#Diisi Menghafal Alquran di
Explore tagged Tumblr posts
Text
Tentang IQF -versi Lulu-
2015
Aku baru lulus dari Pesantren kala itu. Anak sok idealis yang sedang menunggu pengumuman SBMPTN.
Kessos UI menjadi tujuan utamaku melanjutkan studi sejak resmi dilantik menjadi siswa kelas 3.
Bayangan dimasa depan, aku adalah reinkarnasi dari Najwa Shihab, dicampur Anis Matta, ditambah sedikit bumbu Fahri Hamzah, dan dilengkapi kelembutan Kak Seto.
Aku akan berdiri di garda depan, menjadi Ketua KPAI. Menjadi wakil rakyat di Parlemen. Berkeliling negara menjadi Duta Bangsa. Dan menciptakan kesejahteraan serta kebahagiaan hidup bagi masyarakat Indonesia.
Ya, figur2 itu adalah sosok yang menghiasi meja kelas di urutan pertama dengan background kuning yang menyala sebagai labelitas spot duduk Lulu Faradisa. Dan cita-cita itu tertanam kuat meski tidak diiringi belajar dengan giat.
Tak ada yang duduk di spot itu selain dia, meskipun hari-hari belajar diisi dengan kabur dari jam pelajaran, meja itu seperti mewakili idealisme pemiliknya yang berkeliaran entah kemana.
Tapi naas, di lingkungan keluarga sejak kecil aku selalu tampak berbeda. Alih-alih mendukung cita-cita untuk bereinkarnasi dengan tokoh-tokoh tersebut, selepas dari Pesantren keluarga memintaku untuk mengikuti program 20 Hari Bersama Quran di Asrama Quran Mahasiswa.
Seharusnya pendaftarannya sudah tertutup, tapi ada satu calon peserta yang mengundurkan diri karena kecelakaan.
Dengan malas bin enggan kuikuti alur tesnya, tes hafalan surat Maryam. Ayat satu kubaca dengan kacau. Kemudian wawancara, setengah hati kujawab seadanya. Dan pengumuman mengatakan, aku lulus di program itu. Ohtidak.
Aku membuka pintu asrama dengan gontai. Harusnya pintu ruangan bimbel yang kubuka, bukan pintu asrama ini.
Singkat cerita, kami mendapatkan pembinaan berquran selama 20 hari. Dan ritual tidur sehabis subuh sangat menyiksaku disini.
Asrama ini mewajibkan seluruh santrinya mengikuti kegiatan Quran Time sejak subuh hingga pukul setengah tujuh.
Dari trik pura-pura sakit sambil pegangin minyak kayu putih di atas perut di pagi hari, sampai sembunyi untuk tidur dibalik speaker mushola, atau kabur pulang sejak malam dan tidak mengindahkan panggilan kakak pengurus dipagi hari sudah kulakukan.
Berkali-kali Kakak Pengurus mengirimkan pesan mengingatkan tentang adab dan komitmen. Aku tau segala sikap ini salah, tapi tak bolehkah melampiaskan segala kesal dan lelah?
Kehidupan sosialku pun kacau selama mengikuti program. Aku enggan berteman. Ku pasang wajah paling masam tiap kali berhadapan dengan santri lainnya, mau dia senior mau dia ustadzah, pokoknya mereka harus jadi pelampiasan karena aku berada di tempat ini.
Sejak dulu, aku tidak mau menjadi guru. Apalagi ustadzah. Bayangan bahwa mereka akan bertahun-tahun mengendap di surau yang sama, sedangkan para muridnya sudah berkiprah dan melanglang buana membuatku tak rela harus berada di posisi itu.
Tapi kata seorang kawan, menghafal Quran tidak sesempit itu. Tidak semua orang yang menghafal Quran harus berakhir menjadi Ustadzah di surau-surau. Maka dengan aneka rutukan, kujalani hari-hari mengikuti program.
Allah Maha Baik, memudahkanku menghafal ayat-ayatNya. Ziyadah satu juz yang ditargetkan tuntas 20 hari, ku singkat menjadi 10 hari. Teman-teman terkejut aku tuntas setoran, mengingat kelakuan yang selalu tidur dan kabur-kaburan.
Tapi hafalan itu tidak bisa diujikan. Aku menghafalnya karena nafsu. Nafsu ingin cepat setoran agar bisa melanjutkan tidur dibalik speaker. Maka setelah setoran, hilang sudah hafalan. Aku mendapatkan hasilnya sesuai dengan niatan di awal.
10 hari kedua aku mulai membuka hati berada di tempat ini.
Mulai mendengarkan kajian dan kultum-kultum. Mulai mencatatnya. Mulai senyum ketika disapa. Mulai mengobrol tentang hal-hal yang lucu. Mulai mendengarkan nasihat orang-orang dengan seksama. Mulai merancang, Juz mana lagi yang mau ku hafal ya. Mulai menangis karena tidak bisa mengujikan ziyadah yang pernah disetorkan. Mulai terkesima mendengar cerita-cerita para mahasiswa yang begitu semangat berjibaku dengan hafalannya. Mulai berkenalan dengan para santri lama. Mulai menyusun timeline menyelesaikan hafalan Quran. Dan mulai mengurangi kadar tidur di waktu Quran Time.
Meskipun tidak bisa diujikan secara sempurna, sepertinya hafalan Quran itu mulai bereaksi. Bukankah Quran ialah sebaik-baik obat bagi penyakit hati?
Sampai tiba akhirnya waktu diwisuda. Kami-peserta program 20 HBQ- akan diwisuda bersama para santri yang sudah dibina setahun di program Tahfizh Smart 3. Bersama mahasantri binaan di daerah Parung SEBI.
Wisuda menjadi momentum dimana aku mulai merutuk untuk yang kedua kalinya. Tapi kali ini isi rutukanku adalah, kenapa tidak kumanfaatkan waktu sebaik-baiknya 20 hari kemarin bersama Quran? Kenapa tidak kunikmati ukhuwah dengan kakak-kakak hebat yang kini akan pergi melanjutkan kehidupan? Kenapa aku lebih memelihara kesombongan? Kenapa dan kenapa lainnya..
Satu hal yang kupikirkan. Tempat ini memang bukan asrama Quran biasa.
Tempat ini ialah representasi dari cita-cita dan idealisme Pemuda Muslim yang menginginkan Indonesia kembali berjaya dengan nafas-nafas Quran disetiap lininya. Tempat ini ingin menanamkan Quranic Worldview bagi para Intelektual Muslim masa depan agar mereka menjalani hidup dengan berpatokan pada GPSnya, yaitu AlQuran. Tidak salah jalur atau punya pemikiran ngelindur.
Hingga kelak, Negri ini bisa kembali berjaya dan adidaya karena dikelola oleh insan-insan yang menjaga hubungan dengan RabbNya.
Maka wisuda menjadi pemisah antara aku, IQF, dan kawan-kawan lain. Aku berjanji ketika kelak menjadi Maba Fisip, ada satu semangat yang akan kugelorakan pada semesta. Yaitu semangat mendekat kepada Al Quran bagi Pemuda Muslim Indonesia.
Pengumuman SBMPTN diterbitkan, dan tidak ada namaku disana. Bagus.
Aku nanar menatap laman pengumuman. Allah, bukankah cita-cita duniawi ku sudah sedikit bergeser? Kenapa masih belum boleh juga mewujudkannya?
2020
"Ustadzah, izin cuci muka ya. Aku ngantuk banget"
Aku menoleh kepada salah satu santri yang memasang mimik wajah bersalah. Dengan senyum sumringah aku mengangguk mengizinkan.
"Semangat Kak! Insya Allah habis cuci muka semoga dimudahkan ya ngafalnya."
Dia tersenyum lebar dan beranjak ke tempat mengambil wudhu.
Tempat ini tak banyak berubah. Speaker besar mushola masih berada di posisinya. Kolam ikan masih setia dengan penghuninya. Sejuknya asrama masih ternaungi oleh aneka tumbuhan sayur dan buah-buahan. Dan riuh suara berQuran setiap pagi dan malam masih nyaring terdengar.
Ustadzah, sampai saat ini aku masih malu dan geli mendengarnya jika orang-orang memanggil dengan sebutan itu. Karena masih banyak cacat dan aib yang melekat dan terpelihara didalam jiwa.
5 tahun sudah sejak hari itu. Diawali dengan rutukan, dijalani dengan tangisan, dan berakhir dengan syukur dan harapan. Terimakasih IQF, atas batu loncatan yang membuatku memiliki titik balik sebuah kehidupan.
3 tahun sejak wisuda, Allah mengantarkanku berkenalan dengan Qur'an, Palestina, dan guru-guru yang luar biasa. Sesuatu yang tak pernah kuduga menjadi bagian hidup.
Allah Maha Baik memang, dan alur hidup ini sangat menggelikan. Apa-apa yang kita perjuangkan untuk menjadi garis hidup, jika tak sesuai dengan ketetapanNya tentu tak akan bisa terjadi meski semesta telah berhimpun untuk mendukung. Teori itu jelas termaktub dalam hadits yang 40.
Dulu, kukira menjadi Mahasiswa Kesejahteraan Sosial ialah satu-satunya tempat dan sumber ilmu yang akan mengantarkanku meraih cita-cita. Ternyata tidak selalu begitu.
Meskipun tidak lulus disana, Allah tak pernah lepas mendidik dan menyemangatiku untuk mewujudkan cita-cita. Sebuah cita yang berharap bisa mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup bagi bangsa Indonesia.
Dan benar saja, sejak mengenal Quran aku betul-betul merasakan kesejahteraan dan kebahagiaan dalam menjalani hari-hari. Kuharap ini tidak berlangsung satu dua hari, tapi terus terjaga hingga usai sudah kiprah kita didunia.
Terimakasih IQF, atas segala inspirasi dan semangat berQuran yang semoga terus terkobarkan.
Semoga aku dan kamu, istiqomah dalam menjaga habit berQuran🌻
7 notes
·
View notes
Text
YMM Freeport Indonesia Gelar Liburan Produktif Anak Timika, Diisi Menghafal Alquran di Masjid
Carina Payue YMM Freeport Indonesia Gelar Liburan Produktif Anak Timika, Diisi Menghafal Alquran di Masjid Artikel Baru Nih Artikel Tentang YMM Freeport Indonesia Gelar Liburan Produktif Anak Timika, Diisi Menghafal Alquran di Masjid Pencarian Artikel Tentang Berita YMM Freeport Indonesia Gelar Liburan Produktif Anak Timika, Diisi Menghafal Alquran di Masjid Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : YMM Freeport Indonesia Gelar Liburan Produktif Anak Timika, Diisi Menghafal Alquran di Masjid Karantian Tahfidz di Masjid Baiturrahim Kota Kuala Kencana, Timika, dibuka Oely Syamsudin, wakil ketua panitia, Jumat (21/12/2018). http://www.unikbaca.com
0 notes
Text
Hebat, Mizyan Haziq, Putra UAS Raih Juara 2 Lomba Hapalan Alquran
KONTENISLAM.COM - Mizyan Haziq, putra Ustadz Abdul Somad berhasil mendapatkan penghargaan sebagai juara kedua dalam lomba hafalan surah pendek saat mengikuti peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan di Masjid Darul Iman Desa Tarai Bangun, Tambang, Kampar. Gambar tersebut menjadi viral setelah diunggah oleh salah satu akun media sosial bernama Mizyanhadziq. “Alhamdulillah, tahniah sayang. Proud of you. Allah itu maha baik, Allah memberi lebih dari apa yang kita minta,” tulis Ummi Mellya Juniarti di akun Instagram milik Hadziq, diunggah Minggu (21/3/2021). Sebagaimana dikutip dari Riauonline.com. Tampak sebuah postingan video dan foto yang memperlihatkan Mizyan mendapat juara dua dengan memegang tropi dan piagam penghargaan. Padahal, Ummi Mellya mengaku tidak terlalu berharap putranya tersebut bisa meraih juara karena memang hanya menghafal 2 juz saja. Sedangkan anak-anak yang ikut dalam perlombaan sudah hafal 5-6 juz. Baca Juga: Sedih, Jumlah Ulama Wafat Selama Pandemi Covid-19 Sangat Mengejutkan! “Tadinya hanya berdoa sama Allah dapat juara 3. Penting dia bawa pulang pialanya. Sebab, dari pekan lalu dia sudah sibuk nanya kapan hadiah itu dibagikan,” lanjut Mellya di akun anaknya tersebut. Dalam perjalanan lomba tersebut, Mizyan tiba-tiba tidak hapal surat ingin ia baca, tepat sebelum ia tampil . Mizyan ganti membaca surat yang dihafal, dan ternyata hari itu mengantarkannya meraih juara ke-II. Mellya mengatakan bahwa jadwal padat karena bertepatan dengan shooting program Ramadhan yang akan diisi di sekolah menjadi salah satu sebab hal itu terjadi. “Alhamdulillah, tadinya minta juara III, Allah kasih juara II. Ia diapit sudah hafal 6 juz dan 5 juz. Hikmahnya semoga dia bisa rajin lagi murojaah,” pungkas Mellya.[idtoday]
source https://www.kontenislam.com/2021/03/hebat-mizyan-haziq-putra-uas-raih-juara.html source https://www.ayojalanterus.com/2021/03/hebat-mizyan-haziq-putra-uas-raih-juara.html
0 notes
Text
Karantina Tahfiz Ramadhan
ini adalah Ramadhan keduaku yang diisi dengan mengikuti program Karantina Tahfiz, kali ini di Bandung. Sebelumnya di Kuningan, tepatnya dua tahun lalu, persis di masa-masa pengumuman SBMPTN. Saat itu aku berada di posisi penantian.
Karena akan menceritakan perbandingan yang aku rasakan, aku nggak sebut lembaganya ya. Kalau ada yang ingin menjadikan tulisan ini sebagai referensi, mau ikut program ini juga misalnya, boleh di message :)
EFEKTIVITAS: yang paling penting dari sebuah program karantina tahfiz. Kualitas dan kuantitas hafalan yang dapat kita peroleh di sana.
(K) Sebenarnya program mereka adalah, 30 hari 30 juz. Tapi karena aku ikut di bulan Ramadhan yang hanya 20 hari, jadi targetnya 20 juz. Di hari pertama kami diberi pelatihan menghafal cepat dengan menggunakan metode Yadain, lengkap dengan Alqurannya. Alquran yang digunakan untuk dapat mempraktekkan metode tersebut adalah Alquran dengan terjemahan perkata. Dengan metode tersebut, ustadz menargetkan kami untuk bisa menyetor 1 halaman dalam 10-15 menit. Di pelatihan hari pertama itu juga, pak Ustadz tidak lelah berulang-ulang menggaungkan ayat motivasi yang telah kulampirkan gambarnya itu, sebuah ayat yang diulang 4 kali di dalam surat Al-Qamar:
“walaqod yassarnal qur’aana lidzzikri fahal mimmuddakir”, jadi Allah sendiri yang jamin bahwa Kalam-Nya ini mudah! Kita harus yakin dan pantang menyerah.
Sepanjang hari merupakan waktu setoran, diselingi makan-sholat-bersih2-istirahat. Sesi setoran dibuka dengan kumpul sehalaqoh yang berisikan 7-10 orang. Setelah dibuka, kami bebas bertebaran ke spot manapun yang nyaman bagi kami untuk menghafal. Musyrifah kami selalu mengawasi dan memerhatikan, berapa kali kami masing-masing setoran dalam setiap sesi, dan setiap hari. Di aula juga terpampang laporan harian kami. Setiap hari kami menuliskan di kertas besar yang ditempel di dinding itu, berapa jumlah halaman yang hari itu kami setorkan.
(B) Program ini tidak memasang target tertentu. Kita dapat menyetor hafalan dan murajaah sesuai dengan kemampuan kita. Kami dapat menyetor ke Ustadzah dan juga 2 musyrifah lain, bebas.
Tapi rupanya tidak hanya fokus di hafalan, program ini juga ada agenda Tahsinnya. Ustadzah kami sudah mempunya sanad Matan Jazariy, dan beliau membagi ilmunya kepada kami setiap usai shalat Zuhur. Pelajaran tahsin sangat penting bagi kami yang dituntut berinteraksi lebih intens dengan Alquran. Agenda tahsin juga semacam melepaskan penat setelah berjam-jam menghafal.
FASILITAS
(K) Kami menginap selama 20 hari di hotel Linggarjati. Satu kamar berisikan 6-8 orang. Tempat halaqoh dan menghafalnya, ada semacam aula yang sekaligus digunakan sebagai tempat makan dan sholat. Tapi untuk tarawih dan beberapa materi digabung dengan ikhwan di aula bawah. Tempat menghafalnya bebas dan kita punya banyak ruang. Bisa di aula, di pinggir empang, di dekat kebun, dll.
(B) Kami menginap selama 20 hari di sebuah rumah di suatu komplek di daerah Pasir Impun. Satu kamar berisikan 7 orang, tidak pakai spring bed, pakainya kasur gulung/lipat (?). Hampir semua kegiatan dan aktivitas kami di lakukan di dalam rumah, kecuali sholat tarawih di masjid komplek.
KONSUMSI (dan kebersamaan)
(K) secara keseluruhan, jumlah akhwat ada 70-80 orang. Makanan disediakan dengan prasmanan, setelah itu kami bebas akan makan dengan siapa. Saking banyaknya peserta, aku sampai tidak kenal semua. Pada sesi setoran malam, selepas tarawih sampai pukul 11, disediakan coffee break. Ada makanan ringan dan minuman sachet yang bebas kita seduh sendiri. Sangat membantu meredakan kantuk, bagiku.
(B) peserta karantina akhwat ada 14 orang. Makanan diantar dan kami makan bersama di ruang makan. Kekeluargaannya sangat terasa ketika kami melingkar makan bersama. Tidak disediakan snack untuk nyemil malam, hehe. Tapi alhamdulillah banyak sumbangan dari orangtua peserta, dan suami peserta.
Overall. kedua program ini memiliki kesamaan yang merupakan kebutuhanku, yaitu suasana yang mendukung serta semangat yang menular. Suasana yang dibuat full-time menghafal, membuatku terpacu maupun mau-tidak-mau menghafal. Semangat yang menular, masyaAllah, seperti setruman energi bagi diri ini yang seringkali putus asa meratapi hafalan yang berhamburan. Kondisi hafalanku sangat buruk, karena terakhir rutin menghafal itu di SD karena SD Islam. Di SMP dan SMA negeri, hafalanku tidak terjaga dan ternyata sudah banyak yang menguap dari ingatan.
Kesamaan lainnya, karantina tidak boleh diikuti tanpa dibarengi dengan resolusi untuk konsisten menghafal selepas karantina. Karena tanpa konsisten murajaah, hafalan yang diperoleh tentunya akan hilang.
Yuk konsisten menghafal Alquran. Niatkanlah menghafal untuk memperintens interaksi dengan Alquran, satu-satunya syafaat dan teman bagi kita di alam kubur nanti.
1 note
·
View note
Link
tobasatu.com, Medan | Bobby Nasution menghadiri pembukaan MTQ Yayasan H Anif di Halaman Masjid H Anif Jalan Cemara Medan, Minggu (15/3/2020). Dalam kegiatan ini, H Anif sebagai tuan rumah berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai seorang yang melaksanakan Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) di usia 81 tahun.
“Saya ucapkan selamat kepada H Anif yang bisa tetap produktif di usia 81 tahun dengan menggelar MTQ ini,” ucapnya.
Bobby juga memberikan selamat kepada H Anif yang pada tanggal 23 Maret 2020 ini akan berulang tahun. “Selamat Pak Haji Anif, telah menempuh perjalanan hidup selama 81 tahun. Semoga semakin produktif dalam membangun Sumut,” terang penggagas Kolaborasi Medan Berkah ini.
Dalam MTQ tahun ke-2 Yayasan Haji Anif ini, turut dihadiri Ketua Yayasan H Anif, Musa Rajekshah, Ibu Wakil Gubernur, Ketua MUI Sumut, Kakanwil Kemenag, Ketua Umum PTKI, Ketua Umum LKUB, ustad Hasyim, Bahtiar Nasir, Andian Parlindungan serta ulama-ulama juga Bupati Deli Serdang, Plt Walikota Medan, Bupati Batubara, Bupati Sergai, Bupati Labuhan Batu serta Zulfikar Hajar.
Di kesempatan ini, H Anif mengungkapkan, setiap pemenang MTQ selain mendapatkan uang tunai, akan dapat hadiah umroh.
“Dalam usia 81 masih dikasih Allah umur berkah dan berguna bagi orang banyak. Walaupun saya tidak ada lagi, MTQ ini saya minta terus berjalan kepada anak cucu saya,” terangnya seraya mengungkapkan bahwa hadiah umroh juga diberikan BRI, Bank Syariah Mandiri, Wong Solo, juga ustad Abdul Somad.
Sebelumnya, Ketua Panitia Dr H Ardiansyah Lc MA menjelaskan peserta yang mengikuti MTQ sebanyak 1.060 orang. Jumlah ini meningkat dari tahun lalu yang hanya 778 peserta.
“Sebenarnya bisa lebih besar, tapi pendaftaran diclose tiga minggu lalu,” terangnya.
Kata Ardiansyah, lomba diikuti 300 Tahfiz putra, 300 tahfiz putri, 230 tilawah putra dan 230 tilawah putri. Kegiatan ini, sambungnya, merupakan inisiatif keluarga H Anif.
Merupakan bentuk kesyukuran H Anif dalam melaksanakan Milad ke 81. Acara dilaksanakan sepekan penuh dari 15-22 Maret 2020. Diisi juga tabligh Akbar Abdul Somad.
Ketua Umum Yayasan H Anif, Musa Rajekshah menuturkan dalam suasana pandemi Corona tidak perlu panik, tapi masyarakat waspada.
“Allah memberikan cobaan kepada kita. Jangan karena Corona tak beribadah, akan makin banyak cobaan lagi pada kita,” ucap dia.
Kata dia, tahun lalu H Anif minta saat ualng tahunnya dibuat MTQ. Meski suasana tidak kondusif akibat Pilgubsu.
“Tapi H Anif bilang, laksanakan saja MTQ. Kita tidak ada niat lain, membaca Alquran dan menghafal Alquran. Alhamdulillah berjalan lancar,” terangnya.
Dia berharap, di Sumut virus Corona tidak mewabah seperti negara lain, dan tidak mengganggu perekonomian rakyat. Dan semoga MTQ bisa berjalan dengan lancar.
Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi dalam kesempatan ini menyatakan harapannya agar warga Sumut menghindari keramaian. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona. (ts05/rel)
The post Bobby Nasution Hadiri Pembukaan MTQ Yayasan Haji Anif appeared first on tobasatu.com.
0 notes
Photo
Fantastis, Hafiz Cilik Indonesia Suarakan Alquran di Rusia
MALANGTODAY.NET – Muhammad Ghozali Akbar (10 tahun) dan Kamil Ramadhan (11) berhasil menorehkan catatan mengagumkan. Dua hafiz cilik asal Indonesia itu baru saja menghadiri puncak acara Moscow International Quran Reciting Competition atau lomba menghafal Alquran Moskow pada Minggu (21/10/2018) waktu setempat. Dilansir dari Sindonews, Ahmad dan Kamil hadir dalam rangka memenuhi undangan Dewan Mufti Rusia. Keduanya tampil di hadapan 6.000 orang yang hadir di Gedung Crocus City Hall, Moskow. Baca Juga: Ada-ada Saja, Guru Musik Cantik Ini Jatuh Cinta Pada Babi Hutan “Kami datang dari Indonesia ke Moskow, Rusia, ingin memberikan hal berharga berupa cinta kasih kami dan lantunan ayat-ayat suci Alquran,” tutur Ketua Yayasan Wakaf De Muttaqin Pesantren Yatim Tahfizil, Ike Muttaqin. Keduanya memiliki latar belakang menarik sebelum hadir di Rusia. Ahmad adalah seorang anak yatim dan mulai belajar membaca Alquran sejak berusia 8 tahun. Dalam tempo 8,5 bulan, ia menyelesaikan 30 juz hafalan Alquran. Sedangkan Kamil mulai menghafal Alquran sejak usia 8 tahun dan berhasil hafal 30 juz dalam waktu 6,5 bulan. Baca Juga: Beli Jet Tempur ke Korsel, Indonesia Nunggak Rp 3 Triliun Di akhir acara, keduanya mendapatkan ucapan selamat dari para penonton yang menghampiri. Banyak yang memberikan sedekah pada kedua hafiz cilik asal Indonesia tersebut. Beberapa penonton bahkan melakukan foto bersama dengan Ahmad dan Kamil. MTQ International Moskow ke-19 dihadiri 33 peserta dari 33 negara. Indonesia mengirimkan satu perwakilan atas nama Muhammad Abdul Faqih dari Jawa Tengah. Selain diwakili peserta, Indonesia juga mengirimkan wakil ke dewan juri yang diisi oleh Said Aqil Husin Al Munawar, Menteri Agama Indonesia tahun 2001 – 2004.
Penulis: Raka Iskandar Editor: Raka Iskandar
Source : https://malangtoday.net/flash/internasional/hafiz-cilik-indonesia-di-rusia/
MalangTODAY
0 notes
Photo
Pertemuan kami berawal dari Rumah Anyo, Disana ku bertemu anak - anak pejuang kanker, Sangat bersyukur sekali banyak hal pembelajaran disana yang kudapatkan, salah satunya adalah ku bertemu dengan gadis cantik dan manis, dia periang dan ceria ya dia pejuang kanker yang hebat, namanya Dinda Aulia Najasyi, walau pertemuan kami singkat tapi berlanjut dengan berkomunikasi via whatsapp & Instagram. Dia bercerita mengenai dirinya, kalau dia adalah seorang anak tunggal yang hanya memiliki seorang Mama, karena orang tuanya berpisah sejak lama, dia memilih untuk tinggal bersama mamanya, dan hanya berdua saja. di usianya yang ke-14 tahun dia diberi ujian oleh Tuhan, kalau dia ternyata di vonis dokter mengidap kanker ovarium stadium 4 dan harus segera di angkat dan menjalani kemoterapi. Awalnya tak terima tapi berkat dukungan dan semangat dari orang - orang terkasih disekitarnya akhirnya dia menerima keadaan tersebut. 1 Tahun dia berjuang melawan penyakit jahat itu, sampai menghabiskan raga dan rambutnya yang cantik panjang terurai. Dia sangat menyayangi mamanya, karena hanya mamanya yang dia miliki di dunia ini. Dia pernah bilang padaku, semangat hidupnya adalah mamanya, dia selalu memikirkan mamanya, dia bilang kalau dia harus sehat biar bisa jaga dan menemani mamanya agar tak kesepian. Hal tersebut yang membuat Aulia harus terus semangat jalani proses pengobatan kanker, walau rasa sakit yang luar biasa saat dia harus jalani kemo dan pengobatan lainnya. Dia selalu menangis dan tak berhenti menangis disaat dia sudah merasakan lemah dan tak berdaya efek dari kanker, karena dia rasa dia gagal tuk menjaga mamanya. Sampai akhir hayatnya, mamanya bercerita kalau aulia mau sumbangkan rumahnya dibuat tempat membaca dan menghafal alquran untuk anak2 pesantren, agar mamanya dirumah tidak kesepian dan selalu ditemani dengan anak - anak yang mau belajar dan menghafal alquran. Ku temukan ketulusan dan sayang yang luar biasa pada mamanya, ku belajar darinya kalau hidup dan waktu harus terus diisi dengan selalu memberi perhatian lebih pada orang yang kita sayangi yaitu mama kita. Aku pun didunia ini hanya memiliki seorang mama, karena papaku sudah meninggal. Karena Aulia, aku sadar selama ini perhatian besarku tidak sepenuhnya untuk mama, aku sadar banyak hal yang aku habiskan diluar bukan untuk memperhatikan mama. Karena aulia, aku jadi belajar untuk selalu memberi perhatian lebih dan menyayangi mama selalu, karena waktu adalah berharga. Dirumah anyo, dia sebagai kakak karena paling besar disana dan selalu menghibur setiap anak yang menderita sama sepertinya, walau dia lemah tapi tetap ingin jadi berkat untuk teman - teman sependeritanya. Dia pernah bilang kalau rumah anyo itu rumah keduanya, dimana didalamnya seperti mengantri untuk dipanggil Tuhan, dia bilang kalau sudah masuk rumah anyo sudah siap dengan segala sesuatu yang tidak terduga, dia harus siap dan harus tersenyum menebar kebaikan bukan kesedihan. Walau segala hal dia ketahui tentang kanker dan hal kejam apa yang harus dia hadapi karena mengidap kanker, tapi dia selalu optimis kalau dia pasti sembuh dan kembali seperti dulu kala bisa sekolah dan mengejar impiannya. Tapi Tuhan berkata lain, tanggal 20 september 2017 adalah hari dimana perjuanganmu melawan kanker berakhir, adalah hadiah untukmu disaat kamu sudah dipulihkan dan sembuh dari sakitmu, adalah baik dimana kamu terbebas dari rasa sakitmu yang selama ini kamu tahan sakitnya, adalah bersyukur atas hadirmu banyak orang yang mengerti dan memahami hidupnya adalah berharga. Terima kasih Aulia, banyak hal yang aku dapatkan darimu, walau ragamu sudah tidak ada, tapi arti hadirmu selalu terkenang dalam hati ini. Sampai bertemu kembali Aulia..... Terima kasih Rumah Anyo sudah mempertemukan kami, ku menyadari juga betapa beruntungnya aku dan bersyukur atas hidupku yang sekarang, karena melihat para pejuang kanker seperti mereka yang harus melawan penyakit jahat itu yang terus tangguh dan menginspirasi banyak orang.
0 notes