relungnadi
Benang Kusut
70 posts
gue nggak tau gimana biar benang-benang itu bisa kembali terurai, tapi gue nggak akan nyerah buat terus mencoba
Don't wanna be here? Send us removal request.
relungnadi · 2 years ago
Text
se.per.empat
Barangkali salah satu cara untuk merayakan bertambahnya usia ialah dengan merayakan kehilangan, atas waktu yang perlahan berkurang dan orang-orang yang biasa ditemui sepagi tiba saat seragam sekolah dan sepatu masih melekat jadi kebanggaan hingga mereka yang mengiringi petang sepulang dari serunya berlarian mengejar layang-layang.
Hingga pagi ini tiba, sudah bergulir sejauh seperempat abad lamanya menginjakkan kaki di belukar dunia. Tidurnya semalam kurang pulas, sebab udara malam terasa amat berbeda dari biasanya. Sepersekian detik sontak muncul kenangan lama. Saat usia masih sangat belia, dunia kanak-kanaknya sungguh sangat menyenangkan, tadinya.
Tiba pada suatu masa duduk di bangku sekolah dasar kelas dua ibunya mengajak berwisata ke rumah sakit, katanya. Hari rabu jadi saksi pertemuan terakhir dirinya dengan yang paling disayangnya, jendela ruang ICU pertanda bujur lemas prasangka akan perasaan tak berdaya melihat sang bapak koma. Tepat dua hari kemudian, hari dimana bunga mekar itu dicabut nyawanya oleh Tuhan. Bapaknya berpulang, sesaat setelah dipamitinya berangkat sekolah. Tentu sedihnya tidak karuan, Bapaknya pintar sekali mencuri waktu untuk berpisah.
Kala masih hidup di dunia, bapaknya sempat menyematkan sebait pesan. Bahwa ibu ialah orang pertama dalam hidup yang harus selalu dikasihani, dihormati, dijunjung tinggi, dan disayangi sampai mati. Saat dada terasa lebih sesak dari biasanya, si bapak berpesan jangan sesekali buat ibu marah apalagi kecewa. Nasihatnya masih bisa diingat sampai usia kematiannya berada di angka delapan belas.
Dari pojok ruangan gelap, terdengar berisik kipas angin berputar di tengah malam. Ia terbangun, dari ingatan lama. Menyadari kenyataan hari ini sepenuhnya. Ternyata sepucuk surat yang selalu ia sematkan di setiap saku pakaian, buah tangan dari sang bapak tercinta gagal ia jalankan saat usianya telah melewati batas seperempat abad hari ini.
Gagal, lagi lagi ia gagal.
9 notes · View notes
relungnadi · 3 years ago
Text
Na;dir
Tumblr media
bahkan andai saja ada yang sempat menghitung waktu berdasarkan berapa kali detik pada jarum jam dinding itu berputar, mungkin takkan ada yang sanggup melakukannya. tapi aku tiada enggan untuk menghitungnya. kuingin perlahan paham sampai sejauh mana aku telah melewati jarum jam itu sejak bertemu mereka di persimpangan jalan kesendirian. genap sudah detik jarum jam itu berjalan melewati angka 31.536.000. mungkin bagi sebagian orang ialah bukan hal yang patut dibanggakan. tapi aku berhak memilih untuk berbangga atau memilih biasa saja.
dunia yang saling menemukan kami berkumpul menjadi rumah itu ku sebut dengan tempat terasing yang masih aku tinggali hingga saat ini. saling mengeluhkan resah, mengasihkan kisah, dan menertawakan lelah. hanya dengan bermodalkan diterima di latar pekerjaan yang sama, seolah dunia asing yang aku tinggali kian menghangat dan hatiku seolah lekat dengan manusia-manusia yang berpose di atas. Tuhan baik ya, aku diselamatkan dari kesepian yang sudah lama aku keluhkan.
suatu malam terdengar amat redup, gelap gulita, dan tak sebising semestinya. sempat ku mengira jikalau aku dipertemukan bukan tanpa suatu alasan, melainkan hanya cuma-cuma yang tiada guna. setelah ku telisik tiada kata percuma dalam persinggahan yang kami duduki. tiada semalampun terlewati tanpa ada kebisingan dan keberisikan isi kepala. semua riuh dan ricuh jadi satu berbalut tawa. Yang Mulia kau sungguh baik tiada tara.
katanya perlahan takut menjadi manusia dewasa. pernah mencoba menyisihkan uang jatah makan untuk pergi berlibur ke luar kota. sesekali dalam hidup katanya. tiada salah untuk mencoba menghabiskan malam bersama di rumah yang berbeda dari biasanya. sisa makan yang berhasil disisihkan ternyata cukup untuk membayar kenangan 53 jam menghabiskan hidup bersama tanpa jeda. tentu bukan kenangan yang sia-sia. 
enam kawanan dengan beragam isi kepala jadi satu dalam tawa. bukan tak pernah berselisih paham, hanya saja sesekali tentu pernah saling kecewa dan berujung jenaka. yang pasti semua beranjak ingin menjadi dewasa dan nyaman diantara satu dan lainnya. tak jarang “nggak enak” jadi alasan keterpaksaan. meski dalam hati terpaksa sekali, tapi kan ujung-ujungnya menikmati juga.
gaji pas-pasan yang penting bisa kongkow seharian setidaknya sekali dalam sebulan. kadang beban kerja di kantor masing-masing jadi alasan kesamaan nasib untuk saling memberi penghiburan. kalau boleh lagi memohon pada sang pemberi kehidupan, Tuhan beri kami waktu sedikit demi sedikit untuk saling mengukir kenangan.
2 notes · View notes
relungnadi · 3 years ago
Text
Tumblr media
Hangat dan lekat, sepertinya demikian.
Tiada maksud lain, hanya saja ingin mengungkap kata terima kasih tepat di hari bahagia seseorang. Orang asing yang tampak dari kejauhan mengasyikkan, yang berhasil dipertemukan oleh takdir lewat linimasa. Seringkali ia justru beri kehangatan lebih dari semestinya, sebab ia segan untuk menghardik manusia yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. Terima kasih telah beri kebahagiaan walau hanya sedetik lamanya. Selamat kak telah berhasil menang di hati aku, meski dalam waktu tak menentu. Mari turut aminkan doaku, agar Tuhan beri takdir untukku bertemu dengan manusia sepertimu :))
— 10 Ramadhan 1443
2 notes · View notes
relungnadi · 3 years ago
Text
pukul dua,
beberapa hari memang sulit sekali sekadar memejamkan mata, masih terheran-heran dengan besok bagaimana, kepalaku tiada suara tapi berisik sekali jika diperhatikan dengan seksama, bodohnya aku selalu ingin peka, bukan hal buruk juga sebetulnya, tapi untuk apa. toh tiada yang perlu diresahkan, hanya buang-buang waktu keesokan harinya, aku jadi sering kesiangan dan absen terus telat-telatan, berangkat kerja jadi kebut-kebutan, sampai kantor jadi manusia ngantukan. Ya Tuhan sesusah itu ya jalani hidup sebagai manusia normal?
2 notes · View notes
relungnadi · 3 years ago
Text
Maaf :)
Lima tahun bukan hanya sekedar angka belaka. Ia menjadi waktu yang amat lama, kala kesedihan dan kesakitan diuji coba. Tiada yang bisa kuucap selain kalimat lega, awalnya. Kini berubah seketika menjadi kata maaf yang tiada hingga.
Kalimat perandaian selalu muncul di akhir cerita. Andai saja aku melepasnya dari dulu, andai saja aku tak seberani ini, dan andai saja andai saja lainnya. Semua telah lewat tanpa kata percuma maupun sia-sia. Percaya pada Tuhan bahwa inilah juga salah satu anugerah dari-Nya.
Kuat dan bahagia semoga terselip dalam kalimat maaf yang tiap hari aku layangkan untuk diriku seorang. Yakin pada semesta bahwa ia akan beri hiburan sepanjang masa ujian. Semoga jadi keberkahan bagi diri sendiri agar selalu menghargai arti sehat sesungguhnya.
Tumblr media
—teruntuk kamu yang menemukan tulisanku, doakan aku kuat dan sehat ya :)
(Seminggu pasca operasi pencabutan gigi bungsu. Normalnya hari ini adalah pertemuan terakhirku dengan si dokter. Tapi Tuhan Maha Baik, kehendak-Nya mengharuskanku untuk kembali bertemu si dokter lagi minggu depan)
3 notes · View notes
relungnadi · 4 years ago
Text
Tumblr media
baiknya kau tau, tubuh siapa yang lebih dulu kau jaga. benarnya kau paham, jiwa siapa yang lebih dulu kau pelihara.
maafkan atas segala usaha untuk terlihat baik-baik saja, ternyata tak semudah yang ku ucap. semoga sakit yang dirasa jadi penyebab pribadi lebih kuat.
selamat beristirahat dulu :)
2 notes · View notes
relungnadi · 4 years ago
Text
Barangkali hanya aku yang tertinggal di masa lalu. Merindukan masa-masa polos lagi bodoh itu. Main. Hanya bermain. Tak perlu pusing memikirkan kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
Dewasa mengubahku lupa cara tersenyum. Bagian yang tersisa hanya kerut di kening dan cemberut di ujung bibir ini. Lainnya aku ingin cepat mati, dan menyesal telah lahir di dunia yang sulit ini.
23 notes · View notes
relungnadi · 4 years ago
Text
Tumblr media
memang sedang seiya dan sekata, namun tidak untuk setara dan seirama. selamat untuk segala hal yang telah tuntas dan kandas. kularungkan permohonan tentang kebersamaan, semoga masing-masing menjadi kata tak asing untuk kita saling bertegur sapa di masa mendatang. terima kasih masih sempat mengabarkan~
3 notes · View notes
relungnadi · 4 years ago
Text
61/365
Ialah keparat saat berusaha setengah mati mengejar apa yang jadi mimpi, namun setelah berhasil meraihnya terasa tiada arti. Aku benci sekali.
Selepas shubuh tadi aku sempat berjalan keluar kosan, berduaan dengan seorang teman. Segalanya terasa hambar tak berasa apa-apa. Bahkan kami berdua merasakan hal yang sama.
Dunia memang penuh lika liku yang tidak menentu. Sesederhana semua berjalan tanpa arti apa-apa. Berhari-hari aku memikirkan kenapa segala hal di depan terasa demikian, namun nihil saja yang selalu ku temukan. Ah menyebalkan.
Aku terlalu gencar menebak akhir cerita, tak biasa membiarkannya sekedar bergantungan semata. Aku tak sabar menanti apa arang sebabnya. Ah kenapa aku tak sabaran orangnya.
— di sudut meja kerja paling utara, 10.40
1 note · View note
relungnadi · 4 years ago
Text
Akhir Pekan
Hari ini tepat 17 hari bude kondur ke sang ilahi. Sebagai anak sulung ia seringkali jadi panutan adik-adiknya, bude kedua dan ibu. Dalam kesempatan yang tak disangka, tetiba mendengar celetukan percakapan yang kurang lebih jika diartikan isinya begini,
Bude : "Ternyata baru di angka 50 tahun ya mbak pergi, tak ada firasat apapun tiba-tiba beliau ninggalin kita begitu saja"
Ibu : "Iya mbak, nggak pernah kebayang beliau ninggalin dua anak kecil yang belum mentas semua. Kalau dipikir semangatnya untuk sembuh itu luar biasa. Tapi lagi-lagi manusia selalu kalah sama pemiliknya"
Bude : "Ya memang ngga ada yang tau sama rencana-Nya, semoga Gusti Allah masih sudi ngasih kita berdua umur yang panjang, aku masih pingin lihat anak-anakku mentas semua dulu, masih ingin merasakan bagaimana rasanya mantu dan punya cucu,melihat mereka bertumbuh dewasa. Aku nggak kebayang bagaimana sedihnya anak-anakku kalau aku dipanggil lebih cepat dari dugaan."
Telingaku mendengarnya ikut sakit, ternyata bukan aku saja yang takut ditinggal pergi, mereka pun sebetulnya enggan untuk pergi. Lagi-lagi aku tak siap dengan rasa kehilangan. Lukanya betul-betul menyakitkan. Apa yang dirasakan anak bungsunya bude sekarang, persis dengan apa yang aku alami belasan tahun silam. Gadis kecil berusia delapan tahunan, duduk di kelas dua bangku Sekolah Dasar, belum sepenuhnya paham akan apa-apa di dunia sudah ditinggal pergi orangtua menghadap sang Maha Kuasa. Bedanya aku ditinggal ayah, beruntungnya ibuku masih muda saat itu, hingga ia berjuang keras sendirian untuk menggantikan peran ayah sekaligus. Kalau diulik lagi, dulu saat ayah pergi, alm Bude kerap hadir sebagai orangtua pengganti.
Saat sekarang Bude pergi, aku ingin turut hadir sebagai orangtua pengganti bagi anak kecilnya yang ditinggal pergi. Namun lagi-lagi di usiaku yang sudah kuanggap menginjak dewasa, aku tak sepenuhnya paham jadi orangtua bagaimana. Aku masih tersesat sendirian. Aku menyadari masih butuh bimbingan dan pendampingan. Kalau dulu aku bilang ke salah seorang teman bahwa aku selalu ingin pergi jauh dari orang-orang yang mengajariku caranya berjalan, kini aku tersadarkan, aku tak perlu pergi, nyatanya aku masih harus dan terus butuh mereka di samping kehidupan.
Terima kasih Tuhan atas akhir pekan yang kau sediakan untukku dua malam, aku jadi bisa menengok keluargaku secara kebetulan. Aku tak tau siapa yang kau panggil lebih cepat, tapi ijinkan insanmu bersatu dan berdamai lebih dulu menemukan kehangatan.
2 notes · View notes
relungnadi · 4 years ago
Text
Day 30: write about what do you feel when you write
Selesai sudah bagian dari cerita yang telah aku tulis 30 bait banyaknya. Luar biasa ya. Harusnya selesai lebih cepat namun karena satu dan lain hal harus mundur teratur hingga 11 hari lamanya. Tak mengapa, asal bisa tuntas. Kalau diulas kembali dari hari pertama aku bercerita rupanya menarik juga. Saban hari tak kenal sedih, marah, kecewa, suka, maupun bahagia, yang aku lakukan ialah terus menulis. Aku jadi paham sebetulnya tak hanya cerita yang aku bisa bagi bersama, namun bebanku turut mengurang beriringan dengannya. Andai sejak dulu kala aku menemukan bahwa ini bisa jadi cara ampuh menuju pemulihan, mungkin aku sudah melakukannya. Aku tak menyangka akan sehebat ini dampaknya. Bulan Januari merupakan bulan yang amat menantang, bahwasannya aku harus mengalami berbagai pergantian, dari cara hidup, mencari uang, dan lagi mengulik segala hal yang ada di depan. Sempat sesekali kerepotan dalam menyesuaikan, namun kali ini sudah mulai terbiasakan. Meski isi kepalaku sungguh berisik, namun semua tampak damai dan melegakan. Karena aku sudah merelakan semua cerita untuk kubagi ke orang-orang. Rasanya bagaimana? Ya melegakan. Benar kata Pram, bahwa menulis ialah proses berak ke cerita orang lain. Di sini ialah ruang dimana aku bisa menemukan proses pemulihan, menjadi manusia yang seapaadanya. Terima kasih kalian yang turut hadir dalam bagian cerita yang aku tuliskan. Banyak nama yang aku biarkan tersirat begitu saja, memang sengaja, agar mereka penasaran dan menebak-nebak sendirian.
Tulisan ini terlalu personal untuk kubagi langsung dengan orang-orang. Terlebih aku bukan manusia yang mudah terbuka bercerita ke sembarang. Namun, kali ini karena menulis merupakan mediasi bagiku seorang, hal berat dan tak karuan boleh dibagi secara wajar. Tak hanya senang, kadang duka yang dibagi bisa meredakan ketakutan. Terima kasih kepada kalian yang sudah menyempatkan membaca ini dari awal. Ialah tulisan yang tiada arti bagi siapapun, namun berujung damai bagi diriku seorang. Sampai jumpa di bagian tulisan lainnya.
1 note · View note
relungnadi · 4 years ago
Text
Day 29:  my goals for the future
Semakin bertambah usia semakin tak menginginkan apa-apa. Menyadari bahwa segala yang tersebar di belukar dunia ialah semata-mata fana di mata-Nya. Seperti mas Adjie bilang, semakin tua kita bukan semakin menambah daftar capaian melainkan lebih merelakan segala keinginan. Bukan tak punya angan untuk dikejar, hanya saja memang tak mengapa sesekali kita berjalan saja tiada beban atau ambisi yang harus turut dihabisi tiap hari. Menutup hari dengan sekadar berterima kasih pada diri sendiri atas usaha 24 jam yang berhasil dilewati. Menanti hari dengan bangun pagi lalu mengucap syukur atas nafas yang masih diberi. Hal sederhana yang seharusnya kemarin-kemarin aku lakukan justru sering terlewatkan. Semakin ke sini semakin paham, bahwa hidup tak serunyam yang aku bayangkan. Sejatinya hanya pikiranku saja yang membuat beban. Esok aku ingin bernafas lebih lama lagi, menutup mata dengan rasa ikhlas melepaskan segala yang bukan jadi milik, dan menatap pagi hari dengan menerima diri seapaadanya untuk tetap melanjutkan puing-puing angan yang masih tertahan.
1 note · View note
relungnadi · 4 years ago
Text
Day 28: write about loving someone
Kalau mencintai ialah perihal jatuh yang mudah diprediksi mungkin dari awal aku memilih untuk tidak padanya. Sebab aku belum sepenuhnya siap terluka. Namun lagi-lagi ia keparat sekali, datang dan pergi tanpa permisi. Ya mana bisa aku berdiam diri. Mana mungkin aku akan lupa seenak hati. Sebab aku benar-benar jatuh padanya tanpa aba-aba sama sekali. Berulangkali aku mengingkari isi hati namun nihil saja yang kutemui. Dia datang saat aku benar-benar sangat gersang. Tapi selalu ia tegaskan "wi jangan berjuang untuk aku, jangan tungguin aku, kalau Tuhan udah menakdirkan pasti ketemu lagi". Bukankah mencintai ialah perihal saling memandang untuk meredakan rasa senggang? Namun, bagaimana bisa aku merelakannya begitu saja, sedang aku terlanjur jatuh padanya. Tapi tak mengapa, tiada yang benar-benar harus dituntaskan. Sebab cinta tak pernah bisa memilih seenaknya. Dengannya aku paham bahwa cinta ya cinta saja. Seperti katanya yang tak memaksaku untuk menunggunya, aku pun harus tak memaksa baik-baik saja. Inginku seirama dan setara tapi kalau dia tak sejalan kenapa aku harus kecewa. Ada kalanya aku harus yasudah dengan ini semua, meski rasanya tak bisa tandas. Tapi tak apa, aku tau kalau mencintai memang menyenangkan sekaligus menyebalkan. Aku masih jatuh hati padanya tapi tidak untuk bersama. Doa ku masih sama seperti yang saat itu ku lontarkan. Kekagumanku masih tetap sama dengan apa yang aku ucapkan. Bahasa cintaku masih sama saat beberapa hari kami dipertemukan. Dan terakhir rasaku masih sama pada dirinya seorang, namun aku tak memaksa Tuhan untuk menggariskan takdirku dengannya. Karenanya aku paham seharusnya yang lebih dulu dicinta ialah aku seorang. Terima kasih sudah membantuku menemukan bagaimana cara agar aku terlebih dulu mencintai diriku. Dan terima kasih ku untuknya atas segala upaya memberiku pengertian agar sama-sama tak terluka di awal. Izinkanku untuk terus menyebut namanya dalam setiap doa akhir malam. Bukan doa supaya dibiarkan bersama melainkan agar sama-sama berakhir bahagia. Sampai jumpa di lain peristiwa.
1 note · View note
relungnadi · 4 years ago
Text
Day 27: someone who inspires me
Tak ayal membuatnya gentar menjadi tulang punggung keluarga. Buta huruf dan tak tau angka ialah ciri khasnya. Tak pernah mengenyam sekolah tapi sistem manajemen kehidupannya sungguh tertata. Menghidupi tiga orang anak menjadi hal sangat mudah baginya. Menahan sebatas ingin di hari ini agar bisa menjamin kebutuhan esok hari. Ya, mbah uti (putri), ibu dari ibu ialah salah satu sosok panutan keluarga, terutama aku seorang. Aku masih ingat bagaimana raut muka bahagianya kala aku bercerita akan mengikuti seleksi beasiswa sarjana. Dirinya yang tak tau apa-apa turut bangga. Bahkan ketika awalnya menolak mentah aku pergi kuliah, pada akhirnya dia juga yang luluh lantah menghantarkanku dengan doa. Mbah, aku rindu. Aku masih jelas teringat bagaimana beliau bersedih tiada tara saat 20 Februari 2015, kala mbah Kakung harus menghadap sang Maha. Seolah dunianya hancur dan runtuh. Hari-harinya penuh dengan kesedihan. Alih-alih memikirkan bagaimana kehidupan esok hari tanpa mbah kakung, beliau lebih sering memberikan pesan kesan yang sungguh buatku tak menyangka. Tepat saat 15 September 2015, beliau pergi menyusul pujaan hati, mereka berada pada satu liang yang sama. Kalau mendengarkan lagunya Ananda Badudu yang Sampai Jadi Debu, diriku tak kuasa mengingat betapa kecintaannya mbah uti kepada mbah kakung yang luar biasa. Sosok wanita kuat yang apa-apa selalu ditanggung sendirian. Tiada sehari pun ia gunakan untuk berhenti bekerja. Jiwanya beneran kuat, bahkan ketika sakit saja ia tak mau menyusahkan keluarga. Ah aku sedih mengingatnya. Mbah, hari ini pasti lagi senyum-senyum, karena bude baru saja menyusulmu. Selamat membangun rumah kecil bersama mbah kakung, bapak, dan bude ya mbah.
1 note · View note
relungnadi · 4 years ago
Text
Day 26: your school
Yang menarik dari bagian kehidupan di dunia ialah bisa merasakan hangatnya bangku sekolah. Kalau hari ini temanku tersebar dimana-mana, itu karena ku dapat saat momen bersekolah tiba. Dari teman sekolah dasar sampai teman di bangku perkuliahan, semua masih ada dan berdiri sebagai kawan. Bagian yang menarik ialah saat duduk di bangku perkuliahan, transisi antara lulus dari bangku SMK Akuntansi menuju Perguruan Tinggi jurusan pendidikan membuatku kaget sekali. Bahkan teman sering bilang diriku banyak berubah sepenuhnya. Mungkin benar kata orang, lingkungan memang salah satu ruang yang memberikan pengaruh terbesar terhadap perilaku manusia. Saat duduk di SMK semua hal seperti berjalan amat sangat cepat, terlalu banyak ambisi dan keinginan, senggal-senggol kanan kiri depan belakang bukan sesuatu yang wajar. Jalanku harus kubuat lurus ke depan agar cepat sampai tujuan. Saat itu aku jadi manusia rajin yang apa-apa serba tertata. Merangkai mimpi beserta langkah-langkah pencapaiannya sudah aku rumuskan sejak masuk di hari pertama. Dan benar saja aku bisa mencapainya. Namun yang menyebalkan ialah duniaku hanya penuh dengan belajar. Aku menjadi pendiam, ambisius, dan sok serius. Pagi buta pukul setengah enam aku sudah harus menunggu bus sekolah tiba, pukul lima sore aku baru sampai di rumah. Tiada hari kuhabiskan untuk bercanda dan tertawa menyusuri dan berjalan mencoba hal-hal baru di sudut kota, ah menyebalkan. Habis gimana, menurutku 24 jam yang kuhabiskan di masa SMK serasa kurang, mana bisa aku bermain-main seenaknya. Hingga aku masuk kuliah semua terasa jelas bedanya. Kehidupan tak berjalan secepat yang aku kira. Perlahan semua mulai tenang dan santai tak seperti yang aku takutkan. Hingga kuliah membawaku pada hal-hal baru, menjadi manusia yang spontanitas, tak berambisi berlebihan, tak rajin keterlaluan, apalagi sok serius terus-terusan. Semua berjalan lambat sesuai yang aku inginkan ternyata. Mengalir begitu saja namun enak untuk dinikmati bersama. Aku jadi punya banyak teman. Aku jadi punya makin banyak ruang. Bahwa belajar tak terbatas pada ruang-ruang kelas yang membosankan, ia tersebar di penjuru dunia manapun asal kita mau menjelajahinya sendirian. Asik juga pikirku. Jadi misal kau lihat aku sekarang ialah orang yang santainya keterlaluan, tak mengapa, aku memang demikian, karena aku bosan menjadi manusia ambisius yang sok serius. Sungguh itu menjengkelkan. Aku jadi tak bisa menikmati kehidupan yang berjalan.
2 notes · View notes
relungnadi · 4 years ago
Text
Day 25: something inspired of the 11th image on your phone
Tumblr media
Beberapa hari yang lalu sebelum pindahan ke kosan, aku coba membersihkan isi kamar di rumah. Menata kembali barang kecil dan membuang barang-barang tak penting. Tak sengaja aku menemukan dua lembar kertas yang kusut beruntungnya belum usang. Kertas yang dulu aku tempelkan di kamar kosan Semarang saat aku sedang penat berjuang menyelesaikan skripsian. Saat diri penuh dengan ambisi dan keinginan maka usaha yang besar akan turut beriringan. Benar kata seseorang, kalau kita punya ambisi yang besar maka kita akan paham artinya perjuangan. Semua orang penting yang saat itu ada di balik layar, namanya aku tuliskan di kertas yang ku tempelkan pada tembok depan. Mereka orang-orang yang penuh kasih dan cinta selalu mendukungku dari kejauhan. Memang benar aku menyelesaikan tugas akhirku sendirian, tapi aku lancar berkat doa dan dukungan mereka juga salah satunya. Aku jadi teringat kalimat salah satu teman lama "dew, kamu tuh bisa loh kalau kamu mau". Terlintas pemikiran bahwa jika orang lain saja yakin dengan kapasitasku, kenapa aku yang seharusnya lebih tau justru tak pernah sepenuhnya paham. Kepalaku terlalu runyam sendirian sampai-sampai semua hal terlihat berisik dan kerepotan.
1 note · View note
relungnadi · 4 years ago
Text
Day 24: write about a lesson you've learned
Tumblr media
Takdir selalu membawaku kepada orang-orang baru. Tak jarang singkat temu membawaku pada pelajaran hidup yang seru. Perjalanan yang sempat ku tempuh sendirian dari Semarang-Solo berhasil menemukanku pada seorang ibu-ibu. Tahun 2015 silam, pertama kalinya dalam hidup pergi ke luar kota menempuh pendidikan sendirian. Apa yang selalu aku khawatirkan datang, ya, dini hari saat shubuh belum berkumandang ponselku berdering kencang dan berulang-ulang. Aku dan teman sekamar hingga beranjak terbangun dengan kagetan. Pakde menelfon kalau mbah Putri meninggal. Yang benar saja, dua minggu sebelumnya saat aku berpamitan akan pergi ke Semarang dirinya masih sehat dan tertawa mengantarkanku sampai pintu depan. Hingga malam hari sebelum kejadian, saat aku telfon ia masih biasa. Kenapa pagi itu sungguh menyakitkan. Sedang aku jauh dari rumah, bagaimana bisa aku pergi pulang sendirian. Tanpa pikir panjang aku naik bus antar kota menuju rumah untuk pertama kalinya aku sendirian. Lima jam perjalanan yang kutempuh sendirian dengan penuh tangis yang masih tertahan. Hal yang kembali membuatku hangat saat itu ialah kala pikiranku sedang tidak karuan membayangkan kehilangan, ada ibu-ibu yang duduk bersebelahan. Alih-alih bertanya kenapa aku menangis sendirian sambil menatap jendela luar, ia memberiku sarapan. Katanya boleh menangis asal sambil makan. Karena masih terlalu pagi dan sepertinya dia paham kalau aku memang belum sempat makan dan minum apapun. Sejak saat itu aku jadi tersadar, perasaan sedih, nangis, terluka itu hal yang sungguh wajar. Daripada repot menanyakan kenapa, lebih baik membantu lain hal meskipun kecil asal lebih dibutuhkan. Saat kita sedih dan terluka tak perlu kita usut kenapa ia bisa, biarkan saja. Karena memang manusiawi merasa demikian adanya. Terima kasih ibu paruh baya yang kutemui enam tahun silam.
1 note · View note