#Kenapa Jerawat Tiba-tiba Muncul Banyak
Explore tagged Tumblr posts
Text
O88ᒿ~1Ϭ7O~1ᒿOЗ (WA) Bekas Jerawat Hitam Susah Hilang Obat Jerawat Batu
Jerawat punggung obat totol jerawat ampuh arti jerawat di jidat. Obat jerawat batu paling ampuh obat minum jerawat obat jerawat totol. Obat jerawat alami paling ampuh dan terbukti salep jerawat. Cara mengempeskan jerawat batu obat jerawat yang ampuh penyebab jerawat mengatasi jerawat. Apa obat jerawat. Cara mengeluarkan jerawat batu. Jerawat di atas bibir cara menghilangkan jerawat alami jerawat batu di dagu skincare untuk menghilangkan jerawat dan bekasnya jerawat di telinga. Cara menyembuhkan jerawat meradang. .
#Cara Menghilangkan Bekas Jerawat Yang Menghitam#Mengatasi Jerawat#Jerawat Punggung#Obat Totol Jerawat Ampuh#Menghilangkan Bekas Jerawat Hitam#Makanan Yang Membuat Jerawat Hilang#Obat Bekas Jerawat#Masker Untuk Jerawat#Rekomendasi Obat Totol Jerawat#Jerawat Batu#Penyebab Jerawat Di Punggung#Salep Penghilang Bekas Jerawat#Jerawat Hitam#Kenapa Jerawat Tiba-tiba Muncul Banyak#Masker Jerawat
0 notes
Photo
Sahabat marwah pasti pernah bingung dan bertanya-tanya, kenapa sih jerawat muncul terus dan tiba-tiba. Diatas adalah 5 dari banyak faktor-faktor penyebab jerawat nih. Hindari pemicu - pemicu diatas ya. Nah, untuk konsul dan Pemesanan bisa Online via Whatsapp: 📞 Elia Niki Oktafia : 085356955773 👥 Facebook : marwahskincarepadang #marwahskincare_padang #marwahskincarepadang #nikhyoktafia #marwahskincare #marwahskintreatment #marwahskin #marwahcilacap #marwahkediri #tipsjerawatalami #tipsjerawat (di MarwahSkincare_Padang) https://www.instagram.com/p/Cno_eRtrI59/?igshid=NGJjMDIxMWI=
#marwahskincare_padang#marwahskincarepadang#nikhyoktafia#marwahskincare#marwahskintreatment#marwahskin#marwahcilacap#marwahkediri#tipsjerawatalami#tipsjerawat
0 notes
Text
Tamu Tak Diundang
Pagi ini Diah menjalani rutinitas nya seperti biasa, selepas bangun tidur Diah langsung beranjak ke depan kaca, tapi pagi ini berbeda dari pagi-pagi sebelum nya, ada tamu yang tak diundang singgah di pipi Diah, tamu yang paling di benci hampir seluruh umat manusia yang ada di bumi. Ya benar, jerawat! Tidak ada jawaban lain.
Diah panik, Diah hampir frustasi, pasalnya tak hanya satu jerawat besar tumbuh dipipinya, melainkan ada 8 benjolan jerawat. Karna panik Diah langsung mencari smartphone miliknya lalu menyebarkan berita duka pagi ini hampir kesemua group chat yang berisi para sahabat nya. Satu persatu sahabatnya secara tiba-tiba menjadi ahli kulit spesialis perjerawatan. Ada yang hanya menyalahkan segala pola hidup Diah, ada yang mencoba me-review segala obat-obatan jerawat yang menurut pandangan nya paling manjur. Ada juga yang hanya menjadi tim horay yang ikut mengkasihani hidup diah pagi ini.
Tanpa pikir panjang diah langsung memesan semua produk yang disarankan sahabatnya memalui online shop, tagihannya tak tanggung-tanggung, 2 juta rupiah uang Diah habis dalam 10 menit petualangan nya disalah satu platform online shop favorit nya.
Sebulan kemudian, bukan main paniknya Diah saat pagi hari selepas bangun tidur menjalani rutinitas nya, kali ini bukan 8 lagi. Sepertinya jerawat Diah senang mengundang teman-teman nya main ke pipi Diah. Pipi Diah telah full ditutupi jerawat. Patah hati Diah. 2 juta hilang begitu saja bersama hilangnya pipi mulus Diah. Diah kembali memberi kabar paling duka kepada para sahabat nya, tapi kali ini respon nya berbeda, kali ini mendadak sahabat Diah pensiun dari dunia per-jerawatan, semua nya diam, semua nya bungkam.
3 hari kemudian. Diah masih dirundung duka, tamu dipipinya tak kunjung pergi. Namu, hari ini mau tak mau diah harus keluar rumah karena sudah terlanjur punya janji dengan mama nya untuk pergi ke nikahan kerabat.
Sesampainya dilokasi acara, Diah bertemu dengan beberapa orang, salah satunya mbak Nala, dia asik menatapi wajah mbak Nala. Bukan karna cantik rupawan, namun karena di hidung mbak Nala banyak sekali bejolan putih yang menumpuk dan saling bergandengan. Melihat ekspresi Diah mbak Nala hanya tersenyum ramah. Pastilah mbak Nala sudah biasa dengan tatapan seperti itu.
"Mbak Nala, maaf ya sebelumnya, diah mau nanya, itu soal hidung mbak nala, itu kenapa ya mbak Nal??"
"Oh ini, ini namanya syringoma dek, emang sudah sejak lama dia disitu, nyaman jadi gak mau pergi"
"Sejak lama mbak?? Sejak kapan? Syringoma itu apa sih mbak??"
" Sejak dari mbak smp, syringoma itu tumor kulit jinak dek, jadi walaupun bisa di hilangkan tapi bersifat sementara, setelah itu akan muncul kembali" Balas mbak Nala masih dengan senyuman.
" Pasti berat ya mbak rasanya, mbak gakpapa?"
Kali ini mbak menghela napas panjang, lalu tersenyum kembali, mbak memegang tangan ku
" Awalnya pasti berat dek, mbak bahkan telah ke dokter kulit, tapi tak sembuh juga, uang mbak habis percuma" Mbak senyum lalu melanjutkan lagi "Mbak tau, dibalik masker wajah mu ada yang kamu tutupi kan?? Ada yang kamu kutuk tiap hari, ada yang kamu benci ditiap harinya. Mbak tau banget perasaan mu, tapi mbak minta satu hal, kamu jangan berkecil hati ya, jangan sedih, jangan merasa diri paling jelek sedunia, tampang gak selalu jadi prioritas loh dek. Mbak awalnya juga mikir sama kaya kamu, tapi mbak pikir-pikir lagi, kalo terus mikirin tentang ini, terus-terusan sedih, kapan kita bisa bahagia??"
Senyum mbak Nala lagi-lagi begitu ramah. Ku pandangi wajah mbak Nala kembali. Meski di hidung mbak Nala ada banyak benjolan putih, namun tak menutupi cantik nya mbak Nala, ditambah lagi karakter mbak Nala yang memang baik dan santun. Benjolan tersebut malah tak menjadi kekurangan untuk mbak Nala. Saat berbincang dengan Mbak Nala, ada satu kalimat mbak Nala yang membuat aku tertampar
"Jangan pedulikan orang-orang yang berkomentar jahat tentang jerawat kamu, seseorang akan melihat apa yang ingin mereka lihat. Jika mereka ingin melihat kebaikan maka tak akan terlihat kekurangan fisik mu dek. Begitu sebaliknya. Lagian jerawat bukan hasil dari maksiat kok".
Benar kata mbak Nala, seseorang akan melihat apa yang ingin mereka lihat. Begitu juga dengan ku. Aku hanya berfokus pada jerawat yang ada di wajahku, mengasihani hidup seolah-olah jerawat adalah takdir paling buruk yang menghampiriku. Mengesampingkan hal-hal yang dapat ku lakukan yang seharusnya bisa bermanfaat bagi orang lain. Dasar aku manusia lemah.
1 note
·
View note
Text
Mengulang Perasaan
1. Manusia Favorit
Hai, aku menulis ini karena rindu. Namanya Zaid. Tepatnya Zaidan Akbar, manusia pecinta kopi favoritku. Aku tidak ingin berlebihan mendeskripsikan bagaimana Zaid bisa menjadi favoritku. Jadi, biarkan kuceritakan pelan-pelan, ya. Lagipula, aku selalu dibuat kesulitan bagaimana menjelaskan Zaid yang kukenal dulu, bagaimana spesialnya dia, bagaimana dia membuatku bergantung dengan eksistensinya.
Zaid adalah salah satu sahabatku. Sahabatku tidak banyak, dan beruntungnya, Zaid adalah orang ketiga yang kupaksa agar mau.
Aku mengenalnya lima tahun yang lalu. Saat itu aku masih menjadi mahasiswa yang hobi minta tebengan sana-sini. Jadi, yang paling sering kurepotkan adalah dua orang sahabatku, Dara dan Apuy. Mereka juga mengadopsiku sebagai anak. Kalau lagi masak enak, aku diundang buat makan. Kalau mau makan enak, aku diajak, ditraktir pula. Belum lagi diantarin kemana-mana. Mereka juga favoritku by the way. Hmm, biar adil saja.
Oke, semua berawal dari ajakan nongkrong malam minggu. Dara mengajak kami melakukan triple dates. Ya, karena waktu itu aku punya pacar. Dan seperti biasanya, pacarku yang super sibuk itu tidak bisa ikut. Setelah membalas pesan Dara dan bersiap menggulung diri di bawah selimut, aku dikagetkan dengan suara klakson motor, disusul suara cempreng Dara yang menyuruhku keluar.
“Ya ampuuun! Masih berantakan anak gadis iniii?” Dara menarik pipi kananku begitu melihatku muncul.
“Aku kan udah bales chatnya. Enggak bisa ikut.”
“Terus mau ngapain di kamar? Kosan sepi begini. Ntar diculik, aku nggak tega.”
Aku meringis, menggaruk-garuk tengkuk.”Enggak ada penculik yang mau repot sama aku.”
“Dasaaar. Siap-siap, sana. Kita tungguin.”
“Sama siapa?” aku melongok ke depan. Hanya tampak dua motor di luar pagar, tak terlihat jelas pengemudinya karena pencahayaan yang kurang terang dari lampu taman.
“Andra, sama Zaid. Apuy nggak bisa jemput, motornya masuk bengkel.”
“Hah? Siapa tuh?”
“Temen Andra. Temenku juga.”
“Andra sama kamu?”
“Ya iya dong, Waaan. Andra kan pacarku.” Dara mulai terlihat tidak sabar, tangannya seperti hendak menarik pipiku lagi.
Ah iya, sebelum semua salah paham. Aku bukan laki-laki dan namaku bukan Wawan atau Iwan. Mamaku tersayang menamaiku Wanita Senja. Aku enggak paham filosofinya, mungkin karena mama ingin aku menjadi sebenar-benarnya “Wanita”.
“Ayo, Waaan.” Dara mendorong-dorong bahuku.
“Aku sama Andra aja, plis?” Aku memohon-mohon, masih tak tahu diri.
“Sialan amat sih Waaan jadi temen!” Sekarang Dara tak bisa menahan diri, dia mencubit pipiku kuat-kuat sambil tertawa.
Lagi-lagi aku pasrah, memegang pipiku yang merah-merah.
Dara belum menghentikan tawanya, mendorong-dorongku masuk. “Ya udah, siap-siap sana! Andra enggak bakal mau bawa cewek pakai piyama kucel gitu.”
Setelah pontang-panting mengganti piyama kesayanganku dengan kaos hitam gombrong, cardigan rajut hitam, celana jogger hitam, boots hitam, aku sekarang kerepotan mencari topi hitamku. Apa masuk ke keranjang baju kotor? Kusempatkan diri mengais-ngais isi keranjang ketika tiba-tiba Dara menerobos masuk.
“Allahu akbar! Ngapain, Wan?”
“Nyari topi.”
Dara berkacak pinggang, satu tangannya kemudian naik memijit pelipis. “Kawan awak kapan sembuhnya iniii. Enggak usah pake topi! Sini, rambutnya digerai aja.” Dara menjulurkan tangan bersiap melepas gulungan rambutku.
Dengan cepat aku mengelak, “Eits, jangan, jangan! Dikuncir aja deh, enggak usah lepas.”
“Ya udah, sini aku rapiin.”
Dengan telaten, persis emak-emak, Dara menyisir rambutku, kemudian menguncirnya menjadi satu. Bahkan setelah dikuncir pun, rambutku hampir mencapai pinggang. itu lah kenapa aku lebih suka mencepol rambut.
“Gini lebih enak dilihat. Senyum dikit, Wan. Ntar Zaid takut sama kamu. Udah bajunya item semua.”
“Bagus deh.”
Aku mengikuti Dara keluar, kemudian mendapati wajah ramah-menawan-baik budi milik Andra, seperti yang biasa kulihat, duduk dengan sabar di atas motornya.
Aku melambaikan tangan dengan semangat, yang lagi-lagi disambut Andra dengan senyum malaikatnya. Jangan-jangan, Dara memang seorang peri di kehidupan sebelumnya, makanya sekarang punya pacar sebaik Andra. Kumantapkan langkahku menuju motornya. Tapi kok? Ekspresi di wajah Andra beru…bah?
“Wawan mau bareng… saya?” Tanya nya hati-hati.
Aku mengangguk, sedikit mengurangi antusiasku.
“Eh?” Andra kini terlihat gelisah. Matanya bergerak-gerak menatap ke belakangku.
Andra kenapa? :(
“Drama apa ini?”
Aku menoleh ke sumber suara. Ah iya, ini dia Si Zaid-Zaid yang disebut tadi. Kuperhatikan lelaki jangkung yang sedang merapatkan jaket kulit yang dipakainya. Aku mendapatinya terang-terangan menatapku bosan. “Ayo, buru! Gua mau nonton bola.” Bahkan aku bisa mendengar nada kesal dalam suaranya.
Aku menatap Dara, meminta pertolongan pada Ibu periku.
“Hmm, gini, Wan. kamu sama Zaid aja ya… aku sama Andra mau mampir ke apotek bentar. Ya?”
Karena tidak diberikan pilihan, aku berjalan terseok-seok menuju motor sport milik Zaid. Aku benci motor itu. Bahkan sebelum duduk aku sudah sakit pinggang duluan.
Zaid menyerahkan helm untukku. Setelah memasang helm, aku susah payah naik ke motornya, dan dia sama sekali tidak terlihat untuk membantuku. Baru kemudian ketika aku berhasil duduk, suara datar itu terdengar, “Aku baru tahu Wawan nama perempuan.”
“Namaku bukan Wawan.”
Kulihat dia buru-buru mengangkat sebelah tangannya, “Enggak usah dibahas. Dan jangan ajak bicara, aku pendiam.”
Sial.
***
Kami tiba lebih dulu di warkop, Zaid masih belum bicara. Dia hanya mengajakku masuk dengan gesturnya. Karena tidak ingin terlihat canggung, kubilang saja aku menunggu Dara dulu.
Setelah dia melepas helmnya, aku baru tahu Zaid punya rambut ikal yang tebal. Kuberanikan diri menatap wajahnya. Kulitnya kecokelatan. Dahi yang mengernyit saat menatapku, alis tebalnya berantakan seperti rambutnya, sepasang mata hitam pekat, tidak terlihat ramah, anehnya juga tidak menakutkan, hidungnya mancung, tapi tak terlihat seperti perosotan. Sialnya, selain sebuah tahi lalat di atas bibir, aku sama sekali tidak menemukan satu jerawat pun di wajahnya. Pfft, jiwa insecure ku terpanggil.
Mungkin karena jengah diperhatikan, Zaid memilih masuk dan meninggalkanku sendiri di parkiran.
***
Aku sama sekali tidak paham konsep triple dates yang dimaksud Dara. Faktanya, setelah masuk, aku menemukan Apuy dan segerombolan lelaki yang kuanggap spesies Zaid. Hmm, Zaid memang lebih enak dilihat, walaupun rambut ikalnya enggak rapi, dan jaket kulitnya yang hanya dia dan Tuhan yang tahu sudah berapa lama tidak dicuci. Begitu melihatku, Apuy dengan semangat memperkenalkan dan menjorok-jorokkan ku untuk duduk di antara mereka. Apa-apaan ini?
Aku memilih duduk di pojokan setelah memesan segelas susu hangat. Sungguh kesialan yang hakiki terjebak di antara geombolan yang berisik ini. Mereka sibuk melemparkan jokes yang anehnya tak mampu membuatku tertawa. Tapi, kucoba juga sesekali tertawa garing.
“Kok lu bisa sih ngajak Roma ngedate malam minggu, Za? Roma, punya pacar kan lu?”
Itu, omongan si botak yang kulihat paling hiperaktif di antara mereka.
Kulirik Zaid yang duduk di seberangku, dari tadi dia memang terlihat asyik ngobrol berdua dengan laki-laki keriting manis di sebelahnya yang kuanggap bernama Roma. Lihat itu, pakai rangkul-rangkul segala.
Zaid dengan santai melepas rangkulannya, lalu membalikkan badannya menatap Roma, sambil bilang, “Karena gua lebih bisa memenuhi kebutuhannya, daripada ceweknya.”
Jawaban santai Zaid disambut gelak tawa oleh gerombolan itu. Yang ditatap mesem-mesem.
“Gua kasih dia tumpangan buat tidur, gua masakin, beliin rokok, ngasih jajan pas akhir bulan, gua isiin bensin lagi buat jalan sama pacarnya. Gua kurang apa coba?”
Lagi-lagi tawa mereka meledak. Roma yang masih mesem-mesem, akhirnya mengeluarkan suara, “Iya, apa jadinya aku kalau gak ada kau ya, Za? Nikahi aku sekarang, Bang.”
“Anjaaay!” Zaid meraup wajah Roma dengan tangan besarnya.
Eh, kok lucu?
***
Mereka mulai berhenti membully Roma ketika pertandingan live bola dimulai. Aku memang tidak ikut teriak-teriak heboh seperti pria-pria kesepian yang kutemui malam itu. Aku akan mendukung siapapun yang menang!
Tapi, perutku sedang tidak bersahabat. Aku memang belum makan malam, ternyata segelas susu tidak cukup membantu malam itu. Aku baru saja hendak memanggil Dara, ketika dia tiba-tiba bangkit lalu mendekat ke arahku, “Wan, aku keluar sebentar ya sama Andra, masih harus nyari obat lagi.” Bisiknya.
Kenapa mereka tiba-tiba jadi tukang obat malam ini?
Baru saja mau protes, Dara sudah melangkah pergi sambil melambai. “Puy, nanti antarin Wawan pulang yaa. Bye semuaaa!”
Kulirik Apuy, dia hanya mengacungkan dua jempol kepada Dara kemudian kembali larut dalam bisik-bisik manja bersama Rio, pacarnya. Sambil sesekali tertawa ngakak sampai memukul-mukul meja. Ah, Apuy itu sebelas dua belas denganku. Sama sama tidak peka. Susah menghubungkan radar. Iya, susah sekali melakukan telepati dengannya.
Ah iya, sebelum pada salah paham lagi. Apuy dan Rio itu bukan pasangan gay. Apuy sahabatku adalah perempuan tulen, aku juga tidak paham kenapa nama manisnya Puteri bisa dipanggil Apuy begitu. Sama seperti orang-orang memanggilku Wawan.
Aku pasrah. Dengan gontai, kukeluarkan laptop dari ransel, lalu membuka game favoritku, mencoba menikmati jam-jam kosong dengan perut yang meledak-ledak minta diisi. Sibuk merapal do’a dalam hati, semoga Apuy membawaku pulang secepatnya.
Jariku berhenti bergerak-gerak ketika menangkap sepiring roti bakar disodorkan ke arahku. Aku menoleh. Mendapati Zaid yang entah sejak kapan sudah duduk di sampingku. Dagunya menunjuk ke arah piring, “Dimakan. Rotinya pakai cokelat, enggak pakai racun.”
“Hah?” aku kembali mélanga-melongo seperti biasa. “Enggak usah.”
“Aku perhatikan kamu belum makan apa-apa dari tadi.” Sekarang dia meluruskan kakinya, mencari posisi duduk yang nyaman, sudah tidak menatapku. “Kalau masih mau nunggu Apuy pulang, bisa sakit perut entar. Mereka paling balik jam 10.”
Wah. Aku terkagum-kagum. Terheran-heran. Do’aku malam ini dikabulkan Tuhan.
Ku comot sepotong roti, lalu mengunyah cepat. Enak. Aku lapar. Dengan cepat potongan ke dua masuk ke mulutku.
Baru ketika hendak mengambil potongan ketiga, aku menimbang-nimbang, mengajak Zaid mengobrol atau jangan. Rasanya tidak sopan kalau aku tidak mencoba berbasa-basi dengannya setelah diselamatkan dari badai kelaparan begini. Jadi kuputuskan untuk bersikap baik padanya. Aku menoleh, bersiap membuka mulut, tapi yang kutemukan adalah wajah serius Zaid yang sedang menatap layar. Oke, ternyata memang tidak mudah. Zaid sama sekali tidak tertarik untuk memulai obrolan. Tapi aku merasa lebih baik, dengan Zaid di sana, duduk di sampingku, hingga akhirnya Apuy mengajakku pulang.
***
3 notes
·
View notes
Text
Tentu kamu kamu kamu dan kamuu tahu bahwa perempuan itu paling sensitif ketika membahas penampilan. Secuek apapun perempuan itu, dia akan tetap memikirkan omongan orang lain jika itu tentang penampilannya. Kalau ada yang bilang, "tapi aku enggak, aku bodo amat sama omongan orang" kamu bohong, kan? Kamu sedang tidak jujur pada dirimu sendiri, kan?
Aku 163cm 55kg. Tidak kurus tidak gendut, aku hanya "berisi". Kebetulan, aku tidak pernah merasa insecure dengan bentuk tubuhku yang berisi ini, karena aku tau diri. Untuk menjadi ideal dengan berat 45kg artinya aku harus mengurangi jajanku, dan itu terlalu sulit. Aku tidak tahu aktifitas apa yang benar-benar aku sukai dalam hidupku, yang aku tau, aku suka jajan.
Tapi sebagai seorang perempuan, aku tetap saja mengkhawatirkan penampilanku yang lain. Aku menjadi sangat insecure ketika aku berjerawat.
2 tahun lalu diakhir masa kuliah, disaat sedang pusing-pusingnya penelitian tiba-tiba ada jerawat muncul di pipiku. Awalnya diabaikan tapi lama-lama makin bertambah, belum sembuh yang satunya muncul lagi yang lainnya. Meskipun awalnya diabaikan tapi semakin lama terganggu juga. Terganggu karena memang sakit dan bikin pusing kalau jerawatnya di dahi, terganggu karena merasa "tidak layak" dengan wajah seperti itu, merasa terganggu dengan pertanyaan orang-orang, "tiii, kok sekarang jerawatan?" pertanyaan yang aku sendiri bingung harus jawab apaa, atau aku jawab saja dengan, "iyanih, lagi pengen aja". Terganggu dengan cara orang melihatku, meskipun mereka hanya memandang sekilas sebagimana orang bertemu perpadandangan, tapi aku bisa berpikir sejahat itu pada mereka, aku mulai berprasangka buruk pada "cara pandang" mereka.
Beruntungnya jerawatku memang tidak sampai memenuhi wajah, tapi tetap saja menurutku itu banyak. Ada fotonya? Tidak. Kebetulan 2 tahun lalu aku benci sekali melihat wajah sendiri. Jangankan foto, bercermin saja sudah membuatku tidak nyaman.
Akhirnya krisis kepercayaan diri mengahantuiku sebelum wisuda, saat wisuda, dan pasca wisuda.
Tidak pernah merasa setidaknyaman itu sebelumnya pada diri sendiri. Sesulit itu bisa berdiri tegak dan tersenyum memandang diri sendiri pada cermin. Sesulit itu untuk tersenyum dan bertatap muka dengan percaya diri di hadapan orang lain. Setakut itu dihakimi oleh mata-mata orang telah lama aku rindukan.
Berlebihan? Tentu iyaa, aku akui. Tapi, hanya itu yang memenuhi otakku saat itu. Semua rasa kecewa dan ketidakpuasan bercampur menjadi satu dan perlahan membunuh rasa percaya diriku.
Jika aku boleh berkomentar pada diriku yang 2 tahun lalu, aku akan berkata, "Kenapa harus serepot itu merasa ketakutan, toh sampai 2 tahun kemudian kamu baik-baik saja, bahkan sangat baik".
Perempuan dan penampilan itu faktanya tidak bisa dipisahkan. Perempuan sederhana, tidak bermakeup, bukan berarti ia tidak ingin dianggap istimewa. Sesederhana apapun ia, ia tetaplah perempuan yang akan merasa "melayang tinggi" ketika dipuji, yang akan diam-diam tersenyum ketika diperhatikan, yang akan memerah pipinya ketika dibahas kelebihannya.
Jangan hakimi siapapun dengan penampilannya, seperti apapun dia, semengganggu apapun ia dimatamu. Kamu tidak tahu sebanyak apa ia mengutuk dirinya sendiri, sesulit apa dia memahami dirinya sendiri, dan sebesar apa ia berjuang untuk bisa berdiri tegak dengan penuh percaya diri.
2 notes
·
View notes
Text
Aku bersama dengan kekurangan ku yang makin lama makin ku cintai 💛
Dari foto ini udah terlihat nyata yaa?
Yaaa, bekas jerawat. Dark spot sebanyak itu.
Hari ini (1 Juni 2020 dini hari), aku pingin cerita perjalan diriku sampai ada di titik ini. Dimana akhirnya, aku nyaman sampai bahkan bersyukur dengan kekurangan yang Allah berikan untuk diriku.
BABAK 1
Dari jaman kapan yaa jerawat ku ada? Kaeknya dari smp. Inget deh smp sering jerawat, tapi masih jerawat abg. Kaek yaa jerawat satu, dua, tiga terus hilang. Karena masih muda, jadi recovery luka bekas jerawatnya cepet. Terus tiba di penghujung smp. Dimana ada suatu kejadian yang menghabiskan banyak pikiran. Efeknya, boom, jerawat muncul gak satu atau dua lagi. Tapi langsung muncul satu area di pipi kanan. Iya... Satu area. Kalau dihitung lebih dari 5 jerawat at the same time, at the same spot. Ini jerawat terparah #pertama
Jaman itu masih polos, jadi gak tahu harus diapain jerawatnya, disaranin obat apotik, yaa dipake aja. Nol ilmu tentang kulit sendiri. Sembarang pake obat salep jerawat yang ternyata dosis tinggi. Beuhhhh, jerawatnya sembuh, bekas salepnya jadi satu area di pipi dong, kaek orang panuan. Seneng jerawatnya sembuh, tapi sedih bekasnya astaghfirullah banget. Bener-bener kaek orang panuan, lebar banget, terpampang nyata.
BABAK 2
Waktu berlalu, masuk lah ke sma. Seinget ku balik lagi ke siklus dua atau tiga jerawat rutin tiap bulan + bruntus kecil-kecil + kulit selalu kaek kilang minyak + kusem. Buanyak yaaa :) Sampe capek udah, bodo amat lah. Disembuhin sekarang besok tumbuh lagi, gitu terus. Yaaaaa iyalahhhh. Lha selama sma, ngerawat muka kagak, tambah lagi pola makan kacau. Masih minum susu, makan goreng-gorengan, jajan sembarangan, gak olahraga, gak telaten bersihin muka pula. Gitu kok ngarep bersih. Ya maklum sih tapi, karena masih tidak berilmu.
Tidak ada siklus jerawat parah seingetku di sma. Tapi konstan segitu-gitu aja muka ku. Konstan rusaknya eheee. Skip skip skip. Ganti fase masuk ke kuliah. Nah ini, fase paling roller coaster.
BABAK 3
Awal kuliah, yaa masih gitu-gitu aja kan yaa. Jerawat + kusam + berminyak + bruntusan kecil-kecil. Masih gak ngerti dandan, gak ngerti skincare, gak ngerti pula merawat kulit. Terus lama-lama capek. Karena di awal kuliah, punya temen deket banget yang kalau ngomong sesuka hati, tapi bener, dari situ baru mulai muncul keinginan untuk memperbaiki permasalahan hidup yang satu ini. Jadi trigger nya ada dua. Pertama karena capek siklus masalah jerawat ini kaek gak ada hentinya, kedua di dorong dari lingkungan untuk mulai aware buat merawat diri sendiri. So here it is, my acne face journey (yang masih aku inget, selama kuliah)
1. Sadar diri akan pola makan itu sangat mempengaruhi.
Lupa banget dari mana kesadaran akan pola makan bersih dan sehat ini muncul. Pokoknya awal-awal jadi stop minum susu. Susu bagiku sangat menyumbang jumlah jerawat di muka. Setelah stop, seneng banget karena jumlah jerawat jadi berkurang. Terus stop kacang-kacangan. Plus ngurangin makan yang goreng-gorengan. Efeknya? Meskipun gak spektakuler, tapi gak parah jerawat-jerawat yang muncul selanjutnya. Dark spotnya, masih buanyak banget dimana-mana. Tidak terhitung.
2. Mulai memberanikan diri ke dokter.
Karena merasa sudah gak makan yang aneh-aneh, tapi masalahnya belum berhenti, akhirnya memberanikan diri konsul ke dokter kulit. Ini pertama kalinya terbuka pikiran ku untuk bener-bener merawat diri INSIDE + OUTSIDE. Inside udah gak makan yang memicu jerawat, tapi outside gak di benerin juga? Yaa sama aja boong.
Sekitar hampir 9/10 bulan pake krim dari dokter. Ini pertama kalinya juga aku tahu, ternyata bisa sampe bersih banget yaaaa kalau rutin muka ini dirawat. Dan bukan hanya aku yang notice. Sampe temenku yang gak pedulian aja sadar, muka ku mulai bersih. Ahh dari sini seneng banget. Masalah jerawat ini ada solusinya (walaupun masih sering jengkel dan mengeluh setiap kali jerawat balik). Tapi ini pertama kalinya kulit ku clean. No bruntus, no minyak, jerawat terkontrol sopan banget kalau keluar (biasanya gede-gede buanget), no kusam. Ciamik pokoknya.
But, akhirnya gak sampe genap 1 tahun, aku stop pake krim dokter. Karena normalnya muka ku ini oily type skin. Jadi secara alami kan setiap saat pasti produce minyak, nahhhh efek jangka panjang dari krim dokter ini adalah bikin muka tambah berminyak. Lama-lama risih. Bersih sih emang mukanya. Tapi risih gitu lhoo.
3. Lepas krim dokter
Lepas krim dokter, yaa balik ke habitat asli. Tapi gak segila dulu sebelum pake. Setiap hari masih lanjut struggling. Masih kesel setiap kali liat muka sendiri, kapan jerawat ini berhenti. Masih gak ikhlas dengan keadaan.
4. Mulai coba golden viera
Ini lah awal mulanya dunia per skincare-an ku. Dimulai dari sabun golden viera. Sabun ajaib nya para influencer skincare. Teracuni lah diriku. Mulai pake 1 batang, cocok. Lanjut 2 batang cocok. Tapi cocok aja, gak wow hasilnya. Gak kaek kata influencer. B aja. Dari situ mulai belajar. Untuk oily skin, itu sebenernya kulit ini butuh apa sih? Produk apa yang semestinya aku pake? Karena kalau pake krim dokter kan kita tinggal cerita masalah kulit ini apa, dokter cek, terus bikin resep, beliau lah yang sibuk berfikir produk apa yang cocok, lha aku tinggal make aja. Sekarang harus cari sendiri, produk apa yang mesti dipake.
5. Mencari skincare terbaik
Produk ini itu semua mulai dijajal satu persatu. Bekal ilmu tipis-tipis dari internet. Banyak gak cocoknya. Tidak ada perubahan yang berarti. Sampai aku coba The Ordinary Niacinamide. Ini titik balik nya. Aku pribadi gak sadar ada perubahan yang gimana-gimana diawal, tapi temen ku (orang yang sama di awal cerita babak 3) sadar kalau kulit ku membaik. Kalau dia orang yang cuek aja sadar, berarti perubahannya memang se-signifikan itu. Baru lah aku notice. Serum ini emang ajaib banget. 20 tahun hidup, muka ku selalu berminyak, tapi semenjak pake serum ini, setelah habis 1 botol, minyak di muka hilang. Alhamdulillah senengnyaa. Bisa nyaman banget tanpa minyak berlebih. Sampai detik ini terkontrol banget minyak di muka ku(meskipun udah gak pake lagi). Dari sini mulai seneng, terus mencoba skincare lain-lain lagi. Berharap masalah jerawat ini berhenti. Tapi, setelah kondisi mulai membaik, Allah kasih cobaan lagi. Yaitu ....
6. Jerawat terparah kedua
Satu, karena KKN. Karena super berdebu keadaanya (bahkan di dalam kamar). Jadilah pulang ke Jogja dengan jerawat guede banget. Bekasnya hitam (sampe sekarang) alhamdulillah ada 3 biji gede-gede (tetap Alhamdulillah).
(foto ini sebelum negara api menyerang, ini bibitnya jerawat yang akan aku ceritakan)
Dan dari sinilah jalannya muncul pemahaman baik akan masalah per-jerawat-an ini.
Next momennya bersamaan dengan kerja praktik di kilang minyak balongan. Yak the real kilang minyak. Gabungan antara, panas, lingkungan yang gak begitu bersih, lalu suasana baru (kulit belum adaptasi) dan makan sembarang lagi, plus lain-lain. BOOM. Muncul lah jerawat semuka. Jerawat terparah #kedua. Di jidat gak terhitung. Di pipi kiri ada 1 jerawat lebar banget (selebar kuku jari, bener-bener lebar banget), sangat hitam dark spotnya dan super dalam bekas lukanya. Di pipi kanan pun ada. Wahh udah. Pusing lagi ini ngurusnya. Pusing yang beneran pusing banget setiap kali ngeliat bekasnya. Sambat terus. Harus apa lagi.
Tapi terus melanjutkan pencarian skincare. Sampai akhirnya tiba-tiba Allah kasih rezeki lebih (padahal waktu itu gak bersyukur banget, maluu deh sama yang Maha Memberi Rizki) jadi bisa beli skincare yang harganya lumayan. Beratus-ratus ribu ++ hanya untuk 3 barang. Sayang banget duitnya (karena kerja belum dapet gaji seberapa waktu itu). Pelan-pelan kulit mulai membaik. lanjut terus ikhtiar dengan 3 barang tadi. Lalu dari 3 barang ini, kaek sihir, ajaib banget jerawat plus bekasnya sembuh. Dark spot berkurang, lubang bekas acne scar mulai naik ke permukaan hampir rata lagi. Sampai sekarang masih ganti-gantian aku terus pake 3 barang ini. Alhamdulillah slowly but sure semuanya membaik. Sebulan sekali masih muncul jerawat, tapi gak lebay jerawatnya udahan.
TERAKHIR
Ini dia ending ceritanya.
Dari kejadian diatas muncul pemahaman baik “Karena Allah yang memberi musibah, maka mudah saja bagi Allah untuk mengangkat nya kembali.” Di waktu desperate banget, diriku membatin “Ya Rabbi, muka ku isinya bekas jerawat doang bener-bener semuka ini, gak ada bagus-bagusnya, temen-temen yang lain mukanya gak ada yang berjerawat, tapi mengapa Engkau beri cobaan ini tanpa henti kepada hamba? Kenapa Ya Rabbi”
Jawabannya tiba-tiba ada di ceramah ustad siapa (aku lupa) dan beberapa postingan yang sekaligus muncul yang intinya “malu adalah akhlak orang beriman”. Ternyata itu hikmah nya. Allah jaga diriku, dengan situasi begini kan aku gak mungkin “sombong” atas anugrah yang Allah beri. Kalau kulitku mulus bersih, mungkin akan hilang rasa malu dalam diri ini, lalu berlebihan dalam “show off”. Baiknya Allah yang Maha Mengertahui atas segala sesuatu, Maha tahu mana yang terbaik untuk hambanya, jadilah Ia berikan cobaan ini terus-menerus agar diriku terjaga dari maksiat-maksiat domino efek “cantik mulus bening” yang biasanya muncul di diri wanita. Karena kalau dingat meskipun setiap saat usaha ku sudah maksimal, Allah masih terus kasih cobaan yang sama. Padahal kan kalau Allah mau angkat semua keburukan ini, gampang banget mulus bersihnya. Tapi setiap kali bersih dikit, mulai muncul tipis-tipis perasaan merasa berhasil atas usaha sendiri. Padahal tiada daya dan upaya yang sanggup mengalahkan kehendak Nya. Jadi, kalau kulit muka ku bisa bersih, Ya itu semua karena Allah yang ngasih. Pun kalau tidak bersih, muncul lagi jerawat padahal udah selalu ikhtiar, yaa semua itu pun karena Allah berkehendak demikian. Yakini diri sendiri bahwa semua ada hikmahnya.
SEDERHANA KAN SEBENERNYA.
Ahhh tapi emang payah banget dulu konsep pemahaman ku akan situasi ini. Sekarang mah, jerawat muncul, santai. Gakapa. Tawakal aja. Sambil terus ikhtiar nya jangan putus. Nanti Allah yang perbaiki.
.
Yogyakarta, 02.05 WIB, 01 Juni 2020.
-Nopia-
0 notes
Text
Aloha 2020: Part 1
Ternyata tulisan terakhir udah lama banget hampir setaun yang lalu wkwk. Padahal tahun kemarin resolusinya pengen sering nulis. Kalo 2020 ini sih resolusi pengen konsisten nyatet pengeluaran dan kegiatan/kerjaan harian hehe. Do’ain aja.
Anyway, kali ini bukan pengen nulis tentang resolusi sih sebenernya. Jadi beberapa waktu yang lalu sempet ada yang tanya “kenapa sih beli skincare mahal-mahal?” dan kemudian ku terselentik untuk menuliskannya. This story goes way back to 2010. Gonna be a long story so, im gonna make it into 2 parts wkwk.
Jadi, pertama kali aku dapet masalah kulit wajah ini tuh pas kelas 1 SMA akhir, yaitu tahun 2010, ntah kenapa tiba-tiba jerawatan tapi nggak banyak banget sih masih dalam batas normal aja cuman lumayan banyak buat ukuran orang yang jerawatan kadang cuma 1 atau 2 aja. Nah akhirnya karena emang sedari SMP nggak pernah dikenalin ibuk sama skincare2an, bahkan face wash pun enggak. Sampe akhirnya pas 2010 itu dibeliin lah sama ibuk face wash dan di sinilah perjuangan dimulai karena udah pake facial wash apapun nggak mempan ke jerawat (wkwk, ya iyalah orang cuma pake face wash, gus gus i wish i knew more about skincare back then). Tapi, emang udah nyobain hampir semua face wash dan beberapa rangkaian perawatan jerawat merk-merk di drugstore macem clean n clear, ponds, biore, verile, wardah, dsb -yang aku udah nggak inget apalagi- malah bikin kulit wajah gajelas. Jadi emang tipe kulit wajahku ini berminyak banget, jadi kadang ada yg abis pake suatu merk jadi kering banget, ada yang terlalu gentle jadi abis cuci wajah pun tetep aja berminyak.
Setelah percobaan demi percobaan, jerawat nggak redam malah makin parah huhu. Ibukku akhirnya nyariin lagi lah kira-kira masih ada nggak yang belum kita coba. Ibukku sendiri kalo nggak salah sih waktu itu pake la tulipe, tapi nggak mau kasih ke aku karena La tulipe itu agak lebih keras dibanding merk lain, jadi kurang cocok di kulit remaja. Suatu hari ibukku nyarilah di toko langganan trus ditawarin sama mba-mba di situ buat pake rangkaian perawatan dari Ratu Ayu, dari toner, milk cleanser, cream malam, cream pagi, sama sunblock (kalo nggak salah ya udah lama soalnya, lupa wkwk). Mulai pake merk inilah akhirnya jerawat udah memudar, muncul 1 atau 2 kalo lagi datang bulan which is very normal for me dan kondisi kulit udah jadi baik banget nget nget, I was very proud of my skin wkwk.
Dua tahun kemudian, yaitu Agustus 2012 ku ngekos di Jakarta Timur buat kuliah. Nah udara antara Jakarta dan Jombang pastinya beda ya kan. Mulailah lagi bermasalah kulit wajah ini (kira-kira 2013 awal-pertengahan) dan ini adalah break out terparah kulitku sampe sekarang pun. Namanya mahasiswa baru kan banyak ya kegiatannya, kayak ospek (magradika kalo di stis) sama ada jelajah alam dan outbond. Aku inget banget sih salah satu penyebab rusaknya kulit adalah diawali saat outbond (OB). Sampe sekarang sebenernya masih agak menyimpan dendam dengan peraturan yang bilang kalo nggak boleh bawa perawatan kulit even sunblock pun gak boleh, kecuali sabun cuci muka. Sumpah kesel banget sih. Cuma gara-gara peraturan macem itu akhirnya aku harus menghabiskan bertahun-tahun untuk mengatasi masalah jerawat ini.
Jadi, kegiatan OB ini dilaksanakannya di daerah Bogor (?) pokoknya dataran tinggilah, yang udaranya dingin banget kalo malem sedangkan siang ya tetep panas. Namanya rangkaian ospek ya kan, pasti padet kegiatannya, apalagi outbond pasti ada kegiatan fisik kaya baris berbaris, olahraga, bahkan sampe terjun dari panjat-panjatan gitu yang dilakukan mostly siang hari. Siang hari tanpa sunblock, kemudian tanpa cleanser langsung cuci muka dengan air yang dinginnya minta ampun, pasti kulit rusak. Dan bener dong, setelah selesai kegiatan itu semua orang yg seangkatan di kampus kulit wajahnya ngelupas semua. Mungkin ya bagi yang kulitnya normal aja, yaudah gitu kulitnya bisa balik seperti sedia kala sedangkan aku? nggak lama setelah itu langsung break out dong sumpah kesel banget nget. Awalnya emang cuma jerawat satu dua aja pas abis OB ini (masih 2012) setelah itu makin nambah dan banyak. Kalo inget ya, maunya udahlah bersyukur aja sekarang punya kulit kayak sekarang.
0 notes
Text
O88ᒿ·1ϬᜪO·1ᒿO౩ (WA) Obat Jerawat Alami Untuk Anak Remaja Obat Jerawat Alami
Bekas jerawat obat alami jerawat obat jerawat totol serum jerawat paling ampuh obat jerawat batu. Obat jerawat alami paling ampuh dan terbukti obat bekas jerawat menghitam skincare untuk menghilangkan jerawat dan bekasnya. Cara mengeluarkan jerawat batu jerawat batu di dagu. Jerawat hidung menghilangkan jerawat alami arti jerawat di jidat apakah tomat bisa menghilangkan jerawat obat jerawat alami cara agar wajah mulus tanpa jerawat dan komedo jerawat gatal. Cara menghilangkan bekas jerawat penyebab jerawat di pipi obat jerawat apotik .
#Obat Menghilangkan Jerawat#Sabun Muka Untuk Jerawat#Menghilangkan Bekas Jerawat Hitam#Penyebab Jerawat Batu Di Dagu#Obat Bekas Jerawat#Menghilangkan Jerawat#Obat Alami Jerawat Batu#Bekas Jerawat Hitam Susah Hilang#Pencet Jerawat#Mengatasi Jerawat#Obat Jerawat Apotik#Kenapa Jerawat Tiba-tiba Muncul Banyak#Masker Jeruk Nipis Untuk Jerawat#Jerawat Besar#Obat Jerawat
0 notes
Text
Tantangan Kuliah di Amerika
Udah hampir tengah malam. Iya. Jam 23.17 sekarang, aneh sih rasanya uda lama nggak nge-blog. Keseringan ngevlog jadi agak kaku mau mulai tulisan darimana. Anyway, barusan ada yang kirim pesan, nanyain tentang tantangan dan keuntungan kuliah di Amerika. Aku terdiam bentar setelah baca pertanyaan itu. Kenapa? Karna, jawabannya itu panjang haha. Bahasnya berhari-hari juga gak siap siap sebenarnya. Rencananya mau nulis tentang itu setelah ujian akhir nanti. Iya, bulan depan uda ujian akhir kuarter dan hari-hari masih diisi ujian tiap mingggu, kerja, dan kehilangan kehidupan sosial. Caelah win, siapa suruh padat-padatin jadwal sampe jerawat betah buat tinggal di muka karna hormon uda kayak roller coaster yang naik turun tiap minggu. Abaikan. Let’s go back to the main topic.
Oke, aku putuskan untuk berbagi tentang tantangan dan keuntungan kuliah di Amerika. Gajadi nulis setelah ujian akhir, karna tiba-tiba pertanyaannya sudah menghantui angan kayak orang baru jatuh cinta. Malam ini tulisannya juga super-duper you know la, agak acak. Ini kalau nulis esai kayak gini nilai F pasti. Haha.
Karna enaknya sakit-sakit dulu yauda aku mulai share tentang tantangan kuliah disini ya. By the way, Wiwin kuliah jurusan Teknik Elektro di Clark College (tahun 2018 bakal transfer ke Universitas yang beda lagi). Nah, Clark College adalah sebuah Community College, sederhananya, kita tidak bisa S1 di community college jadi harus pindah setelah tahun ke dua. Anyway. Here are some challenges when you study abroad. I mean ketika kita jadi anak rantauan dan jadi alien at the same time (hiks).
1. Manis diawal
Pasti banyak yang mikir kalau kuliah di luar negri itu seru, keren, pokoknya enak gitu yakan. Iya sih bener, tapi banyak juga tantangan yang kadang sulit buat di jelasin apalagi kalau udah bahas budaya. Setahun lalu aku baru balik lagi ke Amerika buat kuliah, awalnya semangat nya benar-benar ada di puncak. Berharap bisa jadi kayak Bill Gates, Warren Buffet, Mark Zuckerberg dan kawan-kawannya haha. Trus aku ingat kalau mereka adalah lelaki dan aku wanita (gak nyambung win). Oke, intinya, tantangan awal pas baru kuliah itu adalah ekspektasi-ekspektasi yang datang dari berbagai arah (dari orang tua, teman-teman, and most importantly, ourselves). Kuliah di luar negri itu sebenarnya gak beda jauh sama kuliah di dalam negri karna tujuan kuliah itu adalah memperkaya ilmu bukan untuk showing off kita kuliah dimana. Yang penting itu what we know bukan what we wear. Jadi, mengatur ekspektasi dan target supaya bener bener realistis adalah tantangan juga kalau kuliah di luar negri.
2. You have to start from zero
Dimanapun kita kalau kita orang baru pasti harus mulai dari nol lagi kan. Harus adaptasi sama budaya dan harus mulai cari teman dari awal lagi. Di Amerika itu menurut aku, semua orang itu pada sibuk jadi ya begitulah, sulit cari teman. Banyak sih teman buat say hi, tapi honestly, sampe sekarang aku belum nemu teman dekat (hiks). Doain nemu jodoh aja sekalian ya haha. Ada juga sih teman-teman yang pengen dekat ke kita, tapi kadang karna kita gatau budaya pertemanan jadi sulit. Apalagi kalau untuk anak yang introvert dan pendiam (that’s me). Jadi, kadang ya kangen aja sama suasana di Indonesia, dimana kita bener bener punya pemahaman tentang how things work termasuk jokesnya. Aku pernah ketawa sendiri disini when my friends didn’t laugh at all. Dan sebaliknya, it takes a while to understand jokes.
3. Tau Bahasa Inggris tidak sama dengan paham
Ngerti sih kalau orang ngomong, ngerti juga arti kata. Nah, tiba-tiba gak ngerti pas ujian? Ini sangat normal haha. Susah kadang buat ngertiin apa yang ditanyaakan. Jadi tantangan Bahasa itu ya ada sebenarnya tapi kadang dosen juga paham. Jadi siap siaplah untuk banyak tanya, untuk rajin-rajin ngecek hp buat nerjemahin kata-kata.
4. Serba Cepat
Mungkin aku uda sering cerita juga, kalau disini itu semuanya serba cepat. Mahasiswa nulis pake pensil itu normal, tulisan acak (agak normal juga) karna semuanya harus serba cepat. Makan, jalan, nulis, semuanya harus cepat-cepat karna orang disini emang percaya kalau time is money.
5. Losing senses
Bukan, bukan kehilangan kemampuan untuk merasakan pedas, pahit, dan sakit hati (caelah) haha. Mahasiswa internasional itu punya perspektif yang beda dari mahasiswa lokal begitupula sebaliknya. Jadi jangan heran kalau ada yang anggap kita kayak anak umur 17 tahun atau 33 tahun (this happened to me). Aku pernah ditanyain 2 kali, “Where is your husband?” Dan aku cuma bisa senyum dan bilang, “I just graduated from High School” (dalam hati, if you meet my husband, let me know, anak ilang itu). Intinya, komunikasi juga jadi agak menantang si.
6. Sebenarnya, you’re on your own
Siapapun orangnya, kalau kita merantau, pasti kita belajar pelan-pelan tentang diri kita. Yap, that’s what happened. Sekarang tahun kedua aku kuliah disini, dan masih saja berusaha untuk nyari jati diri (hiks, help me). Belajar untuk mandiri itu penting dan bener-bener bisa berdiri di atas kaki sendiri (gak mijak kaki orang lain). Kuliah disini itu punya banyak kebebasan, kebebasan untuk buat jadwal sendiri, milih dosen, dll. Tapi semua itu juga datang dengan tangung jawab, jadi kita harus bener-bener aktif buat merencanakan masa depan (right now, I’m planning for my schooling next year). Kalau di Indo kan kita lebih suka yang spontan atau membiarkan arus hidup yang memutuskan apa yang akan terjadi. Nah, kalau disini, planning is important. Jadi untuk someone kayak aku, it takes a while juga buat jadi biasa.
7. Rindu rumah, sahabat, dan makanan
Ini dari lubuk hati yang paling dalam. Ketika kita kuliah diluar negri, kita lebih bisa ngeliat masa lalu dengan jelas (bukan sama doi atau mantan atau apalah namanya). Masa dimana kita lagi seru seruan sama sahabat dan keluarga. Kadang itu muncul. Tapi kalau ujian tiap minggu, nugas tiap hari, yaa ilang juga (untuk sementara). Kalau orang-orang disini makan siang pake sandwich + apple atau burritos (makanan Meksiko). Aku lebih memilih untuk ngesnack aja karna gak sempat buat makan nasi padang (gak ada yang jual).
8. Masih membawa budaya asal
Awalnya aku bener-bener takut sih buat ngomong sama dosen, segan juga. Alhasil dikelas jadi pendiam, nah itu gabaik. Disini, kita benar-benar dituntut untuk aktif dan juga dekat sama dosen (banyak tanyain mereka). Jadi ya, good luck :D
9. Tugas, Tugas, Tugas
Kuliah = Tugas * Tugas. Sehari tanpa tugas itu artinya gak kuliah kalau disini haha. Karna banyak banget sih emang tugasnya. I mean, super banyak. Jadi time management itu penting. Bahka n kadang ketika kita uda atur waktu, tiba tiba aja 24 jam serasa 3 jam -_-
10. Gak ngerti instruksi
Nah, kebetulan karna jurusan aku Teknik jadi ya Lab adalah makanan tiap minggu. Tantangannya itu datang dari instruksi atau prosedur untuk ngelab. Kadang aku gak ngerti harus apa. Dan ketika ada mahasiswa lain yang uda selesain, that’s when you feel like, oh man, that’s it? Wkwk.
11. Pilih kuliah + kerja atau kuliah + social life
Ada banyak si mahasiswa yang punya grup grup gitu dan biasanya gak sulit juga buat gabung bareng mereka tapi ya kita yang buat keputusan. Karna tiap menit itu berharga, jadi kita harus bener-bener milih mau kerja sambil kuliah which means bakal jarang main dan cepat tua (wwk gak bener ni) atau mau kuliah sambil have fun bareng the cool kids. All of those things depend on you. Nah, aku pernah jalan bareng teman 2 kali dan what I learned is that kalau aku kuliah sambil main artinya aku harus keluarin uang untuk main kan? (gamungkin dibayarin terus) jadi aku memilih untuk kuliah sambil kerja (dan iyasi, aku gapunya social life diluar kampus). Tapi itu semua tergantung pribadi masing masing. Since, I like being by myself dan aku punya keluarga angkat disini, that’s enough. Bukan berarti aku antisosial lo wkwk. If you talk to me in person, you will know who I am J
12. Semua nilai itu transparan
Sistem kuliah disini itu transparan, nilai bisa di cek secara online jadi semua tugas itu ketahuan nilainya berapa dll. Disini gak ada system ranking gitu karna nilai adalah privacy. Jadi, balik lagi, karna tugasnya banyak disini jadi harus pinter-pinter untuk menghitung nilai dan prioritas karna we only have so much time to do too many things kan? :D
13. LDR
Kalau ada yang LDR, good luck ya. I have no comment. wkwk. Sulit itu ajasih. LDR bareng sahabat dan orang tua. Kalau sama pacar, yaa no comment lah. (ini super gak penting)
Apalagi ya tantangannya, hmm ada banyak si cuma kalau lagi didepan laptop kayak gini pasti ilang semua. Nanti kalau mau tidur ingatnya. That’s called life. Eh btw, ini uda lewat midnight. Nanti aku sambung lagi ya sharing tentang keuntungan kuliah disini, nah kalau ntar aku ingat lagi tantangan yang lain, I will let you know. Makasih uda baca blog acak ini btw. Semoga bermanfaat, if you have questions, feel free to let me know!
4 notes
·
View notes
Text
Hati-Hati, 10 Ciri-ciri Kosmetik Berbahaya!
Ciri-ciri Kosmetik Berbahaya – Terkadang ketika wanita ingin cantik dan menarik, mereka bisa jadi melakukan segala sesuatu, termasuk mengambil risiko menggunakan kosmetik berbahaya. Padahal sebenarnya kosmetik tersebut bisa menimbulkan banyak hal buruk bagi dirinya. Yuk, simak penuturan lengkap dari BP-Guide tentang kosmetik berbahaya yang mengancam wanita.
Seiring Berkembangnya Teknologi, Makin Banyak juga Perawatan Kecantikan Instan
Semakin berkembangnya zaman, semakin banyak juga berbagai perawatan kecantikan instan yang ditawarkan. Tentunya, ini tidak lepas dari kebutuhan banyak individu yang mendambakan penampilan sempurna, terutama bagi para wanita yang ingin tetap terlihat awet muda.
Tak heran, bila kini banyak cara perawatan yang bermunculan dengan trennya masing-masing yang selalu berubah-ubah. Kaum wanita pun tidak tanggung-tanggung dalam merogoh kocek agar hasil yang didapatkan sempurna. Tentunya, perawatan tersebut tak jarang tergolong instan.
Kamu Wajib Berhati-hati dengan Banyaknya Kosmetik Berbahaya
Sumber gambarRanger Review
Tak lepas dari berbagai penawaran kecantikan yang serba instan, kamu pun harus tetap berhati-hati dengan tersebarnya kosmetik yang berbahaya. Kamu tentunya nggak ingin kan bila muncul reaksi yang aneh terhadap kulitmu?
Kosmetik berbahan hidroquinon, merkuri, zat pewarna rhodamine B kini semakin marak beredar di pasaran dalam bentuk kosmetik. Padahal, sudah ada larangan pemakaian bahan kimia tersebut. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah sering merilis daftar kosmetik berbahaya, terutama yang ilegal. Sekitar lebih dari 1.000 item kosmetik kini dilarang peredarannya karena memang terbukti mengandung bahan berbahaya untuk kesehatan. Pertengahan 2009, setidaknya 70 kosmetik yang dinyatakan mengandung bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan.
Kandungan Zat Berbahaya Dalam Kosmetik
Merkuri
Sumber gambarNakawe Project
Kandungan berbahaya dalam kosmetik, seperti merkuri (Hg) seringkali terdapat pada krim/losion pemutih kulit. Ini merupakan logam yang sangat berbahaya, bahkan dalam kosentrasi yang kecil pun bersifat racun.
Tidak cuma itu saja, kamu pun bisa mengalami perubahan warna kulit, muncul bintik-bintik hitam, alergi, iritasi kulit, gangguan perkembangan janin bagi ibu hamil, gangguan pada ginjal, bahkan kerusakan permanen pada susunan saraf otak. Paling fatal adalah dapat menyebabkan kanker karena merkuri bersifat karsinogenik.
Hati-hati ketika memakai eye shadow, perona wajah, dan bedak kosmetik karena merkuri biasanya dipakai sebagai bahan pengawet di produk ini. Perhatikan setiap komposisi bahan yang terdapat dalam setiap produk yang kamu beli, terutama nomor registrasi dari BPOM. Jangan asal membeli kosmetik ya!
Rhodamin B
Sumber gambarBlue Beauty
Selain merkuri, kandungan berbahaya lainnya adalah rhodamin B (merah K.10). Bahan ini biasanya terdapat pada produk lipstik, perona pipi, atau pemulas kelopak mata karena mempunyai warna yang terang. Umumnya bahan ini ditemukan pada tinta, zat warna kertas, atau tekstil.
Jika kamu menemukan zat ini tertera pada produk, jangan pernah memakainya karena dalam sangat berbahaya, penyebab iritasi kulit, bahkan dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kanker.
Asam Retinoat
Sumber gambarWomantalk
Ada juga bahan berbahaya lainnya yang harus kamu waspadai, yaitu asam retinoat. Biasanya, bahan ini terdapat pada obat jerawat, obat peeling (pengelupasan kulit), dan pemutih. Efek yang ditimbulkan berupa kulit terasa terbakar, kering, kemerahan, hingga pengerasan kulit.
Tidak hanya itu, wanita hamil yang menggunakan kosmetik dengan kandungan bahan ini pun bisa terkena dampak, khususnya pada janin. Kenapa bisa? Alasannya karena dalam penggunaan yang lama, asam retinoat akan terserap ke dalam tubuh sehingga mempengaruhi janin.
Hidrokuinon
Sumber gambarHalvec
Hidrokuinon juga merupakan zat yang sangat tidak dianjurkan terdapat pada kosmetik. Tapi, terkadang ditambahkan pada krim atau losion pemutih kulit. Sifatnya yang dapat menghambat pembentukan melanin inilah penyebab hidrokuinon dipakai sebagai pemutih kulit. Tapi, efek yang ditimbulkan setelah pemakaian dalam jangka waktu yang panjang berupa hyper pigmentasi, terutama pada bagian kulit yang terkena sinar matahari langsung.
Sedangkan penggunaan jangka menengah akan mengakibatkan pigmen berkurang perlahan-lahan sehingga kulit menjadi pucat. Selain itu juga menimbulkan ochronosis (kulit berwarna kehitaman). Dampak pada kulit akan terlihat setelah pemakaian 6 bulan.
Parahnya, hidrokuinon juga bisa menyebabkan karsinogenik. Bila kamu keracunan hidrokuinon, kulit mu akan terasa seperti terbakar, sulit bernafas, gatal-gatal, dan adanya pembengkakan pada wajah, mulut, serta tenggorokan.
Ciri-ciri Kosmetik Berbahaya yang Harus Dihindari
1. Tidak Memiliki Izin BPOM
Sumber gambarXiao Vee
Agar kamu tidak salah pilih produk, berikut beberapa ciri kosmetik yang harus dihindari. Pertama, jangan pakai produk yang tidak memiliki izin BPOM. Itu adalah salah satu tanda jika bahan tersebut berbahaya karena tidak ada lembaga resmi yang bertanggung jawab.
Produk yang sudah terdaftar di BPOM, kualitasnya dipastikan aman. Lebih bagus lagi jika kamu memeriksa di website BPOM karena terkadang, ada penjual nakal yang memalsukan nomor BPOM pada kemasan produk agar dikira asli oleh para konsumen.
2. Panas dan Perih
Pernah tidak kamu merasa panas, perih, dan kulit mu tiba-tiba memerah ketika memakai kosmetik? Atau terasa gatal-gatal? Biasanya, penjual akan berkata kalau itu adalah reaksi dari produk yang dipakai.
Padahal, itu adalah tanda bahwa kulitmu tidak cocok dengan kosmetik tersebut dan bisa saja menunjukkan bahwa ada kandungan berbahaya yang terdapat di dalamnya. Hentikan segera pemakaian jika kamu mengalami hal-hal tersebut ya. Dan apabila tidak segera hilang gejalanya, ada baiknya kamu segera ke dokter spesialis.
3. Kulit Merah Meradang
Bukan hanya indikasi tidak cocok, terkadang memakai kosmetik yang mengandung bahan berbahaya akan membuat kulit mu meradang. Warna kulit akan berubah menjadi kemerahan, seperti terbakar sinar matahari. Hal ini kemungkinan disebabkan karena ada lapisan kulit yang telah rusak. Bahan kimia yang berbahaya dapat mengakibatkan terkelupasnya bagian epidermis kulit sehingga warna memerah, kering, dan kusam.
4. Menjanjikan Kulit Putih dalam Waktu Singkat
Tak jarang produk kecantikan menjanjikan kulit putih dalam waktu singkat. Tapi apa benar kulit bisa melakukan regenerasi secepat itu? Teorinya, kulit juga butuh waktu sekitar 28-30 hari untuk mengganti sel kulit lama dengan sel kulit baru.
Nah, jika produk pemutih yang ditawarkan atau kosmetik penghilang jerawat, flek memudar hanya dalam waktu 1-2 minggu, berarti bahan apa yang dipakai? Tentu saja hidrokuinon dan merkuri. Kandungan ini sangat berbahaya karena dapat mengelupas lapisan epidermis kulit dan membuat kulit jadi putih pucat. Bahkan yang paling mengerikan bisa menimbulkan tumor, kanker, hingga kelainan genetik.
5. Warna Mencolok atau Mengilap
Jangan cepat percaya terhadap kosmetik dengan iming-iming membuat kulit mengilap dalam waktu singkat. Tahukah kamu bahwa warna mengilap atau mencolok itu disebabkan bahan pewarna yang dipakai? Biasanya, dalam produk kecantikan zat pewarna yang digunakan adalah pewarna tekstil dan tentunya ini sangat berbahaya untuk kulit. Bahan ini biasanya ada di produk krim.
Untuk meyakinkan ada atau tidaknya bahan tersebut, cukup sentuh krim tersebut dan rasakan apakah teksturnya lengket, kasar, dan tidak menyatu.
6. Sulit Meresap
Ciri kandungan berbahaya lainnya yang biasa terdapat dalam produk kecantikan adalah tekstur yang kental dan sulit meresap. Ini dikarenakan konsentrasi bahan yang cukup kental dan pekat. Sebelum dipakai ke wajah, cobalah terlebih dahulu untuk mengoleskannya di tangan dan lihat berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga meresap ke dalam kulit.
7. Dikemas Asal-asalan
Sumber gambardetikNews
Kalau kamu mendapati produk yang dikemas asal-asalan, berhati-hatilah. Kamu perlu mencari tahu apakah di kemasan dicantumkan komposisinya, tanggal kedaluwarsa, logo produksi, dan izin dari BPOM. Produk yang mengandung bahan berbahaya biasanya dikemas tidak layak.
Para produsen hanya mementingkan keuntungan besar tanpa memperdulikan keselamatan konsumen. Banyak sekali ditemukan produk yang diracik sendiri oleh penjual, tanpa memperhatikan unsur kebersihan dan keamanan.
8. Aroma Menyengat
Berhati-hati juga pada aroma menyengat dari setiap produk yang kalian pakai. Bisa jadi, itu adalah indikasi adanya kandungan berbahaya di dalam produk tersebut. Aroma menyengat dari bahan berbahaya seperti hidrokuinon, merkuri, dan tretinoin sangat sulit dinetralisasi, jadi terkadang masih tercium di kosmetik.
Jadi lebih baik tidak usah membeli kosmetik dengan bau yang menyengat atau yang beraoma wangi terlalu kuat. Biasanya produsen menutupi bau aslinya dengan menambahkan parfum beraroma tajam.
9. Harga Lebih Murah
Kata orang, harga menentukan kualitas dari suatu barang. Di luar kebenaran pernyataan tersebut, memang kebanyakan kosmetik dengan harga yang terlalu rendah bukanlah barang asli, alias barang palsu yang bisa jadi berbahaya.
Harga murah biasanya diberikan kepada konsumen agar barang cepat laku, padahal kandungan di dalamnya tidak aman. Mulai sekarang lebih baik kamu berkorban membeli kosmetik agak mahal ketimbang harus menanggung risiko akibat kosmetik berbahaya.
10. Memberikan Efek Ketergantungan
Satu lagi yang tidak boleh kamu lewatkan ketika membeli suatu produk adalah “jangan sampai mempunyai efek ketergantungan”. Contohnya saja penggunaan krim pemutih. Jika pemakaian dihentikan, kulit akan kembali seperti semula. Waspadalah terhadap produk-produk ini karena apabila sudah sering dipakai, maka racun akan menumpuk di dalam tubuh dan merusak jaringan kulit.
Jangan Mudah Tergiur Sesuatu yang Instan
Setiap wanita pasti mendambakan kesempurnaan fisik. Maka tak heran jika pada berlomba-lomba untuk menguruskan badan, memutihkan kulit, meluruskan rambut, dan sebagainya. Banyak juga yang kemudian menempuh jalur instan. Menggunakan kosmetik yang dibilang ampuh padahal membahayakan. Kebanyakan dari mereka yang menjadi korban menyebutkan karena tergiur harga murah dan hasil cepat. Padahal perlu diingat tak ada sesuatu yang benar-benar instan. Begitu pun untuk tampil menarik. Ada banyak hal yang mesti dilakukan, dari mulai rajin merawat diri, membersihkan wajah, pergi ke salon, dan sebagainya. Semuanya untuk hasil cantik yang lebih awet dan tentunya aman.
source https://lookthebeauty.id/10-ciri-kosmetik-berbahaya/
0 notes
Text
My Acne Story: Pada Akhirnya
Pada akhirnya, hal yang saya lakukan setelah melewati fase yang panjang ini adalah berdamai dengan diri sendiri.
Pelajaran yang saya dapat, jerawat itu anugerah. Kalau ga ada jerawat, mana bisa saya belajar, mana bisa nulis segini panjang pengalaman, iya ga? Hehe. Walaupun memang, ga enak sih. Siapa sih yang mau jerawatan. Jadi, buat teman-teman yang kebetulan ketemu tumblr saya, yang sekarang lagi insecure sama muka sendiri, belajarlah untuk menerima, belajar bersyukur, itung-itung bisa jadi bahan aduan ke Allah, mungkin itu salah satu pengingat, harus lebih berdoa lagi yang banyak. Harus percaya diri juga tentunya, jangan kayak saya hehehe (sempat) ga pede sama diri sendiri. Ga ada penyakit yang ga sembuh, apalagi (cuma) jerawat.
Dulu, sangking takutnya punya jerawat sebanyak ini, saya hampir marah, tapi gatau mau marah sama siapa, masa iya marah sama Allah, padahal sendirinya sudah sering bikin Allah marah, malu ah. Pernah sih marah di depan kaca, sambil nangis. Pernah ga mau tidur, karena takut muka nempel di bantal. Pernah takut banget sama guling dan bantal yang saya gatau ada berapa ribu kuman disana yang akan membuat muka saya selama tidur malah makin parah. Pernah berada di fase bantal dan guling yang saya pakai harus dilapisi baju bersih.
Pernah juga ga mau difoto, musuhan sama kamera, bukan karena jerawatnya yang parah, lebih ke...saya takut sama tanggapan orang-orang yang nantinya ga nyaman lihat muka saya yang penuh jerawat. Pernah pengen grauk-grauk muka pakai tangan sangking betenya sama muka sendiri. Pernah ga mau keluar rumah. Pernah se-suudzon itu sama orang. Pernah dikatain ‘Ih ancur banget mukanya sekarang’ yang membuat saya langsung pesimis, pengen pergi aja. Muka lu diomongin ancur coyy! Hancur. Hancur. Han-cur. Dikata piring pecah kali muka saya tuh, hei lambenya dikurang-kurangin aja, deh. Ketika diomongin itu, ternyata yang hancur bukan muka, tapi hati hehe. Jangan aja masa depan dan ekspektasi saya ke kamu eheheh. Kamu siapeee mbaa?!
Saya juga sempat menjadi orang yang sangat sensitif. Tiba-tiba nangis, tiba-tiba marah. Salah satu teman saya pernah nanya, “Anti kenapa mukanya jadi jerawatan gitu? Jangan stress lah Ti.” Lalu saya jawab, “Udah dong jangan ditanya terus, hal-hal kayak gini malah bikin aku tambah stress.” Pernah se-insecure dan sensitif itu. Padahal niat teman saya baik, hanya mengingatkan. Tapi, saat itu, saya merasa ga perlu diingatkan. Parah, ya. Walaupun ketika sudah menjalani pengobatan, saya jadi lebih terbuka untuk cerita ke teman-teman penyebab jerawat saya ini.
Saya juga pernah tiba-tiba ditanya sama orang yang ga dikenal, sehabis sholat di masjid, saat sedang merapikan mukenah, tiba-tiba ada buibu nanya, “Dek, itu jerawatnya besar-besar, gatal ga? Sakit ga?” dan langsung dijudesin sama teman saya itu ibunya. Saya mah senyum aja dan teman saya yang tau banget perjalanan jerawat saya ini langsung ngedumel atau pernah juga saat di toilet mall, ada seorang ibu langsung nawarin saya krim jerawat yang dia jual. Plis :))
Sering juga dikasih rekomendasi obat-obatan yang cocok untuk jerawat, dari herbal hingga kimia. Dari dokter A sampai Z. Semua orang kayaknya ngasih rekomendasi. Semua orang baik dan peduli. Sampai semuanya saya iya-iyain aja, karena sudah cukup, saya sudah coba semuanya, kali ini saya mau fokus satu pengobatan saja.
Bahkan, dosen pembimbing saya saat itu pernah bilang, “Aduh Nid, muka kamu kenapa? Coba pakai ini. Kamu berobat dimana? Nanti pokoknya kalau ketemu saya lagi, jerawatnya udah hilang, yaa.” Hehehe seru banget, sebagai capri yang terkadang ambisius, saya merasa tertantang. Lalu, beberapa bulan kemudian, saya menghadap dosen saya lagi dan dengan pedenya billang, “Ibu, sudah lumayan hilang kan jerawat say?” Hehehe lucu kali kalau ingat itu.
Tapi, itu dulu. Masa-masa itu Alhamdulillah sudah lewat, fren. Dulu, saya sering menghayal, nanti bisa ga ya sembuh dan bikin my acne story kayak orang lain? Bisa ga ya balik lagi? Nanti saya akan ketawa ga ya ingat zaman jerawatan? Dan ternyata? Ga tanggung-tanggung, tiga part gue jabanin nih sangking panjangnya.
Berkali-kali saya bersyukur. Berkali-berkali saya diingatkan Allah untuk sabar. Untuk ikhtiar. Mungkin, ini juga pertanda harus lebih banyak berdoa sama Yang Maha Memberi. Muka saya memang belum semulus teman-teman lain, tapi saat ini saya mencoba, setidaknya ada banyak perubahan, jaaauuuh lebih baik dari sebelumnya. Kuncinya, harus berdamai dulu sama diri sendiri. Harus kerja sama juga dengan hati dan pikiran. Karena adanya jerawat ini, saya lebih peka aja sama orang-orang, kalau lihat orang-orang yang jerawatnya lebih parah, saya berusaha bersikap biasa aja, karena saya tahu banget rasanya ditatap orang-orang karena banyak jerawat. Biasanya saya mikir ‘Dia gimana ya kalau ditanya sama orang? Dia sedih ga ya?’ atau ‘Mba, sini kalau mau cerita, sini aku peluk juga kalau beban jerawatnya terlalu berat’ padahal mah cuma mikir aja, tapi ga berani ngomong langsung, ya ga kenal, sih.
Kalau ada teman-teman yang sedang jerawatan, saya ga akan nanya kenapa atau kalau mau nanya pasti hati-hati banget, tapi kalau mereka mau cerita, saya dengan senang hati mendengarkan. Saya selalu bilang, "Gapapa, sini saya temenin" atau "Gapapa, ini buktinya saya bisa sembuh." Walaupun yang kedua jangan ditiru ya, karena kalau ngasih solusi, ga boleh membandingkan keadaan kita sama orang lain.
Sekarang pun, jerawat saya ga sepenuhnya hilang, masih juga muncul jerawat yang besar kalau sedang banyak pikiran (mikirin apa tapi ya?) atau kurang tidur. Kalau coba-coba skincare baru juga masih timbul jerawat, kok. Tapi, sekarang lebih ga panik dan bodoamat aja apa kata orang. Hehehe.
Jodoh mah udah ada yang ngatur yaa.
Hetdah napa malah ngomongin jodoh, beybb?! Oke skip.
Sekian pengalaman jerawat saya, di bagian terakhir ini malah lebih banyak bacodnya ya ehehe tapi sebenarnya itu motivasi, lho. Setidaknya, walaupun ga ada yang baca, cerita ini bisa jadi pengingat buat diri sendiri, bahwa pernah punya jerawat yang parah banget, pernah insecure parah, pernah ga mau ditanya apapun tentang jerawat di muka sendiri. Tapi, sekarang, silakeuun, kalau mau nanya maah. Dengan senang hati menjawab. Karena, saya suka cerita. Walaupun hanya cerita sederhana. Ceilah.
Ohya, doain, semoga saya ga bikin part-part lain tentang jerawat lagi. Terima kasih sudah menyempatkan membaca. Saya, Nidya Ramadianti, bangga banget sudah sampai di fase ini. Malaikat juga tahu, siapa yang jadi juaranya.
Terima kasih, diri sendiri :))
Maaf kalau kata-kata, ejaan, dan imbuhan dalam penulisan masih kurang sesuai, mohon dimaklumi saya masih belajar nulis. Hehehe daaahhh.
0 notes
Text
Kesal (tidak jadi)
Saya kesal. Saya benar-benar kesal hari ini. Mulai dari jerawat-jerawat yang tiba-tiba muncul karena pikiran semrawut ruwet halah mbuh, lalu mata yang nggak mau diajak bobok padahal saya sedang sangat lelah. Punggung saya yang cidera dari olahraga masih terasa dan bokong juga sama nyerinya. Pindah posisi dari terlentang sampai jengkang dari tengkurap sampai duduk meringkuk di pojok kasur saya nggak ngerti juga kenapa semakin saya berusaha untuk tidur malah semakin kacau saja pikiran saya. Entah. Aneh.
Saya pun terdiam merasakan keheningan. Sunyi malam mengolok-ngolok saya yang kesepian dengan sesekali mendatangkan bebunyian. Angin yang menyentuh benda2 mati, burung di kandang yang bergerak mungkin melindur, tapi begitu suara ayam berkokok di jam dua pagi saya buru-buru tarik selimut. Saya telepon Abdi, dia sudah lebih dulu pulas dininabobokan percakapan kita sebelum masa telepon habis lalu telponnya mati. Saya panggil dia, eh ternyata masih menyahut juga. Syukurlah saya jadi nggak takut takut amat. Bukan sama hantu. Tapi kekalapan saya menangis dan atau melakukan hal macam-macam. Saya mengadu tidak bisa tidur. Setengah sadar dia tetap berusaha menenangkan saya dan membawa saya istirahat bersamanya, meski tidak berhasil. Saya mendengarkan dengkurannya, kadang2 saya memang tidak tahan karena tidak terbiasa dengan suara dengkur saat mau tidur, jadi saya matikan dulu telfonnya lalu ulang lagi supaya dengkurnya berhenti karena dia dengar saya telfon lagi. Secara earphone kami sama-sama terpasang dan otomatis menjawab panggilan.
Saya masih kesal. Tiba-tiba dari mushola didengarkan lantunan solawatan. Tandanya subuh dan saya benar-benar tak bisa memejam lagi. Payah kan? Mata saya segar tapi sayu. Kepala saya mendadak jadi komidi putar. Hadeeeh tak karuan!
Saya juga kesal. Di tempat kerja, banyak yang harus saya kerjakan dengan cepat tetapi pikiran saya kurang istirahat jadinya berpikir agak lambat. Belum lagi disusul sales yang sudah nggak klik dan nambahi masalah baru. Bos yang minta saya handle yang lain saat saya sedang mengerjakan sesuatu. Di rumah, tiba-tiba adik saya bikin ulah. Sepatu baru mau di sol dan saya jadi marah. Padahal saya minta sepatu yang sudah rusak yang diperbaiki, bisa bisanya dia pikir saya minta sepatu baru dijahit lagi. Dipakai saja belum. Asem!
Sudah nggak tahu lah apalagi. Pokoknya saya berusaha mengatur diri untuk tidak marah sama yang lain. Walau di dalam diri saya sedang ada peperangan, biar saya yang rasakan.
Seenggaknya di antara semua itu masih ada kesenangan yang bisa saya rasakan. Salah satunya foto ini.
💕
Bekasi, 13 Desember 2019.
0 notes
Text
Cerita Oneng
“Semakin lama sebenarnya gua semakin merasa ada yang hilang dari hidup gua. Senyum dan tawa yang dulu dia biarkan merekah sekarang hilang entah jadi apa. Cinta yang dulu bukan cuma kata tanpa makna, sekarang kembali ke semula” .
.
Hari ini gua masih berkutat dengan semua yang bikin hari-hari gua bermakna. Iya walau kerjaan gua cuma duduk diantara pameran yang entah apa esensinya itu. Tapi setidaknya gua dibayar buat sekedar duduk dan membagikan brosur tentang tempat gua nyari uang buat beli rumah, berlian, intan, pajero sport, naik haji, naik angkot, naik grab, naik-naik kepuncak gunung…. tinggi, tinggi sekali…(lah jadi nyanyi gua).
.
.
Gini, hari ini intinya gua masih mau bercerita. Iya, cerita tentang Oneng, adek kelas gua yang gua spesialkan, namun dia nya mah biasa aja. Oneng adalah maba waktu gua udah semester tua (kebayang dong tua nya gua se apa? Iya lebih tua dari situs gunung padang yang katanya lebih tua dari piramida Giza di Mesir). Oneng sebenernya pas masuk itu biasa aja. Tau kenapa? Karena saat Oneng masuk kampus, gua lagi deket ama adek kelas gua yang lainnya. Jadi Oneng itu ga masuk lah dalam draft inceran gua, apalagi inceran mantu emak gua.
.
.
Oneng ini waktu gua masih terlibat di organisasi kampus secara aktif, yah belum keliatan cantik lah. Belum ada benih-benih yang buat gua suka ama dia. Waktu pengenalan kaka tingkat di Taaruf juga dia masih biasa saja. Gada istimewanya sama sekali. Tapi hal itu berubah saat dia tiba-tiba pinjem HP gua buat buka sosial media yang logo nya masuk dalam filum Chordata kelas Aves (mikir yah??????, makanya belajar sini ama gua ). “ Kak pinjem HP nya dong, aku mau buka TWITT** nih”. Gua diam dan melongo, otot disekitar mata gua kompak berikatan kearah tengah. Siapa nih bocah pikir gua dalam hati. “Oh iya, pake aja nih”. Dia dengan santainya make hape gua buat buka tuh medsos. “Udah nih kak, makasih yah..”. “Eh iya sama-sama” , sahut gua. Dalam pikiran gua masih bingung, nih anak siapa sih? Kok berani-beraninya minjem HP gua. Yah asal kalian tahu aja nih, gua dikampus dikenal galak dan punya sedikit andil di Lab. Kadang banyak maba yang mau negor gua juga takut. Mereka kalau ketemu gua serasa pengen ngumpet dilubang semut, lubang buaya, lubang jerawat dan lubang-lubang yang lainnya (Coba sebutin lubang lainnya yang bikin enak kalau di tusuk pelan-pelan? Yah benar, jawabannya lubang kuping. Eh kalau kuping ga ditusuk yak, au ah bodo amat yang penting lobang). Salut gua sama nih bocah !
.
.
Saking salutnya gua, ga terasa kalau gua mulai mencari data tentang dia. Gua datangin kelurahan, catatan sipil, catatan najwa, catatatnpengingat.tumblr.com (ciyee promosi ciyeee), dan semuanya gada data tentang dia. Gua frustasi dong, kok gada data tentang nih anak. Eh ternyata gua salah. Dia anak planet jauh (planet yang ada bantar gebangnya), gua nyari datanya di Belitung. Yah ga nyambung lah…!!! Setelah berkutat cukup lama, akhirnya gua nemu data dia. Namanya Oneng Cahaya F. Iya pokoknya nama tengahnya cahaya dah. Gua dapetin namanya dan sedikit info tentang dia dari medsos “Buku Muka”. Dari medos itu akhirnya gua beraniin buat nge-Add dia. Gua klik tombol colek buat nge-Add dia. Eh gua ditampol ama operator buku muka gara-gara colak-colek sembarang. Ternyata gua salah klik tombol. Harusnya kalau nge-Add di buku muka, lu harus teken atau pencet +tambahkan teman. Bukan colek seperti yang gua lakuin. Ini mah gua kasih tau aja yak ama lu pada.
.
.
Setelah nunggu lama, kira-kira 7200 detik akhirnya dia confirm permintaan pertemanan gua. Gua seneng bukan main waktu dia confirm. Secara setelah dia minjem HP gua, muka nya nih anak selalu muncul disetiap kali gua membuka atau menutup mata. Saat gua boker, kencing, makan, minum, cegukan, muntah, ngelap ingus, dsbnya., mukanya selalu aja kayak ngembuntutin gua gitu. Enak gak sih kira-kira kalau dibuntutin? Yah enggaklah ! makanya gua pengen nanya ke Oneng sebenernya. Dia selama ini pake pelet apa. Kan lumayan ntar kalau dia ngasih tau gua juga pen belajar melet. Kalau gua dah bisa melet kan lumayan lidah gua bisa keluar-keluar gitu kek uler.
.
.
Gua akhirnya beraniin buat ngechat dia duluan:
“Hai, kamu?”
Trus gua tungguin tuh, kan gua ngechat dari jam 20.13 wib tahun 2014 bulan Desember. Eh dibalesnya sehari setelahnya.
Dia balesnya gini, “Telat aja apa telat banget kak kalo balesnya skrg? Wakakakakkaaaa” .
Padahal asal kalian tahu, gua tempe (oke bukan itu maksudnya HARRY !!!), Gua pas ngechat dia tuh deg-degan abis. Jantung gua dan disko saking kencengnya. Eh balesnya sehari banget setelahnya, kan ngesyelinnnn (eaaaaa).
Akhirnya gua bales dong, “Telat ajah, haha”.
“Yeay, belum banget berarti yah,? Dimaafin kan berati kak”.. begitu kata Oneng. Trus yah akhirnya gua chattingan ama sih oneng. Kalau ga salah gua, beginilah hasil chatiingan gua ama dia.
Gua: “ Yah kagak ada yang salah Neng, kaga ada yang kudu dimaafin hahay”
Oneng: “Oke, kalau gitu aku pergi”
Gua: “Lah kok pergi?”
Oneng: “ Ih, mau kek sinetron kak.. Oke aku jayus”
Gua: “Oh maaf, ga biasa nonton sinetron sih.. Nontonny Mahabarata hahahaha”
Oneng: “Bodo amat -_- (ngasih emot senyum tapi lidahnya keluar, gatau dah nama emotnya apa. Kalian tahu gak? Kalo gua mah gatau. Tapi kayaknya emotnya ketawa dah. Tapi kok kalo ketewa emotnya ga bunyi gitu yah? Entahlah bingung gua), Geliiiiiiiii wwkkwkw”
Gua: “Dih seru tau..”
Oneng: “Apanya yang seru coba-_-“
Gua: “Yah lebih seru lah daripada sinetron Indosi** yang naik elang itu, cewenya cakep-cakep lagi, ahhaha”
Oneng: “Seruan naik elang, hahah, Cantik apaan?”
Gua: “Cantiklah, matanya tajem gitu”
Oneng: “Serem dong “
Gua: “Lebih seremen kamu Neng”
Oneng: “ Kok gitu?”
Gua: “Iya kamu serem karena tiba-tiba bikin kangen” ahha
Oneng: “ Hahah, bisyaaa-bisyaa..” Eh aku lebih ngangenin?”
Gua: “ Siapa yang ngangenin? Kamu? “
Oneng: “ Iyadong”
Gua: “ Huhu iya”
Oneng: “TUHKANNNNN !”
Gua: “ Tapi boong deng”
Oneng:” Eh lu kk, udah jomblo PHP pula”
Gua:” haha, lagian sering kaga ada yang percyaa kalau gua bilang kangen”
Oneng: “iyalah, kan lu bilangnnya boong”
Akhirnya gua ama Oneng ngobrol terus ampe malem. Gua bingung apalagi yang gua bahaas ama dia malem itu. Tapi akhirnya ada beberapa hal yang gua tangkep dari si Oneng malam itu. Dia itu anaknya asik, di gasuka cowok romantis , dia suka cowo humoris, dia cewe, dia berkerudung, dia hasil perkawinan ibu dan bapaknya. Terus akhirnya gua ama si Oneng terus melanjutkan pembicaraan yang tidak ada faedahnya itu. Gua sama dia makin dekat, yah tapi hanya sebatas teman. Walau sebenarnya gua udah suka dan sayang banget ama dia dari awal.
.
.
Waktu terus berlalu, sekraang sudah Agustus 2017. Gua kenal sama Oneng secara intens di Desember 2014 (walau udah tahu dari Septermber 2014). Berarti kalau dihitung-hitung sekarang gua dah kenal sama si Oneng sekitar 32 Bulan. Tapi masih ada hal yang tidak berubah dari gua dan Oneng. Gua masih mencintainya, tapi dia masih mencari yang lain yang bisa memahami dan membuat dia nyaman. Ternyata gua belum cukup untuk menaklukan hati Oneng dan belum bisa membuat dia nyaman. Gua yakin dia adalah orang yang sangat baik. Dia pantas mendapatkan orang yang jauh lebih baik dari dia. Dia pantas mendapatkan seseorang yang humoris seperti yang dia citakan. Yah lu pada tahu sendiri gua kayak apa, gua gada humoris-humorisnya. Setiap yang gua lakuin itu garing semua.
.
.
Terlepas dari itu semua, gua sangat paham alasan si oneng untuk tidak menerima gua sebagai seseorang yang pantas untuk mendampingi dia. Iya gua banyak kurangnya. Gua kurang tampan, kurang humoris, kurang tinggi, kurang bisa bikin dia nyaman, kurang berduit juga. Dan yang lebih pentingnya gua kurang percaya sama diri gua sendiri. Gua belum percyaa gua bisa dapeti hatinya. Karena gua tahu kapasitas gua. Gua hanya 0,1 dibanding 10 yang jadi kriteria dia. Tapi lantas apakah gua bakal menyerah untuk Oneng? Entahlah, kadang takdir membawa gua untuk kembali bersua dengan dia. Walau saat gua sudah tidak ingin sekedar memaksa Tuhan untuk membawa gua kedalam hidupnya.
.
.
Oneng, jika kamu baca ini. Tidak ada yang bisa aku lakukan lagi tanpa seiizinmu. Tidak akan aku tahu maksudmu. Aku tahu setiap mengutarakan perasaanku, aku tidak pernah datang dan menatap matamu. Aku tidak pernah untuk melihat kedalam jendala hati lewat matamu. Kamu tahu alasan semua yang aku lakukan saat ini? Alasannya karena aku berusaha untuk dapat menjadi kaya, biar aku tak malu akan semuanya L
.
.
Terima kasih sudah membaca, terima kasih sudah setia dalam deretan kata-kata yang menyambung sehingga bermakna. (Sore ini di Pamulang, 20 Agustus 2017)
4 notes
·
View notes
Text
Bertanya Kabar Hati
Pernahkah kita bertanya kabar hati setiap hari? Masihkah ia bersih seperti tatkala pertama kita miliki? Ataukah mungkin kabarnya kini sudah melegam. Penuh dengan noda-noda hitam.
Jika pada fisik saja kita begitu peduli. Kenapa tidak dengan hati? Apa salah hati hingga kita seringnya abai padanya? Tentang kabarnya pun kita seolah tak peduli.
Hati memang tidak terlihat. Letaknya tersembunyi. Ia juga seringnya bukan sebagai bahan pujian. Kalah terkenal dibanding wajah, kulit, rambut, dan anggota badan lainnya. Tapi tahukah kita bahwa hati sejatinya adalah raja anggota badan. Malikul a’dhoo, begitu kata para ulama yang tertuang pada Kitab Jaami’ul ‘Ulum. Sedangkan anggota badan itu hanyalah tentara-tentara dari sang raja.
Kau tahu apa sebab hati dipilih sebagai raja? Sebab baik dan jeleknya perilaku seseorang tergantung pada hati. Jauh sebelumnya teladan terbaik kita pun telah mengingatkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dalam suatu sabdanya berkata, “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599)
Hmm ternyata penting banget ya hati. Ia dapat digunakan sebagai refleksi jasad. Maka pantaslah kiranya jika kita harus sering menanyakan kabarnya. Menengok ke dalam siapa yang tengah mengendalikannya: nafsu atau petunjuk Illahi. Juga adakah noda-noda hitam yang mulai bersarang. Jika iya, segera bersihkan.
Apa saja yang bisa mengotorinya? Ah banyak. Bahkan lebih kompleks dari sekedar jerawat yang asyik menempel pada muka. Sebagian diantaranya ialah iri, dengki, sum'ah, sombong, riya’, dan seterusnya.
Apa ini namanya? Tiba-tiba aku merasa sakit sebab tak lagi ditunjuk sebagai ketua panitia. Kenapa malah dia? Bukankah aku lebih banyak hafalannya ketimbang dia. Hei Bro, ini acara tahfidzul quran lho. Kalau ketuanya saja tidak hafidz, mau dibawa kemana ini acara? Ah tidak, aku harus segera bertanya kabar pada hati.
Apa ini namanya? Melihatnya kesusahan mengeja huruf-huruf hijaiyah itu kenapa hatiku malah sontak bergembira? Ah tidak, aku harus segera bertanya kabar pada hati.
Apa ini namanya? Tatkala datang kepadaku arahan, aku marah bukan kepalang. Ah tidak, aku harus segera bertanya kabar pada hati.
Apa ini namanya? Aku terlampau malas menegakkan salat jika hanya sendiri. Tapi bila mertua mendekat disisi, semangat itu justru muncul membara. Ah tidak, aku harus segera bertanya kabar pada hati.
Apa ini namanya? Aku selalu menyalahkan nasib. Tentang keadaanku. Utamanya fisikku. Kenapa tak sesempurna mereka. Ah tidak, aku harus segera bertanya kabar pada hati.
Dan nyatanya banyak diantara noda-noda hitam bersarang pada hati, bukan sebab orang lain. Justru mereka datang sebab kita yang sering abai pada kabar hati.
Jika mulai ada yang menggelisahkan jiwamu, kamu butuh bertanya kabar pada hatimu :))
24 Ramadhan 1438 H | 19 Juni 2017 M
9 notes
·
View notes
Text
Mengadili Korban Pelecehan Seksual Sejak dalam Pikiran
Saya masih ingat betul, saat itu sore selepas pulang kuliah, saya naik angkot yang biasa saya naiki tiap hari dari rumah ke kampus, dan sebaliknya. Angkot lengang, hanya ada satu perempuan muda, satu ibu-ibu, dan saya yang memilih duduk di pojokan bangku empat agar bisa leluasa senderan. Kemudian, masuklah seorang pria berpakaian rapi dan menjinjing tas kantor. Dia mengambil posisi duduk di tengah, di deretan bangku panjang untuk enam penumpang.
Yang kemudian terjadi adalah peristiwa yang selamanya akan menyisakan trauma di pikiran saya. Pria itu mengubah posisi tasnya, menunjukkan kelaminnya yang sudah terbuka, menghadap saya, kemudian melakukan onani hingga orgasme.
Apakah saat itu saya berpakaian seronok? Tidak. Boro-boro rok mini atau tank top, saat itu saya mengenakan jilbab, kemeja, dan celana jins longgar. Apakah saya cantik dan mengenakan make up menor? Tidak. Teman-teman kuliah saya jadi saksi bahwa saat itu saya adalah salah satu perempuan terkumel di kampus sastra dan berhiaskan jerawat parah bak wijen di permukaan onde-onde. Apakah saya sendirian? Tidak. Apakah saya menempuh rute sepi? Tidak sama sekali. Rute angkot yang saya naiki melintasi jalan raya Margonda dan Kelapa Dua yang super ramai dan sering macet parah. Apakah saya menggoda? Hell no. Saya bahkan tidak kenal siapa dia.
Saat itu, saya adalah mahasiswi sebuah perguruan tinggi ternama, mempunyai kemampuan berkomunikasi yang cukup baik, dan aktif di berbagai organisasi intra dan ekstra kampus. Lalu, mengapa saya diam? Saya terlalu shock menyadari bahwa saya adalah korban. Saya merasa takut dan terintimidasi. Saya takut tidak dipercaya. Logikanya, mana bisa seseorang onani di dalam angkot yang penumpangnya ada beberapa? Percayalah, nafsu tidak mengenal logika.
Saat angkot tiba di pasar, saya bergegas turun. Sebelumnya saya bimbang untuk turun lebih awal karena jalur yang dilewati adalah kuburan dan deretan pertokoan yang sudah mulai tutup. Pikiran saya saat itu, si pelaku bisa saja ikut turun dan mengejar saya, karena itu, saya memutuskan untuk turun di pasar yang notabene masih cukup ramai. Setelah turun, saya mengejar perempuan muda dan ibu-ibu yang sebelumnya seangkot bersama saya. Saya tanya apakah mereka lihat apa yang saya lihat. Dengan muka jijik, mereka bilang tidak. See? Lengkaplah ketakutan saya untuk melaporkan hal tersebut, meski pos polisi jaraknya hanya sepelemparan batu dari tempat angkot berhenti.
Namun, lepas itu saya menyesaaaal sekali. Versi diri saya yang lebih berani, bilang, harusnya saya laporkan tindakan itu, berteriak, minta tolong para tukang ojek, atau apalah. Ada yang percaya atau tidak, itu urusan nanti. Kalau ada yang percaya, bagus, pelaku bisa dihukum. Kalau tidak ada yang percaya, minimal saya sudah memberikan shock therapy buat si pelaku. Bahwa tidak semua korbannya akan diam. Namun sayang, yang bertindak saat itu justru versi diri saya yang pengecut.
Saya menulis ini dengan marah (semoga editornya ngedit dengan marah juga). Mengingat kembali masa ketika SMP saya pun hampir dilecehkan oleh tetangga dekat. Teringat pula ketika saya kelas 1 atau 2 SD sering digerayangi guru agama saya. Yang terakhir ini, saya heran kenapa baru ingat belakangan. Mungkin karena saat itu saya tidak tahu bahwa itu adalah salah satu bentuk pelecehan. Mengingat ada begitu banyak kesempatan saya bisa dilecehkan, bukankah berarti juga banyak perempuan mengalami hal yang sama?
Saya menulis ini dengan geram (lagi-lagi, semoga editornya ngedit dengan geram juga). Karena ketika cerita ini saya lontarkan, banyak teman perempuan saya yang mengadu juga mengalaminya. Banyak cerita muncul tentang penggerayangan oleh oknum tidak dikenal di kampus, digeseki kelamin saat di dalam bus, dan guru yang suka meremas bokong dengan ancaman tidak akan memberi nilai bagus. Bahkan ada siswi yang trauma hingga berhenti sekolah karena kelaminnya dipegang oleh guru laki-lakinya. Alasannya? Si guru tidak percaya kalau siswi ini sedang haid sehingga tidak bisa ikut sholat.
Pelaku kejahatan seksual selama ini leluasa melakukan kejahatannya karena banyak korbannya yang memilih untuk diam, seperti saya. Selain shock, terintimidasi, dan takut tidak dipercaya, juga ada ketakutan bahwa menjadi korban pelecehan seksual adalah aib. Saya bisa dengan lancar menceritakan hal ini karena apa yang saya alami “hanya” sebagai korban exhibitionist. Namun, bagaimana dengan korban pemerkosaan? Apakah bisa dengen enteng mereka bercerita “Eh, gue abis diperkosa lho”? Kemudian semua orang bisa menerimanya, dan dunianya akan baik-baik saja seperti sedia kala? Tentu saja tidak.
Ngaku deh, apa yang terlintas di pikiranmu saat mendengar berita pemerkosaan, dan korbannya adalah perempuan yang belum menikah? Pasti pikiran “wah, jadi udah nggak perawan, dong?” itu melintas. Pengkultusan keperawanan dalam perkawinan menyebabkan adanya bargaining position yang lemah bagi perempuan. Menjaga keperawanan untuk orang yang kamu cintai itu bagus, sangat bagus. Tapi jangan lantas menghakimi yang tidak perawan sebagai gelas sompal. Perempuan yang sudah tidak perawan, entah itu karena kemauannya sendiri atau karena diperkosa, dianggap tidak lagi sempurna. Maka tidak heran, banyak korban dan keluarga yang justru menutup-nutupi kasus pemerkosaan semata-mata agar korban bisa “laku” dinikahi siapa saja lah. Yang penting dinikahi, lha wong sudah nggak perawan. Kalau kayak gini, yang salah siapa? Kita.
Karena kita masih sering memandang hina korban pemerkosaan. Karena kita masih menyalahkan tampilan korban, mengkambinghitamkan rok mini sebagai godaan tak tertahankan. Karena kita masih berpikir korban pemerkosaan juga menikmati seks yang dipaksakan. Karena kita tidak memberikan dukungan kepada korban untuk melawan. Karena kita yakin bahwa korban sodomi kelak akan menjadi pelaku yang melahirkan pelaku-pelaku lain dan itu adalah lingkaran setan. Dan karena kita masih menganggap pelecehan seksual adalah musibah dan aib yang perlu disembunyikan.
Oh ya, tentang pakaian, fotografer Katherine Cambareri punya proyek memotret pakaian-pakaian yang dipakai oleh para korban kekerasan seksual di Amerika Serikat. Hasilnya, kebanyakan pakaian yang dikenakan para korban adalah pakaian sehari-hari yang jauh dari kesan seksi apalagi vulgar. Jadi, yang masih mengait-ngaitkan rok mini dengan pemerkosaan, silakan sering-sering baca Mojok dan Majalah “Hidayah” biar pikirannya nggak cupet dan senantias tercerahkan.
Jadi, mari mulai mengamalkan perkataan Pram tentang adil sejak dalam pikiran. Jangan cuma jadikan itu sebagai update status facebook dan twitter agar dianggap melek literasi karena membaca karya-karya Pram. Mari mulai membenahi pikiran kita bahwa korban pemerkosaan dan pelecehan seksual adalah korban, tidak ada yang salah pada korban karena yang jelas salah adalah pelaku. Dukung para korban untuk melawan dan meminta keadilan. Jangan jadikan pernikahan sebagai solusi kekeluargaan untuk menyelesaikan kasus pemerkosaan. Lha kalau gitu, perkosa saja perempuan yang menolak untuk kamu nikahi. Selesai. Gitu?
Selesai ndasmu…
0 notes
Text
Skincare Routine (1) : (T)Ouch Up !
Assalaamu’alaikum.
Yak ! Tumben-tumbenan sekali saya yang jarang banget ngobrol soal perlenongan ini tiba-tiba ingin membahas mengenai skincare routine. Hmm. Hal ini didasari dengan saya yang baru ngeh jika skincare routine saya berubah semenjak saya tinggal di luar negeri. Nah, sebelum saya bahas mengenai skincare routine selama saya tinggal di Taiwan saya ingin membahas perjalanan saya hingga menemukan skincare routine dan produk yang cocok buat saya.
Sebenarnya jenis kulit saya ini adalah kombinasi. Nggak yang kering banget, hanya berminyak di beberapa area misalnya T-zone. Itupun juga nggak banjir banget minyaknya. Tapi, sensitifnya masyaa Allah. Serba riweuh memang kalo punya kulit wajah super sensitif. Kudu super hati-hati juga pilah-pilih produk perawatan wajah. Pengen cantik, punya wajah sehat bersih berseri, dan menyenangkan ketika dilihat itu pasti. Tapi apalah daya kalo gegara salah pilih produk wajah kulit sensitif makin gimana-gimana. Duh !
Saya sebenarnya suka-suka aja dandan, concern banget malah, kenal produk-produk bagus, dan cara makenya. Tapi ya balik lagi, gegara kulit sensitif nggak bisa apa-apa. Nekat sih pernah bahkan sering, demi jadi cantik bo'. Tapi abis itu balik deh masalah utamanya. Kalo nggak meradang, breakout, paling parah purging, jerawat batu pula !
Karena berbagai masalah itu akhirnya saya jauh lebih hati-hati. Jadi bener-bener cuman make beberapa produk yang beneran cocok buat kulit sensitif saya. Relain nggak touch up dulu, relain muka jadi polosan dulu hingga masalah utama yang aku hadapi saat ini, yakni bekas jerawat kelar. Rela juga dihina nggak bisa merawat diri, males dandan, ah sudahlah banyak pokoknya. So here we go, produk wajah yakni sabun muka dan krim dan perjalanannya hingga akhirnya nemu yang cocok di muka. Ulasan saya ini berdasarkan pemakaian selama tahun 2010-2014 ya !
1. Pond's White Beauty Siapa nggak tergiur dengan iklan produk satu ini yang menjanjikan kulit putih merona dalam tujuh hari. Widih, jelas wanita labil belasan tahun kayak saya ikutan haha. Beli rangkaian lengkap hingga menghabiskan ratusan ribu tiap bulannya. Hasil ? Wajah bersih, keset, tapi keringnya masya Allah.
Produk ini andalan semasa SMA. Eh, eh tapi kulit saya nggak semakin cerah. Malah muncul noda putih, agak mengelupas di daerah mulut, pipi, dan hidung. Duh, duh. Berhenti sudaah.
2. Krim Dokter..Ah Entahlah Jaman kuliah, mulai kenal banyak ciwik-ciwik kece berwajah kinclong di kampus dan kenal macem-macem jenis perawatan. Tapi tahu harga yang harus dibayar, tentunya daku yang anak kos sejati minder dong lha wong tiap bulan duit melayang buat bayar listrik kos dan makan. Jadilah perawatan seadanya saja, nggak peduli muka kusem, jerawatan, iyuh banget lah pokoknya.
Rupanya Mamah gemes dan akhirnya ngasih krim dokter yang katanya dibeli di budhe. Awalnya ogah, lama-lama seneng. Wajah jadi bersih, bebas jerawat, dan paling penting putih ! Setelah sebelumnya mirip pantat penggorengan, maklum berbangga diri dong kalo jadi cantik dadakan. Hahaha.
Tapi, makin lama makin dipake kulit makin berminyak. Mana putihnya nggak sehat dan ternyata diindikasi krim sejenis ini punya kandungan berbahaya. Akhirnya saya berhanti juga pake krim ini setelah pake selama hampir dua tahun.
3. The Body Shop Tea Tree Facial Wash Setelah pake krim dokter, sempet balik ke Pond's tapi kulit makin kusem. Akhirnya browsing dan nemulah produk ini. Coba-coba aja sih, reviewnya bagus soalnya. Ladhalah, setelah menghabiskan 105,000 IDR untuk sebotol gede facial wash jadinya malah bencana alam !
Hari pertama oke, wajah kinclong lagi subhanallah. Tapi hari kedua, ketiga, mulai purging. Jerawat batu, banyak pula. Saya kira purging bakal kelar dalam dua minggu, tapi sampe hampir sebulan jerawat tak kempes-kempes. Sakit banget pula, hik. Nggak lagi-lagi deh ! 4. Clean&Clear Essential Facial Wash Harga dan merk nggak menjamin kualitas, ternyata hiks. Buktinya merk sebeken TBS nggak jamin bikin kinclong. Secara ajaib, sabun ini yang harganya bahkan berjarak hampir seratus ribu justru menyembuhkan purging dalam waktu nggak sampe seminggu ! Whoaa ! Langsung deh, ganti ke sabun ini. Alhamdulillah, cocok banget. Bahkan entah udah abis berapa botol dan ganti berapa kali hehe. Bahkan ketika insting coba-coba merajalela dan muka kembali bermasalah, kembali pake sabun ini jadi solusinya. Sukaa ! 5. Clean&Clear Fairness Moisturizer Nggak lengkap rasanya ketika cuman pake sabun cuci muka tanpa krim lagi. Resiko banget buat bermasalah di bawah paparan sinar matahari dan debu. Jadilah saya beli juga produk sejenis yakni seri Clear Fairness Moisturizer. Hasilnya ? Nyahaha, dasar kulit sensitif banget. Ada bahan pemutihnya bikin panas di kulit, gatel banget pas kena matahari pula. Duh, jerawat juga balik. Huwaa ! Stop deh, stop !
6. Garnier Sakura White Facial Foam Jeng jeng, jadi ceritanya pas urgent dan sabun biasanya abis jadi beli beginian. Bisa ditebak, kulit bermasalah lagi. Cukup sudah, yok mari dadah-dadah ke produk ini. Balik lagi ke Clean&Clear lagi. Tapi kali ini akhirnya nemu moisturizer yang tepat. Yeyeye !
7. Clean&Clear Essential Moisturizer Akhirnya ! Nemu juga moisturizer yang beneran cocok di kulit. Ringan banget, gampang dipake dan cepat nyerap. Awalnya aman dipake. Malah masalah besar sebelumnya, yakni sebelum wisuda sarjana saya menstruasi, tau sendiri deh ya model bagaimana itu muka. Belum lagi dempulan pas hari H wisuda. Tambah parah sudah.
Beruntung sabun muka bisa mengempeskan dan mengeringkan, dan moisturizer ini sangat membantu ! Lima hari pemakaian jerawat batu kering sepenuhnya, bekas juga mengelupas. Jerawat kecil juga ilang dikit-dikit. Yay ! Jelasnya bakal repurchase dan pake ini ke depannya bareng sama sabun muka. Perawatan sama ini dulu sampe jerawat sepenuhnya sembuh. Hihi, semoga bisa ya amin !
Sekian postingan dari saya kali ini, semoga bermanfaat !
Wassalamu’alaikum.
UPDATES (2015-2017) : Hai, hai. Yaps, setelah perjalanan dengan berbagai produk dan usaha buat menyembuhkan jerawat bertahun-tahun saya pengen update produk yang saya pakai.
Saya stop pake Clean & Clear Essential Moisturizer, alasannya, moisturizer nya bikin komedoan parah. Sebenarnya enak, cuman clog pores ini yang saya nggak suka. Tapi untuk facial wash juwaraak banget. Saya masih pake bahkan setelah hampir lima tahun ini. Sama sekali nggak ada masalah, alhamdulillah. Jerawat udah dadah gudbai, paling kecil-kecil itupun pas menstruasi aja.
Kalo buat moisturizer, saya pake Olay Total Effect 7 in 1, Gentle Day Cream. Saya pakai sejak tahun 2015. Agak pricey memang, apalagi buat saya yang masih swadaya masalah biaya. Harganya sekitar 144,000 IDR. Hasilnya ? Wao banget. Meski dibilang kayak emak-emak, saya puas banget sama hasilnya. Saya dapet referensi pake krim ini dari internet, bagus buat mengatasi permasalahan kulit kompleks sekaligus mencegah penuaan dini sejak awal. Beneran, krim ini yang bikin jerawat dan bruntusan hilang. Bikin kinclong, nggak berminyak, dan kelihatan sehat serta dewy. Setelah satu tahun pake, nyaman banget. Belom repurchase lagi karena masih ada. Tapi bakal beli lagi jelasnya. Sebenernya sempat disarankan pake krim dari dokter Rofiq cuman entah kenapa saya nggak sreg. Syusyah ngikutin jadwal saya yang padet dan kelupaan pake krim malam, secara ada dua krim sore sama malam dan jarak pakenya 1 jam. Lah saya bisa ketiduran atau bahkan lupa jadinya hasilnya nggak maksimal. Masalah jerawat selesai, cuman bekasnya syusyah syekali hilang hehe. Masih berjuang buat ngilangin bekas, semoga bisa. Aamiin
0 notes