Every little things matter in the perfect imperfection
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Alhamdulillah, bertemu video bagus di instagram.
Belajar dari pengalaman pribadi : dulu pas anak masih bayi, baru sebulan lahir, bingung mau ajak interaksi dan komunikasi kayak gimana, ibunya introvert, ngomong banyak takutnya terlalu berat (dan terlalu curhat) buat bayinya.
Terus, dikasih saran sama nenek dari suami (karena tinggal di rumah mertua paska lahiran) kalau setiap kegiatan itu dinyanyikan.
Alhasil, setiap ganti pampers ada nyanyinya, setiap mau mandi ada nyanyinya, setiap mau tidur disenandungkan salawatan.
Terus kayak gitu, bahkan sampe anaknya udah gede pun nyanyi ganti pampers dan nyanyi mandi masih ada sampai sekarang.
Alhamdulillah, pelan pelan mulai kelihatan hasilnya (ditambah simulasi read aloud tiap hari mulai usia 8 bulan)
Sekarang, bayi nya usianya udah hampir dua tahun, tapi ngomong terus.
Diajak nyanyi udah ngerti, kadang bisa nyanyi sendiri (walopun ada nyanyi buatan kami sendiri yang dinyanyikan)
Terus, setiap dengar kosakata baru langsung diulang, udah kayak beo.
Satu lagi, Alhamdulillah, dengar ayat pendek, juga gampang teringat dan diulang walopun cuma kosa kata belakangnya aja.
Jadi ibu ibu semua, apalagi yang anaknya masih imut bayi, jangan lupa ajak anaknya bicara : bisa nyanyi, bisa dongeng, bisa read aloud dan terutama murajaah.
Insya Allah,
Anak lebih mudah mengingat ketika dibacakan langsung oleh suara yang paling dia senangi : suara bunda dan ayahnya.
1 note
·
View note
Text
Kemarin suami saya menunjukkan sebuah video singkat di Youtube dengan ekspresi wajah yang tidak dapat ditebak : tersenyum kecil dengan mata sedang mengharapkan sesuatu.
Saya pun tidak tahu apa ekspektasi beliau saat itu.
Video singkat itu sepertinya dibuat oleh seorang suami dengan suasana jenaka, menunjukkan sikap istrinya yang berbeda berdasarkan 'uang belanja' yang diberikan, dimana, semakin banyak jumlah uang belanja, maka istri semakin bersikap ramah dalam bercengkrama dengan suaminya.
Suami saya tidak menanyakan apa apa, hanya berkata, " Coba lihat ini. "
Lalu saya menjawab, " Tentu saja istrinya semakin sayang dengan suaminya kalau uang belanjanya segitu. "
Suami saya hanya diam, menunggu perkataan saya selanjutnya.
" Kalau misalkan uang belanjanya 500 ribu, untuk belanja rumah tangga aja kurang, istrinya pasti bingung mau nambah darimana, oke kalau istri berpenghasilan, kalau tidak ada pemasukan lain, istrinya pasti kucel dan lusuh berusaha mengimbangi uang belanja dengan kebutuhan rumah tangga sehari - hari. "
Suami saya masih terdiam.
Saya pun melanjutkan,
" Kalau uang belanjanya 10 juta, pasti ajalah istrinya senyum pas suami pulang. Uang makan aman, uang perawatan wajah aman, beli baju aman, sekolah anak aman, bisa jadi semua pekerjaan rumah dan mengasuh anak bisa dibantu oleh ART/Pengasuh jadi istrinya bisa balance me time dan mengurus rumah tangga. "
Kemudian, suami saya bergumam dan menyadari poin poin pernyataan yang saya jelaskan.
---
Ada satu hal yang luput ketika seorang suami bercanda dalam konteks seperti video diatas.
Apakah seorang istri itu matre?
Belum tentu.
Dalam kehidupan berumah tangga, apalagi ketika memiliki anak, uang belanja yang diberikan suami, belum tentu habis semata hanya untuk "keperluan pribadi istri", dimana istri yang berperan sebagai bendahara rumah tangga biasanya dituntut atau bahkan menuntut dirinya sendiri agar bijak dalam mengelola keuangan rumah tangga, baik hanya dari satu pintu pemasukan maupun banyak pintu.
Umumnya, suami sebagai pencari nafkah utama luput memperhitungkan hal tersebut. Apakah dengan semua kebutuhan rumah tangga yang ada : Makanan, tagihan, kebutuhan sehari - hari, kebutuhan anak, biaya bensin dsb cukup terpenuhi dengan uang belanja yang diberikan? Semisal tidak memenuhi, apakah ada yang pengeluaran yang bisa dikurangi/ekspektasi yang diturunkan agar tidak semata - mata menimpakan semua kesalahan ke istri karena tidak bijak mengelola keuangan?
Memang, tidak menutup kemungkinan bahwa suami sudah mempertimbangkan atau istri tidak bijak dalam berbelanja, tapi konteks dari video tersebut tidaklah relevan dengan kenyataan yang ada, dan sebaiknya tidak terlalu dianggap serius ataupun digunakan untuk mengeneralisir sifat seorang istri terhadap suaminya.
---
Note : Ditulis tidak dalam keadaan emosi atau baperan.
7 notes
·
View notes
Text
Validasi Eksternal : Berlindung di balik pengakuan yang lain.
Di rumah saya, ada sebuah kejadian yang membuat saya tercengang.
Benak saya bertanya tanya, " Kenapa ya ada orang seperti ini? "
Apa kalian pernah mendengar pepatah ini,
Anjing menggonggong, Kafilah berlalu.
Dua bulan ini, volume speaker mesjid di rumah saya besar sekali hingga membuat jendela rumah saya bergetar dan telinga saya berdenging. Lucunya, ketika saya menelpon ke rumah, ibu saya bahkan bertanya, ada keramaian apa di dekat rumah saya sehingga suara saya di telpon tidak terdengar, terhalang oleh suara lain yang terlalu bising.
Miris sekali. Saya tidak pernah berpikir bahwa saya akan menjadi bulan bulanan tetangga perkara suara speaker mesjid ini.
Sungguh, saya memperdebatkan itu bukan untuk mencari pembenaran, dimana memang tentu saja saya benar berdasarkan peraturan menteri agama. Tidak mungkin suara sekencang itu baik untuk kesehatan telinga manusia.
Namun, satu hal yang mulai saya sadari setelah kejadian ini. Lingkungan tempat tinggal saya saat ini ternyata begitu kacau dan sangat tidak nyaman untuk ditinggali.
Kenapa?
1. Sepemahaman saya berdasar pelajaran agama sewaktu sekolah dulu, penerapan agama di lingkungan saya masih sebatas superfisial, begitu permukaan sehingga tidak dapat menerima perbedaan dari kebiasaan umum meskipun perbedaan ini diakui benar menurut Islam.
Ketika anda tidak tahu sampai sejauh sana, maka sebaiknya sebelum anda menyatakan itu salah/sesat, pelajari terlebih dahulu pemahaman anda itu.
2. Tetangga dekat rumah saya, yang dulu menurut saya adalah orang yang baik, ternyata tidak. Ia adalah salah satu orang yang paling vokal menyuarakan ketidaksukaannya pada saya, dan bahkan sampai menghasut orang lain dan merendahkan saya. Hal itu terjadi karena mereka merasa didukung oleh yang lain. Validasi ini seakan akan membuat mereka merasa kuat.
Aneh sekali.
Saya sangat heran karena satu hal.
Dia merendahkan kami karena tidak sesuai standar hidup mereka.
Saya membeli sepeda listrik dianggap tidak mampu beli motor.
Memang sih, lagipula jika bisa bepergian dengan sepeda listrik yang lebih hemat, kenapa saya harus membeli motor?
Saya bersepeda karena tidak mampu beli bensin.
Waduh, setahu saya sih saya memang suka berolahraga.
Gaji saya umr padahal saya profesi yang dianggap 'kaya.'
Lucu sekali. Memang saya bukan tipe yang boros membelanjakan uang demi gengsi.
Sejujurnya, saya pribadi tidak butuh validasi dari orang orang ini. Mungkin prinsip hidup mereka dan hidup saya berbeda.
Tapi, terkadang jengah juga ya.
Kenapa mereka begitu repot memvalidasi dirinya dengan melihat hidup saya ya?
Apa untungnya?
***
PS :
Kenapa saya malah peduli pendapat mereka ya?
Memang lingkungan seperti ini sedikit banyak mempengaruhi pemikiran saya juga ya.
0 notes
Text
Being Parent is A Lifelong Learning
Dulu saat saya masih kuliah, ada sebuah program TV Korea Selatan yang sangat saya gemari.
The Return of Superman,namanya. Premisnya menarik dimana seorang Bapak mengasuh anak - anak mereka, yang sebagian besar masih balita, seorang diri. Sang Istri diberikan waktu berada di luar rumah selama 2 hari 1 malam.
Ada sebuah keluarga yang meninggalkan kesan mendalam bagi saya.
Keluarga bapak Song dengan 3 anak kembarnya. Bukan hanya karena mereka memiliki 3 anak kembar yang sangat lucu, tetapi saya juga salut dengan pendidikan yang ditanamkan di keluarga mereka.
Etika, moral dan empati berpadu menciptakan 3 anak kembar dengan kepribadian yang berbeda beda tetapi memiliki 'manner' yang sama.
Perasaan kagum ini kemudian membuat saya bertekad, jika suatu saat nanti saya memiliki anak, saya akan berusaha menerapkan pola pengasuhan yang sama.
Lalu, kehidupan pun berlalu.
Ketika saya akhirnya hamil, saya malah asyik bekerja, hampir lupa dengan resolusi semasa lajang dahulu.
Sampai, akhirnya saya mulai mengikuti berbagai akun parenting di media sosial. Belajar tipis tipis dunia pengasuhan anak.
Ternyata, mengasuh anak itu tidak mudah.
Tentu saja, bukan?
Tidak semua teori bisa diterapkan secara sempurna di dunia nyata, pun semua anak berbeda beda.
Orangtua lah yang berperan penting untuk menentukan teori yang bisa dipraktikan secara tepat dan sesuai untuk anaknya.
Anyway, saya menikmati mengasuh anak secara mandiri bersama suami hingga anak saya memasuki tahap MPASI, dan saya yang sedikit jenuh memutuskan untuk mulai bekerja.
Alhasil, anak saya akhirnya harus dititipkan dengan pengasuh. Pencarian pengasuh ini membuat saya sadar.
Tidak ada orang yang akan menyayangi anak kita sebesar kita, orang tuanya, sayang padanya.
Kenyataan ini membuat saya termenung. Berpikir keras untuk mengasuh anak dalam pola pengasuhan yang saya inginkan, tetapi dapat didelegasikan kepada orang yang saya percaya.
Bekerja dari rumah, dalam profesi saya, sangat sulit untuk dilakukan, kecuali saya mampu untuk membuka usaha sendiri di rumah.
Dalam sebuah perenungan, akhirnya saya menemukan titik terang. Sebuah impian yang tercipta karena ingin mengasuh anak saya sebaik - baiknya.
Apa itu?
Menciptakan Kelompok Bermain.
Suami saya, dulu sekali, saat awal menikah, mengutarakan impiannya untuk mendirikan bisnis sendiri.
Tenggat waktunya adalah awal tahun 2023, tapi ternyata Pandemi melanda, dan impian tersebut harus tertunda.
Tidak masalah. Keinginan berbisnis ini menular pada saya, dan mempengaruhi keputusan kami ketika memilih dan membeli rumah pertama kami.
Kami, akhirnya, menemukan rumah yang sesuai baik dari segi lingkungannya maupun potensi strategisnya untuk mendirikan bisnis.
Ada banyak bisnis yang bisa kami mulai disana, beberapa diantaranya :
- Bisnis Laundry (yang bahkan sudah saya design spanduknya),
- Klinik dan apotik untuk memfasilitasi saya agar dapat bekerja dari rumah.
Ditambah satu lagi,
- Kelompok Bermain.
Cita - cita saya yaitu mendirikan kelompok bermain dari anak usia 6 bulan hingga 6 tahun.
Kenapa?
1. Anak 6 bulan sudah MPASI,
2. Saya ingin mengajarkan pola pengasuhan dan pendidikan yang menurut saya bermanfaat bagi anak sejak dini, termasuk bagi anak saya sendiri.
3. Semenjak saya bergabung jadi sebuah reseller buku anak dengan harga yang fantastis, saya berpikir untuk membagi manfaat buku tersebut atau mainan edukatif anak saya kepada anak - anak lainnya.
4. Di sekitar lingkungan tempat tinggal saya, saya belum menemukan pola pengajaran yang sesuai dengan apa yang ingin saya terapkan pada anak saya.
Namun, ada 1 kendala.
Saya tidak ada lisensi untuk mengajar.
Alhasil, saya harus belajar lagi, dengan mengikuti pelatihan, diantaranya :
- Pelatihan konselor laktasi dan MPASI
- Pelatihan Islamic Montessori
- Pelatihan Read Aloud
Dan webinar pengasuhan lainnya.
Sekaligus merekrut dua calon pengajar yang menurut saya mampu menerapkan pola pengasuhan dan pendidikan yang saya inginkan :
- Pengasuh anak saya saat ini yang dulunya merupakan seorang guru TK pengganti saat guru utama sedang cuti melahirkan. (Semoga beliau segera diberi momongan, dan dapat mengikutsertakan anaknya di KB kami nanti), serta
- Ibu dari teman anak kami sekaligus tetangga kami yang juga merupakan seorang guru TK (atau PAUD?) yang saat ini mendedikasikan ilmunya ekslusif bagi anak pertamanya.
Semoga, niat ini dimudahkan oleh Allah.
***
Epilog :
Sejak saya menyatakan ingin mendirikan KB di rumah, suami saya bersemangat sekali ingin membagi ilmunya nanti pada anak - anak remaja di lingkungan rumah kami nanti. Ilmu apa?
Sstt...
Kita tunggu saja, nanti.
PS :
Tulisan panjang lebar ini sengaja diletakkan disini, agar nanti ketika Allah sudah mencukupkan modal dan meridhai kami, impian ini dapat kami wujudkan satu persatu.
Bismillah.
0 notes
Text
Dulu, pada masanya.
Ada seorang dokter muda,
sedang menjalani stase kulit.
Stase indah dan penuh keindahan.
Dia kemudian belajar,
menimba ilmu dari buku teks,
berbahasa inggris murni.
Sejatinya, bukan karena ia mahir.
Bahasa ibunya adalah bahasa Indonesia.
Tapi, kala itu, menurutnya,
Buku panduan bahasa indonesia terlalu singkat.
Awalnya ia kira,
Ia belajar segiat itu demi pemenuhan ego semata.
Untuk apa?
Demi menjadi si 'paling banyak tahu'.
Sehingga, nanti, gurunya akan memberikan nilai yang tinggi padanya.
Tahun ini, dia mendapatkan sebuah tawaran.
Tawaran menarik ini berhubungan dengan stase kulit tersebut.
Ia dijelaskan kembali mengenai dasar ilmu kulit, karena ingatannya sudah terlalu usang.
Penjelasan ini, membuatnya nostalgia,
serta bahagia.
Sesuatu menggebu - gebu dalam dirinya.
Ia menyadari bahwa ia begitu tertarik, serta bersyukur mendapatkan tawaran karir untuk mendalami ilmu ini.
Ia akhirnya sadar.
" Ternyata dulu aku belajar karena suka, bukan karena nilainya. "
14. 09. 2022
I dont remember study for something other than being this degree.
So why, all of my whole journey to get that goal must be counted by money?
3 notes
·
View notes
Text
Pada saatnya nanti,
Kau akan mengerti.
Bagaimana semesta berkonspirasi,
Menautkan kita di hati.
Tahun kedua mulai berganti,
Kuharap tak akan berhenti.
15. 08. 2022.
Sekarang, selanjutnya, (semoga) selamanya.
0 notes
Text
“To love is nothing. To be loved is something. But to be loved by the person you love is everything.” – Unknown
0 notes
Text
First Time (2)
Ayam Rica Rica.
01 . 08 . 2022
0 notes
Text
First Time (1)
- Kalio Daging, 2022
Supervised by Chef Mommy dan Chef Husband ❣️
0 notes
Text
[Bagai burung dalam sangkar]
Terkurung
Sepi.
Terperangkap,
Sesak.
Ingin keluar,
Bebas,
Terbang.
Merengkuh dunia.
Jawa Barat, Mei 2022.
0 notes
Text
Sebuah pelajaran yang dapat dipetik dari pertambahan umur tahun ini.
Bahwa tidak ada yang istimewa dari Hari bertambahnya umur tersebut.
Kecuali, bahwa dengan Karunia Allah lah, masih bisa bernapas genap setahun berikutnya.
Kadang, sering terlupa, Karunia Allah yang terlihat sederhana dan biasa saja.
Padahal setiap detik napas terhembus adalah nikmat tiada tara.
Selamat mendewasa diri.
Teruslah bersyukur atas semua Rahmat dan Nikmat Allah yang telah kau nikmati.
Semoga selalu ingat kepada Sang Pencipta, dan dapat mengambil hikmah dari semua jalan kehidupan yang telah digariskan Allah untukmu.
28 Oktober 2021.
0 notes
Text
12. 04. 2021
Alhamdulillah, akhirnya positif yang diharapkan datang juga.
Setelah kode kode kecil mas buat istrinya yang ga peka, pada ujungnya, ketemu juga.
Lucu ya jadi orang tua itu.
Bisa sayang sama makhluk kecil yang belum pernah dijumpai.
Bisa kuat nahan segala macam rasa yang baru pertama kali dirasakan.
Nak, baik baik tumbuh dalam rahim bunda ya.
Insya Allah, nanti kamu akan ketemu ayah dan bunda.
Sampai saat itu, ayo sama sama bertumbuh ya.
Kami jadi orang tua dan kamu jadi baby nya.
Salam sayang,
Ayah dan Bunda.
0 notes
Text
Tanggal 15 lagi.
Yang ketujuh dan yang pertama.
Terima kasih untuk selalu menjadi cermin terindah.
Untuk berkaca, merefleksikan diri begitu dalam demi menghayati hakikat sesungguhnya untuk mencintai, bertumbuh dan berkembang bersama.
Terima kasih untuk selalu menjadi tempar belajar bahwa semua napas yang terhembus hanya milik-Nya dan akan kembali pada-Nya.
Terima kasih untuk selalu menjadi tempat bersandar, ketika semua pikiran merubah lillah jadi lelah, dan memberikan nasihat bahwa semua hanya ada dalam pikiran tak bersyukur.
Terima kasih untuk selalu menjadi teman penyemangat, dikala kaki tak mau melangkah dihantui ketakutan, menyadarkan bahwa hidup lebih dari sekedar ketakutan tak berdasar.
Terima kasih untuk selalu beriring bersama menuju cita cita kita di langit sana.
15. 03. 2021
0 notes
Text
Boleh ga sih untuk saat ini sampai seterusnya, mas request kamu buat ga mikir?
kamu kebanyakan mikir.
20. 10. 2020
- Him
0 notes