Tumgik
#Hisako Tabuchi
ringoarchive · 8 months
Text
Tumblr media Tumblr media
Sheena Ringo and Tabuchi Hisako performing during the Hatsuiku Status tour, 2000.
Pictures from ROCKIN‘ON JAPAN magazine, August, 2000.
10 notes · View notes
erifaults · 7 months
Text
Tumblr media
Hisako Tabuchi 🔢 
6 notes · View notes
notokra · 1 year
Text
Tumblr media
28 notes · View notes
xinu1941-1966 · 2 years
Photo
Tumblr media Tumblr media
Guitar magazine 2019年9月号 (特集:再結成ナンバーガール) syutoku mukai & hisako tabuchi
#numbergirl #number girl #ナンバーガール #向井秀徳 #田淵ひさ子 #アヒトイナザワ #中尾憲太郎 #Kyutoku mukai #hisako tabuchi #inazawa ahito #kentaro nakao #rock#punk #japan #hakata #透明少女
141 notes · View notes
spilladabalia · 2 years
Text
youtube
Number Girl - Iggy Pop Fan Club
8 notes · View notes
sklira · 10 months
Text
I dedicate D chord | toddle
1 note · View note
lonchyspicante · 2 months
Text
Sabían que hisako tabuchi es fan de fishmans? Lo descubrí porque un concierto tenía la camiseta de I'm fish, ahora number girl es 20 veces mejor
1 note · View note
kerangmerang · 7 months
Text
Tulisanmu memang biasa saja, jadi tulis saja!
Tulisan ini murni sifatnya opini.
Saya berasal dari kota kecil di ujung Jawa Timur, sangat dekat dengan pesisir. Pindah ke Surabaya dan menetap hampir selama 10 tahun lalu pindah lagi pada tahun 2023 untuk merantau ke Jakarta.
Selama di Surabaya, saya memang memiliki ketertarikan dengan dunia hiburan dan kreatif yang akhirnya membuat saya mau tidak mau mengenal beberapa penggiat dan teman teman akrab. Memang dasarnya saya aja yang ceplas ceplos jadi teman saya tidak terlalu banyak. Tapi semua itu nggak masalah, semua ada harganya masing masing. Karena trauma yang saya miliki, saya membatasi sendiri lingkup pertemanan dan siapa saja yang saya kenal. Salah satunya adalah band - band Surabaya, yang awalnya saya pikir susah sekali disentuh karena lingkup pertemanannya cukup jauh. Kalau bukan teman sekampus atau satu tempat nongkrong, mustahil untuk sekedar tegur sapa. Entah nasib saya yang beruntung banget atau gimana, lewat pacar saya, saya akhirnya berteman dengan mereka - mereka itu, jadi saya cukup senang. Masio kaget, tapi tetap senang karena bisa seru-seruan bersama.
Namanya juga anggota band, pasti lebih banyak laki - laki daripada perempuannya. Wajar, skena musik Surabaya masih banyak diisi oieh para lelaki - lelaki maskulin yang doyan berkeringat, bikin lagu - lagu punk, dan sangar - sangar. Yang terakhir ini katanya, padahal menurut saya menjadi vulnerable dan menunjukkan sisi melankolis pun tak masalah. Oh, ini mah bahasan lain ya, haha. Saya juga punya concern kenapa sangat jarang perempuan ikut masuk ke skena. Saya kemudian juga belajar ternyata terbatasnya ruang aman bagi setiap orang untuk menikmati gigs/festival/konser masih menjadi PR bagi sekian - sekian promotor. Hal itu harus diaplikasikan dengan berbagai aturan dan output yang sifatnya koersif juga, yakni diselesaikan lewat kepolisian, dikeluarkan dari band, dan lain lain. Ketika hal substansial tersebut mulai keangkat di media, kolektif dan ranah umum seperti sekarang, saya masih menemui beberapa hal yang membuat nggak nyaman. Ketidaksukaan saya adalah menonjolkan sebuah band memiliki anggota perempuan, tidak dibahasnya lebih lanjut tentang skill dan performa mereka, kurangnya menerima counter-kritik dari orang terdekat, bahkan teman sendiri. Dalam benak saya, ketika seseorang itu memang keren, mau dia perempuan atau laki laki, masalah representasi gender itu tidak lagi jadi penting. Penting untuk dilihat berikutnya adalah bagaimana mereka melakukan branding & marketing atas bandnya. Ketika melihat Beth Gibbons (Portishead) atau Hisako Tabuchi (Number Girls) tak pernah sekalipun saya berpikir bahwa karena mereka perempuan, saya merasa terepresentasikan. Saya merasa mereka keren karena mereka skillfull, memiliki value, dan bermusik karena mereka memilih bermusik bukan semata memperoleh validasi dari orang lain (maksudnya narsis, saya benci orang narsis). Tulisan mengenai musisi musisi perempuan juga menurut saya sudah banyak. Banyak juga tone of voice tulisannya sangat seksis dan misoginis, menganggap perempuan ikut skena adalah sesuatu yang wow. Padahal ya biasa saja, mau laki laki atau perempuan, mereka sama sama main alat musik. Mereka akan dilihat skillnya sebagai anggota band atau vokalis. Tidak penting bagaimana foto wajahnya, darimana dia berasal, dan genre apa yang dibawakan. If theyre good enough, thats enough. Justru karena tulisan yang mengelompokkan musisi perempuan itu berbeda dari yang lain, malah menciptakan jurang persepsi yang makin lebar. Anggapan bahwa para perempuan ini akhirnya spesial, harus diistimewakan, harus mendapat perlakuan khusus. Memang tepat, perempuan adalah kelompok rentan. Kritik tentang hal itu memang valid. Namun akan jadi aneh kalau hanya itu saja yang jadi highlight. Seolah olah sebuah band tanpa anggota perempuan adalah sesuatu yang salah diantara banyaknya gempuran agenda representasi. Kalau dari kacamata saya, mau perempuan atau lelaki, dalam bermusik, kalian itu sama. Pada akhirnya kalian akan dilihat ketika membuat materi musik, di judge lewat performance, dan bagaimana membranding & marketing band kalian sendiri. Nggak penting kalau laki laki atau perempuan, sudah seharusnya itu bukan jadi keistimewaan. Karena dalam musik yang paling banyak dilihat adalah seberapa lama kamu ngulik, bukan secantik apa dan seterkenal apa kamu. Memang terkesan jahat, tapi saya sendiri bukanlah orang yang udah ngeluarin materi musik. Saya cuma penikmat. Concern saya kurang lebih pada ketidaksukaan saya melihat persepsi media bahwa anggota perempuan dalam sebuah band itu menjual dan eksotis. Padahal semua itu sama saja. Musik itu hanya medium, yang membuatnya terkotak-kotakkan adalah kerjaan media. Jadi ada baiknya nggak perlu dilanggengkan lagi tulisan tulisan seperti itu. Surabaya sendiri juga nggak ramai - ramai amat. Para penggiatnya juga masing - masing tidak punya pemikiran yang jauh ke depan. Nggak banyak juga yang bisa tur nasional, nggak banyak juga band yang pada akhirnya well-known secara nasional. Ya karena tabiat orang Surabaya yang antikritik dan sangat gerombolan. Saya sih cinta - cinta aja sama Surabaya dan makanannya, tapi untuk hal hal beginian, saya mundur ajalah.
0 notes
r1ch-ln4mst3r · 8 months
Text
my dream is to be like hisako tabuchi when i grow up
0 notes
mjbeats · 3 years
Audio
(Hisako Tabuchi)
2 notes · View notes
letsgetemboys · 7 years
Audio
13 notes · View notes
ringoarchive · 3 years
Text
Tumblr media Tumblr media
Sheena Ringo backstage with members of Hatsuiku Status, during their tour Hatsuiku Status Gokiritsu Japon, July, 2000.
*pictures from Ringo BoOK
34 notes · View notes
xinu1941-1966 · 2 years
Photo
Tumblr media
Guitar magazine 2019年9月号 (特集:再結成ナンバーガール) syutoku mukai & hisako tabuchi
#numbergirl #number girl #ナンバーガール #向井秀徳 #田淵ひさ子 #アヒトイナザワ #中尾憲太郎 #Kyutoku mukai #hisako tabuchi #inazawa ahito #kentaro nakao #rock#punk #japan #hakata #透明少女
57 notes · View notes
spilladabalia · 2 years
Text
youtube
Number Girl - Omoide In My Head
Last live, last song.
5 notes · View notes
aramajapan · 5 years
Photo
Tumblr media
Nagisa Kuroki uproots her past in PV for "Utsukushii Hokorobi-kata"
Late last month we reported that singer/songwriter Nagisa Kuroki would be releasing a new album titled “Lemon no Toge” on October 9th. Ahead of this date, she has uploaded the music video for album track “Utsukushii Hokorobi-kata” to her YouTube channel. The PV juxtaposes shots of Kuroki performing beneath the roots of a lemon tree […]
Read more on aramajapan.com
0 notes
purusaido · 6 years
Photo
Tumblr media Tumblr media
Coming back from not posting on here in years to talk about how the greatest thing ever is happening, I really had given up hope of this happening, but I am planning on attending this 
https://twitter.com/numbergirl_jp/status/1096242847920070656
10 notes · View notes