nayaaaaf-blog
nayaaaaf-blog
hi ❤
14 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
nayaaaaf-blog · 8 days ago
Text
Aku sayang kamu.
Kalimat itu diucap berulang kali terbata bata, sampai akhirnya mata itu tertutup sempurna dan alat pun menyelesaikan tugasnya.
Kenapa sesulit itu memaafkan? Untuk apa maaf itu ada lalu pada akhirnya kita sebagai manusia sulit untuk memaafkan?
-----
Bu aku juara 1, aku senang sekali bu. Aku boleh minta hadiah?
Hadiah opo to le.. Makan aja susah kita
Tapi temanku dapat hadiah bu kalau juara
Nanti ibu jual leher dulu untuk belikan kamu hadiah yo
.......
Sejuta kali pun kalau ditanya aku tetap sayang kamu.
Aku cinta sama kamu.
------
Alat itu sudah selesai bertugas. Alat itu sudah semestinya istirahat. Jenazah sudah harus dibereskan. Namun aku masih memandang kekasihku dengan tatapan sendu. Mau kemana aku setelah ini? Kemana?
Perawat datang meminta izin untuk mengemasi alat dan menutup kekasihku. Aku hanya mengangguk pelan mengiyakan.
Pak Yogi, boleh minta tanda tangannya untuk surat kematian ibu Anne?
Ngga bisa orang lain saja suster?
Tidak ada lagi pak. Hanya bapak yang kami tau selama ini.
Tidak ada yang menjenguk dia selain saya suster?
Tidak ada pak.
........
Surat kematian itu sudah kutanda tangani. Selanjutnya anne akan kubawa ke rumah duka. Masalahnya, kerumah siapa? Anne tidak punya siapa siapa. Dia yatim piatu sejak 4tahun. Rumahku? Aku tidak punya rumah sejak ibuku meninggal dan bapakku tidak diketahui dimana keberadaannya.
Aku bertemu anne di sebuah lembaga sosial ketika meliput sebuah acara amal. kami bertemu sebagai partner media. Aku sebagai jurnalis muda sedangkan dia sebagai reporter senior. Aku banyak belajar tentang media dari dia. Sampai kami akhirnya memutuskan untuk saling jatuh cinta.
Rencananya kami akan menikah. Namum takdir bicara lain. Anne tertabrak mobil ketika sedang bertugas. Anne terlempar sejauh 5meter dari posisinya berdiri. Tidak ada harapan karena cidera kepala berat itu sudah mengambil hampir separuh kesadarannya.
Kemana kita pak?
Eh?
Iya pak jenazah mau dibawa kemana alamatnya?
Jalan simatupang 3 blok 8 no a2 pak.
Rumah itu sepi. Juru ambulan bingung tidak ada yang menyambut kepergian kali ini. Para tetangga bingung tiba tiba ada mobil jenazah. Aku keluar mobil dan membuka pintu rumah yang sudah lama tidak ku sambangi.
0 notes
nayaaaaf-blog · 10 days ago
Text
"Bagaimanapun mereka orangtua kamu tis"
Kalimat itu terus terngiang dan berputar dikepalaku kak, aku ga bisa menghilangkan pikiran itu sejak perceraian mereka terjadi.
Lalu apa yang kamu rasakan? Suara psikolog muda itu bertanya pelan.
Aku, aku coba memahami dan terima tapi tidak bisa. Tisa menyahut dan memandang keluar ruangan dengan gerakan pelan
Tisa, suara psikolog itu berdehem sekali.
Bagaimana kamu menahan itu semuanya sendiri? Kenapa ide itu bisa terlintas
Aku ngga sendiri kak, aku sama temenku, mereka yang nolongin aku kak. Mereka bilang, mereka yang akan temani aku sampai persidangan itu selesai.
Lalu apa yang kamu rasakan? Lara psikolog muda itu kembali bertanya
Aku hanya lelah kak, bertahun tahun yang aku terima hanya caci maki, mereka berantem setiap hari. Mereka saling pukul, mereka saling menuduh satu sama lain. Aku hanya bisa diam kak, tanpa aku tau harus bagaimana.
Kak, kalau aku mati apakah mereka sedih? Apakah mereka tau aku ada kak? Tisa memandang psikolog itu dengan sendu lalu diam.
-------
Tapi kamu berlaku bagai pemilik ragaku, tapi aku letih juga
Lebih baik kita masing masing
-------
Hari ini hujan, Bandung di guyur hujan sejak pagi. Lara melihat keluar jendela sebentar lalu memutuskan untuk membuat kopi di pantry kantor. Pikirannya kalut, masih banyak hal yang harus diselesaikan. Masih ada beberapa kasus kekerasan seksual yang harus di selesaikan lara. Laporan itu aetiap hari seperti anak kecil yang terus merengek jika tidak dibelikan sesuatu yang mereka mau.
Tibatiba hp lara berdering, sebuah nama.
Tissa.
-------
Bisa saja aku ngga melakukan itu kak tapi aku sudah tidak kuat, aku sendirian kak, aku ga punya siapa siapa. Tidak ada anak yang berhak menanggung semua kasus perceraian kak, termasuk aku.
Bertahanlah tissa, kita akan menyelesaikan ini, masih banyak hal lain yang harus kamu lakukan, tissa percayalah kamu bisa melewati semua ini.
Kamu bisa tisa,
Kamu bisa.
--------
Lara menghapus air matanya dengan tisu yang sudah disiapkannya. Dia tau hal ini akan terjadi. Lara tau semua akan dilakukan tissa kecuali bertahan sekali lagi. Lara tau tissa tidak akan menyerah semudah itu kecuali dia mau.
Lara tau, kemarin adalah hari terakhir dia bertemu tisa. Dia tau, tisa akan memilih jalan lain. Dia tau, tidak adalagi yang bisa menahan kepergiannya kecuali orangtuanya kembali bersatu.
Lara tau, tisa hanya mau hidupnya baik baik saja seperti anak pada umumnya. Lara memahami perasaannya. Lara tau, hanya dia terlalu skeptis bahwa mengakhiri hidup bisa dilakukan oleh siapapun termasuk tisa.
------
Kakak tau ga kalo aku pernah sebahagia itu pas orangtuaku masih lengkap? Tisa menyodorkan sebuah foto anak kecil diapit oleh orangtuanya dengan latar belakang bianglala besar. Foto itu sepertinya saat tisa sedang liburan dengan orangtuanya, terlihat senyum merekah, dan mereka sangat bahagia.
Lara tersenyum lalu membalikkan foto itu, disana tertulis kuala lumpur, 2 mei 2008
Itu pas ulang tahun aku yang ke 8 kak, itu foto terakhir sebelum akhirnya mama meninggalkan aku dan papa berdua, lalu akhirnya papa pun memilih buat ninggalin aku. Aku sendirian kak, dikasi makan sama tetangga, hampir di perkosa, hampir diculik, dan rumah diambil oleh pacar mama. Aku tidak punya siapa siapa kak. Aku keluar dari rumah dibawa tetanggaku, aku tumbuh di lingkungan tetanggaku yang aku bahkan tidak kenal sama sekali.
Lara menarik nafas berat. Dia tersengal. Sesakit itukah? Lara tidak bisa membayangkan. Lara gagal untuk memahami sebagai psikolog. Lara manusia biasa dia tau bagaimana menghadapi kasus berat seperti ini. Tapi kali ini? Lara tidak mampu. Karena bagi lara semuanya akan berpisah entah dengan cara kematian atau perpisahan seperti kasus tisa. Tapi ini lain. Ini berat. Terlalu berat.
Lara membuang muka tepat pada saat tisa bertanya
Kakak tau rasanya hidup tapi mati?
Kakak tau rasanya tidak ada semangat?
----------
Kak lara, aku titip ini ya. Tisa menyodorkan sebuah amplop. Baca ketika nanti kakak sudah sampai di jakarta. Terimakasih ya kak sudah mau menjadi teman sekaligus mentor aku. Terimakasih sudah mau mendengar semua ceritaku. Satu bulan dengan semua cerita yang bahkan aku ga tau apakah ini bisa menolong aku untuk tetap hidup. Terimakasih untuk waktu yang kakak luangin buat aku.
-------
Bandung, 17 November 2018
Tuhan terimakasih sudah menghadirkan mereka untuk bersamaku
Tuhan terimakasih untuk semua yang Engkau berikan berupa kasih, keselamatan, kebahagiaan, serta berkah yang tiada terhingga.
Tuhan, ini berat. Aku tidak sanggup. Aku takut sendiri Tuhan. Aku takut.
Tuhan, jika memang semua anak anak berhak bahagia kenapa aku tidak? Kenapa aku harus menghadapi semua ini?
Ampuni saya Tuhan, saya tidak bisa lagi menanggung semuanya. Saya lelah.
Ampuni saya terlalu sering memaki dan menyalahkan diri sendiri ya Tuhan
Tuhan, saya mohon selamatkan orangtua saya, berikan mereka hidup yang terbaik, dan jauhkan mereka dari orang jahat. Ampuni mereka Tuhan saya mohon.
---------
Dada lara sesak. Dia menahan tangis saat melihat tagline berita itu. Lara tau ini akan terjadi. Tugasnya hanya satu sekarang, mengantar surat itu kepada mereka yang sedang dimabuk cinta sementara mereka sudah kehilangan cinta yang sebenarnya. Lara tau bukan tali itu yang merenggut nyawa tisa, tapi orangtuanya lah yang sudah mematikan tisa secara perlahan. Tali itu hanya eksekutor terakhir bagi tisa.
Ditemukan seorang mahasiswi universitas x tergantung dikamarnya menggunakan seutas tali tambang. Korban diketahui bernama Tisa Arunika mahasiswi smester 2 jurusan psikaolog. Untuk sementara kasus sedang diselidiki oleh polres setempat dan jenazah sudah di evakuasi untuk kemudian di visum.
Bandung, 21 November 2018
Lara mengetuk sebuah pintu rumah, tepat saat ketukan ketiga pintu dibuka oleh seorang perempuan usia senja yang lusuh, rambut acak acakan, dan pipi lebam. Perempuan tu memicingkan mata mencoba mengingat lalu bertanya, anda siapa?
Sedetik kemudian perempuan itu tersungkur, bersujud dan menangis tanpa suara lalu pingsan.
Seorang pria tergopoh gopoh keluar, ditangannya memegang sebuah kayu sepanjang betis orang dewasa. Pria itu melihat perempuan tadi pingsan lalu menatap lara dengan penuh tanya.
Lara pamit pulang.
Sisa satu lagi tugasnya. Lara tau, ini akan sangat berat.
Berat sekali.
Pernah sesayang itu pernah Pernah secinta itu pernah Pernah sedalam itu tapi itu dulu Sebelum ada hati lain
Pernah berjuang itu pernah Pernah terjatuh juga pernah Pernah bersama kita tapi itu dulu Pada akhirnya pisah juga
Aku tak kau anggap ada cerita Aku tak kau anggap ada derita Tapi kamu berlaku bagai pemilik ragaku tapi aku letih juga lebih baik kita masing masing
Pernah
Walau rasaku ini
Apa rasanya jadi aku
0 notes
nayaaaaf-blog · 27 days ago
Text
Kadang banyak cerita yang tidak terungkapkan
Ada pedih yang tersamarkan
Ada senang yang sulit dijabarkan
Ada rindu yang tersirat
Ada benci yang memikat
Tapi kau tau tuan? Aku tidak memiliki keempatnya bahkan salah satunya.
Semuanya hilang tuan, ayahku tidak pernah mengajarkan itu.
Tuan, terimakasih sudah mencintai saya seindah itu.
Saya bahagia tuan,
Tapi,
Saya tau banyak hal yang belum sembuh.
Terimakasih tuan...
Lihat pada indah bulan bintang
Namun hilang bila tiba siang
Dan karena itu kurasa bimbang untukmu
Cintaku..
Angin membuaikan rasa rindu
Tapi tak seperti selalu
Dan kali ini kubiarkan berlalu rasaku
--hati hati, amira oethman
0 notes
nayaaaaf-blog · 1 year ago
Text
"Ris, dengerin dulu. Aku mau ngomong" Moza menarik tangan risa dengan keras.
"Apalagi za? Apalagi yang harus aku dengerin? Semuanya jelas banget kalo kalian memang pengkhianat.
Berkali kali aku maafin kalian, berkali2 aku kuatin diri aku buat liat kalian bareng. Berkali kali juga aku percaya kalo ini semua akan selesai dan kamu di pihakku. Nyatanya ngga Za. Ngga pernah itu terjadi. Aku sadar kalo ini batas terakhir aku, ngeliat kamu masih belum mampu untuk utuh di pihakku. Lepasin aku dan kita akan jalani ini semua tanpa beban.
"Ris kamu salah paha...m
...........
Risa melangkah pulang. Hari ini sungguh terasa berat dan sesak. Risa tau tadi itu hanyalah salah satu bagian pura pura darinya. Risa tau bahwa dia memang tidak mampu melepas moza dengan alasan inge sakit. Inge sakit dan moza selalu ada di sebelah inge. Padahal inge tau sekali bahwa moza pacaran dengan risa.
Brengsek.
Risa memaki pelan dan memasuki rumahnya.
"Ris, udah pulang kamu? Suara mama membuyarkan kekesalan risa
"Sudah ma, hari ini jadwal kuliah kosong. Risa berbohong, padahal masih ada mata kuliah statistika hari ini tapi risa memutuskan untuk titip absen dengan laras, teman dekatnya.
"Ngg tadi moza kesini, titip kotak ini. Mama menyerahkan sebuah kotak dibungkus paperbag.
"Apa nih ma?
"Gatau mama ris, moza cuma titip ini lalu pergi, keliatannya gelisah banget.
"Oh gitu,.makasih ya ma..
"Kalian putus ris?
Risa menggeleng pelan. Lalu pamit kekamarnya meletakkan bungkusan tadi di meja belajarnya. Risa tau itu adalah kado anniversary mereka yang ke tiga tahun.
Tiga tahun za, risa membatin. Tiga tahun yang sia sia. Kalo aja diantara kita aku bukan bayang bayang inge.
"Akupun capek za, bukan kamu aja. Akupun ingin jadi prioritasmu, kenapa harus inge za? Diantara kita selalu ada inge, kenapa kamu ga sekalian pacaran dengan dia? Kenapa harus ke aku? Risa menyeka air matanya yang nyaris jatuh, risa muak. Muak dengan hubungan mereka yang dirasa tidak pernah berjalan sebagaimana mestinya.
"Kalo aja kamu tau, aku ga pernah benar benar ingin pisah, mungkin ga bakal kaya gini ceritanya. Moza membatin pelan.
......
Halaman rumah sakit itu terlihat sepi. Moza memarkir pelan mobilnya tepat di depan lobby kedatangan. Moza tau, hari ini terakhir dia akan bertemu inge sebelum akhirnya ayah yang akan mengurus semua keperluan inge. Ya, ayah.
Moza tersenyum pahit, ada banyak yang risa tidak ketahui tentang hubungannya dengan inge salah satunya adalah inge merupakan adik tiri moza. Ayah menikah dengan mama inge secara diam2 dan itu sangat melukai moza kecil dan ibu yang terlihat tidak berdaya. Bertahun tahun mereka hidup dengan rasa sakit hati dan lelah melawan takdir.
Moza tetap harus menerima kenyataan, bahwa ia adalah abang tiri untuk inge walaupun inge bukan anak biologis ayah.
Moza sampai didepan pintu kamar rawat inap inge berada. Moza menarik nafas panjang sebelum ia mengetuk ointu, samar moza mendengar suara ayah,
Saya usahakan secepatnya pak, saya akan bayar lunas semuanya. Tolong beri saya waktu
Suara ayah tampak begitu putus asa dan parasnya dingin saat moza membuka pintu. Ayah cepat mengakhiri pembicaraannya dan mengusap wajahnya yang tua.
Ya, ayah tampak begitu tua dari umurnya. Moza membuang muka, tidak mau bersitatap dengan ayah dan menuju tempat tidur inge.
"Hai, gimana? Sudah enakan? Moza menyapa inge dan melihat tetesan infus.
Baik mas, inge menjawab tersenyum, mas hari ini terakhir kita ketemu ya, aku salam buat mba risa ya. Terimakasih sudah menjadi orang yang paling baik walaupun aku ga mau ada diposisi ini. Inge tersenyum pahit, dia tau betul ada apa dengan hubungan moza dan risa. Dan dia merasa bahwa dialah penyebab semua ini.
Moza tersenyum dan mengalihkan pandang ke sisi luar jendela.
Ayah menghampiri moza dan menepuk bahunya, za bisa ayah bicara sebentar?"
Moza terdiam dan mengangguk pelan. Mereka beranjak dan menuju loby rumah sakit.
"Za.. Ayah memulai percakapan ini dengan berat, tampak sekali ada beban berat yang di simpan sendiri. Ayah boleh titip inge ke kamu? Suara ayah berat namun jelas.
Ayah sudah tua za, ayah sakit. Dan inge masih terlalu kecil untuk ayah tinggalkan, ibunya meninggal beberapa hari sebelum dia merayakan ulang tahunnya kemarin. Maaf ayah ga ada kasi tau kamu. Ayah berfikir bahwa inge sakit karna dia pun memikirkan hal yang sama. Bertahun tahun ayah tidak bisa menebus dosa ayah ke ibumu dan kamu za, bertahun tahun ayah hidup dengan rasa bersalah pada kalian. Ayah minta maaf za.. Ayah terlalu pengecut saat itu. Ayah meninggalkan kalian tanpa apa apa. Ayah sejahat itu.. " Suara ayah menggantung dan tampak bulir air menggenang di kedua pelupuk matanya.
"Za, inge memang bukan adikmu tapi ayah mohon jika ada apa apa pada ayah tolong antarkan inge ke alamat ini, ayah memberikan sepotong kertas kecil yang kusam. Ayah berdiri meninggalkanku yang masih separuh sadar untuk mencerna omongan ayah barusan.
"Yah,.. Ayah menoleh dan tersenyum pahit lalu melangkah pergi.
.......
Bu.. Aku memanggil ibu dengan pelan, ibu masih terguncang, tidak menyangka aku akan membahas pertemuanku dengan ayah, juga inge. Ibu oke? Tanyaku pelan.
ibu masih terddiam, matanya terpaku, lidahnya kelu.
Bu... Moza kembali memanggil dengan pelan seraya menepuk tangan ibu. Bu?....
............
Tujuh tahun yang lalu adalah hari tersial amanda. Dia menemukan foto suaminya sedang memangku anak perempuan seusia moza beserta perempuan disebelahnya. Mereka terlihat bahagia. Gemetar amanda menyimpan foto itu dalam saku kemejanya dana berharap menemukan jawaban. Namun, hari yang ditunggu tidak kunjung tiba, sampai datanglah hari dimana moza mengatakan bahwa dia bertemu ayah dan inge.
Amanda marah, hatinya kembali terluka. Damar, adalah suami yang sangat dicintai sekaligus yang paling menaruh luka terdalam.
Damar tidak tau bahwa amanda mencarinya selama ini. Amanda terlalu silau dengan ketampanan dan tulusnya damar. Amanda jatuh cinta saat pertama mereka bertemu di bandara.
Damar, laki laki yang dipercaya amanda untuk menikahinya, dan ternyata itu hanya bertahan 7 tahun saja. setelah itu damar pegi menyisakan banyak pertanyaan untuk amanda.
...
Moza terdiam, amanda tidak pernah menceritakan kemana ayahnya. Yang dia tau hanyalah ayahnya pisah dan pergi tanpa pernah menjenguk mereka. Amanda hanya menceritakan sedikit dari yang moza tau. Sampai pada akhirnya, moza mendengar dari damar -ayahnya- cerita yang sesungguhnya.
..........
Ayah bertemu ibu inge saat ayah berangkat tugas. Ketika itu ibu inge benar benar cantik. Ayah lupa bahwa ayah sudah mengikat janji dengan ibumu. Ayah tau ayah salah nak. Ayah tidak berdaya, keluarga ibu ingee memaksa ayah untuk segera menikah. Namun ayah pun tau ibumu sedang hamil kamu.
Ayah berbohong, ayah mengatakan bahwa ayah pergi tugas, ternyata ayah menikah lagi tanpa sepengetahuan ibumu.
Ayah pun sakit, ayah tau apa yang dipikiran ibumu kemarin. Semuanya terjadi tanpa bisa ayah hentikan.
Ayah berdosa pada kalian berdua. Ayah akui maaf pun tidak akan pernah cukup untuk menebus semuanya.
Hukumlah ayah za, tapi jangan hukum inge. Dia tidak tau tentang ini semua.
Tangan moza bergetar menahan amarah, moza tau inilah saatnya dia membalas sakit hati ibunya. Namun saat melihat fisik ayah yang diusia senja moza urung mengepalkan tinju untuknya.
Moza terduduk. Genap sudah semua yang dia tau. Genap sudah semua hal yang selama ini menjadi pertanyaannya. Genap sudah pernantian ibunya yang menunggu hingga 7tahun lamanya untuk mengurus sidang cerai itu. Sakit hati ibunya tidak bisa dibayar dengan maaf. Moza tau itu.
.....
Risa terbangun ditengah tidurnya dan melihat layar hp nya berkedap kedip, moza is calling..
Risa masih separuh mengantuk mengangkat telfon itu lalu sayup sayup terdengar, "ris ayah meninggal..
...
Risa tersuruk suruk datang dengan pakaian seadanya, malam itu juga risa memutuskan untuk ke rumah ayah moza yang ternyata dekat sekali dengan rumah risa.
Suasana berduka kental terlihat, dimana mana ada papan karangan bunga, namun ada satu yang bikin risa sakit hati, ada inge, tepat disebelah ayah moza.
Apa urusannya anak itu datang? Risa membatin
Moza menghampiri risa, menyuruh risa duduk agak jauh dari kerumunan.
Terimakasih ris kamu sudah datang, mohon doaya agar kubur ayah lapang.. Ucap moza serak. Suaranya sudah habis tepat setelah mendengar semua pengakuan ayah sebulan yang lalu.
Za.. Aku gatau kenapa bisa datang kesini. Aku cuma butuh penjelasan kamu, tentang kenapa inge ada juga disini. Sedangkan aku tau dia bukan siapa siapa kamu.
Moza meenghela nafas dan akhirnya keluar semua cerita tentang siapa ayahnya, siapa inge dan apa hubungan mereka. Risa diam, risa mendengar tanpa perlu memotong pembicaraan itu, semakin berat dan semakin menyesakkan.
Risa menghela nafas. Risa tau ini tidak akan mudah untuk moza dan ibunya. Risa tau itu. Dan kali ini apakah dia akan dijadikan prioritas terakhir? Risa nyengir membayangkannya.
0 notes
nayaaaaf-blog · 1 year ago
Text
-drrrtt dddrrttt
Getar hp di jam 02.40 itu membangunkan tidurku yang baru saja terpejam 30 menit yang lalu.
Ddrrttt ddrrrttt
Getar itu tidak menyerah, sampai kuangkat.
Ddrrrttttt ddddrrrrtttttt
-halo? Sahutku setengah sadar
mas, ibuk. Suara diujung sana nyaris membuat tubuhku melenting dan sadar sepenuhnya.
Rintik gerimis mengundang kekasih di malam ini
kita menari dalam rindu yang indah-
sepi kurasa hatiku saat ini oh sayangku
Jika kau disini aku tenang
Jogja, 28 maret 2012
Pemakaman itu berjalan lancar. Sebagian pelayat sudah pulang setelah memberi pelukan dan kekuatan untuk kami. Disini, tersisa aku dan pacarku yang baru saja kehilangan.
Ibu titip salam untuk kamu mas. Ibu rindu katanya sebelum kritis. Suara berat dinaya terdengar menusuk.
Ibu berharap kita tetap jadi menikah,,.
Suara itu tergantung, dadaku semakin berat.
Mas.. Aku tau semuanya.
Dan akhirnya bom waktu itu meledak.
Sayang kau dimana aku ingin bersama -
aku butuh semua untuk tepiskan rindu
Mungkinkah kau disana merasakan yang sama
Seperti inginku dimalam ini
Jakarta, 30 juni 2012
Aku membaca pesan dinaya singkat padat namun jelas
-aku berangkat mas
Ada sesuatu yang menendang ulu hatiku saat ini, terbayang jelas saat berkali kali aku menyakiti dan meninggalkan namun dia tetap bertahan. Dulu kurasa dinaya yang bodoh mau menunggu dan bertahan, namun ternyata sebaliknya.
-din.. Aku tau ini berat untuk kita, tapi akupun ngga bisa bertahan din. Kita selesaikan dan tentuin langkah selanjutnya setelah ini ya. Balasku singkat.
Sepi kurasa hatiku saat ini oh sayangku
Jika kau disini, aku tenang
Jakarta, 25 september 2012
Project yang baru saja kuselesaikan di acc oleh atasanku, ada lega yang tidak bisa ku ungkapkan.
Akhirnya beban itu hilang separuh. Dan aku memutuskan ambil cuti untuk menyusul dinaya, ke lombok.
Aku berhutang banyak penjelasan kepada perempuan itu. Semoga masih ada kesempatan untuk menjelaskan semuanya.
Lombok, 4 oktober 2012
Aku sampai di lombok setelah 3 hari sebelumnya menetap di bali untuk melepas penat. Setahun cutiku tidak ku ambil cukup membuat pikiranku kusut.
Melalui kapal fery aku sampai di penyebrangan bali-lombok
Setelah ini aku harus cepat menyusul dinaya sebelum semua terlambat. Aku memutuskan menyewa taksi online untuk menemuinya.
Sepanjang perjalanan menyusul dinaya aku diam, memikirkan akan seperti apa nantinya jika dia melihatku, begitu juga sebaliknya. Pikiranku kalut, sampai
Mas, ke lombok utara mau ngapain? Suara pak ratno juru mudi taksi online ku bertanya
Saya mau nemuin temen pak sahutku datar
Mas tau, dulu juga saya ada nganter mbak mbak dari jogja kesini, katanya ada pengabdian desa. Cantik banget mas. Saya tanya sejak kapan terlibat volunteer, dia jawab sudah lama daftar namun sekarang baru bisa ikut karna ibunya sakit. Sekarang ibunya sudah meninggal jadi dia menghabiskan hidupnya disini. Hebat banget
Aku terdiam lama, kalau memang benar itu dinaya berarti memang aku tidak salah langkah.
Sisanya kami berbicara soal hobi masing2, pak ratno ini hobi memasak, beliau merekomendasikan makanan2 enak di lombok, dan penginapan murah dan layak huni.
Mas kita sudah sampai tujuan, suara pak ratno membuyarkan kantukku
Terimakasih banyak pak, akan saya simpan kontak bapak unttuk bertanya tentang lombok ya pak, sahutku sambil menjabat tangannya penuh terimakasih
Mas, seandainya memang benar perempuan itu yang mas cari, titipkan salam saya untuk dia. Makasih ya mas
Aku memeluk pak ratno, terimakasih banyak pak. Sahutku dalam
Jalan menuju perkampungan dinaya tinggal sungguh elok. Sejauh ini aku memandang banyak anak anak kecil berlarian tanpa alas kaki.
Dari jauh aku melihat dinaya, sedang berbicara dengan salah satu warga, hingga akhirnya mata kami bertemu.
Kakiku lemas, rasanya ingin pulang ke jakarta saat ini juga.
Tahan ndra, tahan. Kau berhutang banyak padanya. Suara hatiku memohon untuk bertahan
Mas andra? Dinaya menghampiriku, tersenyum dan menyalamiku,
Apa kabar mas? Sahutnya ringan.
Dinaya melihatku, dia tampak polos tanpa polesan makeup dan baju kantoran. Dia tampak sangat cantik.
Aku membalas salamnya,sambil tersenyum. Aku baik din, Aku berhutang banyak penjelasan saat itu.
Dinaya tersenyum, dan menepis bahuku. Mas kamu ga berhutang apa apa saat itu. Aku sudah terima semuanya.
Dinaya mengajakku duduk di teras rumah tempatnya menginap selama menjadi volunteer, disini cuacanya enak, dan sejuk. Dinaya mengambilkan minum dan beberapa cemilan buatku, aku tersentuh dengan semua perhatiannya.
Sesaat ku perhatikan ada mata yang tampak sayu, sorot mata yang dalam dan sedih tidak luput dari pandanganku, apakah dinaya benci keadaan ini? Dimana aku datang tanpa diundang?
Din.. Jangan sibuk2 ya. Aku sebentar aja, ga lama disini din. Kamu duduk aja ya.. Aku mau bicara denganmu. Ajakku pada dinaya
Dinaya diam, diamnya berarti ya untukku.
Din.. Aku menarik nafas dalam. Saat itu aku ga ada maksud buat ninggalin kamu dan ibu, project aku besar sekali din, akua ga bisa kalo kalah tender ini, ini sebagian nyawaku ada disini din.. Beberapa waktu sebelum ibu meninggal aku ada telfon tapi ga diangkat, aku telfon mas mu, bicara dengannya, mas paham dan menerima keadaan kita untuk sementara. Maaf aku tidak menjelaskan padamu hari itu, aku harus ke batam untuk urusan kerja din.. Aku minta maaf.. Maaf untuk semua yang ku lakukan hari itu, pergi tanpa kabar.
Dinaya diam, mendengarkanku tanpa memotong, tanpa ada sanggahan apapun. Dinaya mendengarkanku, semuanya, tanpa jeda
Din.. Marahlah din. Aku butuh jawabanmu.
Aku tau mas.. Aku tau semuanya,sahut dinaya. sejak ibu kritis aku tidak menutut banyak waktumu apalagi dirimu. Aku tau disana kamu lebih nyaman sendiri atau berdua entahlah mas. Tapi sejak ada jarak diantara kita, aku paham bahwa kita tidak baik baik saja saat itu. Dan akupun mundur, tepat hari ini mas datang dan memberikan penjelasan, aku harus bagaimana?
Ibu ingin kita menikah, tapi aku gak mau nikah kalau hatinya ga ada buat aku sedikitpun mas.. Sejak indri kembali kekantormu, aku paham kalau aku bukan satu satunya.
Mas, kalau memang kalian mau menikah silahkan, kita batalkan pertunangan kita lalu kamu bisa kembali ke indri. Lalu aku bisa meneruskan hidupku disini tanpa gangguan indri lagi.
Sebaris kalimat terakhir menyentakku,
Jadi sebab itu kamu ninggalin aku din? Tanyaku tidak percaya
Mas tau? Sampai hari ini pun indri masih sering kirim foto kalian. Ada nada pedih disana yang kutangkap. Jadi indri? Ah sial batinku. Itu foto lama, lama sebelum aku mengenal dinaya. Jauh sekali sebelum aku dikantor ini. Bertahun tahun yang lalu aku memang pernah pacaran dengan indri tapi kami putus karna memang indri adalah orang yang sulit dan keras kepala. Tapi tak kusangka ternyata dia mengejar sampai melibatkan dinaya.
Din..
Mas, aku gapapa. Beneran. Aku lebih senang pas tau kamu menang proyek itu karna dibantu indri. Hehe. Ada nada pedih disana kutangkap.
Sekarang kita masing masing aja ya mas.. Aku rasa indri lebih pantas buat kamu, karna kalian sejalan. Bukan aku
Dinaya, ini bukan soal pantas atu tidak tapi siapa yang ada disini saat ini. Aku percaya indri kirim foto lama itu untuk nyakitin kamu, kamu sasarannya karna dia tau dia ga bisa bikin aku balik ke dia din..
Kita pulang ya ke jogja din, kita menikah ya?
Aku mengeluarkan cincin yang sudah lama ku beli di jakarta, hampir setahun cincin bermata biru itu kusimpan, aku tidak percaya pada diriku dan pernikahan. Aku terlalu lenyap dalam pikiranku. Terlalu larut dengan semua masalahku.
Dinaya diam, tidak bereaksi apapun sampai akhirnya dia tersenyum.
Mas tahu, disini aku sudah nyaman sekali, jogja hanya akan membuatku luka akan kenangan sama ibu.. Jadi aku mau disini, sendiri dengan semua yang ada disini
Mas pulanglah.. Masih banyak harapan dan mimpi yang harus mas selesaikan. Sedang mimpiku sudah lama mati tepat saat ibu pergi.
Mas terimakasih ya.. Tapi aku belum siap untuk menikah saat ini. Simpan kembali cincinnya ya mas, suatu saat kalau aku sudah siap, aku akan datang, mungkin nanti pas mas sudah punya cucu sahutnya sambil tertawa
Aku terdiam cukup lama, banyak sekali perubahan pada dinaya. Setahun ini aku cukup jarang mengabarinya, secepat ini waktu berlalu dan juga mengubah semua dirinya.
Mas diam berarti setuju ucapnya diantara tawanya
Terimakasih ya din.. Sahutku sambil tersenyum tapi cincin ini biarin disini ya, jadi suatu saat nanti kalau kamu sudah siap bilang ke aku ya, kembaliin ke aku lagi ya din biar aku yang makein ke kamu ucapku pedih
Dinaya tertawa lebar menanggapi kalimatku barusan
........
Jakarta 21 juli 2013 00.50
Aku baru saja pulang dari kantor dan merebahkan badanku, sesaat kunyalakan televisi mencari tontonan, namun tanganku berhenti pada tagline berita
Seorang volunteer wanita asal jogja diduga meninggal dunia terseret arus saat menyelamatkan anak kecil yang tenggelam. Sampai saat ini korban masih belum ditemukan tim SAR masih berupaya mencari korban dengan melibatkan seluruh tim yang terlibat.
Korban bernama Dinaya Btari nandayu berusia 28 tahun. Diduga sebelum meninggal Korban menggunakan baju garis garis berwarna hitam putih dan celana selutut
Aku terdiam,
Gelas dipeganganku jatuh, pecah, suaranya melenting.
Aku masih tergagap, sesak menyerbu. Aku sulit bernafas,
Dinaya...
Aku lemas, terududuk di sofa lalu tidak mengingat apapun.
Cinta tak mungkin berhenti secepat saat aku jatuh hati
Jatuh hati kepadamu
Sehingga hidupku berarti
Cinta tak mudah berganti
Tak mudah berganti jadi benci
Walau kini aku harus pergi tuk sembuhkan hati
-Denting, Petra Sihombing
-Cinta tak mungkin berhenti, Tangga
1 note · View note
nayaaaaf-blog · 1 year ago
Text
Gundik
“Saya nggak butuh uang, mbak.”
Suara itu datang entah dari mana, mengusir kantuk yang tadi memaksaku merebahkan diri di atas rerumputan. Rasanya baru beberapa detik mataku kupejamkan. Dengan sedikit malas-malasan aku bangkit dari tidurku, mencoba mencari si pemilik suara.
2 orang perempuan duduk bersebelahan di bangku semen, beberapa meter di samping kiriku.
Dengan mata masih separuh terpicing, aku menatap mereka dari balik semak belukar tempatku melepas lelah, setelah hampir sepanjang hari menjelajah tepian danau untuk mengabadikan suasananya dengan kameraku. Fotografi memang sudah menjadi hobiku semenjak masih di bangku sekolah, aku jatuh cinta dengan konsep menghentikan waktu melalui lensa.
“Halah! Perempuan seperti kamu ini apa sih yang diincar kalau bukan uang?”
Suara perempuan berbaju merah terasa begitu menusuk telinga, tajam, aku bisa mencium bau kebencian dalam kalimat itu. Tak ada jawaban dari perempuan di sebelahnya, tapi dari bahunya yang bergerak naik turun, aku tau kalau dia sedang menangis. Sungguh aku tidak bermaksud mencuri dengar, tapi jika aku berdiri sekarang, mereka akan menyadari keberadaanku, dan aku tak mau mengganggu atau malah terlibat lebih dalam.
“Saya harap setelah ini kamu tidak pernah mengganggu keluarga saya lagi.”
Si perempuan berbaju merah akhirnya bersuara setelah cukup lama mereka duduk tanpa berkata-kata. Dia berdiri dari duduknya dan mengulurkan sebuah amplop.
“Saya mencintai suami, mbak.” Suara perempuan satunya terdengar serak.
“Saya tidak punya waktu untuk mendengarkan dongeng kamu!” Si perempuan berbaju merah melemparkan amplop ke atas kursi, lalu dengan langkah cepat ia beranjak pergi.
Buru-buru kurebahkan tubuhku agar tak terlihat olehnya. Syukurlah semak-semak yang memisahkan aku dan mereka cukup rimbun untuk menyembunyikan tubuh kerempengku. Kupasang telingaku baik-baik untuk mendengarkan langkah perempuan yang satunya. Sekali lagi, aku tak mau terjebak dalam suasana canggung, jika ketahuan mendengarkan percakapan mereka. Semenit, 5 menit, tak ada suara. Apa dia pergi ke arah lain? Demikian aku membatin lalu kembali duduk.
Ternyata dia masih ada di sana.
Handphone di saku celanaku bergetar.
Sms dari Tegar, teman sekamarku. Rupanya dia mulai khawatir karena aku tadi menyelinap pergi saat dia masih tidur. Kubalas sms darinya, lalu mulai berkemas untuk pulang. Kumasukkan kamera dan botol airku ke dalam tas. Sinar matahari sore dan hembusan angin dingin adalah pertanda bahwa sebentar lagi hari akan beranjak malam. Aku harus pulang. Setelah beres, aku lalu berdiri sambil bersenandung kecil.
Perempuan di kursi beton itu menolehkan kepalanya. Menatapku.
Aku lupa.
Tegar dan sms keparat!
Dia menatapku selama beberapa detik, lalu kembali memalingkan wajah. Bagaimana ini? Dia pasti tau kalau aku tadi menguping. Haduh, Tegar sialan. Sms sialan. Aku benar-benar lupa.
Setelah berdiri bak orang linglung beberapa saat, aku akhirnya memutuskan untuk pergi saja. Bukan urusanku. Demikian aku berpikir sambil melangkah.
Bukan urusanku.
Bukan urusanku.
Aku melihat ke belakang. Dia masih di sana.
Bukan urusanku.
Bukan urusanku.
Entah apa yang terjadi, aku juga tidak tau, yang aku tau beberapa saat kemudian aku sudah berdiri di sampingnya. Dia mentapku dengan mata basah. Ternyata sedari tadi dia masih menangis. Tak ada lagi waktu untuk kabur. Aku lalu duduk di sampingnya.
“Maaf saya tidak bermaksud menguping.”
Dia tidak menjawab. Hening.
“Sekali lagi maaf.” Aku berdiri.
“Apa yang akan kamu lakukan kalau kamu mencintai orang yang sudah terikat?” Dia berkata tanpa menatapku.
Aku tertegun sejenak lalu duduk kembali.
Hening. Sungguh aku tak tau hendak berkata apa. Cinta dan segala problematikanya bukanlah keahlianku. Kisah cintaku tertinggal di masa remaja. Beranjak dewasa aku lebih mencintai kamera.
“Saya jatuh cinta pada orang yang bimbang.” Dia menyeka air matanya dengan tisu.
“Bimbang?”
“Iya, orang yang tak tau ke mana hatinya hendak berlabuh.”
“Maaf, tapi kalau dia sudah terikat, apa lagi yang bisa kamu harap?”
Dia menatapku dengan mata mungilnya yang masih basah.
“Entahlah.” Dia menjawab.
Aku benar-benar tak tau hendak mengucapkan apa lagi, aku takut salah bicara.
“Aku mencintai dia.” Suaranya begitu pelan, nyaris tak terdengar.
“Tapi dia sudah punya istri kan? Perempuan tadi? Aku gak kenal kamu, tapi merusak rumah tangga orang itu nggak baik. Kamu nggak mau di-cap sebagai perempuan nakal kan?” Kalimat itu begitu saja meluncur dari mulutku.
Dia menatapku, air mata kembali berhamburan membasahi pipinya.
“Maaf.” Aku tiba-tiba merasa begitu bersalah.
“Nggak, kamu benar. Mungkin aku memang perempuan nakal.” Dia terisak-isak.
“Aku nggak bermak..”
“Andai kita bisa menolak jatuh cinta.” Dia memotong ucapanku.
“Kita memang nggak bisa menolak jatuh cinta, tapi kita bisa menolak untuk nggak merusak apa yang sudah dibangun orang lain. Kita gak tau perjuangan mereka untuk bisa sampai di situ.” Aku sudah tidak tau lagi apa yang keluar dari mulutku. Aku ingin kabur pulang.
“Oh ya? Meski akhirnya menyakiti diri sendiri?”
“Lebih baik sakit sekarang daripada nanti. Lambat laun kamu akan semakin terluka oleh perasaanmu sendiri.”
“Sudah terlambat.” Dia berkata lirih.
“Aku yakin kamu bisa menemukan cinta yang lain.” Demi Tuhan, aku benar-benar ingin pulang.
“Sudah terlambat.” Dia mengulangi perkataannya, lalu mengulurkan sesuatu ke tanganku. Apa ini?
“Hidup memang tidak pernah adil.” Setelah mengucapkan itu dia lalu melangkah pergi. Meninggalkanku dengan sebuah kantong kertas di tangan kanan.
Untuk beberapa saat aku duduk diam, berusaha mencerna semua yang baru saja terjadi. Lalu perhatianku beralih ke kantong kertas yang tadi ia berikan. Ringan. Kubuka perlahan dengan rasa penasaran yang kuat. Benda itu mirip termometer.
Test pack.
2 garis
Jadi dia sudah?
47 notes · View notes
nayaaaaf-blog · 1 year ago
Text
Berani beraninya mengatur Allah atas apa yang semestinya terjadi. Memang saya siapa?
0 notes
nayaaaaf-blog · 2 years ago
Text
"Aku diterima di RS Manokwari"
Berawal dari kalimat yang sebetulnya sudah ku tau sebelumnya.
"Congrats, Selamat menjadi bagian dari tim terbaik.
1 kalimat dan 7 kata, namun sampai saat ini, nyerinya tidak kunjung hilang.
0 notes
nayaaaaf-blog · 2 years ago
Text
Tumblr media
It's my 6 year anniversary on Tumblr 🥳
0 notes
nayaaaaf-blog · 2 years ago
Text
Ramadhan ini sudah tidak sama lagi bu, Tidak akan pernah sama.
Sejak kau memutuskan untuk pulang kerumah saudaramu, ramadhan kini jauh lebih suram dan menyakitkan.
Kau tahu bu, ada banyak luka yang mereka toreh untuk kami? Kami hanya ingin kita semua utuh bu.
Kami ingin tanpa bentakan, amarah, caci maki, dan perilaku kasar lainnya.
Bertahun tahun bu, kami mencoba menerima semua kesakitan dan rasa rendah diri karena selalu dibandingkan dan tidak dianggap. Kami tau rasanya tidak pernah menjadi kesayangan bu.
Kami tau saat nenek membela saudara yg jelas salah dibanding melihat mata kami paling dalam. Kami tau rasa sakit dituduh mencuri bahkan disaat kami menahan jajan demi menabung bu. Bahkan kami tau saat nenek menyembunyikan coklat dibalik sarung bututnya.
Bu, kami terlalu kecil saat itu, namun sakitnya membekas hingga kini.
Kali ini bukan tentang melupakan rasa sakit bu, tapi tentang bagaimana kami berusaha untuk tidak menoreh itu kepada anak dan keponakan kami.
Dan, ternyata itu sulit.
0 notes
nayaaaaf-blog · 2 years ago
Text
2016,
Hari itu terlalu banyak kisah sampai akupun lupa bahwa tidak ada yang bisa kulewatkan karena begitu membekas.
Sejak terakhir pertemuan kita di tahun 2014 lalu kau masih tampak begitu sehat dan banyak tertawa. Dimana aku masih merasa tidak berguna dan menahan sakit karena penghianatan yang kau lakukan.
Kali ini, aku sudah bisa berdiri bahkan lebih kuat dari sakit yang kau beri dulu. Namun hari ini juga aku melihat bahwa, sakit itu mendadak hilang dan berganti dengan sedih. Entahlah, aku pernah membayangkan bahwa ini akan terjadi sebelumnya, tapi aku tidak pernah tau akan menjadi kenyataan.
Istirahatlah sayang, tidur dengan tenang. Kau tau, rasa sakit yang kau berikan tidak pernah sembuh, tidak akan hilang. Dan itu sangat menyakitkan ketika aku sadar bahwa kau tidak pernah benar benar menyesal membuatku sakit separah itu.
0 notes
nayaaaaf-blog · 2 years ago
Text
Aku berdiri ditengah pesta itu, Sendiri memegang gelas berisi cairan merah yang dingin. Aku menyaksikan semua prosesi dari akad hingga selesai janji itu terucap. Kau tau, rasanya begitu menyakitkan sayang.
Lalu aku berjalan, menyalami kalian, ada remuk yang kubawa sejak memutuskan untuk hadir di pernikahan kalian. Kau begitu cantik, terpoles makeup tipis dan gaun putih yang sangat manis. Aku terpesona. Lalu aku sadar kau bukan milikku lagi sejak dimana kau memutuskan untuk pergi.
....
"Sayang, aku dijodohkan. Ucapmu sambil menahan tangis
Tiga kalimat, namun sakitnya hingga ujung kepala.
Berbahagialah cantik, meski ku tau kau tidak dijodohkan, ada banyak perbedaan diantara kita, kau dengan segenggam tasbih aku dengan rosario.
Aku pamit sayang, terimakasih untuk kebahagiaan kita. Terimakasih untuk hal hak baik yang sering kau ucapkan. Terimakasih sudah mengenalkan banyak hal dan kebahagiaan yang tidak bisa ku temui dilain waktu.
Sayang, aku masih mencintaimu, bahkan sampai janji itu terucap.
0 notes
nayaaaaf-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
425 notes · View notes
nayaaaaf-blog · 8 years ago
Text
Setidaknya mulai hari ini saya memahami apa yang di katakan pembenci ulung.
0 notes