#BundaCekatan1
Explore tagged Tumblr posts
Text
Jurnal Kupu-Kupu Tahap 2
Setelah sebelumnya memasuki masa “Get to Know Each Other”, kini aku memasuki babak baru di pekan kedua ini, “Assess Your Skill”. Pada minggu ini, aku diharuskan untuk menilai keahlian yang kupunya dan menyamakan persepsi dengan mentor. Setelah menyimak video secara langsung dan melihat diskusi dari Ibu Septi, kuputuskan untuk mengubah topik mentorship.
Awalnya aku mengambil topik manajemen emosi. Namun, setelah Ibu Septi menyarankan agar mahasiswa Bunda Cekatan mengambil tema yang sama seperti di tahap ulat hingga kepompong, kupikir aku harus mengubah tema menjadi manajemen waktu. Setelah berdiskusi dengan mentee-ku yang memiliki topik serupa, akhirnya kuambil topik “Cara Mengatur Waktu dengan Berbagai Metode.”
Aku pun mengundurkan diri sebagai mentee dari Mba Rindha, mentorku terdahulu. Kuubah deskripsi yang ada di profilku dengan topik yang sedang kucari saat ini. Kuhubungi beberapa orang, namun beberapa penuh dan hanya satu yang bersedia menerimaku. Tadinya aku berharap mentorku adalah seorang ibu yang juga bekerja di ranah publik sepertiku. Berhubung semua mentor yang bekerja di ranah publik penuh, aku pun meminta dan mengajukan diri sebagai mentee dari Mba Nika, seorang ibu rumah tangga dengan perencaan waktu yang detail.
Dua mentee-ku sebelumnya juga mengundurkan diri. Yang satu mundur karena salah membaca deskripsi di profilku, satunya lagi karena memiliki kasus yang sama sepertiku. Aku bersyukur saat ini belum memiliki mentee karena kekuranganku dalam mengelola waktu yang ada.
Setelah berkenalan dengan Mba Nika, esoknya Mba Nika melakukan video call denganku. Mba Nika menanyakan beberapa hal terkait alasanku mengambil topik manajemen waktu, kendala yang kurasakan, juga pengelolaan waktu yang telah kubuat. Alhamdulillah, Mba Nika sangat kooperatif dan informatif. Ia memberikan beberapa tips terkait manajemen waktu. Sayangnya, video call kami terputus akibat kendala teknis yang terjadi. Semoga setelah Idul Fitri, manajemen waktuku menjadi lebih baik dari sebelum-sebelumnya.
2 notes
·
View notes
Text
Finding My Green Egg
Setelah direnungkan beberapa hari, akhirnya bisa juga aku mengkategorikan berbagai aktivitas ke dalam keempat kuadran.
•••
Suka, Bisa
Mengobrol. Aku suka sekali melakukan interaksi mendalam dengan orang lain dlm obrolan 2 arah. Dengan suami, aku sangat suka berdiskusi. Dengan anak, aku suka momen-momen saat kami berbagi cerita. Dengan adik-adik mentee, aku menikmati saat-saat membersamai mereka. Dengan pasien, aku suka saat bisa berkonsultasi dengan nyaman. Sesi mengobrol ini terutama kusuka jika aku bisa membuat orang lain lebih baik; saat suami bisa menemukan sesuatu yang berharga dari hasil diskusi kami, saat melihat binar bahagia di mata anak dan membuatnya terinspirasi, saat melihat adik-adik mentee bertumbuh & berkembang, juga saat pasien merasa lebih baik setelah selesai berkonsultasi. Aku sangat menikmati itu. Aku senang mendorong orang lain menjadi lebih baik dari belakang, tanpa perlu terlihat.
Mencatat. Sejak dulu, aku suka sekali mencatat. Aku senang proses menulis catatan, terutama jika alat tulis yang kugunakan terasa nyaman. Dulu aku punya set alat tulis warna-warni, sebab aku suka catatan yang penuh warna. Setelah punya anak, alat tulisku tentu saja bertebaran karena sering dimainkan anakku. Tapi aku tetap suka mencatat dan melihat catatan yang rapih.
Membaca buku. Ini juga salah satu hobiku sejak kecil. Aku suka sekali membaca buku. Aku suka perasaan ‘bertambah’ yang kurasakan di kepala dan dadaku setiap menyelesaikan satu buku. Membaca buku, juga terasa jauh lebih membahagiakan dibanding membaca eBook atau semacamnya.
Menulis surat. Dulu, aku suka menulis. Namun sejak SMA, kemampuan menulisku entah mengapa semakin menurun, sampai aku pernah merasa tidak bisa menulis. Tapi aku tetap rutin menulis di blog, sampai akhirnya aku menemukan bentuk tulisan yang aku suka dan bisa; surat untuk seseorang. Ya, saat menulis surat, kalimat demi kalimat mengalir begitu saja sampai terbentuk satu tulisan, dan aku bahagia melakukannya. Akhirnya aku menyimpulkan, aku bisa menulis surat.
Melakukan aktivitas sendirian. Sebagai seorang introvert, aku menyukai kesendirian, karena terasa me-recharge. Aku begitu menikmati momen-momen sendiri, seperti saat menyetir dari/ke tempat praktek, belanja bulanan, bahkan sampai momen sesederhana saat semua orang terlelap di malam hari dan aku bisa melakukan aktivitas apapun. Dulu saat tinggal di asrama, aku bahkan menunggu malam saat semua orang terlelap untuk bisa packing dengan nyaman setiap sebelum study tour atau acara lain yang perlu packing.
Menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga (inti). Selain menyendiri, aku juga senang menghabiskan waktu dengan orang-orang tertentu. Dahulu sebelum menikah, aku akan senang jika bisa menghabiskan waktu dengan keluarga atau sahabat terdekat, terlebih jika itu bisa membantu mereka (ini berhubungan juga dengan kesukaanku mengobrol). Setelah menikah, lingkaran terdalamku tentu saja berubah. Aku merasa jauh lebih nyaman saat bisa menghabiskan waktu bertiga saja (saat ini, akan bertambah tahun depan insya Allah).
•••
Suka, Tidak Bisa
Menulis. Seperti yang sudah kusebutkan, aku suka menulis. Namun aku merasa kemampuan menulisku mulai menurun sejak SMA hingga saat ini, yang tersisa kemampuan menulis surat. Mungkin karena aku melankolis, relatif lebih mudah untukku menuliskan hal-hal terkait emosi. Untuk hal-hal lain yang lebih serius, aku merasa kurang bisa melakukannya.
Belajar. Aku sangat suka belajar hal baru. Hal yang semakin kusadari, terutama dalam beberapa bulan terakhir, aku begitu bersemangat untuk belajar. Aku merasa ter-recharge setelah mengikuti seminar (baik dalam bentuk online, terlebih dalam bentuk offline), aku juga suka semangat yang kurasakan setiap menemukan hal-hal baru. Namun, aku masih belum menemukan waktu dan metode belajar ideal untukku. Itulah mengapa kumasukkan belajar di kuadran ini.
Mengatur keuangan. Aku suka mengatur keuangan. Di klinik lama dulu, aku mendapat amanah sebagai manajer operasional yang salah satu jobdescnya adalah mengatur keuangan. Saat itulah aku menyadari, aku sebenarnya menyukai aktivitas ini. Namun, ilmuku masih sangat minim dalam hal keuangan.
Menyetir (belum mahir). Aku suka dan bisa menyetir. Terutama karena menyetir memberiku momen menyendiri, momen yang biasanya kugunakan untuk berkontemplasi. Namun aku merasa belum mahir. Ada momen-momen tertentu saat aku merasa kurang percaya diri untuk menyetir, misalnya saat melewati jalanan sempit (yang sebenarnya bisa dilalui mobil), atau saat ke daerah yang tak terlalu kukenal (apalagi dengan kondisi lalu lintas yang padat seperti Jakarta).
Berenang (belum mahir). Aku suka dan bisa berenang, namun belum cukup percaya diri untuk berenang di tempat dalam di mana kakiku tidak bisa menapak. Berenang membuatku merasa lebih bugar. Berenang juga sering kujadikan quality time bersama anakku berdua saja.
•••
Bisa, Tidak Suka
Aktivitas yang masuk kategori ini adalah segala jenis pekerjaan kerumahtanggaan selain memasak seperti membersihkan dan merapikan rumah, menyapu, mengepel, mencuci, dan terutama menyeterika. Aku bisa melakukan semua hal tadi, namun tidak bisa menikmati mengerjakannya.
•••
Tidak Suka, Tidak Bisa
Keramaian. Aku amat sangat tidak menyukai keramaian. Itu sebabnya aku selalu memilih berbelanja di hari dan jam kerja, atau memilih tempat yang lebih luang dan tidak terlalu dipadati orang-orang. Aku juga tidak suka acara-acara yang dipenuhi banyak orang, terutama yang tidak kukenal atau tidak membuatku nyaman.
Bicara di depan banyak orang. Aku juga amat tidak menyukai ini, baik secara offline maupun online. Itu sebabnya aku jarang muncul di grup, dan jauh lebih memilih mengamati dalam diam dibanding berbicara saat ada di hadapan orang banyak.
Memasak. Ini adalah pekerjaan rumah tangga yang masuk dalam kategori tidak kusukai, dan aku tidak bisa. Aku sangat berharap bisa merubah ini kelak. Namun sampai saat ini, memasak masih masuk dalam kategori ini.
•••
Demikianlah klasifikasi aktivitasku. Dari klasifikasi di atas, aku menyimpulkan 5 hal teratas yang bisa masuk ke dalam telur hijauku, aktivitas yang aku suka dan aku bisa; mengobrol (dalam berbagai bentuk interaksi privat), membaca buku, menulis surat, melakukan aktivitas sendirian, dan menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga.
Semoga 5 hal ini bisa menjadi pijakan untukku, agar bisa menjadi sebaik-baik manusia yang luas manfaatnya untuk semesta, aamiin.
#JanganLupaBahagia#JurnalMinggu1#Materi1#KelasTelur#BundaCekatan#BuncekBatch1#BuncekIIP#InstitutIbuProfesional#KelasTelurTelur#BundaCekatan1
0 notes
Text
Jurnal Kupu-kupu Tahap 7
Tugas 1: Merayakan kemajuan
Ini adalah testimoni saya untuk mentor dan testimoni mentor untuk mentee
Tugas 2: Warnai Kupu-kupu Terbaikmu!
Karena saya tidak memiliki printer di rumah, saya akhirnya mencari di situs pencarian tentang gambar kupu-kupu yang sangat mewakili saya jika gambar tersebut saya warnai sendiri. Kira-kira seperti inilah kupu-kupu versi saya. Penuh dengan warna seperti pelangi. Berbagai rasa tertuang di sana. Saya sangat senang dengan lukisan ini. Gambar diperoleh dari link ini.
#Jurnalke7#TahapKupuKupu#BundaCekatan1#BuncekIIP#buncek1#institutibuprofesional#terimakasihmentor#terimakasihmentee
1 note
·
View note
Text
Jurnal Kupu-kupu Tahap 3
Aku menggigil karena demam yang tidak kunjung reda. Sudah tiga hari badanku rasanya remuk semua. Tulang-tulang dan sendi-sendi di kakiku kaku dan tidak dapat digerakkan. Bukan aku saja yang demam. Anak sulungku juga sedang menderita karena suhu tubuhnya berada 40 derajat Celcius dari kemarin. Kami harus diobservasi selama tiga hari. Mudah-mudahan ini hanya demam biasa dan bukan dengue. Semoga Allah segera mengangkat penyakit kami dan memberi kesembuhan pada kami, aamiin.
Aku telah memfokuskan diriku pada manajemen waktu. Untuk di program mentorship kali ini, aku kerucutkan kembali fokusku pada bullet journal. Semoga aku bisa konsisten dalam melaksanakannya. Sepertinya aku berhasil di tantangan 30 hari kemarin yakni memasak dengan waktu yang singkat dan lezat. Sehingga, aku ingin merambah manajemen waktuku ke bidang-bidang lainnya, misalnya me-time untuk diriku, screen time, dan bonding ibu dan anak.
1 note
·
View note
Text
Jurnal Kupu-kupu Tahap 6
Ini adalah jurnal perasaan saya selama menjadi kupu-kupu di pekan ke enam:
Pada tugas kali ini, saya diminta untuk menguraikan kesuksesan yang telah diraih, perasaannya, dan kesuksesan yang ingin dicapai. Pada hari Jumat rasanya senang sekali. Itulah alasan saya memilih sinar matahari sebagai simbol. Sunrise means happiness. Sepertinya tidak ada orang yang tidak suka dengan sinar mentari pagi. Bahkan, bayi baru lahir pun senang dengan sinar matahari di pagi hari. Kata kunci untuk hari Jumat adalah semangat.
Di hari Sabtu, rasanya saya ingin berbelanja. Agar tidak kalap, saya membuat daftar barang belanjaan yang akan dibeli, tempat membelinya, serta harganya. Sepertinya hampir seluruh ibu senang berbelanja, ya? Kata kunci di hari Sabtu adalah hemat. Sebab belanja tanpa perhitungan sama saja dengan menghambur-hamburkan uang. Esoknya, saya ingin memasak bahan belanja yang sudah saya dapatkan di hari ini.
Saya benar-benar memasak saat Ahad. Namun, saya sadar saya belum membuat bullet journal untuk hari Senin. Sementara Senin adalah hari pertama saya masuk kantor setelah cuti melahirkan selesai. Karenanya, saya berniat untuk membuat jurnal esok harinya.
Sayangnya, di hari Senin saya malah bermalas-malasan untuk membuat jurnal dan berakhir dengan membersihkan rumah. Alhamdulillah, rumah tampak bersih. Namun, bullet journal saya belum juga dibuat. Di satu sisi, saya mendapat tugas baru dari kantor. Sungguh, saya bingung melihat beberapa tugas menumpuk di sana-sini. Karenanya, saya memilih icon gadis kecil dengan kacamata hitam yang berbicara “IT IS A HARSH WORLD.” Dunia, jika memang kita tidak mampu mengelolanya dengan baik, akan terlihat begitu kejam.
Akhirnya, di hari Selasa saya keteteran. Saya pun mendapat pesan penting untuk pesan ini: stop being procrastinator! Tidak ada yang baik dari menunda-nunda. Kerjakan yang mampu kita kerjakan pada hari itu. Karena beberapa kali saya menunda mengerjakan tugas, beberapa tugas pun terpaksa dikumpulkan di akhir batas waktu. Semoga esok lebih baik lagi.
Sementara ini adalah gambaran perasaan saya selama pekan kemarin:
“Life always begins with one step outside of your comfort zone.” -Shannon L. Alder
0 notes
Text
Jurnal Kupu-kupu Tahap 5
Di jurnal kali ini saya mendapatkan tugas untuk menulis tentang False Celebration. Apa itu false celebration? Saya mencari-cari literatur secara daring mengenai false celebration ini namun tidak menemukan satupun. Yang saya temukan hanyalah tulisan-tulisan dalam Bahasa Indonesia. Itupun dari mereka yang merupakan anggota IIP. Saya akhirnye menyimpulkan bahwa mungkin false celebration ini adalah term khusus yang dibuat oleh ibu-ibu professional.
Secara ringkas, false celebration adalah pengakuan seseorang tentang hambatan-hambatan yang terjadi saat ingin menjalankan suatu action plan. Saya merayakannya bersama dengan mentor. Alhamdulillah, saya mendapat mentor yang baik hati dan menyenangkan. Saya menceritakan seluruh hambatan yang terjadi saat ingin memulai action plan dan ketika ingin konsisten menjalankannya.
Sejujurnya, saya sangat kesulitan menjalankan rencana manajemen waktu yang telah saya susun dalam bullet journal. Terutama, karena saya memiliki bayi yang tidak tentu jadwal menyusunya. Kadang 10 menit, 20 menit, atau bahkan pernah 35 menit. Kadang pagi pukul 08.00, pukul 09.00 atau bahkan dari pukul 07.00. Saya menceritakan kepada mentor bahwa sejak adanya penambahan anggota keluarga, manajemen waktu saya agak kacau. Saya senang sekali mengurus bayi namun di satu sisi saya ingin mengerjakan banyak hal lainnya, seperti memasak berbagai macam resep, memanjakan diri melalui pijat dan masker, atau sekedar membaca buku favorit.
Mentor saya kemudian berkata bahwa itu adalah hal yang normal terjadi. Ada hal-hal yang memang tidak bisa kita kontrol. Jadi, sebaiknya fokus kepada hal yang dapat dikontrol saja. Manajemen waktu adalah usaha hingga akhir hayat sehingga memang harus diusahakan setiap harinya. Selain itu, kita harus menerima. Terima saja bahwa kita lelah mengatur waktu. Setelahnya, kita harus bersemangat kembali untuk memulai mengatur waktu sehari-hari.
Selain melakukan false celebration, saya juga melakukan feedback 360 kepada suami dan anak pertama. Suami saya merasa di satu sisi senang, namun di sisi lain biasa saja. Senang karena saya mendapat asupan ilmu namun masih kurang dalam manajemen cekatan seorang ibu. Sementara anak pertama yang usianya hampir empat tahun di bulan Agustus nanti mengatakan bahwa ia lebih senang ibunya bermain saja tanpa mengerjakan tugas-tugas. Well said, boy!
0 notes
Text
Jurnal Kupu-kupu Tahap 1
Perjalanan tugas ini semakin seru dan menyenangkan. Dimulai dari tahap telur yang baru menetas, kemudian mencoba untuk membuat peta penjelajahan sebagai bekal ke hutan, hingga menjadi kupu-kupu cantik yang menari bersama teman-temannya.
Di fase kupu-kupu ini, aku mendapat tugas untuk menjadi mentor dan mentee. Mentor adalah seseorang yang memberikan arahan sedangkan mentee adalah kebalikannya. Menjadi mentor dan mentee membuatku belajar tentang cara menjadi guru dan murid di waktu bersamaan. Sebelum menjadi mentor, aku membuat daftar keahlian yang kupunya dan mempertimbangkan bagian yang akan aku berikan kepada orang lain. Awalnya aku minder, apalagi melihat mentor-mentor lain rasanya keren-keren. Namun, kuberanikan diri untuk menjadi mentor di bidang komunikasi.
Selanjutnya aku pun mendaftarkan diri untuk menjadi mentee dalam bidang manajemen emosi. Aku sadar bahwa emosiku masih sangat labil mengingat aku baru diamanahi seorang bayi sementara ada sang kakak yang terus meminta perhatian. Tak jarang sang kakak jadi bahan ledakan emosi sesaat kala dirinya melakukan aksi dengan cara yang tak dimengerti logika. Aku sangat butuh teman dan guru dalam hal penyaluran emosi agar lebih terkendali.
Alhamdulillah, ternyata aku banyak mendapat tawaran dari bunda-bunda cekatan lainnya untuk menjadi mentor atau mentee. Karena kubatasi diri pada satu mentor dan dua mentee, terpaksa kuberikan kata tidak untuk calon mentor atau mentee lainnya.
Mentorku bernama Rindha. Ia berasal dari Malang. Mungkin kalau aku sedang ke Malang, aku akan menyambangi rumahnya. Sementara mentee-ku bernama Rina dan ia tinggal di Singapura. Salah satu yang kusuka dari program ini adalah bertambahnya teman di daerah lain sehingga jika suatu saat aku ke sana, aku bisa bertemu dan mengunjungi mereka.
Mba Rindha merupakan ibu dua anak yang mengambil solusi dari segala permasalahan keluarga melalui syariat Islam. Sementara Mba Rina adalah seorang ibu rumah tangga dengan tiga orang anak. Ia tertarik pada komunikasi karena merasa tidak percaya diri saat berbicara di depan umum dan ingin mengetahui lebih jauh tentang parenting communication.
Oh iya, selain Mba Rindha dan Mba Rina, aku juga berkomunikasi secara intens selama seminggu ini dengan Mba Demi. Ia adalah mentee-ku yang lain dan berasal dari Sukabumi. Sayangnya, percakapanku dengan Mba Demi harus dihentikan karena Mba Demi salah membaca profilku sebagai mentor. Ia berharap mendapat mentor mengenai manajemen emosi alih-alih komunikasi. Akhirnya, kuputuskan untuk menerima mentor dan mentee satu saja. Semoga tahap dua hingga delapan berjalan dengan baik.
0 notes
Text
Bunda Cekatan 4: Mind Mapping
Welcome to the jungle of knowledge! Selamat mengeksplorasi pikiran dalam rimba pengetahuan. Saatnya membuat panduan agar tak tersesat dan kebingungan saat melihat bunga-bunga khazanah ilmu bermekaran.
Setelah mengerami telur-telur selama tiga minggu, saatnya menetaskannya dalam bentuk peta. Inilah peta saya agar bersiap dalam memasuki hutan pengatahuan.
Saya menamakan program saya sebagai Binar Ibu Berdaya (BIB). Agar menjadi ibu yang berdaya, saya membutuhkan tiga poin yakni: manajemen diri dan keluarga, komunikasi produktif, dan ilmu pengasuhan.
Untuk rincian lengkapnya dapat dilihat di peta. Mari melangkah bersama!
Ps. Ini adalah link mind mapping untuk dapat dilihat secara lebih detail dan dapat dilakukan perubahan jika harus ada yang diperbaiki.
0 notes
Text
Bunda Cekatan 3: Mencari telur Oranye
Oranye ceria di tahun 2020! Semakin ke sini semakin menyenangkan tugas ini. Menyenangkan karena lebih dalam dan detail mengenai sesuatu yang ingin kita gali dari dalam diri.
Ada lima cara belajar yang ingin saya kuasai di telur oranye ini, yaitu:
Ilmu manajemen
Ilmu finansial (pengelolaan keuangan)
Parenting
Komunikasi interpersonal
Montessori
0 notes
Text
Bunda Cekatan 2: Mencari Telur Merah
Setelah seminggu lalu berkutat dengan telur hijau, kini saatnya saya mencari telur merah. Apa itu telur merah? Telur merah adalah keterampilan. Di tugas kali ini, saya diharuskan merenungi keterampilan yang hendak dikuasai dan dipelajari. Apakah ia penting? Apakah ia mendesak? Ataukah ia tidak penting dan mendesak?
Berikut adalah gambar telur merah yang saya temukan:
Saya memutuskan ada lima keterampilan yang ingin saya tekuni:
Komunikasi efektif
Manajemen waktu
Manajemen finansial
Mencari ragam permainan dengan anak
Masuk dalam komunitas
Tidak sabar rasanya mencari telur-telur selanjutnya. Semangat!
0 notes
Text
Bunda Cekatan 1: Mencari Telur Hijau
Rasanya sudah lama sekali tidak menyentuh blog ini. Kukira platform ini akan ditutup sehingga aku enggan menemuinya. Ternyata, setelah beberapa kali mencoba log in—karena lupa password—akhirnya aku bisa berjumpa kembali dengan tulisan-tulisan lamaku.
Sekarang aku sudah masuk ke dalam kelas Bunda Cekatan. Dengan konsep pembelajaran yang berbeda bahwa setiap orang adalah guru dan setiap orang adalah murid, kelas ini memulai kelas perdananya dengan materi dari Ibu Septi Peni. Menurut Ibu Septi, ada empat konsep belajar anak-anak yang dapat diterapkan di kelas Bunda Cekatan ini, yaitu:
1. Dongeng
Sebelum bermain, Ibu Septi menyampaikan dongengnya kepada seluruh mahasiswa Bunda Cekatan. Ibu Septi bercerita bahwa di awal-awal pernikahannya ia pernah merasa galau akan perannya sebagai seorang ibu, istri, dan eksistensinya sebagai wanita. Dongeng ini menjadi pembuka yang penting sebelum masuk ke dalam proses belajar sebab siapa yang tidak suka dongeng? Setiap anak, baik tua atau muda pasti menyukainya.
2. Bermain
Setelah mendapat dongeng bahwa untuk menjadi seorang ibu yang cekatan ia haruslah bahagia dengan dirinya sendiri, Ibu Septi mengajak kami ke dalam permainan “Mencari Telur.”
3.Hadiah
Nanti, akan ada hadiah yang menarik dalam pencarian telur ini.
4. Kejutan
Selain hadiah, ada kejutan-kejutan yang menanti di akhir pencarian telur ini. Saya sangat bersemangat untuk memulai pencariannya.
Ada lima aktivitas yang saya pilih yang saat saya mengerjakannya mata saya berbinar dibuatnya, yaitu:
Traveling (jalan-jalan)
Berdiskusi
Bermain bersama anak
Belajar, termasuk mempelajari hal baru
Kuliner, baik mencari dan mencoba masakan baru ataupun membuat masakan sendiri.
Bismillah! Saya siap bermain dan belajar di Bunda Cekatan.
0 notes
Text
Jurnal Kupu-Kupu Tahap 4
Di pertengahan mentoring ini, aku masuk ke dalam tahap check-in. Tahap check-in ini dapat dilakukan di setiap hubungan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan feedback (umpan balik). Apakah kita sebaik yang kita pikirkan? Bagaimana lawan bicara kita memandang kita selama ini?
Aku kemudian mencoba bertanya kepada mentorku. Jangan-jangan selama ini dia jengah padaku. Ia ingin memutuskan mentoring namun tak sampai hati untuk melakukannya. Aku harus bertanya kepadanya bagaimana kesannya kepadaku selama ini? Alhamdulillah, mentorku selama ini baik-baik saja. Awalnya, ia sempat merasa grogi, agak takut bila terkesan menggurui atau membosankan. Namun, ia berusaha mencoba tetap on the track. Sementara, dimataku, mentorku adalah orang yang sangat baik dan ramah. Ia tidak menuntut aku untuk harus mencapai target yang telah kubuat. Ia membiarkan segalanya berjalan dan mengalir begitu saja.
Mentorku menilaiku sebagai sosok yang baik dan berusaha untuk selalu mengerjakan tugas tepat waktu. Hanya, di minggu kemarin, karena aku dan anakku sakit, aku lama membalas pesannya di messenger sehingga mentorku agak curiga. Namun, berkat pikirannya yang positif, aku terus dipacu untuk dapat mengerjakan tugas dan melakukan langkah-langkah sesuai jalur yang telah tersedia.
Sementara untuk action plan, aku berencana untuk melaksanakannya di pekan kelima. Mudah-mudahan action plan ini terlaksana, mengingat di pekan ketiga dan keempat ini aku dan anakku masih dalam tahap recovery dari demam dengue.
0 notes
Text
Private Session, Maybe?
[Prolog]
Alhamdulillahirabbil ‘alamin.. blog yang mulanya dibuat untuk mendokumentasikan jurnal Bunda Sayang akhirnya bisa dibuka lagi.
Kemarin, Tumblr sempat diblokir sehingga aku pindah sementara ke tempat lain. Tapi aku terlanjur cinta Tumblr & ingin memanfaatkan Tumblr ini. Jadi, mari kita lanjutkan dokumentasi perjalanan menjadi ibu yang lebih baik (aamiin).
• • •
Bismillahirrahmanirrahim..
Alhamdulillah, aku memberanikan diri mengikuti kelas lanjutan yaitu Bunda Cekatan. Semua kuikhtiarkan demi menjadi bunda yang lebih baik untuk Wafdaa dan (calon) adik(-adik)nya kelak.
Tugas pertama kami, menemukan ‘telur hijau’, yakni aktivitas yang kita suka dan bisa.
Hari ini, aku bertemu dengan teman lama. Kami berbincang cukup lama di tempat yang sudah ingin kukunjungi sejak lama, Perpustakaan Nasional.
Saat itulah aku menyadari, aku begitu menyukai sesi berbincang one-on-one seperti tadi.
Aku bukan orang yang nyaman berbicara di depan umum, pun sama sekali tidak menyukai keramaian. Tapi, berbicara dengan seseorang, berkonsultasi dengan pasien, kusadari berbeda. Aku menyukainya.
Setelah berusaha mengkontemplasikan lebih dalam, aku ternyata memang menyukai aktivitas ini: berbicara secara privat dengan seseorang, baik dalam lingkup pertemanan atau profesi.
Itu sebabnya aku suka bekerja di tempatku sekarang, dibanding harus jaga IGD atau aktivitas lain di Rumah Sakit.
Bismillah, semoga kelak ini bisa menjadi kekuatan yang membuatku bisa menebar manfaat lebih banyak, menjadi sebaik-baik manusia.
This is my 1st egg.
0 notes