Text
Jentikkan jari
Segala hal bisa saja berubah bagai satu jentikkan jari. Salah satu hal yang ingin aku bahas kali ini adalah saat aku merasa segala sudut pandang, cara berpikir dan masa telah berubah hanya dalam satu jentikkan jari. Hemat saya, masa menuju kedewasaan sangatlah berubah. Dimana tiba tiba aku harus bisa banyak bertoleransi, banyak mengerti, banyak merenungi dan banyak pula keputusan besar yang harus diambil dan dipertanggungjawabkan sendiri. Aku baru menyadari ketika orang lainlah yang menilai pemikiranku, menilai perilaku dan cara pandangku terhadap dunia. Dunia terus berputaraku masih berproses menjadi dewasa dengan segala kekhawatiranku dan ketakutanku. Aku hanya berharap masa dewasa yang cukup panjang ini bisa kulalui dengan melakukan hal baik dan menjadi lahan ilmu dan pahala yang bisa kutuai di masa yang akan datang

0 notes
Text
Ada
Adanya dirimu singgah di hidupku
Ada ruang hatiku yang kau sentuh
Namun cinta tak seindah adanya
Adakah diriku kau anggap
Adakah diriku singgah di hatimu
Mungkinkah kau rindukan adaku
Atau mungkin kau tak inginkan adaku
Ah benar adanya kau hanya lalui adaku
Dan tak pernah anggap andanya diriku
(Gubahan dari lagu Untitled - Ten2Five)
4 notes
·
View notes
Text
aku mengenalmu dengan sedehana, aku tau kamu tumbuh dari badai hebatmu. akupun juga tau betapa kerasnya hidupmu di masa lalu. sehingga membuatmu begitu menarik untuk ditelisik, begitu cerdas menghadapi dunia. tanpa kau tau, aku mengagumimu, bahkan bukan aku saja. banyak orang mengagumimu
0 notes
Text
Kamu Sungguh Berarti Untukku Versi 3
Jangan kau pergi harapkan padaku
Separti ingin tapi tak ingin
Yang aku minta tulus hatimu
Bukan pura pura
Jangan pergi dari cintaku
Biar saja tetap denganku
Biar semua tahu adanya
Dirimu memang punyaku
Belum pernah aku jatuh cinta
Sekeras ini seperti ini seperti padamu
Jangan sebut aku lelaki
Bila tak bisa dapatkan engkau
Jangan sebut aku lelaki
Lirik lagu yang berjudul menghitung hari 2 yang dinyayikan oleh penyanyinya Anda Perdana ini mengingatkanku pada 4 tahun yang lalu, saat itu aku masih duduk di bangku SMA. Dan saat itulah ada seorang laki - laki yang mengirimkan lagu ini padaku via aplikasi media sosial. dan tepat setelah aku mengunduh lagu ini, seketika aku menangis karna emosi penyanyinya saat membawakan lagu ini membuatku akhirnya merasakan emosi laki - laki yang telah memperjuangkanku itu.
Sebut saja namanya Indra, ya dialah laki laki itu.
Bersambung....
0 notes
Photo
Hubungan kita berakhir di kata seharusnya.
Seharusnya tidak bertemu. Seharusnya tidak jatuh cinta. Seharusnya tidak perlu merasakan luka padahal belum pernah bersama.
Namun apakah hati mampu berhenti begitu saja? Jika bisa, sudah kulakukan dari jauh hari ketika kau masih ada.
Aku tau kau memang bukan milikku. Tidak memilihku. Tidak menganggap perasaanku ada. Bahkan hadir dan peduliku tak lebih dari sekedar perasaan hangatnya pertemanan belaka.
Hubungan kita benar-benar berakhir di kata seharusnya. Seharusnya dari awal aku sadar, hanya karena aku merasa kau yang selama ini aku cari, bukan berarti kau mau untuk berhenti sebentar lalu mencoba mengerti.
443 notes
·
View notes
Text
“Kau berubah sebab rasamu kepadaku sudah kusam, kau berubah sebab hatimu telah berlabuh ketempat lain, kau berubah sebab rasa nyamanmu kepadanya melebihi segala usahaku kepadamu”
–jingga
14 notes
·
View notes
Photo

quote by @mbeeer Dekat? Tak ada lagi kata dekat,rasanya itu sudah sangat lama. Rasanya itu semua bak buku yang telah usang. Semua hanya tersisa cerita-cerita diantara kita yang tertulis disana. Lupa? Tidak, percayalah cerita kita tetap ada di kenangan yang ku simpan dalam kening ini dan percayalah doaku akan tetap selalu ada untukmu, bahkan untuk kita.
1 note
·
View note
Text
“kenapa harus memikirkannya? Sedangkan ia sendiri tak melakukan hal itu? Kenapa harus membuatnya kembali lagi? Sedangkan ia tak pantas untuk mengulang. Kenapa harus mencari kabarnya? Sedangkan ia menanti kabar yang bukan darimu . Berhentilah berbuat sia-sia hanya untuk menenangkan keinginanmu. Tubuhmu butuh rehat. Pikiranmu butuh jeda. Sesekali buatlah dirimu bahagia. ”
–jingga
110 notes
·
View notes
Text
Kamu Sungguh Berarti Untukku Versi 2
Sebulan yang lalu, saat dimana kita sangat dekat namun jauh dari setiap orang yang kita kenal. kita berada di lingkungan (kota) yang sama, dengan orang - orang baru. saat itu aku sadar, kita sama, memiliki kesamaan, yaitu sulit beradaptasi dengan lingkungan baru, dan yang hanya kita kenal dekat ya kita satu sama lain. Aku sangat membutuhkanku, kamu pun juga sangat membutuhkanku. kita tak lepas dari handphone, kita selalu berbagi kabar, karna kita terbatas jarak. setiap malam kita selalu berbagi keluh kesah, saling memberi semangat dan nasihat sambil diselingi gurauan - gurauan yang membuat kita terjaga hingga larut malam.
Hingga suatu hari, kamu menjemputku untuk mengelilingi kota baru ini. aku dan kamu sungguh sedikit canggung saat itu. seperti mengisyaratkan ada sesuatu yang berbeda seperti yang seharusnya kita bersikap biasa saja seperti dua orang teman. kita menghabiskan waktu bersama, hingga malam tiba. kamu mengantarku pulang, di perjalanan yang gelap gulita dan ditemani gerimis kau memboncengku dengan laju sedikit cepat, aku takut, sungguh aku takut kegelapan. dengan sangat canggung aku menggenggam tali tas di punggungmu, agar aku merasa aman, entah kau merasakannya atau tidak. setelah sampai di depan rumah tinggalku selama 1 bulan, kamu buru buru pulang, karna malam yang semakin larut. Seketika hangat, saat aku menepuk pundakmu selayaknya teman yang akan mengucapkan kata perpisahan, aku memberi senyum dan melambaikan tangan. 1 hal yang aku kenang, yang sangat manis dan jarang kamu lakukan pada orang lain. kamu menoleh, melambaikan tangan, dan tersenyum penuh arti padaku. malam itu kita tak berbagi kabar via media sosial, aku yakin kita sedang bahagia di tempat masing - masing.
Hingga 31 hari berlalu, kita berdua kembali ke kota asal kita, bertemu dengan orang - orang yang sama sama kita kenal. kita tahu, mereka tidak pernah tahu apa yang telah kita alami, kita rasakan. dan anehnya kita sama - sama menutupinya dari orang - orang ini. seolah tak terjadi apa - apa, seolah kita hanya teman yang belum mengenal lebih dekat.
Hingga suatu malam, aku sendiri. di kamarku yang sudah lama aku tinggalkan. tak tahu mengapa, aku merasa sedih, merasa kesepian. dan merasa kehilangan orang yang sungguh berarti untukku. padahal kau bukan siapa - siapa, hanya seorang teman yang kebetulan singgah di hidupku selama 1 bulan. namun rasanya sungguh berbeda. dalam kesendirian ini, aku menerawang. mengingat setiap pertemuan, kebersamaan kita selain sebulan kebelakang. hingga aku tersadar ternyata kamu sering memerhatikanku, beberapa kali pun kamu menatapku lama penuh arti. sebuah tatap tanpa kata yang beberapa kali pula terpergok olehku. aku tak au apa yang ada di pikiranmu, yang kamu rasakan, yang kamu sembunyikan dariku. hanya kamu yang tau waktu yang tepat untuk menjelaskan semua yang aku tau. Hai kamu, satu yang harus kamu tau, aku menyayangimu, mengasihimu dari sini, dari jauh, dan hanya bisa berharap hari itu akan segera tiba. hari dimana aku dan kamu sama sama bahagia kembali di tempat yang sama
0 notes
Text
Kamu Sungguh Berarti Untukku
Sudah berapa tetes air mata karna dia, yang akhirnya aku usap buat kamu
Sudah berapa senyum yang hilang, yang akhirnya aku berusaha munvulin lagi
Kamu mungkin gak pernah sadar apa yang aku lakukan, selalu saja tentang kamu
Semoga kamu bukan gak mau tau
Aku gak tau apa yang sebenarnya aku lakukan
Aku resah melakukan hal buat kamu
Aku bertahan buat kamu
Entah ini tulus atau bodoh, aku tak tau benar tentang cinta
Namun aku tahu
Cinta memang berkorban sampai segininya, pengorbanan yang tak pernah terbatas
Sayangnya beberapa cinta berakhir tak terbalas
Tapi apa cinta yang hebat harus bertahan sampai sekarang?
Kamu selalu senyum ke aku, tapi bukan tersenyum bersamaku, apalagi karna aku
Ketika kamu bahagia, yang ada hanya dia, jangan salahkan aku mendoakan kamu sedih terus. karna ketika kamu sedih, kamu anggap aku ada.
0 notes
Text
Naskah Drama : Upik Agung
Pada zaman dahulu di sebuah desa yang makmur bernama desa Manyar, hiduplah seorang janda yang bernama Nyonya Dessi dan kedua orang anak laki – lakinya yang bernama Fai dan Edi. Dalam kesehariannya Nyonya Dessi dan dua orang anaknya selalu berlaku tidak baik dan sering menyakiti orang lain. Namun mereka tidak hidup sendiri melainkan juga tinggal dengan pembantu mereka yang bernama Bik Suti dan seorang anaknya yang bernama Upik Agung. Bik Suti dan anaknya Upik Agung selalu diperlakukan semena – mena oleh keluarga Nyonya Dessi, terkadang kedua anak Nyonya Dessi mempermainkan Upik Agung yang polos dan sangat penyabar. Saking sabarnya Upik Agung sering dibentak oleh Fai dan Edi tanpa melawan.
Di waktu lain, di istana kerajaan Manyar sedang bercakap – cakap seorang ibu dengan putrinya
“Nak tidak terasa ya kerajaan ini sudah berkembang begitu pesat sejak sepeninggal ayahmu” tanya sang Ratu pada Putrinya
“Iya ya bu” jawab sang putri
“Nak apakah kamu tidak berniat mencari calon suami untuk meneruskan tahta ayahmu sebagai raja?” Saran sang Ratu
“Iya bu, aku sudah berusaha tapi belum menemukan yang cocok mereka semua hanya menginginkan tahta ayah saja bu” Jawab sang Putri
“Kamu benar nduk, bagaimana kalau kita mengadakan sebuah sayembara?” usul Ratu
“Sayembara apa bu?”Tanya Putri
“Nanti kamu akan tahu sendiri nak” Jawab Ratu penuh misteri
Akhirnya sayembara itu pun disebarkan. Semua penjuru mendengar adanya berita itu. Dan banyak masyarakat tertarik mengenai hal itu tak terkecuali kedua anak Nyonya Dessi. Bahkan kedua anak Nyonya Dessi juga bersaing untuk mengikuti sayembara itu. Menjadi suami seorang Putri kerajaan adalah impian semua pemuda desa, yang jika terwujud bagai menerima durian runtuh pada saat itu juga. Bahkan Upik Agung pun juga sangat penasaran dengan adanya sayembara itu. Sebagai seorang pemuda, ia juga memiliki perasaan yang sama antusiasnya.
Karena penasaran yang amat amat amat amat berlebihan Agung pun bertanya pada ibunya. Di sebuah kamar yang sempit dan pengap Agung bertanya pada ibunya.
“Bu, memangnya apa yang dibicarakan oleh Nyonya Dessi dan kedua anaknya tadi?” Tanya Upik Agung pada ibunya memperjelas adanya sayembara
“Oh tadi Ibu dengar – dengar ada sayembara untuk memperebutkan sang putri” Jawab Bik Suti
“Wah, Agung boleh ikut ya?” Tanya Agung penuh antusias
“Sudahlah nak, kamu tidak usah berbuat yang macam – macam kalau Nyonya Dessi sampai tahu kita bisa dipecat”
“Ta..ta..pi bu” Tambah Agung
“Sudahlah nak, maafkan ibu” Jawab Bik Suti, mengakhiri percakapan
Keinginan Agung tidak direstui oleh ibunya karena alasan yang tidak masuk akal. Kalau Nyonya Dessi tidak tahu Agung ikut dalam sayembara, pasti tidak akan dimarahi apalagi dipecat. Karenanya niat Agung saudah bulat, jika tak ada halangan ia pasti ikut sayembara itu.
Keeseokkan harinya, sang putri sedang jenuh di dalam istana ia ingin berjalan – jalan di suatu taman. Tanpa pengawalan sang Putri menyusuri taman yang berada di tengah desa. Dan tanpa sengaja Fai dan Edi juga berada disitu dan melihat sang Putri. Niat jahat pun terbesit di otak mereka untuk menggoda sang putri. Untung saja sang Putri sudah berpengalaman dalam menghadapi laki – laki yang suka menggodanya.
Sementara itu, Agung yang dalam perjalanan ke pasar tanpa sengaja melihat kedua majikannya sedang menggoda sang Putri. Ia pun berniat menolong sang Putri.
“Eh sedang apa disini den?” Sahut Agung mengagetkan Fai dan Edi
“ Sudah Upik Agung, jangan ikut campur” Jawab Fai ketus
“Ini urusan kita, urusi saja urusanmu!” tambah Edi
“Den jangan begitu, kasihan tuan putri. Putri kan jarang menikmati pemandangan di taman ini” kata Agung menyelamatkan putri
“Sudah Gung jangan banyak omong! Pergi sana!” usir Fai
“Aku tidak akan pergi jika den – den masih mengganggu tuan putri” kata Agung menyelamatkan putri
“Oh kamu berani sama kita ha!”
Perkelahian pun terjadi antara Fai, Edi dan Agung. Dan perkelahian itu dimenangkan oleh.....
“Makasih ya sudah menolong saya” kata sang putri berterima kasih
“Iya sama – sama tuan putri”
Tanpa disangka dalam hati Agung menyimpan perasaan terhadap sang Putri. Agung pun ingat akan sayembara yang disampaikan ibunya. Sehingga semakin tertanam niat di hatinya untuk mengikuti sayembara tersebut tanpa sepengetahuan ibunya serta majikan – majikannya.
Hari yang di tunggu – tunggu pun telah tiba. Sayembara akan dilangsungkan. Fai dan Edi pun bersiap – siap untuk dapat menampilkan yang terbaik dalam sayembara nanti. Dan Agung pun juga bersiap dengan banyak berdoa srta menyiapkan dengan baik apa yang akan ia tampilkan di dean sang Ratu dan putri nya. Serta pagi itu ia memakai setelan baju terbaiknya lalu berkata jujur saat berpamitan pada ibunya untuk mengikuti sayembara untuk menjadi suami sang Putri kerajaan. Di kamar yang sempit dan pengap
“Agung, mau kemana kamu nak, kok rapi begitu?” Tanya Bik Suti
“Ibu, Agung mau minta restu ibu. Agung mau ikut sayembara itu bu. Karena akan percuma kalau Agung ikut sayembara itu tanpa restu ibu” Kata Agung pada ibunya dengan suara lembut
“Agung, sebenarnya ibu tidak keberatan kalau kamu ikut sayembara itu, karena rezeki setiap orang sudah ada yang mengatur. Tapi jika Nyonya Dessi mengetahuinya kita bisa dipecat, karena mereka pasti tidak mau disaingi oleh orang kecil seperti kita ini” Kata Bik Suti
“Ibu tenang saja, mereka akan kaget kalau Agung berani ikut sayembara itu, Agung yakin bisa memenangkannya dan membuat keluarga Nyonya Dessi malu. Bu restui Agung mengikuti sayembara itu, dan doakan Agung bu” mohon Agung pada Ibunya
“Iya, yasudah nak, ibu restui kamu ikut sayembara itu, ikutilah kata hatimu jangan terlena dengan kecantikan dan harta mereka, karena semua itu hanyalah sementara nak. Selamat berjuang ya nak” kata Bik Suti akhirnya
“Terima kasih Ibu, Agung akan selalu ingat pesan ibu dan Agung akan berjuang keras untuk meningkatkan derajat keluarga kita. Agung pamit ya bu” kata Agung bersemangat
“Iya nak, hati hati” sahut Bik Suti
Nyonya Dessi dan kedua anaknya sudah siap untuk pergi ke sayembara. Dan mereka pun berangkat tanpa mengetahui jika Agung juga mengikuti sayembara itu. Pergilah Agung ke sayembara itu dengan penampilan terbaiknya. Dan sesampainya di istana, sayembara itu baru dimulai
“Baiklah semuanya. Kita mulai sayembara ini. Siapa yang dapat memenangkan sayembara ini, dia dapat menjadi suami Putri saya” Ratu membuka sayembara
“Sayembaranya apa Ratu?” Tanya Fai
“Kalian harus menunjukkan bakat – bakat yang kalian miliki serta menjawab pertanyaan dai kami. Oke pertunjukan dimulai”
“Saya akan menunjukan bakat menyanyi saya, tapi sebelumnya, Putri tahu tidak bedanya kamu sama cacing?” rayu Fai
“Enggak, memangnya apa?” jawab sang Putri cuek
“Kalau cacing bisa menerobos tanah, kalau tuan putri bisa menerobos hatiku” rayuan maut Fai pun keluar
Lalu Fai pun menunjukan kebolehannya di hadapan Ratu dan sang Putri....
Setelah selesai....
“Nah sekarang jawab satu pertanyaan dari saya, kamu lebih memilih tahta, harta atau wanita? Tanya Ratu pada Fai
“Harta saja, itu yang kita mau” bisik Nyonya Dessi
“Harta Ratu” jawab Fai pada Ratu
“Oke baiklah”kata Ratu
“Izinkan saya menunjukan bakat saya, tapi sebelumnya izinkan saya bertanya terlebih dahulu kepada tuan putri Ratu” Edi meminta izin
“Iya Silakan” jawab Ratu
“Putri tahu tidak bedanya kamu sama kucing? Rayu Edi pada sang putri
“Enggak, memangnya apa?” jawab sang Putri cuek
“Kalau kucing itu sukanya menggondol ikan, tapi kalau Putri telah menggondol hatiku” rayuan mau Edi tidak kalah dengan Fai
Lalu Edi pun menunjukan kebolehannya di hadapan Ratu dan sang Putri, bakat Edi adalah menari modern
Setelah selesai....
“Nah sekarang jawab satu pertanyaan dari saya, kamu lebih memilih tahta, harta atau wanita? Tanya Ratu
“Tahta tahta, kau sangat pantas jadi pangeran nak” bisik Nyonya Dessi
“Tahta Ratu” jawab Edi pada Ratu
Tiba saatnya Agung menunjukan bakatnya....
“Izinkan saya menampilkan bakat saya Ratu” Izin Agung pada Ratu
Lalu Agung pun menunjukan kebolehannya di hadapan Ratu dan sang Putri, satu – satunya bakat yang dimiliki Agung adalah melantunkan ayat – ayat suci Al-Quran dengan merdu
Setelah selesai....
“Nah sekarang jawab satu pertanyaan dari saya, kamu lebih memilih tahta, harta atau wanita? Tanya Ratu pada agung
“Saya lebih memilih wanita Ratu, karena saya disini berusaha untuk mendapatkan hati wanita itu Ratu yaitu Tuan Putri” jawab Agung lantang
Ratu pun meminta keputusan pada putrinya, siapa pria yang akan dipilih oleh putrinya. Lalu setelah selesai Ratu pun mengumumkan keputusannya.
“Baiklah. Sekarang tibalah pengumumannya. Yang berhak menjadi pangeran sang Putri dan nantinya akan memimpin negeri ini adalah ......... Aguuuuuuuung!”
“Apa? Tidak mungkin!” teriak Nyonya Dessi, Fai dan Edi
“Keputusan tidak dapat diganggu gugat” kata Ratu
Lalu Agung menghampiri sang Putri...
“Putri, apakah kamu mau menjadi istriku?” tanya Agung melamar sang Putri
“Tentu saja Gung” jawab sang Putri
Sayembara pun dibubarkan, Nyonya Dessi dan kedua anaknya sangat kesal dan tidak menyangka bahwa Agung mengikuti sayembara itu dan memenangkan pula menjadi pangeran sang Putri. Berbeda jauh dengan Agung yang pulang untuk menjemput ibunya dengan perasaan yang teramat bahagia.
Sesampainya di rumah...
“Suutiiii” panggil Nyonya Dessi
“Iya Nyonya ada apa? Jawab Bik Suti dari dapur
“Kamu dan anakmu itu sama saja, sama sama udik, sama sama gak tahu diri, sama sama pokoknya sama semuannya!” hardik Nyonya Dessi
Disaat Nyonya Dessi menghardik Bik Suti, tiba – tiba Agung datang dengan gagah berani.
“Stop! Hentikan! Jangan lagi menghardik ibu saya!” teriak Agung dari pintu depan
“Oh! Sekarang kamu berani ya sama saya. Mau saya peca......!” ancam Nyonya Dessi
“Silakan Nyonya pecat saya dan ibu saya. Bu ayo sekarang ikut Agung, kita akan tinggal di Istana mulai sekarang” kata Agung lantang
“Ibuuu, Agung memenangkan sayembara sang putri, pesan ibu telah Agung tafsirkan kalau kita harus memilih wanita khususnya satu wanita yang harus Agung” ajak Agung bahagia
“Kamu serius nak?” tanya Bik Suti tidak percaya
“Iya bu, ayo sekarang kita pergi!” ajak Agung dengan penuh semangat
Akhirnya Agung dan ibunya pergi meninggalkan rumah Nyonya Dessi untuk menuju istana. Selang 2 minggu kemudian, Agung dan sang putri menikah dan mereka hidup bahagia di istana yang megah nan mewah. Para penghuni istana semakin disegani oleh rakyatnya karena Agung menebar aura positif dari sikap dan perilakunya yang amat terpuji dan kerja keras Agung juga banyak ditiru oleh pemuda desa. Agung sangat bersyukur dengan apa yang telah ia peroleh sekarang, karena ia yakin hidup itu berputar bagai bola yang menggelinding, terkadang kita dibawah dan terkadang kita berada di atas.
Sememntara itu bagaimana dengan Nyonya Dessi dan kedua anaknya?
Sekarang mereka harus membayar banyak hutang dan hidup terlantar di jalan – jalan.
0 notes
Text
Akhir Putih Abu - Abu
Ketika detik demi detik pun hilang
Dan hari demi hari berjalan cepat
Kita kan selalu belajar
Dan kita kan selalu berjuang
Walalu terkadang kita terpuruk
Walau terkadang kita sulit untuk bangkit
Selalu ada jalan di hari esok
Untuk merubah jalan kita menjadi cerah kembali
Masa putih abu – abu segera berakhir
Perguruan tinggi dan profesi sudah menunggu
Sudahkah kita siap menghadapi dunia kita kelak?
Dunia yang kita pilih dan kita idam – idamkan
Masa putih abu – abu segera berakhir
Tawa, canda, cinta, dan tangis masa SMA pun turut berakhir
Saatnya untuk menatap hari esok
Dengan semangat yang berapi api
Masa putih abu – abu segera berakhir
Ucapkan selamat tinggal pada masa putih abu abu itu
Saatnya menggapai masa yang penuh warna
Semoga kita bertemu kelak dengan membawa gelar gelar kebanggaan
0 notes
Text
Hope
Sinar sang surya sayup sayup mulai menyelinap masuk ke kamar Dian melalui cela – cela tirai jendelanya. Dian, gadis berumur 15 tahun itu masih lelap di atas kasurnya yang empuk. Ia sangat mengantuk setelah semalam sholat Tahajud dan dilanjutkan sholat subuh. Lalu terdengar suara wanita dari luar kamar memanggil manggil nama gadis itu.
“Yan, Diaan. Bangun nak! Kamu hari ini kan ada upacara” teiak ibu Dian dari dapur
“iya bu Dian sudah bangun” sahut Dian yang mulai terbangun dari kasur. Ia bergegas mengambil handuk dan masuk kamar mandi bahkan melenggang dengan santai di samping ibunya yang sibuk menyiapkan sarapan
“kamu itu sudah dewasa Dian, jangan jadi anak pemalas. Contoh kakakmu Lutfi, pagi – pagi sekali sudah siap berangkat kuliah” ibu Dian menggerutu sendiri di dapur, padahal Dian sudah berada di kamar mandi.
3 menit kemudian Dian keluar dari kamar mandi dan langsung masuk ke kamarnya lagi untuk berganti seragam. Sedangkan Lutfi, kakak Dian adalah seorang mahasiswa semester 2 di jurusan ekonomi, Universitas Gajah Mada dengan jalur masuk SNMPTN atau undangan. Pantas saja orang tua Dian sangat bangga dan sangat meyayangi Lutfi, karena diam – diam Lutfi pernah meraih ranking 1 di kelasnya selama 2 tahun tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Setelah berganti seragam, Dian ikut sarapan di meja makan bersama Ayah, Ibu dan kakaknya. Ia sudah terbiasa di banding bandingkan dengan kakaknya yang sangat pintar itu. Namun di sisi lain ia juga bangga pada dirinya sendiri karena jarang merepotkan orang tuanya. Bahkan ia berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri. Seperti pagi ini
“Lutfi, ini uang sakumu dan bekalmu hari ini ya. Jangan pulang terlalu malam. Kalau ada kebutuhan mendesak pakai uangmu dulu nanti ibu ganti. Ayo cepat berangkat, Ayahmu sudah menunggu.” kata ibu kepada Lutfi, lalu Lutfi mulai beranjak dari tempat duduk dan berpamitan kepada ibunya. Lutfi selalu berangkat ke kampus diantar Ayah sampai ke stasiun, lalu naik kereta dan angkutan umum untuk sampai ke kampusnya.
Sedangkan pada Dian
“Dian, kamu punya tabungan kan? Hari ini uang sakumu pakai uang tabunganmu dulu ya nak. Uang ibu sudah menipis untuk uang saku kakakmu, tapi ini tetap ada bekal untuk kamu” kata ibu kepada Dian yang masih asyik melahap sarapannya.
“Iya bu kan sudah biasa pakai uang tabungan Dian sendiri. Malah Dian bayar buku pakai uang tabunganku sendiri” jawab Dian sengaja agar ibunya peka.
“Oh begitu, iya bagus itu. Kapan – kapan saja ya ibu ganti uangmu. Ingatkan ibu. Eh sudah jam berapa ini, ayo cepat berangkat” sahut ibu mengagetkan Dian
Dian berangkat ke sekolah mengendarai sepeda motor yang dulu pernah ia minta agar orangtuanya tidak perlu bersusah payah mengantarnya ke sekolah setiap hari. Jarak antara rumah dan sekolah Dian memang jauh namun Dian yang telah menginjak semester 2 di kelas 10-D SMAN 5 termasuk siswi yang mandiri dan aktif di salah satu ekstrakulikuler sekaligus organisasi di sekolahnya, karena ia senang saat berkumpul dengan teman dari kelas lain untuk berbagi informasi, berdiskusi bahkan bergurau sampai sore tiba.
Keesokkan harinya, tidak seperti biasa Lutfi tidak ikut sarapan bersama keluarga di ruang makan. Ketika Dian menanyakan keberadaan Lutfi kepada ibunya, ibunya menjawab kalau Lutfi sedang sakit, semalam Lutfi batuk – batuk sampai mengeluarkan cairan kuning. Ayah dan ibu sepakat kalau hari ini akan meabawa Lutfi ke rumah sakit untuk periksa kesehatan. Dalam hati, Dian berkata sebegitu sayangnya orangtuanya kepada anak sulungnya daripada anak bungsunya. Bahkan Dian membayangkan “kalau aku sakit, apakah orangtuaku akan sekhawatir ini kepadaku?”
Pikiran Dian selalu melayang kemana mana, ia merasa ada diskriminasi di dalam keluarganya. Bahkan haknya sebagai anak dikurangi atau tidak sepenuhnya terpenuhi dari segi material dan kasih sayang. Dian cuma bisa berusaha, bahwa suatu hari nanti ia ingin lebih membanggakan daipada kakaknya.
0 notes
Text
Cerita 4 Mamen
Pagi yang cerah di SMP Harapan. Sekolah yang terletak di pinggir jalan ini termasuk sekolah favorit dan strategis sekecamatan. Oleh karena itu, Nina seorang gadis berambut panjang yang selalu dikuncir satu dan sekarang duduk di kelas 2B itu cepat betah di SMP ini walaupun awalnya dia tidak mau sekolah di SMP itu karena jarak sekolah dari rumahnya mencapai 8 kilometer. Tetapi berhubung ibunya seorang guru di SMP itu jadi Nina nurut saja.
` Pagi itu bel berbunyi sangat nyaring dari dalam sekolah, tetapi masih saja ada siswa yang keluar masuk koperasi sekolah hanya untuk sekedar membeli air mineral untuk dibawa ke kelasnya masing – masing. 2 menit kemudian Nina berlari ke kelasnya yang berada di lantai 2. Di dalam kelas Nina melihat teman – temannya sudah ramai dan sedang berkerumun, lalu ia bertanya.
“Eh, udah bel belum?” Tanya Nina sambil berjalan menuju bangkunya
“Yaelah, udah dari tadi Nin!” Jawab Fira teman sebangku Nina sambil terus mengerjakan
“Eh, kalian ngerjain tugas matematikan ya? Aku ikutan dong!” kata Nina sambil mengeluarkan buku matematikannya
“Nih, cepetan bentar lagi pak Mus pasti udah dateng” kata Rani sambil menyodorkan buku dari belakang
Rani dan Fira memang terkenal rajin mengerjakan tugas tapi jika sudah susah mereka ngerjainnya pagi – pagi di kelas alias nyontek punya orang lain. Beberapa saat kemudian akhirnya pak Mus datang dan membahas tugas yang telah diberinya minggu lalu. Di sela – sela pak Mus menjelaskan tugas di depan papan tulis, Fira dan Nina asyik mengobrol.
“Nin, nyambung nggak?” Tanya Fira tetapi pandangannya tetap lurus ke depan
“Hah, apa Fir?” jawab Nina sambil cepat – cepat menoleh.
“Kamu, nyambung nggak sama yang dijelasin pak Mus?” Jelas Fira sambil geleng – geleng dan berdecak
“Nyambung sih, tapi dikit” Jawab Nina sambil nyengir
“Anak kayak gitu kamu tanyain Fir, Fir. Jawabannya pasti gak pasti tuh” kata Mitha dari belakang Fira
“Iya nih, kalau di tanyain jawabannya pasti gak pasti pake nyengir pula.” Tegas Fira sedikit kesel
“Sabar, sabar Fir ngadepin anak lemot kayak si Nina” sambar Dwita sambil menoleh ke belakang
“Eh, ngikut – ikut aja kamu Ta. Eh, tunggu – tunggu kenapa semua jadi nyalahin aku sih?” kata Nina sambil bermuka melas
“Dasar Lemoot!!” kata Fira, Mitha dan Dwita berbarengan yang membuat Nina cemberu dan sukses membuat Pak Mus melotot kearah mereka.
Keesokan harinya Nina masuk ke dalam kelasnya yang sudah ramai, Nina sudah menduga pasti Rani dan Mitha membawa majalah Korean Pop baru dan memperlihatkannya pada Fira yang sama – sama penyuka Korean Pop. Setelah meletakkan tasnya Nina beranjak keluar kelas karena dia malas mendengarkan kalimat “Ih, unyu - unyu” dan kalimat “Wih, keren” dari para penyuka orang – orang korea itu.
Di luar kelas atau di balkon lantai dua mata Nina langsung tertuju pada sosok laki – laki tinggi, lumayan hitam dan kurus dia. Laki – laki itu adalah Ian siswa kelas 3F yang Nina sukai sejak pertama bertemu pada awal – awal masuk kelas 2, tetapi Ian tidak mengetahuinya. Mata Nina belum lepas dari sosok Ian sampai Ian sudah tak terlihat lagi. Dan tak disangka ternyata Dwita yang sedari tadi memperhatikan Nina akhirnya iseng bertanya.
“Hey!” Ujar Dwita dari samping sambil menepuk pundak Nina
“Eh copot – copot,, ih apa sih Ta ngaget – ngagetin aja” Kata Nina sambil terkaget - kaget
“Nin, disini udah ada yang kamu suka belum, mumpung kelas 2 loh?” Tanya Dwita sambil berbisik
“Eh, ehm…ehm..enggak…eh…iya… eh..enggak kok Ta.” “Emangnya kenapa kok tiba – tiba tanya gitu? Jawab Nina gugup lalu bertanya balik
“Ah, bohong pasti ada tadi buktinya. Ayolah Nin cerita dikit sama aku gak akan ku beri tahu ke siapa – siapa kok” Goda Dwita sambil memohon jail
“Ehm… iya…iya Ta ada, kamu juga ya? Kelas berapa Ta, kelas 2 atau 3?” kata Nina terpaksa sambil nyengir
“Ehm… iya ada, kalau kelasnya….kamu dulu aja deh nanti aku jawab, kalau enggak aku nggak jawab nih ” Jawab Dwita sambil tersenyum lebar
Nina sangat penasaran karena Dwita memang tak pernah digosipkan dekat dengan laki – laki mana pun. Mereka sama – sama diam sambil berjalan menuju laboratorium TIK. Lalu di dalam laboratorium TIK Nina menimbang – nimbang untuk menceritakannya apa tidak pada Dwita yang baru di akrabnya pada awal kelas 2 ini. Akhirnya Nina memutuskan untuk menceritakannya saja, karena ia berpikir buat apa menyimpan rahasia yang tak jelas dan sedikit tak penting itu, toh Nina tidak mungkin bisa berpacaran dengan Ian karena Ian sudah harus fokus pada ujiannya. 2 jam pun berlalu Dwita tetap memaksa Nina untuk menceritakan siapa orang yang disukainya setelah keluar dari Lab TIK.
“Ayo Nin kelas berapa kok?” paksa Dwita setelah keluar dari lab.
“Aduh, iya..iya kelas 3 Ta, kalau kamu kelas berapa?” jawab Nina terpaksa
“Iya, aku juga kelas 3, 3B. Kamu Nin?” jawab Dwita sambil bertanya balik
“Ehm… 3 apa ya?. Nanti aja deh kalau inget, wek” goda Nina sambil menjulurkan lidah dan menghindar dari Dwita. Walaupun lemot Nina juga suka membuat teman – temannya penasaran. Dasar Nina.
“Eh, eh ayolah Nin, kamu tadi kan udah aku beri tahu seh. Ya,ya,ya?” paksa Dwita sambil menarik Nina dan sedikit memaksa
“Ih, iya..iya, anak 3F Ta. Puas?” jawab Nina sedikit kesal
“Hehe, belum Nin. Namanya siapa?” balas Dwita makin jail
“Ih, gak usah, gak usah. Nanti kamu juga tahu sendiri” balas Nina kesal sambil menuju kelas bersama Fira
Tapi Fira tidak tahu kalau Nina dan Dwita membicarakan tentang laki – laki idaman. Walaupun Fira teman sebangkunya Nina juga tidak berniat menceritakannya pada Fira karena sejak kelas 1 Nina belum mengenal betul sifat Fira.
Sejak saat itu Nina dan Dwita pun sering berbagi cerita tentang masing – masing orang yang dikagumi. Kadang Fira sebagai teman sebangku Nina jadi sering dicuekin karena terlalu seringnya Nina bersama Dwita. Hubungan Dwita dengan Shinta teman sebangkunya pun juga ikut tidak akur, tetapi itu karena Shinta yang sibuk sendiri sejak ia menjadi makil ketua OSIS di SMP Harapan. Seminggu kemudian menyadari dirinya tidak dipedulikan akhirnya Fira mencari teman lain walaupun sebenarnya hubungannya dengan Nina baik – baik saja. Rani dan Mitha yang menyadari jika Nina, Dwita dan Fira berselisih paham segera menanyakannya pada Dwita pada jam istirahat.
“Hey Ta!” Panggil Rani dan Mitha
“Hey Mit, hey Ran ” jawab Dwita sambil tetap murung
“Ta, kenapa sih Nina sama Fira kok kayaknya agak jauhan gitu sekarang?” Tanya Mitha blak - blakan
“Ehm, gak tahu ya Mit. Sejak Nina sering cerita – cerita ke aku dia jadi ngecuekin Fira. Jadi masa’ ini salahku?” jawab Dwita sambil memasang muka bersalah
“Menurutku enggak juga sih, kamu nggak salah. Nina kan Cuma nemenin kamu yang akhir – akhir ini ditinggal Shinta sejak dia jadi wakil ketua OSIS. Nah, Fira sekarang kan juga udah jadi teman baik Lia dan kawan – kawan, ya sudah” jelas Rani panjang lebar
“Iya, menurutku Fira yang salah paham sama Nina. Jadi gimana dong?” jawab Nina sambil meminta pendapat
“Kalau menurutku sih kamu jangan sering lagi cerita – cerita sama Nina, biar Nina akhirnya balik lagi sama Fira. Gimana?” Kata Mitha memberi pendapat sambil tersenyum lebar
“Iya Ta kamu sekarang kan bisa bagi cerita sama kita, iya nggak?” ujar Rani sambil menyenggol Mitha
“Hemm..iya juga ya, ya udah deh” kata Dwita sambil tersenyum kepada kedua temannya itu.
Keesokan harinya Dwita mencoba tidak mendekati Nina walaupun biasanya Dwita yang suka bercanda sering membuat Nina tertawa terbahak – bahak di sela – sela pelajaran. Tapi hari ini terasa sepi tanpa ada suara dua anak manusia yang biasanya tertawa bersama namun sekarang malah dia bersama. Nina sebenarnya menyadari perubahan sikap Dwita namun Nina takut menanyakannya karena jawabannya Dwita pasti hanya diam dan akhirnya menghindar.
Sepulang sekolah Nina masih bingung denagn sikap Dwita tadi pagi, ia terus berpikir bagaimana cara menghadapi sikap Dwita sedangkan dia juga sudah tidak dekat lagi dengan Fira. Setelah lama berpikir. Nina memutuskan untuk tetap bersikap biasa pada keduannya esok hari. Tapi keesokan harinya Dwita juga bersikap biasa pada semuanya walaupun dia lebih dekat dengan Rani dan Mitha.
Seminggu kemudian, Dwita sudah kembali bercerita lagi ke Nina karena selama dekat dengan Rani dan Mitha ia tidak pernah bercerita tentang seseorang yang disukainya malah Dwita ikut membantu Rani dan Mitha mendekati siswa kelas 3C yang bernama Rama dan Yudha. Tetapi sebenarnya usaha pendekatan itu gagl total, karena Rama sudah mempunyai pacar dan Yudha sulit untuk didekati. Dan sekarang hubungan mereka semua sudah baik – baik saja apalagi Nina juga mulai akrab dengan teman baru Fira yaitu Lia, Putri, Ilda dan Avil.
Tak terasa satu tahun sudah mereka lalui masa sulit dalam berteman mereka sekarang telah duduk di kelas 3B. Nina berharapp di kelas 3B ini tidak ada perselisihan lagi di antara mereka semua. Malah mereka sekarang makin kompak setelah tahu kalau ada anak kelas 3H yang menyukai Rani. Nina, Mitha dan Dwita yang sekarang biasa disebut “Mamen” alias teman akrab berusaha untuk membuat hubungan Rani dan Vian anak kelas 3H itu menjadi lebih dekat, dan akhirnya usaha mereka berhasil Rani dan Vian akhirnya jadian juga sampai sekarang. Dan sekarang keempat “Mamen” akan selalu kompak dalam menyelesaikan masalah apalagi dalam masalah cinta walaupun ketiga diantaranya masih jomblo.
SELESAI
Tokoh :
Nina : Dwi Fitriyani
Dwita : Fasdini Dwi Tanti
Mitha : Adiningtias Tri hutami
Rani : Azizah Intan Maharani
Fira : Fitria Nurul Hidayati
Lia : Yusrina Nur Amalia
Putri : Malinda Kurnia Putri
Ilda : Hilda Nur Wahidah
Avil : Avilia Asfida Suprayitno
Shinta : Cynthia Aprilia Supandi
Vian : M. Farobi Alivian
0 notes
Text
Thanks Karin (Short Story)
Once upon a time, there lived an old woman with her child in the smallville. The named of her child is Karin. Karin was quiet girl but actually she was very friendly girl. Her mom very loved to Karin, every day Karin always helped her mom because she was the only child of her mom, her father already passed away since five years ago. And now, her mom must worked so hardly.
One day Karin walked out from traditional market, after bought some vegetable. Karin walked slowly without looked around. Suddenly “Aawww” Karin fell down because there was something in her leg. Something is a cat. Then Karin took a cat and caressed the cute cat. And Karin decided to take care the cat.
At home, Karin asked to her mom may Karin to take care that cat. Her mom to permit her child to take care the cat, but Karin must promised will to nurse a cat very well. After that Karin really promised to her mom. Then every day Karin always to prevented a cat, named the cat now is Lucy. Lucy very happy, its not felt lonely again. Lucy always persuade Karin playing and maked her happily every day. Lucy very knew Karin and Karin also very knew lucy very well.
But one day, there was disaster at Karin smallville. Disaster is a big flood. Karin and her mom must immediately gone from the village. But Karin not forgot to brought Lucy gone too. But tomorrow after that disaster there was miracle with Lucy. Its can spook with Karin.
“Karin” said Lucy
“Hah, who said?” said Karin so afraid
“It is me Karin, I wanted spook with you” said Lucy
“Lucy? You can spook?” said Karin then put Lucy at floor
“Yes Karin, I can spook. I want to helped you, and I knew if you were sad now. You certain needed some money for your mom and your life, isn’t it ?” Asked Lucy
“Lucy you’re right, actually I and my mom were needed some food for some day later, but how manner wanted some money for bought food ?” said Karin so sad
“Karin, put me in crate now!” instruction Lucy to Karin
“Okay, but what for ?” asked Karin after put Lucy to crate
After Lucy inside the crate, suddenly lucy changed become to some money and there was a message from Lucy to Karin which filled :
Karin don’t worry with me. This money as thanks
expression from me, because already take care me
so very well, I am happy I am so happy has friend
like you. You’re so kind to me. Thanks very much Karin.
Karin socked after read that message. Karin so cry in front of message and said slowly “You’re welcome Lucy”
END
0 notes
Photo

Selelah lelahnya menjadi peserta, masih jauh lelah menjadi panitia. Karena disaat peserta sudah tidur, panitia masih harus laporan, eval dan koordinasi #curcol #panitialelah #panitiainsomnia (at Kwarcab Kota Surabaya)
0 notes