#Insiden Jembatan Merah
Explore tagged Tumblr posts
Text
Misteri Jenderal Inggris yang Gugur di Surabaya Imbas Tragedi Jembatan Merah
PAMEKASAN MaduraPost – Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby, atau yang lebih dikenal sebagai Jenderal Mallaby, merupakan salah satu tokoh militer Inggris yang memiliki pengalaman tempur yang luar biasa. Mallaby lahir di London pada 12 Desember 1899, Mallaby memulai karir militernya di Angkatan Darat Inggris selama Perang Dunia I dan melanjutkan pengabdiannya hingga Perang Dunia…
#Brigadir Jenderal Mallaby#Insiden Jembatan Merah#Kematian Jenderal Inggris#Pasukan Inggris di Indonesia#Pejuang Kemerdekaan Indonesia#Perang Dunia II#Perlawanan rakyat Surabaya#Pertempuran Surabaya#Sejarah Kemerdekaan Indonesia#Surabaya 1945
0 notes
Text
Merhaba Türkiye (son bölüm)
*son bölüm = EPISODE AKHIR* udah kaya sinetron Elif aja.
DAY 4
HOT AIR BALLOON TIME!!!!!!
ini yang aku tunggu tunggu, aku pada hari awal sampai Goreme udah harap harap cemas. semoga anginnya bersahabat biar aku bisa ngalamin naik balon udara di kapadokia!! dan sehari sebelum terbang aku udah di WA dari pihak tur jika besok kami akan dijemput di hotel.
before the flight
turnya berasa singkat banget. 2 jam aja kayak 1 detik diatas sana. alhamdulillah salah satu cita citaku yang jadi seperti drone kesampean. emang indah banget ngeliat semuanya dari atas; sunrise, jalanan, ladang warga, little kapadokia.
me & mba Linda
aku pulang dengan perasaan masih ngga percaya. Am I really in Kapadokia? What if this is all dream and suddenly I wake up still on my bed?
dapet sertifikat juga!
setelah sampai hotel, aku ada sedikit explore ke bangunan sekitaran hotel. ngga nyangka aja ini hari terakhir di Goreme.
sarapan terakhir di Goreme. Im gonna miss that hazel eyes guy.
ketika check out, aku disaranin sama owner Hotelnya buat ke Bandara naik Shuttle Bus aja karena kalo pakai bus umum harus oper naik taksi nantinya. aku iyain aja karena kata jwestbros taksi di turki mahal gila. oh ya, sambil menunggu dijemput bus aku dan mba linda sempet jalan jalan ke Pasabag. sumpah udaranya sejuk banget meski hampir jam 1 siang!
time to leave Goreme, bye Selcuk, see you soon Hazel Eyes Guy.
sampai di Bandara Kayseri 40 min before depart dan masih bisa kekejar semua. aman lah. see you soon Istanbul!
Sampai Istanbul jam 6 sore, habis ambil bagasi langsung nyari bus ke Taksim Square trus jalan ke Hotelnya, aku check in di Taksim Sem House Hotel.
NOW YOU IN ISTANBUL!
aku lupa kami sempet makan malem apa engga hahah.
DAY 5
di hari ke 5 ini, jadwalnya kami ke Masjid Camlica, tapi sebelum itu aku mencari toko yang jual istanbul card setelah masuk ke salah satu grocery shop dekat hotel, bapaknya bilang, kamu turun ke bawah nanti ada mesin istanbul card, lu beli deh disana. oke deh, aku harus ke mesin jualan istanbul card dulu.
lanjut yaa, Masjid Camlica ini merupakan masjid terluas di Turki yang dibuka untuk umum dan diresmikan oleh Pak Erdogan pada Bulan Maret 2019. Masjid ini berdiri di area seluas 90 hektar serta bisa menampung 63,000 jamaah. Untuk arsitekturnya sendiri Masjid ini menggabungkan gaya arsitektur era Usmani dan Seljuk. Masjidnya emang bener bener indah sama seperti kebanyakan masjid lainnya di Turki. betah banget ngeliat bangunan bangunan indah begini.
setelah keliling masjid camlica, kami akhirnya mampir makan ke resto seberang masjid buat brunch.
brunch over lanjut jalan jalan ke taman deket jembatan 15 Temmuz Sehitler by bus, cuaca diluar bus terlihat gerimis deras. mau ngga mau kami harus neduh dulu. gerimis reda kami lanjut foto tapi setelah foto foto sejenak masih aja gerimis. akhirnya kami memutuskan untuk balik ke hotel.
DAY 6
paginya dapet email kalo Tour Basilica Cistern kami buat hari ke 7 di cancel. usut punya usut karena kasus covid di Turki meningkat. tapi ngga papa deh, tetep aja aku explore Hagia Sophia dan Blue Mosque. untuk transportasinya sendiri mudah banget menurutku. aku ngandelin maps dan information board yang ada di setiap bus/train stop. sebelum masuk ke area sultanahmet square, barang barang diperiksa oleh polisi. setelah clear baru boleh masuk. aku ngga tau sih sejak kapan ada pemeriksaan barang oleh polisi disetiap titik entrance gate ke Hagia Sophia dan Blue Mosque tapi yang aku tau kalo pernah ada insiden bom bunuh diri pada 12 Januari 2016 di area German Fountain (masih termasuk ke Area Blue Mosque) yang menewaskan 13 orang.
German Fountain
HAGIA SOPHIA
BLUE MOSQUE
masjid yang aku tuju pertama kali adalah Blue Mosque, Masjid yang ada di seberang Hagia Sophia ini dibangun pada tahun 1609–1616 yang sampai saat ini masih aktif digunakan sebagai tempat ibadah umat muslim. Arsitekturnya memang indah banget. aku baca di artikel soal penamaan masjid biru ini karena interiornya dilapisi oleh lebih dari 20.000 ubin Iznik buatan tangan yang memesona. Ubin itu terbuat dari keramik yang berwarna pirus dengan desain tulip merah. Selain itu, lantai dua masjid juga dicat biru dengan cahaya matahari yang masuk melalui lebih dari 200 jendela kaca patri. sewaktu aku masuk dan sholat di masjid ini, aku ngga bisa melihat detail lantai karena ditutupi oleh karpet hijau tebal.
setelah sholat Zuhur usai aku beranjak ke Hagia Sophia. Masjid yang awalnya bangunan Kathedral Ortodoks terbesar di dunia sampai dengan tahun 1520 ini memang super indah. Setelah Konstantinopel ditaklukan oleh Dinasti Usmani pada tahun 1453. Dibawah kepemimpinan Sultan Mehmet II Gereja ini kemudian diubah menjadi masjid yang mana beliau memerintahkan semua simbol/lambang kristen ditutup dengan kain hitam. Masjid ini sempat ditutup pada tahun 1931 dan dibuka kembali pada tahun 1935 - 10 Juli 2020 sebagai museum oleh pemerintah sekuler turki.
Aku baru berkesempatan mengunjungi Hagia Sophia pada November 2020, yang mana sampai waktu aku berkunjung Hagia Sophia dikembalikan lagi fungsinya sebagai Masjid.
setelah kagum kagum dengan keindahan arsitektur hagia sophia aku berencana berkeliling komplek alun alun sultan ahmet, mengunjungi German Fountain yang merupakan hadiah dari Kaisar Jerman Wilhelm II untuk memperingati kunjungan kedua Kaisar Wilhelm II ke Istanbul.
melihat pilar perunggu berkepalakan 3 ular. (sayang kepala ularnya ada di Turkish and Islamic Arts Museum)
melihat monumen Theodosius
melihat monumen roman yang ada di belakang monumen Theodosius.
setelah aku keliling dan ambil gambar sekitar, mba linda mau ngambil cash di HSBC dan kebetulan ATMnya harus jalan kurang lebih 10 menitan dari area sultanahmet maydani. sepanjang kami jalan, kami disapa beberapa orang yang ternyata penjual karpet atau penjual apapun lah, jadi waspada ya guys, kalau disapa atau dideketin siapapun mereka bakalan insist kamu untuk beli barang barang mereka (its okay kalo kamu mau beli, tapi kalo kamu ngga mau beli, they will use many ways to make you buy). setelah ambil cash kelar, kami balik ke arah hagia sophia lagi untuk makan dan untuk explore peristirahatan terakhir sultan mahmud II.
lumayan laper dan mampir makan di Meşhur Sultanahmet Köftecisi. tau resto ini dari youtube-nya jwestbros dan emang enak banget sih, nasi dan kofte (bakso grilled) enak banget, ngga nyesel lah kalo makan disini berkali kali.
habis makan, lanjut sholat ashar dulu ke Nuruosmaniye Mosque trus lanjut lagi jalan pemanasan ke Grand Bazaar buat besok beli oleh oleh.
Nuruosmaniye Mosque
Grand Bazaar
tak lupa sekalian sholat maghrib di Masjid Suleymaniye juga, pokoknya selama di Turki aku berusaha sholat di masjid manapun. karena selain bangunannya indah, kapan lagi sholat di masjid turki?
Masjid Suleymaniye
dan sholat isya' di masjid Yeni/Masjid Baru
setelah lelah berkeliling kami balik ke taksim dan sesampainya di taksim square aku kelaperan dan pengen makan mekdi.
DAY 7
wake up dan siap siap ke Topkapi Palace! jadi museum yang akan aku kunjungin kali ini adalah bekas Istana Sultan Usmani yang dibangun mulai tahun 1459 atas perintah Sultan Mehmet II. bangunannya terdiri dari 4 courtyard, masing masing courtyardnya ada beberapa bangunan. yang aku suka dari tur museum kali ini, ada bangunan para nabi yang isinya ada: jubah, pedang, rambut, bekas telapak kaki nabi muhammad, jubah fathimah, pedang para khalifah, kunci ka'bah dari generasi ke generasi, maket dome of rock palestine, surat pertama dalam islam yang menggunakan cap resmi dari nabi muhammad dan masih banyak peninggalan lainnya.
front gate
first gate
selesai dari topkapi, aku merasa lapar dan pengen explore kuliner selain kebab karena aku yakin perutku ngga akan muat meskipun belum makan berat seharian. aku putuskan untuk makan soup khas turki yaitu di Karaköy Çorba Evi.
untuk menuju ke toko sup ini jelas aku mengandalkan maps dan tram, tokonya lumayan ramai di luar dan sewaktu aku masuk, ada 3 kursi kosong di dalam! setelah memesan sup aku langsung makan tanpa banyak basa basi dan emang enak banget! ngga salah emang reviewnya di gmaps bagus bagus. menu rekomen: sheep soup.
sehabis bayar, aku liat maps - niatnya mau pulang atau explore lagi, eh ternyata tempat sup ini deket banget sama galata tower, ya udah deh explore aja ke galata by feet!
tiket masuknya 30 TL, untuk naik ke towernya naik lift dan turunnya lewat tangga. tempat ini ramai mendekati sunset, karena sunsetnya dramatis banget, keliatan gitu selat bosporusnya.
setelah puas explore galata, kami ke spice bazaar buat beli turkish delight (kebanyakan toko pada tutup sih, jadi begitu nemu toko turkish delight yang buka, aku langsung samperin aja hahaha)
oke, habis dari spice bazaar kami lanjut ke Bandara buat PCR test.
selagi nunggu hasil PCR keluar, aku sholat jama' maghrib dan isya' di bangku bandara karena musholla cewe under construction!
habis sholat trus laper, untung ada mcdonalds!
DAY 8
jam 3.30 masih stuck di bandara buat nungguin PCR result! gila. begitu kelar langsung balik naik bus dan subuhan di hotel trus tidur!
kira kira jam 9 pagi kebangun dan lanjut belanja ke Spice Bazaar lagi hihi. belanja kali ini lebih cepet sih, karena selain ngejar waktu checkout, kami juga udah apal pasarnya hahha.
oh ya, sempet nge-brunch juga di Meşhur Filibe Köftecisi. sayang, bisanya cuman take-away. jadi aku makan tu bakso di taman deket resto.
abis makan, kenyang. langsung deh balik hotel. ekspres banget emang. checkout masih sejam lagi sih.
jadi aku masih sempet packing dan beli jajanan lagi di toko deket hotel.
jam 1 siang mulai jalan ke Havabus Station.
sesampainya di Bandara, sempet ada drama. jadi pesawat yang aku tumpangin itu harusnya berangkat jam 8.10 PM tetapi ada reschedule jam 12 siang atau jam berapa lah aku ngga tau, karena ngga ada pemberitahuan di email akhirnya aku dikasi opsi mau balik malem itu juga tapi nunggu di Doha 12 jam atau balik besok dengan jadwal yang sama. karena aku ngga mau nunggu lama di Doha, akhirnya aku pilih opsi terakhir. semua akomodasi ditanggung pihak Qatar (Hotel + Transport). ini adalah pengalaman yang ngga akan aku lupakan dan aku sejak itu berdoa, "God, semoga aku dimampuin buat naik Qatar terus wherever I go" servicenya keren banget gitu loh (mohon maap udik, baru kali ini naik Qatar dan baru kali ini keluar negeri hahhaa)
DAY 9
bangun bangun masih di Hotel dan bener bener pengennya rebahan aja sampe jam 4 sore. ngga banyak sih yang aku lakukan di hotel selain berdiri di balkon dan ngeliatin jalanan luar Tuzla. Gosh, Im going to leave this city. sedih banget. rasanya pengen lama aja di Turki. rasanya pengen ikutan ujian kemenlu dan lolos terus dapet penempatan di Turki. Aaamiiinn.
udah ah, aku ngga mau cerita lagi gimana rasanya aku ninggalin negara yang indah itu. aku skip sampe CGK aja.
DAY 10.
sampai CGK trus makan di BK karena kelaperan padahal udah dapet meal di pesawat dan semua meal ludes dalam sekejap (kecuali puding dan Couscous). makan kelar, lanjut ke Gambir naik Blue Bird Bus dan this is where i say, "see you soon wild adventure."
note 1: sebenernya bisa lebih hemat kalo pas ke museum langsung beli tiket di TKP tanpa guide dijamin murce.
note 2: semua pengeluaranku, aku tulis detail disini:
turkey nov 2020
lil summary: in total, ternyata aku abis IDR 8,149,718 FOR THE WHOLE THING! (udah termasuk rapid test, kereta dari semarang - gambir PP, Pesawat CGK - DOHA - QATAR PP, PCR/SWAB di Turkey, Makan + Oleh - Oleh, All kind Activities (Naik Balon di Kapadokia, Museum di Istanbul), All kind of Transport. sure you can beat me on this? hihi
(ini aja aku masih ada sisa duit 70 Lira something di dompet)
see you soon, Turkey. xx
#exploreturki#exploreturkey#turkey2020#travelingincovid#covidtravel#travelinginturkey#goreme#kapadokia#cappadocia#wheretostayincappadocia#cavehotel#budgettripturkey#visitturkey#backpackersturkey#girlstravel#travel#explore#qatarairways#thankyouheroes#thankyouheroesqatarairways#turki8juta#liburan murah#hotairballon#hotairballooncappadocia#thingstodointurkey#exploreistanbul#istanbul#from jakarta to turkey
9 notes
·
View notes
Text
Trump Mencetak Kemenangan Imigrasi di Mahkamah Agung untuk Penahanan Hukum
Mahkamah Agung AS telah memberikan putusan tentang reformasi imigrasi yang datang sebagai kemenangan besar bagi Presiden Donald Trump . Dalam keputusan 5 - 4 yang diumumkan pada hari Selasa , pengadilan memutuskan bahwa otoritas imigrasi federal seperti Penegakan Bea Cukai dan Imigrasi AS (ICE) dan Perlindungan Bea Cukai dan Perbatasan AS (CBP) dapat secara legal menahan imigran yang sedang menunggu deportasi setelah menyelesaikan hukuman penjara karena pelanggaran pidana. . Sebelum keputusan itu, pertanyaan yang bermuatan politis itu menghantam kesadaran publik setelah penangkapan pemegang kartu hijau Mony Preap dalam kasus kontroversial yang menjadi berita utama di seluruh negeri. Preap, yang telah tinggal secara legal di AS sejak 1981 dihukum atas dua tuduhan kepemilikan ganja, yang mana ia menjalani hukuman penjara. Meskipun dibebaskan pada 2006 tanpa insiden lebih lanjut, ia ditangkap tujuh tahun kemudian pada 2013.
RULING MEMBERIKAN PENAMPILAN KEMENANGAN KEBIJAKAN UTAMA
Titik berulang dalam kampanye Presiden Trump adalah momok "bad hombre" yang tiba di AS dengan niat melakukan kejahatan dan menjadi beban sosial. Markasnya secara luas memusuhi imigrasi ilegal atau imigran yang terlibat dalam kegiatan kriminal, jadi ini adalah perselisihan dengan konotasi politik yang signifikan. Meskipun Preap ditangkap dan gugatan class action berikutnya terjadi di bawah kepresidenan Obama, Trump mewarisi pertarungan dan menjadikannya miliknya sendiri, membawa kebijakan imigrasi Obama yang sudah sulit ke tingkat yang baru. Bergabunglah dengan CCN untuk $ 9,99 per bulan dan dapatkan CCN versi bebas iklan termasuk diskon untuk acara dan layanan di masa depan. Dukung jurnalis kami hari ini. Klik di sini untuk mendaftar . Pemerintah telah mengisyaratkan niatnya untuk melihat kemungkinan mencabut kewarganegaraan hak asasi bagi imigran generasi kedua yang melakukan pelanggaran tertentu. Sementara itu mungkin berarti berusaha untuk merombak amandemen ke-14 yang mungkin menjadi jembatan terlalu jauh bahkan untuk Trump, putusan ini mewakili buah yang baik, tergantung rendah dari sudut pandang konservatif.
Pengadilan tertinggi yang baru-baru ini dikonfirmasi, Hakim Brett Kavanaugh memberikan suara mendukung keputusan | Foto: Gabriella Demczuk / Reuters Namun dalam kenyataannya, putusan itu tidak secara signifikan mengubah status keimigrasian karena sebagian besar penjahat di AS adalah warga negara Amerika, lahir dan besar di negara ini. Penelitian oleh Cato Institute menunjukkan bahwa imigran secara lintas negara cenderung menunjukkan kriminalitas daripada orang Amerika kelahiran asli. Menurut statistik tahun 2009 dari Biro Kehakiman , hanya antara enam dan sembilan persen tahanan kriminal di AS adalah warga negara asing atau non-AS, yang mungkin menunjukkan bahwa kehebohan di sekitar imigrasi dan kejahatan, pada kenyataannya, merupakan herring merah . Terlepas dari itu, putusan itu tidak diragukan lagi akan memenangkan poin dengan basis politik Trump ketika negara itu bersiap untuk apa yang menjanjikan untuk menjadi kampanye pemilihan 2020 yang penuh dengan kegelisahan.
IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG
Apa artinya putusan ini adalah bahwa pemerintah sekarang secara hukum diberdayakan untuk menangkap dan menahan para imigran yang dihukum karena kejahatan, tanpa undang-undang pembatasan kapan pelanggaran itu dilakukan. Sebagai contoh, pemegang kartu hijau Khalil Cumberbatch yang pindah ke AS sebagai seorang anak dan menerima hukuman karena perampokan pada usia 20, ditangkap oleh ICE selama lima tahun setelah pembebasannya. Dia menghabiskan waktu berbulan-bulan di tahanan sebelum dibebaskan secara tak terduga. Pada waktu antara menyelesaikan hukuman penjara dan penangkapan ICE-nya, Cumberbatch telah menyelesaikan dua gelar sarjana, menikah, memiliki dua anak perempuan dan umumnya mengubah hidupnya, tetapi ini sepertinya tidak masuk hitungan. Di bawah putusan itu, sekarang posisi hukum AS bahwa terlepas dari berapa banyak waktu yang telah berlalu atau rehabilitasi apa yang telah terjadi, setiap imigran yang dihukum karena tindak pidana bertanggung jawab untuk menghadapi menit, jam, hari, bulan, tahun penangkapan atau dekade setelah fakta. Seperti yang ditunjukkan oleh Hakim Agung Neil Gorsuch, sekarang secara efektif tidak ada pemeriksaan terhadap kekuatan pemerintah untuk campur tangan dalam kehidupan seorang imigran setelah mereka menerima hukuman pidana. Ketika disandingkan dengan jumlah pelanggar kelahiran asing yang relatif kecil, beberapa orang mungkin bertanya apakah posisi seperti itu memiliki tujuan praktis. Meskipun begitu, tidak sulit untuk memprediksi bagaimana kedua bagian politik Washington DC akan menerima berita tersebut. Read the full article
0 notes
Text
Shifa Part 1
-Gibran
Di stasiun besar Manggarai siang terik hari ini, gue yang baru aja selesai kerja dan sekarang mau pergi ke kampus yang terletak di daerah Palmerah.
Oh iya, nama gue Gibran. Bukan Kahlil Gibran yang sering dimaksud banyak orang yang baru mengenal gue. Gue nggak suka puisi, gue lebih suka ilmu pasti. Gue adalah mahasiswa arsitektur di salah satu kampus swasta di Jakarta.
Saat ini gue memutuskan naik commuter line dari stasiun Manggarai ke stasiun Palmerah yang nantinya disana gue dijemput sama sahabat sekaligus teman satu kosan gue -namanya Alvian, buat nebeng bareng dia ke kampus.
Setelah tap in menggunakan kartu/uang elektronik yang gue punya sebagai tiket masuk stasiun di tripod gate, gue jalan diantara puluhan orang yang sibuk dengan tujuannya masing-masing.
“Sorry, mas,” kata gue ke seorang PKD(petugas keamanan dalam) stasiun yang lagi mengatur para calon penumpang buat menyebrang setiap melewati jalur kereta.
“Ya, ada yang bisa dibantu?” tanya dia.
“Tolong kalo bisa ibu yang pake baju merah dan bawa tote bag warna kuning itu jangan sampai naik kereta,” pinta gue sambil memandang ke arah orang yang gue maksud.
“Loh, kenapa, pak?”
“Udah, cegah aja dia,” jawab gue dan langsung meninggalkan petugas PKD tadi setelah berkata, “bisa bahaya kalau udah di dalem kereta.”
Kereta di jalur 5 yang sudah menunggu buat berangkat akhirnya gue naiki.
Tapi, sebelum gue naik, gue lihat ke arah lain, yaitu ke arah seorang ibu baju merah tadi yang tinggal beberapa langkah lagi masuk ke dalam pintu kereta tiba-tiba berhenti.
Dan kemudian…
“EH.. EH, YA AMPUN!” teriak seorang cowok berusia 40 tahunan di dekat situ.
“Aaaak!” disusul teriakan cewek.
Beberapa detik kemudian ibu baju merah tadi pingsan. Untungnya di belakang ada petugas PKD yang barusan ngobrol bareng gue yang berhasil menahannya supaya nggak jatuh ke lantai.
Semua orang memandang ke arah sana, tapi gue lebih memilih masuk ke kereta dan duduk sambil mencoba memejamkan mata.
Bukan. Ibu itu bukan meninggal karena diracun, pura-pura pingsan karena bawa senjata tajam, atau barang yang dilarang. Tapi, karena penyakit asmanya udah cukup parah.
Gue tau itu karena setelah tap in di tripod gate, gue mengamati ibu tadi yang berjalan di sampingnya. Ibu tadi terlihat sering menyentuh bagian lehernya yang kemungkinan iritasi di bagian tenggorokan.
Lalu tangan kanannya memegang dada bagian atas yang gue liat napasnya cukup berat.
Dan yang terakhir, yaitu ketika ibu itu membuka mulutnya, ingin mengucap sesuatu tapi sepertinya nyeri dan malah batuk karena dipaksa.
Gue bukan seorang dokter, gue juga bukan terobsesi menjadi dokter. Gue sejak kecil sangat suka mengamati sekitar. Sekitar jangkauan radar kedua mata gue. Membaca dengan cermat baik itu tulisan, daily expression, dan body language setiap orang.
Dengan gue menguasai microexpression stuff ini juga, gue suka disebut-sebut bisa membaca pikiran.
Bahkan ada yang menyebut gue dukun asal Jombang. Padahal sederhananya, gue cuma terbiasa melakukan hal kayak di atas. Setiap orang pun bisa melakukannya. Cuma dari itu semua, ada seseorang yang nggak bisa gue ‘baca’ pikiran, kemauan, bahkan perasaannya. Seseorang yang untuk gue liat matanya aja sangat sulit. Seseorang yang sering menularkan kebahagiaan ketika dia lagi senyum.
Ya, dia namanya adalah Shifa, hal ini udah terjadi udah cukup lama –dari saat kita satu SMA. Daripada ingin mengetahui semua hal tentangnya, apa isi dari pikirannya selama ini, akhirnya gue lebih memilih mencoba menyibukkan diri dengan hal lain.
Setelah kereta jalan, gue membuka mata dan melihat di depan gue ada seorang cewek yang lebih muda dari gue yang berdiri karena kursi kereta saat itu udah penuh. Gue tau dia lebih muda karena dilihat ada gantungan berbentuk wajah Anjing dengan motif aksara China, atau disebutnya Han Zi(汉字), yang gue tau itu adalah sebuah lambang shio-nya.
“Mba,” sahut gue sambil mencoleknya, “duduk, biar saya yang gantian berdiri.”
“Nggak usah, mas. Saya deket ini kok,” jawabnya.
“Stasiun Duri lebih jauh dari stasiun saya turun,” ucap gue sambil menjelaskan gue akan turun di stasiun Tanah Abang yang lebih dulu sampai daripada stasiun dia turun dan nantinya gue akan transit lagi ke stasiun Palmerah.
“Loh, kok tau saya mau ke stasiun Duri?”
“Yauda, duduk dulu aja, mba,” jawab gue yang akhirnya berdiri. Dia pun menuruti dan duduk.
“Kok, mas bisa tau?” tanyanya lagi ke gue.
“Jadi gini, abis mba beli THB(tiket harian berjamin) di loket, mba langsung nanya ke PPK(petugas pelayan KRL) soal kereta jurusan stasiun Grogol kan?” ucap gue. Dia mengiyakan ucapan gue, tapi wajahnya masih bingung, “terus tadi mba juga nanya lagi ke petugas PKD buat memperjelas lagi. Dan keliatan mba juga baru pertama kali naik kereta, bukan?”
“I-iya, mas.”
“Kalo orang yang udah biasa naik kereta mungkin dia pake kartu multi-trip atau kartu semacam Flazz, E-money, Brizzi, atau semacamnya, dan kalau beli tiket biasa juga nggak sedetail nanya dimana jalur kereta jurusan yang mba tuju yang padahal udah diberi tau pengeras suara oleh bagian informasi atau layar LCD tiap jalur.”
Dia pun terdiam. Sepertinya udah paham dengan apa yang udah gue jelasin. Tapi, nggak lama gue ajak dia ngobrol lagi.
“Mba..”
“Ya, mas?” jawabnya yang gue pastiin dia masih fokus.
“Mba mending usaha buat punya pikiran positif ke suaminya deh. Terlalu curiga itu sama kayak nyakitin diri sendiri.”
“M-maksudnya?“
“Ekspresi mba keliatan kok,” jawab gue, dia langsung membuang wajahnya, “orang yang cemas itu keliatan dari ekspresinya yang selalu bingung, mba juga keringetan padahal kereta ini kan ber-AC, mulut mba keliatan kering, dan keliatan lebih banyak tangannya nggak bisa diam, mba ngelakuinnya dengan mainin handphone mulu.”
Dia lagi-lagi nggak bisa jawab.
“Saya saranin, kalau mba udah ketemu suaminya dan ternyata nggak terbukti selingkuh, mba jangan malah membuat sesuatu yang sebenernya itu cuma ada di dalam pikiran buruknya mba yang direalisasikan,” ucap lagi gue dengan pelan.
“Tapi….”
“Sebentar lagi suaminya mba nelfon. Omongin baik-baik. Kalau memang mba bener-bener gak mau kehilangan suaminya,” potong gue.
Dan nggak lama, ada telfon bergetar tanda ada telfon di handphone-nya. Dia angkat sambil memandang gue dengan ekspresi buat meyakinkan ucapan gue barusan.
Setelah menutup telfonnya, dia langsung menyender di bangkunya yang merefleksikan bahwa perasaannya sudah tenang.
“Mas?”
“Gimana?” gue tanya balik.
“Mas ini cenayang, ya?”
Pertanyaan gue nggak dijawabnya. Dan malah gue yang jawab pertanyaannya, tapi dengan senyuman.
Nggak kerasa akhirnya gue udah sampai di stasiun Tanah Abang buat transit, gue pun turun. Karena kereta jurusan akhir sampai stasiun Serpong di jalur 1 yang nanti melewati stasiun Palmerah mau berangkat, gue pun berjalan cepat supaya nggak ketinggalan.
Hap!
Untungnya keburu. Setelah beberapa detik kemudian pintu kereta tertutup. Calon penumpang lain yang dari jauh sudah berlari mengejar tapi ternyata nggak keburu pun mempelihatkan kekecewaannya. Saat ini gue lagi beruntung dan merasa senang, tapi hidup juga tentang disana yang masih ada yang terus berjuang tapi malah kurang beruntung dan kecewa, begitu bukan?
Stasiun pemberhentian pertama adalah stasiun Palmerah, gue langsung bersiap-siap turun. Gue yakin Alvian udah nungguin gue.
Gue jalan ke pintu keluar dengan menaiki tangga dan berada di area gedung stasiun yang sangat luas dan ada suara dari pengeras suara mengatakan, ‘selamat datang di Stasiun Palmerah’.
Setelah tap out di tripod gate dari Stasiun Palmerah dan keluar lewat exit-door sebelah kanan yang sudah terhubung dengan jembatan penyebrangan jalan.
Gue turun dan sudah keliatan juga Alvian dengan motornya di pinggir jalan.
“Yuk, let’s go!” kata gue langsung di sampingnya.
“Eh astagfirullah. Kaget gue,” jawab Alvian dengan mata yang terbuka lebar, “njir… gue baru aja matiin motor.”
“Yauda ambil napas dulu.”
“Lo udah lama?” tanya Alvian.
“Baru aja keluar stasiun, cuy.”
“Kok bisa pas sih?”
“Pas gimana?”
“Kereta kan sering telat. Tadi lo chat gue jam 1 lewat 4 menit dan sekarang jamnya pas banget!”
“Hitung pake rumusnya Girolamo Cardano lah.”
“Rumus apaan tuh?”
“Aelah, apa ya. Em.. Feeling. Ngerti kan?”
“Baper lu~”
“Dijelasin juga pasti lo bakal gumoh,” kata gue.
“Yauda cabut gak nih?”
“Yauda, mana helmnya?�� pinta gue, ”oh iya, kita jangan lewat Jalan Palmerah Barat. Motong jalan aja lurus terus.”
“Lah, motong jalan dari mana, crot? Itu kan malah muter jauh?”
“Disana ada mobil kebakar, bakal macet dan malah makin lama nyampe kampus.”
“Hah?”
“Udah nanti gue jelasin.”
“Oke deh.”
“Good!” Sejak awal masuk kuliah, gue sama Alvian udah sahabatan. Selain kita satu kosan, kita juga satu kelas.
Alvian ini adalah salah satu spesies jomblo juga, mungkin karena dia lebih sering natap layar laptopnya daripada natap cewek. Punya badan yang tinggi karena dia juga dulu mantan atlet basket yang kini udah pensiun dan lebih memilih ngabisin waktunya sama dunia komputer, game, dan program.
Terbukti dia memang jago, terakhir kali, Alvian nunjukin juga ke gue kalau dia bisa hack salah satu start up lokal yang cukup besar.
Kadang gue juga selalu minta bantuan dia setiap kerjaan gue yang mengharuskan melacak data. Oh iya, gue belum ngasih tau kalau gue kerja apa. Gue bekerja sebagai analisis, atau konsultan, atau kalau kalian belum paham, gue adalah pembantu tim kepolisian dalam memecahkan kasus.
Tadi juga sebenarnya gue habis menyelidiki satu kasus yang terjadi di Manggarai. Dulu gue direkrut oleh seorang kepala kepolisian daerah Jakarta Pusat setelah gue pernah nggak sengaja terlibat dalam sebuah insiden di sebuah mall.
Ok, balik lagi soal Alvian. Gue dan Alvian adalah seorang perantau yang menjadi mahasiswa di Jakarta. Gue berasal dari Bandung, sedangkan Alvian dari Jogja.
Alvian ini mungkin adalah salah satu orang yang masuk salah jurusan kuliah. Di kampus padahal ada jurusan IT, tapi entah kenapa dia malah memilih arsitek. Tapi, akhirnya gue tau ketika melihat gerak-gerik Alvian saat sedang menelfon orang tuanya, ada sebuah ‘paksaan’ disana.
“Al, berhenti dulu di warung depan, ya?!” pinta gue dan Alvian pun memberhentikan motornya di depan warung yang gue maksud.
“Ngapain?”
“Beli sesuatu.”
“Jangan lama lu!”
“Paling sejaman.”
“Kampret.”
“Sejaman es, jaman batu, jaman kesepian.”
“ITU MAH ZAMAN, KUTIL TAPIR!” jawab Alvian kesal.
Gue pun akhirnya masuk ke warung itu menemui pemiliknya. Gue nemu seorang ibu paruh baya di dalam warung yang kayaknya lagi sibuk menghitung belanjaan dari distributor produk tertentu yang terlihat di depan warungnya sedang menurunkan barang.
“Bu, susu kental manis coklat, ada?”
“Ada. Sebentar ya, dek,” jawabnya yang masih dengan buku berisi tulisan angka, tabel dan juga kalkulator yang dipegangnya.
“495.000,” ucap gue yang saat itu yang masih menunggunya.
“Hah?”
“Itu totalnya empat ratus sembilan puluh lima ribu rupiah, bu.”
Si ibu masih nggak percaya dan menghitung dari awal. Gue akhirnya mencari susu kental manis coklat itu sendiri. Dan menemukannya diantara tumpukan sachet berbagai merk susu dan minuman di bagian pojok warung.
“Loh, kok bener yah?” ucap ibu itu setelah selesai menghitungnya sambil menggaruki kepalanya.
“Haha. Ibu kan beli produk itu 2 kilogram yang harganya Rp. 5.500/pcs sedangkan dikardusnya barusan saya baca kalo 1000 gram alias 1 kilogram ada 50 pcs. Dan saya liat ibu megang browser itu yang tulisannya tiap pembelian 1 kilogram dapat diskon 10%, jadi totalnya Rp. 495.000.”
“Ng…”
“Oh iya, ibu juga nanti bakal bayar Rp. 500.000, dan bapak itu bakal bilang nggak punya recehan, jadi ibu bakal ngasih kembaliannya buat dia aja.”
“….”
“Yauda, bu. Ini saya beli 3 sachet. Kembaliannya ambil aja, soalnya saya buru-buru,” ucap gue.
Si ibu akhirnya mengambil uang sepuluh ribu yang gue kasih dengan muka bingungnya, yang nggak tanya dulu berapa jumlah harga yang gue harus bayar.
“Saya tau harganya dari kertas yang ibu tempel di bagian belakang sebelah kanan ibu, itu daftar harga buat ngasih tau anggota keluarga ibu yang lain kalau mereka jaga warung, bukan? Saya liat harga susu ini kalo 3 biji jadi Rp. 7500, jadi kembalinya ambil aja,” kata gue yang bermaksud kalo sebenernya gue punya penjelasan atas apa yang gue omongin tadi.
Setelah itu gue langsung bergegas pergi meninggalkan warung dan lanjut pergi ke kampus.
“Duh bu, gak ada recehan buat kembalinya nih,” ucap seorang bapak-bapak yang masuk ke warung setelah gue keluar.
“Yauda gapapa, ambil aja gocengnya, pak.”
Di kampus gue dan Alvian memutuskan sebelum masuk kelas buat mampir dulu ke kantin.
“Hola, Chef Juna!” sapa gue ke penjual stand minuman yang berbadan cukup kekar dengan kulit gelap. Gue manggil dia chef Juna bukan karena mirip. Uuuh.. beda jauh banget, ibarat lobster sama biji salak. Gue manggil dia karena nama aslinya memang Juna –Junaedi. Dia juga punya tatto layaknya chef Juna asli, Junaedi punya tatto di bagian bahu kanannya bergambar alien yang memakai mukena. Tapi, gue lebih menilai tatto itu bergambar jamban.
“Iya? Mau pesen apa, bos?”
“Mau susu kental manis coklat pake es dong,” pesan gue ke Junaedi sambil melihat jenis-jenis minuman sachet yang tertumpuk di belakannya.
“Oke, bos!” jawabnya sambil mencari, “E-tapi bos, susu coklatnya abis tuh. Susu putih aja gimana? Apa susu perawan aja, bos?”
“Bokep lu~” kata gue.
“Ya, kenyataannya memang abis bos, gimana atuh?”
“Coba gue yang cari sini.”
“Yauda kalo nggak percaya mah sok aja cari, bos.”
Dan nggak lama gue ikut nyari,
“Ng… ini apaan?” ucap gue sambil menunjukkannya ke Junaedi.
“Loh? Kok tadi mah kagak ada ya?”
“Makanya nyari yang teliti pake mata, jangan pake otot.”
“Haha si bos, bisa aja.”
“Eh, Al. Lo mau minum apaan?” tanya gue ke Alvian yang sedari tadi udah duduk.
“Samain aja,” jawab Alvian.
“Oke, dua yah, chef!” pinta gue ke Junaeadi.
“Siap, laksanakan, bos!”
Sebenernya susu tadi adalah susu yang gue beli di warung. Cuma gue melakukan trik misdirection yang biasa pesulap lakuin buat mengalihkan perhatian dengan cara ikut mencari di tempat yang sama, tapi saat gue lagi mencari juga, gue suruh si chef Juna nyari di tempat yang gue tunjuk asal dan abis itu gue keluarin 3 sachet susu sedari tadi yang gue selipkan di dalam lengan kiri gue yang saat di parkiran kampus gue sengaja memakai jaket lengan panjang. Alvian sempat heran juga kenapa di motor gue nggak pakai jaket, tapi pas turun malah make jaket. Untungnya dia nggak bawa termometer buat mastiin badan gue nggak panas atau gue nggak lagi sakit karena otak kebalik.
Nggak lama, dari jauh, Shifa datang ke arah gue. Cantik seperti hari-hari biasanya.
“Shifa!” ucap seorang cewek di belakangnya sambil berjalan cepat menghampiri Shifa.
“Pulang sama siapa?”
“Sendiri, tapi nanti aku mau ke kantor bokap dulu.”
“Oh gitu, nanti bareng ya. Kantor bokap kamu kan searah juga.”
“Ok.”
Gue saat itu masih duduk di meja depan stand jualannya Junaedi. Alvian masih sibuk dengan laptopnya.
“Eh, Gib. Yang lo bilang tadi bener.”
“Yang mana?”
“Ini loh…” ucap Alvian sambil menunjukkan laptopnya ke gue dan gue langsung membaca judul artikel yang ada di dalam layar laptopnya.
“Tuhkan.”
“Lo kok bisa tau sih?” tanya Alvian penasaran.
“Ng.. ya gitu,” jawab gue.
Nggak sadar, Shifa udah ada di depan gue. Ternyata bukan buat nyamperin gue, tapi dia mau beli minuman maha karya-nya Junaedi.
“Gitu apaan?”
“Pesen nih.” ucap gue pelan memandang ke arah Shifa.
“Hah?” ucap Alvian nggak paham.
“Eh?” Gue memfokuskan lagi ke Alvian.
“Pesen apaan? Lo kok bisa tau itu ada mobil kebar di Palmerah Barat?”
“Iya, tadi di jalur sebrang gue liat driver ojek online ngobrol sama temennya, doi meragain kayak ada yang meledak atau kebakar gitu.”
“Gitu doang?”
“Iya.”
“Hmmm,” ucap Alvian sambil mengarahkan laptopnya lagi padanya.
“Mau jus alpuket dong, mang,” ucap cewek yang sedari tadi bareng Shifa.
“Siap neng! Kalo neng satu-nya?” ucap Junaedi ke Shifa.
“Nggak ada susu coklat ya?”
“Eh tadi kemana ya,” ucap Junaedi bertanya ke dirinya sendiri lalu mengecek ke bagian beakangnya.
“Mau ngapain ke kantor bokap, Fa?” tanya temannya Shifa.
“Ini cuma nganterin bekel buat bokap yang tadi pagi aku masak sendiri.”
“Nah nemu nih, neng. Tinggal satu lagi,” kata Junaedi.
“Alhamdulillah. Yauda itu aja, mang,” ucap Shifa.
Gue tersenyum.
4 notes
·
View notes
Text
[ HARI PAHLAWAN ]
10 November 1945 merupakan salah satu tanggal penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal tersebut, Pertempuran Surabaya yang merupakan salah satu pertempuran yang berarti besar dalam terwujudnya kedaulatan Indonesia mencapai puncaknya dan dikenang dalam sejarah Indonesia sebagai Hari Pahlawan.
Diawali oleh kedatangan tentara Inggris di Indonesia yang tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) yang juga memboncengi NICA (Netherlands Indies Civil Administration) pada tanggal 15 September 1945 di Jakarta dan 25 September 1945 di Surabaya pasca kekalahan pihak Jepang oleh Blok Sekutu. Kedatangan tersebut tak lain bertujuan untuk misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda.
Pasca kemerdekaan Indonesia, pemerintah nengeluarkan maklumat pada 31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional sang saka merah putih dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia. Sementara itu sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman pada malam hari tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul 21.00, ternyata telah mengibarkan bendera Belanda(Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia. Sebuah usaha diplomasi dilakukan oleh pihak Indonesia namun Ploegman menolak menurunkan bendera. Hal tersebut memicu amarah pihak Indonesia hingga kemudian terjadi perkelahian yang berujung tewasnya Ploegman. Selepas itu, sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono bersama Koesno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan mengereknya ke puncak tiang bendera kembali sebagai bendera Merah Putih.
Pasca insiden tersebut, bentrokan-bentrokan kecil terus bermunculan hingga terjadi pertempuran kecil pada 27 Oktober 1945. Bentrokan terus berlanjut hingga puncaknya ketika Brigadir Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur, terbunuh dalam sebuah baku tembak setelah mobil yang ditumpanginya berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia di Jembatan Merah pada 30 Oktober 1945. Kematian Mallaby ini menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat pada keputusan pengganti Mallaby, Mayor Jenderal E. C. Robert Mansergh, untuk mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA.
Ultimatum tersebut kemudian ditolak oleh pihak Indonesia dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri, dan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) juga telah dibentuk sebagai pasukan negara. Selain itu, banyak organisasi perjuangan bersenjata yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar yang menentang masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia.
Dengan begitu meletuslah pertempuran pada 10 November pagi. 30.000 tentara Inggris mulai melancarkan serangan melalui tank, pesawat tempur, dan kapal perang. Sekitar 20.000 rakyat Surabaya turun dalam pertempuran. Bung Tomo, KH. Hasyim Asy'ari, dan KH. wahab Hasbullah adalah orang-orang yang berpengaruh besar dalam mengerahkan hati rakyat.
Semangat rakyat Surabaya membela kedaulatan Indonesia dalam pertempuran habis-habisan pada 72 tahun lalu kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan. Patutnya kita sebagai rakyat Indonesia turut menghayati makna peringatan jasa-jasa besar pendahulu kita di masa lampau karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.
0 notes
Text
Suatu ketika di Warung Batagor
Teman saya bekerja sebagai Pelacur. Dia sering menghabiskan “jam kerja” saban hari di bilangan Senayan. Sekitar lima bulan yang lalu saya berpapasan dengannya saat sedang makan Batagor di gerobak Mang Sukur, yang jadi tempat langganan saya untuk menghabiskan waktu istirahat kantor, menunggu hingga azan asar tiba.
“Cur! Woi! Sini! Mau kemana sih buru-buru banget? Ngaso dulu bentar, saya yang bayarin. Mangsuk, pesan satu lagi, ya. Duduk situ aja, Cur! Di pojokan sana. Lebih teduh dan bisa buat duduk berdua.”
Hari itu Pelacur, teman saya, terlihat cakap dengan mata yang indah serta kulit terawat. Pada wajahnya yang lembut terlihat hidung pesek dengan pipi yang membulat di bawah ujung mata. Pada bulatan pipi itu tampak serabut urat hijau yang bercabang banyak dan mengalir di sana dengan halus. Hal itu menakjubkan, mengingat teman saya berkulit agak gelap layaknya orang jawa yang berasal dari daerah Pantura. Namun pada sorot matanya, saya menemukan keengganan untuk mulai bercakap. Sehingga saya berceletuk.
“Hari ini panas, ya.”
Saya memandang ke langit berharap melihat mendung di sana. Hanya ada kabut polusi yang terang terbias panas matahari jam dua siang. Hari yang cerah di Jakarta saat itu.
“Tumben-tumbenan seperti ini. Kemarin padahal mendung seharian.”
Saya mengambil tisu yang tersedia di meja kayu di depan saya. Permukaan meja itu terlapis plastik murahan yang berminyak akibat bekas kuah dan sambal batagor pelanggan sebelum kami. Kemudian, menggunakan tisu yang telah diambil, saya mengelap permukaan meja agar teman saya tidak jijik saat menikmati batagornya, di lokasi yang sebenarnya sudah cukup jorok itu.
“Mangkal dimana hari ini?”
Saya ingat saat itu Pelacur hanya memandang jauh kedepan, menembus rimbun pepohonan yang menutupi Kali Grogol, tetap tidak mengucapkan satu katapun. Saya ikuti pandangannya. Sepertinya dia sedang menikmati fasad samping dari gedung yang terlihat dari arah utara. Bangunan itu berwarna hijau pastel, dibungkus kerangka beton jendela kotak-kotak berwarna putih, membujur hingga puncak bangunan. Kalau tidak salah itu Hotel Mulia. Suatu ketika teman saya, Pelacur, pernah bercerita bahwa hotel itu sering menjadi tempat kliennya beristirahat sekaligus memakai jasanya.
“Kerjaan hari ini lancar?”
Pertanyaan-pertanyaan itu saya tanyakan tanpa ragu. Saya merasa sudah kenal dekat dengan Pelacur. Tak perlu sungkan, pikir saya. Saya juga berharap dengan menyerang langsung ke privasi, teman saya berkenan untuk membuka mulutnya.
Namun dia bergeming. Begitupun mulutnya. Tetap bisu. Hanya suara kendaraan menderu dari jalan Patal Senayan di depan kami. Di seberang jembatan terlihat oleh saya seorang wanita yang sedang beradu mulut dengan pria berumur tanggung. Pria itu menggunakan jaket hitam bergaris hijau. Dia masih menggunakan helm, sambil duduk di atas motor yang mesinnya belum dimatikan dan menggenggam telepon seluler model terbaru. Tebakan saya itu pertengkaran antara pelanggan dan supir ojek jaringan. Namun apa yang ditengkarkan tidak terdengar jelas, terbaurkan oleh bunyi mesin truk yang tiba-tiba lewat. Adegan itu malah terasa seperti menonton video youtube yang audionya dimatikan.
Sementara saya yang mulai bosan karena tidak mendapat tanggapan Pelacur, akhirnya berceletuk, “Saya ingin menyewamu.”
Tanpa saya duga, teman saya malah mendongak ke atas. Memandang jauh ke langit berpolusi. Saya khawatir dia tersinggung dan mulai ragu untuk melanjutkan obrolan monolog ini. Saya jadi celingukan dan salah tingkah. Lalu memutuskan berteriak ke arah Mang Sukur.
“Mangsuk! Saya tambah Batagor satu lagi, ya.”
“Punya teman saya sudah jadi belum? Bawa kesini, Mang! Ga usah bareng. Punya saya nyusul aja.”
Mang Sukur datang menyajikan Batagor ke teman saya kemudian berlalu kembali ke gerobaknya, menyiapkan pesanan saya. Saat itu, hanya ada tiga orang pelanggan, termasuk saya dan Pelacur. Sisanya, seorang wanita berkeriput halus, dengan bedak tipis di wajahnya dan pakaian kantor sederhana yang semenjana. Dia mengenakan rok hitam ketat yang membuat celana dalam tercetak jelas di pantat bahenolnya. Dia duduk bersisian berjarak tiga meter dari posisi kami. Namun dari posisi itu Hotel Mulia tidak kelihatan karena terhalang kain penutup dan sekaligus penanda warung gerobak Batagor tersebut. Kain itu terjulur dari palang bambu yang melintang di pinggir atap terpal berwarna biru. Atap ini hanya menutupi setengah bagian warung. Kebetulan saya dan Pelacur berada di sisi yang tidak beratap namun tetap teduh karena di sebelah kami ada pohon tanjung yang memalang sinar matahari dari arah kiri kami.
Wanita ber-rok hitam itu sebenarnya baru saja masuk ke warung ini. Setelah memesan Batagor ke Mang Sukur, dia mengeluarkan rokok dari saku blus merah muda yang seolah tertempel di dadanya yang bulat. Saya yakin di dada itu, sudah pernah bergantungan banyak mulut, laki-laki maupun perempuan. Bisa jadi anak-anak, mungkin juga pacar, suami, selingkuhan atau siapapun yang memiliki hasrat dan kebutuhan akan dadanya. Meski menunjukan usia yang sudah senja, tapi wanita itu masih terlihat seksi, juga cantik. Lagipula dia merokok. Sungguh ciri wanita bebas Jakarta yang menjadi idola saya.
Hembusan asap rokok dari mulut Wanita ber-dada bulat itu membuyarkan lamunan saya. Sehingga saya teringat kembali Pelacur yang masih duduk di samping saya. Teman saya ternyata sedang menikmati Batagor dengan cara yang cukup elegan. Tanpa bunyi piring dan sendok masuk pelan ke mulutnya yang berbibir tebal. Sebelum dimakan, Batagor itu dipotong dulu kecil-kecil dan dicocol dengan sambal kacang yang sedikit berkuah sebelum dikunyah oleh susunan gigi yang manis milik Pelacur.
“Tadi saya hanya bercanda, Cur. Saya tidak akan pernah menyewa jasa Pelacur. Bukan saya benci dirimu dan profesimu. Anggap saja ini prinsip pribadi. Lagian, orang-orang sejenis saya akan dianggap aneh jika menyewa kalian.”
Tak berbalas. Segera saya lanjut berseloroh sambil memiringkan wajah ke Pelacur.
“Mending selingkuh. Bisa berkali-kali tanpa ngeluarin duit. Yang terus-terusan keluar mah pejunya, hahaha.”
Saya tentu berbicara sambil berbisik. Tidak enak jika ucapan sensitif itu didengar orang lain. Lalu saya kembali berbalik ke arah Mang Sukur, berpura-pura memerhatikan pesanan saya, padahal sesungguhnya hanya untuk melihat Wanita Perokok itu.
Tipe perempuan yang saya kagumi.
Dia masih merokok, sambil bermain dengan smartphone yang tak kalah berkilau dibandingkan punya supir ojek online tadi. Oh iya! Dia wanita yang tadi bertengkar di seberang jembatan sana. Saya juga baru menyadari setelah melihat tas tangan berwarna hitam miliknya yang dia letakkan di bangku sebelahnya. Di seberang jembatan tadi tas tersebut melingkar di lengannya. Kini tas itu menjadi pemisah antara kami berdua.
Piring berisi Batagor kini telah tiba di hadapan saya. Ini porsi kedua, yang saya pesan karena kepalang tanggung dan salah tingkah tak dapat mengajak Pelacur bicara. Saya lihat Batagor miliknya sudah habis. Hanya menyisakan bercak cokelat berbuih.
“Enak, Cur? Ini tempat langganan saya. Kemungkinan besar setiap hari kerja, saya selalu ada di sini. Jam segini. Coba aja cek besok. Batagor ini paling enak di seantero Senayan, harganya juga lumayan.”
Teman saya menyeka dagunya yang sedikit tertempel noda coklat bekas makan tadi dengan tisu yang tersedia di atas meja. Saya juga menarik tisu secukupnya kemudian sambil tetap duduk, memiringkan badan ke depan Pelacur dan mengusap pipi kirinya yang sedikit berminyak. Saya melakukannya dengan lembut dan sedikit genit untuk menggoda Pelacur.
Saya sangat mengingat kejadian itu. Ketika wajah saya belepotan oleh minyak dan sambal kacang Batagor. Piring saya telah berhamburan di jalan beserta isinya. Saat itu meja dihadapan kami telah terbanting ke trotoar, tertumpu pada bangku plastik warna merah yang ikut terjatuh. Kain yang menjadi penutup warung juga ikut tertarik dan palang penahannya ikut bergulir ke jalan. Hanya gerobak dan atap terpal yang bertahan di tempat, juga kursi yang diduduki Pelacur, Wanita Perokok dan tas tangan miliknya.
Pelacur telah menampar saya sangat keras hingga wajah saya tergolek dipiring Batagor. Bahkan dia merasa kurang dengan tindakannya itu, dia lalu mendorong saya sangat kuat kedepan, hingga saya tersungkur bersama meja dan menyebabkan kekacauan di warung Batagor itu. Saya tidak menyangka tindakan saya sebegitu mengesalkan sehingga teman saya harus bertindak seheboh itu. Kepala saya sedikit pening karena terbentur ujung permukaan meja. Bangku yang saya duduki juga patah karena sebelum terjatuh saya sempat mencoba menjaga keseimbangan dengan bertahan untuk duduk namun kaki kursi plastik itu terlalu rapuh sebagai tumpuan.
Meja di warung gerobak itu hanya satu, sehingga kami pelanggan berbagi di satu meja. Meja yang kini tergolek di trotoar. Di atas meja tadi ada tisu, botol kecap dan saos dari kaca tebal, piring Batagor saya dan ... smartphone mengilau milik Wanita Perokok yang kini terlempar cukup jauh ke arah jalan.
Sesaat setelah kekacauan ini, saya lihat Mang Sukur gelagapan ke arah jalan membereskan perkakas yang bisa diselamatkan. Menarik palang bambu yang jatuh di jalan. Kain penutup warung mengikuti tarikan itu. Lalu lintas di jalan kecil di depan warung agak terganggu, namun pengemudi kendaraan masih memiliki ruang agak ke kanan jalan untuk menghindari pecahan piring serta botol kecap dan sambal, tapi mereka tidak menyadari smartphone tipis milik Wanita Perokok. Tepat saat bergeser sedikit menjauhi tepi jalan, sebuah motor balap menggilas kepunyaan Wanita Perokok tersebut. Wanita itu sebetulnya telah bergabung dengan Mang Sukur ke jalan sesaat setelah keributan namun telepon genggam itu terlalu jauh untuk segera dijangkau. Dia juga makin sulit menyelamatkan smartphone-nya karena jiwa para pengemudi kendaraan yang cenderung ingin terus melaju tanpa memedulikan insiden Warung Gerobak.
“Eh anjing! Bangsat, hape gua lu lindas!”
Pemilik motor balap itu memanfaatkan kelebihan motornya untuk melarikan diri dari amukan Wanita Perokok.
Mang Sukur baru saja membereskan properti warungnya yang berserakan di jalan. Dia melempar pecahan botol ukuran besar dan piring ke Kali Grogol, membiarkan sisa sambal serta serpihan kaca dari piring dan botol berserakan di jalan. Sepertinya dia lebih memprioritaskan untuk segera membereskan interior warung yang berantakan.
Setelah memerhatikan Mang Sukur dengan seksama, saya teralihkan kepada Wanita Perokok yang bergegas kembali ke warung sambil memegang smartphone yang telah hancur dan gepeng, berjalan ke arah saya yang sebenarnya masih kesakitan dan sedang tersungkur di trotoar. kemudian menendang kepala saya. Tepat mengenai telinga kiri dan membuat saya tertelungkup.
“Babi, ngapain sih lo pada!”
Selanjutnya, masih dalam keadaan tergeletak di trotoar, saya mencoba bangkit namun membelakangi Wanita Perokok sehingga tidak dapat melihatnya. Dengan pandangan agak kabur, saya melihat Pelacur yang masih duduk tenang di kursinya sambil menatap tegas ke arah di belakang saya. Sepertinya tatapan itu buat Wanita Perokok.
“Biarin aja, Cur. Jangan cari masalah.”
Pelacur balik menatap saya tak kalah tegasnya. Tatapan itu seperti menusuk langsung ke mata saya yang agak berair karena menahan sakit. Saya yang tidak tahan dengan sikap arogan dan cuek yang ditunjukan teman saya, menjadi ikut emosi dan membalas tatapan itu.
“Kenapa sih kamu, Cur?”
Mang Sukur membantu membopong saya. Saat itu dia masih belum berniat membereskan warungnya dan memilih untuk menengahi pertikaian kecil yang terjadi.
“Udah dong, mba. Ga usah kasar gitu toh ngomongnya. Bicarain baik-baik aja, kan lebih enak.”
Mang Sukur menegur Wanita Perokok itu sambil menggandeng lengan atas saya, lalu mengambil kursi dan membantu saya duduk. Masih pusing kepala saya dan terasa sakit. Kini saya sudah melihat wajah Wanita Perokok yang terlihat lebih tua karena keriput yang muncul akibat emosi yang meledak.
“Eh lu bedua! Gua ga mau tau kalian harus ganti ni hape ya! Anjing dasar! Bencong ya lu bedua! Manja-manjaan di tempat umum, pake berantem segala, ngerusakin warung orang.”
“Sudahlah, mba. Tenang dulu.”
Mang Sukur menawarkan kursi kepada Wanita Perokok, namun dia menolak untuk duduk.
“Tenang tenang? Warung lu diancurin dua bencong itu, bego! Jangan sok bijak dah. Bantu gua nuntut dua lonte batangan itu!”
Sesaat sebelum berhamburan bersama gerobak Mang Sukur yang penuh dengan piring, gelas, Batagor serta perkakas penjual makanan gerobak pada umumnya, Wanita Perokok menunjuk-nunjuk dengan jari telunjuk yang diacungkan ke arah teman saya, Pelacur. Teman saya dengan penuh tenaga dan emosi yang sudah memuncak akibat kata-kata kasar dari Wanita Perokok, bangkit dan melayangkan tendangan menggunakan tapak kaki yang beralaskan sepatu kets berwarna putih. Kakinya yang terbalut celana jeans biru yang terbilang ketat itu terbang dengan ringan namun sangat kuat untuk menghujam Wanita Perokok. Kini wanita itu tergolek juga di trotoar.
Sempat saya lihat Wanita Perokok itu memegang punggungnya. Dia kesakitan rupanya. Punggung itu habis menghantam gerobak Batagor milik Mang Sukur yang telah terjungkal. Tendangan Pelacur sangat keras menghujam Wanita Perokok yang kemudian terlempar ke arah gerobak milik Mang Sukur. Kaca gerobak itu pecah semua, isinya berhamburan bersama wajan beserta minyak goreng, adonan kental Batagor yang belum dimasak tumpah, bercampur dengan sambel dan bawang goreng yang memperkaya hasil kekacauan itu. Namun, Wanita Perokok itulah yang menjadi titik fokal kerusakan. Pada perutnya membekas tapak sepatu. Saya yakin itu berasal dari sepatu Pelacur. Rambutnya tergerai ke depan wajah yang samar terlihat mengerising. Dia terlihat mencoba bangkit dan sepertinya kesulitan. Kepalanya terus merunduk.
“Astaghfirullah! Apa yang kalian pikirkan? Sana pergi! Pergi dari warung saya!”
Mang Sukur tidak gentar di hadapan Pelacur. Dia mendorong-dorong teman saya itu keluar tenda dengan sangat kesal. Pelacur tidak memberikan perlawanan dan langsung berjalan cepat meninggalkan warung kemudian menyeberangi jembatan. Siang itu dia menggunakan kaos putih oblong dan saya sangat ingat badannya yang padat tergurat dengan indah. Saat menoleh ke arah gerobak lagi, Wanita Perokok sedang dibantu bangun oleh Mang Sukur. Meskipun telah berkata kasar, namun saya yakin Mang Sukur tidak tega mengusir wanita yang kesakitan itu.
Kembali menengok ke arah Pelacur berlalu tadi, dia sudah tidak terlihat. Yang datang dari arah itu hanya suara azan yang berkumandang. Waktu asar telah tiba yang menandakan waktu saya nongkrong di Warung gerobak Mang Sukur telah berakhir.
Hingga hari ini saya tidak pernah lagi makan di warung Mang Sukur. Padahal saya rindu mencicipi Batagornya yang sangat enak. Beberapa hari setelah kericuhan tersebut, saya lihat warung gerobak Batagor Mang Sukur sudah tidak ada lagi di sana. Telah lenyap bersama tenda terpal serta meja dan kursinya.
Namun saya lebih rindu lagi kepada teman saya, Pelacur. Saya selalu terbayang kehalusan wajah dibalik badan kekarnya yang mengagumkan. Tak kalah rindu juga kepada Wanita Perokok yang sudah berumur itu. Wajah keriput miliknya tidak menghilangkan kecantikan natural yang menggairahkan itu. Ditambah keberingasan khas wanita kota yang membuat jiwa saya selalu bergelora jika membayangkannya.
Saya bersyukur. Dari seluruh berkah tuhan di dunia, membayangkan mereka berdua menjadi kenikmatan terbaik yang pernah saya miliki dalam hidup hingga saat ini.
Mangga dua selatan, 8 Juni 2017
0 notes
Text
Tragedi Berdarah Papua di Penghujung 2018
Kabar duka di penghujung tahun 2018 datang dari Bumi Cenderawasih, Papua. Tepatnya dari Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua Barat, Sabtu (1/12). Dari 23 orang pekerja PT Istaka Karya yang tengah mengerjakan proyek jembatan di Kali Yigi-Kali Aurak, 19 diantaranya dibunuh oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Mereka digiring dengan tangan terikat dan berjalan jongkok menuju lokasi pembantaian tersebut. Sedangkan untuk korban selamat pembunuhan di papua berjumlah 13 orang. Mereka yang berhasil selamat karena berpura-pura mati untuk mengelabui kelompok bersenjata.
Tidak hanya itu, Pos TNI Mbua di Kabupaten Nduga, Papua Barat juga diserang keesokan harinya, Minggu (2/12) sekitar jam 18.30 WIT. Di pos itu diperkirakan ada 21 anggota TNI. Sempat terjadi baku tembak yang menyebabkan satu anggota TNI dari Yonif 755 Kostrad, Sertu Handoko gugur. Total, 20 orang tewas akibat penyerangan kelompok ini.
Aksi penyerangan kelompok separatis ini ternyata tak berhenti sampai di situ. Pada Rabu (5/12), penyerangan kembali dilakukan terhadap tim gabungan yang tengah mengevakuasi jenazah Sertu Handoko. Dalam penyerangan ini, Bharatu Wahyu, anggota Brimob Kelapa Dua Jakarta, tertembak saat kontak senjata pasukan gabungan Polri dan TNI dengan kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) di Yigi, Distrik Yall, Kabupaten Nduga. Beruntung nyawanya masih bisa diselamatkan.
Dugaan awal, pemicu kejadian pembunuhan tersebut karena para pekerja diduga merekam dan menyaksikan kelompok separatis bersenjata sedang memperingati Hari Ulang Tahun Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang jatuh pada 1 Desember. Dugaan lain, kelompok separatis ini kesal lantaran para pekerja berupaya membangun infrastruktur di Papua. Sebab, pesatnya pembangunan di Papua akan menghambat gerakan mereka.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Dari penyerangan ini, muncul nama Egianus Kogoya. Dia diduga sebagai pimpinan gerakan separatis Papua. Selama ini serangkaian teror kelompok Egianus Kogoya sangat meresahkan. Egianus juga aktor di balik penculikan 15 guru dan sejumlah tenaga kesehatan di Mapenduma. Mereka disandera selama 14 hari mulai 3 Oktober hingga 17 Oktober 2018. Egianus bagian dari pemimpin separatis senior dan komandan dari sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM), Kelly Kwalik. Di tahun 2009, Egianus membentuk kelompoknya usai Kelly tewas dalam serangan polisi.
"Iya betul, kita indentifikasi itu (Egianus Kogoya). Dia yang melakukan penganiayaan di Mapenduma," ucap Aidi di Jakarta, Selasa (4/12).
Distrik Yigi semula merupakan zona aman. Namun situasi berubah. Distrik ini menjadi masuk dalam zona merah setelah kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya menghuni distrik tersebut. Egianus dan kelompoknya pindah ke Distrik Yigi karena terdesak kejaran TNI-Polri dari Distrik Kenyam, Nduga. Sejak saat itu, Distrik Yigi masuk dalam kategori zona merah dari sisi keamanan.
Kabar penyerangan ini juga langsung sampai ke telinga Presiden Jokowi. Kepala Negara langsung memerintahkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk mengejar dan menangkap para pelaku. Tidak ada tempat bagi kelompok-kelompok kriminal senjata di tanah Papua maupun seluruh pelosok Tanah Air. Jokowi juga menekankan, insiden penembakan tidak membuat pemerintah takut dan berhenti membangun Papua.
"Saya telah memerintahkan kepada Panglima TNI dan Kapolri untuk mengejar dan menangkap seluruh pelaku tindakan biadab tersebut. Ini membuat tekad kita membara untuk melanjutkan tugas besar kita membangun tanah Papua," kata Jokowi saat memberikan keterangan pers di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (5/12).
Menko Polhukam Wiranto ikut geram. Dia mengutuk aksi penyerangan ini. Apalagi penyerangan dilakukan kepada warga sipil yang tengah membangun infrastruktur untuk kesejahteraan masyarakat Papua. Wiranto tak habis pikir dengan penyerangan itu. Apalagi korbannya adalah orang-orang yang berjasa memajukan wilayah Timur Indonesia.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Mantan Panglima ABRI ini telah bicara dengan Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto untuk mengejar kelompok separatis ini. Pasukan TNI dan Polri langsung terjun memburu kelompok ini. Di bawah komando Pangdam XVII/Cendrawasih Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring dan Kapolda Papua Irjen Pol. Martuani Sormin Siregar, pasukan bergerak mencari pemberontak yang diperkirakan berjumlah 30 sampai 50 orang. Mereka selalu bergerilya, masuk ke dalam hutan.
"Jadi tadi saya sudah bicara dengan Kapolri, Panglima TNI untuk segera dilakukan pengejaran yang habis-habisan. Supaya apa? Supaya tak terulang lagi. Ya habis-habisan, sampai ketemu," tegas Wiranto.
Kelompok separatis di Papua memang selalu ingin menunjukkan eksistensinya setiap 1 Desember. Bagi mereka, 1 Desember merupakan hari penting sejak Belanda memberikan kemerdekaan bagi kelompok ini. Mereka juga dilengkapi dengan senjata. Kapolri Jenderal Tito Karnavian memaparkan cara kelompok pemberontak di Papua mendapatkan senjata. Pertama, kawanan pemberontak mendapatkan senjata dari hasil rampasan anggota TNI-Polri. Mereka juga mendapatkan senjata dari sisa-sisa konflik Ambon.
"Jadi kita ada mereka mendapatkannya dengan merampas dari anggota, beberapa kali kami membongkar, dari konflik Ambon mereka cari, yang kita tangkap buktinya ada," kata Tito di Istana Negara, Jakarta, Rabu (5/12).
Para pemberontak juga mendapatkan senjata dari jaringan ilegal di perbatasan Papua Nugini. Temuan-temuan itu, kata Tito, didapat melalui keterangan pemberontak yang tertangkap.
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) di bawah komando Egianus Kogoya mengakui sebagai kelompok penyerangan yang melakukan pembunuhan terhadap satu orang anggota TNI dan 19 orang pekerja proyek jembatan di Kabupaten Nduga. "Kami tidak suka Pemerintah Indonesia membangun proyek di Papua karena itu sebagai bentuk penjajahan," kata juru bicara TPNPB Sebby Sambom kepada Tabloid Merdeka.
Menurut mereka, pembangunan di berbagai sektor ekonomi, bisnis dan lain-lain sebagai bagian dari penjajahan Indonesia terhadap Papua. Berbagai aksi teror yang mereka lakukan itu sebagai peringatan agar pemerintah Indonesia menyetop pembangunan di Papua. Bahkan, mereka menuding proyek infratsruktur banyak dikerjakan TNI.
"Mereka itu militer Indonesia. TPN identifikasi, mayoritas pekerja adalah intelijen dan anggota TNI berpakaian preman. Mereka diback up oleh pos TNI di Mbua. Trans Papua itu dibangun TNI, sudah bukan rahasia. Seluruh orang Papua tahu itu. Jangan salahkan TPNPB, salahkan TNI siapa suruh kau laksanakan proyek."
Kendati terus diburu TNI dan Polri, kelompok ini mengaku tidak bakal menyerah. Mereka akan terus bergerilya untuk memperjuangkan kemerdekaan. Keinginan kelompok ini hanya satu, kemerdekaan bagi Papua.
"Indonesia menjajah kami sejak tahun 1963 sampai sekarang, kami tidak pernah menyerah. Selama 55 tahun kami berjuang terus. Yang tua meninggal, yang muda melanjutkan. Karena semua orang Papua mau merdeka."
Tudingan itu langsung dibantah Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih Kolonel Inf M Aidi. Dia menantang Sebbu Sambom untuk melihat langsung bahwa korban adalah sipil. Bukan Tentara.
"Kalau memang dia menuding bahwa korban yang dibantai itu anggota TNI, maka saya undang yang bersangkutan datang ke Timika, agar dia bisa membuktikan bahwa pernyataanya itu benar atau salah, silakan cek," ucapnya menegaskan.
TNI juga tidak terima dengan pernyataan kelompok separatis terkait alasan penyerangan karena jalan dan jembatan trans-Papua di Nduga dibangun tentara. Sehingga ini dijadikan dalil untuk menyerang pekerja.
"Jika TNI bangun jalan apakah pantas dibantai? Ini logikanya, pola pikir secara moral. TNI hadir untuk membangun Papua, kesejahteraan rakyat Papua, kok harus dibantai, dibunuh? Ini logika kedua," tuturnya.
Peristiwa ini juga menyita perhatian Komisi Tinggi Hak Asasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (OHCHR). Juru bicara OHCHR Ravina Shamdasani mengatakan kekerasan yang terjadi di Papua itu tidak dapat dibenarkan. Menurutnya, akar masalah di Papua selama ini tidak dipahami dan ditangani dengan baik oleh pemerintah Indonesia.
"Ada banyak keluhan, dan ini juga banyak terjadi di belahan dunia lain, ketika keluhan tidak ditanggapi atau ada tekanan turun temurun maka orang main hakim sendiri sebab suara mereka tidak didengar. Inilah yang saat ini terjadi di lapisan masyarakat bawah di Papua," kata dia.
Menanggapi itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan bahwa pemerintah sudah berupaya meredam konflik di Papua. Berbagai permintaan sudah dilakukan dan diberikan. Mulai dari hak politik hingga ekonomi. JK menjelaskan semua pihak sudah maksimal meredam konflik di Papua. Sudah berkali-kali pemerintah mengupayakan. Namun masih banyak pihak yang belum bisa memahami hal tersebut.
Menurutnya, banyak pihak yang salah paham terkait kebijakan pemerintah. Salah satunya pembangunan jalan raya Trans Papua, dan pembangunan infrastruktur lainnya dapat membuka akses bagi Papua.
"Sekarang sebenarnya, opsi dialog itu juga pertanyaannya apanya lagi yang bisa didialogkan. Semua sudah dikasih ke daerah terkecuali kemerdekaan. Dana itu sudah jauh lebih besar daripada sebelumnya," kata JK di Istana Wakil Presiden.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Perburuan terhadap kelompok ini terus dilakukan. Baku tembak tak terhindarkan. Kontak tembak terjadi sekitar pukul 06.20 WIT, Selasa (11/12). Dua anggota TNI dilaporkan terluka saat aparat gabungan TNI-Polri kontak tembak dengan kelompok separatis bersenjata di Yigi, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua. Pratu Budi dan Praka Aswad tertembak namun keduanya dalam kondisi stabil.
Dalam pengejaran ini, aparat juga menemukan tiga jenazah anggota kelompok separatis di pegunungan. Ketiga jenazah teridentifikasi sebagai ML yang ditemukan 300 meter di atas lokasi penyerangan, NI ditemukan 400 meter di atas lokasi penyerangan, dan NW yang ditemukan di atas lokasi penyerangan dengan kondisi tubuh terbakar. SOP dari KKB, apabila anggota mereka ada yang mati karena ditembak harus dibakar untuk menghilangkan jejak. Polisi mengklaim, kekuatan KKB yang tersisa saat ini di Kabupaten Nduga hanya sekitar 25 orang
Kini, Polisi dan TNI sudah berhasil menguasai Kabupaten Nduga. Kondisinya pun sudah kondusif. Presiden juga sudah berulang kali menegaskan bahwa proyek pembangunan Trans Papua harus tetap berjalan. Dalam hal ini, negara tidak boleh kalah dari siapapun.
Presiden Jokowi menyebut para korban sebagai pahlawan. Bukan tanpa alasan, para pekerja bertaruh nyawa demi terwujudnya pembangunan infrastruktur Trans Papua. Demi kesejahteraan dan pemerataan pembangunan. Karena itu, meski ada insiden penembakan, Jokowi tidak gentar untuk menghentikan proyek pembangunan di pulau paling ujung Timur Indonesia.
"Yang bekerja di sana betul-betul bertaruh nyawa. Dan sekali lagi ingin saya sampaikan bahwa pembangunan Trans Papua tetap terus dijalankan diteruskan. Tidak akan berhenti," tegas Jokowi.
Sejalan dengan itu, upaya perburuan terus dilakukan. Kapolri Tito Karnavian punya cara sendiri dalam melakukan pengejaran. Dengan operasi penegakan hukum terbatas. Bukan tanpa alasan. Sebab, kelompok ini memainkan isu propaganda agar menarik simpati dunia internasional.
"Intinya tetap dilakukan pengejaran tapi tidak terlalu banyak diekspos. Ditangkap ya sudah saja. Jangan (media) yang disampaikan pas lagi polisi mukul begini, maka digoreng lagi sama mereka (KKSB). Ini genderang propaganda mereka yang teman-teman bisa masuk tanpa sadar," kata Tito.
Aksi brutal dalam bentuk pembantaian dilakukan agar terjadi dialog dengan pemerintah dalam upaya melepas Papua dari Indonesia.
"Kemudian memancing aksi eksesif akibat aksi balasan dari pemerintah. Nanti aksi ini bisa buat isu baru, pelanggaran HAM berat pemerintah," kata Tito.
0 notes
Text
Polri: Distrik Yigi Jadi Zona Merah Sejak Dihuni Kelompok Egianus Kogoya
Forbes - Distrik Yigi, lokasi pembantaian pekerja jembatan dari PT Istaka Karya di Kabupaten Nduga, Papua semula merupakan zona aman. Namun situasi berubah setelah kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya menghuni distrik tersebut. "Daerah kejadian, Distrik Yigi, semula aman. Tapi kelompok Egianus Kogoya pindah ke sana," ujar Kepala Divisi Humas Polri Brigjen Mohammad Iqbal kepada Forbes ,Jakarta, Kamis (6/12). Menurut Iqbal, Egianus Cs pindah ke Distrik Yigi karena terdesak kejaran TNI-Polri dari Distrik Kenyam, Nduga. Sejak saat itu, Distrik Yigi masuk dalam kategori zona merah dari sisi keamanan. "(Kepindahan Egianus dan kelompoknya) karena dikejar pasukan TNI-Polri dari Kenyam, Kabupaten Nduga sehingga lokasi insiden penembakan adalah zona merah," tuturnya. Penyanderaan terhadap pekerja PT Istaka Karya yang sedang membangun jembatan Trans Papua, berdasarkan kesaksian korban selamat berinisial JA, terjadi pada Sabtu, 1 Desember 2018. Para pekerja, dalam kondisi tangan terikat, kemudian dieksekusi dengan tembakan pada keesokan paginya, Minggu 2 Desember 2018. Empat pekerja berhasil melarikan diri dan diselamatkan TNI di Pos TNI Mbua, Kabupaten Nduga, Papua. Menurut JA, ada 19 rekan kerjanya yang tewas akibat tembakan. Sementara dua lainnya melarikan diri dan terpisah dari rombongan sehingga tak diketahui nasibnya hingga kini. Selain mengevakuasi korban, aparat gabungan TNI-Polri juga fokus mengejar kelompok teroris Papua tersebut. Ratusan personel gabungan telah diterjunkan ke Distrik Yigi dan Mbua, Kabupaten Nduga, Papua. Read the full article
0 notes
Photo
#Repost @persebayastore ・・・ Setelah insiden di Hotel Yamato, pada tanggal 27 Oktober 1945 meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris . Serangan-serangan kecil tersebut di kemudian hari berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban jiwa. Jenderal D.C. Hawthorn meminta bantuan Presiden Sukarno untuk meredakan situasi. Setelah gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris keadaan berangsur-angsur mereda. Walaupun begitu tetap saja terjadi bentrokan-bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya. Bentrokan bersenjata di Surabaya tersebut memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada 30 Oktober 1945, Mobil Buick yang ditumpangi Brigadir Jenderal Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewati Jembatan Merah. Brigadir Jenderal Mallaby Tewas oleh tembakan pistol seorang pemuda Indonesia, dan terkena ledakan granat yang pada mobil Buick menyebabkan jenazah Mallaby sulit dikenali. Kematian Mallaby ini menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat pada keputusan pengganti Mallaby, Mayor Jenderal Eric Carden Robert #BanggaBeliAsli #PersebayaStore #Persebaya #KamiHausGolKamu #GreenForce #rememberourheroeseveryday
#greenforce#repost#rememberourheroeseveryday#persebaya#kamihausgolkamu#persebayastore#banggabeliasli
0 notes
Text
Parlemen Skotlandia Tingkatkan Keamanan Pasca Serangan di London
Edinburgh (SIB) -Parlemen devolusi Skotlandia akan segera melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan keamanan menyusul serangan yang terjadi di Westminster, London. "Meskipun tidak ada informasi intelijen yang menunjukkan adanya ancaman spesifik ke Skotlandia, Edinburgh ataupun Holyrood, kami telah segera meningkatkan keamanan di Parlemen Skotlandia sebagai tindakan pencegahan," kata pemimpin parlemen dalam sebuah pernyataan. Devolusi adalah proses pelimpahan kekuasaan. "Kami mengikuti perkembangan situasi yang terjadi di Westminster dan sedang memantau hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa itu," tambahnya. Sebuah pembahasa terkait referendum baru untuk kemerdekaan Skotlandia ditangguhkan sebelumnya setelah serangan itu. Tiga orang tewas dan sedikitnya 20 lainnya terluka setelah sebuah mobil menabrak para pejalan kaki serta seorang penyerang menikam seorang petugas kepolisian di dekat gedung parlemen Inggris di London. Kepolisian menyebut kejadian itu sebagai serangan teroris. PM Inggris Theresa May menegaskan Inggris tidak akan mengubah status tingkat ancaman terorismenya terlepas dari serangan di London. "Tingkat ancaman Inggris sudah ditetapkan genting selama beberapa waktu dan ini tidak akan berubah," katanya dalam pidato yang disiarkan di televisi di luar kantornya di Downing Street. Sementara Prancis memadamkan Menara Eiffel untuk menunjukkan solidaritas mereka terhadap Inggris usai aksi teror di London. Sedangkan di London, Big Ben menyala merah sebagai bentuk penghormatan pada korban. Beberapa jam setelah aksi teror yang terjadi pada Rabu siang (22/3), Menara Eiffel tak bersinar seperti biasanya. Padamnya Menara Eiffel ini menyertai duka warga Perancis atas kejadian yang setidaknya menewaskan lima orang dan mengakibatkan puluhan orang luka itu. Presiden Prancis, Francois Hollande sebelumnya menegaskan bahwa negaranya bersimpati atas insiden yang dialami oleh Inggris. "Prancis yang juga pernah mengalami serangan dalam beberapa waktu terakhir, tahu bahwa saat ini rakyat Inggris begitu terluka," ucap Hollande. Sementara itu di Inggris, Big Ben bersinar dengan warna merah begitu Rabu malam tiba. Hal itu dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan pada para korban serangan teror yang terjadi beberapa jam sebelumnya. "Simpati saya untuk mereka yang kehilangan orang tercinta dan juga kepada semua yang terkena dampak (aksi teror ini)." "Tragisnya, petugas kepolisian yang bertugas menjaga kota ini juga termasuk dalam korban meninggal. Rasa duka mendalam dari saya untuk keluarga mereka," ujar wali kota London Sadiq Khan. Serangan yang disebut polisi sebagai "insiden teror" ini berawal ketika sebuah mobil hitam melaju dari arah Westminsters Bridge menuju Gedung Parlemen. Tiga korban tewas karena ditabrak oleh pelaku di jembatan tersebut. Sementara 40 pejalan kaki lainnya mengalami luka-luka sebelum akhirnya mobil tersebut menabrak pagar pembatas di sisi kompleks pemerintahan Inggris itu. Satu orang pelaku turun dari mobil dan berlari ke arah gedung, menikam seorang polisi, dan ditembak mati. Kejadian ini bertepatan dengan satu tahun serangan teror yang menewaskan puluhan orang di Brussels. Sementara itu kunjungan Perdana Menteri China Li Keqiang ke Australia dibayangi dengan isu serangan teror di London, Inggris. Bahkan, Keqiang mengatakan, serangan teror di London akan menjadi agenda pertama yang didiskusikan dengan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull. Keqiang menyatakan bahwa diskusi masalah teror di London itu diadakan di Canberra pada Kamis 23 Maret 2017 pagi waktu setempat. "Bersama, kami haturkan belasungkawa kepada perdana menteri Inggris dan bersama kami mengutuk terorisme dan kami berdiri bersama dalam perlawanan segala bentuk terorisme," tutur Keqiang kepada AP. Perdana menteri China itu menegaskan sudah tidak boleh ada ketidakstabilan seperti serangan teroris lagi di dunia. Li Keqiang direncanakan akan berada di Ausralia selama lima hari. ABC mewartakan kunjungan tersebut akan berfokus untuk penguatan hubungan ekonomi China-Australia. Sudah Diprediksi Sebuah posting-an di forum online diduga memprediksi serangan teror di Gedung Parlemen Inggris. Serangan di jantung Kota London itu menyebabkan setidaknya tiga orang tewas. Isu serangan tersebut disebut muncul di forum 4Chan. Pada posting-an di forum tersebut muncul referensi mengenai lokasi serangan serta gambar dua senjata api. Namun apakah serangan tersebut memiliki hubungan dengan posting itu masih belum dapat terkonfirmasi. Sebab tidak ada referensi tanggal tepat serta bagaimana serangan itu akan terjadi. Kabar terkait hubungan posting di 4Chan tersebut dengan serangan teror di London pertama kali dihubungkan oleh netizen yang mengklaim keduanya berhubungan. Independent mewartakan, referensi mengenai lokasi serangan teror di London juga muncul di posting-an tersebut. Sebab selain gambar dua senjata api, sang pengunggah juga memunculkan sejumlah gambar titik dan garis pemisah yang dapat diartikan menggunakan kode Morse. Netizen menyatakan, jika kode itu diikuti maka akan muncul titik koordinasi yang merujuk ke Jembatan Westminster yang merupakan lokasi serangan teror tersebut. Posting-an tersebut pertama kali diunggah pada Selasa 21 Maret sore waktu setempat dan hanya berselang 24 jam sebelum serangan teror di London tersebut terjadi. (Ant/h) http://dlvr.it/NjPk7j
0 notes