Text
Kebiasaan Membaca
Tahun 2022 kebiasaan membacaku turun dari tahun sebelumnya. Aku hanya bisa membaca buku dalam hitungan jari tangan saja. Setelah direnungkan kembali, ternyata kondisi mental dan psikologis mempengaruhi kebiasaan membacaku. Tahun lalu aku hanya banyak membeli buku sebagai dalih healing saat kondisi sedang tidak baik-baik saja. Ada yang hanya dibuka segelnya saja dan lebih banyak yang tidak, apalagi untuk dibaca. Alhasil, buku-buku tersebut hanya menumpuk rapi di rak buku.
Tahun 2023 ini, aku membuat komitmen untuk memulai kembali kebiasaan membacaku. Buku-buku yang sudah kubeli tahun lalu, akan kuusahakan untuk dibaca terlebih dahulu sebelum membeli buku dengan judul baru. Pelan tapi pasti, di minggu pertama bulan Januari 2023 ini, aku sudah membaca 3 judul buku. Ada yang melanjutkan bacaan tahun lalu dan ada yang memang baru dibaca di tahun ini dan berhasil kuselesaikan. Rasanya begitu menyenangkan!
Aku juga sudah menemukan taktik supaya kegiatan membacaku bisa berjalan konsisten, juga urutan buku dan topik apa yang akan aku baca lebih dulu. Tidak ada kata terlambat dalam mempelajari sesuatu yang baru. Menemukan kembali gairah dalam kebiasaan membaca membuat diriku lebih positif. Jadi, semangat dan selamat membaca!
10 notes
·
View notes
Text
Dalam Ujian
Setiap orang, pada hari-hari yang tengah dijalaninya, sungguh sedang berada di dalam suatu ujian.
Entah ujian terkait kesehatan dirinya atau keluarganya. Entah ujian terkait pendidikannya. Entah ujian terkait karir dan pekerjaannya. Entah ujian tentang hubungannya dengan orang tua atau sahabatnya.
Setiap orang sedang berada dalam ujian.
Ujian kita berbeda dengan ujian orang lain. Meski sama dalam keterkaitan, namun kita tak bisa menyamakan atau membandingkan.
Tetapi terlepas dari itu, kita semua dalam situasinya masing-masing.
Kita lelah, orang lain pun begitu. Kita cemas, orang lain pun demikian.
Kita tidak sendiri dalam ujian hidup ini. Tak pernah kita sendiri.
Kita juga bukan satu-satunya yang sedang diuji. Tak pernah kita satu-satunya yang menderita.
Berjalanlah meski itu selangkah demi selangkah. Berteduhlah jika bagimu ada sesak yang terlalu dan butuh waktu. Tapi jangan berhenti sama sekali.
Kita hanya manusia, pundak kita ada batasnya, dada kita ada tepiannya, maka kembalikan pada yang memberi ujian. Tuhan.
Kembalikan lewat sujudmu. Kembalikan lewat doa yang sungguh-sungguh, yang diucapkan lewat lisan dan air mata. Doa yang isinya pun permintaan maaf sebab kita banyak salahnya.
Ujian ini. Beban ini. Tidak pernah datang tanpa pelajaran. Ia memikul hikmah. Ia mengarahkan kita pada sesuatu atau menjauhkan kita dari sesuatu.
Tarik nafasmu dalam-dalam. Tenangkan jiwamu yang sepanjang hari berlari.
Sebab sekali lagi kita tak sendiri, dan kita bukan satu-satunya.
Ujian ini akan kita lewati.
Ujian ini mengajarkan kita. Menumbuhkan kita. Mendewasakan kita.
achmadlutfi, 29 Mei 2022
87 notes
·
View notes
Text
My Learning Progress in the English for Business Purposes Program
Topic Sentence: The improvement of my English skills after one month program
1. Experienced of English learning course
a. Started English studied from primary school until senior high school
b. Joined the English program in Pare, Kediri for 2 (two) weeks
c. Joined the English course in ELTI Solo for 3 (three) months
d. Joined the English course in the previous Company for 3 (three) months
e. Not used the English conversation skills in daily activities before
f. Only used English writing skills in the creation of the Company’s procedure (SOP)
2. English for business purposes program from Career Class
a. I’ve learned several new English skills for the latest 1 (one) month
b. Learning about how to start the conversation and socializing
c. Learning about how to welcoming visitors and how to create a small talk
d. Learning about telephoning activities, such as preparing and receiving a call, leaving messages, asking for and giving repetition, making arrangements, and ending a call
e. Learning about sentence word order
f. Learning about the simple sentence: verbs with and without objects, direct and indirect objects
g. Learning the compound sentence
h. Learning the complex sentence: noun clauses
i. Doing the task from the class of English for business purposes
3. My plan for improving my English skills
a. Joining the English for business purposes program from Career Class
b. Doing the task from the class of English for business purposes
c. Practice and more confident to make conversation with English
d. More confident to presentation with English in the management review meeting of the Company
e. Watching YouTube channel with English
f. Turn on the subtitle of the YouTube video to improve the listening and pronunciation skills
g. Trying to join Vado-Mingle class every Friday night
1 note
·
View note
Text
Senyawa Kebahagiaan.
Sebagian orang merasa kebahagiaan seperti benzena. Sehingga untuk merasakannya ia menetapkan syarat pada dirinya, menunggu memiliki enam hidrogen dan enam karbon, membentuk segi enam yang sempurna. Kalau belum begitu belum bisa bahagia. Dengan memiliki dua, tiga, empat atau lima belum cukup banyak katanya. Belum cukup sempurna.
Padahal kebahagiaan itu seperti air. Kita semua punya hidrogennya, punya oksigennya, melimpah dimana mana. Hanya butuh hati kita untuk mengikatnya dan mengalirkan perasaan bahagia itu sepanjang hidup. Entah siapa yang mengharuskan kalau bahagia itu harus sempurna. Entah siapa yang mewajibkan kalau bahagia itu harus memiliki apa yang belum di punya.
Teori terus berkembang belakangan ini, tentang bagaimana orang bisa bahagia. Sebagian merasa untuk bahagia manusia harus memiliki standar kebendaan tertentu. Sebagian yang lain menyematkannya pada pencapaian, kalau belum mencapai ini dan itu belum bahagia. Sebagian lagi merasa harus pergi jauh untuk bahagia, menghabiskan semua uang yang dikumpulkannya setelah bekerja dari senin bertemu senin lagi. Sebagian mengira bahagia ada pada ketidakpedulian terhadap orang lain dan fokus pada diri sendiri. Sebagian melakukan hal konyol untuk bahagia. Mereka semua melakukannya, tapi tetap bertemu lagi pada kondisi yang sama, kondisi mencari bahagia. Lalu akan melakukan hal yang sama dan berputar, tak keluar dari lingkaran yang dibuat oleh dirinya sendiri.
Bila kamu memaknai bahagia itu seperti air. Maka kamu akan menyadari bahwa dirimu tersusun oleh sebagian besar unsur kebahagiaan. Allah telah memberikannya. Hanya saja kamu tak menyadarinya, mencari kemana mana di luar dirimu. Padahal bahagia adalah kemampuan tentang bagaimana kamu mengenal dirimu apa yang kamu punya, apa yang bisa kamu lakukan, apa yang bisa kamu berikan. Juga kemampuan tentang mengenalNya, bagaimana sifat kasih dan sayangNya, tentang semua pemberianNya (yang dengan tidak tahu diri sering lupa kita syukuri), tentang pengaturanNya, tentang takdirNya, tentang hakikat kembali pada kehidupan setelah kehidupan sementara yang sedang kita jalani.
Jadi, bila benar hatimu tulus ingin menemukan kebahagiaan untuk jiwamu yang terasa sepi. Berhentilah mencarinya pada apa apa yang tidak memilikinya. Dan kembali pada tempat dimana kamu benar benar bisa menemukannya. Pada dirimu dan pada Tuhanmu. :)
161 notes
·
View notes
Photo
Antara Syukur dengan Rasa
Rasa adalah tanggapan hati akan segala peristiwa. Rasa bahagia jika kita menerima segala kebaikan yang ada. Rasa cinta membuat hidup lebih berwarna karena ada yang terkasih di sekitar kita. Namun, rasa yang lebih baik dari itu semua adalah rasa syukur.
Syukur adalah sebuah rasa. Tidak seperti bahagia yang membuat hati kita berbunga-bunga. Tidak seperti cinta yang membuat hati kita berdegup gembira. Namun, rasa syukurlah yang membuat kita bahagia dan merasakan cinta.
Ialah syukur, sebuah rasa yang membuat hati kita selalu merasa tenang. Yang membuat hati ini merasa lega akan segalanya. Karena ini adalah tentang kecukupan. Selalu merasa cukup dengan nikmat yang Allah berikan. Selalu merasa puas dengan perolehan kebaikan-kebaikan yang terjadi pada diri. Sehingga kebahagiaan terus menyertai. Membuat kita terus memuji. Terus mengingati. Dan terus mengunakan nikmat itu di jalan yang Allah ridhai.
Tidak seperti kufur, yaitu lawannya syukur. Yang berarti menutup diri dari segala kemungkinan bahwa nikmat itu Allah yang memberikan. Sehingga selalu merasa kurang dan hati menjadi tidak tenang. Kesehariannya hanya dipenuhi keluhan. Adakah diri kita merasa demikian? Semoga kita selalu dihindarkan.
Ialah syukur, sebuah rasa tentang pengakuan. Pengakuan bahwa segala nikmat yang ada adalah sebuah pemberian. Bukan semata-mata muncul karena kebetulan. Melainkan itu semua dari Allah SWT Yang Maha Mengayakan. Sehingga membuat kita merasakan cinta. Kepada yang memberikan segalanya kepada kita. Dibuktikan dengan ketaatan kita kepada-Nya.
Maka, bersyukurlah jika kita masih memiliki rasa syukur. Yaitu rasa syukur atas segala nikmat yang Allah berikan. Karena rasa syukur itu sendiri adalah sebuah nikmat yang Allah turunkan. Karena syukur itu sendiri adalah sebuah rasa yang Allah ilhamkan. Semoga kita semua senantiasa diberi ilham untuk tetap mensyukuri nikmat yang Allah anugerahkan.
Doa Bersyukur
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh. - (QS. An-Naml : 19)
957 notes
·
View notes
Text
Jangan sampai kebahagiaan kita menjadi sebab ketidakbersyukuran orang lain. Oleh sebab itu, mari berbahagia secukupnya dan bersyukur sebanyak-banyaknya. Bismillah.
Di Balik Sebuah Postingan
Beberapa waktu lalu saya posting gambar HJ story ini di status whatsapp. Ada seorang temen komen ‘ini kalau jomblo yang liat gimana bapernya ceu’. Dan beberapa teman lain juga komen serupa. Saya hanya tertawa. Padahal saat itu saya sedang merasa kesepian dan benar benar lagi down di saat bersamaan abang lagi sibuk sibuknya dengan perkuliahan dan halaqah majelis ilmunya bersama seorang syekh terkemuka di sana. Niat hati mau ngekode in dia xD tapi tanggapan orang lain yang liat berbeda.
Ada juga momen temen cerita soal saya yang dulu ga melankolis romantis di medsos (anaknya rasionalis katanya). Sekarang kadang statusnya sebut sebut abang. Saat itu juga cuma tertawa. Padahal di balik itu ada naik turun emosi kalau lagi sendirian. Ingin seperti pasangan normal tapi ga bisa. Kadang kalau sedih menyerang langsung banyak banyak istighfar karena tantangan pernikahan saya ga ada seujung upil nya sama pernikahan orang lain yang lebih badai :). Yep LDR gak sesulit itu percayalah, tapi terkadang juga tidak semudah itu dijalani. Kadang demi menghibur diri, atau ingin ngekodein seseorang di sana yang konon setelah nikah juga hobinya ngestalking medsos istrinya haha (fans nomor satu kata dia). Posting sesuatu kadang lebih berkesan daripada menyampaikannya langsung. Ah, perempuan ini meski kini sudah punya tempat berlabuh dan bebas lugas bercerita pada dia. Tapi keinginan si dia menerka sendiri , membaca isyarat lalu berusaha memahami saya. Entah kenapa ada rasa senang di sana sebagai perempuan. Hehe.
Benar, kita ga bisa benar benar memahami maksud seseorang memposting kebahagiannya. Kadang sudah berpikir negatif dulu tentang orang tersebut. Bisa jadi dia ingin mengenang kebahagiaan yang lalu supaya sedihnya saat ini terobati. Pasangan pasangan muda yang memposting momen bersamanya. Bisa jadi sedang berusaha mengenang kebaikan pasangannya saat sedang bertengkar. Ibu ibu muda yang memposting perkembangan puterinya dikala perempuan lain tahunan tak dapat keturunan. Bisa jadi sedang menghibur diri dan bersyukur karena sudah sekian hari tidak tidur karena anaknya sakit lalu kini sembuh. Seseorang memposting kegiatannya berjalan jalan ke tempat tempat menarik ketika orang lain berkutat di meja kerjanya bisa jadi sedang menghibur hatinya yang patah atau mengobati rasa kesepiannya yang tak berujung.
Kalau kita sudah memahami untuk jangan terlalu berlebihan berbagi momen bahagia kita. Karena bisa jadi kita membuat seseorang tak bersyukur dengan hidupnya. Maka sekarang mari kita tambah satu sudut pandang lagi ketika kita menjadi pemerhati. Untuk ikut bahagia dengan kebahagiaan sahabat sahabat kita. Untuk mencoba berpikir positif, peka terhadap mereka. Mana tau.. di antara ribuan postingan yang kita lihat setiap harinya. Ada sinyal S.O.S yang sahabat kita layangkan, sekedar sapa dan bertanya kabar bisa jadi menolong memperbaiki harinya :)
Kamis siang ini semoga kita terus bersemangat belajar jadi orang baik. :)
Cheers, Alizeti
117 notes
·
View notes
Text
Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa padanya, dan tenteram pula dalam hati. Dan dosa itu adalah apa-apa yang syak dalam jiwa, dan ragu-ragu dalam hati, meski orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.
HR. Muslim
2 notes
·
View notes
Text
Raising A Mindful Family #2 (End)
Tulisan ini adalah lanjutan review International Islamic Parenting Seminar dengan judul “Raising A Mindful Family” yang dilaksanakan di Bandung, 3 Februari 2018. Seluruh materi yang dituliskan kembali disini disampaikan oleh Dr. Mohamed Rida Beshir, seorang Islamic Marriage and Parenting Expert yang berasal dari Canada yang juga merupakan co-author dari buku best seller berjudul “Parenting Skills: Based on The Qur’an and Sunnah”. Sebagai penghubung antara materi satu ke materi yang lainnya, hadir juga Ustadz Adriano Rusfi, seorang Psikolog yang juga founder dari Majelis Luqmanul Hakim. Tulisan pertama dapat di baca di link berikut ini.
Sebelumnya, mohon maaf untuk kalimat-kalimat berbahasa Inggris yang saya pertahankan sebagaimana materi diberikan, karena khawatir ada pemaknaan yang hilang atau kurang lengkap jika semua ditranslasi ke dalam bahasa Indonesia. Enjoy reading, happy learning!
Saya pernah mendapat nasehat dari seorang guru bahwa investasi terbesar yang dapat kita berikan bagi kehidupan kita adalah belajar dan ilmu pengetahuan. Beliau juga berpesan bahwa setiap waktu dan kesempatan yang kita luangkan untuk menuntut ilmu karena Allah adalah bentuk perjuangan untuk dapat menjalankan ibadah yang benar: ilmu sebelum amal. Setali tiga uang dengan hal tersebut, kemarin Mr. Rida menyampaikan bentuk investasi besar lainnya yang dapat kita lakukan,
“Nurturing and parenting our children are biggest invesment in life, our road to Jannah.”
Road to Jannah, ternyata sebesar dan sejauh itulah pentingnya investasi dunia akhirat ini, yang tentunya perlu kita siapkan sejak jauh-jauh hari. Masih ingat kunci kesepuluh pada tulisan sebelumnya, kan? Yup, pre-marital education. Jadi, meski belum menjalankan amanah Allah untuk mengasuh, penting juga bagi kita untuk mempersiapkan ilmu untuk amanah tersebut, sejak jauh-jauh hari.
Terdapat 5 komponen utama dalam Excellent Parenting. Apa sajakah itu?
Komponen yang pertama adalah visi, yaitu tujuan jangka panjang. Berkaitan dengan ini, saya jadi ingat Ibu Elly Risman pernah menyampaikan, “Main bola saja ada tujuannya, ada gawangnya, masa mengasuh anak tidak ada tujuannya?” Nah, ternyata, sebaik-baik visi kita bagi anak-anak kelak adalah aspire them to be like generation of the Prophet’s companion, yang kualitasnya adalah proud to be Muslim, have self confidence, dan juga strong in belief in Allah. Selain itu, anak-anak juga perlu loved and accepted by parents sehingga bisa menunjang mereka untuk bisa capable and highly skilled dan menjadi critical thinker dalam kehidupannya.
Untuk bisa memiliki visi yang benar dalam menjalankan pengasuhan, terdapat beberapa pengetahuan dasar yang perlu kita ketahui, yaitu Islamic knowledge in general (Al-Qur’an and Sunnah), Islamic Characters, pengetahuan tentang perkembangan anak baik dari segi fisik, intelektual, sosial, maupun emosional, dan yang tak kalah penting adalah Islamic Parenting Principles.
Termasuk di dalam Islamic Parenting Principles yaitu, parenting is a shared responsibility. Ya, parenting tidak bisa hanya dilakukan oleh ibu saja atau ayah saja, tapi harus oleh keduanya. Nah, ustadz Adriano Rusfi mengatakan bahwa yang seringkali menjadi masalah dalam hal ini adalah perempuan lebih giat belajar dan mempersiapkan dari pada laki-laki. Tapi, kita tetap bisa memilih sikap terbaik, yaitu berprasangka baik kepada Allah. Prinsip lainnya adalah link the child to his creator, anger management, dan menciptakan atmosfer keluarga yang positif dan sehat, yaitu dengan memberikan contoh-contoh positif kepada anak-anak.
Komponen yang kedua adalah knowledge atau ilmu pengetahuan. Hal ini menjadi logis dan masuk akal karena sebagai seorang muslim, we have to do anything based on knowledge. Sambil menunggu Allah memberi rezeki berupa pernikahan dan keluarga, belajar saja dulu, karena dengan belajar berarti bahwa kita sedang berupaya untuk dapat menjalankan ibadah dengan benar. Iqra or read is the best wiring of knowledge. Tapi, haruskah hanya dengan membaca buku? Tidak, karena arti membaca disini bisa sangat sangat luas, termasuk membaca hikmah yang Allah hadirkan dalam kehidupan kita.
Komponen yang ketiga adalah willingness to change. Bagaimana caranya? Yaitu dengan self-search dan self-improvement karena tantangan zaman hari ini dan hari-hari berikutnya akan semakin menantang sehingga kita tidak bisa lagi menggunakan cara-cara lama yang digunakan oleh orangtua kita dalam mengasuh kita dulu.
Komponen yang keempat adalah membentuk positive and healty family atmosphere yang berkaitan dengan kualitas-kualitas yang harus kita miliki kelak ketika menjadi orangtua, yaitu
building relationship, understand our children, willing to gain knowledge, active and nurture the fitra in them, be friend to the, reason up and explain wisdom, and make sure that your Islamic life is not miserable.
Hmm, kualitas terakhir itu cukup bikin mikir, ya! Sedih juga, mengingat kehidupan berislam kita (eh saya maksudnya) yang mungkin masih miserable. Semoga Allah mampukan kita untuk menjadi muslim yang selalu menjadi lebih baik setiap harinya.
Komponen yang terakhir adalah wisdom atau kebijaksanaan. Saya baru menyadari bahwa ternyata ada kekeliruan-kekeliruan dalam wisdom ini setelah Mr. Rida memberi penjelasan mengenai lack of wisdom, seperti contohnya picking your fights, making halal become difficult and haram become easy, living unfulfilled dream through our teen, using all inherited methods of Tarbiyah, and blind imitation. Wow, sedikit banyak hal tersebut terjadi pada kita atau sekitar kita, bukan?
Sebaliknya, kebijaksanaan ini dapat dilakukan dengan meng-install konsep-konsep penting kepada anak-anak kita, yaitu bahwa,
Allah is our creator and He loves us. Rasulullah is our role model. Our real home is in the hereafter. Allah is with us all the time, He always supporting and watching. We are accountable for actions and the use of our sense. And, you have to be keen about what is good for you.
Alhamdulillah. Sekian review dari Raising A Mindful Family yang bisa saya tuliskan, mohon maaf untuk setiap keterbatasan atau bahasa Inggris saya yang masih berantakan. Semoga setiap upaya kita dalam belajar, mempersiapkan, dan memperbaiki semua hal terkait kehidupan keluarga bisa menjadi nilai ibadah yang dibicarakan-Nya bersama malaikat-malaikat pencatat amal kebaikan. Sampai jumpa di review-review belajar selanjutnya. Baarakallahu fiik :)
PS: Untuk membaca artikel-artikel lain tentang pranikah dan parenting, klik disini dan disini.
_____
Picture Source: Pexels
526 notes
·
View notes
Text
Raising A Mindful Family #1
Tulisan ini ditulis sebagai review dari International Islamic Parenting Seminar dengan judul “Raising A Mindful Family” yang dilaksanakan di Bandung, 3 Februari 2018. Seluruh materi yang dituliskan kembali disini disampaikan oleh Dr. Mohamed Rida Beshir, seorang Islamic Marriage and Parenting Expert yang berasal dari Canada yang juga merupakan co-author dari buku best seller berjudul “Parenting Skills: Based on The Qur’an and Sunnah”. Sebagai penghubung antara materi satu ke materi yang lainnya, hadir juga Ustadz Adriano Rusfi, seorang Psikolog yang juga founder dari Majelis Luqmanul Hakim.
Sebelumnya, mohon maaf untuk kalimat-kalimat berbahasa Inggris yang saya pertahankan sebagaimana materi diberikan, karena khawatir ada pemaknaan yang hilang atau kurang lengkap jika semua ditranslasi ke dalam bahasa Indonesia. Enjoy reading, happy learning!
Lecturing diawali dengan pertanyaan yang lucu dari Mr. Rida, “Marriage is a 3 ring circus: engagement, wedding, and .. what’s the 3rd ring?” Saya kemudian menjawab, “The 3rd is parenting.” karena saya berpikir bahwa parenting adalah hal esensial dalam keluarga, dan juga karena belakangnya -ing. Haha. Tapi ternyata jawaban saya salah! Beliau bilang, ring yang ketiga adalah suffering alias kesediaan untuk menderita. Wow, agak mengerikan ya mendengarnya. Tapi, banyak kasus di ring ketiga ini sehingga berujung pada perceraian.
Amerika Utara memiliki tingkat perceraian sebesar 31,4% sementara di negeri kita sendiri, 84% perceraian terjadi di 5 tahun pertama karena alasan-alasan sepele. Wow, angka ini cukup mencengangkan, ya! Lalu, bagaimana agar kita dapat menghindari hal tersebut? Semua berawal dari proses pemilihan pasangan. Kepada laki-laki, panduan memilih pasangan sudah jelas tersampaikan melalui sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, yaitu,
“A woman is sought for marriage for 4 reasons: her wealth, her beauty, her social status, and her Deen. So, select the one who is religious, otherwise, you are at loss.”
Meski terkesan hanya diperuntukkan bagi laki-laki, sebenarnya hadist ini juga menjadi petunjuk bagi perempuan, yaitu bahwa jika tanpa iman, maka kekayaan, kecantikan, dan sosial status menjadi tidak ada artinya.
Lalu, bagaimana dengan perempuan? Apakah hadist tadi tidak bisa menjadi patokan bagi perempuan dalam memilih pasangan? Tentu saja bisa, dan ada juga hadist lain yang menjelaskan bagaimana perempuan memilih pasangan, yaitu,
“If there comes to you one with whose character and religious commitment you are pleased, then give (your daughter or female relative under your care) to him in marriage ..”
Yup, perempuan dianjurkan untuk melihat laki-laki dari agama dan akhlaknya.
Setelah menentukan pasangan, lalu apa yang menjadi kunci bagi pernikahan yang sukses dan bahagia? Berikut adalah 10 Keys to Blissfull and Successfull Marriage yang disampaikan oleh Mr. Rida.
Pertama, mutual commitment to marriage status. Mutual berarti bahwa komitmen yang kuat terhadap pernikahan ini tidak hanya dipegang oleh perempuan saja atau laki-laki saja, tapi keduanya. Pada siapa sebenarnya komitmen ini terjadi? Apakah isteri pada suami? Atau suami kepada isteri? Utamanya, komitmen itu, atau yang sering kita kenal sebagai mitsaqan ghaliza, adalah komitmen kepada Allah.
“Fear Allah in your dealing with your wives. This relationship is a trust from Allah.”
“Take a good care of your wives. They are entrusted to you by Allah.”
Menariknya, kalimat yang diucapkan seorang laki-laki kepada wali nikah perempuan saat ijab qabul dalam aturan bahasa arab merupakan kalimat fi’il madi atau past tense. Mengapa? Karena dengan siapa kita menikah sudah Allah tetapkan jauh sebelum hari akad nikah terjadi, bahkan sebelum kita terlahir ke dunia, sehingga akad ini adalah bentuk pengesahan bagi ketentuan yang telah ada tersebut. Maa syaa Allah.
Kedua, trust and faithfullness, yang untuk menghadirkannya kita perlu memerhatikan dan menjalankan petunjuk Rasulullah, yaitu tentang bagaimana interaksi antarlawan jenis di dalam Islam. Selain itu, trust and faithfullness ini juga membutuhkan transparency and clarity, dimana masing-masing pasangan perlu membantu pasangannya untuk bisa memberikan kepercayaan terhadapnya.
Keempat, proper understanding of objective of marriage. Yup, tujuan pernikahan! Mr. Rida bertanya pada seluruh peserta seminar, “How do you think most men define marriage?” Seluruh peserta terlihat berpikir, pun peserta-peserta laki-laki yang duduk di sayap kanan. Lalu, Mr. Rida menjawab, “Most men define marriage as a very expensive way to get laundry done!” Hahaha, beliau ini memang lawak sih ya, kocaque! Kemudian, tujuan-tujuan terbaik dari pernikahan pun disampaikan: realizing and fulfilling sunnah, peace and tranquility, comfort, serenity, satisfaction, protection, shelter, becoming your self, dan lain-lain. Tapi, diantara semuanya, ada satu yang menurut saya adalah the ultimate objective of marriage. Apakah itu?
Help each other to be closer to Allah by encouraging our spouse to do a right things.
Kunci pernikahan yang kelima adalah proper understanding of gender relation, yaitu relasi yang supporting, protecting, and cooperating with each other for righteousness. Nah, kalau kita pikir-pikir dari segi bahasa tentang ketiganya itu, rasa-rasanya ada bagian supperior (misalnya yang mensupport dan menjaga), tapi ternyata tidak demikian, karena supporting and protecting is not about top-down, but equal.
“And women have the same rights as the duties they have to fulfill in kindness and according to what is equitable.”
Keenam, proper understanding of spousal obligation. Disamping suami dan isteri memiliki kewajiban masing-masing yang harus dipenuhi, ternyata ada juga kewajiban bersama yang harus dipenuhi oleh keduanya, yaitu
treating one another with respect, love, and gentleness; providing companionship for each other, helping each other to be better Muslim, fulfilling each other emotional needs, and dealing with each other based on the proper understanding of qawwamah, obedience of wife to husband in Islam (the standard is according to syariah), and status of woman in Islam.
Selain itu, disebutkan pula dalam Al-Baqarah ayat 187 tentang relasi dan kewajiban pasangan, yaitu bahwa, “They are your garment and you are their garment.”
Ketujuh, following the Quranic way of communication. Memang ya, Al-Qur’an ini maa syaa Allah, keren sekali! Sampai-sampai, untuk urusan komunikasi pun dibahas. Salah satunya adalah tentang Ahsan: we should only say words that are the best. Rasulullah pun mencontohkan sikap-sikap terbaik saat berkomunikasi, dimana beliau,
always used descent language and good words, never raised his voice, never got angry for personal reasons, did not blame or point fingers, never called other with bad names, always conveyed respect and consideration, faced the person talking to him, never cut a person off while talking, repeated himself to make sure that he was clear, confirmed what other person said, and illustrated what he was saying.
Kedelapan, paying special attention to the early stage of marriage. Hmm, awalnya saya heran, memangnya kenapa dengan tahun-tahun pertama pernikahan sampai dibilang perlu paying special attention? Bukankah itu masa-masa bahagia? Tapi ternyata, early stage of marriage ini ya memang sweet, but critical. Ustadz Adriano Rusfi pun menjelaskan tentang banyak sekali problematika di awal pernikahan, yang bisa menjadi pemicu pernikahan bahkan sebelum pernikahan itu memasuki usia 5 tahun pertama.
Ternyata, problematika yang seringkali terjadi di awal pernikahan ini adalah bagaimana menyatuka dua pribadi yang bereda, problematika finansial, perbedaan prinsip dalam pendidikan anak (biasanya masalahnya adalah suami dominan untuk mengambil keputusan tapi suami tidak lebih memahami parenting daripada isteri yang suka belajar), dan hadirnya pihak ketiga, baik itu orangtua atau mertua, yang merasa masih perlu melakukan intervensi tata kelola rumah tangga anaknya. Semua ini terkait juga dengan kunci kesembilan, yaitu learning and practicing Islamic way of addresing conflict.
“What is the last key that’s not written in the presentation?” tanya Mr. Rida. Hmm, apa ya? Ternyata, setelah setengah menit diberikan waktu untuk berpikir, jawabannya adalah PRE MARITAL EDUCATION. Beliau mengatakan, sembilan kunci sebelumnya hanya akan dapat menjadi sempurna jika semuanya diawali dengan pendidikan pra-nikah. Beliau juga meyakinkan para peserta yang masih ada di stage pra-nikah bahwa pernikahan, mengasuh, dan mengelola rumah tangga perlu diawali dengan kesediaan untuk belajar dan menuntut ilmu, bahkan jauh sebelum menikah.
Bersambung ke tulisan berikutnya, ya! :)
_____
Picture Source: Pexels
647 notes
·
View notes
Text
Laki - Laki yang Memiliki Sifat Qowwam dan Perempuan yang Memelihara Dirinya.
Tentang Keresahan (2)
Ada beberapa pertanyaan teman dekat maupun yang masuk ke DM instagram, kurang lebih menanyakan bagaimana kita yakin terhadap seseorang bahwa dia adalah pilihan terbaik untuk kita? Bagaimana kita yakin bahwa kita sudah siap? Perkara jodoh dan pertanyaan - pertanyaan yang meliputinya jujur saja tidak akan pernah habis terjawab kecuali kita telah menemukannya :). Namun, dari pertanyaan itu saya kemudian mengambil satu topik menarik untuk dibahas, terkait sifat qowwam (kepemimpinan) laki - laki dan perempuan yang senantiasa memelihara dirinya.
Saat saya dan abang pertama bertemu, ada beberapa pertanyaan yang jawabannya menjadi parameter untuk saya menerima abang dengan yakin (tapi tentu saya tidak berani melangkah ke tahap selanjutnya tanpa mengistikharahkan segalanya lebih dulu). Pertanyaan - pertanyaan yang ia jawab dengan baik, yang menunjukkan bahwa sebagai seorang laki - laki ia memiliki sifat qowwam yang baik. Mengerti tanggung jawabnya, memiliki visi yang kuat untuk keluarganya. Saat itu, saya harap ke qowwam an nya kelak dapat melindungi keluarganya dan menjaga keluarganya.
Ketika zaman berubah, ketika perempuan diperbolehkan tampil sebagai dirinya sendiri. Berdiri di kaki sendiri tanpa perlu bergantung pada laki laki. Zaman dimana pula banyak laki - laki yang kehilangan atau bahkan tak terbentuk -membentuk diri sebagai seorang pemimpin. Zaman ketika banyak perempuan yang berkata siap untuk hal hal besar, namun meragu di sisi laki - laki. Zaman ketika sinetron Dunia Terbalik di RCTI hadir sebagai bagian dari penggambaran fenomena yang ada di masyarakat. Istri sebagai kepala keluarga, dan laki - laki sebagai bapak rumah tangga.
Maka di zaman ini, menemukan atau ditemukan oleh laki - laki yang memiliki sifat qowwam yang baik, atau perempuan yang mampu memelihara dirinya seperti menemukan barang berharga.
Perempuan yang mampu memelihara dirinya akan mampu memelihara keluarganya dengan kasih sayang dan tetap berada pada koridor - koridor yang telah Allah SWT tetapkan.
Laki - laki baik secara fisik maupun sifat alamiah adalah pelindung, ia memiliki ketegasan untuk bersikap tak larut dalam ragu dan bimbang, mampu membesarkan kapasitasnya untuk menerima tanggung jawab. Sebab kelak banyak kebaikan keluarganya yang bergantung pada sikap dan keputusannya.
Sementara perempuan, kemampuan memelihara dirinya ketika sendiri kelak akan membantunya memelihara amanah suaminya. Baik ketika suaminya ada maupun sedang ditinggal. Tak peduli apapun karakternya, penurut, pendiam, dominan, koleris, plegmatis, melankolis. Ia adalah tiang kehormatan keluarganya. Maka perempuan, kita punya amanah untuk pandai memelihara diri. Melakukan hal hal yang hanya diridhoi oleh sang suami.
Dulu pernah dengar sebuah kisah, ada dua orang (laki laki dan perempuan) sedang menempuh proses menuju pernikahan. Pada kali pertama laki lakinya main ke rumah perempuan, ia disambut sebagai tamu dengan sangat baik. Kunjungan pun berbalas, si perempuan bersama dengan adiknya datang ke rumah keluarga laki - laki. Jaraknya cukup jauh sekitar 1 - 2 jam perjalanan antar kampung mereka. Setibanya di rumah laki - laki saat terik siang, tak disuguhinya makanan. Dibiarkannya pulang berdua sendiri naik angkot yang di daerah tersebut cukup rawan. Mendengar itu keluarga perempuan memutuskan untuk berhenti dari proses tersebut. Alasannya sederhana, tak nampak pada diri sang laki laki sifat qowwam bahkan untuk sekedar mengkondisikan keluarganya menyambut tamu yang hadir. Hal sederhana, tapi cukup untuk melihat bagaimana sisi kepemimpinan seorang laki - laki.
Jika kamu laki laki, sudahkan ke qowwam an kamu miliki? :) sebab surga nerakanya keluargamu terletak pada bagaimana kepemimpinanmu membawa mereka kemana. Dan kita perempuan sudahkah pandai memelihara diri kita? Sebab kita tentu ingin menjadikan pertemuan keluarga kita, sebagai pertemuan yang kekal dunia akhirat. Bagaimana bisa kita bayangkan sebuah reuni keluarga di surga tanpa kehadiran ratu bidadarinya :’).
Jadi mari belajar..
Semoga kita masih terus bersemangat untuk menjadi baik :)
Cheers,
Alizeti
986 notes
·
View notes
Text
MasyaAllah.. Lahaula wala quwwata illabillah..
Membaca Timeline Sejarah Palestina dengan Jernih
@edgarhamas
Membaca tentang Palestina selalu saja membuat kita antusias. Karena benar adanya, ia bukan hanya bicara tentang tanah lapang di tengah bumi yang sama seperti belahan bumi lainnya. Jauh lebih dari itu, Palestina, walaupun kecil ukurannya (hanya 2/3 dari luas Jawa Barat) namun sungguh sejarahnya penuh pesona. Begitu banyak shahabat Rasulullah ﷺ yang bercita-cita dimakamkan di bawah hamparannya dan tercapai citanya itu. Diantaranya Ubadah bin Shamit, Muadz bin Jabal, Shafiyah binti Huyai istri Rasulullah, Abu Ubaidah Ibn Jarrah dan banyak lagi, radhiyallahu anhum.
Palestina, selalu saja istimewa.
Dan kamu harus tahu, untuk mengetahui bahwa Palestina adalah bagian dari akidah kita, jangan mensetting ��awal’ perjalanan bacaanmu dari episode Isra’ dan Mi’raj saja, walaupun benar bahwa peristiwa ini adalah momentum spesial yang mengubah arah sejarah manusia. Sebab nyatanya; Palestina adalah milik umat Islam jauh sebelum Rasulullah diutus. Palestina adalah tanah yang Allah berikan bagi penyembah-Nya yang shalih, bukan untuk yahudi yang dengan angkuhnya mengklaim Palestina milik mereka.
Apa yang Ada di Benak Yahudi?
Yahudi dengan sombong dan gampangnya berkata, “kami lebih berhak atas Palestina, karena kami bangsa pilihan Tuhan sementara yang lain hanya keledai dan monyet. Darah kami adalah darah para Nabi yang berasal dari Ibrahim”, kira-kira begitulah ringkasan pemikiran mereka yang ada di protokol zionis, talmud, dan taurat yang sudah diobrak abrik isinya.
Padahal Al Quran dengan tegas merekam dialog antara Allah dan Nabi Ibrahim, tatkala Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.”
Nabi Ibrahim berkata, “dan juga dari anak cucuku?”, maka Allah menjawab, “Janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang yang zalim.”
Para mufasir menafsirkan ayat ini, bahwa yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim adalah; yahudi.
Episode kepemilikan Umat Islam atas Palestina nyatanya dimulai sejak Nabi Adam diturunkan ke alam dunia. Nabi Adam mendapat perintah dari Allah untuk membangun dua masjid pertama di muka bumi. Yang dibangun lebih dulu adalah pondasi Ka’bah di Makkah. Selang 40 tahun kemudian, Nabi Adam membangun masjid kedua di muka bumi. Masjid inilah yang kita kenal sekarang dengan nama Masjid Al Aqsha. Ya, sejak awal manusia di muka bumi, Al Aqsha adalah masjid! Bukan kuil, bukan tanah kosong, apalagi kandang kuda.
Nah, sekarang kita meloncat beribu tahun setelah Nabi Adam menuju zaman Rasulullah ketika Isra dan Miraj.
Menurut kamu, apa yang membuat Isra Mi'raj menjadi momentum yang sangat agung dan mulia?
Peristiwa Isra Miraj, dulu ketika kita masih kecil, selalu dominan tentang kisah Rasulullah Muhammad ﷺ naik ke langit tertinggi, bertemu para Nabi dan mendapat perintah shalat dari Allah. Benar. Memang begitu kenyataannya.
Namun sejatinya, semakin dewasa kita, seharusnya makin memaknai lebih detil apa yang terjadi di peristiwa Isra dan Miraj yang sangat sayang jika pemahaman saat ini sama dengan pemahaman kita di masa belia.
Salah seorang Ulama mengemukakan judul yang sangat bagus untuk menggambarkan rahasia Isra Miraj, yaitu; Sebuah Estafeta Kepemimpinan yang Baru.
Salah satu alasan, mengapa Allah memperjalankan Nabi Muhammad dari Makkah ke Baitul Maqdis dulu, baru ke langit, adalah karena Baitul Maqdis menjadi satu latar utama ‘serah terima kepemimpinan umat manusia’ dari nabi-nabi sebelumnya kepada Nabi Muhammad. Dan serah terima ini, disimboliskan dengan dijadikannya Nabi Muhammad sebagai imam shalat ratusan ribu Nabi dan Rasul di malam agung itu.
Ratusan ribu Nabi dan Rasul?
Benar. Bukan hanya mengimami Nabi-nabi Ulul Azmi yang lima sebagaimana kita diajari waktu kecil. Melainkan mengimami shalat “124 ribu Nabi dan 315 Rasul”, sebagaimana hadits Abu Umamah dari Abi Dzar. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani.
“Dengan dijadikannya Nabi Muhammad sebagai Imam shalat para nabi”, tutur DR Yusuf Qardhawi, “menjadi isyarat bahwa kepemimpinan umat manusia telah berpindah kepada umat yang baru dan Nabi yang baru ﷺ, kenabian yang sifatnya untuk semesta raya, bukan lagi yang terbatas pada satu kaum di ruang dan waktu yang berbeda. Kenabian ini untuk seluruh warna kulit manusia, segenap zaman, dan sampai hari akhir nanti.”
Isra Mi’raj Jadi Penegas; Pemimpin Baru Muncul, Bukan Lagi dari Bani Israil.
Ya. Kepemimpinan telah digantikan. Bukan lagi nabi-nabi dari Bani Israil. Allah telah menjadikan nabi terakhir dari bangsa Arab, untuk seluruh manusia bahkan semesta raya seluruhnya. Dengan momentum Isra Mi'raj ini, semakin terang bahwa Yahudi tidak berhak memiliki Palestina. Karena Rasulullah ﷺ diangkat menjadi pemimpin seluruh Nabi dan Rasul di atas tanah Palestina! Dan umat Rasulullah ﷺ adalah kita, Umat Islam.
Bagaimana keadaan Masjid Al Aqsha ketika Rasulullah melakukan Isra Mi'raj?
Keadaan Al Aqsha sangat memprihatinkan. Saat itu Al Quds dijajah oleh Romawi Timur dan diganti namanya menjadi kota Elia Capitolina. Bagian tengah Masjid Al Aqsha dijadikan tempat sampah kota, dan dibiarkan tidak terurus. Banyak sekali bangunannya runtuh karena peperangan dan perusakan yang dilakukan Romawi. Agar lebih jelas, akan kami ilustrasikan dengan gambar.
(sumber : Abdullah Al Ahmar Instutute for Ma’arif Maqdisiyah)
Jadi kita bisa menyimpulkan bahwa saat peristiwa Isra Mraj, Al Quds atau Baitul Maqdis berada dalam jajahan Romawi Timur, dan dalam keadaan yang 180 derajat berbeda dengan kondisinya sekarang. Sebab pada faktanya, Al Aqsha mengalami rekonstruksi berkali-kali sebab usianya yang sangat panjang semenjak Nabi Adam hingga kini.
Apa Usaha Rasulullah Muhammad untuk Membebaskan Palestina?
Ini sangat jarang dibahas secara khusus dalam buku-buku Sirah Nabawiyah Rasulullah. Padahal, banyak sekali fakta yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad sangat bersungguh-sungguh untuk membebaskan Palestina yang saat itu dijajah Romawi. Usaha itu meliputi; Pengiriman Utusan ke Raja Heraclius agar memeluk Islam, Perang Mu’tah –sebuah pertempuran pertama antara umat Islam melawan Romawi-, Perang Tabuk, hingga bahkan wasiat terakhir Rasulullah adalah ekspedisi Usamah yang bertujuan untuk membebaskan Palestina.
Perang Mu’tah (September 629 M) antara 3000 pasukan Muslimin melawan 200.000 tentara Romawi Timur.
Dalam pertempuran ini, 3 panglima muslim gugur, yakni Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah, radhiyallahu ��anhum. Kepemimpinan pasukan muslimin diambil alih oleh Khalid bin Walid. Hasil dari pertempuran ini adalah; seri. Namun efeknya besar; Romawi ketakutan, bagaimana mungkin 3000 pasukan bisa seri melawan 1/5 juta manusia. Faktanya, Mu’tah berada 88 kilometer dari Al Quds. Sangat dekat.
Perang Tabuk (Oktober 630 M/ 8 H) antara 30.000 pasukan Umat Islam melawan 500.000 tentara Romawi.
Pertempuran ini berujung pada tidak bertemunya kedua belah pihak, namun memberikan sinyal pada Romawi bahwa Umat Islam telah menjangkau wilayah terdekat menuju Palestina. Jarak antara Tabuk dan Al Quds adalah 397 kilometer. Sangat dekat.
Ekspedisi Usamah bin Zaid (Mei 632 M/ 11 H) adalah perintah terakhir Rasulullah sebelum wafatnya (Juni 632 M/ Rabiul Akhir 11 H) untuk membuat pasukan yang dipimpin seorang sahabat beliau berusia 17 tahun, Usamah bin Zaid, guna membebaskan Palestina dari cengkraman Romawi Timur.
Bersama Usamah, ada 3000 sahabat Rasulullah diantaranya Abu Bakr dan Umar bin Khattab.
Dari 3 momentum besar itu, kita seperti diberi sinyal oleh Rasulullah, bahwa pembebasan Palestina adalah ruh perjuangan yang tidak boleh mati. Keadaan kita bahkan sama dengan masa Rasulullah, dimana Palestina sedang dijajah oleh kekuatan yang zalim. Bahkan sebelum wafat pun, Rasulullah membangun pasukan pembebasan Palestina. Bukan main perhatian beliau agar tanah suci itu terbebaskan.
Selanjutnya di bawah kepemimpinan Abu Bakar, perjuangan pembebasan Palestina tetap dilanjutkan. Perintah pertama Abu Bakar adalah, “lanjutkan pemberangkatan pasukan Usamah!”. Bahkan beliau melakukan langkah sangat hebat; Mengutus 5 batalion raksasa Pasukan Islam yang menyebar di Persia dan Syam, finish akhirnya adalah Al Quds Palestina sembari berkata, “Ketahuilah wahai umat Islam, bahwa Rasulullah telah memerintahkan kita membebaskan Syam (kini Syam adalah Palestina, Yordania, Suriah dan Lebanon), maka aku akan melakukan hal yang sama sebagaimana Rasulullah lakukan.”
Akhirnya, Al Quds atau Baitul Maqdis dibebaskan oleh Umat Islam di masa kepemimpinan Amirul Mu’minin Umar bin Khattab setelah pengepungan sebulan sejak November 636 M sampai April 637 M.
Umar sendiri yang datang untuk menerima kunci Al Quds dari penguasanya saat itu. Al Quds saat itu bernama Elia. Kota itu dipimpin Uskup tinggi bernama Patrick Sophronius, Ada sebagian besar orang Kristen disana dan fakta pentingnya; tidak ada satupun orang yahudi.
Umar bin Khattab menyebut pembebasan Baitul Maqdis sebagai “Fathul Futuh” Pembebasan terbesar. Sebab kota itu adalah milik Umat Islam, dan disanalah sahabatnya, Rasulullah Muhammad ﷺ mengimami para nabi dan rasul sebelum naik ke langit. Pada hari bebasnya Baitul Maqdis jugalah Bilal bin Rabah kembali melantunkan adzan merdunya setelah lama tak bisa melakukannya sejak Rasulullah wafat. Dalam suatu kesempatan Umar berkata tentang Baitul Maqdis :
عمر بن الخطاب: ”نعم المسكن بيت المقدس، القائم فيه كالمجاهد في سبيل الله، وليأتين زمانٌ يقول احدهم ليتني لبنة في بيت المقدس“
“Sebaik-baik tempat tinggal adalah Baitul Maqdis. Orang yang tinggal di dalamnya seperti nilai mujahid di jalan Allah. Dan akan datang suatu zaman ketika seseorang akan berkata; seandainya aku adalah salah satu bata dari bata-bata Baitul Maqdis.”
Baiklah, sampai disini sebenarnya sudah cukup panjang. Terlalu panjang jika kita terus menerus berjalan mengarungi sejarah palestina yang masih sangat-sangat jauh untuk dijelajahi.
Kita padahal belum berbicara bagaimana perjuangan Shalahuddin Al Ayyubi yang heroik melawan pasukan 22 negara Eropa. Pasukan Salib menjajah Palestina tahun 1096 M, yakni 6 abad setelah Umar membebaskannya. Selama 90 tahun orang Nasrani menjadikan Masjid Al Aqsha sebagai kandang kuda pasukan Salib dan mengganti kubah Al Aqsha dengan salib raksasa. Hingga akhirnya tahun 1187 M, Shalahuddin bersama 13 ribu pasukannya mengalahkan 60 ribu pasukan salib di pertempuran Hitthin, untuk kemudian membebaskan Palestina yang kedua kalinya.
Sekarang, umat Islam merasakan penjajahan atas Palestina yang ketiga kalinya. Dan parahnya, yang menjajah Palestina adalah kaum yang paling keras permusuhannya dengan Umat Islam.
Siapa mereka? Yahudi.
Darimana kita tahu bahwa mereka sangat membenci umat Islam? Dari firman Allah dalam surat Al Maidah 82, “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” MasyaAllah.
Penutup; Sinyal Sejarah Sedang Berbicara Padamu
Kamu tahu? Ada sinyal yang sama, yang didengungkan sejarah padamu sebagaimana ia memberi sinyal pada Umar bin Khattab dan Shalahuddin Al Ayyubi. Sinyal yang sama dan keadaan yang sama, yang membuat kamu hidup di titik sejarah dimana Umar dan Shalahuddin hidup.
Apa itu?
Baik Umar bin Khattab, maupun Shalahuddin Al Ayyubi, dan kita, sama-sama hidup ketika Palestina dijajah oleh kekuatan yang zalim. Umar menyaksikan Romawi menjajah Palestina. Shalahuddin menyaksikan dengan pedih pasukan Salib menyembelih umat Islam di Palestina. Dan kita, menyaksikan dengan mata kepala sendiri, zionis yahudi membunuhi anak-anak tak berdosa, mengebom masjid dan sekolah, meluluh lantakkan perumahan dan rumah sakit.
Sejarah sedang memberi sinyal. Apakah kita adalah generasi yang ditakdirkan untuk membebaskan Palestina? Sebab saat ini dunia Islam sedang bangkit. Di saat yang sama, kezaliman yahudi makin menjadi-jadi dengan membuat Al Quds sebagai ibukota mereka.
Namun ingat; fajar mentari terbit biasanya setelah malam gelap gulita. Gelombang laut akan tsunami setelah didahului dengan air surut.
Inilah saatnya kita merebut takdir sejarah kita. Jangan sampai kita lewatkan, jangan sampai kita tak peduli. Jangan sampai kita malah membuang muka dan mengoceh mengabaikan Palestina. Sebab bahaya, jika Allah akan ganti kita dengan yang lainnya, “dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini).” (QSbMuhammad : 38)
Jangan pernah bosan membela Palestina!
(disampaikan dalam Diskusi Online bersama rekan perjuangan G10 Palestina. Komunitas G10 ini —Gerakan 10 juta untuk Palestina— komunitas sederhana yang dirintis mengajak rekan-rekan mahasiswa untuk mulai ikut serta dalam Pembebasan Palestina melalui infaq rutin)
1K notes
·
View notes
Video
Bukan penggemar stand up, tapi aku setuju dengan lawakan cerdas ini. Seandainya saja komika di luar sana berpikir dua kali sebelum membuat lawakan :)
Kita bisa saja tertawa dengan kejujuran. Tanpa hujatan. Tanpa sikap merendahkan orang atau agama orang lain.
Kita bisa tertawa dengan kecerdasan.
Kenapa memilih menjadi bodoh?
Sumber: cordova media
22 notes
·
View notes
Text
menempatkan kepercayaanmu.
©kurniawangunadi
Seseorang begitu tenang dalam menunggu, sebab dalam hatinya ada rasa percaya. Mengapa ada keresahan, kekhawatiran, kegelisahan? Karena tiadanya percaya. Tidak ada satu hal yang pasti memang, tapi rasa percaya mampu meredakan ketidakpastian.
Kau menunggunya, itu ketidakpastian. Kau mau percaya? Tidak ada satupun darinya yang bisa membuatmu percaya bahwa kau harus menunggu sekian lama. Jadi, meletakkan kepercayaan itu harus pada tempatnya.
Allah masih menjadi yang pertama, kan?
2K notes
·
View notes
Quote
Kalau kita ingin menemukan jawaban atas berbagai kekhawatiran dalam hidup, berjalanlah terus. Karena jawaban itu ada ketika kita menjalaninya, bukan dengan menghindari apalagi berdiam diri.
Kurniawan Gunadi
1 note
·
View note
Text
Sebuah Pengingat
Salah seorang sahabat membagikan sebuah video kolase dari beberapa foto seorang wanita muslimah yang beberapa waktu lalu baru saja meninggal. Wanita tersebut diberitakan meninggal seusai membaca Al-Qur’an setelah sholat Subuh. MasyaAllah. Sebuah kematian yang mungkin juga kita idam-idamkan, yaitu meninggal dalam keadaan sedang beribadah kepada Allah SWT yang insyaAllah husnul khotimah. Aamiin.
Sebuah pengingat bisa datang dari mana saja dan kapan saja. Salah satunya dari berita kematian tersebut. Aku dan sahabatku tersebut pun berdiskusi. Bahwa mungkin selama ini kita terlalu disibukkan dengan urusan dunia, sebut saja salah satunya adalah urusan jodoh. Mungkin selama ini kita terlalu sibuk memikirkan siapa jodoh kita, kapan kita akan menikah, dan pikiran-pikiran semacamnya yang jelas-jelas belum pasti apakah kita akan menemuinya atau tidak.
Menurut sahabatku, kita pede banget kalau mempunyai pikiran bahwa yang bakal datang itu jodoh duluan. Memang benar. Kita memang tidak akan pernah tahu mana yang akan datang lebih dulu. Selama ini kita berusaha husnudzan semoga diberikan umur panjang dan kesempatan untuk menikah. Tapi kita juga jangan lupa, ada kematian yang bisa datang kapan saja.
Untuk menjemput jodoh maupun kematian, kita membutuhkan ilmunya. Jadi sebelum waktunya tiba, alangkah lebih baik kita persiapkan untuk kedua-duanya. Entah mana yang akan datang lebih dulu, apakah jodoh atau kematian. Dan semoga kita bisa mempersiapkan kedua-duanya dengan sebaik-baiknya. Aamiin.
0 notes
Text
Hal terbaik yang bisa kamu percaya dari takdir adalah ia selalu yang terbaik untukmu dan selalu ada ruang untuk memperjuangkan takdir yang baik. Hal yang sering terlupa terkait takdir kita adalah kita sulit/butuh waktu untuk memahami maksudNya, dan kita jarang berprasangka baik.
Kurniawan Gunadi
2K notes
·
View notes
Text
Jangan sampai pekerjaan kita membuat kita menjadi orang yang lalai.
PERHATIKAN PEKERJAANMU
“Iya, bentar ya, nanti aku nyusul ya. Ini beresin dulu pekerjaan”
“Iya bu, mungkin lain waktu, ini soalnya penting banget. Salam juga ke bapak yah”
—
Seberapa sering pekerjaan kita, membuat kita menunda ibadah kita?
Seberapa sering pekerjaan kita, membuat kita meninggalkan perbuatan baik?
Seberapa sering pekerjaan kita, membuat kita lelah hingga tak ada tenaga tersisa untuk ibadah?
Seberapa sering pekerjaan kita, membuat kita melupakan orangtua kita?
Seberapa sering pekerjaan kita, mengambil waktu kita untuk berbakti pada orang tua?
Seberapa sering pekerjaan kita, menghalangi kita untuk berkumpul dengan orang-orang yang baik?
Seberapa sering pekerjaan kita, membuat kita melupakan hal yang sesungguhnya lebih penting?
Hati-hati, perhatikan kembali pekerjaan kita. Jika pekerjaan kita membuat kita menjauh dari Tuhan, maka hati-hati, bisa jadi itu bukanlah pekerjaan, melainkan perangkap syetan. Dan kita, sedang tenggelam di dalamnya.
Coba renungkan, apakah pekerjaan kita sekarang, memudahkan kita untuk mendekatkan diri pada Tuhan, atau sebaliknya?
PERHATIKAN PEKERJAANMU Bandung, 23 Desember 2017
395 notes
·
View notes