#Ambulans dan Obat-obatan
Explore tagged Tumblr posts
madurapost · 19 days ago
Text
Dinkes P2KB Sumenep Gerak Cepat, Jamin Layanan Kesehatan di Hari Libur
SUMENEP, MaduraPost – Ketika sebagian besar masyarakat menikmati hari pertama libur Lebaran dengan berkumpul bersama keluarga, Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Sumenep, drg. Ellya Fardasah, memilih turun langsung ke lapangan. Bersama timnya, ia menyusuri sejumlah puskesmas di wilayah daratan Sumenep, memastikan bahwa layanan kesehatan tetap…
0 notes
beritalkorea22 · 6 months ago
Text
Mantan kontestan reality show ‘Heart Signal 2’, Seo Min Jae, membuka cerita kelamnya terkait penggunaan narkoba dengan Nam Tae Hyun dan dampaknya pada kehidupan pribadi serta kariernya.
Tumblr media
 Seo Min Jae, telah sangat terbuka mengenai insiden terkait penyalahgunaan narkoba melalui postingan di media sosial. Dalam sebuah unggahan berjudul "Pengakuan: Perjuanganku dengan Narkoba," mantan kekasih Nam Tae Hyun itu menceritakan momen kelam tersebut.
Menurut catatan yang dilaporkan oleh News1, insiden itu Min Jae terjun dari lantai 2 terjadi kira-kira seminggu setelah ia mengonsumsi narkoba. Setelah pakai narkoba dengan Tae Hyun, kontestan "Heart Signal 2" itu mengalami masalah seperti insomnia, depresi, dan gangguan panik—efek dari penyalahgunaan zat. Ia pun mengakui telah menyalahgunakan obat-obatan seperti pil tidur untuk mengatasi tantangan kesehatannya tersebut.
"Hari itu jelas merupakan salah satu yang paling menakutkan dalam hidupku," kata Min Jae.
Konsekuensi dari tindakannya sangat serius. Min Jae mengungkapkan bahwa ia menderita patah tulang pada kedua tulang panggulnya akibat terjatuh dan segera dibawa ke rumah sakit dengan ambulans. Setelah perawatan klinis, ia menjalani rehabilitasi untuk memulihkan mobilitasnya.
"Aku tidak ingat apa pun setelah itu. Kronologi dari rekaman kamera tubuh polisi setelah menerima laporan seorang wanita yang melompat dari lantai dua adalah sebagai berikut: Saat aku melompat, kedua tulang panggul patah," ungkapnya.
Min Jae menambahkan, "Aku dibawa ke rumah sakit dengan ambulans, dirawat di rumah sakit untuk perawatan ortopedi, dan kemudian dipulangkan dari rumah sakit. Aku menerima pelatihan berjalan dengan kruk dan pelatihan berjalan sendiri di rumah sakit rehabilitasi. Jika cederanya makin parah, saya benar-benar tidak akan bisa berdiri lagi,"
Lebih lanjut, Min Jae memberikan pengakuan bahwa setelah ia mengundurkan diri dari profesi mengajar, ibunya dan keluarga merasa sangat terpukul dan malu karena tidak mampu membimbing putri mereka. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya dampak kesulitannya terhadap orang-orang yang dicintainya.
Selain itu, Min Jae mengenang kembali penderitaan tersebut. Ia mengungkapkan perasaan putus asa hingga mempertimbangkan untuk mengakhiri hidupnya saat mencari pelarian dalam obat-obatan.
"Jika melihat ke belakang, momen inilah yang membuatku menyadari bahwa narkoba sangat menakutkan. Itu karena ketika aku mencapai titik terendah dalam hidupku, tanpa apa pun yang tersisa setelah badai berlalu, aku memiliki pikiran jahat ini, 'Hidupku sudah berakhir. Haruskah aku bergantung pada narkoba untuk melarikan diri dari kenyataan dan mengakhiri hidupku?'" tuturnya.
Menyadari betapa menakutkannya pengalaman tersebut, Min Jae memutuskan untuk memulai hidup baru dengan mengganti namanya dari Seo Eun Woo. Pengakuannya menggambarkan keputusannya untuk tidak ingin lagi dikenang dengan masa lalu kelamnya dan bertekad untuk hidup dengan lebih jujur.
"Aku merasa tidak enak dengan cap tidak menyenangkan yang terus melekat padaku ketika saya dipanggil dengan nama lamaku. Aku tidak ingin mengingat kenangan menyakitkan itu," bebernya. "Kupikir aku harus hidup dengan jujur kali ini."
Dalam pengakuannya, Min Jae juga membuka bahwa ia menggunakan narkoba bersama Tae Hyun pada Agustus 2022. Kasus menyebabkan keduanya dijatuhi hukuman percobaan penjara karena mengonsumsi metamphetamine di kediaman Min Jae di Yongsan-gu, Seoul.
Baru-baru ini, Min Jae menuduh Tae Hyun melakukan kekerasan dalam hubungan dan mengancam akan menyebar revenge porn. Meskipun demikian, Tae Hyun membantah tuduhan tersebut dan mengonfirmasi bahwa mereka berdua sudah putus.
Cerita tragis Min Jae ini tidak hanya menggambarkan dampak buruk dari penyalahgunaan narkoba, tetapi juga pentingnya dukungan keluarga dan teman dalam melalui masa-masa sulit. Pengakuan jujurnya menjadi pengingat bagi kita semua tentang betapa berbahayanya penggunaan obat-obatan dan pentingnya mencari bantuan yang tepat dalam menangani masalah kesehatan mental.
0 notes
sunsineworld · 4 years ago
Text
Medical Evacuation
Telpon berdering kesekian kalinya, mengusik saya yang sedang istirahat selepas dinas malam, ya itu jam 9 malam telpon itu selalu berdering berkali kali tiada henti. Awalnya saya mengabaikan telpon itu lama kelamaan, ya saya merasa pasti ada hal penting. Akhirnya saya angkat dan ya benar saja, saya harus melakukan medical evacuation ke bagian timur Indonesia. Padahal itu bukan jadwal saya melakukan misi tersebut.
Setelah mendengar kabar, akhirnya saya bergegas untuk ke klinik merapikan dan menyiapkan semua alat yang akan dibawa. Membaca email dari Assistance Centre mengenai kasus yang akan saya bawa. Rencana awal melakukan medical evacuaton adalah menjemput pasien dari Timika ke Ujung Pandang dan ke Adelaide. Tetapi tidak jadi dikarenakan kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk diterbangkan ke Adelaid, sehingga rute penjemputan pun berganti dari TImika ke Jakarta.
Awalnya, sesuai dengan email yang diterima, saya hanya melakukan medical evacuation terhadap satu pasien saja tp kondisi lapangan berkata lain, saya membawa dua pasien yang terkonfirmasi COVID 19. Malam itu saya menyiapkan peralatan yang akan dibawa, hanya dalam waktu setengah jam saya berhasil menyiapkan itu semua berkat teman-teman tim yang luar biasa cekatan.
Jam tangan menunjukan 23.00 dan saya sudah sampai di bandara, bersama satu dokter anestesi yang sering mendampi menteri kesehatan ketika melakukan DSA. Selama dalam perjalanan dari Jakarta ke Timika, ada beberapa awak pesawat yang secara diam-diam mengambil foto terhadap saya dan dokter anestesi tersebut, saya hanya diam dan pura pura tidak mengetahui hal tersebut.
Sesampainya di bandara, saya sudah ditunggu crew penerbangan, dikarena pesawat yang digunakan adalah pesawat sewaan bukan Air Ambulance yang biasanya dipakai dan penumpangnya hanya saya dan dokter anestesi saja. perjalanan yang lumayan panjang karena memakan waktu hampir 5 jam di udara.
Jam 6.00 pagi waktu Indonesia bagian timur, saya tiba di bandara yang menurut saya adalah bandara eksklusif. Setelah menunggu tim dari Timika yang membawa pasien, saya dan salah satu role model saya yaitu supervisor saya terdahulu.
Ini adalah kasus pertama saya melakukan medical evacuation dengan kasus konfirmasi COVID 19. Pasien pertama adalah warga negara Australia, ras kulit hitam, laki-laki umur 30 tahun, terdiagnosa TB paru dan COVID 19. Kondisinya stabil dan terpasang IV line, saturasi di ruang normal adalah 89-92% sehingga menggunakan simple mask dengan Oksigen 6L/menit. Vital sign stabil, rutinitas masih dilakukan mandiri, masih dapat berjalan. Obat-obatan yang digunakan adalah Flumucyl 600 mg, Methylpredisolone IV 1 ampul, dan Theragram tablet. 
Pasien kedua adalah yang sedikit berat, dimana pasien laki-laki warga negara Afrika Selatan, ras kulit putih, umur sekitar 45 tahun. Terdiagnosa gagal ginjal, hipertensi, DM tidak terkontrol, dan COVID 19. Terpasang selang kateter, NGT, IV 3 line, dan nasal kanul 4-6 L/menit. Obat-obatan yang digunakan adalah Fentanyl 2.5 ml/jam, actrapid, dan IV line. pasien dibantu penuh oleh perawat. Awalnya semua vital sign normal, ketika pesawat lepas landas, dimana semua medical crew yang terdiri dari 2 dokter anestesi, 2 perawat laki-laki, dan 1 satu satunya perempuan dalam team mengecek kembali kondisi semua pasien. 
Baiklah, saya akan mencoba menceritakan semua yang masih teringat di dalam kepala saya, sebelum semua pasien memasuki pesawat, dokter anestesi dari jakarta mengecek kelayakan semua pasien untuk terbang dan perawat merangkai semua alat-alat kesehatan portable yang akan dimasukan ke dalam pesawat. Dikarenakan semua pasien adalah confirmased case, sehingga mereka akan dimasukan ke salam plastik yang dimanakan BIOLOGICAL CHAMBER, dimana seperti keranda mayat digabungkan dengan inkubator bayi, dimana ada penyaring udaranya juga, yang mengubah udara di dalam chamber yang kotor menjadi udara yang bersih untuk dihirup oleh orang di luar chamber. Nantinya kedua pasien akan masuk ke dalam Chamber tersebut, 1 pasien mendapatkan 1 chamber.
sebagai perawat perempuan saya harus merakit kerangka chamber, mengangkat penyaring udara, syringe pump dan infus pump. Untuk yang berat dilakukan oleh perawat laki laki seperti membawa Lifepak atau sama seperti Zoll E, koper yang isinya obat-obatan, vacum matras, dan lain sebagainya. Jujur, sangat terbantu jika ada perawat laki-laki yang ikut dalam misi.
Setelah semuanya selesai, harus cepat-cepat untuk lepas landas, dikarenakan memakirkan pesawat tidak seperti parkir mobil yang harganya hanya 24 ribu yang paling mahal, beda soal kalo kelebihan parkir pesawat. 
Saya akui bahwa semua alat yang dipunyai oleh tempat saya bekerja adalah barang-barang kualitas no1 di bidangnya dan harganya juga mungkin puluhan tahun atau ratusan tahun saya bekerja agar terbeli peralatan tersebut, sehingga harus berhati-hati sekali membawanya.
Baiklah, saya lanjut ketika pesawat akan lepas landas, tiba tiba alarm dari blood pressure berbunyi dan menandakan bahwa salah satu pasien mengalami penurunan tekanan darah. Hal yang paling utama ketika melakukan misi adalah BERDOA, ya itu kuncinya karena sewaktu waktu kondisi pasien bisa saja berubah.
Mesin menunjukan bahwa tensi adalah 75/55 mmHg, dikarenakan pesawat akan lepas landas dan semua team tidak boleh ada yang berdiri selama beberapa menit. Setelah itu, kami semua melihat kondisi pasien. Posisi pasien tepat di belakang bangku kami duduk dan pesawat kali ini ruangan antara bangku tidak begitu luas dan jalan di tengah bangku pun sama berbeda cerita jika menggunakan Air Ambulance. 
Sudah 3 kali melakukan pengukuran tekanan darah dan hasilnya sama, sehingga kami memasukan vascon 7 ml/jam dan dobutamin 5ml/jam. Setelah itu kami terus mengevaluasi kesadaran pasien dan tentunya vital sign. Selama perjalanan itu saya berdoa agar pasien tidak mengalami penurunan kesadaran. selama di perjalanan udara, memberikan obat, memberikan minum, menghitung keseimbangan cairan, melakukan pendokumentasian yang seperti biasanya. 
Ketika sampai di bandara internasional SOETTA untuk diantarkan ke sebuah rumah sakit swasta di tangerang, kami memindahkan pasien dari pesawat ke ambulan. Ada juga staf dari KKP ya seperti klinik di bandara. 
Saya merasa bersyukur dapat bergabung di dalam misi ini dan tentunya bekerja di salah satu tempat yang menyediakan layanan medical evacuation, dimana pada saat bangku perkuliahan saya tidak pernah mendapatkan materi tentang NURSE FLIGHT.
Jika ada, pasti akan banyak yang ingin menjadi NURSE FLIGHT. Ya ini sepenggal cerita saya saat menjadi bagian dari itu, semoga tulisan ini menjadi kenangan untuk saya. Oia, saya kurang lebih 12 jam berada di udara, pulang pulang, capek terasa sangat dan senang ketika pasien yang dievakuasi dalam keadaan yang baik saat tiba di RS rujukan. 
Jujur, saya senang dan bahagia dapat kembali ke tanah papua walaupun hanya beberapa jam untuk menjemput pasien dan bertemu dengan Pak Subi, Ka Rotika, dr. Richard dan dr Joko.
Terimakasih atas share ilmu selama di atas udara.
NB: maaf ya tidak bisa memberikan foto dikarenakan menyangkut pasien dan perusahaan dimana saya bernaung.
3 notes · View notes
camatoki · 5 years ago
Text
karakter Hypmic as panitia ospek.
KOMDIS (Komisi Disiplin)
Samatoki Aohitsugi (Teknik Tenaga Listrik)
- pentolan
- muka bete
- rambutnya diiket kebelakang
- toa selalu siap sedia
- "JALANNYA CEPET WOY DENGER GAK"
- "JANGAN CENGEGESAN"
- galacc
- ngegas 24/7
- "LO LAGI LO LAGI YANG TELAT"
- bad words
- "LO GOBLO*** GITU AJA GAK BISA"
- "pikir sendiri lah *su"
- pas di akhir acara dia paling banyak minta maaf ke maba
- "sok sini kalo mau ngobrol ama gue"
Jyuto Iruma (Ilmu Politik)
- pake atribut kampus lengkap dari atas sampe bawah
- selempang kampus diiket di kepala
- suka nyindir maba
- *smirk*
- "lu bisanya ngapain sih"
- godain maba cewek
- "eh kamu, saya mau minta tolong kesini sebentar"
- "jagain hati saya"
- mukanya bete juga ni
- savage
- rada galak dan rese
- "NAMETAG HARUS JELAS, YANG GAK MEMENUHI SYARAT KELUAR BARISAN!"
- "YAK STOP STOP STOP" *megang toa*
- ngeselin
- "jujur ama gue, lu nyogok ya biar lolos"
Riou Mason Busujima (Oseanografi)
- pertama liat, maba pada takut sama dia
- badannya paling gede nomer dua
- lah ternyata soft boi
- gak tegaan
- "mau saya ambilin a*qua gak?"
- "nih bagiin ke temen yang lain"
- olweys nyemangatin maba
- "geser ya, biar temennya kebagian tempat"
- "yang belakang pindah ke depan, masih kosong"
- kayak Jyuto, selempang kampus diiket di kepala
- kadang suka ajak ngobrol maba disela kegiatan
- "ooh kalo sama saya santai aja haha"
- nyuruh maba pada nyicipin bekal bikinannya
MEDIS
Jakurai Jinguji (Kesehatan Masyarakat)
- ranselnya penuh dengan obat-obatan
- soft
- tapi langsung marah kalo ada maba yang tumbang karena lupa sarapan
- "siapa suruh kamu nggak sarapan ha? jawab"
- "lain kali kalo kamu ngga sarapan saya anterin makan"
- berbagi tips hidup sehat dengan maba
- suka ngasih vitamin kalo papasan sama dia
- ceramah panjang soal begadang
- "kalo ga penting-penting amat gak usahlah begadang segala"
- ngasih rekomendasi warteg murah dan sehat waktu jam makan
- maba pada seneng ngobrol sama dia
- "yuk simpen tenaga buat nanti makrab"
Ichiro Yamada (Sastra Jepang)
- cekatan
- tapi agak gampang panik
- kotak P3K selalu di tangan
- paling kuat kalo ngangkat tandu
- "masih kuat gak? mau gue gendong?"
- "woy tolong panggil ambulan, ini ada yang kambuh"
- "eh ini kok banyak yang pingsan ya?"
- "barangnya gue bawa ya? gapapa elah lo fokus aja sama materi"
- suka ngingetin maba buat jaga kesehatan
- cepet banget akrab sama maba cowo
- seneng kalo ketemu maba wibu
- "info-info sabi lah kalo ada event lagi"
- paling terkenal nomer tiga seantero maba
Gentaro Yumeno (Sastra Indonesia)
- bawa buku bacaan kemana-mana
- udah pake jas almamater, dalemnya pake hoodie pula
- pakaiannya panjang dan tertutup
- totebag isinya obat-obatan sama buku catetan
- "mau mas ambilin teh anget atau kopi item dek?"
- sering minjemin jas nya buat nutupin kepala maba yang kepanasan
- "eh medis bikinin teh anget dong, buat gua lah hehe"
- "dek, kamu mas bawa ke klinik kampus mau ya? parah banget ini"
- "etapi boong"
- sering cerita-cerita tentang kampus sama maba
- gatau tuh bener apa boong
- "kalo pas malem kalian lewat lorong Pacilkom sendirian, jangan pernah nengok kebelakang ya. Plis jangan pernah"
- "nanti nabrak, suer deh ga boong"
KORLAP (Koordinasi Lapangan)
Sasara Nurude (Komunikasi)
- ngelenong 24/7
- asik banget ngereceh sama maba cowo
- "tuh lu liat dah yang namanya Samatoki"
- "dia jadi kudis disini"
- ngasih arahan tempat ke maba
- "acara selanjutnya di gedung B ya, awas jangan sampe salah lu pada"
- kemana-mana bawa kertas rundown acara buat jadi kipas
- doyan ngusilin maba cewek
- "eh apaan tuh yang jatoh dari tas lu?"
- kamu udah panik nengok kebawah
- "oh hati gue, tolong ambilin dong"
- orangnya baik sih, cuma ngeselin kalo lenongnya kumat
- "MASAK AER"
- "siapa yang masak aer woy"
Saburo Yamada (Ilmu Komputer)
- keliatan paling serius
- otw jadi inceran maba cewek
- sibuk sama hapenya
- "eh lo main itu juga? add gue dong, nanti mabar kita"
- sering diminta tolong buat ngehandle beberapa kerjaan divisi lain
- kadang dimodusin maba cewek
- inget, mulutnya tajem gan
- "lo daritadi deket-deket ngapain sih? gue risih"
- kerja 24/7
- "toilet ada di kiri-kanan panggung"
- "eh kak, tolong kasih tau logistik dong, kalo mau naro konsum buat panitia di sekretariat aja"
- cepat, tanggap, disiplin dan santuy adalah jalan ninjaku
Ramuda Amemura (DKV)
- paling stylish sejagad kampus
- di tasnya ada puluhan permen berbagai rasa
- bahkan saku jas isinya permen
- ada lolipop juga
- semangat 24/7
- sering dikira seangkatan sama maba
- doyan nawarin permen ke maba
- "kakak suka yang rasa melon atau jeruk?"
- "YUK SEMUANYA MASIH SEMANGAT KAAANN???"
- "kalian masuk lewat sisi kanan aula dan keluar lewat sisi kiri aula ya~"
- "mas, kalo mau nitip tas bisa ke bagian sekretariat di belakang panggung"
- tulisan tangannya paling cantik dan rapih
- siap sedia tisu kemana-mana
LOGISTIK
Rei Amayado (Manajemen Pemasaran)
- sering dikira dosen
- maba pada takut sama dia
- badannya paling gede, keker tapi rada jayus
- ngehandle masalah perlengkapan atribut semua rangkaian acara
- asik banget ngerumpi sama cowo-cowo
- doyan bener modus ke maba cewek
- "neng minta nope dong"
- "nomer hape"
- kuat banget ngangkat dus-dus makanan + minuman
- "kalo dah kelar makan, sampahnya taro di plastik sini ya"
- "siapa yang belom dapet sedotan angkat kaki!"
Jiro Yamada (Administrasi Publik)
- cekatan
- tapi santuy orangnya
- kemana-mana pake topi
- ngehandle masalah konsumsi selama acara
- "begituan mah di toko gue juga banyak, ntar ye ngomong dulu sama abang gue"
- semua pengeluaran logistik dia yang atur
- "kan jumlah panitia ada sekian, jumlah peserta acara ada sekian, kalo semisal dana kita segitu cukup gak buat sampe makrab?"
- kayak Saburo, doyan ngajak mabar para maba, bedanya dia gak tau tempat
- rela gak dapet makan demi temen-temennya
- "sans, gue dah makan. Buat lo aja itu"
Dice Arisugawa (Manajemen Keuangan)
- join logistik biar bisa nyicipin semua konsum buat acara
- paling banyak mondar-mandir sama Rei buat bawain barang-barang acara
- "mas Rei, ini karton taro mana ya?"
- paling semangat 45 kalo ngurusin konsum
- "oper woy opeerrrrr, siapa noh yang belom dapet makan?"
- "woy dek barisan lu yang belom dapet minum siapa aja?"
- "ini nasi kotaknya seorang dapet satu ye, kecuali gue dapet dua hehe—ADUH JANGAN DITABOK GUE JIR"
- orangnya petakilan
- enak kalo se-tim sama dia, kerjanya cepet
-kerja cepet biar bisa nongski adalah motto hidupnya
- hampir semua orang dicurhatin masalah gebetannya
PEMBINA KELOMPOK / MENTOR
Rosho Tsutsujimori (Psikologi)
- kata maba kacamatanya mirip Ric*h Bria*n
- orangnya kalem dan santuy
- gak galak, tapi tegas
- ga tegaan juga orangnya
- kesayangan para maba
- perhatiin orang dari ujung atas sampe ujung bawah
- "yok sini kamu yang lagi kipas-kipas, maju kedepan ceritain kesan pesan selama ospek
- "kok kartu lu bisa ilang sih? bikin surat pernyataan dulu sana"
- "yok ngobrolnya stop dulu, lihat kedepan"
- "kita bikin grup aja gimana? gue kasih id line gue"
- ketawa jayus denger lawakan para maba
- "hahaha~"
Hifumi Izanami (Sosiologi)
- sering dikira idol sama maba
- ceria banget, capek pun tetep ceria
- high five sama semua maba
- sayang maba dan disayang maba
- tapi jangan bikin dia marah
- sering diminta tolong jadi mc acara bareng Ramuda
- "weeyyy mangats ya dek"
- gayanya nyentrik tapi gak alay
- "ini kelompoknya gue bagi lagi jadi 4 ya"
- "yang masuk Sosiologi gue traktir boba pas pulang"
- "heeee ternyata kos lu deket kos gue toh"
- kalo ketemu maba dijalan, sering diajak sarapan bareng
- "sante aja napasiiii"
- kira-kira ekspresinya kayak gini > (*・ω・*)
Doppo Kannonzaka (Akuntansi)
- lelah 24/7
- sobat gadang
- maba pada gak tega sama dia, mukanya keliatan capek
- tampangnya ga galak si, tapi kalo senyum cuma segaris
- kalo lagi good mood, sering sumringah
- ⚠jangan bikin mas Doppo kesel⚠
- kalo ngasih tugas sering aneh-aneh
- "nih gua kasih tugas minta tanda tangan komdis terus foto bareng"
- suka nanya random ke maba
- "mending bubur ayam diaduk ato ngga?"
- "mending bubur kacang ijo ya.."
- "kita bikin kesepakatan. Lo pada kalo telat ngumpul laporan, sanksinya mau apa?"
Tumblr media
49 notes · View notes
katakangerak · 5 years ago
Text
Kodok Super Melindungi Tokyo -Haruki Murakami
Tumblr media
Katagiri mendapati seekor katak raksasa menunggu dia di apartemennya. Katak yang kekar, berdiri setinggi lebih dari enam kaki dengan tumpuan kaki belakangnya. Hanya seorang laki-laki kecil kurus tidak lebih dari satu setengah meter, Katagiri tentu kalah telak oleh tubuh raksasa sang katak.
“Panggil saya ‘Bangkong,’” kata katak dengan suara berat yang jelas.
Katagiri berdiri terpaku di ambang pintu, tidak mampu berbicara.
“Jangan takut, saya di sini tidak untuk menyakiti Anda. Mari masuk dan tutup pintunya. Silahkan.”
Tas koper di tangan kanannya, tas belanja dengan sayuran segar dan salmon kalengan tergantung di lengan kirinya, Katagiri tidak berani bergerak.
“Silahkan, Tuan Katagiri, cepat dan tutup pintu, dan lepas sepatu Anda.”
Mendengar namanya disebut membuat Katagiri mengubah sikap. Dia menutup pintu seperti yang diperintahkan, mengatur tas belanja di undakan lantai kayu, menyematkan tas koper di bawah satu lengan, dan melepas sepatunya. Bangkong mengisyaratkannya untuk duduk di meja dapur, yang selanjutnya ia lakukan.
“Saya harus minta maaf, Tuan Katagiri, karena telah menerobos masuk saat Anda berada di luar,” kata Bangkong. “Saya tahu ini akan mengejutkan Anda saat mendapati saya di sini. Tapi saya tidak punya pilihan. Bagaimana kalau bikin secangkir teh dulu? Saya pikir Anda akan pulang segera, jadi saya sudah rebus air.”
Katagiri masih menggencet tasnya di lengannya. Seseorang sedang menjahiliku, pikirnya. Seseorang memakai kostum katak besar ini hanya untuk membuat lelucon denganku. Tapi ia tahu, saat ia melihat Bangkong menuangkan air mendidih ke dalam teko, sambil bersenandung, bahwa ini betul-betul anggota badan dan gerakan seekor katak yang nyata. Bangkong menaruh secangkir teh hijau di depan Katagiri, dan menuangkan satu lagi untuk dirinya sendiri.
Menyesap tehnya, Bangkong bertanya, “Sudah mendingan?”
Tapi tetap Katagiri tidak bisa berbicara.
“Saya tahu saya harus membuat janji untuk mengunjungi Anda, Tuan Katagiri. Saya sepenuhnya menyadari norma. Siapa pun akan terkejut menemukan katak besar menunggu di rumahnya. Tapi hal yang mendesak membawa saya ke sini. Mohon maafkan saya.”
“Hal mendesak?” akhirnya Katagiri berhasil mengungkapkan kata-kata.
“Ya, tentu saja,” kata Bangkong. “Kenapa lagi saya akan berani menerobos masuk ke rumah seseorang? Kekasaran seperti ini bukan gaya adat saya.”
“Apakah ‘hal’ ini ada hubungannya dengan saya?”
“Ya dan tidak,” kata Bangkong dengan memiringkan kepala. “Tidak dan ya.”
Aku harus menenangkan diriku sendiri, pikir Katagiri. “Apakah Anda keberatan jika saya merokok?”
“Silahkan, silahkan,” kata Bangkong sambil tersenyum. “Ini rumah Anda. Anda tidak perlu meminta izin pada saya. Merokok dan minum sebanyak yang Anda suka. Saya sendiri bukan seorang perokok, tapi saya hampir tidak bisa memaksakan ketidaksukaan saya pada orang lain yang merokok di rumah mereka sendiri.”
Katagiri menarik sebungkus rokok dari saku jasnya dan menyalakan korek. Dia melihat gemetar tangannya saat dia menyalakannya. Duduk di seberangnya, Bangkong tampak sedang mengamati setiap gerakannya.
“Anda bukan bagian dari semacam geng, kan?” Katagiri mendapat keberanian untuk bertanya.
“Ha ha ha ha ha ha! Anda punya rasa humor yang bagus, Tuan Katagiri!” Katanya, menamparkan tangan berselaput ke pahanya. “Mungkin ada kekurangan tenaga kerja terampil, tapi kenapa juga geng akan menyewa katak untuk melakukan pekerjaan kotor mereka? Mereka hanya akan menjadi bahan tertawaan.”
“Nah, jika Anda di sini untuk melobi pembayaran, Anda membuang-buang waktu Anda. Saya tidak memiliki otoritas untuk membuat keputusan seperti itu. Hanya atasan saya yang bisa melakukan itu. Saya hanya mengikuti perintah. Saya tidak bisa melakukan sesuatu untuk Anda.”
“Tenang, Tuan Katagiri,” kata Bangkong, mengangkat satu jari berselaputnya. “Saya tidak datang ke sini untuk urusan remeh tersebut. Saya menyadari bahwa Anda adalah asisten kepala Bagian Peminjaman di Tokyo Security Trust Bank cabang Shinjuku. Tapi kunjungan saya tidak ada hubungannya dengan pembayaran pinjaman. Saya datang ke sini untuk menyelamatkan Tokyo dari kehancuran.”
Katagiri memindai ruangan untuk mencari semacam kamera TV tersembunyi dalam kasus dia sedang direkam untuk dagelan yang mengerikan. Tapi tidak ada kamera. Ini hanya sebuah apartemen kecil. Tidak ada tempat bagi siapa pun untuk bersembunyi.
“Tak ada,” kata Bangkong, “kita adalah satu-satunya di sini. Saya tahu Anda berpikir bahwa saya gila, atau bahwa Anda sedang bermimpi, tapi saya tidak gila dan Anda tidak sedang bermimpi. Ini benar-benar sangat penting.”
“Terus terang saja, Tuan Bangkong—”
“Tolong,” kata Frog, mengangkat satu jari lagi. “Panggil saja ‘Bangkong.’”
“Terus terang saja, Bangkong,” ucap Katagiri, “Saya tidak bisa mengerti apa yang terjadi di sini. Ini bukan berarti bahwa saya tidak percaya, tapi saya sepertinya tidak dapat memahami situasi persisnya. Apakah Anda keberatan jika saya mengajukan beberapa pertanyaan?”
“Silahkan, silahkan,” kata Bangkong. “Saling pengertian itu sangat penting. Ada orang yang mengatakan bahwa ‘pemahaman’ hanyalah sekumpulan dari kesalahpahaman kita, dan memang saya menemukan pandangan ini menarik dengan caranya sendiri, saya khawatir bahwa kita tidak punya waktu luang untuk ngalor-ngidul. Hal terbaik bagi kita untuk mencapai saling pengertian melalui rute yang sesingkat mungkin. Oleh karena itu, dengan segala cara, silahkan ajukan banyak pertanyaan yang Anda ingin sampaikan.”
“Sekarang, Anda ini memang katak betulan, saya benar, kan?”
“Ya, tentu saja, seperti yang Anda lihat. Saya seekor katak betulah. Bukan metafora atau kiasan atau dekonstruksi atau pengambilan sampel maupun proses kompleks lainnya, saya katak asli. Haruskah saya berkuak-kuak untuk Anda?”
Katak menyondongkan ke belakang kepalanya dan menekuk otot-otot tenggorokan yang besar. Ribit! Ri-i-i-bit! Ribit-ribit-ribit! Ribit! Ribit! Ri-i-i-bit! Bunyi kuaknya yang nyaring itu mengguncang gambar yang tergantung di dinding.
“Baik, saya percaya, saya percaya!” tegas Katagiri, khawatir akan dinding tipis rumah apartemen sederhana tempatnya tinggal. “Itu hebat. Anda, tanpa harus bertanya lagi, betul-betul katak asli.”
“Ada yang mengatakan bahwa saya gabungan keseluruhan dari semua katak. Meskipun demikian, ini tidak berdampak apa-apa untuk mengubah fakta bahwa saya memang katak. Siapapun yang menyebut kalau saya bukan katak pasti seorang pembohong kotor. Saya akan meremukkan orang tersebut jadi serpihan!”
Katagiri mengangguk. Berharap untuk menenangkan diri, ia mengangkat cangkirnya dan menelan seteguk teh. “Sebelumnya Anda berkata kalau Anda datang ke sini untuk menyelamatkan Tokyo dari kehancuran?”
“Itulah yang saya katakan.”
“Kerusakan macam apa?”
“Gempa,” kata Bangkong dengan sangat berat.
Dengan mulut menganga, Katagiri menatap Bangkong. Dan Bangkong, tak mengatakan apa-apa, menatap Katagiri. Mereka melanjutkan menatap satu sama lain seperti ini untuk beberapa waktu. Berikutnya giliran Bangkong untuk membuka mulutnya.
“Gempa yang sangat, sangat besar. Sudah diatur untuk menghantam Tokyo pukul delapan tiga puluh pagi pada 18 Februari. Tiga hari dari sekarang. Gempa yang jauh lebih hebat ketimbang yang melanda Kobe bulan lalu. Jumlah korban tewas dari gempa tersebut mungkin akan melebihi seratus lima puluh ribu—sebagian besar dari kecelakaan yang melibatkan sistem komuter: kereta anjlok, tertimpa, tabrakan, runtuhnya jalur kereta cepat dan rel, robohnya kereta bawah tanah, ledakan tanker bahan bakar. Bangunan akan berubah menjadi tumpukan puing-puing, penghuninya mati tertimpa reruntuhan. Kebakaran di mana-mana, sistem jalan macet, ambulans dan truk pemadam kebakaran tidak berguna, orang hanya bisa berbaring, sekarat. Seratus lima puluh ribu! Seperti neraka. Orang-orang akan sadar akan kondisi rapuh dalam kolektivitas intensif yang dikenal sebagai ‘kota’.” sebut Bangkong dengan lembut menggoyangkan kepala. “Pusat gempa akan dekat dengan kantor distrik Shinjuku.”
“Dekat kantor distrik Shinjuku?”
“Tepatnya, itu akan menghantam langsung di bawah Tokyo Security Trust Bank cabang Shinjuku.”
Keheningan berat diikuti.
“Dan Anda,” kata Katagiri, “berencana untuk menghentikan gempa ini?”
“Tepat,” kata Bangkong, mengangguk. “Ini adalah apa yang ingin saya usulkan untuk dilakukan. Anda dan saya akan pergi ke lorong bawah tanah di bawah Tokyo Security Trust Bank cabang Shinjuku untuk melakukan pertempuran mematikan melawan Cacing.”
*
Sebagai anggota dari Divisi Kredit Trust Bank, Katagiri telah melalui banyak pertempuran. Dia telah enam belas tahun terbiasa bergelut setiap hari sejak saat dia lulus dari universitas dan bergabung menjadi staf bank. Dia, bisa dibilang, petugas pengumpul—bagian kerja yang kurang populer. Semua orang di divisinya lebih suka untuk mengajukan pinjaman, terutama pada saat gelembung ekonomi. Mereka punya begitu banyak uang pada hari-hari yang hampir setiap bagian mungkin pinjamkan—baik itu tanah atau saham—sudah cukup untuk meyakinkan petugas pinjaman untuk memberikan apa pun yang mereka pinta, semakin besar pinjaman yang diberikan semakin baik reputasi mereka di perusahaan. Beberapa pinjaman, meskipun, tidak pernah berhasil kembali ke bank: mereka harus “terjebak di bagian bawah panci.” Tinggal pekerjaan Katagiri untuk mengurus mereka. Dan ketika gelembung ekonomi berhenti, pekerjaan pun menumpuk. Pertama harga saham jatuh, dan kemudian nilai tanah, dan jaminan tak berarti lagi. “Keluar sana,” bosnya memerintahkan dia, “dan peras apapun yang bisa kau dapat dari mereka.”
Lingkungan Kabukicho di Shinjuku adalah sebuah labirin kekerasan: gangster turun-temurun, komplotan Korea, mafia Cina, senjata dan obat-obatan, uang mengalir di bawah permukaan dari satu liang ke yang liang lainnya, orang hilang sepanjang waktu seperti kepulan asap. Terjun ke Kabukicho untuk mengumpulkan debit buruk, Katagiri telah dikepung lebih dari sekali oleh mafia yang mengancam untuk membunuhnya, tetapi ia tidak pernah takut. Apa gunanya mereka membunuh satu orang pegawai bank? Mereka bisa saja menikamnya jika mereka ingin. Mereka bisa memukulinya. Dia sempurna untuk pekerjaan itu: tidak ada istri, tidak punya anak, kedua orang tua sudah meninggal, adik-adik yang telah dibiayai sampai menikah. Jadi bagaimana jika mereka membunuhnya? Itu tidak akan mengubah apa-apa bagi siapa pun-apalagi untuk Katagiri sendiri.
Bukan Katagiri tapi preman di sekitarnya yang justru gugup ketika mereka melihat dia begitu tenang dan dingin. Dia segera mendapatkan jenis reputasi di dunia mereka sebagai seorang pria tangguh. Sekarang, bagaimanapun, Katagiri yang tangguh dihadapkan pada kebingungan yang pelik. Apa yang katak ini bicarakan? Cacing?
“Siapa itu Cacing?” Tanyanya dengan beberapa ragu-ragu.
“Cacing hidup di bawah tanah. Dia adalah cacing raksasa. Ketika dia marah, dia menyebabkan gempa bumi,” kata Bangkong. “Dan sekarang dia sangat, sangat marah.”
“Apa yang membuat dia marah?” Tanya Katagiri.
“Saya tidak tahu,” kata Bangkong. “Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan si Cacing dalam kepala keruhnya. Beberapa pernah melihatnya. Dia biasanya tidur. Itulah yang benar-benar dia sukai: butuh waktu lama, tidur siang yang panjang. Dia melanjutkan tidur selama bertahun-tahun—berdekade-dekade—dalam kehangatan dan kegelapan bawah tanah. Matanya, seperti yang Anda bayangkan, telah berhenti berkembang, otaknya telah berubah lemas saat ia tidur. Jika Anda bertanya kepada saya, saya akan menebak dia mungkin tidak berpikir apa-apa, hanya terbaring di sana dan merasa setiap ada gemuruh kecil dan dengung yang mendekatinya, menyerap ke dalam tubuhnya, dan menyimpannya. Kemudian, melalui beberapa jenis proses kimia, ia menempatkan kembali sebagian besarnya dengan rasa marah. Mengapa hal ini terjadi saya tidak tahu. Saya tidak pernah bisa menjelaskannya.”
Bangkong terdiam, menonton Katagiri dan menunggu sampai kata-katanya telah tenggelam. Kemudian ia melanjutkan.:
“Tolong jangan salah paham. Saya merasa tidak ada permusuhan pribadi terhadap Cacing. Saya tidak melihat dia sebagai perwujudan kejahatan. Bukan berarti juga saya ingin menjadi temannya: Saya hanya berpikir bahwa, sejauh dunia yang bersangkutan, itu tak jadi masalah bagi seekor makhluk seperti dia ada. Dunia ini seperti mantel sangat besar, dan membutuhkan kantong dari berbagai bentuk dan ukuran. Tapi tepat saat ini Cacing telah mencapai titik di mana ia terlalu berbahaya untuk diabaikan. Dengan semua jenis kebencian yang ia telah serap dan simpan di dalam dirinya selama bertahun-tahun, jantung dan tubuhnya telah membengkak menjadi raksasa—lebih besar dari sebelumnya. Dan yang lebih parah lagi, gempa Kobe yang terjadi bulan lalu mengguncang dirinya dari tidur nyenyak yang dia nikmati. Dia mengalami semacam dorongan oleh kemarahan yang mendalam: sudah waktunya sekarang untuk dia juga, menyebabkan gempa besar, dan ia akan melakukannya di sini, di Tokyo. Saya tahu apa yang saya bicarakan, Tuan Katagiri: Saya telah menerima informasi yang dapat dipercaya tentang waktu dan skala gempa dari beberapa binatang-binatang kecil teman baik saya.”
Bangkong mengatupkan mulutnya dan memejamkan mata bundarnya dengan kelelahan yang jelas terlihat.
“Jadi apa yang Anda katakan adalah,” kata Katagiri, “bahwa Anda dan saya harus pergi ke bawah tanah bersama-sama dan mengalahkan Cacing untuk menghentikan gempa.”
“Seperti itu.”
Katagiri meraih cangkir teh, mengangkatnya, dan meletakkannya kembali. “Saya masih tidak mengerti,” katanya. “Mengapa Anda memilih saya untuk pergi dengan Anda?”
Bangkong menatap langsung ke mata Katagiri dan berkata, “Saya selalu memiliki rasa hormat mendalam pada Anda, Tuan Katagiri. Selama enam belas tahun yang panjang, Anda telah diam-diam menerima tugas paling berbahaya yang tidak punya daya tarik—pekerjaan yang orang lain hindari—dan Anda telah mengerjakannya dengan aduhai. Saya tahu benar betapa sulitnya ini bagi Anda, dan saya percaya bahwa baik atasan Anda atau rekan Anda belum benar-benar menghargai pencapaian Anda. Mereka buta, semuanya. Tapi Anda, yang tidak dihargai dan tidak mendapat dukungan, tidak pernah sekalipun mengeluh.
“Bukan hanya soal pekerjaan Anda. Setelah orang tua Anda meninggal, Anda yang mengurus adik-adik Anda yang masih remaja, membiayai mereka sampai kuliah, dan bahkan yang mengusahakan mereka untuk menikah, semuanya itu butuh pengorbanan besar waktu dan pendapatan Anda, dan dengan mengorbankan prospek pernikahan Anda sendiri. Terlepas dari ini, adik-adik Anda tidak pernah sekalipun menyatakan terima kasih atas upaya Anda terhadap mereka. Lebih dari itu: mereka telah menunjukkan sikap tidak menghormati dan berlaga acuh terhadap cinta kasih Anda. Menurut pendapat saya, perilaku mereka tak dapat diterima. Saya sangat berharap saya bisa memukuli mereka sampai remuk atas nama Anda. Tapi Anda, sementara itu, tidak menampakan rasa dongkol.
“Sejujurnya, Tuan Katagiri, tidak ada yang menarik untuk dilihat dari Anda, dan Anda tak pandai bicara, sehingga Anda cenderung dipandang rendah oleh orang-orang di sekitar Anda. Saya, bagaimanapun, dapat melihat apa yang seorang pria yang masuk akal dan berani Anda. Di Tokyo ini, yang disesaki jutaan orang, tidak ada satu pun yang saya bisa percaya seperti Anda untuk berjuang di sisi saya.”
“Beritahu saya, Tuan Bangkong—” kata Katagiri.
“Tolong,” kata Bangkong, mengangkat satu jari lagi. “Panggil saya ‘Bangkong.’”
“Beritahu saya, Bangkong,” Katagiri berkata, “bagaimana Anda tahu begitu banyak tentang saya?”
“Nah, Tuan Katagiri, buat apa saya jadi kodok selama bertahun-tahun. Saya terus menjaga mata saya pada hal-hal penting dalam hidup ini.”
“Tapi tetap, Bangkong,” kata Katagiri, “Saya tidak terlalu kuat, dan saya tidak tahu apa-apa tentang yang terjadi di bawah tanah. Saya tidak memiliki jenis otot yang diperlukan untuk melawan Cacing dalam kegelapan. Saya yakin Anda dapat menemukan seseorang yang lebih kuat dari saya—seorang pria yang bisa karate, contohnya, atau pasukan Angkatan Bela Diri.”
Bangkong memutar matanya yang besar. “Sejujurnya, Tuan Katagiri,” katanya, “Saya orang yang akan melakukan semua pertempuran. Tapi saya tidak bisa melakukannya sendiri. Ini poin pentingnya: Saya membutuhkan keberanian dan gairah Anda tentang keadilan. Saya ingin Anda berdiri di belakang saya dan berkata, ‘Terus maju, Bangkong! Kau hebat! Aku tahu kau bisa menang! Kau berjuang untuk sesuatu yang baik!’”
Bangkong membuka tangannya lebar, kemudian menamparkan tangan berselaputnya ke lutut sekali lagi.
“Sejujurnya, Tuan Katagiri, pikiran pertempuran dengan Cacing dalam gelap menakutkan saya juga. Selama bertahun-tahun saya hidup sebagai seorang pasifis, pecinta seni, hidup berdampingan dengan alam. Pertempuran bukanlah sesuatu yang saya ingin lakukan. Saya melakukannya karena saya harus. Yang pasti, pertarungan khusus ini akan menjadi sesuatu yang sengit. Saya mungkin tidak kembali hidup-hidup. Saya mungkin kehilangan dua anggota badan atau lebih. Tapi saya tidak bisa—saya tidak akan—lari. Seperti Nietzsche katakan, kebijaksanaan tertinggi adalah untuk tidak merasa takut. Apa yang saya inginkan dari Anda, Tuan Katagiri, adalah agar Anda bisa berbagi keberanian sederhana Anda dengan saya, untuk mendukung saya dengan sepenuh hati Anda sebagai teman sejati. Apakah Anda mengerti apa yang saya coba sampaikan?”
Tak satu pun dari ini masuk akal untuk Katagiri, tapi ia masih merasa bahwa—betapa pun terdengar anehnya—ia bisa percaya pada apa yang Bangkong katakan kepadanya. Sesuatu tentang Bangkong—raut wajahnya, cara dia berbicara—memiliki kejujuran sederhana yang menarik langsung ke hati. Setelah bertahun-tahun bekerja di divisi terberat di Security Trust Bank, Katagiri memiliki kemampuan untuk merasakan hal-hal seperti itu. Itu semua tapi bakat alami kedua baginya.
“Saya tahu ini pasti sulit bagi Anda, Tuan Katagiri. Seekor katak besar datang menerobos masuk ke rumah Anda dan meminta Anda untuk percaya semua hal-hal aneh. Reaksi Anda sangat wajar. Jadi saya berniat untuk memberikan bukti bahwa saya benar-benar ada. Katakan pada saya, Tuan Katagiri, Anda telah banyak mengalami kesulitan memulihkan pinjaman bank yang dibuat untuk Komplotan Big Bear, bukankah begitu?”
“Memang benar,” kata Katagiri.
“Yah, mereka memiliki banyak pemeras yang bekerja di belakang layar, dan orang-orangnya bekerja sama dengan mafia. Mereka berbuat licik untuk membuat perusahaan bangkrut dan mengajukan pinjaman. Petugas pinjaman bank Anda menyodorkan tumpukan uang untuk mereka tanpa pemeriksaan latar belakang yang layak, dan, seperti biasa, orang yang tersisa untuk membersihkan setelahnya adalah Anda, Tuan Katagiri. Tapi Anda kesulitan untuk menjangkau orang-orang ini: mereka bukan lawan enteng. Dan mungkin ada politisi kuat yang mendompleng mereka. Mereka punya hutang kepada Anda sebanyak tujuh ratus juta yen. Itu adalah situasi yang Anda hadapi, saya benar, kan?”
“Seperti itu.”
Bangkong mengulurkan tangannya lebar-lebar, membuka selaput besarnya yang berwarna hijau seperti sayap pucat. “Jangan khawatir, Tuan Katagiri. Serahkan segalanya pada saya. Besok pagi, Bangkong tua ini akan memecahkan masalah Anda. Santai saja dan nikmati tidur malam ini.”
Dengan senyum lebar di wajahnya, Bangkong berdiri. Kemudian, meratakan dirinya seperti cumi-cumi kering, ia menyelinap keluar melalui celah di sisi pintu yang tertutup, meninggalkan Katagiri sendirian. Dua cangkir teh di meja dapur adalah satu-satunya indikasi bahwa Bangkong memang mengunjungi apartemen Katagiri ini.
*
Saat Katagiri tiba di tempat kerja keesokan harinya pukul sembilan, telepon di mejanya berdering.
“Tuan Katagiri,” kata suara seorang pria. Dingin dan lugas. “Nama saya Shiraoka. Saya seorang pengacara dalam kasus Big Bear. Saya menerima telepon dari klien saya pagi ini berkaitan dengan masalah pinjaman tunda. Dia ingin Anda tahu bahwa dia akan mengambil tanggung jawab penuh untuk mengembalikan seluruh jumlah yang diminta pada tanggal jatuh tempo. Dia juga akan memberikan nota yang harus Anda tandatangani. Ada satu permintaannya bahwa Anda jangan mengirim Bangkong ke rumahnya lagi. Saya ulangi: dia ingin Anda untuk meminta Bangkong tidak lagi mengunjungi rumahnya. Saya sendiri tidak sepenuhnya mengerti maksudnya, tapi saya percaya ini jelas bagi Anda, Tuan Katagiri. Saya benar, kan?”
“Memang benar,” jawab Katagiri.
“Anda akan berbaik hati untuk menyampaikan pesan saya pada Bangkong, saya percaya.”
“Saya akan menyampaikannya. Klien Anda tidak akan pernah melihat Bangkong lagi.”
“Terima kasih banyak. Saya akan mempersiapkan nota untuk Anda besok.”
“Saya menghargai itu,” kata Katagiri.
Sambungan terputus.
Bangkong mengunjungi Katagiri di kantornya Trust Bank saat makan siang. “Untuk kasus Big Bear kelihatan berjalan lancar, saya kira?”
Katagiri melirik sekitar dengan gelisah.
“Jangan khawatir,” kata Bangkong. “Anda adalah satu-satunya orang yang bisa melihat saya. Tapi sekarang saya yakin Anda menyadari kalau saya benar-benar ada. Saya bukan produk dari imajinasi Anda. Saya dapat melakukan aksi dan memberi hasil. Saya makhluk hidup nyata.”
“Beritahu saya, Tuan Bangkong.”
“Saya mohon,” kata Bangkong, mengangkat satu jari. “Panggil saya ‘Bangkong’.”
“Beritahu saya, Bangkong,” kata Katagiri, “apa yang Anda lakukan pada mereka?”
“Oh, tidak banyak,” kata Bangkong. “Tidak ada yang jauh lebih rumit daripada merebus kubis Brussel. Saya hanya sedikit menakut-nakuti mereka. Sentuhan terror psikologis. Seperti Joseph Conrad pernah tulis, terror sesungguhnya adalah sesuatu yang manusia rasakan lewat imajinasi mereka. Tapi jangan dipikirkan, Tuan Katagiri. Ceritakan tentang kasus Big Bear. Beres, kan?”
Katagiri mengangguk dan menyalakan rokok. “Kelihatannya.”
“Jadi, apakah saya berhasil mendapat kepercayaan Anda berkaitan dengan masalah yang saya singgung dengan Anda semalam? Anda akan bergabung dengan saya untuk melawan Cacing?”
Mendesah, Katagiri melepas kacamatanya dan mengusap matanya. “Sejujurnya, saya tidak terlalu gila tentang ide tersebut, tapi saya kira saya tidak cukup pantas.”
“Tidak,” kata Bangkong. “Ini soal tanggung jawab dan kehormatan. Anda mungkin tidak terlalu ‘gila’ tentang ide tersebut, tapi kita tidak punya pilihan: Anda dan saya harus pergi ke bawah tanah dan menghadapi Cacing. Jika kita harus kehilangan nyawa karenanya, kita tidak akan memperoleh simpati dari siapa pun. Dan bahkan jika kita berhasil mengalahkan Cacing, tidak ada yang akan memuji kita. Tidak seorang pun akan tahu bahwa pertempuran hebat sedang terjadi jauh di bawah kaki mereka. Hanya Anda dan saya yang akan tahu, Tuan Katagiri. Pada akhirnya, ini akan menjadi pertempuran yang sunyi.”
Katagiri menatap tangannya sendiri untuk sementara waktu, kemudian memperhatikan asap mengepul dari rokoknya. Akhirnya, ia berbicara. “Anda tahu, Tuan Bangkong, saya hanya orang biasa.”
“Panggil ‘Bangkong,’ saya mohon,” kata Bangkong, tapi Katagiri mengacuhkannya.
“Saya benar-benar seorang pria biasa. Lebih rendah dari biasa-biasa. Saya akan botak, saya punya perut buncit, saya menginjak usia empat puluh bulan lalu. Kaki saya lemah. Dokter mengatakan kepada saya bahwa saya memiliki kecenderungan diabetes. Sudah tiga bulan atau lebih sejak saya terakhir tidur dengan wanita—dan saya harus membayarnya. Saya menerima beberapa pengakuan dalam divisi atas kemampuan saya menagih pinjaman, tetapi tidak ada rasa hormat yang nyata. Saya tidak memiliki satu orang yang menyukai saya, baik di tempat kerja atau dalam kehidupan pribadi saya. Saya tidak tahu bagaimana berbicara dengan orang lain, dan saya tak pandai berperilaku dengan orang yang belum dikenal, jadi saya tidak pernah memiliki teman. Saya tidak punya kemampuan atletik, saya tuli nada, pendek, phimotic, rabun jauh—dan astigmatic. Saya punya kehidupan yang mengerikan. Semua yang saya lakukan hanya makan, tidur, dan berak. Saya bahkan tidak tahu mengapa saya hidup. Mengapa orang seperti saya harus menjadi orang yang menyelamatkan Tokyo?”
“Karena, Tuan Katagiri, Tokyo hanya bisa diselamatkan oleh orang seperti Anda. Dan untuk orang-orang seperti Anda alasan saya mencoba untuk menyelamatkan Tokyo.”
Katagiri mendesah lagi, lebih dalam saat ini. “Baiklah, apa yang Anda ingin saya lakukan?”
*
Tumblr media
Bangkong menjelaskan Katagiri rencananya. Mereka akan pergi ke bawah tanah pada malam 17 Februari (satu hari sebelum gempa yang diprediksi terjadi). Jalan masuk mereka akan melalui basement ruang boiler Tokyo Security Trust Bank cabang Shinjuku. Mereka akan bertemu di sana larut malam (Katagiri akan tinggal di gedung dengan dalih bekerja lembur). Di belakang gedung ada terowongan vertikal, dan mereka akan menemukan Cacing di bagian bawah dengan turun lewat tangga tali setinggi 150 kaki.
“Apakah Anda memiliki rencana pertempuran?” Tanya Katagiri.
“Tentu saja saya pikirkan. Kita tidak punya harapan untuk mengalahkan musuh seperti Cacing jika tanpa rencana pertempuran. Ia adalah makhluk berlendir: Anda tidak bisa membedakan mana mulutnya mana anusnya. Dan dia sebesar kereta komuter.”
“Apa rencana pertempuran Anda?”
Setelah jeda untuk berpikir, Bangkong menjawab, “Hmm, seperti yang sering disebutkan—’Diam adalah emas’?”
“Maksudnya saya tidak boleh menanyakannya?”
“Semacam itu.”
“Bagaimana jika saya takut kemudian kabur? Apa yang akan Anda lakukan, Tuang Bangkong?”
“‘Bangkong.’”
“Bangkong. Apa yang akan Anda lakukan?”
Katak berpikir sejenak lalu menjawab, “Saya akan bertempur sendirian. Kemungkinan saya mengalahkan dia sendirian mungkin sedikit lebih baik ketimbang peluang Anna Karenina dalam menghadang lokomotif kencang itu. Apakah Anda sudah membaca Anna Karenina, Tuan Katagiri?”
Ketika ia mendengar bahwa Katagiri tidak membaca novel, Bangkong menatapnya seolah-olah mengatakan, Sungguh memalukan. Rupanya Bangkong sangat menyukai Anna Karenina.
“Bagaimanapun, Tuan Katagiri, saya tidak percaya bahwa Anda akan meninggalkan saya untuk bertempur seorang diri. Saya yakin. Ini pertanyaan soal kejantanan—yang, sayangnya, saya tidak punya. Ha ha ha ha!” Bangkong tertawa dengan mulut terbuka lebar. Bukan hanya kejantanan yang tidak dimiliki Bangkong. Dia pun tidak punya gigi.
*
Bagaimanapun, hal tak terduga selalu terjadi.
Katagiri ditembak pada malam 17 Februari setelah ia selesai berkeliling sepanjang hari dan berjalan menyusuri jalan di Shinjuku dalam perjalanan kembali ke Trust Bank ketika seorang pria muda dengan jaket kulit melompat di depannya. Wajah pria itu kosong, dan dia mencengkeram pistol hitam kecil di satu tangannya. Pistolnya yang begitu kecil dan begitu hitam itu hampir tidak tampak nyata. Katagiri menatap objek di tangan pria itu, tidak menyangka bahwa pistol itu terarah pada dirinya dan bahwa orang itu menarik pelatuk. Itu semua terjadi terlalu cepat: itu tidak masuk akal baginya. Tapi pistol sudah meletus.
Katagiri melihat laras bedil menyentak di udara dan, pada saat yang sama, merasakan dampak seolah-olah seseorang memukul bahu kanannya dengan palu godam. Dia tidak merasakan sakit, tapi gebrakan itu membuatnya terkapar di trotoar. Tas kulit di tangan kanannya terlempar ke arah lain. Pria itu mengarahkan pistol ke arahnya sekali lagi. Tembakan kedua terdengar. Sebuah papan nama restoran kecil di trotoar meledak di depan matanya. Dia mendengar orang-orang berteriak. Kacamatanya terlepas, dan segala sesuatu menjadi kabur. Dia samar-samar menyadari bahwa orang itu mendekati dengan pistol mengarah padanya. Aku akan mati, pikirnya. Bangkong telah mengatakan bahwa teror sebenarnya adalah apa yang manusia rasakan lewat imajinasi mereka. Katagiri terputus dari imajinasinya dan tenggelam ke dalam keheningan tanpa beban.
*
Ketika ia terbangun, ia berada di atas tempat tidur. Ia membuka satu mata, mengambil waktu sejenak untuk mengamati sekitarnya, dan kemudian membuka mata satunya. Hal pertama yang memasuki bidang pandangnya adalah sangkutan logam di kepala tempat tidur dan tabung infus yang membentang dari sangkutan tadi ke tempat ia berbaring. Berikutnya ia melihat seorang perawat berpakaian putih. Dia menyadari bahwa dia berbaring telentang di ranjang keras dan memakai pakaian dengan potongan aneh, yang mana ia tampaknya telanjang.
Oh ya, pikirnya, aku sedang berjalan di sepanjang trotoar ketika seorang pria menembakku. Mungkin di bahu. Sebelah kanan. Dia menghidupkan kembali adegan dalam pikirannya. Ketika ia mengingat pistol hitam kecil di tangan pemuda itu, jantungnya berdebar hebat. Pria celaka itu mencoba membunuhku! pikirnya. Tapi tampaknya aku masih baik-baik saja. Ingatanku juga tak bermasalah. Aku tidak merasa sakit. Dan bukan hanya rasa sakit: Aku tidak punya perasaan apapun sama sekali. Aku tidak bisa mengangkat lenganku. . . Kamar rumah sakit tidak memiliki jendela. Dia tidak tahu apakah itu siang atau malam. Dia ditembak sebelum pukul lima di malam hari. Berapa banyak waktu telah berlalu sejak saat itu? Apakah jam pertemuan malam hari dengan Bangkong telah berlalu? Katagiri mencari-cari jam di kamar itu, tapi tanpa kacamatanya ia tidak bisa melihat apa-apa di kejauhan.
“Permisi,” dia memanggil perawat.
“Oh, bagus, Anda akhirnya siuman,” kata perawat.
“Jam berapa sekarang?”
Dia melihat jam tangannya.
“Sembilan lebih lima belas.”
“SORE?”
“Jangan konyol, ini sudah pagi!”
“Sembilan-lima belas pagi?” Katagiri mengerang, susah payah berusaha untuk mengangkat kepalanya dari bantal. Bunyi kasar yang muncul dari tenggorokannya terdengar seperti suara orang lain. “Sembilan-lima belas pagi pada 18 Februari?”
“Ya,” kata perawat, mengangkat lengannya sekali lagi untuk memeriksa tanggal pada jam tangan digital nya.
“Hari ini tanggal 18 Februari 1995.”
“Apakah ada gempa besar di Tokyo pagi ini?”
“Di Tokyo?”
“Di Tokyo.”
Perawat menggeleng. “Tidak sejauh yang saya tahu.”
Dia menarik napas lega. Apapun yang terjadi, gempa setidaknya telah dihindari.
“Bagaimana dengan luka saya?”
“Luka Anda?” Tanyanya. “Apanya yang luka?”
“Saya ditembak.”
“Ditembak?”
“Ya, di dekat pintu masuk ke Trust Bank. Seorang pria menembak saya. Di bahu kanan, saya pikir.”
Perawat melontarkan senyum gugup ke arahnya. “Maaf, Pak Katagiri, tetapi Anda tidak ditembak.”
“Saya tidak ditembak? Apakah Anda yakin?”
“Seyakin bahwa tidak ada gempa pagi ini.”
Katagiri tertegun. “Lalu kenapa saya bisa ada di rumah sakit?”
“Seseorang menemukan Anda tergeletak di jalan, tak sadarkan diri. Di daerah Kabukicho Shinjuku. Anda tidak memiliki luka eksternal. Anda hanya kedinginan. Dan kami masih belum menemukan mengapa. Dokter akan segera datang. Anda sebaiknya berbicara dengannya.”
Tergeletak di jalan tak sadarkan diri? Katagiri sangat yakin ia melihat pistol terarah padanya. Dia mengambil napas dalam-dalam dan mencoba untuk meluruskan pikirannya. Dia akan mulai dengan menyusun semua fakta dalam urutan.
“Maksud Anda, saya sudah berbaring di kasur rumah sakit ini, tidak sadarkan diri, sejak sore kemarin, benar?”
“Benar,” kata perawat. “Dan tidur Anda benar-benar tak tenang, Tuan Katagiri. Anda nampaknya mendapat mimpi buruk yang mengerikan. Saya mendengar Anda berteriak, ‘Bangkong! Hei, Bangkong!” Anda melakukannya berkali-kali. Anda punya teman dengan panggilan ‘Bangkong’?”
Katagiri menutup matanya dan mendengarkan irama jantungnya yang lambat layaknya menandai menit hidupnya. Berapa banyak dari apa yang dia ingat benar-benar terjadi, dan berapa banyak yang halusinasi? Apakah Bangkong benar-benar ada, dan Bangkong bertempur melawan Cacing untuk menghentikan gempa? Atau semua itu bagian dari mimpi yang panjang? Katagiri tidak tahu mana yang benar lagi.
*
Bangkong datang ke kamar rumah sakit malam itu. Katagiri terbangun untuk menemukan dirinya dalam cahaya redup, duduk di kursi lipat besi, punggungnya bersandar ke dinding. Kelopak mata hijau besar Bangkong yang menonjol tertutup dalam suatu garis lurus.
“Bangkong!” Katagiri memanggilnya. Bangkong perlahan membuka matanya. Perut putih besar menggembung dan menyusut dengan napasnya.
“Saya bermaksud untuk bertemu dengan Anda di ruang boiler di malam hari seperti yang saya janjikan,” kata Katagiri, “tapi saya mengalami kecelakaan malam kemarin— sesuatu yang sama sekali tak terduga — dan mereka membawa saya ke sini.”
Bangkong menggoyangkan kepalanya sedikit. “Saya tahu. Tidak apa-apa. Jangan khawatir. Anda sangat membantu saya dalam pertempuran saya, Tuan Katagiri.”
“Benarkah?”
“Ya benar. Anda melakukan pekerjaan besar dalam mimpi Anda. Itulah yang membuatnya mungkin bagi saya untuk melawan Cacing untuk menyelesaikan. Saya harus berterima kasih atas kemenangan saya ini.”
“Saya tidak mengerti,” kata Katagiri. “Saya tidak sadarkan diri sepanjang waktu. Mereka menginfus saya. Saya tidak ingat melakukan sesuatu dalam mimpi saya.”
“Itu bagus, Tuan Katagiri. Lebih baik Anda tidak ingat. Seluruh pertempuran mengerikan terjadi di dalam imajinasi. Itu adalah lokasi yang tepat dari medan perang kita. Di sanalah tempat kita mengalami kemenangan dan kekalahan kita. Masing-masing dan setiap orang dari kita adalah makhluk dari durasi terbatas: kita semua akhirnya kalah. Tapi seperti Ernest Hemingway melihat begitu jelas, nilai akhir dari hidup kita ditentukan bukan oleh bagaimana kita menang, tapi dengan bagaimana kita kalah. Anda dan saya bersama-sama, Tuan Katagiri, mampu mencegah pemusnahan Tokyo. Kita menyelamatkan seratus lima puluh ribu orang dari jurang kematian. Tidak ada yang menyadari hal itu, tapi itu adalah apa yang kita capai.”
“Bagaimana Anda bisa mengalahkan Cacing? Dan apa yang saya lakukan?”
“Kita mengeluarkan semua yang kita miliki dalam pertarungan sampai akhir yang pahit. Kita—” Bangkong mengatupkan mulutnya dan mengambil satu napas besar,”—kita menggunakan setiap senjata yang bisa tangan kita raih, Tuan Katagiri. Kita mengerahkan semua keberanian yang kita miliki. Kegelapan adalah sekutu musuh kita. Anda membawa generator bertenaga kaki dan menggunakan tenaga Anda untuk mengisi tempat dengan cahaya. Cacing mencoba untuk menakut-nakuti Anda dengan hantu-hantu dari kegelapan, tapi Anda tetap bertahan. Kegelapan bersaing dengan cahaya dalam pertempuran mengerikan, dan dalam terang saya bergulat dengan Cacing menjijikan itu. Dia bergelung di sekitar saya, dan melumuri saya dengan lendir mengerikannya. Aku mencabik-cabiknya, tapi ia masih menolak untuk mati. Semua yang dia lakukan adalah membagi menjadi potongan kecil. Lalu — ”
Bangkong terdiam, tapi segera, seakan penghabisan kekuatan terakhirnya, ia mulai berbicara lagi. “Fyodor Dostoyevsky, dengan kelembutan yang tak tertandingi, menggambarkan orang-orang yang telah ditinggalkan oleh Tuhan. Ia menemukan kualitas yang berharga dari eksistensi manusia dalam paradoks mengerikan dimana orang-orang yang telah menemukan Tuhan adalah yang ditinggalkan Tuhan. Berkelahi dengan Cacing dalam kegelapan, saya menemukan diri saya memikirkan ‘White Nights’-nya Dostoevsky. Aku. . . ” Kata-kata Bangkong seperti tenggelam. “Tuan Katagiri, apakah Anda keberatan jika saya tidur sejenak dulu? Saya benar-benar kelelahan.”
“Silakan,” kata Katagiri. “Tidur yang nyenyak.”
“Saya akhirnya tak mampu mengalahkan Cacing,” kata Bangkong, menutup matanya. “Saya berhasil untuk menghentikan gempa, tapi saya hanya mampu membuat pertempuran jadi imbang. Saya memberi cedera pada dirinya, dan dia pada saya. Tetapi untuk mengatakan yang sebenarnya, Tuan Katagiri. . . ”
“Apa, Bangkong?”
“Saya memang seekor Bangkong murni, tapi pada saat yang sama saya punya dunia bukan Bangkong.”
“Hmm, saya tidak mengerti.”
“Begitu juga saya,” kata Bangkong, matanya masih tertutup. “Ini hanya perasaan yang saya miliki. Apa yang Anda lihat dengan mata Anda belum tentu nyata. Musuh saya adalah, antara lain, yang ada dalam diri saya. Dalam diri saya ada bukan-saya. Otak saya mulai dipenuhi lumpur. Lokomotif mendekat. Tapi saya benar-benar ingin Anda untuk memahami apa yang saya katakan, Tuan Katagiri.”
“Anda lelah, Bangkong. Tidurlah. Anda akan baikan.”
“Saya perlahan-lahan, sedikit demi sedikit kembali ke lumpur, Tuan Katagiri. Dan lagi . . . Saya. . . ” Bangkong kehilangan genggamannya pada kata-kata dan masuk dalam keadaan koma. Lengannya menjuntai hampir ke lantai, dan mulut lebar yang besar terkulai terbuka. Berusaha untuk memfokuskan matanya, Katagiri mampu melihat luka robek di sepanjang tubuh Bangkong. Goresan tak berwarna berlari melalui kulitnya, dan ada bagian di kepalanya mana daging telah terlepas. Katagiri menatap lama dan keras pada Bangkong, yang duduk di sana sekarang dibungkus dalam jubah tidur tebal. Begitu aku keluar dari rumah sakit ini, pikirnya, aku akan membeli Anna Karenina dan White Nights dan membaca keduanya. Lalu aku akan berdiskusi panjang soal sastra bersama Bangkong.
Tak berselang lama, Bangkong mulai bergerak-gerak. Katagiri pada awalnya mengira bahwa ini hanyalah gerakan normal tak sadar saat tidur, tapi ia segera menyadari kesalahannya. Ada sesuatu yang tidak wajar tentang cara tubuh katak yang terus menyentak, seperti boneka besar yang terguncang oleh seseorang dari belakang. Katagiri menahan napas dan mengamati. Dia ingin berlari mendekati Bangkong, tapi tubuhnya sendiri tetap lumpuh.
Setelah beberapa saat, benjolan besar terbentuk di mata kanan Bangkong. Benjolan yang sama besar, mendidih jelek pecah di bahu dan pinggang Bangkong, kemudian seluruh tubuhnya. Katagiri tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada Bangkong. Dia hanya bisa menjadikannya tontonan, hampir tidak bernapas.
Kemudian, tiba-tiba, salah satu benjolan pecah dengan letupan keras. Kulitnya beterbangan, dan cairan lengket mengalir keluar, mengirimkan bau yang mengerikan di seberang ruangan. Sisa dari benjolan mulai bermunculan, satu demi satu, dua puluh atau tiga puluh, melemparkan kulit dan cairan ke dinding. Bau memuakkan tak tertahankan memenuhi ruangan rumah sakit. Lubang hitam besar yang tersisa di tubuh Bangkong di mana benjolan pecah, dan menggeliat, cacing serupa belatung dari segala bentuk dan ukuran merangkak keluar. Belatung putih gembung. Setelahnya muncul semacam makhluk seperti lipan kecil, dengan ratusan kaki yang membuat suara gemerisik menyeramkan. Seolah tak ada habisnya datang merangkak keluar dari lubang. Tubuh bangkong — atau yang sebelumnya tubuh Bangkong — benar-benar tertutup dengan makhluk-makhluk malam ini. Dua bola mata besar jatuh dari rongganya ke lantai, di mana mereka dimakan oleh serangga hitam dengan rahang yang kuat. Kerumunan cacing berlendir berlomba merayapi tembok menuju langit-langit, di mana mereka menutupi lampu neon dan membenamkan ke alarm asap.
Lantai, juga, ditutupi dengan cacing dan serangga. Mereka memanjat lampu dan memblokir cahaya dan, tentu saja, mereka merayap ke tempat tidur Katagiri. Ratusan dari mereka masuk ke bawah selimut. Mereka merayap naik ke kakinya, di bawah pakaiannya, antara pahanya. Cacing terkecil dan belatung merayap di dalam anus dan telinga dan hidungnya. Lipan memaksa mulutnya terbuka dan merangkak masuk ke dalam satu demi satu. Dalam keputusasaan, Katagiri menjerit.
Seseorang menyalakan lampu dan cahaya memenuhi ruangan.
“Tuan Katagiri!” panggil perawat. Katagiri membuka matanya dengan cahaya. Tubuhnya bermandikan keringat. Serangga-serangga tadi lenyap. Yang tertinggal adalah sensasi berlendir mengerikan.
“Mimpi buruk lagi, ya? Sungguh malang.” Dengan gerakan cepat yang efisien perawat menyiapkan suntikan dan menusukkan jarum ke lengannya. Katagiri mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya. Jantungnya mengembang dan berdetak keras.
“Apa yang Anda mimpikan?”
Katagiri mengalami kesulitan membedakan mimpi dari kenyataan. “Apa yang Anda lihat dengan mata Anda tidak selalu nyata,” katanya kepada dirinya sendiri dengan suara keras.
“Itu memang benar,” kata perawat dengan senyum. “Terutama dalam mimpi.”
“Bangkong,” gumamnya.
“Apakah sesuatu terjadi dengan Bangkong?” Tanyanya.
“Dia menyelamatkan Tokyo dari kehancuran karena gempa bumi. Semua oleh dirinya sendiri.”
“Itu bagus,” kata perawat, menggantikan botol infus kosong dekatnya dengan yang baru. “Kita tidak perlu hal-hal mengerikan terjadi di Tokyo. Kita sudah sering melewatinya.”
“Tapi nyawanya. Dia pergi. Saya pikir ia kembali ke dalam lumpur. Dia tidak akan pernah datang ke sini lagi.”
Tersenyum, perawat mengeringkan keringat dengan handuk pada dahi Katagiri. “Anda sangat menyukai Bangkong, kan, Tuan Katagiri?”
“Lokomotif,” Katagiri bergumam. “Lebih dari siapa pun.” Kemudian dia menutup matanya dan tenggelam ke dalam tidur tenang tanpa mimpi.
***
5 notes · View notes
apsny-news · 2 years ago
Text
Tim Medis Artha Graha Peduli Hadir pada Acara 1 Abad NU
TIM Medis Artha Graha Peduli  (AGP) ikut mendukung acara 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) yang digelar di Sidoarjo Jawa Timur, pada Selasa (7/2/2023). Tim Medis AGP mengirim sejumlah dokter dan perawat untuk mendukung acara 1 Abad NU. “Kami hadir dari Jakarta lengkap dengan ambulan serta obat-obatan yang diperkirakan dibutuhkan oleh peserta acara 1 Abad NU yang dari seluruh provinsi,” kata dr. Aulia…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
baliportalnews · 2 years ago
Text
Penemuan Mayat Pria Gegerkan Warga, Tim UKL Polsek Abiansemal Cek TKP
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, BADUNG - Tim Unit Kecil Lengkap (UKL) Polsek Abiansemal yang dipimpin Ipda I Ketut Sukarata mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) penemuan mayat seorang laki-laki di Pangkalan LPG 3 KG Banjar Sibang, Desa Jagapati, Kec. Abiansemal, Kab. Badung, Senin (6/2/2023) pukul 12.00 WITA. Kapolsek Abiansemal, Kompol I Gusti Made Sudarma Putra, S.Sos., S.H., M.A.P., seijin Kapolres Badung, AKBP Leo Dedy Defretes, S.I.K., S.H., M.H., saat dikonfirmasi membenarkan peristiwa tersebut, pihaknya sebelumnya menerima laporan dari masyarakat terkait adanya seorang warga yang ditemukan meninggal dunia dirumahnya. Kapolsek mengatakan, warga yang ditemukan meninggal tersebut diketahui bernama I Nyoman Budiarta (38), laki-laki, pekerjaan sopir, beralamat di Banjar Babahan, Desa Penebel, Kec. Penebel, Tabanan. Menurut saksi I Nyoman Sukerta yang merupakan pemilik gudang menceritakan bahwa sekitar pukul 11.30 WITA datang ke gudang yang rencana akan ada pengiriman gas, saksi terkejut ketika melihat korban dalam keadaan tergeletak di kamar dengan posisi tertidur miring dengan wajah menghadap ke utara. Saksi kemudian menghubungi Polsek Abiansemal, Bhabinkamtibmas Desa Jagapati dan Perbekel Desa Jagapati. Saksi juga menceritakan bahwa korban sudah bekerja selama 2 minggu diketahui oleh saksi bahwa korban mempunyai sakit jantung dan diabetes. “Saksi yang juga pemilik gudang menggedor pintu kamar korban namun tidak ada jawaban selanjutnya saksi membuka pintu kamar korban, korban ditemukan sudah meninggal dunia,” ucap Kapolsek. “Dari pemeriksaan awal medis mayat berjenis kelamin laki-laki, tidak ada tanda tanda kekerasan pada tubuh korban, menggunakan baju kaos warna hijau lumut, ditemukan tas warna hitam berisi obat obatan. Namun untuk mengetahui lebih pasti perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Selanjutnya pada pukul 13.30 WITA mayat dievakuasi menuju alamat korban di Br. Babahan, Desa Penebel, Kec. Penebel, Kab. Tabanan menggunakan ambulans PMI Kab. Badung,” tutup Kapolsek Abiansemal.(bpn) Read the full article
0 notes
rynfal · 4 years ago
Photo
Tumblr media
Repost @iaitb_official Kunjungan dan Konsolidasi Satgas COVID IA ITB dengan Ketum IA ITB Ketua Umum IA ITB, Gembong Primadjaja, mengunjungi Posko Satgas COVID IA ITB yang berada di Bandung. Satgas COVID IA ITB Bandung yang dipimpin oleh mbak Nila Illon Oktaviany menyediakan obat-obatan untuk alumni ITB yang tengah menjalani isolasi mandiri. Obat-obatan tersebut tidak hanya dikirim untuk wilayah Bandung saja, namun juga dikirim ke luar Bandung. Selain mengunjungi Posko SATGAS COVID IA ITB penyedia obat-obatan, Ketum juga mengunjungi posko SATGAS COVID IA ITB penyedia tabung oksigen Kota Bandung. Pada dua kunjungan tersebut, Ketum melakukan konsolidasi agar SATGAS COVID IA ITB bisa terus bergerak bersama alumni ITB untuk menghadapi pandemi COVID-19. Tidak hanya obat-obatan dan tabung oksigen, SATGAS IA ITB juga menyediakan program lainnya, yakni; informasi dan konsultasi ISOMAN, donasi vitamin atau makanan, informasi rumah sakit wilayah DKI Jakarta dan Bandung, informasi lokasi vaksinasi wilayah DKI Jakarta dan Bandung, konsultasi dengan dokter, serta informasi layanan ambulan wilayah DKI Jakarta dan Bandung. Selain itu, SATGAS COVID IA ITB baru saja membuka layanan pendataan donor plasma darah konvalesen. Layanan ini dapat dimanfaatkan oleh alumni ITB dan keluarga, baik itu menjadi pendonor maupun yang membutuhkan donor plasma darah konvalesen. IA ITB berkomitmen untuk membersamai perjuangan masyarakat Indonesia khususnya alumni ITB dalam menghadapi pandemic COVID 19 ini. #iaitb #ikatanalumniitb #satgascovidiaitb https://www.instagram.com/p/CRThmVkrSIPxxL5BtqDlWdR1lSbzSFMCUMdPyg0/?utm_medium=tumblr
0 notes
madurapost · 19 days ago
Text
Kepala Dinkes P2KB Sumenep Pastikan Layanan Puskesmas Tetap Optimal Selama Libur Lebaran
SUMENEP, MaduraPost – Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Sumenep, drg. Ellya Fardasah, bersama tim melakukan kunjungan ke beberapa puskesmas di wilayah daratan pada hari pertama libur Lebaran. Kunjungan ini bertujuan untuk memastikan kesiapan layanan kesehatan tetap optimal meskipun dalam suasana libur panjang. Dalam kunjungan tersebut, drg. Ellya…
0 notes
rembulanmerahjambu · 4 years ago
Text
Habibie dan Ainun di Malunda
Tumblr media
Pict : Sepasang suami istri, sang istri dibawa ke posko tim medis pusat oleh salah satu relawan dengan ambulans, katanya tulang kaki nya kemungkinan patah, daerah rumah si nenek belum pernah dijangkau tim medis sebelumnya, setelah melakukan pemeriksaan fisik, ternyata tidak ada kelainan, hanya saja kaki si nenek masih nyeri dan kaku karena tubuhnya yang sebelah kanan dari atas ke bawah lebam, tertimpa batako ketika gempa kemarin. Tak lama kemudian, suaminya, si kakek, dengan pakaian rapi lengkap dengan peci menyusul istrinya, ia kemudian menjelaskan detail terjadinya gempa, dan istrinya tidak dapat ia selamatkan dari runtuhan batako dinding rumahnya, padahal sementara ia pegang lengan istrinya untuk berlari keluar rumah.
Setelah memastikan si nenek baik-baik saja, kemudian membersihkan luka di punggung kakinya, memberikan obat-obatan, dan aku perbolehkan pulang, lebih nyaman istirahat di tenda pengungsian, si nenek harus rajin melatih kakinya untuk bergerak setiap hari.
Aku bisa melihat pancaran mata keduanya, si kakek merasa khawatir melihat kondisi istrinya, si nenek menahan sakit tapi menyiratkan bahwa ia baik-baik saja. Tatapan penuh cinta, penuh makna.
Loc : Malunda (pusat gempa), depan tenda posko tim medis, dibawah tenda ada 3 pasien yang sementara di infus, tenda rawat inap full, nenek memilih untuk di luar saja, supaya tidak sesak katanya. Background pohon dan tenda-tenda pengungsi yang lain. Jika mendongak keatas, tampak bulan dan bintang yang bersinar lembut.
Taken by : Dokship yang tidak bisa melihat ke-uwu-an ini wkwkwk
0 notes
hkmaid · 6 years ago
Text
印傭 !家居安全十九條守則-屯門僱傭服務-GA 專業家傭 | 經驗豐富-誠實可靠-優質僱傭服務
GA 專業家傭 | 經驗豐富-誠實可靠-優質僱傭服務 : https://www.gaemploy.com/2018/12/01/%e5%8d%b0%e5%82%ad-%e5%ae%b6%e5%b1%85%e5%ae%89%e5%85%a8%e5%8d%81%e4%b9%9d%e6%a2%9d%e5%ae%88%e5%89%87/
印傭 !家居安全十九條守則 -GA 專業家傭 | 經驗豐富-誠實可靠-優質僱傭服務
印傭 !家居安全十九條守則
Tumblr media
印傭 !家居安全十九條守則 Keselamatan Rumah Tangga
針對外傭工作中常見的問題,以及一般僱主的要求,我們擬訂了一些中印對照外傭家居安全守则
1.必須提高警惕,時刻注意家居安全,若發覺有任何不正常 的情況 應馬上通知僱主。 如需報警求救,應撥 ________ 如發生火災,應撥________ 如需要救護車的緊急救援,應撥________ 1.Anda harus selalu berhati-hati dan waspada untuk menjaga keselamatan rumah tangga. Hubungi majikan segera bila merasa ada sesuatu yang tidak semestinya Jika memerlukan bantuan polisi, hubungi________ Jika terjadi kebakaran di rumah atau di gedung bertingkat di mana Anda berada, hubungi________ Untuk memanggil ambulans, hubungi________
2. 必須當心家居的潛在危險。家居安全,要謹記在心。 2. Anda harus selalu menjaga keselamatan rumah tangga dan mengingat bahaya yang mungkin terjadi di rumah tangga
3.要特別留意家居安全,小心謹慎,提防家居意外。 3.Anda harus berhati-hati untuk mencegah kecelakaan di rumah. Berilah perhatian khusus terhadap keselamatan rumah tangga
4.小心門戶,隨手關門。出門時切記帶鑰匙,進門後切勿把鑰匙留在匙孔中。 4.Hati-hati menjaga pintu masuk dan jangan lupa menutu pintu. Ingatlah membawa kunci apabila Anda keluar dari rumah, dan jangan sampai meninggalkan anak kunci di lubang kunci
5.出門前務必關掉爐火及所有煤氣器具與電器。若家裏無人,必須關燈、關窗及鎖門。 5.Anda harus mematikan api kompor, peralatan gas dan alat- alat listrik sebelum meninggalkan rumah. Apabila tidak ada orang di rumah, jangan lupa memadamkan lampu, menutup jendela dan mengunci pintu masuk
6. 如有人按門鈴或敲門,應先從防盜眼察看,無論來者聲稱是公務員、警察、任何公司的職員或僱主的親友,皆不得為陌生人開門。如有疑問,應立即向僱主示 6.Apabila ada orang yang menekan bel pintu atau mengetuk pintu, hendaklah dilihat dulu dari jendela pengintip siapa yang berada di depan pintu. Tidak boleh membuka pintu untuk orang yang tidak dikenal, biarpun mereka menyatakan dirinya sebagai pegawai pemerintah, polisi, karyawan perusahaan apa pun, famili atau sahabat dari majikan Segera minta petunjuk dari majikan jika Anda meragukan keadaan saat itu.
7.不准往窗外丟垃圾或亂拋東西,開窗時要慢慢開,不得大力推開窗戶。往窗外掛晾衣服時,要注意個人安全,務必小心處理。 7.Dilarang membuang sampah atau melempar benda apa pun keluar jendela. Apabila membuka jendela rumah lakukan dengan perlahan-lahan, jangan mendorong dengan keras. Jika menjemur pakaian di luar jendela, Anda harus memperhatikan keselamatan diri, berhati-hatilah melakukannya
8.活動的窗花(格柵)必須關好,如非必要不得打開。 8. Kisi-kisi jendela hidup harus ditutup dengan baik, Jangan dibuka kecuali untuk keperluan sesuatu.
9.地板必須保持乾爽、清潔,並確保無雜物擋道,以免滑倒或絆倒。 9.Lantai harus selalu berada dalam keadaan kering, bersih dan tidak ada benda yang merintang supaya bebas dari kemungkinan tersandung atau tergelincir
10. 對具有潛在危險的物品,諸如利器,藥品,清潔劑、殺蟲劑,易碎物品,熱湯,熱開水等,務必小心,必須放在兒童手不可及之處,以確保安全。不得讓兒童接近爐具,電源插座,插頭、電線,以及使用中的電器,如電風扇、電熨斗,暖爐等。 10.Untuk menjamin keselamatan rumah tangga, Anda harus berhati-hati terhadap benda yang mungkin akan menjadi bahaya. Barang-barang seperti benda tajam, obat-obatan, detergen, insektisida (pembasmi serangga), barang pecah belah, sup panas, air mendidih, dan sebagainya, harus diletakkan pada tempat yang tidak terjangkau oleh anak anak. Juga jangan membiarkan anak-anak mendekati kompor, soket (stop kontak), steker (tusuk kontak), kabel listrik, dan peralatan listrik yang sedang digunakan, seperti kipas angin, setrika listrik, alat pemanas dan lain-lain
11.必須擦乾手才可接觸電器開關或插頭 11.Selalu keringkan tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh sakelar/knop atau steker (tusuk kontak) alat-alat listrik
12.不可在同一插座上使用過多的插頭. 12.Jangan memasang steker (tusuk kontak) terlalu banyak pada soket (stop kontak) yang sama
13.切勿將電器,如吹風筒、暖爐,風扇等放在容易沾水的地 13.Alat-alat listrik seperti pengering rambut, alat pemanas udara, kipas angin dan lain-lain tidak boleh diletakkan pada tempat yang mudah terkena air
14.非使用中的電器必須關掉並拔出插頭。 14.Matikan semua alat-alat listrik dan dicabut stekernya (tusuk kontaknya) kalau bukan sedang digunakan
15.暖爐不可靠近易燃物品,如窗簾、牀單、衣物或紙張等。不可用暖爐��乾衣物。 15.Alat pemanas udara tidak boleh diletakkan pada tempat yang mendekati barang-barang mudah terbakar seperti gorden, tirai, seprai, pakaian atau kertas. Jangan mengeringkan pakaian dengan alat pemanas udara
16.使用爐具時,必須小心看管,要提防爐火給風吹滅,以及食物燒焦或湯水溢出。 16.Awasi api kompor jika sedang memasak sesuatu. Hati-hati jangan sampai api mati tertiup angin, atau masakan menjadi gosong atau meluap
17.大廈發生火警時,切勿乘搭升降機。在緊急情況下,必須幫助老、幼,病,殘者脱離險境
17.Ingatlah jangan menggunakan lift jika terjadi kebakaran di gedung bertingkat. Dalam keadaan darurat, Anda harus membantu anak-anak, orang lanjut usia atau menderita penyakit, orang cacat baik jasmani maupun rohani untuk menyelamatkan diri dari bahaya
18.必須確保出口通道通行無阻,包括樓梯及走廊。 18.Anda harus memastikan bahwa pintu jalan keluar termasuk tangga dan koridor untuk jalan keluar selalu dapat dilalui dan bebas dari rintangan apa pun
19.做任何事都得小心。如對某事有所疑慮,應立即通知僱主 19.Berhati-hatilah menangani segala hal. Apabila ada sesuatu yang patut dicurigai, segera hubungi majikan
0 notes
weningkalbu · 6 years ago
Text
Tentang Bersyukur dan Mengikhlaskan
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azabku sangat pedih."
Tumblr media
Ini adalah foto lantai Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Gigi dan Mulut Unsoed. Foto ini diambil saat aku mengantarkan seseorang untuk mendapat pertolongan.
Tentang rasa syukur. Alhamdulillah..
Hari itu, Minggu, 26 Agustus 2018. Sebuah pelajaran yang luar biasa yang aku dapat perihal bersyukur dan ikhlas.
Hari itu, hari pertama terlaksananya salah satu program kerja yang luar biasa besar. Sebuah program kerja dengan kepanitiaan yang terbentuk 8 bulan sebelumnya. Sebuah program kerja yang telah dirancang dengan rapih dipersiapkan sematang mungkin agar keberjalanannya tanpa celah.
Beberapa hari sebelum berlangsungnya acara, aku sempat berangkat rapat setelah maghrib dan pulang sampai kost pukul 4 subuh. Hingga saat itu yang paling kuingat adalah aku melupakan kewajibanku. Pukul 00.30 ketika diberi jeda rapat aku baru melaksanakan kewajiban tersebut. Astaghfirullah. Dua hari sebelum berlangsungnya acara tersebut, aku sempat berangkat pukul 11.00 siang dan pulang pukul 01.30 dini hari. Yang kuingat saat itu adalah jangan sampai kejadian tersebut terulang lagi. Sebisa mungkin aku berusaha untuk tepat waktu kali ini.
Pukul 4.30 subuh, aku berangkat dari kost menuju ke tempat berlangsungnya acara tersebut. Sekitar 5km. Dinginnya pagi buta kutembus demi acara ini. Segala persiapan telah dilaksanakan. Kebetulan dalam acara ini aku bertugas sebagai Tim Medis. Tugasku mudah, membawa obat-obatan, berjaga siapa tahu ada yang membutuhkan bantuan.
Pukul 6 pagi hingga pukul 10 siang aku bertugas dibagian paling belakang. Memerhatikan peserta-peserta yang menikmati acara. Senang rasanya. Semua berjalan lancar. Tidak ada yang sakit, hanya saja terkadang ada beberapa yang meminta obat. Gastritis yang terbanyak.
Pukul 10 aku dipindahkan jaga di Posko bagian atas bersama salah satu teman yang lainnya. Disana terdapat seorang perempuan, berbaring, ekspresi wajahnya menunjukkan kesakitan. Sakit pada perut bagian kiri, seperti tertusuk ketika kutanya. Riwayat penyakit sebelumnya pernah menderita gastritis hingga dirawat dirumah sakit dan sering kambuhan hingga sekarang. Perempuan ini belum makan sejak pagi. Kami memutuskan untuk mendatangkan dokter dikarenakan perempuan tersebut tidak mau makan dan tidak membawa obat.
Seorang dokter datang dengan beberapa peralatan dan mulai memeriksa. Aku memerhatikan disamping perempuan ini. Dokter tersebut menasihati si perempuan agar mau makan dan meminum obat. Tetap saja tidak ada makanan yang mau masuk ke mulutnya.
Aku duduk bersandar disampingnya, menjaga perempuan tersebut siapa tahu jika dia membutuhkan bantuanku. Dia meringkuk menghadap kiri sambil memegang perutnya menahan sakit. Itu yang terakhir kulihat sebelum aku ikut tertidur dengan posisi duduk.
3 menit aku tertidur sebelum akhirnya terbangun karena ada seseorang memanggilku. "Kak, boleh minta obat maag?" Aku terbangun dengan sedikit penyesalan karena tertidur dan refleks melihat perempuan yang meringkuk tadi, posisinya masih sama. Belum tertidur, masih menahan sakit. "Oh iya, sebentar ya aku cari dulu di kotak obat." Aku menjawab seseorang yang meminta obat tersebut.
Tetapi, ternyata obat maag dikotak tersebut habis. "Sebentar yaa dek, disini obatnya habis. Tunggu sini dulu, aku ambilkan di posko bawah." Berjalanlah aku kebawah untuk mengambil obatnya kemudian segera naik ke posko atas dan memberikan obat tersebut.
Fokus ku masih kepada perempuan yang meringkuk tadi. Aku menatapnya. Seperti rasanya sakit sekali. Tapi apa boleh buat, aku tak bisa melakukan apapun selain menjaganya.
Yang kupikirkan saat itu adalah, tidak seharusnya aku menyesal atas 3 menit ketiduran ku. Allah memberikanku kemudahan untuk beristirahat. Kesehatan sehingga dapan memudahkan ku untuk melakukan aktivitas-aktivitasku. Seseorang dihadapanku sedang meringkuk kesakitan, ingin tidur tetapi tidak bisa karena menahan rasa sakit. Harus makan tetapi tidak ingin. Ingin beraktivitas tetapi tidak bisa. Alhamdulillah Yaa Allah. 3 menit kau berikan kepadaku untuk beristirahat menghilangkan sedikit lelah.
Pukul 12.30 dhuhur. Waktu seharusnya beristirahat. Aku masih berjaga di posko atas. Sudah waktunya dhuhur. Aku tak ingin terlambat lagi. Seharusnya pada jam tersebut aku sudah berpindah jaga di ujung bawah. Kemudian aku membuka room chat group dan mengetikkan "Tolong gantikan aku jaga di posko atas, aku mau sholat dulu." 5 menit kemudian seseorang datang untuk menggantikanku.
Aku bergegas untuk mengambil air wudhu sekaligus mencuci muka. Setelah berwudhu, entah mengapa rasanya kepalaku pusing sekali. Tiba-tiba badanku merasa tidak nyaman. Suhu tubuhku meningkat secara tiba-tiba. Aku tidak terlalu memedulikan hal tersebut. Kuputuskan untuk sholat dhuhur terlebih dahulu. Selesai sholat, aku beristirahat sejenak di Posko Bawah. Hampir penuh kasur disana, banyak sekali yang sakit. Alhamdulillah aku masih diberi kesehatan Yaa Allah.
Pukul 13.00 aku kembali bertugas. Kali ini di bagian ujung bawah. Kepalaku makin terasa berat. Suhu tubuhku terasa meningkat. Pusing yang kurasakan saat itu. Sesekali aku beristirahat dan duduk di kursi peserta, mendengarkan acara yang berlangsung. Sesekali aku berjalan-jalan untuk memastikan tidak ada yang sakit ataupun membutuhkan bantuan.
Sesaat ketika aku duduk tiba-tiba seseorang menghampiriku dengan wajah panik "Kak, ada yang pingsan!" Spontan aku berlari dan membantu mengarahkan beberapa orang yang membopong menuju ke Posko Utama. Beberapa petugas dan dokter yang bertugas mulai menangani orang tersebut. Aku kembali ketempatku berjaga. Alhamdulillah aku masih bisa berdiri.
Pusing Yaa Allah, dalam batinku berkata. Hati kecilku berbisik untuk beristirahat saja. Tetapi ego ku memilih untuk tetap lanjut. Mengingat beberapa waktu yang lalu, sudah banyak sekali yang diluangkan untuk acara ini.
30 menit kemudian seseorang yang bertugas di Posko Utama menghampiriku dan berkata "Twyt, kamu temenin ke IGD yaa. Ini daritadi ada yang pusing nggak sembuh-sembuh. Dokter minta dibawa ke Rumah Sakit saja." Tanpa berpikir panjang, aku menyanggupinya.
Sebelum berangkat, seorang dokter memberiku pengarahan. "Yang itu, mual dan muntah terus, sudah dikasih domperidone jam 12 tadi. Yang satunya Pusing banget katanya. Tadi pagi nggak sarapan, makannya sekitar jam 11 cuma sedikit. Jam 12 dia minum Sa*ngobion sendiri. Setengah jam yang lalu sudah diberi paracetamol. Tolong yaa dik, sampaikan ke dokternya yang disana." Kataku, "Baik dok, terimakasih."
Untuk pertama kalinya aku menaiki mobil ambulan, untuk mengantar dua orang yang sedang kesakitan. Di perjalanan, salah seorang dari mereka menangis kesakitan, "Kaak, sakit." Benar-benar, aku bingung apa yang harus kulakukan. Saat itu aku merasa tanganku sangat dingin karena sedang merasa tidak enak badan. Sangat dingin tanganku. Tak apa lah. Kugenggam tangannya sambil meyakinkan dengan senyum "Sebentar lagi sampai kok, tahan bentar yaa" Genggamannya di tanganku makin erat, dia benar-benar menahan sakit.
Alhamdulillah Yaa Allah, aku masih bisa menahan pusingku.
Sesampainya di IGD, aku menyampaikan apa yang harus kusampaikan. Harap-harap cemas, aku melihat keduanya dipasang selang oksigen. Kemudian aku diminta untuk mengurus berkas-berkas pendaftaran dan registrasi mereka berdua. MasyaAllah ini pertama kali aku mengurus hal seperti ini sendirian. Dari proses pemeriksaan, registrasi, menerima obat, hasil diagnosis, menjelaskan ke keluarga pasien, negosiasi pembayaran hingga aku berhasi lolos tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. Alhamdulillah.
Pukul 17.00 yang menggantikanku sudah datang. Aku kembali ke tempat acara dengan dibonceng temanku yang menjemput dan melakukan evaluasi. Hampir pingsan yang kurasakan saat itu. Mataku sudah sulit untuk membuka lagi rasanya. Pusing.
Saat itu yang kupikirkan adalah untuk lekas pulang. Aku menghubungi salah satu teman se kost. Permintaan tolong yang sungguh tidak sopan, Hahaa. "Habis maghrib tolong antarkan aku ke Klinik V*ira Medika yaa. Aku nggak enak badan." Untungnya tanpa pikir panjang dia masih mau mengantarkanku.
Aku pulang tepat saat adzan maghrib. Air wudhu pun membuatku kedinginan saat itu. Berdiri tegak untuk menunaikan sholat pun hampir tidak kuat. Selepas maghrib, dengan diantar temanku aku memeriksakan diri ke klinik. Seperti biasa, antrean panjang. Aku mengeluh, mengeluh dan mengeluh. Mataku sulit terbuka, kepalaku sakit, suhu tubuhku meningkat, perut ku tidak nyaman.
Setelah 3 jam, aku mendapatkan giliranku untuk bertemu dokter. Saat itu, tekanan darah 80/60mmHg, suhu tubuh 39 derajat celcius. Aku mengeluhkan semua yang kurasakan kepada dokter tersebut. Karena demamku baru beberapa jam terjadi, maka dokter belum dapat memutuskan apa yang menjadi penyebab dari demamku. Aku diberi beberapa obat.
Sesampainya di kost, aku sengaja tidak mengunci kamarku. Entah, mungkin aku pingsan saat itu. Aku tak ingat apapun. Yang jelas ketika aku terbangun sudah ada temanku yang membawakanku makan dan menyiapkan obat yang diberikan oleh dokter tadi. Rasanya tak ingin makan, tapi dia memaksa.
Saat itu yang kupikirkan adalah aku tidak bisa mengikuti acara di hari kedua. Benar-benar tidak bisa dan tidak bisa dipaksa. Kecewa pasti. Acara ini sudah dipersiapkan matang-matang dengan segala perhitungan
Perlahan aku mulai ikhlas, Ah, sudahlah. Masih ada hari ketiga.
Yang paling meluluhkan adalah kata-kata dari ibu ku "Istirahat, sehari aja."  
Sungguh, satu hari yang luar biasa. Mengajarkanku bagaimana bersyukur dan ikhlas.
Ketika aku menyesal karena ketiduran, ada orang dihadapanku yang berusaha untuk tidur dengan harapan mengurangi rasa sakitnya. Tapi tidak bisa.
Ketika aku merasa sangat pusing, ada orang dihadapanku yang lebih pusing hingga tak bisa berdiri lagi.
Ketika aku merasa sudah tidak bisa berdiri lagi, ada orang dihadapanku yang berbaring saja masih merasakan sakit yang teramat sangat.
Dan ketika aku merasakan sakit yang teramat sangat, ada orang diluar sana yang sudah dicabut seluruh rasa sakitnya. Beliau ayah dari sahabatku. Semoga Khusnul Khatimah. Aamiin.
1 note · View note
tobasatu · 5 years ago
Link
tobasatu.com, Delitua | Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-37 tingkat Provinsi Sumatera Utara di Kota Tebing Tinggi akan digelar 5 -11 September 2020. 
Untuk pencegahan penularan Covid-19, Pemerintah Kota (Pemko) Tebing Tinggi sebagai tuan rumah diminta menerapkan protokol kesehatan secara maksimal.
Hal itu disampaikan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi pada rapat persiapan MTQ ke-37 Sumut di kediaman pribadi Gubernur, Delitua Kabupaten Deli Serdang, Sabtu (1/8/2020). 
“Antisipasi penyebaran Covid-19 harus dilakukan secara maksimal. Jangan sampai ada peserta yang terkena. Saya minta tuan rumah terapkan protokol kesehatan secara ketat, guna mengurangi risiko sekecil mungkin,” kata Gubernur.
Hadir Walikota Tebing Tinggi Umar Zunaidi Hasibuan, Staf Ahli Bidang Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur dan Pemberdayaan Masyarakat Pemprov Sumut Asren Nasution, Perwakilan Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Palit Muda Harahap dan pihak terkait lainnya.
Gubernur juga meminta Walikota Zunaidi Hasibuan untuk berkoordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut, yakni apa yang harus dipersiapkan Pemprov Sumut dalam membantu penerapan protokol kesehatan di MTQ ke-37 Sumut tersebut.
Edy Rahmayadi mengakui gelaran event akbar ini tidak bisa lagi ditunda, karena Pemprov Sumut juga akan mempersiapkan kafilah yang akan berkompetisi MTQ Nasional XXVII 2020 di Sumatera Barat (Sumbar) yang diwacanakan akan berlangsung November 2020.
“Saya melihat begitu siap pelaksanaan ini, dan acara ini memang tidak bisa lagi ditunda karena akan juga mempersiapkan pada MTQ Nasional di Sumbar. Maka harus mempersiapkan secara maksimal dalam mempersiapkan kafilah nantinya,” katanya.
Sebelumnya dalam paparan Walikota Umar Zunaidi Hasibuan menjelaskan, sampai saat ini estimasi jumlah peserta yang akan mengikuti MTQ ke-37 Sumut sebanyak 1.500 peserta. 
Untuk mengatisipasi penyebaran Covid-19, Kota Tebing Tinggi selaku tuan rumah sudah siap melaksanakan protokol kesehatan dalam acara tersebut.
“Kita melaksanakan kegiatan hanya pagi sampai sore hari. Kami telah mempersiapkan dan mengutamakan protokol kesehatan dan ini adalah bagian yang diarahkan Pak Gubernur,” ucap Umar.
Dijelaskannya, Pemko Tebing Tinggi melalui Dinas Kesehatan telah mempersiapkan 12 layanan posko kesehatan, diantaranya di Hotel Malibou, di masing-masing arena, Puskesmas serta RSUD Kumpulan Pane.
Arena Utama, Astaka Lapangan Merdeka dan Anjungan Sri Mersing terdapat dua pos dengan dua dokter, empat perawat, dua ambulans serta alat kesehatan dan obat-obatan. Menurut Umar, petugas posko tersebut akan bergantian tiga shift kerja dalam satu hari.
Di Hotel Malibou yang digunakan sebagai penginapan dewan hakim, Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi juga mempersiapkan satu pos layanan kesehatan yang diisi dengan satu dokter, dua perawat serta satu ambulans yang bergantian kerja dua shift petugas.
Gedung Akbid Pemko Tebing Tinggi yang digunakan sebagai tiga arena lomba juga akan disiapkan tiga pos pelayanan kesehatan yang akan diisi dengan tiga dokter, enam perawat serta dua ambulans yang terbagi dalam dua shift petugas. 
“Selain menyediakan layanan pos kesehatan pada arena lokasi perlombaan dan penginapan dewan hakim, juga dilakukan pantauan pemeriksaan di pemondokan para kafilah,” kata Umar Zunaidi, sembari berharap MTQ ke-37 Sumut di Kota Tebing Tinggi dapat terlaksana dengan baik melalui penerapan protokol kesehatan secara maksimal. (ts-02)
The post Jadi Tuan Rumah MTQ ke-37 Tingkat Sumut, Pemko Tebing Tinggi Diminta Terapkan Protokol Kesehatan appeared first on tobasatu.com.
0 notes
jono2nd · 6 years ago
Link
Liputan6.com, Tangerang - Sempat viral penolakan yang dilakukan petugas Puskesmas Cikokol untuk membawa jenazah Muhammad Husein (8) dengan mobil ambulans. Alasannya, ada aturan yang berbenturan dalam penggunaan ambulans 
Lantas, apa bedanya mobil ambulans khusus untuk membawa pasien sakit dengan mobil jenazah ?
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Liza Puspadewi memaparkan, perbedaan mobil ambulans untuk pasien dan jenazah yang menurutnya sangat signifikan.
"Dari tempat tidur, alat-alat medis dan obat-obatan, sangat berbeda," ujar Liza.
Untuk mobil ambulans yang diperuntukkan membawa atau menangani pasien yang masih bernyawa, serta membutuhkan bantuan hidup, memiliki fasilitas alat-alat medis seperti ventilator, oksigen dan monitor. Kemudian terdapat juga
0 notes
hkmaid · 6 years ago
Text
印傭 !家居安全十九條守則-屯門僱傭服務-GA 專業家傭 | 經驗豐富-誠實可靠-優質僱傭服務
GA 專業家傭 | 經驗豐富-誠實可靠-優質僱傭服務 : https://maid.com.hk/2018/12/01/%e5%8d%b0%e5%82%ad-%e5%ae%b6%e5%b1%85%e5%ae%89%e5%85%a8%e5%8d%81%e4%b9%9d%e6%a2%9d%e5%ae%88%e5%89%87/
印傭 !家居安全十九條守則 -GA 專業家傭 | 經驗豐富-誠實可靠-優質僱傭服務
印傭 !家居安全十九條守則
Tumblr media
印傭 !家居安全十九條守則 Keselamatan Rumah Tangga
針對外傭工作中常見的問題,以及一般僱主的要求,我們擬訂了一些中印對照外傭家居安全守则
1.必須提高警惕,時刻注意家居安全,若發覺有任何不正常 的情況 應馬上通知僱主。 如需報警求救,應撥 ________ 如發生火災,應撥________ 如需要救護車的緊急救援,應撥________ 1.Anda harus selalu berhati-hati dan waspada untuk menjaga keselamatan rumah tangga. Hubungi majikan segera bila merasa ada sesuatu yang tidak semestinya Jika memerlukan bantuan polisi, hubungi________ Jika terjadi kebakaran di rumah atau di gedung bertingkat di mana Anda berada, hubungi________ Untuk memanggil ambulans, hubungi________
2. 必須當心家居的潛在危險。家居安全,要謹記在心。 2. Anda harus selalu menjaga keselamatan rumah tangga dan mengingat bahaya yang mungkin terjadi di rumah tangga
3.要特別留意家居安全,小心謹慎,提防家居意外。 3.Anda harus berhati-hati untuk mencegah kecelakaan di rumah. Berilah perhatian khusus terhadap keselamatan rumah tangga
4.小心門戶,隨手關門。出門時切記帶鑰匙,進門後切勿把鑰匙留在匙孔中。 4.Hati-hati menjaga pintu masuk dan jangan lupa menutu pintu. Ingatlah membawa kunci apabila Anda keluar dari rumah, dan jangan sampai meninggalkan anak kunci di lubang kunci
5.出門前務必關掉爐火及所有煤氣器具與電器。若家裏無人,必須關燈、關窗及鎖門。 5.Anda harus mematikan api kompor, peralatan gas dan alat- alat listrik sebelum meninggalkan rumah. Apabila tidak ada orang di rumah, jangan lupa memadamkan lampu, menutup jendela dan mengunci pintu masuk
6. 如有人按門鈴或敲門,應先從防盜眼察看,無論來者聲稱是公務員、警察、任何公司的職員或僱主的親友,皆不得為陌生人開門。如有疑問,應立即向僱主示 6.Apabila ada orang yang menekan bel pintu atau mengetuk pintu, hendaklah dilihat dulu dari jendela pengintip siapa yang berada di depan pintu. Tidak boleh membuka pintu untuk orang yang tidak dikenal, biarpun mereka menyatakan dirinya sebagai pegawai pemerintah, polisi, karyawan perusahaan apa pun, famili atau sahabat dari majikan Segera minta petunjuk dari majikan jika Anda meragukan keadaan saat itu.
7.不准往窗外丟垃圾或亂拋東西,開窗時要慢慢開,不得大力推開窗戶。往窗外掛晾衣服時,要注意個人安全,務必小心處理。 7.Dilarang membuang sampah atau melempar benda apa pun keluar jendela. Apabila membuka jendela rumah lakukan dengan perlahan-lahan, jangan mendorong dengan keras. Jika menjemur pakaian di luar jendela, Anda harus memperhatikan keselamatan diri, berhati-hatilah melakukannya
8.活動的窗花(格柵)必須關好,如非必要不得打開。 8. Kisi-kisi jendela hidup harus ditutup dengan baik, Jangan dibuka kecuali untuk keperluan sesuatu.
9.地板必須保持乾爽、清潔,並確保無雜物擋道,以免滑倒或絆倒。 9.Lantai harus selalu berada dalam keadaan kering, bersih dan tidak ada benda yang merintang supaya bebas dari kemungkinan tersandung atau tergelincir
10. 對具有潛在危險的物品,諸如利器,藥品,清潔劑、殺蟲劑,易碎物品,熱湯,熱開水等,務必小心,必須放在兒童手不可及之處,以確保安全。不得讓兒童接近爐具,電源插座,插頭、電線,以及使用中的電器,如電風扇、電熨斗,暖爐等。 10.Untuk menjamin keselamatan rumah tangga, Anda harus berhati-hati terhadap benda yang mungkin akan menjadi bahaya. Barang-barang seperti benda tajam, obat-obatan, detergen, insektisida (pembasmi serangga), barang pecah belah, sup panas, air mendidih, dan sebagainya, harus diletakkan pada tempat yang tidak terjangkau oleh anak anak. Juga jangan membiarkan anak-anak mendekati kompor, soket (stop kontak), steker (tusuk kontak), kabel listrik, dan peralatan listrik yang sedang digunakan, seperti kipas angin, setrika listrik, alat pemanas dan lain-lain
11.必須擦乾手才可接觸電器開關或插頭 11.Selalu keringkan tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh sakelar/knop atau steker (tusuk kontak) alat-alat listrik
12.不可在同一插座上使用過多的插頭. 12.Jangan memasang steker (tusuk kontak) terlalu banyak pada soket (stop kontak) yang sama
13.切勿將電器,如吹風筒、暖爐,風扇等放在容易沾水的地 13.Alat-alat listrik seperti pengering rambut, alat pemanas udara, kipas angin dan lain-lain tidak boleh diletakkan pada tempat yang mudah terkena air
14.非使用中的電器必須關掉並拔出插頭。 14.Matikan semua alat-alat listrik dan dicabut stekernya (tusuk kontaknya) kalau bukan sedang digunakan
15.暖爐不可靠近易燃物品,如窗簾、牀單、衣物或紙張等。不可用暖爐烘乾衣物。 15.Alat pemanas udara tidak boleh diletakkan pada tempat yang mendekati barang-barang mudah terbakar seperti gorden, tirai, seprai, pakaian atau kertas. Jangan mengeringkan pakaian dengan alat pemanas udara
16.使用爐具時,必須小心看管,要提防爐火給風吹滅,以及食物燒焦或湯水溢出。 16.Awasi api kompor jika sedang memasak sesuatu. Hati-hati jangan sampai api mati tertiup angin, atau masakan menjadi gosong atau meluap
17.大廈發生火警時,切勿乘搭升降機。在緊急情況下,必須幫助老、幼,病,殘者脱離險境
17.Ingatlah jangan menggunakan lift jika terjadi kebakaran di gedung bertingkat. Dalam keadaan darurat, Anda harus membantu anak-anak, orang lanjut usia atau menderita penyakit, orang cacat baik jasmani maupun rohani untuk menyelamatkan diri dari bahaya
18.必須確保出口通道通行無阻,包括樓梯及走廊。 18.Anda harus memastikan bahwa pintu jalan keluar termasuk tangga dan koridor untuk jalan keluar selalu dapat dilalui dan bebas dari rintangan apa pun
19.做任何事都得小心。如對某事有所疑慮,應立即通知僱主 19.Berhati-hatilah menangani segala hal. Apabila ada sesuatu yang patut dicurigai, segera hubungi majikan
0 notes