#PasarBojongKulur
Explore tagged Tumblr posts
majalahforbes-blog · 6 years ago
Text
Sandiaga datang, emak-emak senang
Forbes - Sandiaga Salahuddin Uno hadir di tengah Pasar Bojong Kulur. Berada di Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Bersama rombongan, datang menyapa para pendukung. Mayoritas kaum perempuan. Khususnya para emak-emak. Sorak sorai kaum ibu menyambut kedatangan calon wakil presiden nomor 02 itu. Mereka seolah melupakan sudah menunggu hampir 2 jam. Pria akrab disapa Sandi itu tiba sekitar jam 9.45 pagi. Hari itu pasar memang lebih ramai dari biasanya. Lokasinya berada di tengah perumahan. Pagi itu suasana begitu ramai. Semua berebut berjabat tangan dengan pendamping calon presiden Prabowo Subianto tersebut. Sandi hari itu memakai kaos berkerah berwarna biru. Bertuliskan Sandi Uno di dada sebelah kanan. Sejak keluar dari mobil, Sandi terus menunjukkan senyum mengembang. Mencoba mendekati warga. Berkomunikasi langsung. Bersalaman. Menyodorkan tangan sambil terus memberi senyum terbaiknya. Tampilan kasual Sandiaga selama berkampanye menjadi kebiasaannya. Selain memakai kaos, pakaian andalannya adalah kemeja biru muda dan celana panjang warna krem. Menarik pandangan. Terlihat segar dan adem. Begitu kata banyak kaum ibu dan pendukung Sandi berpendapat mengenai tampilannya. Kampanye di pasar memang menjadi target pasangan Prabowo-Sandiaga. Mereka terus menggaungkan tentang ekonomi. Salah satu fokus penting bagi mereka. Pasar dianggap punya peran kuat. Sebab mereka banyak mendengar keluhan banyaknya harga bahan pokok terus melambung. Kehadiran mereka sekaligus untuk meyakinkan warga dengan pelbagai program timnya. Agenda kampanye di pasar tentu tak ingin dilewatkan Sandi. Dia berkeliling pasar hari itu. Tingginya antusias warga, membuat Sandi hanya masuk ke bagian tengah pasar. Banyak warga berdesakan. Ingin melihat langsung calon pemimpinnya di Pilpres 2019 nanti. Ketika berada di blok penjual daging dan ikan, Sandi berhenti. Menyempatkan dialog dengan pedagang. Menanyakan harga dan mendengar keluhan mereka. Usai bincang-bincang Sandi mendapat kesempatan berorasi. Memakai toa. Tidak panjang isi pidatonya. Tanpa basa-basi, dia menjanjikan akan menurunkan harga bahan pokok. Bukan cuma itu. Janji lainnya adalah ingin mencetak pengusaha muda. Program ini penting. Sandi beralasan itu perlu dihadirkan demi menekan angka pengangguran. Inti semua orasi Sandi hari itu, yakni menjanjikan kesejahteraan ekonomi. Di akhir orasi, dia menyerukan agar warga memilih nomor 02 di kotak suara nanti. "Pilih nomor berapa?," kata Sandi. "Nomor dua. Sukses ya, Say!," jawab kaum emak antusias. Tidak lupa. Sandi juga menutup kampanye di Pasar Bojong Kulur dengan teriakan, "Takbir." "Allahu Akbar," jawab warga teriak serempak. Di Kabupaten Bogor, Sandi punya beberapa agenda. Selesai dari pasar, Sandi berjalan keluar. Meninggalkan lokasi. Lagi-lagi, senyum semringah Sandi menjadi andalan. Membuat para pendukung kaum emak-emak makin heboh. Sepuluh menit berselang. Rombongan meninggalkan pasar. Bergegas menuju lokasi kedua. Berjarak 5 km dari pasar. Sandi kali ini melakukan inspeksi aliran Kali Ciliwung. Dia ingin melihat kondisi kali yang kerap meluap di musim penghujan. Membuat rumah warga terendam. Sambutan serupa juga terjadi di lokasi kedua. Hanya saja, jumlah warga tak sebanyak di pasar. Warga setempat justru kaget dengan kehadiran sosok satu ini. Terik matahari siang itu menyengat. Di pinggir kali masih banyak tanaman liar, rumput dan ilalang. Sandi turun ke bibir kali. Di sini dia tak berorasi politik. Hanya diagendakan bertemu kepala desa. Sebelum itu, Sandi menjajal jembatan baru antar kampung. Dia amati lingkungan sekitar. Hari itu air sungai tengah surut. Warna airnya hijau. Dari atas jembatan tak terlihat arus sungai. Beberapa gundukan sampah terlihat. Ranting pohon bercampur sampah rumah tangga. Bukan Sandi bila tak membuat sensasi. Dari atas jembatan bercat merah bata, Sandi melakukan Side Plank. Sebuah gerakan olahraga dengan posisi tubuh ke samping dan satu tangan sebagai sandaran. Setelah beberapa waktu, Sandi berpindah ke sebuah rakit di samping jembatan. Memakai pelampung oren Sandi bertemu perangkat desa dan perwakilan komunitas. Mereka tampak berbincang. Membahas kondisi lingkungan bantaran kali Ciliwung di kawasan Cileungsi, Bogor. Terlihat Sandi mendengarkan cerita kepala desa. Tentang kondisi air sungai saat musim penghujan. Beberapa perwakilan komunitas Sri Kandi Sayang Sungai juga ikut bergabung. Sesekali Sandi bertanya. Lalu mendengarkan dan mengamati kondisi lingkungan sekitar. Sepuluh menit berlalu. Diskusi diakhiri. Sandi lekas naik ke bibir sungai. Dia harus bergegas ke agenda selanjutnya. Menjadi pembicara dalam sebuah seminar bersama generasi milenial. Berjarak 5 kilo meter dari bibir kali Ciliwung. Pukul 11 siang. Sandi sudah tiba di lokasi ketiga kampanye. Sebuah GOR di kawasan Kota Wisata, Gunung Putri. Namun setibanya di lapangan futsal, Sandi justru disambut ratusan emak-emak pengajian Masjid Darussalam. Mereka berkumpul sejak pagi. Mengikuti seminar dengan bintang tamu Sandi Uno. Saat berjalan menuju panggung, tak hentinya dia dimintai foto bersama. Pembawa acara pun kewalahan menghalau emak-emak untuk kembali ke tempat duduk. Sejumlah ajudan tampak kewalahan menghadapinya. Mereka bahkan mengejar Sandi hingga ke bibir panggung. Ketika dipersilakan berbicara, Sandi membuka pidatonya dengan mengajak peserta menyanyikan lagu pembukaan Asian Games. Lagu berjudul 'Meraih Bintang' dinyanyikan penyanyi dangdut Via Vallen. Peserta tampak bersemangat dan bersiap mendengarkan materi dari Sandi. Usai membangun suasana, Sandi mempersilakan peserta mendekat ke panggung. Dia mengaku ingin dekat dengan warga. Tak mau berjarak. Dirasa masih terlalu jauh, Sandi justru mendekat. Turun dari panggung. Berdiri di tengah kerumunan orang. "Saya di sini saja ya, Bu. Biar lebih dekat sama ibu-ibu semua. Kelihatan jelas kan Bu?" ungkap Sandi dan disambut riuh tepuk tangan hadirin. Dalam pemaparannya, Sandi mengaku kaget. Dalam undangannya tertulis peserta adalah generasi milenial. Anak muda. Nyatanya, mayoritas peserta kalangan emak-emak. Untuk itu, dia langsung mengubah topik pidatonya. Seperti di pasar pagi tadi. Dia sempat diingatkan panitia untuk membahas ekonomi umat. Tapi dia hanya menyinggung sedikit masalah ekonomi perspektif Islam. Sandi malah menjelaskan tentang kampanye damai. Mengingatkan peserta untuk tidak termakan kabar burung. Tak ikut menyebarluaskan informasi hoaks. Seminar lalu ditutup dengan diskusi tanya jawab. Pada sesi ini banyak pertanyaan dari warga. Mulai dari masalah ekonomi, pendidikan sampai masalah politik. Warga juga tak ragu mempertanyakan alasan dirinya mundur dari jabatan Wagub DKI demi mendampingi Prabowo di Pilpres nanti. Jam menunjuk pukul 11.50 WIB. Waktu salat zuhur tinggal sepuluh menit. Ini jadi pertanda selesainya sesi tanya jawab. Pembawa acara lalu menutup sesi. Acara siang itu diakhir doa bersama. Kemudian dilanjutkan sesi foto yang telah dinanti peserta. Saat adzan berkumandang, peserta segera membubarkan diri. Segera bergegas ke Masjid Darussalam. Berjakar 50 meter dari lokasi seminar. Satu jam berselang. Sandi menuju lokasi terakhir kampanye hari itu. Masih di kawasan Gunung Putri. Sandi menghadiri peresmian posko pemenangan dan deklarasi dukungan dari warga Bojong Kulur buat kepada dirinya dan Prabowo. Berlokasi di tengah perumahan. Sebuah tenda telah dipersiapkan. Panggung utama dihias sedemikian rupa penggagas acara. Puluhan kursi terisi. Sebagian warga rela berdiri di tengah teriknya matahari. Sandi merasa tak nyaman dengan panggung setinggi 1 meter dan berukuran sekitar 2x2 meter itu. Dia merasa konsep panggung sudah tidak cocok buat pemimpin berbicara kepada rakyat. Panggung dianggap sebagai sekat dan seolah tak berjarak. "Panitia tolong besok kalau adakan acara enggak usah pakai panggung. Ini zaman old. Sekarang itu zamannya dekat dengar rakyat," kata Sandi tinggi di hadapan umum. Cara Sandi berkampanye sama seperti ketika di Pilgub DKI Jakarta lalu. Hampir tiap acara di kampung tak tersedia panggung. Dia biasa berdiri di tengah warga. Sandi hanya mengandalkan kursi agar bisa terlihat oleh warga. Lalu berorasi di atas kursi plastik. Sebelum naik ke atas panggung, Sandi mengaku mendapatkan buku saku dari warga. Berisi doa zikir pagi, siang, petang dan malam. Dalam kesempatan itu, Sandi bercerita tentang pengalamannya rutin mengamalkan zikir dalam buku saku itu. Yakni cerita tentang tumor menyerang pita suaranya tiga tahun lalu. Penyakit itu hilang sesaat sebelum dioperasi. Kuncinya, kata dia,tak putus berzikir pagi, siang, petang dan malam. Saat bercerita, mata Sandi tampak berkaca-kaca. Suasana siang itu jadi haru. Tak sedikit peserta ikut menitihkan air mata mendengarkan kisah Sandi siang itu. "Saya percaya kekuatan zikir itu betul-betul akan membawa begitu banyak keajaiban buat kita," ungkap Sandi. Fokus masalah ekonomi Dalam setiap kampanyenya, Sandi memang fokus pada tiap masalah ekonomi. Mulai dari kemiskinan, mahalnya harga kebutuhan pokok hingga sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan bagi generasi muda. Sebagai pengusaha, Sandi sudah kawakan di bidang ekonomi. Lulusan Universitas George Washington ini telah malangmelintang di dunia usaha. Tak heran, masalah ekonomi jadi keahliannya. Koordinator juru bicara tim pemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga, Dahnil Anzar, mengatakan fokus isu ekonomi bukan kemauan Sandi seorang. Melainkan bentuk kekhawatiran masyarakat akan keberlangsungan hidupnya. Lebih dari itu, hasil keliling Prabowo dan Sandi menegaskan ekonomi Indonesia masih belum banyak perubahan. Misalnya kisahnya tentang tempe hampir setipis kartu ATM dan ukuran tahu mengecil pasca kenaikan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar. Kisah itu dia dengar sendiri dari penjual tahu di kawasan Jakarta Timur. Pedagang bernama Yuli sengaja mengecilkan ukuran tahu dari biasanya lantaran tak bisa menaikkan harga tahu saat dijual. Kondisi ini, kata Dahnil, menunjukkan realitas ekonomi sebenarnya. Dia menyebut seorang pemimpin bukan saja mengatasi masalah ekonomi makro. Tetapi, ekonomi mikro juga harus jadi prioritas. Dahnil melihat hari ini kondisi ekonomi nyatanya ditutupi dalam bentuk angka-angka statistik. Sehingga terlihat ekonomi berjalan baik. Faktanya emak-emak menjerit saat harga bahan pokok merangkak naik. "Jadi tentu ini menjadi konsen bersama, isu bersama yang ingin dituntaskan oleh pasangan Prabowo-Sandi," kata Dahnil Sabtu pekan lalu kepada merdeka.com. Mengedepankan isu ekonomi jadi kesepakatan bersama tim pemenangan. Sebab koalisi ini sepakat bahwa laju pertumbuhan ekonomi dirasa stagnan dan dampaknya tak terasa ke masyarakat. Tim pemenangan telah membagi tugas. Ada banyak tim dibuat. Tim media, tim konten, tim peneliti dan pengembangan (litbang), tim komunikasi politik dan masih banyak lagi. Namun Dahnil enggan membeberkan siapa saja orang-orang dibalik tim itu. Tim ini nantinya bekerja mengolah data dan menentukan isu strategis. Pasangan capres dan cawapres ini juga terlibat dalam prosesnya. Karena mereka memegang andil dalam eksekusi di lapangan. Ketua PP Muhammadiyah ini mengatakan tim komunikasi politik tak banyak memberikan masukan terkait gaya kampanye kandidatnya. Mereka hanya berpesan untuk tetap jadi diri sendiri. Tak perlu melakukan berbagai pencitraan agar dipilih. Hal terpenting dalam kampanye adalah menawarkan berbagai solusi dari banyak masalah dirasakan langsung masyarakat. "Yang paling jelas Prabowo dan Sandi tetap otentik sebagaimana mestinya. Mereka tidak dibuat-buat baik gaya komunikasi maupun gaya kampanyenya," ucap Dahnil. Dicap terlalu berlebihan Dalam berkampanye, pasangan ini berbagi tugas. Bukan berdasarkan kelas sosial. Melainkan per wilayah. Namun ia tak menjelaskan rincian pembagian wilayah. Dahnil menyebut keduanya menggunakan cara serupa ditiap kampanye. Seperti blusukan ke mendatangi warga. Bertemu dengan tokoh nasional, tokoh adat hingga tokoh masyarakat. Pemilihan isu ekonomi kerap digaungkan Prabowo-Sandi dirasa sudah tepat. Pengamat Politik Usep Ahyar menilai pernyataan Sandi menggambarkan kondisi masyarakat. Sehingga masyarakat diajak ke arah diskursus rasional. Apalagi dia kembali melawan petahana. Dibandingkan dengan politik identitas, pelbagai isu ekonomi dianggap lebih efektif. Permainan politik identitas terlalu mahal dijadikan senjata politik. Dampak negatif berkepanjangan, salah satunya perpecahan. Terlebih masing-masing kubu tak memiliki perbedaan signifikan. Hal ini berbeda kala Sandiaga bertarung di Pilgub DKI. Sang petahana merupakan minoritas. Baik dari sisi agama, suku hingga daerah asal. "Maka saya kira yang paling efektif ekonomi, itu sudah benar. Apalagi lawannya petahana," kata Usep kepada merdeka.com pekan lalu. Walau dirasa tepat, gaya komunikasi Sandi kerap dicap berlebihan. Terlihat hiperbola dalam memberikan pernyataan. Salah satunya tentang tempe setipis kartu ATM. Namun kritikan Sandi tak lantas disertai solusi. Meski tak bisa mengeksekusi, Sandi diharapkan bisa menawarkan solusi alternatif dan bisa diterima semua pihak. Sementara itu, pengamat politik Arie Sudjito, menilai gaya politik Sandi sulit menjangkau masyarakat menengah ke bawah. Sebab konsep mereka dianggap meragukan. Berbeda dengan kelas menengah atas. Karena berangkat dari kelas sosial sama, membuat Sandi lebih mudah diterima. Namun ketertarikan itu belum tentu sejalan dengan arah dukungan. Sebab ketertarikan tidak berhubungan dengan penerimaan. Terlebih menurutnya Sandi belum memiliki karakter kuat sebagai politisi. Karekternya cenderung lebih cocok sebagai pengusaha elit. Sebagai pengusaha, citranya dianggap tahu banyak hal. Namun permasalahan ekonomi Indonesia dan corak ekonomi bisnis berbeda. Sandi dianggap masih berpola pikir menggunakan nalar pengusaha ketimbang pejabat negara. Meski begitu, pelbagai statmen politik Sandi memang cukup efektif menarik perhatian publik. Hanya saja, pernyataan itu tidak menjawab masalah. Sandi kerap membuat menciptakan sensasi baru. "Apa yang dia omongkan lebih ke upaya mencari sensasi publik. Tapi belum tentu itu sebagai alternatif pilihan," ungkap Arie, Kamis pekan lalu. Maka itu, dia menyarankan manuver tepat buat pasangan Prabowo-Sandi adalah mengedepankan visi, misi dan program kerja. Adu gagasan agar dipilih pada 17 April mendatang. Sebab, melawan petahan memang sulit. Apalagi rivalnya memiliki segudang prestasi dalam kurun waktu empat tahun terakhir. "Jokowi ungkap prestasi, Prabowo ungkap prestasi. Jadi tarung prestasi. Enggak bisa era sekarang ini mengada-ada," tegas dia. Read the full article
0 notes