#wisma atlet
Explore tagged Tumblr posts
Text
Gedung Wisma Atlet, Senayan - I remember driving past this area in 2017 when these were just beginning to be built for the 2018 Asian Games. It's a damn shame that they were never even finished, this is a shot from the back side, the front looks much better. I hope that the government can finish this project and put these three buildings to use.
0 notes
Text
Catatan Perjalanan PML | 40 Hari Bersama TIM 2 IPML
Sudah satu minggu aku berada di sini tepatnya di Wisma Atlet Jakabaring. Kami diberi nama spesial yaitu peneliti muda. Tidak hanya aku, tetapi ada 38 peserta lainnya yang bergabung merasakan suasana di tempat yang sama. Malam itu tepatnya sehari sebelum keberangkatan menuju lokasi pengambilan data, kami dikumpulkan terlebih dahulu. Guna pembekalan dan persiapan dengan harapan kedepannya kegiatan kami bisa berjalan dengan lancar.
Building A, Wisma Atlet Jakabaring (September 2022)
Persiapan Keberangkatan
Pagi itu tepatnya pukul lima, aku dibangunkan oleh temanku untuk menunaikan solat subuh. Hari itu udaranya cukup dingin. Padahal AC sudah kami naikkan suhunya tapi tetap membuatku enggan beralih dari tempat tidur. Belum lagi malam tadi kami begadang hingga pukul satu malam guna menyiapkan segala keperluan tim untuk keberangkatan menuju desa penelitian esok hari.
my roomatte ah rindu keberisikan kalian :')
Pukul tujuh pagi usai sarapan dan sebagainya, kami menunggu waktu keberangkatan. Sebetulnya agak ngaret dan selama waktu menunggu kami habiskan untuk foto-foto canciyyy. Aku tak mau melewatkan momen ini, kapan lagi bisa mengabadikan momen dengan bahagia di tempat yang belum tentu bisa nginep ke sini untuk kedua kalinya kan ? wkwk. Apalagi sebelum ke desa yang hmmm sepertinya agak tricky (kata Mba Ni'ma di sesi kelas daring kami)...
Kami dibagi menjadi dua tim, yaitu tim KPH dan tim KHG. Kebetulan aku mendapatkan bagian di tim KPH. Kedua tim tersebut diberi nama sesuai dengan bentang lahan di wilayahnya masing-masing. KPH sendiri merupakan akronim dari Kesatuan Pengelolaan Hutan yang terletak di Kabupaten Musi Banyuasin. Sedangkan KHG adalah Kesatuan Hidrologis Gambut yang terletak di Kabupaten Banyuasin.
Perjalanan menuju KPH memakan waktu kurang lebih selama sembilan jam melalui transportasi darat. Cape banget ga tuh, tapi ini yang membuatku senang karena aku pribadi punya hobi travelling jadi bahagia banget pas kebagian ngambil data lapangan di Musi Banyuasin. Aku dan 18 rekan satu timku berada di mobil berbeda yang masing-masing berisi tiga orang. Aku satu mobil dengan Ilham dan Aji, pertama kali satu mobil dengan mereka sempat canggung karena kami juga baru saja kenal selama satu minggu jadi interaksi berbicara sangat kurang hanya ketika berada di kelas peneliti itu pun secukupnya saja. Ternyata setelah berjam-jam di mobil, kami mulai akrab meski sempat bingung mau ngobrol apa lagi, alhasil lebih banyak tidur haha.
Btw, ini juga kali pertama aku menginjakkan kaki di Kabupaten Musi Banyuasin, Kecamatan Bayung Lencir. Alih-alih banyak tahu, aku juga baru tahu bahwa lokasi pertama yang akan kami kunjungi nanti merupakan salah satu kecamatan yang memiliki desa dengan jarak antar desa dan dusun itu cukup jauh bahkan sudah seperti jarak antar kabupaten lho!
Desa Pertama | Keakraban yang Bermula~
Desa Muara Medak (Dok : yang pasti bukan punyaku)
Setelah 9 jam perjalanan kami tempuh dengan mobil, akhirnya kami pun tiba di desa pertama yang ada di Kecamatan Bayung Lencir. Desa dengan luas 655 km2
ini merupakan desa terluas di Kecamatan Bayung Lencir. Jadi, ga heran kalau jarak antar dusun satu ke dusun lainnya itu membutuhkan waktu hingga satu jam lebih. Sebelum memasuki desa yang lengkap kehidupan masyarakatnya kita akan melewati portal milik perusahaan yang mana desa ini terletak di sekitar kawasan perusahaan perkebunan yang terbesar di muba. Bisa dibayangkan ga, lahan yang dipenuhi perkebunan sawit itu ternyata ada sebuah kehidupan di dalamnya. Aku malah membayangkan, gimana kerennya bapak kurir mengantarkan paket ke sini. Ya hari gini lho ga pernah belanja online, ga mungkin kan ? Apalagi masyarakat di sini sepertinya sudah sangat akrab dengan teknologi terlihat dari mereka yang memiliki ponsel pintar setiap berjumpa.
Hari itu sudah sangat gelap, bahkan langit pun menyuguhkan bintang yang gemerlap di atas sana. Mobil kami tiba-tiba mendadak berhenti. Ketika dilihat di depan sana ada sebuah mobil pick up hitam yang terjerembab di dalam lobang besar dan berlumpur. Alhasil kami berhenti sejenak dan keluar dari mobil, Kami pun bergotong royong menyelesaikan mobil yang terjebak tersebut. Satu persatu hingga akhirnya berhasil melewati jalanan tersebut.
Gotong royong mengeluarkan mobil dari lubang lumpur
Kami tiba di penginapan dan disambut baik oleh pemilik rumah. Mereka menerima kami dengan hangat meskipun baru pertama kali bertemu, aku cukup nyaman berada di sini. Pertama kali mendengar warga asli sini berbicara denganku, agak asing juga mendengarnya. Karena logat yang mereka gunakan belum pernah aku kenali selama hidup di sumatera selatan. Setelah aku tanya dengan rekanku yang cukup paham dengan desa ini, barulah aku tahu bila di desa ini terdapat warga lokal yang dikenal dengan suku medak. Perpaduan bahasa melayu tetapi bukan yang familiar di telingaku, sehingga sedikit aneh ketika mendengarnya. Pada malam keduaku di sini, aku merasakan hal-hal yang sedikit aneh. Terutama ketika setengah tidur. Pintu yang berhadapan langsung di sebelahku tidur sering terbuka tiba-tiba dan aku selalu kaget karenanya. Ketika aku bangun, muncul sosok ibu paruh baya yang merupakan pemilik rumah. Tatapannya mengarah ke semua tempat termasuk seringkali menatapku tajam T.T, entah apa maksudnya, hanya saja aku merasa diintimidasi. Hal itu terjadi sampai di malam terakhir kami di sana, akhirnya aku beranikan bertanya pada seniorku yang cukup paham mengenai warga di sini terutama pemilik rumah. Ternyata, ibu itu memang suka sekali tidur larut. Memang ada hal-hal yang tidak perlu kami ketahui karena sedikit mistis dan jujur saja ketika kami bercerita bulu kudukku berdiri. Serem, cuyyy!!! Why bu, whyyy??? Ada apa denganku eh denganmu ??? :')
Hamdalah kejadian itu hanya berlangsung di malam hari. Pagi hari yang cerah aku pun berjalan-jalan di pekarangan rumah tempat kami menginap dan menatap sungai yang tepat menghadap rumah, suasana pagi hari yang indah dan niatnya aku ingin menghirup udara pagi itu dengan lega. Alangkah terkejutnya ketika aku menatap sungai di depanku, semalam kami berberes sebelum tidur dan mengumpulkan sampah-sampah jajanan kami di mobil lalu kami masukkan ke dalam trash bag.
Suasana pagi hari di tepian sungai di Desa Muara Medak
Tapi kok, tunggu dulu...
Aku perhatikan lagi sampah yang mengapung di sungai tersebut. Ternyataaaa....
Memang benar itu sampah kami. Jujur shock karena kami berusaha mengumpulkan supaya tidak berserakan malah dibuang di sungai :').... yang pasti ketika aku tanya pelakunya, seorang temanku melihatnya bahwa yang membuang sampah itu bukan anak-anak timku melainkan si mpunya rumah, tidaaaaaaaaaak!
Lima hari berada di Desa Medak, aku mulai familiar dengan suasana dan juga orang-orang yang satu tim denganku. Persis seperti suasana KKN bedanya di sini kami itu kerja dan tentunya begadang. Aku yang merupakan manusia anti begadang mulai beradaptasi dengan kondisi ini, sudah terbiasa dan tidak ngeluh lagi karena tidur malam di atas jam 11.
Ada cerita konyol ketika pertama kali aku ingin sekali minum es kopi. Tapi, ya namanya di desa sudah jelas tidak ada kafe di sana. Alhasil muncul ide ketika melewati warung yang menjajakan dagangannya di depan rumah. Warung itu kecil dan amat sederhana dibangun dari kayu. Terdapat satu buah galon berisi air bersih dan juga jejeran kemasan minuman instan digantung pada tali rapia.
"Bu, saya mau beli es kopi." (btw ini menggunakan bahasa Palembang ya)
"Es kopi?" katanya sembari berhenti melakukan aktivitasnya saat itu dan menatapku
Raut mukanya tampak heran, mungkin terdengar asing karena di sini jarang kopi dikasih es batu. Temanku yang saat itu disampingku hanya geleng-geleng kepala dan ketawa kecil
"Iya bu, jadi kopinya dikasih es."
"Kira-kira ada cup plastik ga bu? Kalau ada pake cup aja ya." lanjutku
"Wah kalau itu ga ada dek. Pake plastik ini saja ya?" jawabnya sembari mnunjukkan plastik bening ukuran setengah kilo.
Aku pun mengangguk, yaaa meski agak aneh. Aku pun memberitahu tutorial membuatnya. Gusti... antara ga enak karena seperti menggurui pedagang kecil :') tapi juga ga mungkin aku batalkan karena sudah terlanjur mau beli :D. Ibunya juga mau lho dan ga nolak makanya aku sedikit senang :D.
Setelah paham maksudku, ga perlu menunggu lama hanya beberapa menit es kopi yang dibungkus dengan plastik kiloan pun jadi.
Aku menyebutnya es kopi cekik :DEs kopi cekik Desa Medak, Menyegarkan~
Esok harinya, setelah FGD di kantor desa aku melewati rumah tempat warung kecil yang aku hampiri kemarin. Namun, karena kondisiku saat itu sedang sakit perut maka aku tidak membeli es kopi dulu. Kebetulan juga warung tersebut tidak ada yang jaga. Tanpa sengaja, mataku tertuju pada cup plastik yang tersusun tepat di warung dimana kami membeli es kopi cekik tersebut. Hatiku menghangat, semoga laris ya bu dagangannya, aku pamit dulu...
Desa Kedua | Creepy dan Penuh Kejutan
Desa Mangsang (Dok : yang pasti bukan punyaku)
Setiap tempat memiliki cerita sehingga di lain tempat pun punya kisah tersendiri, meski samar-samar terdengar ada yang mirip. Percayalah, objek dan subjeknya pun juga berbeda. Perjalanan menuju desa kedua ini menggunakan jalur transportasi air, yaitu speedboat dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit. Kesan pertama yang aku dapatkan di desa ini sedikit suram dan tidak ramah sama sekali. Entah apa hanya di dusun tempat kami pijak sekarang atau semua dusun juga seperti ini... Oh ya ada lagi yang membuatku lebih kaget yaitu ketika melihat masjid tetapi lokasinya di depan tempat pembuangan sampah. Miris banget, ya Allah :')...
Sebelum mengunjungi desa biasanya kami diberikan "kisi-kisi" kondisi atau gambaran lokasi. Info yang kami dapat sebelum tiba ke sini adalah desa ini sangat terkenal dengan tingkat kriminalnya yang cukup tinggi dan napza. Makanya suasananya betul-betul berbeda dengan sebelumnya. Kami juga diingatkan untuk selalu di dalam rumah ketika malam tiba, sebagai bentuk keamanan.
Kami tinggal di rumah kepala desa, rumahnya luas dan cukup mewah namun kurang dirawat. Bagian depan terasnya terdapat etalase dan lemari dengan pajangan botol minyak wangi berbagai aroma. Nampaknya dulu ini pernah dibuka toko minyak wangi tapi tidak diurus dengan baik. Lalu ketika masuk ke dalam rumah terdapat kursi-kursi besar yang kalau aku duduk, aku seperti liliput. Ternyata kades ini memiliki usaha katering dan sewa tenda beserta perintilan lain untuk pernikahan. Yang menjadi perhatianku lagi, ada sebuah lemari besar yang terbuat dari kaca dan berjejer botol-botol miras berbagai merk. Hihi, pantas saja desanya dikenal dengan tingkat kerawanan kriminal dan napza, ga heran sih~
Ada cerita unik, ketika rekan laki-lakiku pergi keluar untuk jalan-jalan melihat suasana di desa ini. Mungkin karena perawakan rekanku itu seperti preman dan cara bicaranya yang agak ngegas, tanpa tedeng aling-aling ia ditawari sebungkus plastik yang berisi bubuk seperti garam. Alhasil rekanku menolaknya dengan halus dan segera kembali ke rumah tempat kami menginap. Terus ada lagi kejadian sendal milik beberapa temanku yang digondol anjing liar, ada yang tinggal sebelah dan ada juga bekas gigitan 😅
Esok hari, kami menuju kantor desa untuk melakukan FGD. Karena suatu sebab, kami pun pindah menuju dusun lain yang jaraknya 30 menit dari kantor desa. Selama dua hari kami pulang menjelang bahkan setelah magrib. Gelap dan juga berdebu, apalagi di desa ini terdapat PT yang cukup terkenal di Indonesia. Jadi hilir mudik kami selalu berjumpa truk-truk besar yang mengangkut tandan sawit. Kami sempat tersesat ketika menuju rumah menginap, karena lupa jalan. Maluuuu banget., sok-sokan tahu jalan. Eh malah nyasar ke jalan buntu :'). Itulah kesan pertama setelah melakukan perjalanan di salah satu dusun di Desa Mangsang.
Uniknya, setiap dusun di desa ini memiliki ciri khas tersendiri. Aku merasa "hidup" layaknya manusia pada umumnya ketika berada di dusun tempat kami FGD. Bukan berarti mati, tapi memang sepertinya warga di sekitar tempat kami menginap itu kurang bersosialisasi, mungkinkah (?) ga jelas lah pokoknya. Suasana suram dan mencekam selalu aku rasakan. Makanya, kami ingin segera pindah dari sini. Meski begitu, aku sayang dengan rekan-rekanku ini, kompak banget!!! Sama sekali gamau pisah karena sudah nyaman bareng-bareng xixixi...
Berdoa sebelum memulai pengambilan data lapangan di hari pertama
Desa Ketiga | Ramahnya Warga yang Tiada Akhir
Jalur Mulya (anw, ini foto yg bareng2 lengkap blm ketemu) Ini pas makan malam pake kepiting pertama kali wkkw
Berhubung sedang berlangsungnya pemilihan kepala desa di wilayah KPH (Muba), kami pun untuk sementara dialihkan menuju wilayah KHG yaitu Banyuasin, tepatnya di Desa Jalur Mulya. Ah, rasanyaaaaa senang sekali ketika tiba di desa ini. Betul-betul berbeda suasananya dengan yang ada di desa sebelumnya :')...
Rasanya seperti keluar dari dalam gua, kiwkiwkiw... lebay banget deh~
Aku merasa hidup dan bisa dengan lapang untuk bersosialisasi dengan warga sekitar ketika di sini. Para masyarakatnya yang ramah dan selama di sini kami pertama kalinya melakukan jalan sore hingga menjelang magrib hahaha. Iya setelah FGD usai, aku dan rekan peneliti satu kelompok menuju tambak udang yang ada di sini. Coba deh kalau di desa sebelumnya, kami sudah ketar ketir duluan begitu melihat jam menunjukkan pukul enam sore. Selain itu desa yang ketiga ini merupakan tempat bersejarah untukku dan mas doi #eh... yang membuat kenangan indah asekkk... Kali pertama aku berbicara dengannya yang mana di tempat ini adalah awal kami berinteraksi secara langsung. Iya, bertemu dengan paus (hai paus, kalau baca ini jangan lupa like dan komen haha)...
Nah di desa ketiga ini lokasi dari satu desa ke desa lainnya hanya memakan waktu selama 30 menit, bisa menggunakan jalur air dan darat. Malam hari sebelum perpisahan dengan pemilik rumah di desa Jalur Mulya, suguhan makan malam yang amat spesial yaitu kepiting. Sayangnya, aku hanya bisa melihat karena tak bisa memakannya...
Berhubung musim hujan dan jalanan jelek, kami pindah menuju desa selanjutnya menggunakan kapal kayu yang berukuran besar yang kek gini :
Ketika kapal mulai berjalan, rasanya seperti menyusuri hutan. Belum lagi kami diguyur hujan rintik-rintik, aduhaiiii sangat syahdu~
taken by : Dani taken by Dani pake hp mba rida
Setelah tiba di desa selanjutnya kami segera membereskan peralatan yang kami miliki dan beristirahat sejenak.
Desa Keempat | Ramahnya Warga yang Tiada Akhir (2)
Timbul Jaya dari atas jembatan
Desa keempat merupakan salah satu desa yang membuat timbanganku naik :)... Ya begimane cerite, menurutku banyak kali kami disuguhi makanan dan tak pernah merasakan lapar :D. Bukan berarti di desa sebelumnya kami kelaparan, tapi di sini tak henti-hentinya pemilik rumah menyuguhi kami makanan ringan setiap mengerjakan pekerjaan. Ada aja bahan untuk ngganyemm mulu😂. Satu hal yang jadi favorit teman-teman itu ketika kami dua hari berturut-turut disuguhi kepiting :D, sayangnya aku tidak menyantapnya karena aku alergi terhadap hewan laut yang satu itu. Sehingga aku pun hanya melihat mereka menikmati dan aku makan yang lain.
Alhamdulillah selama di desa ini pengambilan data lapangan berjalan sangat lancar, bahkan warganya sangat antusias dengan kedatangan kami di sini. Sehingga ketika kami akan pindah menuju desa selanjutnya, tampak raut sedih dari para pemilik rumah yang kami tempati selama di sini. Aku ikut sedih, yaaaa karena sudah akrab terutama anak kecil pemilik rumah yang sering main ketika kami bekerja xixixi apalagi nyantolnya sama Bung Theo mulu ahaha...
Timbul Jaya ( (Dok : yang pasti bukan punyaku)
Makan malam di rumah Mas Lihul. Terima kasih banyak Mas Lihul kami bahagia dan kenyang 😁(Dok : Mba Shinta)
Always teringat dengan kenangan yang ada di sana... Terutama perihal termos pecah T_T :')
Desa Kelima | Mandi Ga Mandi Ujung-ujungnya Mandi 2x Sehari :P
Lanjut lagi ke desa kelima. Desa yang dikenal dengan slogannya yaitu :
Dimakan mabuk, dibuang sayang
Selamat datang di Kepayang.
Tampak aktivitas perempuan sedang menggunakan air sungai untuk kegiatan rumah tangga yaitu mencuci
Desa satu ini merupakan desa yang terletak di pinggir sungai Lalan. Rumah penduduknya rata-rata berupa rumah panggung yang berada di atas sungai sehingga ketika air pasang tampak seperti rumah apung. Kami tiba di sini dengan menggunakan speedboat 3-4 jam dari Kota Palembang. Perjalanan jalur air pertama yang terlama bagiku. Bosan sebosan-bosannya karena tidak bisa ngapa-ngapain selain tidur di speeboat yang dihantam ombak sungai.
Selama di perjalanan, aku membayangkan bagaimana msayarakat di sini bertahan hidup untuk memenuhi kebutuhannya. Tapi jangan salah kawan, kebanyakan yang tinggal di desa ini rata-rata orang-orang berada. Tampaknya saja rumah mereka di pinggir sungai itu kumuh, tetapi kalau dilihat dari barang yang mereka miliki, kebanyakan sangat berharga.
Satu hal yang membuat miris adalah kondisi sungai di desa ini. Sungai Lalan, merupakan sungai yang saat ini sudah dikatakan tidak layak konsumsi. Pertama kali sampai, kami tak pernah menjumpai orang yang sedang memancing ikan. Karena penasaran, kami pun bertanya dengan salah satu warga setempat bahwa sudah lama mereka tidak pernah memancing ikan lagi dikarenakan sudah tidak ada ikan yang hidup di sana. Para peneliti kesehatan dari provinsi pernah berkunjung dan ketika mengecek air sungainya, sudah tidak bisa dikonsumsi. Meskipun demikian, warga masih menggunakan air sungai untuk mandi, cuci dan kakus. Kebayang ga mandi pake air sungai yang susah dijelaskan kandungannya seperti apa. Syedihhhh!!!
Selama di desa tersebut, selama itu pula aku sakit perut :D...
Iya... perutku mules tiap hari gatau karena apa. Belum lagi ketika ke kakus, kagetnya luar biasa. Yaaaa kakusnya tidak seperti kakus pada umumnya karena tempatnya langsung di atas permukaan sungai.
Satu hal lagi yang menurutku lucu, waktu itu aku dan seorang temanku bertanya mengenai kotak sampah. Kebetulan tempat kami tinggal itu berada tepat di pinggiran sungai Lalan.
"Bu, kotak sampah dimano yo?"
"Langsung campakke be dek ke sungai. Dak apo, la biaso."
Aku dan temanku saling tatap. Ya rabb, berat rasanya tangan ini membuang sampah ke sungai :'). Kami pun berinisiatif untuk mengambil kotak kardus air mineral dan meletakannya ke dapur.
"Ah ibu, sayang nian wkwkkw. Dak tega buk, kami taro ini disini be ye buk buat sampah."
Akhirnya semenjak kejadian itu, si Ibu juga sungkan dan merasa ga enakan kalau buang sampah langsung ketika ada kami di sana :D. Ia pun menyediakan kardus dan plastik sampah biar ga keliatan banget. Walaupun ujung-ujungnya ketika pagi hari, sampah hari kemarin dalam bentuk yang sama mengapung di sungai lagi.
Bisa dibilang sudah tercemar, tetapi keindahannya saat senja hari membuatnya memesona
Berhubung dapur tempat kami berada tepat di pinggir sungai, maka setiap waktu kami selalu disuguhi pemandangan sungai, hal yang bagiku keren adalah ketika di sore hari. Senja akan terlihat tampak menarik dan indah karena tak perlu bersusah payah mencari spot menikmati senja, cukup ke dapur dan duduk manis ketika menjelang sore hari, wah langitnya indah sekali...
Sayangnya, dibalik keindahan tersebut sebuah hal yang miris pun hadir. Apalagi kalau matahari terbit, berbagai sampah mengapung di permukaan sungai dan juga aroma tak sedap.
Desa Kepayang (Dok : Kak Yoga)
Desa Keenam | Last Journey for PML :')
pagi-pagi dah pada jajan aja di warung :D
Huaaaaa desa terakhir dan artinya ini merupakan perjalanan yang terakhir juga bagi peneliti muda lanskap. Sedihhhh banget....
Kami menuju desa terakhir ini menggunakan speedboat dari desa Kepayang. Jarak tempuhnya sekitar satu jam dan dilanjutkan dengan naik mobil selama satu jam juga. Total dua jam perjalanan.
Nah, kami tinggal di sebuah penginapan milik Pak Suyuti, beliau merupakan tokoh masyarakat yang memiliki rekam jejak kehidupan yang keren. Beliau merupakan salah satu masayrakat peduli api yang juga membantu dalam pembangunan Desa Muara Merang, terutama di Dusun Pancuran.
Di sini karena berada di wilayah perusahaan hutan tanaman industri, maka tak heran bila banyak sekali karyawan laki-laki dibanding perempuan.
Dusun Pancuran ternyata tidak banyak memiliki masalah sumber daya air. Selama di sini juga kami merasa puas dengan kondisi airnya, meskipun harus ke masjid terlebih dahulu, Sebenarnya ada kamar mandi di dekat penginapan, namun seperti bisalah kami yang perempuan paling ga bisa jauh-jauh dari aktivitas nyuci jadi yaaa nyari lokasi yang luas buat mencuci :D
satu-satunya masjid yang cukup besar di Dusun Pancuran
Oh ya, Desa Merang hampir sama seperti Desa Mangsang dan Medak. Jarak tiap dusun juga jauh dan juga dikelilingi dengan hutan-hutan milik perusahaan. Maka tak heran bila warga di sini kebanyakan adalah karyawan perusahaan.
Dari 6 desa yang kami kunjungi masing-masing kami menetap kurang lebih selama 5-7 hari, maka setiap desa memilik kenangan yang unik dan sulit dilupakan. Tapi satu kesamaaannya, adalah dari kamar mandi :D...
Ga pernah dapat kamar mandi yang normal kecuali di desa pertama, makanya ketika di desa pertama kami betul-betul dimanjakan. Eh pas pindah ke desa kedua hingga terakhir, ada aja kamar mandi yang ga ada pintunya, kamar mandi yang kudu jalan kaki (udah mandi eh malah keringetan lagi), kakus yang ada di atas sungai, kamar mandi yang luasnya sampai bisa main bola tapi airnya astaghfirullah hingga kamar mandi yang ada pajangan vulgar di dalamnya ;') agak shock...
Selain daripada itu, aku mendapat banyak sekali pelajaran juga pengalaman. Terutama hal-hal yang bisa disyukuri saat ini. Melihat kondisi yang aku ceritakan di atas, tentu bagi kalian yang memiliki sumber daya air yang bersih dan juga tempat yang bukan di pelosok desa akan merasa beruntung. Karena mereka pun juga memiliki daya juangnya sendiri hingga bisa bertahan hidup di sana dengan baik. Meskipun kendala utamanya terlihat jelas dari sumber air yang mereka gunakan, tapi tidak bisa sepenuhnya menyalahkan karena kurangnya edukasi terkait kebersihan dan lingkungan.
Desa Pancoran, Muara Merang (Doc : yang pasti bukan punyaku)
Pengalaman lainnya yaa bisa berjumpa dengan rekan-rekan IPML terutama tim 2 KPH yang super duper wow. Ga nyangka bisa sekompak itu dari awal di desa pertama hingga terakhir, meski ada drama-drama dikit semuanya teratasi (yaaa kalau ga ada drama, ga kerasaaaa!!!) Alhamdulillah bersyukur bisa satu tim dengan kalian. Makasih banyak sudah menjadi teman yang baik dan juga mengerti. Mohon maaf atas kesalahanku yang ada aja little things kalau ga rusak ya ilang :(.... tetapi dengan baik hati kalian bisa menutupinya 😓😂😗...
Itu dulu cerita di postingan kali ini... Kalau diceritakan dengan detail bisa pegel juga ni jari jemari mengetik wkwk. Biarlah sisanya aku simpan dalam foto dan dalam ingatan, kalau rindu yaa tinggal buka-buka dokumentasi :")...
Bonus foto2 setelah pulang dari desa :
See you on top, teman-teman!
Dunio galo, jangan lupo ibadah dan solat...
Sampai jumpa di postingan selanjutnya~
LUV.
ZF
0 notes
Text
Wisma Atlet Kemayoran Akan Beralih Fungsi Jadi Rusun ASN dan Area Komersial
INGATLAH.COM – Wisma Atlet Kemayoran, yang sebelumnya digunakan untuk berbagai keperluan, akan mengalami perubahan fungsi menjadi Rusun (Rumah Susun) untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) dan area komersial. Perubahan ini diumumkan dalam pertemuan antara Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono pada…
0 notes
Text
PT Tekindo Utama (Wika Tekindo) — Distributor Wika Water Heater
Selama hampir dua dekade terakhir, PT Tekindo Utama (Wika Tekindo) telah memainkan peran kunci dalam industri pemanas air di Indonesia. Berdiri pada tahun 2005 oleh Ibu Lina Irawati, Wika Tekindo telah menjadi distributor resmi PT Wika Industri Energi, memenuhi kebutuhan Wika Water Heater di seluruh Indonesia. Dengan pengalaman yang luas, perusahaan ini telah membangun reputasi solid dalam hal penjualan, instalasi, service, dan layanan purna jual yang unggul.
Komitmen PT Tekindo Utama Terhadap Kualitas dan Layanan
Sebagai distributor resmi produk Wika Water Heater, PT Tekindo Utama berhasil menginstal ribuan pemanas air berbagai jenis. Selain itu, perusahaan menyediakan solusi pemanas air yang beragam, termasuk pemanas air tenaga surya (Wika Solar Water Heater), pemanas air pompa kalor (Wika Heat Pump Water Heater), dan pemanas air listrik (Wika Electric Water Heater).
Komitmen perusahaan tidak hanya terbatas pada penjualan produk, tetapi juga pada pemeliharaan hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Wika Tekindo memahami bahwa keberlanjutan bisnis tidak hanya bergantung pada kualitas produk, melainkan juga pada layanan pelanggan yang luar biasa. Dengan pendekatan ini, pelanggan memiliki keyakinan penuh terhadap performa produk Wika Water Heater yang diinstal oleh PT Tekindo Utama.
PT Tekindo Utama Terpercaya di Berbagai Sektor
Sebagian besar pelanggan Wika Tekindo berasal dari sektor ritel. Perusahaan juga aktif terlibat dalam proyek-proyek komersial seperti perumahan, hotel, rumah sakit, industri, wisma atlet, pabrik, dan berbagai sektor lainnya. Keberhasilan Wika Tekindo dalam menyediakan solusi pemanas air yang sesuai dengan kebutuhan unik setiap proyek mencerminkan komitmen perusahaan.
Wika Water Heater Official — wikawh.com
Tenaga Kerja Berpengalaman
Untuk mendukung operasionalnya, PT Tekindo Utama didukung oleh tenaga kerja yang sangat berpengalaman. Tim terdiri dari teknisi yang terampil dan tenaga administrasi yang profesional. Kombinasi pengetahuan teknis dan manajemen yang kuat memungkinkan perusahaan memberikan layanan superior kepada pelanggan.
Dedikasi Terus-Menerus untuk Kepuasan Pelanggan
PT Tekindo Utama berkomitmen untuk terus mengembangkan pelayanan terbaik bagi pelanggan. Kepuasan pelanggan tetap menjadi prioritas utama, dan perusahaan berusaha keras memastikan bahwa setiap pelanggan mendapatkan produk berkualitas tinggi dan dukungan yang tak tertandingi.
Wika Water Heater Official — wikawh.com
Distributor Terbesar dan Terbaik
Dengan fokus pada kualitas, layanan, dan kepuasan pelanggan, PT Tekindo Utama tetap menjadi Distributor Utama pemanas air di Indonesia. Perusahaan menawarkan produk unggulan dengan keandalan dan purna jual terjamin, sambil berkomitmen memberikan pengalaman pelanggan memuaskan dengan dukungan tim profesional.
Ikuti Kami
Instagram: @wika.tekindo
Facebook: Wika Water Heater Official
Twitter: @WikaWHOfficial
Pinterest: Wika Water Heater Official
Youtube: Wika Water Heater Official
Linkedin: Wika Water Heater Official
0 notes
Text
Arinal Djunaidi Kukuhkan Pengurus KONI Kota Metro
Ketua Umum KONI Lampung Arinal Djunaidi melantik dan mengukuhkan Kepengurusan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Metro masa bakti 2023-2027, yang dilaksanakan di Wisma Haji Al-Khairiyah, Kota Metro, Jum’at (8/9/2023). Pengukuhan ini berdasarkan Surat Keputusan Ketua Umum KONI Provinsi Lampung Nomor 23 Tahun 2023 tentang Susunan Personalia Pengurus KONI Kota Metro masa bakti 2023-2027. Adapun susunan pengurus KONI Kota Metro masa bhakti 2023 - 2027 diantaranya Ampian Bustami (Ketua Umum), Arif Budi Sulistyo (Sekretaris Umum), dan Zulpikri (Bendahara). Ampian Bustami kembali terpilih memimpin KONI Kota Metro setelaj mendapat kesepakatan bersama dari 32 cabang olahraga (cabor). Selain melantik Kepengurusan KONI Kota Metro, Arinal Djunaidi juga sekaligus membuka Rapat Kerja Anggota Komite (Raparkot) KONI Kota Metro. Dalam kesempatan itu, Arinal mengucapkan selamat atas dilantiknya dan dikukuhkannya Kepengurusan KONI Kota Metro masa bakti 2023-2027. “Semoga dengan dilantiknya kepengurusan ini dapat menjalankan roda organisasi dengan baik, serta mampu meningkatkan prestasi olahraga Kota Metro,” ujar Arinal. "Apapun bentuknya Anda (Ampian Bustami) sudah diberikan amanah, untuk itu agar kiranya dapat menjaga kekompakan. Karena apabila pengurus kompak, maka itu potensi kekuatan untuk menuju keberhasilan," ujar Arinal. Arinal menjelaskan fungsi dan tugas KONI adalah melakukan pembinaan terhadap cabang olahraga dan atlet berprestasi di daerah masing-masing. Menjalankan amanah dari Pemerintah sebagai mitra dalam mengelola olahraga prestasi, tentunya tidaklah mudah juga tidaklah susah, karena kita mendapatkan anggaran dari APBD yang diatur sesuai dengan kebutuhan olahraga. "Kota metro sudah menunjukkan keberhasilan, tidak ada alasan tidak maju," ujarnya. Dia juga menjelaskan tugas pengurus KONI adalah untuk memajukan olahraga atau organisasi yang tentunya perlu didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM). "Untuk itu, saya mengimbau agar KONI Kota Metro, bisa menjalankan Rapat Kerja Kota (Rakerkot) minimal satu kali dalam satu tahun dimana hal yang sama telah dilakukan oleh KONI Provinsi,”ujarnya. “KONI Kota Metro juga hendaknya terus melakukan pembinaan terhadap cabang olahraga dan memperhatikan roda organisasinya, artinya selalu berkoordinasi terhadap kepengurusan dan melakukan evaluasi," tambahnya. Seperti diketahui, Kota Metro menjadi runner up pada pelaksanaan Porprov Tahun 2022 lalu, dengan mengumpulkan 100 medali emas, 114 medali perak dan 170 medali perunggu. "Itu tentunya bukan prestasi yang biasa-biasa saja, mengingat Porprov diikuti oleh atlet-atlet daerah dari 15 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Lampung," ujarnya. Arinal berharap KONI Kota Metro yang telah memiliki cabang-cabang olahraga unggulan minimal 3 cabang olahraga, bisa membantu prestasi di tingkat Porprov bahkan bagi Lampung di tingkat nasional. Sebagai informasi saat ini kita tengah mengikuti Babak Kualifikasi Pekan Olahraga Nasional (BK PON) sepanjang Tahun 2023 ini. Sampai saat ini Lampung sudah meloloskan 24 cabang olahraga dengan jumlah atlet kurang lebih 165 atlet baik putra maupun putri. Dalam kesempatan yang sama, WaliKota Metro Wahdi Siradjuddin mengapresiasi terselenggaranya Pelantikan Kepengurusan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Metro masa bhakti 2023-2027. Kepada Kepengurusan sebelumnya, Wahdi menyampaikan ucapan terimakasih atas kinerja yang telah dilakukan, hal ini terlihat dari Keberhasilan Kota Metro menjadi runner up pada pelaksanaan Porprov Tahun 2022. Kepada Kepengurusan KONI Metro yang baru dilantik, Wahdi berharap KONI Metro dapat mempersiapkan program kerja dengan lebih baik lagi. Dengan harapan kedepannya menghasilkan program dan hasil yang lebih baik. Sementara itu, Ketua KONI Kota Metro Ampian Bustami menyampaikan bahwa kepengurusan yang baru dilantik hari ini kepengurusannya sangat potensi. "Dimana dari hasil musyawarah, kami akomodir semua termasuk ASN, Lembaga DPRD, tokoh olahraga, insan pers, dan yang terpenting seluruh cabor masuk dalam kepengurusan ini," ujarnya. Kepada pengurus yang sudah dilantik, Ampian mengajak untuk menyusun program-program yang lebih baik, minimal kita tetap dapat mempertahankan apa yang sudah didapatkan. (Adpim) Read the full article
0 notes
Text
Atlet Harus Melek Literasi Keuangan Sejak Junior Pesan Menpora Dito
JAKARTA - Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Dito Ariotedjo menjadi keynote speaker pada Coaching Financial Planning untuk para atlet muda, di Wisma Kemenpora Senayan Jakarta Pusat, Senin (19/6/2023) siang. http://dlvr.it/SqvfXT
0 notes
Text
Kota Bogor Bakal Bangun Wisma Atlet Porprov 2026
BOGOR – Pemerintah Kota Bogor membuktikan keseriusannya mempersiapkan diri sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Barat Tahun 2026. Salah satunya dengan pembangunan wisma dan kampung atlet. Wakil Walikota Bogor, Dedie A Rachim bertekad Porprov 2026 bisa terselenggara dengan baik di Kota Bogor. Secara spesifik, persiapan tersebut dimulai dengan tersedianya sarana prasarana yang…
View On WordPress
1 note
·
View note
Text
Review Buku - (Bukan) Kisah Sukses Erick Thohir
Kali ini saya ingin mengulas sebuah buku berjudul “(Bukan) Kisah Sukses Erick Thohir” yang ditulis oleh Abdullah Sammy. Apa yang menarik dari buku ini tentunya bukan melihat sosok pak Erick Thohir sekedar dari posisinya saat ini yang merupakan bagian dari pemerintahan, melainkan bagaimana dedikasi beliau dalam setiap tanggung jawab yang diemban, keberhasilannya memimpin grup Mahaka, Republika, menyelamatkan ANTV, memimpin kontingen Indonesia di Olimpiade, memimpin Asian games 2018, hingga sepak terjangnya saat ini sebagai Menteri BUMN.
Melalui buku ini pula, kita bisa melihat sisi lain dari sosok beliau, mungkin gilang gemilang prestasinya sering kali menutupi sisi manusia dari-nya. Beliau terlahir dari keluarga yang sedang merintis, sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara. Mungkin kelak sang ayah sukses menjadi bagian dari grup Astra, namun sebelum mencapai titik tersebut lah kita bisa melihat keteladanan dan kerja keras sang ayah yang kemudian menjadi bekal karakter dari anak-anaknya yang tidak heran saat ini terbukti sukses menjadi sosok pengusaha sukses, Erick Thohir dengan Grup Mahaka dan Garibaldi Thohir sang kakak dengan grup Adaro-nya. Sejak kecil sang ayah menekankan pentingnya menjaga nama baik, hal tersebut yang menjadi pegangan pak Erick Thohir setiap kali mengemban tanggung jawab sepanjang perjalanan karir-nya, tidak heran satu per satu tugas ia selesaikan dengan hasil yang memukau.
Beliau juga memberikan bukti bahwa seorang anak muda yang memiliki mimpi, tentu bisa mewujudkannya asal disertai dengan usaha, terbukti dari awal ia merintis grup usahanya, ia memulai dengan teman-temannya yang sama-sama menempuh pendidikan di Amerika Serikat, meskipun ada hal lain seperti jaringan dan lainnya, tanpa usaha dan kejelian melihat peluang, tentu semuanya tidak akan memiliki hasil seperti yang bisa kita saksikan saat ini. Ia juga menjadi bukti bahwa kita bisa bekerja untuk sesuatu yang kita sukai, termasuk saat ia menjadi bagian dari klub basket Satria Muda, bermula dari kesukaannya sejak kecil akan dunia basket, ia membentuk sebuah tim dan ekosistem pendukungnya yang membuat dunia basket di Indonesia memiliki masa depan yang cerah dibandingkan sebelumnya, atau pada saat ia mengambil alih klub sepak bola Inter Milan dan menyulapnya menjadi klub yang menguntungkan, meskipun segala sesuatunya tentu tidak mulus dan mengalami pertentangan di sana sini.
Tentu pencapaian besar tersebut bukan pekerjaan beliau seorang diri, namun yang menjadi menarik adalah bagaimana beliau bisa meng-orkestrasi segenap orang hebat untuk bisa saling bekerja sama untuk mencapai target yang diinginkan, mengajarkan kepemimpinan sejati itu bukan tentang memenuhi kebutuhan diri sendiri ataupun sekelompok orang saja. Sifatnya sebagai seorang pemimpin yang begitu "Selfless" atau tidak mementingkan dirinya sendiri begitu luar biasa, salah satu contoh yang bisa disaksikan adalah bagaimana sebagai seorang mentri ia sampai harus mondar-mandir pada saat pandemi Covid19 sedang berlangsung, untuk memastikan tersedianya stok vaksin, siap-nya sarana penunjang seperti Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, dan lain sebagainya, meskipun bisa saja dia duduk manis dan menginstruksikan anak buahnya untuk mengatur segala sesuatunya, hal tersebutlah yang saya yakin menginspirasi segenap tim di belakang beliau, memang mungkin tidak selalu mulus pula jalannya, tapi begitu target ditetapkan, segenap tim harus berjalan Bersama untuk mencapainya.
Buku ini begitu menarik karena apa yang tertulis masih bisa kita saksikan saat ini. Terlepas dari itu semua, buku ini sangat asik untuk dibaca, lembar per lembar kita dibawa menjelajahi perjalanan beliau dari satu tanggung jawab ke tanggung jawab yang lain. Selamat Membaca!
0 notes
Text
PPKM Resmi Berakhir, RSDC Wisma Atlet Akan Ditutup
PPKM Resmi Berakhir, RSDC Wisma Atlet Akan Ditutup
Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) resmi berakhir.. “Dalam beberapa bulan terakhir, pandemi COVID-19 semakin terkendali. Per 27 Desember 2022, kasus harian 1,7 kasus per 1 juta penduduk,” ungkap Jokowi ujar Jokowi dalam siaran YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (30/12/2022). “Setelah mengkaji dan mempertimbangkan tersebut, kita mengkaji 10…
View On WordPress
0 notes
Text
Dari Bandara ke Wisma Karantina
LUBABUN NI’AM
Penulis dan editor partikelir
Saya turun dari Bandara Soekarno-Hatta dengan perasaan yang tak asing lagi. Panas tropis yang eksotis dan sedikit menyiksa, setidaknya untuk beberapa waktu ke depan. Entah akan seberapa lama. Hawa laut—dan juga keringat. Internet yang lambat; datang dan pergi. Hampir tak bisa diandalkan. Dan sebentar lagi, aplikasi ojek online. Juga jasa-jasa dadakan yang tumbuh dari upaya memanfaatkan situasi sempit dan ketakberdayaan orang, seperti menjajakan pulsa internet yang dilakukan oleh (atau dengan sepersekongkolan) petugas karantina.
Dari bandara, saya dibawa pergi dengan bis Damri. Satu koper besar dan tas naik gunung, yang keduanya terisi penuh dengan berbagai barang bawaan, masuk ke dalam bagasi bis. Satu tas punggung dan tas selempang naik bersama saya ke dalam bis. Paspor diminta oleh sopir bis sebelum berangkat. Tiap penumpang duduk berjarak; masing-masing satu orang pada lajur kiri dan kanan. Satu kursi di tiap lajur dikosongkan. Saya memakainya untuk menaruh kedua tas saya.
Saya jatuh tertidur di perjalanan dari bandara ke Wisma Atlet, tempat saya akan menghabiskan setidaknya delapan hari dan tujuh malam masa karantina. Saya memegangi kedua tas saya begitu saya tertidur. Seperti ingin menjaga kedua barang tersebut dari serobotan orang asing. Sesuatu yang tak masuk akal. Bagaimana orang tidur bisa menjaga sesuatu? Mungkin lebih karena ada rasa takut akan sesuatu yang bakal hilang. Rasa waswas yang muncul begitu saja.
Begitu terbangun, gedung Wisma Atlet sudah terlihat di sisi kiri saya. Dari kaca jendela di dalam bis, saya bisa melihat pintu gerbang Wisma Atlet yang dijaga tentara. Sopir bis masuk dengan segepok paspor penumpang di tangan; disetorkan ke petugas di meja penerimaan. Dia lantas mengeluarkan semua koper penumpang. Semuanya dikeluarkan sendiri. Begitu terkumpul, koper-koper disemprot sesuatu. Mungkin disenfektan. Saya, dan para penumpang lain di dalam bis, baru keluar bis begitu ada aba-aba dari si sopir.
Turun dari bis, kami menuju kursi tunggu yang dijaga oleh dua tentara muda. Tak lama kemudian, salah seorang di antara mereka memberi keterangan tentang segenap aturan yang berlaku selama tinggal di karantina. Seperti memberi perintah. Dilarang berkerumun dan berkeliaran di sekitar Wisma Atlet, kecuali untuk berolah raga! Tidak boleh membawa minuman beralkohol! Makanan harus diambil satu orang di depan lift! Meski sekadar menyampaikan sejumlah informasi pun terdengar seperti memberi perintah. Kantin dan ATM di gedung 10! Klinik di gedung 9! Makan tiga kali sehari! Tes PCR dua kali! Informasi belaka, tapi terucapkan sebagai perintah.
Pengerahan tentara adalah wajah penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia. Mereka ada di mana-mana. Di bandara, mereka terlihat diposkan di sejumlah titik. Di pintu keluar setelah pengambilan bagasi, ada tentara. Di area kedatangan penumpang, yang menjadi titik terakhir sebelum orang-orang naik bis (atau dijemput pihak hotel), ada tentara. Di dekat bis yang akan membawa orang-orang ke Wisma Atlet, ada tentara lagi. Polisi juga. Di Wisma Atlet, mereka adalah pintu masuk yang harus dilewati, yang juga mengatur orang-orang. Mereka memang mengatur negeri ini.
Di Wisma Atlet, satu ruangan diperuntukkan bagi tiga orang. Dalam satu ruangan, ada dua kamar tidur, satu ruang tamu, satu kamar mandi, dan ruang menjemur pakaian. Salah satu kamar tidur berisi dua kasur, satu lagi satu kasur. Saya dan Reza, kawan dari Wageningen yang berangkat dengan saya sejak dari Belanda, berada dalam satu kamar. Kamar yang lain dipakai Fauzan, kawan yang kami temukan di Bandara Schipol. Di setiap kamar, ada pendingin udara, tapi kami tak menemukan remote control-nya. Saya tidak bisa tidur dengan pendingin udara. Saya mendapat jatah kasur, tapi tak bisa memakainya. Saya mengetik tulisan ini di sofa yang berada di ruang tamu, yang ruangannya tidak berpendingin udara. Saya tidur di sana.
Sebenarnya ruangan dan fasilitas karantina ini tidak terlalu buruk. Ada air hangat di kamar mandi. Ada tali jemuran baju. Ada lemari pakaian. Ada bak untuk mencuci baju. Masing-masing orang diberi selimut dan handuk, juga sikat dan pasta gigi, seperti di hotel. Saya rasa banyak kos-kosan mahasiswa yang lebih buruk dari ini. Kami hanya tidak bisa menemukan gantungan baju, tidak di kamar mandi maupun di kamar tidur. Plafon di kamar tidur kami sudah retak. Kata Reza, cat putih dindingnya sudah kusam. Kami akhirnya juga mendapati bahwa pintu kamar mandi terkunci otomatis begitu ditutup rapat, jadi kami membiarkannya sedikit terbuka kalau tidak ada orang yang memakainya.
Saya sendiri berharap ada kompor di sini. Setidaknya saya bisa merebus air untuk bikin kopi. Saya sudah menyiapkan biji kopi yang sudah disangrai dan coffee maker-nya, termasuk juga seperangkat alat masak naik gunung. Semua itu tidak berguna karena tidak ada kompor. Sebelumnya, saya sempat tanya Ardha, seorang kawan yang sudah lebih awal karantina di Wisma Atlet. Dia bilang bahwa ada water heater di sini. Saya salah tangkap. Water heater yang dimaksud adalah pemanas air di kamar mandi, bukan teko pemanas air. Itu namanya water boiler, katanya. Untuk minum, kami akhirnya bergantung pada air mineral dalam kemasan, yang disediakan bersamaan dengan jatah makanan.
Sebelum masuk Wisma Atlet, kami juga mendengar bahwa tidak ada fasilitas internet di sini. Ardha bilang memang ada router, tapi tidak ada jaringan internetnya. Itu router sisa ajang Asian Games yang dihelat pada 2018 lalu. Saya akhirnya membeli mobile WiFi (MiFi), yang dijual dengan kartu perdana Simpati di dalamnya. Dibantu beberapa kawan, saya pun bisa menerimanya begitu tiba di bandara dan sebelum diberangkatkan ke wisma karantina. Di wisma, dengan bantuan internet dari kartu Halo yang masih aktif di hape saya yang sudah rusak baterainya, Fauzan mendaftarkan nomor perdana bawaan MiFi. Dia tinggal di Bekasi. Jadi, dia bisa memakai kartu tersebut begitu masa karantina selesai. Pendaftaran kartu memakai hape punya Reza. Cuma hape dia yang bisa dipakai. Hapeku dan hape Fauzan dibeli di Belanda, belum bisa dipakai di Indonesia.
Namun, sinyal MiFi tersebut rupanya berjalan sangat lambat, bahkan lebih sering tidak ada koneksi internetnya. Kami mencoba mencari jalan keluar selama berjam-jam. Reza memutuskan untuk tidur sejenak karena sudah tak tertahankan lagi. Begitu dia terbangun petang hari, kami memutuskan untuk mengganti kartu perdana bawaan MiFi dengan kartu Halo. Kali ini berjalan lebih baik. Jauh lebih baik. Semua hape sudah tersambung dengan internet. Hape Fauzan juga sudah bisa dipakai setelah diurus di bandara sebelumnya. Sebelum tidur, saya dengar Fauzan bercakap panjang dan tertawa di ujung telepon.
Dengan adanya MiFi tersebut, saya sendiri akhirnya bisa memutar sejumlah cuplikan pertandingan bola yang saya lewatkan, meski saya selalu gagal memutar streaming. Saya melewatkan laga Arsenal lawan Tottenham Hotpurs. Reza melewatkan pertandingan Juventus. Tapi kehilangan waktu menonton pertandingan sepakbola bukan satu-satunya kekesalan yang terjadi. Laptop saya, yang sudah lama bermasalah dengan penangkapan sinyal, susah sekali menangkap sinyal MiFi. Lebih sering tak tersambung. Saya berharap mengejar tenggat editan selama masa karantina dan melanjutkan kursus bahasa Jerman lewat Zoom dari kamar karantina. Saya ingin masa karantina ini terasa tak begitu lama.
Jakarta, 27 September 2021
Untuk Mas Yanuar, yang menyarankan saya untuk membeli MiFi!
1 note
·
View note
Text
Memperingati Hari Dharma Karyadhika yang ke-76, Kemenkumham melaksanakan bakti sosial
Memperingati Hari Dharma Karyadhika yang ke-76, Kemenkumham melaksanakan bakti sosial
Sumbarlivetv – Memperingati Hari Dharma Karyadhika yang ke-76, Kemenkumham melaksanakan Bakti sosial ini bertujuan untuk menumbuhkan nilai dan kepekaan sosial dalam diri setiap Insan Pengayoman, juga merupakan bentuk tanggung jawab dan rasa kesetiakawanan terhadap sesama. Penyelenggaraan bakti sosial ini diwujudkan dalam bentuk kegiatan donor darah PMI dan pembagian “New Normal Kit” berupa masker…
View On WordPress
0 notes
Text
Tinjau Wisma Atlet Pademangan, Ketua Satgas Pastikan Pelaksanaan Karantina Sesuai Prosedur
Tinjau Wisma Atlet Pademangan, Ketua Satgas Pastikan Pelaksanaan Karantina Sesuai Prosedur
Jakarta, JurnalSultra.com – Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Letjen TNI Ganip Warsito melakukan peninjauan pelaksanaan karantina kesehatan di Wisma Atlet Pademangan, Jakarta Utara, Minggu (4/7/2021). Dalam peninjauan tersebut, Ganip ingin memastikan segala proses karantina repatriasi para Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan pelaku perjalanan internasional lainnya dapat berjalan…
View On WordPress
0 notes
Text
Aksi Peduli Tekiro di RS Darurat Wisma Atlet
Aksi Peduli Tekiro di RS Darurat Wisma Atlet
Salam pertamax7.com, Aksi Peduli Tekiro di RS Darurat Wisma Atlet Salam peduli, Pasien Covid-19 Meningkat Pesat, Tekiro Lakukan Aksi Peduli Info resmi dari pulau Jakarta, 24 Juni 2021. Adanya peningkatan jumlah kasus positif Covid-19 membuat Tekiro yang merupakan merek tools terpercaya melakukan Aksi Peduli dengan melakukan pemberian bantuan seperangkat tools untuk RS Darurat Wisma Atlet,…
View On WordPress
0 notes
Text
Paguron Jalak Banten Nusantara Menyampaikan Dukacita Gugurnya Nakes RSD Wisma Atlet Jakarta
Paguron Jalak Banten Nusantara Menyampaikan Dukacita Gugurnya Nakes RSD Wisma Atlet Jakarta
JBM.co.id, Jakarta – Ketua Umum Paguron Jalak Banten Nusantara (PJBN) yang juga dikenal Tokoh Kharismatik asal banten Abah Tubagus Sangadiah menyampaikan duka mendalam atas gugurnya Liza nakes pertama RSDC Wisma Atlet yang terkena corona, Liza telah berjuang mengabdi di RSDC Wisma Atlet sejak pandemi Covid melanda tahun lalu, (25/6). Abah Sangadiah mengatakan, jasa Liza Putri Noviana sangat besar…
View On WordPress
0 notes
Text
Wagub Chusnunia Chalim Tinjau Lokasi Lampung Sport Center
LAMPUNG SELATAN - Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Chalim meninjau lokasi Lampung Sport Center yang berada di dekat exit tol Kota Baru, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan, Senin (20/2/2023). Dalam peninjauan tersebut, turut serta nggota Forkopimda Provinsi Lampung, Sekretaris Daerah Provinsi Lampung Fahrizal Darminto, Direktur PTPN VII dan Pejabat Pimpinan Tinggi Pemerintah Provinsi Lampung. Dalam kesempatan itu, Wakil Gubernur Chusnunia, mengungkapkan bahwa fasilitas di Lampung Sport Center ini nantinya sangat lengkap dan bisa menjadi harapan bagi masyarakat di Lampung untuk bisa memanfaatkannya. "Dan terkhusus di bidang olahraga, ini menjadi harapan agar olahraga Provinsi Lampung bisa berprestasi di kancah nasional dan Internasional. Dan menjadi media yang bisa dimanfaatkan untuk atlet-atlet," ujar Wagub Chusnunia. Pembangunan Lampung Sport Center ini akan menggunakan dana kolaborasi dari APBD dan APBN. Rencananya tahun ini akan dibangun GOR nya terlebih dahulu. Dalam kesempatan yang sama, Direktur PTPN VII Ryanto Wisnuardhy menyampaikan bahwa PTPN VII sangat mendukung rencana pembangunan Lampung Sport Center. "Tentunya kami dari PTPN VII sangat mendukung dan berbangga hati bisa menjadi bagian dalam rencana pembangunan Lampung Sport Center. Untuk itu kami pastikan bahwa kami memang peruntukkan untuk pembangunan Lampung sport center," ujar Ryanto. Ia mengungkapkan sesuai ketentuan harus disesuaikan dengan mekanisme dan peraturan perundangan yang berlaku. "Dan Kami dari PTPN VII sangat mendukung pembangunan Lampung Sport Center," ungkapnya. Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bappeda Provinsi Lampung Mulyadi Irsan memaparkan rencana pembangunan Lampung Sport Center. Menurutnya, lokasi Lampung Sport Center ini sangat strategis sebagai pemusatan olahraga, dengan luas sekitar 170 Hektar. Dan diharapkan mampu mendukung prestasi olahraga Lampung kedepannya. Mulyadi Irsan menyampaikan bahwa sejumlah fasilitas yang akan ada di Lampung Sport Center diantaranya Stadion Utama, Stadion Akuatik, GOR 1&2, Lapangan Panahan, Lapangan Baseball, Wisma Atlit, Rumah Sakit Atlit, Mix Used Building, Masjid, Lapangan Golf, Exhibiton Hall, dan Convention Center.(Adpim) Read the full article
0 notes