#LegoWoes
Explore tagged Tumblr posts
Text
Berelasi dengan Alam hingga Transparan
Kalau kita semakin jelas melihat kemuliaan Bapa melalui Putra-Nya, kita akan mengalami bahwa ciptaan tidak akan mengganggu kita. Sebaliknya, seluruh ciptaan berbicara mengenai kita, atau mengajar kita dengan berbagai cara. Dalam hal inilah seluruh ciptaan menjadi transparan. Ada seorang bapa padang gurun, namanya Evagrius Ponticus (345-399). Pengajarannya tentang hidup kontemplatif …
View On WordPress
0 notes
Text
Berdamai
"Ini harus diminum seterusnya ya," ujar dokter. "Seterusnya itu berarti nggak boleh putus ya, Dok?" tanyaku. "Iya, seumur hidup." tegas beliau. * * * * * Lain waktu, ketika kumpul sama walimurid anak-anak lainnya. "Wah, saya ya minum obat itu mas udah dari umur 25 malah. Dah sepuluh tahun!" ujarnya. "Walahhh," sahutku. "Dibawa santai aja mas," tambahnya. * * * * * Lainnya lagi. "Lhoo masgun, sama kayak bapaku, dari sebelum aku ada ya beliau udah konsumsi obatnya. Diminum terus yaa jangan putus." katanya. "Wahh begitu yaa?" aku menimpali. "Yoiii, semangat masgun!" jawabnya. * * * * *
Kini juga bersahabat sama tensimeter. Beberapa hari sekali ngecek. Bela-belain beli, agar lebih mudah kontrol kondisi hipertensi ini. Awal-awal periksa, dulu, masih denial :"Kok bisa!", "Apa? Diminum seumur hidup obatnya?" dan lain-lain. Sekarang udah bisa menerima dengan baik, lebih legowo. Kondisi ini justru memberikanku semangat baru untuk memperbaiki pola hidup lebih baik. Berusaha bertahan lebih lama dalam hidup ini meskipun kita tahu bahwa umur itu rahasia Allah. Tapi, melihat anak-anak yang masih kecil, semakin menguatkan doa : "Semoga aku dimampukan menjadi ayah yang baik, mendampingi mereka tumbuh dewasa, menikahkan mereka, hingga mereka menjadi menjadi orang tua yang amanah." Mulai juga bisa memilah mana hal-hal yang penting dan prioritas dalam hidup. Ada hal-hal yang perlu dilepaskan dan direlakan. Seperti kopi yang selama ini kuminum, kini enggak lagi. Proses menata ulang ini seperti mereset kembali kehidupan di umur 33. Rasanya bagaimana? Seru. Dinikmati dan disyukuri saja. Kini, alarm pun bertambah satu selain pengaturan alarm lainnya yang sudah ada. Alarm buat minum obat. Buat yang masih muda, saranku lebih aware lagi soal kesehatan. Kalau suka naik asam lambung apalagi sampai gerd. Sering sakit kepala. Dan berbagai respon tubuh lainnya. Segera medical checkup, baik cek fisik maupun cek psikis. Ini sangat penting. Harganya bisa jadi lumayan, tapi lebih mahal lagi kalau sakit. Hati-hati dengan hal-hal yang sering kita konsumsi setiap hari. Perhatikan aktivitas hidup kita. Cermati apa yang sering kita pikirkan setiap harinya.
Jika nanti ketemu sama takdir berkeluarga, anak-anak kalian akan membutuhkan kalian lebih lama hidup di dunia ini. Membutuhkan energi kalian untuk mengejar-ngejarnya berlarian tanpa henti. Dijaga baik-baik anugrah Tuhan berupa badan ini. Semangat yaa!
260 notes
·
View notes
Text
Bahasa Cinta-Nya
Banyak bahasa cinta-Nya yang mungkin sebelumnya sulit kita pahami, yang membutuhkan waktu sedikit lama untuk memahami maksudNya.
Ternyata, bahasa cinta-Nya Allah tidak hanya hadir lewat kejadian yang mengenakkan saja ya, bahkan kalau di runtut ke belakang, banyak juga kejadian yang kurang mengenakkan tapi justru itu malah mendekatkan kita kepada-Nya.
Harapan yang dipatahkan, kekecewaan, kegagalan, pengalaman yang kurang mengenakkan ketika bertemu seseorang, dan hal lainnya. Rasa kekecewaan itu yang akhirnya mendekatkan kita kepada-Nya, karena ternyata sadar bahwa kita tidak dapat berdiri di kaki kita sendiri, tidak bisa kita hadapi sendiri. Ternyata benar, kesedihan itu sebenarnya juga perasaan istimewa, karena perasaan itu mendekatkan kita kepada Tuhan.
Aku akhirnya memahami, bahwa apa-apa yang dihadirkan dalam hidup itu sebenarnya juga sebuah nikmat sekaligus ujian. Aku hanya bisa mengusahakan yang terbaik, dan ukuran kebaikan itu tidak pernah dalam ukuran manusia, melainkan ukuran-Nya.
Aku percaya bahwa serangkaian kejadian dalam hidup di masa lalu itu membentuk pribadi kita saat ini, membentuk pribadi yang lebih bijaksana, pribadi yang lebih tenang, lebih bisa berfikir rasional, tidak gegabah, dan lebih legowo. Indah sekali bukan bahasa cinta-Nya?, yang perlu dilatih hanya sabar, sabar menjalani proses.
Banyak cara bagi Allah untuk mengantar kita untuk dekat kepada-Nya. Semoga hal-hal yang hadir di masa lalu mengantarkan ke takdir terbaik kita.
53 notes
·
View notes
Text
Beberapa saat lalu aku berulangtahun. Seperti yang sudah-sudah, ku selalu pengen melewatkan momen ulangtahun dengan tenang dan sendiri. Hehehe gak pengen orang kantor tahu.
Awalnya udah senang karena hampir mendekati jam pulang kantor, gak ada yang sadar dengan tanggal ulangtahun. Sampai tiba-tiba, ibuk di bagian adminitrasi ngasih pengumuman di ruang rapat kalau ku berulangtahun di hari itu. Huhuhu jadinya disalamin dan didoakan sama satu kantor. Endingnya ku malah nangis sedih. Emosional mendadak hihihi
Setelahnya ku mulai membaca kembali jurnal digital yang sudah 10 tahun umurnya.
Huhuhu banyak banget perasaan haru saat membaca nya.
Kadang ku tertawa senang. Kadang merasa norak dan malu sama diri sendiri. Kadang juga sedih dan pengen nangis. Kadang merasa bangga banget sama diri sendiri.
Gak nyangka kalau mbak-mbak kecik ini bisa bertahan dan berjalan sejauh ini.
Setelah membaca kembali jurnal digital tersebut, aku menyadari kalau ternyata aku sudah dipertemukan dengan banyak orang. Juga sudah dibawa ke banyak tempat. Mengalami banyak sekali momen. Juga merasakan banyak sekali warna perasaan.
Mudah-mudahan hal tersebut membuat Mbak-Mbak Kecik ini semakin tangguh dan mampu legowo serta ikhlas untuk setiap hal hal yang harus dihadapi.
Meski sudah telat, rasa-rasanya ku belum mengucapkan selamat ulangtahun pada diri sendiri,
"Selamat ulangtahun Gladiol. Makasih udah tetap mau bangkit meski kita sering jatuh dan babak belur sama hidup."
Jalan di depan juga rasanya gak gampang. Belum apa apa udah banyak aja masalah hidup hehehhe
Semoga mbaak-mbak kecik selalu dikelilingi support system yang baik untuk bisa resilien dengan hidup yang gedebak gedebuk :)
29 notes
·
View notes
Text
Tadi ngobrol sama ibu, kurang lebih beliau bilang.
"Wong urip iku werna-werni ujian ne, ana sing diuji masalah keluarga ne, masalah jodoh ne, masalah panggon gawene lan sak panunggalne . Ujian wong siji lan sijine ora podo, kabeh ana lakon ne dewe-dewe. Sing sabar, sing legowo, ora usah kesusu, ora usah iri. Wis madep mantep marang Allah, percoyo wae opo sing dadi dalanmu, bakal awakmu lakoni, sing ora dadi dalanmu ora bakal awakmu lakoni."
(Kalau nulis jawa paling ga PD, padahal asli orang jawa).
24 notes
·
View notes
Text
Masih bisa legowo dengan badai yang sedang dialami, masih bisa yakin semua yang terjadi bakal ada selesainya, masih bisa yakin sepenuhnya bahwa apa yang terjadi itu atas kehendak Allah dan hal-hal lainnya yang bikin kita tetap tenang menjalani hari ini adalah hal yang hebat juga kan? gak lari. Milih percaya diri karena tau ada Allah yang bakal bantu. kita yakin ke Allah aja udah bentuk pertolongan Allah atas badai yang lagi menyapa kita akhir-akhir ini. Allah baik banget, kan?
@terusberanjak
108 notes
·
View notes
Text
Setiap orang punya traumanya masing-masing. Kita tidak pernah tahu apa yang dia hadapi di masa lalu hingga akhirnya membentuk dia sampai saat ini.
Apapun kondisinya seseorang ini adalah akumulasi dari dirinya di masa lalu bersama trauma-traumanya.
Menemukan diri sendiri, menggali trauma apa di masa lalu, dan berusaha pelan-pelan untuk berdamai dengan semuanya memang bukan hal yang mudah.
Tapi, dengan memgenal diri beserta segala traumanya, membuat kita jauh lebih bijak. Tidak mudah menjustifikasi seseorang. Lebih legowo. Tahu langkah yang lebih baik dilakukan jika begini atau begitu.
Pelan-pelan, ya. Kita berdamai dengan diri kita sendiri.
21 notes
·
View notes
Text
Menuju 23 dan hal-hal yang kupelajari darinya:
Be okay with misunderstood.
Gak semua orang harus kita beri penjelasan. Bukan hanya karena gak semua orang bisa dan bersedia untuk mengerti. Tetapi karena gak semua orang layak untuk kita buat mengerti.
Dewasa ini, aku menjadi lebih mampu legowo saat disalahpahami, saat beberapa orang punya pemikiran yang berbeda bahkan salah dengan apa yang sebenarnya menjadi maksudku. Selama aku sendiri mengetahui bagaimana diriku yang sebenarnya, aku tidak akan peduli bagaimana pun pemikiran orang tentangku.
Selain dari itu, membuat atau memaksa orang lain mengerti adalah sebuah hal yang percuma saja bagiku. Karena gak peduli bagaimana pun usaha kita untuk menjelaskan, selama yang mereka cari bukanlah kebenaran melainkan pembenaran, apa pun yang kita lakukan dan katakan akan sia-sia saja di hadapan mereka.
40 notes
·
View notes
Text
Embracing My Self
Kalau mendengar kata 'perjuangan', rasanya perjuangan terbesarku adalah perjuangan berdamai dengan diriku sendiri.
Dulu, aku pernah menjadi seseorang yang sangat sedih bila melakukan kesalahan. Rasanya malu sekali, dan berujung pasrah bila akhirnya aku disalah-salahkan. Kalau saat ini, kita mengenalnya dengan istilah inferior. Aku sering merasa rendah diri.
Padahal, aku bukannya tanpa prestasi. Sepanjang TK hingga SMA, beberapa penghargaan atas prestasi akademik bisa kuraih. Tapi, hal-hal itu tidak menghilangkan kerendah dirianku. Terlebih jika ada kesalahan atas kecerobohan yang kuperbuat. Sekejap, rasa percaya diriku akan merosot, kebaikan-kebaikan yang kupunya terlupakan sama sekali. Dan aku akan bermuram durja karenanya.
Mentalitas inferior ini cukup berpengaruh di kehidupan sosialku. Sewaktu SD, saat bermain dengan teman-teman, aku sering dijadikan 'anak bawang'. Karena dianggap selalu 'kalahan'. Akhirnya teman-teman 'berbaik hati' mengajakku bermain, tapi tidak dilibatkan dengan sebenar-benarnya dalam permainan.
Mungkin ada yang bingung dengan istilah anak bawang?
Misal, main petak umpet nih. Sebetulnya persembunyianku sudah ketahuan. Harusnya jika ketahuan, kan, aku otomatis kalah. Tapi karena aku 'anak bawang', aku akan dianggap tidak ketahuan. Agak menyebalkan, bukan? Rasanya powerless.
Berbeda untuk urusan akademik. Seusai pelajaran selesai, teman-teman yang belum paham dengan materi seringkali menghampiri mejaku untuk minta dijelaskan kembali.
Tapi, kelebihan akademikku tidak pernah bisa menghapuskan kabut hitam inferioritas yang menggelayut di benakku. Aku masih merasa gagal, dan bukan siapa-siapa.
Bersyukur, semakin bertambah usia, rasa inferioritasku mulai berkurang perlahan. Aku semakin berani show up dan berargumentasi. Tapi tentu saja tidak se-powerful itu. Aku masih selalu sedih jika melakukan kesalahan. Apalagi kesalahan yang berulang.
Qadarullah, di bangku kuliah aku menemukan lingkungan yang amat suportif. Rasa inferioritas mulai tertepis jauh. Kalau pun berbuat salah, aku lebih legowo untuk meminta maaf dan mau belajar. Aku lebih percaya, diriku mampu di lingkungan sosialku.
Sampai suatu ketika, aku pernah mengikuti sebuah peer group untuk belajar bersama meningkatkan speaking. Temanku yang menjadi mentorku memberikan apresiasi padaku di sesi one on one. Lalu bertanya.
"Yang aku lihat, kamu begitu tenang saat belajar. Kamu juga berani untuk berbicara saat grup mulai terasa hening dan awkward. Kamu bisa memicu yang lain untuk berani speak up juga. Darimana kepercayaan dirimu itu kamu dapat?"
Ditanya demikian, aku jadi berpikir. Butuh waktu untukku menjawab.
"Sepertinya.. karena aku tahu kalau aku tidak sempurna."
"Kenapa begitu?"
"Karena aku tidak sempurna, aku tahu aku selalu bisa melakukan kesalahan. Maka jalan saja dulu, nanti aku akan tahu letak kesalahanku dimana, dan membenahinya. Practice makes perfect."
Namun, ada kalanya kondisi tertentu membuat penyakit lamaku hadir. Saat aku hendak menikah, rasa inferiorku kembali mencuat. Aku sering mempertanyakan kenapa ada seseorang yang mau memilihku. Aku merasa tidak punya kelebihan yang bisa diandalkan. Aku merasa seringkali berbuat ceroboh. Dan seterusnya.
Beruntung, saat aku mencurahkan kegundahanku pada seorang kakak, beliau menghiburku dengan sebuah kalimat yang membesarkan hati.
"Atas kekurangan pasanganmu, bersyukurlah. Atas kelebihannya, bersabarlah."
Kalimat itu, masih tertanam kuat padaku hingga sekarang. Benar, apa salahnya jika pasanganku lebih baik dalam banyak hal dibanding aku? Aku cukup perlu banyak bersabar untuk belajar mengimbanginya. Dan jika pasanganku melakukan kesalahan, bukankah itu baik untukku, karena ada alasan bagiku untuk membantunya?
"Jangan terlalu dini merasa bersalah. Nanti kalau sudah jadi istri dan ibu, rasa bersalah akan muncul semakin banyak." Canda kakakku itu. Benar juga, aku harus menata emosiku sebaik mungkin.
Dan lagipula, apa salahnya berbuat salah? Bukankah, manusia adalah tempatnya salah dan lupa?
Akhir-akhir ini aku menonton sebuah youtube dari dr. Aisah Dahlan. Beliau tengah memberikan webinar tentang watak. Disitu ada sebuah kalimat beliau yang mengena buatku. Kalimatnya tidak persis, tapi kira-kira seperti ini yang kutangkap.
"Ketika melakukan sesuatu yang salah, cukup ketahui bahwa itu perbuatan yang salah. Tapi jangan pernah merasa bersalah." Ungkap beliau. "Ketika kita sadar kita salah, kita akan maju untuk berbenah. Namun perasaan bersalah hanya akan menahan kita tetap di tempat dan efeknya kita akan sulit untuk berubah."
Rasa-rasanya perkataan beliau menjadi sesuatu yang mencerahkan perjalanan hidupku sejak lampau hingga kini.
Dulu, perasaan bersalah yang membuatku merasa frustasi, dan cenderung sukar untuk berbenah. Justru, kesadaran bahwa diri ini bisa salah, dengan diimbangi kemauan untuk berubah akan membawa dampak yang lebih baik. Baik secara dzahir maupun batin.
Apalagi, posisiku saat ini sebagai seorang istri dan ibu. Semoga Allah bantu untuk melalui segalanya dengan hati yang tenang. Karena, bukankah sakinah di rumah itu bergantung pada ketenangan setiap anggotanya? :)
116 notes
·
View notes
Text
Disiplin Doa yang Sederhana
Salah satu pusat kehidupan yang dibutuhkan oleh pemimpin-pemimpin kristiani adalah displin untuk tinggal di hadirat Dia yang terus-menerus bertanya, ”Apakah engkau mengasihi Aku? Apakah engkau mengasihi Aku? Apakah engkau mengasihi Aku?” Inilah disiplin doa kontemplatif. Dengan bantuan doa kontemplatif kita dapat mempertahankan diri kita agar tidak diombang-ambingkan oleh masalah mendesak yang…
View On WordPress
0 notes
Text
Mau menelusuri pikiran soal pandangan jodoh untuk diri sendiri.
Aku nggak tau ini buruk apa enggak, ini berubah atau enggak. Tapi belakangan aku nggak langsung tangkap bola setiap kali ada pembahasan jodoh dan pernikahan. Semacam itu pembahasan biasa, sama aja kayak lagi bahas film paling rekomen apa.
Padahal dulu, aku si paling ber analisa baik dan buruk atau sebagainya soal pilihan menikah, yang intinya mah pokoknya aku harus punya prinsip dan pandangan pribadi.
Sekarang kayak, apa ya kalau dijadikan kata move on artinya aku udah legowo aja gitu. Kalau pakai bahasa yang down to earth, aku udah ikhlas dan ridho, gitulah ibarat kata.
Kata teman aku si karena kehabisan energi, kataku karena udah berdamai aja sama rasa skeptis dan ekspektasi ku yang dulu-dulu banget itu. Jadi sekarang aku nggak lagi defense diri dengan bilang, aku nggak punya rencana menikah tapi ya kalau terjadi ya terjadi aja.
Aku bilangnya sekarang, aku berencana menikah nanti setelah blablabla. Ya tentu aja salah satu setelahnya adalah, setelah ketemu kamu, buehehehe.
Tapi ini bukan soal aku beranggapan seseorang itu nikah harus udah selesai ya sama dirinya. Ini soal, bagi aku penting untuk menstabilkan segala hal dalam diri aku, baik emosi, sikap, impian, finansial dan lainnya biar nanti aku nggak merepotkan orang yang mau aku kasih peer lebih gede buat jadi partner aku seumur hidup. Tapi ya kalau ada yang mau repot dengan senang hati akan aku review, hihihi. Kalau ditanya aku mau nggak repot buat orang itu, menerima seseorang di hidupku artinya aku udah bersedia repot.
Tapi sekarang, aku nggak mau repot.
Wait, jadi apa yang berubah ya dari pandangan ku? Ck, sama aja poinnya. Cuma struktur berpikirnya yang beda.
Hmmm.
Dah ah, mau tidur. Mana tahu besok ketemu jodoh tanpa harus berpikir itu repot 😆
70 notes
·
View notes
Text
25 ke 25
Alhamdulillah, Allah sampaikan aku di usia ini. Seperempat abad melewati perjalanan yang cukup lelah dan getir. Pun Insyaa Allah sudah ikhlas membiarkan serangkaian takdir itu pergi dengan cara-Nya.
September ke dua puluh lima. Rapalan do’a yang tak terhitung, meninggalkan sepetak ruang harapan yang enggan di kubur. Mimpi yang dulunya tinggi saat ini ciut mengecil. Meski demikian aku merasa bukan anak kecil lagi, hatiku lebih legowo menerima keadaan yang tidak sesuai ekspektasi.
September ke dua puluh lima. Biasanya aku selalu menghadiahkan sesuatu untuk diri, biasanya buku, atau sesuatu yang aku suka. Tapi tidak untuk hari ini, do’aku juga tak cukup panjang. Entah karena kondisi adik habis rawat inap di RS dan rumah sibuk karena tamu berdatangan. Atau karena sudah tidak minat pada selebrasi-selebrasi seperti ini.
Apapun itu, dua puluh lima. Izinkan dan pertemukan aku untuk mengenapkan sesuatu yang ganjil, untuk sebuah ibadah ter-panjang. Untuk sebuah visi-misi yang besar untuk umat. Untuk sebuah cinta yang sakinah mawadah warohmah, meski pada kenyataannya bahasa cinta-Mu masih sulit ku artikan dalam Waktu yang singkat. “Ujian”
Entah saat temaram ataupun lebam, suka ataupun duka terimakasih atas segala cara untuk terus melibatkan-Nya, untuk terus berada dalam koridor-Nya. Sekali lagi selamat mendewasa suc, semakin luas manfaat, semoga lebih solihah dan diberikan kepala yang dingin dalam menyikapi segala persoalan.
25 tak sebercanda itu :)
12 notes
·
View notes
Text
Tuhan Dan Penulis
Karya seni selalu ditempa dulu di awal, untuk membentuk hasil yang memuaskan penciptanya, dan untuk bisa dipandang apik oleh mata penikmat lain.
Tiap-tiap manusia juga karya seni. Penciptanya adalah Tuhan. Tiap-tiap cerita fiksi juga karya seni. Penciptanya adalah Penulis.
Penulis bisa menangis pada saat menuliskan nasib menyedihkan ke tokoh-tokoh dalam ceritanya untuk pengembangan karakter dan membuat jalan cerita yang menarik; Melemahkan tokoh utama di bab-bab awal, mengembangkannya ke nasib yang lebih baik, dengan menyajikan berbagai konflik, hingga sampai ke bab akhir: Kemenangan dan kesejahteraan si tokoh.
Terkadang aku berpikir: mungkinkah di atas sana Tuhan juga demikian? Barangkali, seperti para penulis; Tuhan juga terkadang menangis terisak ketika badai-badai dunia menerjang ciptaannya. Meski yang maha segalanya ini sudah menentukan takdir, tapi dalam masa pembentukan ciptaannya, tidak bisa dipungkiri bahwa pencipta memiliki koneksi paling kuat dengan hal yang ia ciptakan.
Sejak menulis, satu hal yang aku jadi paham, bahwa yang menciptakan selalu tahu alur dan desain yang baik untuk yang dia ciptakan. So, For all problems, legowo satu-satunya solusi.
Let's say, "Aku sedang diukir penciptaku, maka aku akan baik-baik saja. Tangan pencipta selalu tepat kemana penanya akan digoreskan."
7 notes
·
View notes
Text
Baru aja di tiktok muncul video yang ngomong gini,
“Kenapa cewek mandiri, ujiannya di jodoh sih?”
Seketika ku langsung tertawa. Lebih tepat nya ngetawain diri sendiri 😁
Tentu aja ujian hidup mbak-mbak kecik ini ada banyak. Yah salah satu ujian yang paling hot adalah masalah jodoh.
Sebenarnya gak sebegitu pengen juga harus segera nikah, karena ngapain juga dipaksa paksa atau diburu-buru kalau emang belum ketemu. Ngapain juga diburu-buru kalau memang belum merasa yakin.
Kadang ya mikir “ini jodohnya dimana ya?”.
Tapi cuma sebentar aja.
Habis tuh udah mikir gimana cara nya dapatin cuan. Gimana cara nya bisa ngurangin konsumsi gula harian. Gimana cara nya biar konsisten olahraga. Gimana cara nya kulit wajah tampak lebih sehat. Dan hal hal lain yang rasa rasa nya lebih mudah digapai karena sudah ada alur nya ☺️
Paling juga kepikiran kalau salah satu teman di circle per-jomblo-An mulai mengirimkan undangan pernikahan. Atau kalau orangtua mulai ribet ngumumin anak tetangga atau anak sahabat nya yang udah nikah 🙂
Baru deh mikir, aku kapan ya.
Bahkan pernah juga ada di momen,
“Kok orang lain gampang ya, kok aku susah”
Tapi ya udah bentar aja. Habis itu ngelanjutin hidup lagi.
Oh iya, di kantor sering sekali bercanda dengan teman teman yang sudah nikah perihal slip gaji,
“Makanya dek, cari suami biar besaran gaji nya naik karena ada tunjangan suami 😂”
Yang biasanya para single di kantor akan langsung membalas dengan candaan,
“Duhhh siapa nih yang mau masuk ke slip gaji ku, biar dapat tunjangan suami”
🤣🤣🤣😂
Atau ketika bahas bahas sesuatu, lalu muncul kalimat,
“Aku mau foya foya dulu pakai uang suami”
“Oh, kalau aku mau foya foya dulu dengan uang hasil kerja keras dan banting tulang ku. Belum punya tulang punggung soalnya”
😂😂😂😅
Ya begitu kalau sudah Legowo. Menerima takdir hidup dan menertawakannya ☺️
Ku turut senang dengan kalian kalian yang sudah menemukan pasangan. Semoga menjadi pasangan yang tepat dan rukun selalu ☺️
Gak papa. Semua orang punya jalan dan waktu masing masing. Juga punya kebahagiaan sendiri-sendiri ☺️
Sendiri belum tentu tidak bahagia. Berdua belum tentu bahagia.
Harapannya sih, baik sendiri atau berdua atau rame-rame, semoga kita selalu bisa merasa bahagia dan utuh ❤️
21 notes
·
View notes
Text
Kehadiran
Orang-orang yang dihadirkan dalam hidup kita bukan tanpa maksud. Ada yang kehadirannya sebagai ujian bagi kita, terkadang ujian kesabaran, ujian keimanan, ataupun ujian rasa syukur. Ada yang kehadirannya sebagai pembelajaran bagi kita, belajar sabar misalnya. Belajar mengelola ataupun meredam emosi, bahkan belajar manajemen kepemimpinan, bagaimana diri ini bukan hanya memimpin diri sendiri tapi juga orang disekitar.
Ada yang kehadirannya sebagai hadiah, hadiah atas ujian yang telah terlewati, hadiah atas jerih payah menata hati. Ada yang kehadirannya sebagai sebab ataupun pelengkap bahagia.
Setiap orang punya hikmahnya sendiri dalam setiap pertemuannya. Takdir akan membawa kita bertemu siapapun dengan maksud dan tujuan-Nya. Sebaik-baiknya kita hanyalah berhusnudzon dan terus melatih diri untuk legowo pada gurat takdir.
8 Juli 2023
#menulis#sajak#tulisan#sajak puisi#tumblrlife#tumblrpost#cerita#prosa#quotes#senandika#PermataThough
68 notes
·
View notes
Text
Sosmed aing isinya mah masih politik semua, pilih lari ke Tumblr, eh malah sama aja.. masih aja ada yang bahas perihal 01, 02, 03, asudahlah..
Selesai ya selesai gitu loh, menang ataupun kalah mbok ya seng legowo..
20 notes
·
View notes