersihkan isi gelas tersebut baru diisi susu, atau mengisi susu murni tersebut ke gelas lain meskipun gelasnya mungkin masih kecil-kecilan.
Rasulullah juga tidak menunggu Islam menjadi mayoritas untuk membentuk daulah Islam, karena memang golongan yang konsis bukanlah golongan yang mayoritas, mereka adalah golongan minoritas.
Al Qur'an menyatakan "Berapa banyak golongan minoritas mengalahkan golongan mayoritas dengan izin Allah."
Wacana dari Al Qur'an tersebut tentunya bukanlah wacana dalam kerangka demokrasi semajlis dengan nonmuslim di bawah ideologi sekuler/kafir, namun merupakan wacana furqan dan hijrah. Harus ada bara'ah antara kaum muslimin dan musyrikin (QS:9/1). Jadi ada titik kulminasi dari realisasi metode pentahapan dakwah di mana umat Islam harus menetapkan garis (furqon), bara'ah dengan non Islam sesudah dakwah damai mengalami benturan.
"Iman berpindah ke hati orang-orang yang memerintah," terdengar mudah. Tapi terlalu utopis dan sejarah tidak menghendaki demikian. "Pemerintahan beralih ke tangan orang-orang beriman," terdengar seperti visi yang mustahil. Namun hanya orang-orang yang diberi cahaya yang dapat melihat visi itu.
"Insyaallah, masa depan yang gemilang itu, kejayaan yang pernah hilang di tangan kita, akan dapat kita kembalikan lagi. Dan saya berharap Indonesia akan menjadi pemimpin kebangkitan ini."
— Dr. Yusuf Qardhawi
11 notes · View notes
laoderrs · 1 year ago
Text
Kebaikan-kebaikan yang biasa kita kerjakan sebisa mungkin jangan sampai ditinggalkan. 
Sebagaimana hadits;
Dari Abdullah bin Amru bin Ash, beliau berkata,
"Rasulullah bersabda kepadaku,
'Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti fulan, dulu dia punya kebiasaan qiyamul lail, namun sekarang dia meninggalkannya'."
(HR. Muttafaq 'alaih)
Seperti halnya menghadiri majelis ilmu, harus kita rutinkan, jangan sampai karena kesibukkan kita dengan dunia menjadikan kita meninggalkan majelis ilmu.
Karena dengan majelis ilmu kita akan mengetahui yang mana point-point larangan dan yang mana point-point perintah, jadi ketika kita telah mengetahui dan ilmui maka bisa kita eksekusi dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan.
Ketika jauh dari majelis ilmu, maka di saat menghadapi masalah dunia, menjadikan kita tidak akan mencari solusi yang syar'i karena tidak mengetahui ilmunya, malah bisa terjerumus ke dalam solusi yang justru jauh dari syar'i.
Semoga Allah Ta'ala mudahkan kita untuk senantiasa menghadiri majelis ilmu...
(Faidah Kajian Ustadz Abu Muhammadain Mulyadi hafizhahullahu ta'ala | Pembahasan Kitab Riyadhus Shalihin)
20 notes · View notes
musafirhayat · 7 months ago
Text
Pelita hati
Tumblr media
Hari ini penduduk bumi bersedih sebab telah pergi sang pelita hati, namun lain halnya dengan penduduk langit yang sedang berbahagia menyambut kedatangannya. Telah pergi salah satu pelita hati kami, penyejuk hati kala gundah dan gulana yang diakibatkan perkara dunia.
Beliau salah satu ulama kibar muhaddits yang terkenal kewalia-an nya, sejak kecil sudah menghafal shohih bukhari muslim matan berserta sanadnya yarabb, bahkan dapat khobar dari ahbab beliau bahwa rasulullah yang mendidik beliau dari kecil yarabbana.
Terlihat mustahil bagi kita yang memiliki keterbatasan akal tapi ya memang seperti itu kenyataannya, Allah memilih diantara hamba-hambanNya yang memang pantas untuk mendapat karunia tersebut.
Alhamdulillah maha baik Allah memperkenankan diri ini untuk bisa bersuhbah dengan beliau meskipun sangat amat singkat. Kami yang hanya sebentar saja begitu terasa nikmat nya bertemu dengan beliau apalagi orang-orang yang lebih dahulu.
Pernah suatu hari kami berkunjung ke majelis beliau, karna waktu hampir larut malam namun majelis beliau belum usai. Pengurus dauroh sudah menghimbau untuk segera bergegas menuju kendaraan, karna keinginan kami untuk tetap berdiam diri sampai majelis selesai akhirnya kami bandel sedikit. Tidak ikut serta pulang bareng rombongan ahbab dan niatnya kami mau pulang bersama ahbab malaysia. ala ni'matillah kami bisa hadir sampai selesai dan bersalaman dengan beliau.
Disepanjang perjalanan pulang ada salah satu ustad yang bercerita tentang karamah dan agungnya maulana syekh muhammad, dari malam yang syahdu itu mahabbah kami bertambah kuat hingga rasanya tidak mau dauroh ramadhan ini segera usai. Namun apalah daya hakikatnya dunia memang dirancang untuk sementara dan Allah rancangkan kehidupan akhirat yang kekal sebagai hadiah untuk hamba-hambanNya kelak.
فَرِحِينَ بِمَآ ءَاتَىهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِٱلَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا۟ بِهِم مِّنْ ��َلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
ya maulana semoga Allah dan engkau meridhoi suhbah di dunia yang singkat ini, dan semoga suhbah ini berlanjut kelak di akhirat nanti bersama juga dengan rasulullah aaamiin allahumma aamiin :"""""
الفاتحة إلى مربي روحي مولانا الشيخ محمد إبراهيم عبد الباعث 🌹
9 notes · View notes
aliviazahra · 2 months ago
Text
Seperti Makkah dan Madinah
Mungkin kita sudah familiar dengan sirah Nabi Muhammad SAW. Dari zaman Rasulullah hingga saat ini Makkah tetap menjadi sebuah kota metropolitan, penuh pendatang, riuh ramai, kotanya para pedagang. Tempat Allah SWT menempa hamba yang paling mulia. Perjuangan melawan kebathilan dimulai dari sini. Keringat, darah, air mata Rasulullah dan sahabat di awal kenabiannya rasanya sudah cukup menggambarkan betapa kerasnya kota ini.
13 tahun kemudian, Allah memperjalankan Rasulullah bersama Abu Bakar ke Madinah al-munawarah artinya kota yang terang benderang, kota harapan, kota yang menjadi titik terang dakwah. Jika di Makkah ayat-ayat yang banyak turun tentang aqidah, di Madinah banyak tentang kehidupan sosial dan masyarakat. Bahkan hingga hari ini, jika kita umroh pasti merasakan kedamaian dan ketentraman kota ini, sehingga sangat cocok untuk mulai menyusun strategi-strategi dakwah. Di Madinah lah kita bisa melihat sisa-sisa peradaban terbaik itu, dari level rumah tangga hingga level negara. Bahkan hingga peristiwa fathul Makkah, walau Makkah kembali di tangan ummat Islam, Rasulullah masih tinggal di Madinah hingga sisa hidupnya. Di madinahlah tempat peristirahatan terakhir manusia paling agung Nabi Muhammad SAW beserta istri dan sahabat-sahabatnya.
Jika kita refleksikan di kondisi sekarang, tinggal di Makkah ibarat tinggal di Jakarta, Surabaya atau kota-kota lainnya. Kota metropolitan, tempat orang mengadu nasib, ramai. Kondisi sosial masyarakat kota besar lebih beragam. Permasalahan dan pemikiran serasa penuh, mau apa aja ada. Sebuah kota perjuangan dan simbol ketangguhan. Meski sangat tidak setara membandingkan Makkah dan Jakarta setidaknya itulah yang kulalui sekarang, mental besi harus dibutuhkan untuk melewati hari-hari di Jakarta. Mungkin itu sebabnya juga, kajian-kajian aqidah ramai terlebih saat ini pemikiran aneh-aneh mudah sekali masuk di kota-kota besar. Feminisme, LGBT, sekuler, liberal, materialisme, kapitalisme dll, memang jd target untuk dakwah di kota besar. Selain hal-hal buruk layaknya Makkah sebelum Islam datang, hal baik tentu mudah berkembang pesat di kota besar (yaa sekarang kan udah ada islam yaa jd gak se jahiliyyah itu juga). Kajian-kajian islam sangat cepat berkembang, kalau kata seseorang udah kayak prasmanan aja tinggal milih, mau ustadz yang mana, mau bahasan apa tiap hari ada. Komunitas muda-mudi juga berkembang cepat dan rasanya ga banyak kendala yang dihadapi, mau bentuk kayak gimana, mau dibuat seperti apa kegiatan selalu ada.
Lain halnya dengan kota-kota kecil lainnya di Indonesia. Kita pilih satu, Probolinggo contohnya (karena bingung kasih contoh apa) meskipun tak bisa di bandingkan dengan Madinah, perlu diakui kota-kota kecil sangat nyaman dan tenang. Kalau orang jawa bilang ayem. Kondusif untuk membentuk dakwah-dakwah peradaban, lintas generasi, kokoh, dan tak lekang oleh waktu. Walau tantangan ummat lebih beragam di kota besar, kota-kota kecil pun juga punya tantangannya sendiri. Pola pikir masyarakat tentang pendidikan yang perlu di tingkatkan, kesejahteraan masyarakat, serta akses terhadap ilmu agama yang belum se masif di kota-kota besar juga jadi tantangan tersendiri.
Mudahnya akses 'ngaji' dan bertemu orang-orang inspiratif dengan pemikiran luar biasa di Jakarta ini selalu membuatku teringat akan Probolinggo atau Jawa Timur lah yang lebih luas. Tiap datang ke majelis ilmu, komunitas hijrah anak muda, komunitas sosial, klub buku, kelas intensif islam dll di pikiranku 'bisa ga ya diterapin di rumah yang kaya gini' sampai tak jarang ku kejar-kejar panitia/pengurusnya buat nanyain hal-hal yang membuatku penasaran, gimana pendanaannya, siapa ustadznya, gimana mekanismenya, gimana metodenya dll.
Dari awal aku sadar, kontrak janji tinggal di kota ini dengan orangtua hanya sementara bukan untuk selamanya. Pun bekerja, banyak ilmu baik, buruk yang bisa dijadikan pelajaran berharga. Menjadi anak rantau membuatku belajar memahami banyak hal. Berpacu dengan waktu rasanya, saat berat dan kasur memanggil-manggil untuk rebahan saja di akhir pekan, kupaksakan langkahku untuk terus bergerak untuk hal-hal baik yang mungkin bisa menjadi ilmu di masa depan.
Allah SWT memang paling memahami hambanya. Allah SWT kasih teman-teman seperjuangan yang luar biasa, Nanda orang ter paham aku dari jaman kuliah sampai kerja di hal-hal yang tak jauh beda. Anggit yang semangat belajarnya tinggi selalu aja ada yang di share. Dan Naqila, orang yang aku gak nyangka bisa kenal di kantor dengan isi pikiran yg hampir sama dan keluarganya yang luar biasa. Sayang kalian karena Allah.
Obrolan-obrolan dengan Anggit yang cukup idealis, pengen bikin ini itu, dari pengen jadi ibu yang baik, pengen punya anak hafizh, pengen punya anak pembebas Al Aqsha, pengen bikin usaha, pengen punya rumah dakwah, pengen bikin perpustakaan, pengen bikin klub buku dll. Cerita BPU nya Anggit, cerita orang tua kita di masa pensiun tetap di jalan kebaikan cukup meningkatkan semangat itu. Kalau dipikir-pikir kita cukup pemimpi yaa. Tapi gak apa-apa, gusti Allah mboten sare, Allah tahu dan menghargaimu walau progresmu cuma 0,000001 persen di hari ini untuk menjemput mimpimu Allah tetap catat kebaikan itu. Mungkin saat ini Allah lagi persiapkan ilmunya, bukankah ilmu sebelum amal? maka berlelah-lelahlah dengan ilmu sebelum mewujudkan amal itu.
Dinding-dinding asrama mutiara yang penuh dengan mimpi itu semoga terealisasi satu per satu (walau entah kertasnya udah hilang). Semoga keinginan membuat peradaban Islam di daerah sendiri layaknya Rasulullah membentuk peradaban di Madinah itu tak lekang oleh waktu. Semoga tulisan ini, menjadi pengingat untukku untuk selalu semangat bahwa ada segudang kebaikan-kebaikan untuk meraih Ridho-Nya dalam setiap nafas hidup ini. Terlepas, seberat apa rintangan nanti, dengan siapa menjalani ini, dengan atau tanpa sarana yang ada saat ini mimpi itu akan terus ada dan terealisasi... Yakin Allah SWT membersamai. Bersabarlah ditempa di kota ini, layaknya Nabi Muhammad ditempa di Makkah sebelum hijrah ke Madinah.
Di tulis di hari pahlawan, semoga semangatnya terus berkobar seperti para Pahlawan kemerdekaan.
10.11.2024 00.15 WIB
4 notes · View notes
aydhana · 2 years ago
Text
Masih Tentang Wanita
Tidaklah ketika seorang wanita hadir dengan keshalihannya kecuali keberuntungan besar akan meliputi siapapun disekitarnya. Allah menyerupakan wanita dengan tanah, karena pada tanah semua kehidupan akan dimulai.
“dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya yang tumbuh merana. Demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (Q.S. Al-Araf : 58)
Orang tua akan beruntung, ketika seorang wanita sholihah atau anak perempuannya yang dijaminkan akan menjadi tabir baginya dari panasnya api neraka, “Barangsiapa yang menanggung nafkah dua anak perempuan sampai baligh, maka pada hari kiamat antara saya dan dia seperti ini, (beliau menggabungkan jari-jarinya)” (HR. Muslim)
Seorang suami pun akan beruntung karena memiliki partner terbaik menuju akhirat dan anaknya mendapatkan madrasah terbaik untuk mereka sebagaimana Rasulullah Saw. berkata kepada Umar, “sebaik-baik simpanan yang dimiliki olehmu wahai umar, sungguh simpanan terbaik ialah seorang wanita sholihah yang membantumu dalam urusan akhirat.”
Dari sini kita menyadari, bahwa beratnya langkah dakwah nabi Nuh. Putra nabi Nuh tidak mau taat, padahal beliau hidup bersama anaknya terus menerus. Sementara disisi lain ada nabi Ibrahim, beliau bertemu dengan nabi ismail hanya 4 kali saja, namun putra nabi Ibrahim memiliki ketaatan yang luar biasa sementara putra nabi Nuh tidak mau taat.
Para ulama lantas menjelaskan bahwa perbedaan diantara keduanya hanya ada 1. Yaitu nabi Nuh tidak memiliki support system yang baik sebagaimana nabi Ibrahim. Nabi Nuh memiliki istri yang membangkang dan tidak mau taat kepada Allah. Sementara istri nabi Ibrahim memiliki ketaatan yang luar biasa kepada Allah.
Menyelesaikan urusan dalam diri
Tentunya setiap wanita selazimnya menyelesaikan pekerjaan besar dirinya karena sejatinya tidak akan beres amanah apapun hingga terselesaikan masalah yang ada dalam dirinya sendiri. Jangan bicara mengenai kejayaan islam sebelum terselesaikannya keimanan pada wanita.
Karena sebelum Allah mengamanahkan nabi Isa, maka Allah menyeleksinya dengan ibadah internal yang panjang hingga siap membawa amanah kandungan Nabi Isa dalam dirinya.
Seorang wanita harus selesai terlebih dahulu dengan dirinya, karena jika ia menyelesaikan semua urusannya, maka semua amanah yang akan jatuh kepadanya akan lebih mudah untuk dijalankan.
Maka ada pekerjaan besar wanita untuk melejitkan potensinya, yang terbagi menjadi 2 pilar :
1.      Komitmen hatinya untuk senantiasa terjaga menghambakan diri kepada Allah
2.      Mengasah karakter pribadinya.
Hati akan mempengaruhi bagaimana kita menjalani kehidupan. Harus senantiasa memiliki harapan bahwa apapun yang kita lakukan dan apapun yang kita perbuat hanya untuk Allah semata. Hati perempuan juga akan mempengaruhi terhadap kualitas kehidupan dalam rumah tangga. Kualitas hati seorang istri, akan mempengaruhi kualitas respon yang akan diberikan suami, begitupula dengan kualitas hati seorang ibu, akan mempengaruhi kualitas respon dari bayi yang sedang dikandungnya atau sedang diasuhnya (secara tidak langsung).
Untuk melejitkan potensi wanita, ada beberapa perkara yang harus selalu diamalkan, diantaranya ialah :
·        Harus senantiasa menenangkan hati
·        Mendatangi majelis-majelis ilmu
·        Selalu mengingat balasan Allah di akhirat
·        Berkumpul dengan orang sholih
Seorang wanita pula harus senantiasa mengasah karakter dan potensi yang dimiliki. Jika dia sudah selesai dengan suatu perkara maka hendaknya ia berpindah kepada perkara yang lain agar lebih bermanfaat dan bisa mengasah potensi yang ada dalam dirinya.
Allah membagikan amal, sebagaimana Allah membagi rezeki. Sebagaimana itupula peran setiap wanita bisa bermanfaat untuk banyak orang.
65 notes · View notes
mirmirmia · 3 months ago
Text
Menjadi Guru, Berarti Belajar
Sebagai seorang pembelajar kehidupan, pula berproses sebagai seorang pendidik di SDIH Luqman Al Hakim, banyak hikmah yang saya dapati dalam menjalani amanah menjadi seorang guru—agar kita tidak berhenti, untuk belajar mengenai banyak hal.
Sejenak teringat dengan kisah para sahabat dengan ta’dzim nya, mengejar ilmu dan nasihat kepada baginda Rasulullah SAW di rumah Arqam bin Arqam dalam suatu halaqoh majelis ilmu. Hadirnya seseorang dalam sebuah majelis dan menemui sang guru merupakan bentuk adab dalam usaha mendapatkan ilmu. Maka, hadirnya guru merupakan dambaan bagi murid yang ingin terus belajar.
Menjadi guru, saya mendapati suatu pelajaran berarti pula, bukankah sebuah ilmu akan lebih mengakar dalam benak, apabila ilmu tersebut diamalkan dan diajarkan? Maka, menjadi guru pun, belajar menyerap ilmu dengan mengajarkannya.
Bukankah belajar, tidak hanya terpaku pada buku-buku yang terkungkung dalam ruangan kelas, apabila belajar bisa didapat dari pembiasaan baik yang membudaya sehari-hari? Maka, menjadi guru pun, sejatinya belajar untuk—digugu lan ditiru. Mencontohkan teladan yang baik, demi memperbaiki akhlak siswa di sekolah, agar terbentuknya akhlak siswa yang terpuji dan berkarakter kepada nilai-nilai agama.
Bukankah belajar, kini tidak hanya terfokus pada mengejar kurikulum dan mengeja materi-materi secara tekstual, apabila ilmu kini dapat di akses dari segala penjuru dan menembus dimensi? Maka, menjadi guru pun, belajar kembali untuk memaknai zaman dengan mengikuti kecanggihan teknologi dan hadirnya gawai yang mengiringi.
Maka, menjadi guru, berarti terus belajar agar memaknai esensi ilmu, untuk meraup substansi pembelajaran sesuai pada jamannya—agar setiap orang berhak merdeka dalam menerima pembelajaran.
oleh : Mir'atun Nisa – Guru SDIH Luqman Al Hakim Batang (Peserta Wardah Inspiring Teacher 2024 Grup 13)
#WardahInspiringTeacher
#LearnInnovateInspire
#BanggaJadiGuruBeraniMenginspirasi
#MemberdayakanDiri
2 notes · View notes
zhriftikar · 1 year ago
Text
"Bunda, sho itu nggak boleh mecucu lho. Sho sho sho, gitu"
"Bunda, harusnya kan a'udzu. Kurang digigit lidahnya. Gini jadinya a'uDZUillaahi minasy syaithaanillojiim"
"Ghailil, lil-nya tipis, Bunda" (read: ghairil 😅)
"Walaa quwwata, ditekan Bunda quww-nya"
MaasyaaAllaah. Sejak sering ikut belajar & mengajar tahsin beberapa lalu, Rafika jadi sering spill pelajaran tahsin yang dia dengar. Bacaan ketika muroja'ah juga semakin jelas dengan hak-hak huruf yang semakin sempurna. Ia juga lebih suka ngaji sama Bunda dibanding berangkat TPA. Alhamdulillah, pertolongan Allaah begitu besar.
*****
Saya ingat betul, dulu waktu kecil, Umi sering membawa saya dari satu ta'lim ke ta'lim yang lain. Dari satu rapat organisasi ke rapat yang lain. Dari satu toko buku ke toko buku yang lain. Dari satu silaturrahmi tokoh ke tokoh yang lain.
Ingatan itu terbayang hingga kini. Dan saya rasa hal tersebut sedikit banyak membuat saya saat ini mencintai buku, berkomunitas, dan bermajelis ilmu.
Maka ketika punya anak, saya ingin mengajak anak-anak untuk turut serta dalam kegiatan kami. Terutama kegiatan yang berkaitan dengan Al-Quran dan ilmu. Mereka ikut saya tahsin, ikut Ayah mengisi kajian, ikut diskusi tentang buku yang baru saya baca, ikut bercerita tentang berita yang sedang kami ikuti.
Kadang mereka kooperatif. Tapi tidak jarang juga rewel dan minta pulang. Kadang kami bisa menyimak kelas dengan baik. Tapi tentu mata kami tetap awas mengawasi anak-anak. Kadang kami bisa konsentrasi penuh. Tapi tidak jarang kami harus mengantar ke kamar mandi, mengambilkan air, menggambar permintaan mereka, ikut dalam permainannya, memeluk ketika mereka menangis, melerai ketika rebutan, dll. Belum lagu kelas jadi berantakan karena ulah anak-anak. Riweuh ya? 😅
Kadang ingin belajar dengan tenang seperti ketika belum punya anak. Tidak jarang saya menangis sampai di rumah karena lelah. Tapi mendapati progress mengaji Rafika ditambah celetukan-celetukannya yang tidak jauh-jauh dari Quran membuat kami semakin semangat untuk tetap melibatkan mereka. Jadi meskipun Ayah sedang off jaga dan saya ada kelas, tetap saja anak-anak saya angkut. Atau, meski riweuh, Ayah tetap mengajak kami semua ke kajian yang Ayah isi.
Kami yakin sekali di balik main-mainnya, celotehan, dan keriweuhan mereka di majelis ilmu, indera mereka tetap menangkap apa-apa yang disampaikan di sana. Meskipun mereka belum paham, pasti ada kebaikan yang mereka dapatkan. Paling tidak mereka jadi terbiasa dan harapannya karena terbiasa mereka kelak mencintai ilmu dan Quran.
Lebih jauh, majelis ilmu adalah tempat yang penuh keberkahan. Seperti sabda Rasulullah berikut,
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya” (HR. Muslim no. 2699).
MaasyaaAllaah. Teringat pula hadist yang menyebutkan kalau majelis ilmu adalah taman surga. Besaaaar harapan kami dengan ikutnya mereka ke majelis-majelis ini, menjadi wasilah turunnya rahmat Allah dalam kehidupan mereka. Menjadi orang-orang yang dicintai dan dibanggakan Allah di tengah makhluk-Nya yang lainnya. Apa lagi sih yang kita butuhkan kalau Allah sudah cinta sama kita? 🤧
24 notes · View notes
triastariirfiani · 2 years ago
Text
Ada orang yang memilih berjuang di jalan dakwah, semangat nya berkobar, keimanannya menular, auranya positif. Belum berbicara sudah meneduhkan hati.
Mungkin peran ini tak seperti dulu, nyatanya majelis ilmu seperti hari ini adalah yang rindu, majelis yang hangat akan ukhuwah. Lagi lagi disadarkan bahwa keistiqomahan tidak bisa berdiri tegak secara sendiri, perlu support dari lingkungan, siraman nasihat yang indah dari sang guru, dan sering-sering dipertemukan dengan orang-orang yang hubungannya dengan rabb-Nya begitu dekat.
Iya, hidayah semahal itu. Maka kalau berdiam diri saja menunggu, bisa jadi kita akan ketinggalan. Sebab jalan kebaikan seringkali memang harus dipaksakan, halau rasa malas. Kalau tidak bergerak sekarang, menyesal kemudian.
Di hari-hari yang Allah begitu mencintai amalah yang dilakukan sang hamba, kembali mengurai doa, refleksi hati dan pikiran untuk terus berada di jalan juang sampai akhir. Hingga kelak, bersama dengan Rasulullah, keluarga, sahabat di Surga yang kekalnya tak terhingga.
Aamiin allahumma aamiin.
- Ahad, Tabligh Akbar Dzulhijjah 25 Juni 2023 -
30 notes · View notes
adilemadil · 2 years ago
Text
Bersua dengan Sang Mursyid, Ulama, Dokter Bedah
Maulana Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Rusydi Sayyid Jabr al-Hasani, Sp. BTKV, Lc.
Zawiyah Yusriyah, Semarang
📍28 Februari 2023
Beberapa waktu lalu, qadarullah kami diberi kesempatan bertemu seorang al-‘Alim ‘Allamah Mesir yang tak dapat disangsikan lagi kebesaran nama dan kontribusinya untuk umat. Beliau Allahu yahfadz Maulana Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Rusydi Sayyid Jabr al-Hasani, Sp. BTKV, Lc. Berangkat dari Solo malam harinya, kami tiba di Zawiyah Yusriyah dini hari; berbekal kerinduan kepada Maulana yang sebelumnya hanya dapat kami simak kajiannya lewat media online.
Tak disangka, subuh harinya Maulana berkenan melaksanakan sholat berjamaah bersama jamaah di aula zawiyah, rasa-rasanya hati ini dipenuhi syukur dapat menikmati lantunan al-Qur’an dalam shalat beliau: pagi itu beliau membaca surah Maryam (dan ternyata surah tersebut adalah penanda dalam tiga hari perjalanan dakwahnya di Indonesia, dari hari pertama surah al-Baqarah, pagi itu muroja’ah beliau sudah sampai surah Maryam😭). Dan dari biografi sebelumnya kami mengetahui bahwa beliau sudah menguasai 10 jenis bacaan al-Qur’an yang berbeda atau Qira’at al-‘Asyrah.
Sebakda subuh, Maulana memimpin wirid-wirid yg diantaranya beliau karang dan himpun dari berbagai wirid salafunasshaleh diantaranya ad-Durar an-Naqiyyah (wirid tarekat Yusriyah Shiddiqiyah). Saya kembali terpesona, selain daripada kedisiplinan beliau dalam muroja’ah hafalan al-Qur’an dalam 1 minggu khatam, wirid-wirid yang beliau himpun dan dawamkan teramat banyak. Bagaimana bisa beliau istiqamah dengan amal-amal tersebut disela kesibukan sebagai pengajar di majelis-majelis al-Azhar dan operasi-operasi beliau di rumah sakit?! Tidak lain inilah bentuk keberkahan paripurna pada waktu yang beliau miliki. Seluruhnya adalah dzikrullah. Seluruhnya adalah pengabdian kepada Allah.
Agenda selanjutnya merupakan daurah ilmiah sekaligus penguatan aqidah melalui kitab karangan beliau, Futuhat Yusriyah di mana kitab tersebut merupakan rangkuman dari kitab-kitab aqidah yang masyhur: Aqidatul Awwam, Kharidah Bahiyyah, dan Risalah Qushairiyyah. Selanjutnya, Maulana menerangkan kepada kami terkait sirah nabawiyyah melalui kitab Nurul Yaqin fi sirati sayyidil mursalin. Sebanyak kekurangan saya, ini merupakan beberapa poin penting yang saya highlight dari yang Maulana sampaikan, yang saya kira perlu untuk menjadi perhatian kita sebagai seorang muslim sejati:
Sebagaimana kita ketahui bahwa iman perlu dikuatkan, maka penting menanamkan ilmu tauhid yang benar. Selain dari kalimat La ilaha illallah, terdapat Muhammadan rasulullah pada dua kalimat syahadat. Baginda Nabi Muhammad SAW adalah ‘pintu Allah’, di mana kita dapati mukjizat terbesar berupa al-Qur’an adalah dengan wasithah (perantara) beliau. Maka sudah seyogianya kita mengenal Baginda Nabi Sang Washilah kita kepada Allah SWT.
Sirah nabawiyyah tak cukup hanya dibaca untuk mengetahui perjalanan kisah beliau seperti kisah orang-orang biasa, karena Baginda Nabi merupakan Sayyidul ‘alamin (penghulu seluruh alam) maka perlu pendalaman sirah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mencakup karakteristik, sifat, perjalanan hidup dan hikmah-hikmah beliau Baginda Nabi diantaranya dengan tiga kitab: Syamail muhammadiyyah karya Imam Tirmidzi, Nurul Yaqin karya Imam Muhammad Khudhori, dan Kitab Syifa’ karya Qadhi ‘Iyadh.
Maulana menyampaikan bahwa dengan mempelajari ketiga kitab tersebut insyaallah kita akan dihindarkan dari kekufuran, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ali Imran: 101, “Dan bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan RasulNya (Muhammad) pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sungguh, dia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. Maulana menyampaikan bahwa maksud dari ayat tersebut diantaranya adalah ketika Baginda Nabi hadir ditengah-tengah kita dalam bentuk akhlak beliau dan kita yakini kehadiran ruhaniyyahnya yang selalu menyertai dan menjembatani kita untuk menuju Allah, maka akan terbentuk ‘adamul kufri (terhindar dari kekufuran). Karena bagaimana mungkin manusia yang didalam hatinya terdapat Rasulullah dapat terhinggapi kekufuran?
Maulana meneruskan bahwasanya terkadang manusia hanya memahami Baginda Nabi dari sekedar jasadnya yang sempurna, padahal kita perlu mengetahui hakikat nabi; yang dengannya keimanan tidak akan pernah hilang, meski kita berada di tengah fitnah lautan akhir zaman. “Apakah mereka tidak mengenal nabi sehingga mereka mengingkarinya?”. Maka jika kita dapat memahami, sesungguhnya Baginda Nabi ada di dalam diri kita, ada di dalam alam semesta, ada di dalam kehidupan kita, maka dengan ‘menjiwai’ Baginda Nabi selamanya api neraka tidak akan menyentuh kita. Allahumma aamiin. Hakikat nabi yang Maulana maksud adalah selain jasadiyyah beliau yang paling sempurna diantara makhluk lain, juga ruhaniyyah beliau. Jikasaja para syuhada yang syahid dalam peperangan kita tidak boleh mengatakan bahwasanya mereka mati (QS. Al-Baqarah: 154), maka terlebih maqom para Kekasih-kekasih Allah, para Nabi, para Rasul, Ulul Azmi, apalagi Baginda Nabi Muhammad SAW yang merupakan pemimpin Ulul Azmi?? Baginda Nabi wafat secara basyariyyah namun nubuwwahnya tidak. Nabi bersabda al anbiya ahyau min quburihim, yushallun (para Nabi hidup dalam kubur mereka dan melaksanakan shalat).
Maulana menyampaikan bahwa sebagaimana saat hidupnya Baginda Nabi merupakan sayyidul ‘alamin, begitupula saat wafatnya ketinggian derajat Rasulullah tidaklah berkurang, setiap lahdzhah beliau selalu naik ke derajat yang lebih tinggi. Karena selain sayyid-nya alam manusia, Baginda Nabi juga merupakan sayyid di alam-alam lain seperti alam malakut, alam jabarut, dan lain sebagainya. Salah satu dalilnya adalah Q.S. Adh Dhuha: 4 Walal akhiratu khoirun laka minal ula (dan Sungguh akhirat itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan; dunia). Maka Maulana menyampaikan jangan sampai kita seperti saudara-saudara kita yang wahabi; mereka mengingkari maqom Baginda Nabi, menganggap Baginda Nabi mati, mengkafirkan orangtua Baginda Nabi bahkan mengatakan mereka di neraka padahal dalam hadits disebutkan nasab Baginda Nabi sejak Nabi Adam a.s. hingga beliau adalah min ahlil khair seluruhnya tanpa ada satupun dari ahli maksiat apalagi menyekutukan Allah. Saudara kita dari wahabi melarang untuk ziarah, tidak boleh tawassul, mereka (wahabi) menyibukkan diri menghafal al-Qur’an tetapi bodoh dalam mengenal Baginda Nabi. Maka harus taalluq, takholluq, tahaqquq kepada Baginda Nabi dalam setiap pengajaran kita. Maka harus kita ajarkan nabi tidak hanya jasadiyyahnya saja tapi juga ruhaniyyahnya.
Dengan mengenal dan memahami Baginda Nabi, maka sudah sepatutnya kita menjadikan beliau wasilah dalam setiap doa-doa kita kepada Allah, karena tiadalah Nabi Adam a.s. diciptakan kecuali telah diciptakan ruhaniyyah Baginda Nabi Muhammad SAW terlebih dahulu, tidaklah seluruh alam diciptakan kecuali karena beliau, tidaklah surga dan neraka diciptakan kecuali karena beliau, tidaklah syafaat di hari mahsyar didapatkan kecuali melalui beliau. Jika saja seorang bayi dapat lahir dengan perantara ibunya, bagaimana mungkin kita mengingkari Baginda Nabi sebagai perantara kita kepada Allah?
اللهم صل و سلم على سيدنا محمد واله وصحبه❤️
23 notes · View notes
nadyagifary · 8 months ago
Text
Akhir Pekan yang Diimpikan
Tumblr media
Salah satu previllege menjadi anak perempuan ke-empat yaitu, punya banyak kakak. Bahkan setiap hari, aku bisa memilih mau curhat dengan kakak yang mana hehe. Apalagi, aku seorang speaker, maka sejatinya aku butuh seorang listener. Tapi ndak semua orang bisa menjadi listener ku, hanya orang orang terdekat dan terpilih saja hehe.
Akhir pekan ini, aku banyak bercerita dengan kakak perempuan kedua ku yang sangat shalihah. Usia kami terpaut 4 tahun, kakak sudah berkeluarga dan dikaruniai satu jagoan yang luar biasa aktif hehe.
Seperti biasa, setiap hari pasti ada saja yang aku dan kakakku masing masing ceritakan. Bertukar pendapat, juga pengalaman. Sedikit banyak hal mengenai kehidupan pasca profesi juga kehidupan pasca menikah. Kakak adalah seorang bidan (meneruskan profesi mama) dan menikah 4 tahun yang lalu. Kakak menikah saat sedang menempuh sekolah profesi kebidanan, jadi mirip mirip lah kuliahnya denganku, bedanya saat koas aku belum menikah.
Kali ini edisi cerita kesibukan ahad. Ada satu hal yang membuatku menjadi tertegun dan mengaminkan suatu hari nanti.
Kesibukan ahad kakakku, pasti memulainya dengan kajian pagi bersama suami dan anaknya. MasyaAllah yah. Setiap ahad, kakak pergi ke kajian ustadz ustadz ternama yang ada di daerah Boyolali/Sragen/Solo. Memang sudah menjadi rutinitas yang wajib dek, kata kakak.
Sebenarnya, ini bukan merupakan hal baru bagi keluarga kami. Bagi kami, ahad pagi adalah hari pengajian. Biasanya, ayah mama mengajak anak anaknya untuk hadir di majelis ilmu, kami sebut rutinan ahad pagi. Terkantuk kantuk saat subuh pun tetap ikut Ayah dan Mama dalam kajian tersebut. Setelah itu, kami juga biasa diajak untuk pengajian tasyakuran haji, mengingat para calon haji menitipkan amanah tersendiri untuk Ayah. Juga bersilaturhami dengan teman teman ayah yang masyaAllah banyak diantaranya pendakwah juga orang orang yang peduli dengan umat.
Setelah kakak kakakku berkeluarga, ternyata kebiasaan itu masih dilanjutkan dengan sedikit modifikasi yaitu, pergi healing atau berkunjung ke pariwisata terdekat post kajian. Misal Waduk Klego/Badhe, Merapi Garden, Selo, Cimory Salatiga/Cepogo, Kopeng, Umbul, Bawen dll.
Kagum sekali melihatnya karena ilmu didapat, refreshing juga didapat. Aku juga pernah menjajakan pertanyaan satu per satu kepada mereka dan jawabannya hampir sama
"Menjadikan ahad sebagai waktu untuk belajar ilmu syar'i - kakak perempuan kedua dan suami
"Setiap minggu, kita butuh satu hari untuk berhenti dan rehat sejenak dari riuh nya kegiatan sehari hari dek, agar pikiran jernih untuk memulai sesuatu yang baru" - kakak perempuan ketiga dan suami
"Jadikan ahad sebagai waktu untuk merenung dan bermuhasabah dari kesibukan dunia dek, misalkan ngaji atau melakukan hobi misalkan kalau sampeyan kan sukanya bikin roti (baking), ya lakukan itu" - kakak laki laki pertama
Intinya, tidak hanya untuk membedakan antara hari yang penuh dengan kesibukan dan tidak, tapi jadikan ahad sebagai waktu untuk bermuhasabah atas apa yang kita dapatkan seminggu yang lalu. Lakukan evalusi dan runut ulang segala kejadian dan perilaku yang kita lakukan selama satu minggu untuk dijadikannya sebagai proses perbaikan ke depannya.
Mana yang baik untuk dipertahankan ataupun ditingkatkan dan mana yang buruk sehingga perlu dikurangi maupun ditinggalkan. Tentunya dengan menjadikan membaca sebagai landasannya. Membaca diri, membaca hati, membaca lingkungan, hingga membaca perintah Allah, membaca keteladanan Rasulullah, maupun membaca pedoman hidup seorang muslim yaitu, Al-Quran.
Semoga impian kecil itu akan menjadi kenyataan. Dan mengaplikasikan apa yang kakak kakak contohkan kepada adeknya ini. Tentunya, aku ingin di waktu istirahatku pun masih berdekatan dengan ilmu, terkhusus ilmu mengenal kebesaran Allah dengan implementasi islamic-worldview yang sedang kupelajari.
Agar tidak lupa untuk 'membaca diri' di tengah riuhnya kesibukan. Juga 'mendatangi ilmu' atas hasil dari membaca diri, karena begitu banyak ilmu yang belum kita pahami dalam dunia ini.
Sekian!
3 notes · View notes
niakurniatiginting · 1 year ago
Text
Mengenal SHAHABAT LAINNYA YG DI ISTIMEWAKAN MASUK SURGA SERI KE 20
🏆 MENJADI PENGHUNI SURGA, KARENA TIDAK HASAD
Kemudian lelaki Anshar itu menjawab,
Sebagaimana yang kamu lihat, aku tidak mengerjakan amalan apa-apa, hanya saja aku tidak pernah mempunyai rasa iri kepada sesama muslim atau hasad terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya.’
Abdullah bin Amr bin ash berkata,
Rupanya itulah yang menyebabkan kamu mencapai derajat itu, sebuah amalan yang kami tidak mampu melakukannya’.”
Diriwayatkan dari Anas bin Malik dia berkata, “Ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba beliau bersabda, ‘Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki penghuni Surga.’ Kemudian seorang laki-laki dari Anshar lewat di hadapan mereka sementara bekas air wudhu masih membasahi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal.
Esok harinya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni Surga.’ Kemudian muncul lelaki kemarin dengan kondisi persis seperti hari sebelumnya.
Besok harinya lagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga!!’ Tidak berapa lama kemudian orang itu masuk sebagaimana kondisi sebelumnya; bekas air wudhu masih memenuhi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal .
Setelah itu Rasulullah bangkit dari tempat duduknya.
Sementara Abdullah bin Amr bin Ash mengikuti lelaki tersebut, lalu ia berkata kepada lelaki tersebut,
‘Aku sedang punya masalah dengan orang tuaku, aku berjanji tidak akan pulang ke rumah selama tiga hari. Jika engkau mengijinkan, maka aku akan menginap di rumahmu untuk memenuhi sumpahku itu.’
Dia menjawab, ‘Silahkan!’
Anas berkata bahwa Abdullah bin Amr bin Ash setelah menginap tiga hari tiga malam di rumah lelaki tersebut tidak pernah mendapatinya sedang qiyamul lail, hanya saja tiap kali terjaga dari tidurnya ia membaca dzikir dan takbir hingga menjelang subuh.
Kemudian mengambil air wudhu.
Abdullah juga mengatakan, ‘Saya tidak mendengar ia berbicara, kecuali yang baik.’
Setelah menginap tiga malam, saat hampir saja Abdullah menganggap remeh amalnya, ia berkata,
☘️ ‘Wahai hamba Allah, sesungguhnya aku tidak sedang bermasalah dengan orang tuaku, hanya saja aku mendengar Rasulullah selama tiga hari berturut-turut di dalam satu majelis beliau bersabda, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga.’ Selesai beliau bersabda, ternyata yang muncul tiga kali berturut-turut adalah engkau.
Terang saja saya ingin menginap di rumahmu ini,
untuk mengetahui amalan apa yang engkau lakukan,
sehingga aku dapat mengikuti amalanmu. Sejujurnya aku tidak melihatmu mengerjakan amalan yang berpahala besar.
☘️ Sebenarnya amalan apakah yang engkau kerjakan sehingga Rasulullah berkata demikian?’
🔷 Kemudian lelaki Anshar itu menjawab,
Sebagaimana yang kamu lihat, aku tidak mengerjakan amalan apa-apa, hanya saja aku tidak pernah mempunyai rasa iri kepada sesama muslim atau hasad terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya.’
Abdullah bin Amr berkata,
☘️ ‘Rupanya itulah yang menyebabkan kamu mencapai derajat itu, sebuah amalan yang kami tidak mampu melakukannya’.”
3 notes · View notes
aimanhilm · 2 years ago
Text
Taman Kehidupan #2
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, buku ini melanjutkan kisahnya ke kisah Khulafaur Rasyidin.
Dari kisah keluarga Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan keluarga dakwahnya. Siapa yg tidak mengimpikan 6 turunan turunan beliau selalu memberikan kontribusi yang besar kepada islam? Disaat2 seperti ini manusia mendambakan kaya 7 turunan, keluarga ini berjuang dalam jalan dakwah dari sisi politik hingga ilmiah.
Beranjak ke kisah sahabat yang sejak SMP aku sering baca kisahnya. Sahabat yg kuat dan tegas before and after islam, dibalut dalam penampilan beliau yg sangat sederhana. Hal yg sangat bisa kita teladanindan praktikkan dari beliau adalah daya pikir kritis namun tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Kendati beberapa wahyu turun setelah pendapat kritis beliau, beliau tetap taat dan tak lantas jumawa dengan apa yg beliau telah lakukan.
Beririsan dengan kisah Sepupu Nabi SAW, Umar dan Ali r.a., para sahabat Nabi Muhammad SAW ini juga selalu memikirkan penerusnya kedepan, kemungkinan terburuk dari apa yg terjadi saat itu dengan setelahnya.
Whats the example? Ingat kisah ketika persia ditaklukkan. Raja persia melarikan diri dengan sejumlah harta dan ditangkap, lalu harta tersebit dikirim ke madinah dan bagaimana Umar kita merespon?
Beliau menangis! Bukan atas kemenangan dan banyaknya harta yg didapat lantas menangis terharu atas janji Allah dan Rasul-Nya, melainkan menangis melihat harta yg sebanyak itu apakah akan merusak iman umat muslim kedepannya dan memicu perpecahan nantinya.
In the other hand, Ali bin Abi Thalib, Sa'ad bin Abi Waqqash, Mu'awiyyah bin Abi Sufyan, Zubair bin Awwam, dan beberapa sahabat lain yg masih hidup 30 tahun setelah wafatnya Rasulullah SAW, dihadapkan ujian perpecahan umat islam dan memicu 3 perang yang sangat mengerikan. Namun, di balik itu, beliau selalu menghindarkan pertumpahan darah antar umat islam. DARAH UMAT ISLAM ITU MAHAL! Dilanjutkan kisah cucu Nabi SAW, Hasan bin Ali bin Abi Thalib dikisahkan memiliki ribuan pasukan dan sebenarnya bisa saja menang atas pasukan Muawiyah. Namun, setelah Muawiyah mengirimkan surat, Hasan r.a. memilih untuk menyerahkan jabatan khalifah kepada Muawiyah untuk menghindarkan tumpahnya darah umat Islam.
Visioner, kritis, dan mengedepankan urusan umat. Poin2 yang takhabis kupikir para generasi sahabat Nabi SAW memilikinya sedemikian rupa. Dengan kebersihan hati atas segala keputusan yg dipertimbangkan, kuharap aku bisa meneladani dan menirunya, untukku, keluargaku.
Besides, dikisahkan pula kisah Musuh Allah. Abdullah bin Ubay dan pengkhianat islam, Rajjal bin Unfawah yg diriwayatkan dalam hadits akan memiliki gigi geraham sebesar uhud di neraka kelak. Bayangkan saja, seorang yg begitu tampak alim dalam beribadah, sangat bagus bacaan Quran nya, kuat ilmu fiqihnya, namun ternyata menghambat dakwah Islam dengan signifikan.
Dialah musuh Islam Abdullah bin Ubay, menjatuhkan psikis umat islam sblm perang uhud, akar penyebab kematian Utsmab bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dalam ke-chaos-an ekstrimisme. Penyebab timbulnya 2 ekstrimis di era Ali bin Abi Thalib, Syiah dan Khawarij. Dan berbagai kejadian lainnya.
Dialah pengkhianat yg pernah satu majelis dengan Rasulullah SAW, mendengar sendiri hadits tentang sahabat yg akan diadzab gigi geraham sebesar uhud di neraka, namun tetap berpaling ke nabi palsu musailamah. Bahkan dia diriwayatkan lebih berbahaya dari musailamah karena lebih meyakinkan orang awam tentang kepalsuan kenabiannya, dibalik sosoknya yg dulu dekat dengan Rasul SAW, dibalik sosoknya yg 'tampak' sholeh.
Na'udzubillahi min dzalik.
That's how what I thought about this book.
Semoga bermanfaat
4 notes · View notes
suara-muslim · 2 years ago
Text
*Penyaweran, Aksi Desakralisasi Terhadap Alquran!*
Penulis: A.Mazaya. Z (Penulis Remaja)
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai al-huda (petunjuk) yang dibawa Nabi Muhammad saw untuk umat manusia. Setiap muslim mempercayai kebenarannya.
Akan tetapi belum lama ini viral di media sosial, seorang qariah yang disawer dua orang pemuda ketika membaca Al-Qur’an di Pandeglang, Banten (Hidayatullah, 5-01-2022).
Berkaitan tentang ini, Majelis Ulama Indonesia pun turut bicara. K.H. Cholil Nafis, melalui tweet-nya menyampaikan bahwasanya menyawer qari atau qariah merupakan cara yang salah dan tidak menghargai majelis. Bahkan, menurutnya, merupakan perbuatan haram dan melanggar nilai kesopanan.
*Desakralisasi Kitab Suci*
Sesuatu yang terjadi di video viral tersebut, merupakan tindakan yang berseberangan dengan adab mendengarkan Al-Qur’an. Melafalkan kalamullah disetarakan dengan melagukan lagu dangdut. Nilai kesucian kitab suci umat muslim pun menjadi ternoda. Aktivitas ini merupakan bentuk desakralisasi Al-Qur’an.
Kehidupan sekuler sepertinya telah menghancurkan keimanan. Sekularisme sukses membuat umat ini tidak lagi memprioritaskan agama. Standar materi yang khas pada pola pikir kapitalis pun telah meresap di hati kaum muslim. Dimana kebahagiaan sekedar dinilai dengan banyaknya uang. Seperti yang dicontohkan dua pemuda yang menyawer qariah. Saweran itu dianggap sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan bagi qariah. Dua pemuda tadi beranggapan, dengan saweran sang qariah bahagia sebagaimana para biduan.
Jika dibiarkan, aktivitas aneh ini dapat menetap di kalangan kaum muslim. Mereka sudah tidak menganggap Al-Qur’an sebagai kitab suci yang wajib dijaga kesuciannya. Namun, Al-Qur’an menjadi sebatas buku sebagaimana buku lainnya.
Aktivitas seperti ini amat berbahaya. Umat akan terjauhkan dari petunjuk yang lurus. Mereka tidak bakal menjadikannya sebagai pedoman atau petunjuk hidup. Akibatnya, kaum muslimin akan hidup dalam aturan bukan Islam. Parahnya, sisi gelap jahiliyah bisa kembali dan merusak umat muslim.
*Menghormati dan Memuliakan Al-Qur'an*
Islam sesungguhnya telah mengajarkan bagaimana seorang muslim bersikap saat diperdengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an.
Allah SWT berfirman,
Artinya: “Jika dibacakan Al-Qur’an, dengarkanlah (dengan saksama) dan diamlah agar kamu dirahmati.” (QS Al-A’raf: 204)
Berdasarkan ayat di atas, sesungguhnya seorang muslim diperintahkan untuk diam dan mendengarkannya.
Seraya menyimak bacaan Al-Qur’an, dan mencoba untuk memahami dan mentadaburinya, hati akan tenang. Terutama jika memahami isi ayat itu, terdapat kisah luar biasa yang dibawa olehnya. Rasulullah dan para sahabat contohnya, selalu menangis ketika mendengar bacaan ayat suci Al-Qur’an.
Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis, “Aku mendatangi Nabi saw dan beliau sedang salat. Dan pada kerongkongannya ada suara seperti suara air di periuk yang mendidih. Yakni, beliau menangis.” (HR At-Tirmidzi, Ahmad, Abu Dawud, dan An-Nasa’i. Hadits ini sanadnya kuat)
*Lingkungan yang Kondusif*
Salah satu cara mencegah desakralisasi Al-Qur’an bertambah luas adalah menciptakan lingkungan yang kondusif atau mendukung. Arti dari lingkungan yang kondusif adalah menyuasanakan lingkungan masyarakat, sekolah atau rumah agar dekat dengan Al-Qur’an.
Tetapi, kedekatan dan pensakralan Al-Qur’an tak cukup hanya dengan meletakkannya di rak, menciumnya, mendengarkan atau menghafal. Tapi wajib memahami isinya dan mencontohnya dalam kehidupan. Karena Al-Qur’an adalah petunjuk hidup. Sebagaimana janji Allah kepada umatnya ketika meneladani Al-Qur’an,
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS Al-Isra: 9).
“Dan Kami turunkan kepadamu Alkitab (Alquran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS An-Nahl: 89)
Ayat-ayat di atas merupakan petunjuk bagi umat manusia, untuk memperlakukan Al-Qur’an dengan cara terbaik.
*Khatimah*
Sepanjang umat ini masih berada pada lingkungan sekularisme dan kapitalisme, kaum muslim tidak akan bisa mensakralkan Al-Qur’an adengan sempurna. Bahkan, mereka akan terus dipengaruhi oleh pemikiran Barat untuk merendahkan Al-Qur’an, hingga terwujud desakralisasi Al-Qur’an dan umat jauh dari kitab sucinya.
Wallahualam.
Tumblr media
3 notes · View notes
smqazi · 2 months ago
Text
THE GREAT BENEFITS, REWARD, AND VIRTUES OF SURAH AL-FATIHA
The Holy Quran is the 4th and final Sacred Book of Allah (Subhanahu wa Ta’ala), which He revealed on His Last Messenger, Prophet Muhammad ﷺ. I
t is ultimate source of guidance for believers in the Religion of Islam. It consists of many sections which address religious and secular issues concerning life. Although, all the revelations of this Blessed Manuscript serve as a means of enlightenment, but some of its chapters are considered more significant than others because of some particular reasons. Surah Al-Fatiha is one of those few episodes of Holy Quran, which holds special status, and is even recalled by Allah Almighty in these words:
“And We have certainly given you, [O Muhammad], seven of the often repeated [verses] and the great Qur’an.” [Holy Qur’an, 15: 87]
The above mentioned Ayah shows that God, the Exalted has regarded this Surah so high that it is mentioned along with the rest of the entire Qur’anic revelations. The phrase “Seven of the often repeated verses” also describes the great importance of this chapter, as it is the essential part of Daily Prayers and has to be recited every day.
In the name of Allah , the Entirely Merciful, the Especially Merciful. [All] praise is [due] to Allah , Lord of the worlds. The Entirely Merciful, the Especially Merciful, Sovereign of the Day of Recompense. It is You we worship and You we ask for help. Guide us to the straight path. The path of those upon whom You have bestowed favor, not of those who have evoked [Your] anger or of those who are astray.
Background And Meaning
It is the Makki Surah of the Holy Qur’an, which means that it was discovered on the Apostle ﷺ of God Almighty while He was in Makkah, i.e. before migration to Madinah. It was initially the 5th chapter to be disclosed but after Furqan e Hameed was assembled together, it was put at the beginning. Al-Fatiha itself means “The Opening” as this chapter comes right at the start of the Holy Book and serves as a Gateway to read Qur’an Majeed further. 
Moreover, it also serves as the starting of Salah. It also has the honor of being the very first Surah that is made known completely. Although it consists of 7 Ayats only, but it still explains the Veneration of the Almighty in a very comprehensive fashion and also is a great means of supplication of asking Allah (Subhanahu wa Ta’ala) for keeping one on the right path.
Different Names of Surah Al-Fatiha
This chapter of Furqan e Hameed has so many great implications accumulated in it that it is known by more than one or two names. Some of the secondary identities of Surah Fatiha are:
1.   Umm ul-Quran/Kitab (Mother of the Qur’an/Book):          Abu Hurairah (RadiyAllahu ‘anhu) narrated the Messenger ﷺ of Allah saying as:
“The chapter commencing with “All praises and thanks are due to Allah the Lord of the Worlds” is the Mother of the Holy Qur’an, the Mother of the Book, the Seven Oft Repeated Verses and the Great Qur’an.” (Tirmidhi)
Hence, it indeed is the Mother of Quran as Rasulullah ﷺ himself has given it that name. Moreover, the Arabs used to name anything that summarizes anything well or consists of the most important part of some matter as Umm or Mother.
2.   Sab’ul-Mathani (The Seven Oft Repeated Verses): It is also named so because its seven verses are regularly recited at the start of every Rak’ah of the prayer.
3.   Al-Hamd [Praises to Allah (Subhanahu wa Ta’ala)] It is also named Al-Hamd, the Commendation, as it contains the Adoration of the Almighty Lord. 
4.As-Salah(The Prayer): It is named as the Entreaty because its reading is a requirement for the legality of the daily prayers.
5.   Ash-Shifa (The Cure): Abu Sa’id (RadiyAllahu ‘anhu) reported that the Messenger ﷺ of Allah (Subhanahu wa Ta’ala) said:
“The Opening of the Book is a cure to every poison.” (Ad-Darimi)
                                                                                                      6.Ar-Ruqyah(the Spiritual Cure): Abu Sa’id reported that after he had recited it to cure a person who had been bitten by a scorpion, the Apostle ﷺ of God asked him,
“…And what made you to know that it was a ruqya.” (Bukhari)
That is why it is highly advised to recite Surah Fatiha and for the sick ones.
7.Asas al-Quran(the Basis of Holy Qur’an): It is known by this name as Surah Fatiha contains the most essential fundamental teachings of Islam, i.e. Admiration of One Allah (Subhanahu wa Ta’ala).
Reciting Surah Al-Fatiha in Daily Prayers
It is the only Chapter of the Holy Qur’an that has got the reputation of being an indispensable part of Namaz, which is to be recited regularly in every Rak’ah of Salah.
Ubadah bin As-Samit (RadiyAllahu ‘anhu) reported Allah’s Messenger ﷺ saying as:
“Whoever does not recite Surat Al-Fatihah in his prayer, his prayer is invalid. (Bukhari)
It means that without reading these seven (7) verses of the Sacred Scripture, one's prayer is considered void, and it does not count.
Virtues of Surah Al-Fatiha
Some of the greatest qualities that this chapter of Furqan e Hameed contains are:
i) Being The Greatest Surah of The Holy Qur’an
 It is considered as the most influential chapter of the Hallowed Volume of God Almighty, as it consists of the almost the complete essence of the Islamic faith, i.e. Believing and Admiring the Exalted One, and asking Him only for gaining rectitude in life.
Abu Sa’ad ibn Al-Mu’alla (RadiyAllahu ‘anhu) narrated the Apostle ﷺ of Allah (Subhanahu wa Ta’ala) saying as:
“…I will teach a Surah which is the greatest Surah in the Quran before you leave the Masjid.’ Then he took hold of my hand and when he intended to leave [the Masjid], I asked him, “Did you not say that you would teach me a Surah which is the greatest Surah in the Qur’an?” He replied, ‘Yes. It is [the Surah commencing with], “All praise and thanks are due to Allah.” It is the Seven Oft-Repeated verses and the Great Qur’an that has been given to me.’ “(Ahmad)
The above stated Hadith shows that the Holy Prophet ﷺ has called this Surah as the Utmost section of the Holy Qur’an.
ii) Resulting in Answering Of One's Prayer By Allah (Subhanahu wa Ta’ala)
Surah Al-Fatiha is a great form of supplication to the Almighty God. There are some recitations like sending Durood e Pak on Rasulullah ﷺ, which result in acceptance of entreaty at once. Umm ul-Qur’an is also such narration that leads towards getting the attention of Allah (Subhanahu wa Ta’ala) while praying to Him:
Abu Hurairah (RadiyAllahu ‘anhu) reported that the Holy Prophet ﷺ once said:
“Allah, the Glorious and Exalted said, “I have divided the prayer between Myself and my servant equally and My servant shall be granted what he asked for.” Therefore, when the servant says, ‘All praises and thanks are due to Allah, the Lord of the worlds’, Allah says, ‘My servant has praised Me.’ When he says, ’The All-Merciful, the Most Merciful, ‘Allah says, ‘My servant has extolled Me.’ When he says, ‘Master of the Day of Judgment,’ Allah says, ‘My servant has glorified Me.’ When he says, ‘You Alone we worship and Your aid Alone do we seek,’ Allah says, ‘this is between Me and My servant and My servant shall have what he requested.’ When he says, ‘Guide us to the Straight Path, the Path of those whom You have favored, not [the path] of those who have earned [Your] anger, nor of those who have gone astray,’ Allah says, ‘this is for My servant and My servant shall have what he asked for.’ “(Muslim)
It means that Surah Al-Fatiha is a very special kind of appeal to the Gracious God, which causes Him to answer His servant on every step of this recital.
iii) Being Part Of Two Lights Given to the Holy Prophet ﷺ
Ibn Abbas (RadiyAllahu ‘anhumaa) narrated the Messenger ﷺ of Allah saying as:
“While the Messenger ﷺ of Allah was sitting with Jibril he heard a creaking sound above him. Jibril looked up and said, “This is [the sound of] a gate that has been opened in heaven today and has never been previously opened.” Then an Angel descended through it and came to the Prophet ﷺ and said, ‘Rejoice in the good news of two lights that have been given to you such as no Prophet before you has been given. [They are] Surah Al-Fatihah and the concluding [two] verses of Surah Al-Baqarah. You will never recite a word from them without being given the blessings they contain.’ “
It shows that Surah Al-Fatiha, among the last two Ayats of Surah al-Baqarah is the great source of enlightenment that Allah (Subhanahu wa Ta’ala) has only given to the Ummah (Followers) of Rasulullah ﷺ, which has the greatest effect in the attainment of Allah's favors.
iv) Being the Most Noble Part of Holy Qur’an
Anas (RadiyAllahu ‘anhu) reported the Holy Prophet ﷺ saying as:
“Should I not inform you of the most noble and excellent part of the Quran?” He then recited “All praise and thanks are due to Allah, the Lord of the Worlds” (An Nisai)
It means that Surah Al-Fatiha is the most outstanding section of Furqan e Hameed, which contains the best form of Islamic teachings in concise form.
CONCLUSION:
In short, Surah Al-Fatiha is not any normal chapter of the Holy Qur’an, rather it is the fundamental part of the Religion of Peace, being essential segment of Salah, without which it is not acceptable, containing the Veneration of God in most desirable manner, and last but not least, it serves as a great purpose of asking the Almighty for granting one attainment of the right path.
REFERENCES:
https://surahinstitute.com
lessons-and-benefits-of-surah-al-fatihahformation.com/blogs/surah-fatiha-secrets-benefits-translation/
0 notes