#Gantungan Baju Panjang
Explore tagged Tumblr posts
Text
Saling Mendidik
Pernikahan itu sangat unik.
Sebelum menikah, saya seringkali melihat dalam rumah tangga orang lain bagaimana seorang suami mengatur istrinya, dari mulai penampilan hingga hal-hal detail dan kompleks lainnya. Ya, mungkin lebih tepatnya mendidik, bukan mengatur.
Pernah melihat status seorang teman bagaimana suaminya kerap mengingatkannya soal memakai kaos kaki jika keluar rumah.
Teman lainnya ada yang membuat caption bangga pada istrinya yang tetap menggunakan kaos kaki meski sedang berjalan menyusuri tepi pantai yang basah.
Saya kerap menunggu momen-momen itu terjadi dalam pernikahan saya. Namun, yang terjadi agaknya malah sebaliknya.
Saya kerap yang mengingatkan suami soal kaos kaki harus yang menutup lutut jika mau keluar futsal, kalau shalat usahakan jangan cuma kaosan, tapi pakai kemeja atau baju koko, dan lain-lain.
Suami saya juga sering sekali di pagi hari sebelum barangkat kerja bertanya, "hari ini aku pakai kemeja yg mana?" Atau ketika mau pergi kondangan, "aku pakai baju yang mana?" Atau saat mau ke mall, "aku kaosan aja atau kemeja?"
Kesannya tuh kenapa sih dia kayak manja? Kenapa jadi saya yang harus mikir? Kenapa dia nggak cari aja di gantungan baju yang sudah saya setrika? Kenapa saya terkesan jadi yang dominan? Kenapa harus saya atur pakaiannya, bukannya harusnya dia yang mengatur saya?
Maha baik Allah tahu bagaimana kepribadian saya, tahu bagaimana saya kurang nyaman jika diatur-atur. Maha Besar Allah mengatur pertemuan antara dua insan. Allah Maha Tahu segala-galanyalah atas segala tanya mengapa dua orang insan dipersatukan.
Rupanya dalam pernikahan ini justru saya yang terkesan banyak mengatur. Itu jika orang luar yang melihatnya. Padahal sejatinya hal itu terjadi karena suami saya mempercayakan sepenuhnya dan apa-apanya kepada saya.
Hingga suatu hari tante saya bercerita tentang perceraian temannya. Ini nyata. Mereka berpisah karena mungkin ini hal yang terdengar sepele; karena sang suami sangat mengatur istrinya, mulai dari model baju yang dipakai hingga kacamata yang hendak dibeli sang istri.
Tante saya menyarankan agar bertahan apalagi karena penyebabnya yang dinilai cukup sepele. Terlebih lagi sang istri tidak bekerja sementara mereka punya anak-anak yang masih sekolah. Namun, akhirnya keduanya berpisah.
Sang istri sempat ingin rujuk karena secara ekonomi jadi kekurangan, tetapi suaminya tak mau karena mungkin terlanjur sakit hati dan akhirnya menikah lagi dengan perempuan lain. Saking dendamnya sampai-sampai saat mengirimkan uang untuk anaknya harus didokumentasikan, ia tak ingin mantan istrinya memperoleh sepersenpun.
Pernikahan dan permasalahan di dalamnya itu unik. Bagaimana dari kerisihan karena suami yang sangat pengatur membuat sang istri menggunggat cerai meski akhirnya ingin rujuk namun akhirnya tetap berpisah.
"Beginilah mba kalau menikah. Tante aja nggak boleh potong rambut padahal udah gerah banget rambut panjang gini. Tapi om gak suka kalau tante potong yaudah nurut aja."
Tante juga bilang bahwa masih banyak permasalahan berat lainnya yang perlu kita hadapi dan kita pikirkan solusinya di zaman yang kian edan ini. Banyak masalah umat yang perlu diselesaikan. Kata tante, hal-hal remeh kayak gini mending udah dituruti aja deh kemauannya suami.
Meskipun memang nggak bisa menyamaratakan yang bagi kita sepele, bagi orang lain mungkin nggak sepele.
Hanya saja tante memilih untuk mengikuti apa yang suaminya inginkan tanpa meributkannya. Toh hanya perkara rambut, sepele bagi dirinya. Tante lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengurus umat.
Kembali lagi dengan yang terjadi dalam pernikahan saya, patut banyak-banyak syukur bagaimana pun uniknya pernikahan kita sendiri.
Adapun saya haturkan terima kasih sepenuh hati kepada suami saya yang telah mempercayakan banyak hal pada saya; rumah, keuangan, masakan, pakaian, hingga keputusan-keputusan rumit dalam kehidupan. Ia selalu melibatkan saya dan semoga selalu demikian.
Sekali lagi, pernikahan itu unik. Mau suami ataupun istri, sama-sama bertugas mengingatkan. Suami memang perlu mendidik istrinya, tetapi ketika suami salah, istri perlu juga untuk mengingatkannya.
Kenali bagaimana ego pasangan kita, kenali cara terbaik menyampaikan maksud kita padanya, kenali cara berdiskusi yang ia sukai.
Suami ataupun istri sama-sama berperan saling mengingatkan dalam kebaikan sebagaimana tugas kita kepada sesama muslim.
Catatan ini terlebih dahulu saya tujukan kepada diri saya sendiri.
_
Masih di Jatinangor, 8 Juni 2023
279 notes
·
View notes
Text
Hari ini cerah sekali, tidak seperti beberapa hari yang lalu. Kuputuskan untuk mencuci puluhan kaos kaki kotor yang sudah menumpuk di kantong cuci sejak berminggu-minggu yang lalu.
Aku suka kaos kaki. Aku hampir selalu mengenakan kaos kaki. Saat bekerja tentu saja aku mengenakan kaos kaki karena aku harus bersepatu. Aku punya berbagai macam kaos kaki untuk berbagai macam jenis sepatu. Kaos kaki olahraga untuk sepatu olahraga. Kaos kaki panjang untuk sepatu tinggi. Kaos kaki pendek untuk sepatu kets. Kaos kaki pendek sekali untuk loafers.
Aku juga mengenakan kaos kaki saat tidak bersepatu atau saat mengenakan sandal. Bahkan saat mengenakan sepatu berhak tinggi, aku juga mengenakan kaos kaki tipis.
Saat tidur aku selalu mengenakan kaos kaki. Hal ini baru kupraktikkan beberapa tahun yang lalu, akibat suatu hal rahasia yang cukup menyedihkan jika kuceritakan. Kaos kaki membuatku merasa terlindungi. Hal itu juga yang menimbulkan perasaan aman pada diriku sehingga aku bisa tidur dengan baik.
Kembali lagi ke cucianku. Hari ini aku mencuci banyak sekali kaos kaki, yang seperti kukatakan tadi, sudah menumpuk sejak lama. Aku berganti kaos kaki dua sampai tiga hari sekali. Jadi, mungkin bisa dibayangkan sebanyak apa cucianku jika aku tidak menjalankan rutinitas mencuci kaos kaki selama sebulan. Aku tidak memasukkan kaos kaki ke penatu karena seperti beberapa pakaianku yang lain (baju berwarna putih, mukena, pakaian dalam, dan handuk), aku lebih memilih untuk mencucinya sendiri dengan tangan.
Aku sengaja membeli gantungan khusus untuk menjemur kaos kakiku. Aku juga selalu menambahkan cairan antiseptik pada cucianku. Aku rasa itu berguna untuk melenyapkan apapun yang mengotori dan membuat pakaianku bau.
Aku selalu menghitung kaos kakiku sebelum menjemur. Hal ini agak memakan waktu, karena jumlahnya banyak sekali dan kebanyakan berwarna hitam. Kudapati kali ini aku mencuci 66 potong kaos kaki. Aku hanya berhasil memasangkan 64 potong kaos kaki, sementara dua lainnya tidak mempunyai pasangan. Aku berpikir keras, di mana pasangannya? Mengapa dia ada di kantong cucian tapi pasangannya tidak? Apakah aku hanya memakai kaos kaki sebelah?
Sambil menggerutu aku juga bertanya-tanya, adakah kaos kaki sekali pakai agar kita tidak perlu mencuci kaos kaki? Karena mencuci berpotong-potong kaos kaki itu rasanya capek sekali.
Kemudian aku membuka situs pencarian di ponselku. Ternyata ada toko yang menjual kaos kaki sekali pakai. Sekarang ini banyak sekali barang yang diciptakan untuk sekali pakai, misalnya: kamera, celana dalam, pembungkus makanan, alat makan, dan lain-lain.
Tapi kurasa aku tidak butuh. Bukan soal sampahnya yang akan menumpuk sih, kalau soal pencemaran, air cucianku juga akan mencemari sungai-sungai Jakarta sampai laut sana. Selain menyampah dan boros, mungkin yang menjadi pertimbanganku untuk tetap mencuci adalah bahwa ternyata aku menikmati saat-saat mencuci sendiri.
Sama seperti saat naik ojek, menggosok gigi, mengeringkan rambut, dan mencuci piring, kurasa saat mencuci pakaian aku bisa merasa bebas menyelami pikiranku sendirian.
0 notes
Text
Di Balik Gemerlap Malam
Alunan derai hujan yang bertabrakan dengan tanah basah menyamarkan sahut-sahutan kokok ayam jantan kala subuh itu. Langgar yang mengumandangkan iqamah tidak lantas sepi kendati derasnya hujan menimbulkan genangan air bercampur tanah merah yang licin dan becek. Segelintir laki-laki dengan rerata usia kepala tiga mengenakan baju koko putih yang sudah menguning hampir di seluruh bagiannya, berjalan beriringan untuk melaksanakan sholat subuh kala matahari belum bangkit sepenuhnya. Tidak terkecuali di dalam bilik rumah-rumah sederhana yang dibangun di sekitar langgar. Para wanita jauh lebih sibuk, beribadah, menjerang air, memasak, menyiapkan bahan makanan dan lainnya. Sekat-sekat bilik mulai dibuka, termasuk gorden yang menutupi kamar. Jendela dibuka lebar-lebar membiarkan hawa dingin merangsek masuk, membangunkan keseluruhan penghuni rumah.
“Zie, hedeh lo’ noro' sembahyang Subuh?” (Zie, kamu tidak ikut sholat subuh?)
Halimah, atau yang sehari-harinya dipanggil Imah menggoyangkan lengan teman sekamarnya pelan. Putri keenam dari empat belas bersaudara, yang terbiasa membantu sang ibu mengurus tujuh adiknya yang lain, kini bertambah tanggung jawabnya ketika dititipkan seorang gadis yang sebenarnya juga merupakan saudara jauh dari pihak mbah putri.
“Iya, sebentar,” pertanyaannya berbalas dengungan rendah dari remaja perempuan tanggung di hadapan yang menggeliat dan mulai terbangun dari tidurnya. Imah pun berinisiatif menuntunnya menuju kamar mandi yang terletak di luar rumah. Keduanya berwudhu lantas kembali ke dalam bilik untuk memulai ibadah Subuh mereka.
Halimah tidak mengetahui apapun soal sosok bernama Kenzie yang dipercayakan padanya. Yang ia pahami hanyalah Kenzie seumuran dengannya, terlahir dengan garis keturunan satu generasi di atasnya, yang berarti ia harus memanggil Kenzie dengan sebutan bi’ atau buk –yang jelas ditolak mentah-mentah oleh si empunya nama. Kendati terlahir di tahun yang berdekatan, Imah yakin betul kehidupannya yang selama ini dikelilingi dusun padat penduduk, berbanding terbalik dengan gadis megapolitan berstatus putri tunggal ini. Jika memang sesuai dengan drama televisi yang digemari ibunya, Imah bisa memprediksi bagaimana nyaman kehidupan Kenzie yang dapat tidur di kasur empuk berukuran besar miliknya sendiri, tanpa repot-repot membagi jatah tempat atau sibuk mengayunkan kipas tangan jika cuaca tidak bersahabat.
Pertemuan pertama mereka juga cukup menggambarkan kesenjangan yang dialami keduanya. Kenzie mengenakan blus hijau sage dengan syal coklat muda tipis yang cantik, berpadu dengan celana panjang hitam dan sepatu putihnya yang bersih. Di bahunya bertengger ransel biru dongker dengan gantungan abu-abu berbulu lembut yang lucu, sementara tangan kanannya menenteng tas coklat tua yang lebih besar. Berbanding terbalik dengan Imah sendiri yang hanya mengenakan kaos rumahan dengan warna hampir pudar seluruhnya, ditambah celana pendek coklat tua yang hampir lepas serat serat benangnya. Tangan kirinya menopang sang adik yang menempel erat berkat lilitan jarik di pundak sementara tangan kanannya sibuk memindahkan sendok dari mangkuk ke rongga mulut yang lebih muda, –tanpa alas kaki.
"engkok andi' penelitian e dinna’ bik!" (saya ada penelitian di sini, bibi).
Kurang lebih itulah yang didengar Imah ketika wanita yang ia kenali sebagai pihak tante dari sudut pandang Kenzie, berbincang dengan ibunya. Wanita dewasa di usianya yang menginjak awal kepala lima, seorang profesor universitas ternama di Surabaya dengan perawakan tegap dan garis wajah tegas. Baik dirinya maupun Kenzie dipastikan terlahir dari keluarga yang baik dan bertumbuh dalam lingkungan yang baik pula, pun menitipkan Kenzie untuk tujuan yang baik.
mengamati keseharian sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat Desa Sukolilo Barat, Madura sebagai bentuk penelitian bidang sosial dan masyarakat.
Hujan yang sedari subuh mengguyur bumi tak kunjung berhenti kendati mentari naik tinggi menyinari daratan pulau kecil yang kaya akan hasil bahari. Imah yang telah selesai menjerang air untuk adik-adiknya mandi, berinisiatif mengajak Kenzie –yang dengan khidmat memangku piranti elektroniknya guna menyambung pekerjaan sampingan yang sempat ia tinggal semalam, untuk berpayungan menuju makam sebab telah dititipkan pesan baginya menyambangi peristirahatan terakhir Mbah Putri.
Keduanya berjalan menapaki jalan beraspal dengan lubang menganga di kanan kirinya menghasilkan genangan yang terus menampung rintik air hujan. Hamparan tanah makam tersebut terletak lebih tinggi dibandingkan pemukiman sekitarnya, dengan mendaki sekian belas anak tangga, sampailah kedua insan tersebut di gerbang tempat tidur terakhir sanak saudara mereka.
“Makam Mbah Uti di depan makam buju’ dhalem (pemuka agama).” Mata Halimah menunjukkan gundukan tanah yang berjajar rapi dengan tiga makam lain, dibatasi tumpukan batu yang disemen permanen. Halimah lantas duduk, sembari membenarkan kain sewek yang melilit pinggang di pendopo kecil yang bersebelahan dengan pintu masuk. Makam Mbah Putri terletak di posisi terhormat yang bersih dan teratur, tidak akan menyulitkan peziarah yang datang dan membuatnya tidak perlu mengkhawatirkan gadis ibukota yang datang bersamanya.
Tangannya ia julurkan guna menadahi tetes hujan yang belum berhenti. Harum petrichor menyeruak masuk rongga pernafasan berlomba dengan hawa dingin tanah makam, bagi Halimah tidak masalah. Yang ia pikirkan masih tentang bagaimana beruntungnya Kenzie yang sempat berbagi cerita dengannya kemarin ditemani pihak tante yang dengan senang hati menerjemahkan kalimat-kalimat yang terlontar agar tercipta konversasi diantara dua putri Hawa ini. Tentang kampus, teman-teman, pergaulan, suasana kota besar di pagi hari, sesuatu yang tidak akan pernah ia temui kecuali dari kabar yang beredar melalui mulut orang lain.
Terlalu larut dalam angan membuat ia tak menyadari bahwa Kenzie sudah selesai dengan ziarahnya, pun duduk di sebelah Imah menciptakan suasana yang cukup canggung bagi keduanya.
“Imah, adikmu berapa?” Kenzie yang belum ingin beranjak dari pendopo lantas mencari topik yang bisa dibilang tidak masuk akal.
“Belu’” (delapan)
“Hah? Settong, due’, …, peto’, belu’, oh! Delapan?” (satu, dua, …, tujuh, delapan)
Jemarinya terangkat delapan dari sepuluh ruas guna mengkonfirmasi pemahaman dangkalnya terhadap bahasa daerah, berbalas anggukan dari lawan bicaranya membuahkan kerutan di dahi. “Kemarin hanya tujuh?”
Hening. Namun ekor mata Imah mengarah pada hamparan tanah gelap, tersembunyi di balik pohon beringin rindang yang kokoh menjulang di tengah lapang pemakaman cukup untuk menjawab pertanyaan Kenzie.
“Kenapa?” Kembali tanda tanya yang terlontar.
“Sambar petir.”
“Kamu gak berdoa di sana?” Senyum getir Kenzie dapatkan sebagai jawaban ditambah gelengan pelan, sebelum jawaban yang menjadi dugaan utama Kenzie disebutkan. Bahwa keluarga mereka tidak ada yang mengingat letak makam si bungsu. Maklum, keadaan makam tak ubahnya gundukan tanah yang ditanami batu bata sebagai patok penanda. Tidak ada garis pembatas yang jelas antara satu dan lainnya, bahkan tanpa identitas.
“Kenzie, mon hedeh entara ka pasar, ango’an lagghu’a!” (Kenzie, kalau kamu mau ke pasar, lebih baik pergi besok).
“Maaf?”
“Ke pasar, besok saja.” Keduanya masih mengalami kesulitan berkomunikasi sebab bertumbuh dengan cara komunikasi yang berbeda.
“Kenapa? Karena hujan?”
Halimah kembali menggeleng dan menyuruh Kenzie menunggu. Pada akhirnya mengajak gadis yang lebih tua setahun darinya kembali ke rumah, lepas ucapkan salam dan terimakasih pada penjaga makam yang baru saja kembali setelah membeli rokok di warung yang tidak jauh jaraknya dari areal pemakaman.
Keesokan paginya, Imah menepati janji untuk mengajak Kenzie ke pasar yang berjarak kurang lebih tiga puluh menit dari rumahnya. Hiruk pikuk pasar seketika menyambut mereka, lepas pijakan kaki di dekat kedai yang terletak paling luar.
Para penjual ikan, pedagang ayam baik yang masih hidup atau yang sudah dipotong, truk pengangkut sapi yang berhenti seenaknya di pinggir jalan, pembeli yang berjongkok memenuhi seluruh bahu jalan yang ditujukan untuk pengguna kendaraan bermotor, dan yang paling menarik perhatian Kenzie adalah banyak wanita yang mengenakan kain dan menaruh tampah, bakul atau bahkan karung beras di atas kepalanya, berjalan santai tanpa memegangi barang bawaannya.
"Wah, keren!"
Pikir Kenzie, seluruh kehidupan yang berjalan di desa yang kecil benar-benar menyenangkan. Meskipun bukan seperti lagu-lagu di masa kecilnya tentang desa yang penuh hamparan sawah dan aliran sungai, namun harum tanah basah selepas hujan dan suasana pasar ini menurutnya menyenangkan. Bagaimana sering ia merutuki kehidupannya yang terpaksa menyikut temannya sendiri demi kepentingan pribadi, atau berlomba menjadi yang terbaik bukan untuk dirinya sendiri. Ia iri terhadap Halimah, yang bisa mengurus adiknya dengan baik dan hidup tenang di balik rimbunnya pepohonan yang sejuk. Kenzie tidak ingin kembali kalau memang hidupnya setenang ini.
"Itu kenapa rame banget?" Kenzie menunjuk segerombol orang yang mengerumuni pojok pasar. Membuat Halimah melongokkan kepalanya dan menjawab santai seakan hal tersebut sudah sering terjadi dan bukan sesuatu yang perlu dibesar-besarkan.
“Carok,” –sebuah tradisi, yang menjadi perlambang pertahanan harga diri laki-laki Madura. Sebagaimana yang dikatakan bahwa mereka jauh lebih baik mati ketimbang menanggung malu. Bukan hanya perebutan harta atau tanah, namun termasuk di dalamnya perselisihan remeh rumah tangga yang dianggap melukai harga diri.
“Laki-laki itu melihat istrinya,” penjelasan singkat yang mengarah pada sosok pemuda yang hampir sekarat dengan kaki yang terlepas dari tubuhnya, dan seorang remaja perempuan di sekitar mereka yang besar kemungkinan jauh lebih muda dari Kenzie. Di sebelahnya seorang pria lain dengan perawakan tinggi besar, berdiri jumawa menenteng celuritnya yang berlumur cairan merah pekat. Bisa Kenzie simpulkan pria ini adalah suami dari gadis muda di sebelahnya.
“Eh? Tapi Imah, gadis itu kelihatannya masih muda? Dia sudah menikah?”
“Jangan heran Kenzie, dia sudah lulus SMP. Sudah bisa menikah,” jawaban berhias senyum yang dipaksakan oleh Halimah menyadarkan Kenzie, bahwa kehidupan yang pernah terlintas di pikirannya bukan sesuatu yang bisa memicu kecemburuannya.
Malam itu, di balik gemerlap bintang, Kenzie menyaksikan bahwa Halimah yang sebentar lagi lulus sekolah menengah atas, akan dipinang pemuda dari desa sebelah yang sedikit lebih tua. Di atas pirantinya, Kenzie menulis segala hal yang ia temui di hari itu, bukan hanya sebagai pembelajaran teoritis namun juga refleksi diri lepas sepotong kalimat terlontar oleh Halimah sore tadi sebelum mereka membersihkan diri.
“oreng lake mate’ acarok, oreng bine mate’ arembi” (laki-laki mati karena carok, perempuan mati karena melahirkan). Bukti garis patriarki yang tegas mengalir dalam kehidupan masyarakatnya.
Bagi dirinya yang dilahirkan untuk berkembang dan mengejar impiannya, Kenzie memperoleh ribuan kesempatan dan pilihan bagi dirinya sendiri. Kegagalan terhadap suatu rencana bukanlah akhir, masih ada alternatif cadangan yang terbuka lebar pintunya menunggu Kenzie menjejakkan kaki di dalamnya. Tidak ada yang memintanya menutup gerbang kesempatan sebab paksaan keadaan.
Pepatah tua mengatakan seseorang tidak akan pernah tahu jika belum pernah mencoba, maka ia juga tidak akan pernah memahami jika tidak pernah merasakan.
Bagaimana ia terlalu sering mencemburui keadaan pedesaan kecil entah itu di kaki bukit yang tenang dan sejuk atau pesisir pantai yang hangat dan bersahaja. Kenzie terlalu mempercayai kisah fiksi dimana jika si tokoh utama berada di puncak konflik memilih untuk melarikan diri, mengucilkan pergaulannya, di tempat sederhana yang damai. Karena sejatinya, melarikan diri tidak akan menyelesaikan masalah, kekecewaan tidak mampu menyingkap masa depan, dan angan-angan kedamaian tanpa pergerakkan tidak akan membelokkan peruntungan nasib.
Dan untuk ia yang masih sering menyesali garis takdir sebab terlahir sebagai dirinya sendiri, seseorang tidak akan pernah tahu bisa menuju masa depannya jika masih ada satu bagian dalam dirinya yang terkekang masa lalu.
“Aku adalah versi terbaik diri ku. Aku memaafkanmu.”
0 notes
Text
Jual Kaos Katun Sablon dan Bordir Terlengkap
Menjual Kaos Katun Murah
Kaos katun merupakan kain yang terbuat dari serat kapas murni alami dengan karakteristik halus, nyaman, dan menyerap keringat. Cotton Combed 30s ini mengalami proses combing dimana proses ini membuat kain akan lebih halus. Cotton Combed 30s ini sering kita temukan di Clothing line kota besar yang memiliki udara agak terik , pasalnya combed dengan kerapatan jarak benang 30, serta rajutan single ini dikenal dengan bahanya yang sangat menyerap keringat. Bahan kaos combed 30s ini adalah bahan yang paling digemari di Indonesia.
Kandungan Bahan :Kapas/katun 100%
Handfeel :Halus
Kelebihan Bahan :Sangat menyerap keringat, serat halus, tidak kaku, enteng serta nyaman saat digunakan
Kekurangan kain katun combed:Mudah menyusut saat terpapar suhu tinggi. Serat kain yang kurang kuat membuat permukaannya mudah berbulu. Mudah kusut. Warna lebih cepat pudar saat sering dicuci dan dijemur.
Bagi Anda yang sangat menginginkan kenyamanan saat pemakaian kaos saat event atau saat gathering komunitas dapat menggunakan bahan dasar kaos cotton combed 30s dan jika Anda ingin Produksi/Konsultasi mengenai Kaos Cotton combed 30s, Silahkan hubungi Tim Bikin.co untuk mendapatkan penjelasan bahan serta penawaran menarik dari kami.
Anda sedang mencari referensi konveksi pembuatan seragam dinas. Kami punya solusinya.
Segera Hubungi Customer Service:
CS 1 : 0812 – 1763 - 4360
CS 2 : 0811 – 3552 - 223
CS 3 : 0812 – 3464 - 3499
Ya anda berada tempat yang tepat, kami disini adalah produsen dalam melalukan pembuatan berbagai macam, model dan warna seragam dinas, seragam perusahaan, seragam kerja, seragam sekolah, selain itu Isen mulang menerima berbagai pemesanan jenis seragam kerja, seragam kantor,
seragam sekolah, kemeja, kaos, jaket, topi, jersey, Almamater, wearpack, safety, PDL, PDH,rompi, bomber, varsity, jasket, hoodie, jaslab, celana training, bendera, celana, slempang,setelan seragam, jaket coach, polo shirt, kaos berkerah, kaos katun 30s 24s 20s, kaos partai,celana formal, rok panjang, rok wiru, jas toga, baju toga, krudung, tali lanyard, id card, name tag,ganci, gantungan kunci, selempang nama, selempang bordir, pin, lencana, bendera partai,clemek, masker kain, buku note, buku seminar, goodiebag, totebag.
Konsultasi Gratis
Customer Service : 0812 – 3464 - 3499
Daerah Jangkauan Isen Mulang Konveksi.
Isen mulang siap melayani pesanan anda di berbagai daerah untuk Kalimantan selatan seperti:banjarmasin, bjm, bjb banjar baru, paringin, balangan, martapura, marabahan, kandangan,barabai, amunta, kotabaru, tabalong, tanjung, batu licin, tanah bumbu, rantau, tapin
Untuk daerah Kalimantan Tengah seperti : pky, palangkaraya, palangka raya, barselbartim, barito selatan timur, barut, kapuas, gunung mas, kantingan, gumas, kobar,pangkalanbun, kotim, sampit, lamandau, muray murung raya, pulpis pulang pisau,sukamara, seruyan kuala pembuang,.
Untuk daerah Kalimantan Timur seperti : kutai barat, kutai kartanegara, kutai timur,berau, penajam paser utara, mahakam ulu, balikpapan, samarinda, bontang, paser,tanah grogot, sangata, tenggarong, tanjung redeb.
Untuk daerah Kalimantan Barat seperti : bengkayang, kapuas hulu, kayong utara,sukadana, ketapang, sungai raya, kubu raya, landak, ngabang, melawi, nanga pinoh,mempawah, sambas, sanggau, kapuas hulu, sekadau, sekadau hilir, sintang, pontianak,singkawang.
Buruan hubungi Customer Service, dan dapatkan Diskon yang menarik !!!
Customer Service : 0811 – 3552 - 223
Keungulan isen Mulang Konveksi
1.Bisa menyesuaikan budget dengan pesanan
2.Harga Lebih Murah Namun Kualitas Tidak Murahan
3.Menyediakan Jenis Jersey dari berbagai Kain Dan Model Yang Berkualitas
4.Bisa request logo tempel maupun sablon
5.Pengerjaan yang tepat dan cepat
6.Pelayanan yang ramah dana amanah
7.Gratis ongkos kirim sampai tempat tujuan
Rekomendasi konveksi pembuatan Baju Dinas Termurah dan berkualitas
Customer service : 0812 – 1763 - 4360
Bagi anda yang ingin berkunjung ke office kami bisa datang langsung
Senin – Jumat : 09:00 – 17:00
Sabtu : 08:00 – 16:00
Alamat Office Isen Mulang Konveksi
Head office PT Mahakarya Isen Mulang
Citra Sentosa Residence D-23, Lakarsantri, Surabaya, Jawa Timur 60211
Workshop Produksi
Jl. Raya Menganti 887, Laban Wetan, Menganti, Gresik, Jawa Timur 61174
Branch Office Palangkaraya
Jl. Galaxy Raya No. 39, Komplek Ruko Amaco, Menteng, Jekan Raya, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah 74874
Branch Office Banjarmasin
Jl. Brigjend H. Hasan Basri, Kayutangi I No. 32/2, Sungai Miai, Kec. Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70123
Branch Office Pangkalan Bun
Jl. Malijo No. 37, Madurejo, Arut Selatan, Kota Pangkalan Bun, Kab. Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112
Branch Office Balikpapan
Jl. Pupuk Barat VI, No.49D, Damai, Kec. Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur 76114
Branch Office Samarinda
Jl. Atlit PON blok D5/ Dayung 5 no. 15 perum bhumi prestasi kencana, kelurahan harapan baru kecamat loa janan ilir
Branch Office Tarakan
Jl. Gunung Semeru, No. 44, Kelurahan Kampung Enam, Kec. Tarakan Timur, Kota Tarakan, Kalimantan Utara 77123
0 notes
Text
Gantungan Baju Keren, WA +62895-3668-31999
HARGA PROMO, +62895-3668-31999 (WA-SMS), Gantungan Baju Lipat Dari Kayu, Gantungan Baju L, Gantungan Baju Murah, Gantungan Baju Modern, Gantungan Baju Multifungsi, Gantungan Baju Melingkar, Gantungan Baju Muslim, Gantungan Baju Toko, Gantungan Baju Tembok, Gantungan Baju Praktis, Gantungan Baju Putih, Gantungan Baju Rantai, Gantungan Baju Roda, Gantungan Baju Rak, Gantungan Baju Rotan, Gantungan Baju Rakitan, Gantungan Baju Ring, Gantungan Baju Ranting Kayu,
Kami Melayani Custom Untuk Pembuatan Interior Cafe, Butik, Toko, Kantor, Furniture Rumah, Kitchen Set dan Interior Lainnya dengan Kualitas Terjamin.
Kami Menggunakan Bahan Kayu Jati Belanda, Jati Jawa, Mahoni dan Besi
Kami Siap Mengirimkan Pesanan Anda Ke Seluruh Kota di Indonesia.
Untuk Informasi Dan Pemesanan Silahkan
Hubungi
Ibu Meylia FS
+62 895-3668-31999 (WA) bit.ly/perlengkapanbazar
E-mail : [email protected]
Instagram : https://www.instagram.com/pusatgantunganbaju/
Gantungan Baju Keren, Gantungan Baju Lucu, Gantungan Baju Laundry, Gantungan Baju Lingkaran, Gantungan Baju Lazada, Gantungan Baju Tempel Dinding, Gantungan Baju Tanpa Paku, Gantungan Baju Tempel Tembok, Gantungan Baju Tarik, Gantungan Baju Tiang, Gantungan Baju Olshop, Gantungan Baju Online, Gantungan Baju Olx, Gantungan Baju Olx Jogja, Gantungan Baju Oval, Gantungan Baju Otomatis, Gantungan Baju Olx Lampung, Rak Gantungan Baju Online, Gantungan Baju Portable, Gantungan Baju Pipa, Gantungan Baju Panjang, Gantungan Baju Pintu,
#Gantungan Baju Keren#Gantungan Baju Lipat Dari Kayu#Gantungan Baju Lucu#Gantungan Baju Lingkaran#Gantungan Baju Tiang#Gantungan Baju Pintu#Gantungan Baju Panjang
1 note
·
View note
Text
Dari Bandara ke Wisma Karantina
LUBABUN NI’AM
Penulis dan editor partikelir
Saya turun dari Bandara Soekarno-Hatta dengan perasaan yang tak asing lagi. Panas tropis yang eksotis dan sedikit menyiksa, setidaknya untuk beberapa waktu ke depan. Entah akan seberapa lama. Hawa laut—dan juga keringat. Internet yang lambat; datang dan pergi. Hampir tak bisa diandalkan. Dan sebentar lagi, aplikasi ojek online. Juga jasa-jasa dadakan yang tumbuh dari upaya memanfaatkan situasi sempit dan ketakberdayaan orang, seperti menjajakan pulsa internet yang dilakukan oleh (atau dengan sepersekongkolan) petugas karantina.
Dari bandara, saya dibawa pergi dengan bis Damri. Satu koper besar dan tas naik gunung, yang keduanya terisi penuh dengan berbagai barang bawaan, masuk ke dalam bagasi bis. Satu tas punggung dan tas selempang naik bersama saya ke dalam bis. Paspor diminta oleh sopir bis sebelum berangkat. Tiap penumpang duduk berjarak; masing-masing satu orang pada lajur kiri dan kanan. Satu kursi di tiap lajur dikosongkan. Saya memakainya untuk menaruh kedua tas saya.
Saya jatuh tertidur di perjalanan dari bandara ke Wisma Atlet, tempat saya akan menghabiskan setidaknya delapan hari dan tujuh malam masa karantina. Saya memegangi kedua tas saya begitu saya tertidur. Seperti ingin menjaga kedua barang tersebut dari serobotan orang asing. Sesuatu yang tak masuk akal. Bagaimana orang tidur bisa menjaga sesuatu? Mungkin lebih karena ada rasa takut akan sesuatu yang bakal hilang. Rasa waswas yang muncul begitu saja.
Begitu terbangun, gedung Wisma Atlet sudah terlihat di sisi kiri saya. Dari kaca jendela di dalam bis, saya bisa melihat pintu gerbang Wisma Atlet yang dijaga tentara. Sopir bis masuk dengan segepok paspor penumpang di tangan; disetorkan ke petugas di meja penerimaan. Dia lantas mengeluarkan semua koper penumpang. Semuanya dikeluarkan sendiri. Begitu terkumpul, koper-koper disemprot sesuatu. Mungkin disenfektan. Saya, dan para penumpang lain di dalam bis, baru keluar bis begitu ada aba-aba dari si sopir.
Turun dari bis, kami menuju kursi tunggu yang dijaga oleh dua tentara muda. Tak lama kemudian, salah seorang di antara mereka memberi keterangan tentang segenap aturan yang berlaku selama tinggal di karantina. Seperti memberi perintah. Dilarang berkerumun dan berkeliaran di sekitar Wisma Atlet, kecuali untuk berolah raga! Tidak boleh membawa minuman beralkohol! Makanan harus diambil satu orang di depan lift! Meski sekadar menyampaikan sejumlah informasi pun terdengar seperti memberi perintah. Kantin dan ATM di gedung 10! Klinik di gedung 9! Makan tiga kali sehari! Tes PCR dua kali! Informasi belaka, tapi terucapkan sebagai perintah.
Pengerahan tentara adalah wajah penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia. Mereka ada di mana-mana. Di bandara, mereka terlihat diposkan di sejumlah titik. Di pintu keluar setelah pengambilan bagasi, ada tentara. Di area kedatangan penumpang, yang menjadi titik terakhir sebelum orang-orang naik bis (atau dijemput pihak hotel), ada tentara. Di dekat bis yang akan membawa orang-orang ke Wisma Atlet, ada tentara lagi. Polisi juga. Di Wisma Atlet, mereka adalah pintu masuk yang harus dilewati, yang juga mengatur orang-orang. Mereka memang mengatur negeri ini.
Di Wisma Atlet, satu ruangan diperuntukkan bagi tiga orang. Dalam satu ruangan, ada dua kamar tidur, satu ruang tamu, satu kamar mandi, dan ruang menjemur pakaian. Salah satu kamar tidur berisi dua kasur, satu lagi satu kasur. Saya dan Reza, kawan dari Wageningen yang berangkat dengan saya sejak dari Belanda, berada dalam satu kamar. Kamar yang lain dipakai Fauzan, kawan yang kami temukan di Bandara Schipol. Di setiap kamar, ada pendingin udara, tapi kami tak menemukan remote control-nya. Saya tidak bisa tidur dengan pendingin udara. Saya mendapat jatah kasur, tapi tak bisa memakainya. Saya mengetik tulisan ini di sofa yang berada di ruang tamu, yang ruangannya tidak berpendingin udara. Saya tidur di sana.
Sebenarnya ruangan dan fasilitas karantina ini tidak terlalu buruk. Ada air hangat di kamar mandi. Ada tali jemuran baju. Ada lemari pakaian. Ada bak untuk mencuci baju. Masing-masing orang diberi selimut dan handuk, juga sikat dan pasta gigi, seperti di hotel. Saya rasa banyak kos-kosan mahasiswa yang lebih buruk dari ini. Kami hanya tidak bisa menemukan gantungan baju, tidak di kamar mandi maupun di kamar tidur. Plafon di kamar tidur kami sudah retak. Kata Reza, cat putih dindingnya sudah kusam. Kami akhirnya juga mendapati bahwa pintu kamar mandi terkunci otomatis begitu ditutup rapat, jadi kami membiarkannya sedikit terbuka kalau tidak ada orang yang memakainya.
Saya sendiri berharap ada kompor di sini. Setidaknya saya bisa merebus air untuk bikin kopi. Saya sudah menyiapkan biji kopi yang sudah disangrai dan coffee maker-nya, termasuk juga seperangkat alat masak naik gunung. Semua itu tidak berguna karena tidak ada kompor. Sebelumnya, saya sempat tanya Ardha, seorang kawan yang sudah lebih awal karantina di Wisma Atlet. Dia bilang bahwa ada water heater di sini. Saya salah tangkap. Water heater yang dimaksud adalah pemanas air di kamar mandi, bukan teko pemanas air. Itu namanya water boiler, katanya. Untuk minum, kami akhirnya bergantung pada air mineral dalam kemasan, yang disediakan bersamaan dengan jatah makanan.
Sebelum masuk Wisma Atlet, kami juga mendengar bahwa tidak ada fasilitas internet di sini. Ardha bilang memang ada router, tapi tidak ada jaringan internetnya. Itu router sisa ajang Asian Games yang dihelat pada 2018 lalu. Saya akhirnya membeli mobile WiFi (MiFi), yang dijual dengan kartu perdana Simpati di dalamnya. Dibantu beberapa kawan, saya pun bisa menerimanya begitu tiba di bandara dan sebelum diberangkatkan ke wisma karantina. Di wisma, dengan bantuan internet dari kartu Halo yang masih aktif di hape saya yang sudah rusak baterainya, Fauzan mendaftarkan nomor perdana bawaan MiFi. Dia tinggal di Bekasi. Jadi, dia bisa memakai kartu tersebut begitu masa karantina selesai. Pendaftaran kartu memakai hape punya Reza. Cuma hape dia yang bisa dipakai. Hapeku dan hape Fauzan dibeli di Belanda, belum bisa dipakai di Indonesia.
Namun, sinyal MiFi tersebut rupanya berjalan sangat lambat, bahkan lebih sering tidak ada koneksi internetnya. Kami mencoba mencari jalan keluar selama berjam-jam. Reza memutuskan untuk tidur sejenak karena sudah tak tertahankan lagi. Begitu dia terbangun petang hari, kami memutuskan untuk mengganti kartu perdana bawaan MiFi dengan kartu Halo. Kali ini berjalan lebih baik. Jauh lebih baik. Semua hape sudah tersambung dengan internet. Hape Fauzan juga sudah bisa dipakai setelah diurus di bandara sebelumnya. Sebelum tidur, saya dengar Fauzan bercakap panjang dan tertawa di ujung telepon.
Dengan adanya MiFi tersebut, saya sendiri akhirnya bisa memutar sejumlah cuplikan pertandingan bola yang saya lewatkan, meski saya selalu gagal memutar streaming. Saya melewatkan laga Arsenal lawan Tottenham Hotpurs. Reza melewatkan pertandingan Juventus. Tapi kehilangan waktu menonton pertandingan sepakbola bukan satu-satunya kekesalan yang terjadi. Laptop saya, yang sudah lama bermasalah dengan penangkapan sinyal, susah sekali menangkap sinyal MiFi. Lebih sering tak tersambung. Saya berharap mengejar tenggat editan selama masa karantina dan melanjutkan kursus bahasa Jerman lewat Zoom dari kamar karantina. Saya ingin masa karantina ini terasa tak begitu lama.
Jakarta, 27 September 2021
Untuk Mas Yanuar, yang menyarankan saya untuk membeli MiFi!
1 note
·
View note
Photo
Dimensi : Panjang 16 cm Lebar 18 cm Harga : 250.000 Promo beli 1 : 150.000 Promo beli 2 : 275.000 Promo beli 3 : 250.000 Berat : 1 Kg Dikirim : Kota Kudus Free Ongkos Kirim P. Jawa & Bali. Gantungan Baju itu itu saja membuat kamu bosan...? @theruangkayu.id memiliki design tersendiri untuk memperindah setiap sudut Ruangan rumah kamu Temukan setiap inspirasi di . . @theruangkayu.id . . @theruangkayu.id memiliki gaya dan design tersendiri dan di buat oleh tukang berpengalaman di bidangnya. #mebelminimalis #mebeljepara #mebelmurah #mebelunik https://www.instagram.com/p/B8LxPSfhLEZ/?igshid=vidpnfyibozg
1 note
·
View note
Text
Hidup Minimalis
Gaung gaya hidup minimalis sepertinya sudah mulai ada sejak beberapa tahun yang lalu. Namun saya sendiri baru pertama kali tahu setelah membaca artikel yang menjelaskan dua selebriti Hollywood yang memulainya. *sayangnya saya lupa siapa. Mereka menjual barang-barang dan rumah mewah mereka. Intinya, mereka merelakan tidak memiliki hal-hal seperti itu walaupun mereka mampu.
Selanjutnya, beberapa bulan terakhir saya kembali mendengar gaya hidup ini semakin populer karena dijalani oleh orang-orang Jepang, Raditya Dika, dan beberapa youtuber yang memberi tips untuk memulainya.
Dari awal saya memang tertarik dengan konsep ini. Awalnya saya hanya mengira hidup minimalis berarti berhenti memiliki barang mewah (yang artinya konsep ini tidak berlaku untuk saya), tapi setelah menonton dan membaca lebih banyak saya jadi tahu lebih rinci dan semakin merasa cocok.
Ada orang yang menjual koleksi jam-jam tangan mahalnya (Raditya Dika), (eh, jam tangan apa topi ya?), yang menyadari betapa tidak perlunya mengoleksi berbagai barang seperti itu, sementara dia cukup hanya punya satu yang fungsinya tidak akan berkurang. Hal ini malahan dibandingkan oleh Dedy Corbuzier dengan seorang youtuber lain (yang sangat direlakan oleh netizen Indonesia kalau dia sekeluarga diklaim Malaysia), yang terkenal suka memperkenalkan kemewahan miliknya (baca: pamer). Buat apa? Biar jadi inspirasi? Mendidik? Menghibur? Well, 'hiburan' semacam ini yang menjadi salah satu alasan saya berhenti dari Instagram.
Oke, balik lagi ke minimalis-minimalis tadi. Ada pula orang-orang Jepang yang berhasil berhasil menyulap tempat tinggalnya seminimalis mungkin hingga terlihat seperti tidak berpenghuni, saking sedikitnya barang-barang mereka. Mereka bukan saja tidak menggunakan barang mewah, tapi benar-benar hanya memiliki barang-barang yang sangaaat dibutuhkan. Bahkan jumlah barang yang benar-benar penting pun dibatasi. Sekilas yang saya lihat, hanya ada meja, kursi, laptop, gantungan dengan beberapa helai baju (sepertinya tidak lebih dari sepuluh). Tidak ada karpet, bunga meja, lukisan dinding, dan hiasan-hiasan lain.
Selain itu, juga ada beberapa tips yang diberikan oleh seorang youtuber untuk memulai gaya hidup ini. Misalnya memiliki satu macam tas yang nyaman dipakai, dompet yang tidak besar, tebal, dan panjang, memilih sabun batang daripada sabun cair karena lebih hemat, dll.
Lalu tahu kan, orang-orang IT sukses seperti Mark Z. dan Steve Jobs? Mereka terkenal dengan pakaian ikonik yang (paling tidak terlihat) selalu sama. Entah ini strategi tertentu atau apa, tapi yang penting, kesederhanaan ini yang kemudian membuat saya bercermin.
Saat kuliah dan bekerja saya melihat orang-orang dan sepupu-sepupu yang terlihat fashionable, mengenakan pakaian yang hampir terlihat selalu berbeda, dengan gaya mereka masing-masing. Rasanya, semakin hari mereka semakin 'wah'. Tentu saya juga mau. Tapi apa daya, oeang adalah koentji. Saya cuma gigit jari, melihat dari bulan ke bulan, mereka punya koleksi baju, tas, dan sepatu terbaru, sementara saya dari tahun ke tahun begini-begini saja.
Ketika awal diterima bekerja, salah satu prioritas dalam bayangan saya untuk membelanjakan gaji adalah pakaian. Kakak sepupu saya bercerita bahwa ketika kuliah dia diberi uang saku harian yang sangat pas-pasan. Tapi dia bisa menyisihkan setengahnya untuk membeli pakaian setiap bulan. Saya merasa saya juga akan bisa.
Namun saat bekerja sekarang ini, saya baru menyadari satu hal: di sekeliling saya ada orang-orang yang dalam seminggu setidaknya dua kali menggunakan pakaian yang sama. Namun justru ternyata bagi saya mereka terlihat lebih bersahaja. Bukan penampilan yang membuat mereka terlihat lebih baik, tapi integritas, profesionalitas, wawasan, dan karakternya yang beruntungnya tidak tertutupi oleh hal semu yang tampak luar saja.
Lalu, saya tersadar lebih dalam. Saya masih orang yang belum sanggup untuk rutin membeli pakaian (ingat: oeang adalah koentji). Dan yang lebih penting lagi, ternyata saya tidak butuh pakaian baru. Masih ada baju-baju kuliah yang lama. Masa bodoh lah, walaupun kakak sepupu yang satu lagi bilang,
"Kamu ganti gayanya dong, udah umur segini. Pake baju yang cantik.."
Saya jawab, "Aku lebih nyaman pake baju kaos."
Tidak hanya pakaian, gaji yang tidak banyak juga berhasil mengubah pola pikir saya setiap membelanjakan uang untuk hal lain. Saya pernah sangat ingin punya kamera DLSR atau setidaknya kamera digital biasa karena pernah sangat menyukai fotografi. Tapi ternyata saya tidak sesuka itu. Kalau dipikir lagi, saya tidak punya waktu untuk hunting foto segala. Ujung-ujungnya mubazir, kan? Saat ini, fungsinya pun sudah bisa digantikan ponsel pintar. Begitu pula untuk barang-barang yang tidak mahal. Setiap melihat barang-barang lucu (contoh: gantungan kunci), saya menahan hasrat kuat untuk membelinya dengan mengucapkan mantra yang saya kutip dari film The Confession of Shopaholic, "Do I need this? DO I NEED THIS?!". Lalu saya akan geleng-geleng sambil meletakkannya kembali.
Dari hal-hal tersebut, refleksi terdalam saya adalah orang-orang sukses saja, yang mampu berpenampilan mewah justru memilih tampil sederhana. Lalu kenapa saya justru mengejar hal yang bukan terpenting, padahal saya tidak semampu itu?
37 notes
·
View notes
Text
Sebentar Lagi Kita Akan Pulang
Sehari sebelum berpisah dengan seorang kawan, kami berlima merayakannya dengan satu botol besar dan dua botol kecil Buckfast di sebuah malam yang sepi. Setelah selama setahun menetap di Nottingham, akhirnya satu per satu dari kami akan kembali ke Indonesia. Saya bukan yang pertama pulang karena masih ada tiga orang lainnya sebelum menyusul. Dan hari itu, seorang dari kami mendapat giliran lebih dulu.
Kami bercerita di halaman belakang rumah, tempat bagi rerumputan yang terus tumbuh panjang ditemani sebuah gantungan tali yang biasa dipakai buat menjemur baju. Di bagian paling belakangnya terdapat sebuah gudang yang lebih pantas disebut tempat tinggal kurcaci karena bentuknya menyerupai rumah mungil. Bangunan di sebelah kanan dan kiri sudah lama kosong sehingga di tempat tersebut kami sering berisik setiap malam. Ketika itu udara dingin mulai menusuk karena memasuki musim gugur yang hembusan anginnya bisa membuatmu terus mengumpat. Tapi itu tak menghentikan kami buat duduk-duduk bertandem lamunan di kepala masing-masing.
Salah seorang kawan melinting tanaman obat favoritnya. Seorang yang lain melirik dan memberi isyarat berbagi hisap. Ada yang tenggelam di smartphonenya, berusaha menghubungkan perangkat tersebut ke sebuah speaker bluetooth. Begitu terpasang, ia lenyap, barangkali hilang ditelan pilihan lagu yang terlalu banyak. Entah lagu apa yang akhirnya terpasang karena saya mulai menikmati remangnya lampu sambil melihat ke arah rawa di belakang gudang. Tak ada yang bisa dijabarkan kecuali gelap ditambah cerita-cerita kalau pencuri bisa muncul dari sana seperti yang pernah menimpa salah satu penghuni kamar.
Setelah beberapa menit, seorang yang kami anggap ketua dari kelompok orang-orang teler ini mulai bicara. Ia membahas politik, cukup santai, perlahan tapi pasti memasuki ruang isu yang tengah beredar. Memang kami berkuliah jauh dari rumah, tapi berita-berita seperti itu belum lepas dari pengamatan. Diskusinya boleh dibilang semakin dalam seiring dengan masuknya minuman ditambah asap gulungan obat yang sedari tadi dipakai bergilir. Seperti menyelam dalam kepulan tawa, tapi ada unsur serius. Cukup membingungkan mengingat bahasan itu terus berlanjut sampai menyerempet ke seputar rencana hidup. Ada yang bertanya apa yang kelak masing-masing kerjakan setelah melalui semua ini. Saya yang saat itu belum memulai laporan disertasi justru semakin mencemaskan nasib sedangkan mereka memang tinggal menunggu pulang baru kemudian kembali bekerja atau mungkin melakukan kesibukan lain. Ada yang ingin menjadi menteri, ada juga yang mau mengembangkan bisnis. Pada intinya semua menyampaikan mimpi. Saya tak ikut-ikutan, berdalih ingin fokus menyelesaikan disertasi yang tertunda akibat mesti mengulang ujian-ujian yang sudah lewat.
Si pembawa lagu undur diri, mengaku mengantuk atau bisa jadi ingin melakukan hal yang lain. Iringan lagu berhenti, tak satupun dari yang tersisa mau melanjutkan. Selang beberapa saat, kami memutuskan balik ke dalam rumah kemudian membereskan botol minuman yang tersisa dan kursi-kursi. Saya naik ke lantai dua, diikuti oleh teman-teman yang lain. Di atas, sang pelinting masuk ke satu kamar dan langsung menjatuhkan badan ke tempat tidur berlapis duvet. Dua orang lagi ikut bersama saya menuju kamar yang sama. Kami masih duduk sambil menghabiskan minuman sisa. Kepala saya mulai memanas, sekujur tubuh hangat. Tiap-tiap mata memerah, tapi obrolan masih berlangsung. Saya tak terlalu mendengarkan, tapi sepertinya masih seputar karir sehabis menyelesaikan kuliah. Kalau tak salah sudah lewat pukul satu dan orang-orang ajaib ini belum juga modar. Saya mengambil buku sketsa lalu mulai mencoret apapun yang terlintas di kepala. Sesekali mereka melibatkan saya ke dalam bincang-bincang dengan topik yang sama. Saya menjawab sekenanya sekali lalu membalik kertas demi kertas gambar buat diisi. Dalam kondisi lunglai, pikiran saya terlintas tentang latar belakang teman-teman ini. Seperti misalnya kehidupan mereka yang punya banyak keuntungan dibandingkan saya sebagai petandang pulau Jawa. Orangtua mereka merupakan orang-orang penting di Indonesia, tapi itu tak membuat manusia-manusia sinting ini tampak istimewa karena malah bergabung dengan makhluk-makhluk seperti saya. Salah satu teman kemudian mengatakan kalau ia cemas jika diperlakukan berbeda di tempat kerja hanya karena orang-orang tahu kalau ia anak seorang pejabat. Saya bilang kalau profil dirinya sudah sangat rendah serendah-rendahnya, bahkan membuat kami lupa dengan hal tersebut. Pernyataan itu barangkali membuatnya lega. Selanjutnya kami terus bercakap-cakap sampai menyadari kalau botol sisa tak lagi mengeluarkan isi. Itu membuat kami diam sejenak, hanya berdempetan di atas kasur sambil memandang langit-langit. Persis ikan-ikan kaleng.
Kemudian saya bersuara, bilang kalau sebenarnya saya cuma ingin menjadi penulis cerita, tapi entah kenapa bisa terdampar sejauh ini. Ada yang menyambar kenapa tak sambil diteruskan minat tersebut sampai menghasilkan sebuah buku seperti yang dulu pernah terbit. Saya tak menjawabnya. Cuma menghela napas karena sudah sulit berpikir. Tiba-tiba saja saya merasa tolol karena mengaku hanya ingin menjadi seorang penulis padahal sudah susah-susah belajar bidang yang lain sampai ke luar negeri. Tapi saya pikir-pikir lagi, itu merupakan satu kegiatan yang saya suka. Saya senang bercerita dan menulis membuat saya bisa kembali ke waktu-waktu yang sudah lewat. Saya membayangkan nasib tulisan-tulisan yang masih menggantung dan tersimpan rapi di laptop, tak tahu mesti berbuat apa ke karya-karya kesepian itu. Lagi, saya mengeluh.
Saya mengangkat badan kemudian memerhatikan satu halaman buku sketsa di mana sebuah gambar baru dibuat di tengah situasi sadar tak sadar. Garis-garisnya kasar berantakan, tapi dari dulu memang seperti itu cara saya menggambar. Lalu dengan masih dalam keadaan lupa daratan, seorang teman ikut bangkit dan bertanya apa yang saya gambar. Saya tunjukkan kepadanya. Ia cuma diam, cukup lama sebelum akhirnya ambruk. Semoga saja saat itu pertanyaannya terjawab.
Ditulis di Bandung, 26 Maret 2019
4 notes
·
View notes
Text
Seoul Cherry Blossom Trip 2019 – Day 6 (End)
Sabtu, 13 April 2019
Di hari ini badan kita semua emang udah remuk. Tapi karena gamau menyia nyiakan waktu selama di sini, kita masih eksplor Seoul dengan sisa tenaga yang ada, wkwk. Jadwal hari ini, yak tentu saja teman teman. Eksplor tempat belanja hits yang ada di Seoul :D walaupun ga semua, at least pernah nginjek lah yaa hehe. Abis siap-siap dan sarapan, kita langsung cari tau gimana caranya ke daerah Dongdaemun.
Dongdaemun itu……..hmm. gede banget tempatnya. Gue kira cuma 1 mall doang, tapi ternyata itu tuh kawasan mall gitu di daerah situ. Dan ada 1 gedung ikonik disitu, namanya Dongdaemun Design Plaza. Itu tuh, tempatnya Seoul Fashion Week 2019. Wagilasih itu gede banget, bentuknya unik, dan menurutku, DDP adalah gedung yang paling jarang petunjuk dan paling membingungkan. Dikirain bentuknya kaya mall, ternyata lebih kaya hall, tempat pameran gitu. Tapi oke lah buat foto-foto eviden.
Lanjut ke mall di daerah DDP. Nah ini ada kedodolan yang aku dan mbak-mbakku lakukan, wkwk. Jadi, pas pergi kita lempeng aja taro Dongdaemun di waktu pagi di itin kita. Dan pas di Dongdaemun, kita lempeng main ke mall di sana. Pas masuk, aku baca keterangannya kalo si mallnya buka jam 8 malem sampai jam 5 pagi. Gue pikir ah mungkin salah ketik. Pas masuk, coba ke lantai atas, bener-bener kosong. Dan pas tanya orang di daerah situ, ternyata bener bukanya malem hahaha. Emang ada sih mall yg udah buka, tapi sedikit. Wes kita kesitu buat cari barang.
Udah kenyang cari barang, kita langsung ke tempat selanjutnya, Pasar Namdaemun. Tadinya gue gamau ketinggian ekspektasinya soal pasar ini soalnya pasar tradisional. Ternyata eh ternyata, pasarnya super rapi :”) seperti pasar pada umumnya, rame. Tapi ramenya masih tertib. Waktu itu ga penuh pengunjung juga jadi bisa dinikmati lah liat-liatnya. Di Pasar Namdaemun banyak banget penjual baju-baju murah, topi, souvenir murah buat oleh-oleh, juga makanan-makanan yang bisa dijadiin oleh-oleh. Contoh makanannya honey butter almond yg zuppa hitz. Ada juga yang jual suplemen ginseng khas korea. Saranku, kalo mau beli yang begituan, mending di pasar namdaemun. Karena pasar, harganya jauuuuh lebih murah :”)
Jangan salah, di sini kita bisa nemu baju-baju hangat yang emang diniatkan beli di korea. Harganya murah murah, haha. Jaket rajut yg pendek di harga 150rb, kalo tipe yang mirip cardigan, harganya 200rb. Ada topi-topi buat anak kecil sampai orang dewasa. Ada juga merchandise kpop yang KW gitu, harganya murah-murah juga. Ada miniatur khas korea, botol minum, gantungan kunci, foto-foto idol, dll. Menurut w, merchandise kpop pun cukup di kualitas pasar di sana, soalnya kalo beli di agensinya langsung mahal syekalii.
Karena kita Cuma ke pasar sini doang, kita belanja super banyak hahaha. Ya oleh-oleh merchandise, ya jaket, ya makanan. Soalnya tempat selanjutnya udah feeling bakalan lebih mahal harganya. Jadi wes kenyangin di situ aja. Eh iya, kosmetik sekelas Natrep juga buka store di Pasar Namdaemun loh. Harga barangnya sama, tapi kita bisa dapet bonus sample lebih banyak ketimbang ke store yang di stasiun, di mall, di tempat belanja turis, gitu gitu. Hehe.
Kita belanja banyak banget. Ga kebayang deh totalnya berapa kilo hahaha. Karena ga sanggup bawa-bawa ke tempat selanjutnya, kita mutusin pulang dulu buat sholat dan taro barang sekalian istirahat sebentar. Abis itu, langsung cuss ke area belanja yang lumayan fancy, yaitu Myeongdong.
Kita ke Myeongdong tuh sebenernya udah malem. Begitu sampe situ, wedhew. Toko-tokonya gemerlap. Orang-orang penuh banget di situ. Banyaaaak banget yang jualan street food. Godaan batin emang hahaha, harumnya itulooh Masya Allah :”) ada lobster, ayam, tteokbokki, roti yang diatasnya telor itu apa ya namanya hahaha, crepes, strawberry fondue, daaaan masih banyak lagi. Tapi karena daerah wisata, harganya cukup di atas dan masalah kehalalannya cukup dipertanyakan. Tapi tenang aja, disitu ada restoran halal kok. Jadi kalo emang mau makan disitu, insya Allah aman.
Begitu sampe, kita beli semacam sate ayam. Jangan salah, sate ayamnya tuh tipe yang panjang gitu. Ga kaya di Indonesia yang panjangnya ga seberapa, haha. Aku coba yang bumbu biasa, ga pedes. Takut sakit perut ya lagi di Negara orang ga yakin ada obat m*ncr*t hahaha. Tapi ga pedes juga enak kok, kaya bumbu barbeque gitu. Abis makan ayam, saatnya hunting!!
Yg aku hunting adalah oleh-oleh buat adikku, titipan-titipan skincare temen-temen terdekat, dan merchandise Line. Emang daerah Myeongdong tuh surganya make up sama skincare sih, berbagai macam merek ada disitu. Kalo kaya Etude House, Natrep, Innisfree, itu udah biasa lah ya. Ada juga Olive Young (kaya watsons di indo gitu), clio, daaaaan toko toko lainnya. Saking banyaknya aku ga hafal wkwkwk. Soalnya ada juga toko-toko semacam toko kelontong gitu yang jual kosmetik dan skin care. Biasanya mereka jual skincare yang ga punya toko sendiri semacam SomeByMi, Goodal, atau barang-barang trial yang ga dijual di toko secara resmi. Jadi kalo ada yg nitip barang yang gaada di official store ataupun di toko semacam Olive Young, harus sabar-sabar masuk keluar toko kelontong itu.
Terus, gue baru dapet bocoran ini dari temen yang lagi domisili di Korea Selatan. Ini tips dari gue juga. Jadii, nitip skincare di korea pun ga jamin harga barangnya lebih murah ketimbang di olshop. Ada beberapa brand yang emang harganya jauuh lebih murah, tapi ga semua brand bisa kita pukul rata kaya gitu. Malahan, ada yang mahalan harga di korea ketimbang di olshop Indonesia. Katanya sih karena demand Indonesia lebih tinggi ketimbang demand korea. Yah u don’t say ada berapa banyak penduduknya juga, haha. Jadi, kalo jastip, jangan rewel pengen di harga yang lebih murah, karena ga semua barang skincare lebih murah di korea :”) laluu, kalo mau alternatif cari skincare dengan harga yang lebih miring, bisa ke Hongdae. Di situ daerah mahasiswa, jadi lebih murah. Kalo Myeongdong, itu udah terkenal daerah turis jadi maklum harganya lebih tinggi.
Di sini, gue udah kek mafia masker wkwkwk. Banyaaaak banget yang titip masker. Nah tips dari aku juga, kalo temen-temen buka jastip, bawa tas gendong atau goodie bag gedeee buat nampung hasil belanjanya. Percayalah, kalo Cuma ngandelin tas chantique doang nanti bakal ribet kesana kemari bawa hasil belanjanya. Apalagi kalo sambil jajan-jajan sambil bawa hasil belanja, ga banget deh. Kukira toko-toko di Myeongdong bakalan buka sampe 24 jam, ternyata jam 11 malem pun udah pada tutup. Jadi buat temen-temen yang mau ke Myeongdong, mending sore ke malem. Jangan kemaleman, nanti ga kenyang belanjanya hehe.
Abis dari situ, kita balik ke apartemen. Tapi ada 2 barang yang belum aku dapet selama sesi belanja hari ini, heu. Karena masih ada waktu buat belanja sebelum flight pulang, kalo memungkinkan, aku mau balik lagi ke Myeongdong.
Minggu, 14 April 2019
Walaupun capek malemnya, dan tidurnya juga tengah malem, gue paksain bangun pagi biar sempet ke Myeongdong, wkwkwkwk. Alhamdulillah kebangun, tapi cuaca di luar dingin dingin sedep :”) dari pagi hujan lumayan deras. Udaranya dingin, di kisaran 5-7oC. menggoda banget buat tiduran lagi gaksih wkwkwk. Tapi karena yang dicari adalah barang titipan, jadi harus banget maksain balik kalo memungkinkan.
Wes sambil nunggu hujan, gue mandi dan sarapan. Alhamdulillah abis sarapan hujannya mereda, jadi bisa pake payung dan langsung menuju Myeongdong lagi. Kali ini gue ke Myeongdong sendirian, wkwk. Sekalian nguji mental, dan yah ga ngerepotin orang. Toh udah ada Naver, Tmoney, dan modal inggris yang belepotan. Tapi so far so good, gaada kendala. Toh posisi Myeongdong ga jauh juga sama apartemen gue.
Sampai ke Myeongdong jam 10 siang, belum banyak toko yang buka dooong. Panik bat dah wkwkwk. Akhirnya wes sambil pake payung sambil muter muter cari titipan adik aku sama temen aku. Btw cari oleh-oleh barang cowo yg khas di korea susah bener ya :”)
Udah dapet Alhamdulillah, pas teng jam stgh12 aku balik ke apartemen. Packing ulang, dan langsung ke stasiun kereta arex.
Nah, enaknya naik arex adalah, kalau temen-temen pake maskapai dari korea (Korean Air, Asiana, Jeju Air, dsb) kalian bisa check-in dari stasiun Arex di Seoul Station. Iyaaaah, check in :”) jadi ga perlu ribet-ribet bawa koper di bandara, udah tinggal turun dari kereta dan duduk manis nunggu flight. Awalnya aku lumayan nyesek karena harganya kemahalan menurutku. Tapi karena ada fasilitas ini, yaaaa amat sangat terbantu lah. Kebetulan pas pulang kopernya beranak yah jadi lumayaaan :”) terus di tempat check-in itu kita bisa cek berat kopernya dan repacking kalo ternyata overweight. Kan lumayan syekaliii menghemat biar ga kena charge bagasi.
Abis check in, yaudah menikmati detik detik terakhir sesi liburan di korea ini sebelum bener-bener berakhir :”)
Badan remuk. Kurang tidur. Makan sekenanya sampe berat badan turun cukup drastis. Tapi excitement-nya masih kerasa sampai hari ini. Setiap liat siapapun lagi liburan di korea, rasanya pengen balik lagi wkwk. Entah karena korea Negara pertama yang dikunjungi atau gimana, rasanya kaya Jogja kalo versi domestiknya. Mau sesering apapun kesana bawaannya pengen liburan kesana lagi. Kayanya Korea pun gitu deh, wkwk.
Semoga kedepannya ada rejeki lagi buat explore korea yah, nanti ke tempat-tempat yang belum dijamah di itin kemarin hehe. Aamiin :”)
1 note
·
View note
Text
Si singa betina yg dari kecil selalu berkuping panjang kalo orang tua disekitarnya ngomongin tentang rasi bintang. Gatau kenapa sedari kecil memang selalu punya concern sendiri untuk dengerin sifat atau watak dasar tiap tiap zodiak dari orang tua sekitar. Ya, lingkungan ku memang masih sangat amat percaya tentang per zodiakan. Kalau bawa pasangan aja yg ditanya bukan bibit bobot atau lulusan apa? Tapi bintangnya apa? Hihihi lucu yaaa. Ya begitulah adanya, dan menjadi latar belakang mengapa ku meng zodiakan zodiaku ini (hehe apasih)
Thats why my first tatto ku rasi bintang leo, ga ada yg salah menurut ku semua orang punya makna dan arti sendiri setiap yg melekat ditubuhnya. Ya yg aku sebal dan jengkelkan hanya saja beberapa orang masih mengejek bentuknya.seperti gantungan baju katanya, aku cuma tersenyum.yg penting aku bisa mengekspresikan diri ku tanpa ada batasan apapun hihi 😊😊
1 note
·
View note
Text
Gantungan Kaos Kaki 0838–40ᏮᏮ–409l{WhatsApp}
Tentang bilamana anda memerlukan artikel gantungan kaos kaki pastinya amat bermacam. Karena sebagian orang membutuhkannya segera, akan tetapi terdapat juga yg tidak terlalu terburu2. Apapun motivasinya, di sini anda dapat melihat tulisan tersebut dengan bebas. Kamu tiada usah mengeluarkan ongkos, selain koneksi internet dan pln. Bahkan kecuali tulisan gantungan kaos kaki, kakak pastinya bisa melongok aneka koleksi makalah berbeda yg berhubungan. Tiada berlebihan kalau sebagian orang berlama-lama menjelajah website yg ini. Jika ingin chat dengan penulis, segera aja chat di angka yg sudah tersedia. Packaging kedepannya yang cukup menarik dan muat simple ini dapat dengan memakai kemasan paper bag atau semacam kemasan roti. Muat unik kan. Jika kemasan yg lain kotak atau persegi panjang, hari ini terdapat fasad yg bukan kalah menarik yakni dg packaging tampilan segitiga. Ketika kalian melihat kemasan kayak pada ilustrasi tersebut, acap di isi bagi snack ringan misalpun bumbu serta semacamnya. Disini kemasan yang sudah disebutkan bisa diterapkan pada kaos lho, menarik kan.
plastik pelindung baju jogja
Tiada cuma untuk pelastik baju aja, pelastik opp berlaku bagi berbagai kantong yg difungsikan dalam baju, santapan, printing, elektronik, alat tulis, mainan, sendok fork, merajut, pakaian, perhiasan serta lainnya serta loh guys! Artikel plastik untuk packing baju baby berikut ini dapat kami jumpai pada web laman. Halaman yang diniatkan adalah situs / lokasi web yg terdapat di www. Isi tulisan mampu beraneka-ragam cocok tentang hasrat pencipta situs halaman. Yg akan kita bahas kali ini merupakan situs halaman yang bermuatan pembahasan tentang suatu produk. Adanya tulisan yang dibikin akan berfaedah sebagai seorang insan yg menginginkannya, karna tumbuh sumber pengetahuan untuk dapat difungsikan bagi material riset, mengusahakan tugas madrasah / sebagai memiliki wawasan dan wawasan yg baru. Tulisan artikel mampu dibaca dengan simpel maka, oleh karena itu akan amat menopang untuk satu orang yg mencari referensi / referensi dg cepat. Data bisa diakses darimana sekedar, karena dg adanya tehnologi waktu ini yg semakin maju dan membentang. Dg tehnologi yg kian kompleks dengan mesin pemburu sendirinya satu orang yg pada metro, di desa maupun pada pelosok bisa mengakses artikel ini. Bagi bisa bisa mengakses satu buah pembahasan usah adanya network. Network merupakan suatu skema dimana esa dg yg yg lain dapat terkait. Dengan gampangnya dan rumitnya teknologi, maka kau mampu menemukan web berikut ini bila dan dimana saja yg anda mau. Apabila kau mendapatkan ide-ide, pendapat / opini yang beda mengenai ulasan berikut ini kamu dapat berkontribusi atau membuat sampai pula banyak di pada persegi komentar. Di dalam situs website berikut ini telah disediakan kolom sebagai ide-ide, serta / dapat men-japri dg kontak yang telah tertera pada artikel ini.
plastik packing tebal
Apabila anda bergerak di bidang penjualan misalpun servis sablon kaos segaligus, disini kita mendapatkan tips dan ide menarik bagi membuat packaging kaos pula unik jadi mudah dikenal oleh para pembeli dan berevolusi beda dari yg lainnya. Jika kemasan yang umum digunakan ialah kemasan kaos berbahan plastik mika saja, sekarang ada 10 ide kemasan kaos yang menarik seperti dibawah ini:
#plastik baju kaos kaki#plastik baju lipat#plastik kaos jogja#plastik packing baju laundry#plastik packing jogja
0 notes
Link
0 notes
Photo
Lemari pakaian minimalis 3 pintu bahan kayu jati , dengan finishing cat melamik melalui ukuran panjang 160 cm x tinggi 200 cm x lebar 60 cm sudah disesuaikan melalui penerapan 3 pintu geser ( sliding door ) juga dalam untuk ruang baju lipat serta gantungan dan bila anda ingin memiliki produk tersebut bisa menghubungi kontak kami , #alliafurniture ,#furniture ,#furniturerumah ,#furniturecustom ,#furnituredesain ,#furnitureminimalis ,#furnitureinterior ,#furnitureapartemen ,#furnitureonline ,#furniturekayu ,#furniturejati ,#furnitureklender ,#furniturejakarta,#furniturejakartatimur ,#furniturejakartautara ,#furniturejakartapusat ,#furniturejakartabarat ,#furniturejakartaselatan,#furnituredepok ,#furniturebogor ,#furnituretangerang ,#furniturebekasi ,#lemari ,#lemaripakaian ,#lemaripakaianminimalis ,#lemarikayujati ,#lemari3pintu (di Allia Furniture) https://www.instagram.com/p/CT30dJXBOyw/?utm_medium=tumblr
#alliafurniture#furniture#furniturerumah#furniturecustom#furnituredesain#furnitureminimalis#furnitureinterior#furnitureapartemen#furnitureonline#furniturekayu#furniturejati#furnitureklender#furniturejakarta#furniturejakartatimur#furniturejakartautara#furniturejakartapusat#furniturejakartabarat#furniturejakartaselatan#furnituredepok#furniturebogor#furnituretangerang#furniturebekasi#lemari#lemaripakaian#lemaripakaianminimalis#lemarikayujati#lemari3pintu
0 notes
Text
Konveksi Seragam Sekolah Terlengkap Dan Termurah PKY
Pendidikan sudah menjadi keharusan untuk anak-anak, mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA hingga Perguruan tinggi. Suatu sekolah pasti menandai identitas sekolahnya salah satunya yaitu menandai dengan menggunakan seragam bagi siswa dan siswinya. Seragam sekolah tentunya tidak hanya satu jenis mengingat masuk sekolah tidak hanya satu hari saja, melainkan hingga 5-6 hari. Umumnya ditinggkat PAUD hingga SMA banyaknya seragam adalah 4 macam diantaranya :
Seragam Putih
Seragam Batik
Seragam Pramuka
Seragam Olahraga Berbeda dengan Sekolah Menengah Kejuruan mungkin ada beberapa tambahan seragam karena menyesuaikan dengan jurusan masing-masing. Biasanya ada tambahan seragam jurusan berupa PDL. Kami punya referensi nih…….. konveksi pembuatan seragam berkualitas di surabaya. Rekomendasi Konveksi seragam sekolah terbaik dan tercepat : CS 1 : 0812 – 1763 - 4360 CS 2 : 0811 – 3552 - 223 CS 3 : 0812 – 3464 - 3499 Isen mulang Konvesi merupakan konveksi yang menampung pemesanan dalam pembuatan sragam dalam sekala besar maupun kecil….. Pemesanan sragam dalam skala besar apa bisa selesai dengan waktu yang singkat ?????? YYYYYYUUUUUUPPPPP, Tentu bisa, kami konveksi isen mulang sudah professional dalam hal memproduksi seragam dalam skala besar dan waktu yang relative cepat, kenapa bisa seperti itu ????
Isen mulang menggunakan mesin produksi dengan teknologi paling terbaru
SDM yang profesional dan berpengalaman.
Planning pengerjaan yang baik
Komunikasi yang bagus sesame divisi agar tidak terjadi miss komunikasi. Segera Hubungi Customer Service : CS : 0812 – 1763 - 4360 Isen mulang konveksi merupakan konveksi yang berpengalaman dalam memproduksi berbagai macam pakaian, sudah lebih dari 987++++ produk yang dikeluarkan oleh isen mulang. Produk-produk isen mulang konveksi: Isen mulang menerima berbagai pemesanan jenis seragam kerja, seragam kantor, seragam sekolah, kemeja, kaos, jaket, topi, jersey, Almamater, wearpack, safety, PDL, PDH, rompi, bomber, varsity, jasket, hoodie, jaslab, celana training, bendera, celana, slempang, setelan seragam, jaket coach, polo shirt, kaos berkerah, kaos katun 30s 24s 20s, kaos partai, celana formal, rok panjang, rok wiru, jas toga, baju toga, krudung, tali lanyard, id card, name tag, ganci, gantungan kunci, selempang nama, selempang bordir, pin, lencana, bendera partai, clemek, masker kain, buku note, buku seminar, goodiebag, totebag. Karena produk isen mulang sudah menyebar keberbagai daerah, oleh sebab itu jangkauan isen mulang juga sangat luas, tidak hanya dalam pulau jawa, tetapi isen mulang mampu menembus pemesanan hingga keluar pulau jawa : Kalimantan selatan seperti: banjarmasin, bjm, bjb banjar baru, paringin, balangan, martapura, marabahan, kandangan, barabai, amunta, kotabaru, tabalong, tanjung, batu licin, tanah bumbu, rantau, tapin Untuk daerah Kalimantan Tengah seperti : pky, palangkaraya, palangka raya, barselbartim, barito selatan timur, barut, kapuas, gunung mas, kantingan, gumas, kobar, pangkalanbun, kotim, sampit, lamandau, muray murung raya, pulpis pulang pisau, sukamara, seruyan kuala pembuang,. Untuk daerah Kalimantan Timur seperti : kutai barat, kutai kartanegara, kutai timur, berau, penajam paser utara, mahakam ulu, balikpapan, samarinda, bontang, paser, tanah grogot, sangata, tenggarong, tanjung redeb. Untuk daerah Kalimantan Barat seperti : bengkayang, kapuas hulu, kayong utara, sukadana, ketapang, sungai raya, kubu raya, landak, ngabang, melawi, nanga pinoh, mempawah, sambas, sanggau, kapuas hulu, sekadau, sekadau hilir, sintang, pontianak, singkawang. Ada banyak kelebihan yang dimiliki oleh isen mulang diantaranya : 1.Bisa menyesuaikan budget dengan pesanan 2.Harga Lebih Murah Namun Kualitas Tidak Murahan 3.Menyediakan Jenis Jersey dari berbagai Kain Dan Model Yang Berkualitas 4.Bisa request logo tempel maupun sablon 5.Pengerjaan yang tepat dan cepat 6.Pelayanan yang ramah dana amanah 7.Gratis ongkos kirim sampai tempat tujuan
Konsultasi Gratis dan Bergaransi CS : 0811 – 3552 - 223 Jam operasional kantor: Senin – jumat : 09:00 – 17:00 Sabtu : 08:00 – 16:00 Bagi anda yang ingin berkunjung ke Office kami bis alangsung datang Alamat Office Isen Mulang Konveksi Head office PT Mahakarya Isen Mulang Citra Sentosa Residence D-23, Lakarsantri, Surabaya, Jawa Timur 60211 Workshop Produksi Jl. Raya Menganti 887, Laban Wetan, Menganti, Gresik, Jawa Timur 61174Branch Office Palangkaraya Jl. Galaxy Raya No. 39, Komplek Ruko Amaco, Menteng, Jekan Raya, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah 74874 Branch Office Banjarmasin Jl. Brigjend H. Hasan Basri, Kayutangi I No. 32/2, Sungai Miai, Kec. Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70123 Branch Office Pangkalan Bun Jl. Malijo No. 37, Madurejo, Arut Selatan, Kota Pangkalan Bun, Kab. Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 74112 Branch Office Balikpapan Jl. Pupuk Barat VI, No.49D, Damai, Kec. Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur 76114 Branch Office Samarinda Jl. Atlit PON blok D5/ Dayung 5 no. 15 perum bhumi prestasi kencana, kelurahan harapan baru kecamat loa janan ilir Branch Office Tarakan Jl. Gunung Semeru, No. 44, Kelurahan Kampung Enam, Kec. Tarakan Timur, Kota Tarakan, Kalimantan Utara 77123
Jenis kain yang dipakai untuk seragam:
Driil : Jenis kain drill dikenal memiliki ketebalan yang cukup baik dan kuat. Meski begitu, bahan ini tetap terasa lembut serta tidak mudah kusut dan pudar.
Kanvas : Material kanvas memiliki tekstur yang relatif tebal dan agak berat. Namun, bahan kanvas tetap nyaman dikenakan saat bekerja.
Katun : Sifatnya yang mudah menyerap keringat, tidak mudah luntur, dan gampang diatur membuat material katun nyaman sehingga menjadi pilihan banyak orang. Semoga bisa membantu, jika berkenan dengan produk kami silahkan hubungi 0812 – 3464 - 3499
0 notes
Text
Your Favorite Place
.
Dahi gue berkerut kaya dasi anak SD baru beres pramuka. Mencoba mencari cara lain biar orang di depan gue ini nggak harus nginep di tempat gue. Sempat terpikir untuk nitipin dia di kamar anak kost yang lain, tapi nanti malah jadi makin nggak bener. Kagak deh. Mulut anak-anak kost udah kaya kompor tukang pecel lele yang dinyalain kenceng, yang suaranya Woooossshhh. Sekali nyerocos bisa mengundang huru-hara.
Terlebih kostan tempat gue tinggal adalah kostan cewek, cewek kan mulutnya dua. Atas bawah. Kalau udah menyangkut gosip mah, beuh laron lagi berkembang biak di lampu teras aja bisa jadi bahan gosip.
Bahaya.
Namun malam ini gue mengurungkan niat untuk lebih banyak omong dan kagak protes. Cukup deh cukup gue melakukan kesalahan kaya tadi sekali aja. Sekarang lebih baik gue diam daripada harus menghadapi masalah lebih dari ini. Malam ini mulut gue sudah menyebabkan gue melanggar salah satu janji paling besar yang gue buat dulu sehari setelah pergi dari rumah.
“Yaudah.” Ucap gue seraya menutup laci kasir dan menaruh uangnya di dalam brankas toko.
Gue kemudian pergi lewat pintu belakang dan si cewek itu mengikuti sambil sesekali fokus sama hapenya. Mungkin lagi mencoba cari alternatif lain daripada harus nginep di kostan cowok.
Hujan masih sedikit terasa. Lebih kecil dari rintik-rintik namun stabil. Meski hujannya nggak besar, cuaca jam 2 malam yang hampir menyentuh jam setengah tiga pagi di Bandung seperti sekarang ini adalah kombinasi pahit manis yang luar biasa menyiksa kulit. Dinginnya udah nggak pake otak. Embun juga sudah mulai turun. Aduh kisut dah ini yang di dalem celana menciut jadi segede sukro kembar.
.
===
.
Motor gue yang selalu diparkir tepat di bawah lampu jalanan membuat gue tidak harus kesusahan mencari itu sepedah roda tiga di tengah malam gelap begini. Sambil berjalan menghampiri motor, gue sempat terpikir bisa nggak ya motor gue itu dipake boncengan berdua?
Soalnya beberapa bulan yang lalu Jessica pernah minjem motor gue buat beli persediaan telor ayam, terus tiba-tiba itu motor mati gitu aja di tengah jalan sampe dia nangis-nangis di telepon minta jemput ke gue. Jessica yang badannya segede singkong ditambah telor 2 kilo aja bisa ngebuat motor itu ngadat. Lah gimana gue yang badannya tinggi gede ditambah cewek ribet ini?
Semoga nggak aneh-aneh dah Ya Robb.. Malam ini sudah cukup melelahkah.
Ketika gue hendak membuka bagasi motor di bawah jok, lagi-lagi gue diem sebentar. Si cewek di belakang ini sudah melindungi kepalanya dari rintik hujan dengan tas kampusnya.
“Loh? Naik ini?” Tanya dia kaget.
Mendengar pertanyaannya polosnya itu, hati gue terasa patah. Dompet gue menangis.
Gue melirik dengan perasaan bete. Dan dia cuma ngeliatin dengan perasaan was-was dan rasa takut kalau-kalau ini motor mendadak bannya ngegelinding sendiri pas dinaikin nanti.
Wajar sih kalau dia kaget. Ya tapi nggak usah merendahkan kaya gitu lah! Gini-gini juga motor ini gue beli pake uang gue sendiri nih! Meski masih nyicil :(((
“Taksi aja lah! Lagian hujan.” Rengek dia masih dengan posisi yang sama, berteduh di bawah tas kampusnya.
Gue nengok ke kiri dan kanan.
“Lu pikir ada taksi jam segini?” Gue akhirnya ngomong juga saking betenya, dan dia cuma mendengus kesal seperti tidak terima.
Gue membuka jok motor dan melihat ada seonggok plastik jas hujan di sana. Gue lirik sedikit ke si mbak Adele, lalu gue kembali melihat ke arah jas hujan kucel itu.
Waduh, masa plastik tipis begini gue kasihin ke dia? Ntar dia kaya bibit lele dong di atas motor sambil diwadahin plastik begitu. Kasian amat. Lagian mana mau dia dipakein jas hujan 10 ribuan begini. Ini sih bukan jas hujan, tapi lebih tepatnya kertas kresek ukuran jumbo. Bahkan sama Trash Bag aja masih tebelan plastik Trash Bag dibanding jas hujan gue ini.
Akhirnya gue tutup lagi itu jok motor lalu membuka jaket gue. Dan gue serahin gitu aja sama dia. Keadaan dia saat itu hanya memakai kemeja formal sama luaran jaket denim yang pendeknya cuma sampe di bawah dada doang. Entah itu jaket apa tanktop dah kagak tau gue kegunaannya apaan. Nutupin udel aja kagak.
“Pake aja. Hujan.” Kata gue sambil nyerahin jaket gue gitu aja.
Gue nggak nawarin, tapi gue langsung nyerahin jaket itu. Karena gue tau dia bakal basa-basi nolak kaya cewek kebanyakan. Daripada drama, lebih baik gue skip aja dah adegan begitu sebisa mungkin.
Gue nyalain motor gue dan menurunkan step kaki penumpang satu-satu pake tangan. Dengan helm yang juga seadanya, gue nengok sambil nyuruh cewek itu naik.
Dan dia masih kelihatan ragu.
Malem ini ootd gue jelek banget. Kagak pake jaket, helmnya kaya helm proyek. Terus celana jeans gue digulung sampe di bawah dengkul. Udah mirip tukang ojek lagi maksa anak SD yang baru turun naik angkot.
“Cepetan keburu hujannya gede terus motor ini hanyut nanti!” Bentak gue.
Dan dia langsung buru-buru naik gitu aja di jok belakang.
.
===
.
Meski kecepatan motor ini nggak lebih cepat dari mobil tamiya, namun sudah lebih dari 2 kilometer tampaknya motor ini tidak terlihat ada keluhan sama sekali walaupun per di jok motornya udahmenimbulkan bunyi-bunyi menakutkan.
Sepanjang perjalanan, badan gue menggigil. Ya gimana enggak?! Gue nggak pake jaket + kesebor air hujan + naik motor di kota Bandung subuh-subuh begini. Geblek! Gigi gue gemeletuk, Si mbak Adele di belakang mah enak, Jaket gue yang besar malah menutupi dirinya yang berpostur sedang dengan sangat baik. Enak bener dah.
Sekarang gue sedang melintasi jalan Diponegoro. Depan Museum Geologi. Meski sudah jam segini, masih terlihat ada beberapa penjaja makanan kaki lima yang tendanya masih buka. Setau gue di sini ada yang jual bajigur terkenal banget di Bandung. Tanpa pikir panjang, gue langsung belokan motor gue ke jalan Cilaki dan parkir di depan salah astu tenda yang bertuliskan menjual bajigur dan bandrek itu.
Ketika motor gue selesai parkir, si mbak Adele langsung mukul helm gue sampai kaca depannya muter ke belakang.
“Kenapa malah berhenti?! Keburu makin pagi!” Katanya marah-marah sambil mukanya ketutupan hoodie jaket gue.
Gue nggak peduliin ucapan mak lampir yang satu itu. Gue langsung masuk ke dalam tenda dan memesan dua bajigur panas. Satu diminum di sini, satu lagi dibungkus. Sambil menunggu pesanan dibuatkan, kepala gue nongol ke luar tenda.
“Mau jeruk panas gak?” Tanya gue.
Dia diem.
“Yaudah.” Gue masuk lagi ke dalem tenda.
“Mau deh satu.” Tiba-tiba dia berubah pikiran.
“...”
Sembari menunggu pesanan jeruk panasnya dibuat, minuman bajigur gue sudah jadi. Tanpa pikir panjang gue telan dengan ganas itu bajigur panas karena badan gue saat itu sudah sangat kedinginan. Bisa-bisa demam nih kalau gini caranya.
Sedangkan bajigur yang dibungkus di dalam kresek itu gue kasih tambahan tali rapia melingkar di kedua gantungan kreseknya, sehingga kreseknya bisa gue gantungin di leher dan si kresek bajigur itu nempel di perut gue.
ALHAMDULILLAH ANGET!! UDEL GUE NGGAK HARUS KEMBANG KEMPIS LAGI!!!
Goblok emang, tapi ini satu-satunya cara yang kepikiran oleh gue saat itu untuk menghangatkan perut. Sebelum kembali naik ke atas motor, gue serahin jeruk panas yang sudah dimasukkan dalam plastik lengkap dengan sedotannya itu.
“Sedot di jalan aja.” Kata gue yang langsung memakai helm lagi.
Gue tau dia ngeliatin kresek bajigur yang menggantung di leher gue, tapi gue nggak peduli. Ah terserah lah, yang penting gue nggak masuk angin.
Motor pun kembali gue pacu secepat mungkin meski cuma mentok di 40 kilometer perjam doang. Mirip sama kecepatan kang becak yang baru nelen kratindeng.
.
===
.
Butuh lebih dari 30 menit hingga pada akhirnya kita sampai di depan gerbang besar kostan gue. Karena malam ini gue nggak bawa kunci, terpaksa gue harus bangunin budi dari luar gerbang.
“BUDI!!!!!”
“BUDI BANGUN!!!”
Harus lebih dari 6 kali gue memanggil Budi hingga pada akhirnya dia muncul keluar dan membuka gerbang.
“Tumben mas malem banget.” Tanya budi sambil mendorong gerbang.
“Haduuuh, musibah, Bud!” Kata gue sambil ngedorong motor gue masuk ke dalam gerbang.
“Eh?! Mas Ian kenapa?! Kecelakaan?!” Tanya Budi kaget tanpa menyadari ada satu mahluk di belakang gue lagi berdiri ngintilin gue dari tadi.
“Kagak! Lebih parah dari itu!” Balas gue bisik-bisik di sebelah Budi. “Noh liat belakang noh.” Sambung gue.
Dan Budi langsung nengok ke belakang. Budi cukup kaget melihat ada seonggok mahluk di belakang yang lagi berlindung di balik jaket yang kedodoran.
“Mas, itu cewek mas?” Tanya Budi bisik-bisik.
“Cewek lah, lu kira mangkok bubur.”
Ada kerut heran di wajah Budi, dan gue yang melihat hal itu cuma bisa nenangin Budi dan ngasih kode bakal gue jelasin semuanya besok.
“Bud, ada kamar kosong yang bisa dipake nggak?” Tanya gue sambil masuk ke ruang tamu dan mengambil salah satu anduk untuk mengeringkan badan.
“Nggak ada mas, adanya juga kamar di sebelah mas itu. Itu pun nggak ada kasurnya.”
“Waduh. Gimana ya.”
“Titipin ke anak kost yang lain aja mas. Ke mbak Rara mungkin?”
“Yah elo, Bud. Itu sih sama namanya kaya naroh sajen di bawah pohon pisang. Cari masalah aja ah.”
Budi cuma cengengesan.
“Yaudah, Bud. Gue ke atas dulu. Besok tukang keran jadi dateng?”
“Jadi mas, jam 10 katanya.”
“Oke.”
Setelah Budi balik lagi ke kamarnya, gue nengok ke arah Mbak Adele yang masih diam saja dari tadi, gue menyuruhnya naik ke atas dengan gerakan kepala dan dia cuma mengikuti saja.
.
===
.
Begitu pintu kamar dibuka, gue langsung menahan cewek itu sebelum masuk ke dalam kamar.
“Sepatu buka.” kata gue.
Dan dia nurut.
“Keset dulu.”
Dia nurut.
“Nih, elap dulu betisnya.”
“Ribet amat sih!!”
“Yeeee udah numpang malah protes!”
“Loh lo pikir gue mau numpang di sini? Lo kira ini sem..”
“Iya iya iya. Dah ah jangan ribut, nggak enak sama tetangga. Cepet masuk.” Gue tarik badannya untuk masuk dan langsung mengunci pintu dari dalam.
“Kalau celana lo basah, jangan duduk di kasur. Duduk di lantai dulu aja. Nanti gue cariin baju ganti.” Kata gue yang makin perfeksionis sama kebersihan.
Si cewek itu tidak mendengar, dia malah lebih memilih melihat-lihat keadaan kamar gue yang bisa dibilang rapih banget ini. Semua benda tersusun dengan benar. Tidak ada benda berserakan begitu saja. Bahkan sprei kasur pun selalu dalam keadaan rapih tidak ada lipatan sama sekali.
Gue membuka lemari, mengambil beberapa baju dan celana dalam. Biarpun sekarang sudah hampir subuh, tapi gue lebih memilih mandi daripada harus tidur dengan badan yang kotor begini. Gue buka hape gue dan memilih satu lagu di playlist musiknya. Yaaa.. kebiasaan buruk gue yang lain adalah, kalau mandi harus sambil dengerin lagu. Karena sudah malam, gue memilih lagu Jazz Chill gitu, dari band Joey Pecoraro yang judulnya Your Favorite Place.
Baru satu langkah mau masuk ke kamar mandi, tiba-tiba mbak Adele memanggil gue.
“Gue tidur di mana nanti?” Tanyanya sambil meletakkan tasnya di atas kursi komputer gue.
Gue berpikir sebentar, lalu menunjuk ke arah kasur. “Kasur.” Jawab gue singkat.
Dia melihat ke arah kasur, dan kembali melihat ke arah gue.
“Lo tidur di mana nanti?” Tanyanya lagi.
Gue berpikir lagi,
“Kasur juga lah. Masa gue tidur di lantai?”
Dia langsung nengok kaget ke arah gue, dan dengan polosnya gue langsung menutup pintu kamar mandi.
.
.
.
.
Bersambung
405 notes
·
View notes