Catatan seorang perempuan yang sedang belajar untuk mencintai dan menerima dirinya sendiri
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Botol Korban Stiker
Botol minum yang tadinya polos, permukaannya perlahan tertutup dengan stiker kecil yang di tempel oleh beberapa muridku. Biasanya aku akan melarang mereka, karena aku kurang berkenan kalau barang pribadiku diubah bentuk maupun penampilanya. Kali ini aku membiarkannya, aku sedang belajar utk hal kecil yang sebetulnya bisa diselesaikan dengan sabar. Mencoba utk membiarkan mereka berkreasi, mungkin stikernya bisa dilepas atau bahkan lepas sendiri saat di cuci. Tp kalau aku melarangnya, jiwa kreatif mereka akan hilang dan ga mudah dikembalikan. Memang ternyata sabarku masih sependek itu.
5 notes
·
View notes
Text
Belajar ikhlas
Suatu sore, mendung menggelayut, hujan sebentar lagi turun, setiap orang berebut jalan supaya sampai tujuan tanpa kehujanan. Sayangnya perjalanan harus terhenti sementara, karena kereta lewat, terlintas di pikiran apakah ikhlas itu seperti ini. Saat semua ingin menjadi yang tercepat, namun perjalanan nya terhenti karena kereta. Padahal kalau hujan penumpang kereta pun tak akan kehujanan kan? Sedangkan pemotor yang berjajar, mengalah mempersilakan kereta untuk melaju lebih dulu akan dengan mudahnya basah kuyup saat hujan.
Mungkin itulah ikhlas, ketika kita semua ingin mendapatkan sesuatu, namun harus terhenti, merelakan apa yang kita inginkan itu untuk melaju, meninggalkan kita. Ikhlas bukan selalu tentang yang pergi akan di ganti dengan yang lebih baik, melainkan yang pergi tetaplah pergi tapi ikhlas menyelamatkanmu dari hal yang buruk bagimu.
Merelakan kereta untuk melaju meski resikonya akan kehujanan diperjalanan, itu jauh lbh baik daripada memaksa menerobos palang kereta yang akibatnya fatal.
Ya mungkin seperti itulah yang dinamakan ikhlas, tidak selalu diganti dengan yang lebih baik, tetapi melakukan yang terbaik demi menyelamatkan kita dari kemungkinan terburuk.
3 notes
·
View notes
Text
Kawan jangan pernah engkau ketuk “pintu” yang sebenarnya engkau tau akan mendatangkan “luka” kepadamu.
Jangan pula engkau masuki “tempat” yang engkau sadar akan membuatmu terus “merasa bersalah” ditempat itu.
Keluarlah dari “jerat-jerat” yang bisa membahayakan agamamu. Jangan engkau undang murka Rabbmu dengan perbuatan yang engkau lakukan.
Teruslah berharap ampunanNya, wahai jiwa-jiwa yang berlumur dosa. Teruslah berharap rahmat dari Rabbmu.
Ketahuilah, bahwasanya kasih sayang Rabbmu jauh lebih besar dari murka-Nya.
Semoga Allah selalu melindungi dimana pun engkau berada.
40 notes
·
View notes
Text
Menarik diriku semakin jauh, membuatku lebih sering menangis kala sendiri. Aku yang tak paham mengapa demikian. Dan aku melakukannya setiap hari, dan mungkin setiap waktu. Memang membuatku terasa sangat lelah, namun disisi lain aku merasa kesedihan ku memiliki temannya. Dan itu membuatku lebih melegakan.
Menarik diriku semakin jauh, rupanya membuatku lebih peka dengan keadaan sekitarku. Namun tak banyak yang bisa ku lakukan selain menangis dan meminta dikuatkan. Aku merasa tak punya tenaga untuk merubah hal itu, dan itu membuatku bersedih. Aku merasa tak berguna dalam satu waktu. Aku merasa tak punya peran untuk sekitarku.
Menarik diriku semakin jauh, membuatku merasakan sepi lebih dalam. Tak benar-benar memahami apa yang aku inginkan. Aku hanya membuat pagar alasan agar aku bisa members penjelasan. Hanya itu. Padahal sejatinya akulah rapuh itu.
Aku jua sebetulnya tak menginginkan demikian. Tapi sekali lagi aku tak punya energi untuk sekadar berubah. Aku ingin, tapi sepertinya sudah terlalu dalam tersesat. Aku seorang hamba, tapi aku selalu saja mengajukan banyak pertanyaan kepada Allaah. Mengapa aku, mengapa demikian, mengapa tak mereka saja. Padahal tak seharusnya demikian, tak boleh. Sebab bukan ranah seorang hamba mengajukan pertanyaan kepada Tuhan. Tapi aku selalu saja melakukannya.
Jika disatu titik aku mulai kelelahan dengan diriku. Aku menarik diriku dengan dalam-dalam. Menghabiskan banyak waktu dengan menangis dan tidur. Rasanya sudah habis energiku untuk hal-hal yang aku sendiri tidak tahu untuk apa. Kalau sudah begini aku bisa apa? Tak ada.
Namun, aku hanya berupaya untuk tak lelah berdoa kepadaNya. Jika suatu hari nanti aku sudah sangat lelah, tolong aku agar aku tak sampai salah arah. Futur itu manusiawi namun pertanyaannya mengapa hanya aku saja yang merasa aku sudah terlalu jauh jatuh dalam kefuturan.
Allaah, tolong aku. Pada apa-apa yang tidak aku tahu dan tidak aku pahami. Salah satu doaku kepadaNya.
93 notes
·
View notes
Text
Jagalah hak-hak Allah sebagaimana engkau ingin Allah menjaga rumah tanggamu.
Jagalah hak-hak Allah, sebagaimana engkau ingin Allah menjaga hubunganmu dengan suamimu.
Sebab inilah yang akan melanggengkan. Inilah yang akan membuatmu bahagia dunia akhirat.
— [buku: karena menikah bisa jadi tak seindah yang dibayangkan]
105 notes
·
View notes
Text
Morning Lesson (1/365) : Bukan menolak tua tapi menjadi dewasa dengan sempurna. Karena sejatinya setiap bunga yang telah ditumbuhkan oleh yang Kuasa akan tunduk pada ketetapan takdirnya. Hanya yang palsu lah yang akan menolak untuk bertumbuh mengikuti takdirnya. Bunga apa yang ada dalam dirimu? Apakah ia yang menolak mengikuti kehendak dari pencipta Nya? Ataukah ia yang tunduk, berpasrah pada ketetapan setelah berjuang sekuat tenaga?
0 notes
Text
Cerpen : Menarik Diri
Aku memiliki ribuan alasan untuk bersembunyi agar tak diketahui oleh siapapun, aku tak ingin terlihat. Karena setiap kali aku terlihat, aku terlibat, aku menghancurkan hidup orang lain. Merusak harinya, merusak perasaannya. Aku lebih baik dianggap tidak ada, daripada ada dan dibenci.
Aku memiliki alasan yang kuat untuk tidak melanjutkan hidup, tapi aku tak memiliki keberanian yang sekuat itu mengakhirnya. Tak apa aku hidup di bawah bayang-bayang orang lain, di injak-injak, asal aku tak diajak bicara dan ditanya.
Setiap langkah yang kubuat, selalu menjadi kesalahan baru. Tidak ada yang benar, satu-satunya yang benar adalah keinginanku untuk tak terlihat. Aku tak pernah menatap mata orang lain, bahkan mataku sendiri di cermin.
Aku begitu lelah, begitu lelah menjadi diriku sendiri, saat orang lain mungkin lelah ingin menjadi seperti orang lain. Kapankah ini berakhir? Bahkan tak dapat kulihat ujungnya. Rasanya gelap, bahkan saat matahari terik-teriknya.
Apakah semua ini layak untuk kujalani? Aku tidak tahu. Apakah semua ini harus kuhadapi? Aku juga tidak tahu.
Aku menarik diriku, selama ini, sedalam ini. Dan! Dan kenapa kamu menarikku ke dalam kehidupanmu? Memberikanku dunia yang katamu, bisa untukku tinggal. Kenapa kamu menarikku setelah aku menenggelamkan diri. Aku sudah berjuang sekuat ini untuk sembunyi, tapi kenapa kamu mencariku. Aku benci ditemukan. ……. ©kurniawangunadi
218 notes
·
View notes
Text
Lesson from Surah Kahf: A rejection, a loss, a delay isn't always a deprivation, it is indeed Allah’s divine help to protect you, give you better and reward you
1K notes
·
View notes
Text
Allah hanya sedang ingin memberiku pelajaran untuk tidak bergantung pada mahluknya. Berhenti berharap pada mahluk ya, meskipun itu hanyalah seekor kucing :)
Berhenti berharap bahwa ada laki-laki yang bisa memperjuangkan mu, Krn yg benar2 memperjuangkanku hanyalah yg spesial, dipilih sendiri oleh Allah.
0 notes
Text
Yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah untuk kita. Yang tidak baik menurut kita, belum tentu tidak baik menurut Allah untuk kita.
Yang kita cela, mungkin saja takwanya lebih hebat dibanding kita. Yang kita puji, mungkin saja takwanya tidak lebih hebat dari yang kita duga.
Yang kita suka, mungkin karena kita belum tahu saja keburukannya. Yang kita tidak suka, mungkin karena kita belum tahu ketulusan hatinya.
Yang kita impikan, bisa jadi bukan impian yang sesuai dengan kemampuan kita. Kita yang terkadang terlalu mengada-ada. Yang kita abaikan, bisa jadi adalah yang paling sesuai untuk hidup kita. Kita hanya belum bisa memahaminya.
Yang kita mau, terkadang lebih kepada keinginan-keinginan, bukan kebutuhan. Yang kita jarang sadari, terkadang itulah memang garis kebutuhan kita, agar tidak melampaui batasnya.
Itulah hidup, sahabat. Jangan kufur, jangan menjudge seenaknya, jangan mengeluh, dan janganlah bersedih.
El Isbat
1K notes
·
View notes
Text
Luka mana lagi yang ingin kamu sampaikan? Aku sudah berhasil membalut luka itu agar tidak berdarah, luka itu hampir kering. Tapi sekarang kamu memintaku untu membuka perban itu, alih-alih kamu ingin mengobatinya, kamu hanya ingin melihat seberapa dalam luka yang pernah kau sebabkan. Kamu hanya membuka untuk membiarkan luka itu makin memburuk, bukan makin sembuh tapi terinfeksi dengan bakteri. Hingga luka itu membusuk dan tidak akan pernah sembuh.
0 notes
Text
Jangan jadikan aku pilihan saat kamu sedang kesepian, jadikanlah aku tujuan meskipun kamu berada dalam ramai-nya pilihan —mays
0 notes
Text
"Kamu suka pantai ya?", tanya seseorang padaku di sebuah kesempatan.
"Tidak, aku lebih suka pegunungan", jawabku.
"Lalu kenapa banyak sekali fotomu di pantai?"
"Aku hanya belajar untuk pasrah dan mengikhlaskan, sebagaimana pantai melepas ombak. Kita semua pasti pernah memiliki keinginan, bermimpi untuk melakukan hal ini dan itu, memiliki ini dan itu, mencapai sebanyak-banyak hal dalam hidup. Tapi tak jarang kita hanya diminta untuk mengikhlaskan apa yang menjadi keinginan, cita-cita dan pencapaian kita. Sebagaimana aku menyukai gunung, tapi ternyata lebih banyak dipertemukan pantai. Aku hanya sedang belajar menjadi seikhlas pantai, meskipun sebetulnya sangat ingin menaklukan tingginya puncak gunung. Setidaknya saat belum mampu menaklukan gunung, aku masih punya hati yang bisa menerima apapun ketetapan dari Sang Kuasa."
Semarang, 27 September 2022
27 notes
·
View notes
Text
Maaf pernah memberikanmu kemungkinan karena yang pasti hanyalah milik Allah, kita semua hanyalah kemungkinan yang dapat diperjuangkan. Peluang yang mungkin bisa diwujudkan atau angan yang akhirnya terlupakan.
Yang kuinginkan hanyalah satu jawaban pasti sementara jawaban yang bisa kamu berikan hanyalah kemungkinan.
I want a “yes”, but all I get is just a ‘maybe’. // Andira W.
Bandung, 3 Maret 2019.
660 notes
·
View notes
Text
Yang kuinginkan hanyalah satu jawaban pasti sementara jawaban yang bisa kamu berikan hanyalah kemungkinan.
I want a “yes”, but all I get is just a ‘maybe’. // Andira W.
Bandung, 3 Maret 2019.
660 notes
·
View notes
Text
“Jika bisa dibilang, aku belum pernah benar-benar melupakan seseorang. Aku hanya belajar untuk mengingatnya tanpa terluka lagi.”
— Andira W.
977 notes
·
View notes
Text
SEPI (2)
Suatu saat nanti, menuju dewasa. Kamu akan menikmati banyak hal sendirian. Tidak lagi sibuk mencari telinga yang ingin mendengar, bahkan kadang banyak penjelasan yang tidak pernah terungkap untuk membela diri sendiri. Kamu akan lihat, orang-orang yang dulunya amat terbuka, bisa saja menjadi pendiam dan tertutup. Banyak rasa sakit dan patah mengubah ekspektasi mereka akan hidup. Kamu akan melihatnya, atau bisa jadi kamu adalah salah satu diantara mereka.
Dewasa nanti, lawanmu yang sesungguhnya bukan pencapaian orang lain, tapi pikiranmu sendiri. Berapa kali kamu jatuh, berapa kali juga kamu bangkit adalah perjuangan melawan pikiran yang kadang meragukan diri sendiri. Berapa kali kamu gagal, dan berapa kali kamu berusaha untuk tidak menganggap dirimu buruk dan tidak membenci diri sendiri adalah perlawanan yang tidak mudah. Tapi ingatlah, jika bukan dirimu yang mempercayai dirimu sendiri, maka siapapun yang mempercayaimu takkan mampu mengubahmu jika kamu tetap enggan memberi kepercayaan itu pada dirimu sendiri.
Tidak peduli seberapa besar rasa sepi yang akan menghinggapimu nanti. Tidak peduli berapa orang terdekat yang pergi dan menetap di sekelilingmu. Tidak peduli berapa kali kamu gagal dan patah hati. Berusahalah untuk tetap mempercayai dirimu dan belajar untuk memperbaiki kekurangan dan menggali kelebihan. Tidak ada manusia yang diciptakan dengan sia-sia. Aku, kamu, kita dan meraka adalah ciptaan-Nya yang memiliki tujuan dalam dunia ini. Jadi, pastikan bahwa tujuanmu adalah kebaikan dan kebermanfaatan.
Lekaslah kembali percaya, kamu bukan kesia-siaan.
181 notes
·
View notes