Tumgik
#Bersama Rakyat Tanpa Sekat
intijatim2022 · 20 days
Text
Bersama Rakyat Tanpa Sekat, Pasangan "HEBAT" Gelar Do'a Bersama dan Santunan Anak Yatim
MAGETAN | INTIJATIM.ID – Pasca pendaftaran Calon Bupati (Cabup) dan Calon Wakil Bupati (Cawabup) 2024 di KPU Magetan pada Kamis (29/8) kemarin, pasangan Hergunadi-Babussalam (HEBAT) ini menggelar do’a bersama bersama puluhan anak yatim. Bertempat di Posko HEBAT, tepatnya di Jalan Jambu No.9 Magetan, keluarga Hergunadi-Babussalam memberikan santunan kepada anak yatim dari wilayah sekitar, sebagai…
0 notes
Text
MENEMUKANMU PART 1
“saat kami sama-sama sudah merasakan betapa nikmatnya menduduki bangku perkuliahan, dinamika dunia kampus menikmati sebagian anggaran dari pemerintah untuk pendidikan Indonesia yang tidak didapat oleh seluruh anak Indonesia hingga kepolosok negri. Membuat kami merasah resah, dan ingin memberikan kontribusi nyata untuk negri sendiri. Karena sejatinya kami adalah satu sama-sama putra-putri asli Indonesia satu ibu pertiwi yang selayaknya memiliki hak yang sama.
            Kami tergabung dalam satu komunitas yang terdiri dari sekumpulan pemuda-pemudi Indonesia yang memiliki visi misi yang sama untuk ibu pertiwi terkhusus untuk kota kami sendiri. jauh dilubuk hati kami sendiri yang sudah kupastikan kami sangat ingin ini terlaksana di ibukota-ibukota lainnya kami ingin semua anak Indonesia bisa mendapatkan pendidikan yang sama rata tanpa ada sekat-sekat ekonomi yang akhirnya memberi batasan pada semangat mereka.
Komunitas ini hadir di ibukota yang bertujuan untuk membantu pembangunan pendidikan di indonesia yang merata pada pelosok negri. Yang mungkin insfrastruktur dari pemerintah tidak terjangkau untuk mereka. Tapi kami tidak mau terus-menerus mengkritisi pemerintah dengan  segala sistemnya yang tidak kami mengerti. Jiwa kami tersentil dan terpanggil ingin berbuat aksi untuk mereka adik kakak kami seibu pertiwi.
            Cuaca hari itu seakan begitu manja mengikuti angin yang begitu damai dari surga membelai dedaunan yang tersipu-sipu malu membuat seluruh suasana ikutan syahdu.
Di meja bundar warung kampoeng sudah ada aku, raja, viola, andy, keyra, kawa, dea, dilan. Kami berdelapan hadir bukan semata mata ingin menjadi hero yang kehadirannya ingin disanjung, tapi kami hadir karena kami sadar kami yang diberi kesempatan tuhan untuk belajar menimba ilmu dan menikmati segala yang dipersembahkan tuhan untuk Indonesia ibu pertiwi tapi tidak semua jiwa rakyat ini menikmatinya.
Jiwa kami terpatri untuk berbagi. Berbagi segala pengalaman, harta ilmu, dan tenaga yang kami miliki. Karena bagi kami itu adalah hak mereka dari kami saudaranya seibu pertiwi.
            Gagasan ini tercetus dari dilan yang baru saja menyelesaikan sarjana sosialnya di fakultas ilmu sosial dan politik di universitas ibukota. Lalu dia menghubungi kawa teman seorganisasinya yang satu fakultas denganku dan terjadilah perekrutan secara LSM diantara kami dan terkumpul lah kami berdelapan yang sebelumnya belum saling mengenal tapi karena kami sevisi dan semisi yang akhirnya mempertemukan dan menyatukan kami.
Dan kami baru menyadari ternyata benar kata orang-orang terdahulu atau kata siapalah itu dunia itu ternyata sempit ya karena sebenarnya kami dulu pernah saling ketemu disalah satu event tapi tidak begitu mengenal, mungkin karena kami masih gengsi-gengsi maunya disapa duluan dan malu menyapa untuk yang pertama kalinya. Entah itu efek karakter pemuda zaman now atau apalah kami sama-sama tak mengerti.
            Dan ternyata aku satu team dengan raja, sosok yang disukai dira, sosok yang suka buat dira baper-baper gak jelas. Dan keyra adalah teman smanya teman aku dan kawa dijurusan, aku saat itu rasanya sedang dibercandain oleh semesta. Membuatku tersimpul senyum,-senyum sendiri. kalau dilan dan raja ternyata sama sama pernah menjadi finalis mawapres universitas setahun lalu. Hanya dea dan andy yang tidak seinstansi dengan kami tapi itu tidak menjadi sekat-sekat yang begitu kongkrit buat kami, karena sejati kami bukanlah aku ataupun kamu tapi kita. Setanah air seibu pertiwi.
Suasana saat itu mulai dengan pembahasan yang serius, tapi tidak terlalu menegangkan buat kami dan tetap dalam keadaan santai menikmati alunan music yang diputar di warung kampoeng yang sedikit agak remix. Baru kali itu aku nongkrong di café yang diputar lagu bertema nasional, rayuan pulau kelapa, kolaborasi para penyanyi kondang tanah air. Membuat kami yang berkumpul saat itu ikutan membara ingin bersatu bersama kedamaian tanah air.
"masing-masing diantara kami menawarkan berbagai tempat yang terletak di desa- desa kota. ada banyak opsi diantara kami. Tapi kami berusaha mensortirnya terlebih dahulu karena kami tau ini project perdana kami. Menampung segala ide dan membahasnya satu persatu. Sebisa mungkin kami meredam ego kami masing-masing untuk tidak selalu ingin didengar tapi mendengarkan. Belajar untuk mendahulukan menghargai orang lain tanpa harus memaksa selalu ingin dihargai. Karena kami beroptimis kami akan melebar kami nantinya tidak hanya berdelapan tapi berdepalan puluh atau berdelapan ratus maka dari itu kami sebisa mungkin harus belajar sedini mungkin perihal itu.
            kami bersatu dari berbeda kota tapi dipertemukan dalam satu cita yaitu Indonesia. Dan kini kami memutuskan untuk memulai di salah satu kota dekat pelabuhan.
“kita tentuin dulu kapan waktu untuk kesana nya sahut vio,
Kami satu sama lain, saling memandang antusias menyebutkan satu persatu tawaran waktu. Sebelum menyepakati waktu keberangkatan kami untuk eksekusi tempat, raja mengeluarkan pendapatnya “ sebaiknya kita survei ke daerah itu dulu gimana? Kita gak bisa gerak tanpa data, aku ingin kita benar-benar hadir buat mereka bukan hanya sekedar datang lalu pergi tanpa memperhatikan mereka kedepannya.
Kami satu sama lain saling mengangguk menandakan kesetujuan atas pendapat raja
“ia jangan kayak tempat persinggahan datang lalu pergi, dikiranya hati awak halte apa hanya dijadiin tempat persinggahan celetuk keyra.
Kami serentak saling tertawa mendengar celetukannya keyra membuat suasana seketika cair kembali dari keseriusan yang dari tadi membentuk meja bundar kami.
“hush kok jadi baperan ra sahutku.
“gengs fokus-fokus dilan mulai membantu mengkondusifkan kami dimeja bundar café.
Okee siap komandan sahut kami serentak,  dan melanjutkan pembahasan.
Oke lanjut ketua sahutku yang tertuju pada raja dan dia senyum mengangguk mendengarnya
“okey lanjut ya semua”
“pertama kita harus surve ini tawaran waktunya kapan?
“Lusa aja gimana? Dea menanggapi.
Oke lanjut aja ketua sahut andi menanggapi waktu kita kondisional kan dulu kalau konsep kita sudah matang tegasnya.
“gak ada yang mau jadi notulen ini, biar pertemuan kita hari ini gak hanya cuap-cuap semata. Mata nya liar memandang keliling kami satu persatu, masih dengan style yang tetap cool dengan penuh kewibawannya itu berefek banget untuk kami dan jiwa kepemimpinannya itu yang seakan menghipnotis. kami untuk berfikir luas terhadap sesuatu. Gak sia-sia aku bantu Follow dia untuk mawapres universitas kemarin walaupunn terpilih dalam katagori favorite batinku.
“aku saja ketua sahut kawa sambil mengeluarkan buku dan penanya dan mencatat ulang apa yang dikatakan raja sebelumnya.
bersambung
2 notes · View notes
baliportalnews · 1 year
Text
Masyarakat Darmasaba Rasakan Manfaat Luar Biasa Program TMMD 2023 oleh Kodim Badung
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, BADUNG - I Made Sutana (51) seorang petani asal Desa Darmasaba, salah satu dari sekian penerima program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-117 Tahun Anggaran 2023 oleh Komando Distrik Militer (Kodim) 1611/Badung, mengaku menerima manfaat luar biasa dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD). “Saya hanya petani, ke sawah pun jalan kaki karena kami tidak memiliki kendaraan. Hasil pertanian juga tidak seberapa, kami hanya bisa menyambung hidup dengan sederhana. Beginilah kami, kepikiran bangun rumah pun tidak ada," ucap Made Sutana didampingi anak semata wayangnya, Yogi, saat dikunjungi Kodim Badung. Saat ini ia mengaku bahagia, sebagai penerima manfaat positif dari kegiatan "Bedah Rumah" dengan agenda pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kodim 1611/Badung, membuatnya semakin bersemangat bangkit dari kesedihan di masa lalu dan Yogi (anak satu-satunya) bisa belajar lebih layak saat berada dirumah. “Saya juga sangat berterima kasih, Yogi sekarang punya tempat belajar yang layak, tempat istirahat yang nyaman, apalagi Komandan juga memberikan seragam sekolah dan perlengkapan sekolah lainnya,” ungkapnya. Rasa bangga dengan pencapaian pembangunan bersama TNI AD juga dirasakan oleh Made Suardana sebagai warga setempat, mengaku kagum dengan semangat para personel dari Kodim 1611/Badung bersama masyarakat bergotong-royong membangun jalan untuk petani di Desa Darmasaba, dalam misi TMMD ke-117. “Saya juga turut serta bergotong-royong, melihat langsung bagaimana bapak-bapak TNI menuntaskan pengerjaan jalan ini, tidak ada kata lain selain terima kasih, karena program ini, kami jadi bisa mempermudah proses distribusi hasil pertanian,” imbuhnya. Sementara itu, Dansatgas TMMD ke-117, Dandim 1611/Badung, Letkol Arh Teguh Waluyo menjelaskan, selain berfokus pada pembangunan jalan usaha tani, program juga diisi agenda pembangunan 2 unit RTLH milik I Wayan Doble (75) dan I Made Sutana (51) serta kegiatan non fisik seperti Penyuluhan dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis di Desa Darmasaba, Kecamatan Abiansemal, Kebupaten Badung, Bali, dimulai 12 Juli-10 Agustus 2023. “Selain pembangunan infrastruktur, kita tidak boleh melupakan penguatan SDM (Sumber Daya Manusia, red) karena ini merupakan bentuk peningkatan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya. Selain itu, program TMMD ini juga implementasi dari sila ke-3 Pancasila yakni “Persatuan Indonesia” bermakna luar biasa, memberikan dampak begitu besar jika berhasil diamalkan dengan tepat. "Persatuan Indonesia terlihat nyata sekali. Terlihat dari bagaimana masyarakat bersatu bersama personel kami dalam menuntaskan misi pembangunan TMMD oleh Kodim Badung tahun ini," tambahnya. Selanjutnya, apresiasi kepada Kodim 1611/Badung juga diberikan oleh Wakil Bupati Badung, Drs. I Ketut Suiasa. Ia berharap sinergi ini terus berlanjut, menjadi agenda rutin mendorong pembangunan di Kabupaten Badung. “Saya, mengucapkan banyak terima kasih kepada Kodim Badung, karena kegiatan ini sangat luar biasa memang sejatinya TNI itu sejarahnya dari rakyat, semoga sinergi ini bisa terus berlanjut untuk kepentingan masyarakat,” harapnya. Selain itu, Panglima Kodam IX/Udayana Mayjen TNI, Sonny Aprianto dan Danrem 163/Wira Satya, Brigjen TNI Agus Muchlis Latif turut menyampaikan rasa bangganya sebagai bagian dari TNI AD dan menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung pelaksanaan program TMMD ke-117 Kodim 1611/Badung Tahun 2023, sehingga dapat selesai sesuai waktu yang telah ditentukan. "Personel yang terlibat dalam Satgas TMMD di Badung, makan dan tidurnya di rumah masyarakat, inilah gambaran bahwa TNI merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dari rakyat," cetus Darem Wira Satya. Sedangkan Pangdam Udayana menegaskan, kolaborasi dan sinergi adalah kunci, misi mulia harus dikerjakan bersama, berbaur dengan masyarakat tanpa sekat, itulah TNI yang hadir dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. “Ini merupakan bukti bahwa program TMMD merupakan wujud nyata Kemanunggalan TNI-Rakyat. TNI selalu di hati Rakyat!," tutup Pangdam Udayana.(aar/bpn) Read the full article
0 notes
nutrisiekspetasi · 3 years
Text
Post-Apocalypse Urban Citizen
“Kita, sama-sama suka hujan.”
“Namun, tidak menyukai hujan tujuh hari tujuh malam tiada berhenti.”
“Seperti kiamat saja.”
“Lebih baik kiamat, jadi kita turut musnah, bukan hanya apa yang selama ini kita anggap milik kita.”
***
Produk era post-modernisme ialah penilaian tentang rasa yang pas dan tidak pas dengan manusia kini. Mereka hidup secara representatif tanpa dapat membedakan realitas dan media. Apa yang tergambar itulah yang mereka percayai sebagai realitas, hiper-realitas. Kebenaran hanya sebagai klaim atas individu-individu yang dapat, cukup, dan terus menerus menekan realitas. Era post-modern menjadi sebuah kotak dalam kotak. Kita mengasingkan diri di dalam lingkup keterasingan. Manusia pada masa kiwari memang hidup bersosial dan berkomunal, akan tetapi jauh daripada teori sosiologi, realitas yang ada menjadi buram dengan kenyataan di lapangan yang menyajikan keterasingan dan kesibukan atas diri sendiri. Manusia adalah kita yang sedang melakoni berbagai peran dalam kenyataan—realitas yang sebenarnya dan tiada mungkin dapat mengubah jalan cerita panjang rajutan-rajutan nenek moyang. Pada akhirnya manusia menjalani bencana katastrofe mereka sendiri dari dalam diri. Apokalips budaya dan nilai realitas.
Vox populi, vox dei tak lagi relevan jika disandingkan dengan kenyataan bahwa rakyat dan Tuhan memang sama-sama hidup dalam sebuah sistem, baik itu kepercayaan, politik, maupun ideologi. Hal tersebut hanya menjadi sebuah angan dan cita-cita untuk melawan oligarki dan okupasi gaib bagi tanah dan udara sebuah asosiasi kewilayahan. Ide manusia semakin sejalan dengan ide atas kiamat; penghabisan masal atas apa yang sudah dibangun oleh manusia-manusia lainnya. Kini tiada perlu legasi fisik, segalanya hanya perlu disimpan dalam awan nirkabel tanpa sekat melalui kotak pandora kecil yang dimiliki banyak masing-masing manusia. Pun tiada cukup bagi segelintir lainnya hanya sebagai penguasa tanah, mereka perlu menguasai makhluk lain, manusia lain, dan benda lain. Pada masa ini, apokalips hanyalah angan, bahkan tak terbesit di dalam hati mereka meski sedang datang dalam hitungan. Selamat datang di zaman mahakaos.
***
“Kamu percaya Tuhan?”
“Belum, belum tahu. Kita sama meragukan kehadiran-Nya seperti konsep kehabisan oksigen, kan?”
“Lebih banyak yang tidak percaya. Namun, betul. Aku masih ragu.”
“Kawanku berkata jika meragu jangan lakukan, akan tetapi soal kepercayaan ini bagaimana ya?”
“Tidak tahu. Mungkin ada mungkin tidak. Udara saja tidak terlihat pun tetap ada.”
“Jangan berbicara hal yang berat, saat ini bertahan hidup sudah sulit.”
“Pembukaan satu dasawarsa kemarin memang menyulitkan, tetapi bukankah kita mulai terbiasa dengan katastrofe semacam ini? Toh kita tidak musnah banyak.”
“Belum, bisa saja besok rentengan gunung berapi itu bersama-sama memuntahkan lahar.”
“Mesin pencatat masih berfungsi. Kita bisa tahu lebih dahulu.”
“Kita, bukan mereka yang tidak tahu akan ini semua.”
***
Perlahan, manusia akan mengetahui atau bahkan semakin kebingungan dengan realitas yang nyata. Apa yang tersaji melalui hal-hal setiap hari merupakan apa yang dipercayai dapat terjadi di dunia ini. Ketika hal tersebut terjadi, maka hanya ada ajaran yang memercayai satu dan lain tanpa dasar. Kemudian manusia digiring menjadi pembenci, jika tak benci maka tak seksi. Manusia berkerumun atas satu ide bersama. Pemikiran yang digiring sedemikian rupa agar tetap bersatu padu dalam hal-hal yang tidak berlogika akan semakin bertambah seiring dengan siasat siasat oknum yang serakah dan selalu haus akan kepemilikan. Mereka tidak pernah sadar akan sifat dasar kebinatangan manusia yang datang ketika bencana maupun sebaliknya.
***
“Kamu merindukan kehidupan kita yang sebelum ini?”
“Sulit sekali berbicara hal utopis dalam keadaan serba kacau semacam ini dan jawaban untuk pertanyaanmu tentu saja iya.”
***
Mungkin, pada akhirnya akan banyak manusia menyadari tentang kehancurannya sendiri, maka ia mencoba mulai minggir dari kehidupan urban menuju kehidupan rural. Mencari pencerahan organik dari apa yang terlihat rural dan jauh dari arsenik. Kehidupan yang tiada bising dan tiada asap. Padahal, rural masa kini mulai bising dan berasap. Mulai tercampuri investasi dan didatangi peminat petak-petak bata berbaja ringan. Tiada yang salah dari zaman ini, mungkin memang hanya lelah akan serakah. Itu pun mungkin. Hal yang dapat dilihat saat ini, memangnya realitas nyata, atau hiper-realitas post apocalypse? Kita telah banyak menghadapi bencana dan diwarisi genetika bertahan hidup yang layak uji berkali-kali. Namun, bukan berarti kita dapat mengakhiri setiap bencana.
***
“Ah, lihatlah itu matahari terbit.”
“Ya tentu saja hampir tiba waktunya.”
“Hujan sudah berhenti.”
“Ya, kita segera kembali.”
***
2 notes · View notes
nrlaindh · 3 years
Text
3. Dimensi Diori
Tumblr media
Pasir putih menghampar di pinggiran danau yang luasnya kurang lebih 11 hektar. Setiap pinggiran danau yang digunakan untuk tempat pemandian disebut dengan tangkahan. Setiap tangkahan milik orang-orang tertentu. Diori berjalan kearah tangkahan putri raja. Biasanya dia lebih suka mandi atau membersihkan pakaian di tangkahan wanita biasa, karena disana dapat bertemu dengan semua teman-teman dan ibu-ibu selain anggota kerajaan. Kali ini Diori ingin menenangkan diri, dia pergi ke tangkahan putri raja yang sunyi. Menjujung wadah berisi penuh pakaian di atas kepalanya tanpa di pegang seakan wadah tersebut memiliki perekat. Tangan kirinya membawa alat pembersih sedang tangan kanan nya membawa obor. Tak berapa lama saat hendak sampai di pinggiran danau. seseorang mendorong punggung nya hingga dia terjatuh. Diori heran melihat keadaan, dimana dia saat ini. Apa dia sedang bermimpi. “apakah kakak baik-baik saja, maaf baju kakak jadi kotor?” gadis kecil dengan mata bundar itu berkaca-kaca. “ya tak apa, kakak baik-baik saja” “Aaaaaa” gadis kecil itu mengeluarkan suara jeritan dan meneteskan air mata “cup, cup, cup, tenanglah jangan menangis” “kakak beneran baik-baik aja kan?”, anak kecil itu bertanya dengan sisa tangisnya “iya nggak apa-apa” sambil mengelus kepala gadis kecil tersebut “ini ganti rugi karna aku udah ngotorin baju kakak,” sambil menyodorkan pita rambut yang baru saja di lepas dari rambutnya. “kau orang yang tidak enakan ternyata” “jaga baik-baik ya, itu pita kesayangan ku” “kalau ini pita kesayangan mu, kenapa harus kau berikan padaku, kau bisa menggantinya dengan gelang ditangan mu” “aku lebih menyayangi gelang ini, daripada pita itu” Gadis kecil itu pamit setelah berbicara banyak dengan dengan lawan bicaranya. Pita rambut yang sudah pindah pemilik itu di selipkan di kepala pemiliknya yang baru. Dengan pakaian kotor seusai terjatuh kemudian membersihkan nya dengan air. Masih tersisa bercak-bercak kotor disana tapi tetap berjalan tidak peduli akan penampilannya. Dug…. Kakinya tersandung “aaaaaa…..ini benar benar hari yang buruk”, merengek sambil mengelus kakinya. Diori bangun dari posisi tengkurap melihat sekeliling nya, Tubuh Diori penuh pasir dan lumpur danau, wadah cucian nya rapi tergeletak di samping tempat nya berbaring, dimana dia sekarang apa didalam mimpi, apa dia pindah dari satu mimpi ke mimpi lain. Ah ternyata dia sedang berada di pinggiran danau tangkahan putri raja, dengan pura-pura tidak peduli kejadian tadi sekarang Diori ingin menyiapkan pekerjaan dan beranjak pulang. Semua cucian akhirnya selesai, diori beranjak pulang melewati pasir putih hingga kakinya yang basah dan tanpa alas kembali kotor saat melewati pasir. Sekembalinya dari danau Diori langsung menyimpan cuciannya di belakang, Mendung sedang menyelimuti desa, masih pagi dan binatang ternak belum kepanasan. Di satu rumah tanpa sekat di dataran tinggi samosir. Semua berkumpul dalam ruangan mengelilingi sajian ikan mas arsik seukuran 5,5 kg dengan alas tempayan besar. “acara pernikahan akan di tunda, sampai kita dapat menangkap dua orang penyusup” suara bariton memecah keheningan. Semua orang berpandangan satu sama lain. Ada yang mengangguk karena sudah paham akan situasi dan ada yang bertanya apa yang sedang terjadi. Dirumah ini ada 4 kepala keluarga. Satu sama lain saling memberikan pendapat. Anak-anak mereka yang laki-laki juga ikut memberikan saran. Sementara yang perempuan lebih banyak diam daripada angkat bicara. Musyawarah keluarga itu sepakat untuk tidak dulu mengadakan acara pernikahan antara Diori dan Halomoan. Keadaan kerajaan sedang tidak baik-baik saja. Selesai musyawarah ibu diori menggenggam tangan anak yang perihal pernikahannya sedang dibicarakan, mengelus lembut kepala anak nya dan mengatakan berbagai macam nasehat penenang. “tidak apa-apa bu, aku baik-baik saja, artinya aku masih sedikit lebih lama tinggal Bersama ayah dan ibu” begitu ucap Diori agar ibunya tidak merasa cemas. Setelah itu Diori langsung mengambil alat anyam dan pandan tikar di belakang rumah. Berharap akan menghilangkan kejenuhan dan
sakit kepalanya. “apa kau sedih karna tidak jadi menikah?” Nauli adik Diori datang ntah dari arah mana “tidak juga, aku akan menikah nanti, setelah waktu nya tepat?” “kak,” panggil Nauli “baru saja kau bertanya dengan tidak sangat sopan, dan sekarang kau memanggilku kakak?”, sindir Diori “hehe… apa calon suami mu mencintaimu?” “tentu saja, apa kau iri?” “aku juga akan menikah nanti jika sudah dewasa, sinamot ku akan lebih mahal daripada kakak” “semoga saja” Diori tersenyum “kak, apa aku akan hidup baik-baik saja nanti?” “kenapa kau bertanya seperti itu?” “ayah adalah orang terkuat untuk saat ini, jika ayah meninggal sedangkan aku belum dewasa, apa aku akan tetap berada dekat dengan kerajaan, memiliki kehormatan dan hidup senang?” “nanti saat dewasa, banyak yang akan berubah dalam kehidupan, dan banyak yang menjadi sejarah untuk kenangan. Tidak usah takut.” Nauli tiba-tiba diam menahan sesak didalam hatinya. Pertanyaaan tidak penting nya sekarang hanyalah alasan. Pagi buta tadi, Saat Diori pergi ke tepian danau membawa cucian. Nauli dengan iseng mengejutkan kakak nya, saat di kejutkan tiba-tiba Diori pingsan, dia menggeret tubuh kakak nya dan meletakkan wadah cucian tepat disamping tubuh Diori. Dia tidak berani mengadu kepada ayah atau ibu dirumah Karna menurut pemikirannya itu adalah kesalahannya. Nauli bergetar melihat kakak nya pingsan. Dia sembunyi dan memantau dari balik pohon. Menjaga kakak nya agar tidak terjadi apapun, namun dia sendiri takut mengakui kesalahan. Syukurlah Diori cepat sadar dari pingsan. Melihat kakak nya siuman Nauli langsung pulang menuju rumah seperti tidak terjadi apapun. Hatinya seperti berkedut merasa sangat bersalah telah melakukan hal itu pada kakak nya. Rasa ingin menanyakan apa kakak nya baik-baik saja masih berputar-putar mengelilingi benaknya. Dengan mengutuk rasa takut untuk mengakui kesalahan, Nauli beranjak dari tempat duduk meninggalkan Diori yang masih terbenam dalam pikirannya. ‘Aku mimpi aneh lagi’ gumam Diori. Tujuannya untuk menenangkan diri di danau saat pagi buta malah menjadi kejadian tak terduga. Bisa-bisanya dia tak sadar tertidur dan bermimpi dipinggiran danau. Mimpi-mimpi yang berkelabat membuatnya harus memijat kepala nya. pertama dia bermimpi terjadi perang di sebuah istana yang megah, kedua dia bermimpi bekerja membangun jalan. Dan ketiga dia bermimpi bermimpi menjadi gadis manis di tengah kota. Mimpi-mimpi yang berkelabat selama ini membuatnya stress. Di paksanya mengingat dengan lekat sejak kapan dia mengalami hal seperti ini. Mimpi tersebut berkesinambungan. Dan dia ingat betul urutannya selalu sama. Jika dia bermimpi di sebuah kerajaan Makmur yang sedang terjadi perang, pasti menggunakan pakaian seperti gaun potongan panjang dengan penutup kepala. Jika dia bermimpi sedang di tindas oleh para mandor kerja mengangkat batu-batu besar dia menggunakan pakaian dengan lilitan kain dari pinggang sampai mata kaki, sedangkan payudaranya dibiarkan terpampang, rambut disanggul kebelakang. Dan jika dia bermimpi di tengah kota yang kendaraan nya berbentuk aneh, seperti kotak-kotak dan kuda besi. Dia menggunakan pakaian jahitan formal. ֎֎ “aaaaaa…..ini benar benar hari yang buruk”, Ara merengek sambil mengelus kakinya. Ara melihat kebelakang dan ternyata dia kesandung oleh pembatas parkir. “Pok, nakal kamu, jangan nangis ya kaki Ara” Ara membujuk kakinya sendiri, memukul pembatas parkir dengan tangan nya, seperti yang dilakukan seorang ibu untuk menenangkan anak kecil. Mungkinkah ini karma karena sepulang dari sekolah bukan langsung kerumah, tapi singgah di minimarket untuk sekedar membeli minuman teh kemasan. Belum ada satu jam kejadian Ara terjatuh karena bertabrakan dengan anak kecil serta pakaiannya kotor terkena tumpahan eskrim kini dia kembali tersandung pada pembatas parkir. Membuat kulit kaki yang berwarna kuning langsat itu sedikit mengelupas. Sudah jatuh ketimpa tangga begitu mungkin pribahasanya. Benar-benar bukan hari yang baik. Ara memutuskan untuk melaju dengan sepeda motornya dan pulang kerumah. Ara meminta maaf pada Tuhan di sepanjang
jalan karna tidak ada hari yang buruk, semua hari adalah hari-hari baik yang penuh dengan cerita. Baru saja Ara masuk melewati daun pintu rumah seusai mengucapkan salam , ibunya memerintahkan untuk membeli margarin dan garam di kedai tetangga. Perintah itu membuatnya menarik nafas kasar dan menurunkan bahu, belum lagi tas sandang nya di letakkan, kini dia harus beranjak kembali bahkan sebelum mengistirahatkan bokongnya. Karna tidak mau dikutuk jadi batu, Ara mengambil uang yang diberikan ibu, memperbaiki sematan pita rambut yang diberikan gadis kecil penumpah eskrim. Kemudian melaju bersama motornya. Kata Ibu, beli nya di kedai kecil saja. Jangan terlalu sering beli di minimarket nanti kedai punya rakyat kecil bisa bangkrut. “waaak beliiiiiii”,teriak ara Ara mengulangi panggilannya sampai 3 kali tapi orang yang dipanggil belum datang juga. Ini salah satu yang nyebelin kalau beli di kedai tetangga. Tapi tanpa disadari berinteraksi seperti ini mengandung emosi dan kesabaran, serta kita jadi tahu bagaimana rasanya menahan umpatan ketika si penjual sudah datang. “beli apa ra? Maaf uwak lagi sholat ashar tadi” Tuhkan, gagal mau marah sama tukang jualan nya. kedai tetangga menyimpan banyak kenangan bagi generasi Z dan generasi X. seperti sekedar membeli es lilin, kotak-kotak yang belum diketahui reward didalamnya atau membeli lotre harga 500 perak sebagai awal dari perjudian dini. “Ara pulaang” jerit Ara pada seisi rumah “kenapa lama kali?, ini sayurnya belum di kasih garam, udah kelembutan matang nya” “uwak itu ngajak cerita, jadi ghibah deh” sambil meletakkan barang belian diatas meja. “ara belum makan kan? Ini ambil nasi nya mumpung sayurnya masih panas” Ara dengan cepat mengambil piring di rak, mengisi piringnya dengan 2 centong nasi serta menuju kompor untuk diberikan sayur yang masih diaduk oleh ibunya, tumis campur-campur segala macam sayuran, kata ibu namanya capcay. Notifikasi ponsel Ara berbunyi di saku rok pakaian sekolah yang belum sempat di ganti, baru saja tangan nya ingin meraih ponsel tersebut dengan tangan kiri karena tangan kanan nya di pakai untuk makan. Ibu langsung berteriak dari dapur. “jangan main ponsel kalau lagi makan” “iya buuu” “jangan sempat ibu liat masih di pegang ponsel nya, atau besok gk usah makan, makan aja ponsel kalian itu” Omelan ibu sungguh berisik dibelakang, ara menunda mengambil ponselnya dan menikmati makan siangnya. Selesai makan dan meletakkan piring kotor kemudian bergegas mencuci muka dengan antusias dia membuka ponsel nya. ‘ada pesan dari siapa ya’ jarang-jarang ara menerima pesan From Psychopat [ara…]
[raaaa…]
[araaaaa]
[apa sih gk jelas banget]
[lama banget balasnya]
Read
[lagi apa raaa?]
[bernafas]
[serius ra]
[dua riuss]
[besok kamu sekolah]
[aldo suka ya sama ara? Nanyain nya klise banget]
[iyalah, kalau nggak ogah ogahan gue ladenin lo]
[seperti itu ternyata]
[iya ra]
[jangan mau sama ara, ara tukang main hp kalau boker]
[gk peduli gue]
Read
[dah sore ra.. mandi, bau nya ampe sini]
[aldo gk epic godain cewek, klise]
[udah ah, males ladenin nya. mo mandi juga]
[yaudah, assalamualaikum ara. Mandi gih]
Read
Ara menutup ponsel. Mengambil kotak kecil dari dalam saku pakaian sekolah yang dipakainya. Kotak berukuran 3 X 4 cm dengan gambar timbul membentuk sudut 90 derajat dengan arah sinar dari timur dan selatan. Ara mengerutkan dahi dan menatapi kotak tersebut. Kapan dia menemukan dan melihat kotak ini pertama kali. Alih-alih pusing melihat kotak tersebut, ara menjadikannya mainan kunci dan melekatkan pada resleting tas sekolah paling depan. Ponsel ara berdering membuat saraf motoric nya menyelesaikan aktivitas yang sedang dilakukan dan memutar kepala kearah ponsel. Di layar tertulis jelas Psychopat, bukan tanpa alasan ara memberi inisial tersebut kepada Aldo. Aldo siswa pindahan dari Jakarta sejak kelas X semester 2 itu, adalah anak dari teman SMA ibu nya ara. Flashback On Siang itu hari minggu, ibu, ayah dan adik ara akan pergi ke undangan pernikahan anak temannya dan pulang pada sore hari. Ara ikut menimpali bahwa dia ada acara ngumpul dengan teman nya dan pulang sore juga. Akhirnya mereka berdua membawa kunci rumah masing-masing. Ara ogah-ogahan ikut pergi undangan. Dulu saat masih kecil merengek minta ikut tapi sudah semakin dewasa anak-anak semakin memisahkan diri dari orang tua. Ara tidak jadi kumpul dengan temanya karena banyak yang berhalangan untuk keluar rumah, ada yang karena tugas, ada yang karena acara keluarga dan berbagai macam alasan lainnya. Ara memutuskan untuk me time dengan maskeran dan memanjakan diri. Suara pintu tiba-tiba terbuka, ara merasa hanya berhalusinasi tidak mungkin orang tua nya pulang secepat itu dan semua pintu rumah sudah dikunci, di bukanya timun yang menutup matanya, sudah jelas kunci masih berada di meja rias miliknya. Ara tetap stay dengan headphone dan menunggu masker nya yang belum mengering. Kreekkk… suara pintu dapur terbuka, dug....dug..dug suara langkah kaki yang berdentum pada lantai keramik, lalu tak jeda beberapa saat Ting.. suara piring berdenting. Seperti ada yang sedang bekerja didapur. Cuaca diluar sangat menggelap dan mau hujan. Ara mulai meremas selimutnya. dadanya naik turun sepertinya jangtung sedang memompa lebih cepat dari biasa. Suara batuk terdengar sangat jelas. Dan itu terdengar jelas suara laki laki. Ara memberanikan diri menuju kamar ayah dan ibu. Langkah kakinya sangat pelan hampir tidak menimbulkan bunyi pada lantai keramik, perlahan ara akhirnya dapat masuk kekamar orang tuanya, diambilnya semprotan seperti botol parfum di atas brankas. Dorr… Dorr.. Dorr… “Ya Tuhan lindungilah gue dari segala macam mara bahaya dan ketakutan” seseorang laki-laki meringkuk saat mendengar suara tembakan. Melingkarkan tangan pada kepalanya lalu tiarap. air yang digunakan untuk menyuci sayuran diguyur ara ke kepala laki-laki tersebut. Ara bersiap mengambil lesung yang ada dibawah meja untuk di pukulkan. “ampun, gue bukan orang jahat” Ara dengan sekuat tenaga hendak memukulkan lesung tersebut dengan sekuat tenaga. Namun tangan laki-laki itu tak kalah lebih kilat menangkap lesung. Memutar arahnya dan membuat ara terjatuh. Ara terkesiap dan sedikit takut. Laki-laki itu menarik lesung dan meletakkan nya di atas meja. “lo siapa?” laki-laki itu bertanya “lah aturan aku yang tanya kamu itu siapa?” ketus ara “gue bukan orang jahat, gue Cuma nganterin makanan ini” “terus kenapa kamu bisa masuk rumah saya,” sergah ara “Oke tenang, bisa gk gue bersihin kaos gue dulu?” Ara memberikan handuk kepada laki-laki tersebut, dia mulai menjelaskan dengan telaten menerangkan pada ara bahwa Namanya Aldo. Ibunya memerintahkan untuk mengantar makanan ini kerumah ara dikarenakan Ibu Aldo dan ibunya adalah teman SMA dan mereka baru saja pindah dari Jakarta. Ibu Aldo menelpon Ibu Ara dan memberitahu bahwa anak nya sedang mengantarkan makanan. Aldo yang belum kenal dengan teman lama ibunya itu diberikan nomor telepon dan mengantarkan makanan tersebut bak kurir Gofood.
Ibu ara memberitahukan bahwa mereka sedang tidak dirumah namun ternyata Aldo hampir sampai sebelum orang tua ara melaju lebih jauh. Aldo bertemu dengan ayah, ibu dan adiknya d isimpang gang. Karena tidak dapat memutar balikkan mobil. Ibu ara memberikan kunci rumah dan memerintahkan untuk menyalin makanan di rantang tersebut. Ibu ara memberitahukan bahwa tidak ada orang dirumah, Aldo masuk saja dengan santai. Tiba-tiba suara tembakan benar-benar mengejutkan nya. Ara menyemprotkan spirtus kedalam pistol kemudian menembakkan ke arah Aldo. Pistol tersebut biasanya di isi dengan peluru kelereng untuk menembak monyet di ladang kalau mereka sekeluarga pulang kerumah kakek. Ara tidak menggunakan peluru tadi, pistol itu hanya menimbulkan bunyi saja. “Gila lo ya, gimana kalau tadi ini ada peluru nya” “emang gk tau ara ada isinya atau enggak” “kurang setengah ons otak lo” “biarin” “seandainya gue mati, lo udah belumut dalam penjara” Aldo teringat harus mengembalikan kunci, dia beranjak keluar rumah tanpa pamit. Ara menatap nanar dan melihat kekacauan di dapur dia harus membersihkan nya. sejak saat itu Ara kenal dengan Aldo dan ternyata mereka satu sekolah Flashback Off
Dengan malas Ara mengangkat telepon dari orang dengan inisial Psycopath tersebut. “apasih nelpon-nelpon gk jelas, ara mau mandi. Dasar psychopath” [ra.. zein itu siapa?] “Zein? Zein yang mana? Emang ara punya temen Namanya Zein?” [lo pernah nyebutin nama Zein terus meluk gue] Ara berpikir keras “oh.. yang pas diparkiran ya” [iya, siapa dia] “kepo banget sih pak Psycho” [gue serius nanyak] “ara mau mandi” [jangan matiin dulu] “ara mau mandi titik, gk pake koma” [gue bayarin utang bakso lo tempat pak dadang di kantin] “oke, Zein itu nama cowok didalam mimpi ara, udah ya.. ara mau mandi” Tuutt telepon dimatikan sepihak, Aldo berdecih sial sekali dia harus membayar semangkok bakso harga 10 ribu hanya untuk mendapatkan jawaban bahwa orang yang bernama Zein adalah orang yang berada di dalam mimpi ara. “di matiin sama ara”, Mama Aldo bertanya “iya ma, jutek orang nya” “ibu mu juga gitu waktu muda”, sahut papa Aldo yang datang dari ruang tengah ke dapur “mama juga gitu waktu dulu?” tanya aldo “iya, tapi biasanya yang jutek itu setia” timpal papa Aldo “bukan jutek pa, itu Namanya rasional kalau belum tentu akan jadi milik kita, ya mau ngapain? Buang waktu aja” mama Aldo memberikan penjelasan. Aldo berpikir, mungkin ara memang tipe cewek seperti yang di katakan mamanya. Kalau seperti itu akan sangat susah untuk deketin ara. Dan akhir-akhir ini ara emang aneh. Ara seperti manusia yang memiliki kelainan. Ara bukan pertama kalinya tertidur dan pingsan dengan sangat lama seperti di parkiran. Aldo juga pernah melihat ara tertidur di stadion basket, dan terbangun satu setengah jam setelah usai pertandingan. Ara tidak sadar bahwa aldo berbaring dibelakang kursinya dan mendengar semua ocehan nya. ocehan ara sungguh sangat jelas siang itu “bagaimana mungkin aku bermimpi sedang membangun sebuah jalan, pakaian ku juga sangat vulgar, Oh My God itu sangat menggelikan” Ara kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju ke kelas. Aldo yang pura-pura menutup mata bangkit duduk setelah suara langkah kaki semakin menjauh, menatap punggung ara dengan nanar. Aldo kembali sadar dari lamunan nya dan berjalan menuju kulkas. Membuka minuman kaleng susu dengan gambar seekor beruang. “ma, ini susu halal gk sih?” “susu yang mana?” “susu ini lah”, nunjukin kaleng susu yang sudah sebagian di minum nya “ya halal lah, kan udah ada label halalnya” “Aldo curiga ini haram ma, soalnya kalau di iklan susu naga, tapi di kemasannya gambar beraang, dan di komposisi di tulis susu sapi” Ibu Aldo geleng-geleng kepala “jangan-jangan ini susu komplikasi dari ketiga elemen naga, beruang dan sapi ya ma?” “anak mu pa, mulai gila” mama Aldo melirik suaminya “ya gimana, mama nya gila, papa nya lebih gila. Makin komplit anak nya” kelakar papa Aldo. Malam itu berlalu begitu saja, alih-alih memikirkan eliksir kehidupan yang dapat menghidupkan orang mati. Kotak kecil dengan gambar kuadran itu jauh lebih aneh, benarkah itu sebuah alat untuk datang ke masa lalu atau berkunjung ke masa depan, kotak itu tidak pernah menunjukkan tanda bahwa dia pernah berfungsi. ataukah kejadian-kejadian mimpi hanya sebuah memori seseorang yang bertransfusi.
2 notes · View notes
edgarhamas · 5 years
Text
"Plot Twist"
@edgarhamas
Tak ada yang baru di bawah kolong langit, dan sejarah menjadi pembuktiannya. Para pengkaji sejarah akan memahami gaya sunnatullah yang terjadi berkali-kali pada mereka yang yakin akan kuasa-Nya, sepenuhnya, sebakda ikhtiar sebaik-baiknya. Ada akhir yang mengejutkan, yang tak pernah diperkirakan siapapun.
Awalnya, Kaum Muslimin hanya berniat menghadang Kafilah dagang Abu Sufyan. Tapi di tengah cerita, 1000 bala tentara Quraisy lantang menyeru perang yang tak diperkirakan Kaum Muslimin. Semua kabilah mengira Madinah akan hangus di Badar, tapi plot twist terjadi; 313 muslimin memenangkan pertempuran dengan jaya.
Awalnya, semua rakyat Arabia begitu yakin berkumpulnya 10 ribu pasukan koalisi kabilah musyrikin akan meruntuhkan dinding pertahanan Madinah yang membuat Khandaq. Keyakinan mereka berdasarkan logika; penduduk Madinah kehabisan logistik di tengah musim dingin mencekik. Namun plot twist terjadi; pasukan musuh tercerai berai, ditambah lagi angin meluluhlantakkan kemah mereka.
Awalnya, Kaum Muslimin mengira Perjanjian Hudaibiyah merugikan mereka. Survei-survei pun berkata bahwa Umat Islam yang dipimpin Rasulullah akan kalah dalam menghimpun koalisi. Namun ternyata plot twist terjadi; justru 2 tahun setelah Hudaibiyah, Rasullullah memimpin Fathu Makkah yang jaya raya bersama 10 ribu sahabatnya.
Awalnya, setelah Rasulullah wafat banyak sekali kabilah-kabilah Arab kembali murtad. Nabi-nabi palsu bermunculan dan Madinah terhimpit. Para sahabat bahkan menyarankan Abu Bakar untuk berkompromi dengan kabilah yang tak mau membayar zakat. Namun plot twist terjadi; Abu Bakar ambil langkah tegas, umumkan kesiagaan segera; 2 tahun pemerintahannya Jazirah Arab bersatu dalam bendera Kekhalifahan.
Awalnya, Umar melarang Kaum Muslimin terjun ke medan lautan untuk berjihad, karena keadaan samudra dikuasai penuh oleh Kekaisaran Romawi, sedangkan bangsa Arab bukanlah ahlinya bertempur di atas kapal. Namun plot twist paling legendaris terjadi, justru ketika 200 kapal Muslimin dipimpin Abdullah bin Sa'ad berhasil meredam serangan 1000 kapal raksasa Romawi di medan Phoenix.
Awalnya, Bangsa Mongol seperti hantu mengerikan yang mengancam hidup matinya Kekhalifahan Abbasiyah, merongrong nyawa jutaan Kaum Muslimin di Timur Tengah. Jutaan muslim dipenggal, kota-kota dihancurkan oleh Hulagu dan tentaranya. Namun tak lama setelah itu, plot twist terjadi; anak cucu Hulagu justru memeluk Islam dan menjadi penyebar Islam di daratan Asia.
Yang punya zaman dan plot peradaban itu Allah. Sebesar-besarnya makar dan logika-logika manusia untuk meredam kebenaran, justru biasanya kemenangan muncul dari arah yang tidak disangka. Dan amat mudah bagi Allah menyiapkan plot twist yang mengagetkan bahkan untuk orang beriman.
Saatnya bertawakal dengan ikhtiar, mintalah tolong pada Allah dengan shalat dan sabar. Orang-orang beriman tak akan gusar, tiada khawatir, tiada ragu seperti Daud menghadapi Jalut, seperti Yusya hadapi Jabbarin, seperti tsabatnya Para sahabat yang tetap kokoh walau ada Psy War wafatnya Rasulullah di Uhud.
Saatnya spirit sejarah bicara padamu tanpa sekat, karena disana ada penguat hati dan pengokoh jiwa. "Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang yang beriman." (Hud 120)
262 notes · View notes
rimarahmawati6 · 6 years
Text
Persatuan Harga Mati!
Cita-cita persatuan sebagaimana yang termuat dalam butir ketiga pancasila yakni persatuan Indonesia nampaknya masih menjadi PR besar bagi bangsa ini dalam mewujudkannya, terlebih Indonesia yang tengah memasuki tahun politik. Konstelasi perpolitikan hari ini membuat masyarakat lebih sensitif dan mudah terprovokasi. Kemajuan teknologi di samping memberi berbagai kemudahan terutama dalam mengakses informasi, juga dapat mendorong seseorang untuk bertindak melampaui batas moral dan aturan. Ujaran kebencian berupa caci-maki yang dilontarkan masing-masing pendukung pasangan calon presiden dan wakilnya kerapkali memenuhi timeline dan kolom komentar di media sosial, bahkan sampai tersebarnya berita bohong yang memperkeruh keadaan. Upaya-upaya kotor untuk menjatuhkan lawan politik yang berpotensi menimbulkan perpecahan tentu menambah catatan kelam pelaksanaan pemilu baik eksekutif maupun legislatif di tanah air.
Tidak hanya itu, gerakan separatis yang telah lama menjadi duri dalam daging di tubuh ibu pertiwi yang dilakulan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) belum menemui penyelesaian yang menggembirakan. Di hari ketiga bulan Desember organisasi ini kembali melakukan terornya dengan melakukan penyerangan terhadap pekerja proyek jembatan pada jalan Trans Papua, Kabupaten Nduga. Dikutip dari tempo.co (6/12) Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Sebby Sambom menuturkan bahwa penyerangan yang dilakukan OPM tersebut merupakan bentuk menuntut hak kemerdekaan, “Buat kami Indonesia datang sebagai pencuri,” ujarnya.
Sebelumnya pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) OPM 1 Desember 2018 para aktivis yang mendukung pemisahan Papua dari NKRI sepeti Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-WP), Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), dan Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua Indonesia (AMPTPI) melakukan unjuk rasa dengan tuntutan kemerdekaan Papua dari Republik Indonesia.
Berbagai gejolak yang muncul mengindikasikan bahwa bangsa ini tidak sedang dalam kondisi baik-baik saja. Setiap lima tahun sekali pelaksanaan pemilu seringkali diwarnai dengan aktivitas-aktivitas yang memicu permusuhan. Hal tersebut senantiasa terjadi karena hari ini kekuasaan bagaikan piala bergilir yang menjadi rebutan para elit politik. Sehingga wajar jika banyak masyarakat yang menilai bahwa politik hanya ajang perebutan kursi di parlemen. Politik serigkali dikonotasikan negatif karena politik prakatis kini memang tidak mencerminkan hakikat politik yang menjadi kebutuhan masyarakat. Diskusi-diskusi yang dilakukan bukan lagi membicarakan bagaimana agar bangsa ini terbebas dari neoimperialisme yang jelas-jelas mengancam keutuhan bangsa dari banyak sektor, melainkan adu argumen tentang bagaimana masing-masing calon mampu meyakinkan masyarakat agar suara jutaan jiwa penduduk Indonesia berada dipihaknya. Politik kepentingan ini yang dapat menyulut api di tengah-tengah masyarakat.
Keberadaan gerakan-gerakan separatis seperti OPM tentu menjadi ancaman keutuhan bangsa. Atas nama Hak Asasi Manusia (HAM) organisasi ini menuntut lepas dari NKRI. Papua yang memiliki kekayaan tambang melimpah nyatanya tidak mampu menjadikan masyarakat di sana hidup sejahtera. Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang diserahkan kepada asing dengan kontrak yang terus diperpanjang meski telah banyak melanggar aturan tetap dipertahankan. Menguatnya dominasi asing atas ekonomi Indonesia sebagai dampak dari adanya liberalisme migas yang dipayungi hukum ‘pesanan’. Inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan terbentuknya Organisasi Papua Merdeka yang senantiasa menuntut kemerdekaan atas tanah kelahiran mereka.
Maka seperti yang telah penulis sampaikan, bahwa masalah mendasar bangsa ini bukan siapa yang akan memimpin Indonesia lima tahun kedepan, melainkan bagaimana agar Indonesia dapat melepaskan diri dari cengkraman para imperialis yang secara kasat mata mengancam persatuan bangsa. Karena pada faktanya persoalan serupa masih tetap ada meski berulangkali telah mengalami pergantian pemimpin, bahkan OPM pun masih mendapat ruang untuk melakukan aktivitasnya.
Untuk mencapai itu semua tentu perlu peran bersama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Pertama, penting dipahami bahwa berbeda pilihan politik tidak menjadikan permusuhan antar anak bangsa, karena musuh bersama yang perlu kita lawan adalah langgengnya dominasi dan paham-paham asing akibat diterapkannya pengaturan hidup produk penjajah. Kedua, ikatan antar inividu dalam masyarakat perlu melebih ras, kelompok, kepentingan, kesukuan, bahkan kebangsaan, karena sekat-sekat ini dapat menghabat cita-cita persatuan yang sesunguhnya.
Sejak masa perjuangan merebut kemerdekaan dari bangsa imperialis yang saat itu menjajah secara fisik, hingga sekarang di mana penjajahan gaya baru tengah bercokol di negeri ini, peran ulama dalam mengusir penjajah begitu besar. Pada abad ke-19 ketika sistem imperialisme mengalami transformasi dari sistem imperialis kuno menjadi sistem imperialis modern, dengan adanya upaya penguasaan seluruh Nusantara Indonesia oleh Keradjaan Protestan Belanda, ulama bergerak menumbuhkan kesadaran adanya musuh bersama (common enemy), menyebarkan kesadaran adanya kesamaan sejarah (common history), sehingga dari adanya kesamaan sejarah ini menumbuhkan kesamaan kepentingan (common interst) untuk membangun Indonesia bebas dari penjajahan di seluruh sektor, dan tumbuhlah semangat melawan imperial Protestan Belanda kala itu. (Ahmad Mansur Suryanegara : 2009)
Kolaborasi ulama dengan kaum intelektual dan pemuda untuk mewujudkan cita-cita persatuan bangsa tentu sangat ditunggu oleh masyarakat luas. Kajian di masjid tidak hanya berbicara perkara akhlak mulia atau fiqih ibadah, melainkan penyadaran kepada masyarakat akan musuh bersama umat. Para akademisi tidak hanya berkutat dengan penelitian dan jurnal yang berorientasi pada materi dan eksistensi, tetapi lalai akan pembinaan masyarakat. Pemuda yang di dalamnya mahasiswa-pun tidak hanya disibukkan dengan makalah dan debat kusir tentang organisasi siapa yang paling baik, tetapi lalai dari perannya sebagai mahasiswa yang tidak hanya sekedar mengejar tingginya IPK. Hari ini bukan lagi saatnya bermusuhan karena perbedaan pandangan politik. Bukan lagi saatnya menempatkan kerakusan dan kepentingan kelompok sebagai prioritas sehingga menghalalkan banyak cara dalam meraihnya, bahkan mengorbankan kehormatan dan menyakiti sesama, melainkan bahu-membahu dalam wujudkan cita-cita bersama yakni persatuan Indonseia menuju persatuan dunia.
Dengan persatuan tanpa sekat-sekat golongan, Indonesia akan lebih berani melawan ketidakadilan yang diciptakan penjajah dan anteknya yang secara masif mengeroposkan sendi-sendi kedaulatan negara melalui pemahaman, strategi pecah belah dengan propaganda-propaganda dan fitnah, serta dominasi asing diberbagai lini kehidupan. Selain itu, penerapan aturan Islam secara sempurna merupakan solusi fundamental yang dapat mendukung terwujudnya nilai-nilai pancasila. Karena Islam bukan hanya menghargai perbedaan, tetapi juga darinya terpancar aturan kehidupan yang sempurna dan menyempurnakan sebab datang dari Yang Maha Sempurna, ialah Sang Pencipta Allah SWT.
1 note · View note
rmolid · 4 years
Text
0 notes
beamandala · 4 years
Text
Surat Untuk Pengingat Reformasi
12 Mei 2020
all hail, 12 Mei 1998.
Reformasi dan perombakan besar tata negara tidak akan pernah berjalan dengan damai. Mari menengok negara lain yang berakhir dengan perang saudara hingga kini. 
Tapi maknanya bukan hanya itu. Reformasi dimaknai sebagai ujung tombak untuk beberapa sektor. Politik tentunya. Tapi sayangnya, reformasi bukan hanya merubah kehidupan tata negara. Reformasi dan 12 mei berhasil merubah kehidupan orang-orang yang bahkan tidak kita kenal hingga kini. Reformasi menjadi sumber digdaya yang mampu merobohkan sekat kemanusiaan. Reformasi pun menjaidi bukti, bahwa negara dengan kekuatannya mampu melakukan apa saja. Demi membungkam dan mempertahankan eksistensinya.
Tulisan ini dibuat dengan bias yang sangat tidak tersekat. Memiliki perspektif korban. Dan tentu tidak cocok dibaca bagi yang ber-empati kepada negara. 
Reformasi dan 12 Mei.
Bagi kalian yang masih percaya akan isu dan peristiwa ini, saya sarankan kalian membaca novel yang berangkat dari kisah nyata mahasiswa ITB, Didik  Fotunadi yang hidup pada era reformasi. Berjudul “Revolusi Dari Secangkir Kopi”, novel ini sukses untuk memperjelas bagaimana peran negara melalui aparat, terhadap aktivis; aktivis kampus; rakyat marjinal dan rakyat sipil. Dan saya tantang anda untuk tidak menangis. Di dalamnya kalian akan mengenal pula bagaimana pola negara untuk menimbulkan sengsara berkepanjangan, tentunya dengan perannya sebagai pengontrol resmi. Kalian akan mengenal pula bagaimana tahun 1998 menjadi tombak reformasi paling berani, hingga menimbulkan korban. Dan kalian akan diajak mengenang serta berpikir, kemana seharusnya keterlibatan kalian diberikan sekarang. Novel ini mengajak kita berpikir, bahwa reformasi tidak akan terjadi tanpa eformasi. Reformasi, tidak akan pernah terjadi tanpa keberanian dan aksi. 
Ya. Reformasi. Tindakan paling berani dilakukan untuk melawan kebijakan negara yang dianggap sewenang-wenang dan over-controll. Mungkin kita sekarang hidup di masa itu lagi, tapi mari berterimakasih kepada para korban 12 Mei 1998. Tanpa mereka, kita tidak akan pernah mengenal arti perjuangan dari kampus kan? 
Reformasi, seharusnya mampu memberanguskan egosentrisme negara yang sangat basi. Tapi sayangnya, reformasi malah membuat negara memperpanjang daftar hitam pelanggaran HAM berat yang mereka lakukan. Negara sukses melakukan perannya sebagai pengontrol. Iya, pengontrol nyawa orang lain. 
Memang kalau kita bicara tentang kejahatan dengan aktor utama Negara, pasti akan beririsan dengan pelanggaran HAM. Lantas apa yang membedakan kejahatan biasa dengan pelanggaran HAM?  Simpel. Pelanggaran HAM adalah bentuk kejahatan yang pelakunya adalah mereka dengan embel-embel negara dan seragam. Kenapa bisa disebut seperti itu?  Simpel pula. Mereka seharusnya menjamin HAM setiap kita sebagai rakyat. Mereka tentu paham bagaimana melindunginya. Namun? jika harus membunuh untuk meredam situasi, apa tidak pelanggaran HAM namanya?
Sayangnya, peran negara benar-benar over-controll. Ya. Kejahatan dengan aktor utama negara, tidak pernah berhenti sampai korban yang meninggal saja. Kejahatan ini, akan selalu menimbulkan efek simultan dan terstruktur.  Hingga kini, para pejuang reformasi generasi kita pasti mengenal empat orang korban penembakan tragedi Trisakti 12 Mei 1998. Tapi, sadarkah dibalik itu semua ada keluarga yang ditinggalkan? Sayangnya suara mereka senyap dan tertutup hal lain. 
Kepergian empat orang mahasiswa Trisakti pada 12 Mei 1998, tidak akan pernah meleburkan luka bagi keluarga dan kekasih masing-masing. Hingga kini, luka tersebut masih tersimpan rapih bagi salah satu keluarga yang ditinggalkan sendirian. Iya sendirian. Sendirian. Biar saya pertegas. Sendirian. 
Mari saya ajak mengenal lebih dekat Bunda Karsia alias Bunda Hendri. Ibunda almarhum Hendriawan Sie, yang hingga kini tidak punya siapa-siapa, tinggal di salah satu kamar kos dengan bantuan dari Universitas Trisakti. Iya. Bunda Hendri tidak memiliki anak lain selain Hendriawan Sie. Tapi sayangnya, anak semata wayang kebanggaan, yang dikuliahkan jauh-jauh dari Kalimantan harus meninggal di usia yang belum genap 21 tahun. 
Bunda Hendri hanya satu dari banyak korban yang diam dalam senyap. Ibunda almarhum Elang, meninggal saat tidak ada kejelasan akan kasus ini. Ibunda almarhum Hafidin Royan, mencoba menutup luka ini dengan berbagai aksi sosial yang dapat ia lakukan. Dan ibunda almarhum Heri Hartanto lebih memilih untuk diam dan mencoba ikhlas. Tapi sayangnya, perasaan tersebut tidak pernah tulus. Mereka hanya mencoba mengubur luka yang pasti selalu menganga. Mereka selalu mencoba untuk berkata “sudah mba, saya sudah mencoba lupakan.. walaupun sakit sekali hati saya”.
Luka mendalam. Siapa yang akan bertanggung-jawab atas itu? Ketiadaan kemampuan ekonomi keluarga yang ditinggalkan. Siapa yang akan bertanggung-jawab atas itu? Ketiadaan keadlian bagi korban dan keluarga yang ditinggalkan. Siapa yang akan bertanggung jawab atas itu? Tidak dihukumnya pelaku. Siapa yang mau bertanggung-jawab soal ini? Impunitas Pelaku. Siapa yang? ah sudahlah. Bagi bunda Hendri khususnya. Dari hati yang paling dalam Ia katakan, bahwa Ia sudah mengikhlaskan kepergian almarhum Hendriawan Sie. Rasa ikhlas yang dibangun bertahun-tahun. Sampai dititik, bunda berkata “Bunda berharap pelaku yang tembak anak bunda kalau punya anak, anaknya bisa sehat.. anaknya gak kenapa-kenapa. jangan merasakan kaya bunda.. sakit betul rasanya” Bunda Hendri dengan segala sisa kekuatan yang dimiliki pun, sudah bosan dengan pertanyaan wartawan. Bosan untuk menceritakan dan bosan untuk mendengar janji. Hingga kini, Bunda memang mendapat fasilitas tempat tinggal. Tapi, dengan siapa Bunda harus hidup bersama? Bunda selalu bilang, “kenapa negara tega betul mengambil anak semata wayangku? menentukan nasibnya. anak yang aku kuliahkan jauh dari sisi ku. tapi tiba-tiba sudah tidak ada? malang betul nasib ku ini ya.” Siapa yang akan tega dengar kata-kata itu? Tapi, bunda sampai sekarang masih mau menyuarakan kegelisahannya. Bunda memang tidak tertarik lagi untuk diwawancara di TV nasional, karena sadar kisahnya bisa dijadikan komoditas.  Sayangnya tragedi ini bukan komoditas, sayang. Tragedi ini harus diselesaikan. Bukan hanya dibungkus janji manis dan rupa kebahagiaan keluarga korban dalam menengok makam putra kecilnya yang terbunuh.  Peringatan yang dilakukan Trisakti setiap tahunnya, bukan komoditas juga sayang... Peringatan adalah hak bersuara mereka, tanpa perlu dijegal dan hanya didiamkan...  Peringatan setiap tahun adalah suara dari hati mereka. Tulus.  Walaupun sampai sekarang, 22 tahun sejak tragedi tersebut, tidak tau negara sudah sampai tahap serius yang mana? Kita yang menolak lupa, apa akan kalah dengan mereka yang melupakan? Kita yang menolak lupa, apa pada akhirnya akan kalah dengan mereka yang diputihkan? Kita yang menolak lupa, apa pada akhirnya akan lelah pula memperjuangkan? Satu yang harus digarisbawahi. Kita yang menolak lupa akan selalu siap membantu menyuarakan dan mendukung korban. Tapi, negara tidak boleh hanya haha-hihi dari menara gading. 
Negara punya segalanya, seharusnya pula negara mampu menyelesaikan segalanya.  Tapi itu utopis.  Pelanggaran HAM selalu masuk ke dalam Daftar Inventaris Masalah yang dibukukan, dan tebalnya akan selalu bertambah.  Poin terpenting adalah, masih banyak pelanggaran HAM Berat lain yang tidak ter-ekspose. Mari berpikir. Tragedi Trisakti yang setiap tahun diperingati, dikonsolidasikan, masih belum berhasil diselesaikan. Bagaimana dengan pelanggaran HAM Berat lainnya?  Yang tidak utopis hanya satu. Semangat penggiat makna reformasi. Jangan pernah lelah bersuara. Karena hanya itu yang bisa kita lakukan. Salam. Putri Rahmadhani.
0 notes
malangtoday-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
Makan Malam Tanpa Sekat Antara Warga Dengan Satgas TMMD 106
DONOMULYO – Sunyi dan dinginnya malam di Desa Kedungsalam Dusun Sumbersih saat itu menjadikan suasana makan malam menjadi penuh hikmad, nyaman dan akrab serta tak terlihat ada dinding pembatas antara seorang abdi negara dengan rakyat biasa.
Kebersamaan yang dibangun hampir satu minggu sejak dibukanya TMMD 106 tanggal 2 Oktober lalu di Desa Kedungsalam tidak ada kata bosan untuk berkumpul bersama, bahkan dari hari ke hari suasana yang terjalin semakin akrab bagaikan sebuah keluarga.
Eko, salah seorang pemilik rumah dan merupakan tokoh masyarakat di Desa Kedungsalam mengungkapkan rasa senang dan syukurnya karena rumahnya digunakan untuk untuk makan bersama dengan Satgas.
“Kami sangat senang, anggota Satgas TMMD 106 mau memenuhi undangan makan malam bersama kami, meski menu yang dihidangkan ala kadarnya” ungkap Bapak Eko
Foto: istimewa Penyunting: Fia
Source : https://malangtoday.net/flash/nasional/makan-malam-tanpa-sekat-antara-warga-dengan-satgas-tmmd-106/
MalangTODAY
0 notes
kerahlekung · 5 years
Text
The Ballad of Azamin...
The Ballad of Azamin....
youtube
Sembang2 politik... Katakanlah, PH bawa usul undi tak percaya terhadap Muhyidin dalam sidang parlimen 18 Mei depan.... Baik, usul itu terhadap PM, ini bukan soal pakatan atau perikatan. Katakanlah, usul itu diluluskan untuk dibentangkan, dibahaskan, kemudian dibuat undian.... Baik. Benda ni tak pernah berlaku di Malaysia. Setelah diundi, hanya ada dua kemungkinan saja, samada Muhyidin menang, atau kalah... Kalau Muhyidin menang, tak ada apa yang berubah, PN akan terus perintah sampai PRU-15 tahun 2023. Tetapi kalau Muhyidin kalah, apa jadi...? Speaker akan umumkan bahawa Muhyidin telah hilang sokongan dan kerajaan PN jatuh... Anwar akan bawa keputusan undian ahli parlimen itu ke hadapan YDP Agong dan memaklumkan dia cukup sokongan majoriti untuk jadi PM.... Kalau Agong perkenankan, bolehlah Anwar mengangkat sumpah sebagai PM bagi kerajaan Pakatan Harapan... Kalau ini berlaku, bermakna Bersatu akan jadi pembangkang.... Jadi, Tun sebagai MP Langkawi juga akan turut berada di blok pembangkang. Persoalannya, benarkah kalau Muhyidin hilang sokongan bermakna secara otomatik Anwar akan cukup sokongan...? Besar kemungkinan YDP Agong akan memutuskan Muhyidin dan kerajaan PN sudah jatuh, tetapi di pihak PH baginda mahu pastikan orang yang dilantik itu mesti mempunyai cukup sokongan, iaitu sekurang-kurangnya mendapat majoriti mudah dari 222 ahli dewan rakyat. Maka kemungkinan akan berlaku temuduga sorang-sorang bagi semua ahli parlimen tidak kira parti apa, adakah dia sokong Anwar jadi PM.... Jawab sokong atau tidak sahaja... Kalau ini berlaku, besar kemungkinan Anwar tidak akan punya cukup sokongan. Kalau ini berlaku, mungkin YDP Agong meminta PH kemukakan lebih dari seorang calon untuk dipilih oleh seluruh MP, PH pun tak ada calon lain yang dikira boleh dapat sokongan majoriti MP.... Nak calonkan Tun pun tak boleh, sebab Tun bukan lagi ahli PH... Kalau boleh dicalonkan pun, mengamuk lagi orang PKR.... Jadi nak buat macam mana...? Muhyidin dah jatuh, tapi calon dari PH tak dapat cukup sokongan, apa nak buat..? Apa lagi, bubar parlimen lah.
Kalau tak mahu parlimen dibubarkan, hanya ada satu cara saja, iaitu Tun jadi PM.... Sebab hanya Tun saja yang boleh dapat sokongan yang cukup ahli dewan rakyat.... Masalahnya, Tun tak nak jadi PM dalam kerajaan PN yang ada UMNO... Inilah senario yang sudah pun berlaku pada 23 Februari lalu. Pusing-pusing ulangkaji benda yang sama... Tun dah bagi hint dalam kenyataan yang disiarkan secara langsung : "Semua orang sokong saya, tapi saya tak mahu jadi PM sebelah sini, sebab Muhyidin berpakat dengan UMNO, saya tak setuju ada UMNO...." Tun bagi hint tapi pemimpin PH tak faham... Takkan Tun nak cakap terus-terang : "Hangpa sokonglah aku, aku boleh jadi PM lagi..." Takkan nak kena kabo gitu baru nak paham. Kita kena faham kedudukan Tun ketika itu, Tun tidak bermusuh dengan sesiapa... Muhyidin isytihar Bersatu keluar PH pun bukan sebab dia marahkan Tun... bahkan dia nak suruh Tun jadi PM bagi kerajaan PN.... Tapi Tun tak nak, sebab dalam PN sana ada UMNO... Sebab itu Tun letak jawatan, untuk dapat mandat baru jadi PM dengan sokongan dari ahli parlimen PKR, DAP, Amanah dan parti-parti lain yang menyokong Tun sebagai PM. Kita tak boleh expect perasaan Tun sama dengan kita yang marahkan Muhyidin yang kita percaya telah khianat terhadap PH... Tun letak jawatan sebab tak setuju dengan tindakan Muhyidin, dan Tun tak mahu khianati PH, Tun tidak mahu bersekongkol dengan Muhyidin... Itu saja. Tun sendiri sebut beberapa kali, apa boleh buat, orang PH pun tak nak sokong saya, depa sokong Anwar, itu tak apa lah, tapi Anwar tidak dapat cukup sokongan. Jadi, untuk akan datang, kalau pun berjaya undi tidak percaya, politik kita akan hadapi masalah yang sama juga....... Pilihan terakhir ialah bubar parlimen. Kalau parlimen bubar sekarang, boleh agak apa akan berlaku dalam pilihanraya umum...? PKR habis, Amanah habis, silap gaya DAP pun habis. - Umo Bin Othman
youtube
Saya Diserang Penyokong PAS Yang Taksub!
Kabar bertiup kencang... Kesan dari tak puas hati terhadap Muhyidin dan Azmin.... UMNO akan keluar dari PN.. Kalau keluar, PN automatik akan tergulin jd pembangkang. Kalau UMNO keluar, PAS nk pilih yg mana? Nak kekal bersama BERSATU, PN dh tak jadi kerajaan. Nk ikut UMNO, UMNO pun jadi pembangkang... Habis....Mcm mana PAS nk jd menteri, kalau duduk dgn pembangkang?...nk buat hudud mcm mana.. nk tutup sekolah cina pun tak sempat, nk roboh kilang Carlsberg pun belum lg... Pub... Kasino.... ishhhh.. bnyk lg yg PAS tak sempat nk buat... Dah nk jd pembangkang balik... Kwn2 fb.... korang dh boleh order siap2 pop corn barang dua tiga kilo sorang... menarik wayang kali ni...- Muhammad Yahaya
Bila Cina sama Cina bersembang 
pasai politik agak2 apa depa bincang...
Ha ha ... aku dapat peluang mendengarnya pada petang semalam. Cerita pasal kerajaan pintu belakang tu ok ke atau tak ok !! Di sebuah gerai food court berhampiran pasaraya Yawata, aku duduk sedang minum teh tarik di sebuah meja bersebelahan dgn meja lain yg diduduki pula oleh tiga lelaki cina dewasa. Dgn membuat rujukan kpd satu surat khabar bahasa cina mereka bertiga pun seolah2 berbincang utk merumus satu isu politik semasa yg sangat panas. Mereka berbincang dgn cara yg bersungguh2 dan yakin tetapi dgn mood yg relax secara bersantai .. sebab mereka sangat yakin hujah2 dan sindiran mereka tak akan dapat difahami oleh pelanggan2 melayu yg duduk berada di meja2 lain. Sebab hujah dan perbincangan politik mereka berlangsung dlm bahasa cina (mandarin). Padahal mereka tidak perasan yg aku yg duduk bersebelahan meja mereka sebenarnya telah lama sudah menguasai dan faham berbahasa mandarin ... sejak lebih 20 tahun yg lalu. Intipati cerita mereka ialah penubuhan kerajaan baru secara pintu belakang, rata2 hampir semua orang cina tak boleh terima. Katanya 'sangat kotor dan jijik with a very low standard in political moral and justice'. Semua mereka ketiga2nya ada berkata kerajaan baru PN ini susah nak jadi stabil dan boleh runtuh pada bila2 masa. Mereka percaya pilihanraya yg baru akan berlaku tak sudah tidak dapat dielakkan lagi dlm tahun ini mungkin selepas bulan Jun. Seorang darinya berkata kalau undi pilihanraya diadakan pada masa sekarang besar kemungkinan parti dari Muafakat Nasional akan menang dan boleh tubuh kerajaan. Tapi jangan ingat ini undi mau menang banyak senang .. sebab itu parti PH pun sama2 very strong punya sambutan. Tapi itu parti gabungan umno dgn Pas (MN) masih ada sikit kelebihan, sebab banyak melayu di kampung2 dan felda2 sudah kena 'ubat bius' .. ha ha. Cina yg seorang lagi ada beri hujah .. sekiranya pilihanraya diadakan pada pru15 (2023) itu parti PH boleh menang dgn mudah .. sebab PH ada cukup masa boleh bina semula persepsi yg sebenar yg sudah pun teruk di lencongkan oleh puak umno dan Pas. Seorang lagi cina pulak berkata .. paling kesian ialah nasib parti Bersatu termasuk puak2 dlm Kartel pada bila2 masa saja sekiranya diadakan pilihanraya bermula dari sekarang. Sebab itu Kartel punya group sudah kasi cemar nama baik parti Bersatu. Apa yg aku rumuskan dlm perbualan mereka ialah cina memang tidak suka tubuh kerajaan cara pintu belakang. - Man Toba
Masa Muhyidin Yasin buat siaran Langsung tentang Covid..aku dah rasa ada yang tak kena.. Keesokan harinya baca muka depan Sinar, Muhyidin kata wabak ini mungkin akan berpanjangan 2-3 Bulan lagi... masa tu aku dah rasa ada yg kita tak tahu.. mungkin kerajaan tahu.. Dan hari kita dikejutkan kes positif Covid-19 Paling Tinggi dalam sehari.. 190 positif Covid-19 dalam sehari..Malah kes dalam sehari ini melebihi kes di Singapura... Ia betul betul membimbangkan... Cuma kita bernasib baik, Kes tersebut majoritinya dari kumpulan dari Himpunan Jamaah Tabligh...
Bayangkan jika Menteri Kesihatan dia hari ini itu namanya Dr Dzulkifli ? Kerajaannya PH... dah tentu berbeza reaksi depa.. Hatta Dr Dzul dalam tempoh 37 hari berjaya kawal hanya dengan 25 kes, dan 22 darinya pulih.. selepas itu 11 hari tanpa kes Baru... Masa tu bukan saja depa takat suruh sekat pelancong China.. Tuan Ibrahim sampai suruh batal Visa Pelancong India dan China.. dah sampai nak batalkan Perjanjian Diplomatik..lepas dah jadi Kerajaan Takiri nak pergi India nak eratkan hubungan Malaysia-India pulak..
Tapi biasa lah.. Bila depa jadi Kerajaan..Depa hanya kata kematian ini cuma 1%.. Dan kematian itu pasti... Kata pulak Ulama depa.. Kita lebih takutkan Kuman dari takutkan Allah... Nampak tak mudah nya depa menukar nada dan dalil dail agama...  Ada nampak depa salahkan Kerajaan sekarang walaupun kes dah capai 428 orang pertambahan 400 kes dalam tempoh 15 hari...? Sepatutnya Virus itu tidak dinamakan sebagai COVID-19, Tetapi DAP-19.. baru depa betul betul takut.. dalam hidup depa selama ini, depa cuma takut kan DAP.. bukan takut Allah.. - Ipohmali
Partial Shutdown...
Story kat SINI dan SINI
Mahathir’s last go-round...
Dr Mahathir Mohamad never answers a political question directly. When journalists asked whether he would make a comeback in the next general election, he said maybe – only if the people will it. He told the press that many people still visit him every day, telling him to contribute his experience to the country. Every time the country dips into a crisis, only one man could “save” her. And it seems that nobody but the man who held the highest office in the country for 24 years could do so. Like every politician, the answer of “the people’s will” is a convenient escape. When Pakatan Harapan lost power in early March, they called the new government illegitimate because it was formed against the people’s will. When Perikatan Nasional (PN) came into power, they said this was the government of the people’s will. Every politician wants to claim they hold the key to the masses. Having the people’s will is a sacred validation; misusing the people’s will is a sacrilegious violation. The “people’s will” gives Mahathir two choices: Fight back or sit back.
Fight back...
Always keeping an open mind about rules and principles, Mahathir is a keen proponent of “anything works”. He prefers if you discounted his comeback so he could orchestrate a surprise. A surprise is every tactician’s favourite necessity. Mahathir’s foray into politics was marred with a sacking. He was thrown out of Umno by Tunku Abdul Rahman’s team, who thought his line of politics was extreme and unpalatable to the taste of Malay-English male and gentry. During his exile, he wrote a book that cemented his political thinking about race in Malaysia – The Malay Dilemma. When the tide turned in his favour, he rode it with Tunku’s rivals and returned to mainstream politics. The expedition from exile to elitism took a mere four years. That was his first political comeback. Between then and now, Mahathir was at the epicentre of numerous comebacks. If his party members didn’t like him, he would find a faction to get rid of the rival faction. If his party leader didn’t like him, he would find a way to get rid of the party leader. If the party didn’t like him, he would find a way to get rid of the party altogether. If Umno didn’t work, there could be Umno Baru. If Umno Baru didn’t work, there could be Bersatu.
A tool to achieve power...
To the party members, a political party represents the struggle and the cause. To the highest leaders, a political party is but a tool to achieve power. History tells us that Mahathir is always capable of a comeback. But history is also ageless and limitless. Mahathir is 95 and left with limited options. We have gone through this before. In the last election, we thought a 93-year-old man could not take the demands of an election campaign – five to six events a day, long hours of standing, pressures of the public spotlight and an eager crowd. But he did. In fact, he did what most of our younger bodies could not have done. Pakatan Harapan politicians were so dependent on him that, for a moment, we were made to believe we could not have won without Mahathir. At that point, we knew that Mahathir was a different species. Age is not a problem for Mahathir – but time is. It took Mahathir three to four years to oust Najib Abdul Razak (above) from the highest position, and only two to lose it again. Muhyiddin Yassin’s government may have many cracks within, but they are a collection of experienced warlords who understand the importance of holding power. Even if Mahathir pushes his bodily limits to make a comeback against Muhyiddin, he would have been 98 by then. The Palace has closed its doors, the politicians of Harapan have developed a newfound mistrust, and the people have come to their senses that the country depends on more personalities than just one grandmaster. A comeback is forever possible for we are fearful of history, but a comeback is unlikely, given our poverty in age and options.
Time to sit back and jaga cucu...
Many people would have designed Mahathir’s legacy differently. We all say the same thing: If Mahathir had simply won power for the coalition of hope, and handed over power to a younger leader in Anwar, the country would remember him as a heroic saviour. Since we are a country of high filial piety and timeless respect for our elders, we would even go so far as to erase his 22-year misdeeds from our memories. We can be selective and we can be short-term if we want to do others a favour. But Mahathir didn’t. His two-year tenure as prime minister reminded us more of the less flattering remarks we shared of him during his first term. He didn’t sit back the first time; it’s not too late to sit back now. And I suspect that he is single-minded in building that final legacy of having his version of events retold so that we could remember him fondly. He has little else to lose. Mahathir hopes you remember that he was free of fault in the seemingly illegitimate rise of the PN. He said it was Muhyiddin and Anwar’s fault – both were power-crazy without constraint. Muhyiddin's fault was worse, for he “betrayed” Mahathir. A few days later, Mahathir also blamed Najib, who manufactured a country-wide hate campaign against the non-Malays. Mahathir also hopes you remember that Anwar was not the right person for the top job. When he was prime minister, Mahathir promised that Anwar would be his successor – implying Anwar’s suitability for the role. But when he lost power, Mahathir said Anwar might not have the right “character” for prime ministership – not even the deputy prime ministership. According to Mahathir, Anwar was too “political” than administrative. Most of all, Mahathir hopes you remember that he is a reluctant leader. His half-a-century long involvement in active politics was out of the people’s wants and needs. He never wanted power for himself; the people wanted it for him. He had always acted out of the sacred reservoir of the “people’s will”. Now it is empty. - James Chai,mk
Gerombolan kudeta katakan mahu "Selamatkan Malaysia" dari PH yang Cina DAP berkuasa kononnya, tapi apa yang mereka nak selamatkan ialah kawan-kawan penyamun mereka yang berkoyan-koyan kes jenayah rasuah dan mengubah wang haram.Lihatlah apa jadi pada RINGGIT kita..- f/bk
cheers.
Sumber asal: The Ballad of Azamin... Baca selebihnya di The Ballad of Azamin...
0 notes
majalahforbes-blog · 6 years
Text
Sandiaga datang, emak-emak senang
Forbes - Sandiaga Salahuddin Uno hadir di tengah Pasar Bojong Kulur. Berada di Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Bersama rombongan, datang menyapa para pendukung. Mayoritas kaum perempuan. Khususnya para emak-emak. Sorak sorai kaum ibu menyambut kedatangan calon wakil presiden nomor 02 itu. Mereka seolah melupakan sudah menunggu hampir 2 jam. Pria akrab disapa Sandi itu tiba sekitar jam 9.45 pagi. Hari itu pasar memang lebih ramai dari biasanya. Lokasinya berada di tengah perumahan. Pagi itu suasana begitu ramai. Semua berebut berjabat tangan dengan pendamping calon presiden Prabowo Subianto tersebut. Sandi hari itu memakai kaos berkerah berwarna biru. Bertuliskan Sandi Uno di dada sebelah kanan. Sejak keluar dari mobil, Sandi terus menunjukkan senyum mengembang. Mencoba mendekati warga. Berkomunikasi langsung. Bersalaman. Menyodorkan tangan sambil terus memberi senyum terbaiknya. Tampilan kasual Sandiaga selama berkampanye menjadi kebiasaannya. Selain memakai kaos, pakaian andalannya adalah kemeja biru muda dan celana panjang warna krem. Menarik pandangan. Terlihat segar dan adem. Begitu kata banyak kaum ibu dan pendukung Sandi berpendapat mengenai tampilannya. Kampanye di pasar memang menjadi target pasangan Prabowo-Sandiaga. Mereka terus menggaungkan tentang ekonomi. Salah satu fokus penting bagi mereka. Pasar dianggap punya peran kuat. Sebab mereka banyak mendengar keluhan banyaknya harga bahan pokok terus melambung. Kehadiran mereka sekaligus untuk meyakinkan warga dengan pelbagai program timnya. Agenda kampanye di pasar tentu tak ingin dilewatkan Sandi. Dia berkeliling pasar hari itu. Tingginya antusias warga, membuat Sandi hanya masuk ke bagian tengah pasar. Banyak warga berdesakan. Ingin melihat langsung calon pemimpinnya di Pilpres 2019 nanti. Ketika berada di blok penjual daging dan ikan, Sandi berhenti. Menyempatkan dialog dengan pedagang. Menanyakan harga dan mendengar keluhan mereka. Usai bincang-bincang Sandi mendapat kesempatan berorasi. Memakai toa. Tidak panjang isi pidatonya. Tanpa basa-basi, dia menjanjikan akan menurunkan harga bahan pokok. Bukan cuma itu. Janji lainnya adalah ingin mencetak pengusaha muda. Program ini penting. Sandi beralasan itu perlu dihadirkan demi menekan angka pengangguran. Inti semua orasi Sandi hari itu, yakni menjanjikan kesejahteraan ekonomi. Di akhir orasi, dia menyerukan agar warga memilih nomor 02 di kotak suara nanti. "Pilih nomor berapa?," kata Sandi. "Nomor dua. Sukses ya, Say!," jawab kaum emak antusias. Tidak lupa. Sandi juga menutup kampanye di Pasar Bojong Kulur dengan teriakan, "Takbir." "Allahu Akbar," jawab warga teriak serempak. Di Kabupaten Bogor, Sandi punya beberapa agenda. Selesai dari pasar, Sandi berjalan keluar. Meninggalkan lokasi. Lagi-lagi, senyum semringah Sandi menjadi andalan. Membuat para pendukung kaum emak-emak makin heboh. Sepuluh menit berselang. Rombongan meninggalkan pasar. Bergegas menuju lokasi kedua. Berjarak 5 km dari pasar. Sandi kali ini melakukan inspeksi aliran Kali Ciliwung. Dia ingin melihat kondisi kali yang kerap meluap di musim penghujan. Membuat rumah warga terendam. Sambutan serupa juga terjadi di lokasi kedua. Hanya saja, jumlah warga tak sebanyak di pasar. Warga setempat justru kaget dengan kehadiran sosok satu ini. Terik matahari siang itu menyengat. Di pinggir kali masih banyak tanaman liar, rumput dan ilalang. Sandi turun ke bibir kali. Di sini dia tak berorasi politik. Hanya diagendakan bertemu kepala desa. Sebelum itu, Sandi menjajal jembatan baru antar kampung. Dia amati lingkungan sekitar. Hari itu air sungai tengah surut. Warna airnya hijau. Dari atas jembatan tak terlihat arus sungai. Beberapa gundukan sampah terlihat. Ranting pohon bercampur sampah rumah tangga. Bukan Sandi bila tak membuat sensasi. Dari atas jembatan bercat merah bata, Sandi melakukan Side Plank. Sebuah gerakan olahraga dengan posisi tubuh ke samping dan satu tangan sebagai sandaran. Setelah beberapa waktu, Sandi berpindah ke sebuah rakit di samping jembatan. Memakai pelampung oren Sandi bertemu perangkat desa dan perwakilan komunitas. Mereka tampak berbincang. Membahas kondisi lingkungan bantaran kali Ciliwung di kawasan Cileungsi, Bogor. Terlihat Sandi mendengarkan cerita kepala desa. Tentang kondisi air sungai saat musim penghujan. Beberapa perwakilan komunitas Sri Kandi Sayang Sungai juga ikut bergabung. Sesekali Sandi bertanya. Lalu mendengarkan dan mengamati kondisi lingkungan sekitar. Sepuluh menit berlalu. Diskusi diakhiri. Sandi lekas naik ke bibir sungai. Dia harus bergegas ke agenda selanjutnya. Menjadi pembicara dalam sebuah seminar bersama generasi milenial. Berjarak 5 kilo meter dari bibir kali Ciliwung. Pukul 11 siang. Sandi sudah tiba di lokasi ketiga kampanye. Sebuah GOR di kawasan Kota Wisata, Gunung Putri. Namun setibanya di lapangan futsal, Sandi justru disambut ratusan emak-emak pengajian Masjid Darussalam. Mereka berkumpul sejak pagi. Mengikuti seminar dengan bintang tamu Sandi Uno. Saat berjalan menuju panggung, tak hentinya dia dimintai foto bersama. Pembawa acara pun kewalahan menghalau emak-emak untuk kembali ke tempat duduk. Sejumlah ajudan tampak kewalahan menghadapinya. Mereka bahkan mengejar Sandi hingga ke bibir panggung. Ketika dipersilakan berbicara, Sandi membuka pidatonya dengan mengajak peserta menyanyikan lagu pembukaan Asian Games. Lagu berjudul 'Meraih Bintang' dinyanyikan penyanyi dangdut Via Vallen. Peserta tampak bersemangat dan bersiap mendengarkan materi dari Sandi. Usai membangun suasana, Sandi mempersilakan peserta mendekat ke panggung. Dia mengaku ingin dekat dengan warga. Tak mau berjarak. Dirasa masih terlalu jauh, Sandi justru mendekat. Turun dari panggung. Berdiri di tengah kerumunan orang. "Saya di sini saja ya, Bu. Biar lebih dekat sama ibu-ibu semua. Kelihatan jelas kan Bu?" ungkap Sandi dan disambut riuh tepuk tangan hadirin. Dalam pemaparannya, Sandi mengaku kaget. Dalam undangannya tertulis peserta adalah generasi milenial. Anak muda. Nyatanya, mayoritas peserta kalangan emak-emak. Untuk itu, dia langsung mengubah topik pidatonya. Seperti di pasar pagi tadi. Dia sempat diingatkan panitia untuk membahas ekonomi umat. Tapi dia hanya menyinggung sedikit masalah ekonomi perspektif Islam. Sandi malah menjelaskan tentang kampanye damai. Mengingatkan peserta untuk tidak termakan kabar burung. Tak ikut menyebarluaskan informasi hoaks. Seminar lalu ditutup dengan diskusi tanya jawab. Pada sesi ini banyak pertanyaan dari warga. Mulai dari masalah ekonomi, pendidikan sampai masalah politik. Warga juga tak ragu mempertanyakan alasan dirinya mundur dari jabatan Wagub DKI demi mendampingi Prabowo di Pilpres nanti. Jam menunjuk pukul 11.50 WIB. Waktu salat zuhur tinggal sepuluh menit. Ini jadi pertanda selesainya sesi tanya jawab. Pembawa acara lalu menutup sesi. Acara siang itu diakhir doa bersama. Kemudian dilanjutkan sesi foto yang telah dinanti peserta. Saat adzan berkumandang, peserta segera membubarkan diri. Segera bergegas ke Masjid Darussalam. Berjakar 50 meter dari lokasi seminar. Satu jam berselang. Sandi menuju lokasi terakhir kampanye hari itu. Masih di kawasan Gunung Putri. Sandi menghadiri peresmian posko pemenangan dan deklarasi dukungan dari warga Bojong Kulur buat kepada dirinya dan Prabowo. Berlokasi di tengah perumahan. Sebuah tenda telah dipersiapkan. Panggung utama dihias sedemikian rupa penggagas acara. Puluhan kursi terisi. Sebagian warga rela berdiri di tengah teriknya matahari. Sandi merasa tak nyaman dengan panggung setinggi 1 meter dan berukuran sekitar 2x2 meter itu. Dia merasa konsep panggung sudah tidak cocok buat pemimpin berbicara kepada rakyat. Panggung dianggap sebagai sekat dan seolah tak berjarak. "Panitia tolong besok kalau adakan acara enggak usah pakai panggung. Ini zaman old. Sekarang itu zamannya dekat dengar rakyat," kata Sandi tinggi di hadapan umum. Cara Sandi berkampanye sama seperti ketika di Pilgub DKI Jakarta lalu. Hampir tiap acara di kampung tak tersedia panggung. Dia biasa berdiri di tengah warga. Sandi hanya mengandalkan kursi agar bisa terlihat oleh warga. Lalu berorasi di atas kursi plastik. Sebelum naik ke atas panggung, Sandi mengaku mendapatkan buku saku dari warga. Berisi doa zikir pagi, siang, petang dan malam. Dalam kesempatan itu, Sandi bercerita tentang pengalamannya rutin mengamalkan zikir dalam buku saku itu. Yakni cerita tentang tumor menyerang pita suaranya tiga tahun lalu. Penyakit itu hilang sesaat sebelum dioperasi. Kuncinya, kata dia,tak putus berzikir pagi, siang, petang dan malam. Saat bercerita, mata Sandi tampak berkaca-kaca. Suasana siang itu jadi haru. Tak sedikit peserta ikut menitihkan air mata mendengarkan kisah Sandi siang itu. "Saya percaya kekuatan zikir itu betul-betul akan membawa begitu banyak keajaiban buat kita," ungkap Sandi. Fokus masalah ekonomi Dalam setiap kampanyenya, Sandi memang fokus pada tiap masalah ekonomi. Mulai dari kemiskinan, mahalnya harga kebutuhan pokok hingga sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan bagi generasi muda. Sebagai pengusaha, Sandi sudah kawakan di bidang ekonomi. Lulusan Universitas George Washington ini telah malangmelintang di dunia usaha. Tak heran, masalah ekonomi jadi keahliannya. Koordinator juru bicara tim pemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga, Dahnil Anzar, mengatakan fokus isu ekonomi bukan kemauan Sandi seorang. Melainkan bentuk kekhawatiran masyarakat akan keberlangsungan hidupnya. Lebih dari itu, hasil keliling Prabowo dan Sandi menegaskan ekonomi Indonesia masih belum banyak perubahan. Misalnya kisahnya tentang tempe hampir setipis kartu ATM dan ukuran tahu mengecil pasca kenaikan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar. Kisah itu dia dengar sendiri dari penjual tahu di kawasan Jakarta Timur. Pedagang bernama Yuli sengaja mengecilkan ukuran tahu dari biasanya lantaran tak bisa menaikkan harga tahu saat dijual. Kondisi ini, kata Dahnil, menunjukkan realitas ekonomi sebenarnya. Dia menyebut seorang pemimpin bukan saja mengatasi masalah ekonomi makro. Tetapi, ekonomi mikro juga harus jadi prioritas. Dahnil melihat hari ini kondisi ekonomi nyatanya ditutupi dalam bentuk angka-angka statistik. Sehingga terlihat ekonomi berjalan baik. Faktanya emak-emak menjerit saat harga bahan pokok merangkak naik. "Jadi tentu ini menjadi konsen bersama, isu bersama yang ingin dituntaskan oleh pasangan Prabowo-Sandi," kata Dahnil Sabtu pekan lalu kepada merdeka.com. Mengedepankan isu ekonomi jadi kesepakatan bersama tim pemenangan. Sebab koalisi ini sepakat bahwa laju pertumbuhan ekonomi dirasa stagnan dan dampaknya tak terasa ke masyarakat. Tim pemenangan telah membagi tugas. Ada banyak tim dibuat. Tim media, tim konten, tim peneliti dan pengembangan (litbang), tim komunikasi politik dan masih banyak lagi. Namun Dahnil enggan membeberkan siapa saja orang-orang dibalik tim itu. Tim ini nantinya bekerja mengolah data dan menentukan isu strategis. Pasangan capres dan cawapres ini juga terlibat dalam prosesnya. Karena mereka memegang andil dalam eksekusi di lapangan. Ketua PP Muhammadiyah ini mengatakan tim komunikasi politik tak banyak memberikan masukan terkait gaya kampanye kandidatnya. Mereka hanya berpesan untuk tetap jadi diri sendiri. Tak perlu melakukan berbagai pencitraan agar dipilih. Hal terpenting dalam kampanye adalah menawarkan berbagai solusi dari banyak masalah dirasakan langsung masyarakat. "Yang paling jelas Prabowo dan Sandi tetap otentik sebagaimana mestinya. Mereka tidak dibuat-buat baik gaya komunikasi maupun gaya kampanyenya," ucap Dahnil. Dicap terlalu berlebihan Dalam berkampanye, pasangan ini berbagi tugas. Bukan berdasarkan kelas sosial. Melainkan per wilayah. Namun ia tak menjelaskan rincian pembagian wilayah. Dahnil menyebut keduanya menggunakan cara serupa ditiap kampanye. Seperti blusukan ke mendatangi warga. Bertemu dengan tokoh nasional, tokoh adat hingga tokoh masyarakat. Pemilihan isu ekonomi kerap digaungkan Prabowo-Sandi dirasa sudah tepat. Pengamat Politik Usep Ahyar menilai pernyataan Sandi menggambarkan kondisi masyarakat. Sehingga masyarakat diajak ke arah diskursus rasional. Apalagi dia kembali melawan petahana. Dibandingkan dengan politik identitas, pelbagai isu ekonomi dianggap lebih efektif. Permainan politik identitas terlalu mahal dijadikan senjata politik. Dampak negatif berkepanjangan, salah satunya perpecahan. Terlebih masing-masing kubu tak memiliki perbedaan signifikan. Hal ini berbeda kala Sandiaga bertarung di Pilgub DKI. Sang petahana merupakan minoritas. Baik dari sisi agama, suku hingga daerah asal. "Maka saya kira yang paling efektif ekonomi, itu sudah benar. Apalagi lawannya petahana," kata Usep kepada merdeka.com pekan lalu. Walau dirasa tepat, gaya komunikasi Sandi kerap dicap berlebihan. Terlihat hiperbola dalam memberikan pernyataan. Salah satunya tentang tempe setipis kartu ATM. Namun kritikan Sandi tak lantas disertai solusi. Meski tak bisa mengeksekusi, Sandi diharapkan bisa menawarkan solusi alternatif dan bisa diterima semua pihak. Sementara itu, pengamat politik Arie Sudjito, menilai gaya politik Sandi sulit menjangkau masyarakat menengah ke bawah. Sebab konsep mereka dianggap meragukan. Berbeda dengan kelas menengah atas. Karena berangkat dari kelas sosial sama, membuat Sandi lebih mudah diterima. Namun ketertarikan itu belum tentu sejalan dengan arah dukungan. Sebab ketertarikan tidak berhubungan dengan penerimaan. Terlebih menurutnya Sandi belum memiliki karakter kuat sebagai politisi. Karekternya cenderung lebih cocok sebagai pengusaha elit. Sebagai pengusaha, citranya dianggap tahu banyak hal. Namun permasalahan ekonomi Indonesia dan corak ekonomi bisnis berbeda. Sandi dianggap masih berpola pikir menggunakan nalar pengusaha ketimbang pejabat negara. Meski begitu, pelbagai statmen politik Sandi memang cukup efektif menarik perhatian publik. Hanya saja, pernyataan itu tidak menjawab masalah. Sandi kerap membuat menciptakan sensasi baru. "Apa yang dia omongkan lebih ke upaya mencari sensasi publik. Tapi belum tentu itu sebagai alternatif pilihan," ungkap Arie, Kamis pekan lalu. Maka itu, dia menyarankan manuver tepat buat pasangan Prabowo-Sandi adalah mengedepankan visi, misi dan program kerja. Adu gagasan agar dipilih pada 17 April mendatang. Sebab, melawan petahan memang sulit. Apalagi rivalnya memiliki segudang prestasi dalam kurun waktu empat tahun terakhir. "Jokowi ungkap prestasi, Prabowo ungkap prestasi. Jadi tarung prestasi. Enggak bisa era sekarang ini mengada-ada," tegas dia. Read the full article
0 notes
harianpublik-blog · 7 years
Text
Eksponen 98 Dukung Aksi 171717 yang Digagas Panglima TNI
Eksponen 98 Dukung Aksi 171717 yang Digagas Panglima TNI
Aksi 171717 yang digagas oleh Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo mendapat dukungan penuh dari eksponen 98.
Aksi ini dinilai sebagai bentuk gerakan yang bisa mempersatukan seluruh rakyat Indonesia tanpa melihat suku, budaya dan agama.
Disampikan Dondi, Eksponen 98 mendukung secara penuh aksi tersebut.
Bahkan dirinya akan mengkoordinir rekan-rekan eksponen 98 untuk ikut terlibat dalam aksi 171717 tersebut.
“Kami mendukung penuh aksi ini. Bagi kami, kegiatan ini sangat positif di tengah integritas bangsa yang mulai terkoyak,” kata Dondi kepada wartawan, Selasa (15/8/2017).
Dondi melanjutkan apa yang dilakukan Panglima TNI patut diapresiasi.
Gatot pun layak disebut sebagai tokoh bangsa karena kepeduliannya kepada keutuhan Indonesia.
“Kepeduliannya kepada bangsa dan rakyat layak kami sebut Panglima sebagai tokoh bangsa,” ujarnya.
Untuk memperingati HUT ke-72 RI, Eskponen 98 ini juga akan mengadakan acara di Patung Jenderal Sudirman yang berada di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat.
“Kami berharap peringatan Kemerdekaan tahun ini bisa memotivasi rakyat Indonesia untuk bersemangat membangun bangsa,” ujarnya.
Dihubungi terpisah, Aktivis 98 asal Universitas Trisakti Dedi Aryanto atau akrab disapa Bang UU menilai aksi ini bagus untuk pendekatan TNI dengan rakyat.
Karena memang pascapilkada DKI Jakarta kemarin terlihat ada sekat diantara aparat dengan rakyat.
“Ini sangat bagus, semoga apa yang dilakukan Panglima TNI ini dicontoh lembaga lain,” ujar Bang UU.
Negara lanjutnya butuh figur pemerasatu yang memiliki power siginfikan. Dan figur Panglima ini figur yang tepat untuk mempersatukan bangsa.
“Tentu butuh keseriusan dari seluruh elemen bangsa untuk menyatukan berbagai kalangan,” ujarnya.
Aktivis 98 akan turut mendukung kegiatan ini, Bang UU juga mengimbau kepada seluruh eks aktivis dan rakyat untuk terlibat dalam kegiatan ini. “Untuk tujuan postif kami mendukung dan mensuportnya,” tandas Bang UU.
Diketahui Panglima TNI menggagas aksi 171717 berupa doa bersama di seluruh Indonesia serentak pada tanggal 17 Agustus 2017 pukul 17.00 WIB.
Aksi ini untuk memohon rahmat Allah untuk bangsa Indonesia.
Gatot mengatakan kegiatan ini agar bangsa Indonesia mendapat kasis sayang dari sesama rakyat dan menyayangi alam.
Aksi 171717 ini dilatarbelakangi dari Pembukaan UUD 45. Panglima TNI meminta prajurit TNI untuk terlibat doa bersama pada 17 Agustus 2017 nanti.
tribunnews
Sumber : Source link
0 notes
Quote
Klaten | Bintara Pembina Desa di wilayah desa yang menjadi tugas binaanya, harus dekat tanpa sekat melekat dekat dengan masyarakat seperti gotong-royong, kamtibmas dan penanggulangan bencana alam harus selalu sigap dan tanggap dengan kesulitan warga. Seperti halnya kepedulian dari Babinsa Koramil 23/Ceper Kopda Sudomo membantu bersama warga rehap rumah memasang genting atap rumah warga milik Bambang Dukuh Sawit Rt03/Rw05 Desa Kurung, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten.   Minggu ( 07/06/20) Menurut Kopda Sudomo, kegiatan seperti ini sebagai implementasi dari pembinaan teritorial, hal itu sudah menjadi bagian dari Tugas pokok TNI AD khususnya membantu kesulitan masyarakat. Gotong royong akan memupuk rasa persatuan dan persaudaraan di lingkungan masyarakat desa binaan. Ini sangat positif karena bisa menjadi contoh sekaligus bisa menumbuhkan semangat untuk memupuk kegiatan gotong royong di masyarakat, ucap Kopda Sudomo. Kegiatan ini merupakan pembinaan kewilayahan di desa binaan dan salah satu bhakti nyata sekaligus penguatan paradigma kemanunggalan TNI dengan Rakyat, pungkasnya. Bambang selaku pemilik rumah mengucapkan terima kasih atas bantuan babinsa dan berharap pengerjaan rehap rumah berjalan lancar dan dapat ditempati sebelum hujan tiba, ungkapnya.Pendim Klaten
http://www.delapanenam.com/2020/06/babinsa-koramil-23ceper-bersama-warga.html
0 notes
seputarbisnis · 7 years
Text
Sekretaris PP Muhammadiyah: Pluralitas Beragama Indonesia Harus Dijaga
Medan (SIB)- Sekretaris Pengurus Pusat Muhammadiyah Dr H Agung Danarto mengungkapkan, pluralitas yang secara alami dimiliki bangsa ini harus tetap dijaga untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "Kita bangsa besar memiliki ribuan pulau dengan potensi Sumber Daya Alam (SDA) berlimpah. Harus didukung SDM yang sangat menghargai keragaman untuk mengeliminir kemungkinan terjadinya problematika sosial yang merusak persatuan dan kesatuan," kata Agung Danarto di Aula H Anif Kampus I Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Jalan Sutomo Medan, saat acara sidang Doktor Pendidikan Islam Mhd Lailan Argam, Rabu (24/5). Menurut dia, Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai rumusan sangat luar biasa yang dimiliki bangsa ini, merupakan filosofi luhur yang mengisyaratkan rakyat untuk memegang teguh keyakinannya dan melaksanakan ajaran agamanya masing-masing sebaik mungkin. "Masing-masing kita harus menjaga eksistensi komunitas sosial agamanya dengan mengedepankan rasa persatuan sebagai bangsa Indonesia," kata Agung. Bagi PP Muhammadiyah sendiri, pluralitas suku, agama dan ras justru menjadi potensi dasar bangsa untuk dijadikan spirit besar bergerak maju sebagai bangsa yang besar tanpa melihat sekat-sekat primordial. "Itu makanya perguruan tinggi Muhammadiyah tetap menerima mahasiswa berbeda agama, karena tujuan berdirinya perguruan itu adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan untuk mengamalkan ajaran agama itu diatur tersendiri," ungkapnya. Semua kita adalah bagian integral dari anak bangsa. Karena itu punya tanggung jawab yang sama untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI. "Keragaman ini harus selalu kita jaga, sebab kalau tidak dirawat akan menjadi problem besar yang dapat menghancurkan bangsa yang bermartabat," katanya. Dalam kesempatan itu, Agung Danarto meminta kepada seluruh rakyat untuk mendukung seluruh program pemerintah khususnya dalam upaya memelihara kerukunan umat beragama. Dengan kokohannya persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan, ungkapnya rakyat bangsa ini bersama-sama bekerja, berusaha dan memikir target ke depan untuk menjadi bangsa yang besar yang menjadi kekuatan penentu kemajuan dunia. (A12/h) http://dlvr.it/PFJwHF
0 notes
hestiariyani-blog · 7 years
Text
Berserikat Tanpa Sekat
Subtansinya bukan lagi tentang tuntutan kenaikan upah, karena itu hanya salah satu output dari berserikat. Tidak adanya sekat antara pemilik modal diwakili managemen dan pekerja dalam berserikat dalam penentuan Perjanjian Kerja Bersama dan SOP Teknis bekerja. Tidak adanya Sekat antara Rakyat (resource pekerja) dengan stakeholders (Pemegang Regulasi) dalam berserikat merumuskan Indikator2 Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dalam menetukan UPAH Minimun dan UU Ketenagakerjaan. Yang terjadi selalu ada sekat dalam memutusakan hajat hidup pekerja dengan minimnya dialog dan kajian yang komperhensif. Namun ini hanya sebatas opini mengamati fenomena polemik pekerja. Kaum pekerja yang orang sebut dan KKBI tulis Buruh, selamanya akan tetap berpolemik fluktuatif, karena itu tandnya kehidupan berjalan layaknya denyut nadi. Bagi yang berpikir May Day itu selalu diasumsikan dengan tuntutan kenaikan Upah, karena berbicara kesejahteran itu indikatornya kompleks. Itu pemikiran sempit yang belum tercerahkan saja. May day is holiday adalah bentuk Apresiasi dari sejarah perjuangan kaum buruh. *dikutip dari obrolan whatsapp grup alumni Fenomena, dari Lucky Irawan
0 notes