#Adiksi
Explore tagged Tumblr posts
Text
Demo di Patung Kuda, Aliansi Dosen ASN Ancam Mogok Mengajar Jika Tuntutan Tukin Tak Terealisasi
JAKARTA, Cinews.id – Sekitar 300 lebih dosen ASN yang tergabung dengan Aliansi Dosen ASN Kemendikti-Saintek Seluruh Indonesia (Adiksi) menggelar aksi damai di sekitar Patung Kuda, Jakarta Pusat hari ini, Senin (3/2/2025). Mereka menuntut pencairan tunjangan kinerja (tukin) yang tak kunjung dibayarkan sejak 2020. Koordinator Aksi, Anggun Gunawan mengatakan, aksi ini merupakan respons atas…
0 notes
Text
Meringankan dan menghentikan adiksi.
Inilah beberapa cara yang kurasa dapat membantumu untuk mengurangi bahkan menghentikan adiksimu terhadap sesuatu:
1. Apakah yang kamu gunakan dapat memberi dopamine tinggi secara instan?
Jika iya, maka dipastikan bahwa kamu perlu tenaga ekstra dan pengorbanan untuk dapat keluar dari lingkaran setan tersebut. Contoh hal-hal yang dapat memberikan dopamine tinggi secara instan adalah pornografi, narkotika, hal-hal yang manis, dan semacamnya.
Hal yang perlu kamu lakukan adalah dengan menghentikannya, tidak ada opsi lain daripada itu (kecuali sudah dalam ketergantungan berat, maka pilihan kamu adalah dengan menghubungi dokter atau rumah sakit terdekat). Jika kamu mencoba untuk mengurangi konsumsinya, maka was-was syaitan akan menghantui kamu, contohnya dengan kalimat: "Engga apa-apa kok, ini yang terakhir, beneran ini yang terakhir, nanti udah engga lagi"
Tetaplah kuat dan tegas untuk menghilangkan adiksinya!
2. Pastikan bahwa orang-orang di sekitarmu tidak punya ketertarikan dan dukungan terhadap apa yang kamu lakukan.
Misalnya kamu ingin mengurangi atau berhenti ketergantungan terhadap bermain game, maka mainkanlah game yang tidak dimainkan siapapun di sekitarmu, tidak menarik perhatian orang-orang, dan tidak mendapat dukungan atau kontribusi dari orang lain.
Kebanyakan game online menyediakan tempat diskusi atau bicara dengan sesama player, maka untuk meminimalisir ketergantungan kamu, berhentilah untuk melakukan interaksi (chat) dengan mereka.
Lingkungan adalah sesuatu yang tidak dapat kamu kendalikan, namun dapat kamu rubah. Jauhi segala hal yang dapat memicu kamu (atau notifikasi) yang mengingatkan kamu dan mendorong kamu terhadap hal yang membuat kamu ketergantungan.
3. Pastikan bahwa hal tersebut adalah hal yang rumit dan butuh waktu untuk digunakan.
Hal ini dapat membantu kamu untuk membuka pikiran kamu, menjeda ketergantungan, dan meningkatkan rasa "malas" yang membuat kamu tidak lagi ingin menggunakannya.
Mudah-mudahan ini dapat membantu kamu dalam menghilangkan ketergantunganmu. Yang dapat merubah dirimu adalah dirimu sendiri; tentukan pilihanmu! One day or Day one!
0 notes
Text
"Patient, Herman!"
#just a grumpy herman drawing#probably getting impatient to move because its in the middle at the night and its freight so its much creepier?? dunno#ttte oc#maulidsart#aku ada adiksi menggambar herman#beneran#DKA D52 Class#D52080#also hi guys
26 notes
·
View notes
Text
Koitus
Karena pada akhirnya kita hanya peduli dengan kenikmatan diri sendiri. Karena pada akhirnya kita hanya memilih masturbasi! Kita tidak sedang bersenggama asa, kita hanya sedang berjimak asu.


Kau bebas pergi ketimbang berpulang palung dan hanya berisik ketidakmampuan. Sebab aku masih penuh gelap dan kalap syahwat dengan segala yang disebut harap. Cumbuku menyesap inci bibir perhatian dan merayu lidah kasih sayang agar hidupku tak dirasa kekurangan. Bungkam mulutku dengan segala yang keras dan kasar sampai hilir tenggorokan tak lagi haus dengan obsesi dan kepedulian. Menarilah di leher kesombonganku yang jenjang dan buat aku mengerang oleh afirmasi yang mendebarkan.
Biar kubawa kau dari masturbasi pikiran kepada ejakulasi afeksi paling nyaman. Dan tersenyumlah melihat aku berlumur berahi atensi dari kau yang maha adiksi. Mandikan aku dengan segala amal manis yang menggebu bukan sekedar mani yang singkat dan bisu!
Aku ingin kaulihat dan kaupuja dengan hebat. Tanpa syarat. Tanpa perlu telanjang bejat.
Namun kita tetaplah kita yang buta ego dan air mata; mana yang harusnya disetubuhi cinta? mana yang harusnya dijejal logika? dan bila sampai di tepi kewalahan akan saling silang; siapa yang lebih dulu melepas keperawanan rasa? siapa yang mengkhianati keperjakaan siapa? namun kita tetaplah kita yang buta cacat dan obsesi harap.
Sumpah untuk koitus yang penuh desah itu untuk siapa? karena pada akhirnya kita hanya peduli dengan kenikmatan diri sendiri. Karena pada akhirnya kita hanya memilih masturbasi! Kita tidak sedang bersenggama asa, kita hanya sedang berjimak asu.
12 notes
·
View notes
Text
Irama Kediktatoran
Patuh kadang candu. Seperti perintah-perintah di telinga yang kini serupa suapan adiksi yang bertubi-tubi. Tak ada pilihan kecuali taat, atau belulang akan terguncang memelas dan seutuh tubuh meriang lemas.
Suara-suara itu curang. Saat aku tersadar hanya ada jalan buntu masih saja langkahku menggelandang maju. Aku tahu harus berhenti, tapi sial, sebab sehirup ketunduk-patuhan terlanjur menjelma hubungan ketergantungan.
Tak sadarkah suara bahwa dirinya adalah siksa, seperti kenari yang riang bernyanyi tapi menyimpan berita mati?
Telinga bisa jujur ia mendengar siul yang menghibur. Tapi tahukah bahwa jiwa menikmati dengan mata terpejam suram?
Diamlah.
Atau kau runtuhkan dulu singgasana itu hingga tak ada lagi kepatuhan tanpa alasan, turunkan mahkotamu hingga iramanya bukan lagi instruksi kediktatoran.
Biarkan ia kembali menjadi gambus yang bermelodi, sehingga bersama iramamu bisa kulantunkan dzikir dalam kesatuan harmoni.
Atau diamlah sudah. Dzikir pun sudah biasa berbisik pada sepi.
@audadzaki
AUC Avenue, New Cairo, 18 Juni 2024.
9 notes
·
View notes
Text
Hidup Sehat Tanpa Gula
Gula menimbulkan adiksi (kecanduan) bagi yang mengkonsumsinya. Hormon endorfin rasa efek kejut dari Gula seperti roller coaster yg bikin ketagihan, hal ini perlahan dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh. Dr. Zaidul Akbar pernah menyampaikan bahwa mengurangi konsumsi gula dapat bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan menggantikannya dengan buah-buahan dan sayur-sayuran.

Adapun beberapa manfaat mengurangi konsumsi gula bagi tubuh, yaitu:
1. Mencegah Penuaan
Jika kadar gula dalam darah terlalu tinggi, maka akan membentuk efek domino molekuler yang disebut dengan glikasi. Kondisi ini berpotensi menghambat perbaikan kolagen pada kulit. Kolagen berfungsi untuk mengencangkan kulit, sehingga ketika mengurangi konsumsi gula maka dapat mencegah kerutan halus pada wajah.
2. Menghindari Penyakit Jantung
Salah satu faktor risiko terbesar penyakit jantung adalah tingginya kadar kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh yang berpotensi menyebabkan penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah arteri. Di mana, meningkatnya kadar kolesterol jahat tersebut dapat terjadi akibat konsumsi gula berlebih.
3. Menghilangkan Lemak di Perut
Faktor yang menyebabkan penumpukan lemak di perut adalah asupan tinggi gula, seperti soda manis dan makanan manis. Dengan membatasi konsumsi gula, secara tidak langsung dapat menghindari atau mencegah timbulnya penyakit-penyakit tersebut.
4. Meminimalisir Risiko Diabetes Tipe 2
Mengonsumsi makanan manis secara berlebihan dapat berdampak pada meningkatnya risiko diabetes tipe 2, yaitu kondisi kronis yang membuat tubuh tidak dapat memproduksi hormon insulin untuk memproses gula darah (glukosa). Diabetes tipe 2 ditandai dengan gejala-gejala seperti sering buang air kecil, sering haus, lelah, dan lapar. Jadi, batasi konsumsi gula jika ingin terhindar dari diabetes tipe 2.
8 notes
·
View notes
Text
Tentang Koneksi di Usia Dewasa

Menulis di tumblr seperti ini sepertinya bukan hal yang umum dilakukan seorang dosen. Sepanjang saya memperhatikan rekan-rekan di kantor, rasanya nggak ada yang mau repot-repot menulis soal keresahan pribadi dan harapan naifnya dalam tulisan panjang di blog seperti saya. Kalaupun harus menulis ya harusnya menulis soal riset atau buku atau opini atau hal-hal besar dan berkaitan dengan keilmuan. Sepertinya semua orang di kantor rasanya tahu apa yang mereka inginkan dan apa yang akan mereka lakukan. Apa emang saya aja yang lemah dan cupu hingga butuh ruang ini untuk mengurai pikiran keseharian? Rasanya menulis dengan jujur seperti ini malah kayak men-sabotase reputasi dosen yang nampak tahu segalanya dan bisa diandalkan.
Mungkin karena alasan itu juga yang membuat saya kadang lebih memilih ngobrol dengan mahasiswa. Bukan karena saya nggak bisa nyambung dengan kolega atau semacamnya. Mungkin lebih ke saya yang nggak tahan dengan ‘small talk’ di acara-acara pertemuan rapat, meeting, dan pertemuan sosial lainnya. Mahasiswa, dengan semua persoalan dan perasaan insecure yang mereka miliki, rasanya lebih jujur dan genuine. Setidaknya mereka tidak berupaya membuktikan apapun saat saya mengobrol dengan mereka. Lebih mudah buat saya untuk terkoneksi dengan hal-hal innocence seperti itu. Entahlah. Mungkin itu adalah bagian dari kehidupan akademisi, terutama dosen muda. Selalu ada tabir ‘rivalitas’ yang membayangi. Nggak kentara di pembicaraan tapi ada dalam pikiran semua orang. Tentang siapa yang berhasil publikasi paling banyak, bisa diundang jadi pembicara paling sering, siapa yang paling terkenal dan diakui, dan semacamnya. Belum lagi perasaan bahwa berbicara di lingkungan kampus kadang rasanya seperti berjalan di padang ranjau. Harus ekstra hati-hati agar tidak menyinggung siapapun atau membuat orang lain baper. Sungguh terlalu kompleks dan memuakkan. Kehidupan pergaulan pasangan dewasa yang sudah menikah juga seringkali sama. Relasi yang dibentuk kebanyakan dipoles bentuk persaingan yang dibungkus pita. Soal siapa anaknya yang paling oke di sekolah, soal siapa yang kehidupannya paling menarik dan sophisticated, yang paling asik liburannya atau paling hebat pencapaiannya, hal-hal semacam itu. Lingkaran sosial orang dewasa adalah medan tempur rahasia yang dihiasi tawa dan perayaan dimana masing-masing berupaya membuktikan bahwa keluarga mereka adalah yang terbaik.
Mungkin yang saya rindukan adalah obrolan sederhana saat masih ‘muda’ dulu. Saat semua kawan berbicara tanpa berupaya membuktikan apapun. A simpler time. Saat hidup tidak dibutakan oleh adiksi validasi dan pengakuan. Saat yang dibicarakan sesederhana soal kelucuan hidup sehari-hari. Hal-hal remeh-temeh semacam itu. Mungkin itu juga alasan kenapa rasanya hidup sebagai seorang yang dewasa itu kadang kenyang oleh sepi. Setiap hari dihajar oleh tuntutan dan ekspektasi tapi jarang ada tempat untuk menuangkan isi kepala dan kemelut hati.
3 notes
·
View notes
Text
Sejenak Pentingnya Detox smartphone
Halo, perkenalkan saya ucai. Saya berasal dari indonesia, saat ini sedang berusaha menemukan cara agar bisa berhenti dari ketergantungan ponsel pintar dan adiksi lainnya yang terdapat didalamnya.
Saya menggunakan ponsel pintar semenjak 2013, ponsel pertama saya yaitu hape lg optimus dengan touch screen yang kecil dan handy. Saya termasuk pengguna aktif sosial media dari facebook, twitter, instagram dan aplikasi lainnya pada kala itu dan ketertarikan saya menjelajahi dunia lewat internet.
Saking menikmatinya hiburan internet dan bisa berinteraksi dengan orang diluar kota dan diluar negeri. Perbedaan waktu dan wilayah seolah tidak menjadi penghalang untuk saling mengenal dan bertukar kabar dan informasi. Tahu akan segala hal yang terjadi di dunia internasional dan dalam negeri, politik, berita, keuangan, showbizz, perfilman, budaya, bahasa, makanan, kesehatan, dan masih banyak hal yang lainnya.
Namun seiring waktu pula, saya merasakan ada hal yang berbeda yang saya alami. Dari mulai kecanduan, adiksi, cemas, serta ketakutan-ketakutan sendiri diakibatkan ponsel pintar. Cemas yang muncul ketika berada jauh dari ponsel pintar. Cemas karena hiburan-hiburan yang kita peroleh secara instan melalui sosial media platform tergantikan dengam hiburan dunia nyata. Seperti hadir dan menikmati segala aktifitas yang kita lakukan.
Distraksi notifikasi aplikasi akun sosial media, berkabar lewat udara dan perhatian saya teralihkan dan tertuju pada bunyi notifikasi ponsel pintar saya.
Karena dengan kemudahan dan kehadiran ponsel pintar selain memang membantu akses manusia, dimana mendekatkan interaksi sosial manusia yang jauh dan menjauhkan interaksi sosial yang dekat.
Gangguan yang nyata di zaman sekarang adalah karena kita menggantungkan kebutuhan dan kebahagiaam kita pada ponsel pintar.
Seperti dilansir berbagai penelitian dan website, munculnya anxiety, adiksi gadget dan ponsel pintar, meningkatnya isu kesehatan mental pada anak-anak, remaja dan dewasa. Nomophobia dimana dikatakan cemasnya seseorang saat berada jauh dari ponsel pintarnya. Entah itu kekhawatiran oranglain akan menanyakan kabar kita, atau kita khawatir terhadap tidak updatenya serta kehilangan informasi dan berita-berita up to date lainnya.
Fomo (Fear Of Missing Out) dimana ketakutan akan kehilangan kabar berita dari teman dan lainnya entah itu scrolling social media dan kabar terbaru dari siapapun yang kita ikuti di berbagai platform social media.
Candu, Adiksi dan lainnya ini menjadi gangguan nyata yang saya hadapi. Oleh karena itu, saya berfikir untuk perlu memperhatikan kesehatan mental dan hal lainnya terkait ketergantungan saya akan ponsel pintar. Waktu yang saya habiskan serta perhatian nyata yang saya bisa alihkan dari dunia internet kepada dunia yang saya sedang hadapi saat ini. Mengembalikan kesadaran secara penuh fikiran,perasaan dan hal-hal yang bisa saya kendalikan kepada hal-hal yang nyata dan berjangkar pada anggota tubuh saya.
Menghadirkan secara penuh jiwa, fikiran dan hati pada momen saat ini, detik ini dan sekarang. Sehingga fikiran tidak terbang menjelajah ke hal-hal diluar kendali saya.
Langkah yang saya akan lakukan selama detox smartphone adalah dengan berpindah ke ponsel nokia lama saya, yang hanya bisa dipakia untuk sms dan telepon setikdanya saya masih bisa berkomunikasi.
Adapun terkait dengan projek atau email yang saya masih gunakan serta whatsapp atau lainnya saya bisa pergi ke warung internet seminggu sekali untuk sekedar membuka pesan dan membalas email yang masuk serta mengecek hal lainnya yang ada erat kaitannya dengan pekerjaan atau jika ada hal yang urgent, maka pilihannya adalah meminjam hape ibu saya terkait hal-hal penting lainnya yang saat itu diperlukan.
Hiburan seperti scrolling social media bisa saya alihkan kepada hal lainnya seperti mengali keahlian baru lewat kegiatan non internet, seperti pergi ke perpustakaan, bertemu teman dan mengajak main kerumahnya, membaca buku, memasak masakan baru, latihan olahraga lebih sering, belajar bahasa baru, journaling dengan membawa buku catatan dan pensil. Melatih kemampuan baru dan mengevaluasi kebiasaan yang harus diubah atau diperbaiki. Serta bisa terhubung dengan diri dan oranglain secara penuh sadar serta lebih produktif dan tidak cemas lagi.
#detoxsmartphone#detox#smartphone#social media#detoxsocialmedia#addiction#self love#productivity#produktivitas
4 notes
·
View notes
Text
Phoebe Bridgers
1. lilin mencipta siluet-siluet ganjil di dinding kamar. aku yakin, kau tak mendengarkan Phoebe Bridgers. menguatkan sunyi, kuputar beberapa puisi gelapnya. anggap ini Halloween dan aku algojo, mengeksekusi keingkaran darah beliamu. kini, kita tak lebih dua tokoh yang dibicarakan dalam getir lirik.
apa ini adiksi pada temaram yang berpendar bagai citra kematian? kita saling mengutuk dalam bisu dan aku menyiksa kerumpangan yang asimetris di rupa kesendirianmu. barangkali benar, sebelum bertemu, kita sempat jadi dua hati. menggelandang dari pintu ke pintu rumah: tubuh-tubuh asing.
dari balik bantal, diselubungi gelap, kutarik pisau musim dingin dari puisi masa remaja yang kutulis ‘tuk mempersenjatai kesesatanku. kuhujam tepat ke ulu jantungmu: lenguh panjang menggetar wadah tinta seekor malaikat. aku ragu, ia benar-benar mencatat kita sebagai kesia-siaan.
2. bertahun terentang dari pembunuhan pertama itu, apa kau kini mati? dari dulu aku sudah jadi hantu dengan jisim yang belum dikuburkan. sebab itu, kuundang kau dalam upacara-upacara gelap di bawah temaram lilin.
baby, it's Halloween and we can be anything oh, come on, man we can be anything
baby, it's Halloween there's a time for everything oh, come on, man we can be anything*
dan pabila lagu itu tak sengaja terdengar, jangan lupa: seseorang pernah pura-pura membunuh dan membaptismu sebagai tokoh rahasia yang beredar sebagai sabak kabut di malam paling gigil.
Banjar, Januari 2023

Phoebe Bridgers: Penyanyi wanita dan penulis lagu asal Amerika dengan genre musik alternatif. Merilis album berjudul Punisher--album yang paling banyak diulas pada tahun 2020.
*) lirik lagu “Halloween” karya Phoebe Bridgers
2 notes
·
View notes
Text
Pada Suatu Malam di Bulan Terakhir Tahun 2023
Media sosial masih menjadi isu utama bagi diriku hingga di penghujung 2023. Padahal kalau dipikir-pikir, aku tidak terlalu punya kepentingan juga berlama-lama scrolling konten yang tidak terputus.
Namun memang efek adiksi dari media sosial itu terasa seperti mencengkeram aspek biologis dan psikologis di dalam diriku.
Padahal aku sudah sempat menjalankan eksperimen 30 hari tanpa Instagram dan hasilnya aku sebenarnya bisa baik-baik saja tanpa hal-hal semacam itu.
Sampai saat ini aku masih merasa bahwa semakin menjauhnya diriku dari buku-buku adalah salah satu sebab utama adiksi yang sulit sekali terobati itu.
Aku rindu masa-masa di mana aku tenggelam dalam bacaan-bacaan berkepanjangan. Apa aku bisa menghidupkan kembali keemasan masa itu?
Banyak buku bagus. Banyak pula bacaan bagus selain buku. Artikel di Medium, opini-opini para pemikir, dan berita-berita berkesan yang ditulis dengan keseriusan bisa menjadi bahan yang tak habis-habis. Maka dari itu aku sebenarnya tidak punya alasan apa-apa untuk tidak membaca.
Mungkin aku hanya perlu disiplin. Perlu menerapkan secara persis apa yang sudah aku baca di buku-buku semacam The Power of Habit, Atomic Habits, Deep Work, dan lain-lain.
Belakangan aku rasanya seperti merasa terbebani dengan aktivitas membaca dan menulis. Apa karena membaca dan menulis itu adalah aktivitas pokok dari pekerjaanku? Sehingga saat membaca dan menulis aku merasa seperti sedang bekerja yang mana secara mental alokasiku untuk itu terbatas.
Ini yang perlu aku renungi lebih lanjut di samping perenungan tentang menghindari media sosial.
Beberapa hari yang lalu aku menonton video ini di YouTube yang cukup memberi motivasi untuk kembali merutinkan membaca:
youtube
Video ini dengan apik menjelaskan bahwa kita sebenarnya hanya butuh waktu sekitar 30 menit saja setiap harinya untuk menjadi pembaca buku yang jauh lebih baik dari sebagian besar orang di dunia ini. Terutama di Indonesia juga.
Dalam video tersebut juga digambarkan bahwa kalau kita menjadikan waktu 'membaca' media sosial menjadi membaca buku, kita akan mampu menyelesaikan sekitar 30 buku setiap tahunnya. Dalam artian kuantitas apa yang kita 'baca' di media sosial dalam setahun itu setara dengan 30 buku!
30 menit tentu bukan waktu yang lama jika dibandingkan dengan durasi scrolling. Insya Allah aku bisa melakukannya!
1 note
·
View note
Text
Review: The Peter Pan Syndrome oleh Dr. Dan Kiley

“Their temper tantrums are disguised as manly assertion. They take love for granted, never learning how to give it in return. They pretend to be grown-ups but actually behave like spoiled children.”
“He’s a man because of his age; a child because of his acts. The man wants your love; the child wants your pity.”
Peter Pan Syndrome adalah sebuah sindrom yang berkaitan dengan perilaku sosial yang tidak pantas, minat seksual yang serampangan, dan penghindaran dari tanggung jawab (biasanya laki-laki, namun ada beberapa kasus pada perempuan) yang mempengaruhi hidup secara negatif. Seseorang yang memiliki Peter Pan Syndrome biasanya kekanakan secara mental dan emosional, haus validasi (terutama dari teman-teman dan perempuan), tidak bisa mengatur prioritas antara tanggung jawab keluarga, pekerjaan atau tujuan hidup untuk diri sendiri, dan cenderung ingin bersenang-senang tanpa pikir panjang.
Apakah kamu kenal dengan seseorang seperti itu?
Masalahnya, Peter Pan biasanya mencari Wendy, yaitu perempuan yang penuh dengan rasa tanggung jawab yang tinggi, kuat secara emosional (yang artinya, jika kamu adalah “Wendy”, kamu akan tahan disakiti habis-habisan oleh Peter baik secara emosional, verbal, seksual, finansial, maupun fisik), empatis yang berlebihan (Peter Pan cenderung memandang dirinya sebagai seorang pria dewasa yang keinginannya harus diikuti di satu sisi, dan bocah kecil yang harus dikasihani di sisi lain). Wendy berperan sebagai kekasih sekaligus ibu dari Peter Pan.
Apakah itu adalah kamu, Wendy?
Buku ini diterbitkan sekitar tahun 1983, yaitu lima puluh tahun lalu. Dan meskipun sebenarnya Peter Pan Syndrome bukanlah termasuk sakit jiwa, tetapi orang yang memiliki sindrom ini biasanya akan memiliki gangguan jiwa mulai dari kecenderungan narsistik, neurotik, dan adiksi baik pada alkohol, seks, magical thinking (Pikiran Ajaib yang berarti penghindaran masalah dengan berpura-pura, “Jika aku tidak pikirkan masalah ini, maka masalah ini nanti juga hilang sendiri secara ajaib”). Sindrom ini biasanya akan menghancurkan hubungan personal si penderitanya, tetapi bisa juga mengarah pada kehidupan profesional dan kesehatan tubuh. Meskipun ditulis lima puluh tahun lalu, buku ini cukup progresif; Dr. Dan Kiley merujuk para Peter untuk memperbaiki hidup mereka dan bersikap adil kepada pasangan mereka, dan ia merujuk para Wendy untuk berhenti bersikap seperti martir tidak berdaya. Intinya, para perempuan pun harus turut mampu menentukan pilihan dan jangan sampai kehilangan jati diri mereka sendiri.
Dr. Dan Kiley memberikan banyak saran kepada baik si penderita maupun orang-orang terdekat si penderita (ini terutama kamu, Wendy), untuk membantu si penderita menjadi membaik atau justru mencegah terbentuknya sosok Peter Pan di diri putra kamu, kalau kamu adalah orang tua.
“For all his gaiety, he was a deeply troubled boy living in an even more troubling time. He was caught in the abyss between the man he didn’t want to become and the boy he could no longer be.”
Peter tidak siap dan tidak mau jadi pria dewasa, dengan segala tanggung jawabnya. Dalam hubungan cinta, ia tidak siap menjadi seorang “suami” atau “ayah”, dan merasa tertekan jika ia harus menggunakan uangnya untuk kebutuhan rumah tangga, menghabiskan waktunya untuk anaknya, atau memiliki batasan normal dengan minat-minat pribadinya yang artinya, ia harus bersikap selayaknya laki-laki dewasa yang turut peduli pada perasaan, keadaan, dan masa depan keluarganya. Bagi Peter, tanggung jawab adalah kepura-puraan yang biasanya dilakukan oleh orang-orang hanya untuk dapat validasi. Jika sosok Wendy tidak mau menurutinya, maka ia akan marah, bahkan bertindak penuh kekerasan.
Dr. Dan Kiley menjelaskan biasanya, para Peter Pan ini terbentuk akibat pernikahan orangtua mereka yang juga disfungsional, atau bahkan penuh dengan kekerasan. Orangtua mereka biasanya tidak bahagia dengan pernikahan mereka di mana si ayah mungkin keras dan sementara si ibu mungkin menderita dalam diam. Tetapi putra mereka, yaitu Peter Pan, melihat semua itu.
Satu yang paling penting ditekankan di sini adalah, laki-laki penderita Sindrom Peter Pan akan mati-matian menghindari penolakan. Mereka memiliki kebutuhan tak tertahankan untuk diterima baik oleh lingkungan keluarga, teman-teman, maupun ingin diakui kehebatannya oleh para perempuan. Sebenarnya semua orang juga punya kebutuhan ini, tetapi para Peter Pan merasa kosong dan kebutuhan mereka ini di luar batas normal. Dr. Dan Kiley juga menekankan alasan lain di mana lingkungan masyarakat yang cenderung mengabaikan kebutuhan laki-laki untuk mengekspresikan sisi emosional mereka (sedih, misalnya) justru turut membentuk para Peter Pan karena secara emosional mereka tidak berkembang dengan sehat karena mereka jadi sulit untuk mengakui ketika mereka memang merasa sedih, kesepian, dan butuh bantuan. Ini nantinya akan membentuk pola disfungsional dalam hidup mereka, termasuk adiksi.
Tetapi Dr. Dan Kiley juga menekankan bahwa biasanya, penderita Sindrom Peter Pan tidak mau dan sulit sekali berubah. Mereka ‘kan biasanya memang benci tanggung jawab, ingat? Jadi ketika ada yang mau menolong, itu artinya kamu harus berperan sebagai Wendy di mana sekarang kamu yang harus mengambil alih tanggung jawab terutama secara emosional, atau kamu akan dijadikan kambing hitam sama Peter. Peter akan menyalahkan kamu jika ia sampai pergi, bersikap kasar, pelit (karena ia ingin menghabiskan uangnya untuk kesukaannya sendiri), memukul kamu, selingkuh, dan lain sebagainya. Akan ada titik di mana Wendy harus menentukan ingin tetap tinggal dengan Peter atau pergi. Dr. Dan Kiley bahkan berkata bahwa jika kamu ingin terus berperan sebagai Wendy (karena satu alasan dan lainnya, misalnya karena kamu percaya bahwa kamu tidak akan mungkin bisa hidup mandiri tanpa Peter), maka ketahuilah bahwa itu memang pilihan kamu and make peace with it. Lagipula, biasanya para Wendy ini senang merasa dibutuhkan oleh para Peter.
Peter Pan itu berjiwa dangkal, dan ia akan menggunakan rasa kasihan kamu untuk memanipulasi atau sikap masa bodoh untuk mengintimidasi kamu (kamu bisa saja nangis-nangis dan menderita, dan dia akan bilang “oh yaudah si biasa aja, emosional amat”)
“Wendy pushes Peter into the role of father and husband. This upsets him and he quickly reverts to the role of son rather than lober. Wendy indulges his every whim.”
Buku ini sangat bagus karena Dr. Dan Kiley bahkan menjelaskan bahwa biasanya, Peter Pan ini akan melakukan “rape talk” di mana mereka akan mengoceh dan melakukan lelucon seksis yang merendahkan perempuan, bahwa mereka “bisa” dan “ mau” memperkosa perempuan, dan semua itu asalnya dari perasaan tidak berharga, takut ditolak, dan rendah diri. Mereka mau teman-teman mereka ikut tertawa dalam lelucon ini. It’s really pathetic. Mereka melakukan ini untuk merawat ego mereka dan mempertahankan image “macho”. Sayangnya, hal ini justru membuat orang-orang merasa tidak nyaman, dan perempuan menjauh. Siapa yang mau deket-deket orang ini?
Tentu saja sesama Peter Pan.
Meksipun Peter Pan biasanya menawan, banyak teman, dan populer, masalahnya jauh di dalam Peter Pan sebenarnya sangat sadar terhadap kekurangan diri mereka. Dr. Dan Kiley mencontohkan bahwa bayangkan jika kamu bercermin; pada awalnya kamu akan merasa senang bisa melihat diri kamu sendiri, kamu bahkan bisa bersikap konyol di depan cermin dan bergaya. Tetapi nantinya, kamu mulai menyadari bahwa ternyata sosok kamu tidak begitu menarik. Hidung kamu mungkin terlalu besar, atau kecil. Kamu mungkin terlalu gemuk, atau kurus. Kamu sadar akan segala kekurangan ini dan tidak ada tempat berlari.
Seperti itulah Peter Pan, ia terjebak di hadapan cermin. Itulah mengapa ia haus validasi dan takut banget sama penolakan, terutama penolakan dari perempuan. Itulah mengapa, terkadang sikap seksis para Peter Pan biasanya hanyalah cara Peter untuk mengalihkan rasa bersalah atau tanggung jawab atas tindakannya yang semena-mena kepada para perempuan.
Karena Peter Pan benci untuk melihat dirinya sendiri di cermin dan bertanggung jawab.
Dr. Dan Kiley menulis bahwa ada harapan kok untuk para Peter Pan ini, karena toh mereka tidak mungkin lari selamanya. Mereka yang gagal melakukan perubahan biasanya memiliki rumah tangga yang hancur dan mengalami kehidupan yang tidak memuaskan. Ini butuh waktu, tetapi selama Peter mau, maka mereka bisa berubah.
1 note
·
View note
Text
Jinak
Tulisan ini dibuat atas dasar teringat percakapan dengan seseorang terkait "fitrah" dan "khalwat"
-
Atas apapun di hidup, kenapa harus karena Allah, karena begitu niatnya oleng karena manusia atau materi, rasanya berubah
Yang tadinya manis, jadi sakit, semoga Allah sembuhkan
Mungkin keduanya
Fitrah itu tidak bersifat liar, fitrah merupakan sifat dasar atau kecenderungan alamiah manusia yang suci dan murni
Ketertarikan terhadap lawan jenis memang merupakan fitrah. Namun adalah kuasa kita untuk memilih cara menyikapinya, seharusnya sesuai tuntunan
Hawa nafsu adalah substansi jiwa manusia yang tidak dapat dihilangkan, melainkan perlu dikendalikan dan diarahkan
Pengendalian hawa nafsu merupakan bentuk jihad yang besar melawan diri sendiri
Ketertarikan itu fitrah, dan katanya hakikatnya tidak ada cinta sebelum akad, maka semua rasa sakit dan adiksi itu adalah hawa nafsu yang sedang menyelimuti fitrah kita
Bahkan jika tidak ada ketertarikan ataupun keseriusan, dorongan untuk memilih berkhalwat sudah termasuk mengikuti hawa nafsu, karena yang Allah larang bukan fitrahnya tapi hawa nafsu nya. Bukan tidak boleh tertarik tapi tidak boleh berduaan, bukan tidak boleh menyukai gerakannya tapi tidak boleh bergerak hanya karena ingin bersamanya
Lalu yang kemarin itu apa? Aku simpulkan di awal semua niat ini mungkin lillah, tidak ada kecenderungan, kamu memahami masalah di lapangannya
Namun seiring memikih berinteraksi, hawa nafsu bermain dengan fitrahmu, walau tak diakui di awal, tapi kalah juga
Sekarang interaksi itu sudah tidak ada, your battle is within you
Mungkin bila Allah berkenan mengembalikan hati yang tanpa hawa nafsu 4 tahun lalu, semua akan lebih mudah
Tapi waktu tidak bisa diputar, memang sekarang jatahnya kamu belajar mengendalikan rasa ini
Tips from Perplexity:)
Terima dan rasakan emosi, jangan diingkari, bahkan jika rasa sayang ini sungguh menyakiti
Fokus pada diri sendiri, prioritaskan yaumi, finansial, dan studi
Alihkan perhatian dengan hal besar lain, unlocking new experiences di wonosamodro wkwkwk (nyuci pake tangan, masak, etc), ngejob ugal2an, main sama lingkaran yang baik, mulai rutin olahraga lagi, belajar ukmppd beneran, setoran ke adek di pondok tiap weekend, LDR ama adek yg kkn boyol, cerita ke ayah mama, ngelarin schooty dan publikasi, kajian lagi
Beri waktu, jangan terburu-buru, percaya kita akan pulih seiring skenario selanjutNya
Refleksi untuk bersiap menempuh jalan yang lebih serius dan baik
Mengingat keburukan bukanlah solusi yang ideal karena itu tidak sehat secara emosional, dapat menimbulkan dendam, justru menghambat proses move on, menciptakan aura negatif

Makanya ada doa🌻
يا الله يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك

Kata mas Naren, nggak worthy mengubah apa yang kamu pengen, untuk menghindari seseorang. Kamu yang paham -> apa yang kamu hargai di hidup -> bare minimum -> current conditions -> current homework -> future hopes n directions🤍

0 notes
Text
BAHKAN, "i bet the devil can't handle this too"
Hi! Sudah lama gua tidak menuangkan cerita di Blog ini hahaha. Jadi, selagi ada waktu kosong, gua mau bercerita aja sih perihal lagu dari Novalake yang judulnya "i bet the devil can't handle this too".
Secara premis, lagu ini bercerita tentang perjuangan untuk bisa lepas dari segala macam adiksi. Liriknya gua tulis berdasarkan dari pengalaman pribadi gua dan perspektif gua terhadap teman teman gua yang kebetulan masuk ke dalam "lembah gelap" bareng bareng hahaha. Entah ini tolol atau gimana, Keluarga gua gak ada yang tahu sama sekali wkwkwkwk.
Entah kenapa, lagu ini tuh berasa personal banget buat gua. Karena, gua harus tarik belakang jauh ke 2015 sampai 2018 akhir untuk bisa leluasa nulis bahkan memilih diksi yang pas sekaligus merangkum semua peristiwa yang terjadi. Hhmmm... Pokoknya kacau dah.
Jujur, gua suka banget sama hasil dari 'i bet the devil can't handle this too" mulai dari Musiknya, Lirik, dan Music Videonya. Walaupun gua kadang merasa "Cringe" sama akting gua wkwkwkwk. Sekalian aja deh, gua kasih cerita dibalik lirik lagu ini secara keseluruhan.
(Feel the venom in my vein, It pulls me into the cave, Give me some space, To feel the air for a while)
Verse ini gua tulis karena teringat gimana sensasinya jadi "pemakai". Sensasi gimana zatnya mulai bereaksi sampai rasanya di"Stun" wkwkwkwk. Dan satu kejadian, saking "naik"nya pas gua pake, gua sampe terdiam untuk beberapa menit bahkan pernah untuk terjaga di beberapa hari. Jadi, gua mau menyendiri buat nikmati itu semua.
(But their gift is always choking me, My mouth is filled with it, But i enjoy it, Give me more and more, To release all my pain)
Ini adalah fase yang bikin gua sebenernya tersiksa banget sih. Setiap gua "pake" dengan zat zat yang berbeda, itu rasanya ANJIR!! GUA MAU MATI tapi ironinya itu bikin gua nagih dan terus minta lagi entah dengan dosis yang ditambah atau dicampur dengan yang lain buat ngilangi sugesti badan yang "minta" terus menerus.
(I won't end this phase, This fantasy will never end, The blood in my veins, they're draining so fast)
Fase "naik" yang paling mengerikan itu ketika gua pake salah satu Zat yang cukup kuat dan bikin gua terdiam beberapa menit yang berkhayal kayak Biksu Tibet wkwkwk. Duduk bersila, mata merem, tangannya 👌 diatas paha dan sesekali kejang. Gua ngebiarin Zatnya bereaksi padahal kata temen temen gua, sesekali lawan sedikit kalau misalnya jantung udah mulai deg degannya gak karuan. Tapi, gua sama sekali gak dengerin mereka.
(Addicted and suffocated, Chasing the shadows, Time has been stopped, Satisfied and terrified , Walking on the edge, They let me down)
Sebuah momen yang bikin gua akhirnya sadar untuk harus berhenti dari hal hal negatif itu adalah ketika gua udah gak bisa terkontrol dan beberapa teman mulai kehilangan arah jalan hidupnya dan entah apa yang dikejar dan dikerjakan. Hidup rasanya kayaknya gak ada tujuannya aja gitu. Serasa hidup buat dihancurin aja. Bahkan, sampai ada yang harus merelakan nyawanya dan akhirnya meninggalkan kita semua di Dunia.
(Oh god, lead me out of here, They're still crawling under my skin)
Di akhir tahun 2018 tepatnya di bulan November, gua memutuskan untuk Cut Off semua yang berhubungan sama hal hal itu semua dan mulai menata hidup baru. Walaupun, terkadang terbesit buat "pake" lagi tapi gua terus berusaha buat tidak akan masuk ke dalam lubang yang sama. Dan, gua memproklamirkan untuk diri gua sendiri bahwa gua sudah bukan pemakai bahkan tidak akan menjadi pemakai kembali.
Huft~ selesai juga wkwkwkwk. Lumayan 3 batang Rokok Marlboro Kretek Merah habis wkwkwkwkwk. Mana belom beli lagi pula hadeuh...
Bisa didengerin lagunya dan ditonton Music Videonya yaa.
youtube
0 notes
Text
Psikolog: Judi online tidak akan selesai kalau pelaku sekedar dihukum

Itu alasannya penanganan judi tidak akan efektif hanya dengan hukuman, melainkan harus menyentuh akar permasalahan yaitu masalah psikologis sejak usia dini
Jakarta (ANTARA) - Psikolog Klinis asal Universitas Indonesia Kasandra Putranto mengatakan masalah judi online tidak akan selesai apabila pelaku hanya sekedar dihukum tanpa ada penanganan psikologis.
“Ditemukan komorbiditas yang tinggi antara adiksi dan depresi, yang memungkinkan saling mempengaruhi satu sama lain. Itu alasannya penanganan judi tidak akan efektif hanya dengan hukuman, melainkan harus menyentuh akar permasalahan yaitu masalah psikologis sejak usia dini,” jelas Kasandra saat dihubungi, Jumat.
Kasandra mengatakan saat seseorang sudah kecanduan judi online, maka efeknya tak hanya akan dirasakan pelaku melainkan juga lingkungan.
Bagi pelaku, efek kecanduan judi dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, menyebabkan masalah keuangan, dan merusak hubungan sosial.
Kemudian bagi keluarga, pasangan, anak-anak, dan anggota keluarga lainnya dapat merasa terjebak dalam lingkaran ketakutan, kengerian, dan kehilangan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan perasaan tidak terlindungi, rendah diri, dan merugikan kesejahteraan emosional mereka.
0 notes
Text
Hati-hati, Adiksi Judi Online Bisa Jadi Epidemi Sosial yang Sulit Dikendalikan
http://dlvr.it/TG3FcG
0 notes
Text
Dengan dugaan kasus malpraktik yang terus berkembang, klinik pacar Hani EXID kini dituding menggunakan obat penenang yang dosisnya bisa membunuh seekor gajah kepada mendiang pasien.
- Klinik pacar Hani EXID, Yang Jae Woong diduga memberikan obat penenang dengan dosis berbahaya, yang bahkan bisa digunakan untuk membunuh gajah. Informasi soal kasus dugaan malpraktik di klinik tersebut memasuki babak baru setelah rekam medis mendiang dipublikasikan.
Pada Selasa (6/8/2024), surat kabar Hankyoreh memperoleh catatan medis dari Rumah Sakit Bucheon W Jin, yang dijalankan oleh psikiater Yanh. Mereka menganalisisnya bersama dengan seorang psikiater profesional lain dengan pengalaman 10 tahun.
Sehubungan dengan kematian korban, meluarga mendiang mengklaim bahwa pasien Nona A meninggal karena sakit perut dan penyumbatan usus yang disebabkan oleh efek samping obat di rumah sakit Yang. Menurut analisis, obat yang sebenarnya diberikan kepada A bahkan lebih berbahaya dan dipakai secara tidak tepat.
Catatan kemajuan A menunjukkan bahwa dia dirawat di rumah sakit karena adiksi terhadap obat diet. Dia menerima total lima jenis obat berbeda pada hari pertama rawat inap.
"Staf medis tampaknya memutuskan bahwa satu obat saja tidak cukup untuk memberikan efek menenangkan. Kebanyakan dari obat tersebut adalah antipsikotik dan obat psikotropika, dan terutama risperidon adalah produk dengan efek kuat per miligram," kata spesialis medis.
Ketika disuntikkan dengan obat-obatan ini, sebuah "suntikan gajah" (suntikan yang dapat menjatuhkan bahkan gajah) pun diberikan, artinya obat ini sangat kuat. "Tentu saja, akan ada efek samping," tambahnya.
Pasien mulai berbicara tidak jelas dan mengalami delirium setelahnya. Kondisi ini diduga sebagai penyebab masalah pada sistem pencernaannya dan sistem ototnya akibat efek samping agen mental tersebut.
Psikiater tersebut mengatakan, "Efek samping umum dari agen psikoaktif mungkin meliputi efek antikolinergik (mulut kering, gerakan usus menurun, gangguan pencernaan, sembelit, disuria, mata kering, delirium), serta efek samping pada sistem otot (tremor otot, kelainan ketegangan otot akut, akatisia, sindrom neuroleptik malignan, dll.), dan pada awalnya ada sedikit pemeriksaan oleh staf medis."
Lebih lanjut, keluarga memperlihatkan rekaman CCTV yang menunjukkan A mengetuk pintu ruang isolasi, memegang perutnya, dan memohon untuk dikeluarkan. Bukannya menanggapi kesakitannya, staf medis malah menyuntikkan obat penenang dan mengikatnya ke tempat tidur.
Meskipun menunjukkan tanda-tanda kesakitan yang parah, termasuk perut bengkak dan mimisan, staf tidak mengambil tindakan lebih lanjut selain melepaskan ikatannya. Autopsi yang dilakukan oleh National Forensic Service (NFS) menyarankan bahwa penyebab kematian adalah penyumbatan usus akut.
Keluarga A percaya bahwa rumah sakit mengabaikan kondisinya yang memburuk, dan telah mengajukan gugatan pidana terhadap enam staf medis, termasuk direktur rumah sakit Yang atas dugaan pengabaian yang mengakibatkan kematian. Mereka juga telah mengajukan petisi ke Komisi Hak Asasi Manusia Nasional. Polisi telah memulai penyelidikan terhadap klinik tersebut atas dugaan pelanggaran hukum medis.
Sebagai pemimpin klinik tersebut, Yang menyampaikan rasa dukacita dan perminta maaf atas insiden tersebut, menyatakan, "Saya tidak bisa menyembunyikan kesedihan saya yang mendalam atas kematian Park. Saya benar-benar meminta maaf kepada keluarga yang berduka yang sedang merasakan kesedihan mereka."
Dia menambahkan, "Ini terjadi di klinik tempat saya menjadi perwakilan, dan saya mengambil masalah ini dengan sangat serius sebagai direktur. Kami sepenuhnya bekerja sama dengan penyelidikan yang sedang berlangsung, memberikan semua catatan yang diperlukan, termasuk catatan medis dan rekaman CCTV."
Kontroversi semakin mendalam dengan klaim bahwa staf memberikan obat penenang yang dikenal sebagai "suntikan gajah," yang memperburuk kondisi A. Suntikan itu diduga bisa membunuh seekor gajah dengan dosisnya yang begitu kuat.
Keluarga tetap merasa frustrasi dan marah, menuduh Yang Jae Woong dan staf klinik tidak peduli bahkan pada hari pengumuman, melewati keluarga yang berduka tanpa pengakuan. Keluarga menuduh Yang baru meminta maaf setelah berita itu menjadi publik, mempertanyakan kelayakannya sebagai psikiater.
Konflik antara keluarga yang berduka dan klinik Yang terus berlanjut, dengan keluarga menuntut akuntabilitas dan keadilan atas kematian Park.
0 notes