#21052024

[world-of-wales]

The Prince of Wales hosted a Garden Party at Buckingham Palace in London || 21 MAY 2024

[8ightisfate]

[nmotypdfsfg]

[jurnalweli]

Ketika nikmat sehat Allah ambil, ...

Begitu banyak nikmat yang Allah berikan kepada makhlukNya termasuk kita, hambaNya. Sampai-sampai kita tak mampu menghitung dan menyebut semuanya. Dari nikmat iman, nikmat hidup dan kehidupan sampai nikmat lain. Bagiku, semua nikmat adalah besar nilainya karena jika bukan Allah yang beri siapa lagi.

Dari semua nikmat itu ada 2 nikmat yang seringkali para hambaNya terpedaya. Yaitu nikmat sehat dan waktu luang. Terlihat remeh, bukan? Tapi sejatinya tidak. Tanpa nikmat sehat mungkin kita tak bisa melakukan apapun dan hanya terbaring di kasur. Begitu pula dengan nikmat waktu luang. Tanpa waktu luang kita tak bisa melakukan pekerjaan. Sehat dan waktu luang juga bisa saling bersinggungan. Kita memiliki kesehatan tapi tak ada waktu luang menjadikan kita tak bisa melakukan suatu hal. Kita memiliki waktu luang tapi kondisi badan sakit membuat kita hanya bisa rebahan untuk istirahat. Semua menjadi tak nyaman tanpa nikmatNya. Kedua nikmat tadi merupakan sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Artinya : ”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)

Lalu jika sedang Allah ambil nikmat sehat, apa yang dirasakan?

Pastilah sakit dan tidak nyaman. Kita mulai benar-benar menyadari bahwa sehat itu benar-benar nikmat dan mahal. Kita menjadi lemah dan selalu minta dikuatkan dan diangkat penyakitnya. Bahkan mungkin menjadi tidak sabar dan emosional. Lalu minta juga ketenangan, kesabaran, ketabahan dan penerimaan. Baru sakit sedikit, mengeluhnya minta ampun. Dasar, manusia.

Kadangkala sakit ini juga bukan hanya ujian bagi yang mengalami tapi juga bagi orang sekitar yang turut merawat dan menemani. Mereka juga diuji atas kesabaran merawat kita saat sakit. Tak jarang kita akan merepotkan dan menyusahkan. Pekerjaan kita akan bertumpuk padanya karena kita tak mampu menyelesaikan. Bahkan mereka akan membantu kita melakukan hal kecil seperti makan dan minum. Semoga Allah juga berikah kesabaran, kebaikan dan keberkahan terhadap amal baik mereka.

Lalu saat sakit apa yang bisa kita lakukan?

Maka, baiklah doa singkat ketika menjenguk orang sakit

لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللهُ

Artinya : "Tidak mengapa, (semoga sakitmu ini merupakan) pembersih (dosamu), insya Allah.”

Maka, besar harapan jika kita mampu melewati sakit dengan sabar, sakit ini bukan merupakan ujian saja melainkan sebagai wasilah Allah mengampuni dosa-dosa kita.

Maka, di kala sakit selain meminta untuk diangkat penyakitnya dan dijadikan sehat kembali. Perbanyaklah berdzikir, perbanyak istighfar dan memohon ampun padaNya. Semoga dengan dzikir tersebut mampu meringankan rasa sakit kita dan Allah ampuni dosa-dosa kita.

Atau di saat kita tak tahu lagi atas doa dan dzikir yang ingin kita lantukan maka mohon ampunlah. Perbanyak istighfar.

[wasistunendlichkeit]

you never said it, but you did not have to

i know you loved me back like i knew you still loved her teared yourself apart over that loss

there was an aching hole inside my chest each day i walked into that room knowing you would never come through that door again

you said i would find someone better

did it ever cross your mind that this still does not mean i would find someone that i love as much as i loved you?

[arewedoneyet]

via studio_onsaturn @ twitter | 21052024

+

[maniaredgrave]

21052024

Guzma☠️

-

Can’t believe I’m drawing HIM now after so many years lmao! I was SO obsessed with sun and moon when it came out😂

Just a quick doodle👉👈

Want to replay so baaaad!

[ultineet]

Daily Nagoriyuki 21052024

[vivantesopvles]

They meet again between life and death, in a place called the Limbo. 

This time, Harry does not wake up in the pure-white King’s Cross he so often revisits in his memory. He’s back at the Dursleys’, locked inside his cupboard again. And someone’s banging hard on the door.

No, he thinks in despair. Not Uncle Vernon. 

‘Open up!’ But the voice is too high to be his uncle’s, Harry dimly notes; and the accent way too rough to be Dudley’s either. ‘We’re running out of time!’

‘Door’s locked from the outside,’ Harry says wearily. ‘Who’s there?’

‘Use your magic, you daft mug. And it’s Riddle you’re speaking to.’

The lever is met with resistance when Harry turns the handle. But Riddle’s right. Harry pushes his magic through the keyhole – Alohomora – and the lock clicks open.

Riddle is eleven, and so is Harry now, it seems. He takes a look at Harry – a dead spider caught on his shoulder, his too-large t-shirt full of holes – and curls his lips with derision.

‘So that’s how you’ve been using your magic?’ 

Harry ignores him. He leads the way out onto the empty street. As they walk past the trimmed hedges and boring gardens, Riddle tries to get him to talk again. ‘A wizard called Dumbledore says I should find you, says you know the way,’ he prompts. 

‘Did he?’ Harry is briefly taken aback. ‘Where to?’

‘To the new place, of course.’ Riddle shoots him a dubious glance. ‘You’d better not be giving me the runaround.’

‘I’m not,’ Harry says, wondering why Dumbledore still enjoys complicating matters this much, even in death. ‘In any case if we’re going anywhere, I think we ought to head over to King’s Cross Station first …’

‘King’s Cross? That’s in London, that’s where I come from,’ Riddle exclaims. 

As if fuelled by the information, he grabs Harry by the wrist and begins to sprint down the street; all the while, he talks and talks.

‘… and I grew up in Whitechapel. Wool’s Orphanage, if you must know. A soft touch like you wouldn’t have lasted a day there, Harry.’ 

Harry shakes his head, exasperated. It has just occurred to him that they needn’t run at all. It’s the Limbo; they could probably teleport themselves wherever they liked. But they’re going so fast now it’s all Harry can focus his mind on: the speed, the wind in his hair and Riddle, his small, cold hand holding Harry’s. 

It’s almost like flying. Harry can feel himself becoming lighter with each step forward, with each memory left behind. He forgets his own death – the second one … then the first – he forgets the horrors of the war and the people he lost.  

Around them, the tidy suburban streets of Surrey blur, blend, into the cobblestoned confusion that is the East End, which Riddle navigates with the elegance of an alley cat.

‘We’re almost there,’ he says, before immediately launching into another one of his dark anecdotes about the exorcist whom he’d named his archnemesis since he was six. 

Harry’s usually put off by gobby people, but somehow Riddle is growing on him. Maybe it's because Riddle's actually quite hilarious. Maybe it’s because of his endless energy; how vital and unapologetic he still is after being told that there’s something wrong with him his whole life. 

‘I’d like to come here again sometime,’ Harry says as they outrun the old warehouses and backstreets; the red brick lanes and ivy-clad walls. ‘With you. On the other side.’

At that Riddle’s face breaks into a wide smile, a genuine one. ‘On the other side,’ he agrees, a wicked glint in his eyes. ‘Why not? I’ll show you around.’

Later, at the white platform where a train stands waiting for them, Harry finds a one-way ticket in his front pocket. On it says: 01 - SEP - 1938.

21052024 | @microficmay | life & death

[world-of-wales]

The Prince of Wales hosts a garden party at Buckingham Palace || 21 MAY 2024

[8ightisfate]

[nmotypdfsfg]

[kristalli]

19052024/21052024

[babymonsterkpop]

AHYEON AT GIMPO AIRPORT 21052024

[lilianita53]

21052024 ###

Selena Gomez

[himawariqurrotaaini]

Rajutan Ilmu dan Persahabatan

Pontianak. 19:54. 19052024.

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Alhamdulillahilladzi bini'matihi tattimush shalihaat.

Beberapa hari terakhir, timeline instagram saya sedang diwarnai beragam pendapat teman-teman tentang pernyataan Sekretaris Ditjen Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek, Tjitjik Srie Tjahjandarie yang menyebut pendidikan tinggi sebagai edukasi tersier.

Waaah ini tema yang sangat menarik untuk dibahas sambil duduk bersama ditemani pisang goreng juga. Pendapat saya akan kurang lebih sama dengan pendapat teman-teman yang kecewa, sayang sekali pemerintah mencampurkan perspektif individu dan perspektif negara.

Namun saya pun sadar diri, bukan sebagai orang yang mendalami dunia pendidikan, masih banyak yang perlu saya pelajari untuk benar-benar paham.

Islam mengajarkan saya untuk berkhusnudzon (yaaa walau capek, tapi ini melegakan hati), bisa saja pernyataan ini muncul akibat kesalahan pergeseran arti istilah 'tertier' . Seru sebenarnya topik pergeseran makna ini, tapi bukan ke sini sih sebenarnya arah tulisan saya.

Coba ayuprissa, tarik napas dulu 😅

Mau saya titipkan ah hasil temuan di instagram, bicara tentang data, bahkan saya pun kaget-kaget.

Firu bikin video berdurasi 1:30, ini saya malu sih, segitunya Pemerintah menutup mata, pantaslah mengapa jumlah penduduk miskin hanya 9,37 % saja, ternyata standar miskinnya adalah berpenghasilan 550rb perbulan.

Data yang dipaparkan tentang lulusan perguruan tinggi di negara ini hanya sekitar 10 %, lulusan magister 0,5%. Laaaah padahal rasanya banyak niiih yang saya kenal lulusan s1 dan s2? Ternyata saya terperangkap dalam bubble sendiri.

Adapun Asih (nah kalau yang ini benaran teman saya) yang berprofesi sebagai di ITB dengan latar pendidikan di Jepang bikin tulisan panjang lebar mengapa UKT naik. Alhamdulillaah saya jadi menemukan sudut pandang baru.

Rona, seorang teman diskusi saya, Dosen jurusan Keperawatan di UI, kemarin juga cerita tentang bagaimana perjuangan Ibunya menjadi TKW, dan Ayahnya yang tidak mendapatkan pendidikan tinggi, sebagai ikhtiar agar Rona bisa kuliah. Seizin Allaah sekarang Rona menjadi inspirasi banyaaak orang bahwa pendidikan mampu mengangkat derajat keluarga.

Satu lagi deh, pesan dari Bonita, istrinya teman baik saya...

Berilmu di sini sebenarnya sangat universal kan? Tapi pelan-pelan kita tarik ke ilmu agama yuk, hal yang sebenarnya ingin saya ceritakan dengan semangat dari tadi.

Mungkin sekitar 2 tahun terakhir, saya intens dengan pola klub belajar. Ketemu akun instagram sebagai sarana belajar sesuatu, sesiapa yang mau ikut bisa daftar secara gratis, dan berkomitmen mengadakan pertemuan bersama, biasanya seminggu sekali.

Hal ini menjadikan saya berkesempatan kenal dengan berbagai macam wanita dengan berbagai macam latar belakang dan daerah. Dunia saya yang selama ini sekitaran pns dan akademisi, bertambah luas dengan ibu-ibu pembelajar dari rumah masing-masing.

Dipikir-pikir yaaaa.... inilah bentuk rejeki yang mahaaal dari Allaah al Alim kepada saya, ndak bisa dibeli pakai uang. Dibersamai belajar. Bertukar isi kepala (bahkan isi hati juga kayaknya, karena tema-tema yang dibahas ini yaaa memang bersentuhan dengan hati, berujung dengan upaya mengembalikan urusan kepada Allaah AzzawaJalla). Ada saja momen "ooo gini yaaaa", "hoooo ternyata gitu yaaa". Kelompok belajar ini, yang sebenarnya saya pun ndak akrab-akrab amat, menumbuhkan perasaan syukur dan semangat, laaah ini ibu-ibu dengan balita, tertatih-tatih dengan banyaknya tugas domestik, tapi bisa belajar sama-sama.

---

Pontianak. 11:12. 21052024.

Menarik waktu mundur, mengaitkan dengan kisah teman-teman baik yang saya kena dari media sosial, siapa sangka di balik haha hihi ini bahwa saya pun pernah krisis percaya diri karena merasa terlalu beredar. Terlalu banyak kenal manusia sana sini. Sebenarnya ke-supel-an ini dulu merupakan hal yang saya banggakan, memiliki jaringan pertemanan yang alhamdulillaah luaaaas nan beragam. Hingga tiba juga masa ujian di mana saya merasa sendiri di tengah keramaian. Apakah orang yang mengenal saya bisa mendapat kebaikan? Atau justru jangan-jangan saya menularkan perilaku tidak baik? Hal ini cukup menghantui pikiran saya.

Ujung-ujungnya yaaa... muhasabah diri lagi... evaluasi lagi... belajar lagi... dan Allaah al Alim selalu membantu hambaNya, walau dengan petunjuk sesederhana ilustrasi ini:

Ujian sekaligus rezeki saya berupa pertemanan merupakan sarana saya meluaskan pikiran. Sarana saya berlatih agar mampu bijaksana karena berhadapan dengan beragam sudut pandang. Sudut pandang yang sebenarnya berasal dari teman-teman pintar nan shaliha, padahal diri belum menyamai mereka.

Saya yang tak pernah bermimpi untuk menjadi mahasiswi ITB, belum pernah juga saya sebagai aktivis masjid (kecuali di tingkat satu kuliah dulu, semangat jadi guru paud di masjid kampus supaya ikut piknik ke ciwidey 🤣🤣🤣) justru dianugerahkan Allaah AzzawaJalla teman-teman aktivis masjid salman ITB.

Bermula dari teman SMA saya yg bernama Erwan, mengenalkan pada teman bermainnya yang sefrekuensi anehnya dengan saya 😅, kemudian merambat pada teman-teman lainnya, hingga diperkenankan Allaah ar Rohmaan juga untuk bisa dekat dengan Bonita istrinya. Ya Allaah rezeki mahaaaaalll sekali, ndak bisa dibeli dengan uang.

Bahkan diperkenankan untuk belajar banyak dari Annicca yang gemar membaca dan Fanny yang jenaka, pun adalah rezeki dr Allaah yang lupa-lupa saya syukuri.

Darimana akses saya bisa punya teman-teman yang hebat bagi hati saya ini?

Yes.

Seizin Allaah, dari akses pendidikan SMA dan kuliah.

Saya yang berasal dari ekonomi biasa saja, alhamdulillaah menyicipi kemewahan cara berpikir ini, karena Allaah perkenankan saya untuk bersekolah di lingkungan yang alhamdulillaah baik. Tentu bukan sempurna. Tapi lingkungan pendidikan sangat menentukan.

Teman-teman pernah dengar istilah kemiskinan struktural kan? Suatu keadaan di mana seseorang sudah berjuang untuk sekolah dan mencari pekerjaan, namun karena begitu banyaknya masalah di lingkungan keluarga (gizi buruk, kemampuan finansial, lingkungan) ia menjadi sulit untuk mendapatkan kesempatan sukses dibanding orang lainnya, kadang digambarkan juga dengan istilah viscious circle. Hal ini yang seharusnya dicarikan solusi oleh Pemerintah, dibuatkan kebijakan yang tepat sasaran. Ya Allaah berikan ampunan dan hidayah pada pemimpin kami.

---

Tiba pada masa saya ingin menutup tulisan ini.

Apakah pendidikan tinggi adalah segalanya?

Berdasarkan pengalaman saya.... sebenarnya tidak.

Beberapa manusia yang saya temui, berpendidikan tinggi, yang sayangnya juga meninggikan hatinya.

Serta banyaaaak manusia yang tidak pernah kuliah, tapi kayaaaaa manfaat dan kebaikannya.

Namun kali ini yang ingin saya cetak tebal adalah...

Tugas Pemerintah untuk mengupayakan penuh agar rakyatnya berhak atas pendidikan terbaik sesuai hak.

dan...

Tugas kita berjuang mengupayakan ilmu yang tidak sekedar menjadi bekal dunia, namun juga akhirat.

Salam,

ayuprissakartika